• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran subsektor perikanan tangkap terhadap pembangunan daerah serta komoditas hasil tangkapan unggulan di Kota Pekalongan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran subsektor perikanan tangkap terhadap pembangunan daerah serta komoditas hasil tangkapan unggulan di Kota Pekalongan"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN SUBSEKTOR PERIKANAN TANGKAP TERHADAP

PEMBANGUNAN DAERAH SERTA KOMODITAS HASIL

TANGKAPAN UNGGULAN DI KOTA PEKALONGAN

BAYU ISRA’ LISWARDANA

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

BAYU ISRA’ LISWARDANA. C44069001. Peran Subsektor Perikanan Tangkap terhadap Pembangunan Daerah serta Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan di Kota Pekalongan. Dibimbing oleh MOCH. PRIHATNA SOBARI dan DINIAH.

Kota Pekalongan memiliki potensi sumberdaya perairan yang cukup besar. Besarnya rata-rata produksi perikanan per tahun sebesar 57.409.699 kg atau 27,45% dari rata-rata total produksi Provinsi Jawa Tengah sebesar 209.149.881 kg. Hal ini dapat dimanfaatkan secara maksimal guna meningkatkan kontribusinya terhadap PDRB. Oleh karena itu, perlu disusun suatu strategi pengembangan yang bertujuan meningkatkan peranan subsektor perikanan tangkap dalam pembangunan daerah. Hasil perhitungan LQ menunjukkan bahwa berdasarkan indikator PDRB dan tenaga kerja merupakan sektor basis dengan nilai LQ lebih dari 1. Berdasarkan hasil analisis efek pengganda selama periode 2003-2008, indikator PDRB dan indikator tenaga kerja, subsektor perikanan tangkap memberikan dampak positif terhadap pembangunan daerah Kota Pekalongan. Berdasarkan penentuan komoditas unggulan untuk subsektor perikanan tangkap, yaitu ikan manyung (Arius sp.) dari kelompok ikan demersal. Kelompok pelagis kecil terdiri atas selar (Caranx leptolepis), layang (Decapterus rocelli), tembang (Clupea fimbriata), lemuru (Clupea longiceps), kembung (Rastrelliger). Kelompok pelagis besar terdiri atas tongkol (Euthynnus spp) dan tenggiri (Scomberomerus commersoni). Kelompok binatang lunak adalah cumu-cumi (Loligo sp.). Hasil analisis SWOT menghasilkan tiga alternatif startegi pembangunan, yaitu 1) Memfokuskan pada peningkatan mutu hasil tangkapan dengan memaksimalkan kapal pengangkut ikan dan laboratorium pengujian mutu, guna menghasilkan kualitas produk ikan segar dan olahan yang memiliki nilai ekonomis tinggi serta memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam akses sarana dan prasarana dalam mengembangkan usaha baru di bidang perikanan tangkap; 2) Melakukan pengembangan subsektor perikanan tangkap yang berkelanjutan dengan memanfaatkan kesempatan kerja yang besar dan hasil tangkapan unggulan guna memenuhi permintaan yang tinggi dari luar daerah, sehingga dapat meningkatkan kontribusi perikanan tangkap terhadap PDRB daerah; dan 3) Memberi kemudahan bagi nelayan dalam segala regulasi dan urusan administrasi sehingga nelayan dapat tetap konsisten dan dapat memanfaatkan potensi sumberdaya laut yang tersedia dan dapat memenuhi permintaan produk dari luar daerah.

(3)

BAYU ISRA’ LISWARDANA. C44069001. The Role Capture Fisheries Subsector in Regional Development and Superior Captured Product of Pekalongan City. Supervised by MOCH. PRIHATNA SOBARI and DINIAH.

Pekalongan city has quite potential aquatic resources. Average annual production value was 57.409.699 kg or 27.45% of Central Java province total production which was 209.149.881 kg. This can be used maximally to improve the contribution to PDRB. Therefore it is necessary to formulate a development strategy aimed at enhancing the role of the capture fisheries sector in regional development. The results indicate that the LQ calculations based on the indicators of GDP and employment is a sector basis with LQ values greater than 1. Based on the analysis of the multiplier effect during the period 2003-2008, GDP indicator and the indicator of labor, capture fisheries sub-sector gave a positive impact on regional development of Pekalongan city. Based on the determination of superior fishery sub-sectors commodities, such as manyung (Arius sp.) from demersal fishes. Small pelagic group of selar (Caranx leptolepis), layang (Decapterus rocelli), tembang (Clupea fimbriata), lemuru (Clupea longiceps), kembung (Rastelliger). Large pelagic group of tongkol (Euthynnus spp) and tenggiri (Scomberomerus commersoni). Soft animal group are squids (Loligo sp.). SWOT analysis resulted three alternative development strategy, which are 1) Focusing on improving the captured quality by maximizing fish transport vessels and quality testing laboratory to produce high quality fresh and processed fish products, which have high economic value and provide convenience to the public on access to facilities and infrastructure in new business development in the field of fisheries; 2) Develop a sustainable fisheries sector through the use of the opportunities for employment and high quality of capture product to increase the contribution of capture fisheries toward regional PDRB; and 3) Provide convenience for fisherman in all regulations and documents, so that fishermen can remain consistent and able to use the potential of marine resources that are available and can meet the demand for products from outside the area.

(4)

PERAN SUBSEKTOR PERIKANAN TANGKAP TERHADAP

PEMBANGUNAN DAERAH SERTA KOMODITAS HASIL

TANGKAPAN UNGGULAN DI KOTA PEKALONGAN

BAYU ISRA’ LISWARDANA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Peran Subsektor Perikanan Tangkap terhadap Pembangunan Daerah serta Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan di Kota Pekalongan

Nama : Bayu Isra’ Liswardana NRP : C44069001

Mayor : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ir. Moch. Prihatna Sobari, M.S. Dr.Ir. Diniah, M.Si.

NIP. 19610316 198601 1 001 NIP. 19610924 198602 2 001

Diketahui :

Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Dr.Ir. Budy Wiryawan, M.Sc. NIP. 19621223 198703 1 001

(6)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi “Peran Subsektor Perikanan Tangkap terhadap Pembangunan Daerah serta Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan di Kota Pekalongan” adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam tubuh tulisan dan tercantum dalam daftar pustaka di bagian akhir skrisi ini.

Bogor, Juli 2011

(7)

© Hak cipta IPB, Tahun 2011 Hak cipta dilindungi Undang-undang

1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber:

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(8)

Ucapan terimakasih disampaikan kepada :

1) Ir. Moch. Prihatna Sobari, M.S. dan Dr.Ir. Diniah, M.Si. selaku Komisi Pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik;

2) Vita Rumanti K, S.Pi., M.Si. selaku Komisi Pendidikan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Ir. Nimmi Zulbainarni, M.Si. selaku dosen penguji tamu atas masukannya untuk penyempurnaan skripsi ini; 3) Kepala dan staf PPN Pekalongan yang banyak membantu dalam kelancaran

penelitian;

4) Pak Edo, Bu Zuwita Mas Syukron dan staf Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Pekalongan yang telah bersedia membantu dalam pengumpulan data; 5) Responden yang telah bersedia memberikan data dan informasi yang

dibutuhkan dalam penelitian;

6) Papa, Mama, Mas Kiki serta adik-adikku Tyar dan Zhela atas doa, dukungan dan semangat yang diberikan untuk keberhasilan studi ini;

7) Wume, Nado, Vya, Tenyom, Vera, Ris, Dede, Dudi, Ade, Baskoro, Pram, Nova, Ryan, Reza dan Hadasa serta teman-teman seperjuanganku PSP 44 yang selalu memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi;

8) Rekan-rekan PSP 43 dan 42 Nano, Didin, Ema, Utylla, Sistem, Ike, Qimoel, Qibee, Rahman, Gini, Iniz, Neney, Adit, Dedi, Rima dan Alvi atas motivasinya;

9) Adik-adikku Alfin, Uwox, Kakek, Tabah, Zabao, Adit, Bayu, Fristy, Kampung, Amink, Insun, Titi, Ema, Izza, Bandung, Ocil, Icut, Ana, Idem, Zuhdi, Gilang, Upeh, Gun, Cahra, Lutfi, Arbi, Bagus dan Tyas serta angkatan 45 dan 46 lainnya yang selalu menyindir, memotivasi dan memberi semangat dalam penyelesaian skripsi;

10) Sahabat-sahabatku Noval, Manda, Emas, dan Dina yang tak henti-hentinya memberi semangat dalam penyelesaian skripsi; dan

(9)

Penulis dilahirkan di Pekalongan pada tanggal 16 Maret 1988. Penulis merupakan putra kedua dari empat bersaudara pasangan Bapak Dhani Satar dan Ibu Lilis Lestyawati.

Pada tahun 2006 penulis menyelesaikan pendidikan menengah di SMA Negeri 1 Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah. Penulis diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2006, pada tahun 2007 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Teknologi Hasil Perairan dan pada tahun 2008 penulis melanjutkan studi di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa organisasi dan Unit Kegiatan Mahasiswa. Penulis pernah aktif sebagai Staf Departemen Kebijakan Daerah BEM KM IPB periode 2006-2007, sebagai Staf Departemen Komunikasi dan Informasi BEM KM IPB periode 2007-2008, sebagai Divisi Pengembangan Minat dan Bakat HIMAFARIN PSP IPB periode 2008-2009, sebagai Time Manager UKM Music Agricultural Expresion IPB, sebagai Sekretaris UKM Bulutangkis IPB periode 2007-2008, dan Koordinator Tim Kreatif UKM Futsal IPB periode 2007-2008. Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Rekayasa Tingkah Laku Ikan pada tahun 2010. Penulis juga pernah mendapatkan dana hibah penelitian Program Kreativitas Mahasiswa dan meraih Juara 3 setara perunggu dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional (PIMNAS) ke XXII di Universitas Brawijaya Malang.

(10)

KATA PENGANTAR

Kota Pekalongan merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi perikanan tangkap yang baik di Perairan Pantai Utara Jawa. Hal ini ditunjukkan oleh volume dan nilai produksi perikanan tangkap Kota Pekalongan yang besar, sehingga Kota Pekalongan dapat menjadi salah satu kontributor perikanan tangkap terbesar di Jawa Tengah. Alat tangkap yang dominan dioperasikan oleh nelayan Pekalongan adalah purse seine dan gillnet.

Skripsi ini mengungkapkan besarnya kontribusi dan peranan subsektor perikanan tangkap terhadap pembangunan daerah Kota Pekalongan, serta dampak yang ditimbulkan dari besarnya peranan tersebut. Hal ini dimaksudkan dalam rangka mencari alternatif strategi pengembangan subsektor perikanan tangkap Kota Pekalongan.

Ucapan terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca dan bagi pihak-pihak yang memerlukan untuk penelitian lebih lanjut.

Bogor, Juli 2011

(11)

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN... xi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 2

1.3Tujuan ... 3

1.4Manfaat ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Perikanan Tangkap ... 4

2.1.1 Kapal/perahu ... 4

2.1.2 Alat tangkap ... 5

2.1.3 Nelayan ... 8

2.2 Pembangunan Wilayah ... 9

2.3 Konsep Basis Ekonomi ... 11

2.4 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan... 11

2.5 Strategi Pengembangan ... 12

III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI... 14

IV. METODOLOGI ... 16

4.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 16

4.2 Alat dan Bahan ... 16

4.3 Metode Penelitian ... 16

4.4 Jenis dan Sumber Data ... 16

4.5 Metode Pengambilan Sampel ... 17

4.6 Metode Analisis Data ... 18

4.6.1 Analisis teknis subsektor perikanan tangkap... 18

4.6.2 Analisis peranan subsektor perikanan tangkap ... 19

4.6.3 Analisis dampak subsektor perikanan tangkap ... 21

4.6.4 Analisis kebutruhan investasi ... 21

4.6.5 Analisis penentuan komoditas hasil tangkapan unggulan .... 22

4.6.6 Analisis strategis pengembangan subsektor perikanan tangkap 22 4.7 Batasan Konsep dan Pengukuran ... 30

V. KEADAAN UMUM ... 32

5.1 Keadaan Umum Kota Pekalongan ... 32

5.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kota Pekalongan... 33

5.2.1 Sarana dan prasarana perikanan tangkap... ... 34

5.2.2 Volume dan nilai produksi perikanan tangkap ... 38

5.2.3 Pemasaran hasil perikanan tangkap... 40

(12)

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... . 43

6.1 Keragaan Unit Penangkapan Ikan Kota Pekalongan... 43

6.1.1 Unit penangkapan ikan purse seine ... 43

6.1.2 Unit penangkapan ikan gillnet ... 45

6.1.3 Produktivitas subsektor perikanan tangkap Kota Pekalongan 49 6.2 Kondisi Perekonomian Kota Pekalongan ... 52

6.2.1 PDRB dan PDRB per kapita ... 53

6.2.2 Laju pertumbuhan ... 56

6.2.3 Nilai LQ sektoral Kota Pekalongan ... 57

6.3 Peranan Subsektor Perikanan Tangkap Kota Pekalongan ... 58

6.3.1 Kontribusi perikanan tangkap ... 58

6.3.2 Nilai LQ subsektor perikanan tangkap berdasarkan indikator PDRB ... 60

6.3.3 Nilai LQ subsektor perikanan tangkap berdasarkan indikator Tenaga kerja... 61

6.4 Dampak Subsektor Perikanan Tangkap Kota Pekalongan... . 63

6.4.1 Multiplier effect subsektor perikanan tangkap berdasarkan indikator PDRB daerah ... 63

6.4.2 Multiplier effect subsektor perikanan tangkap berdasarkan indikator tenaga kerja ... 64

6.5 Kebutuhan Investasi Subsektor Perikanan Tangkap ... . 65

6.6 Komoditas Unggulan Perikanan Tangkap Kota Pekalongan ... 67

6.7 Strategi Pengembangan ... . 73

6.7.1 Identifikasi unsur SWOT subsektor perikanan tangkap ... . 73

6.7.2 Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) ... . 80

6.7.3 Matriks EFE (External Factor Evaluation) ... 80

6.7.4 Matriks SWOT ... 82

6.7.5 Perumusan strategi utama ... . 82

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 85

7.1 Kesimpulan ... 85

7.2 Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87

(13)

Halaman

1. Matrik SWOT ... 24

2. Faktor strategi internal ... 26

3. Faktor strategi eksternal ... 27

4. Penilaian bobot faktor strategi internal ... 28

5. Penilaian bobot faktor strategi eksternal ... 28

6. Matriks internal faktor evaluation (IFE) ... 29

7. Matriks eksternal faktor evaluation (EFE) ... 30

8. Jumlah penduduk Kota Pekalongan Tahun 2003-2009... 33

9. Jumlah penduduk dan angkatan kerja Kota Pekalongan 2003-2009. 33

10. Jumlah armada penangkapan ikan Kota Pekalongan 2003-2009... 35

11. Fasilitas pokok Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan... 37

12. Fasilitas fungsional Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan.... 37

13. Fasilitas fungsional milik Perum Kota Pekalongan... 38

14. Fasilitas pendukung Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan.... 38

15. Perkembangan volume dan nilai produksi perikanan 2003-2009... 39

16. Produktivitas per trip penangkapan Kota Pekalongan 2003-2008.... 49

17. Produktivitas per unit penangkapan Kota Pekalongan 200-2009... 51

18. Produktivitas nelayan Kota Pekalongan 2003-2009... 52

19. PDRB Kota Pekalongan atas dasar harga konstan 2003-2009... 54

20. Nilai PDRB per kapita Kota Pekalongan 2003-2009... 56

21. Laju pertumbuhan ekonomi Kota Pekalongan 2003-2009... 57

22. Nilai LQ sektoral keseluruhan terhadap PDRB Pekalongan 2009.... 58

23. Presentase kontribusi perikanan tangkap terhadap sektor pertanian dan keseluruhan sektor Kota Pekalongan 2003-2009... 59

24. Nilai LQ perikanan tangkap terhadap total PDRB 2003-2009... 60

25. Nilai LQ perikanan tangkap berdasarkan indikator tenaga kerja Kota Pekalongan 2003-2008... 62

(14)

Halaman 27. Analisis Multiplier Effect perikanan tangkap berdasarkan indikator

tenaga kerja 2003-2008... 65 28. Kebutuhan investasi perikanan tangkap Kota Pekalongan 2003-2008. 66 29. Kebutuhan investasi perikanan tangkap Kota Pekalongan 2009-2013. 67 30. Nilai LQ kelompok ikan Kota Pekalongan 2003-2008... 69 31. Penilaian bobot LQ dan bobot trend kelompok ikan Kota Pekalongan

2003-2008... 72 32. Matriks IFE Kota Pekalongan... 80 33. Matriks EFE Kota Pekalongan... 81 34. Matriks SWOT pengembangan perikanan tangkap Kota Pekalongan.. 83 35. Perankingan alternatif strategi pengembangan perikanan tangkap

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Konstruksi alat tangkap purse seine ... 6

2. Konstruksi alat tangkap gillnet ... 8

3. Kerangka pendekatan studi ... 15

4. Diagram analisis SWOT ... 25

5. Jumlah armada penangkapan ikan Kota Pekalongan 2003-2009... 35

6. Perkembangan produksi perikanan tangkap Kota Pekalongan... 40

7. Perkembangan nilai produksi perikanan tangkap Kota Pekalongan 2003-2009... 40

8. Diagram alir pemasaran hasil tangkapan... 41

9. Konstruksi alat tangkap purse seine Kota Pekalongan... 44

10. Konstruksi alat tangkap gillnet Kota Pekalongan... 47

11. Produktivitas per trip penangkapan ikan Kota Pekalongan 2003-2008... 50

12. Produktivitas per unit penangkapan ikan Kota Pekalongan 2004-2009... 51

13. Produktivitas nelayan Kota Pekalongan 2003-2009... 52

14. Diagram pie presentase nilai PDRB Kota Pekalongan 2003-2009.... 54

15. Nilai PDRB perikanan tangkap atas dasar harga konstan 2003-2009 55

16. Laju pertumbuhan ekonomi perikanan Kota Pekalongan 2003-2009 57

17. Kontribusi perikanan dan perikanan tangkap terhadap sektor Pertanian Kota Pekalongan 2003-2009... 59

18. Kontribusi perikanan dan perikanan tangkap terhadap total PDRB Kota Pekalongan 2003-2009... 60

19. Nilai LQ perikanan tangkap terhadap total PDRB Kota Pekalongan 2003-2009... 61

20. Nilai LQ perikanan tangkap berdasarkan indikator tenaga kerja Kota Pekalongan 2003-2009... 63

21. Perkembangan investasi perikanan tangkap Kota Pekalongan 2003-2008... 66

22. Nilai LQ kelompok ikan pelagis besar Kota Pekalongan 2003-2008 68

(16)

Halaman 24. Nilai LQ kelompok ikan demersal Kota Pekalongan 2003-2008... 70 25. Nilai LQ cumi-cumi Kota Pekalongan 2003-2008... 70 26. Diagram analisis SWOT pengembangan perikanan tangkap Kota

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Peta Kota Pekalongan ... 90

2. Unit Penangkapan Ikan ... 91

3. Perhitungan komoditas unggulan Kota Pekalongan... 93

4. Perhitungan nilai LQ komoditas unggulan Kota Pekalongan... 94

5. Penilaian bobot faktor strategi internal... 95

(18)

1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pembangunan subsektor perikanan tangkap diharapkan dapat meningkatkan produksi, memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, serta dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan kesejahteraan nelayan dan meningkatkan perekonomian daerah. Satu daerah yang potensial untuk upaya pembangunan subsektor perikanan tangkap adalah Kota Pekalongan.

Kota Pekalongan terletak di Pantai Utara Jawa pada posisi 6 50’42”- 6 55’44” LS dan 109 37’55”-109 42’19” BT. Kota Pekalongan memiliki panjang pantai 10,5 km dan kedalaman perairan laut berkisar antara 6-50 m. Di Kota Pekalongan terdapat sebuah Pelabuhan Perikanan Nusantara yang merupakan pusat dari kegiatan perikanan tangkap (BPS Pekalongan 2006).

Jenis unit penangkapan ikan yang banyak mendaratkan ikannya di PPN Pekalongan pada tahun 2009 adalah purse seine, berjumlah 146 unit dengan hasil tangkapan sebesar 92% dari total produksi ikan di PPN Pekalongan. Sekitar 8% produksi lainnya adalah dihasilkan dari alat tangkap gillnet yang berjumlah 116 unit (PPN Pekalongan 2010)

Kondisi perekonomian suatu daerah dapat tercermin dari total produksi barang dan jasa yang dihasilkan dari aktivitas ekonomi. Hal ini tergambar dalam besaran nilai PDRB-nya. Berdasarkan data BPS Kota Pekalongan (2008), kontribusi sektor perikanan terhadap PDRB Kota Pekalongan adalah besar, yaitu sebesar Rp126.112.070,00 atau sebesar 6,68% dari total nilai PDRB Kota Pekalongan sebesar Rp1.887.853.700,00.

(19)

dasar untuk mengembangkan subsektor perikanan tangkap agar dapat memberikan kontribusi yang lebih baik lagi terhadap pembangunan daerah Kota Pekalongan.

Di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan juga terdapat komoditas hasil tangkapan unggulan yang dapat dijadikan komoditas kunci untuk pengembangan perikanan tangkap dan perekonomian Kota Pekalongan. Nilai jual yang besar dari komoditas unggulan dapat meningkatkan pendapatan nelayan dan kontribusi pada perekonomian Kota Pekalongan. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk mengetahui peran subsektor perikanan tangkap terhadap pembangunan daerah dan komoditas hasil tangkapan unggulan yang ada di Kota Pekalongan. Selanjutnya, dapat dilihat besar kontribusi dan peran subsektor perikanan tangkap terhadap perekonomian di Kota Pekalongan dan jenis komoditas hasil tangkapan unggulan yang dapat dikembangkan dan dijadikan sebagai komoditas basis pada subsektor perikanan tangkap di Kota Pekalongan. Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran kepada pemerintah setempat dalam merumuskan strategi pengembangan yang tepat bagi subsektor perikanan tangkap dalam berkontribusi terhadap pembangunan Kota Pekalongan.

1.2Perumusan Masalah

Hasil tangkapan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan mencapai 22.998,42 ton pada tahun 2008, namun kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi daerah belum optimal. Penelitian ini mencoba mengidentifikasi dan menganalisis peranan dari subsektor perikanan tangkap dalam pembangunan wilayah Kota Pekalongan, apakah perikanan tangkap yang ada telah mampu menjadikan subsektor perikanan tangkap sebagai basis ekonomi. Penelitian ini juga akan mencoba menjawab pertanyaan tentang komoditas hasil tangkapan unggulan apa yang dapat dikembangkan dan bagaimana strategi yang tepat di Kota Pekalongan.

1.3Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

(20)

2) Menghitung multiplier effect subsektor perikanan tangkap terhadap perekonomian daerah Kota Pekalongan;

3) Mengidentifikasi jenis komoditas hasil tangkapan unggulan dan keragaan unit penangkapan ikan yang dapat dikembangkan dan dijadikan komoditas basis pada subsektor perikanan tangkap daerah Pekalongan; dan

4) Merencanakan strategi pengembangan perikanan tangkap di Kota Pekalongan.

1.4Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh adalah :

1) Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas akhir pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor;

2) Dapat memberikan informasi dan masukan mengenai perkembangan perikanan tangkap di Kota Pekalongan bagi pemerintah daerah; dan

(21)

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perikanan Tangkap

Menurut Undang-Undang Nomor. 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, yang dimaksud dengan perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkunganya, mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan atau pengumpulan binatang dan tanaman air, baik di laut maupun di perairan umum, secara bebas. Kegiatan ini dibedakan dengan perikanan budidaya, pada perikanan tangkap, binatang atau tanaman air masih belum merupakan milik seseorang sebelum binatang atau tanaman air tersebut ditangkap atau dikumpulkan, sedangkan pada perikanan budidaya, komoditas tersebut telah merupakan milik seseorang atau kelompok yang melakukan budidaya tersebut.

Menurut Monintja (1989), perikanan tangkap terdiri atas beberapa komponen. Komponen utama dari perikanan tangkap purse seine dan gillnet adalah unit penangkapan ikan, terdiri atas : (1) perahu/kapal; (2) alat tangkap; (3) tenaga kerja/nelayan.

2.1.1 Kapal / Perahu

(22)

mesin dan berbagai perlengkapan yang semuanya disesuaikan dengan fungsi dalam rencana operasi. Menurut Subani dan Barus (1989), kapal purse seine umumnya merupakan kapal kayu berukuran 10-150 GT, sedangkan kapal gillnet berukuran 1-5 GT.

2.1.2 Alat Tangkap

Salah satu faktor pendukung keberhasilan kegiatan operasi penangkapan ikan adalah alat tangkap. Alat tangkap paling dominan yang berbasis operasi penangkapan ikan di Kota Pekalongan adalah purse seine dan gillnet (PPN Pekalongan 2010)

1) Purse seine

Purse seine merupakan alat tangkap yang aktif, karena dalam operasionalnya kapal melakukan pelingkaran jaring terhadap target tangkapan lalu bagian bawah jaring dikerucutkan dengan menarik purse line. Ikan yang tertangkap di dalam jaring tidak dapat meloloskan diri baik dari bagian samping maupun dari bagian bawah (Nomura 1981).

von Brandt (2005) mengemukakan bahwa purse seine terdiri atas badan jaring, selvedge, kantong (bunt), tali ris atas (floatline), tali ris bawah (leadline), pemberat dan pelampung, serta cincin-cincin yang menggantung pada bagian bawah jaring yang tersusun pada tali kolor (purse line). Menurut Subani dan Barus (1989), purse seine disebut juga pukat cincin, karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin-cincin pada pinggir jaring tempat tali kerut (purse line) dimasukkan ke dalamnya. Fungsi cincin dan tali kerut ini penting, terutama pada waktu pengoperasian jaring. Adanya tali kerut tersebut menyebabkan jaring yang asalnya tidak berkantong akan membentuk kantong pada akhir operasi penangkapan ikan.

(23)

Gambar 1 Alat tangkap pukat cincin. (Sumber : von Brandt 2005)

Bentuk, ukuran dan bahan yang digunakan untuk purse seine bervariasi. Variasi bentuk dan ukuran purse seine bergantung pada ukuran kapal dan waktu operasi penangkapan ikan. Menurut Sadhori (1985), purse seine dibedakan berdasarkan empat bagian besar, yaitu berdasarkan :

(1) Bentuk jaring utama, dibedakan menjadi a) Persegi atau segiempat

b) Trapesium atau potongan c) Lekuk;

(2) Jumlah kapal yang digunakan pada waktu operasi penangkapan ikan, dibedakan menjadi

a) Sistem satu kapal (one boat system) b) Sistem dua kapal (two boat system);

(3) Spesies ikan yang menjadi tujuan penangkapan ikan, dibedakan menjadi a) Purse seine tuna

b) Purse seine layang c) purse seine kembung;

(4) Waktu operasi yang digunakan, dibedakan menjadi a) Purse seine siang hari

(24)

2) Gillnet

Jaring insang atau gillnet merupakan suatu alat penangkapan ikan dari jaring yang berbentuk empat persegi panjang. Alat tangkap ini dilengkapi dengan pelampung, pemberat, tali ris atas dan tali ris bawah. Gillnet memiliki jumlah mesh depth lebih sedikit dari jumlah mesh pada arah panjang jaring, sehingga lebar atau tinggi jaring lebih pendek dari panjangnya. Ukuran mata jaring sama pada seluruh badan jaring yang disesuaikan dengan sasaran ikan yang ditangkap, sehingga gillnet sering dianggap sebagai alat tangkap yang selektif (Ayodhyoa 1981).

Menurut Subani dan Barus (1989), jaring insang diklasifikasikan dalam lima kelompok, yaitu:

1) Jaring insang hanyut (drift gillnet)

Dalam pengoperasiannya jaring insang ini dihanyutkan mengikuti atau searah dengan jalannya arus. Pelaksanaan operasi penangkapan ikan dapat dilakukan baik di dasar perairan maupun di bawah lapisan permukaan air,

2) Jaring insang labuh (set gillnets)

Jaring insang ini dioperasikan dengan cara dilabuh di dasar, lapisan tengah maupun di bawah lapisan atas, bergantung pada atau dapat diatur melalui tali yang menghubungkan pelampung dan pemberat yang dipasang pada ujung terluar bawah dari jaring,

3) Jaring insang karang (coral reef gillnets)

Jaring insang ini digunakan untuk menangkap udang karang. Berbeda dengan jaring insang labuh lainnya, jaring insang karang tidak dilengkapi dengan tali ris bawah, namun ada juga yang memakai tali ris bawah,

4) Jaring insang lingkar (encircling gillnets)

Jaring insang lingkar merupakan jaring insang yang cara pengoperasiannya dilingkarkan pada sasaran tertentu, yaitu kawanan ikan yang sebelumnya dikumpulkan melalui alat bantu sinar lampu,

5) Jaring tiga lapis (trammel net)

(25)

mata yang lebih besar, sedangkan lembaran jaring yang di tengah atau inner net mempunyai ukuranmata lebih kecil dan dipasang lebih longgar.

Jaring insang dioperasikan dengan tujuan menghadang ruaya gerombolan ikan. Pengoperasian alat tangkap ini dapat dilakukan di dasar perairan, lapisan tengah maupun lapisan atas. Ikan yang tertangkap pada jaring insang umumnya karena terjerat (gilled) pada mata jaring di bagian belakang penutup insang, atau terpuntal (entangled) pada mata jaring, baik untuk jaring insang yang hanya terdiri atas satu lapis, dua lapis maupun tiga lapis jaring (Subani dan Barus 1989). Konstruksi alat tangkap jaring insang dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Alat tangkap gillnet. (Sumber : Sainsbury 1986)

2.1.3 Nelayan

(26)

melakukan penangkapan ikan. Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan, binatang air lainnya atau tanaman air. Nelayan buruh merupakan nelayan yang bekerja sebagai pegawai dari perusahaan penangkapan ikan, maka semua hasil tangkapan akan masuk ke perusahaan tersebut (Diniah 2008).

Menurut curahan waktu kerja, nelayan diklasifikasikan (Monintja 1989) sebagai berikut :

1) Nelayan penuh yaitu nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk melakukan kegiatan operasi penangkapan ikan;

2) Nelayan sambilan utama yaitu nelayan yang sebagian besar waktu kerjanya digunakan untuk melakukan kegiatan operasi penangkapan ikan; dan

3) Nelayan sambilan tambahan yaitu nelayan yang sebagian kecil waktu kerjanya digunakan untuk melakukan kegiatan operasi penangkapan ikan.

Nelayan yang mengoperasikan pukat cincin berjumlah 15-18 orang. Nelayan yang mengoperasikan gillnet berjumlah 3-5 orang (Subani dan Barus 1989).

2.2 Pembangunan Wilayah

(27)

Pentingnya ilmu pembangunan wilayah dalam konteks pembangunan di Indonesia pada umumnya, di wilayah pesisir dan lautan pada khususnya, menurut Budiharsono (2005) dikarenakan oleh beberapa faktor, antara lain:

1) Indonesia merupakan negara kepulauan, pembangunannya terkonsentrasi di Pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi dan sebagian Kalimantan. Konsentrasi pembangunan yang ada akan menimbulkan berbagai masalah yang berdimensi wilayah;

2) Pembangunan masa lalu lebih menitikberatkan pada eksploitasi daratan daripada lautan;

3) Letak geografis Indonesia dipengaruhi oleh perbedaan faktor geologis dan ekologis, ini menyebabkan keanekaragaman lingkungan yang lebih mempengaruhi sumberdaya alam dari aspek kuantitas maupun kualitasnya; 4) Keanekaragaman atau keragaman cultural;

5) Sifat pembangunan politik di Indonesia;

6) Adanya kebijakan otonomi daerah, diharapkan pemerintah daerah dapat membangun sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan sendiri; dan

7) Pembangunan Indonesia masih bersifat sektoral.

Pembangunan wilayah dalam perkembangannya mendekati ilmu ekonomi. Ruang menjadi perbedaaan yang mendasar antara pembangunan wilayah dan ilmu ekonomi. Pembangunan wilayah menjelaskan tentang aktivitas produksi yang dilaksanakan. Oleh karena itu, penggunaan analisis ekonomi lebih tepat apabila ditempatkan pada suatu wilayah (Budiharsono 2005).

(28)

2.3

Konsep Basis Ekonomi

Menurut Glasson (1977), perekonomian regional dapat dibagi menjadi dua sektor, yaitu kegiatan basis dan kegiatan non basis. Kegiatan basis (basic activities) adalah kegiatan yang mengekspor barang dan jasa ke tempat di luar batas-batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan, atau yang memasarkan barang dan jasanya kepada orang yang datang dari luar perbatasan perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Kegiatan bukan basis (non-basic activities) adalah kegiatan yang menyediakan barang-barang yang dibutuhkan oleh orang yang bertempat tinggal di dalam batas-batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Kegiatan ini tidak mengekspor barang jadi, luas lingkup produksi dan daerah pasar terutama bersifat lokal.

Budiharsono (2005) mengatakan bahwa terdapat dua metode pengukuran yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu sektor merupakan sektor basis atau non basis, yaitu (1) metode pengukuran langsung dan (2) metode pengukuran tidak langsung. Metode pengukuran langsung dapat dilakukan dengan survei langsung untuk mengidentifikasi sektor mana yang merupakan sektor basis. Metode ini dapat menentukan sektor basis dengan tepat. Namun, metode ini memerlukan biaya, waktu dan tenaga kerja yang banyak.

Mengingat hal tersebut, maka sebagian besar pakar ekonomi wilayah menggunakan metode pengukuran tidak langsung. Beberapa metode pengukuran tidak langsung, yaitu ; (1) metode melalui pendekatan asumsi ; (2) metode location quotient ; (3) metode kombinasi (1) dan (2) ; dan (4) metode kebutuhan minimum. Dari keempat metode di atas, yang lebih baik digunakan dalam menentukan apakah sektor tersebut basis atau tidak, adalah menggunakan metode Location Quotient (Budiharsono 2005).

2.4 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan

(29)

komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif, baik ditinjau dari sisi penawaran maupun permintaan. Dari sisi penawaran komoditas ikan unggulan dicirikan oleh superioritas dalam pertumbuhan pada kondisi biofisik, teknologi dan kondisi sosial ekonomi nelayan yang dapat dijadikan andalan untuk meningkatkan pendapatan. Dari sisi permintaan, komoditas unggulan dicirikan oleh kuatnya permintaan di pasar, baik pasar domestik maupun pasar internasional (Syafaat dan Supena 2000).

Berbagai pendekatan dan alat analisis telah banyak digunakan untuk mengidentifikasi komoditas ikan unggulan, yaitu menggunakan beberapa kriteria teknis dan non teknis dalam memenuhi aspek permintaan dan penawaran (Hendayana 2003). Setiap pendekatan memiliki kelebihan dan kelemahan, sehingga dalam memilih metode analisis untuk menentukan komoditas ikan unggulan perlu dilakukan secara hati-hati dan bijaksana. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menganalisis komoditas hasil tangkapan unggulan adalah metode location quotient (LQ). Location Quotient (LQ) merupakan suatu indikator sederhana yang menunjukkan “kekuatan” atau besar kecilnya peranan suatu sektor di dalam suatu daerah dibandingkan dengan peranan sektor yang sama di daerah lain (Budhiharsono 2005).

2.5 Strategi Pengembangan

Menurut Rangkuti (1997), strategi adalah alat untuk mencapai tujuan. Strategi pengembangan adalah suatu strategi yang mengikat semua bagian usaha menjadi satu.

(30)

dan ancaman, yaitu hal-hal yang dapat mempengaruhi suatu sektor yang berasal dari luar sektor tersebut (Rangkuti 1997).

(31)

3 KERANGKA PENDEKATAN STUDI

Keberhasilan subsektor perikanan tangkap di Kota Pekalongan mampu memberikan kontribusi yang besar bagi pendapatan daerah. Faktor-faktor yang menjadi potensi subsektor perikanan tangkap Kota Pekalongan untuk mencapai keberhasilan tersebut antara lain sumberdaya manusia, kelembagaan, sarana prasarana dan teknologi.

Peranan perekonomian terhadap pembangunan Kota Pekalongan dapat dilihat dari PDRB dan tenaga kerjanya. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui peranan subsektor perikanan tangkap terhadap perekonomian daerah dan dampak yang ditimbulkannya bagi perekonomian Kota Pekalongan. Keragaan perikanan tangkap di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan merupakan bagian penting yang perlu dilihat, seperti konstruksi kapal, produktivitas dan komoditas hasil tangkapan unggulan. Fokusnya perhatian terhadap dua hal tersebut dapat membantu dalam mengetahui apakah perikanan tangkap merupakan sektor basis dalam pembanguan daerah serta dapat mempermudah dalam merencanakan strategi yang tepat untuk diterapkan pada sub sektor perikanan tangkap.

Penentuan strategi pengembangan, serta basis atau tidaknya subsektor perikanan tangkap digunakan metode analisis sebagai berikut :

1) Analisis LQ untuk mengetahui peran subsektor perikanan tangkap apakah merupakan sektor basis atau non basis dan untuk mengetahui jenis komoditas hasil tangkapan unggulan di Kota Pekalongan;

2) Analisis shiftshare untuk mengetahui besarnya kontribusi subsektor perikanan tangkap terhadap PDRB Kota Pekalongan;

3) Analisis multiplier effect untuk mengetahui seberapa besar dampak dan pengaruh perubahan tenaga kerja serta pendapatan sektor lainnya sebagai faktor pengganda dalam wilayah;

4) ICOR digunakan untuk mengetahui seberapa besar kebutuhan investasi yang diperlukan untuk mengembangkan subsektor perikanan tangkap Kota Pekalongan;

(32)
[image:32.612.130.509.133.477.2]

Kerangka pendekatan studi pada penelitian ini secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Kerangka Pendekatan Studi. Sarana Prasarana

Perikanan Tangkap

-Konstruksi -Produktivitas -Komoditas

Unggulan Keragaan Perikanan

Tangkap Peranan Perekonomian

Strategi Pengembangan Data PDRB dan

Tenaga Kerja

-Peranan -Dampak -Kebutuhan

investasi

SDM Kelembagaan Teknologi

(33)

4. METODE PENELITIAN

4.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Pengambilan data di lapangan dilaksanakan pada bulan Februari 2011. Tempat penelitian berlokasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pekalongan dan beberapa instansi terkait seperti Dinas Kelautan dan Perikanan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Badan Penanaman Modal Daerah, Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan dan Badan Pusat Statistik baik di Kota Pekalongan maupun di Provinsi Jawa Tengah.

4.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan kamera. Bahan yang digunakan dalam penelitian meliputi data hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Pekalongan, data unit penangkapan ikan purse seine dan gillnet, data pendapatan daerah serta data statistik yang terkait dengan penelitian dan kuesioner.

4.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Studi kasus atau penelitian kasus (Case Study) adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Subjek penelitian dapat saja individu, kelompok, lembaga maupun masyarakat. Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta gambaran karakter-karakter yang khas dari suatu kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat khas tersebut aka menjadi suatu hal yang bersifat umum (Nazir 2003).

.

4.4 Jenis dan Sumber Data

(34)

angka-angka (Soeratno dan Arsyad 1993). Data kuantitatif dan kualitatif tersebut bersumber dari data primer dan data sekunder.

Data primer mengenai komponen-komponen perikanan tangkap baik secara fisik, aktivitas maupun pengelolaannya. Data primer dikumpulkan dengan metode observasi, wawancara dan pengisian kuisioner. Observasi dilakukan terhadap komponen-komponen perikanan tangkap dari segi kondisi fisik, kapasitas, ukuran, pemanfaatan dan pengelolaannya. Wawancara dan pengisian kuesioner ditujukan kepada stakeholder sektor perikanan tangkap, diantaranya Dinas Perikanan, pengelola pelabuhan, nelayan dan masyarakat sekitar yang terlibat.

Data sekunder merupakan data time series tahun 2003-2009 sebagai data utama yang digunakan dalam penenlitian, terdiri atas data produksi perikanan tangkap, jumlah unit penangkapan ikan, jumlah nelayan, kependudukan dan PDRB Kota Pekalongan. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Pekalongan, Kantor Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan dan Badan Perencanaan dan Pembangunan daerah Kota Pekalongan.

4.5 Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling atau pemilihan responden dengan sengaja. Pemilihan responden nelayan dilakukan dengan pertimbangan bahwa responden mampu berkomunikasi dengan baik dalam pengisian kuisioner dan berpengalaman dalam pengoperasian alat tangkap purse seine dan gillnet yang menjadi objek penelitian. Pemilihan responden dari instansi dilakukan dengan pertimbangan bahwa responden memiliki posisi penting dalam instansi dan memiliki pengetahuan yang lebih di bidang yang menjadi objek penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan memilih sub kelompok dari populasi, sehingga sampel yang dipilih mempunyai sifat yang mewakili sifat-sifat populasi.

(35)

Pengembangan dan Penelitian Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan, Staf Badan Penanaman Modal Daerah Kota Pekalongan, Kepala Divisi Operasional Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan, Kepala Sub Bidang Perikanan Laut dan Staf bagian Statistik Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Pekalongan, Responden nelayan yang diwawancarai berjumlah 10 orang, terdiri atas lima orang nelayan purse seine dan lima orang nelayan gillnet yang mendaratkan hasil tangkapannya di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan. Penelitian ini hanya memfokuskan pada alat tangkap purse seine dan gillnet, karena kedua alat tangkap tersebut merupakan alat tangkap yang paling dominan mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Pekalongan.

4.6 Metode Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, selanjutnya ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi dan keragaan pembangunan subsektor perikanan tangkap di Kota Pekalongan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini diuraikan lebih lanjut.

4.6.1 Analisis teknis subsektor perikanan tangkap

Analisis teknis digunakan untuk mengetahui hubungan faktor-faktor teknik yang mempengaruhi produksi unit penangkapan ikan purse seine dan gillnet. Aspek teknik yang digunakan sebagai tolak ukur seperti konstruksi alat tangkap, daerah penangkapan ikan, metode penangkapan ikan serta produktivitas dari alat tangkap purse seine dan gillnet,

(36)

melihat efisiensi teknik dan produksi suatu alat tangkap. Rumus produktivitas tersebut, yaitu :

Produktivitas per alat tangkap = Jumlah produksi ( ton) Jumlah alat tangkap( unit)

Produktivitas per tri p = Jumlah produksi ( ton) Jumlah tr ip ( tri p)

Produktivitas per nelayan = Jumlah produksi ( ton) Jumlah nelayan ( orang)

4.6.2 Analisis peranan subsektor perikanan tangkap a) Shift share

Analisis shift share digunakan untuk menganalisis dan mengetahui pergeseran dan peranan perekonomian di daerah. Metode itu dipakai untuk mengamati struktur perekonomian dan pergeserannya dengan cara menekankan pertumbuhan sektor di daerah, yang dibandingkan dengan sektor yang lain pada daerah yang sama (Badan Pusat Statistik 2006).

Sumbangan subsektor perikanan terhadap PDRB dapat dihitung dengan menggunakan analisis perubahan sumbangan (shift share) terhadap PDRB setiap tahun :

Pi = Si / Ti x 100%

Keterangan :

Si = PDRB subsektor perikanan pada tahun i

Ti = Total PDRB pada tahun i

Pi = Besarnya kontribusi pada tahun i

b) Location Quotient (LQ)

(37)

ditentukan arahan pembangunan selanjutnya. Analisis LQ digunakan untuk mengetahui besarnya peranan sektor perikanan dalam menunjang pembangunan wilayah Kota Pekalongan. Peranan tersebut merupakan kontribusi dari sektor perikanan terhadap pertumbuhan wilayah. Kontribusi perikanan berupa kemampuan perikanan dalam penyerapan tenaga kerja. Besar kecilnya peranan sektor perikanan dilihat dari perikanan tersebut sebagai sektor basis atau non basis (Kadariah 1985).

Budiharsono (2001) menyatakan bahwa metode Location Quotient (LQ) merupakan perbandingan antara pangsa relatif pendapatan dan tenaga kerja pada sektor perikanan di tingkat wilayah terhadap pendapatan dan tenaga kerja dari total wilayah. Metode ini juga membandingkan pangsa relatif pendapatan dan tenaga kerja pada sektor perikanan di tingkat kota terhadap pendapatan dan tenaga kerja total kota. Hal tersebut secara matematis dinyatakan sebagai berikut:

=

Keterangan :

vi : Total pendapatan dan tenaga kerja subsektor perikanan tangkap di Kota Pekalongan

vt : Total pendapatan dan tenaga kerja sektor perikanan di Kota Pekalongan

Vi : Total pendapatan dan tenaga subsektor perikanan tangkap di Provinsi Jawa Tengah

Vt : Total pendapatan dan tenaga kerja sektor perikanan di Provinsi Jawa Tengah

Kriteria penentuan sektor basis :

Jika LQ < 1, maka subsektor perikanan tangkap merupakan sektor non basis Jika LQ > 1, maka subsektor perikanan tangkap merupakan sektor basis.

4.6.3 Analisis dampak subsektor perikanan tangkap

(38)

=

Keterangan :

MSy : Koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator pendapatan ΔY : Perubahan pendapatan sektor perikanan Kota Pekalongan

ΔYb : Perubahan pendapatan subsektor perikanan tangkap Kota Pekalongan

Perhitungan Multiplier Effect berdasarkan indikator tenaga kerja menggunakan rumus :

=

Keterangan :

MSe : Koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator tenaga kerja ΔE : Perubahan tenaga kerja sektor perikanan Kota Pekalongan

ΔYe : Perubahan tenaga kerja subsektor perikanan tangkap Kota Pekalongan

4.6.4 Analisis kebutuhan investasi

Hubungan antara peningkatan unsur investasi terhadap PDRB yang dikenal dengan Incremental Capital Output Ratio (ICOR) yaitu suatu ukuran yang menunjukkan besarnya tambahan investasi baru yang diperlukan untuk meningkatkan output sebesar satu unit. Secara teoritis, terdapat beberapa rumus yang dapat digunakan dalam penghitungan ICOR. Rumus dibawah ini mengasumsikan bahwa investasi yang dilakukan dalam tahun itu langsung dapat menghasilkan PDB/PDRB pada tahun yang bersangkutan. Model matematikanya adalah sebagai berikut :

ICOR =

Keterangan :

I : Besarnya tambahan investasi pada tahun t

ICOR : Angka yang menunjukkan besarnya tambahan investasi yang diperlukan untuk meningkatkan satu unit output pada tahun t

(39)

4.6.5 Analisis komoditas hasil tangkapan unggulan

Penentuan jenis ikan unggulan yang dijadikan prioritas dalam pengembangan perikanan tangkap di Kota Pekalongan dapat diketahui melalui matrik dari pendekatan Location Quotient (LQ). Secara lebih operasional, LQ didefinisikan sebagai rasio persentase dari total aktivitas perikanan tangkap pada sub wilayah ke-i terhadap persentase aktivitas total terhadap wilayah yang diamati. Model matematikanya adalah sebagai berikut :

=

Keterangan :

LQ : Location Quotient

qi : produksi ikan jenis ke-i di Kota Pekalongan

qt : produksi total perikanan tangkap Kota Pekalongan

Qi : produksi ikan jenis ke-i Provinsi Jawa Tengah

Qt : prosuksi total perikanan tangkap Provinsi Jawa Tengah

Pendekatan adanya pemusatan produksi perikanan tangkap dengan LQ dibedakan dalam dua kelompok, setiap kelompok masing-masing terdiri atas 3 kriteria dan 2 kriteria. Kelompok pertama dilihat dari nilai perhitungan LQ itu sendiri, yaitu terpusat (LQ > 1), mendekati terpusat (LQ = 0,80 sampai 0,99) dan tidak terpusat (LQ < 1). Masing-masing kelompok secara berurutan dibobot dengan nilai 3, 2 dan 1. Kelompok kedua dilihat dari nilai pertumbuhan LQ, yaitu nilai LQ yang mengalami pertumbuhan positif diberi bobot 3, nilai LQ yang mengalami pertumbuhan tetap diberi bobot 2, dan untuk nilai LQ yang mengalami pertumbuhan negatif diberi bobot 1. Dari kedua hasil bobot LQ tersebut, nilai penjumlahan tertinggi merupakan ikan unggulan dan dijadikan prioritas untuk pengembangan produksi perikanan tangkap di Kota Pekalongan.

(40)

Selisih antara kedua nilai tersebut kemudian dibagi tiga. Hasil yang didapatkan adalah merupakan selang yang digunakan dalam penentuan kelas komoditas unggulan, kelas komoditas netral dan kelas komoditas non unggulan. Skor tertinggi didapatkan sebesar 20 dan skor terendah sebesar 8. Selisih antara kedua nilai tersebut adalah 12, kemudian dibagi tiga dan hasil yang didapatkan adalah 4. Selang untuk komoditas unggulan adalah 17-20, selang untuk komoditas netral adalah 13-16 dan selang untuk komoditas non unggulan adalah 8-12.

4.6.6 Analisis strategis pengembangan subsektor perikanan tangkap

Perencanaan pembangunan wilayah berbasis perikanan tangkap secara terpadu di Pekalongan dapat dirumuskan melalui analisis SWOT. Hasil analisis SWOT dapat digunakan untuk menetapkan suatu kebijakan pengembangan perikanan tangkap di wilayah Kota Pekalongan dalam jangka pendek. Analisis ini dapat menjawab permasalahan perikanan tangkap dan menghindari permasalahan baru. Pada gilirannya pembangunan terpadu dapat meningkatkan produksi ikan, konsumsi ikan, pemasaran hasil perikanan, pendapatan nelayan, memperluas lapangan kerja, memberikan dukungan terhadap pembangunan bidang industri tanpa melupakan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan, sehingga dapat meningkatkan pendapatan asli daerah.

(41)

Rangkuti (1997) mengemukakan bahwa matrik SWOT dapat menghasilkan empat set kemungkinan strategi, yaitu SO, ST, WO dan WT. Masing-masing strategi tersebut, sebagai berikut:

1) Strategi SO (Strength-Opportunity)

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran suatu sektor, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

2) Strategi ST (Strength-Threat)

Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman.

3) Strategi WO (Weakness-Opportunity)

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

4) Strategi WT (Weakness-Threat)

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Penggambaran matrik SWOT yang disusun dengan peluang dan ancaman ekternal dan disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang ada secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Matrik SWOT Internal

Eksternal

Strengths (S) Tentukan faktor-faktor

kekuatan Internal

Weakness (W) Tentukan faktor-faktor

kelemahan internal Opportunities (O)

Tentukan peluang eksternal

I. Strategi SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

III. Strategi WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

Threats (T) Tentukan ancaman

eksternal

II. Strategi ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

IV. Strategi WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk menghindari

(42)

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa masing-masing faktor, yaitu faktor internal dan eksternal selalu dikaitkan. Matrik SWOT dapat mengilustrasikan bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh suatu perusahaan dapat dipertemukan dengan kelemahan dan kekuatan internal untuk menghasilkan empat kelompok kemungkinan alternatif strategis. Empat kemungkinan tersebut yaitu SO, ST, WO dan WT. Pada Gambar 4 dapat terlihat terdapat empat kuadran pada Diagram Analisis SWOT.

3. Mendukung strategi 1. Mendukung strategi

turn around agresif

4. Mendukung 2. Mendukung

[image:42.612.145.504.238.404.2]

strategi defensif strategi diversifikasi

Gambar 4 Diagram analisis SWOT (Rangkuti 1997).

Berikut adalah uraian dari Gambar 4 di atas :

Kuadran 1 : Kuadran ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy).

Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara stratifikasi diversifikasi produk.

Kuadran 3 : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi dipihak lain, ia menghadapi beberapa kendala atau kelemahan

Peluang

Ancaman

(43)

internal. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

Untuk membuat analisis SWOT, dibutuhkan analisis terhadap lingkungan internal dan eksternal yang dihadapi suatu wilayah. Analisis lingkungan internal dan eksternal dilakukan dengan membuat matriks Evaluasi Faktor Internal (Internal Factor Evaluation – IFE) dan Evaluasi Faktor Eksternal (External Factor Evaluation – EFE). Langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE), yaitu :

[image:43.612.112.508.404.704.2]

a) Menyusun daftar faktor-faktor yang dianggap berpengaruh penting sebagai faktor internal dan eksternal subsektor perikanan tangkap Kota Pekalongan. Faktor-faktor strategis internal dan faktor-faktor strategi eksternal dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3.

Tabel 2 Faktor strategi internal

Faktor Strategi Internal Kekuatan

A. Kesempatan kerja cukup besar di subsektor perikanan tangkap B. Sarana dan prasarana pelabuhan cukup lengkap

C. Terdapatnya komoditas hasil tangkapan unggulan

D. Kontribusi perikanan tangkap besar terhadap PDRB Kota Pekalongan Kelemahan

E. Kualitas SDM rendah

F. Potensi sumberdaya laut rendah

(44)
[image:44.612.118.511.92.313.2]

Tabel 3 Faktor strategi eksternal

Faktor Strategi Eksternal Peluang

A. Jumlah SDM nelayan tinggi

B. Tingkat permintaan dari luar terhadap produk perikanan tinggi C. Adanya laboratorium pengujian mutu hasil perikanan

D. Terdapat kapal khusus pengangkut ikan Ancaman

E. Persaingan pasar dengan daerah lain

F. Harga BBM untuk unit penangkapan ikan yang cukup tinggi G. Adanya sindikat penjualan ikan di tengah laut

H. Banyak nelayan yang melakukan pendaratan hasil tangkapannya di tempat lain

b) Penilaian bobot setiap faktor strategi internal dan faktor strategi eksternal; konsisten dalam subsektor perikanan tangkap Kota Pekalongan. Pembobotan bertujuan untuk mengkuantifikasi faktor-faktor internal maupun faktor-faktor eksternal yang telah dianalisis. Rentang nilai bobot yang digunakan adalah satu sampai tiga. Aturan yang digunakan dalam pengisian kolom adalah:

1 = jika faktor horizontal kurang penting daripada faktor vertikal 2 = jika faktor horizontal sama penting dengan faktor vertikal 3 = jika faktor horizontal lebih penting daripada faktor vertikal

Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus (Kinnear dan Taylor 1996 diacu dalam Dewi 2008)

а =

Keterangan :

а : Bobot variabel ke-i Xi : Nilai variabel ke-i i : A, B, C, ...n

(45)

Penilaian bobot faktor stategis internal dan faktor strategis eksternal masing-masing dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5.

Tabel 4 Penilaian bobot faktor strategis internal

Faktor Strategis

Kekuatan Kelemahan

Total Bobot

Internal A B C D E F G H

Kekuatan

Indikator A Xa

Indikator B Xb

Indikator C Xc

Indikator D Xd

Kelemahan

Indikator E Xe

Indikator F Xf

Indikator G Xg

Indikator H Xh

Total Σxi

Tabel 5 Penilaian bobot faktor strategis eksternal

Faktor Strategis Peluang Ancaman Total Bobot

Eksternal A B C D E F G H

Peluang

Indikator A Xa

Indikator B Xb

Indikator C Xc

Indikator D Xd

Ancaman

Indikator E Xe

Indikator F Xf

Indikator G Xg

Indikator H Xh

Total Σxi

(46)

untuk menunjang keberhasilan. Jumlah dari semua bobot harus sama dengan 1,0. Pembobotan ditempatkan pada kolom kedua matriks.

d) Penentuan peringkat terhadap variabel-variabel hasil analisis situasi dilakukan dengan skala berikut :

Nilai untuk matriks IFE, skala peringkat yang digunakan yaitu : 1 = sangat lemah 3 = kuat

2 = lemah 4 = sangat kuat

Nilai untuk matriks EFE, skala peringkat yang dibutuhkan yaitu : 1 = rendah 3 = tinggi

2 = sedang 4 = sangat tinggi

e) Tiap peringkat dikalikan masing-masing bobotnya untuk setiap variabel, sehingga dapat ditentukan nilai yang dibobot.

f) Nilai yang dibobot dari setiap variabel dijumlahkan untuk menentukan nilai bobot total bagi subsektor perikanan tangkap di Kota Pekalongan.

[image:46.612.104.515.427.686.2]

Matriks internal factor evaluation dan matriks external factor evaluation dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7.

Tabel 6 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)

Faktor Strategi Internal Bobot Nilai Nilai Dibobot

Kekuatan

A. Kesempatan kerja cukup besar di subsektor

perikanan tangkap

B. Sarana dan prasarana perikanan tangkap yang

cukup lengkap

C. Terdapatnya komoditas hasil tangkapan unggulan

D. Kontribusi perikanan tangkap besar terhadap

PDRB Kota Pekalongan

Kelemahan

E. Kualitas SDM rendah

F. Potensi sumberdaya laut kurang

G. Regulasi perikanan dari pemerintah berbelit-belit

H. Kurangnya pendampingan kepada nelayan

(47)
[image:47.612.109.514.90.347.2]

Tabel 7 Matriks External Faktor Evaluation (EFE)

Faktor Strategi Eksternal Bobot Nilai Nilai yang Dibobot

Peluang

A. Jumlah sumberdaya nelayan tinggi

B. Tingkat permintaan dari luar terhadap produk

perikanan yang tinggi

C. Adanya Laboratorium Pengujian Mutu Hasil

Perikanan

D. Terdapat kapal khusus pengangkut ikan

Ancaman

E. Persaingan pasar dengan daerah lain

F. Harga BBM untuk unit penangkapan ikan yang

cukup tinggi

G. Adanya sindikat penjualan ikan di laut

H. Banyak nelayan mendaratkan ikan ditempat lain

Total 1

g) Nilai bobot berkisar antara 1-4 dengan rata-rata 2,5. Nilai lebih kecil dari 2,5 menunjukkan bahwa posisi internal dan eksternal lemah, sedangkan nilai bobot total di atas 2,5 menunjukkan bahwa posisi internal dan eksternalnya berada pada tingkat yang kuat. Nilai bobot yang berada pada nilai 2,5 menunjukkan situasi eksternal dan internalnya berada pada posisi rata-rata.

Pemilihan alternatif strategi yang terbaik dilakukan dengan memberikan nilai dan ranking sesuai dengan tingkat kepentingannya. Pemberian nilai ini diberikan kepada setiap unsur SWOT dan pemberian ranking dilakukan dengan cara penjumlahan dari penilaian bobot setiap faktor strategis internal dan eksternal yang didapat dari jawaban para responden.

4.7 Batasan Konsep dan Pengukuran

Batasan konsep yang dilakukan pada penelitian ini antara lain : 1) Penelitian ini menganalisis subsektor perikanan tangkap;

(48)

3) Sektor basis perikanan tangkap adalah perbandingan relatif kemampuan subsektor perikanan tangkap pada wilayah penelitian dibandingkan dengan wilayah administrasi di atasnya atau tingkat provinsi, serta subsektor perikanan tangkap mampu memenuhi kebutuhan komoditas perikanan Kota Pekalongan dan mengekspor ke luar Kota Pekalongan;

4) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah pendapatan total suatu wilayah dari seluruh kegiatan perekonomian selama setahun. PDRB yang dimaksud dalam penelitian ini adalah PDRB atas dasar harga konstan;

5) Kesempatan kerja adalah jumlah angkatan kerja yang bekerja. Kesempatan kerja subsektor perikanan tangkap adalah jumlah angkatan kerja yang bekerja pada subsektor perikanan tangkap. Kesempatan kerja dinyatakan dalam orang atau jiwa;

6) Efek pengganda yang diperoleh dari perhitungan pendapatan per tenaga kerja adalah koefisien yang menunjukkan kemampuan setiap peningkatan dalam wilayah terhadap pertumbuhan wilayah yang bersangkutan;

7) Faktor internal adalah kekuatan yang merupakan keunggulan yang dimiliki oleh subsekor perikanan tangkap serta kelemahan yang merupakan keterbatasan atau kekurangan subsektor perikanan tangkap yang mempengaruhi kinerja pembangunan;

8) Faktor eksternal adalah peluang yang merupakan kesempatan yang dimiliki subsektor perikanan tangkap untuk dimanfaatkan dan ancaman yang merupakan hambatan yang berasal dari luar subsektor perikanan tangkap; 9) Strategi pembangunan adalah rencana pengembangan secara bertahap dan

(49)

5. KEADAAN UMUM

5.1 Keadaan Umum Kota Pekalongan

Kota Pekalongan terletak di dataran rendah Pantai Utara Pulau Jawa. Kota Pekalongan terletak pada ketinggian kurang lebih 1 meter di atas permukaan laut dengan posisi antara 6050’42’’ - 6055’44’’ Lintang Selatan dan 109037’55’’ – 1090 42’19’’ Bujur Timur (Anonim 2008a).

Anonim (2008a) menyatakan bahwa batas-batas wilayah administratif Kota Pekalongan adalah :

Sebelah Utara : Laut Jawa

Sebelah Selatan : Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang Sebelah Timur : Kabupaten Batang

Sebelah Barat : Kabupaten Pekalongan

Kota Pekalongan merupakan kota yang strategis karena mudah dijangkau dari berbagai kota lainnya. Kondisi jalan dan transportasi yang baik di Kota Pekalongan merupakan faktor utama mudahnya akses dari kota lainnya. Posisi Kota Pekalongan yang terletak di tengah Pulau Jawa juga memberikan pengaruh yang strategis. Kota Pekalongan memiliki luas 4.525 ha atau 0,14% dari luas wilayah Jawa Tengah, dibagi menjadi empat kecamatan, yaitu Kecamatan Pekalongan Barat, Pekalongan Timur, Pekalongan Selatan dan Pekalongan Utara.

(50)

Tabel 8 Jumlah penduduk kota Pekalongan tahun 2009

No Kecamatan

Luas (km2)

Penduduk (jiwa)

Kepadatan (jiwa/km2)

1 Pekalongan Barat 10,05 87.905 8.747

2 Pekalongan Timur 9,52 64.274 6.751

3 Pekalongan Selatan 10,80 51.354 4.755

4 Pekalongan Utara 14,88 72.625 4.881

Total 45,25 276.158 6.103

Sumber : Pekalongan Dalam Angka 2009.

Penduduk usia kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berumur 10 tahun ke atas yang terdiri atas angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Usia “angkatan kerja” yaitu penduduk dalam usia kerja (14-55 tahun) yang bekerja, mempunyai pekerjaan sementara tetapi tidak bekerja, dan orang tidak bekerja yang mencari pekerjaan, sedangkan usia “bukan angkatan kerja” yaitu penduduk dalam usia kerja (14-55 tahun) yang tidak bekerja, tidak mencari pekerjaan, tetapi kegiatan golongan ini masih bersekolah (BPS Pekalongan 2010).

[image:50.612.134.521.507.609.2]

Sektor perikanan merupakan sektor yang cukup mendominasi diantara industri-industri lainnya yang ada di Kota Pekalongan. Hal ini didukung adanya Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan yang merupakan Pelabuhan Perikanan Nusantara terbesar di Provinsi Jawa Tengah. Jumlah penduduk dan angkatan kerja tahun 2003-2008 Kota Pekalongan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Jumlah Penduduk dan angkatan kerja di Kota Pekalongan 2003-2008

Tahun Jumlah penduduk (jiwa) Total angkatan kerja (jiwa)

2003 264.217 5.633

2004 264.932 3.622

2005 267.574 3.430

2006 268.470 3.574

2007 271.990 3.493

2008 273.911 4.901

Sumber: Pekalongan Dalam Angka 2003-2008.

5.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kota Pekalongan

(51)

potensi yang dapat dikembangkan. Hal ini ditunjukkan dengan tersedianya sarana dan prasarana kegiatan perikanan tangkap yang cukup lengkap serta tingginya volume produksi perikanan tangkap di Kota Pekalongan.

5.2.1 Sarana dan prasarana perikanan tangkap

Adanya Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan sangat menunjang kemajuan kegiatan perikanan tangkap di Kota Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah. Aktivitas yang terjadi di PPN Pekalongan sangat tinggi. Hal tersebut dikarenakan adanya sarana penunjang berupa dua buah sarana Tempat Pelelangan Ikan (TPI), pabrik es dan 871 armada penangkapan ikan yang mendaratkan hasil tangkapan di pelabuhan tersebut.

Sarana dan prasarana perikanan tangkap merupakan faktor pendukung dalam pembangunan subsektor perikanan tangkap. Sarana dan prasarana yang lengkap dapat memberi dukungan bagi kegiatan perikanan tangkap dalam upaya pemanfaatan potensi perikanan tangkap di Kota Pekalongan. Semakin lengkap sarana dan prasarananya, kegiatan perikanan tangkap dapat terlaksana dengan efektif, efesien, dan berkelanjutan, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan dan memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan daerah.

(52)

alat tangkap di PPN Pekalongan didominasi oleh kapal purse seine

Gambar

Gambar 3 Kerangka Pendekatan Studi.
Gambar 4 Diagram analisis SWOT (Rangkuti 1997).
Tabel 2 Faktor strategi internal
Tabel 3 Faktor strategi eksternal
+7

Referensi

Dokumen terkait