• Tidak ada hasil yang ditemukan

013, ADI SETIAWAN (ASTO)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "013, ADI SETIAWAN (ASTO)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : I Wayan Adi Setiawan

NIM : P07134014013

Semester : IV

Laporan Praktikum Imunnoserologi

ANTI STREPTOLISIN O (ASTO) SLIDE TEST

Tanggal Praktikum : 17 Maret 2016 Tempat Praktikum : Lab. Imunnologi

I. TUJUAN

Untuk determinasi kualitatif dan semikuantitatif adanya ASTO (Anti Steptolisin O) dalam serum secara aglutinasi latex

II. METODE

Slide Aglutination test

III. PRINSIP

Berdasarkan reaksi aglutinasi antara Steptolisin O sebagai antigen yang terikat pada partikel latex polisterene dengan Anti Steptolisin O (ASTO) yang terdapat dalam serum sebagai antibodi

IV. DASAR TEORI

(2)

dan meningkatkan resiko RHD setelah infeksi tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri streptokokus (Soha, dkk. 2014).

Demam rematik biasanya disebabkan oleh Grup A streptokokus ß hemolitik dari saluran pernapasan bagian atas. Grup A Streptococcus (GAS) merupakan bakteri penyebab dari faringitis akut paling umum, terhitung sekitar 15-30% kasus terjadi pada anak-anak dan 5-10% kasus pada orang dewasa. Serotipe protein tertentu, seperti M 1, 3, 5, 6, 14,18, 19, dan 24 dari GAS, ditemukan terkait dengan infeksi tenggorokan dan demam rematik. GAS, yang menyerang kulit dan menyebabkan impetigo berbeda serotipe protein M dari yang menyebabkan faringitis. Selain itu, beberapa strain bakteri pada kulit berhubungan dengan pasca akut streptokokus glomerulonefritis. Selain infeksi supuratif, GAS juga dapat menyebabkan demam rematik akut dan penyakit jantung rematik berulang yang menginfeksi pada manusia (Ella,dkk. 2015).

Kecacatan dan kematian dari Rheumatic Heart Disease terutama disebabkan oleh infeksi berulang. Namun, menurut penelitian yang telah dilakukan selama lima dekade terakhir di negara-negara maju dan berkembang mengungkapkan bahwa pencegahan dan pengendalian RF dan RHD adalah mungkin untuk dilakukan. Memberikan penisilin untuk orang-orang ini dapat mencegah serangan berulang dari RF dan menurunkan resiko mengalami RHD. Namun, tidak ada kesepakatan tentang metode yang paling efektif dalam memberikan penicillin (Soha, dkk. 2014).

(3)

Streptococcus (GAS) sehingga metode ini dapat dikombinasikan dalam menegakkan diagnose infeksi streptokokus (Ella,dkk. 2015).

V. ALAT DAN BAHAN

a. Alat

- Mikropipet - Yellow tip

- Petak slide warna hitam - Rotator

- Pengaduk plastik dalam kit

b. Bahan

- Sampel Serum

- Kontrol Serum Positif - Kontrol Serum Negatif - Reagen latex

VI. CARA KERJA

a) Uji Kualitatif ( untuk kadar minimal 200 IU/ml):

1. Alat bahan di siapkan pada meja praktikum.

(4)

4. Serum dan reagen diaduk selama 5 detik dengan tusuk gigi dan goyangkan selama 2 menit lalu amati hasilnya. Bandingkan dengan kontrol positif dan negatif.

b) Cara Kerja Semi Kuantitatif :

1. Lakukan pengenceran serum dengan menggunakan NaCl 0,85 % misalnya 1:2 ; 1:4 ; 1:8 dan seterusnya

2. Lakukan cara kerja seperti kualitatif

3. Tentukan hasil akhir/ titer yaitu pengenceran tertinggi yang masih menunjukkan hasil positif.

Pengenceran Kadar ASTO

1 : 2 400IU/ml

1 : 4 800 IU/ml

1 : 8 1600 IU/ml

1 : 16 3200 IU/ml

VII. INTERPRETASI HASIL

 Kualitatif test (Kadar ASTO minimal 200 IU/ml)

Jika hasil positif, maka kadar ASTO minimal 200 IU/ml  Semi Kuantitatif test

Kadar ASTO dalam sampel dinyatakan dari titer dikalikan dengan sensitivitas reagen. Contoh : Jika titer 1:4 maka kadar ASTO = 4 x 200 IU/ml = 800 IU/ml

(5)

VIII. HASIL PENGAMATAN

 Data Probandus :

Sampel unknown dari RS. Sanglah Denpasar

 Hasil Pemeriksaan - Uji Kualitatif :

Positif (+), terjadi aglutinasi seperti pada serum kontrol positif

- Uji Semi kuantitatif

No Pengenceran Hasil

1 1/2 Negatif (+)

2 1/4 Negatif (-)

3 1/8 Negatif (-)

4 1/16 Negatif (-)

Kadar ASTO : 400 IU/ml

 Gambar Hasil Pengamatan

(6)

IX. PEMBAHASAN

Grup A Streptococcus (GAS) merupakan bakteri penyebab dari faringitis akut paling umum, terhitung sekitar 15-30% kasus pada anak-anak dan 5-10% kasus pada orang dewasa. GAS juga mampu menyebabkan demam rematik akut (ARF) dan selanjutnya dapat menyebabkan penyakit rematik jantung (RHD) setelah lama menginfeksi manusia. Penggunaan tes imunologi seperti Anti-streptolisin O (ASO) akan sangat berguna untuk memberikan diagnosis infeksi streptokokus dan komplikasi mereka, serta dalam mengevaluasi efektivitas pengobatan (Ella,dkk. 2015).

Tes ASO adalah suspensi buffered dari partikel lateks polistirena yang mengikat streptolysin O. Ketika reagen latex dicampur dengan sampel yang mengandung Anti Sterptolysin O sebagai antibodi dalam serum darah, maka akan membentuk aglutinasi. Pada uji kualitatif, sensitivitas reagen latex telah disesuaikan untuk menghasilkan aglutinasi ketika tingkat ASO lebih besar dari 200 IU / ml (Ella,dkk. 2015).

Tes kualitatif adalah tes skrining untuk menentukan adanya antibodi ASO di dalam serum. Pertama-tama reagen dan serum diletakkan pada suhu ruang, kemudian kocok reagen lateks untuk mencampur partikel yang ada di dalamnya, teteskan 1 tetes reagen lateks didalam lingkaran pada slide dan tambahkan 50 mikron sampel. Kemudian homogenkan reagen dan serum dengan batang pengaduk atau lidi hingga selebar lingkaran, pastikan menggunakan lidi yang berbeda untuk setiap sampel. Miringkan slide ke depan dan ke belakang setiap 2

Uji semi kuantitatif pada serum probandus Uji kualitatif pada serum probandus

(7)

detik selama 2 menit. Lalu amati hasilnya dan bandingkan dengan kontrol positif dan kontrol negatif. Reaksi dari serum tes untuk ASO kontrol positif dan negatif digunakan sebagai pembanding dalam pengamatan sampel. Sampel yang positif dalam uji screening/kualitatif diuji dalam tes semi kuantitatif guna memberikan verifikasi untuk jumlah titer yang terdapat pada sampel tersebut.

Pemeriksaan semi kuantitatif bisa dilakukan dengan mengencerkan serum dengan menggunakan NaCl 0,85% misalnya 1:2 ; 1:4 ; 1:8 dan 1:16. Kemudian lakukan cara kerja seperti uji kualitatif dan amati hasil yang diperoleh pada masing-masing pengenceran. Jumlah titer dalam sampel dapat ditentukan dengan hasil pengenceran tertinggi yang masih menunjukan adanya aglutinasi.

Dari praktikum yang telah dilakukan, sampel yang berasal dari RS. Sanglah positif uji kualitatif, dan setelah dilakukan uji semi kuantitatif didapatkan hasil positif pada pengenceran 1:2 saja. Dari hasil tersebut dengan mengalikan jumlah pengenceran dikali 200, maka kadar titer yang terdapat pada sampel tersebut dapat ditentukan yaitu sebesar 400 IU/ml.

Orang dengan riwayat demam reumatik berada pada risiko tinggi mengalami infeksi berulang dan berpotensi mengalami penyakit reumatik jantung setelah infeksi streptokokus pada tenggorokan. Memberikan penisilin untuk orang yang menderita penyakit ini dapat mencegah infeksi berulang dari demam reumatik dan penyakit reumatik jantung. Namun, tidak ada kesepakatan tentang metode yang paling efektif untuk memberikan penicillin. Profilaksis sekunder dengan benzatin penisilin G (BPG) adalah satu-satunya metode yang terbukti secara ilmiah untuk mengontrol RHD (Soha, dkk. 2014).

(8)

untuk digunakan dalam diagnosis di negara berkembang meskipun belum digunakan di banyak penyedia layanan klinis (Shetty1.2014).

Hasil tes positif Anti-streptolisin O (ASO) adalah ketika tingkat ASO > 200 unit/ml. Hasil bervariasi dengan usia seseorang dan di mana tes dilakukan. Penyedia layanan kesehatan mengevaluasi hasil tes dengan mempertimbangkan berbagai faktor. Hasil pengujian dari ASO Test adalah sebagai berikut: Tingkat ASO naik, hingga mencapai level tertinggi, sekitar 4-minggu setelah menginfeksi tenggorokan. Setelah itu, tingkat menurun, jika infeksi teratasi atau dihilangkan. Ini mungkin memakan waktu beberapa bulan untuk menjadi tidak terdeteksi. Tingkat ASO awal rendah atau negatif, kemudian pada pemeriksaan selanjutnya hasil tingkat ASO tetap rendah atau negatif, menunjukkan bahwa tidak ada infeksi yang terjadi. Namun, sejumlah kecil kasus infeksi streptokokus yang disertai komplikasi mungkin tidak hadir dengan peningkatan ASO tingkat tinggi, pemeriksaan awal didapat hasil yang rendah namun kemudian terjadi peningkatan yang lebih tinggi yang menunjukkan adanya infeksi baru. Meskipun membantu dalam diagnosis, tes ASTO tidak membantu dalam memprediksi perkembangan komplikasi, setelah infeksi streptokokus (Bradly, Rosa. 2015).

X. SIMPULAN

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Ella, dkk. 2015.ANTI-STREPTOLYSIN OTITRE IN COMPARISM TO POSITIVE BLOOD CULTURE IN DETERMINING THE PREVALENCE OF GROUP A STREPTOCOCCUS INFECTION IN SELECTED PATIENTS IN ZARIA, NIGERIA.[Online]. tersedia:http://www.eajournals.org/wpcontent/uploads/AntiStreptolysin-O-Titre-in-Comparism-to-Positive-Blood-Culture-in Determining-the- Prevalence-of-Group-a-Streptococcus-infection-in-Selected-Patients-in-Zaria-Nigeria.pdf (Diakses 22 Maret 2016.19:30 WITA)

Bradly, Rosa. 2015.Anti-Streptolysin O (ASO) Test.[Online].tersedia: http://www.dovemed.com/anti-streptolysin-o-aso-test/. (Diakses 22 Maret 2016.22:45)

Shetty1, Anil.dkk. 2014. THE UTILITY OF A SINGLE ANTI STREPTOLYSIN O TITER IN THE DIAGNOSIS OF ACUTE RHEUMATIC FEVER. [Online].tersedia:http://jemds.com/latest-articles.php?at_id=4794 (Diakses 24 Maret 2016. 16:50 WITA)

(10)

Gambar

Gambar Hasil Pengamatan

Referensi

Dokumen terkait