PERAN PPP SIKAKAP DALAM MENUNJANG KEBUTUHAN
PENGGUNA DAN EKONOMI DAERAH KEPULAUAN
MENTAWAI SERTA STRATEGI PENGEMBANGANNYA
JHON PIKAL TAMA SAKOIKOI
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Peran PPP Sikakap dalam Menunjang Kebutuhan Pengguna dan Ekonomi Daerah Kepulauan Mentawai serta Strategi Pengembangannya adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juli 2013
JHON PIKAL TAMA SAKOIKOI. Peran PPP Sikakap dalam Menunjang Kebutuhan Pengguna dan Ekonomi Daerah Kepulauan Mentawai serta Strategi Pengembangannya. Dibimbing oleh ERNANI LUBIS dan WAWAN OKTARIZA.
Pengembangan pelabuhan perikanan perlu dilakukan untuk meningkatkan pelayanan bagi nelayan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi aktivitas, kondisi dan pemanfaatan fasilitas PPP Sikakap, menghitung kontribusi PPP Sikakap terhadap perekonomian daerah, dan menentukan strategi pengembangan fasilitas PPP Sikakap. Metode yang digunakan adalah studi kasus dengan aspek yang diteliti terdiri dari aspek teknis dan ekonomi dari PPP Sikakap. Aktivitas di PPP Sikakap berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan nelayan untuk melakukan usaha penangkapan ikan. Berdasarkan hasil penelitian, fasilitas pelabuhan perikanan yang rusak yaitu TPI, pabrik es, ruang pendingin. Sektor perikanan pada tahun 2000-2010 termasuk pada kegiatan basis (LQ>1). Multiplier effect perikanan berdasarkan indikator pendapatan daerah pada tahun 2000-2010 berkisar antara 4,41-21,99 dan menurut indikator tenaga kerja pada tahun 2008-2012 berkisar antara 0,69-1,44. Strategi pengembangan PPP Sikakap yaitu memanfaatkan lahan pelabuhan untuk pengembangan dan pembangunan fasilitas yang belum tersedia, meningkatkan produksi hasil tangkapan kualitas ekspor, meningkatkan teknologi penangkapan ikan serta kualitas SDM.
Kata kunci : aktivitas, fasilitas, multiplier effect, pengembangan
ABSTRACT
JHON PIKAL TAMA SAKOIKOI. The Role Of PPP Sikakap in Supporting Users’ Need and Region Economy of Mentawai Islands as well as Its Development Strategies. Supervised by ERNANI LUBIS and WAWAN OKTARIZA.
Development of fishing ports is needed to improve services for fishermen. The aims of this research were to identify the activities, conditions and utilization of facilities PPP Sikakap, calculate the contribution of PPP Sikakap to the regional economy, and determine the facility development strategy of PPP Sikakap. Case study method was used in this research to examine the technical and economic aspects of PPP Sikakap. Activities in PPP Sikakap related to the fulfillment of fishermen’s needs in running their business. Result showed that broken fishing port facilities were TPI, ice plant, and cold storage. The fishery sector in 2000-2010 could be categorized as basis sector (LQ>1). Multiplier effects of fisheries based on regional income indicators in 2000-2010 ranged from 4,41 to 21,99 and according to indicators of labor in 2008-2012 ranged from 0,69 to 1,44. Development strategies of PPP Sikakap were land utilization for development of more port facilities, increase of export quality catches, fishing technology and improvement of human resources quality.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
PERAN PPP SIKAKAP DALAM MENUNJANG KEBUTUHAN
PENGGUNA DAN EKONOMI DAERAH KEPULAUAN
MENTAWAI SERTA STRATEGI PENGEMBANGANNYA
JHON PIKAL TAMA SAKOIKOI
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Pengguna dan Ekonomi Daerah Kepulauan Mentawai serta Strategi Pengembangannya.
Nama : Jhon Pikal Tama Sakoikoi
NRP : C44080089
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
Disetujui: Komisi Pembimbing
Ketua, Anggota,
Dr.Ir. Ernani Lubis, DEA Ir. Wawan Oktariza, M.Si NIP: 19561123 198203 2 002 NIP: 19661016 199103 1 004
Diketahui:
Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Dr.Ir. Budy Wiryawan, M.Sc NIP: 19621223 198703 1 001
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan kasih dan karunianya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sesuai dengan harapan. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Juni 2012 sampai Juli 2012 dengan judul skripsi Peran PPP Sikakap dalam Menunjang Kebutuhan Pengguna dan Ekonomi Daerah Kepulauan Mentawai serta Strategi Pengembangannya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.Ir. Ernani Lubis, DEA. selaku pembimbing pertama dan Bapak Ir. Wawan Oktariza, M.Si selaku pembimbing kedua yang telah membimbing dan mengarahkan penulis mulai dari penulisan pointerisasi proposal sampai dengan penulisan skripsi serta Ibu Retno Muninggar S Pi. ME selaku dosen penguji pada sidang skripsi. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Rusli Sakoikoi dan Ibu Rejalina Taileleu selaku orangtua dan seluruh keluarga atas kasih sayangnya, doa, dana dan motivasi selama kuliah dan pengerjaan skripsi ini; Bapak Fajar Piliang SE, selaku Kepala PPP Sikakap beserta jajarannya; Bapak Fadli yang membantu dalam penyediaan data; Pihak Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai yang telah mendukung dalam pemberian beasiswa kepada penulis untuk terus melanjutkan pendidikan di IPB; pihak BPS Kabupaten Kepulauan Mentawai; Bapak Edi Sukarni, SH selaku kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai beserta jajarannya yang memberikan izin untuk melakukan penelitian; Adik Imel dan Renol yang selalu memberikan dukungan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih juga untuk teman-teman seperjuangan PSP 45 dan Mentawaians (Welly, Maria, Eta, Desni) yang telah memberikan semangat dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
DAFTAR ISI
Analisis Operasional di PPP Sikakap 5
Analisis Kontribusi PPP Sikakap terhadap Perekonomian Daerah
Kabupaten Kepulauan Mentawai 5
Analisis Location Quotien 6
Analisis Strategi Pengembangan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)
Sikakap 6
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 9
Kondisi Geografis, Topografi dan Iklim 9
Keadaan Penduduk 10
Potensi Perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai dan PPP Sikakap 12
Unit Penangkapan Ikan 12
Produksi Hasil Tangkapan 15
Musim Penangkapan Ikan 18
Daerah Penangkapan Ikan 18
Peranan Sektor Perikanan terhadap Perekonomian Daerah 19
PDRB Kabupaten Kepulauan Mentawai 19
Mata Pencaharian Penduduk Kabupaten Mentawai 19
HASIL DAN PEMBAHASAN 20
Aktivitas PPP Sikakap 20
Fasilitas PPP Sikakap 23
Dampak Sektor Perikanan 33
Multiplier effect sektor perikanan menurut indikator PDRB daerah 33 Multiplier effect sektor perikanan menurut indikator tenaga kerja 34
Location quotient sektor perikanan 35
Strategi Pengembangan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sikakap 36
Identifikasi faktor-faktor SWOT 36
Analisis matriks IFE dan EFE 40
Perumusan Strategi Utama 42
KESIMPULAN DAN SARAN 43
Kesimpulan 43
Saran 44
DAFTAR PUSTAKA 45
DAFTAR TABEL
1 Matriks SWOT 6
2 Penilaian bobot faktor strategis internal 7
3 Penilaian bobot faktor strategis eksternal 8
4 Matriks Internal Factor Evaluation 8
5 Matriks Eksternal Factor Evaluation 8
6 Luas dari setiap kecamatan beserta ibukota kecamatan di Kabupaten
Kepulauan Mentawai 9
7 Pertumbuhan penduduk Kabupaten Kepulauan Mentawai 10 8 Jumlah penduduk berdasarkan kecamatan tahun 2011 11 9 Tingkat pendidikan penduduk berdasarkan kecamatan di Kabupaten
Mentawai tahun 2010 11
10 Tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Mentawai tahun 2010 11 11 Potensi perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai 12 12 Perkembangan jumlah kapal di Kabupaten Kepulauan Mentawai 13 13 Jumlah dan ukuran kapal yang didaratkan di PPP Sikakap
tahun 2006-April 2012 13
14 Perkembangan jumlah alat tangkap di Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun
2006-2010 14
15 Perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun
2005-2011 14
16 Jumlah dan nilai produksi hasil tangkapan nelayan PPP Sikakap 29 17 PDRB Kabupaten Kepulauan Mentawai berdasarkan harga konstan (Juta
rupiah) 19
18 Jumlah penduduk Kabupaten Mentawai yang bekerja menurut lapangan usaha
tahun 2008-2012 20
19 Jenis dan kapasitas fasilitas PPP Sikakap serta pemanfaatannya 24
20 Ukuran fasilitas-fasilitas di PPP Sikakap 33
21 Analisis multiplier effect sektor perikanan berdasarkan PDRB harga konstan Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun 2000-2010 (juta rupiah) 34 22 Analisis multiplier effect sektor perikanan berdasarkan tenaga kerja
Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2008-2012 (orang) 35 23 Nilai location quotient sektor perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai
tahun 2000-2010 36
24 Matriks IFE strategi internal PPP Sikakap 40
25 Matriks EFE strategi eksternal PPP Sikakap 41
DAFTAR GAMBAR
1 Diagram proses pendaratan ikan di PPP Sikakap 21
2 Alur pemasaran ikan hasil tangkapan di PPP Sikakap 22
3 Lahan di PPP Sikakap 25
4 Dermaga tambat labuh di PPP Sikakap 26
5 Alur pelayaran di PPP Sikakap 26
6 Turab di sepanjang Pantai PPP Sikakap 26
7 Gedung TPI PPP Sikakap yang sudah rusak 29
8 Es balok yang disuplai dari Kota Padang 29
9 Tangki BBM di PPP Sikakap 29
10 Bak penampungan air bersih PPP Sikakap 30
11 Kantor pelabuhan PPP Sikakap 32
12 MCK di PPP Sikakap 32
13 Gedung BPN PPP Sikakap 32
DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta Lokasi Penelitian 49
2 Perhitungan ukuran fasilitas 50
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kepulauan Mentawai merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Barat yang terletak di Samudera Indonesia. Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai dikelilingi oleh perairan dengan luas laut ekonomis 78.018,43 km2. Perairan Mentawai memiliki potensi sumberdaya perikanan yang besar untuk dikelola. Potensi lestari ikan pelagis Kabupaten Kepulauan Mentawai 127.721 ton/tahun. Potensi sumberdaya ikan tentunya dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan dan pendapatan daerah (DKP Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2012).
Pendapatan daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku pada tahun 2007-2011 mengalami peningkatan sebesar 78,29 %. PDRB atas dasar harga berlaku pada sektor perikanan tahun 2007-2011 mengalami peningkatan sebesar 94,06 % (BPS Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2012). PDRB daerah tersebut berdasarkan sektor perikanan dan seluruh sektor dari tahun 2007 hingga 2011 terus mengalami peningkatan setiap tahunnya dengan pertumbuhan rata-rata pertahunnya sebesar 18,11 % dan 15,59 %. Pendapatan perkapita Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2006 sebesar Rp 12.177.390, 64 dan pada tahun 2007 sebesar Rp 13.760.877,04. Bertambahnya hasil pendapatan daerah tentunya dipengaruhi oleh sektor perikanan dan perkembangan kegiatan perikanan yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Kegiatan perikanan dilakukan dengan memanfaatkan sumberdaya perikanan yang tersedia yang tujuannya untuk memberikan kontribusi dalam pembangunan daerah.
Ketersediaan sumberdaya perikanan yang besar di Kabupaten Kepulauan Mentawai tentunya harus didukung dengan adanya pelabuhan perikanan di daerah tersebut. Keberadaannya memudahkan nelayan untuk melakukan operasi penangkapan ikan mulai dari persiapan kebutuhan melaut hingga distribusi hasil tangkapan ke konsumen dan juga memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Aktivitas yang terjadi di pelabuhan perikanan tentunya berkaitan dengan fasilitas yang terdapat didalamnya. Kelengkapan fasilitas yang dimiliki pelabuhan perikanan akan menjadi penghubung dari setiap aktivitas didalamnya.
PPP Sikakap masih belum dikelola dengan baik dalam menjalankan fungsi dan peranannya. Nelayan kesulitan dalam penanganan hasil tangkapan karena tidak tersedianya es akibat rusaknya pabrik es, aktivitas pelelangan hasil tangkapan tidak dilakukan karena sedikitnya jumlah hasil tangkapan yang didaratkan. Permasalahan tersebut merupakan hambatan dalam melakukan usaha penangkapan ikan serta akan menghambat pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Hal ini dapat dilihat pada penurunan jumlah produksi perikanan laut Kabupaten Kepulauan Mentawai dimana pada tahun 2006 sebesar 529,20 dan tahun 2007 mencapai 259,87 ton, atau mengalami penurunan sebesar 50,89 %.
Produksi perikanan laut yang dihasilkan melalui keberadaan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sikakap dapat memberikan kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi daerah dan meningkatkan kesejateraan hidup nelayan. Permasalahan yang dihadapi pelabuhan perikanan tentunya harus diatasi dengan menerapkan pengelolaan serta strategi yang tepat dalam pengembangannya. Oleh karena itu, diperlukan adanya penelitian tentang sejauh mana peran PPP Sikakap dalam menunjang kebutuhan pengguna dan ekonomi daerah Kepulauan Mentawai serta strategi pengembangannya.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk:
1) Identifikasi aktivitas, kondisi dan pemanfaatan fasilitas PPP Sikakap;
2) Menghitung kontribusi PPP Sikakap terhadap perekonomian daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai; dan
3) Menentukan strategi pengembangan fasilitas PPP Sikakap.
Manfaat Penelitian
1) Memberikan informasi tentang aktivitas dan fasilitas di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sikakap;
2) Memberikan informasi mengenai kontribusi pendapatan Pelabuhan Perikanan Pantai Sikakap terhadap perekonomian daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai; dan
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Penetian dilakukan pada tanggal 05 Juni hingga 10 Juli 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian, yaitu Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sikakap Kabupaten Kepulauan Mentawai (Lampiran 1).
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus yanag ditekankan pada peran PPP Sikakap dalam menunjang kebutuhan pengguna dan ekonomi daerah Kepulauan Mentawai serta strategi pengembangannya. Aspek yang diteliti yaitu aspek teknis dan ekonomi mengenai peran pelabuhan perikanan dalam menunjang kebutuhan pengguna yang meliputi aktivitas dan pemanfaatan fasilitas pelabuhan, peran pelabuhan perikanan dalam menunjang perekonomian daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai yang meliputi PDRB daerah setempat, data tenaga kerja, pendapatan pelabuhan PPP Sikakap, selanjutnya disusun strategi pengembangan PPP Sikakap.
Metode Pengumpulan Data
Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan dan adanya wawancara serta pengisian kusioner. Pengamatan langsung dilakukan terhadap fasilitas pokok dan fungsional diantaranya adalah gedung TPI, stasiun pengisian bahan bakar, dermaga, instalasi air bersih, dan kolam PPP. Hal yang perlu diamati dan dicatat terkait fasilitas tersebut antara lain kondisi fisik, kapasitas, dan ukuran fasilitas (luas, panjang, lebar dan kedalaman). Pengamatan langsung terhadap aktivitas yang ada di pelabuhan diantaranya adalah tambat labuh, pendaratan, penimbangan, pengolahan, pengangkutan, dan pemasaran hasil tangkapan. Wawancara dan pengisian kuesioner dilakukan kepada responden yang ditentukan secara purposive sampling berdasarkan tujuan pendataan. Jenis responden dan data yang akan diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuesioner diuraikan dibawah ini.
1) Pengelola PPP
2) Nelayan
Data yang dikumpulkan dari 26 orang nelayan antara lain jenis armada penangkapan, ukurannya (GT), dan lama trip. Selain itu, dikumpulkan juga data jenis hasil tangkapan, kapasitas palka dari armada penangkapan, besarnya produksi hasil tangkapan setiap pendaratan, penjualan hasil tangkapan (ke penampung atau dilelang di TPI), alat yang digunakan untuk membongkar, waktu yang dibutuhkan untuk membongkar, besarnya kebutuhan es dan BBM, serta permasalahan yang dialami di PPP terkait dengan fasilitas yang ada. Jenis nelayan yang diwawancarai adalah nelayan pancing ulur dan gillnet. Nelayan gillnet dan pancing ulur merupakan nelayan yang dominan yang ada di PPP Sikakap.
3) Pedagang
Jumlah pedagang yang diwawancarai sebanyak 3 orang yang terdiri dari 1 orang pedagang pengumpul dan 2 orang pedagang pengecer. Data yang didapatkan dari pedagang antara lain asal pembelian hasil tangkapan, besarnya hasil tangkapan yang dibeli (jumlah dan bobot), harga ikan per kg untuk setiap jenisnya, bahan dan alat yang digunakan untuk menjaga mutu hasil tangkapan, fasilitas yang dimiliki untuk menyimpan hasil tangkapan, cara pembayaran (cash atau credit), dan permasalahan yang ada di PPP terkait dengan fasilitas yang tersedia. Pedagang yang akan diwawancarai yaitu pedagang yang telah lama melakukan kerjasama terhadap pihak pelabuhan ataupun nelayan, sehingga dapat memberikan informasi yang tepat dalam pengambilan data. Jenis pedagangnya yaitu pedagang eceran dan pengumpul.
Data sekunder diperoleh dari pengelola PPP Sikakap, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai, Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Mentawai. Data dari pengelola PPP Sikakap berupa fasilitas dan kapasitas di PPP Sikakap, perkembangan produksi dan nilai produksi hasil tangkapan di PPP Sikakap (minimal 5 tahun terakhir). Data yang dikumpulkan melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai diuraikan di bawah ini:
1) Perkembangan jumlah dan jenis unit penangkapan yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai (Minimal 5 tahun terakhir)
2) Perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Kepulauan Nelayan dan PPP Sikakap (minimal 5 tahun terakhir)
3) Potensi Perikanan
4) Keadaan umum daerah penelitian berupa letak geografis lokasi penelitian dan kependudukan.
5) Perkembangan jumlah produksi dan nilai produksi PPP Sikakap (5 tahun terakhir).
Data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Mentawai sebagai berikut:
1) PDRB sub sektor perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai 5 tahun terakhir 2) Data tenaga kerja seluruh sektor dan sektor perikanan di Kabupaten Kepulauan
Analisis Data
Analisis Operasional di PPP Sikakap
Analisis dilakukan secara deskriptif terhadap operasional PPP yang meliputi jenis aktivitas, pemanfaatan fasilitasnya dan frekuensi kunjungan kapal.
1) Analisis aktivitas
Analisis ini dilakukan secara deskriptif setelah melakukan inventarisasi dan identifikasi terhadap perkembangan aktivitas kepelabuhanan selama 5 tahun terakhir berdasarkan fungsi pelabuhan perikanan menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.08/MEN/2012 tentang Pelabuhan Perikanan pada pasal 4 ayat 2.
2) Analisis kondisi dan pemanfaatan fasilitas
Analisis ini dilakukan secara deskriptif setelah melakukan identifikasi terhadap keberadaan dan persentase pemanfaatan fasilitasnya. Fasilitas yang diteliti mempunyai batasan yaitu dermaga, kolam pelabuhan, alur pelayaran, gedung TPI, instalasi air bersih dan pabrik es. Persentase (%) pemanfaatan fasilitas dihitung menurut rasio antara kapasitas terpasang dengan rata-rata pemanfaatan fasilitasnnya.
Analisis Kontribusi PPP Sikakap terhadap Perekonomian Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai
Analisis kontribusi PPP Sikakap dihitung menggunakan multiplier effect berdasarkan indikator pendapatan daerah dan tenaga kerja. Multiflier effect jangka pendek dalam hal ini dihitung berdasarkan indikator pendapatan dapat dinyatakan dalam rumus (Glasson, 1977):
Keterangan:
MSY : Koefisien Multiflier Effect
: Perubahan Pendapatan seluruh sektor Kabupaten Kepulauan Mentawai
: Perubahan Pendapatan PPP Sikakap pada aktivitas perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Perhitungan kontribusi PPP Sikakap terhadap pendapatan daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai menggunakan data pendapatan sektor perikanan. Hal ini berkaitan dengan tidak tersedianya data pendapatan sektor perikanan laut pada PDRB daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Perhitungan Multiflier effect berdasarkan indikator tenaga kerja digunakan rumus:
� � �
Keterangan:
MSE: Koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator tenaga kerja
�: Perubahan seluruh angkatan kerja Kabupaten Kepulauan Mentawai
Analisis Location Quotien
Analisis tersebut bertujuan untuk menentukan sektor perikanan merupakan sektor basis atau non basis di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Perhitungan LQ merupakan suatu perbandingan antara besarnya peran suatu sektor di suatu daerah (region) terhadap besarnya peran sektor tersebut di tingkat yang lebih luas (Sjafrizal, 2008). Perhitungan tersebut dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :
vi : PDRB sektor perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai vt : PDRB seluruh sektor Kabupaten Kepulauan Mentawai Vi : PDRB sekor perikanan Propinsi Sumatera Barat Vt : PDRB seluruh sektor Propinsi Sumatera Barat Apabila nilai:
LQ > 1 ; maka sektor perikanan merupakan sektor basis LQ < 1 ; maka sektor perikanan merupakan sektor non basis
Analisis Strategi Pengembangan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sikakap
Strategi pengembangan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sikakap dapat dirumuskan melalui analisis SWOT. Alternatif-alternatif strategi diperoleh dengan membuat tabel Matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi pelabuhan perikanan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Berdasarkan pendekatan tersebut, dapat dibuat kemungkinan alternatif strategi SO, ST, WO, WT atau dapat dilihat pada Tabel 1.
Pembuatan analisis SWOT dibutuhkan analisis lingkungan internal dan eksternal yang dihadapi PPP Sikakap. Analisis tersebut dilakukan dengan membuat matriks Evaluasi Faktor Internal (Internal Factor Evaluation-IFE) dan Evaluasi Faktor Eksternal (External Factor Evaluation-EFE). Penentuan faktor internal dan eksternal diperoleh dari wawancara kepada nelayan, pedagang serta masyarakat setempat dan adanya diskusi dengan pihak terkait seperti BAPEDA Kabupaten Mentawai, pegawai PPP Sikakap dan kepala PPP Sikakap. Langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE), yaitu:
1) Analisis faktor internal dan eksternal
Faktor-faktor internal yang digunakan dalam penentuan IFAS terdiri dari kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses) yang diperoleh dari pelabuhan perikanan seperti kegiatan operasional, kegiatan sumberdaya manusia (jumlah, pendidikan, keahlian) dan kegiatan pemasaran. Faktor-faktor eksternal yang digunakan dalam penentuan EFAS terdiri dari peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats) yang diperoleh dari lingkungan luar pelabuhan perikanan seperti analisis pemerintah dan kelompok kepentingan tertentu.
2) Menentukan bobot setiap variabel
Penentuan bobot pada setiap faktor internal dan faktor eksternal bertujuan untuk mengkuantifikasi faktor internal dan eksternal yang telah dianalisis. Rentang nilai bobot yang digunakan adalah satu sampai tiga. Aturan yang digunakan dalam pengisian kolom adalah:
1 = jika faktor horizontal kurang penting dari faktor vertikal 2 = jika faktor horizontal sama penting dari faktor vertikal 3 = jika faktor horizontal lebih penting dari faktor vertikal
Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variable terhadap jumlah keseluruhan variable dengan menggunakan rumus (Kinnear T dan Taylor J 1991):
Xi: Nilai variable ke-in: jumlah variable
Penilaian bobot faktor strategis internal dapat dilihat pada Tabel 2 sedangkan penilaian bobot faktor strategis eksternal dapat dilihat pada Tabel 3
Table 2 Penilaian bobot faktor strategis internal
Faktor strategis internal A B C … Total
Table 3 Penilaian bobot faktor strategis eksternal
Faktor strategis eksternal A B C … Total
A
B
C
…
Total
Sumber : Kinnear dan Taylor (1991).
3) Menentukan peringkat atau rating
Penentuan peringkat atau rating terhadap variable-variabel hasil analisis situasi yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan menggunakan skala sebagai berikut :
Nilai untuk matriks IFE, antara lain: 1 = sangat lemah 3 = sangat kuat 2 = lemah 4 = kuat
Nilai untuk matriks EFE, antara lain: 1 = rendah 3 = tinggi
2 = sedang 4 = sangat tinggi
Cara penentuan peringkat yaitu mengalikan nilai pembobotan dengan peringkat pada setiap faktor, kemudian seluruh hasil perkalian tersebut dijumlahkan secara vertikal dan akan diperoleh total skor pembobotan tersebut. Hasil pembobotan dan rating ditampilkan dalam bentuk matriks Tabel 4 dan Tabel 5.
Tabel 4 Matriks Internal Factor Evaluation
Faktor-faktor strategi internal Bobot Rating Skor
Kekuatan : Kelemahan : Total
Tabel 5 Matriks Eksternal Factor Evaluation
Faktor-faktor strategi eksternal Bobot Rating Skor
Peluang : Ancaman : Total
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Kondisi Geografis, Topografi dan Iklim
Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan bagian dari Propinsi Sumatera Barat yang telah ditetapkan dengan UU No. 49 tahun 1999. Kabupaten Kepulauan Mentawai beribukota Tuapejat yang terletak di Kecamatan Sipora Utara dengan jarak dari Kota Padang sejauh 153 km. Secara geografis Kepulauan Mentawai terletak pada 0055’00’’ - 3021’00’’ LS dan 98035’00’’ – 100032’00’’ BT dengan luas wilayah kurang lebih 6.011,35 km2 dan memiliki garis pantai 1.402,66 km. Batas-batas wilayahnya sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Selat Siberut, sebelah selatan berbatasan dengan Selat Sanding, sebelah timur berbatasan dengan Selat Mentawai dan sebelah barat berbatasan dengan Samudera Indonesia.
Secara topografi, keadaan Kabupaten Kepulauan Mentawai bervariasi antara bukit-bukit dengan ketinggian 0 hingga 200 meter dari permukaan laut (dpl), dan dialiri sekitar 17 sungai utama yang berhilir di sisi timur dan barat gugusan pulau. Luas dari setiap kecamatan di Kabupaten Kepulauan Mentawai dapat dilihat pada Tabel 6.
Kecamatan Sikakap terletak di Pulau Pagai Utara pada koordinat 2o37’12” – 3o55’04” LS dan 100o00’0” – 100o16’12” BT. Luas wilayah Kecamatan Sikakap kurang lebih 278,45 km2 yang terdiri dari tiga desa yaitu Sikakap, Matobe, dan Taikako. Kecamatan Sikakap terbentuk dari hasil pemekaran Kecamatan Pagai Utara Selatan yang terbentuk pada tahun 2007 dengan ibukota kecamatannya Sikakap.
Tabel 6 Luas dari setiap kecamatan beserta ibukota kecamatan di Kabupaten Kepulauan Mentawai
Kecamatan Ibu kota kecamatan Luas kecamatan (km²)
Pagai Selatan Bulasat 901,08
Sikakap Sikakap 278,45
Pagai Utara Saumanganyak 342,02
Sipora Selatan Sioban 268,47
Sipora Utara Sido Makmur 383,08
Siberut Selatan Muara Siberut 508,33
Siberut Barat Daya Pasakiat Taileleu 649,08
Siberut Tengah Saibi Samukop 739,87
Siberut Utara Muara Sikabaluan 816,11
Siberut Barat Simalegi 1.124,86
Kepulauan Mentawai 6.011,35
Desa Sikakap merupakan daerah pesisir pantai yang memiliki ketinggian dua meter di atas permukaan laut. Luas wilayahnya 22,493 ha dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Desa Matobe, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Makalo, sebelah barat berbatasan dengan Desa Taikako dan sebelah timur berbatasan dengan Selat Mentawai. Jarak Desa Sikakap dengan ibukota kabupaten 112 km dan jarak dengan provinsi (Kota Padang) 196 km.
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sikakap terletak di Desa Sikakap, Kecamatan Sikakap, Kabupaten Kepulauan Mentawai. Pelabuhan ini merupakan salah satu pelabuhan perikanan yang terdapat di Pulau Pagai. Secara geografis PPP Sikakap terletak pada posisi 99019’19” BT dan 01007’48” LS dengan batas-bataas wilayah sebagai berikut:
1) Sebelah utara : Dusun Sikakap Barat 2) Sebelah selatan: Selat Sikakap 3) Sebelah barat : Dusun Masabuk
4) Sebelah timur: Dusun Sikakap Tengah
Jarak antara PPP dengan Kota Padang lebih kurang 120 mil, jarak dengan Ibu Kota Kabupaten Mentawai lebih kurang 60 mil dan jarak dengan Ibu Kota Kecamatan Sikakap lebih kurang 1 km.
Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Mentawai berdasarkan hasil sensus penduduk pada tahun 2010 tercatat 76.173 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 39.504 jiwa dan perempuan sebanyak 36.669 jiwa atau mengalami peningkatan sekitar 2,07 % jika dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2009 sebanyak 74.625 jiwa. Pertumbuhan dan jumlah penduduk berdasarkan kecamatan di Kabupaten kepulauan Mentawai dapat dilihat pada Tabel 7 dan 8.
Berdasarkan data yang diperoleh, menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Mentawai pertumbuhan penduduk yang terjadi semakin meningkat. Jumlah penduduk pada tahun 2006-2009 mengalami pertumbuhan sebesar 2,27 %, tahun 2010 dan 2011 masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 2,07% dan 1,19 %.
Tabel 7 Pertumbuhan penduduk Kabupaten Kepulauan Mentawai
Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) Pertumbuhan (%)
2006 69.774 -
Tabel 8 Jumlah penduduk berdasarkan kecamatan tahun 2011
Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2012.
Keterbatasan sarana pendidikan serta kurangnya kesadaran masyarakat Mentawai terhadap pentingnya pendidikan mengakibatkan rendahnya kualitas sumberdaya manusia di daerah ini. Tingkat pendidikan berdasarkan kecamatan serta seluruh penduduk Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 9 dan 10.
Tabel 10 Tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Mentawai tahun 2010
Tingkat pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)
Tidak/belum sekolah 9.606 14,73
Tidak tamat SD 23.726 36,39
Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2012.
Tabel 9 Tingkat pendidikan penduduk berdasarkan kecamatan di Kabupaten Mentawai tahun 2010
Kecamatan Tingkat pendidikan
DI/DII DIII/Akademi Sarjana(S1-S2-S3)
Pagai Selatan 7 40 31
Potensi Perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai dan PPP Sikakap
Kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki potensi perikanan yang cukup besar, baik untuk perikanan darat maupun perikanan lautnya. Perairan laut di Kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki garis pantai sepanjang 1.402,66 km. Perairan laut dapat dikembangkan melalui operasi penangkapan dari Selat Mentawai hingga ke Samudera Hindia. Potensi perikanan Kabupaten Kepulauan dapat dilihat pada Tabel 11. Potensi perikanan di Kabupaten Kepulauan Mentawai masih dapat dikembangkan terutama pada pengembangan perikanan laut dengan memfasilitasi nelayan dengan alat dan teknologi penangkapan yang moderen. Potensi perikanan merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan daerah sehingga dapat memberikan kontribusi yang besar dalam peningkatan status sosial masyarakat Kabupaten Mentawai.
Unit Penangkapan Ikan
Unit penangkapan ikan merupakan satu kesatuan teknis dalam kegiatan operasi penangkapan ikan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya yang terdiri dari kapal/perahu, nelyan dan alat tangkap.
1) Kapal
Kapal atau perahu penangkap ikan yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Mentawai terdiri atas perahu tanpa motor (PTM), perahu motor tempel (PMT) dan Kapal Motor (KM). Perkembangan jumlah armada kapal tahun 2006 hingga 2011 dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 menjelaskan jumlah perahu dan kapal di Kabupaten Kepulauan Mentawai selama periode tahun 2006 hingga 2011 bervariasi. Jumlah kapal motor tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebanyak 56 unit, untuk perahu motor tempel (PMT) 492 unit pada tahun 2009, dan perahu tanpa motor (PTM) 1181 unit pada tahun 2009.
Tabel 11 Potensi Perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai
Jenis Areal Jumlah
1) Luas perairan laut ekonomis 78.018,43 km2
2) Panjang garis pantai 1.402,66 km
3) Jumlah sungai (muara) 27 sungai
4) Teluk 76 teluk
5) Perairan Umum 574 ha
6) Budidaya air payau/estuaria 102.700 ha
7) Budidaya Laut 34.200 ha
8) Terumbu karang 21.220,62 ha
9) Hutan mangrove 789 ha
Armada kapal penangkap ikan yang ada di PPP Sikakap terdiri atas Kapal Motor (KM), Perahu Motor Tempel (PMT), dan Perahu Tanpa Motor (PTM). Jumlah kapal pada tahun 2006 sebanyak 219 kapal dan pada tahun 2007 mengalami penurunan menjadi 191 kapal hingga pada tahun 2010 hanya terdapat 110 kapal yang mendarat di PPP Sikakap. Penurunan pada tahun 2007 dan 2010 diakibatkan oleh adanya bencana alam yaitu terjadinya gempa dan tsunami di daerah tersebut khususnya di Sikakap sehingga nelayan yang biasanya menangkap ikan dilarang melaut oleh pemerintah setempat. Jumlah dan ukuran kapal yang didaratkan di PPP Sikakap dapat dilihat pada Tabel 13.
2) Alat Tangkap
Alat penangkap ikan yang digunakan di daerah tersebut terdiri atas pukat tepi, jaring insang, bagan, pancing tonda dan alat tangkap lainnya. Perkembangan jumlah alat penangkap ikan di Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun 2006 hingga 2010 dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 12 Perkembangan jumlah kapal di Kabupaten Kepulauan Mentawai
Tahun PTM Pertumbuhan per
tahun (%) PMT
Sumber : DKP Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2012.
Tabel 14 menjelaskan bahwa perkembangan jumlah alat tangkap di Kabupaten Kepulauan Mentawai mengalami penurunan. Penurunan jumlah alat tangkap tersebut diakibatkan adanya bencana alam yang terjadi di daerah tersebut sehingga banyak alat tangkap yang hilang dan rusak. Jenis alat tangkap yang paling banyak terdapat di daerah tersebut yaitu jaring insang. Banyaknya jumlah alat tangkap jaring insang dipengaruhi oleh ketertarikan nelayan dalam mendapatkan ikan yang lebih cepat dan mudah dalam pengoperasiannya. Selanjutnya jumlah alat tangkap yang menempati urutan kedua terbanyak adalah pancing tonda. Pancing tonda banyak diminati oleh masyarakat setempat karena proses pembuatan dan biayanya murah serta masih banyaknya nelayan tradisional. Selain itu, jenis alat tangkap lain-lain yang terdapat di daerah tersebut yaitu tombak dan jala tebar.
Alat tangkap yang banyak digunakan oleh nelayan di PPP Sikakap dalam operasi penangkapan terdiri dari pancing, bubu dan jaring insang dengan jumlah masing-masing adalah 36 unit, 148 unit dan 20 unit.
3) Nelayan
Nelayan Kabupaten Kepulauan Mentawai dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu nelayan penuh (full time) dan nelayan sambilan (part time). Perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2005-2011 dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 14 Perkembangan jumlah alat tangkap di Kabupaten Kepulauan
Sumber : DKP Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2012.
Tabel 15 Perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun 2005-2011
Tahun Nelayan penuh Nelayan sambilan Total
2005 921 439 1360
Tabel 15 menjelaskan bahwa pada tahun 2005 hingga 2008 jumlah nelayan mengalami peningkatan dan didominasi oleh nelayan penuh. Hal ini menunjukkan bahwa sumberdaya ikan yang tersedia pada tahun tersebut masih banyak dan nelayan asing belum banyak melakukan aktivitas penangkapan ikan di Perairan Mentawai. Jumlah nelayan penuh pada tahun 2009 hingga 2011 cenderung berkurang. Nelayan penuh pada tahun 2011 berjumlah 34 orang, hal ini diduga karena adanya bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Kabupaten Mentawai pada tahun 2010. Selain itu, berkurangnya jumlah nelayan diakibatkan adanya kapal-kapal ukuran besar yang melakukan aktivitas penangkapan di Perairan Mentawai. Kapal-kapal tersebut datang dari daerah lain yaitu Sibolga, Bengkulu, Jawa dan Padang.
Nelayan yang terdapat di PPP Sikakap terdiri dari nelayan penuh dan nelayan sambilan. Nelayan yang terdapat di PPP Sikakap tidak hanya terdiri dari nelayan setempat melainkan ada juga yang berasal dari Kota Padang, Pariaman, Pesisir Selatan yang singgah di PPP Sikakap. Nelayan pendatang umumnya mengoperasikan alat tangkap puse seine dengan ukuran kapal yang lebih besar dibandingkan nelayan setempat. Jumlah total nelayan PPP Sikakap 250 orang diantaranya 150 orang berupa nelayan penuh dan 100 orang nelayan sambilan. Besarnya jumlah nelayan di PPP Sikakap antara lain karena pihak pengelola PPP Sikakap memberikan pelayanan yang baik misalnya pelayanan jasa tambat labuh tanpa dipungut biaya.
Produksi Hasil Tangkapan
Jenis ikan yang didaratkan di PPP Sikakap antara lain ikan kerapu (Ephinephelus spp), tuna (Thunnus sp), tongkol (Euthynnus sp), kuwe (Caranx sp), cakalang (Katsuwonus pelamis), kembung (Rastrelliger sp), julung-julung (Tylourus sp), dan tenggiri (Scomberomorus commerson). Ikan yang didaratkan di PPP Sikakap hanya ikan yang memiliki nilai ekonomis penting sisanya dijual langsung kepada masyarakat setempat. Hasil tangkapan yang didaratkan di PPP Sikakap berkisar 70 % dari total hasil tangkapan dan ditampung oleh pedagang pengumpul.
Produksi hasil tangkapan di PPP Sikakap pada tahun 2007-2011 mengalami penurunan kecuali pada tahun 2009 yang mengalami peningkatan sebesar 11,87 %. Penurunan produksi hasil tangkapan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jumlah nelayan, armada penangkapan ikan dan alat tangkap yang semakin berkurang di Kabupaten Kepulauan Mentawai secara khusus di PPP Sikakap. Berkurangnya unit penangkapan ikan tersebut disebabkan karena adanya bencana alam yang melanda Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2007 dan 2010 sehingga berdampak pada produksi hasil tangkapan. Produksi hasil tangkapan rata-rata pertahun di PPP Sikakap 113,84ton.
17 Tabel 16 Jumlah dan nilai produksi hasil tangkapan nelayan PPP Sikakap
Jenis ikan
Tahun
2007 2008 2009 2010 2011
Volume (Kg)
Nilai (Rp.000)
Volume (Kg)
Nilai (Rp.000)
Volume (Kg)
Nilai (Rp.000)
Volume (Kg)
Nilai (Rp.000)
Volume (Kg)
Nilai (Rp.000)
1) Kerapu 20.270 283.780 6.245 87.430 8.735 131.025 6.470 97.050 5.176 103.520
2) Kakap 21.455 236.005 6.075 66.825 9.095 127.330 7.845 109.830 4.707 84.726
3) Kuwe 21.385 149.695 5.995 41.965 5.585 39.095 6.325 25.300 4.428 44.275
4) Julung-julung 22.110 88.440 5.645 22.580 495 2.475 - - - -
5) Cakalang 9.155 45.775 106.150 530.750 53.605 268.025 12.250 61.250 9.800 58.800
6) Tongkol 16.620 116.340 11.250 78.750 47.565 380.520 12.400 99.200 9.920 89.280
7) Tenggiri 2.720 29.920 - - - -
8)
Gurita/Cumi-cumi 9.690 62.985 - - - -
9) Lain-lain 27.240 68.100 7.820 23.460 12.320 61.600 8.820 44.100 2.646 15.876
10)Tuna - - - - 29.495 294.950 6.870 68.700 4.809 57.708
Jumlah 150.645 1.081.040 149.180 851.760 166.895 1.305.020 60.980 505.430 41.486 454.185
Pertumbuhan (%) - - -0.97 -21.21 11.87 53.21 -63.46 -61.27 -31.97 -10.14
Musim Penangkapan Ikan
Nelayan PPP Sikakap mengenal adanya musim barat, dan musim timur. Musim barat terjadi pada bulan Mei-Agustus yang ditandai dengan adanya gelombang laut yang besar. Musim timur berlangsung dari bulan September-April yang ditandai dengan keadaan perairan yang relatif tenang. Pada umumnya operasi penangkapan ikan dilakukan pada musim timur, sedangkan pada musim barat sebagian besar nelayan melakukan perbaikan perahu/kapal, alat tangkap atau memilih aktivitas lainnya seperti bertani untuk mencari penghasilan tambahan.
Operasi penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan di PPP Sikakap berlangsung sepanjang tahun. Ketersediaan sumberdaya ikan di perairan Kepulauan Mentawai memicu adanya aktivitas penangkapan ikan yang berlangsung secara terus menerus. Musim penangkapan ikan dengan hasil tangkapan yang banyak terjadi pada bulan April-September yang merupakan musim timur sedangkan musim penangkapan ikan dengan hasil tangkapan sedikit terjadi pada bulan Mei-Agustus yang merupakan musim barat.
Daerah Penangkapan Ikan
Penentuan posisi daerah penangkapan ikan sangat penting untuk menciptakan usaha penangkapan yang efektif dan efisien. Berdasarkan jalur penangkapan ikan di Kabupaten Kepulauan Mentawai dikelompokkan kedalam tiga jalur, yaitu : jalur I (0-5 mil), jalur II (5-10 mil) dan jalur III (10 mil dari lepas pantai). Nelayan PPP Sikakap hingga saat ini melakukan operasi penangkapan ikan umumnya masih berada pada jalur I (0-5 mil) dan II (5-10 mil), hanya sebagian kecil yang beroperasi di jalur III (10 mil dari lepas pantai). Hal ini karena unit penangkapan yang digunakan tidak terlalu besar. Pencarian daerah penangkapan ikan umumnya belum mempunyai pedoman yang tetap, melainkan berdasarkan pada pengalaman-pengalaman sebelumnya. Keberhasilan dalam melakukan operasi penangkapan ikan di suatu lokasi akan diulang kembali di lokasi yang sama.
Peranan Sektor Perikanan terhadap Perekonomian Daerah
PDRB Kabupaten Kepulauan Mentawai
Sektor perikanan memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Pendapatan sektor perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2000-2010 mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kontribusi sektor perikanan terhadap pendapatan daerah dapat dilihat pada nilai Z pada Tabel 17.
Tabel 17 PDRB Kabupaten Kepulauan Mentawai berdasarkan harga konstan (Juta rupiah)
Tahun Y Yb Z(%)
2000 341.623,23 41.958,96 12,28
2001 355.407,21 43.599,18 12,27
2002 377.011,61 44.581,75 11,83
2003 398.191,11 46.802,65 11,75
2004 414.890,96 48.949,90 11,80
2005 428.727,81 52.339,47 12,21
2006 446.108,42 56.086,47 12,57
2007 465.786,51 58.862,73 12,64
2008 486.658,71 61.917,71 12,72
2009 509.396,33 67.069,48 13,17
2010 534.232,32 70.765,85 13,25
Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2004 dan 2012.
Ket :
Y : Jumlah PDRB seluruh sektor Kabupaten Kepulauan Mentawai Yb : Jumlah PDRB sektor perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai
Z : Persentase kontribusi PDRB sektor perikanan terhadap pendapatan daerah Tabel 17 menjelaskan bahwa persentase kontribusi pendapatan sektor perikanan terhadap pendapatan daerah Kabupaten Kepulauan mentawai pada tahun 2000-2010. Persentase (nilai Z) dari kontribusi sektor perikanan meiliki nilai yang berkisar 11,75-13,25 %. Pada tahun 2000, sektor perikanan memberikan kontribusi untuk pendapatan daerah sebesar 11,75 % dari total pendapatan daerah, begitu juga pada tahun 2010, sektor perikanan memberikan kontribusi pada pendapatan daerah sebesar 13,25 %.
Mata Pencaharian Penduduk Kabupaten Mentawai
yang terdapat di wilyah Kabupaten Kepulauan Mentawai. Lapangan usaha perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan hotel menempati urutan kedua di daerah tersebut. Penduduk Kabupaten Kepulauan Mentawai yang bekerja menurut umur 15 tahun keatas dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18 Jumlah penduduk Kabupaten Mentawai yang bekerja menurut lapangan usaha tahun 2008-2012
f) Perdagangan besar, eceran, rumah makan,
dan hotel 1.254 1.404 1.059 1.088 1.623
g) Angkutan, pergudangan dan komunikasi 290 300 353 530 467
h) Keuangan, asuransi, usaha persewaan
bangunan, tanah, dan jasa perusahaan 0 0 86 184 0
i) Jasa kemasyarakatan 1.400 1.597 1.804 3.063 3.835
Total 25.830 31.574 36.453 30.821 35.981
Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2013.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aktivitas PPP Sikakap
Pengelolaan pelabuhan perikanan tentunya akan berkaitan dengan aktivitas-aktivitas yang terdapat di dalamnya (Pane, 2002). Aktivitas yang terdapat di PPP Sikakap berkaitan dengan fungsi dari pelabuhan perikanan menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.08/MEN/2012 (DKP, 2012). Aktivitas tersebut antara lain:
1) Pelayanan administrasi tambat dan labuh kapal perikanan
Kapal-kapal yang masuk di PPP Sikakap diperiksa langsung oleh petugas perikanan yang bekerjasama dengan petugas syahbandar. Jumlah rata-rata kapal yang melakukan tambat dan labuh di dermaga PPP Sikakap sekitar 10 kapal per harinya. Pemeriksaan kapal-kapal tersebut berupa dokumen kapal, barang-barang muatan dan Surat Izin Usaha Penangkapan Ikan (SIUP). Pengawasan kapal-kapal lokal berupa Surat Laik Operasi (SLO) Kapal Perikanan sehingga setiap kapal yang beroperasi dapat terorganisir dengan baik.
2) Aktivitas pendaratan ikan
Aktivitas pendaratan ikan di PPP Sikakap berlangsung pada pukul 07.00-10.00 WIB meliputi proses pembongkaran hasil tangkapan, penyortiran dan pengangkutan hasil tangkapan. Ikan-ikan yang didaratkan merupakan ikan hasil tangkapan dari laut yang ditangkap oleh kapal-kapal perikanan lokal. Hasil tangkapan nelayan dibongkar ke dermaga kemudian dibawa ke tempat pedagang pengumpul. Ikan hasil tangkapan diangkut menggunakan tenaga manusia karena jarak antara dermaga dengan tempat pengumpulan ikan 15 meter. Alat angkut yang digunakan yaitu keranjang yang disediakan oleh pedagang pengumpul. Penyortiran hasil tangkapan dilakukan secara manual berdasarkan jenis, ukuran (besar/kecil), dan mutunya (bagus/rusak). Menurut Lubis (2011), bahwa pembongkaran dan penyeleksian ikan harus dilakukan secara cepat dan cermat agar tingkat kesegaran ikan tetap terjaga. Ikan hasil tangkapan yang telah disortir diletakkan ke dalam basket/keranjang yang berukuran lebih kurang 20 kg yang langsung disediakan oleh pedagang pengumpul. Kapal-kapal pendatang tidak melakukan pendaratan hasil tangkapan di PPP Sikakap. Alur proses pendaratan ikan secara singkat di PPP Sikakap dapat dilihat pada Gambar 1.
Operasi pendaratan ikan dikelola oleh PPP Sikakap melalui salah satu petugas pelabuhan. Jumlah kapal yang mendaratkan hasil tangkapannya biasanya 7-10 kapal per hari. Penanganan proses pendaratan ikan berjalan dengan lancar (tanpa adanya penumpukan ikan di dermaga). Waktu pendaratan ikan biasanya berlangsung selama 1 hingga 2 jam tergantung pada banyaknya jumlah ikan serta alat tangkap yang digunakan.
Gambar 1 Diagram proses pendaratan ikan di PPP Sikakap Penyortiran ikan
Ikan dijual
Kapal bertambat di dermaga Hasil tangkapan dibongkar dari palka
oleh nelayan
Ikan dibawa ke tempat pengelola pemasaran (pedagang pengumpul)
3) Aktivitas pemasaran ikan
Hasil tangkapan nelayan dijual langsung kepada pedagang pengumpul tanpa lelang karena TPI Sikakap tidak lagi melakukan pelelangan. Pelelangan ikan merupakan suatu aktivitas utama terpenting di pelabuhan perikanan yang bertujuan untuk mendapatkan harga yang layak bagi nelayan maupun pada pedagang (Lubis, 2011). Pembelian ikan secara langsung dilakukan oleh pedagang pengumpul setelah adanya kesepakatan harga antara kedua belah pihak. Setelah kesepakatan harga ditetapkan, ikan tersebut langsung diangkut ketempat pengepakan dengan menggunakan tenaga manusia.
Peranan PPP Sikakap dalam memasarkan ikan melalui pelelangan belum terlaksana karena belum adanya Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Kepulauan Mentawai yang mengatur mengenai pelelangan ikan. Faktor lain yang menyebabkan tidak adanya aktivitas pelelangan ikan yaitu sedikitnya jumlah pedagang pengumpul dan pengecer yang mau membeli ikan dalam jumlah banyak dan hanya mau membeli ikan-ikan yang bernilai jual diatas harga Rp 15.000/kg saja. Ikan hasil tangkapan yang memiliki nilai ekonomis rendah langsung dijual oleh nelayan ke konsumen lokal sedangkan untuk ikan ekonomis penting dijual ke pedagang pengumpul untuk dipasarkan ke Padang. Selain faktor tersebut, adanya kebiasaan nelayan yang menjual hasil tangkapannya langsung ke konsumen karena hasil tangkapannya sedikit, hal ini mengakibatkan berkurangnya armada penangkapan ikan yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPP Sikakap. Alur pemasaran ikan hasil tangkapan di PPP Sikakap dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Alur pemasaran ikan hasil tangkapan di PPP Sikakap
4) Pengumpulan data perikanan.
Proses pengumpulan data yang dilakukan oleh PPP Sikakap melalui pedagang pengumpul. Data yang dikumpulkan berupa hasil tangkapan yang memiliki nilai ekonomis penting dan berbagai jenis ikan lainnya. Pihak PPP Sikakap tidak melakukan pengumpulan data pada nelayan yang mendaratkan hasil tangkapannya di luar PPP Sikakap atau nelayan yang menjual langsung hasil tangkapannya ke konsumen.
Pemerintah setempat menghimbau agar setiap nelayan yang melakukan operasi penangkapan ikan agar melaporkan hasil tangkapannya ke PPP Sikakap, namun masih ada nelayan yang belum melakukannya.
5) Pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan
Penyuluhan perikanan merupakan suatu proses pembelajaran bagi para pelaku utama dan pelaku usaha perikanan yang bertujuan untuk meningkatkan
Nelayan
Pedagang pengumpul Sikakap Pedagang pengumpul Padang
Pedagang pengecer Sikakap Pedagang pengecer Padang
potensi dan kemampuan masyarakat nelayan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Kualitas sumberdaya dan tingkat pendidikan yang dimiliki nelayan PPP Sikakap tergolong masih rendah. Rata-rata pendidikan nelayan hanya lulus Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Oleh karena itu, PPP Sikakap sangat dibutuhkan dalam memberikan penyuluhan dan peningkatan kualitas sumberdaya masyarakat nelayan.
Kegiatan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan di PPP Sikakap dilaksanakan setiap dua kali dalam setahun. Kegiatan tersebut dilakukan di gedung pertemuan nelayan. Penyuluhan masyarakat nelayan diberikan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Penyuluhan juga diberikan kepada nelayan tradisional yang terletak dibagian pesisir pantai. Pelatihan-pelatihan tersebut berupa cara pembudidayaan ikan ekonomis, penanganan mutu dan kualitas ikan saat pasca tangkap dan pelatihan wirausaha dalam bidang perikanan yang tujuannya untuk meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan.
6) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumberdaya perikanan
PPP Sikakap bekerja sama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai melakukan pengawasan kelestarian sumberdaya ikan dan habitatnya. Instansi tersebut secara aktif melakukan sosialisasi kepada masyarakat setempat agar melakukan penangkapan ikan yang ramah lingkungan erta menjaga habitat ikan dengan tidak merusak terumbu karang yang ada.
Fasilitas PPP Sikakap
Pada dasarnya fasilitas yang dimiliki oleh pelabuhan perikanan sama dengan fasilitas yang dimiliki oleh pangkalan pendaratan ikan, hanya kapasitas fasilitasnya yang berbeda (Lubis dan Pane 2006). Berdasarkan pada kepentingannya terhadap kebutuhan pengoperasian suatu pelabuhan perikanan yang “mutlak diperlukan” atau “vital”, yakni: 1) Dermaga pendaratan ikan dan muat, 2) Kolam pelabuhan, 3) Sistem rambu-rambu yang mengatur keluar masuknya kapal, 4) Tempat pelelangan ikan, 5) Pabrik es, 6) Tangki dan instalasi air, 7) Tempat penyediaan bahan bakar, 8) Bengkel reparasi kapal, 9) Kantor administrasi (Lubis et all, 2005). Fasilitas yang dikelola oleh PPP Sikakap yaitu fasilitas yang digunakakan untuk aktivitas yang berjalan di dalamnya. Kondisi, kapasitas serta pemanfaatan fasilitas tertera pada Tabel 19.
Penjelasan lebih rinci dari masing-masing fasilitas PPP Sikakap telah diuraikan di bawah ini:
1) Fasilitas Pokok
Fasilitas pokok berfungsi untuk menjamin keamanan dan kelancaran kapal baik sewaktu berlayar masuk pelabuhan maupun sewaktu berlabuh di pelabuhan. Fasilitas pokok yang dimiliki PPP Sikakap antara lain:
(1) Lahan pelabuhan
oleh masyarakat untuk bercocok tanam. Lahan yang terpakai untuk pembangunan gedung dan perkantoran seluas 28.650 m2 dan sisanya untuk pembangunan industri perikanan (DKP Sumatera Barat, 2010). Lahan PPP Sikakap dapat dilihat pada Gambar 3.
(2) Dermaga
Dermaga PPP Sikakap terletak di depan gedung TPI dan berdampingan dengan Selat Sikakap sehingga kapal yang berlabuh di dermaga tersebut terhindar dari gelombang. Jarak dermaga dengan tempat penampungan hasil tangkapan 15 m. Dekatnya jarak dermaga memudahkan dan mempercepat proses pengangkutan hasil tangkapan. Dermaga PPP Sikakap berfungsi dalam aktivitas bongkar hasil tangkapan, untuk memuat perbekalan melaut, serta digunakan untuk berlabuh atau persinggahan nelayan dari luar Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Dermaga mempunyai luas 500 m2 dengan panjang 50 meter dan lebar 10 meter. Tinggi dermaga bagian pangkal 3 meter sedangkan pada bagian ujung 8 meter. Kondisi dermaga saat ini pada bagian fendernya sudah banyak yang rusak dan lepas. Dermaga PPP Sikakap dapat dilihat pada Gambar 4.
(3) Kolam Pelabuhan
Kolam pelabuhan merupakan perairan tempat masuknya kapal yang bersandar di dermaga. Kolam pelabuhan meliputi alur pelayaran dan sebagai
Tabel 19 Jenis dan kapasitas fasilitas PPP Sikakap serta pemanfaatannya
Fasilitas Kapasitas Pemanfaatan Pengelola Kondisi
Fasilitas pokok :
1. Dermaga 50 x 10 m dimanfaatkan PPP Baik
2. Alur pelayaran 700 m2 dimanfaatkan PPP Baik
3. Kolam pelabuhan 20.000 m2 dimanfaatkan PPP Baik
4. Jalan dalam
kompleks 1.014 m dimanfaatkan PPP Baik
5. Turab 220 m dimanfaatkan PPP Baik
Fasilitas fungsional :
1. Gedung TPI 480 m2 tidak dimanfaatkan PPP Rusak
2. Ruang pendingin 64 m2 tidak dimanfaatkan PPP Rusak
3. Pabrik es 288 m2 tidak dimanfaatkan PPP Rusak
4. Tangki BBM 25 ton tidak dimanfaatkan PPP Rusak
5. Bengkel 1 unit dimanfaatkan PPP Baik
6. Sarana Komunikasi 1 unit tidak dimanfaatkan PPP Baik
7. Instalasi air bersih 3 unit dimanfaatkan PPP Baik
8. Instalasi listrik 10.5 KVA dimanfaatkan PPP Baik
Fasilitas penunjang :
1. Kantor pelabuhan 150 m2 dimanfaatkan PPP Baik
2. MCK 60 m2 dimanfaatkan PPP Baik
7. Kantor syahbandar 80 m dimanfaatkan PPP Baik
8. Perumahan dinas 4 unit dimanfaatkan PPP Baik
Luas lahan 48.650 m2 dimanfaatkan PPP Luas
kolam putar. Kolam pelabuhan PPP Sikakap merupakan bagian dari Selat Sikakap (alami) yang mempunyai luas 20.000 m2. Kedalaman kolam pelabuhan pada saat air laut pasang berkisar ± 7 meter dan saat surut berkisar ± 6 meter. Gelombang laut di sekitar kolam pelabuhan relatif kecil sehingga aman bagi kapal-kapal yang bersandar. Kondisi kolam pelabuhan PPP Sikakap masih cukup luas sehingga kapal tidak sulit untuk memutar serta tidak adanya pendangkalan kolam pelabuhan tersebut.
(4) Alur Pelayaran
Alur pelayaran merupakan bagian perairan pelabuhan yang merupakan pintu masuk kolam pelabuhan sampai ke dermaga. Alur pelayaran berfungsi sebagai jalan masuk atau keluar bagi kapal-kapal yang berlabuh di pelabuhan perikanan atau pangkalan pendaratan ikan (Lubis, 2012).
Alur pelayaran di PPP Sikakap berupa bagian dari Selat Sikakap yang bersifat alami dan mempunyai luas 700 m2. Sepanjang alur pelayaran PPP Sikakap sudah dilengkapi dengan alat bantu navigasi pada daerah yang dangkal sehingga memudahkan nelayan beroperasi di malam hari. Alur pelayaran untuk menuju PPP Sikakap ada dua arah yaitu dari bagian barat jika nelayan menangkap ikan di Samudera Indonesia dan bagian timur jika nelayan melakukan penangkapan ikan di bagian Selat Mentawai. Alur pelayaran PPP Sikakap dapat dilihat pada Gambar 5.
(5) Turab
Sepanjang Pantai PPP Sikakap terdapat turab yang panjangnya 220 meter. Turab tersebut masih dalam kondisi baik dan dimanfaatkan oleh nelayan untuk tempat bersandarnya perahu motor milik nelayan. Turab PPP Sikakap dapat dilihat pada Gambar 6.
(6) Jalan dan kompleks
Jalan komplek pelabuhan terbuat dari beton dengan panjang 1014 meter dan dalam kondisi baik. Terdapat 3 jalan masuk menuju area PPP Sikakap sehingga memudahkan aksesibilitas para pengguna pelabuhan.
Gambar 4 Dermaga tambat labuh di PPP Sikakap
Gambar 5 Alur pelayaran di PPP Sikakap
2) Fasilitas Fungsional
Fasilitas fungsional adalah fasilitas yang berfungsi untuk meningkatkan nilai guna dari fasilitas pokok sehingga dapat menunjang aktivitas pelabuhan (Lubis 2012). Fasilitas ini tidak harus ada di setiap pelabuhan, namun fasilitas ini disediakan sesuai dengan kebutuhan operasional pelabuhan tersebut. Fasilitas fungsional yang terdapat di PPP Sikakap antara lain : gedung TPI, pabrik es, tangki BBM, bengkel, instalasi air, dan instalasi listrik.
(1) Gedung TPI
Gedung TPI dibangun oleh pemerintah pusat pada tahun 1977/1978 dengan tujuan untuk mendukung pengembangan dan keberhasilan usaha perikanan tangkap dan juga membantu nelayan memasarkan hasil tangkapannya dan menstabilkan harga. Gedung TPI terletak di depan dermaga dengan luas bangunan seluruhnya 480 m2. Gedung TPI berlantai dua dan dilengkapi ruang kantor, dan MCK. Lantai TPI dibuat miring dan belum dilapisi keramik serta terdapat saluran pembuangan yang terarah ke laut. Jarak gedung TPI dari dermaga pelabuhan sejauh 15 meter sehingga memudahkan nelayan untuk mengangkut hasil tangkapannya. Gedung TPI sudah tidak digunakan lagi, hal ini dilihat dari kondisi bangunan yang sudah rusak akibat faktor usia dan adanya bencana alam pada Tahun 2010. Kondisi gedung TPI saat ini dinding gedung retak, atap gedung sudah bocor dan ada yang sudah lepas, serta warna cat gedung sudah dipenuhi oleh lumut. Gedung TPI PPP Sikakap dapat dilihat pada Gambar 7.
(2) Pabrik Es
Penyediaan es di suatu pelabuhan perikanan dapat dipenuhi melalui penyediaan pabrik es di pelabuhan tersebut. Hanafiah dan Saefuddin (1986) mengatakan bahwa, fasilitas seperti pabrik es sangat diperlukan di tempat pendaratan ikan, karena es digunakan untuk mepertahankan kesegaran ikan setelah ikan ditangkap, pada saat proses pendaratan serta dalam proses pengangkutan, penyimpanan dan pemasaran.
Pabrik es PPP Sikakap mempunyai luas 288 m2 yang dilengkapi dengan plate ice maker dan kompresor merek Hitachi sebanyak dua buah dengan dinamo masing-masing 90 kw (DKP Sumatera Barat, 2010). Kondisi pabrik es saat ini yaitu cat gedung sudah pudar, kondisi plate ice maker sudah banyak yang mengalami keropos, kompresor pompa amoniak rusak dan terdapat kebocoran pada instalasi. Kondisi tersebut mengakibatkan produksi pabrik es di PPP Sikakap tidak berfungsi. Ketiadaan pabrik es/depot menjadi kendala utama bagi para nelayan dalam memenuhi kebutuhan es di pelabuhan perikanan (Sumiati, 2008).
Pihak PPP Sikakap mencari solusi dengan cara memasok es dari Kota Padang. Es yang disuplai dari Kota Padang diangkut melalui kapal milik ASDP melalui kerjasama antara pihak PPP Sikakap dengan ASDP sehingga setiap balok es mendapat potongan harga. Es balok dijual dengan harga Rp 50.000/balok. Mahalnya harga es tersebut dipengaruhi oleh biaya transportasi dari Kota Padang sampai di PPP Sikakap. Pihak PPP Sikakap sudah meminta bantuan kepada pemerintah pusat agar pabrik es yang ada di PPP Sikakap dapat diperbaiki agar memperlancar proses aktivitas penangkapan ikan. Es balok yang disuplai dari Kota Padang dapat dilihat pada Gambar 8.
(3) Tangki BBM
masih baik tetapi untuk saat ini tidak beroperasi karena belum adanya sarana transportasi untuk pengangkutan BBM dari pertamina ke PPP Sikakap. Nelayan membeli bahan bakar dari kios-kios yang diusahakan secara perorangan di sekitar pelabuhan. Kondisi tangki BBM yang terdapat di PPP Sikakap dapat dilihat pada Gambar 9.
(4) Bengkel
Bengkel PPP Sikakap berupa satu unit bengkel kecil yang diusahakan oleh penduduk setempat. Bengkel tersebut berfungsi dan hanya melayani perbaikan mesin-mesin kapal yang mengalami kerusakan kecil saja. Mesin kapal yang mengalami kerusakan besar harus dibawa ke Kota Padang karena fasilitas yang terdapat di bengkel PPP Sikakap terbatas. Bengkel tersebut juga melayani jasa pengelasan baja atau besi. Bengkel PPP Sikakap letaknya tidak jauh dari dermaga sehingga memudahkan nelayan dalam mengangkat mesin dari kapal ke tempat bengkel jika mesin mengalami kerusakan.
(5) Ruang Pendingin
Ruang pendingin PPP Sikakap mempunyai luas 64 m2 yang terdiri dari 15 m2 ruangan bagian depan, 25 m2 untuk cool room dan 24 m2 untuk ruang kantor dan mesin. Ruang mesin terdapat dua buah kompresor dan tiga unit evaporator dengan kapasitas 25 ton/hari. Kondisi gedung ruang pendingin (cool room) masih baik sedangkan mesin kompresor sudah rusak, hal ini mengakibatkan fasilitas cool room PPP Sikakap tidak dapat berfungsi dengan baik.
(6) Instalasi Air Bersih
Instalasi air yang dimiliki PPP Sikakap dialirkan melalui pipa galvanis yang berukuran 4” sepanjang 1,5 km yang kemudian ditampung kedalam bak penampung sebanyak 3 unit dan selanjutnya didistribusikan. Kondisi intalasi air bersih saat ini sudah banyak sambungan pipa yang bocor sehingga banyak air yang terbuang. Bak penampungan air bersih memiliki luas lantai keseluruhan 60 m2 dengan tinggi 3 meter. Kondisi bak penampungan air sudah banyak yang retak dan perlu diadakannya perbaikan oleh PPP Sikakap. Fasilitas sumur bor yang tersedia di area PPP Sikakap masih berfungsi dengan baik dan sudah dapat memenuhi kebutuhan. Bak penampungan air yang terdapat di PPP Sikakap dapat dilihat pada Gambar 10.
(7) Instalasi Listrik
Energi listrik PPP Sikakap bersumber dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan kapasitas daya 10,5 KVA. Instalasi listrik dalam kondisi baik dan dapat memenuhi kebutuhan di area PPP Sikakap. Luas gedung tempat instalasi listrik PPP Sikakap yaitu 60 m2 dan dilengkapi dengan mesin genset yang mempunyai kapasitas daya 10 KVA. Mesin genset tersebut digunakan jika terdapat pemadaman listrik dari PLN setempat. Listrik ini dialirkan ke semua gedung dan penerangan jalan di sekitar area pelabuhan.
(8) Saluran Komunikasi
Gambar 7 Gedung TPI PPP Sikakap yang sudah rusak
Gambar 8 Es balok yang disuplai dari Kota Padang
Gambar 10 Bak penampungan air bersih PPP Sikakap
3) Fasilitas Penunjang
Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan operasional pelabuhan perikanan yaitu fasilitas yang tidak langsung meningkatkan peranan pelabuhan atau para pelaku mendapatkan kenyamanan dalam melakukan aktivitas di pelabuhan (Lubis, 2012). Fasilitas penunjang yang terdapat di PPP Sikakap meliputi : kantor pelabuhan, MCK, Balai Pertemuan Nelayan, rumah jaga, toko BAP, pagar keliling, kantor syahbandar, tempat parkir, penginapan nelayan, dan perumahan dinas.
(1) Kantor pelabuhan
Kantor pelabuhan perikanan PPP Sikakap digunakan oleh petugas/pegawai pelabuhan perikanan untuk melaksanakan administrasi guna kelancaran operasional pelabuhan. Pegawai pelabuhan melakukan pelayanan kepada nelayan mengenai keluhan-keluhan terhadap penggunaan fasilitas pelabuhan. Luas kantor pelabuhan PPP Sikakap 150 m2 dan memiliki 6 ruangan yaitu, ruang kepala pelabuhan, ruang penerima tamu, ruang arsip, ruang administrasi pegawai, ruang tata usaha dan toilet. Kantor pelabuhan PPP Sikakap juga dilengkapi dengan layanan telekominikasi yang menunjang proses administrasi. Kondisi kantor pelabuhan masih baik dan digunakan sesuai dengan fungsinya. Kantor PPP Sikakap dapat dilihat pada Gambar 11.
(2) MCK
Luas bangunan MCK PPP Sikakap 60 m2 dan berfungsi dengan baik. Gedung MCK digunakan nelayan baik nelayan lokal maupun pendatang dan tidak dipungut biaya. Lantai MCK PPP Sikakap sudah dilapisi dengan keramik dan selalu dibersihkan setiap pagi. Kondisi MCK PPP Sikakap dapat dilihat pada Gambar 12.
(3) Kantor syahbandar
Sikakap. Syahbandar bekerjasama dengan PPP Sikakap untuk pemeriksaan dokumen kapal perikanan. Syahbandar memiliki tugas dan wewenang diantaranya melakukan pemerikasaan pada kapal pendatang, pemeriksaan Surat Izin Usaha Penangkapan (SIUP), Surat Penangkapan Ikan (SPI), Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI), Pass biru, Surat Persetujuan Berlayar dan mengurus perizinan kapal penangkap ikan yang beroperasi. Berdasarkan kenyataan di lapangan ditemukan masih adanya kapal perikanan yang tidak memiliki Surat Penangkapan Ikan (SPI), serta Surat Izin Usaha Penangkapan Ikan (SIUP). Hal ini menandakan bahwa syahbandar PPP Sikakap belum melakukan tugas dan wewenang dengan baik. Nelayan hanya mengurus Surat Laik Operasi saja. Hal itu dipilih, karena nelayan hanya melakukan penangkapan ikan di sekitar Perairan Sikakap dan tidak jauh dari PPP Sikakap. Kantor syahbandar PPP Sikakap dapat dilihat pada Gambar 13. (4) Balai Pertemuan Nelayan (BPN)
Balai Pertemuan Nelayan (BPN) dimanfaatkan untuk pertemuan nelayan seperti rapat, musyawarah dan pelatihan atau penyuluhan perikanan. Gedung ini memiliki luas 200 m2 dan kondisinya dalam keadaan baik serta dimanfaatkan kondisinya masih baik. Toko BAP berfungsi melayani kebutuhan nelayan dalam memenuhi alat dan bahan penangkapan ikan. Toko ini dikelola oleh PPP Sikakap dan terletak di dekat dermaga pelabuhan sehingga mudah dijangkau.
(7) Pagar keliling
Pagar keliling PPP Sikakap memiliki panjang 900 meter dan tinggi satu meter yang terbuat dari tembok permanen dan diatasnya diberi kawat berduri setinggi satu meter. Kondisi pagar keliling saat ini, sebagian temboknya sudah banyak yang rusak dan kawatnya lepas bahkan kedua bagian tersebut sudah tidak ada lagi.
(8) Perumahan Dinas
Gambar 11 Kantor pelabuhan PPP Sikakap
Gambar 12 MCK di PPP Sikakap