• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR ANAK MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA DAN MEDIA FUN WORKS BERDASARKAN KURIKULUM PERMENDIKNAS NO. 58 TAHUN 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR ANAK MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA DAN MEDIA FUN WORKS BERDASARKAN KURIKULUM PERMENDIKNAS NO. 58 TAHUN 2009"

Copied!
317
0
0

Teks penuh

(1)

PERMEN

di susun sebagai salah sat Program Studi

PENDIDIKA

FAKU

UNIVERSI

MENDIKNAS NO. 58 TAHUN 2009

SKRIPSI

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjan di Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia D

Oleh Titik Khomsatun

1601408037

AN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DIN

AKULTAS ILMU PENDIDIKAN

VERSITAS NEGERI SEMARANG

2013

ana Pendidikan sia Dini

DINI

(2)

ii

Perbedaan “Aktivitas dan Hasil Belajar Anak Menggunakan Lembar Kerja dan MediaFun Works Berdasarkan Kurikulum Permendiknas No. 58 Tahun 2009”disusun oleh

Titik Khomsatun 1601408037

telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Hari : Rabu

Tanggal : 28 Agustus 2013

Panitia Ujian Skripsi

Ketua Sekretaris

Drs. Budiyono, M.S Amirul Mukminin, S.Pd., M.Kes NIP. 1963120919870310 NIP. 19780330 200501 1 001

Penguji I

Amirul Mukminin, S.Pd., M.Kes NIP. 19780330 200501 1 001

Penguji II

Penguji III

Edi Waluyo, M.Pd Dra. Istyarini, M.Pd

(3)

iii

“Aktivitas dan Hasil Belajar Anak Menggunakan Lembar Kerja dan Media Fun Works Berdasarkan Kurikulum Permendiknas No. 58 Tahun 2009” benar–benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau keseluruhan. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 29 Juli 2013 Penulis

(4)

iv

1. Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang

tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima

pelajaran” (QS: Az-Zumar 39: 9)

2. Belajar akan lebih efektif apabila merupakan sebuah proses yang aktif 3. Learning is shown by change in behavior as result of experience (Cronbach) 4. Hasil akhir pendidikan ditentukan oleh keberhasilan proses pembelajaran 5. Bangsa yang besar adalah bangsa yang membudayakan tradisi belajar

PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada 1.Ibu dan Bapak

2.Keluargaku

3.Guru, Dosen dan Almamaterku 4.PAUD di Indonesia

(5)

v

memiliki, mendidik dan memelihara alam semesta, Maha pemurah lagi Maha penyayang dan yang menguasai hari pembalasan. Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya Engkaulah kami meminta pertolongan, mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan kami yang kami tidak sanggup mengerjakannya sendiri. Hal ini

dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Aktivitas dan Hasil. Pekerjaan

Anak Menggunakan Lembar Kerja dan Media Fun Works Berdasarkan Kurikulum

Permendiknas No. 58 Tahun 2009”. Tunjukilah kami jalan yang lurus yaitu jalan orang

telah engkau beri nikmat (jalan kebenaran) kepada mereka.

Shalawat serta salam teruntuk Nabi Muhammad SAW, yang telah menyampaikan kepada kita semua ajaran rukun iman dan rukun islam yang terbukti kebenarannya dan semakin terbukti kebenarannya.

Skripsi ini disusun semata-mata untuk memperoleh ridho Allah dalam menyelesaikan studi Strata 1 yaitu memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dan bentuk pertanggungjawaban kami secara akademik. Selain itu maksud penulisan skripsi ini untuk mengetahui Perbedaan Aktivitas dan Hasil Pembelajaran Menggunakan lembar Kerja dan MediaFun WorksBerdasarkan Kurikulum Permendiknas No.58 Tahun 2009.

(6)

vi

sumber kehidupan saya, pembimbing utama hidup saya, membesarkan dan mendidik saya untuk menjadi orang yang terbiasa hidup biasa mensyukuri nikmat Allah SWT. Kebahagiaan itulah yang memberi kuatan motivasi tidak ternilai yaitu memberi saya pemikiran mendasar dengan menanamkan dalam hati bahwa kecintaan kepada orang tua akan mengundang kecintaan kepada Allah dan sebaliknya kemurkaan orang tua mengundang kemurkaan Allah. Ucapan terima kasih tidaklah cukup untuk menggambarkan wujud penghargaan saya.

Penghargaan dan ucapan terima kasih tak terhingga kepada dermawan ilmu pengetahuan yaitu para penulis buku referensi skripsi ini yang banyak memberikan inspirasi baik secara langsung atau tidak langsung. Selama penulisan dan penyusun skripsi ini banyak pihak-pihak yang membantu penulis, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rahman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang 2. Drs. Hardjono, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan

3. Edi waluyo, M. Pd., Ketua jurusan Pendidikan Guru Pendidik Anak Usia Dini sekaligus Pembimbing pertama.

4. Dra. Istyarini, M.Pd., Pembimbing kedua bagi penulis

(7)

vii

7. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Unnes, yang berkenan mendanai penelitian ini

8. Abah Masrokhan, Pengasuh Ponpes Durrotu Aswaja

9. Semua pihak yang telah membantu kelancaran skripsi ini yang tidak bisa penulis sebut satu persatu.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat diamalkan bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.

(8)

viii

Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing I: Edy Waluyo, M.Pd dan Dosen Pembimbing II: Dra. Istyarini, M.Pd

Kata Kunci: Perbedaan, aktivitas, lembar kerja, mediafun works,hasil Pembelajaran, Kurikulum Permendiknas No. 58 tahun 2009

Pendidikan anak usia dini pada hakikatnya untuk membantu menstimulasi anak tumbuh dan berkembang sesuai tingkat perkembangannya dengan dilandasi hasil studi multidisiplin. Pembelajaran merupakan proses komunikasi melalui media pembelajaran baik berupa lembar kerja atau media fun works supaya pesan pendidikan yang disampaikan dapat diterima dengan baik, efektif dan efisien.

Rumusan masalah penelitian ini yaitu apakah ada perbedaan aktivitas dan hasil belajar menggunakan lembar kerja dan media fun works berdasarkan kurikulum permendiknas No. 58 tahun 2009. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan aktivitas dan hasil belajar anak menggunakan lembar kerja dan media fun works berdasarkan kurikulum permendiknas No.58 tahun 2009.

Metode penelitian ini adalah metode eksperimen dengan True Eksperimental design melalui Pretest-posttest Control Group Design yaitu mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Eksperimen dilakukan pada aktivitas dan hasil belajar menggunakan mediafun works Populasi penelitian ini adalah Lembaga PAUD Kecamatan Gunungpati yang menggunakan lembar kerja pada proses pembelajarannya. Pengambilan sampel menggunakan teknik Random sampling, yaitu empat RA di Kecamatan Gunungpati. Metode Pengumpulan data melalui dokumentasi, observasi dan angket. Analisis data menggunakan t paired sample t-test antara pretest-posttest aktivitas dan hasil belajar kelompok kontrol dan eksperimen.

Peningkatan rata-rataaktivitas kelompok kontrolsebesar 7,2 dari rata-ratapretest86,47 menjadi 93,67 nilai posttest yaitu 0,083% sedangkan kelompok eksperimen sebesar 21,94 dari rata-ratapretest88,23 menjadi 110,17 nilaiposttestyaitu 0,248%. Peningkatan tersebut ditunjukkan dari hasil uji t kelompok kontrol (-3,630<-2,015) dan kelompok eksperimen (-19,162<-2,015) dengan nilai Sig. (2-tailed) kurang dari 0,05.

(9)

ix

(10)

x

HALAMAN PENGESAHAN ………... . ii

PERNYATAAN ……… iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……… iv

PRAKATA ……… . v

ABSTRAK ……… viii

DAFTAR ISI ……… .. x

DAFTAR TABEL ……… ….xv

DAFTAR GAMBAR ………... . xviii

DARTAR LAMPIRAN ……… xix

BAB 1 PENDAHULUAN ……… 1

1.1 Latar Belakang ……… 1

1.2 Rumusan Masalah ……… 10

1.3 Batasan Masalah ……… 11

1.3.1 Lingkup Perkembangan Bahasa ……… 9

1.4 Tujuan Penelitian ……… 10

1.5 Manfaat Penelitian ……… 12

1.5.1 Bagi Peserta Didik ……… 12

1.5.2 Bagi Lembaga dan Guru ……… 13

1.5.3 Bagi Peneliti ……… 13

1.5.4 Bagi Pengembang kurikulum ……… 13

1.5.5 Bagi Orang Tua dan Masyarakat ……… 14

1.6 Sistematika Penulisan Skripsi ……… 14

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ……… 16

2.1 Aktivitas ……… 16

2.1.1 Pengertian Aktivitas ……… 17

2.1.2 Konsep Aktivitas Anak Usia Dini ……… 17

(11)

xi

2.2.4 Karakteristik Pembelajaran Anak Usia Dini ……… 25

2.3 Aktivitas Pembelajaran ……… 29

2.3.1 Aktivitas Belajar Anak Usia Dini ……… 30

2.3.2 Teori Pembelajaran ……… 31

2.3.3 Asas Pembelajaran Untuk Anak Usia Dini ……… 37

2.3.4 Strategi Pembelajaran ……… 39

2.3.5 Model Pembelajaran ……… 42

2.3.6 Pembelajaran Untuk Mengaktifkan Anak ……… 54

2.3.7 Indikator Tingkat Keaktifan Anak ……… 58

2.3.8 Makna Pembelajaran ……… 59

2.3.9 Perlengkapan Pembelajaran ……… 60

2.4 Media Pembelajaran ……… 61

2.4.1 Pengertian Media ……… 61

2.4.2 Pengertian Media Pembelajaran ……… 62

2.5 Hasil Belajar ……… 63

2.5.1 Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Anak ……… 66

2.5.2 Prinsip dan Syarat Evaluasi Hasil Belajar ……… 66

2.5.3 Prosedur Evaluasi Hasil Belajar ……… 67

2.5.4 Indikator Hasil Belajar Lingkup Perkembangan Bahasa ……… 68

2.6 Lembar Kerja ……… 69

2.6.1 Pengertian Lembar Kerja ……… 70

2.6.2 Ciri-Ciri Lembar Kerja ……… 71

2.7 MediaFun Works ……… 72

2.7.1 Keunggulan dan Kelemahan MediaFun Works ……… 74

2.7.2 Landasan Teori MediaFun Works ……… 75

2.8 Implementasi Lembar kerja dan MediaFun works ……… 80

2.8.1 Implementasi Lembar kerja ……… 80

(12)

xii

2.10 Penilaian, Pengukuran atau Evaluasi(Assassment) ……… 84

2.11 Kerangka Berpikir ……… 90

2.11.1 Penjelasan Kerangka Berpikir ……… 93

2.12 Hipotesis ……… 94

BAB 3 METODE PENELITIAN ……… 95

3.1 Populasi dan Sampel ……… 95

3.1.1 Populasi ……… 95

3.2.2 Sampel ……… 96

3.3 Variabel Penelitian ……… 97

3.3.1 Variabel bebas (Independent Variabel) ... 97

3.3.2 Variabel terikat (Dependent Variabel) ... 97

3.3.3 Variabel Kontrol ... 98

3.4 Metode Penelitian ……… 99 3.4.1 Penyamaan Kondisi Kelas Kontrol dan Eksperimen ……… 100

3.5 Prosedur Penelitian ……… 101

3.5.1 Tahap Pra Lapangan ……… 101

3.5.2 Tahap Lapangan ……… 101

3.5.3 Tahap Paska Lapangan ……… 101

3.6 Metode Pengumpulan Data ……… 104 3.6.1 Metode Dokumentasi ……… 104

3.6.2 Metode Observasi ……… 104

3.6.3 Angket (Formatif Test) ……… 104

3.7 Instrumen Penelitian ……… 106

3.7.1 Lembar Pengamatan Tingkat Keaktifan Anak ……… 107

3.7.2 Instrumen Penelitian Hasil Pembelajaran Lingkup Perkembangan Bahasa Berdasarkan Kurikulum Permendiknas No. 58 Tahun 2009 ……….. 109

3.8 Validitas dan Reliabilitas ……… 110

(13)

xiii

3.9.2 Analisis Data Akhir(Posttest) ……… 115 3.9.3 Uji Kesamaan Dua Varians Data Nilai Pretest-Posttest Kelompok

Kontrol dan Eksperimen ………... 115 3.10 Analisis Hasil Angket ……… 117 BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 119

4.1 Hasil Penelitian 119

4.1.1 Lokasi dan Pelaksanaan Penelitian ……… 119

4.1.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ……… 119

4.1.3 Hasil Pengolahan Data 120

4.1.4 Hasil Penelitian Aktivitas Anak Menggunakan Lembar Kerja dan

MediaFun WorksPada Lingkup Perkembangan Bahasa 120

4.1.5 Perbedaan Aktivitas Anak Menggunakan Lembar Kerja dan MediaFun

WorksPada Lingkup Perkembangan Bahasa ... 129

4.1.6 Hasil Penelitian Hasil Belajar Anak Menggunakan Lembar Kerja dan

MediaFun WorksPada Lingkup Perkembangan Bahasa ... 134

4.1.7 Perbedaan Hasil Belajar Anak Menggunakan Lembar Kerja dan Media

Fun Workspada Lingkup Perkembangan Bahasa 143

4.1.8 Hasil Penelitian AktivitasPosttestMenggunakan Lembar Kerja dan

MediaFun WorksPada Kelompok Kontrol-Eksperimen 147

4.1.9 Perbedaan Aktivitas Anak Menggunakan Lembar Kerja dan Media

Fun WorksPada Lingkup Perkembangan Bahasa Kelompok

Kontrol-Eksperimen .. 151

4.1.10 Hasil Penelitian Hasil belajarPosttestMenggunakan Lembar Kerja dan

MediaFun WorksPada Kelompok Kontrol-Eksperimen 154

4.1.11 Perbedaan Hasil Belajar Menggunakan Lembar Kerja dan MediaFun

WorksPada Lingkup Perkembangan Bahasa Kelompok

Kontrol-Eksperimen 158

(14)

xiv

(15)

xv

2.1 Perbedaan Aktivitas Positif dan Negatif ……… 16

2.2 Perubahan Paradigma dari Pengajaran Bergeser Menjadi Pembelajaran ……….. 23 2.3 Pembelajaran Aktif dan Pasif Menurut De Poter dan Hernacki ……… 55

3.1 Desain penelitian ……… 99

3.2 Rating ScaleAktivitas dan Hasil Pembelajaran Anak ……… 105

3.3 Kisi-Kisi Tingkat Keaktifan Anak ……… 107

3.4 Kisi-Kisi Hasil Pembelajaran Lingkup Perkembangan Bahasa Berdasarkan Kurikulum Permendiknas No. 58 Tahun 2009 ……… 109

3.5 Rekapitulasi Validitas Aktivitas Anak ……… 111

3.6 Rekapitulasi Validitas Hasil belajar Anak ……… 112

3.7 Iterpretasi nilai r ……… 113

3.8 Rumus statistik yang digunakan dalam uji normalitas ……… 116

4.1 Lokasi Penelitian ……… 119

4.2 Pelaksanaan Penelitian ……… 119

4.3 Data HasilPretestAktivitas Kelompok Kontrol 120

4.4 Kategorisasi NilaiPretestKelompok Kontrol 120

4.5 HasilPosttestAktivitas Kelompok 121

4.6 Kategorisasi NilaiPosttestKelompok Kontrol Kontrol 122 4.7 Perubahan Aktivitas Anak Menggunakan Lembar Kerja Pada Kelas Kontrol 123

4.8 Data HasilPretestAktivitas Kelompok Eksperimen 124

4.9 Kategorisasi NilaiPretestKelompok Eksperimen 125

4.10 Data HasilPosttestAktivitas Kelompok Eksperimen 126

4.11 Kategorisasi NilaiPosttestKelompok Eksperimen 126

(16)

xvi

4.15 Uji Normalitas DataPretest-PosttestKelompok Kontrol dan

Eksperimen 130

4.16 Hasil Uji HomogenitasPretestKelompok Kontrol dan Eksperimen

.. 131

4.17 Hasil Uji Homogenitas DataPosttestKelompok Kontrol dan

Eksperimen ... 131

4.18 Uji HomogenitasDataPretest-PosttestKelompok Kontrol dan

Eksperimen ... 131

4.19 t-test Kelompok Kontrol ... 132

4.20 t-test Kelompok Eksperimen ... 133

4.21 Data HasilPretestHasil Belajar Kelompok Kontrol 134

4.22 Kategorisasi NilaiPretestKelompok Kontrol 134

4.23 Data HasilPosttestHasil Belajar Kelompok Kontrol 135

4.24 Kategorisasi NilaiPosttestKelompok Kontrol 136

4.25 Perubahan Hasil Belajar Anak Menggunakan Lembar Kerja Pada

Kelompok Kontrol 137

4.26 Data HasilPretestHasil Belajar Kelompok Eksperimen 138

4.27 Kategorisasi NilaiPretestKelompok Eksperimen 139

4.28 Data HasilPosttestHasil Belajar Kelompok Eksperimen 140

4.29 Kategorisasi NilaiPosttestKelompok Eksperimen 140

4.30 Perubahan Hasil Belajar Anak Menggunakan MediaFun worksPada

Kelompok Eksperimen ... 142

4.31 Uji Normalitas DataPretestKelompok Kontrol dan Eksperimen

.. 143

4.32 Uji Normalitas DataPosttestKelompok Kontrol dan Eksperimen

.. 144

(17)

xvii

.. 145

4.36 Uji HomogenitasPretest-PosttestKelompok Kontrol dan Eksperimen

.. 145

4.37 t-test Kelompok Kontrol 146

4.38 t-test Kelompok Eksperimen 147

4.39 Data HasilPosttestAktivitas Kelompok Kontrol-Eksperimen 148

4.40 Kategorisasi NilaiPosttestKelompok Kontrol-Eksperimen 148

4.41 Perubahan Aktivitas Anak Menggunakan Lembar Kerja Pada Kelas

Kontrol-Eksperimen 150

4.42 Uji Normalitas DataPosttestKelompok Kontrol dan Eksperimen

.. 151

4.43 Hasil Uji Homogenitas DataPosttestKelompok Kontrol dan

Eksperimen 152

4.44 t-test Kelompok Kontrol-Eksperimen 153

4.45 Data HasilPosttestHasil Belajar Kelompok Kontrol-Eksperimen

.. 154

4.46 Kategorisasi NilaiPosttestKelompok Kontrol-Eksperimen 154

4.47 Perubahan Hasil Belajar Anak Menggunakan Lembar Kerja Pada

Kelompok Kontrol-Eksperimen 157

4.48 Uji Normalitas DataPosttestKelompok Kontrol dan Eksperimen

.. 158

4.49 Hasil Uji Homogenitas DataPosttestKelompok Kontrol-Eksperimen

.. 159

(18)

xviii

2.2 Bagan Kerangka Berpikir Penelitian ……… 92

3.1 Variabel Penelitian ……… 98

3.2 Prosedur Penelitian ……… 103

3.3 Pengujian Reliabilitas Gabungan ……… 114

4.1 Kategorosasi NilaiPretestKelompok Kontrol 121

4.2 Kategorisasi NilaiPosttestKelompok Kontrol 122

4.3 Kategorisasi NilaiPretestKelompok Eksperimen 124

4.4 Kategorisasi NilaiPosttestKelompok Eksperimen .... 127

4.5 Kategorisasi NilaiPretestHasil Belajar Kelompok Kontrol 135

4.6 Kategorisasi NilaiPosttestHasil Belajar Kelompok Kontrol 136

4.7 Kategorisasi NilaiPretestHasil Belajar Kelompok Eksperimen ... 139

4.8 Kategorisasi NilaiPosttestHasil belajar Kelompok Eksperimen 141

4.9 Kategorisasi NilaiPosttestKelompok Kontrol 149

4.10 Kategorisasi NilaiPosttestKelompok Eksperimen 149

4.11 Kategorisasi NilaiPosttestHasil Belajar Kelompok Kontrol 155

(19)

xix

1 Daftar Peserta Didik ……… 179

2 Perhitungan Validitas Item ……… 181

3 Hasil Analisis Uji Coba Aktivitas ……… 184

4 Hasil Analisi Uji Coba Hasil belajar ……… 188

5 Perhitungan Reliabilitas Instrumen ……… 192

6 Instrumen Penelitian Aktivitas Anak ……… 193

7 Instrumen Penelitian Hasil Belajar ……… 200

8 Rencana Kegiatan Mingguan Menggunakan Lembar Kerja ……… 207

9 Rencana Kegiatan Mingguan Menggunakan MediaFun works ……… 211

10 Rencana Kegiatan Harian Menggunakan Lembar Kerja ……… 215

11 Rencana Kegiatan Harian Menggunakan MediaFun Works ……… 230

12 Lembar Evaluasi Pembelajaran Menggunakan Lembar Kerja ……… 245

13 Lembar Evaluasi Pembelajarn Menggunakan MediaFunWorks……… 249

14 Kurikulum Permendiknas No.58 Tahun 2009 ……… 253

15 Permainan Menggunakan MediaFun works ……… 256

16 Gambar MediaFun Works ……… 257

17 HasilPretestAktivitas Kelompok Kontrol dan Eksperimen ……… 258

18 Uji NormalitasPretestAktivitas Anak Pada Kelompok Kontrol dan Eksperimen ……… 260

19 Uji HomogenitasPretestAktivitas Anak Pada Kelompok Kontrol dan Eksperimen ……… 261

20 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata (T-test)PretestdanPosttestKelompok Kontrol ……… 262

21 HasilPosttestAktivitas Kelompok Kontrol dan Eksperimen ……… 263

(20)

xx

26 Uji NormalitasPretestHasil Belajar Anak Pada Kelompok Kontrol

dan Eksperimen ……… 270

27 Uji HomogenitasPretestHasil Belajar Anak Pada Kelompok Kontrol dan Eksperimen ……… 271

28 HasilPosttestHasil Belajar Kelompok Kontrol dan Eksperimen…….. 272

29 Uji NormalitasPosttestHasil Belajar Anak Pada Kelompok Kontrol dan Eksperimen ……… 274

30 Uji HomogenitasPosttestHasil Belajar Anak Pada Kelompok Kontrol dan Eksperimen ……… 275

31 Uji Perbedaan Hasil Belajar AntaraPretest-PosttestKelompok Kontrol 276

32 Uji Perbedaan Hasil Belajar AntaraPretest-PosttestKelompok Eksperimen 277

33 Uji Perbedaan Aktivitas Anak AntaraPosttestKelompok Kontrol dengan Kelompok Eksperimen 278

34 Uji Perbedaan Hasil Belajar AntaraPosttestKelompok Kontrol dengan Eksperimen 279 35 R Tabel (Pearson Product Moment) (Level of Satistics Significance 0.05 and 2 Tailed)……… 280

36 T Table Statistics ……… 281

37 Surat Keputusan Dekan FIP UNNES ……… 282

(21)

1 1.1. Latar Belakang

Lembaga PAUD di Semarang yang didirikan semakin banyak akhir-akhir ini, Lembaga PAUD yang tergabung dengan IGTKI tahun 2012 sebanyak 28 dan tahun 2013 menjadi 29 lembaga (3,6 %), yang tergabung dengan HIMPAUDI tahun 2012 sebanyak 18 dan tahun 2013 menjadi 27 lembaga (66, 7 %), yang tergabung dengan IGRA dari tahun 2012-2013 sebanyak 12 lembaga. Semakin tinggi tuntutan masyarakat berharap anak usia dini terpenuhi hak dan kebutuhannya. Pendidikan Anak usia dini saat ini, dihadapkan pada bagaimana upaya mempersiapkan anak menuju jenjang pendidikan selanjutnya secara tepat dan aman. Berlakunya Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab I, pasal I, butir 14 menyatakan bahwa

“Pendidikan Anak usia Dini adalah suatu pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak

lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar

anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.

(22)

tersebut harus dilakukan secara tepat dan aman, oleh karena itu PAUD harus dilandasi oleh hasil studi multidisiplin.

Kondisi PAUD di Kecamatan Gungungpati saat ini masih jauh dari target pencapaian ideal. Diantara permasalahan pokok PAUD yang sangat dilematis yang disebabkan tuntutan masyarakat terhadap uotput PAUD masih berorientasi akademik, bukan developmental. Media pembelajaran siap pakai masih sedikit jumlahnya terutama yang dapat digunakan oleh pendidik dalam “membelajarkan anak”. Stimulasi persiapan anak menuju jenjang pendidikan lebih lanjut masih menjadi sorotan utama bagi praktik PAUD di Indonesia. Pertentangan dua kepentingan, yakni kepentingan untuk melejitkan

“prestasi” anak dan kepentingan untuk melindungi anak dari praktik pengajaran yang

merugikan anak.

Fakta riil dilapangan menunjukkan bahwa sebagian pendidik atau lembaga PAUD masih terus melakukan praktik-praktik semacam itu, padahal sebagaimana dinyatakan Vygotsky (Bodrova & leong, 1996) cara-cara pemaksaan dalam pembelajaran tidak akan membuat anak memperoleh ilmu dan pengalaman, tetapi justru akan kehilangan masa-masa emas proses pemerolehan pembelajaran yang menyenangkan. Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi antara guru (communicator) yang bertugas menyampaikan pesan pendidikan (massage) kepada anak (Communican). Menurut Heinich, Molenda, dan Russell (1993) Media adalah alat saluran komunikasi. Agar pesan pendidikan yang disampaikan guru dapat diterima dengan baik oleh anak secara efektif dan efisien.

(23)

menyenangkan dan membangkitkan minat belajar. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan atau disediakan oleh guru dimana penggunanya diintegrasikan kedalam tujuan dan isi pembelajaran, sehingga dapat membantu meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran serta mencapai kompetensi pembelajarannya. Sedangkan media dalam pembelajaran adalah segala bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan untuk meyampaikan pesan/informasi dari sumber kepada anak didik yang bertujuan agar dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian anak didik mengikuti kegiatan pembelajaran. Jika pada pendidikan orang dewasa mengenal istilah learning by doing (belajar sambil bekerja), pada anak usia dini sewajarnya menerapkan istilah learning by playing (belajar sambil bermain). Anak akan menganggap kegiatan belajar itu menyenangkan seperti bermain yang berbentuk permainan yang mudah dipahami. Permainan di Lembaga PAUD tidak terlepas dari media yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian anak didik untuk tercapainya tujuan pendidikan.

(24)

pembelajaran anak akan sesuai dengan tahap usia perkembangannya yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran yang menyenangkan.

Lembaga PAUD di Kecamatan Gunungpati Semarang sebagian besar memberikan PR (pekerjaan rumah) dan menggunakan lembar kerja dalam hal ini termasuk majalah yang merupakan media pembelajaran berupa pemberian tugas. Lembar kerja yang beredar di Semarang banyak digunakan di Lembaga PAUD di Gunungpati pada rentang waktu tertentu. Lembar kerja adalah lembaran yang dibuat atau disusun oleh guru dan diberikan kepada siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Bentuk Lembar kerja sangat bervariasi, baik yang berwarna maupun tidak berwarna, harganyapun bervariasi dari yang murah hingga yang mahal. Menurut poerwodarminto, lembar kerja (Majalah) adalah surat kabar berkala yang diterbitkan secara mingguan, bulanan dan sebagainya. Majalah memiliki andil yang sangat besar sebagai sarana peningkatan ilmu pengetahuan bagi pembacanya. Selain itu majalah merupakan media belajar yang mudah dijangkau oleh sekolah dan dapat diperoleh dimana-mana. Namun demikian, sampai saat ini belum diketahui model majalah yang tepat sehingga dapat difungsikan guru sebagai pembelajaran.

(25)

mengharuskan anak duduk menyimak penjelasan guru, melaksanakan perintah guru, dan tidak terlibat aktif dalam proses pencarian makna melalui pembelajaran yang menyenangkan.

Sampul majalah yang beredar di Kota Semarang seringkali bertuliskan

“Sesuai Standar Pendidikan Anak Usia Dini” atau “Sesuai Kurikulum Terbaru

PAUD/KB-TK”. Tulisan tersebut sebagai salah satu jaminan lembar kerja tersebut layak sebagai media pembelajaran anak di Sekolah. Meskipun majalah dianggap media praktis, namun isi lembar kerja pada pemberian tugas dari tahun ketahun bersifat monoton dan belum sesuai dengan pendekatan kurikulum permendiknas No.58 tahun 2009. Kompetensi dasar yang dituliskan pada bagian atas majalah biasanya dikembangkan menjadi indikator yang hanya terdapat sedikit perbedaan antara majalah yang diperuntukkan anak TK A (usia 4-5 tahun) dengan anak TK B (usia 5-6 tahun) bahkan ada kegiatan pemberian tugas yang sama. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lembar kerja, anak belum sepenuhnya terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.

(26)

kerja. Bunyi atau suara akan lebih baik apabila dilafalkan dengan lisan atau media yang menimbulkan bunyi/suara.

Pelaksanaaan pembelajaran aktif di lembaga PAUD menjadi harapan mempersiapkan anak menuju jenjang pendidikan lebih lanjut sesuai dengan perkembangan usianya. Hasil penelitian Musfiroh, (2006) menunjukkan bahwa para guru belum memperoleh cukup bekal untuk membuat kegiatan-kegiatan bermain, serta belum

memiliki kematangan bekal. Prinsip “bermain sambil belajar” atau “belajar melalui

bermain” belum sepenuhnya dilaksanakan sebagai landasan pembelajaran. Sebagian guru

masih memilah antara belajar dan bermain, sehingga ada pengaturan waktu belajar dan bermain. Belajar diartikan sebagai aktivitas produktif dan bermain sebagai aktivitas tidak produktif. Padahal, baik belajar maupun bermain merupakan aktivitas yang komplementer dan integralistik dalam kehidupan anak. Melalui proses pembelajaran dengan kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak yaitu melalui bermain, diharapkan dapat merangsang dan memupuk kreativitas anak sesuai dengan potensi yang dimilikinya untuk pengembangan diri sejak usia dini. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh (Mulyasa, 2005:164) bahwa “Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan

pengalaman belajar”.

(27)

5000 ke 8000 kata, jumlah kata dalam kalimat bertambah dan struktur kalimat menjadi lebih rumit. Mereka semakin pandai mengkomunikasikan gagasan dan perasaan mereka dengan kata-kata (Ninio & Snow, 1996). Anak usia 5-6 tahun juga senang bicara, bercakap-cakap dan senang menggunakan bahasa untuk meragakan permainan dan cerita. Apabila pembelajaran lingkup perkembangan bahasa pada anak dikembangkan menggunakan lembar kerja yang terbatas beberapa lembar saja pada tiap majalah, maka perkembangan bahasa anak akan terbatasi kesempatannya. Selain itu perkembangan bahasa anak usia 5-6 tahun dapat belajar kata-kata sulit terkait dengan hal yang mereka minati (misalnyaTyrannosaurus, StegosaurusdanTarantula).

Bahasa menjadi sarana untuk perkembangan baca tulis, salah satu pertanda paling penting untuk baca tulis adalah perkembangan bahasa (Snow & Tabors, 1998; Woodward, Haskins, & Schaefer, 2004). Bahasa menjadi sarana akses pengalaman, perkembangan pengetahuan tentang huruf, dan kemampuan penting lainnya yang perlu dicapai agar mereka siap menerima manfaat dari instruksi membaca dan berinteraksi dengan orang lain. Selain itu bahasa bagi anak akan memberi kesempatan menyelidiki lingkungan mereka dan membangun dasar-dasar untuk belajar baca tulis, mulai terlibat dan bereksperimen dengan membaca dan menulis. Baca tulis dapat dikembangkan menggunakan pendekatan seluruh bahasa dan penggunaan metode ilmu bunyi bahasa (orang baru belajar membaca), apabila jenis bacaan berupa lembar kerja yang mendekati teks pada kenyataannya sebatas penyelesaian tugas saja.

(28)

tua. Media Fun works dapat digunakan di dalam kelas dengan meminimalkan penggunaan lembar kerja yang bersifat sementara dan kurang bervariasi. Mediafun works dibuat dari gambar, kertas HVS yang sudah tidak digunakan lagi (masih dapat dimanfaatkan) yang dirancang sedemikian rupa untuk media pembelajaran. Media fun works disesuaikan dengan tema yang dikembangkan Lembaga PAUD berdasarkan kurikulum permendiknas No.58 tahun 2009. Media fun works yang dikembangkan diharapkan dapat membantu Lembaga PAUD atau guru agar anak terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Prinsip mediafun workspada dasarnya mengacu pada alat permainan edukatif yaitu sesuatu yang dapat digunakan sebagai sarana atau alat permainan yang mengandung nilai pendidikan dan dapat mengembangkan seluruh aspek kemampuan anak. Media fun works disini adalah sarana yang dibuat peneliti yang dapat merangsang aktivitas anak untuk mempelajari sesuatu denganprinsip learning by playingtanpa anak menyadarinya, yang bersifat sederhana. Menurut Hughes seorang ahli perkembangan anak dalam bukunyaChildren, play, and development(Andang Ismail, 2006: 14), menyatakan bahwa bermain merupakan hal yang berbeda dengan belajar dan bekerja. Suatu kegiatan yang disebut bermain harus ada lima unsur didalamnya, yaitu mempunyai tujuan, memilih dengan bebas, menyenangkan, imajinatif dan anak melakukan secara aktif dan sadar. Setiap aktivitas bermain selalu didasarkan pada perolehan kesenangan dan kepuasan. Sebab, fungsi utama bermain adalah untuk relaksasi dan menyegarkan kembali (Refreshing)kondisi fisik dan mental yang berada diambang ketegangan.

(29)

melakukannya dengan sukarela, tanpa paksaan, atau mengharapkan penghargaan. Keinginan anak untuk bermain dengan mediafun works, anak akan menemukan sesuatu yang baru merupakan cermin kerja seorang ilmuwan. Bermain merupakan potensi terbaik dalam diri anak untuk menumbuhkembangkan minat belajar dan kreativitasnya, maka anak akan siap mempelajari segala sesuatu untuk mempersiapkan diri menuju jenjang pendidikan lebih lanjut.

Media fun works akan disusun sedemikian rupa supaya menyenangkan, gembira dan demokratis sehingga menarik anak untuk terlibat dalam setiap kegiatan pembelajaran. Hasil pembelajaran anak dengan menggunakan media fun works akan diperoleh dengan memberikan kesempatan menyenangkan yang dilakukan tanpa beban, sukarela dan secara spontan. Bermain dengan menggunakan mediafun worksdiharapkan menjadi cara efektif untuk mempersiapkan anak usia 5-6 tahun untuk menuju jenjang pendidikan lebih lanjut. Variasi bentuk media fun works memberikan ragam dalam penggunaannya. Penggunaan media fun works yang digunakan dengan mengacu pada totalitas, komunikasi, sesuatu yang baru, kognitif, percaya diri, imajinasi, kreatif, sosialisasi, toleransi dan bekerjasama, motorik kasar dan motorik halus.

Berdasarkan pemaparan tersebut diatas, peneliti berharap pembelajaran dikelas tidak lagi menjadi pembelajaran pasif dan membosankan bagi anak. Anak lebih aktif dan menikmati kegiatan pembelajaran di sekolah. Apabila media fun works yang digunakan di sekolah lebih efektif sebagai media pembelajaran, diharapkan guru dapat

mengembangkan sesuai prinsip “belajar sambil bermain atau belajar dengan bermain”.

(30)

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar anak menggunakan lembar kerja dan fun works berdasarkan kurikulum Permendiknas No.58 tahun 2009, Indeks keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran.

Hasil belajar anak akan menjadi motivasi untuk meningkatkan pembelajaran, selain mengembangkan ekspresi, fantasi dan imajinasi juga dapat meningkatkan pemahaman anak terhadap sesuatu. Hasil belajar anak merupakan sesuatu yang terjadi oleh suatu kerja atau peolehan/output. Hasil pembelajaran anak yang didokumentasi sebagai bahan evaluasi lembaga PAUD dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mempersiapkan anak menuju pendidikan lebih lanjut.

Penelitian ini bermaksud untuk membantu menerapkan pembelajaran dengan prinsip learning by playing atau belajar sambil bermain dan belajar dengan bermain dengan judul penelitian “Perbedaan Aktivitas dan Hasil Pembelajaran Anak Menggunakan Lembar Kerja dan Media Fun Works Berdasarkan Kurikulum Permendiknas No.58 Tahun 2009”. Berdasarkan pemaparan tersebut peneliti berharap bahwa pembelajaran pada Anak Usia Dini dapat meningkatkan keaktifan anak agar siap menuju jenjang pendidikan lebih lanjut.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah Perbedaan aktivitas dan hasil pembelajaran anak menggunakan lembar kerja dan fun works berdasarkan kurikulum Permendiknas No.58 tahun 2009 adalah sebagai berikut:

(31)

2) Apakah ada perbedaan hasil pembelajaran anak dengan menggunakan lembar kerja dan mediafun works?

1.3 Batasan Masalah

Luasnya pembelajaran di lembaga PAUD maka peneliti memberikan pembatasan masalah pada tingkat pencapaian perkembangan lingkup perkembangan bahasa berdasarkan kurikulum permendiknas No.58 tahun 2009. Indikator yang dikembangkan adalah sebagai berikut:

1.3.1 Lingkup perkembangan Bahasa 1.3.1.1 Menerima Bahasa

1) Mengerti beberapa perintah secara bersamaan. 2) Mengulang kalimat yang lebih kompleks. 3) Memahami aturan dalam suatu permainan. 1.3.1.2 Mengungkapkan Bahasa

1) Menjawab pertanyaan yang lebih kompleks.

2) Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi yang sama.

3) Berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, serta mengenal simbol-simbol untuk persiapan membaca, menulis dan berhitung.

4) Menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok kalimat-predikat-keterangan).

(32)

6) Melanjutkan sebagian cerita/dongeng yang telah diperdengarkan. 1.3.1.3 Keaksaraan

1) Menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal.

2) Mengenal suara huruf awal dari nama benda-benda yang ada disekitarnya. 3) Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi/huruf awal yang

sama.

4) Memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf. 5) Membaca nama sendiri.

6) Menuliskan nama sendiri.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Mengetahui perbedaan tingkat keaktifan anak pada pembelajaran dengan menggunakan lembar kerja dan mediafun works

2) Mengetahui perbedaan hasil pembelajaran anak dengan menggunakan lembar kerja mediafun works.

1.5 Manfaat Penelitian

(33)

1.5.1 Bagi Peserta Didik

1) Anak memiliki kesempatan untuk menggali potensi dirinya secara aktif serta dapat tumbuh dan berkembang secara optimal

2) Anak benar-benar siap menuju jenjang pendidikan lebih lanjut tanpa merasa terbebani dan terpaksa.

3) Hasil pembelajaran anak dapat mencapai tingkat pencapaian perkembangan berdasarkan kurikulum permendiknas No.58 tahun 2009 1.5.2 Bagi Lembaga dan Guru

1) Sebagai masukan bagi guru agar dapat memanfatkan media pembelajaran yang menunjang untuk mempersiapkan anak menuju jenjang pendidikan lebih lanjut

2) Sebagai bahan pertimbangan dalam memilih dan menentukan lembar Kerja yang akan digunakan oleh siswa sebagai penunjang pembelajaran. 3) Diharapkan guru dapat mengimplementasikan pembelajaran “bermain

sambil belajar dan belajar dengan bermain” dengan mediafun works

4) Guru dapat menggunakan variasi media yang disertai permainan menyenangkan berdasarkan kurikulum permendiknas No.58 tahun 2009. 1.5.3 Bagi Peneliti

(34)

2) Peneliti dapat mengembangkan kurikulum Permendiknas No.58 tahun 2009 untuk membentuk generasi berkualitas dan mengembangkan potensi luar biasa pada diri masing-masing anak.

1.5.4 Bagi Pengembang kurikulum

1) Sebagai bahan pertimbangan untuk menyeleksi dan menentukan kelayakan lembar kerja (majalah) yang ditinjau dari beberapa aspek berdasarkan kurikulum Permendiknas No.58 tahun 2009

2) Para pemegang kebijakan sepenuhnya memihak pada kepentingan anak

1.5.5 Bagi Orang Tua dan Masyarakat

1) Masyarakat tidak lagi menuntut terhadap Lembaga PAUD dengan uotput yang berorientasi akademik, tetapi berorientasi developmental.

2) Terciptanya sumber belajar siap pakai berupa mediafun worksyang dapat

digunakan oleh pendidik dan orang tua dalam “membelajarkan anak”.

1.6 Sistematika Penulisan Skripsi

Skripsi ini terdiri atas beberapa bagian yang masing-masing diuraikan sebagai berikut:

1. Bagian awal skripsi, terdiri dari halaman judul, halaman pengesahan, pernyataan, motto, persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar gambar dan daftar tabel.

(35)

BAB I : Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II :Tinjauan Pustaka berisi tentang teori-teori yang mendukung dan berkaitan dengan permasalahan skripsi sehingga dapat dijadikan sebagai teori penunjang yang menjadi dasar-dasar disusunnya skripsi.

BAB III : Metode penelitian berisi tentang langkah atau proses penelitian. Bab ini meliputi identifikasi masalah, perumusan masalah, studi pustaka, pemecahan masalah, dan penarikan simpulan.

BAB IV : Hasil dan pembahasan berisi tentang hasil penelitian dan Pembahasan yang mengkaji perbedaan aktivitas dan hasil Pekerjaan anak dengan menggunakan majalah dan mediafun worksberdasarkan kurikulum permendiknas No. 58 tahun 2009.

BAB V : Penutup berisi tentang simpulan dari pembahasan dan saran-saran yang berkaitan dengan simpulan sehingga bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

(36)

16 2.1 Aktivitas

[image:36.595.101.502.496.701.2]

Setiap individu memiliki aktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Aktivitas adalah suatu kegiatan. Aktivitas ada dua macam yakni aktivitas positif dan aktivitas negatif. Aktivitas positif adalah suatu kegiatan yang dilakukan atas dirinya sendiri maupun kehendak orang lain yang bersifat serius/sungguh-sungguh, menggunakan waktu secara efektif yang dilakukan untuk sesuatu yang berguna/bermanfaat. Aktivitas negatif adalah kegiatan yang dilakukan atas diri sendiri, bebas, apabila atas kehendak orang lain akan dilakukan tanpa paksaan dengan tujuan untuk memperoleh kesenangan pada waktu mengadakan kegiatan tersebut. Berikut adalah tabel perbedaan aktivitas positif dan negatif (Dani, 2009:20)

Tabel. 2.1 Perbedaan Aktivitas Positif dan Negatif

No Perbedaan Aktivitas

Positif Negatif

1 Serius/Sungguh-sungguh Keasyikan/remeh-temeh 2 Kadang-kadang dipaksa Tanpa paksaan sama sekali

3 Berarti/berguna: bekerja Tidak berarti/tidak berguna: bermain

4 Waktu efektif Waktu tidak efektif 5 Terikat oleh syarat tertentu Bebas/tidak terikat

6 Pokok/Utama Sebagai penunjang/pelengkap 7 Berorientasi hasil/materi Kesenangan/hiburan

(37)

Aktivitas adalah bagaimana mengubah sesuatu yang kita pikirkan dari suara hati menjadi sesuatu yang kita jalani baik kegiatan positif atau negatif.

Aktivitas positif adalah suatu kegiatan yang bersifat serius, dilakukan dengan paksaan, berguna, penggunaan waktu efektif, terikat syarat tertentu, bersifat utama, berorientasi pada hasil yang ditujukan orang dewasa dengan mengeluarkan biaya. Aktivitas negatifadalah suatu kegiatan yang bersifat remeh, dilakukan atas kehendak sendiri dengan bebas pada waktu yang tidak efektif, bersifat sebagai pelengkap untuk kesenangan, ditujukan untuk anak-anak yang tidak mengeluarkan biaya

2.1.1 Pengertian Aktivitas

Pengertian aktivitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti kegiatan, usaha, kekuatan, ketangkasan serta kegairahan. Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak di mana manusia memerlukannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (2011). Sedangkan menurut Syaifudin (2010) kegiatan adalah upaya yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Aktivitas anak usia dini adalah kegiatan yang dilakukan anak pada proses belajar anak usia dini yang menitikberatkan pada usaha belajar sambil beraktivitas. Aktivitas anak usia dini merupakan aktivitas yang sesuai dengan karakteristik anak usia dini yaitu bermain/aktivitas negatif.

2.1.2 Konsep Aktivitas Anak Usia Dini

Setiap bentuk aktivitas hidup yang mengarah pada tujuan peningkatan kualitas diri dengan cara tertentu, terutama memberdayakan seluruh atau sebagian panca indra secara sadar dan sengaja dapat dinamakan belajar. Begitu pula dengan konsep aktivitas anak usia dini tujuannya untuk mengoptimalkan kinerja panca indra supaya menghasilkan keahlian, pengetahuan dan ketrampilan baru sesuai karakteristik anak.

(38)

Montessori (Seldin 2011: 18) mengatakan bahwa: “Anak yang diperlakukan dengan hormat untuk mencoba aktivitas baru akan lebih siap belajar untuk melakukan hal-hal bagi dirinya sendiri. Anak lebih percaya bahwa dirinya mampu dan mandiri apabila diberi kebebasan belajar untuk memilih aktivitas yang mereka inginkan, dan berkreasi selama yang mereka mau, menarik minatnya, mencoba eksplorasi baru, mengatur komunitasnya sendiri dan mengembangkan ketrampilan kepemimpinan” .

Anak usia dini beraktivitas dengan caranya sendiri yaitu melalui bermain. Bermain merupakan cara belajar yang sangat penting bagi anak usia dini. Guru dan orang tua sering mengajarkan anak sesuai jalan pikiran orang dewasa, seperti melarang anak untuk bermain. Akibatnya apa yang diajarkan orang tua sulit diterima anak dan banyak hal yang disukai anak dilarang oleh orangtua; sebaliknya banyak hal yang disukai orangtua tidak disukai anak. Untuk itu orang tua dan guru perlu memahami hakikat perkembangan anak dan hakikat PAUD agar dapat memberi pendidikan yang sesuai dengan jalan pikiran anak.

Proses pendidikan yang bersifat holistik pada aktivitas anak usia dini, proses sama pentingnya dengan hasil. Aktivitas anak usia dini akan berdaya guna apabila indikator dibawah ini dapat tercapai secara maksimal. Adapun indikator komponen aktivitas adalah sebagai berikut:

(39)

2) Komunikasi (Oral activities), yaitu anak dapat merkomunikasi dari ide-ide dan imajinasi yang ada dalam pikirannya, dengan bertanya/menjawab pertanyaan, bercakap-cakap, berdialog atau bercerita sederhana.

3) Inovatif/sesuatu yang baru, yaitu media yang baru, permainan baru yang akan tercipta sikap yang baru pula dari anak.

4) Kognitif (Mental activities), yaitu anak dilatih untuk merealisasikan ide-ide dan imajinasi dalam pikirannya untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam permainannya

5) Percaya diri (Emotional activities), yaitu anak akan merasa nyaman ketika bermain dengan teman-temannya, menunjukan hasil karyanya dan tidak merasa minder ketika melakukan kesalahan

6) Imajinasi, yaitu anak dapat melakukan apa saja sesuai imajinasinya dengan sarana media yang disediakan

7) Kreatif, yaitu media dapat dikreasikan dengan permainan yang dapat dilakukan oleh anak.

8) Sosialisasi, yaitu anak dapat menghargai orang lain, tidak memaksakan kehendak, toleransi dan bekerjasama baik dengan teman maupun guru

9) Motorik kasar dan motorik halus yaitu media dapat digunakan dengan berbagai variasi yang dapat mendukung perkembangan motorik kasar dan motorik halus anak.

10) Pengamatan (Visual activities) yaitu anak mampu membaca, memperhatikan dan mengamati pembelajaran

(40)

2.2 Pembelajaran

2.2.1 Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran untuk anak usia dini akan lebih bermakna apabila pembelajaran dilakukan dengan menggabungkan suatu tema pada kehidupan nyata, karena akan lebih menarik dan lebih cepat dipahami oleh anak. Pembelajaran dilakukan dengan melihat keseluruhan materi yang akan disampaikan dan mengkombinasikan seluruh aspek kemampuan anak usia dini. Menurut Feuestein (Gunawan 218: 2004) mengatakan bahwa:

”Kecerdasan anak dapat dimodifikasi (Modifiable Intelligence) antara kemampuan

kognitif dengan dasar pengalaman yang dialami anak”

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 menyatakan bahwa, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (Sagala, 2003)“Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada

penyediaan sumber belajar”

Menurut Nana Sujana 1990 dalam Purwati 2011 didalam Tinjauan Pustaka mengatakan bahwa proses belajar mengajar yang optimal mempunyai ciri-ciri (1) Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar pada diri anak, (2) Menambah keyakinan akan kemampuan diri anak, (3) Hasil belajar anak bermakna bagi anak, (4) hasil belajar anak diperoleh siswa secara menyeluruh, (5) kemampuan siswa untuk mengontrol dan menilai kemampuannya.

(41)

hasil belajar yang menimbulkan pengaruh belajar. Definisi pembelajaran tersebut mengandung berbagai fungsi seperti membantu, membimbing, melatih, memelihara, merawat, menumbuhkan, mendorong, membentuk, meluruskan, menilai, dan mengembangkan.

Peraturan Pemerintah RI No. 19/2005 pasal 19 (2010) bahwa: “Proses

pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup untuk berprakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai

dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik”

Alan Roger (2003) menyatakan “Pembelajaran sebagai sebuah produk dan sebuah proses tentang pembelajaran tugas-sadar atau kemahiran, serta pembelajaran sadar atau terformalisasikan”. Pembelajaran sebagai sebuah produk didefinisikan sebagai perubahan dalam perilaku atau adanya sebuah hasil yang bisa diakui dan dilihat yang menyoroti pembelajaran yang krusial (perubahan). Pembelajaran sebagai sebuah proses yakni ada sebuah perhatian dengan apa yang terjadi ketika pembelajaran berlangsung, pembelajaran bisa diajarkan sebagai sebuah proses yang dengannya perubahan perilaku terjadi sebagai hasil dari pengalaman.

Pembelajaran menurut Saljo (1979) adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran sebagai sebuah peningkatan pengetahuan kuantitatif yaitu mendapatkan informasi atau mengetahui banyak hal.

(42)

3. Pembelajaran sebagai proses memperoleh fakta-fakta, ketrampilan, dan metode yang dapat dikuasai dan digunakan sesuai kebutuhan

4. Pembelajaran sebagai proses memahami atau mengabstraksikan makna yaitu melibatkan satu sama lain antara subyek permasalahan dengan dunia nyata

5. Pembelajaran sebagai proses penafsiran dan pemahaman akan realitas dalam sebuah cara yang berbeda yaitu dengan menafsirkan kembali pengetahuan (Mark, 2010: 30).

2.2.2 Paradigma Pembelajaran

Pembelajaran pada UU Sisdiknas No.20/2003 menunjuk peranan siswa aktif sekaligus mengoreksi peranan dominan guru. Perubahan paradigma pendidikan dari pengajaran bergeser menjadi pembelajaran. Perubahan paradigma dari pengajaran bergeser menjadi pembelajaran dapat dibandingkan dalam tabel berikut:

(43)
[image:43.595.93.515.130.505.2]

Tabel 2.2 Perubahan Paradigma dari Pengajaran Bergeser Menjadi Pembelajaran

No Pengajaran Pembelajaran

1 Berpusat pada guru Berpusat pada anak/pembelajar

2 Guru dominan dalam aktor kelas Guru sebagai fasilitator (penulis skenario) 3 Suasana “tertib”, tenang, kaku dan

membosankan

Suasana “Hidup”, menyenangkan, dan

interaktif

4

Anak terlibat dalam kompetensi dengan siswa lain, dengan motivasi mengalahkan teman

Siswa didorong bekerjasama mencapai tujuan. Tolong-menolong dalam memecahkan masalah dan bertukar pikiran

5

Anak adalah tempat guru mencurahkan pengetahuan (banking system). Prestasinya adalah sejumlah hapalan/reproduksi pengetahuan

Anak adalah pelaku proses pengalaman mengambil keputusan, memecahkan masalah, menganalisis dan mengevaluasi. Kegiatan intelektual memproduksi pengetahuan

6

Evaluasi oleh guru bersifat menyeleksi dan merangking kuantitas hapalan

Evaluasi oleh anak bersifat refleksi dan berperan memperbaiki proses untuk meningkatkan prestasi

7 Sumber belajar buku teks dan guru

Sumber belajar adalah pengalaman eksplorasi mandiri dan pengalaman keberhasilan temannya dalam memecahkan masalah

8 Tempat belajar sebatas ruang kelas Tempat belajar seluas jagat raya

Pengajaran merupakan kegiatan yang dilakukan didalam kelas, kegiatan berpusat pada guru (guru sebagai aktor kelas), suasana tertib, tenang, kaku dan membosankan. Anak terlibat dalam kompetensi dengan motivasi mengalahkan teman, anak adalah tempat mencurahkan pengetahuan berupa reproduksi pengetahuan dengan sumber belajar berupa buku teks dan guru.

(44)

2.2.3 Pembelajaran Untuk Anak Usia Dini

Pembelajaran anak usia dini/TK pada hakikatnya adalah pembelajaran yang berorientasi bermain (belajar sambil bermain dan bermain sambil belajar), pembelajaran yang berorientasi perkembangan yang lebih banyak memberi kesempatan kepada anak untuk dapat belajar dengan cara-cara yang tepat. Setiap kegiatan harus mencerminkan jiwa bermain, yaitu senang, merdeka, volunter, dan demokratis. Setiap permainan yang diberikan harus diberi muatan pendidikan sehingga anak dapat belajar. Bermain adalah sebuah kegiatan yang berulang-ulang yang menimbulkan rasa senang dan puas bagi anak. Bermain sebagai sarana bersosial, kesempatan bereksplorasi, mengekspresikan perasaan, berkreasi dan menemukan sarana pembelajaran yang menyenangkan sekaligus sebagai wahana pengenalan diri dan lingkungan sekitar anak mendapati kehidupannya (Trianto, 2011: 28).

Pembelajaran menurut Sudjana (2000) adalah upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Surya (2004) menyatakan bahwa, pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Definisi tersebut menunjukan bahwa pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku dalam diri individunya. Proses pembelajaran merupakan aktivitas yang menghubungkan anak dengan subyek dan berkaitan dengan dunia nyata (Utomo, 2010: 28).

Beberapa pengertian pembelajaran adalah sebagai berikut:

(45)

hubungan dengan subjek belajar serta perlu diberikan reinforcement untuk meningkatkan motivasi kegiatan belajar.

2. Menurut teori kognitif pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar memahami apa yang dipelajari.

3. Menurut teori Gestalt, pembelajaran adalah usaha guru memberikan mata pelajaran sedemikian rupa sehingga siswa lebih mudah mengaturnya menjadi suatu yang bermakna (pola bermakna). Bantuan guru diperlukan untuk mengaktualkan potensi yang terdapat pada diri siswa.

4. Menurut teori Humanistik, pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada si belajar untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya (Haryanto 2003:8).

2.2.4 Karakteristik Pembelajaran Anak Usia Dini

Anak memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa dalam hal belajar. Karakteristik cara belajar anak merupakan fenomena yang harus dipahami dan dijadikan acuan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran untuk anak usia dini. Adapun karakterisktik cara belajar anak menurut Masitoh dkk. (2009: 6.9 – 6.12) adalah :

1. Anak belajar melalui bermain.

(46)

2. Anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya. 3. Anak belajar secara alamiah

Anak belajar paling baik jika apa yang dipelajarinya mempertimbangkan keseluruhan aspek pengembangan, bermakna, menarik, dan fungsional. Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini, menurut Sujiono dan Sujiono (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 138), pada dasarnya adalah pengembangan kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang diberikan pada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang harus dikuasainya dalam rangka pencapaian kompetensi yang harus dimiliki oleh anak.

Atas dasar pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa pembelajaran untuk anak usia dini memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Belajar, bermain, dan bernyanyi

Pembelajaran untuk anak usia dini menggunakan prinsip belajar, bermain, dan bernyanyi (Slamet Suyanto, 2005: 133). Pembelajaran untuk anak usia dini diwujudkan sedemikian rupa sehingga dapat membuat anak aktif, senang, bebas memilih. Anak-anak belajar melalui interaksi dengan alat-alat permainan dan perlengkapan serta manusia. Anak belajar dengan bermain dalam suasana yang menyenangkan. Hasil belajar anak menjadi lebih baik jika kegiatan belajar dilakukan dengan teman sebayanya. Dalam belajar, anak menggunakan seluruh alat inderanya.

2. Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan

(47)

Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan harus sesuai dengan tingkat usia anak, artinya pembelajaran harus diminati, kemampuan yang diharapkan dapat dicapai, serta kegiatan belajar tersebut menantang untuk dilakukan anak di usia tersebut.

Praktik pembelajaran yang berorientasi perkembangan menekankan pada hal-hal sebagai berikut: (1) anak secara holistik, (2) program pendidikan yang bersifat individual, (3) pentingnya kegiatan yang diprakarsai anak, (4) fleksibel, lingkungan kelas menstimulasi anak, (5) pentingnya bermain sebagai wahana belajar, (6) kurikulum terpadu, (7) belajar melalui bekerja, (8) memberikan pilihan kepada anak tentang apa dan bagaimana caranya belajar, (9) penilaian bersifat kontinu, dan (10) bermitra dengan orang tua untuk mendukung perkembangan dan belajar anak.

Prinisp-prinsip pembelajaran yang berorientasi perkembangan dapat diidentifikasi dari beberapa dimensi, sebagai berikut:

1. Menciptakan iklim yang positif dan kondusif untuk belajar.

2. Membantu keeratan kelompok dan memenuhi kebutuhan individu.

3. Lingkungan dan jadwal hendaknya memberi kesempatan kepada anak untuk berpartisipasi aktif, mengambil inisiatif, melakukan eksplorasi terhadap objek dan lingkungannya.

4. Pengalaman belajar hendaknya dirancang secara konkret dan memberi kesempatan kepada anak untuk memilih kegiatannya sendiri.

(48)

6. Strategi pembelajaran dirancang agar anak dapat berinteraksi dengan anak lainnya secara individual dan dalam kelompok kecil.

7. Motivasi dan bimbingan diberikan agar anak mengenal lingkungannya, mengembangkan keterampilan sosial, pengendalian dan disiplin diri.

8. Kurikulum diorganisasikan secara terpadu untuk mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak yang meliputi aspek fisik motorik, sosial emosi, kognitif, bahasa, dan seni.

9. Penilaian terhadap anak dilakukan secara kontinu, melalui observasi.

10. Mencatat dan mendokumentasikan hal-hal yang telah dilakukan anak dan cara melakukan kegiatan tersebut.

Manusia merupakan makhluk individu. Perbedaan individual juga harus manjadi pertimbangan guru dalam merancang, menerapkan, mengevaluasi kegiatan, berinteraksi, dan memenuhi harapan anak. Selain berorientasi pada usia dan individu yang tepat, pembelajaran berorientasi perkembangan harus mempertimbangkan konteks sosial budaya anak. Untuk dapat mengembangkan program pembelajaran yang bermakna, guru hendaknya melihat anak dalam konteks keluarga, masyarakat, faktor budaya yang melingkupinya.

(49)

2.3 Aktivitas Pembelajaran

Proses aktivitas belajar harus melibatkan seluruh aspek psikofisis peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga akselerasi perubahan perilakunya dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Kegiatan pembelajaran memerlukan sebuah perencanaan agar pencapaian tujuan pendidikan dapat terselenggara dengan efektif dan efisien. Aktivitas dalam belajar dapat memberikan nilai tambah(added value)bagi peserta didik berupa: 1) Peserta didik memiliki kesadaran (awareness) untuk belajar sebagai wujud adanya

motivasi internal(driving force)untuk belajar sejati

2) Peserta didik mencari pengalaman dan langsung mengalami sendiri, yang dapat memberikan dampak terhadap pembentukan pribadi yang integral.

3) Peserta didik belajar berdasarkan minat dan kemampuannya

4) Menumbuhkembangkan sikap disipin dan suasana belajar yang demokratis dikalangan peserta didik

5) Pembelajaran dilaksanakan secara kongkret sehingga dapat menumbuhkembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme

6) Menumbuhkembangkan sikap kooperatif dikalangan peserta didik sehingga sekolah menjadi hidup, sejalan, serasi dengan kehidupan masyarakat disekitarnya.

(50)

2.3.1 Aktivitas Belajar Anak Usia Dini

Dierich yang dikutip Hamalik (1980: 288-209) menyatakan, aktivitas belajar anak usia dini dibagi dalam delapan kelompok yaitu:

1) Kegiatan visual yaitu membaca, melihat gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2) Kegiatan lisan(oral) yaitu, mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi dan interupsi.

3) Kegiatan mendengarkan, yaitu mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, dan mendengarkan radio.

4) Kegiatan menulis, yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuatout lineatau rangkuman, mengerjakan tes, serta mengisi angket

5) Kegiatan menggambar yaitu menggambar, membuatchart,diagram, pola, dan peta. 6) Kegiatan metrik yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan

pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun. 7) Kegiatan mental yaitu merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisa

faktor-faktor, melihat hubungan, dan membuat keputusan.

8) Kegiatan emosional yaitu minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain

(51)

2.3.2 Teori Pembelajaran

Pengikut perspektif pembelajaran (learning perspective) memberikan perhatian kepada perilaku yang dapat diobservasi. Teoritisi aliran ini mempertahankan pendapat bahwa perkembangan merupakan hasil pembelajaran (learning), perubahan didasari oleh pengalaman atau adaptasi kepada lingkungan. Teori aliran pembelajaran adalah behaviorisme (behaviorism) dan teori pembelajaran sosial (social learning theory).Behaviorisme adalah teori mekanistik yang mendeskripsikan perilaku yang dapat diobservasi sebagai respon terhadap pengalaman yang dapat diprediksi. Penelitian behavioral fokus kepada pembelajaran asosiatif (assosiatif learning), dimana hubungan mental antara dua peristiwa terbentuk.

Pembelajaran asosiatif adalah classical conditioning (pengkondisian klasik) dipelopori oleh Ivan Pavlov, John B Watson dan operant conditioning (pengkondisian operant) dipelopori oleh B. F. Skinner. Teori Pembelajaran sosial dipelopori Albert Bandura yang menyatakan bahwa dorongan utama perkembangan bersumber dari orang. Teori ini ada dua macam yaitu (1) pembelajaran sosial klasik menyatakan bahwa orang belajar perilaku sosial dengan mengobservasi dengan mengimitasi model disebut pembelajaran observasional (2) Teori kognitif Bandura yaitu proses kognitif terjadi saat seseorang mengamati model dan secara mental menyatukan pola kepingan kedalam sebuah pola perilaku baru yang kompleks (Diane 44: 2008).

(52)

2.3.2.1 Teori Pembelajaran Aktif 2.3.2.1.1 Teori Organimistik

Jaques Rousseau seorang filsuf Perancis percaya bahwa anak dilahirkan

sebagai “makhluk liar yang bersifat luhur” yang akan berkembang sesuai dengan

kecenderungan alamiah positif kecuali kecenderungan tersebut dikorupsi oleh masyarakat yang reseptif. Rousseau merupakan pelopor model organismik perkembangan yang menyatakan bahwa anak sebagai organism yang aktif dan tumbuh yang kemudian dalam perjalanannya mempengaruhi perkembangan mereka, dorongan perubahan berasal dari dirinya sendiri. Perilaku manusia adalah sebuah keutuhan organik karena tidak dapat diprediksi dengan hanya memecah-mecahnya kedalam respon sederhana terhadap stimulus lingkungan (Diane 35:2008).

2.3.2.1.2 Teori Sosiokultural

(53)

2.3.2.1.3 TeoriActive Learning

Menurut Melvin Silberman, belajar bukan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi kepada siswa. Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan sekaligus. Pada saat kegiatan belajar berlangsung, anak melakukan sebagian besar pekerjaan belajar. Mereka mempelajari gagasan, memecahkan berbagai masalah dan menerapkan yang mereka pelajari (Baharuddin 134: 2008).

Pernyataan Confusius oleh Silberman cara belajar yang diabadikan dengan kredo:

“What I hear, I forget.

What I hear and see, I remember a little

What I hear, see, and ask questions about or discuss whit someone else, I begin to understands.

What I hear, see, discuss, and do, I acquire knowledge and skill.

What I teach to another, I maste”.

Belajar dengan cara mendengarkan akan lupa, dengan cara mendengarkan dan melihat akan ingat sedikit, dengan cara mendengar, melihat dan mendiskusikan dengan anak lain akan paham, dengan cara mendengar, melihat, diskusi, dan ketrampilan, dan cara untuk menguasai pelajaran terbagus adalah dengan mengajarkan. Belajar aktif merupakan langkah menyenangkan yang menyajikan berbagai strategi pembelajaran aktif yang diterapkan semua pembelajaran.

2.3.2.1.4 Teori masa peka; periode sensitif; masa emas

(54)

lingkungannya. Masa Peka merupakan masa peletak dasar pertama untuk mengabungkan kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik, bahasa, sosioemosional dan spiritual. Pendidikan pada usia 5-6 tahun merupakan wahana pendidikan sangat fundamental dalam memberikan kerangka dasar terbentuk dan berkembangnya dasar pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan anak. Keberhasilan pembentukan pada sentra persiapan sangat menentukan keberhasilan tahap-tahap jenjang pendidikan selanjutnya.

Beberapa pemikiran Montessori tentang belajar:

1) Anak memiliki kemampuan sangat besar, dalam realita tak seorangpun mampu mengaktualkan semua potensi kemampuan yang dimiliki. Manusia terlahir dengan kekayaan yang sangat melimpah, sehingga mampu memanfaatkan warisannya, mampu memilih bagian mana yang akan dimanfaatkan sesuka hatinya.

2) Montessori membagi tahap perkembangan anak menjadi umur 0-6, 6-12, 12-18. Ia menganggap masa kehidupan yang paling penting adalah masa pertumbuhan yang pertama, yaitu intelegensi mengalami pembentukan. Keberhasilan pembentukan tahap ini sangat menentukan keberhasilan tahap-tahap selanjutnya.

3) Menurut Montessori manusia terlahir dianugerahi dengan kemampuan untuk mempelajari bahasa lingkungannya, jadi anak menjadi sangat peka terhadap bunyi-bunyi ujaran, menyimak dengan cermat.

4) Periode awal umur 0-6 tahun adalah periode sensitif, masa peka atau masa emas, dimana pikiran anak mudah menyerap apapun dari lingkungannya.

(55)

6) Semakin utuh dan sempurna kebutuhan-kebutuhan pada masa perkembangan terpenuhi, maka semakin besar keberhasilan perkembangan pada masa berikutnya 7) Montessori berkata ketika kita ingin meleburkan gagasan baru untuk merubah atau

memperbaiki adat-istiadat dan kebiasaan masyarakat untuk perubahan watak bangsanya, kita harus memanfaatkan anak-anak sebagai sarananya, karena tidak banyak prestasi yang dapat kita raih jika berbekal dengan orang dewasa.

Teori Maria Montessori menyatakan bahwa anak usia 5-6 tahun sudah dapat mempelajari bahasa lingkungannya melalui stimulasi yang tepat. Jika masa ini disia-siakan maka anak akan semakin kesulitan untuk mempersiapkan diri menuju jenjang pendidikan lebih lanjut. Jika anak telah siap menuju jenjang pendidikan lebih lanjut, maka anak akan lebih mudah meraih prestasi sebagai bekal masa depannya.

2.3.2.1.5 Teori Kognitif

Piaget memandang perkembangan kognitif sebagai produk usaha anak untuk memahami dan bertindak dalam dunia mereka. Piaget yakin bahwa perkembangan kognitif dimulai dari kemampuan bawaan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Fungsi mental berkembang dari pembelajaran berbasis sensorik sederhana serta aktivitas motorik kepada pemikiran yang abstrak dan logis. Pertumbuhan kognitif terjadi melalui tiga fase yang saling berhubungan:organisasi, adaptasidanekuilibrasi.

(56)

ketahui. Ekulibrasi adalah usaha konstan untuk mendapatkan kestabilan atau ekuilibrium-menghendaki perpindahan dari asimilasi ke akomodasi.

Piaget menyatakan bahwa permainan adalah proses berpikir (Carol & Barbara 2008: 23) permainan adalah jalan bagi anak mengembangkan kemampun menggunakan lambang dan memahami lingkungan mereka. Anak usia 5-7 tahun telah memasuki masa prasekolah, yakni masa taman kanak-kanak/masa persiapan untuk memasuki usia Sekolah Dasar. Meskipun berada pada masa prasekolah namun dunianya tetap dunia bermain, maka anak usia pra sekolah masih senang bermain. Dengan bermain, hasil belajar anak akan sesuai dengan tahap usia perkembangannya yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran yang menyenangkan.

Pada teori perkembangan kognitif dalam psikologi pendidikan (Rifa’i dan Anni, 2010: 25-26) terdapat empat konsep pada teori belajar Piaget yaitu:

1) Skema, merupakan kategori pengetahuan yang membantu seseorang dalam memahami dan menafsirkan dunianya.

2) Asimilasi, merupakan proses memasukkan informasi ke dalam skema yang telah dimiliki.

3) Akomodasi, merupakan proses mengubah skema yang telah dimiliki dengan informasi baru.

4) Ekuilibrium, merupakan keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi.

(57)

pengurangan, penggandaan atau mengurutkan sesuatu secara berseri. Dari teori tersebut berarti anak sudah mulai mampu mengguasai penalaran/persepsi anak.

2.3.3 Asas Pembelajaran Untuk Anak Usia Dini

Asas Pembelajaran anak usia dini adalah sebagai berikut: 1) Asas Apersepsi

Perkembangan mental anak dalam mengolah proses hasil belajar dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman serta ketrampilan yang telah dimiliki sebelumnya. Oleh sebab itu, pembelajaran yang dilakukan pendidik hendaknya memperhatikan pengetahuan dan pengalaman, latihan, ketrampilan awal yang telah dimiliki oleh anak sehingga anak dapat mencapai proses hasil belajar yang lebih optimal.

2) Asas Kekongkritan

Melalui interaksi dengan objek-objek nyata dan pengalaman kongkrit, pembelajaran perlu menggunakan berbagai media da

Gambar

Tabel. 2.1 Perbedaan Aktivitas Positif dan Negatif
Tabel 2.2 Perubahan Paradigma dari Pengajaran Bergeser Menjadi Pembelajaran
Gambar .2.1 Proses Komunikasi
Gambar. 2.2. Bagan Kerangka Berpikir Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait