• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAHAMAN PENGURUS DAN ANGGOTA TENTANG KONSEP KELUARGA SAKINAH AISYIYAH DAN IMPLEMENTASI POLA PARENTING DI PIMPINAN RANTING AISYIYAH KAUMAN YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMAHAMAN PENGURUS DAN ANGGOTA TENTANG KONSEP KELUARGA SAKINAH AISYIYAH DAN IMPLEMENTASI POLA PARENTING DI PIMPINAN RANTING AISYIYAH KAUMAN YOGYAKARTA"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

PEMAHAMAN PENGURUS DAN ANGGOTA TENTANG KONSEP KELUARGA SAKINAH AISYIYAH DAN IMPLEMENTASI POLA

PARENTING DI PIMPINAN RANTING AISYIYAH KAUMAN YOGYAKARTA

Skripsi

SKRIPSI

Oleh

Dini Fitrah Eristanti NPM: 20120710010

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

PEMAHAMAN PENGURUS DAN ANGGOTA TENTANG KONSEP KELUARGA SAKINAH AISYIYAH DAN IMPLEMENTASI POLA

PARENTING DI PIMPINAN RANTING AISYIYAH KAUMAN YOGYAKARTA

Skripsi

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Sosial (S.Sos) Strata Satu pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam

(KPI) Fakultas Agama Islam (FAI)

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:

Dini Fitrah Eristanti NPM: 20120710010

FAKULTAS AGAMA ISLAM

(3)

PERSEMBAHAN

Dalam sujud kesyukuran kepada Dzat Yang Maha Agung,

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

Ibunda Elly Rachmawati dan Ayahanda Abdul Haris; yang harapan dan do’a terbaiknya tiada luput untuk

putra-putrinya.

Generasi pendamba kokokhnya moral anak manusia; yang benih pendidikannya diawali di dalam rumah yang

(4)

KATA PENGANTAR

Bismillāhirrahmāirahīm.

Assalāmu’alaikum Warahmatullāhi Wabarakātuh…

Puji dan syukur peneliti haturkan kepada Dzat Yang Maha Pemurah.

Begitu luas pemberian-Nya yang tanpa dapat seorang manusia perhitungkan

sedemikian rupanya. Shalawat beriring salam kami junjungkan kepada sang

revolusioner peradaban, Muhammad SAW, yang nafas perjuangannya masih bisa

diregup sampai akhir zaman nanti.

Ide untuk menggarap karya tulis ini adalah saat peneliti menjadi salah

satu peserta dalam acara Talkshow Peringatan Hari Ibu dan Semarak Musywil

Aisyiyah DIY yang diselenggarakan oleh PW NA DIY, DPD IMM DIY dan PW

IPM DIY pada bulan Desember 2015 di Aula PP Muhammadiyah, Yogyakarta.

Dalam kesempatan tersebut, dihadirkan tiga pembicara yang cukup berkompeten

dalam membahas tema “Peran Perempuan Muda Muhammadiyah untuk Indonesia

Berkemajuan”, yakni Prof. Dr. Chamamah Soeratno, Dr. Muhammad Azhar,

M.Ag dan Alimatul Qibtiyah, S.Ag.,M.Si., MA.,Ph.D. Talkshow tersebut kurang

lebih membicarakan eksistensi perempuan yang terlibat dalam membangun

berbagai macam gagasan di Muhammadiyah, salah satunya gagasan Konsep

Keluarga Sakinah yang mulai dirancang pada tahun 1985. Saat Muktamar

Aisyiyah 2010 di Yogyakarta kembali menjadi isu sentral yang lebih dibangun

oleh Aisyiyah; melalui ideologi dan gerakannya. Kemudian 5 tahun kemudian,

(5)

Keluarga Sakinah. Itulah yang menjadi bukti keseriusan Aisyiyah dalam

meluaskan gagasan dan gerakannya.

Maka dari itu, muncullah ide peneliti untuk mengungkap sejauh mana

pemahaman dan implementasi pola parenting yang termuat dalam Konsep Keluarga Sakinah di Aisyiyah Ranting Kauman, terlebih karena Kampung

Kauman merupakan cikal bakal kelahiran Aisyiyah dari hasil perenungan dan

tekad KH. Ahmad Dahlan dan Nyai Siti Walidah dalam mengorganisir Aisyiyah

sebagai gerakan perempuan Muhammadiyah.

Peneliti haturkan terima kasih atas ilmu, inspirasi, motivasi dan

sokongan moral kepada :

1. Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Dr.

Mahli Zainuddin Tago, M.S.I beserta jajaran dekanat FAI UMY.

2. Kepala Program Studi (Prodi) Komunikasi dan Penyiaran Islam konsentrasi

Komunikasi dan Konseling Islam UMY, Ustadz Fathurrahman Kamal, Lc,

M.S.I, yang telah banyak memberi torehan inspirasi dan motivasi dalam

mengazzamkan sebuah cita-cita.

3. Dosen Pembimbing Skripsi, Ibunda Dra. Siti Bahiroh, M.Si yang sangat

membantu dan membimbing peneliti selama melakukan penelitian.

4. Segenap dosen Fakultas Agama Islam UMY, khususnya dosen Prodi KPI

yang telah rela membagi ilmu, gagasan dan keyakinan pada kami, juga atas

dedikasinya dalam mengembangkan KPI menjadi Prodi yang mampu

(6)

5. Staf dan karyawan FAI UMY yang sudah bersabar dan banyak membantu

dalam proses akademik kami. Semoga pelayanannya bisa lebih baik.

6. Pimpinan Ranting Aisyiyah Kauman Yogyakarta, yang telah bersedia

membagi pengalaman dan pelajaran yang berharga bagi peneliti; tentang

komitmen pengabdian untuk umat dengan tidak luput terhadap tanggung

jawab dalam keluarga di rumah.

7. Untuk Ibunda Elly Rachmawati dan Ayahanda Abdul Haris, terima kasih dan

mohon maaf tak terkira dari putrimu yang belum mampu berbakti secara

purna. Kiranya karya tulis ini menjadi bingkisan kecil sebagai bentuk rasa

cintaku pada keluarga.

8. Lima Personil dari D6; Kak Dimas, Danang, Dinda, Dinar dan Daania, juga

Teh Afina terima kasih sudah sering memacu semangatku selama belajar dan

memaknai pelajaran demi pelajaran.

9. Keluarga TURKI di Depok dan keluarga besar di Cipanas, terima kasih telah

banyak memotivasi dan turut mendo’akan selama peneliti belajar.

10.SMA Muhammadiyah Cipanas dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM),

sebagai wahana bertransformasi di masa transisi seorang remaja awam di usia

perkembangannya dalam rangka mempelajari setahap demi setahap tentang

dirinya dan memberanikan diri untuk “bergaul”.

11.Keluarga Besar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) FAI UMY,

sebagai rahim perjuangan, ‘tumpangan hidup’, laboratorium dalam

(7)

12.IMM Cabang AR. Fakhruddin Kota Yogyakarta, Madrasah Intelektual

Muhammadiyah (MIM) dan Sekolah Immawati (SEKIMM); tempat peneliti

menempuh pendidikan informal, melatih diri dan memenuhi asupan nutrisi

pengetahuan.

13.Kawan-kawan KPI, yang turut menjadi bagian sosok-sosok yang

menginspirasi dan memotivasi. Semoga menjadi pribadi yang “Berilmu, Beradab dan Berdayaguna”.

14.Dan terakhir, Apri Tri Nugroho, yang sering kali menyiratkan pesan agar

menjadi seorang yang mampu mensejahterakan omah dan mengabdikan diri untuk ummah. Semoga semesta mengaminkan cita-cita kita membangun agenda besar umat di sepanjang usia.

Hanya ucapan terimakasih dan apresiasi yang setingginya atas segala

bentuk bantuan dan kerjasamanya selama ini kepada peneliti, semoga Allah yang

membalas atas kebajikan yang diberi.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak

kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan atas kritik dan sarannya.

Semoga dapat bermanfaat untuk semua pihak.

Billāhi Fī Sabīlil Haq, Fastabiqul Khairāt

Wassalāmu’alaikum Warahmatullāhi Wabarakātuh

Yogyakarta, Agustus 2016

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …... i

HALAMAN NOTA DINAS ………. ii

HALAMAN PENGESAHAN ……….. iii

HALAMAN MOTTO ………... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ……… v

KATA PENGANTAR ………...……….. vii

HALAMAN DAFTAR ISI ……… x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Rumusan Masalah ………...……….….. 8

BAB II TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN A. Tujuan Penelitian …….………..……….…………... 9

B. Manfaat Penelitian ………. 9

BAB III TINJAUAN PUSTAKAN DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka ……….……… 10

B. Kerangka Teori ……..……….. 14

1. Pengertian Keluarga Sakinah

a. Keluarga

b. Sakinah

c. Keluarga Sakinah

(9)

2. Landasan Pembentukan Keluarga Sakinah

a. Asas Keluarga Sakinah

b. Tujuan Pembentukan Keluarga Sakinah

c. Fungsi Keluarga Sakinah

3. Parenting

a. Pengertian Parenting

b. Gaya Pengasuhan dan Interaksi Orangtua-Anak

c. Aspek Pembinaan (Parenting) dalam Konsep Keluarga Sakinah

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ……….…….. 54

B. Lokasi Penelitian ……….. 54

C. Subyek Penelitian ……….… 55

D. Teknik Pengumpulan Data ……….…. 56

E. Kredibilitas Data ……….…. 57

F. Analisis Data ……… 58

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………..……….. 60

B. Konsep Keluarga Sakinah Aisyiyah ………..…..………. 81

C. Pemahaman Aisyiyah Ranting Kauman tentang Konsep Keluarga Sakinah Aisyiyah ………..…. 90

D. Implementasi Pola Parenting di Aisyiyah Ranting Kauman ………...…. 98

(10)

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ……… 113

B. Saran-saran ………. 115

DAFTAR PUSATAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Foto Dokumentasi Penelitian

Identitas Informan

Instrumen Pengumpul Data

Surat ijin Penelitian

Surat Keterangan telah melakukan penelitian

(11)

--Lamp. Hal

: 4 eks. Sk:ripsi : Persetujuan

NOTADINAS

Assaliimu 'alaikum Warahmatulliihi Wabarakiituh.

Y ogyakarta, Agustus 2016

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Setelah menerima dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka saya yang berpendapat bahwa skripsi saudari:

Dini Fitrah Eristanti

20120710010

,..

"

Nama NPM

Judul Pemahaman Pengurus dan Anggota Tentang Konsep Keluarga Sakinah Aisyiyah dan Implementasi Pola Parenting di Aisyiyah Ranting Kauman Y ogyakarta

Telah memenuhi syarat untuk diajukan pada ujian akhir tingkat Sa:tjana pada Fakultas Agama Islam Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Muhammadiyah Y ogyakarta.

Bersama ini saya sampaikan naskah skripsi tersebut dengan harapan dapat diterima dan segera dimunaqasyahkan.

Atas perhatiaannya saya ucapkan terima kasih. Wassaliimu 'alaikum Warahmatullahi Wabaraklituh.

Dosen Pembimbing Skripsi,

セᄋセ

ᄋセ@

Dra. Siti Bahiroh, M.Si

(12)

-

,

PENGESAHAN

Judul Skripsi :

PEMAHAMAN PENGURUS DAN ANGGOTA TENTANG KONSEP

KELUARGA SAKINAH AISYIY AH DAN IMPLEMENTASI POLA

PARENTJNGDIAISYIYAHRANTINGKAUMANYOGYAKARTA

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Nama : Dini Fitrah Eristanti

セセ@ :20120710010

Telah dimunaqasyahan di depan Sidang Munaqasyah Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam pada tanggal 29 Agustus 20 16 dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima:

Sidang Dewan Munaqasyah

Ketua Sidang : Rhafidilla Vebrynda, S.I.Kom, M.I.Kom Pembimbing : Dra. Siti Bahiroh, M.Si

PenguJI : Twediana Budi Hapsari, S.Sos., M.Si

Yogyakarta, Agustus 2016 Fakultas Agama Islam

lV

( .. . .

セ@

... . )
(13)

PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Dini Fitrah Eristanti

NIM : 20120710010

Program Studi : Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini merupakan karya saya sendiri dan

belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesaljanaan di Perguruan Tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara

tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Y ogyakarta, Agustus 2016

Yang membuat pernyataan,

(14)

The Management’s and Members’ Understanding toward the concept of Sakinah Family of Aisyiyah and the Implementation of Parenting Pattern in

sub-district level of Aisyiyah Kauman Yogyakarta

Dini Fitrah Eristanti

NPM: 20120710010

Abstract

This research aims at describing the understanding of Aisyiyah management and member toward the concept of Sakinah family and to recognize the implementation of parenting pattern in the concept of Sakinah family of Aisyiyah in sub-district level of Aisyiyah Kauman Yogyakarta. This research was done through interview, observation and documentation. The data analysis was done through reduction process, data presentation, and conclusion. The research result indicates that the concept of Sakinah family of Aisyiyah includes the establishment foundation of Sakinah family, the principle of Sakinah family, the function of Sakinah family, the goal of Sakinah family, as well as the rights and obligations of Sakinah family members. Besides, the general understanding of sub-district level of Aisyiyah

Kauman Yogyakarta toward the concept of Sakinah family has been manifested through actualization within family. Whilst, the implementation of parenting pattern is conducted religiously but is less involving father’s role in parenting- considering that formal school is the center of religious education.

(15)

Pemahaman Pengurus dan Anggota tentang Konsep Keluarga Sakinah Aisyiyah dan Implementasi Pola Parenting di Pimpinan Ranting Aisyiyah Kauman

Yogyakarta

Dini Fitrah Eristanti

NPM 20120710010

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan Konsep Keluarga Sakinah Aisyiyah, mendeskripsikan pemahaman pengurus dan anggota Pimpinan Ranting Aisyiyah Kauman Yogyakarta tentang Konsep Keluarga Sakinah dan mengetahui implementasi pola parenting dalam Konsep Keluarga Sakinah menurut Aisyiyah di Aisyiyah Ranting Kauman Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data dilakukan melalui proses reduksi, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasilnya, Konsep Keluarga Sakinah Aisyiyah memuat landasan pembentukan keluarga sakinah, asas keluarga sakinah, fungsi keluarga sakinah, tujuan keluarga sakinah serta hak dan kewajiban anggota keluarga dalam keluarga sakinah. Kemudian pemahaman Aisyiyah Ranting Kauman Yogyakarta tentang Konsep Keluarga Sakinah secara umum sudah berwujud dengan aktualisasi di dalam keluarga. Sementara implementasi pola parenting yang dilakukan bersifat agamis, namun bagi anggota Aisyiyah Ranting Kauman kurang melibatkan peran ayah dalam pengasuhan anak dan menganggap bahwa sekolah formal adalah sentral pemberian bekal pendidikan agama.

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era global seperti sekarang, anak-anak sangat rentan terkena

berbagai pengaruh dari lingkungan luar. Ada kalanya pengaruh tersebut

berdampak positif terhadap anak, seperti budaya persaingan yang dapat

memacu anak dalam mengembangkan ilmu, bakat dan minat mereka. Namun,

tidak dipungkiri nilai dan pengaruh yang sifatnya negatif pun akan mudah

menyerang kepada anak. Kemudahan dalam mengakses informasi dan

kecanggihan teknologi saat ini pun kerap kali menjadi pemicu nilai-nilai

negatif mempengaruhi perilaku anak. Seperti tayangan yang berbau kekerasan

dan pornografi.

Arus informasi akan semakin lebih terbuka dengan masuknya era

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), termasuk di Indonesia. Selain

memberikan peluang yang begitu besar untuk kemajuan dan perkembangan

pada sektor ekonomi, sosial, pendidikan dan teknologi, dampak lain dari MEA

adalah ancaman lunturnya tatanan budaya yang akan mengarah pada

pergeseran gaya hidup masyarakat. Nilai-nilai yang telah terbangun secara

mapan tidak menutup kemungkinan akan berubah seiring dengan

perkembangan zaman. Situasi era globalisasi adalah satu keniscayaan yang

(17)

2

Fenomena globalisasi memang sudah tidak dapat dihindari lagi oleh

siapapun, kecuali dia sengaja mengungkung diri menjauhi interaksi dan

komunikasi dengan yang lain. Hanya saja yang perlu disadari dan mendapat

catatan, di samping globalisasi membawa manfaat, namun juga mendatangkan

mudlarat. Oleh karena itu, harus pandai-pandai menyikapinya, misalnya jikalau nilai-nilai yang terdapat dalam globalisasi itu positif maka tidak salah

untuk mengambilnya. Sebaliknya jika hal itu memang negatif maka harus

dapat membendungnya. Dalam hal ini, ungkapan seperti al-akhdū bi al-jadīd al-aslah (ambilah hal-hal yang baru yang sekiranya baik dan banyak mengandung maslahat) mungkin dapat dijadikan dasar pijakan.1

Dalam kasus terancamnya perilaku anak sebagai dampak dari arus

perkembangan zaman ini, maka peran keluarga sangat penting untuk

menyelamatkan perkembangan kognitif, afektif maupun psikomotorik anak.

Keluarga merupakan unit terkecil sebuah masyarakat, yang juga memiliki

peran sebagai tempat dalam pembentukan kesatuan biososial, hubungan ibu,

bapak dan anak, juga merupakan pembentukan kesatuan ideologis, nilai dan

agama. Keluarga pun menjadi unit sosial yang penting dalam bangunan

masyarakat. Berbagai perubahan oleh faktor arus perkembangan zaman yang

kemudian mempengaruhi corak dan karakteristik dalam masyarakat, sejatinya

dapat diminimalisir jika ada upaya dalam internal keluarga untuk

memfungsikan peran keluraga dalam membentengi diri anak. Maka dari itu,

1 Miftahuddin, Jurnal Cakrawala Pendidikan, Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia DIY,

(18)

3

sebagai lingkungan yang pertama dan terdekat, keluarga memikul tanggung

jawab utama dalam pendidikan nilai kepada anak.

Keluarga merupakan taman pendidikan pertama, terpenting dan

terdekat yang bisa dinikmati anak. Pentingnya peranan orangtua dalam

mendidik anak adalah memberikan dasar pendidikan, sikap, watak dan

keterampilan dasar seperti pendidikan agama, budi pekerti, sopan santun,

kasih sayang, rasa aman, dasar-dasar mematuhi peraturan, serta mengajarkan

kebiasaan-kebiasaan yang baik dan disiplin. Di lingkungan kekeluargaan dan

norma kehidupan. Diketahui, di era globalisasi, dampak budaya dan kemajuan

teknologi merupakan wahana “penjajahan” bagi budaya yang dominan.

Nilai-nilai budaya dominan ini, yang sebagian besar tidak sesuai dengan timbangan

budaya Indonesia, sudah menembus kamar-kamar dari sekeliling masyarakat.

Untuk itu, keluarga bisa dimetafora sebagai sebuah benteng yang mampu

mencipatakan “harmonisasi” bukan “sterilisasi”. (Gunaryadi: 2006).2

Menurut Elkin dan Handel, keluarga sebagai tempat anak dilahirkan

merupakan referensi pertama mengenai nilai-nilai, norma-norma dan

kebiasaan-kebiasaan menjadi acuan untuk mengevaluasi perilaku. Lebih

lanjut, Greenfield dan Suzuki menyatakan bahwa dalam menyampaikan

nilai-nilai, harapan dan kebiasaan, keluarga juga menyampaikan pada anak

pola-pola perilaku tertentu yang beragam menurut budaya dan kesukuan.3 Salah

satu bentuk dalam proses pendidikan dan transformasi nilai-nilai adalah

aktivitas pengasuhan. Melalui interaksi yang dilakukan oleh orangtua kepada

2 Ibid, hlm 138

3

(19)

4

anak, bukan berarti orangtua melakukan aktivitas pengasuhan secara pribadi,

tetapi anak akan mengikuti aturan-aturan tentang peran orangtua yang ada

dalam budaya yang telah dipelajarinya melalui pengalaman dalam menjalani

sosialisasi. Menurut Yi dan Chang, nilai-nilai yang dimiliki orangtua akan

membentuk perilakunya dalam mengasuh anak dan selanjutnya nilai-nilai

tersebut diwariskan pada anak.4

Pengasuhan merupakan tanggung jawab utama orangtua, sehingga

sungguh disayangkan bila pada masa kini masih ada orang yang menjalani

peran orangtua tanpa kesadaran pengasuhan. Menjadi orangtua dijalani secara

alamiah, sebagai konsekuensi dari menikah dan kelahiran anak. Setelah

menikah sebagian besar suami istri menginginkan kehadiran anak untuk

menyempurnakan perkawinan mereka. Kehadiran anak menjadi tanda bagi

kesempurnaan perkawinan, serta melahirkan harapan akan semakin

sempurnanya kebahagiaan perkawinan tersebut seiring pertumbuhan dan

perkembangan anak.5

Pengasuhan dan bimbingan terhadap anak dalam kehidupan terletak

pada dimensi lahir pertumbuhan anak, perilaku, ruhani dan dimensi sosial.

Tujuan pengasuhan dan bimbingan beberapa dimensi kehidupan tersebut

untuk menjauhkan mereka dari penyimpangan-penyimpnagan tradisi dan

budaya yang berlaku di masyarakat. Terlaksananya semua tujuan tersebut

adalah kewajiban yang harus dijalankan oleh setiap penanggungjawab, baik

dalam lingkungan keluarga, masyarakat atau negara. Maksud dari semua

4 Ibid, hlm 88

5

(20)

5

landasan ini adalah setiap anak nahkoda bagi golongannya. Mereka adalah

calon pemimpin di hari esok dan generasi di masa mendatang. Pendidikan

yang ditanamkan kepada mereka adalah tujuan bagi masyarakat dan

pengayoman bagi mereka adalah keberlangsungan hidup bagi masyarakat.

Harapan ideal terbentuknya masyarakat yang diberikan kepada setiap anak.6

Kesadaran akan pentingnya peran keluarga sebagai benteng yang

kokoh dalam mengasuh dan mendidik anak, memunculkan banyak organisasi

ataupun komunitas yang saat ini memberi perhatian akan persoalan tersebut.

Salah satu organisasi gerakan perempuan yang kini masih termasyhur

eksistensinya adalah Aisyiyah. Aisyiyah merupakan organisasi otonom

(Ortom) pertama yang ada di Persyarikatan Muhammadiyah. Awalnya

Aisyiyah adalah sebuah perkumpulan pengajian yang dinamakan Sapa Tresna

(siapa cinta). Kyai Haji Ahmad Dahlan selalu memperhatikan kaum wanita.

Keyakinan yang ada padanya adalah bahwa dunia tidak akan maju dengan

sempurna jika wanita hanya tinggal di belakang, di dapur saja. Dia

mengumpulkan kaum wanita dan mereka diberi pelajaran, diberi kursus yang

diperuntukkan khusus bagi kaum ibu. Terlebih Aisyiyah sangat menekankan

sekali pentingnya kedudukan wanita sebagai ibu rumah tangga. Pendidikan

pertama yang diterima oleh seorang anak adalah di rumah, maka ibu-ibu

memiliki tanggung jawab yang sangat besar untuk kemajuan masyarakat

melalui asuhan dan didikan anak-anak mereka.

6

(21)

6

Sepanjang perkembangan pendirian dan sepak terjang dakwah yang

dilakukan oleh Aisyiyah, maka tahun 19857 mulai merumuskan suatu ide yang

dinamakan Konsep Keluarga Sakinah, sebagai suatu respon dan tanggung

jawab dalam mendorong terciptanya keluarga islami dan sejahtera. Gagasan

ini bukan sebatas ide yang muncul pada saat itu saja. Tetapi Aisyiyah terus

melakukan kajian secara kontekstual, pengamatan terhadap fenomena yang

terjadi dalam masyarakat dan mengkampanyekan gagasan tersebut dalam

bentuk penyusunan buku tuntunan yang dapat digunakan sebagai pegangan

bagi Aisyiyah di seluruh Indonesia.

Kegiatan penyusunan buku melalui beberapa tahap. Tahap pertama,

mengadakan diskusi panel pada tanggal 1 Maret 1988. Panelis terdiri dari para

ahli dalam lima bidang, yaitu: agama, ekonomi, kesehatan, pendidikan, serta

komunikasi keluarga. Tahap kedua, penulisan buku yang dilaksanakan oleh tim penulis dari PP Aisyiyah Bagian Tabligh dengan konsultan dari salah satu

seorang panelis dalam diskusi, yaitu Dr. Ahmad Badawi. Tahap ketiga,

pengusulan buku tuntunan pada Muktamar Tarjih Muhammadiyah XVII

tanggal 12-16 Ferbruari 1989 di Malang. Muktamar Tarjih menerima usulan

tersebut dan menetapkan menjadi pedoman pembinaan keluarga bagi warga

Persyarikatan Muhammadiyah. Muktanar juga mensyaratkan penyempurnaan

pada buku tuntunan tersebut.

7 Keterangan dari Soimah Kastolani: Sebetulnya konsep keluarga sakinah itu sudah menjadi

keputusan Muktamar ke-41 di Solo tahun 1985, hanya mengalami beberapa revisi yang juga disempurnakan bersama Majelis Tarjih. Konsep ini terakhir direvisi waktu Tanwir periode

2010-2015.

(22)

7

Selanjutnya, pada Muktamar Aisyiyah ke-42 tahun 1990 di

Yogyakarta diputuskan Program Pemasyarakatan Keluarga Sakinah. Kegiatan

pemasyarakatan dimulai dengan pencanagan buku Tuntunan Menuju Keluarga Sakinah pada muktamar tersebut, sebagai perdoman pembinaan keluarga bagi warga Muhammadiyah. Kegiatan pemasyarakatan selanjutnya berupa

pengajian, ceramah, diskusi, serta seminar. Pembinaan Keluarga Sakinah juga

dimasyaraktakan melalui khutbah Jum’at. Tujuan dari Program

Pemasyarakatan Keluarga Sakinah adalah terbentuknya kesadaran masyarakat

untuk membina keluarga sampai mencapai tingkat sakinah. Sasaran dari

kegiatan pemasyarakatan Keluarga Sakinag diutamakan anggota Aisyiyah.

Pada Muktamar Aisyiyah ke-43 tahun 1995 di Banda Aceh

diputuskan Program Sosialisasi Keluarga Sakinah. Tujuan dari program ini

adalah terdapatnya proses peralihan nilai-nilai Keluarga Sakinag pada sasaran

pembinaan. Sasaran sosialisasi Keluarga Sakinah adalah seluruh warga

Muhammadiyah dari segala jenjang usia. Untuk itu Aisyiyah bekerja sama

dengan semua Organisasi Otonom (Ortom) Muhammadiyah.8

Saat Muktamar Aisyiyah yang diselenggarakan di Makassar pada

tahun 2015, buku Tuntunan Menuju Keluarga Sakinah dilaunching. Buku tersebut merupakan gambaran dan penjelasan dari gagasan Konsep Keluarga

Sakinah, di dalamnya memuat pokok-pokok landasan pembentukan keluarga

sakinah dan pijakan pembinaan keluarga (parenting) dari berbagai aspek. Maka, dilaunchingnya Tuntunan Menuju Keluarga Sakinah adalah salah satu

8 M. Yunan Yusuf, Yusron Razak, Sudarnoto Abdul Hakim (ed.), Ensiklopedia Muhammadiyah, PT

(23)

8

bukti bahwa Aisyiyah semakin serius dalam mensosialisasikan secara masif

gagasan Konsep Keluarga Sakinah, juga diharapkan menjadi panduan bagi

masyarakat dalam membangun keluarga sakinah, terlebih diterapkan di

keluarga Muhammadiyah.

Tempat yang menjadi cikal bakal lahirnya organisasi Aisyiyah yang

selanjutnya menjadi tempat yang dipilih untuk diteliti, yaitu Aisyiyah Ranting

Kauman Yogyakarta. Kauman dinilai menjadi daerah yang representatif dalam

penerapan Konsep Keluarga Sakinah yang digagas oleh Aisyiyah. Selain itu,

Kampung Kauman letaknya tidak jauh dengan berbagai peninggalan sejarah

lahirnya organisasi Muhammadiyah, seperti Masjid Gedhe Kauman, Langgar

Kidul Ahmad Dahlan, Makam Siti Walidah (Pelopor Gerakan Aisyiyah),

alun-alun Kidul, Kraton Jogja, SD Muhammadiyah Kauman dan sebagainya.

Sehingga tempat-tempat bersejarah tersebut dapat menunjang dalam proses

pengumpulan data penelitian.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang hendak dijawab dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pemahaman pengurus dan anggota Aisyiyah Ranting Kauman

Yogyakarta tentang Konsep Keluarga Sakinah Aisyiyah?

(24)

BAB II

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini, yaitu :

1. Mendeskripsikan pemahaman pengurus dan anggota Aisyiyah Ranting

Kauman Yogyakarta tentang Konsep Keluarga Sakinah.

2. Mengetahui implementasi pola parenting dalam Konsep Keluarga Sakinah di Aisyiyah Ranting Kauman Yogyakarta.

B. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini akan memberikan informasi tentang pemahaman dan

imlementasi pola parenting dalam Konsep Keluarga Sakinah Aisyiyah di Aisyiyah Ranting Kauman Yogyakarta.

b. Penelitian ini akan menjadi acuan evaluasi bagi Ranting Aisyiyah

Kauman sudah sejauh mana sosialisasi mengenai Konsep Keluarga

Sakinah dan implementasi pola parenting di masyarakat. 2. Manfaat Teoritik

Penelitian ini diharapkan berguna dalam pengembangan

(25)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka memuat uraian sistematik hasil-hasil penelitian

yang didapat oleh peneliti terdahulu dan yang ada hubungannya dengan

penelitian yang dilakukan.1 Sepanjang peneliti melacak beberapa penelitian

terdahulu, maka ditemukan penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini

diantaranya:

1. Penelitian Ismah Salman (2005) dalam buku Keluarga Sakinah dalam Aisyiyah; Diskursus Jender di Organisasi Perempuan Muhammadiyah,

yang juga merupakan sebuah disertasi. Penelitian ini bertujuan untuk

mempelajari tuntunan Islam tentang keluarga sakinah dan bagaimana

pelaksanaannya di dalam masyarakat. Secara khusus, penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui konsep dan strategi dalam pencapaian

keluarga sakinah dalam organisasi Aisyiyah di kalangan masyarakat.

Lokasi penelitian Ismah dilakukan di wilayah Jakarta (dari beberapa

kawasan di Jakarta Timur, Barat, Selatan dan Pusat), Yogyakarta, Ujung

Pandang dan Padang. Adapun hasil penelitiannya adalah dalam hal

pembinaan keluarga sakinah, terlihat di lapangan bahwa mayoritas

anggota Aisyiyah sudah mulai membentuk keluarga sakinah, dengan

ciri-ciri sebagai berikut: hidup rukun, damai, sejahtera (tercukupi kebutuhan),

1

(26)

taat beragama, adanya rasa saling menyayangi dan mencintai serta sehat

jasmani dan rohani, minimnya angka perceraian di antara anggota

Aisyiyah dan anak-anak pun tidak terpengaruh oleh narkoba dan terlibat

kejahatan.

2. Penelitian Akif Khilmiyah (2003) dalam buku Menata Ulang Keluarga Sakinah Keadilan Sosial dan Humanisasi Mulai dari Rumah, yang juga merupakan sebuah tesis. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap

ketidakadilan gender dalam keluarga yang termanifestasikan dalam bentuk

marginalisasi ekonomi, subordinasi, kekerasan, stereotype dan beban kerja pada berbagai tingkatan. Tempat penelitiannya yaitu di Kecamatan

Kasihan, Bantul, DIY. Adapun hasil dari penelitian Akif adalah 1) Pola

pembagian kerja rumah tangga berdasarkan ideologi keluarga Muslim

pasangan karier ganda di Kecamatan Kasihan masih menampakkan adanya

ketidakadilan gender dalam keluarga yang disebabkan oleh pembagian

kerja yang tidak adil. 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi pola

pembagian kerja tersebut adalah faktor pemahaman agama yang bias

gender, budaya yang menganut ideologi patriarkhi, pendidikan yang

rendah, serta ekonomi yang rendah pula. 3) Strategi untuk mewujudkan

keadilan gender dalam pembagian kerja rumah tangga dapat dilakukan

dengan: a) Merekonstruksi kembali konsep keluarga sakinah yang

berkeadilan gender dan mensosialisasikannya melalui lembaga perkwainan

(KUA). b) Menafsirkan kembali dalil-dalil keagamaan yang bersifat

(27)

da‟i, organisasi sosial keagamaan di berbagai tingkatan dan kaum

cendekiawan muslim. c) Membudayakan kehidupan keluarga yang

berkeadilan gender, mulai dari keluarga tokoh-tokoh agama (ulama dan

da‟i), tokoh masyarakat, tokoh organisasi keagamaan agar bisa dicontoh

oleh masyarakat sekitar.

3. Penelitian Rabiatul Adawiyah (2013) berjudul Aisyiyah dan Kiprahnya dalam Pembinaan Keluarga Sakinah dalam Jurnal Mu’adalah Vol. 1 No.2 Juli-Desember. Masalah yang diteliti adalah bagaimana konsep keluarga sakinah menurut Aisyiyah Wilayah Kalimantan Selatan dan kiprah

organisasi perempuan tersebut dalam pembinaan keluarga sakinah. Dari

hasil penelitian didapatkan bahwa konsep Aisyiyah tentang keluarga

dikenal dengan istilah “keluarga sakinah” dan kiprah Aisyiyah wilayah

Kalsel dalam pembinaan keluarga sakinah cukup optimal, ini dapat dillihat

dari kegiatan pembinaan keluarga sakinah yang dilaksanakan oleh lima

majelis, terutama Majelis Tabligh dengan pembinaan keluarga sakinah

sebagai program unggulan.

4. Skripsi Aimatun Nisa (2009) Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam

Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga, berjudul Upaya Membentuk Keluarga Sakinah Bagi Keluarga Pernikahan Dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana upaya pembentukan keluarga

sakinah bagi keluarga pernikahan dini yang diterapkan oleh 2 keluarga

yang melakukan pernikahan dini dan juga untuk mengetahui faktor

(28)

tersebut. Hasil penelitian ini menunjukan : 1) Upaya membentuk keluarga

sakinah yang diterapkan oleh keluarga Nuryati adalah adanya saling

pengertian, saling menerima kenyataan dan saling melakukan penyesuaian

diri. Sedangkan dari keluarga Siti Syamsiah adalah dapat memupuk rasa

cinta dalam keluarga, senantiasa melaksanakan asas musyawarah dan

membina hubungan keluarga dengan lingkungan. 2) Faktor Pendukung

dan penghambat yang nantinya akan menjadi pembantu dalam

pembentukan sebuah keluarga yang sakinah. Dalam pembentukan keluarga

sakinah tidaklah mudah, apalagi keluarga yang menikah pada usia dini dan

masih banyak tergantung dengan orangtua, harus bisa saling percaya

antara suami dengan istri, saling mengerti akan berbagai hal apapun, saling

menghargai satu sama lain. Bahkan masih banyak keluarga yang menikah

dengan usia yang cukup namun belum bisa membentuk keluarganya

menjadi keluarga yang sakinah.

Dari ke empat penelitian terdahulu berbeda halnya dengan penelitian ini.

Penelitian ini menitikberatkan pada pemahaman pengurus dan anggota Aisyiyah

Ranting Kauman Yogyakarta tentang konsep Keluarga Sakinah Aisyiyah dan

(29)

B. Kerangka Teori

1. Pengertian Keluarga Sakinah

a. Keluarga

Bagi masyarakat muslim di Indonesia, istilah keluarga sakinah

cukup populer. Keluarga sakinah terdiri dari dua kata, keluarga dan

sakinah. Secara sosiologis, keluarga merupakan golongan masyarakat terkecil yang terdiri dari suami-istri, baik beserta maupun tanpa anak.

Secara yuridis, dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 52

Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan

Keluaraga disebutkan bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam

masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami, istri dan anaknya,

atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. 2

Bentuk keluarga pada asalnya terdiri dari keluarga kecil

(nuclear family) dan keluarga luas (extended family). Dalam perkembangan lebih lanjut, antara nuclear dan extended family

terdapat bentuk keluarga semi extended family. Keluarga kecil atau

nuclear family beranggotakan orangtua, bisa kedua orangtua atau salah satunya, ayah atau ibu, beserta atau tanpa anak. Dalam

Al-Qur‟an keluarga disebut dengan al-ahl, seperti yang tercantum dalam

surat At-Tahrīm (66): 6 :

2 Pimpinan Pusat Aisyiyah,

(30)

























“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan

keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Al-Maraghi, menafsirkan “al-ahl” yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak dan khadam (pembantu). Keluarga luas terdiri dari anggota keluarga kecil ditambah kerabat baik dekat maupun jauh.

Struktur keluarga sakinah menganut pola keluarga luas (extended family), yang di samping mempunyai tanggung jawab terhadap kesejahteraan anggota keluarga inti yaitu ayah-ibu-anak (bagi yang

memiliki anak), juga mempunyai tanggung jawab terhadap

kesejahteraan anggota kerabat dekat dari kedua pihak pasangan

suami-istri. Dalam Al-Qur‟an disebut dengan „asyīrah, seperti firman

Allah dalam surat Asy-Syua‟ara‟ (26): 214 :





“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang

dekat.”

Isyarat Al-Qur‟an akan adanya keluarga luas, dapat

(31)

keluarga. Dengan demikian, anggota dari keluarga luas dapat

terdiri dari ayah, ibu, anak, kakek, nenek, saudara laki-laki, saudara

perempuan, paman dan bibi. Implementasi tanggung jawab

terhadap anggota keluarga luas dapat bersifat ekonomis,

pendidikan atau psikologis. Firman Allah SWT dalam surat

Al-Baqarah (2): 215 :

























Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah, “Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendkalah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.” Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.

Dalam keluarga semi extended bentuk tangggung jawab keluarga, tidak harus diwujudkan dalam bentuk tinggal bersama

dalam satu rumah. Sebagai bangunan yang berbentuk semi extended family, keluarga sakinah akan menjadi keluarga yang mampu memecahkan berbagai penyakit keluarga, baik yang

bersifat materiil maupun immaterial, yaitu kemiskinan, kebodohan,

keretakan keluarga, dekadensi moral dan lain sebagainya.3

3

(32)

b. Sakinah

Sakinah dalam bahasa Arab, berasal dari sakana-yaskunu-suknan, artinya tenang, senang, diam, tidak bergerak, tenang setelah bergejolak, menempati rumah, memakai tanda sukun. As-Sakīnah,

bermakna at-tuma’ninah wal-waqār wal-maḥabbah, artinya ketenangan, kemuliaan dan kehormatan.4

Penyebutan kata sakinah dalam Al-Qur‟an terdapat enam

ayat, yaitu menggunakan kata sakīnah [QS. Al-Baqarah (2): 248], as-sakīnah [QS. Al-Fath (480: 4, 18], dan sakīnatah [QS. At-Taubah (9):

26, 40] dan [QS. Al-Fath (48): 26], yang diangkat dalam konteks

berbeda.





















Dan Nabi mereka mengatakan: "Sesungguhnya tanda bahwa ia akan menjadi raja adalah kembalinya tabut

kepadamu, di dalamnya terdapat sakinah dari Tuhanmu dan sisa-sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; Tabut itu dibawa oleh malaikat. Sesungguhnya, pada yang demikian itu terdapat tanda (kebesaran Allah) bagimu, jika kamu orang yang beriman.

[QS. Al-Baqarah (2): 248]

4

(33)













Kemudian Allah menurunkan ketengan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Dia menurunkan bala tentara (para malaikat) yang tidak terlihar olehmu, dan Dia menimpakan azab kepada orang-orang kafir. Itulah balasan bagi orang-orang-orang-orang yang kafir.

[QS. At-Taubah (9): 26]

















(34)























Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin untuk menambah keimanan mereka (yang telah ada). Dan milik Allah-lah bala tentara langit dan bumi, dan Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.

[QS. Al-Fath (48): 4]









Sungguh, Allah telah meridhai orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon, Dia mengetahui apa yang ada dalam hati mereka, lalu Dia memberikan ketenangan atas mereka dan member balasan dengan kemenangan yang dekat. [QS. Al-Fath (48): 18]















(35)

lebih berhak dengan itu dan patut memilikinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. [QS. Al-Fath (48): 26]

Penggunaan kata sakīnah dalam enam ayat tersebut pada dasarnya memiliki substansi makna yang sama, yaitu bahwa sakỉnah

itu adalah perasaan tenang yang datang dari Allah. Hanya saja,

konteksnya berbeda. Pada QS. Al-Baqarah (2): 248 menjelaskan

tentang Tabut yang di dalamnya terdapat lembaran-lebaran Taurat

yang merupakan sumber ketenangan bagi mereka yang

mengimaninya. Dalam QS. At-Taubah (9): 26, penggunaan sakinah

dalam konteks “ketenangan” yang diturunkan Allah kepada Nabi

Muhammad SAW dan kaum mukmin ketika dalam keadaan sulit,

menghadapi kaum kafir pada Perang Hunain, kemudian Allah

menolongnya sehingga ketenangan dirasakan Nabi SAW dan kaum

mukmin. QS. At-Taubah (9): 40 menggambarkan ketenangan yang

diturunkan ketika Abu Bakar merasa khawatir, karena orang-orang

Quraisy yang mengejar mereka sampai gua Hira. QS. Al-Fath (48):

4,18, dan 26 menegaskan bahwa Allah menurunkan sakinah kepada

Nabi SAW dan kaum mukmin dalam peristiwa Perjanjian

Hudaibiyah, ketika mengalami permasalahan menghadapi kaum kafir

Mekkah yang menghalangi Nabi dan Kaum Mukmin memasuki

Mekkah untuk menunaikan ibadah haji.5

5

(36)

Secara etimologis kata sakīnah memuat pengertian meniadakan sikap ketergesa-gesaan. Kondisi sakinah tidak hadir

begitu saja, tetapi harus diusahakan dan diperjuangkan dengan sabar

dan tenang. Suami istri saling memberdayakan baik secara psikologis

maupun spiritual, agar terwujud kaluarga sakinah.6

c. Keluarga Sakinah

Munculnya istilah keluarga sakinah merupakan penjabaran

firman Allah dalam surat Ar-Rum [30]: 21, yang menyatakan bahwa

tujuan berumah tangga atau berkeluarga adalah untuk mewujudkan

ketentraman atau ketenangan dengan dasar mawaddah wa raḥmah

(saling mencintai dan penuh kasih sayang).













Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang yang mengetahui.

[QS. Ar-Rum (30): 21]

Dari kata taskunu dalam ayat di atas itulah diturunkan kata

sakīnah dengan arti tenang atau tentram. Selanjutnya sakinah

dimaknai sebagai kedamaian, ketentraman, keharmonisan,

kekompakan dan kehangatan. Terwujudnya kesakinahan merupakan

6

(37)

hasil dari berkembangnya mawaddah wa raḥmah dalam keluarga. Mawaddah dimaknai sebagai rasa mencintau dan menyayangi

dengan penuh rasa tanggung jawab antara suami-istri. Rahmah

bermakna rasa saling simpati yaitu adanya saling pengertian,

penghormatan dan tanggung jawab antara yang satu dengan lainnya.

Keluarga sakinah dapat didefiniskan sebagai “bangunan

keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah dan

tercatat di kantor urusan agama yang dilandasi dengan penuh rasa

tanggung jawab dalam menhadirkan suasana kedamaian,

ketenteraman dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat yang

diridhai Allah SWT”.7

d. Konsep Keluarga Sakinah Aisyiyah

Menurut Azyumardi Azra dalam pengantarnya di Keluarga Sakinah dalam Aisyiyah; Diskursus Jender di Organisasi Perempuan Muhammadiyah, keluarga sakinah sebenarnya adalah bagian unit kecil dari sebuah masyarkat atau bangsa. Keluarga adalah jiwa

masyarakat dan sebagai tulang punggung bagi kesejahteraan, baik

lahir maupun batin, yang dinikmati suatu bangsa. Sebuah masyarakat

atau bangsa adalah cerminan dari keadaan keluarga yang hidup di

tengah msayarakat. Bila sebuah keluarga menjadi sakinah, maka

masyarakat atau bangsanya pun akan menjadi sakinah pula.8

2. Landasan Pembentukan Keluarga Sakinah

7 Ibid., hlm 24-25

8

(38)

Keluarga sakinah dibentuk berlandaskan pada tauhid, yaitu

adanya kesadaran bahwa semua proses dan keadaan kehidupan

kekeluargaan harus berpusat pada Allah SWT. Landasan tauhid keluarga

sakinah diterapkan dalam proses pemilihan pasangan, dalam proses

pencapaian kesejahteraan dan kebahagiaan, serta dalam proses pemecahan

masalah yang dihadapi oleh suatu keluarga. Landasan tauhid dalam

kehidupan keluarga menumbuhkan perasaan tentram, mendorong motivasi

keberhasilan, meluruskan arah dalam kebingungan, serta meredam frustasi

dalam kehidupan. Landasan tauhid juga menghindarkan munculnya

orientasi egoistis, materialistis, maupun mistis (syirik) dalam kehidupan

keluarga.9

a. Asas Keluarga Sakinah

Pembangunan keluarga sakinah perlu dilandaskan pada lima

asas yaitu: “asas karamah insāniyah, asas pola hubungan kesetaraan,

asas keadilan, asas mawaddah wa raḥmah, serta asas pemenuhan kebutuhan hidup sejahtera dunia akhirat (al-falāh).

1) Asas karamah insaniyah

Asas karamah insāniyah menempatkan manusia (laki-laki

dan perempuan sebagai makhluk Tuhan yang memiliki kemuliaan

dan kedudukan utama. Allah menciptakannya dengan dibekali

berbagai macam potensi memuliakannya dengan memberikan

berbagai macam keutamaan dan memilihnya menjadi wakil Allah

9

(39)

untuk memakmurkan dunia dan mewujudkan kesejahteraan umat

manusia. Pandangan kemanusiaan (religious humanism) ini dilandasi pesan normatif Allah dalam surat Al-Isrā‟ (17): 70:





















“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak

Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelabihan yang sempurna atas kebanyakan akhluk yang telah Kami ciptakan.”

Dalam keluarga sakinah, setiap anggota keluarga saling

memuliakan, menghargai dan saling mendukung dalam

mewujudkan keberhasilan serta kebahagiaan lahir dan batin. Dalam

pergaulan kemanusiaan juga dikembangkan sikap penghargaan

terhadap sesama manusia sebagai pribadi yang memiliki

keutamaan, potensi baik, unggul dan memperlakukannya secara

adil dan ihsan sehingga terwujud harmoni kehidupan

bermasyarakat. Asas karamah insāniyah dapat menghindarkan diri

dari tindak kekerasan dan ketidakadilan. Jadi keluarga sakinah

menjamin tumbuh kembang semua anggota keluarga sesuai dengan

potensinya, menghadirkan kasih sayang dan mengindari segala

bentuk kekerasan.10

10

(40)

2) Asas hubungan kesetaraan

Pola hubungan antaranggota dalam keluarga sakinah

bersifat kesetaraan, yaitu pola hubungan antar manusia yang

didasarkan pada sikap penilaian bahwa semua manusia mempunyai

nilai sama. Perbedaan status dan peran seseorang tidak

menimbulkan perbedaan nilai kemanusiaannya di hadapan orang

lain. Hanya tingkat ketakwaan yang membedakan nilai

kemanusiaan seseorang di hadapan Allah SWT. Hubungan

kesetaraan yang dilandaskan pada nilai-nilai kemanusiaan dan

ketakwaan diabadikan Allah dalam surat Al-Hujurāt (49): 13:

















“Hai manusia! Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjdaikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Pola hubungan antar anggota keluarga yang didasarkan

pada kesetaraan nilai kemanusiaan mendorong munculnya sikap

tafāhum, tasāmuh dan penghargaan terhadap orang lain walau

status dan usianya berbeda. Pola hubungan kesetaraan

menghindarkan sikap subordinatif, eksploitatif dan tindak

(41)

mendorong munculnya sifat dialogis dalam hubungan antaranggota

keluarga, saling menghargai dan saling memberikan informasi,

sehingga menyuburkan rasa kasih sayang antarmereka. Hubungan

yang bersifat dialogis memunculkan suasana yang kondusif bagi

perkembangan potensi-potensi kemanusiaan serta mengendalikan

sifat-sifat egoistik seseorang.

3) Asas Keadilan

Keadilan merupakan ajaran yang bersifat universal. Semua

agama maupun paham mengajarkan dan membudayakan keadilan

sesuai dengan teologi maupun ideologi yang mendasarinya. Dalam

diri manusia terdapat potensi rohaniyah yang membisikkan

perasaan keadilan sebagai sesuatu yang benar dan harus

ditegakkan. Penyimpangan terhadap keadaan telah menodai esensi

kemanusiaan. Islam yang misi utamanya adalah sebagai raḥmatan

lil „alamin (pembawa rahmah bagi seluruh alam) menempatkan

keadilan sebagai sesuatu yang asasi.11

Implementasi berbuat adil dalam keluarga dimulai dari adil

kepada diri sendiri, kemudian diikuti dengan berbuat adil pada

pasangan, anak-anak, orangtua serta kerabat. Adil terhadap diri

dalam arti mampu memenuhi kebutuhan dan hak-hak diri, naik

kebutuhan dana, jiwani, spiritual, maupun sosial secara seimbang

dengan baik. Bersikap adil kepada keluarga nampak dalam

11

<

Gambar

Gambar. Denah Kampung Kauman Yogyakarta

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bermaksud memperoleh sebuah bukti empiris tentang peningkatan kemampuan berpikir matematis siswa kelas III melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan

Materi Pokok : Menganalisis pasal-pasal UUD NRI 1945 yang mengatur tentang kedudukan warga negara dan penduduk Indonesia. Alokasi Waktu : 90 menit (2

Menurut peneliti, sesuai dengan data yang diperoleh, bahwa website DPRD Kota Yogyakarta mempunyai sasaran yang jelas dalam mengimplementasikan aplikasi dari

ANALISA KADAR ASAM LEMAK BEBAS DARI CRUDE PALM OIL ( CPO ) ANALISA KADAR ASAM LEMAK BEBAS DARI CRUDE PALM OIL ( CPO ).. PADA TANGKI TIMBUN

Jl. Sebuah ekosistem hutan memiliki sistem sosial yang terdiri dari manusia dengan proses-proses sosial dan kemudian terdapat lingkungan ekosistem itu sendiri.

• Untuk megetahui sejauh mana korelasi perbedaan potensi dengan selisih antara potensi dan realisasi penerimaan retribusi parkir tepi jalan pada kawasan Pusat Bisnis/Pusat Kota Lama

Rencana Anggaran Biaya (RAB) adalah perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah,serta biaya- biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan bangunan

Jumlah bahan baku membantu konsumen memilih pangan olahan yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan membedakan produk pangan tersebut dengan pangan olahan sejenis dengan nama dan