• Tidak ada hasil yang ditemukan

Study of Mercury Pollution at Tatelu Community Minning, North Sulawesi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Study of Mercury Pollution at Tatelu Community Minning, North Sulawesi"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PENCEMARAN MERKURI PADA

KAWASAN PENAMBANGAN EMAS RAKYAT

TATELU SULAWESI UTARA

ABRAHAM H.TULAlESSY

SEKOlAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAN MENGENAI DISERTASI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Studi Pencemaran Merkun pada Kawasan Penambangan Rakyat Tatelu, Sulawesi Utara adalah karya saya sendin dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi atau yang berasal atau yang dikutip dan karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dan penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar Pustaka Acuan di bagian akhir disertasi ini.

Bogar, Agustus 2005

Abraham H. Tulalessy

(3)

ABSTRAK

ABRAHAM H. TULAlESSY. Studi Pencemaran Mer1c:uri pada Kawasan Penambangan Rakyat Tatelu, Sulawesi Utara. Dibimbing oleh GUNARWAN SURATMO, M. SRI SAENI dan KOOSWAROHONO MUOIKDJO.

Sulawesi Utara adalah bagian dari pulau Sulawesi yang sangat kaya dengan sumberoaya alam, khususnya tambang emas. Tambang emas di Sulawesi Utara telah dilakukan sejak zaman penjajahan sampai

saat

ini, baik secara modem maupun tradisional.

Oampak dari penambangan rakyat sangat berbahaya bagi lingkungan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sistem penambangan rakyat, dampak penambangan rakyat terhadap kualitas lingkungan dan temadap sosial ekonomi rakyat.

Hasil dari peneUtian ini diharapkan akan memberikan pola pembangunan berbasis sumberdaya lekat, strategi penambangan rakyat yang beJ'kelanjutan dan pemberdayaan masyarakat セォ。ャN@

Penelitian ini menemukan bahwa, tambang rakyat memberikan dampak yang berbahaya terhadap pencemaran merculi yang ditemukan pada tailing (55,161 ppm), tanah (2.188 ppm), rumput (1,468 ppm), sedimen (2,599 ppm), air sungai (0.070 ppm), ikan ( 0.850 ppm) dan pada kerang (2,104 ppm), semuanya berada diatas ambang batas baku mutu. Pada sosial ekonomi masyarakat, kehadiran tambang rakyat membelikan dampak yang baik terhadap penerimaan pendapatan, dimana terjadi peningkatan pendapatan 8,9 kati lebih besar.

(4)

ABSTRACT

ABRAHAM H. TULALESSY. Study of Mercury Pollution

at

Tatelu Community Minning, North Sulawesi. Under the direction of GUNARWAN SURATMO, M. SRI SAENI and KOOSWARDHONO MUDIKDJO

North Sulawesi is the region in Sulawesi island that is very rich with the natural resource, especially in the gokf minning. The gold minning in North Sulawesi has been done since the colonize age until today with the modem management or the traditional management.

The impact of the community gold minning management are very danger for the environment. The objectives of this research are knowing the community gold minning system, the impact of the traditional gold rninning system to the environment and the social economic of the community.

We hope that the result of this research will give the development system in based on the local natural resource pattern, the strategic of community gold minning system for the sustainable development to empowering the community from their natural resources.

This research finds that the community gokJ minning give big impact to Mercury pollution in the indicator of tailing (55,161 ppm), soil (2,188 ppm), grass (1,468 ppm), water (0,070 ppm), sediment (2,599 ppm), fish (0,850 ppm}and shell (2,104 ppm) and these levels are higher than the standard level. In the social economic of the community the community gold rninning system give a good impact for empowering the community economic. for the income increase 8,9 times.

(5)

STUDI PENCEMARAN MERKURI PADA

KAWASAN PENAMBANGAN EMAS RAKYAT

TATELU SULAWESI UTARA

ABRAHAM H.TULALESSY

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh getar

Doktor pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Atam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

JudulDisertasi : Studi Pencemaran Merkuri Pada Kawasan Penambangan Emas Rakyat latelu, Sulawesi utara

Nama

NIM

: Abraham H. Tulatessy

: 985063

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Prof. Dr.lr. F.G. Suratmo MF Ketua

jセ@

Prof. Dr.lr. M. Sri Saeni MS. Prof. Dr.lr. K. Mudlkdjo.M.Sc.

Anggota

Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

,

Dr.lr. Surjono H. Sutjahjo, MS.

Tanggal Ujian 19 Oktober 2005

Anggota

Diketahui,

(7)

PRAKATA

Puji dan syukur hanya dipanjatkan untuk Allah Yang Maha Kuasa atas segala kasih dan karuniaNya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Penelitian yang dilakukan dengan judul: Studi Pencemaran Merkuri pada Kawasan Penambangan Rakyat Tatelu. Sulawesi Utara dilaksanakan mulai dan September 2001 sampai September 2002. Lokasi penelitian ini adalah pada kawasan penambangan rakyat Tatelu, propinsi Sulawesi Utara.

Dalam melaksanakan penelitian dan penulisan ini penulis telah banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga pada

kesempatan ini penulis ingin membertkan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prot. Dr. Ir. F. G. Suratmo. MF .• selaku ketua komisi pembimbing, Prof. Dr. If. M. Sri Saeni, MS., dan Prof. Dr. Ir. Kooswardhono Mudikdjo, M.Sc., selaku anggota komisi pembimbing atas segala waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran kepada penulis.

2. Pimpinan dan

stat

Sekolah Pascasarjana IPB serta pimpinan dan stat Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Ungkungan. Sekolah p。ウ」。ウ。セ。ョ。@ IPB.

3. Pimpinan dan Stat Pengelola BPPS DIKTI-IPB atas pemberian beasiswa kepada penulis.

4. Rektor Universitas Pattimura yang memberikan ijin kepada penulis untuk dapat mengikuti pendidikan di Sekolah Pascasarjana IPB.

5. Pemerintah Propinsi Maluku atas pemberian bantuan dana penelitian kepada penulis.

6. Semua pihak yang terlibat membantu penulis tetapi tidak dapat disebut namanya satu persatu. baik secara moral maupun matenal

Penulis mengharapkan semoga karya ini dapat bermanfaat kepada masyarakat dan dunia ilmu pengetahuan serta pihak lain yang membutuhkannya.

Bogor, Agustus 2005

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirtan di Ambon pada tanggal 4 April 1962 anak pertama dan pasangan Daniel Tulalessy dan Bertha Simon. Pendidikan Sarjana ditempuh pada Fakultas Pertanian Universitas Pattimura Ambon pada tahun 1988. Pendidikan Pascasarjana diselesaikan pada tahun 1998 pada Program Studi IImu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Ungkungan, Program Pascasarjana IPB Bogor. Pada tahun 1998 penulis me\anjutkan studi pada program Doktor di program studi yang sarna.

Tahun 1989 - 1991 penulis bekerja sebagai Sarjana Penggerak Pembangunan Pedesaan di Desa Makariki, Kabupaten Maluku Tengah, Propinsi Maluku. Tahun 1994 sampai saat ini penulis bekerja sebagai Dosen Tetap pada Fakultas Pertanian Universitas Pattimura, Ambon.

(9)

DAFT AR lABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFT AR LAMPIRAN

PENDAHUlUAN

DAFTAR lSI

Halaman

x

xi

xiii

latar Belakang ... ... ... ... .. . ... ... ... ... .. . ... ... ... ... ... ... .. . ... ... ... .. . ... 1

Tujuaan Penelitian ... ... .... .... .. .. .. ... ... .. .... ... ... ... 2

Kerangka Pemikiran ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .. . ... ... ... ... ... ... ... . .. ... .. 2

Perumusan Masalah ... ... ... ... .... .. ... ... . ...

5

Hipotesis .. ... . '" ... .. .... ' " .. ... ... .. ... '" ... ... ... .. . .... 5

Manfaat Penelruan ... ... '" ... '" ... ... ... .. . ... . .. ... ... .. . 6

Novelty Penelitian '" ... '" ... ... ... ... .. .... . ... ... ... ... ... 6

TINJAUAN PUSTAKA PengeJolaan Sumber Daya Alam ... .. . ... ... ... ... .. ... ... .. . . .. ... ... ... .. .... 7

Pembangunan Pertambangan ... ... . ... ... ... .. .... 8

Pertambangan Rakyat ... ... ... ... ... .... ... .. .. .. .... .. ... '" ... 10

Analisis Mengenai Oampak Lingkungan ... ... ... . ... ... ... 11

Pencemaran Ungkungan ... '" ... '" ... . 12

Pencemaran MerKuri (Hg) .... ... ... ... ' " ... ... . .. ... .. . ... ... ... .. . . 15

BAHAN DAN METODE Waktu dan lokasi Penelitian ... ... .... .. ... ... .. . ... . ... 23

Bahan dan Alat ... .. '" ... ... ... .. . ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .. . ... ... 23

Rancangan Penelitian ... .. .. "... . 23

KEADMN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Pertambangan di Provinsi Sulawesi Utara 28 Keadaan Umum lokasi Penelitian ... ... ... ... 30

HASll DAN PEMBAHASAN Profil Pertambangan Rakyat ... .. ... ... ... ... 33

Tahapan Prosesing Pada Pertambangan Rakyat ... ... 43

Pasca Penambangan ... ... . ... ... ... . ... ... ... 47

Dampak Sosial Ekonomi Pertambangan Rakyat ... 47

Dampak Lingkungan dan Penambangan Rakyat ...

69

Hubungan Antar Parameter ... 80

Strategi Penanganan Pertambangan Rakyat .... ... .. ... 88

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 106

Saran ... ... ... ... ... 106

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Konsentrasi ion-ion logam (mgIL) yang mematikan beberapa biota

pada pemaparan 96 jam ... 15

2. Kandungan merkun pada berbagai bahan secara alami

18

3. Kondisi investasi PMA di bidang pertambangan di Sulawesi Utara 30

4.

Jumlah penduduk Oesa T atelu

32

5.

Pendidikan penduduk Oesa Tatelu

32

6. Distnbusi penggunaan lahan

32

7. Kepemilikan lahan 33

8. Serapan tenaga kerja pada lokasi pertambangan rakyat Tatelu 48

9. Pendapatan rata-rata setiap bulan dan masyarakat pertambangan

rakyat sebelum dan sesudah ter1ibat di pertambangan rakyat 60

(11)

DAFTAR

GAM BAR

Halaman

1. Kerangka pemikiran 4

2. Masuknya zat pencemar ke lingkungan

16

3. Masuknya logam berat ke dalam tubuh manusia

22

4. Bagan alir sistem keterkaitan dampak pada pertambangan rakyat

5. Sumber air untuk pengolahan emas 35

6.

Jarak unit pengolahan emas dengan sungai

36

7.

Jumlah tromol di unit pengolahan emas

37

8.

Jumlah prosesing per hari di unit pengolahan emas

38

9.

Jumlah penambang di unit pengolahan emas

38

10. Jumlah pekerja tromol di unit pengolahan emas

39

11. Jumlah pekerja pemecah batuan di unit pengolahan emas

40

12. Jumlah tailing dam di unit pengolahan emas

41

13. Konstruksi tailing dam di unit pengolahan emas

42

14. Sistem pengolahan emas Tatelu 46

15. Biaya dan persentase biaya untuk tiap jenis pekerjaan per periode

pengolahan pada unit pengolahan emas . . . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. 55

16. Pendapatan dan persentase pendapatan untuk tiap jenis pekerjaan

per periode pengolahan pada unit pengolahan emas .. . .. . .. . .. . .. . . 58

17. Hubungan antara pendapatan pekerja pulangan dengan emas yang

dihasilkan pada setiap periode pengolahan ... ... ... 61

18. Hubungan antara pendapatan pekerja transportasi dengan emas

yang dihasilkan pada setiap periode pengolahan ... 62

19. Hubungan antara pendapatan pekerja rempel dengan emas yang

dihasilkan pada setiap periode pengolahan .. ... ... 63

20. Hubungan antara pendapatan pekerja tromol dengan em as yang

dihasilkan pada setiap periode pengolahan ... 64

21. Hubungan antara pendapatan pekerja penambang dengan emas

yang dihasilkan setiap periode pengolahan ... " . . .. . .. . .. . .. . ... ... .. . ... 65

(12)

Halaman

22. Hubungan antara pemilik dengan emas yang dihasilkan per periode

pengolahan .. ... ' " ... ... .... ... .. . .... 66 23. Hubungan antara penggunaan Hg dengan emas yang dihasilkan

dalam satu periode pengolahan ... 68

24.

Konsentrasi rata-rata Hg di tailing dam

71

25.

Konsentrasi rata-rata Hg di tanah pada berbagai jarak ...

72

26.

Konsentrasi rata-rata Hg di rum put pada berbagai jarak

74

27.

Konsentrasi rata-rata Hg di sedimen pada berbagai jarak

75

28.

Konsentrasi rata-rata Hg di air sungai pada berbagai jarak

77

29. Konsentrasi rata-rata Hg di ikan dan kerang

79

30.

Hubungan antara konsentrasi Hg di unit Pengolahan dengan di

tailing dam ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 81

31.

Hubungan antara konsentrasi Hg di unit pengolahan dengan tanah

82

32.

Hubungan antara konsentrasi Hg di tanah dengan di rumput

83

33. Hubungan antara konsentrasi Hg di air sungai dengan di sedimen 84

34.

Hubungan antara konsentrasi Hg di ikan dengan di air muara

sungai Talawaan ... ... 86 35. Hubungan antara konsentrasi Hg di kerang dengan di sedimen pada

muara sungai Talawaan ... 88

36.

Bagan alir pencemaran Hg di pertambangan rakyat

90

37. Luas wilayah pertambangan di Sulawesi Utara

91

38.

Pola penggunaan air pada unit pengolahan emas secara terbuka

95

39.

Pola penggunaan air pada unit pengolahan emas secara tertutup

85

40.

Sistem pengolahan terpadu

100

41.

Rekomendasi sistem pengolahan tertutup

101

(13)

1.

2.

3.

4.

5.

DAFTAR LAMPIRAN

Kandungan Merkuri/Hg (ppm) dalam tanah Kandungan MerkurilHg (ppm) dalam rumput Kandungan Merkuri/Hg (ppm) dalam tailing dam Kandungan MerkurilHg (ppm) dalam air sungai Kandungan MerkurilHg (ppm) dalam sedimen

6. Kandungan MerkurilHg (ppm) dalam organ dan jaringan ikan

7.

Kandungan MerkurilHg (ppm) dalam kerang

8.

Penggunaan Merkuri/Hg (gram) dan ー・イッセィ。ョ@ emasJAu selama

Halaman

114

114

115

115

116

116

117

empat periode produksi (gram) .. ... ... ... ...

118

9.

Rata-rata penggunaan MerkurilHg (gram) dan hasil emas yang

diperoleh pada setiap periode produksi (gram) ... ...

119

10.

Biaya produksi (Rupiah) pada unit pengolahan emas untuk setiap

periode ... ... ...

120

11.

Pendapatan anggota masyarakat yang terlibat dalam usaha

pertambangan untuk setiap periode ...

121

12. Distribusi rataan biaya produksi (Rupiah) dan presentasenya 121 13. Distribusi rataan pendapatan dan persentasenya ... 122

14.

Hasil analisis varians kandungan MerkurilHg (ppm) di tanah pada

berbagai jarak ... ... ...

122

15. Hasil analisis varians kandungan MerkurilHg (ppm) di rumput pada

berbagai jarak ... ... ... ... ...

122

16.

Hasil analisis varians kandungan MerkurilHg (ppm) di tailing dam

pertama dan kedua ... ... ... ... ... 122

17.

Hasil analisis varians kandungan MerkurilHg (ppm) di sungai pada

berbagai jarak ... ...

123

18.

Hasil analisis varians kandungan MerkurilHg (ppn)

d seGnen

pada

berbagai jarak ... ... ... ... 123

19.

HasiJ analisis varians kandungan MerkurilHg (ppm) di ikan pada

berbagai jarak air sungai ... ...

123

(14)

Halaman

20. Hasil analisis regresi hubungan kandungan Mer1turilHg (ppm) di

tanah dengan di unit pengolahan emas ... ... ... ... .. . ... ... ... ... ... ... 124 21 . Hasil analisis regresi hubungan kandungan Mer1turilHg (ppm) di

rumput dengan di unit pengolahan emas ... ... ... ... 124 22. Hasil analisis regresi hubungan kandungan MerkurilHg (ppm) di

tailing dam dengan di unit pengolahan emas ' " .. .... ... ... .. ... ' " ... 125 23. Hasil analisis regresi hubungan kandungan MerkurilHg (ppm) di air

sungai dengan di sedimen ... 125 24. Hasil ana/isis regresi hubungan kandungan Merkuri/Hg (ppm) di

ikan dengan air di muara sungai Talawaan . . . .. . .. . . .. 126 25. Hasil analisis regresi hubungan kandungan MerkurilHg (ppm) di

kerang dengan sedimen di muara sungai Talawaan ... 126 26. Hasil analisis regresi hubungan pendapatan pulangan (Rp) dengan

hasil emas (gram) ... ... .... .... ... ... .. . ... .. . ... ... .... ... ... ... ... .... 127 27. Hasil analisis regresi hubungan pendapatan transportasi (Rp)

dengan hasil emas (gram) ... . ... ... ... '" ... 127 28. Hasil analisis regresi hubungan pendapatan rempel (Rp) dengan

hasil emas (gram) ... ... . ... ... ... ... ... 128 29. Hasil analisis regresi hubungan pendapatan pekerja tromol (Rp)

dengan hasil emas (gram) ... ... " ... ... '" .. . 128 30. Hasil analisis regresi hubungan pendapatan penambang (Rp)

dengan hasil emas (gram) ... ... .... ... .. .. ... 129 31. Hasil analisis regresi hubungan pendapatan pemilik (Rp) dengan

hasil emas (gram) ... ... . ' " ... ... .... ... .... ... '" ... ... ' " ... ... .... 129 32. Hasil analisis regresi hubungan penggunaan Hg (gram) dengan

hasil emas (gram) .. ... . ... . ... .... ... ... 130 33. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.18 Tahun 1999 Tentang

Baku Mutu TeLP Zat Pencemar Dalam Limbah ... .... 131 34. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia NO.82 Tahun 2001 Tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air 133

35. Peta lokasi penelitian 135

(15)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan nasiona! merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

ben::esinambungan yang me!iputi se!uruh kehidupan masyarakat bangsa dan

negara untuk me!aksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional yang terdapat di

dalam pembukaan UUD 1945. Tujuan pembangunan nasional yaitu melindungi

segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

dan keadilan sosial.

Untuk melaksanakan pembangunan nasional yang berkelanjutan, maka

GBHN 1993 telah memberikan arahan agar pendayagunaan sumberdaya alam

dilakukan secara terencana, rasional, optimal, bertanggung jawab dan sesuai

dengan kemampuan daya dukungnya dengan mengutamakan sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat serta memperhatikan kelestarian fungsi dan kesinambungan

lingkungan hidup.

Sektor pertambangan adalah merupakan salah satu sektor yang dapat

dikembangkan dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Indonesia asalkan dapat dikelola dengan baik dan bertanggung jawab.

Pembangunan sektor pertambangan haruslah diselenggarakan secara terpadu

dengan pembangunan daerah dan pengembangan wilayah. Dalam konteks

pembangunan sektor pertambangan secara terpadu ini, maka jelas tungsi dan

peran pertambangan rakyat terutama untuk mewujudkan aspek pemerataan dan

perluasan lapangan kerja di daerah, khususnya pada sektor pertambangan dan

dapat terdistribusi secara layak pada masyarakat luas.

Pada umumnya di Indonesia, para pengusaha pertambangan rakyat masih

menggunakan cara penambangan dan pengelolaan secara tradisional, namun

perhatian dalam melestarikan lingkungan

serta

penanganan limbahnya masih

sangat rendah. Daerah Sulawesi Utara sudah dikenal sebagai daerah

penambanQan emas selak !aman penjajahan Belanda pada tahun 1887, dengan

lokasi oertama ditemukannva emas olel1 Helanda 01 LooonQan (Haf)Ono. QセセセIN@

maKa DaQ! masvaraKat セオャ。キ・ウャ@ utara penambangan emas DUkantan meruDaKan

(16)

2

dalam upaya untuk mencari wilayah yang berpotensi mengandung emas . Dengan berpindahnya Belanda ke daerah lain maka bekas wilayah pertambangannya dikuasai oleh masyarakat setempat yang kemudian melanjutkan usaha penambangan emas ini dengan cara tradisional yaitu dengan tetap menggunakan merkuri sebagai bahan utama penjerat emas dari batuan induknya. Usaha ini masih tetap bertahan sampai saat ini. namun berpindah dan satu wilayah ke wilayah lainnya. Dengan masih tetap menggunakan pola pemisahan emas yang sarna, maka pencemaran merkuri masih tetap terjadi.

1.2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui sistem pertambangan rakyat

2. Mendeteksi konsentrasi merkun (Hg) pada beberapa parameter lingkungan

3. Mengetahui perbedaan konsentrasi merkuri (Hg) terhadap jarak dan sumber pencemar

4. Mengetahui hubungan antar konsentrasi merkuri (Hg) pada beberapa parameter lingkungan

5. Mengetahui dampak dari penambangan rakyat terhadap pendapatan.

1.3. Kerangka Pemikiran

Dalam kehidupan manusia untuk mempertahankan keberlanjutan htdupnya, mereka akan mengusahakan sumberdaya alam yang berada di sekitamya. Hal ini sudah エ・セ。、ゥ@ sejak pertama kali manusia berada di bumi ini. Bahwa demi kehidupan manusia sumberdaya alam harus dikorbankan adalah merupakan hal yang biasa, tetapi seberapa besar kerusakan yang ditimbulkan oleh manusia terhadap lingkungannya inilah yang harus menjadi pematian utama.

(17)

3

Tanjung Puting, Kalimantan Tengah telah banyak yang tercemar logam berat yang diakibatkan adanya penambangan rakyat. Pada sisi yang lain, rakyatpun mempunyai hak untuk mempertahankan kehidupannya dengan mengolah alam di wilayahnya.

(18)

4

TambaDC Rakyat

Limba" Calr

Limbalt Padat

UapMerkuri

Income

1

1

Sumur

Songai

Tanah daD Rumpot

Udara

1

I

Rantai MakaaaD

t-HojaD

I

Hg Sedimea

I

BgAir

I

Hg Orgaaisme

1

BgTanab

daD Rampot

Analisis

Bg

di

Air, Sedimen, TaDah,

Rumput, dan Organisme

STRATEG1PENGEUDLAAN

RAMAH LINGKUNGAN

PembanguDaD

Kesejabteraan

Berkelanj utaD

Rakyat

(19)

5

1.4. Perumusan Masalah

Usaha pertambangan merupakan seldor yang dapat memberikan pemasukan pendapatan dalam jumlah yang besar dalam waktu yang singkat, baik kepada negara, swasta, maupun penambang rakyat, khususnya pada kawasan-kawasan yang berpotensi mengandung emas asalkan dikelola secara baik dan bertanggung jawab.

Masyarakat di wilayah Sulawesi Utara sudah sangat terbiasa dengan usaha pertambangan emas secara tradicional. Cara pengelolaan penambangan inipun dilakukan dari jaman dahulu dan masih tetap berlangsung sampai saat ini. Dalam mengekstrasi emasnya mereka menggunakan merkuri (Hg) dan sumber air pengolahan dari sungai.

Adanya penggunaan merkuri (Hg) sebagai bahan utama dalam mengekstrasi ernas, akan sangat memudahkan untuk proses pelepasan merkuri (Hg) ke alam. Pada sis; lain, Hg merupakan salah satu logam berat yang sangat beracun dan berbahaya apabila masuk ke dalam tubuh organisme hidup terutama manusia (Fardiaz, 1992).

Pada penambangan emas secara tradisional, tidak dapat dihindarkan akan terjadinya penyebaran log am Hg ke sekitar wilayah penambangan sehingga pada akhirnya akan terjadi pencemaran Hg. Penambangan tradisionalpun tentunya melibatkan banyak sekali rakyat yang turut dalam usaha ini yang merupakan sampingan dan usaha utamanya.

Dengan adanya persoalan seperti ini maka harus diukur seberapa luas sebaran dampak yang telah ditimbulkan oleh adanya penambangan emas rakyat ini, dan hal ini akan dideteksi pada komponen lingkungan yang ada disekitar unit usaha tersebut. Pertimbangan dampak pencemaran merkun dan penambangan rakyat inilah yang menyebabkan harus dilakukan sebuah penelitian yang mendeta;l.

1.5. Hipotesis

Dalam penelitian ini hipotesis yang digunakan adalah :

1. Penambangan rakyat memberikan dampak terh ad ap pencemaran lingkungan.

(20)

6

3. Terdapat korelasi yang nyata antara konsentrasi merkuri (Hg) pada beberapa parameter yang diukur.

1.6. Manfaat Penelitian

Dari penelitian in; diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut 1. Memperoleh informasi tentang pencemaran merkuri (Hg) pada beberapa

parameter lingkungan akibat adanya penambangan rakyat.

2, Menemukan pola penanggulanggan pencemaran merkuri dari penambangan emas rakyat,

3. Menjadi bahan kajian ilmiah bagi dunia ilmu pengetahuan dan sumber informasi bagi instansi terkait dengan persoalan penambangan rakyat.

1.7. Novelty Penelitian

Hasil dari penelitian ini dapat memberikan sesuatu yang baru dalam hal pengelolaan pertambangan emas rakyat, dimana sistem pengelolaan yang selama ini dijalani adalah dengan selalu membuang limbah cair ke sungai, sehingga akan terjadi pencemaran merKuri ke perairan, sedimen dan organisme, disamping itu juga terjadi pelepasan merkuri ke udara pada saat terjadinya pemisahan emas dengan mer1c:uri.

(21)

II. nNJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengelolaan Sumberdaya A'am

Keg iata n pembangunan pada umumnya adalah menyangkut

pendayagunaan sumberdaya alam, karena dan sumberdaya alamlah segala

kebutuhan manusia dapat terpenuhi. Mantaat sumberdaya alam ini bagi manusia

dapat bersifat langsung ataupun tidak langsung.

Pengertian sumberdaya alam adalah komponen lingkungan alami baik fisik

maupun hayati yang diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya

dan meningkatkan kesejahteraannya (Soerianegara, 1977). Selanjutnya

dikatakan oleh Soeparmoko (1997) bahwa sumberdaya alam perlu

diklasifikasikan karena dengan penggolongan akan lebih mempermudah dalam

merencanakan bagaimana memanfaatkannya dan bagaimana mengelolanya

agar volume sumber daya alam tersebut tidak cepat habis dan lingkungannya

tetap \estan, namun memberikan mantaat sosial yang optimal.

Berdasarkan kemampuannya memperbaharui din, maka sumberdaya alam

digolongkan menjadi : 1}. Sumberdaya alam dapat pulih seperti hutan dan

perikanan, 2). Sumberdaya alam tidak dapat pulih seperti mineral dan gas bumi.

Hal ini karena sumberdaya alam tersebut tidak akan pernah ada lagi setelah

diambil. sehingga diharapkan pengelolaannya secara bertanggung jawab (Mayer

2001).

Arah pembangunan jangka panjang yang digariskan dalam GBHN 1998

menyatakan bahwa bangsa Indonesia menghendaki keselarasan hubungan

antara manusia dengan Tuhannya, diantara sesama manusia serta manusia

dengan lingkungan alam sekitamya. Dengan demikian, maka keserasian antars

kegiatan manusia dengan ekosistem yang mendukungnya merupakan

pengarahan pembangunan jangka panjang yang harus diikuti.

Pemerintah menetapkan kebijaksanaan nasional tentang pengelolaan

lingkungan hidup dan penataan ruang dengan tetap memperhatikan nUai-nilai

agama, adat istiadat dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat (UU No. 23

Tahun 1997 pasal 9). Sumberdaya alam yang ada sekarang ini sebenamya

merupakan titipan untuk generasi yang akan datang, yang sementara dikuasakan

pada generasi sekarang int Hal ini menyebabkan penanganan yang dilakukan

(22)

8

Secara umum pengelolaan sumberdaya atam dapat didefenisikan sebagai usaha manusia dalam mengubah ekosistem sumberdaya alam agar manusia memperoleh manfaatnya semaksimal mungkin dengan mengusahakan kontinuitasnya (Soerianegara, 1977). Tujuan pengekllaan sumberdaya alam menuM Husein (1994) adalah sebagai berikut: 1}. Tercapainya keselarasan hubungan antara manusia dengan lingkungannya, 2). Terkendalinya pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana, 3). Terwujudnya manusia Indonesia sebagai pembina lingkungan, 4). Teriaksananya pembangunan berwawasan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan generasi yang akan datang.

2.2. Pembangunan Pertambangan

Falsafah pembangunan pertambangan pada PJP " adalah untuk mendukung terciptanya perekonomian nasional yang mandiri dan handal melalui pendayagunaan sumberdaya alam mineral dan energi secara hemat dan optimal serta befWawasan lingkungan. Secara umum sasaran sektor pertambangan selama PJP II adalah:

1. Peningkatan produksi dan diversifikasi.

2. Memenuhi kebutuhan bahan baku industri dan energi primer.

3. Terciptanya sistem penambangan yang efisien, produktif dan disertai penguasaan teknologi.

4. Peningkatan kualitas sumberdaya dan manfaat usaha pertambangan. 5. Peningkatan peran serta masyarakat terutarna melalui wadah koperasi. 6. Meluaskan pembangunan pertambangan melalui daerah khususnya kawasan

timur Indonesia.

7. Tersedianya petayanan infolTTlasi geologi dan sumberdaya mineral.

Klasifikasi bahan galian di Indonesia berdasarkan pad a Undang-undang Pokok Pertambangan Nomor 11 tahun 1967 dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 adalah sebagai berikut:

1. Bahan galian strategis disebut pula sebagai bahan galian 90longan A yang terdiri dan: minyak bumi, bitumen cair, lilin beku, gas alam, bitumen padat, aspal, antrasit, batubara, batubara muda, uranium, radium, thorium, bahan galian radioaktif lainnya, nikel, kobalt, dan timah.

(23)

9

bauksit, tembaga, timbal, seng, emas, pfatina, perak, air raksa, arsen, antimon, bismuth, serium, kristal kuarsa, kriolit, barit, jodium. brom. khlor dan belerang.

3. Bahan galian non-strategis dan non-vital disebut pula bahan galian goklngan C yang terdiri dali : nHm. nitrat, fosfat, garam batu (halit), asbes, talk, mika, graflt, magnesit, garosit, tawas, oker. batu permata, pasir kuarsa, kaolin, gipsum, bentonH, tanah serap. batu apung, marmer, batu tulis, batu kapur, dolomit, kalsit, gran it, andesit. tanah liat dan pasir.

DaJam Undang-undang Pokok Pertambangan Nomor 11 Tahun 1967

dikatakan yang dimaksudkan dengan usaha pertambangan adalah semua usaha yang dilakukan oleh seseorang atau bad an hukum atau badan usaha unluk mengambil bahan galian dengan tujuan untuk dimanfaatkan Jebih lanjut bagi kepentingan manusia. Usaha pertambangan dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Usaha pertambangan penyelidikan umum, merupakan penyelidikan

geologi ataupun geofisika secara umum baik di daratan, perairan ataupun dari udara dengan maksud untuk membuat peta geologi umum dalam usaha untuk menetapkan tanda-tanda adanya bahan galian.

2. Usaha pertambangan eksplorasi, adalah segala usaha penyelidikan geologi pertambangan untuk menetapkan lebih teliti atau lebih seksama adanya sifat dan letak bahan galian.

3. Usaha pertambangan eksploitaai, adalah usaha pertambangan dengan maksud untuk menghasilkan bahan galian dan memanfaatkannya.

4. Usaha pertambangan pengolahan dan pemumian, adalah pengerjaan untuk mempertinggi mutu bahan galian serta untuk memanfaatkannya dan memperoleh unsur-unsur yang terdapat dalam bah an galian tersebut.

5. Usaha pertambangan pengangkutan, adalah segala usaha pemindahan bahan galian dali daerah eksplorasi, eksploitasi atau dan tempat pengolahan atau pemumian ke tempat lain.

6. Usaha pertambangan penjualan, adalah segala usaha penjualan dan hasil pengelolaan ataupun pemumian bahan galian.

(24)

10

non-strategis dan non-vital (golongan C) diatur dalam bentuk Surat Ijin Pertambangan Daerah (SPID) dan diatur oleh Gubemur Kepala Daerah.

2.3.

Pertambangan Rakyat

Penambangan yang dikelola oleh rakyat pada umumnya adalah pertambangan yang dilakukan dengan tidak mendapatkan izin dan pemenntah, sehingga disebut oleh pemerintah dengan nama" Pertambangan Emas Tanpa Izin " atau PETI.

Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) adalah usaha pertambangan yang dilakukan oleh perseorangan, sekelompok orang atau perusahaan atau yayasan berbadan hukum yang didalam operasinya tidak memiliki izin dan instansi pemenntah sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. PETI diawali oleh keberadaan para penambang tradisional, yang kemudian berkembang karena adanya faldor kemiskinan, keterbatasan lapangan pekerjaan, dan kesempatan usaha, keterlibatan pihak lain yang bertindak sebagai cukong atau backing, ketidak harmonisan antara perusahaan dengan masyarakat setempat, serta knsis ekonomi berkepanjangan yang diikuti oleh penafsiran keliru tentang reformasi. Oi sisi lain kelemahan dalam penegakan hukum dan perundang-undangan yang menganak tirikan pertambangan oleh rakyat, juga ikut mendorong maraknya PETI (Anonim, 2000).

Apabila dilihat dari karalderistik PETI, maka dapat dikelompokan menjadi : A. Ditinjau dari pelaku usaha, terdiri atas :

1. Masyarakat setempat 2. Masyarakat pendatang

3. Cukong dan oknum aparat sebagai backing B. Ditinjau dari teknologi pengolahan terdiri atas:

1. Peralatan sederhana atau tradisional

2. Peralatan semi mekanis atau kombinasi antara peralatan sederhana dengan peralatan mekanis

3. Peralstan mekanis.

C. Ditinjau dari status lahan, terdiri dari: 1. Lahan milik sendili

2. Lahan milik Negara seperti hutan lindung dan eagar alam

(25)

11

O. Oitinjau dan komoditi atau bahan galian. terdiri atas :

1. Batu bara (goloogan A)

2. Emas dan intan (golongan B)

3. Golongan A dan B lainnya serta hampir seluruh bahan gal ian golongan C

(Anonim.2oo0) .

2.4. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Menurut Suratmo (1995) , analisis mengenai dampak lingkungan adalah

suatu hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan terhadap

lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan. Hal ini dijelaskan oleh Soemarwoto (1997) bahwa anaHsis mengenai dampak

lingkungan dimaksudkan sebagai alat untuk merencanakan tindakan preventif

terhadap kerusakan lingkungan yang mungkin akan ditimbulkan oleh suatu

aktivitas pembangunan (proyek) yang sedang direncanakan.

Oampak adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat dan adanya

suatu aktivitas manusia. dapat bersifat posrtif maupun negatif. Pada umumnya

dampak suatu kegiatan pembangunan (proyek) selalu menjadi masalah karena

perubahan yang disebabkan oleh adanya suatu aktivitas pembangunan (proyek)

selalu \ebih besar daripada yang menjadi sasaran untuk proyek itu (Soemarwoto,

1997).

Suratmo (1995) mengatakan bahwa untuk menetapkan adanya suatu

dampak diperlukan 3 tahapan sebagai benkut: 1}. Tahap 1 melakukan identifikasi dampak yang terjadi pada komponen-komponen lingkungan, 2). Tahap II

pengukuran atau penghitungan dampak yang akan エ・セ。、ゥ@ pada

komponen-komponen lingkungan tersebut. 3). Tahap III penggabungan beberapa komponen-komponen

lingkungan yang sangat berkaitan kemudian dianalisis dan digunakan untuk

menetapkan refleksi dari dampak komponen-komponen sebagai indikator yang

menjadi gambaran perubahan lingkungan atau dampak lingkungan.

Oampak dan suatu kegiatan pembangunan atau proyek menurut Suratmo

(1995), pada umumnya mempunyai pengaruh baik langsung maupun tidak

langsung kepada 3 komponen penting yaitu : 1). Biofisik kimia, 2). Sosial budaya

masyarakat dan 3). Sosial ekonomi masyarakat di daerah proyek tersebut.

Penambangan terbuka menurut Robertson (1996), dampak penting dan

suatu kegiatan penambangan terbuka yang harus diperhatikan adalah aliran air

asam tambang, kolam limbah dan rembesan legam berat ke dalam ali ran air

(26)

12

2.5. Pencemaran Lingkungan

Pengertian lingkungan berdasarkan pada UU No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda. daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dengan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Dikatakan oleh Ismoyo (1995) bahwa lingkungan adalah semua faktor luar, fisik dan biologis yang secara langsung berpengaruh terhadap ketahanan hidup. pertumbuhan. perl<.embangan dan reproduksi organisme.

Secara umum yang dimaksudkan dengan pencemaran lingkungan diartikan sebagai masuknya atau dimaksukannya makhluk hidup, energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam. sehingga menyebabkan kualitas lingkungan turun sampai pada tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997). Jadi pada dasamya peristiwa pencemaran ini mempunyai beberapa komponen pokok untuk bisa disebut sebagai pencemaran yaitu:

1. Lingkungan yang terkena pengaruh adalah lingkungan hidup manusia. 2. Yang terkena akibat negatif adalah manusianya.

3. Oi dalam lingkungan tersebut terdapat "bahan berbahaya" yang juga disebabkan oleh adanya aktivjtas manusia itu sendiri atau aktivitas alamiah dari alam (Amsyari. 1986).

Pencemaran daratan pada umumnya diartikan sebagai masuknya bahan-bahan pencemar baik yang bersifat organik ataupun anorganik, berada di permukaan tanah dan yang menyebabkan daratan menjadi rusak, sehingga tidak dapat memberikan days dukung bagi kehidupan manusia. Apabila bahan-bahan pencemar ini berada dalam waktu yang cukup lama akan dapat menimbulkan gangguan terhadap kehidupan manusia, hewsn maupun tanaman yang ada di sekitamya. Adapun pencemaran daratan ini dapat dipindahkan dan suatu tempat ke tempat lainnya ok!h adanya aliran permukaan (Wardhana, 1995).

Pengamatan terhadap pencemaran daratan lebih mudah jikalau dibandingkan dengan pencemaran air stau udara. Secara gans besar pencemaran daratan dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

(27)

13

daratan me njad i tercemar. Pencemaran dengan faldor internal ini tidak terlalu menjadi beban pemikiran karen a dianggap sebagai musibah atau bencana alam.

2. Faktor ekstemal merupakan pencemaran daratan karena ulah dan aktivitas manusia. Pencemaran daratan karena faldor eksternal ini merupakan masalah yang harus mendapatkan banyak perhatian karena dapat dikurangi oleh manusia sebagai penyebabnya.

Pencemaran air pada umumnya diartikan sebagai masuknya bahan pencemar ke dalam perairan sebagai akibat dan kegiatan alemiah maupun aktivitas manusia yang menyebabkan terganggunya kehklupan btota, membahayakan kesehatan manusia dan mengurangi adanya aktivitas perairan, sehingga menurunkan kualitas perairan baik untuk budidaya ataupun berekreasi (Mahidah, 1992 dan Mat,1994).

Menurut F ardiaz (1995) berdasarkan perbedaan sifat-sifatnya pencernaran air dapat digolongkan atas 9 kelompok :

1. Bahan padatan.

2. Bahan buangan yang membutuhkan oksigen. 3. Mikroorganisme.

4. Komponen organik sintetik. 5. Hara tanaman.

6. Minyak.

7. Senyawa anorganik dan mineral. 8. Bahan radioaktif.

9. Panas.

Dikatakan oleh Eiswerth (1990) untuk mengetahui apakah air tercemar atau tidak diperlukan pengujian untuk menentukan sifat-sifatnya, sehingga dapat diketahui apakah terjadi penyimpangan dari batasan pencemaran air atau baku mutu air. Sifat-sifat air yang umum diuji dan dapat digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran air adalah :

1. Nilai pH, keasaman dan alkalinitas. 2. Suhu.

3. Warna, bau dan rasa. 4. Jumlah padatan. 5. Nilai BOD dan

COO.

(28)

14

8. Kandungan Jogam berat.

9. Kandungan bahan radioaktif.

Jenis kegiatan manusia yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran perairan, o\eh Brotowidjojo (1995) digolongkan sebagai berikut

1. Pencemaran karena limbah industri (industrial pollution). 2. Pencemaran karena sampah (sewage pollution).

3. Pencemaran karena sedimentasi (sedimentation pollution). 4. Pencemaran karena kegiatan pertanian (agriculture pollution)

Berdasarkan pada penguraiannya, maka bah an pencemar dapat digokmgkan kedalam 2 9010ngan :

1. Bahan pencemar yang mudah terurai atau biodegradable pollutant, misalnya sampah organik.

2. Bahan pencemar yang sukar terurai atau non-biodegradable pollutant, misalnya senyawa logam berat, DDT dan lain-lain.

Bahan pencemar yang sangat membahayakan adalah bahan pencemar yang sulit terurai atau non-biodegradable terutama untuk jenis-jenis Iogam berat yang mempunyai daya racun yang tinggi terhadap makhluk hidup. Oleh Palar (1994) digolongkan daya racun dari Jogam adalah sebagai berikut:

1. Ion kelas B merupakan ion-ion logam yang mempunyai daya racun besar (ion logam yang sangat beracun) karena: (a). Paling efektif untuk berikatan dengan gugus sulfihidril (-SH) seperti slstein dengan struktur molekul yang memiliki gugus nitrogen (N) seperti terdapat dalam lis in atau histidin. Gusus sulfur dan nitrogen merupakan gugus aktif dari enzim-enzim tersebut. (b). Dapat menggantikan posisi dari ion-ion logam kelas antara seperti ion seng (Zn2

.) dari enzim logam (methalloenzim). (c). Bersama dengan ion-ion logam

kelas antara, maka ion-ion logam kelas B akan dapat membentuk ion-ion logam yang dapat larut dalam lemak (lipid soluble) . Ion-ion logam yang dapat larut dalam lemak ini akan mampu melakukan penetrasi pada membran sel, sehingga akan menumpuk dalam sel dan organ-organ lainnya yang akan membahayakan. Contohnya adalah ion-ion logam Hg, Pb dan Sn. (d). Beberapa ion logam dari logam kelas B dalam methalloprotein menunjukkan kemampuan oksidasi reduksi (redoks) seperti Cu2+ - + Cu·, ion logam

tembaga (Cu') 1ni akan mengubah kesatuan fungsional dari protein terkait. 2. Ion-ion Iogam kelas antara adalah merupakan ion Iogam dengan daya racun

(29)

15

kelompok ion logam kelas antara ini ialah logam nikel (Ni2+). Ion tersebut

dapat menggeser gugus Zn2+ yang merupakan faktor aktif pada enzim

karbonat gulihidrase.

3. Ion-ion logam kelas A yang dapat dikatakan sebagai ion logam dengan daya

racun rendah. Daya racunnya cenderung disebabkan oIeh kemampuannya

dalam menggantikan posisi ion lain. Sebagai contoh adalah ion Iogam Be2•

akan dapat digantikan oleh ion logam Mg2+. Ion logam Mg2+ karena

menggantikan ion Iogam Be2• akan menjadi beracun karena menghalangi

kerja enzim yang ditempelinya atau yang ber1<aitan dengannya. Pada Tabel

1, dapat dilihat konsentrasi berbagai jenis logam yang dapat mengakibatkan

kematian biota laut pada pemaparan 96 jam.

Tabel1. Konsentrasi ion-ion Iogam (mg I L) yang mematikan beberapa biota pada pemaparan 96 jam.

Jenis Logam Ikan

Berat

Cd 22-55

Cr 91

Cu 2,5-3,5

Hg 0,23-0,8

Ni 350

Pb 188

Zn 60

2.6. Pencemaran Merkuri

2.6.1. Pengenalan Mer1curi

Udang Kerang Polycheta

0,015-47 2,2-35 2,5-12.1

10 14-105 2,0-9,0

0,17-100 0,14-2,4 0.16-0,5 0,05-0,5 0,058-32 0,02-0,09

6-47 72-320 25-72

7,7-20

0,5-50 10-50 1.8-5,5

Hydrargyrum (Hg) adalah kata yang berasal dali bahasa latin yang artinya

dalam Bahasa Indonesia adalah air raksa. Hydrargyrum (Hg) apabila

diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris adalah mercury yang mengandung arti

sangat mudah menguap. Masyarakat umumnya lebih mudah mengenalnya

dengan menggunakan nama mef1curi. Mef1curi sudah dimanfaatkan oleh manusia

sejak jaman dahulu kala mulai dan awal tahun 1100 SM oteh masyarakat Cina

yang pada waktu digunakan untuk pembuatan obat dan cat merah. Pada waktu

itu merkuri yang digunakan adalah sinabar (HgS).

Dalam bidang fisika, logam mef1curi digunakan untuk mengisi instrumen

fisika seperti barometer dan nanometer dalam bidang kedokteran. Kolomel

(Hg2CI2 ) dipakai juga sebagai desinfektan. Senyawa merkuri juga banyak

(30)

16

pertanian. Lebih dari 80% kegiatan industri memakai meri<uri sebagai bahan baku katalis atau aditif. Oalam industri elektmnika bahan merkuri digunakan untuk pembuatan lampu, pembuatan baterei dan tombol. Industri farmasi menggunakan merXuri sebaga; obat sakit perut dan antiseptik.

Zat Pencemar

I

I

Zat Perle.mar

I

I

I

Adukan Turbot.nsl

I

Arus

Laut

I

Zat Penc:emar

I

I

Dlpekatkan

I

I

Pros .. 810109

'•

I

1

OI ... p

lkan

I

Dfserap

PI.nton

N.batI

Diserap Rumput Laut &

Tumbuhan

セOセセ@

Av.rtebrata

I

Plantort

セOM

Inn

Manus"

Kenng

I

Zat Pene.mar

I

I

Arus

Laut

I

Biota Yang

Berag.m

I

Proses Fiala Kim"

I

I

I

Adsorbsi

II

Pengendapan

l

Patahan Ion

I

Pengendapan dl Daur paralran

(31)

Oi dalam bidang kelautan, bahan merkuri juga banyak dipakai sebagai anti fouling yang digunakan sebagai bahan pencegah penempelan hewan-hewan laut pada dinding kapal (Keckes dan Meffinen, 1972).

Pada daftar periodik merkuri yang memiliki simbol Hg terletak pada 9010ngan liB dengan nomor atomnya 80, bobot atomnya adalah 200,59 dengan jari-jari atom adalah 1,48 AO. Pada suhu kamar (2SO C) merkuri adalah satu-satunya Iogam yang berada dalam keadaan cair dan mudah sekali menguap. Titik bekunya adalah -38,8't'C dan titik didihnya adalah 356,saoC.

Warna dari merkuri sangat ditentukan oleh fasenya. Pada fase cair akan berwama putih dan pada fase padat akan belWarna abu-abu dengan densitas yang tertinggi daripada semua benda cair yaitu 13, 546 glcm3•

Merkuri tidak dapat bereaksi dengan air, uap alkalis atau asam-asam yang bukan oksidator kuat kecuali Fe dan Pt, tetapi merkuri dapat bereaksi dengan cepat dengan gas-gas seperti e12, Br2 dan N02. Merkuri juga dapat membentuk

amalgam sebagai hasil reaksi dengan logam-Iogam lainnya. Oi samping itu merkuri juga sangat mudah larut di dalam larutan hnセ@ dan sukar larut di dalam pelarut-pelarut umum seperti air dan aseton .

2.6.2. Merkuri Oi Alam

Unsur logam ditemukan secara luas di seluruh permukaan bumi, mulai dan tanah dan batuan, badan air sampai pada atmosfir, di mana pada umumnya Iogam-Iogam itu ditemukan dalam bentuk unsur. Pada batuan , merkuri ditemukan sebagai bagian dan mineral seperti sinabar (HgS). Oi perairan, logam umumnya ditemukan berada dalam bentuk ion maupun dalam bentuk senyawa yang kompleks, jarang ditemukan dalam bentuk unsur bebas di dalam atmosfir bumi inj kecuali logam met1<uri (Hg) (pallar, 1994).

Fardiaz (1992) mengatakan bahwa merkuri merupakan unsur alami yang sering mencemari tingkungan dan biasa terdapat dalam bentuk gabungan dengan unsur-unsur lainnya ataupun unsur bebas. Komponen met1<uri banyak tersebar di karan g-ka rang , di tanah, udara, air dan organisme hidup melalui proses-proses fisika, kimia dan biologi yang kompleks.

(32)

18

Secara alami merkuri banyak terdapat di alam namun distribusinya tidak

merata seperti di dalam air tanah kadamya akan ber1tisar antara 0.01-0.07 ppb,

di dalam air laut antara 0.1-0.2 ppb dan di dalam batuan vulkanik merkuri akan

berkisar antara 10-100 ppb. Secara alami distribusi merkuri ditemukan seperti

ter1ihat pada Tabel 2.

Tabel2. Kandungan merkuri pada berbagai bahan secara alami.

No Media Konsentrasi

1. IlJr 0.01-60.0 ppb

2. Batu - batuan 0.00 -10.0 ppm

3. Udara 0.005 -1.0 ug 1m3

4. Makanan 0.01 -1.5 ppm

5. Urin manusia 1.0 - 25.0 ppb

6. Darah manusia 1.0 - 50.0 ppb

7. Rambut manusia 1.0-5.0 ppm

8. Batu - batuan vulkanis 10.0 -100 ppb

9. Tanah 30.0 - 500 ppb

10. Ikan air tawar 0.03 - 0.1 ppb

11. Ikan air laut ... 0.1 - 0.2 ppb

12. Air laut 0.1 -1.2 ppb

13. Air tawar 0.08 -0.12 ppb

14. IlJrtanah 0.01 - 0.07 ppb

15. Tumbuh - tumbuhan 0.001 - 0.3 ppm

16. Oaging 0.001 - 0.05 ppm

Keterangan : .. ) Kecuali ikan air laut yang berukuran besar seperti tuna, cucut,

kadar Hg sering ditemukan 0.2 - 1.5 ppm.

Jumlah merkuri yang dijumpai pada seluruh perairan di bumi ini

diperkirakan sebanyak 68 juta ton dan waktu tinggalnya 42.000 tahun (Keekes

dan Miettinen , 1972). Merkuri di perairan umumnya terikat dengan

cr

dan dapat

membentuk senyawa : (HgC4)2 ,(HgCI3) dan (HgCbBr)' . Apabila merkuri di

perairan air tawar senyawa Hg sangat tergantung pada pH air, pada pH 6

(33)

19

akan terbentuk adalah HgClt, sedangkan pada kondisi pH tebih besar dan 6 maka yang akan terbentuk adalah senyawa Hg(OH)z (Keckes dan Miettinen, 1972).

Merril (1978) memperi(irakan sejak tahun 1930-1970 jumlah merXuri yang di impor oleh Amerika Serikat sebesar 990 ton setiap tahun ,dan sekiar 455 ton akan dilepas ke perairan laut. Untuk total merXuri yang digunakan di seluruh dunia adalah 20.000 Secara alamiah merXuri yang terdapat di alam sangat kecil, seperti diperlihatkan pada Tabel 2. Peningkatan konsentrasi merXuri di alam selanjutnya akan terjadi apabila ada kegiatan-kegiatan manusia yang menghasilkan limbah yang mengandung merXuri. Kegiatan manusia yang diduga dapat menghasilkan limbah merkuri adalah perindustrian, pertambangan dan pertanian.

Bahan pencemar seperti merkuri apabila masuk ke lingkungan akan mengalami dispersi (penyebaran) secara fisis ke dalam udara, air tanah dan sediment. Pada waktu yang sarna bahan-bahan tersebut juga dapat mengaiami modifikasi kimia dan terdegradasi atau mengalami perubahan bentuk dalam lingkungan sehingga dapat terjadi pengambilan atau penyerapan hasil degradasi tersebut. Masuknya zat pen-cemar merXuri ke lingkungan akan mengalami tahapan-tahapan yang dijabarican oleh Environmental Protection Agency adalah seperti tertera pada Gambar 2.

Polar (1994) mengatakan bahwa mef1<:uri sebagai bahan pencemar di alam dapat ditemukan dalam bentuk :

1. Merkuri anorganik adalah termasuk ion logam merkuri (HgZ, dan garam-garamnya seperti mer1(uri klorida (HgClz), mericuri oksida HgO dan merkuri sulfide HgS.

2. Senyawa aril merkuri dengan struktur yang mengandung cincin hidrokarbon aromatik seperti fenil merkuri asetat (FMA).

3. Senyawa alkil merXuri yang mempunyai struktur hidrokarbon rantai lurus alifatik dan merupakan merXuri yang paling beracun misalnya metil mer1(uri klorida (CH3HgCI), etil klorida (C2H5HgCI).

(34)

20

2.6.3. Merkuri Oi Organisme Hidup

Adanya kemampuan akumutas; dari organisme terhadap logam berat atau yang disebut bio akumulasi di dalam tubuhnya menyebabkan konsentrasi log am berat akan Iebih tinggi. Hal in; bisa kits jumpai pada organisme hidup dengan konsentrasi lebih tinggi dibandingkan dengan yang terdapat di alam.

Pengikatan merKuri dalam bentuk meti! meri\:uri oleh gugus sulfuhidril protein tubuh yang sering disebut sebagai metalloprotein dapat menyebabkan aglutinasi menghambat aktivitas enzim, bersifat anti metaloid tertladap unsur Zn, sehingga dapat menyebabkan kerusakan sistem lapisan merKuri pada insang (coagulation fifaroxia) dan dapat mengganggu sistem pemapasan dan sirKulasi darah

Iewat

insang. Pada kadar yang cukup ting9i dapat menyebabkan kematian pada organisme (Katz, 1973).

Merkuri dapat masuk ke dalam tubuh organisme hk:lup rnelalui beberapa cara:

1. Melalu; ranta; makanan. 2. Melalui difusi pennukaan kulit.

3. Melalui pemapasan ( insang untuk hewan air).

Dari ketiga cara ini yang paling besar kemungkinan masuknya merkuri ke dalam tubuh adalah melalui ranta; makanan (Kiney, 1981). Dalam proses ini bagi hewan air, maka frtoplanton akan memegang peranan yang sangat penting dan vital. Fitoplanton akan menyerap merKuri organik pada waktu ber1angsungnya proses fotosintesis, kemudian dalam rantai makanan akan dimakan oleh zooplankton dan selanjutnya zooplankton akan dimakan oleh ikan-ikan keci!. Hal ini akan berlangsung terus dalam rantai makanan sampai pada struktur yang tertinggi. Dengan terjadinya pemangsaan ini organisme pemangsa akan turut terKontaminasi merKuri. Mer1c;uri yang masuk melalui difusi pennukaan kulit dapat dimungkinkan oleh adanya lemak yang terdapat dalam kulit. Merkuri akan mudah berdifusi melalui membran kulit. kemudian masuk ke dalam sistem jaringan tubuh. Insang merupakan alat pernapasan pada ikan merkuri akan masuk ke dalam tubuh melalui pertukaran gas dalam proses respirasi (Connel, 1997).

Dikatakan oleh Stoker dan Seager (1976) tingkat toksisitas dari raksa ditentukan oleh:

(35)

21

2. Efek sinergis, yaitu efek yang dapat menurunkan atau menaikkan tingkat toksisitas raksa seperti Cu yang dapat meningkatkan daya racun Hg dan Mn, Fe dapat mengurangi daya racun mertun.

3. Kualitas air, seperti pH. DO,suhu, salinitas yang menurun akan meningkatkan daya racun merturi.

4. Jenis kelamin dan Usia, organisme yang lebih muda akan lebih cepat tertena akibat keracunan merturi danpada yang lebih tua.

5. Makanan, semakin tinggi kandungan ュ・セオイゥ@ dalam makanan akan semakin tinggi juga kandungan racunnnya.

6. Aktivitas organisme, makin tinggi aktivitas organisme akan semakin kurang peka terhadap racun merkun.

Metil merkuri adalah senyawa merkuri yang paling berbahaya karena mempunyai efek terhadap sistem syaraf terutama pada pertembangan janin dan anak keeil, karen a metil merkuri dapat menerobos dinding plasenta yang mengakibatkan anak yang akan dilahirkan dalam keadaan cacat. Kasus keracunan yang ringan akan menunjukkan gejala-gejala seperti cepat lelah, mata kabur dan kesemutan. Gejala-gejala ini akan tampak setelah periode laten beberapa minggu sampai beberapa bulan (Kusnoputranto, 1996).

WHO menetapkan batas aman untuk konsumsi ikan セ、。ャ。ィ@ 0.5 ppm.Batas pemasukan merturi kedalam tubuh berdasarkan pada PTWI (Provisional Tolerable Weekly Intake) adalah sebanyak 300 \.Ig untuk merkuri total dan 200 \.19 untuk metil merkuri setiap minggunya untuk setiap 70 kg bobot

badan.

(36)

22

Indusb1

I

Batuan

I

+

Buengan

+

I

Sungai

J

laut

Logam Berat

Fttoplankton

Air Minum

I

lrigasl

I

Tambak Ikan Dan Zooplankton

セ@

I

Pertanian

I

llean Ikan dan Bentos

t

Manusia

(37)

III.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada wilayah pertambangan emas secara tradisional di Oesa Tatelu Kecamatan Oimembe Propinsi Sulawesi Utara (Peta lokasi penelitian terdapat di Lampiran 35). Penetitian ini dilaksanakan ter11itung mulai dan bulan September 2001 sampai bulan September 2002.

3.2. Bahan dan Alat a. Bahan Penelitia"

Dalam penelitian ini bahan-bahan yang digunakan adalah sampel tailing, sediment tanah, rumput, air, ikan dan kerang, aquades, formalin 4%, asam asetat, metil alkohol 70%, kantong plastik, label, dan pereaksi untuk analisis kualitas air dan Iogam.

b. Alat Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam penelman ini adalah jala ikan dengan ukuran 3 meter dengan ukuran mata jaring 1.5 em, Eickman Grab Sampler dengan ukuran 20x20 cm2, saringan, kotak pendingin, dan peralatan gelas

laboratorium, peralatan pemanas, pendingin, dan peralatan untuk wawancara dengan responden. Analisis kandungan merkuri pada parameter yang diamati dilaksanakan dengan menggunakan MS.

3.3. Rancangan Penelitian

3.3.1. Metode Pengumpulan Data a. Penentuan Lokasi Pen.litian

(38)

24

b. Pengambilan Sampel Tailing

Tailing merupakan limbah utama dari kegiatan pengolahan emas yang dalam bentuk lumpur yang sebagian mengalir langsung ke sungai dan sebagian mengendap di dalam tailing dam yang telah dibuat di dekat unit pengolahan. Tailing ini diambil dan dimasukan ke dalam kantong plastik kemudian diberi nama dan dibawa ke laboratorium untuk dianalisis kandungan Hg-nya.

c. Pengambilan Sampel Sedimen

Pengambilan sam pel sedimen dilakukan dengan menggunakan Eickman Grab Sampler. Sedimen yang diambil pada Sungai Talawaan di 3 Iokasi yaitu (1) tepat di lokasi pengolahan emas, (2) pertengahan aliran Sungai Talawaan dan (3) muara Sungai Talawaan yaitu di perairan pesisir Desa Bajo. Sedimen yang terambil dari sungai dan perairan pesisir inj kemudian dimasukkan ke kantong piastik, diberi nama dan dibawa ke laboratorium untuk dianalisis kandungan Hg-nya.

d. Pengambilan Sam pel Tanah

Dalam penelitian ini tanah yang diambil seluruhnya berada di sekitar lokasi pengolahan emas dengan jarak 5 meter, 25 meter, dan 50 meter dari unit pengolahan. Kedalaman yang diambil sampai pada kedalaman 30 em. Tanah ini kemudian dimasukan kedalam kantong plastik dan diberi nama, dibawa ke laboratorium untuk dianalisis kandungan Hg-nya.

e. Pengambilan Sam pel Rumput

Rumput yang diambil sebagai sampeJ adalah jenis rumput lapangan (Brachiria humidicola) yang umumnya banyak terdapat di sekitar lokasi pengolahan emas dan dikonsumsi oleh temak. Rumput ini diambil pada pagi hari dengan jarak dari lokasi pengolahan emas adalah 5 meter, 25 meter dan 50 meter. Rumput yang diambil adalah batang dan daun, kemudian dibawa ke laboratorium untuk dianalisis kandungan Hg-nya.

f. Pengambilan Sampel Air

(39)

25

Water Sampler. Parameter yang diukur pada air ini adalah suhu. pH, kekeruhan dan kandungan Hg. Air ini diukur sebagian di lakasi pengambilan sampel dan sebagian diawetkan kemudian dibawa ke laboratorium untuk diuji kadar Hg-nya.

g. Pengambilan Sampellkan

Sampel ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan yang ditemukan di sepanjang sungai Talawaan sampai pada perairan pesisir di desa Talawaan Bajo. Ikan ini ditangkap dengan menggunakan jaring yang telah dipersiapkan, kemudian dimasukkan ke dalam kotak pendingin dan dibawa ke laboratorium untuk dianalisis kadar Hg-nya pada jaringan dan organ.

h. Pengambilan Sampal Kerang

Dalam penelitian ini sampel kerang yang digunakan adalah kerang raksasa (Tridacna squamosa) yang merupakan jenis kerang yang menetap di perairan dan diambil dengan melakukan penyelaman pada dasar perairan dangkal di cela-cela batu karang yang cukup keras karena kerang ini tertancap cukup dalam pada batuan. Kerang ini diambil kemudian dimasukan ke dalam kotak pendingin dan dibawa ke laboratorium untuk dianalisis kadar Hgnya.

i. Pengambilan Data 50sial Ekonomi Masyarakat Penambang

Data yang diambil pada 12 unit pengolahan emas meliputi pemilik unit pengolahan, pekerja tambang. pekerja pada unit pengolahan, dan masyarakat lain yang ter1ibat dalam proses pengolahan emas mulai dari lubang galian bahan induk sampai pada unit prosesing.

3.3.2. Parameter yang Oiamati

Untuk mengetahui secara menyeluruh mengenai penambangan rakyat secara tradisional, maka parameter yang diamati dalam penelilian ini adalah :

1. Karakteristik penambangan rakyat

(40)

3.3.3. Metode Analisis Data a. Analisis Laboratorium

1. Analisis Kandungan Merkuri (Hg) di Air

26

Untuk menganalisis kandungan merXuri (Hg) yang terdapat dalam air. tahapan analisis laboratorium yang dilakukan sebagai berikut:

1. Contoh air disaring dengan menggunakan kertas saring. kemudian disimpan dalam botol gelas borosilikat dan diawetkan dengan 1 ml HN03 pekat.

2. 100 ml contoh air dimasukkan ke dalam botol BOD dan ditambahkan 5 ml H2SO. pekat.

3. Ditambahkan 15 ml Jarutan KMnO ... dikocok dan dibiar1tan selam 15 men it. 4. Ditambahkan 8 ml larutan セsRPXL@ panaskan di dalam penangas air pada

suhu 95° celcius selama 2 jam, kemudian didinginkan pada suhu kamar di ruang bersih.

5. Tambahkan setetes demi setetes laMan hidroksilamin sampai wama violet hilang.

6. Contoh sampel di dalam tabung BOD kemudian dipindahkan ke dalam tabung mef1(uri anal isis.

7. Aerator segera dihidupkan dengan kecepatan 2 liter udaralmenit.

8. Larutan contoh ditambahkan dengan 5 ml SnCI2 dan segera diukur dengan Atomic Absorbtion Spectrophotometer (AAS).

2. Analisis Kandungan Merkuri (Hg) di Sedimen, Tanah dan Rumput

Untuk menganalisis kandungan mer1turi (Hg) di ketiga contoh sam pel ini (sedimen. tanah, rumput), maka prosedur analisis laboratorium yang dilakukan sebagai berikut :

1. 5 gram sampel hasil preparasi dimasukkan ke dalam botol BOD 2. Tambahkan 10 ml HN03 pekat dan 30 ml H2SO .. pekat

3. Dipanaskan pada suhu 60° C di atas penangas air selama 2 jam, kemudian didinginkan pada suhu 4° C

4. Semua contoh dipindahkan tabung reduksi merkuri 5. Aerator dipasang dengan kecepatan 2 liter/men it

(41)

27

3. Analisis Kandungan Markuri (Hg) dllkan dan Kerang

Untuk menganalisis kandungan merkuri (Hg) jaringan dan organ ikan dan kerang prosedur anal isis laboratorium yang dilakukan sebagai berikut:

1. 5 gram ikan dan kerang basah hasil preparasi dimasukkan ke dalam botol BOD.

2. Tambahkan 10 ml HN03 pekat, dan 30 ml H2S04 pekat. botol ditutup dan

dibiarkan selama 24 jam.

3. Dipanaskan pada suhu 60° C di atas penangas air selama 2 jam. kemudian didinginkan pada suhu 4° C.

4. Semua contoh dipindahkan tabung reduksi merkuri. 5. Aerator dipasang dengan kecepatan 2 liter/menit.

6. Larutan contoh ditambahkan dengan 5 ml larutan SnCI2 dan segera

diukur dengan MS.

b. Analisis Statistik

Untuk melihat perbedaan konsentrasi Hg pacta berbagai lokasi atau jarak digunakan analisis varians poIa searah dengan model sebagai berikut (Yitnosumarto. 1993) :

V

ij

=

JJ +

0i

+

£ij

Keterangan: Vi

=

Konsentrasi Hg pada berbagai lokasi atau jarak.

1..1

=

Nilai tengah umum.

OJ

=

Pengaruh lekasi atau jarak ke-i.

セ@

=

Galat model.

Lokasi atau jarak yang dianalisis terkait dengan konsentrasi Hg di : tailing dam, tanah, rumput. sedimen, air sungai, dan ikan. Sedangkan untuk melihat hubungan antar dua varia bel digunakan reg res i linear sedemana dengan model sebagai berikut CZar, 1984):

Keterangan Y = variabel pertama. X

=

variabel kedua.

セ@ dan

P,

=

koefisien regersi.

£

=

galat model.
(42)

IV. KEADAAN

UMUM

DAERAH PENELITIAN

4.1. Keadaan Umum Pertambangan dl Provinsi Sulawesi utara

Provinsi Sulawesi Utara ter1etak pada 0°30' - 4°30' lU dan 121° -12'"fJ BT. Provinsi ini merupakan propinsi yang paling utara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan berbatasan langsung dengan negara Philipina. Secara geografis Sulawesi Utara bagian barat berbatasan dengan laut Sulawesi, sebelah timur berbatasan dengan laut Maluku, sebelah utara bematasan dengan Philipina dan sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Tomini dan Sulawesi Tengah. Kondisi alam Sulawesi Utara sebahagian adalah bahagian dari Pulau Sulawesi dan sebagian tagi adalah kawasan kepulauan dengan topografi yang berbukit dan merniliki kawasan gunung berapi.

Emas untuk pertamakali ditemukan di Sulawesi Utara oleh penjajah Belanda pada tahun 1887 di daerah lobongan dan kegiatan penambangannya dilakukan sampai dengan tahun 1921 dengan hasil yang diperoleh adalah 5000 kg ernas mumi (Harjono, 1999). Sepeninggalan penjajah 8elanda. lokasi bekas penambangan ini diusahakan oleh masyarakat lokal dengan cara-<;ara yang sederhana seperti yang masih diternukan sampai saat ini.

Secara umum kondisi pertambangan Sulawessi Utara dibagi dalam beberapa jenis pengusahaan pertambangan yaitu:

a.

Kontrak Karya

Tujuh perusahaan swasta asing dan swasta nasional yang mendapat penguasaan wilayah kontrak karya di Sulawesi utara dengan luas keseluruhan areal adalah 545 .043 ha atau 85,48% dari total luas daerah pertambangan di Sulawesi Utara. Perusahaan yang dimaksud adalah :

1. PT Newmont Minahasa Raya 13.904 ha. 2. PT Meares Soputan Mining 8.959 ha. 3. PT Newcrest Nusa Sulawesi 20.110 ha.

4. PT Tambang Tondano Nusa Jaya 297.200 ha

5. PT Newmont Mongondow Mining 121.700 ha. 6. PT Bima Wild East Minahasa 31.500 ha.

(43)

29

b. Kuasa Pertambangan

Luas daerah yang diberikan kepada sepuluh perusahaan yang mendapat

kuasa pertambangan adalah 89.784 ha atau 14.08% dari total luas wilayah pertambangan di Sulawesi Utara. Adapun perusahaan yang mebdapat kuasa

pertambangan dimaksud adalah:

1. PT Sinar Tambang Mulia

2. PT Sentosa Tambang Rahayu

3.

PT Tanjung Palek! Mining

4. PT Rasmanik Tonala Mineral

5. PT Buana Tambang mulia

6. PT Intan Megah

7. PT Biliohuto Mongondow Mining

8. PT Bumi jaya tri Lestari

9. PT Biliohuto Mining

10. Penugasan Kanwil PDE Sulut

c. Pertambangan Skala Keeil {PSK)

8.500 ha.

7.212 ha.

5.023 ha.

1.000 ha.

11.160 ha. 8.544 ha.

15.340 ha.

9.958 ha.

12.510 ha.

3.800 Ha.

Luas daerah pertambangan skala keeil di Sulawesi Utara adalah 549 ha

atau 0.08% dari total luas daerah pertambangan di Sulut. Badan usaha yang mendapatkan ijin usaha pertambangan skala keeil adalah :

1. KUDDarmaTani 100,00 ha.

2. KUD Nomontang

3. KUD Perintis 4. KUD Lancar Rejeki

250,00 ha. 100,00 ha. 99.43 ha.

d. Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR)

Luas daerah wilayah pertambangan rakyat yang terdapat Sulawesi Utara

adalah 2.214 ha atau 0.33% dari total luas wilayah pertambangan di Sulawesi Utara. Adapun wilayah pertambangan rakyat di Sulawesi Utara adalah sebagai

berikut :

1. Alonso

2. Ranoyapo

3.

Mintu

4. Tobongan

500,00 ha. 1.330,00 ha.

339,36 ha.

(44)

30

Secara umum luas daerah wilayah pertambangan umum di Sulawesi Utara adalah 637.590 ha dengan pembangian secara keseluruhan adalah sebagai benkut:

1. Kontrak Karya

2. Kuasa Pertambangan 3. PSK

4. WPR

545.043 ha atau 85.48%. 89.784 ha atau 14.08%. 549 ha atau 0.08%. 2.214 ha atau 0.33% .

T erlihat bahwa pertambangan skala kecil dan wilayah pertambangan rakyat menempati posisi yang paling kedl 0.41% dan total luas wilayah pertambangan di seluruh Sulawesi Utara.

Berdasarkan data yang diperoleh dara; BKPMD Sulawesi Utara, maka kondis; investasi PMA bidang pertambangan adalah seperti tertera pada Tabel3:

Tabel3. Kondisi investasi PMA bidang pertambangan di Sulawesi Utara. No. Nama Perusahaan Lokasi atau Investasi Tahapan

Negara asal US $ Ribu Tahun 1994

1. PT Newerest Go ronta 10 8.000,00 Eksplorasi Indonesia atau Australia

Tahun 1996

1. PTTambang Minahasa 14.581,00 Eksplorasi Tondano Jaya atau Australia

2. PT Newmont Bolmong atau 229.10 Eksplorasi Mongondow Mining Amerika

Tahun 1998

1. PT Newmant Minahasa 50.000,00 Eksploitasi Minahasa Raya atau Amerika

Sumber : DKPMD Sulut (2000) .

4. 2. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

(45)

31

Seluruh DAS Talawaan tennasuk dalam wilayah kontrak karya milik PT Tambang Tondano Nusa Jaya yang memiliki luas wilayah kontrak karya terbesar di Sulawesi Utara yaitu 297.200 ha dengan kepemilikan saham PMA 85% yang dimiliki oleh Aurora Gold Ltd., dan saham PMDN sebesar 15% yang dimilki oleh PT Austindo Mining Coorporation.

Pemegang Kontrak Karya di wilayah ini adalah PT Tambang Tondano Nusa Jaya yang telah melaksanakan penyelidikan umum sejak tahun 1996 dan mendapatkan hasil bahwa di kawasan DAS Talawaan ini mengandung potensi emas bemilai linggi. Karena wilayah kontrak karya ini terdapat di tanah pertanian milik rakyat khususnya tanaman tahunan seperti kelapa dan cengkeh, maka para petani mengetahui dengan jelas apa yang sedang dilakukan oleh pemegang kontrak karya ini.

Pada tahun 1998 hasil penyelidikan umum oleh PT Tambang Tondano Nusa Jaya ini diketahui oleh masyarakat, maka mulailah berdatangan para penambang rakyat

Gambar

Gambar 1.  Kerangka  pemikiraD.
Gambar 2.  Masuknya zat pencemar ke lingkungan (EPA,  1990)
Gambar 3.  Masuknya logam berat ke dalam tubuh man usia (Setiadi dan  Suprianto,  1992)
Tabel  4.  Jumlah penduduk Oesa Tatelu.
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dalam kaitan tersebut, maka perlu diterapkan opsi pengelolaan yang meliputi : (1) penutupan daerah/ musim penangkapan pada bulan Februari; (2) penerapan kuota penangkapan

 Sel mikroba secara kontinyu berpropagasi menggunakan media segar yang masuk, dan pada saat yang bersamaan produk, produk samping metabolisme dan sel dikeluarkan dari

(1) Apabila cedera yang diuraikan dalam Pasal 2 merupakan sebab langsung dari kematian Tertanggung dalam jangka waktu 365 hari sejak tanggal terjadinya

Dalam penelitian dapat dirumuskan pemasalahan sebagai berikut : (1) Bagaimana pola pembinaan cabang olahraga pelajar (13 cabang olahraga) melalui Dinas Pendidikan

Pada tahap ini guru: (1) mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran, (2) merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah dengan

Dalam teks, muncul kata-kata tertentu yang dominan dan dinaturalisasikan kepada pembaca. Kata tersebut selalu diulang-ulang dalam berbagai peristiwa tutur. Kata-kata

Maksud dan tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh konsentrasi nanas bubuk dan madu yang tepat dalam pembuatan cokelat