• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Sistem Alarm Kebakaran (Aplikasi pada Rumah Sakit Cut Nyak Dien, Meulaboh)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perencanaan Sistem Alarm Kebakaran (Aplikasi pada Rumah Sakit Cut Nyak Dien, Meulaboh)"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN

SISTEM ALARM KEBAKARAN

(Aplikasi pada Rumah Sakit Cut Nyak Dien, Meulaboh)

Oleh:

EFRIZA ERBY 025203013

PROGRAM DIPLOMA IV TEKNOLOGI INSTRUMENTASI INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

LAMPIRAN 1

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(3)

LAMPIRAN 2

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(4)

 

 

 

 

 

 

 

 

(5)

PERENCANAAN SISTEM ALARM KEBAKARAN ( Aplikasi pada Rumah Sakit Cut Nyak Dien, Meulaboh )

Oleh :

EFRIZA ERBY NIM. 02 5203 013

Disetujui Oleh : Pembimbing Karya Akhir

Ir. Zulkarnaen Pane NIP. 131 288 519

Diketahui Oleh : Ketua Program Diploma IV Teknologi Instrumentasi Industri

Fakultas Teknik USU

Ir. Nasrul Abdi, MT NIP. 131 459 554

PROGRAM DIPLOMA IV

TEKNOLOGI INSTRUMENTASI INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

(6)

ABSTRAK

Untuk menghindari bahaya kebakaran maka digunakan Sistem Alarm Kebakaran. Sistem ini direncanakan agar membantu manusia dalam mengawasi dan menjaga suatu bangunan dari bahaya kebakaran.

Dalam aplikasinya, sistem alarm kebakaran ini terbagi menjadi tiga bagian besar, yaitu piranti input, panel kontrol, dan piranti output. Piranti input disini adalah piranti-piranti yang memberikan masukan ke panel kontrol. Piranti input ini ada yang bekerja secara otomatis, seperti pendeteksi asap dan pendeteksi panas yang sangat sering digunakan. Sedangkan piranti input yang bekerja secara manual adalah titik panggil manual. Panel kontrol merupakan piranti yang akan memproses masukan dan akan memberikan keluaran ke piranti output. Panel kontrol terbagi menjadi dua bagian, tergantung dari sistem, yaitu konvensional dan addressable. Piranti output merupakan piranti-piranti yang akan memberitahu kepada orang-orang jika terjadi keadaan alarm. Piranti output ini merupakan piranti audible/visible seperti klakson, bel elektronik, speaker, strobe lamp, dan lonceng.

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Akhir ini, yang merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan perkuliahan pada Program Diploma IV Teknologi Instrumentasi Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Tak lupa shalawat beiring salam penulis haturkan kepada Junjungan Nabi Muhammad SAW, yang mana telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah menuju zaman islamiah yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini.

Karya akhir ini ditulis berdasarkan peninjauan ke perusahaan penyuplai dan pemasang Sistem Alarm Kebakaran juga berdasarkan informasi dari katalog dan dari internet. Pada Karya Akhir ini penulis membahas perencanaan sistem alarm kebakaran. Karya akhir ini penulis beri judul “Perencanaan Sistem Alarm Kebakaran, Aplikasi pada Rumah Sakit Cut Nyak Dien, Meulaboh”.

Selama berlangsungnya penulisan Karya Akhir ini hingga menyelesaikannya, penulis banyak mendapat bantuan dan dukungan serta masukan dalam penulisan Karya Akhir dari banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya serta ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

(8)

2. Suriyani Kennedy yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada penulis selama penulisan Karya Akhir ini.

3. Bapak Ir. Zulkarnaen Pane, selaku Dosen Pembimbing Karya Akhir. 4. Bapak Ir. Nasrul Abdi, MT. selaku Ketua Program Diploma IV

Teknologi Instrumentasi Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Rahmat Fauzi, ST, MT. selaku Sekretaris Program Diploma IV Teknologi Instrumentasi Industri.

6. Bapak Ir. A. Rachman Hasibuan selaku Koordinator Program Diploma IV Teknologi Instrumentasi Industri.

7. Seluruh staf pengajar serta pegawai administrasi.

8. Teman – teman mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, khususnya Kurniadi, Dava, Yuliandra, Dedek, Indra, Lany, Udin, Irwan.

9. Abang – abang di PT. Multi Safetindo dan CV. Mitra, khususnya Bapak Hendra, Bapak Hasbi, dan Bapak Sucipto.

Penulis menyadari bahwa Karya Akhir ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran serta kritikan yang konstruktif dan edukatif guna penyempurnaan Karya Akhir ini. Semoga Karya Akhir ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Medan, Maret 2008 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan

Abstrak... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iv

Daftar Gambar ... vii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Notasi ...x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah...1

1.2. Tujuan Karya Akhir ...2

1.3. Batasan Masalah ...2

1.4. Metode Penulisan ...2

1.5. Sistematika Penulisan ...3

BAB II PIRANTI INPUT DAN OUTPUT 2.1. Pendahuluan ...5

2.2. Piranti Input ...5

2.2.1. Pendeteksi Panas ( Heat Detector ) ...5

2.2.2. Pendeteksi Asap ( Smoke Detector ) ...8

2.2.3. Titik Panggil Manual ( Manual Call Point ) ...12

(10)

BAB III SISTEM ALARM KEBAKARAN

3.1. Pendahuluan ...15

3.2. Sistem Konvensional ...15

3.3. Sistem Addressable ...20

3.4. Sistem Semi Addressable...22

3.5. Fungsi Sistem ...25

3.6. Panel Alerting ...26

BAB IV PERENCANAAN 4.1. Penentuan Sistem ...31

4.2. Penentuan Jenis, Peletakan dan Jumlah Piranti ...36

4.2.1. Ruangan Administrasi ...38

4.2.2. Ruangan Accident & Emergency Department ...39

4.2.3. Ruangan Radiology Department ...40

4.2.4. Ruangan Operation Theatres...40

4.2.5. Ruangan CSSD ...41

4.2.6. Ruangan ICU/HD ...42

4.2.7. Ruangan Mortuary/PLN & Workshop/Generator Room ...42

4.2.8. Ruangan Materials Management ...43

4.2.9. Ruangan O&G Ward ...43

4.2.10. Ruangan Paediatrics Ward ...44

4.2.11. Ruangan Clinical Lab/Blood Bank ...44

4.2.12. Ruangan General Ward ...45

(11)

4.2.14. Ruangan Catering/Kitchen ...46

4.2.15. Ruangan Class A Ward ...46

4.2.16. Ruangan Outpatient Clinics ...47

4.3. Penentuan Kabel yang Digunakan ...48

4.4. Penentuan Baterai Cadangan ...50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...54

Saran...55

Daftar Pustaka...56

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Pendeteksi Panas ...6

Gambar 2.2. Metode Pendeteksian Fix Heat Detector ...6

Gambar 2.3. Prinsip Pendeteksi R-O-R ...7

Gambar 2.4. Pendeteksi Asap ...8

Gambar 2.5. Prinsip Pembuyaran Cahaya ...9

Gambar 2.6. Prinsip Pemantulan Cahaya ...10

Gambar 2.7. Prinsip Ruang Ionisasi ...11

Gambar 2.8. Bentuk Titik Panggil Manual ...12

Gambar 2.9. Peletakan Titik Panggil Manual ...13

Gambar 2.10. Notification Appliances ...14

Gambar 3.1. Sistem Konvensional ...15

Gambar 3.2. Panel Konvensional ...16

Gambar 3.3. Hubungan End of Line dengan Piranti Input Sistem Alarm Kebakaran ...18

Gambar 3.4. Hubungan End of Line dengan Piranti Output Sistem Alarm Kebakaran ...19

Gambar 3.5. Sistem Addressable ...20

Gambar 3.6. Addressable Panel ...21

Gambar 3.7. Pengalamatan Piranti Addressable ...22

Gambar 3.8. Sistem Semi Addressable ...23

Gambar 3.9. FCM/FZM Notifier ...24

(13)
(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Piranti Terpasang pada Ruangan Administrasi Lantai 1 ...39

Tabel 4.2. Piranti Terpasang pada Ruangan Administrasi Lantai 2 ...39

Tabel 4.3. Piranti Terpasang pada Ruangan Accident & Emergency Department 39 Tabel 4.4. Piranti Terpasang pada Ruangan Radiology Department ...40

Tabel 4.5. Piranti Terpasang pada Ruangan Operation Theatres...41

Tabel 4.6. Piranti Terpasang pada Ruangan CSSD ...41

Tabel 4.7. Piranti Terpasang pada Ruangan ICU/HD ...42

Tabel 4.8. Piranti Terpasang pada Ruangan Mortuary/PLN & Workshop/Generator Room ...42

Tabel 4.9. Piranti Terpasang pada Ruangan Materials Management ...43

Tabel 4.10. Piranti Terpasang pada Ruangan O&G Ward ...44

Tabel 4.11. Piranti Terpasang pada Ruangan Paediatrics Ward ...44

Tabel 4.12. Piranti Terpasang pada Ruangan Clinical Lab/Blood Bank ...45

Tabel 4.13. Piranti Terpasang pada Ruangan General Ward ...45

Tabel 4.14. Piranti Terpasang pada Ruangan House Keeping ...46

Tabel 4.15. Piranti Terpasang pada Ruangan Catering/Kitchen ...46

Tabel 4.16. Piranti Terpasang pada Ruangan Class A Ward ...47

Tabel 4.17. Piranti Terpasang pada Ruangan Outpatient Clinics ...47

Tabel 4.18. Arus Beban dalam Keadaan Standby ...51

Tabel 4.19. Arus Beban dalam Keadaan Alarm ...51

(15)

DAFTAR NOTASI

I = Arus ( Ampere )

V = Tegangan ( Volt )

R = Tahanan ( Ohm )

VD = Jatuh Tegangan ( Volt )

L = Panjang Kabel ( kaki )

CM = Circular Mills ( CM )

(16)

ABSTRAK

Untuk menghindari bahaya kebakaran maka digunakan Sistem Alarm Kebakaran. Sistem ini direncanakan agar membantu manusia dalam mengawasi dan menjaga suatu bangunan dari bahaya kebakaran.

Dalam aplikasinya, sistem alarm kebakaran ini terbagi menjadi tiga bagian besar, yaitu piranti input, panel kontrol, dan piranti output. Piranti input disini adalah piranti-piranti yang memberikan masukan ke panel kontrol. Piranti input ini ada yang bekerja secara otomatis, seperti pendeteksi asap dan pendeteksi panas yang sangat sering digunakan. Sedangkan piranti input yang bekerja secara manual adalah titik panggil manual. Panel kontrol merupakan piranti yang akan memproses masukan dan akan memberikan keluaran ke piranti output. Panel kontrol terbagi menjadi dua bagian, tergantung dari sistem, yaitu konvensional dan addressable. Piranti output merupakan piranti-piranti yang akan memberitahu kepada orang-orang jika terjadi keadaan alarm. Piranti output ini merupakan piranti audible/visible seperti klakson, bel elektronik, speaker, strobe lamp, dan lonceng.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang Masalah

“Keselamatan” adalah pertimbangan utama ketika kebakaran terjadi pada satu bangunan. Penghuni dari bangunan tersebut harus dibuat sadar terhadap apa yang sedang terjadi dan bersiap untuk meninggalkan gedung jika keselamatan mereka terancam. Dengan memberikan peringatan dini dari kebakaran pada satu bangunan, penghuni bangunan tersebut akan memiliki cukup waktu seiring bangunan tersebut terbakar, walaupun api semakin membesar, untuk mereka bertindak secepat mungkin untuk melakukan evakuasi.

Sebuah rancangan rencana awal meliputi beberapa aspek seperti evakuasi, pemadaman kebakaran dan memanggil petugas pemadam kebakaran harus terdapat dalam tindakan. Tindakan pencegahan dan sistem alarm kebakaran pada bangunan harus menjadi faktor utama pada rencana tersebut. Kebutuhan sistem alarm kebakaran pada bangunan tertentu akan ditentukan oleh taksiran bahaya kebakaran yang dianut oleh pemilik atau penghuni gedung.

Sistem ini dirancang sedemikian rupa untuk dapat menggantikan fungsi manusia dalam melakukan pengawasan dan pemberitahuan terhadap terjadinya kebakaran, dan juga dirancang untuk mengurangi jumlah kerugian yang lebih besar akibat kebakaran.

(18)

1. 2. Tujuan Karya Akhir

Adapun tujuan dalam penulisan Karya Akhir ini adalah: a. Memahami prinsip dan kerja dari Sistem Alarm Kebakaran. b. Mengetahui piranti-piranti Sistem Alarm Kebakaran.

c. Mampu merencanakan Sistem Alarm Kebakaran pada bangunan.

1. 3. Batasan Masalah

Mengingat masalah yang akan diangkat sebagai karya akhir penulis ini mempunyai ruang lingkup yang relatif luas, maka penulis membatasinya dengan :

a. Tidak membahas sistem pemadamam dan sistem sprinkler. b. Tidak membahas bahasa pemrograman panel.

c. Tidak membahas rangkaian di dalam panel. d. Tidak membahas rangkaian di dalam piranti.

e. Tidak membahas sinyal pada sistem alarm kebakaran.

1. 4. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan karya akhir ini antara lain adalah:

a. Dengan melakukan peninjauan terlebih dahulu ke perusahaan penyuplai dan pemasang sistem alarm kebakaran.

b. Mencari informasi tentang piranti-piranti yang digunakan dalam sistem alarm kebakaran melalui katalog-katalog dan internet.

(19)

1. 6. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan karya akhir ini, maka penulis membuat suatu sistematika penulisan. Sistematika penulisan ini merupakan urutan bab demi bab termasuk isinya. Adapun sistematika pembahasan tersebut adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang pemilihan judul, tujuan penulisan karya akhir, batasan masalah, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II : PIRANTI INPUT DAN OUTPUT

Bab ini menjelaskan tentang piranti-piranti yang digunakan sebagai masukan dan keluaran dari sistem alarm kebakaran. Piranti masukan mencakup pendeteksi asap, pendeteksi panas, dan titik panggil manual (breakglass). Sedangkan piranti keluaran (notification appliances) mencakup bel, lampu, sirine dan piranti audible/visible lainnya.

BAB III : SISTEM ALARM KEBAKARAN

(20)

BAB IV : PERENCANAAN

Bab ini berisikan tentang penentuan sistem alarm kebakaran yang terdiri dari piranti masukan, panel kontrol, dan piranti keluaran beserta perhitungan jumlahnya, yang diaplikasikan pada Rumah Sakit Cut Nyak Dien, Meulaboh.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

(21)

BAB II

PIRANTI INPUT DAN OUTPUT

2. 1. Pendahuluan

Kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen, sehingga dapat menghasilkan panas, nyala api, asap, karbon monoksida, atau produk dan efek lainnya, yang akan dideteksi oleh pendeteksi sebagai input (masukan). Pendeteksi kebakaran adalah perangkat yang dirancang untuk mendeteksi adanya kebakaran dan mengawali suatu tindakan. Sedangkan output (keluaran) adalah

notification appliances yang berupa sinyal audible dan visible.

2. 2. Piranti Input

Terdapat beberapa jenis dari pendeteksi kebakaran, tergantung dari apa yang akan dideteksinya sebagai kebakaran. Tetapi yang paling sering digunakan adalah pendeteksi panas dan pendeteksi asap.

2. 2. 1. Pendeteksi Panas ( Heat Detector )

(22)

Gambar 2.1 Pendeteksi Panas

Pendeteksi panas dapat lebih jauh diuraikan menjadi dua kiasifikasi besar, yaitu Fixed Heat Detectors dan Rate-of-Rise Heat Detectors.

2. 2. 1. 1. Pendeteksi Panas Temperatur Tetap ( Fixed Heat Detectors )

Pendeteksi ini akan bereaksi ketika elemen kerjanya menjadi panas mencapai satu nilai temperatur yang ditentukan. Metode pendeteksian (Gambar 2.2) didasarkan pada gaya renggang suatu spiral dan kontak metal yang disangga oleh suatu campuran logam. Ketika temperatur menjangkau titik lebur campuran logam, maka campuran logam tersebut akan meleleh. Kemudian spiral akan menekan kontak metal dan menyebabkan rangkaian tertutup.

(23)

Piranti ini bukanlah jenis yang dapat digunakan kembali, dan ketika diaktifasi, maka harus diganti. Pendeteksi ini harus dipasang dalam lingkungan dimana temperatur secara tiba-tiba naik adalah normal, seperti pada dapur dan ruangan ketel uap.

2. 2. 1. 2. Pendeteksi Kelambatan Panas ( Rate-of-Rise Heat Detectors )

Pendeteksi kelambatan panas (biasa disebut R-O-R) bereaksi terhadap kenaikan temperatur disekitar pendeteksi secara mendadak dari kondisi batas temperatur normal (sekitar 9 derajat dalam 60 detik). Prinsipnya (Gambar 2.3) ketika temperatur naik, tekanan udara di dalam ruangan juga bertambah. Jika tekanan udara di dalam ruangan bertambah lebih cepat dibanding kecepatannya keluar melalui lubang yang dikalibrasi, diafragma tertekan, dan kontak elektrik terhubung membuat rangkaian tertutup.

Gambar 2.3 Prinsip Pendeteksi R-O-R

(24)

temperatur secara tiba-tiba juga tidak diinginkan, seperti pada garasi, tempat parkir, daerah berdebu, dan lain sebagainya. Piranti pendeteksi ini dapat digunakan kembali jika kondisi normal kembali.

2. 2. 2. Pendeteksi Asap ( Smoke Detector )

Asap adalah keseluruhan partikel yang melayang-layang baik kelihatan maupun tidak kelihatan hasil dari suatu pembakaran. Dikarenakan asap bersifat naik ke atas, umumnya pendeteksi asap (Gambar 2.4) dipasang di langit-langit, atau di dinding dekat langit- langit. Untuk mempertinggi tingkat kemungkinan membangunkan penghuni yang sedang tidur, biasanya pendeteksi asap dipasang di dekat karnar tidur. Idealnya di ruang terbuka, atau paling baik di dalam kamar tidur itu sendiri.

Gambar 2.4 Pendeteksi Asap

(25)

Umumnya pendeteksi asap bekerja menggunakan prinsip Optical

Detection atau Ionization. Tetapi dapat juga digunakan secara bersamaan untuk

mempertinggi sensitifitasnya sebagai pendeteksi asap. Pendeteksi ini dapat beroperasi sendiri, dihubungkan satu sama lainnya untuk membuat pendeteksi- pendeteksi di satu area menyalakan alarm jika salah satu pendeteksi terpicu, atau diintegrasikan ke Sistem Alarm Kebakaran atau sistem pengamanan.

Kematian dari kebanyakan orang disebabkan oleh gumpalan padat asap tebal dimana biasanya menjadi masalah yang lebih besar dari pada terbakar. Untuk alasan ini pendeteksi asap foto-elektrik biasa digunakan pada jalan keluar seperti koridor dan tangga. Dan pendeteksi asap ionisasi biasa digunakan dalam ruangan kantor dan tempat-tempat umum lainnya. Pendeteksi asap harus ditempatkan seperti diuraikan pada NFPA 72 Bab 5 dan Annex A.5.

2. 2. 2. 1. Jenis Pendeteksi Optik ( Optical Smoke Detectors )

Pendeteksi jenis ini bekerja berdasarkan dua prinsip. Prinsip pembuyaran dan pemantulan cahaya. Pendeteksi jenis ini sensitif terhadap asap dengan partikel besar dan tidak sensitif terhadap asap dengan partikel kecil.

(26)

Prinsip pembuyaran (Gambar 2.5) menggunakan sumber cahaya langsung dari sumber ke penerimanya. Ketika asap melintasi di depan sumber cahaya, sejumlah cahaya dibuyarkan yang menyebabkan sedikit cahaya terdeteksi oleh penerima cahaya. Penurunan jumlah cahaya ini memicu alarm.

Sedangkan prinsip pemantulan cahaya menggunakan LED dan sebuah fotodioda atau sensor fotoelektrik lainnya terletak di sebelah pembatas sebagai pendeteksi cahaya. Jika tidak ada asap, cahaya melewati secara garis lurus di depan pendeteksi. Ketika asap memasuki ruang deteksi, sejumlah cahaya dipantulkan oleh partikel asap ke foto dioda. Penambahan cahaya yang masuk ke fotodioda memicu alarm. Gambar 2.6 memperlihatkan prinsip kerja pemantulan cahaya dari pendeteksi optik.

Gambar 2.6 Prinsip Pemantulan Cahaya

2. 2. 2. 2. Jenis lonisasi ( Ionization Smoke Detectors )

(27)

partikel alpha yang baik. Ruang ionisasi terdiri dari dua lempengan logam yang terpisah sekitar satu sentimeter. Sumber tegangan arus searah diberikan ke lempengan yang membuat lempengan bermuatan. Prinsip ruang ionisasi diilustrasikan pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Prinsip Ruang Ionisasi

Partikel alpha yang dihasilkan oleh americium mengionisasi atom oksigen dan nitrogen dari udara yang terdapat di dalam ruang ionisasi. Ketika elektron terlepas dari sebuah atom, maka akan menghasilkan sebuah elektron bebas (bermuatan negatif) dan sebuah atom yang kehilangan satu elektron (bermuatan positif). Elektron negatif ditarik oleh lempengan yang bertegangan positif, dan atom positif ditarik oleh lempengan yang bertegangan negatif (persis seperti magnet) dan menghasilkan sejumlah kecil arus listrik akibat pergerakan elektron dari atom ini melalui lempengan-lempengan bertegangan tadi.

(28)

2. 2. 3. Titik Panggil Manual ( Manual Call Points )

Manusia dapat lebih cepat mendeteksi kebakaran dibandingkan pendeteksi kebakaran otomatis, oleh karena itu Titik Panggil Manual adalah komponen sistem pendeteksian kebakaran yang penting pada bangunan. Titik panggil manual (Manual Call Point), juga disebut Fire Alarm Pull Station merupakan sebuah piranti perlindungan kebakaran, biasanya dipasang di dinding, ketika diaktifasi, akan memicu alarm pada sistem alarm kebakaran. Pada pengoperasiannya yang mudah, pengguna dapat mengaktifkannya dengan menurunkan tuasnya, yang membuat rangkaian tertutup dan mengunci tuas pada posisi aktif.

(a) (b) (c) Gambar 2.8 Bentuk Titik Panggil Manual

Kebanyakan titik panggil manual (Manual Call Point) merupakan aksi tunggal dan hanya membutuhkan pengguna untuk menurunkan tuasnya atau memecahkan kaca breakglass (Gambar 2.8 (c)).. Titik panggil manual yang lain merupakan aksi ganda, seperti mengharuskan pengguna untuk melakukan tugas kedua sebelum menurunkan tuas. Misalnya memecahkan kaca dan menurunkan tuas (Gambar 2.8 (a)), atau mendorong panel kemudian menurunkannya (Gambar 2.8 (b))

(29)

disimpan oleh pemilik bangunan atau seseorang yang bertanggung jawab. Kunci ini biasanya merupakan kunci hex atau kunci tradisional lainnya. Membuka kotak biasanya membuat tuas kembali ke posisi semula dan membuat alarm dapat di-set ulang dari panel kontrol setelah kotak ditutup kembali.

Titik panggil manual harus ditempatkan pada semua rute jalan keluar pada tiap lantai bangunan. Titik panggil manual harus ditempatkan seperti diuraikan pada NFPA 72 Bab 5. Untuk menyediakan akses yang mudah, umumnya titik panggil manual harus diletakkan pada ketinggian antara 1.2 meter sampai 1.6 meter dari permukaan lantai, dan harus bisa diidentifikasi dan kelihatan dengan jelas. Jarak terjauh seseorang harus berjalan untuk mengaktifkan suatu titik panggil manual adalah 45 meter (Gambar 2.9)

Gambar 2.9 Peletakan Titik Panggil Manual

2. 3. Piranti Output

Piranti output (keluaran) juga disebut notification appliances (Gambar

(30)

dari piranti ini merupakan sinyal pendengaran (audible) atau sinyal penglihatan (visible).

Piranti keluaran dari sistem alarm kebakaran umumnya merupakan suatu bel elektronik, klakson, lonceng, terompet, pengeras suara (loudspeaker), lampu (strobe light), atau piranti lainnya yang memberikan peringatan kepada orang-orang di dalam bangunan jika terdapat kemungkinan kebakaran atau keadaan lainnya yang membutuhkan pengungsian darurat.

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 2.8 Notification Appliances : Klakson (a), Bel Elektronik (b), Speaker dengan Strobe Light (c), Strobe Light (d), Lonceng (e).

(31)

BAB III

SISTEM ALARM KEBAKARAN

3.1. Pendahuluan

Semua jenis sistem alarm kebakaran sesungguhnya bekerja berdasarkan prinsip yang sama. Jika satu pendeteksi mendeteksi asap atau panas, atau seseorang mengoperasikan breakglass, kemudian alarm berbunyi untuk memberitahukan orang lain yang berada dalam bangunan bahwa kemungkinan terjadi kebakaran dan harus melakukan evakuasi. Terdapat dua jenis sistem, yaitu sistem konvensional dan sistem addressable.

3.2. Sistem Konvensional

Sistem alarm kebakaran konvensional secara normal terdiri dari suatu panel kontrol konvensional yang dihubungkan ke sejumlah pendeteksi, titik panggil manual dan notification appliances. Contoh sistem konvensional ditunjukkan pada Gambar 3.1.

(32)

Sistem konvensional menggunakan panel konvensional (Gambar 3.2) seperti ini tidak lagi sering digunakan pada bangunan yang besar, tapi masih digunakan di beberapa gedung-gedung kecil seperti pada gedung sekolah dan apartemen kecil.

Gambar 3.2 Panel Konvensional

Penel kontrol mengendalikan zona pendeteksian dan notification

appliances, menyediakan LED indikasi kebakaran, kesalahan atau kondisi normal

dan terdapat tombol untuk mengaktifkan atau menonaktifkan notification

appliances dan untuk me-set ulang pendeteksi. Panel kontrol konvensional ini

menggunakan tenaga listrik 220/240 VAC dan memiliki baterai cadangan yang dapat berfungsi sedikitnya selama 24 jam, jika terjadi kegagalan listrik.

(33)

diaktifasi, panel akan mengenali suatu alarm pada rangkaian tersebut dan dapat dibuat untuk melakukan beberapa tindakan termasuk langsung menghubungi Dinas Pemadam Kebakaran.

Panel konvensional umumnya memiliki sejumlah kecil rangkaian, dimana tiap rangkaian meliputi satu bagian / zona pada bangunan. Sebuah peta kecil dari bangunan selalu ditempatkan bersebelahan dengan pintu panel dengan penjelasan zona dengan gambar, dan LED yang mengindikasikan ketika satu zona telah diaktifasi. Metode umum yang lain adalah dengan menuliskan zona-zona yang berbeda dalam satu kolom, dengan menggunakan sebuah LED di sebelah kiri dari setiap nama zona.

Satu zona merupakan satu rangkaian dan biasanya satu zona mewakili satu rangkaian per lantai atau per bagian. Alasan kenapa membagi dalam zona-zona adalah untuk memberikan pemikiran kasar dimana terjadi kebakaran. Ketelitian untuk mengetahui dimana kebakaran terjadi ditentukan oleh jumlah zona-zona yang dimiliki oleh panel kontrol. Seseorang tidak dapat mengatakan peralatan mana yang telah diaktifasi dalam satu rangkaian jika menggunakan panel konvensional. Kebakaran mungkin saja terjadi pada suatu ruangan kecil, atau mungkin terjadi dimana saja dalam satu zona. Untuk membatasi efek kesalahan, dan untuk membatasi area pencarian pada kasus kebakaran, ukuran suatu zona pendeteksian dibatasi pada 2000 m2. Sebagai tambahan, zona seharusnya tidak melebihi satu tingkat.

(34)

mengalir pada rangkaian ketika dalam keadaan normal, seperti diilustrasikan Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Hubungan End of Line dengan Piranti Input Sistem Alarm Kebakaran Prinsipnya menggunakan hukum ohm, yaitu :

... (3.1)

Dimana i adalah arus, v adalah tegangan, dan r adalah tahanan. Dalam hal ini i berbanding terbalik dengan r. Ketika breakglass dioperasikan, terjadi rangkaian tertutup yang membuat tahanan end of line terhubung paralel dengan tahanan pada

breakglass dan menjadikan tahanan pada rangkaian berkurang sehingga arus yang

mengalir bertambah menjadi lebih besar dari keadaan normal, dan keadaan ini ditafsirkan sebagai keadaan alarm oleh panel. Begitu juga ketika pendeteksi panas dan pendeteksi asap teraktifasi, atau terjadi hubungan singkat pada rangkaian.

Disisi lain, jika kabel pada rangkaian terputus, maka tidak ada lagi rangkaian tertutup, sehingga tidak ada lagi arus yang mengalir, dan kondisi ini ditafsirkan sebagai keadaan trouble oleh panel.

Hampir sama prinsipnya untuk rangkaian notification appliances, tetapi

(35)

juga menggunakan relay, seperti diilustrasikan pada Gambar 3.4. Pada keadaan normal, relay A pada posisi tertutup (normally close) dan membuat rangkaian tertutup dengan resistor, sehingga arus mengalir dan keadaan ini ditafsirkan sebagai keadaan normal oleh panel. Tetapi jika terjadi hubungan singkat sehingga membuat arus yang mengalir bertambah besar dan membuat sekering (fuse) terputus, maka tidak ada lagi rangkaian tertutup dan keadaan ini ditafsirkan sebagai keadaan trouble oleh panel.

Gambar 3.4 Hubungan End of Line dengan Piranti Output Sistem Alarm Kebakaran

Sebaliknya, jika panel mengindikasikan keadaan alarm, maka relay A yang

normally open akan tertutup (close). Sehingga membuat rangkaian tertutup

dengan notification appliances dan akan membuat notification appliances bertegangan.

(36)

3. 3. Sistem Addressable

Sistem konvensional menyediakan sistem yang cukup dan hemat biaya untuk banyak bangunan kecil. Pada bangunan yang lebih rumit dan lebih besar, sistem alarm kebakaran yang lebih canggih dan cerdas cenderung untuk digunakan, disebut sistem addressable. Sistem addressable ini memiliki keunggulan pada kecepatan pendeteksian, identifikasi penempatan suatu titik api.

Gambar 3.5 Sistem Addressable

(37)

Addressable panels (Gambar 3.6) lebih diunggulkan dibandingkan dengan

conventional panels, dengan tingkat fleksibilitas pemrograman yang lebih tinggi

dan pendeteksian satu titik. Prinsip pendeteksian dari addressable system sama dengan conventional system terkecuali bahwa panel kontrolnya dapat memprediksi secara tepat piranti pendeteksi atau MCP mana yang mengindikasikan alarm.

Gambar 3.6 Addressable Panel

(38)

panel mengetahui bagian atau lokasi dari setiap piranti yang terhubung ke panel kontrol.

Gambar 3.7 Pengalamatan piranti addressable

Tidak seperti sistem konvensional yang menggunakan resistor sebagai fungsi pengawasan, pada sistem addressable menggunakan isolator module sebagai fungsi pengawasannya. Isolator module secara otomatis membuat rangkaian terbuka ketika terjadi penurunan tegangan di bawah empat volt atau jika terjadi hubung singkat antara kabel, dan akan secara otomatis terhubung kembali jika sudah tidak ada kesalahan. Isolator module harus ditempatkan diantara kelompok piranti addressable, dengan jumlah maksimum 25 piranti. Jika terjadi hubungan singkat diantara dua isolator modul, kedua modul ini akan membuat rangkaian terbuka dan akan mengisolasi kelompok piranti yang berada diantaranya.

3.4. Sistem Semi Addressable

(39)

sistem addressable mampu melakukan pendeteksian satu titik dan dapat menggunakan piranti yang banyak tiap lupnya tetapi mengharuskan mengeluarkan biaya yang besar. Maka sistem semi addressable (Gambar 3.8) sering digunakan.

Gambar 3.8 Sistem Semi Addressable

Sistem ini merupakan penggabungan dari kedua sistem konvensional dan sistem addressable, dimana panel kontrol dari sistem semi addressable ini menggunakan panel kontrol addressable, sedangkan piranti pendeteksi dan

notification appliances-nya menggunakan sistem konvensional. Dengan sistem

semi addressable ini, maka penggunaan biaya yang relatif besar dapat dikurangi. Dikarenakan sistem semi addressable ini merupakan penggabungan dari sistem konvensional dengan sistem addressable, maka sistem ini tidaklah seefektif sistem addressable yang merupakan pendeteksian satu titik, tetapi tidak juga terbatas dalam penggunaan jumlah pendeteksi seperti pada sistem konvensional.

Untuk dapat menggabungkan antara piranti konvensional dengan panel

(40)

dan Fire Zone Module (FZM), (Gambar 3.9). FCM digunakan untuk menghubungkan antara piranti keluaran (notification appliances) dengan panel kontrol, sedangkan FZM digunakan untuk menghubungkan panel dengan piranti masukan (pendeteksi). FCM dan FZM ini digunakan sebagai alamat pada panel

addressable. Skema pengkabelan dari sistem semi addressable ini dapat dilihat

pada gambar 3.10.

Gambar 3.9 FCM/FZM Notifier

(41)

3.5. Fungsi Sistem ( System Function )

Terdapat banyak fungsi pada panel alarm kebakaran. Fungsi yang paling umum yang terdapat pada kebanyakan panel antara lain seperti disebutkan berikut ini, tetapi dengan catatan bahwa tidak semua panel alarm kebakaran memiliki fungsi tersebut.

a. System Reset

Ini akan me-set ulang panel setelah keadaan alarm. Seluruh piranti pendeteksi di- set ulang, dan panel dibebaskan dari keadaan alarm. Jika satu piranti pendeteksi masih mengeluarkan alarm setelah sistem di-set ulang, seperti pendeteksi asap terus mendeteksi asap, atau manual pull station masih pada posisi aktif, alarm yang lain akan terpicu. Jadi untuk me-set ulang sistem membutuhkan keadaan yang benar-benar bersih.

b. Acknowledge

Fungsi ini, disingkat “ACK”, digunakan untuk memberitahukan keadaan yang tidak normal seperti keadaan alarm atau masalah. Fungsi acknowledge ini menampilkan pada panel agar penghuni bangunan atau petugas darurat sadar akan keadaan alarm atau masalah.

c. Drill

(42)

alarm normal tidak dikirimkan ke Dinas Pemadam Kebakaran atau pusat pengawasan.

d. Walk Test

Fungsi ini akan menguji keseluruhan piranti pendeteksi dan rangkaian pengindikasi berdasarkan pada yang dipilih.

e. Alarm Silence

Juga disebut “audible silence”. Berdasarkan pada konfigurasi dari sistem alarm, fungsi ini akan memberhentikan reaksi keseluruhan notification appliances dari sistem, atau hanya akan mematikan suara saja, dengan strobe lights masih terus menyala. Dengan matinya suara akan membuat komunikasi lebih mudah diantara orang-orang ketika menanggapi suatu alarm. Fungsi ini juga dapat digunakan selama pemasangan yang dimaksudkan untuk pengujian awal, sebelum pengujian secara keseluruhan dilakukan.

f. Lamp Test

Disebut juga “Flash Test”. Tombol ini memang sudah kuno, tetapi masih digunakan pada kebanyakan panel. Fungsinya untuk memeriksa keadaan dari LED panel itu sendiri.

3.6. Panel Alerting

(43)

yang tidak normal melalui LED yang menyala. Beberapa panel juga memiliki suara, yang bekerja bersamaan dengan tanda visual. Sejumlah indikator yang umum digunakan akan dijelaskan, tetapi dengan catatan bahwa tidak semua panel alarm kebakaran memiliki indikator tersebut.

a. Alarm ( Lampu Merah )

Juga diketahui sebagai “fire”. Indikator ini menyala ketika kondisi alarm terjadi pada sistem, yang dimulai oleh pendeteksi asap, pendeteksi panas, sakelar aliran

sprinkler, manuall pull stations atau manual call points, atau yang lainnya.

Sejalan dengan indikator pada panel, notification appliances, seperti bel dan

strobe lights, juga diaktifasi, memberitahukan kebutuhan akan adanya

pengungsian. Pada kondisi alarm, panel alarm kebakaran mengindikasikan dimana dihasilkannya alarm. Panel alarm dapat di-set ulang setelah piranti yang menginisiasikan alarm di-set ulang, seperti dengan mengembalikan tuas manual

pull station ke posisi normalnya.

b. Audible Silence ( Lampu Merah )

(44)

c. Brigade Called ( Lampu Merah atau Kuning )

Indikator ini diaktifkan ketika petugas darurat secara otomatis telah diberitahukan oleh sistem alarm kebakaran. Terdapat beberapa keputusan mengenai apakah hubungan langsung ke Dinas Pemadam Kebakaran dibutuhkan, pilihan tambahan, atau dilarang. Jika satu hubungan ke Dinas Pemadan Kebakaran merupakan plihan tambahan, atau dilarang, sistem alarm kebakaran sering dihubungkan ke pusat pengawasan tergantung kebijakan pemilik bangunan.

d. Drill ( Lampu Merah )

Pada panel yang memiliki fungsi ini, indikator “drill” menunjukkan bahwa kondisi alarm diaktifasi dari panel alarm kebakaran, sering dipesan untuk melakukan pelatihan kebakaran. Ketika alarm ditujukan untuk pelatihan, Dinas Pemadam Kebakaran atau perusahaan pengawas biasanya tidak secara otomatis diberitahukan. Tetapi, penghuni bangunan untuk melakukan pelatihan kebakaran yang sering juga akan memberitahukan akan adanya pelatihan ke Dinas Pemadam Kebakaran dan pusat pengawas dalam hal kesalahan pengiriman alarm.

e. Trouble / Fault ( Lampu Kuning )

(45)

terjadi kondisi kesalahan. Pada kondisi kesalahan, panel akan menampilkan zona atau piranti yang menjadi penyebabnya. Indikator “trouble” mati secara otomatis ketika situasi yang menyebabkan kondisi kesalahan diperbaiki dan beberapa panel memiliki indikator yang lebih spesifik seperti “trouble-ps” yang menunjukkan kondisi sumber tenaga panel itu sendiri dan “trouble-bell” yang menunjukkan jika penyuara tidak berfungsi secara benar.

f. Supervisory ( Lampu Kuning )

Sinyal ini mengindikasikan bahwa satu bagian dari sistem alarm kebakaran pada bangunan telah dilepaskan (seperti penutupan katup kontrol fire sprinkler), atau penurunan kemampuan piranti pendeteksi (seperti terdapat debu pada pendeteksi asap). Indikator “supervisory” akan mati secara otomatis ketika kondisi telah diperbaiki, tetapi biasanya membutuhkan “reset” untuk mematikannya.

g. AC Power ( Lampu Hijau )

(46)

h. DC Power ( Lampu Hijau atau Merah)

Lampu hijau digunakan untuk memberitahukan operator bahwa tenaga DC (baterai) sedang diisi ulang. Sedangkan jika berwarna merah menyala ketika sistem hanya dioperasikan menggunakan tenaga DC saja.

i. Highrate ( Lampu Hijau )

(47)

BAB IV

P E R E N C A N A A N

4.1. Penentuan Sistem

Pada bab sebelumnya telah dijelaskan beberapa jenis dari sistem alarm kebakaran yang sering digunakan secara umum. Dalam hal penggunaan pada Rumah Sakit Cut Nyak Dien, akan digunakan sistem semi addressable, dikarenakan sistem semi addressable ini yang cukup efektif dalam hal pendeteksian dan hemat dalam hal pembiayaan.

Sistem semi addressable pada Rumah Sakit Cut Nyak Dien ini

menggunakan panel kontrol alarm kebakaran AFP-200E dari pabrikan NOTIFIER (Gambar 4.2).

Notifier AFP-200E, adalah panel kontrol yang berbasis mikroprosesor yang berkomunikasi dengan piranti addressable melalui satu lup. Lup ini dapat diprogram untuk beroperasi pada mode 2 kabel (Class B), atau 4 kabel (Class A), seperti diilustrasikan Gambar 4.1.

(48)

Jumlah piranti addressable yang dapat dihubungkan ke panel kontrol ini maksimum sejumlah 198 piranti, yang terbagi dari 99 piranti pendeteksi dan 99 kontrol modul. Panel ini dapat menampilkan keseluruhan informasi pada layar LCD internal dan atau layar remote LCD-80 termasuk tombol acknowledge,

silence, dan re-set. Sumber tegangan layar LCD-80 ini berasal dari panel kontrol,

dengam jumlah maksimum 4 layar yang terhubung ke panel kontrol. Jika sumber tegangan LCD berasal dari sumber tegangan luar, tidak dari panel kontrol, maka jumlah maksimum layar yang terhubung ke panel kontrol adalah 32.

Terdapat beberapa tombol pada panel kontrol ini, yang fungsinya antara lain : a. Acknowledge/Step

Tombol ini digunakan untuk menonaktifkan penyuara piezo dan mengubah seluruh kondisi yang menyala menjadi normal kembali. Hanya satu kali tekan tombol yang diperlukan untuk menonaktifkan penyuara tanpa melihat jumlah alarm atau kesalahan. Jika penyuara piezo dinonaktifkan, panel kontrol mengirimkan pesan acknowledge ke printer dan catatan sejarah. Acknowledge ini juga secara otomatis mengirimkan perintah ke LCD-80 dan ACS announciator untuk menonaktifkan penyuara piezonya.

b. Alarm Silence

Dengan menekan tombol ini akan melaksanakan keseluruhan fungsi dari tombol

acknowledge. Dengan tambahan, jika terdapat kondisi alarm, panel kontrol akan

menonaktifkan keseluruhan rangkaian penyuara sistem dan menyalakan LED

(49)

dan catatan sejarah. Dengan catatan keadaan alarm berikutnya akan kembali mengaktifkan penyuara sistem.

c. Drill/Evacuate

Panel kontrol menunggu tombol drill untuk ditahan selama dua detik (untuk mencegah pengaktifan yang tidak diinginkan), kemudian mengaktifkan keseluruhan rangkaian notification appliances dan menonaktifkan LED Alarm

Silence. Panel kontrol akan mengirimkan pesan “manual evacuate” ke layar LCD,

LCD-80, printer, dan catatan sejarah.

d. System Reset

Dengan menekan tombol system reset maka akan menonaktifkan keseluruhan

notification appliances, titik panggil manual, hingga piranti pendeteksi, dan

mengirimkan pesan “all system normal” atau keseluruhan sistem normal ke LCD

display, LCD-80, printer, dan catatan sejarah. Ini juga akan mengaktifkan

keseluruhan LED, penyuara piezo, dan layar LCD sepanjang sytem reset dilakukan, juga disebut lamp test. Alarm atau kesalahan apa saja yang terjadi setelah system reset maka akan mengaktifkan penyuara sistem.

Selain tombol-tombol, juga terdapat beberapa LED indikator pada panel kontrol NOTIFIER AFP-200E ini, diantaranya :

a. AC Power dan Fire Alarm

(50)

acknowledge/step ditekan atau jika terjadi keadaan alarm, dan akan mati ketika

tombol system reset ditekan.

b. Pre-Alarm Warning

LED pre-alarm warning berwarna kuning akan berkedip ketika nilai ambang batas untuk pre-alarm tercapai. Layar LCD akan menampilkan apakah itu merupakan kondisi kebakaran atau merupakan kondisi pre-alarm.

c. Supervisory

LED supervisory berwarna kuning akan berkedip ketika terjadi satu atau lebih kondisi pengawasan. LED supervisory juga akan menyala terus menerus ketika tombol acknowledge/step ditekan dan akan mati ketika tombol system reset ditekan.

d. Alarm Silence

LED alarm silence berwarna kuning menyala setelah terjadi keadaan alarm, dan tombol alarm silence ditekan. LED alarm silence akan mati ketika tombol drill atau tombol system reset ditekan.

e. System Trouble

LED system trouble berwarna kuning akan berkedip ketika satu atau lebih kesalahan terjadi dan akan menyala terus menerus ketika tombol

acknowledge/step ditekan. LED system trouble akan mati jika keseluruhan

(51)

4.2. Penentuan Jenis, Peletakan dan Jumlah Piranti

Dalam hal penentuan jenis, peletekan dan jumlah piranti yang digunakan pada bangunan Rumah Sakit Cut Nyak Dien ini, terdapat beberapa syarat yang umum digunakan sesuai dengan NFPA (National Fire Protection Association). Dalam aplikasi Rumah Sakit Cut Nyak Dien, digunakan cakupan selektip sesuai NFPA 72-5.5.2.3. Cakupan Selektip maksudnya perlindungan bangunan hanya pada area terpilih saja. Pendeteksi asap/panas harus ditempatkan seperti diuraikan pada NFPA 72 bab 5.

(52)

Gambar 4.3. Radius peletakan piranti pendeteksi

Peletakan titik panggil manual pada Rumah Sakit Cut Nyak Dien ini memenuhi persayaratan NFPA 72-5.12 dan NFPA 101-9.6 seperti diuraikan di bawah ini.

A. Tiap titik panggil manual harus ditempatkan di sepanjang area yang dilindungi dan antara 3½ kaki (1 meter) hingga 4½ kaki (1,3 meter) di atas permukaan lantai, juga harus menarik perhatian, tanpa halangan, dan dapat mudah diakses. [NFPA 72 5.12.3, 5.12.4, dan 5.12.5]

B. Titik panggil manual harus ditempatkan sekitar 5 kaki dari pintu jalan keluar pada tiap lantai. [NFPA 72 5.12.6]

(53)

D. Tiap titik panggil manual pada suatu sistem harus dapat mudah diakses, tanpa halangan, dan kelihatan. [NFPA 101 9.6.2.6*]

Sedangkan piranti visible/audible pada Rumah Sakit Cut Nyak Dien ini penempatannya sesuai NFPA 72-7 dan NFPA 101-9, seperti diuraikan dibawah ini.

A. Jika kombinasi piranti audible/visible dipasang, penempatan piranti yang dipasang harus sesuai dengan NFPA 72. [NFPA 72 7.4 dan NFPA 72 7.5] B. Semua piranti visible/audible harus ditempatkan pada koridor sesuai

NFPA 72 7.5.4.2

C. Piranti notification appliances harus visible dan audible yang dapat diaktifkan oleh titik panggil manual di dekat masing-masing jalan keluar, atau oleh sistem alarm kebakaran atau sistem sprinkler otomatis diseluruh bangunan. [NFPA 101 9.6.2]

4.2.1. Ruangan Administrasi

Pada ruangan administrasi ditempatkan pendeteksi asap jenis photoelektrik di bagian ruangan yang diasumsikan menggunakan penyejuk ruangan (air conditioner) dan bagian ruangan yang bebas rokok seperti pada bagian medical

records/store, dispensing counters,office,bulk store, payment counters, finance

office, admin office, store, therapy room, exercise room, treatment room, PABX

control room, director’s office dan meeting room. Sedangkan pendeteksi panas

jenis fix ditempatkan di bagian ruangan yang cenderung akan terdapat asap, misalnya asap rokok, seperti pada bagian enterance lobby, checking area, waiting

(54)

staff rest. Piranti terpasang dapat dilihat pada Tabel 4.1 untuk Ruangan

Administrasi Lantai 1 dan Tabel 4.2 untuk Ruangan Administrasi Lantai 2. Tabel 4.1 Piranti Terpasang pada Ruangan Administrasi Lantai 1

Piranti Jenis Merk Jumlah

F Z M - Notifier 1

F C M - Notifier 1

Pendeteksi Asap Photoelektrik System Sensor 17

Pendeteksi Panas Fix System Sensor 13

Titik Panggil Manual - Notifier 2

Lampu Indikator - System Sensor 2

Bel - System Sensor 2

Tabel 4.2 Piranti Terpasang pada Ruangan Administrasi Lantai 2

Piranti Jenis Merk Jumlah

F Z M - Notifier 1

F C M - Notifier 1

Pendeteksi Asap Photoelektrik System Sensor 5

Pendeteksi Panas Fix System Sensor 9

Titik Panggil Manual - Notifier 2

Lampu Indikator - System Sensor 2

Bel - System Sensor 2

4.2.2. Ruangan Accident & Emergency Department

Pada ruangan accident & emergency depertment ditempatkan pendeteksi asap jenis photoelektrik di bagian ruangan yang diasumsikan menggunakan penyejuk ruangan (air conditioner) dan bagian ruangan yang bebas rokok seperti pada bagian triage, treatment, resuscitation, call room, store, dan consultation. Sedangkan pendeteksi panas jenis fix ditempatkan di bagian ruangan yang cenderung akan terdapat asap, misalnya asap rokok, seperti pada bagian

enterance, staff rest, disposal, observation, dan waiting area. Piranti terpasang

dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Piranti Terpasang pada Ruangan Accident & Emergency Department

Piranti Jenis Merk Jumlah

(55)

F C M - Notifier 1 Pendeteksi Asap Photoelektrik System Sensor 8

Pendeteksi Panas Fix System Sensor 15

Titik Panggil Manual - Notifier 2

Lampu Indikator - System Sensor 2

Bel - System Sensor 2

4.2.3. Ruangan Radiology Departement

Pada ruangan radiology department ditempatkan pendeteksi asap jenis photoelektrik di bagian ruangan yang diasumsikan menggunakan penyejuk ruangan (air conditioner) dan bagian ruangan yang bebas rokok seperti pada bagian office, IVU, control room, FCR, CT scan room, operation room dan ultra

sound room. Sedangkan pendeteksi panas jenis fix ditempatkan di bagian ruangan

yang cenderung akan terdapat asap, misalnya asap rokok, seperti pada bagian

waiting area, staff rest dan disposal. Piranti terpasang dapat dilihat pada Tabel

4.4.

Tabel 4.4 Piranti Terpasang pada Ruangan Radiology Department

Piranti Jenis Merk Jumlah

F Z M - Notifier 1

F C M - Notifier 1

Pendeteksi Asap Photoelektrik System Sensor 9

Pendeteksi Panas Fix System Sensor 9

Titik Panggil Manual - Notifier 2

Lampu Indikator - System Sensor 2

Bel - System Sensor 2

4.2.4. Ruangan Operation Theatres

Ruangan operation theatres dibagi menjadi dua zona. Pendeteksi asap jenis photoelektrik ditempatkan di bagian ruangan yang diasumsikan menggunakan penyejuk ruangan (air conditioner) dan bagian ruangan yang bebas rokok seperti pada bagian linen, autoclave, anaesthetic, office dan operating

(56)

cenderung akan terdapat asap, misalnya asap rokok, seperti pada bagian waiting

area, disposal, staff rest, dan corridor. Piranti terpasang dapat dilihat pada Tabel

4.5.

Tabel 4.5 Piranti Terpasang Ruangan Operating Theatres

Piranti Jenis Merk Jumlah

F Z M - Notifier 2

F C M - Notifier 2

Pendeteksi Asap Photoelektrik System Sensor 12

Pendeteksi Panas Fix System Sensor 25

Titik Panggil Manual - Notifier 3

Lampu Indikator - System Sensor 4

Bel - System Sensor 4

4.2.5. Ruangan CSSD

Pada ruangan CSSD ditempatkan pendeteksi asap jenis photoelektrik di bagian ruangan yang diasumsikan menggunakan penyejuk ruangan (air conditioner) dan bagian ruangan yang jarang diawasi seperti pada bagian

equipment room, linen store, supplies, dan office. Sedangkan pendeteksi panas

jenis fix ditempatkan di bagian ruangan yang cenderung akan terdapat asap, misalnya asap rokok, seperti pada bagian staff rest, packing, sterilization, dan

despach. Piranti terpasang dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Piranti Terpasang Ruangan CSSD

Piranti Jenis Merk Jumlah

F Z M - Notifier 1

F C M - Notifier 1

Pendeteksi Asap Photoelektrik System Sensor 7

Pendeteksi Panas Fix System Sensor 8

Titik Panggil Manual - Notifier 2

Lampu Indikator - System Sensor 2

(57)

4.2.6 Ruangan ICU/HD

Pada ruangan ICU/HD ditempatkan pendeteksi asap jenis photoelektrik di bagian ruangan yang diasumsikan menggunakan penyejuk ruangan (air conditioner) dan bagian ruangan yang bebas rokok seperti pada bagian ICU, HD, dan equipment room. Sedangkan pendeteksi panas jenis fix ditempatkan di bagian ruangan yang cenderung akan terdapat asap, misalnya asap rokok, seperti pada bagian autoclave, staff rest, dan corridor. Piranti terpasang dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Piranti Terpasang Ruangan ICU/HD

Piranti Jenis Merk Jumlah

F Z M - Notifier 1

F C M - Notifier 1

Pendeteksi Panas Fix System Sensor 9

Pendeteksi Asap Photoelektrik System Sensor 11

Titik Panggil Manual - Notifier 2

Lampu Indikator - System Sensor 2

Bel - System Sensor 2

4.2.7. Ruangan Mortuary/PLN & Workshop/Generator Room

Pada ruangan mortuary & generator room ditempatkan pendeteksi asap jenis photoelektrik di bagian ruangan yang diasumsikan terdapat peralatan kontrol dan bagian ruangan yang bebas rokok seperti pada bagian control room, offine,

mortuary, dan store. Sedangkan pendeteksi panas jenis fix ditempatkan di bagian

ruangan yang cenderung akan terdapat asap seperti pada bagian viewing room,

reception, workshop, dan generator room. Piranti terpasang dapat dilihat pada

Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Piranti Terpasang Ruangan Mortuary & Generator Room

Piranti Jenis Merk Jumlah

F Z M - Notifier 1

(58)

Pendeteksi Asap Photoelektrik System Sensor 6

Pendeteksi Panas Fix System Sensor 12

Titik Panggil Manual - Notifier 2

Lampu Indikator - System Sensor 2

Bel - System Sensor 2

4.2.8. Ruangan Materials Management

Pada ruangan materials management ditempatkan pendeteksi asap jenis photoelektrik di bagian ruangan yang diasumsikan menggunakan penyejuk ruangan (air conditioner) dan bagian ruangan yang bebas rokok seperti pada bagian materials dan cold store. Sedangkan pendeteksi panas jenis R-O-R ditempatkan di bagian ruangan yang terdapat bahan yang mudah terbakar seperti pada bagian medical gas store. Piranti terpasang dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Piranti Terpasang Ruangan Materials Management

Piranti Jenis Merk Jumlah

F Z M - Notifier 1

F C M - Notifier 1

Pendeteksi Asap Photoelektrik System Sensor 3 Pendeteksi Panas Rate of Rise System Sensor 1

Titik Panggil Manual - Notifier 1

Lampu Indikator - System Sensor 1

Bel - System Sensor 1

4.2.9. Ruangan O & G Ward

Pada ruangan O&G ward ditempatkan pendeteksi asap jenis photoelektrik di bagian ruangan yang diasumsikan menggunakan penyejuk ruangan (air conditioner) dan bagian ruangan yang bebas rokok seperti pada bagian birthing

room, dan patient room. Sedangkan pendeteksi panas jenis fix ditempatkan di

(59)

Tabel 4.10 Piranti Terpasang Ruangan O&G Ward

Piranti Jenis Merk Jumlah

F Z M - Notifier 1

F C M - Notifier 1

Pendeteksi Asap Photoelektrik System Sensor 19

Pendeteksi Panas Fix System Sensor 20

Titik Panggil Manual - Notifier 2

Lampu Indikator - System Sensor 2

Bel - System Sensor 2

4.2.10. Ruangan Paediatrics Ward

Pada ruangan paediatrics ward ditempatkan pendeteksi asap jenis photoelektrik di bagian ruangan yang diasumsikan menggunakan penyejuk ruangan (air conditioner) dan bagian ruangan yang bebas rokok seperti pada bagian neo natal room dan patient room. Sedangkan pendeteksi panas jenis fix ditempatkan di bagian ruangan yang cenderung akan terdapat asap, misalnya asap rokok, seperti pada bagian nurse station, rest area, staff rest dan corridor. Piranti terpasang dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Piranti Terpasang Ruangan Paediatrics Ward

Piranti Jenis Merk Jumlah

F Z M - Notifier 1

F C M - Notifier 1

Pendeteksi Asap Photoelektrik System Sensor 15

Pendeteksi Panas Fix System Sensor 12

Titik Panggil Manual - Notifier 2

Lampu Indikator - System Sensor 2

Bel - System Sensor 2

4.2.11. Ruangan Clinical Lab/Blood Bank

(60)

Sedangkan pendeteksi panas jenis fix ditempatkan di bagian ruangan yang cenderung akan terdapat asap, misalnya asap rokok, seperti pada bagian blood

donation, waiting, dan corridor. Sedangkan pendeteksi panas jenis R-O-R

ditempatkan pada bagian ruangan yang tersimpan bahan yang mudah terbakar seperti pada flammable store. Piranti terpasang dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12 Piranti Terpasang Ruangan Clinical Lab/Blood Bank

Piranti Jenis Merk Jumlah

F Z M - Notifier 1

F C M - Notifier 1

Pendeteksi Asap Photoelektrik System Sensor 9

Pendeteksi Panas Fix System Sensor 12

Rate of Rise System Sensor 1

Titik Panggil Manual - Notifier 2

Lampu Indikator - System Sensor 2

Bel - System Sensor 2

4.2.12. Ruangan General Ward

Pada ruangan general ward ditempatkan pendeteksi asap jenis photoelektrik di bagian ruangan yang diasumsikan menggunakan penyejuk ruangan (air conditioner) dan bagian ruangan yang bebas rokok seperti pada bagian supplies, isolation room, dan patient room. Sedangkan pendeteksi panas jenis fix ditempatkan di bagian ruangan yang cenderung akan terdapat asap, misalnya asap rokok, seperti pada bagian family rest area, pantry, nurse station, dan corridor. Piranti terpasang dapat dilihat pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13 Piranti Terpasang Ruangan General Ward

Piranti Jenis Merk Jumlah

F Z M - Notifier 1

F C M - Notifier 1

Pendeteksi Asap Photoelektrik System Sensor 22

Pendeteksi Panas Fix System Sensor 15

Titik Panggil Manual - Notifier 2

Lampu Indikator - System Sensor 2

(61)

4.2.13. Ruangan House Keeping

Pada ruangan house keeping ditempatkan hanya pendeteksi asap jenis photoelektrik karena terdapat bahan-bahan kain. Piranti terpasang dapat dilihat pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14 Piranti Terpasang Ruangan House Keeping

Piranti Jenis Merk Jumlah

F Z M - Notifier 1

F C M - Notifier 1

Pendeteksi Asap Photoelektrik System Sensor 5

Pendeteksi Panas - System Sensor 0

Titik Panggil Manual - Notifier 2

Lampu Indikator - System Sensor 2

Bel - System Sensor 2

4.2.14. Ruangan Catering/Kitchen

Pada ruangan catering/kitchen ditempatkan hanya pendeteksi panas jenis

fix karena cenderung akan dihasilkan banyak asap hasil dari proses memasak

makanan dan asap rokok. Piranti terpasang dapat dilihat pada Tabel 4.15. Tabel 4.15 Piranti Terpasang Ruangan Catering/Kitchen

Piranti Jenis Merk Jumlah

F Z M - Notifier 1

F C M - Notifier 1

Pendeteksi Asap - System Sensor 0

Pendeteksi Panas Fix System Sensor 16

Titik Panggil Manual - Notifier 2

Lampu Indikator - System Sensor 2

Bel - System Sensor 2

4.2.15. Ruangan Class A Ward

(62)

di bagian ruangan yang cenderung akan terdapat asap, misalnya asap rokok, seperti pada bagian patient’s lounge dan corridor. Piranti terpasang dapat dilihat pada Tabel 4.16.]

Tabel 4.16 Piranti Terpasang Ruangan Class A Ward

Piranti Jenis Merk Jumlah

F Z M - Notifier 1

F C M - Notifier 1

Pendeteksi Asap Photoelektrik System Sensor 12

Pendeteksi Panas Fix System Sensor 10

Titik Panggil Manual - Notifier 2

Lampu Indikator - System Sensor 2

Bel - System Sensor 2

4.2.16. Ruangan Outpatient Clinics

Pada ruangan outpatient clinics ditempatkan pendeteksi asap jenis photoelektrik di bagian ruangan yang diasumsikan menggunakan penyejuk ruangan (air conditioner) dan bagian ruangan yang bebas rokok seperti pada bagian office, laboratory, dental room dan consultaion room. Sedangkan pendeteksi panas jenis fix ditempatkan di bagian ruangan yang cenderung akan terdapat asap, misalnya asap rokok, seperti pada bagian reception dan corridor. Piranti terpasang dapat dilihat pada Tabel 4.17.

Tabel 4.17 Piranti Terpasang Ruangan Class A Ward

Piranti Jenis Merk Jumlah

F Z M - Notifier 1

F C M - Notifier 1

Pendeteksi Asap Photoelektrik System Sensor 16

Pendeteksi Panas Fix System Sensor 16

Titik Panggil Manual - Notifier 2

Lampu Indikator - System Sensor 2

(63)

Untuk menentukan kabel yang digunakan merujuk pada Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-3985-2000 seperti diuraikan di bawah ini : [12.2.7]

A. Untuk sistem deteksi harus digunakan kabel dari ukuran penampang tidak boleh lebih kecil dari 0,6 mm2. [12.2.7.1]

B. Untuk sistem alarm dan catu harus digunakan kabel dengan ukuran penampang tidak boleh lebih kecil dari 1,5 mm2. [12.2.7.2]

C. Kabel NYA dapat digunakan, namun pemasangannya harus dalam pipa konduit. [12.2.7.3]

D. Penampang kabel dipilih sedemikian rupa sehingga pada beban kerja maksimum, penurunan tegangan di titik terjauh dari panel kontrol tidak boleh lebih dari 5%. [12.2.7.9]

E. Sepanjang hantaran tidak boleh ada sambungan. [12.2.7.11]

F. Penyambungan kabel dengan masing-masing detektor harus di dalam detektor, kecuali untuk detektor jenis kedap air. Kabel untuk sistem deteksi dan alarm kebakaran tidak boleh disatukan dengan kabel instalasi listrik. [12.2.7.13]

Selain mengikuti rujukan SNI, untuk menentukan jenis dan ukuran kabel yang digunakan pada Sistem Alarm Kebakaran pada Rumah Sakit Cut Nyak Dien, digunakan metode penghitungan jatuh tegangan pada kabel dengan menggunakan persamaan :

CM =

... (4.1)

(64)

Untuk kabel tembaga K = 12,9 I = Arus beban di titik terjauh (A)

L = Jarak antara titik beban ke sumber tegangan (kaki) CM = Circular Mills kabel, Tabel dapat dilihat pada Lampiran 1

Merujuk pada SNI, jatuh tegangan pada titik terjauh tidak boleh lebih dari 5%. Karena sumber tegangan yang digunakan adalah 24 volt, maka jatuh tegangan tidak boleh lebih besar dari 1,2 volt.

Untuk menentukan jenis dan ukuran kabel yang digunakan sebagai penghubung antara panel kontrol dengan FZM/FCM, maka persamaan 4.1 diatas digunakan, yaitu :

CM =

=

= 7310 Circular Mills

Berdasarkan Tabel American Wire Gauges untuk kabel tembaga, ukuran 7310 CM tidak ada, tetapi digunakan prinsip pendekatan, maka kabel yang digunakan berukuran 8226 CM. Untuk itu maka kabel yang digunakan berukuran 11 AWG atau berdiameter 2,3 mm.

Untuk menentukan jenis dan ukuran kabel yang digunakan sebagai penghubung antara FZM/FCM dengan piranti, persamaan 4.1 diatas juga digunakan, yaitu :

(65)

=

= 2679,76 Circular Mills

Berdasarkan Tabel American Wire Gauges untuk kabel tembaga, ukuran 2679,76 CM tidak ada, tetapi digunakan prinsip pendekatan, maka kabel yang digunakan berukuran 3260 CM. Untuk itu maka kabel yang digunakan berukuran 15 AWG atau berdiameter 1,45 mm.

Mengikuti perhitungan-perhitungan di atas, minimal kabel yang digunakan pada sistem alarm kebakaran di Rumah Sakit Cut Nyak Dien ini adalah kabel NYA 2x4 mm2, NYA 2x1,5 mm2 dan kabel Twisted Shelded 11 AWG. Gambar hubungan pengkabelan antar tiap piranti dan antar tiap ruangan juga diagram pengkabelan dari Sistem Alarm Kebakaran dapat dilihat pada Lampiran 1. Sedangkan data sheet piranti-piranti yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 2.

4.4. Penentuan Baterai Cadangan

Selain menggunakan sumber tegangan listrik 220/240 VAC sebagai sumber tenaga utama, panel AFP-200 ini juga menggunakan baterai cadangan yang digunakan jika terjadi kegagalan dari sumber tenaga utama. Untuk menghitung kebutuhan baterai cadangan untuk Sistem Alarm Kebakaran pada Rumah Sakit Cut Nyak Dien, digunakan Tabel A-4 dari Manual Book AFP-200 seperti diperlihatkan pada Tabel 4.20. Sedangkan untuk perhitungan arus beban sistem dalam keadaan standby dan keadaan alarm terlihat pada Tabel 4.18 dan Tabel 4.19.

(66)

Equipment Quantity Arus Standby (A)

Jumlah (A) Pendeteksi Asap 174 0,00012 0,02088

Panel AFP-200 1 0,1 0,1

LCD-80 1 0,05 0,05

FZM 18 0,0051 0,0918

FCM 18 0,0065 0,117

Jumlah (A) 0,37968

Tabel 4.19 Arus Beban dalam Keadaan Alarm

Equipment Quantity Arus Alarm

(A)

Tabel 4.20 Total Kebutuhan Sumber Tenaga Cadangan pada Tegangan 24 VDC

(67)

tidak ada ukuran baterai seperti itu, maka baterai yang digunakan adalah baterai 12 volt 12 AH sebanyak dua buah.

(68)

Mulai

Lihat Site Plan

Tentukan Sistem

Tentukan Cakupan

Tentukan Piranti Terpasang dan

Peletakannya

Sesuai dengan NFPA dan SNI

Selesai Tidak

Ya Tentukan Kabel

Tentukan Sumber Tenaga Cadangan

(69)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

a. Sistem konvensional merupakan sistem yang hemat biaya tetapi kurang efektif dalam pendeteksian.

b. Sistem addressable merupakan sistem yang sangat efektif karena mampu melakukan pendeteksian satu titik tetapi memerlukan biaya yang besar. c. Sistem semi addressable cukup efektif sebagai sistem alarm kebakaran

dan tidak memerlukan biaya yang besar.

d. Pendeteksi asap lebih efektif dalam hal pendeteksian dibandingkan pendeteksi panas.

e. Jika terjadi kegagalan sumber tenaga utama, maka sumber tenaga cadangan harus mampu menyuplai tegangan sedikitnya 24 jam untuk

standby dan lima menit ketika keadaan alarm.

f. Rangkaian Class A lebih baik dibanding rangkaian class B karena rangkaian class A mampu mengatasi penurunan sumber tegangan pada piranti.

g. Terdapat tiga elemen dasar penyusun sistem alarm kebakaran, yaitu :

 Piranti masukan, yaitu : pendeteksi panas, pendeteksi asap, dan titik

panggil manual.

Panel kontrol, yaitu : panel konvensional dan panel addressable.

 Piranti keluaran, yaitu : klakson, bel elektronik, speaker, strobe

(70)

Saran

a. Paling baik, jika memungkinkan, digunakan pendeteksi asap sebagai piranti pendeteksi secara keseluruhan.

b. Digunakan sistem addressable untuk Sistem Alarm Kebakaran agar sistem menjadi lebih baik.

(71)

56

DAFTAR PUSTAKA

1. _______, “ 2003 National Fire Codes NFPA 72 “, 2002 Edition, National Fire Protection Association, United States of America.

2. _______, “ 2003 National Fire Codes NFPA 101 “, 2003 Edition, National Fire Protection Association, United States of America.

3. _______, “ SNI 03-3985-2000, Tata cara perencanaan, pemasangan dan

pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk pencegahan

bahaya kebakaran pada bangunan gedung “, Badan Standarisasi

Nasional, Indonesia.

4. _______, “ SNI 04-0225-2000, Persyaratan Umum Instalasi Listrik

(PUIL 2000) “, Badan Standarisasi Nasional, Indonesia.

5. Reynolds, Mc. Guinness Stein, “ Mechanical And Electrical Equipment

For Buildings “.

6. Arsip User’s Manual “ AFP-200 Analog Fire Panel Instruction Manual

Release 2 “, Notifier, Australia.

7. Honeywell, “ Intelligent Control Panel SLC Wiring Manual “, Notifier, Australia.

(72)
(73)
(74)

 

(75)
(76)

Agency Listings

5600 Series Mechanical

Heat Detectors

System Sensor’s 5600 series mechanical heat detectors

offer a low-cost means for property protection against

fire, and for non-life-safety installations where smoke

detectors are inappropriate.

Features

Multiple configurations for installations: – Single- and dual-circuit models

– Fixed temp and combination ixed- temp/rate-of-rise 135°F or 194°F ratings.

Plain housing for residential installations (Model 5601P)

Easy-to-use terminal screws

A broad range of back box mounting options: – Single gang

– 3.5˝ and 4˝ Octagonal

– 4˝ square with square to round plaster ring

Reversible mounting bracket

Multiple configurations. The 5600 series ofers a full-line of conigurations to accommodate a broad range of applications. Both single- and dual-circuit models are available for low- and high-temperature ratings with either ixed high-temperature or combination ixed temperature/rate-of-rise (ROR) activation. The ROR element of the ixed/ROR models is restorable to accommodate ield-testing.

Installation flexibility. To satisfy a variety of installation needs, the 5600 series easily mounts to single-gang and octagonal back boxes. And these models accommodate four-square back boxes, when used with a square to round plaster ring. The reversible mounting bracket permits both lush- and surface-mount back box installations.

Gambar

Gambar 2.8 Notification Appliances : Klakson (a), Bel Elektronik (b), Speaker
Gambar 3.1 Sistem Konvensional
Gambar 3.2 Panel Konvensional
Gambar 3.3.
+7

Referensi

Dokumen terkait