• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Fisiologis Domba Ekor Tipis serta Palatabilitas Limbah Tauge dan Kangkung Kering Sebagai Pengganti Rumput

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon Fisiologis Domba Ekor Tipis serta Palatabilitas Limbah Tauge dan Kangkung Kering Sebagai Pengganti Rumput"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON FISIOLOGIS DOMBA EKOR TIPIS SERTA PALATABILITAS

LIMBAH TAUGE DAN KANGKUNG KERING SEBAGAI

PENGGANTI RUMPUT

LISTYA PURNAMASARI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Respon Fisiologis Domba Ekor Tipis serta Palatabilitas Limbah Tauge dan Kangkung Kering Sebagai Pengganti Rumput adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ii

ABSTRAK

LISTYA PURNAMASARI. Respon Fisiologis Domba Ekor Tipis serta Palatabilitas Limbah Tauge dan Kangkung Kering Sebagai Pengganti Rumput. Dibimbing oleh SRI RAHAYU dan MUHAMAD BAIHAQI.

Respon fisiologis domba dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti perubahan iklim dan pakan. Terbatasnya lahan pertanian dan padang penggembalaan menyebabkan sulitnya memperoleh rumput sebagai pakan sumber serat. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mempelajari efek pemberian kangkung kering dan limbah tauge sebagai pakan pengganti rumput terhadap respon fisiologis domba ekor tipis jantan (umur kurang dari 1 tahun) dan palatabilitas limbah tauge dan kangkung kering sebagai pengganti rumput. Perlakuan pakan yang diberikan yaitu P0 (50% konsentrat + 50% rumput), P1 (50% konsentrat + 50% kangkung kering), and P2 (50% konsentrat + 50% limbah tauge). Parameter yang diamati yaitu palatabilitas, suhu rektal, denyut jantung dan laju respirasi. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan 3 macam pemberian pakan dan 4 ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan ANOVA dan uji lanjut Tukey. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan pemberian pakan tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap suhu rektal, denyut jantung dan laju respirasi. Palatabilitas pakan yang paling baik adalah pakan P2 (50% konsentrat + 50% limbah tauge).

Kata kunci: domba ekor tipis, kangkung kering, limbah tauge, palatabilitas, respon fisiologis

ABSTRACT

LISTYA PURNAMASARI. Physiological Response of Javanese Thin Thailed Sheep and Its Palatability of Mung bean Sprout Waste and Dry Kangkung to Substitute Grass. Supervised by SRI RAHAYU and MUHAMAD BAIHAQI.

Physiological response of sheep is influenced by environmental conditions, such as climate change and feed. Decresing of land may cause difficult to get grass as fiber feed. This research aimed to study the effect of dry kangkung and mung bean sprouts waste as substitution of the grass to the physiological response of javanese thin thailed lamb and to identity the palatability of mung bean sprout waste and dry kangkung to substitute grass. Thetreatment of this study were: P1 (50% concentrate + 50% grass), P2 (50% concentrate + 50% dry kangkung), and P3 (50% concentrate + 50% mung bean sprouts wastes). The parameters observed were palatability, rectal temperature, heartbeat and frequency of respiration. The research was designed by completely randomized design with 3 treatments and 4 replications. Data processed by ANOVA and Tukey analysis. The result showed that feed treatment were not significant (P>0.05) affected to rectal temperature, heartbeat and frequency of respiration. The best palatability showed by P2 feed (50% consentrate +50% mung bean sprout waste).

(5)

iii

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

RESPON FISIOLOGIS DOMBA EKOR TIPIS SERTA PALATABILITAS

LIMBAH TAUGE DAN KANGKUNG KERING SEBAGAI

PENGGANTI RUMPUT

LISTYA PURNAMASARI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

v Judul Skripsi : Respon Fisiologis Domba Ekor Tipis serta Palatabilitas Limbah

Tauge dan Kangkung Kering Sebagai Pengganti Rumput Nama : Listya Purnamasari

NIM : D14090051

Disetujui oleh

Ir Sri Rahayu, MSi Pembimbing I

Muhamad Baihaqi, SPt MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Cece Sumantri, MAgrSc Ketua Departemen

(8)

vi

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karunia dan rahmat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Salawat serta salam penulis panjatkan kepada Nabi besar Muhammad SAW serta para keluarga dan sahabatnya yang telah menerangi kegelapan hingga akhir zaman. Skripsi berjudul Respon Fisiologis Domba Ekor Tipis serta Palatabilitas Limbah Tauge dan Kangkung Kering sebagai Pengganti Rumput disusun berdasarkan penelitian selama 3 bulan terhitung dari Januari sampai Maret 2013 di Laboratorium Lapang, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Ir Sri Rahayu, MSi dan Bapak Muhamad Baihaqi, SPt MSc selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran dan motivasi dalam proses penyelesaian tugas akhir ini. Terima kasih kepada Ibu Ir Niken Ulupi, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberi semangat dan nasihat. Terimakasih pula saya haturkan kepada penguji seminar Bapak M Sriduresta, SPt MSi serta dewan penguji sidang Bapak Dr Ir Jakaria, MSi, Ibu Dr Sri Suharti, SPt MSi dan Ibu Dr Ir Sri Darwati, MSi yang telah memberi banyak masukan untuk menyempurnakan karya ilmiah ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu, dan kak Wulan yang selalu memberi doa dan nasihat kepada penulis. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada tim penelitian (Ike, Momon, Syeh dan Gayuh), pegawai kandang serta pedagang tauge yang telah membantu dalam prosespenelitian, kepada sahabat tercinta (Lidy, Kiki, Ria, Hima, Nae, Ubay, Syihan dan bang Syarif) yang selalu memberi semangat, dukungan dan bantuannya ketika diperlukan. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada sahabat kontrakan Darmaga Cantik (Niken, Laras, dan Uji) yang selalu memberi semangat, kepada seluruh keluarga, serta teman dan sahabat IPTP46 atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR LAMPIRAN ii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Ruang Lingkup Penelitian 2

METODE 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Bahan 2

Ternak 2

Pakan dan Minum 2

Alat 4

Prosedur 4

Persiapan 4

Pemeliharaan 4

Rancangan Percobaan dan Analisis Data 5

Peubah yang Diamati 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Keadaan Umum 6

Kondisi Lapang 6

Kondisi Domba 6

Palatabilitas 7

Respon Fisiologis 8

SIMPULAN DAN SARAN 10

DAFTAR PUSTAKA 11

LAMPIRAN 12

(10)

ii

DAFTAR TABEL

1 Komposisi pakan ternak 3

2 Kandungan zat makanan pakan dan ransum berdasar bahan kering 4 3 Rataan suhu dan kelembaban lingkungan penelitian 6

4 Rataan konsumsi pakan selama penelitian 7

5 Rataan respon fisiologis harian domba pada waktu pengukuran 8 6 Rataan respon fisiologis harian domba selama penelitian 9

DAFTAR LAMPIRAN

1 Analisis ragam konsumsi bahan kering pakan 12

2 Analisis ragam suhu rektal domba terhadap pakan 12

3 Analisis ragam denyut jantung domba terhadap pakan 12

4 Analisis ragam laju respirasi domba terhadap pakan 12

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Usaha penggemukan domba semakin berkembang pesat saat ini. Hal ini disebabkan domba merupakan salah satu hewan penghasil daging yang cukup diminati di Indonesia. Domba mudah beradaptasi baik pada kondisi iklim setempat sehingga pemeliharaan domba relatif mudah. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produktifitas domba dapat dilakukan dengan memperhatikan pakan, baik dari segi ketersediaan maupun kandungan nutrisinya. Pakan utama ternak domba adalah hijauan rumput atau leguminosa yang memiliki kandungan serat kasar yang tinggi. Selain hijauan, pakan penguat berupa konsentrat juga dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitasnya.

Berdasarkan penelitian Mulyaningsih (2006) pemberian pakan berupa hijauan yang ditambahkan konsentrat akan menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan domba yang baik. Penggunaan konsentrat saja untuk pakan domba ternyata memiliki beberapa kekurangan diantaranya kandungan serat kasar yang rendah dan harganya yang relatif mahal. Penggunaan rumput saja sebagai pakan domba juga memiliki kekurangan yaitu kandungan proteinnya yang rendah. Selain itu, rumput menjadi semakin terbatas karena semakin terbatasnya lahan untuk pertanian dan ladang penggembalaan peternakan. Oleh karena itu perlu digunakan pakan alternatif yang fungsinya dapat menggantikan rumput yaitu pakan dengan kandungan serat kasar tinggi dan kandungan protein tinggi serta harganya yang relatif lebih murah dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas domba.

Penggalian potensi penggunaan limbah pertanian dan industri sebagai bahan pakan lokal sangat diperlukan. Limbah pertanian seperti limbah tauge dan kangkung kering dapat menjadi pilihan alternatif pengganti rumput dan meminimalkan penggunaan konsentrat sehingga biaya pakan menjadi lebih rendah. Limbah tauge menurut Mubarak (2005) mengandung Haemagglutinin activity yang dapat menggumpalkan sel darah sehingga dapat memacu denyut jantung untuk bekerja lebih cepat. Kangkung kering menurut Anggara (2009) memiliki efek sedatif sehingga memacu denyut jantung bekerja santai. Pakan dan lingkungan yang tidak tepat dapat menurunkan palatabilitas dan mengganggu respon fisiologis sehingga dapat menurunkan produktivitas domba. Oleh karena itu, manajemen pakan dan lingkungan sangat penting dalam upaya peningkatan produktivitas ternak. Pemanfaatan limbah tauge dari pasar dan kangkung kering yang dicampurkan dengan konsentrat, diharapkan dapat mengahasilkan palatabilitas pakan yang baik serta respon fisiologis yang mendukung sehingga produktivitasnya dapat meningkat.

Tujuan Penelitian

(12)

2

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mencakup pemeliharaan domba ekor tipis berumur I0 (kurang dari satu tahun) dengan pemberian pakan limbah tauge dan kangkung kering sebagai pakan pengganti rumput untuk meningkatkan produktivitas domba. Penelitian ini ditekankan pada kajian palatabilitas dan respon fisiologis domba karena diperkirakan ransum yang diberikan berpengaruh terhadap palatabilitas pakan dan respon fisiologis.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Analisis proksimat pakan dilakukan di Laboratorium Pengolahan Bahan Makanan Ternak, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan Januari-Maret 2013.

Bahan

Ternak

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah domba ekor tipis jantan yang berjumlah 12 ekor dan berumur kurang dari satu tahun (I0). Rataan bobot awal domba 16.38±0.89 kg (KK=5.43%).

Pakan dan Minum

Pakan yang digunakan adalah konsentrat komersial dengan komposisi dedak padi, molasses, bungkil kelapa, tepung ikan dan jagung, rumput lapang diperoleh dari padang rumput laboratorium lapang ruminansia kecil, limbah tauge diperoleh dari pasar Bogor dan kangkung kering diperoleh dari Malang, Jawa Timur. Rasio hijauan dan konsentrat adalah 50:50. Komposisi pakan dapat dilihat pada Tabel 1. Pemberian air minum pada domba adalah dengan air bersih yang berasal dari sumur yang terdapat di kandang B Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dengan cara dimasukkan kedalam ember kecil yang diletakkan di dalam kandang secara ad libitum.

(13)

3

Tabel 1 Komposisi pakan ternak

Ransum P0 P1 P2

Komposisi pakan (%)

Konsentrat 50 50 50

Rumput 50 0 0

Kangkung kering 0 50 0

Limbah tauge 0 0 50

Keterangan: persentase berdasarkan bahan kering ransum; perhitungan ransum berdasar 4% bobot badan, P0 = 50% konsentrat+50% rumput; P1 = 50% konsentrat+50% kangkung kering; P2 = 50% konsentrat+50% limbah tauge

(a) konsentrat (b) rumput

(c) limbah tauge (d) kangkung kering

(14)

4

Tabel 2 Kandungan zat makanan pakan dan ransum berdasar bahan kering

Pakan BK ABU PK SK LK BETN TDN

Kandungan zat makanan pakan dan ransum (%)

Konsentrat* 100 14.11 13.14 16.92 5.97 49.86 62.11

Keterangan: P0 = 50% konsentrat+50% rumput; P1 = 50% konsentrat+50% kangkung kering; P2 = 50% konsentrat+50% limbah tauge; BK = bahan kering, PK = protein kasar, SK = serat kasar, LK = lemak kasar, BETN = bahan ekstrak tanpa nitrogen, TDN = total digestible energy; Sumber : *Ifafah (2012);**Laboratorium Pusat Antar Universitas, IPB (2013) ***Laboratorium Pengujian Bahan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan IPB (2012);.

Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang individu berbentuk panggung dengan ukuran 1.5 x 0.75 m berdinding besi dengan lantai kayu serta dilengkapi dengan tempat pakan dan minum. Peralatan lain yang digunakan adalah timbangan duduk dengan kapasitas 5 kg untuk menimbang pakan dan sisa pakan, timbangan gantung dengan kapasitas 40 kg untuk menimbang bobot badan domba, karung sebagai penggantung domba pada saat ditimbang, gunting, label, obat cacing dan obat mata.

Prosedur Persiapan

Persiapan pemeliharaan yang dilakukan yaitu sanitasi kandang, survei pakan, domba dan persiapan peralatan. Domba yang baru datang dari tempat asalnya diberi masa adaptasi sekitar 2 minggu sebelum perlakuan pakan diberikan.

Pemeliharaan

Domba yang digunakan berasal dari peternak rakyat yang dipelihara secara ekstensif dengan makanannya adalah rumput lapang. Kondisi domba pada saat datang ada yang mengalami penyakit orf dan sakit mata. Setelah sampai di kandang blok B Fakultas Peternakan, domba diistirahatkan dan diberi air gula untuk memulihkan energi pasca transportasi. Domba diberikan obat-obatan yaitu obat cacing, vitamin dan antibiotik.

(15)

5 Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan pemberian pakan substitusi rumput menggunakan pakan jenis lain yaitu kangkung kering dan limbah tauge. Perlakuan yang diberikan yaitu P0, P1 dan P2 Masing–masing ransum terdiri atas empat ulangan. Model rancangan menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002) adalah sebagai berikut :

Yij = μ + Pi + εij

Keterangan Yij = Nilai pengamatan dari perlakuan ke-i ulangan ke-j µ = Rataan umum

Pi = Pengaruh perlakuan ke i

Εij = Pengaruh galat percobaan perlakuan ke-i pada ulangan ke-j i = Perlakuan ke 0,1, dan 2 (P0, P1, dan P2)

j = Ulangan ke 1, 2, 3, dan 4

Data yang diperoleh dilakukan uji asumsi. Setelah memenuhi uji asumsi data dianalisis secara statistik dengan analysis of variance (ANOVA) dilanjutkan dengan uji Tukey jika berpengaruh nyata. Data diolah dengan menggunakan software minitab 16.

Peubah yang Diamati

Peubah yang diukur dalam penelitian ini adalah palatabilitas, suhu rektal, denyut jantung dan laju respirasi. Konsumsi pakan merupakan salah satu cara untuk melihat tingkat palatabilitas domba terhadap pakan yang diberikan. Konsumsi pakan dapat diperoleh dengan cara menghitung pakan yang diberikan dikurangi dengan sisa pakan (gram/ekor/hari) setiap harinya menggunakan timbangan pakan.

Konsumsi Pakan (g/ekor/hari) = pakan yang diberikan (g/ekor/hari) – sisa pakan (g/ekor/hari)

Persentase Pakan Segar (%) = pakan yang dimakan (g/ekor/hari) × 100% pakan yang diberikan (g/ekor/hari)

(16)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum

Kondisi Lapang

Penelitian dilakukan di kandang percobaan laboratorium Ternak Ruminansia Kecil, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Selama penelitian data suhu lingkungan dan kelembaban diukur baik di dalam kandang maupun diluar kandang. Suhu lingkungan dan kelembaban merupakan faktor penting yang mempengaruhi produktivitas ternak. Suhu adalah ukuran untuk mengetahui intensitas panas sedangkan jumlah uap air di udara disebut kelembaban (Yousef 2000). Rata-rata suhu dan kelembaban di dalam kandang adalah 26oC dan 89% sedangkan rata-rata suhu dan kelembaban di luar kandang adalah 25oC dan 76%. Data suhu dan kelembaban udara pada lingkungan penelitian tersaji pada Tabel 3.

Tabel 3 Rataan suhu dan kelembaban lingkungan penelitian

Tempat Waktu Suhu (oC) Kelembaban (%) dibandingkan dengan suhu lingkungan pada siang hari sedangkan kelembaban pada pagi dan sore hari lebih tinggi dibandingkan siang hari. Menurut Yousef (2000), daerah termoneutral zone untuk domba berkisar antara 22-31ºC dan kelembaban dibawah 75%. Ternak akan berusaha menyesuaikan suhu tubuhnya terhadap lingkungan dengan cara melakukan evaporasi ketika suhu lingkungan panas dan akan memproduksi panas ketika suhu lingkungan dingin.

Tabel 3 memperlihatkan bahwa kelembaban di dalam kandang lebih tinggi dibanding kelembaban di luar kandang baik pagi, siang maupun sore hari. Tingginya kelembaban di dalam kandang dapat disebabkan konstruksi kandang yang kurang tepat sehingga sirkulasi udara dalam kandang tidak lancar. Kondisi tersebut dapat berpengaruh terhadap respon fisiologis domba.

Kondisi Domba

(17)

7 sering menderita diare terjadi pada perlakuan P0 (konsentrat 50% + rumput 50%) dimana kondisi rumput yang masih basah akibat curah hujan pada bulan tersebut tinggi. Menurut Yamin (2010) kondisi masa penggemukan domba yang ideal berlangsung selama 2-3 bulan.

Palatabilitas

Konsumsi pakan dapat mencerminkan palatabilitas atau tingkat kesukaan ternak terhadap pakan yang diberikan. Rataan konsumsipakan selama penelitian dapat dilihat di Tabel 4.

Tabel 4 Rataan konsumsi pakan selama penelitian

Pakan P0 P1 P2 Rataan

Rataan konsumsi pakan (g/ekor/hari)

Konsentrat 388.71±25.44 378.26±24.62 406.16±23.78 391.04±25.31

Rumput 1 422.24±61.68 - - 1 422.24±61.68

594.73±31.70b 601.73±41.68b 706.36±41.35a 634.73±62.53

Presentase konsumsi segar*

87.03±4.63% 87.97±5.73% 94.46±5.53% 89.82±5.92%

Keterangan: Angka-angka pada baris yang sama diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05); P0= 50% konsentrat + 50% rumput; P1= 50% konsentrat + 50% kangkung kering; P2= 50% konsentrat + 50% limbah tauge *konsentrat= 430g/ekor/hari; Rumput= 1700 g/ekor/hari; kangkung kering= 400g/ekor/hari; limbah tauge= 900g/ekor/hari

(18)

8

Persentase konsumsi pakan segar menunjukkan bahwa pakan P2 memiliki persentase lebih besar dari pakan P0 dan P1. Hal ini menunjukkan bahwa palatabilitas pakan P2 lebih baik dari P0 dan P1. Pakan P2 memiliki tekstur yang tidak kering dan warna yang lebih cerah daripada pakan P1 yang teksturnya kering.Limbah tauge dan kangkung kering pada Tabel 2 memiliki persentase protein 13.63% dan 11.13% yang lebih baik dari rumput yaitu 8.73%. Kandungan protein tersebut yang menjadikan pakan tersebut dapat menjadi alternatif pengganti rumput pada musim kemarau dan kualitas pakan yang menjadi lebih baik. Konsumsi merupakan faktor essensial sebagai dasar untuk hidup pokok dan untuk produksi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat konsumsi pakan adalah jenis kelamin, bobot badan, keaktifan tahap pertumbuhan, kondisi fisiologis ternak dan kondisi lingkungan. Konsumsi pakan juga dipengaruhi oleh palatabilitas yang tergantung pada beberapa hal antara lain penampilan dan bentuk pakan, bau, rasa dan tekstur pakan (Church et al. 2005).

Respon Fisiologis

Respon fisiologis adalah respon terhadap berbagai macam faktor, baik secara fisik, kimia maupun lingkungan sekitarnya. Rangkaian proses fisiologis akan mempengaruhi kondisi dalam tubuh ternak yang berkaitan dengan faktor cuaca,nutrisi dan manajemen (Awabien 2007). Respon fisiologis yang diamati pada penelitian ini adalah denyut jantung, respirasi dan suhu rektal domba.Rataan respon fisiologis domba terhadap waktu pengukuran tersaji dalam Tabel 5 dan rataan respon fisiologis pada saat penelitian dengan perlakuan pakan tersaji dalam Tabel 6.

Tabel 5 Rataan respon fisiologis harian domba pada waktu pengukuran

Parameter Waktu pengukuran

Pagi Siang Sore

Suhu rektal (oC) 38.55±0.17 38.96±0.04 39.03±0.05 Denyut Jantung (kali/menit) 73.58±0.86 81.04±3.54 74.76±2.50 Laju respirasi (kali/menit) 23.06±0.89 28.29±0.26 25.86±0.45

Berdasarkan Tabel 5 suhu rektal domba terendah pada pagi hari kemudian meningkat pada siang dan sore hari disebabkan karena suhu lingkungan pada pagi hari lebih rendah dari siang dan sore hari. Purwanto et al. (1994) menyatakan bahwa suhu rektal domba berbanding lurus dengan suhu lingkungan. Semakin tinggi suhu lingkungan, maka semakin tinggi pula suhu rektal domba. Suhu rektal, suhu permukaan kulit dan suhu tubuh meningkat dengan meningkatnya suhu lingkungan.

(19)

9 peningkatan laju denyut jantung yang tajam terjadi pada saat peningkatan suhu lingkungan.

Suhu lingkungan tersebut juga berpengaruh terhadap laju respirasi domba dimana domba meningkatkan frekuensi respirasinya untuk mengimbangi peningkatan suhu lingkungan. Menurut Ali (1999), pelepasan panas pada waktu suhu tinggi di siang hari akan efektif melalui evaporasi, dalam hal ini yaitu dengan peningkatan laju respirasi, sehingga terjadi peningkatan pelepasan panas melalui pernapasan. Rataan laju respirasi tertinggi terdapat pada siang hari. Hal ini disebabkan karena pada siang suhu lingkungan meningkat dan kelembaban menurun sehingga domba menstabilkan suhu tubuhnya dengan bernafas dengan lebih cepat.

Tabel 6 Rataan respon fisiologis harian domba selama penelitian

Parameter Ransum

P0 P1 P2

Suhu rektal (oC) 38.80 ± 0.33 38.81 ± 0.28 38.93 ± 0.17 Denyut jantung (kali/menit) 75.72 ± 3.08 74.79 ± 3.70 78.88 ± 5.55 Laju respirasi (kali/menit) 25.52 ± 2.92 25.37 ± 2.74 26.32 ± 2.21

Keterangan: P0 = 50% konsentrat + 50% rumput; P1 = 50% konsentrat + 50% kangkung kering; P2 = 50% konsentrat + 50% limbah tauge

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa substitusi rumput dengan limbah tauge dan kangkung kering tidak berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap suhu rektal, denyut jantung dan laju respirasi domba sehingga dapat diduga bahwa limbah tauge dan kangkung kering dapat dijadikan alternatif pengganti rumput. Suhu rektal adalah suatu indikator yang baik untuk menggambarkan suhu internal tubuh ternak. Suhu rektal juga dapat menunjukkan efek dari cekaman lingkungan terhadap domba. Rataan suhu rektal dalam penelitian ini masih berada dalam kisaran normal untuk domba tropis yaitu 38.2-40oC (Smith dan Mangkoewidjojo 1988). Baillie (1988), menjelaskan bahwa variasi suhu tubuh dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, konsumsi pakan, minum lingkungan dan aktivitas

Hasil rataan denyut jantung domba selama penelitian masih dalam kisaran normal seperti yang dikemukakan oleh Smith dan Mangkoewidjojo (1988), Swenson (1984) yaitu antara 70-80 kali/menit sedangkan menurut Frandson (1992) berkisar antara 60-120 kali/menit. Denyut jantung domba pada penelitian ini secara keseluruhan masih berada pada batas normal yaitu 74-79 kali/menit. Jantung memiliki suatu mekanisme khusus yang menjaga denyut jantung dan menjalankan potensi aksi keseluruhan otot jantung untuk menimbulkan denyut jantung yang berirama (Isnaeni 2006).

(20)

10

denyut jantung yang lebih cepat. Kacang hijau maupun tauge memiliki beberapa anti nutrisi yaitu Trypsin inhibitor, Haemagglutinin activity, Tannins, Phytic acid (Mubarak2005). Menurut Marquardt et al. (1975), Haemagglutinin yang terkandung pada leguminosa dapat menggumpalkan sel darah. Penggumpalan darah akibat adanya haemagglutinin, akan memacu denyut jantung untuk bekerja lebih cepat sehingga darah dapat diedarkan secara normal sehingga domba yang mengonsumsi ransum yang mengandung limbah tauge (P2) memiliki denyut jantung yang lebih cepat dibandingkan domba yang mengonsumsi ransum yang mengandung rumput (P0) dan kangkung kering (P1). Menurut Anggara (2009), kangkung memiliki efek sedatif atau menenangkan dan dapat mengendurkan saraf karena kandungan mineral seng dan selenium yang terkandung di dalamnya sehingga memacu denyut jantung bekerja santai namun darah masih dapat diedarkan secara normal sehingga domba P1 lebih tenang (sedikit aktivitas) dibanding dengan domba P0 dan P2.

Sistem respirasi memiliki fungsi utama untuk memasok oksigen ke dalam tubuh serta membuang CO2 dari dalam tubuh (Isnaeni 2006). Laju respirasi merupakan ukuran yang menunjukkan konsentrasi O2 dan CO2 dalam cairan tubuh (Subronto 1985). Rata-rata respirasi domba pada penelitian ini mendekati kisaran normal. Rata-rata respirasi domba normal menurut Frandson (1992) yaitu berkisar antara 26-32 hembusan/menit. Hal ini disebabkan karena denyut jantung yang masih dalam kisaran normal sehingga berdampak pula terhadap laju respirasi. Peningkatan konsumsi dapat menyebabkan peningkatan produksi panas sehingga akan bernafas lebih banyak (Ifafah 2012).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pemberian pakan limbah tauge dan kangkung kering sebagai pakan alternatif pengganti rumput dalam ransum ternak domba ekor tipis jantan yang berumur kurang dari satu tahun selama dua bulan masa pemeliharaan tidak mempengaruhi respon fisiologis seperti suhu rektal, denyut jantung dan laju respirasi domba. Penggunaan limbah tauge dan kangkung kering dapat menjadi alternatif pakan pengganti rumput. Palatabilitas pakan yang paling baik adalah pakan P2 yaitu 50% konsentrat dan 50% limbah tauge.

Saran

(21)

11

DAFTAR PUSTAKA

Ali AIM. 1999. Respon fisiologis kambing jantan Peranakan Etawah pada tingkat konsumsi energi dan protein yang berbeda [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor .

Anggara R. 2009. Pengaruh ekstrak kangkung darat (Ipomea Reptans Poir.) terhadap efek sedasi pada mencit [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Awabien RL. 2007. Respon fisiologis domba yang diberi minyak ikan dalam bentuk sabun kalsium [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Baillie ND. 1988. A Course Manual in Animal Handling and Management. Bogor (ID): IPB-Australia Project.

Church DC, Pond WG, Pond KR, Patricia AS. 2005. Basic Animal Nutrition and Feeding. New York (US): John Wiley and Sons Inc.

Devendra C, Mcleroy GB. 1982. Goat and Sheep Production in The Tropics. London (UK): Longman Publ.

Frandson RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta (ID): UGM Pr. Ifafah WW. 2012. Hubungan kondisi fisiologis domba Ekor Gemuk jantan dan

palatabilitas limbah tauge sebagai ransum selama penggemukan. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Isnaeni W. 2006. Fisiologi Hewan. Jakarta (ID): Kanisius.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2002. Perancangan dan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Bogor (ID): IPB Pr.

Marquardt RR, McKirdy JA, Ward T, Campbell LD. 1975. Amino acid, hemagglutinin, and trypsin inhibitor levels and proximate analysis of faba beans, faba beans fractions. Can. J. Anim. Sci. 55: 421- 429.

Mubarak AE. 2005. Nutritional composition and antinutritional factors of mung bean seeds (Phaseolus aureus) as affected by some home traditional processes. J. Food Chemistry 89: 489-495

Mulyaningsih T. 2006. Penampilan domba ekor tipis jantan yang digemukkan dengan beberapa imbangan konsentrat dan rumput gajah (Pennisetum purpureum) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[NRC] National Research Council. 1985. Nutrient Requirements of Sheep. 6th Revised Edition. Washington (US): National Academy Pr.

Purwanto BP, Harada M, Yamamoto S. 1994. Effect of environmental temperature on heat production and it’s energy cost for thermoregulation in dairy heifers. Asian- Aus. J. Anim. Sci. 7(2): 179-182.

Rukmana R. 1997. Kacang Hijau, Budidaya dan Pascapanen. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Smith JB, Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di daerah Tropis. Jakarta (ID): UI Pr.

Subronto. 1985. Ilmu Penyakit Ternak Jilid II. Yogyakarta (ID): UGM Pr.

Swenson MJ. 1984. Duke’s Physiology of Domestic Animals. Ed. Ke-10. London (UK): Cornell University Pr.

Yamin M. 2010. Budidaya penggemukan ternak domba [Makalah Seminar]. Jakarta (ID): Yayasan Husnul Khatimah.

(22)

12

(23)

13

LAMPIRAN

Lampiran 1 Analisis ragam konsumsi bahan kering pakan

Sumber keragaman Db JK KT F P

Perlakuan 2 31 277 15 639 11.04 0.004

Galat 9 12 746 1 416

Total 11 44 023

Pakan Jumlah Rataan Pengelompokan

P2 4 706.4 A

P1 4 601.7 A

P0 4 594.7 B

Lampiran 2 Analisis ragam suhu rektal domba terhadap pakan

Sumber keragaman Db JK KT F P

Perlakuan 2 0.12900 0.06450 0.90 0.417

Galat 33 2.37275 0.07190

Total 35 2.50175

Pakan Jumlah Rataan Pengelompokan

P2 12 38.9 A

P1 12 38.8 A

P0 12 38.8 A

Lampiran 3 Analisis ragam denyut jantung domba terhadap pakan

Sumber keragaman db JK KT F P

Perlakuan 2 109.92 54.96 1.23 0.307

Galat 33 1 479.92 44.85

Total 35 1 589.84

Pakan Jumlah Rataan pengelompokan

P2 12 78.9 A

P1 12 75.7 A

P0 12 74.8 A

Lampiran 4 Analisis ragam laju respirasi domba terhadap pakan

Sumber keragaman db JK KT F P

Perlakuan 2 6.24 3.12 0.21 0.811

Galat 33 487.56 14.77

(24)

14

Pakan Jumlah Rataan pengelompokan

P2 12 26.3 A

P1 12 25.5 A

P0 12 25.4 A

Lampiran 5 Kandungan zat makanan pakan segar

Pakan BK ABU PK SK LK BETA-N

Kandungan zat makanan pakan segar (%)

Konsentrat 80.52 11.36 10.58 13.62 4.81 40.15

Keterangan: BK = bahan kering, PK = protein kasar, SK = serat kasar, LK = lemak kasar, BETN = bahan ekstrak tanpa nitrogen, TDN = total digestible energy

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukoharjo, Jawa Tengah pada tanggal 22 Juli 1991. Penulis adalah putri kedua dari dua bersaudara dari Bapak Slamet Yadi dan Ibu Sarinem.Penulis menempuh pendidikan dasar di MIN Jetis 1 Sukoharjo, SMPN 1 Sukoharjo, SMAN 1 Sukoharjo, kemudian diterima sebagai mahasiswi strata 1 di Fakultas Peternakan IPB melalui jalur undangan (USMI).

Gambar

Tabel 1  Komposisi pakan ternak
Tabel 2  Kandungan zat makanan pakan dan ransum berdasar bahan kering
Tabel 4  Rataan konsumsi pakan selama penelitian
Tabel 5  Rataan respon fisiologis harian domba pada waktu pengukuran

Referensi

Dokumen terkait

Tahapan ini merupakan tahapan yang sangat penting atau merupakan tahapan utama untuk mengetahui kemampuan praktikan dalam mengadakan pembelajaran di dalam kelas.

Kontribusi hasil pelatihan merangkai bunga di PKBM Bina Terampil Mandiri terhadap kemampuan kerja sebagai florist menunjukan bahwa hasil uji hipotesis dan uji linearitas

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah penerapan model Make A Match dengan media Audio Visual dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SD Negeri Kudu 02 Baki Sukoharjo dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan anak sekolah dasar mengenai pemilihan makanan

Teori ini sering digunakan untuk kota-kota yang termasuk sebagai kota metropolitan atau semi metropolitan dengan permasalahan yang cukup kompleks dalam kawasan

Creed, Patton, dan Prideaux, (2006) mengungkapkan bahwa sebanyak 50% siswa mengalami kebingungan dalam pengambilan keputusan. Salah satu faktornya adalah begitu

Read the following greeting card and answer question number 2.. To inform someone about

Karena sistem pendidikan merupakan bagian penting dari sistem kehidupan maka kurikulum sebenarnya bagian yang tidak terpisahkan dengan sistem kehidupan yang lebih