• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kampanye penyalagunaan fungsi trotoar oleh pengguna kendaraan bermotor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kampanye penyalagunaan fungsi trotoar oleh pengguna kendaraan bermotor"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Teguh Shah Putra Tempat / Tgl Lahir : Padang, 14 Maret 1987

Agama : Islam

Alamat : Jl. Keadilan III No.7 Riung Bandung.

Tlp : (022) 7507332

HP : 085320560609

Gol Darah : O

Email : teguhshah@yahoo.co.id Pendidikan : TK PERTIWI Padang

SDN 1 Padang SMPN 1 Padang SMUN 10 Padang

(5)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN KAMPANYE PENYALAHGUNAAN TROTOAR OLEH PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2012-2013

Oleh:

Teguh Shah Putra 51906198

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(6)

KATA PENGANTAR

Assalammualaikum, Wr. Wb

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat serta karunianya, sehingga penulis dapat menyusun Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir dengan judul “PENYALAHGUNAAN FUNGSI TROTOAR OLEH

PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR”.

Laporan ini disusun sebagai syarat kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir untuk Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV) di Universitas Komputer Indonesia.

Selama proses penyusunan laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen Pembimbing, Dosen Penguji, Orang tua penulis dan rekan-rekan yang selalu memberi dukungan, masukan yang sangat berguna bagi penulis, sehingga laporan ini dapat diselesaikan.

Dengan segala keterbatasan dan kekurangan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki, penulis berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Wassalammualaikum, Wr. Wb.

Bandung, Agustus 2013

(7)

i

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... ix

Bab I Pendahuluan ... 1

I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 2

I.3 Rumusan Masalah ... 2

I.4 Batasan Masalah ... 2

I.5 Tujuan Penelitian ... 2

Bab II Penyalahgunaan Fungsi Trotoar ... 3

II.1 Perihal Trotoar ... 3

II.1.1 Aturan dan Ketentuan Trotoar ... 4

II.1.2 Dimensi Trotoar ... 6

II.2 Analisa Masalah ... 10

II.2.1 Tujuan Pencegahan Penyalahgunaan di Trotoar ... 10

II.2.2 Sebab Akibat Trotoar ... 12

II.2.3 Usaha Pencegahan ... 15

II.2.4 Iklan Layanan Masyarakat ... 18

II.2.5 Analisa Media ... 24

(8)

ii

II.3 Kesimpulan dan Solusi ... 27

Bab III Strategi Perancangan Dan Konsep Visual ... 29

III.1 Strategi Perancangan ... 29

III.1.1 Pendekatan Komunikasi ... 29

III.1.1.1 Tujuan Komunikasi ... 30

III.1.2 Strategi Kreatif ... 30

III.1.3 Strategi Media ... 33

III.1.3.1 Pemilihan Media ... 34

III.1.4 Strategi Distribusi... 37

III.2 Konsep Visual... 38

III.2.1 Format Desain ... 38

III.2.2 Layout ... 41

III.2.3 Tipografi ... 43

III.2.4 Studi Visual... 44

III.2.5 Ilustrasi ... 45

III.2.6 Warna ... 46

Bab IV Teknis Produksi Media ... 47

IV.1 Pra Produksi ... 47

IV.2 Teknis Cetak ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 58

DAFTAR LAMPIRAN ... 59

Lampiran A. Angket Questiner ... 59

Lampiran B Hasil Wawancara... 64

(9)

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar III.1 Format Desain 1... 40

Gambar III.2 Format Desain 2... 40

Gambar III.3 Format Desain 3... 41

Gambar III.4 Format Desain 4... 41

Gambar III.5 Format Desain 5... 42

Gambar III.6 Layout 1 ... 42

Gambar III.7 Layout 2 ... 43

Gambar III.8 Layout 3 ... 43

Gambar III.9 Layout 4 ... 43

Gambar III.10 Layout 5 ... 44

Gambar III.11 Sketsa ... 45

Gambar III.12 Referensi Visual... 46

Gambar III.13 Palet Warna ... 46

Gambar IV.1 Poster 1 ... 48

Gambar IV.2 Poster 2 ... 49

Gambar IV.3 Poster 3 ... 50

Gambar IV.4 Poster 4 ... 51

Gambar IV.5 Poster 5 ... 52

Gambar IV.6 Spanduk... 53

Gambar IV.7 X-Banner ... 53

Gambar IV.8 Sticker 1 ... 54

Gambar IV.9 Stiker 2 ... 54

Gambar IV.10 Flayer ... 55

Gambar IV.11 Kaos/T-shirt ... 56

(10)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Tingkat Pelayanan Trotoar ... 8

Tabel II.2 Lembar Minimum Trotoar Menurut Penggunaan Lahan ... 8

Tabel II.3 Ketentuan Lebar Trotoar Untuk Jalan Tipe 2... 9

(11)

58

DAFTAR PUSTAKA

Crompton, J.L,.and C.W. Lamb. 1986. Marketing Government dan Social Services. John Willey and Son, New york.

Gilson, Cristopher dan Harold W Berkman. 1980. Advertising Concepts and Strategies. New York.

Gunawan, Wibowo, MSP. 1988. Standart Perancangan Geometrik Jalan

Perkotaan. Direktorat jendral bina marga-Departemen Pekerjaan Umum.

Jefkins, Frank. 1997. Periklanan. 3rd ed. Jakarta : Erlangga.

Kasali, Rhenald. 1992. Manajement periklanan konsep dan aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Pustaka Umum Grafiti.

Nuradi, Wicaksono Noeradi Harimukti K., Falecia U., dan Nani R. Indrawati. 1996. Kamus Istilah Periklanan Indonesia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Ogilvy, David. 1985. Ogilvy on Advertising. New York : Vintage.

Pranata, Moeljadi. 1991. Headline: Fungsi dan Perancangan. Nirmana, 3.

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Permasalahan secara umum jalur pejalan kaki yang terjadi di negara berkembang seperti di Indonesia adalah kurang mewadahinya aktifitas pejalan kaki sebagai pengguna utamanya, banyak ditemui perencanaan dan pemeliharaan trotoar di beberapa kota besar yang kurang mempertimbangkan pejalan kaki baik dari kualitas dan kuantitasnya.

Kota Bandung merupakan pusat pertumbuhan daerah yang salah satunya dapat dilihat dari tingginya konsentrasi penduduk dan tingkat migrasi dan sosial budaya masyarakatnya, kota Bandung merupakan salah satu kota tujuan wisata bagi pengunjung dengan skala nasional maupun skala internasional, untuk menunjang perkembangan pariwisata kota Bandung memiliki berbagai infrastruktur serta sarana dan prasarana khususnya trotoar.

Trotoar merupakan sarana bagi pejalan kaki untuk dapat bergerak dan berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dengan aman, dan nyaman, tanpa rasa takut baik terhadap sesama pengguna jalur tersebut maupun terhadap kendaraan. Seiring dengan perkembangan Bandung pada dewasa ini justru mengalami kemundurun karena saat ini banyak ditemui trotoar tidak lagi digunakan sebagai sarana berjalan kaki melainkan tempat parkir, dan alternatif “jalan” motor bila lalu lintas sedang padat, tanpa mempedulikan aturan yang ada, Sehingga pejalan kaki harus turun ke ruas jalan dan berebut tempat dengan pengendara kendaraan, yang tentunya situasi ini membahayakan baik bagi pejalan kaki ataupun pengendara kendaraan bermotor. Pergeseran fungsi trotoar jelas membuat ketidak nyamanan para pejalan kaki. Mereka tidak bisa lagi tenang berjalan sambil menikmati keramaian kota, mereka harus berhati-hati dan tetap waspada, jangan sampai terserempet kendaraan yang berlalu lalang.

(13)

2

I.2 Identifikasi masalah

Dari pemaparan latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasikan masalah-masalah mengenai Penyalahgunaan Trotoar, diantaranya adalah :

1. Masih banyak Masyarakat pengguna kendaraan bermotor yang menggunakan trotoar sebagai tempat parkir dan juga sebagai alternatif jalan ketika keadaan lalu lintas sedang padat.

2. Sikap tidak taat masyarakat khususnya masyarakat pengguna kendaraan bermotor terhadap peringatan yang diberikan pemerintah, dengan kurangnya kepedulian terhadap pejalan kaki.

I.3 Rumusan masalah

Bagaimana upaya mengingatkan kembali kesadaran berdisiplin dalam berkendaraan kepada pengendara kendaraan akan pentingnya fasilitas trotoar bagi pejalan kaki ?

I.4 Batasan masalah

Penelitian ini yaitu tentang seputar penyelewengan jalur trotoar di daerah Jl. Jendral A. Yani, Jl Otto iskandardinata, Bandung, dimana trotoar sering dijadikan sebagai lahan parkir dan jalan alternatif oleh pengguna kendaraan bermotor ketika lalu lintas sedang padat. Penelitiin ini di lakukan pada tahun 2013.

I.5 Tujuan penelitian

(14)

3

BAB II

PENYALAHGUNAAN FUNGSI TROTOAR

II.1 Perihal Trotoar

Menurut Ir. Wobowo Gunawan dalam bukunya Standart Perancangan Geometrik Jalan Perkotaan menjelaskan bahwa trotoar memiliki pengertian sebagai bagian jalan yang disediakan untuk pejalan kaki. Umumnya ditempatkan sejajar dengan jalur lalu lintas, dan harus terpisah dari jalur lalu lintas oleh struktur fisik. Pengertian tersebut mengatakan bahwa antara trotoar merupakan tempat berjalan kaki yang berada bersebalahan dengan jalan raya, keadaan trotoar dan jalan raya harus memiliki batas yang memisahkan keduanya. Pemisah yang dibuat tersebut digunakan untuk keamanan pejalan kaki agar pemakai jalan raya tidak memasuki wilayah trotoar dan dapat membahayakan pejalan kaki.

Menurut Iswanto (2006), Trotoar merupakan wadah atau ruang untuk kegiatan pejalan kaki melakukan aktivitas dan untuk memberikan pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat meningkatkan kelancaran, keamanan, dan kenyamanan bagi pejalan kaki. Trotoar juga dapat memicu interaksi sosial antar masyarakat apabila berfungsi sebagai suatu ruang publik.

Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa trotoar merupakan jalan yang disediakan dan digunakan untuk berjalan kaki, jalan ini berada di pinggir jalan dan memiliki ketinggian tertentu serta terpisah dari jalur lalu lintas oleh struktur fisik. Dapat dikatakan bahwa segala sesuatu bangunan yang berada di trotoar tidak diperkenankan karena tidak sesuai dengan fungsi dan tempatnya.

Namun pada kenyataannya saat ini trotoar sudah banyak yang di salah gunakan dan banyak mengalami perubahan, baik secara fisik maupun fungsi. Karena perubahan tersebut pada saat ini berkembang dengan pesat sehingga beberapa trotoar di Bandung jarang digunakan atau dapat dikatakan tidak lagi dilewati. Karena pejalan kaki sering harus turun ke jalan raya sebagai pengganti trotoar.

(15)

4 otomatis akan menjadikan lebar trotoar semakin sempit, karena lebar trotoar dihitung dari rating pejalan kaki yang melintas di daerah tersebut. Jumlah pejalan kaki yang melintas harus disertai dengan lebar yang memadai, akan menjadikan pejalan kaki lebih aman dan nyaman.

Memperhatikan jumlah pejalan kaki di daerah tertentu, menyebabkan keadaan fisik trotoar antara daerah yang satu dengan daerah yang lain berbeda. Beberapa daerah di Bandung seperti jalan Sejahtera, jalan Sederhana yang tergolong sepi atau tidak banyak masyarakat yang membutuhkan trotoar yang berkapasitas besar, sedangkan daerah komersial di kota Bandung seperti JL Otto Iskandardinata, JL A. Yani, merupakan daerah jalan raya pusat kota yang termasuk jalan tipe 2 kelas 1&2, sedangkan daerah tersebut memerlukan trotoar dengan kapasitas besar. Jalan pinggiran kota saja kurang lebih terdapat 300 orang yang berjalan per 12 jam, memerlukan fasilitas trotoar. Oleh karena itu trotoar di pusat kota memerlukan kapasitas lebih besar agar masyarakat dapat leluasa berjalan dan merasa nyaman mengingat jalan tersebut lebih banyak dilewati dari pada jalan kelas 2 tipe 3 yang berada di pinggir kota. Perbedaan fisik lainya tampak pada pembatas yang dipakai untuk memisahkan antara jalan raya dengan trotoar, seperti yang telah di jelaskan diatas dan asesoris yang digunakan seperti pot tanaman.

II.1.1 Aturan dan Ketentuan Trotoar

(16)

5 Beberapa aturan dalam penempatan trotoar dan fasilitas penunjang lainnya: 1. Suatu ruas jalan dianggap perlu dilengkapi dengan trotoar apabila

disepanjang jalan tersebut terdapat penggunaan lahan yang mempunyai potensi menimbulkan pejalan kaki.

Penggunaan lahan tersebut antara lain perumahan , sekolah, pusat perbelanjaan, pusat perdagangan, pusat perkantoran, pusat hiburan, pusat kegiatan social, daerah industry, terminal bus dan lain-lain.

2. Secara umum trotoar dapat direncanakan pada ruas jalan yang terdapat volume pejalan kaki lebih besar dari 300 orang per 12 jam (06.00 – 18.00) dan volume lalu lintas lebih besar dari 1000 kendaraan per 12 jam (06.00 – 18.00).

3. Penempatan trotoar telah ditentukan seperti ditempatkan pada sisi kiri bahu jalan atau sisi kanan dari jalur lalu lintas (bila tersedia jalur parkir). Namun bila jalur tanaman tersedia dan terletak di sebelah bahu kiri jalan atau parkir, trotoar harus dibuat bersebelahan dengan jalur tersebut.

4. Penempatan perlengkapan jalan pada prinsipnya harus diletakan pada sisi dalam ausisikiri dari trotoar.

5. Bila trotoar bersebelahan lansung dengan tanah milik perorangan, maka sarana penghijauan kota (pohon, pot) haruslah ditanam di sisi dalam dari trotoar, namun bila terdapat ruang cukup antara trotoar dengan tanah milik perorangan tersebut maka saran penghijauan kota dapat ditanam di sisi luar trotoar.

6. Selakon terbuka untuk drinase, jalan harus terletak pada bagian luar dari trotoar. Slokan tertutup dapat dianggap sebagai bagian dari trotoar bila tertutup dengan slab beton.

7. Trotoar harus ditingikan setinggi kereb.

Menurut Iswanto (2006), elemen-elemen pendukung yang harus terdapat pada jalur trotoar :

1. Lahan parkir kendaraan bermotor.

(17)

6

1. Rambu-rambu lalu lintas yang digunakan untuk mengatur kendaraan bermotor di jalan raya.

2. Traffic light untuk menghindari kemacetan di pertigaan dan perempatan jalan raya.

3. Hydrant merupakan kran air berkekuatan besar yang digunakan bila ada kebakaran.

4. Lampu kota yang digunakan sebagai penerangan jalan raya dan trotoar saat malam hari.

5. Serta pembatas yang digunakan untuk memisahkan antara jalir trotoar dengan jalur lalu lintas.

II.1.2 Dimensi Trotoar a. Ruang Bebas trotoar

Tinggi bebas trotoar tidak kurang dari 2,5 meter dan kedalaman bebas trotoar tidak kurang dari satu meter dari permukaan trotoar. Kebebasan samping trotoar tidak kurang dari 0,3 meter. Perencanaan pemasangan utilitas selain harus memenuhi ketentuan ruang bebas trotoar, harus juga memenuhi ketentuan-ketentuan dalam buku petunjuk pelaksanaan pemasangan utilitas.

b. Lebar Trotoar

(18)

7

Tabel I. Tingkat Pelayanan Trotoar

Sumber: Standart Perancangan Geometrik Jalan Perkotaan Direktorat Jendral bina marga- Departemen Pekerjaan Umum (1988)

Penggunaan lahan sekitarnya Lebar minimum (m) Sumber: Standart Perancangan Geometrik Jalan Perkotaan Direktorat

(19)

8 Ketentuan lebar trotoar untuk jalan tipe2 sebagai berikut:

Tabel III . Ketentuan lebar trotoar untuk jalan tipe 2

Sumber: Standart Perancangan Geometrik Jalan Perkotaan. Direktorat jendral bina marga-Departemen Pekerjaan Umum (1988)

Lang dalam Tisnaningtyas (2002) mengungkapkan bahwa jalur pejalan kaki mempunyai kaitan antara asal dan tujuan pergerakan orang. Trotoar merupakan jalur pejalan kaki di luar bangunan dan merupakan bagian dari jalan berupa jalur terpisah yang khusus untuk pejalan kaki dan biasanya terletak di tepi jalan. Hal utama yang perlu dipertimbangkan dalam mengkaji trotoar adalah sirkulasi pejalan kaki tersebut.

Sirkulasi pejalan kaki berkaitan dengan beberapa hal berikut (Tisnaningtyas, 2002):

1. Tempat asal dan tujuan.

Lokasi parkir dapat menjadi tempat asal pejalan kaki menuju tempat tujuan, sehingga peletakkan lokasi parkir akan mempengaruhi aktivitas pejalan kaki tersebut.

2. Karakteristik perjalanan.

Sebagian besar pejalan kaki melakukan perjalanan dari lokasi parkir atau pemberhentian umum yang tidak jauh sehingga perjalanan relative dekat.

(20)

9 Kriteria yang harus dimiliki oleh suatu trotoar adalah (Tisnaningtyas, 2002):

1. Kenyamanan

Uterman dalam Tisnaningtyas (2002) menjelaskan bahwa kenyamanan dipengaruhi oleh jarak tempuh. Weisman dalam Tisnaningtyas (2002) mendefinisikan kenyamanan sebagai suatu keadaan lingkungan yang memberi rasa yang sesuai kepada panca indera disertai dengan fasilitas yang sesuai dengan kegiatan. Tingkat kenyamanan pejalan kaki dipengaruhi oleh kapasitas trotoar yang meliputi jumlah pejalan kaki per satuan waktu, penghentian, lebar jalur, ruang pejalan kaki, volume, tingkat pelayanan, harapan pemakai, dan jarak berjalan. Menurut Utermann dalam Indraswara (2007), kenyamanan seseorang untuk berjalan kaki dipengaruhi oleh faktor cuaca dan jenis aktivitas. Jarak tempuh perjalanan kaki di Indonesia hanya berkisar kurang lebih 400 meter dan kenyamanan bias diperoleh apabila jarak tempuh kurang dari 300 meter.

2. Visibilitas

Wiesman dalam Tisnaningtyas (2002) mendefinisikan visibilitas sebagai jarak penglihatan dimana objek yang diamati dapat terlihat jelas. Jarak penglihatan tersebut tidak hanya berkaitan dengan jarak yang dirasakan secara dimensional atau geometris saja, tetapi juga menyangkut persepsi visual dimana seseorang merasa tidak adanya halangan untuk mencapai objek yang dituju.

3. Waktu

Menurut Utermann dalam Indraswara (2007), berjalan kaki pada waktu-waktu tertentu akan mempengaruhi jarak berjalan yang mampu ditempuh.

4. Ketersediaan transportasi publik

(21)

10 Ketersediaan transportasi publik yang memadai akan mendorong orang berjalan kaki lebih jauh.

5. Pola tata guna lahan

Indraswara (2007) mengungkapkan bahwa perjalanan di daerah dengan penggunaan lahan mixed use seperti di pusat kota akan lebih cepat dilakukan dengan berjalan kaki dibandingkan dengan kendaraan bermotor.

Menurut Uniaty (1992), jalur trotoar sebagai bagian ruang arsitektur kota merupakan prasarana penting dalam sistem transportasi kota dan menjadi bagian penting yang tidak terpisahkan dari transportasi kota. Penanganan jalur trotoar tidak sekedar menekankan pada penanganan secara kualitas dan kuantitas fisik saja, melainkan pula penenganan non fisik yang berkaitan dengan manusia sebagai pemakai jalur tersebut.

II.2 Analisa Masalah

Proses analisa data digunakan untuk mengetahui pandangan serta tingkah laku masyarakat terhadap masalah yang diangkat untuk membantu dalam proses perancangan. Analisa data meliputi data questioner, data wawancara, data observasi. Hasil analisa ditarik kesimpulan untuk mendukung iklan layanan masyarakat, kemudian dicari usulan perancangan iklan layanan masyarakat. Hal ini berguna dalam proses perancangan iklan dan media yang dibutuhkan untuk mendukung iklan layanan masyarakat, agar menghasilkan perancangan iklan layanan masyarakat yang maksimal.

II.2.I Tujuan Pencegahan Penyalahgunaan di Trotoar

(22)

11 Tujuan ini berkaitan dengan manfaat jangka panjang yang akan diperoleh melalui hasil perancangan. Manfaat tesebut akan dirasakan oleh masyarakat secara umum, khususnya pengguna trotoar. Manfaat yang akan diperoleh dari pencegahan ini seperti ketertiban, kebersihan, keamanan, kenyamanan dan keselamatan masyarakat. Pada saat ini faktor tersebut semakin tidak tampak di masyarakat pengguna trotoar akibat banyaknya pelanggaran yang terjadi. Apabila hal ini tidak diperhatikan secara benar dan serius kemungkinan kota Bandung akan semakin kacau ditinjau dari sudut ketertiban kota. Maka dengan memberikan gambaran mengenai dampak pencegahan diharapkan masyarakat mau ikut ambil bagian dalam pencegahan masalah yang ada pada saat ini, karena hal ini berdampak pada setiap masyarakat yang ada di kota Bandung bukan untuk kepentingan beberapa golongan saja.

1. Ketertiban Lingkungan kota

Adanya penyelewengan fungsi trotoar di kota Bandung khususnya daerah komersial kota Bandung akan berdampak pada masalah ketertiban kota. Ketertiban merupakan salah satu standard lingkungan bagi kota-kota besar, Bandung merupakan kota besar dan merupakan ibu kota Jawa Barat. Ketertiban kota khususnya daerah komersial, dapat berpengaruh pada minat masyarakat untuk berjalan menelusuri kota. Upaya menjaga ketertiban kota berpengaruh terhadap faktor lainya seperti kebersihan, keamanan, kenyamanan,serta keselamatan dalam berjalan kaki.

Salah satu tujuan untuk pencegahan penyalahgunaan trotoar di kota bandung berpengaruh pada faktor ketertiban kota. Suasana yang tertib, membuat minat masyarakat berjalan kaki menjadi lebih besar. Selain itu dengan suasana yang tertib akan berpengaruh pada keadaan yang aman serta nyaman dalam berjalan kaki.

2. Kebersihan Lingkungan Kota

(23)

12 daerah komersial dan pusat kota. Lingkungan yang bersih dapat meningkatkan minat masyarakat untuk berjalan kaki dan dapat mencegah bahaya banjir yang pada saat ini menjadi salah satu masalah yang ada di kota Bandung. Upaya pencegahan ini dapat memperbaiki citra kota Bandung sebagai kota yang bersih, yang dahulu merupakan salah satu kota peraih piala adipura dari pemerintahan pusat sebagai kota terbersih, dan pada saat ini hal tersebut kurang diperhatikan sehingga muncul berbagai masalah yang berkaitan dengan kebersihan kota.

Penyalahgunaan yang ada di trotoar dilakukan penggunakan kendaraan bermotor yang memakirkan kendaraannya di atas trotoar dan pengendara sepeda motor yang melintasi trotoar ketika lalu lintas sedang macet,yang dapat membahaya pejalan kaki dan pengendaran kendaraan bermotor itu sendiri.

3. Kenyamanan Berjalan Kaki

Faktor kenyamanan ini berpengaruh lansung terhadap keamanan dan ketertiban yang ada di trotoar. Keadaan yang aman dapat meningkatan rasa nyaman melakukan jalan kaki serta meningkatkan minat masyarakat berjalan kaki. Selain itu, rasa nyaman yang ditimbulkan dari ketertiban kota dapat menambah daya tarik masyarakat untuk berjalan menelusuri kota Bandung. Masyarakat pejalan kaki betah untuk melakukan perjalanan di trotoar, selain itu pada saat berjalan masyarakat tidak perlu harus menghindari kendaran yang parkir dan kendaran sengaja melintas diatas trotoar untuk menghindari kemacetan lalu lintas yang karena mengganggu ketertiban umum.

II.2.2 Sebab Akibat Penyalahgunaan di Trotoar

(24)

13 selokan untuk pembuangan air. Hal tersebut sangat penting untuk di cegah karena akan berakibat buruk pada masyarakat banyak.

Tujuan dari menampilkan sebab akibat ini untuk menunjukan kepada masyarakat luas hal-hal penting yang dianggap sepele dapat berakibat buruk bagi seluruh lapisan masyarakat dan hal tersebut mendapat dukungan dari segenap lapisan masyarakat untuk dapat menanggulangi masalah trotoar. Tujuan ini juga berpengaruh pada tujuan jangka pendek dan jangka panjang seperti hal nya pada tujuan pencegahan. Tetapi lebih bersifat menerangkan faktor akibat yang timbul dari penyalahgunaan mulai dari hal kecil sampai hal besar yang mempengaruhi semua lapisan masyarakat.

1. Ketertiban Lingkungan Kota

Seperti dijelaskan pada tujuan pencegahan untuk masalah ketertiban kota, upaya tersebut untuk menjaga agar kota tetap bersih, aman dan nyaman. Dalam hal ini perlu adanya dukungan dan bantuan dari masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam mewujudkan hal tersebut, bila tidak maka faktor tersebut akan menjadi tidak berguna.

Faktor yang menyebabkan masalah ini muncul karena di daerah perkotaan banyak terdapat bangunan untuk perkantoran yang kurang menyediakan fasilitas parkir kendaraan bermotor sehingga banyak trotoar yang dijadikan lahan parkir oleh pengendara kendaraan bermotor.

2. Keamanan Berjalan Kaki

(25)

14 3. Kenyamanan Berjalan Kaki

Faktor kenyamanan berjalan kaki berkaitan langsung dengan faktor keamanan dan ketertiban seperti yang dijelaskan diatas. Segala sesuatu yang disebabkan oleh penyalahgunaan yang ada di trotoar mengakibatkan tingkat ketidak nyamanan masyrakat pejalan kaki semakin berkurang, seperti masyrakat semakin enggan untuk berjalan menelusuri kota, daerah komersial di pusat kota semakin jarang dikunjungi, masyarakat ke daerah tersebut hanya bila ada kebutuhan saja. Menurut hasil wawancara dengan ibu Imah (33th), Hal tersebut dikarenakan tempat-tempat tersebut tidak lagi nyaman untuk dijadikan tempat rekreasi atau berjalan-jalan karena faktor keamanan dan ketertiban di daerah tersebut tidak lagi tampak. Keadaan yang telah dijelaskan tersebut mengakibatkan semakin sedikit orang yang berminat untuk menggunakan trotoar sebagai sarana menelusuri daerah komersial di kota Bandung, sehingga pada saat ini banyak masyarakat lebih memilih pusat perbelanjaan di mall atau plasa yang semakin digemari karena keamanan dan kenyamanan untuk berjalan-jalan lebih terjamin.

4. Keselamatan Berjalan Kaki

(26)

15

II.2.3 Usaha Pencegahan

Penanggulangan masalah penyalahgunaan fungsi trotoar tidak dapat ditangani oleh salah satu badan terkait saja tetapi seluruh lapisan masyrakat harus ikut ambil bagian. Usaha pencegahan di mulai dari unit terkecil seperti keluarga sampai yang terbesar seperti pemerintah. Akan tetapi unit yang menentukan keberhasilan ini adalah unit pemerintah karena masalah ketertiban kota dan penanganan masalah ini merupakan tanggung jawab pemerintah sebagai unit penertiban kota. Proses pencegahan telah banyak menghasilkan pro dan kontra antara beberapa masyarakat dan pemerintah. Adapula masyarakat yang memandang sepele hal tersebut.

1. Pemerintah kota

Upaya pencegahan yang dilakukan pemerintah dalam menangani penyalahgunaan trotoar dilakukan dengan cara melakukan operasi penertiban di berbagai tempat yang termasuk dalam kawansan 7 titik yaitu jalur utama kota Bandung pusat, seperti Alun-alun, Jalan A. Yani, Jalan Asia Afrika, Jalan Oto Iskandardinata, Jalan Kepatihan, Jalan Dewi Sartika, Jalan Dalem kaum dan Jalan Merdeka. Pelanggaran terhadap trotoar dapat dikenakan sangsi hukuman denda yang dimasukan dalam undang undang lalu lintas dan angkutan jalan No.22/2009 pasal 284 “setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor dengan tidak mengutamakan keselamatan pejalan kaki atau pesepeda sebagai dimaksud dalam pasal 106 ayat (2) dipidana dengan kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp 500.000,00(lima ratus ribu).

2. Masyarakat

(27)

16 trotoar. Sama halnya dengan penggunaan trotoar sebagai tempat berdagang kaki lima.

Hal ini tampak pada masyarakat yang tidak mau tau dengan keadaan tersebut atau menganggap masalah tersebut bukan masalah serius, ada pula masyarakat yang menganggap hal tersebut serius akan tetapi mereka tidak dapat berbuat apa-apa sehingga mereka hanya bisa diam saja dan menyerahkan masalah ini pada pihak pemerintah kota.

3. Keluarga

Dalam melakukan usaha pencegahan masalah trotoar kelompok masyarakat terkecil yang disebut sebagai keluarga memilik peran yang penting dalam membangun kesadaran untuk berlaku tertib lingkungan masyarakat. Dengan kurangnya pendidikan di lingkungan keluarga untuk diajarkan bagaimana bersikap tertib di lingkungan masyarakat, membuat seseorang tidak mempedulikan lingkungan yang ada di sekitarnya karena mereka hanya memikirkan kesenangan mereka saja dan menganggap hal yang ada di lingkungan luar menjadi masalah sepele.

Menurut hasil wawancara dengan ibu Imah (33th), mengajarkan untuk bersikap sopan dan tertib sejak kecil mulai dari keadaan yang kecil seperti di lingkungan keluarga menjadikan anak akan terbiasa dengan keadaan tersebut. Sehingga bila anak sudah tumbuh dewasa akan tetap bersikap sopan dan tertib di lingkungan masyarakat. Menurut hasil wawancara dengan bapak Narman (40th), pengajaran yang dilakukan di lingkungan keluarga dapat dimulai dengan seorang anak diajarkan untuk patuh pada orang tua, membereskan mainan seusai bermain, mengajarkan hal yang baik agar ditiru dan memberitahu hal yang buruk agar tidak ditiru, berjalan di trotoar bila sedang berjalan di jalan raya, tidak berlarian di jalan raya, berjalah disebelah kiri jalan raya.

(28)

17 buruk, agar anak tersebut dapat berlaku tertib di lingkungan rumah dan masyarakat.

4. Diri Sendiri

Keberhasilan dalam mencegah terjadinya penyimpangan di trotoar sebenarnya terletak pada kesadaran secara pribadi. Bila seseorang mengajarkan hal yang baik kepada orang lain tetapi secara pribadi tidak melakukannya maka yang diajarkan kepada orang lain dikatakan sebagai bualan belaka dan hal tersebut sulit untuk diterima orang lain. Biasanya orang yang mengajarkan sesuatu kepada orang lain, orang tersebut dianggap lebih tau, maka tingkah laku pengajar secara akan diikuti karena dianggap benar.

(29)

18

II.2.4 Iklan Layanan Masyarakat

1. Pengertian Iklan Layanan Masyarakat

Menurut Jerry M. Rosenberg (1995) Iklan layanan masyarakat atau public service advertising memiliki pengertian advertising with a central fous on thr public walfare, usually institution, political group, or trade association atau advertising related not to the marketing of products, but to social betterment goal. (h. 273)

Dalam buku Rhenald kasali, iklan layanan masyarakat memiliki pengertian an announcement for which no charge is made and which promotes programs,

activities, or services of federal, state: or local government or programs,

activities: or service non profit organizations and other announcements regarded

as serving community interest excluding tune signal, routine weather

announcement, and promotional announcement. ( J.L. Crompton and C.W. Lamb, 1986, h. 428)

Iklan layanan masyarakat atau public service advertising merupakan jenis periklanan yang dilakukan oleh suatu organisasi non komersial atau komersial (sering juga pemerintah) untuk mencapai tujuan social atau ekonomis (terutama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat). (Nuradi Wicaksono, Nuradi Harimukti, K.J Falecia, dan Nani R. Indrawati. 1996, Kamus Istilah Periklanan Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama, h. 136)

Menurut Ad Council, suatu dewan periklanan di Amerika Serikat yang memelopori iklan layanan masyarakat, menentukan kriteria yang dipakai untuk menentukan kampanye pelayanan masyarakat ialah:

a. Non komersial.

b. Tidak bersifat keagamaan. c. Non politik

d. Berwawasan nasional.

(30)

19 g. Memiliki dampak dan kepentingan tinggi sehingga patut memperoleh

dukungan media local maupun nasional. (Rhenald Kasali, 1992, h. 202)

Pada dasarnya iklan layanan masyarakat merupakan pengangkatan tema yang diambil dari masalah-masalah yang ada di masyarakat, yang selama ini menjadi gangguan dalam kehidupan masyarakat. Karena pada dasarnya masalah yang diangkat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Iklan layanan masyarakat memiliki ciri-ciri sebagai berikut (catatan sdkv 5, iklan layanan masyarakat) :

Segala pesan yang disampaikan lebih banyak mengarah pada himbauan atau ajakan yang mengarah pada peningkatan kehidupan masyarakat.

a. Tema iklan layanan masyarakat yang diangkay merupakan kekuatan utama dalam iklan, karena biasanya menampilkan himbauan atau suatu hal yang diangkat dari permasalahan.

b. Tidak memiliki nilai komersial, kepada pihak pemangsa atau produsen biasanya hanya dikenakan PPN dari total biaya pemasangan iklan.

c. Memiliki sponsor atau badan yang terkait secara jelas.

2. Sejarah Iklan Layanan Mayarakat

Iklan layanan masyarakat di kenal di Amerika Serikat sejak 1942 ketika dibentuk The Advertising Council. Beberapa hari setelah terjadi pemboman di Pearl Harbor pada masa perang dunia ke dua. Pada saat itulah mendorong para ahli komunikasi untuk memanfaatkan bakat terampil guna memobilisasi masyarakat Amerika guna memenangkan perang dunia dua. Semula mereka menamakan lembaga ini sebagai War Advertising Council yang berupa mendorong untuk menghemat bahan, mendorong kaum muda menjadi sukarelawan perang, memotifasi warga Amerika untuk membeli surat-surat berharga untuk membiayai perang, merekrut pesawat, sampai member penjelasan pentingnya menjaga informasi rahasia.

(31)

20 diantaranya kalangan periklanan, bisnis, dan media untuk menanggulangi berbagai pemberitaan kontrofersial yang mengancam masyarakat.

Sejumlah organisasi pendiri Ad Council terdiri dari 4A (American Association Agencies), Association of National Advertiser (ANA), Magazine

Publisher Association (MPA), Newspaper Advertising Bureau (NAB), Outdoor

Advertising Association (OAA). Dengan dukungan yang kuat membuat organisasi ini tidak hanya disegani di masyarakat melainkan dapat bekerja dengan hingga mencapai tujuan dengan lebih professional dan tampil dengan pesan yang menggigit.

Setelah perang usai, mereka melakukan kampanye dalam berbagai bidang untuk melihat kecendrungan kehidupan masyarakat di Amerika. Pada dasawarsa 1950-an dilakukan kampanye periklanan dengan tujuan memperbaiki system pendidikan di Amerika dan promosi faksin polio. Pada dasawarsa 1960-an mereka menggunakan model seorang Indian yang tengah menangis untuk mencegah bahaya polusi. Kampanye ini yang kemudian mendorong terbentuknya korps perdamain. Pada dasawarsa 1970-an mereka melakukan kampanye yang sampai sekarang tetap dianggap masih relevan, kampanye yang dinamakan dengan partnership for a drug-free America. Kampanye ini akhirnya disebarluaskan hamper seluruh media masa utama dengan dibantu oleh biro iklan yang mendesaian 42 jenis spot untuk tv, 30 jenis iklan radio, dan 78 iklan cetak. Tujuan kampanye periklanan ini adalah meyakinkan kepada masyarakat bahwa penggunaan obat-obatan terlarang tidak bias diterima dan benar-benar bodoh.

(32)

21 dapat melakukan hal tersebut sendiri-sendiri sehingga mereka membutuhkan kerjasama yang baik untuk dapat mencapai tujuan bersama.

Pada tahun 1986 mereka menerima 300 sampai 400 permintaan dari berbagai pihak, seperti pihak organisasinirlaba dan pemerintah, untuk menyampaikan sesuatu pemecahan masalh social, dari angka tersebut dua pertiga bagian telah lolos seleksi.

Pada tahun 1988 lebih dari lima ratus perusahaan member sumbangan kepada Ad Council dengan nilai sekitar 1,,9 juta dolar. Dengan bantuan itu mereka mampu meyakinkan pihak media masa turut berpartisipasi menyumbangkan waktu dan ruang mereka yang diperkirakan mencapai 1.2 milyar dolar. Dengan omset sebanyak ini Ad Council telah menjadikan dirinya sebagai biro iklan no lima besar di Amerika.

3. Proses Iklan Layanan Masyarakat

Pembuatan iklan layanan masyarakat tidak berbeda jauh dengan iklan komersial yang sering ditemui di media-media saat ini. Karena sebelum dipublikasikan perlu memperhatikan langkah-langkah yang sering ditemui saat membuat iklan komersial lainnya, seperti mengidentifikasi untuk mengetahui kebutuhan suasana, psikologis, dan sosiologis yang melingkupi, jalan pikiran seta symbol yang ada didekatnya.

Langkah kedua dengan cara menetukan tujuan khusus iklan tentang apa yang akan diharapkan atau dicapai dalam iklan tersebut. Tujuan tersebut berhubungan dengan penambahan jumlah yang kan dicapai sampai penanggulangan atau peringatan kesadaran masyarakat terhadap sebuah keadaan.

Langkah yang ketiga adalah menentukan tema iklan atau topik bahan yang kan dituju. Suatu iklan harus berpusat pada sebuah titik atau dimensi yang sangat penting bagi klien. Untuk mengidentifikasi topik atau dimensi tersebut sering dilakukan penelitian dasar.

(33)

22 service participating, or use approach, dan the objective and task approach. Cara yang umum digunakan adalah the objective and task approach.

Langkah yang kelima adalah merencanakan media yang diliputi oleh tiga hal seperti :

a) Identifikasi media yang ada dan tersedia.

b) Memilih media yang cocok dan dapat digunakan. c) Menentukan kurun waktu dan frekuensi penyiaran.

Langkah keenam adalah menciptakan pesan-pesan iklan. Komponen-komponen iklan termasuk headline, sub headline, body copy, artwork, dan tanda/logo secara bersamaan dan menarik serta memelihara perhatian sasaran. Dalam langkah keenam ini sering digunakan rumusan AIDCA untuk membantu perencanaan sebuah iklan dalam sebuah desain. Karena AIDCA tidak hanya untuk membuat naskah iklan, layout, atau tipografi saja, akan tetapi dapat diterapkan dalam sebuah pemilihan media, ukuran ruang iklan, dan posisi iklan itu dalam sebuah media publikasi.

Lima unsure AIDCA adalah (Frank Jefkins. (1977). Periklanan. (3rd ed.) Jakarta : Erlangga, hal 241-242) :

1. Atantion (perhatian): Penempatan sebuah iklan untuk menarik perhatian, dimana iklan dapat mengambil perhatian seseorang dalam keadaan tertentu. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka iklan yang dibuat dapat dibuat menjadi titik focus dari keadaan yang ada disekitarnya, seperti penggunaan warna, headline, ilustrasi bersama dengan layout keselurahan, dan pilihan jenis huruf.

2. Interest (ketertarikan) : membuat seseorang menjadi tertarik dengan disain yang dibuat. Rasa tertarik ini mungkin dapat di munculkan melalui perwarnaan, gambar, body copy, dalam hal ini pada giliranya akan semakin diperkuat oleh keorisinilan penampilan dan penyusunan kalimat dalam body copy.

(34)

23 apa yang mereka dapatkan bila mereka melakukan apa yang yang iklan sampaikan. Dengan menunjukan hal-hal tersebut kemungkinan audience semakin ingin untuk melakukan sebuah tindakan.

4. Conviction (keyakinan) : setelah proses desire (kenginan) dapat dipenuhi maka perlu menciptakan iklan yang meyakinkan mereka untuk melakukan apa yang iklan sampaikan kepada mereka. Untuk melakukan hal tersebut maka dalam sebuah iklan dapat ditampilkan bukti-bukti yang nyata, kesaksian seseorang, karena biasanya hal tersebut dapat ditampilkan bukti-bukti yang nyata, kesaksian seseorang, karena biasanya hal tersebut dapat mempengaruhi factor psikologis seseorang terhadap sesuatu yang diinginkan iklan tersebut.

5. Action (tindakan) : langkah terakhir merupakan kunci keberhasilan dalam sebuah iklan, karena tindakanlah mudah untu membuat seseorang untuk mengikuti apa yang iklan sampaikan atau tujuan iklan tersebut. Dalam hal ini mungkin dapat dilakukan dengan cara melakukan pendekatan kepada masyarakat seperti melakukan aksi kepada headline atau dorongan untuk melakukan sebuah tindakan.

Langkah terakhir dengan menilai keberhasilan kampanye iklan layanan masyarakat tersebut melalui sebuah evaluasi. Evaluasi ini dilakukan sebelum dan sesuadah kampanye ( Rhenald Kasali, 1992, h. 206). Evaluasi ini dilakukan untuk melihat perubahan-perubahan yang ada di masyarakat seperti perubahan tingkahlaku, perubahan pandangan terhadap sesuatu.

Adapula yang membedakan antara iklan komersial pada umumnya dengan iklan layanan masyarakat, terletak pada karakteristik medianya dan struktur pesan dari sebuah iklan, yang meliputi tiga hal seperti :

1. Verbal. Merupakan penunjuk apa yang ingin iklan sampaikan, kesadaran

(35)

24

2. Non verbal. Merupakan bentuk visual yang yang biasa digunakan dan

hubungan antara gambar dan media dimana iklan tersebut akan disampaikan.

3. Tenik. Merupakan bentuk dari eksekusi akhir dan termasuk mengenai

penjadwalan dan budget media serta mendapat mandatory yang merupakan hal spesifik untuk setiap iklan seperti logo, alamat, slogan dan lain sebagainya.

II.2.5 Analisa Media

Tujuan dri kampanye sosial adalah menumbuhkan kesadaran dan himbauan, anjuran, larangan atau ancaman, mengubah pola dan perilaku yang ditujukan kepada masyarakat melalui media-media. Agar pesan yang disampaikan melalui kampanye tersebut dapat menjangkau wilayah yang lebih umum ataupun luas, pemilihan sebuah media yang tepat merupakan salah satu cara untuk menjadikan misi dari tema kampanye sosial yang akan dilaksanakan bias sukses untuk disampaikan. Sebuah pesan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat jika media yang digunakan merupakan media yang sudah akrab di masyarakat luas.

Sekarang sudah banyak media yang bermunculan, hal ini membutuhkan pertimbangan-pertimbangan khusus dalam memilih media. Memahami karakteristik media merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam usaha menentukan media yang akan digunakan.

Rhenald Kasali berpendapat bahwa media yang ada dalam periklanan dan kampanye terbagi menjadi dua bentuk, yakni :

1. Above The Line (Media Lini Atas), yang terdiri atas iklan-iklan yang dengan media elektronik contoh : TV, Radio, Internet

2. Below The line (Media Lini Bawah), terdiri dari seluruh media selain yang termasuk dalam above the line media seperti media cetak contoh : Poster, flayer, media luar ruang, dll.

(36)

25 1. What ( Apa )

Untuk mengubah perilaku yang tidak baik maka diperlukan suatu kampanye tentang pencegahan penyalahgunaan fungsi trotoar oleh pengendara kendaraan bermotor dengan menampilkan ketertiban, kenyamanan dan kebersihan apabila trotoar digunakan sesuai dengan fungsinya.

2. Why ( Mengapa )

Kampanye ini dibuat untuk memberitahukan bahwa penyalahgunaan fungsi trotoar oleh pengguna kendaraan bermotor itu dapat mengancam keselamatan pejalan kaki maupun pengendara kendaraan bermotor itu sendiri dan itu harus ditindak lanjuti dengan memberitahukan kepada masyarakat tentang Suasana yang tertib, membuat minat masyarakat berjalan kaki menjadi lebih besar. Selain itu dengan suasana yang tertib akan berpengaruh pada keadaan yang aman serta nyaman dalam berjalan kaki, dan akan dapat mengurangi tingkat kecelakaan.

3. Who ( Siapa )

Kampanye ini ditujukan kepada masyarakat pengendara kendaraan bermotor agar dapat menjaga ketertiban di atas trotoar, karena ketertiban dapat meningkatan keamanan dan kenyamanan kota.

4. When ( Kapan )

Kampanye ini berlansung selama 3 bulan yaitu bula Mei – agustus dilaksanakan secara berturut turut.

5. Where ( Dimana )

(37)

26 6. How ( Bagaimana )

Kampanye ini dilakukan dengan cara memperlihatkan kalau trotoar digunakan sesuai dengan fungsinya dapat menimbulkan ketertiban dan kenyaman kota, serta memperlihatkan akibat dari penyalahgunaan fungsi trotoar itu sendiri.

II.2.6 Identifikasi Target Audience

Iklan layanan masyarakat yang dibuat memiliki target audience yang dituju, karena seperti yang dijelaskan sebelumnya mengenai langkah-langkah untuk membuat iklan adalah dengan menentukan dan mengidentifikasi target audience yang dituju. Maka dalam hal ini ada beberapa kriteria dalam mengelompokan target audience :

1. Demografis

Semua kalangan yang ada merupakan target audience dalam iklan layanan masyarakat, karena iklan layanan ini akan berdampak pada semua lapisan masyarakat pengguna jalan trotoar.

Pada metode pengumpulan data baik questioner atau wawancara dilakukan pada semua kalangan pengguna trotoar baik laki-laki maupun perempuan. Karena kebutuhan akan kenyamanan dan keamanan di jalan trotoar setiap individu berlainan serta pandangan terhadap masalah yang ada juga berfariasi. Umur yang dicapai dalam pengumpulan data adalah 14 tahun sampai 60 tahun. Karena untuk usia 14 tahun merupakan usia beranjak dewasa dan mengerti masalah lingkungan serta pendidikan yang ditempuh adalah SMU, sedangkan untuk usia 60 biasanya dijadikan panutan dan tidak jarang mereka tampak berjalan-jalan di perkotaan.

2. Geografis

(38)

27 3. Behavioral

Masyarakat yang dituju merupakan masyarakat pejalan kaki yang sedang melintas di trotoar baik orang tersebut sering menggunakan trotoar maupun sekedar lewat saja. Karena pada dasarnya trotoar merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat untuk berjalan kaki, selain itu trotoar merupakan fasilitas yang harus dimiliki oleh kota besar seperti Bandung terutama daerah komersial dan pusat kota.

4. Psikografis

Karena masyarakat yang dituju merupakan masyarakat pengguna trotoar yang berbeda-beda lapisan dan golongan, maka akan ditemui masyarakat dengan kebiasaan yang berbeda-beda pula, baik pekerjaan, pandangan terhadap sesuatu serta karakteristik individu seseorang. Bagaimanapun sifat dan tingkah laku seseorang pasti menginginkan hal yang terbaik bagi dirinya seperti faktor keamanan serta kenyamanan dalam berjalan kaki.

II.3 Kesimpulan dan Solusi

(39)

28 Penanggulangan pelanggaran di trotoar saat ini kurang dijalankan dengan baik karena tidak ada partisipasi dari masyarakat dalam penertiban, karena beberapa masyarakat masih membutuhkan jasa parkir dan di trotoar. Sedangkan pihak pemerintah kota kurang tegas dalam melakukan penertiban meskipun ada hukum yang tertulis serta sanksi yang diberikan pelanggar masih relative ringan.

(40)

29

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1 Strategi Perancangan

Strategi perancangan yang akan dilakukan dan diuraikan dari pemecahan masalah kampanye penyalahgunaan fungsi trotoar oleh pengguna kendaraan bermotor ini merancang media kampanye yang bersifat mengingatkan dan mengajak masyarakat untuk menyadari fungsi dari trotoar. Secara khusus mengingatkan masyarakat agar lebih mengenal kegunaan trotoar yang sebenarnya sehingga pada akhirnya tumbuh keinginan dalam diri masyarakat untuk menggunakan trotoar sebagai mestinya serta menjaga kebersihan, keamanan, kenyamanan kawasan trotoar di kota Bandung.

III.1.1 Pendekatan Komunikasi

Keberhasilan suatu komunikasi ditentukan oleh bagaimana caranya agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik kepada si penerima pesan (komunikan). Untuk itu diperlukan suatu strategi khusus dalam menganalisa setiap permasalahan agar menjadi suatu informasi yang dapat dimengerti oleh komunikan. Untuk itu maka “KAMPANYE PENYALAHGUNAAN FUNGSI TROTOAR OLEH PENGGUNA KENDARAAN” menggunakan visual berupa ilustrasi. Berdasarkan tahapannya kampanye ini dibagi menjadi 3 tahap diantaranya:

1. Tahap Informasi / Kesadaran

(41)

30 2. Tahap Persuasif

Pada tahapan ini visual yang digunakan berupa visual berupa ilustrasi siluet orang berjalan nyaman dan tertib di trotoar. Illustrasi ini digunakan dengan tujuan untuk mengajak masyarakat menjaga ketertiban dan kenyamanan ditrotoar, sehingga pada akhirnya tumbuh keinginan dalam diri masyarakat untuk menggunakan trotoar sebagai mestinya serta menjaga kebersihan, keamanan, kenyamanan kawasan trotoar.

3. Tahap Remainding

Tahap dimana media berfungsi sebagai reminder dari kampanye

yang telah berjalan sebelumnya. Bisa berupa sebuah ajakan maupun

informasi kembali.

III.1.1.1 Tujuan Komunikasi

Tujaun komunikasi dalam Kampanye Penyalahgunaan fungsi trotoar oleh pengguna kendaraan bermotor adalah untuk menumbuhkan kesadaran berupa himbauan, larangan atau ancaman, mengubah pola dan perilaku yang ditujukan kepada masyarakat khusus masyarakat pengguna kendaraan bermotor agar menjaga ketertiban, kebersihan lingkungan trotoar , sehingga kota menjadi tertata, bersih, aman, dan nyaman dan akhirnya menumbuhkan minat masyarakat untuk menelusuri kota bandung dengan berjalan kaki.

III.1.2 Strategi Kreatif

(42)

31 1. Tema Pokok Kreatif

Tema pokok perancangan yang akan disampaikan memiliki tujuan untuk menertibkan masyarakat pengguna kendaraan bermotor agar tidak parkir di atas trotoar dan menjadikan trotoar alternatif jalan ketika lalu lintas sedang macet dan mengembalikan fungsi trotoar yang sebenarnya karena pada saat ini banyak pengguna trotoar tidak menggunakan fungsinya sebagaimana mestinya, serta mengingatkan masyarakat terhadap aturan yang ditetapkan pemerintah kota mengenai trotoar dan masyarakat diharapkan untuk mematuhi peraturan tersebut untuk mewujudkan ketertiban, keamanan dan kebersihan kota.

Dengan mengembalikan fungsi trotoar maka ketertiban, keamanan, dan kebersihan dapat diwujudkan, sehingga kotapun tertata, tertib dan nyaman, serta kebutuhan masyarakat akan kenyamanan saat berjalan kaki dapat terpenuhi dan masyarakat tidak perlu lagi resah terhadap bahaya yang mengancam.

2. Pendukung Tema Rancangan

Rancangan ini didukung dengan bayaknya masyarakat yang membutuhkan tempat berjalan di pusat perbelanjaan seperti JL Otto Iskandardinata, JL A. Yani, serta jumlah pejalan kaki yang terus bertambah disertai dengan pertumbuhan pelanggar seperti tempat perkir yang sulit untuk diatasi. Keadaan tersebut menyebabkan ketertiban, keamanan dan kebersihan kota Bandung menjadi rendah.

Faktor lainnya dilihat dari acuhnya pelanggar terhadap peringatan yang diberikan pemerintah kota serta kurang perdulinya mereka terhadap lingkungan sekitar dan masyarakat pengguna lainnya.

3. Isi Pesan Iklan

(43)

32 masyarakat menganggap penyalahgunaan tersebut sebagai hal yang biasa terjadi dan bukan masalah serius serta banyak pelanggaran dan mengganggap masalah ini adalah tanggung jawab pemerintah kota Bandung selaku penegak aturan dan yang mengatur pelanggaran yang ada.

4. Bentuk Pesan

Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan berbagai macam bentuk seperti bentuk verbal yang meliputi penggunaan bahasa dalam iklan serta bentuk kalimat penyampaian. Sedangkan bentuk visual digunakan berupa ilustrasi siluet. Penempatan desain tersebut didukung dengan pemilihan media yang tepat, karena pemilihan media dapat mempengaruhi pesan yang ingin disampaikan dan merupakan salah satu bentuk pesan yang tercetak.

1. Verbal

Penyampaian pesan verbal dilakukan dengan menggunakan kalimat mengingatkan kembali kepada masyarakat mengenai fungsi trotoar yang sebenarnya dan dan bahaya penyalagunaan trotoar serta akibat yang terjadi, aturan-aturan yang ditetapkan pemerintah kota mengenai trotoar, serta tanda yang dipakai pemerintah yang menyatakan trotoar sebagai sarana berjalan kaki. Penyampaian bentuk verbal menggunakan kalimat yang singkat namun jelas maksudnya. Karena kalimat yang singkat memudahkan masyarakat untuk membaca dengan cepat. Mengingat masyarakat yang dituju adalah semua golongan dan bersifat umum maka kalimat yang digunakan mudah dimengarti.

2. Visual

(44)

33 trotoar bagi sering terjadi di masyarakat, tanda trotoar sebagai sarana berjalan kaki, serta aturan yang disesuaikan dengan media agar pesan dapat tersampaikan dengan baik

III.1.3 Strategi Media

Strategi media adalah menentukan media-media yang akan digunakan dalam penyampaian pesan. Pemilihan media yang akan digunakan dipilih berdasarkan hasil survey dan pengamatan terhadap iklan layanan masyarakat lain yang pernah ada sebelumnya, untuk melihat efektif tidaknya sebuah media yang digunakan dalam iklan layanan masyarakat. Setiap media memiliki karakteristik berbeda-beda yang disesuaikan dengan keadaan dan kebiasaan masyarakat. Dengan demikian hasil yang dicapai akan maksimal. Pemilihan media untuk iklan layanan masyarakat ini adalah above the line dan below the line, kedua media tersebut memiki kareakter dan kekuatan yang berbeda-beda dalam menyampaikan pesan kepada masyarakat. Strategi media ini meliputi tujuan iklan, ruang dan waktu pelaksanaan, dan sasaran yang dituju, dengan memperhatikan faktor tersebut media yang digunakan dalam perancangan ini akan lebih efektif penyampaian pesan yang meliputi ukuran dan bentuk media serta efisien dalam biaya yang meliputi bahan yang dipakai, kualitas bahan, jumlah media yang digunakan.

1. Tujuan Media

(45)

34 2. Jangkauan Media

Pemilihan Jangkauan media hanya sebatas pada wilayah lokal saja yaitu kota Bandung. Karena tema yang diangkat berkaitan dengan masalah yang ada dan berlangsung di Bandung dan sasaran iklan layanan masyarakat ini adalah kota Bandung. Dengan adanya pemilihan media yang sifatnya lokal maka pesan yang ingin disampaikan akan lebih efektif dan efisien karena disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan iklan layanan masyarakat.

Pada dasarnya media yang digunakan, untuk seluruh kota Bandung sehingga tujuan iklan layanan masyarakat dapat terlaksana secara menyeluruh. Akan tetapi mengingat wilayah yang diutamakan pemerintah kota Bandung dalam penertiban penyalagunaan trotoar adalah wilayah jantung kota sehingga ada toleransi untuk daerah pinggiran kota maka penyebaran media dipusatkan pada jantung kota, sedangkan untuk media yang mampu menjanglau pinggiran kota, Surat kabar digunakan untuk mengingatkan kembali dan untuk mencari dukungan dari masyarakat.

III.1.3.1 Pemilihan Media

Pemilihan media berfungsi untuk membatasi media yang akan digunakan dalam perancangan kampanye agar tidak terlalu luas dengan pertimbangan disesuaikan dengan kepentingan utama kampanye dalam menyampaikan pesan kepada sasaran agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan mudah dan tepat.

Media Utama 1. Poster

(46)

35 mencapai pembaca dalam jumlah besar dan tersebar luas dibeberapa tempat secara bersamaan.

Kekuatan

a. Memiliki frekuensi yang tinggi /banyak dipasang di beberapa tempat. b. Biaya pembuatan poster lebih rendah.

c. Dapat membuat khalayak sasaran menginggat isi poster tersebut apabila bentuk dan peletakkannya strategis.

a. Bersifat mobile apabila ditempel di kendaraan bermotor.

b. Ukuran media yang tidak terlalu besar sehingga dapat ditempel di berbagai tempat.

c. Mudah diingat karena tampilannya yang khas. d. Biaya yang digunakan relative sangat murah.

Kelemahan

a. Ukuran yang tidak terlalu besar membuat sulit untuk dibaca sehingga

kebanyakan hanya memuat gambar yang dijadikan ikon.

b. Dapat terjadi perubahan warna pada tampilan dalam jangka waktu yang cukup lama.

Dibagikan kepada masyarakat pengendara kendaraan bermotor, agar pesan yang disampaikan bersifat mobile.

3. Surat Kabar

(47)

36 kabar yang di pilih untuk iklan layanan masyarakat adalah surat kabar yang banyak di nikmati masyarakat kota Bandung sesuai dengan target geografis, untuk menampilkan hasil yang efektif dan efisien dalam penyebaran.

Media masa yang dipilih dalam penayangan iklan layanan masyarakat : Pikiran Rakyat :

Merupakan surat kabar yang berbasis di Bandung serta banyak digemari masyarakat selain itu jangkauan distribusi yang sangat kuat dan memiliki berita yang aktual, membuat banyak masyarakat memilih surat kabar ini sebagai surat kabar yang dapat dipercaya serta surat kabar ini memiliki kualitas cetak yang baik.

4. Kaos

Kekuatan

a. Pesan dapat di sampaikan saat pengguna kaos berjalan jalan. b. Mampu mengulang pesan dalam waktu yang berbeda.

c. Selain digunakan untuk event kampanye dapat pula digunakan sehari-hari.

Kelemahan

a. Penyampaian Pesan yang terlalu banyak tidak efektif karena sulit untuk dibaca saat pembawa pesan sedang berjalan.

b. Pesan hanya tersampaikan pada saat kaos dipakai.

c. Kualitas cetakan yang tidak baik menyebabkan isi pesan dalam kaos mudah hilang atau rusak.

Digunakan pada saat dilakukan acara jalan santai.

5. X-Banner

(48)

37 6. Spanduk

Spanduk sebagai media pendukung dapat dipasang pada badan jalan ataupun pada tempat yang sering dilalui oleh banyak orang. Media ini dipilih agar sasaran mudah membaca pesan dalam waktu singkat dan jarak yang cukup jauh.

7. Flyer

Kekuatan

a. Dapat memuat banyak pesan yang ingin disampaikan. b. Dapat menampilkan bentuk visual maupun bentuk verbal. c. Biaya produksi rendah.

d. Bentuknya yang kecil memudahkan untuk dibawa.

Kelemahan

a. Frekuensi penyampaian yang relative singkat. b. Mudah rusak.

c. Kurangnya respon dari masyarakat.

Penyebaran brosur dilakukan serentak di wilayah Bandung Pusat yang menjadi sasaran iklan layanan masyarakat. Dibagikan kepada pejalan kaki yang melintas, pengendara kendaraan bermotor.

III.1.4 Strategi Distribusi

Berdasarkan pemilihan media yang telah dijabarkan diatas, dikategorikan pertimbangan dalam beberapa bagian yaitu :

a. Secara Geografis atau Wilayah

(49)

38 a. Lokasi Penyebaran

Lokasi penyebaran untuk media iklan layananan masyarakat

penyalahgunaan fungsi trotoar ini yang akan ditempatkan di kota Bandung.

b. Jadwal Penyebaran Media

Kampanye ini dilakukan selama 2 bulan, dan dimulai dari bulan Agustus sampai September. Karena pada bulan ini Hari kemerdekaan Republik Indonesia serta ajaran baru Pendidikan. Berikut adalah jadwal penyebaran media selama kampanye dilaksanakan :

Tabel VIII. Jadwal Penyebaran Media

III.2 Konsep Visual

Konsep visual untuk perancangan iklan layanan masyarakat penyalahgunaan fungsi trotoar menggunakan pencampuran gaya simplicity yang dominan dan didukung dengan penggambaran ilustrasi siluet . Tentunya , hal tersebut disesuaikan dengan media yang akan digunakan.

III.2.1 Format Desain

(50)

39 apabila trotoar digunakan sesuai dengan fungsinya, serta kejadian penyalagunaan trotoar bagi masyarakat, tanda trotoar sebagai sarana berjalan kaki, serta aturan yang ditetapkan pemerintah berkaitan dengan trotoar. Bentuk visual yang digunakan disesuaikan dengan media agar pesan dapat tersampaikan dengan baik.

Gambar III.1 Format desain Sumber : Dokumentasi pribadi

(51)

40 Gambar III.3 Format desain

Sumber : Dokumentasi pribadi

(52)

41 Gambar III.5 Format desain

Sumber : Dokumentasi pribadi

III.2.2 Layout

Layout adalah penyusunan dari elemen-elemen desain yang berhubungan kedalam sebuah bidang sehingga membentuk susunan visual, hal ini juga bias disebut manejemen bentuk dan bidang, tujuan utama adalah menampilkan element gambar dan test kampanye agar menjadi mudah dipahami.

Gambar III.6 Lay out

(53)

42

Gambar III.7 Lay out Sumber : Dokumentasi pribadi

Gambar III.8 Lay out

Sumber : Dokumentasi pribadi

Gambar III.9 Lay out

(54)

43

Gambar III. 10 Lay out Sumber : Dokumentasi pribadi

III.2.3 Tipografi

Tipografi yang digunakan dalam media ini mencerminkan karakteristik tegas, yaitu tipografi yang tebal dan besar agar lebih mudah dibaca. Namun tipografi selain memiliki fungsi estetis, tipografi juga memiliki fungsi utama (dalam aplikasi ini) ialah tingkat keterbacaannya, dengan media utama dan media pendukung, beberapa tipografi yang diuji coba dalam pembuatan aplikasi ini yaitu

Huruf yang dipakai dalam perancangan ini menggunakan 3 jenis huruf,

yaitu :

1. Untuk bagian Headline menggunakan huruf Helvetica BQ

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y z

1234567890,.

Memiliki karakter tegas namun memilki tingkat keterbacaan yang tinggi.., modern, dan enak dilihat.

2. Huruf Tempus Sans ITC

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y z 1234567890,.

(55)

44

3. Untuk Bagian Tagline Britannic Bold

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y z 1234567890,.

Jenis font ini digunakan pada tagline untuk media kampanye, font ini dipilih karena karakteristiknya tebal,unik, tidak kaku namun masih memilik tingkat keterbacaan yang baik dan kesan yang ditimbulkan adalah serius dan bersahabat dan mempertegas pesan.

4. Untuk Bagian Body Teks Franklin Gothic Demi

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y z 1234567890,.

Jenis font ini digunakan pada Body Teks untuk media kampanye, font ini dipilih karena karakteristiknya tebal,unik, tidak kaku namun masih memilik tingkat keterbacaan yang baik dan kesan yang ditimbulkan adalah serius dan bersahabat dan mempertegas pesan.

III.2.4 Studi Visual

(56)

45 Gambar III.11 Sketsa

Sumber : Dokumentasi pribadi

III.2.5 Ilustrasi

(57)

46

Gambar III.12 Referensi Visual Sumber : www. Anisdanar.com

III.2.6 Warna

Warna yang digunakan dalam iklan ini lebih banyak menggunakan warna Coklat muda sebagai background untuk menunjukan keadaan ketertiban ketika trotoar digunakan sesuai dengan mestinya, warna hitam melambangkan perlindungan, ketakutan, kesedihan, kemarahan digunakan pada karakter dan tipografi pada media, warna merah melambangkan pencapai tujuan, larangan, cinta, warna putih melambangkan kebersihan, keamanan, warna abu-abu melambangkan trotoar yang aman, warna hijau melambangkan kesejukan, kedamaian, kebersihan, ketertiban, warna biru ketenangan dan menekankan keinginan pada media kampanye ini.

(58)

47

BAB IV

MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI

IV.1 Pra Produksi

Sebelum memasuki tahap produksi, tahapan yang harus dilakukan dalam pembuatan media kampanye ini harus melewati berbagai tahapan yaitu :

1. Sketsa

Pembuatan sketsa mulai dari bentuk ilustrasi yang akan dirancang, seperti tampiln visual pada media kampanye.

2. Pengolahan Gambar

Pengolahan gambar meliputi pengolahan teknis gambar ilustrasi lalu di digitalisasi meliputi pewarnaan dan pendetailan gambar.

3. Teknis Cetak

Setelah proses digitalisasi selesai, kemudian pada proses cetak.

4.2 Teknis Cetak

Teknis media dibuat berdasarkan pengelompokan tahapan perancangan media kampanye sebagai berikut :

1. Poster

Fungsi dari media poster adalah untuk pengenalan kampanye yang didistribusikan pada tahap awal kampanye di sekolah – sekolah, perkantoran. Dipilihnya media ini karena poster merupakan media yang memiliki jangkauan yang luas. Pada pengerjaan awal poster ini berasal dari sketsa manual kemudian sketsa tersebut di trace ke dalam Corel Draw X3 setelah di trace di Corel Draw X3 kemudian untuk pewarnaan menggunakan Adobe Photoshop CS3.

(59)

48

Gambar IV.1 Poster 1 Sumber : Dokumentasi Pribadi

Format / Bentuk : Potrait

Ukuran : A3 (29.7 cm x 42 cm) Material : Art Paper 150 grm Teknis Produksi : Cetak Offset Separasi

Isi pesan poster satu

(60)

49 Gambar IV.2 Poster 2

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Format / Bentuk : Potrait

Ukuran : A3 (29.7 cm x 42 cm) Material : Art Paper 150 grm Teknis Produksi : Cetak Offset Separasi

Isi Pesan dari Poster 2 :

(61)

50 Gambar IV.3 Poster 3

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Format / Bentuk : Potrait

Ukuran : A3 (29.7 cm x 42 cm) Material : Art Paper 150 grm Teknis Produksi : Cetak Offset Separasi

Isi Pesan dari Poster 3 :

(62)

51 Gambar IV.4 Poster 4

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Format / Bentuk : Landscape

Ukuran : A3 (29.7 cm x 42 cm) Material : Art Paper 150 grm Teknis Produksi : Cetak Offset Separasi

Isi Pesan dari Poster 4 :

(63)

52 Gambar IV.5 Poster 5

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Format / Bentuk : Landscape

Ukuran : A3 (29.7 cm x 42 cm) Material : Art Paper 150 grm Teknis Produksi : Cetak Offset Separasi

Isi pesan poster 5:

Maksud pesan dari poster ini yaitu untuk menghimbau dan mengingatkan kembali masyarakat khususnya masyarakat pengguna kendaraan bermotor agar lebih peduli akan hak-hak pejalan kaki sebagai pengguna trotoar. Sehingga masyarakat pengguna kendaraan bermotor tidak lagi memakirkan kendaraannya di atas trotoar atau menggunakan trotoar sebagai alternative jalan ketika lalu lintas sedang padat.

2. Spanduk

Fungsi dari media spanduk adalah untuk informasi kampanye yang

didistribusikan pada tahap awal kampanye di jalan raya dekat dengan perumahan,

tempat parkir, pusat pembelanjaan, perkantoran, sekolah-sekolah dan tempat

umumnya lainnya. Dipilihnya media ini sebagai media utama dikarenakan spanduk

(64)

53 stiker ini menggunakan program corel draw X3 dan Adobe Photoshop CS 3 untuk

editing akhir.

Gambar IV.6 Spanduk Sumber : Dokumentasi Pribadi

1. X-banner

Banner akan dipasang di pintu masuk beberapa tempat yang sering di kunjungi oleh masyarakat umum khususnya pengendara kendaraan bermotor. Seperti pusat perbelanjaan, perkantoran, restoran, sekolah-sekolah, rumah sakit dan tempat umum lainnya. Alasannya penempatan media X-Banner ditempat2 tersebut adalah supaya pesan yang lebih lengkap dapat dibaca oleh pengunjung khususnya pengunjung yang menggunakan kendaraan bermotor. Alasan pemilihan media ini agar lebih dekat dengan sasaran. Ukuran banner yaitu 160 x 60 cm, dengan teknis digital printing dengan bahan PVC.

Gambar IV.7 X-Banner

(65)

54 Teknis produksi : Digital Printing

Format : Potrait

Ukuran : 160 cm x 60 cm

Material : PVC

2. Sticker

Stiker ini adalah media pengingat yang dibagikan pada masyarakat terutama masyarakat pengguna kendaraan bermotor pada kampanye tahap pertama dan kedua. Dibagikan stiker ini adalah untuk lebih menyebarluaskan lagi kampanye karena dengan ditempelkannya stiker oleh target audiens berarti mereka jg telah ikut membantu penyebaran kampanye. Untuk pembuatan stiker ini menggunakan program corel draw X3 dan Adobe Photoshop CS 3 untuk editing akhir.

Gambar IV.8 sticker1

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar IV.9 sticker 2

(66)

55 Format / bentuk : Landscape

Ukuran : 10 cm x10 cm

Material : Stiker Glossy danDraftac Teknik Produksi : Cetak Offset Separasi

3. Flayer

Meskipun bukan media utama, Flayer merupakan media yang cukup penting pada kampanye ini karena flayer berisi tentang undang-undang yang menjamin keselamatan pejalan kaki, serta sanksi yang diberikan kepada yang tidak mengutamakan keselamatan pejalan kaki. Flayer akan dibagikan kepada masyarakat khususnya masyarakat pengguna kendaraan bermotor, di tempat – tempat strategis seperti pemberentian lampu merah, tempat parkir, pusat perbelanjaan dan tempat umum lainnya. Untuk pembuatan Flayer ini menggunakan program corel draw X5 dan Adobe Photoshop CS 3 untuk editing akhir.

Gambar IV.10 Flayer

Gambar

Tabel I.   Tingkat Pelayanan Trotoar
Tabel III . Ketentuan lebar trotoar untuk jalan tipe 2
Gambar yang ditampilkan adalah memperlihatkan ketertiban dan kenyamanan
Gambar III.2 Format desain
+7

Referensi

Dokumen terkait