• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemutaran Film Kb Terhadap Perilaku Partisipasi Masyarakat Ber-Kb Di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pemutaran Film Kb Terhadap Perilaku Partisipasi Masyarakat Ber-Kb Di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2014"

Copied!
180
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMUTARAN FILM KB TERHADAP

PERILAKU PARTISIPASI MASYARAKAT BER-KB

DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

TAHUN 2014

SKRIPSI

OLEH

EFFI JANIARTI

101000004

(2)

PENGARUH PEMUTARAN FILM KB TERHADAP

PERILAKU PARTISIPASI MASYARAKAT BER-KB

DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

TAHUN 2014

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

EFFI JANIARTI

NIM : 101000004

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Jumlah penduduk setiap tahun mengalami peningkatan yang sangat pesat. Keluarga berencana merupakan salah satu solusi yang ditawarkan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Untuk meningkatkan cakupan jumlah partisipasi masyarakat yang menggunakan alat kontrasepsi, pemerintah menggunakan beberapa media sebagai media sosialisasi kepada masyarakat salah satunya dengan menggunakan media Film KB.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional

yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pemutaran Film KB dengan perilaku partisipasi masyarakat ber-KB di Kabupaten Aceh Singkil tahun 2014 dengan jumlah pasangan usia subur 17,431 orang. Besar sampel sebanyak 95 orang dengan pemilihan sampel dilakukan secara proporsional random sampling. Analisis data menggunakan analisis bivariat dengan uji chi square.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa masyarakat di Kabupaten Aceh Singkil memiliki keputusan untuk menggunakan alat konterasepsi sebesar 43,2%, komunikasi dua arah sebanyak 69,5%, tanggung jawab baik sebanyak 98,9% dan mengikuti perubahan baik sebanyak 51,6%. Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara pemutaran Film KB dengan keputusan partisipasi masyarakat dalam menggunakan alat kontersepsi di Kabupaten Aceh Singkil (p<0,05).

Dari hasil penelitian disarankan Kepada pihak Pasangan Usia Subur (PUS) di Kabupaten Aceh Singkil untuk terus mempertahankan dan meningkatkan partisipasinya dalam penggunaan program KB. Kepada pihak dinas BPPKS untuk terus mempertahankan, menjalankan dan meningkatkan program pemutaran Film KB di masyarakat serta diharapkan membuat media alternatif lain untuk mensosialisasikan program KB.

(5)

ABSTRACT

Population of amount has to quicklye very year. KB is of one solutions offered to reduce the quickly rate of the population. For the Increase amount for participation of people within used contraceptions, the government used some of the media for socialiszation KB film to the public.

Researching used cross sectional Plan to the connections analyze for KB Film with the public attitude. 17.431 couples of childbearing in 2104 at Kabupaten Aceh Singkil. 95 people choosing with Proporsional Random Sampling. analysing using the bivariate analysis within chi square test.

43.2% resultsof this Research to used contraceptions at Kabupaten Aceh Singkil, 69.5% feedback communications result, 98.9% take the risk and as 51.6% following trending of the year. Statistically both Connections about KB film with public choose to used of contraceptions at Kabupaten Aceh SIngkilis (p <0.05).

The Researched result the suggested for people that increase participation in the used KB programs at Kabupaten Aceh Singkil. BPPKS Corporations be expected to increase the turning KB Film Programs and be expected to make other alternative media forsocialiszation KB programs.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Effi Janiarti

Tempat Lahir : Sidorejo

Tanggal lahir : 8 April 1992

Suku Bangsa : Jawa

Agama : Islam

Nama Ayah : Ayah Mujani

Suku Bangsa Ayah : Jawa

Nama Ibu : Ibu Ngatiah

Suku Bangsa Ibu : Jawa

Pendidikan Formal

1. SD/Tamat tahun : SDN 1 Silabuhan /2004

2. SLTP/Tamat tahun : SMPN 1 Gunung Meriah/2007

3. SLTA/Tamat tahun : SMA 1 Gunung Meriah/2010

4. Akademik/Tamatan tahun : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara/2015

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat

dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“PENGARUH PEMUTARAN FILM KB TERHADAP PERILAKU

PARTISIPASI MASYARAKAT BER-KB DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

TAHUN 2014”.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedu orang tua,

Ayahanda Muzani dan Ibunda tercinta Ngatiah, yang telah membesarkan

mendidik dan membimbing penulis dengan penuh kasih sayang. Terimakasih

sebesar-besarnya atas dukungan, nasehat dan doa yang selalu diberikan kepada

penulis.

Dalam menulis skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dukungan

materil dan moral dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini,

dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terimkasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumaatera Utara.

2. Bapak Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes selaku dosen pembimbing I dan

dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memberikan

(8)

3. Ibu Dr. Namora Lumongga Lubis, MSc, PhD selaku pembimbing II yang

telah memberikan bimbingan dan mengarahkan penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs, Tukiman, MKM selaku penguji I dan Kepala Bagian

Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan

saran dan penyempurnan penulisan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM selaku penguji II yang telah

banyak memberikan saran dan penyempurnaan penulisan skripsi ini.

6. Seluruh staf pengajardi FKM USU dan dosen PKIP yaitu Ibu Lita Sri

Andayani, SKM, M.Kes, Ibu Linda T. Maas, MPH, Ibu Dra.Syarifah, MS,

Bapak Drs. Eddy Syahrial, MS serta pegawai di departemen PKIP Bapak

Warsito yang telah banyak membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.

7. Bapak Drs. Azmi selaku Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Singkil yang

telah memberikan izin untuk melakukan penelitian kepada penulis.

8. Masyarakat Kabupaten Aceh Singkil yang telah bersedia meluangkan

waktunya untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

9. Keluarga besar penulis tersayang, berkat do’a dan dukungan semuanya

penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

10.Adik-adikku tersayang Ratih Widya Sari dan Roby Darmawan yang telah

(9)

11.Uda Mukhyat Fahlevi, ST yang selama ini telah memberi motivasi,

masukan, dukungan, dan semangat dalam semua hal, serta selalu

mendoakan penulis, terimakasih atas semuanya sayang.

12.Teman-teman kubui tercinta Dian Fifit Sundari, Desi Ratna Sari , Entywe

Habeahan, Ranika Harahap, dan Julita Arnis atas dukungan, do’a dan

semangat yang diberikan kepada penulis, terimakasih atas dukungan dan

kebersamaannya selama ini.

13.Temen kecil ku tercinta Puja Anggraini, terimakasih atas doa dan

dukungannya selama ini sayang.

14.Teman-teman PKIP tercinta yang super kece, Siti Kurniawati, Only

Yosephin Simanungkalit, Bernike Sofia Zega, Wanda Purba, Dewi Sarah,

Asnija Sinambela, Kak Kristina Purba, Kak Ira Wati Gultom, kak Elvita

Nora, Kak Eka, Fitri Hairani Manurung, Shella Monica, dan semua

teman-teman PKIP kece yang tidak disebutkan satu persatu, terimakasih doa dan

dukungannya.

15.Abang Ahmad Sungadi, SKM. Terimaksih buat Judul skripsinya, doa dan

motivasinya selama ini.

16.Mbak Ayu, Etek Lia, Mami, Bunda, Mandeh, Wina dan Wita, terimakasih

buat semuanya.

17.Anggun pesek, Arif Cupeng, Andi, Nissa, dan Yati, terimakasih doa dan

(10)

18.Dan semua pihak yang telah memberikan bantuan untuk kelancaran

pembuatan skripsi penulis, penulis ucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya.

Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua

dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Amin.

Medan, Juni 2015

Penulis

(11)

DAFTAR ISI

2.4.4.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi ... 32

2.5. .. Masyarakat ... 35

2.6. .. Keluarga Berencana (KB) ... 37

2.6.1.Tujuan Keluarga Berencana ... 38

2.6.2.Sasaran dan Target Keluarga Berencana ... 39

2.6.3.Pelayanan Keluarga Berencana ... 39

2.6.4.Aksektor Keluarga Berencana ... 41

(12)

3.2. .. Lokasi Penelitian ... 43

3.3. .. Populasi dan Sampel ... 43

3.3.1.Populasi ... 43

3.3.2.Sampel ... 43

3.4. .. Metode Pengumpulan Data ... 45

3.4.1.Data Primer ... 45

3.4.2.Data Sekunder ... 45

3.5. .. Variabel Penelitian dan Defisiensi Operasional ... 45

3.5.1.Variabel Penelitian ... 45

3.5.2.Definisi Operasional ... 45

3.6. .. Aspek Pengukuran dan Instrumen ... 46

3.6.1.Aspek Pengukuran ... 46

3.6.2.Instrumen ... 49

3.7 Analisis Data ... 49

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 50

4.1. Gambaran Tentang Kabupaten Aceh Singkil ... 50

4.1.1. Lokasi ... 50

4.2. Hasil Analisa Univariat ... 50

4.2.1. Pemutaran Film KB ... 51

4.2.2. Partisipasi Masyarakat ... 51

4.3. Hasil Analisa Bivariat ... 62

BAB V. PEMBAHASAN ... 66

5.1. Film KB ... 66

5.2. Partisipasi Masyarakat Ber-KB ... 68

5.2.1. Keputusan Masyarakat Kabupaten Aceh Singkil Tentang Partisipasi Masyarakat Ber-KB ... 68

5.2.2. Komunikasi Dua Arah Masyarakat Kabupaten Aceh Singkil Tentang Partisipasi Masyarakat Ber-KB ... 71

5.2.3. Tanggung Jawab Masyarakat Kabupaten Aceh Singkil Tentang Partisipasi masyarakat Ber-KB ... 72

5.2.4. Mengikuti Perubahan Dalam Partisipasi Masyarakat Ber-KB ... 75

5.3 HubunganPemutaran Film KB Dengan Keputusan Partisipasi Ber-KB Responden ... 77

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 79

6.1. Kesimpulan ... 79

6.2. Saran ... 80 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN :

Lampiran 1. Pedoman Wawancara

Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 3. Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian dari Kantor Bupati Aceh Singkil

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pemutaran Film KB ... 51 Tabel 4.2 Distribusi Mengenai Keputusan Responden Dalam

Menggunakan Alat Konterasepsi (ber-KB/tidak ber-KB) .... 52

Tabel 4.3 Distribusi Mengenai Alat Konterasepsi Apa Yang Digunakan Responden ...

52

Tabel 4.4 Distribusi Mengenai Alasan Responden Memilih Alat Konterasepsi yang Digunakan ...

53

Tabel 4.5 Distribusi Mengenai Kenyamanan Responden Dengan Alat Konterasepsi Yang Digunakan ...

53

Tabel 4.6 Mengenai Manfaat Film KB Yang Sudah Ada Terhadap Responden ...

53

Tabel 4.7 Distribusi Mengenai Pernah Atau Tidaknya Responden Mendapatkan Program KB Gratis ...

54

Tabel 4.8 Distribusi Mengenai Apakah Film Kb Membuat Responden Lebih Bersemangat Menjalankan Program KB .

54

Tabel 4.9 Distribusi Mengenai Apakah Pasangan Responden Mendukung Tentang Program KB Yang Digunakan ...

54

Tabel 4.10 Distribusi Mengenai Apakah Responden Pernah Mendapatkan Penyuluhan Atau Pendidikan KB Yang Diberikan Oleh Petugas Kesehatan ... 55 Tabel 4.11 Distribusi Mengenai Apakah Responden Pernah Datang

Kepetugas Pelayanan Kesehatan Untuk Mendapatkan Informasi Tentang KB ... 55 Tabel 4.12 Distribusi Mengenai Apakah Petugas Memberikan

penjelasan Kepada Responden Tentang Program KB Dan Cara Menggunakannya ... 56 Tabel 4.13 Distribusi Mengenai Apakah Petugas Pelayanan Kesehatan

Memaksa Responden Untuk Memakai Salah Satu Program KB ... 56 Tabel 4.14 Distribusi Mengenai Apakah Responden Memilih Sendiri

(14)

Responden ... 57

Tabel 4.16 Distribusi Mengenai Apakah Petugas Memberikan Informasi Tentang Efek Samping Jenis Alat Konterasepsi Yang Dipilih... 57

Tabel 4.17 Distribusi Mengenai Apakah Responden Pernah Bertanya Kepada Petugas Pelayanan Kesehatan Saat Akan Menggunakan Program KB ... 58

Tabel 4.18 Distribusi Mengenai Apakah Suami/Istri Responden Mengetahui Jika Responden Menggunakan Program KB .... 58 Tabel 4.19 Distribusi Mengenai Tanggung Jawab Responden ... 58

Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Tanggung Jawab Responden ... 60

Tabel 4.21 Distribusi Mengenai Mengikuti Perubahan ... 60

Tabel 4.22 Distribusi Frekuensi Mengikuti Perubahan ... 62 Tabel 4.23 Hasil Uji Chi Square Hubungan Variabel Pemutaran Film

KB Dengan Keputusan Responden ... 62

Tabel 4.24 Hasil Uji Chi Square Hubungan Variabel Pemutaran Film KB Dengan Komunikasi Dua Arah Responden ...

63

Tabel 4.25 Hasil Uji Chi Square Hubungan Variabel Pemutaran Film KB Dengan Tanggung Jawab Responden ...

63

Tabel 4.26 Hasil Uji Chi Square Hubungan Variabel Pemutaran Film KB Dengan Responden Mengikuti Perubahan ...

(15)

ABSTRAK

Jumlah penduduk setiap tahun mengalami peningkatan yang sangat pesat. Keluarga berencana merupakan salah satu solusi yang ditawarkan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Untuk meningkatkan cakupan jumlah partisipasi masyarakat yang menggunakan alat kontrasepsi, pemerintah menggunakan beberapa media sebagai media sosialisasi kepada masyarakat salah satunya dengan menggunakan media Film KB.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional

yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pemutaran Film KB dengan perilaku partisipasi masyarakat ber-KB di Kabupaten Aceh Singkil tahun 2014 dengan jumlah pasangan usia subur 17,431 orang. Besar sampel sebanyak 95 orang dengan pemilihan sampel dilakukan secara proporsional random sampling. Analisis data menggunakan analisis bivariat dengan uji chi square.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa masyarakat di Kabupaten Aceh Singkil memiliki keputusan untuk menggunakan alat konterasepsi sebesar 43,2%, komunikasi dua arah sebanyak 69,5%, tanggung jawab baik sebanyak 98,9% dan mengikuti perubahan baik sebanyak 51,6%. Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara pemutaran Film KB dengan keputusan partisipasi masyarakat dalam menggunakan alat kontersepsi di Kabupaten Aceh Singkil (p<0,05).

Dari hasil penelitian disarankan Kepada pihak Pasangan Usia Subur (PUS) di Kabupaten Aceh Singkil untuk terus mempertahankan dan meningkatkan partisipasinya dalam penggunaan program KB. Kepada pihak dinas BPPKS untuk terus mempertahankan, menjalankan dan meningkatkan program pemutaran Film KB di masyarakat serta diharapkan membuat media alternatif lain untuk mensosialisasikan program KB.

(16)

ABSTRACT

Population of amount has to quicklye very year. KB is of one solutions offered to reduce the quickly rate of the population. For the Increase amount for participation of people within used contraceptions, the government used some of the media for socialiszation KB film to the public.

Researching used cross sectional Plan to the connections analyze for KB Film with the public attitude. 17.431 couples of childbearing in 2104 at Kabupaten Aceh Singkil. 95 people choosing with Proporsional Random Sampling. analysing using the bivariate analysis within chi square test.

43.2% resultsof this Research to used contraceptions at Kabupaten Aceh Singkil, 69.5% feedback communications result, 98.9% take the risk and as 51.6% following trending of the year. Statistically both Connections about KB film with public choose to used of contraceptions at Kabupaten Aceh SIngkilis (p <0.05).

The Researched result the suggested for people that increase participation in the used KB programs at Kabupaten Aceh Singkil. BPPKS Corporations be expected to increase the turning KB Film Programs and be expected to make other alternative media forsocialiszation KB programs.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut data Badan Kependudukan PBB (UNFPA), jumlah penduduk

dunia tahun 2010 mencapai 7 miliar jiwa. Indonesia merupakan penyumbang

jumlah penduduk terbanyak nomor empat di dunia. Penduduk merupakan modal

dasar dalam pembangunan. Penduduk dalam jumlah yang besar dan berkualitas

merupakan investasi yang berharga bagi suatu negara dengan produktifitasnya

yang tinggi. Namun sebaliknya penduduk yang besar namun tidak berkualitas

hanya akan menjadi beban Negara.

Dewasa ini jumlah penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun semakin

bertambah, jika kita cermati data yang ada di Dinas Sensus Kependudukan Negara

ini, dalam setiap tahun, bulan bahkan hari selalu ada bayi yang lahir. Hasil Sensus

Penduduk yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2000

menunjukkan, penduduk Indonesia berjumlah 205.132.458 juta jiwa. Hasil Sensus

Penduduk tahun 2010 meningkat menjadi 237 641 326 jiwa.

Jumlah penduduk yang besar dengan kualitas tidak memadai merupakan

salah satu penyebab mendasar dari timbulnya berbagai masalah. Mulai dari

masalah pengangguran, kesehatan, pendidikan, kekurangan pangan, sampai

dengan kerusakan lingkungan dan bencana alam akhir-akhir ini sering terdengar.

(18)

Keluarga Berencana merupakan usaha untuk menjarangkan atau

merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.

Keluarga Berencana memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan

anak serta mewujudkan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera yang menjadi

dasar bagi terwujudnya masyarakat sejahtera dengan pengendalian kelahiran dan

pertumbuhan penduduk. Sasaran program KB adalah Pasangan Usia Subur yaitu

suami dan isteri. Sekarang ini program keluarga berencana nasional mempunyai

paradigma baru dengan visi yang telah diubah menjadi mewujudkan keluarga

berkualitas tahun 2015, keluarga berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat,

maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan,

bertanggung jawab, harmonis, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

(Pinem, 2009). KB dapat dilaksanakan jika pasangan usia subur mau

berpartisipasi dalam menggunakan alat kontrasepsi sebagai upaya untuk

mewujudkan program keluarga berencana.

Apabila program Keluarga Berencana (KB) tidak ditangani dengan serius

maka laju pertumbuhan penduduk Indonesia akan jauh lebih besar lagi.

Pembangunan kependudukan yang didukung oleh program Keluarga Berencana

telah berhasil menurunkan angka kelahiran total (Total Fertility Rate/TFR) dari

2,4 (Adjusted TFR SDKI 2002-2003) menjadi 2,3 anak perwanita (Adjusted TFR

SDKI, 2007).

Pengalaman penggunaan metode kontrasepsi, informasi dan keterangan

(19)

serta informasi lain dari akseptor lain juga telah menggunakan alat kontrasepsi,

menimbulkan suatu persepsi tersendiri pada akseptor tentang pemilihan metode

KB yang akan digunakan (BKKBN, 2006). Faktor-faktor peribadi yang masuk

kepengambilan keputusan seseorang berkaitan dengan pemilihan metode

kontrasepsi meliputi usia, paritas, usia anak terkecil, tujuan reproduksi

(menjarangkan atau menghentikan kehamilan), frekuensi hubungan kelamin,

hubungan dengan pasangan, pengaruh orang lain dalam mengambil keputusan,

pentingnya kenyamanan metode, dan pengenalan pemakai serta tingkat

kenyamanan terhadap tubuh dan sistem reproduksi mereka sendiri (Ragam

kontrasepsi, 44). Anggota keluarga, sanak saudara, tetangga, dan teman sering

sekali memiliki pengaruh yang bermakna dalam pemakaian metode kontrasepsi

oleh suatu pasangan (Ragam kontrasepsi, 47).

Untuk meningkatkan cakupan jumlah masyarakat yang menggunakan alat

kontrasepsi atau ber-KB, pemerintah gencar melakukan promosi kepada

masyarakat tentang keunggulan-keunggulan alat kontrasepsi yang sudah ada agar

masyarakat tertarik dan mau menggunakannya. Pemutaran film KB menjadi

media yang cukup efektif untuk menggugah kesadaran warga terhadap pentingnya

program Keluarga Berencana (KB). Apalagi bagi masyarakat pinggiran, hiburan

seperti film sangat dibutuhkan sehingga dalam kegiatan tersebut informasi perihal

KB bisa disisipkan. Selain itu sasaran pemutaran film penyuluhan KB ini bisa

ditonton untuk semua lapisan usia, baik anak-anak, remaja, pasangan usia subur,

(20)

menjangkau seluruh khlayak masyarakat dan pemilihan metode media apa yang

susuai digunakan untuk mempromosikan kepada masyarakat.

Menurut data BKKBN daerah Majalengka berkat rangkaian kegiatan

pemutaran film tersebut, target pencapaian akseptor baru tahun 2013 dapat lebih

mudah diselesaikan. Pencapain peserta KB baru sampai dengan Juni 2013 adalah

26.125 akseptor. Ini berarti sudah sekira 50,36% dari target pencapaian tahun

2013 sebanyak 51.872 akseptor.

Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sendiri telah sukses dengan film

KB berjudul “Cinta Berencana” yang diproduksi pertama kali dan meraih

penghargaan Pelaksana Terbaik I KIE Program KKB melalui Audio Visual

Produksi MPC tahun 2012. Film dengan durasi waktu satu jam ini menceritakan

kisah remaja dengan segala lika-likunya dan pada akhirnya hidup ini memang

harus direncanakan. Selain itu, Film KB ini juga menceritakan bagaimana susah

dan repotnya jika mempunyai anak banyak yang dikemas sesuai dengan

norma-norma adat yang berlaku.

BKKBN Nanggroe Aceh Darussalam mencatat terdapat sebanyak 671.861

peserta KB Aktif yang tersebar di seluruh Aceh dan juga ikut dalam

mensosialisasikan program KB. Pada tahun 2010 di Kabupaten Aceh Singkil

terdapat 17.431 jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) hanya terdapat sebanyak

3.170 atau 18,19 % peserta KB baru, dan terdapat 9219 atau 52,89 % peserta KB

(21)

Setalah adanya pemutaran Film KB pencapaian peserta KB baru semua

metode di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam mengalami peningkatan, pada

tahun 2012 didapatkan data dengan jumlah 186.758 peserta baru, dengan rincian

pengguna kontrasepsi suntik 80.874 peserta (43,30%), pil 68.036 peserta

(36,43%), Implant 6.325 peserta (3,39 %), Kondom 23.357 peserta (12,51% ),

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim 6.629 peserta (3,55%), MOW 1.497 peserta

(0,80%), MOP 40 peserta (0,02%) (BKKBN NAD, 2012 ).

Pemakaian alat kontrasepsi masih didominasi kaum wanita sebagai peserta

KB aktif. Kaum wanita masih memilih alat kontrasepsi suntikan dan suntik

sebagai pilihan utama. Wanita yang memakai suntik mencapai 297.239 atau

44.24 % sedangkan yang menggunakan impant mencapai 21198 atau 3.16 %,

kondom mencapai 61.150 atau 9.10 %, pil mencapai 263.340 atau 39.20 %,

sedangkan yang memakai IUD, MOP, MOW, Implant masih di bawah 4%. Di

Kabupaten Aceh singkil jumlah pencapaian pemakaian alat kontrasepsi masih

rendah meskipun telah suksesnya pemutaran Film KB di Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam yaitu hanya sebesar 10.468 atau hanya 45.11 % dibandingkan dengan

kota atau kabupaten lainnya di wilayah Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam

(BKKBN NAD, 2013).

Pada tahun 2013 peserta KB baru di Kabupaten Aceh Singkil meliputi,

peserta IUD 57 (2,1%), peserta MOP 4 (0,1%), peserta MOW 34 (1,2%), peserta

(22)

masyarakat di Kabupaten Aceh Singkil yaitu sebanyak 2.611 (94,8 %) dan

penggunaan MKJP sebanyak 142 (5,2%) (BPPKS Aceh Singkil, 2013).

Hal ini membuat peniliti tertarik untuk melakukan penelian tentang

pengaruh pemutaran film KB terhadap perilaku partisipasi masyarakat ber-KB di

Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2014.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah pengaruh pemutaran film KB terhadap perilaku partisipasi

masyarakat ber-KB di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2014.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pemutaran film KB terhadap perilaku

partisipasi masyarakat ber-KB di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2014.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengaruh pemutaran film KB terhadap keptusan yang

diambil masyarakat di Kabupaten Aceh Singkil tentang program KB.

2. Untuk mengetahui pengaruh pemutaran film KB terhadap komunikasi dua

arah di masyarakat di Kabupaten Aceh Singkil tentang program KB.

3. Untuk mengetahui pengaruh pemutaran film KB terhadap tanggung jawab

(23)

4. Untuk mengetahui pengaruh pemutaran film KB terhadap perubahan yang

ada pada masyarakat di Kabupaten Aceh Singkil tentang program KB.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi pihak Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil tentang

pengaruh pemutaran film KB terhadap perilaku partisipasi masyarakat

ber-KB di Kabupaten Aceh Singkil.

2. Sebagai masukan bagi pihak – pihak terkait khususnya Kantor BPPKS,

Dinas Kesehatan, Dinas Sosial yang berkompeten dalam menangani

masalah program KB di masyarakat.

3. Menambah pengetahuan penulis dalam penelitian lapangan.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Film

2.1.1 Pengertian Film

Berbagai definisi tentang film antara lain dikemukakan oleh :

1. Film adalah alat untuk menyampaikan berbagai pesan kepada khalayak

melalui sebuah media cerita. Film juga merupakan medium ekspresi

artistik sebagai suatu alat para seniman dan insan perfilman dalam rangkan

mengutarakan gagasan-gagasan dan ide cerita. Secara esensial dan

substansial film memiliki power yang akan berimplikasi terhadap

komunikan masyarakat (Wibowo, 2006)

2. Menurut Effendy (2000) juga berpendapat bahwa film adalah gambaran

teatrikal yang diproduksi secara khusus untuk dipertunjukan di gedung–

gedung bioskop khusus untuk siaran televisi.

3. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, terbitan Balai Pustaka (1990),

“film adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar

negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang

akan dimainkan di bioskop). Film juga diartikan sebagai lakon (cerita)

gambar hidup.”

4. Menurut pasal 1 ayat (1) UU Nomor 8 Tahun 1992 tentang Perfilman

dimana disebutkan bahwa yang dimaksud dengan “ film adalah karya cipta

(25)

dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada

pita seluloid, pita video, piringan video dan/atau bahan hasil penemuan

teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses

kimiawi, proses elektronika, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara,

yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem mekanik,

elektronik dan/atau lainnya.”

5. Menuruut pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33

Tahun 2009 Tentang Perfilman (UU baru tentang perfilman) “Film adalah

karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi

massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa

suara dan dapat dipertunjukkan”.

Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, film adalah

hasil kaya seni budaya yang dibuat untuk menyampaikan informasi, media

massa, media komunikasi, media hiburan, pendidikan dan pemasaran suatu

produk kepada halayak umum melalui sebuah cerita menggunakan sebuah media.

Istilah perfilman merujuk kepada pemahaman keseluruhan proses yang meliputi

persiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penyampaian pesan.

Film adalah gambar-hidup, juga sering disebut movie. Film, secara

kolektif, sering disebut sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata kinematik

atau gerak. Film juga sebenarnya merupakan lapisan-lapisan cairan selulosa, biasa

(26)

(cahaya) + graphie = grhap (tulisan = gambar = citra), jadi pengertiannya adalah

melukis gerak dengan cahaya. Agar kita dapat melukis gerak dengan cahaya, kita

harus menggunakan alat khusus, yang biasa kita sebut dengan kamera. (Ayona,

2010 ).

2.1.2 Fungsi Film

Azhar Arsyad (2009) Fungsi film dalam terkait dengan tiga hal, yaitu

untuk tujuan kognitif, untuk tujuan psikomotor, dan untuk tujuan afektif. Dalam

hubungannya dengan tujuan kognitif, film dapat digunakan untuk :

1. Mengajarkan pengenalan kembali atau pembedaan stimulasi gerak yang

relevan, seperti kecepatan obyek yang bergerak, dan sebagainya.

2. Mengajarkan aturan dan prinsip. Film dapat juga menunjukkan deretan

ungkapan verbal, seperti pada gambar diam dan media cetak. Misalnya untuk

mengajarkan arti ikhlas, ketabahan, dan sebagainya.

3. Memperlihatkan contoh model penampilan, terutama pada situasi yang

menunjukkan interaksi manusia.

Dalam hubungannya dengan tujuan psikomotor, film digunakan untuk

memperlihatkan contoh keterampilan gerak. Media ini juga dapat memperlambat

atau mempercepat gerak, mengajarkan cara menggunakan suatu alat, cara

mengerjakan suatu perbuatan, dan sebagainya. Selain itu, film juga dapat

memberikan umpan balik tertunda kepada siswa secara visual untuk menunjukkan

tingkat kemampuan mereka dalam mengerjakan keterampilan gerak, setelah

beberapa waktu kemudian. Dengan hubungannya dengan tujuan afektif, film

(27)

berbagai cara dan efek. Ia merupakan alat yang cocok untuk memperagakan

informasi afektif, baik melalui efek optis maupun melalui gambaran visual yang

berkaitan.

Para khalayak atau penonton film menggunakan film menggunakan lebih

dari satu indera karena karakter film yang audio-visual. Para penonton jadi lebih

terbawa dalam dimensi parasosial yang dihadirkan lewat film. Pola penggunaan

yang seperti ini menjadikan penonton dapat menyamarkan bahkan menghapus

batas-batas kultural dan sosial (misalnya bahasa) sehingga pesan yang

disampaikan lewat film tetap akan dapat dimengerti oleh penonton. Lewat film,

informasi dapat dikonsumsi dengan lebih mendalam karena film adalah media

audio visual. Media ini banyak digemari banyak orang karena dapat dijadikan

sebagai hiburan dan penyalur hobi bagi orang-orang tertentu. (Husnun, 2011).

Pertunjukan film disamping sebagai komoditas ekonomi juga berfungsi

sebagai sarana penerangan (entertainment), pendidikan (edukasi), dan hiburan

(rekreasi). Oleh karena itu film dapat dimanfaatkan sebagai media publikasi atau

penyuluhan untuk menyampaikan pesan-pesan tentang program pembangunan

disegala bidang. (Permadi, 1999).

2.1.3 Jenis Film

(28)

Instruktif dibuat dengan isi berupa pengarahan yang berkaitan dengan sebuah

pekerjaan atau tugas. Bentuk film bias berupa animasi, boneka atau film yang

diperankan oleh aktor atau aktris.

2. Film Penerangan Film

Penerangan merupakan film yang memberi kejelasan suatu hal, misalnya film

yang mengisahkan pentingnya program keluarga berencana atau film

pembangunan lainnya. Biasanya film ini diperankan oleh para pemain dengan

imbuhan dialog yang berisi penjelasan. Atau dapat juga filmnya ditampilkan

dalam bentuk gambar-gambar dengan tambahan keterangan berupa narasi

(cerita) yang dibacakan.

3. Film Gambar (Animasi)

Film gambar atau animasi dibuat dari gambar-gambar tangan (ilustrasi).

Gambar ini dibuat satu-persatu dengan memperhatikan kesinambungan gerak

sehingga ketika diputar rangkaian gerak dalam gambar itu muncul sebagai

satu gerakan dalam film.

4. Film Boneka

Film boneka biasanya ditampilkan dengan pemain berupa boneka.

Kadang-kadang beberapa boneka dimainkan oleh seorang “dalang” sekaligus di atas

panggung. Panggung dapat bercita realistis (suatu kenyataan) bisa pula fantasi

(khayalan).

(29)

Film iklan merupakan film yang mempropagandakan produk-produk tertentu

yang ditawarkan produk benda atau jasa. Film iklan semua dimainkan oleh

bintang-bintang ternama untuk menarik minat penontonnya sehingga

diharapkan dapat menaikkan omset produk itu.

6. Program Televisi (TV Programme)

Program ini diproduksi untuk komsumsi masyarakat televisi. Secara umum,

program televisi dibagi menjadi dua jenis yakni cerita dan non cerita. Jenis

cerita terbagi menjadi dua kelompok yakni kelompok fiksi dan kelompok non

fiksi. Kelompok fiksi memproduksi film serial (TV series), film televisi dan

film cerita pendek. Kelompok non fiksi menggarap aneka program

pendidikan, film dokumenter atau profil tokoh dari daerah tertentu.

7. Video Klip (Music Video)

Sejatinya video klip adalah sarana bagi produser musik untuk memasarkan

produknya lewat medium Televisi.

8. Film Cerita Panjang (Feature-Length Films)

Film cerita panjang adalah film yang berisi kisah manusia (roman) yang dari

awal sampai akhir merupakan suatu keutuhan cerita dan dapat memberikan

kepuasan emosi kepada penontonnya. Film cerita dapat diputar di gedung

bioskop atau dibuat untuk acara televisi. Sebuah film cerita biasanya

dimainkan oleh sejumlah pemeran (aktor atau aktris) dengan dukungan

(30)

Durasi film cerita pendek biasanya dibawah 60 menit. Jenis film ini banyak

dihasilkan oleh para mahasiswa jurusan film atau orang/kelompok yang

menyukai dunia film dan juga yang memang mengkhususkan diriuntuk

memproduksi film pendek, umumnya hasil produksi ini dipasok ke

rumah-rumah produksi atau saluran Televisi.

10.Film Dokumenter (Film Jurnal)

Film jurnal biasanya dibuat untuk mendukung sebuah cerita. Film ini juga bisa

diartikan sebagai film dokumenter.

2.1.4 Film KB

Film KB adalah film layar tancap yang dibuat dengan tujuan untuk

memotivasi dan mendorong masyarakat untuk mengikuti program KB juga

memberikan informasi dan pemahaman kepada masyarakat tentang manfaat dari

program, serta bagaimana cara yang benar dalam menggunakan alat konterasepsi

dalam keluarga. Film KB ini merupakan salah satu progam sosialisasi yang

dilakukan dengan difasilitasi mobil unit penerangan. Dengan penyuluhan melalui

film KB, diharapkan warga dapat mengerti pelaksanaan program KB (Lili, 2014).

Pemutaran film KB ini dipilih sebagai sarana yang tepat untuk

sosialisasi karena menjadi hiburan tersendiri bagi masyarakat pedesaan yang

jarang menikmati hiburan gratis. Soasialisasi tersebut mempunyai empat sasaran

yaitu pendewasaan usia dini, cara pemakaian alat kontrasepsi, pembinaan

(31)

Pemutaran film KB dianggap menjadi media yang cukup efektif untuk

menggugah kesadaran warga terhadap pentingnya program Keluarga Berencana

(KB). Apalagi bagi masyarakat pinggiran, hiburan layar tancap sangat dibutuhkan

sehingga dalam kegiatan tersebut informasi perihal KB bisa disisipkan.

Komunikasi visual biasanya lebih mudah dipahami warga dalam menyampaikan

sebuah pesan-pesan KB. Film KB disukai masyarakat karena sesuai dengan kultur

masyarakat yang ada, sehingga tidak menjadi kontrofeksi negatif di masyarakat.

Sasaran pemutaran film penyuluhan KB ini untuk semua lapisan usia, baik

anak-anak, remaja, pasangan usia subur, maupun juga usia lanjut. Untuk pasangan usia

lanjut diharapkan menjadi motivator bagi keluarga mereka. Target yang ingin

dicapai dengan pemutaran film penyuluhan KB ini adalah semua penduduk bisa

ikut berpartisipasi dalam program KB (Widodo, 2013).

Pemutaran film KB ini dianggap sebagai salah satu media yang efektif

untuk menyebarluaskan informasi dan promosi program serta kegiatan kepada

masyarakat (Suryadi, 2011).

2.1.5 Efektifitas Film

Film merupakan suatu media yang mempunyai beberapa

keuntungan-keuntungan antara lain :

1. Film sangat baik menjelaskan suatu proses, bila perlu menggunakan “Slow

(32)

2. Setiap orang dapat belajar sesuatu dari film, baik yang pandai maupun

yang kurang pandai.

3. Film dapat menampilkan kembali masa lalu dan menyajikan kembali

kejadian-kejadian yang telah lalu.

4. Film dapat mengembara dengan lincahnya dari satu negara ke negara yang

lain, horizon menjadi amat lebar, dan dunia luas.

5. Film dapat menyajikan teori ataupun praktek dari yang bersifat umum ke

khusus atau sebaliknya.

6. Film dapat mendatangkan seorang ahli dan memperdengarkan suaranya.

7. Film dapat menggunakan teknik-teknik seperti warna, gerak lambat, dan

sebagainya untuk menampilkan butir-butir tertentu.

8. Film dapat memikat perhatian masyarakat.

9. Film lebih realistis, dapat diulang-ulang, dihentikan, dan sebagainya sesuai

dengan kebutuhan, hal-hal yang abstrak menjadi jelas.

10.Film dapat mengatasi keterbatasan daya indra kita.

11.Film dapat merangsang atau memotivasi kegiatan anak didik. (Sudiman,

1993)

Sebuah film sebaiknya harus dipilih terlebih dahulu agar sesuai dengan

maksut apa yang akan disampaikan, untuk itu harus diadakanya penyeleksi film

yang tersedia dan lebih dulu melihatnya untuk mengetahui manfaatnya bagi

masyarakat. Ada kalanya film tertentu perlu diputar dua kali atau lebih untuk

memperhatikan aspek-aspek tertentu agar penonton jangan memandang film itu

(33)

hal-hal tertentu sesudah itu dapat dites berapa banyak yang dapat mereka serap dari

film tersebut.

2.2 Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,

menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari

uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah

semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang

tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2010).

Menurut pendapat Skinner yang dikutip oleh Notoatmodjo (2005),

perilaku merupkan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan

dari luar), dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori ini disebut “S

-O-R” atau Stimulus Organisme Respon. Respon ini dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Respondent respon atau reflexive, yakni respon yang ditambulkan oleh

ransangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut

elicting stimulutation karena menimbulkan respon-respon yang relative tetap.

2. Operant respons atau Instrumental, yakni respon yang timbul dan berkembang

kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertantu. Perangsang ini

disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respon.

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat

(34)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup

(covert) respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada

perhatian, persepsi, pengetahuan dan sikap yang terjadi pada orang yang

menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati scara jelas oleh orang

lain. Oleh sebab itu, disebut sebagai covert behavior atau unobservable

behavior.

2. Prilaku Terbuka (Overt Behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau

terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sedah jelas dalam bentuk tidakan

atau praktik yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat. Oleh karena itu

disebut sebagai overt behavior.

Menurut teori Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan dalam

Notoatmojo (2005), prilaku dibedakan dalam tiga kawasan (domain) yakni

Cognitive Domain, Afektif Domain, Psycomotor Domain. Ketiga Domain tersebut

diukur dari pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan tindakan (practice).

2.2.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan

penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(35)

Menurut Sagala (2010), segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan

atau aktivitas otak termasuk kedalam dimensi kognitif. Tujuan belajar pada

dimensi kognitif lebih mengarah pada perilaku dalam aspek berfikir atau

kemampuan intelektual. Dimensi kognitif berdasarkan revisi taksonomi Bloom

oleh Anderson et al. (Widodo, 2003) mencakup dimensi pengetahuan dan dimensi

proses kognitif yang terpisah satu sama lain. Dimensi pengetahuan hanya memuat

jenis-jenis pengetahuan, sedangkan proses kognitif memuat macam-macam proses

kognitif.

1. Dimensi Pengetahuan

Dimensi pengetahuan pada taksonomi Bloom yang baru menurut Anderson et

al. (Widodo, 2003) dikelompokan menjadi empat kelompok yaitu :

a. Pengetahuan Faktual

Pengetahuan faktual meliputi unsur-unsur dasar yang ada dalam suatu

disiplin ilmu tentu yang biasa digunakan oleh ahli dibidang tersebut.

Pengetahuan ini dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :

1. Pengetahuan tentang termiologi : mencakup pengetahuan tentang

label atau simbol tertentu baik yang bersifat verbal maupun non

verbal (Widodo, 2003).

2. Pengetahuan tentang bagian detail dari unsur-unsur : mencakup

pengetahuan tentang kejadian tertentu, tempat, orang, waktu dan

sebagainya (Widodo, 2003).

(36)

Pengetahuan konseptual meliputi pengetahuan tentang saling keterkaitan

antara unsur-unsur dasar dalam struktur yang lebih besar dan semua

berfungsi secara bersama-sama. Pengetahuan konseptual terdiri dalam tiga

bentuk yaitu:

1. Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori yaitu mencakup

pengetahuan tentang kategori, kelas, bagian atau susunan yang

berlaku dalam bidang ilmu tertentu.

2. Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi yanitu mencakup

abstraksi dari hasil observasi ke level yang lebih tinggi yaitu prinsip

dan generalisasi.

3. Pengetahuan tentang teori, model dan struktur yaitu pengetahuan

tentang prinsip dan generalisasi serta saling keterkaitan antara

keduanya yang menghasilkan jelelasan terhadap suatu fenomena

yang kompleks.

c. Pengetahuan Prosedural

Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan yang berhubungan

dengan pengetahuan cara untuk melakukan sesuatu. Pengetahuan

prosedural berisi tentang langkah-langkah atau harapan-harapan yang

harus diikuti dalam menjelaskan sesuatu.

d. Pengetahuan Metakognitif

Pengetahuan metakognitif merupakan pengetahuan yang berhubungan

dengan pengetahuan tentang kognisi secara umum dan pengetahuan

(37)

strategik, pengetahuan tentang tugas kognitif dan pengetahuan tentang diri

sendiri.

2. Dimensi Proses Kognitif

Proses kognitif pada taksonomi yang baru dari Bloom tetap menunjukan

proses perjenjangan, dari proses kognitif yang sederhana ke proses kognitif

yang lebih kompleks. Dimensi proses kognitif berdasarkan revisi taksonomi

Bloom menurut Anderson et al. (Widodo, 2003) terdiri dari proses kognitif

mengingat (remember), memahami (understand), menerapkan (apply),

menganalisis (analyze), dan beraksi (create).

a. Mengingat (Remember)

Dimensi proses kognitif merupakan proses menarik kembali informasi

yang tersimpan dalam memori jangka panjang. Mengingat merupakan

proses kognitif yang lebih rendah tingkatnya.

b. Memahami (Understand)

Dimensi proses kognitif memahami merupakan proses mengkonstruksi

makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki atau

mengeintegtasikan pengetahuan yang baru kedalam skema yang telah ada

dalam pemikiran.

c. Menerapkan (Apply)

Dimensi proses kognitif mengaplikasikan mencakup penggunaan suatu

prosedur untuk menyelesaikan masalah atau tugas.

(38)

Dimensi proses kognitif menganalisis adalah proses menguraikan suatu

permasalahan atau objek menjadi unsur-unsur dan menentukan proses

saling keterkaitan unsur-unsur tersebut.

e. Mengevaluasi (Evaluate)

Dimensi proses kognitif mengevaluasi merupakan proses membuat sesuatu

atau pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada.

f. Membuat (Create)

Dimensi proses kognitif membuat merupakan proses menggabungkan

beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan.

2.2.2 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007). Newcomb,

salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap adalah merupakan

kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif

tertentu (Notoatmodjo, 2010).

Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan

untuk merespon (secara posif atau negative) terhadap orang, objek atau situasi

tertentu. Sikap mengandung suatu penelitian emosional/efektif (senang, benci,

sedih, dan sebagainya). Selain bersifat positif dan negative, sikap memiliki tingkat

kedalaman yang berbeda-beda (sangat benci, agak benci, dan sebagainya). Sikap

(39)

seseorang. Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan

informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok

sosialnya. Sikap terdiri dari empat tingkatan yaitu :

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperlihatkan

stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya. Mengerjakan dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu

usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,

terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti orang menerima

ide tersebut.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu maslah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko merupan sikap yang paling tinggi.

2.2.3 Tindakan

(40)

dahulu, membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik

serta diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara

lain fasilitas dan faktor pendukung dari berbagai pihak (Notoatmodjo, 2007).

Adapun tingkat dari tindakan adalah :

1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang

akan diambil adalah merupakan praktek yang pertama.

2. Respon Terpimpin (Guide Response)

Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai dengan

contoh-contoh adalah indikator tingkat kedua.

3. Mekanisme (Mechanisme)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis atau sesuatu itu sudah menjadi kebiasaan maka ia sudah

mencapainya.

4. Adaptasi (Adaptation)

Tinakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah

dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo,

2007).

2.3 Perubahan Perilaku

Menurut WHO yang dikutip dalam Notoatmodjo (2007), perubahan

perilaku dikelompokan menjadi dua bagian yaitu :

(41)

Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu disebabkan karena

kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan

lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota

masyarakat didalamnya juga akan mengalami perubahan.

b. Perubahan Terencana (Planned Change)

Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh

objek. Didalam melakukan perilaku yang telah direncanakan dipengaruhi oleh

kesediaan individu untuk berubah, misalnya apabila terjadi suatu inovasi atau

program-program pembangunan dalam masyarakat, maka yang sering terjadi

adalah sebagaian orang sangat cepat menerima inovasi atau perubahan

tersebut dan sebagian orang lagi sangat lambat menerima inovasi atau

perubahan.

2.3.1 Teori Stimulus Organisme (S – O – R)

Teori ini didasari pada asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan

perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkumunikasi

dengan organism. Artinya, kualitas dari sumber komunikasi (sources) sangat

menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok, atau

masyarakat. Hosland, et al (1953) dalam buku Soekidjo (2007) mengatakan

perubahan perilaku pada hakikatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses

perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang

(42)

a. Stimulus (rangsang) yang diberikan kepada organisme dapat diterima atau

ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus

tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi perhatian individu, dan berhenti

disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari

individu dan stimulus tersebut efektif.

b. Apabila stimulus telah mendapatkan perhatian dari organisme (diterima)

maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan keproses selanjutnya.

c. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi

ketersedian untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimaya (bersikap).

d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka

stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan

perilaku).

Selajutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya

apabila stimulus (rangsangan) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus

semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang

diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini

faktor reinforcement memegang peranan penting. Proses perubahan perilaku

berdasarkan S-O-R ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Sti

Organisme

- Perhatian

- Pengertian

- Penerimaan

Reaksi

(43)

2.4 Partisipasi

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris participate yang artinya

mengikutsertakan, ikut mengambil bagian (Wijaya, 2004). Pengertian yang

sederhana tentang partisipasi dikemukakan oleh Fasli Djalal dan Dedi Supriadi

(2001), dimana partisipasi dapat juga berarti bahwa pembuat keputusan

menyarankan kelompok atau masyarakat ikut terlibat dalam bentuk penyampaian

saran dan pendapat, barang, keterampilan, bahan dan jasa. Partisipasi juga berarti

bahwa kelompok mengenal masalah mereka sendiri, mengkaji pilihan mereka,

membuat keputusan, dan memecahkan masalahnya.

H.A.R. Tilaar (2009) mengungkapkan partisipasi adalah sebagai wujud

dari keinginan untuk mengembangkan demokrasi melalui proses desentralisasi

dimana diupayakan antara lain perlunya perencanaan dari bawah (button-up)

dengan mengikutsertakan masyarakat dalam proses perencanaan dan

pembangunan masyarakatnya. Menurut Soegarda Poerbakawatja (1981)

partisipasi adalah, suatu gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan di dalam

perencanaan serta pelaksanaan dari segala sesuatu yang berpusat pada

kepentingan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat

kematangan dan tingkat kewajibannya.

Berdasarkan pengertian di atas, bahwa konsep partisipasi memiliki makna

yang luas dan beragam. Secara garis besar dapat ditarik kesimpulan partisipasi

(44)

Wujud dari partisipasi dapat berupa saran, jasa, ataupun dalam bentuk materi baik

secara langsung maupun tidak langsung dalam suasana demokratis.

2.4.1 Jenis Partisipasi

Ada beberapa jenis partisipasi yang dikemukakan oleh ahli. Menurut

Sundari ningrum (Sugiyah, 2010) mengklasifikasikan partisipasi menjadi dua

berdasarkan cara keterlibatannya, yaitu:

a. Partisipsai langsung

Partisipasi yang terjadi apabila individu menampilkan kegiatan tertentu dalam

proses partisipasi. Partisipasi ini terjadi apabila setiap orang dapat mengajukan

pandangan, membahas pokok permasalahan, mengajukan keberatan terhadap

keinginan orang lain atau terhadap ucapannya.

b. Partisipasi tidak langsung

Partisipasi yang terjadi apabila individu mendelegasikan hak partisipasinya

pada orang lain.

Pendapat lain disampaikan oleh Subandiyah (1982) yang menyatakan

bahwa jika dilihat dari segi tingkatannya partisipasi dibedakan menjadi tiga yaitu:

a. Partisipasi dalam pengambilan keputusan

b. Partisipasi dalam proses perencanaan dan kaitannya dengan program lain.

c. Partisipasi dalam pelaksanaan.

Lebih rinci Cohen dan Uphoff (Siti Irene A.D., 2011) membedakan

partisipasi menjadi empat jenis yaitu : pertama, partisipasi dalam pengambilan

keputusan. Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan. Ketiga, partisipasi dalam

(45)

Pertama, partisipasi dalam pengambilan keputusan. Partisipasi ini

terutama berkaitan dengan penentuan alternatif dengan masyarakat yang berkaitan

dengan gagasan atau ide yang menyangkut kepentingan bersama. Dalam

partisipasi ini masyarakat menuntut untuk ikut menentukan arah dan orientasi

pembangunan. Wujud dari partisipasi ini antara lain seperti kehadiran rapat,

diskusi, sumbangan pemikiran, tanggapan atau penolakan terhadap program yang

ditawarkan. Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan suatu program meliputi :

menggerakkan sumber daya, dana, kegiatan administrasi, koordinasi dan

penjabaran program. Ketiga, partisipasi dalam pengambilan manfaat. Partisipasi

ini tidak lepas dari hasil pelaksanaan program yang telah dicapai baik yang

berkaitan dengan kuantitas maupun kualitas. Dari segi kualitas, dapat dilihat dari

peningkatan output, sedangkan dari segi kuantitas dapat dilihat seberapa besar

prosentase keberhasilan program. Keempat, partisipasi dalam evaluasi. Partisipasi

masyarakat dalam evaluasi ini berkaitan dengan masalah pelaksanaan program

secara menyeluruh. Partisipasi ini bertujuan untuk mengetahui ketercapaian

program yang telah direncanakan sebelumnya. Dari pendapat di atas dapat

disimpulkan macam partisipasi, yaitu :

a. Partisipasi dalam proses perencanaan/ pembuatan keputusan. (participation in

decision making).

b. Partisipasi dalam pelaksanaan (participation in implementing).

c. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil.

(46)

2.4.2 Bentuk Partisipasi

Partisipasi dapat dibagi dalam berbagai bentuk. Partisipasi menurut

Effendi (Siti Irene, 2009) terbagi atas partisipasi vertikal dan partisipasi

horizontal. Disebut partisipasi vertikal karena terjadi dalam bentuk kondisi

tertentu masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program pihak

lain, dalam hubungan di mana masyarakat berada sebagai status bawahan,

pengikut atau klien. Adapun dalam partisipasi horizontal, masyarakat mempunyai

prakarsa dimana setiap anggota atau kelompok masyarakat berpartisipasi

horizontal satu dengan yang lainnya. Partisipasi semacam ini merupakan tanda

permulaan tumbuhnya masyarakat yang mampu berkembang secara mandiri.

Menurut Kokon Subrata (Widi Astuti, 2008) bentuk partisipasi terdiri dari

beberapa hal yaitu:

a. Turut serta memberikan sumbangan finansial.

b. Turut serta memberikan sumbangan kekuatan fisik.

c. Turut serta memberikan sumbangan material.

d. Turut serta memberikan sumbangan moril (dukungan, saran, anjuran,

nasehat, petuah, amanat, dan lain sebagainya).

2.4.3 Manfaat Partisipasi

Menurut Pariatra Westra (Widi Astuti, 2008) manfaat partisipasi adalah:

a. Lebih mengemukakan diperolehnya keputusan yang benar.

(47)

c. Dapat mengendalikan nilai-nilai martabat manusia, motivasi serta

membangun kepentingan bersama.

d. Lebih mendorong orang untuk bertanggung jawab.

e. Lebih memungkinkan untuk mengikuti perubahan.

Pendapat lain dikemukakan oleh Burt K. Schalan dan Roger (Widi Astuti,

2008) bahwa manfaat dari partisipasi adalah:

a. Lebih banyak komunikasi dua arah.

b. Lebih banyak bawahan mempengaruhi keputusan.

c. Manajer dan partisipasi kurang bersikap agresif.

d. Potensi untuk memberikan sumbangan yang berarti dan positif, diakui

dalam derajat lebih tinggi.

Dari pendapat-pendapat di atas tentang manfaat partisipasi, dapat

disimpulkan bahwa partisipasi akan memberikan manfaat yang penting bagi

keberhasilan organisasi yaitu :

a. lebih memungkinkan diperolehnya keputusan yang benar karena

banyaknya sumbangan yang berarti dan positif.

b. Mengedepankan komunikasi dua arah sehingga baik bawahan maupun

atasan memiliki kesempatan yang sama dalam mengajukan pemikiran.

c. Melatih untuk bertanggung jawab serta mendorong untuk membangun

kepentingan bersama.

(48)

2.4.4 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

Menurut Soemanto R B, dkk. (1997) mengatakan bahwa mereka yang

memiliki pendidikan yang lebih tinggi akan lebih tinggi derajat partisipasinya

dalam pembangunan, hal mana karena dibawa oleh semakin kesadarannya

terhadap pembangunan. Hal ini berarti semakin tinggi derajat partisipasi terhadap

program pemerintah termasuk dalam penyelenggaraan pendidikan.

Faktor lain disampaikan oleh Angell dalam Ensiklopedia Wikipedia

berjudul partisipasi (2011) mengatakan partisipasi yang tumbuh dalam

masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi

kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu: usia, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan dan penghasilan, lamanya tinggal.

Faktor pendidikan juga berpengaruh pada perilaku seseorang dalam

menerima dan menolak suatu perubahan yang dirasakan baru. Masyarakat yang

berpendidikan ada kecenderungan lebih mudah menerima inovasi jika ditinjau

dari segi kemudahan (eccessibility) atau dalam mendapatkan informasi yang

mempengaruhi sikapnya. Seseorang yang mempunyai derajat pendidikan

mempunyai kesempatan yang lebih besar dalam menjangkau sumber informasi.

Oleh karena itu, orang yang mempunyai pendidikan kuat akan tertanam rasa ingin

tahu sehingga akan selalu berusaha untuk tahu tentang inovasi baru dari

pengalaman-pengalaman belajar selama hidup. Faktor penghasilan merupakan

(49)

seseorang dengan status ekonomi tinggi pada umumnya status sosialnya tinggi

pula. Dengan kondisi semacam ini mempunyai peranan besar yang dimainkan

dalam masyarakat dan ada kecenderungan untuk terlibat dalam berbagai kegiatan

terutama gejala ini dominan di masyarakat pedesaan. Pengaruh ekonomi jika

diukur dalam besarnya kontribusi dalam kegiatan pembangunan ada

kecenderungan lebih besar kontribusi berupa tenaga. Dalam hubungannya

partisipasi orang tua siswa dalam membantu pengembangan proses pembelajaran

pada tahapan pelaksanaan, faktor penghasilan mempunyai peranan, karena untuk

melaksanakan inovasi membutuhkan banyak modal yang sifatnya lebih intensif.

Faktor lain disampaikan oleh Angell dalam Ensiklopedia Wikipedia

berjudul partisipasi (2011) mengatakan partisipasi yang tumbuh dalam

masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi

kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu : usia, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan dan penghasilan, lamanya tinggal.

a. Usia

Faktor usia merupakan faktor yang memengaruhi sikap seseorang

terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari

kelompok usia menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai dan

norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang

berpartisipasi dari pada mereka yang dari kelompok usia lainnya.

(50)

Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa

mengatakan bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah “di dapur” yang

berarti bahwa dalam banyak masyarakat peranan perempuan yang terutama

adalah mengurus rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran

perempuan tersebut telah bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan

pendidikan perempuan yang semakin baik.

c. Pendidikan

Pendidikan dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk

berpartisipasi. Pendidikan dianggap dapat memengaruhi sikap hidup

seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi

peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.

d. Pekerjaan dan Penghasilan

Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan

seseorang akan menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya.

Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan seharihari

dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan

masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan,

harus didukung oleh suasana yang mapan perekonomian.

e. Lamanya Tinggal

Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan

(51)

pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan

tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat

dalam partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut.

2.5 Masyarakat

Masyarakat dalam istilah bahasa Inggris adalah society yang berasal dari

kata Latin socius yang berarti (kawan). Istilah masyarakat berasal dari kata bahasa

Arab syaraka yang berarti (ikut serta dan berpartisipasi). Masyarakat adalah

sekumpulan manusia yang saling bergaul, dalam istilah ilmiah adalah saling

berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana melalui

warga-warganya dapat saling berinteraksi. Definisi lain, masyarakat adalah kesatuan

hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang

bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Kontinuitas

merupakan kesatuan masyarakat yang memiliki keempat ciri yaitu : 1) Interaksi

antar warga-warganya, 2) Adat istiadat, 3) Kontinuitas waktu, 4) Rasa identitas

kuat yang mengikat semua warga (Koentjaraningrat, 2009).

Semua warga masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama, hidup

bersama dapat diartikan sama dengan hidup dalam suatu tatanan pergaulan dan

keadaan ini akan tercipta apabila manusia melakukan hubungan, Mac lver dan

Page (dalam Soerjono Soekanto 2006) memaparkan bahwa masyarakat adalah

(52)

berbagai kelompok, penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta

kebiasaan-kebiasaan manusia.

Masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama untuk jangka

waktu yang cukup lama sehingga menghasilkan suatu adat istiadat, menurut Ralph

Linton (dalam Soerjono Soekanto, 2006) masyarakat merupakan setiap kelompok

manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama, sehingga mereka

dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan

sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas sedangkan masyarakat

menurut Selo Soemardjan (dalam Soerjono Soekanto, 2006) adalah orang-orang

yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan dan mereka mempunyai

kesamaan wilayah, identitas, mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan

persatuan yang diikat oleh kesamaan.

Menurut Emile Durkheim (dalam Soleman B. Taneko, 1984) bahwa

masyarakat merupakan suatu kenyataan yang obyektif secara mandiri, bebas dari

individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya. Masyarakat sebagai

sekumpulan manusia didalamnya ada beberapa unsur yang mencakup. Adapun

unsur-unsur tersebut adalah:

1. Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama

2. Bercampur untuk waktu yang cukup lama

3. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan

(53)

Menurut Emile Durkheim (dalam Djuretnaa Imam Muhni, 1994)

keseluruhan ilmu pengetahuan tentang masyarakat harus didasari pada

prinsip-prinsip fundamental yaitu realitas sosial dan kenyataan sosial. Kenyataan sosial

diartikan sebagai gejala kekuatan sosial didalam bermasyarakat. Masyarakat

sebagai wadah yang paling sempurna bagi kehidupan bersama antar manusia.

Hukum adat memandang masyarakat sebagai suatu jenis hidup bersama dimana

manusia memandang sesamanya manusia sebagai tujuan bersama. Sistem

kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan karena setiap anggota kelompok

merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya (Soekanto, 2006). Beberapa

pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan masyarakat memiliki arti ikut serta

atau berpartisipasi, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut society. Bisa

dikatakan bahwa masyarakat adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi dalam

suatu hubungan sosial. Mereka mempunyai kesamaan budaya, wilayah, dan

identitas, mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang diikat

oleh kesamaan.

2.6 Keluarga Berencana (KB)

Menurut WHO (1970), Keluarga Berencana adalah program yang

bertujuan membantu pasangan suami isteri untuk, (1), Menghindari kelahiran

yang tidak diinginkan, (2) Mendapatkan kelahiran yang diingikan, (3) Mengatur

Gambar

Gambaran Tentang Kabupaten Aceh Singkil  ............................................ 50
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pemutaran Film KB
Tabel 4.2 Distribusi Mengenai Keputusan Responden Dalam
Tabel 4.4 Distribusi Mengenai Alasan  Responden Memilih Alat Kontasepsi Yang Digunakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pertukaran  Biaya diukur pada nilai wajar aktiva yg dilepaskan/ diperoleh (mana yg lebih andal), ekuivalen dengan nilai wajar aktiva yg dilepaskan setelah disesuaikan dgn

Merujuk pada pandangan tersebut maka jika mengaitkan dengan masyarakat nelayan miskin di Pangandaran ada kemungkinan bergesernya lapangan kerja utama masyarakat

Jumlah akar primer terbanyak didapat pada perlakuan kompos tandan kosong kelapa sawit 270 gr/tanaman (K3), hal ini diduga karena dengan pemberian kompos tandan

Tujuan penelitian ini yaitu untuk memperoleh konsentrasi enzim terbaik saat hidrolisis dan waktu fermentasi yang optimum pada produksi bioetanol dari dedak sorgum manis..

• Indikasi: untuk pasien yang tidak dapat makan melalui mulut karena disfagia, postoperasi. mulut, gangguan kesadaran, tidak

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu nifas hari pertama yang mempunyai kriteria inklusi yaitu primipara, memiliki kemauan untuk melakukan mobilisasi dini, memiliki

Topikal vitamin C sering digunakan dalam praktik dermatologi karena selain sebagai antioksidan, vitamin C juga dapat digunakan sebagai agen depigmentasi kulit area

Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan konsentrasi penggunaan bahan pengawet nabati ekstrak biji pinang yang terbaik berdasarkan retensi dan penetrasi bahan