PEMAHAMAN PENGURUS DAN ANGGOTA TENTANG KONSEP KELUARGA SAKINAH AISYIYAH DAN IMPLEMENTASI POLA
PARENTING DI PIMPINAN RANTING AISYIYAH KAUMAN YOGYAKARTA
Skripsi
SKRIPSI
Oleh
Dini Fitrah Eristanti NPM: 20120710010
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
PEMAHAMAN PENGURUS DAN ANGGOTA TENTANG KONSEP KELUARGA SAKINAH AISYIYAH DAN IMPLEMENTASI POLA
PARENTING DI PIMPINAN RANTING AISYIYAH KAUMAN YOGYAKARTA
Skripsi
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana
Sosial (S.Sos) Strata Satu pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam
(KPI) Fakultas Agama Islam (FAI)
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh:
Dini Fitrah Eristanti NPM: 20120710010
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PERSEMBAHAN
Dalam sujud kesyukuran kepada Dzat Yang Maha Agung,
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Ibunda Elly Rachmawati dan Ayahanda Abdul Haris; yang harapan dan do’a terbaiknya tiada luput untuk
putra-putrinya.
Generasi pendamba kokokhnya moral anak manusia; yang benih pendidikannya diawali di dalam rumah yang
KATA PENGANTAR
Bismillāhirrahmāirahīm.
Assalāmu’alaikum Warahmatullāhi Wabarakātuh…
Puji dan syukur peneliti haturkan kepada Dzat Yang Maha Pemurah.
Begitu luas pemberian-Nya yang tanpa dapat seorang manusia perhitungkan
sedemikian rupanya. Shalawat beriring salam kami junjungkan kepada sang
revolusioner peradaban, Muhammad SAW, yang nafas perjuangannya masih bisa
diregup sampai akhir zaman nanti.
Ide untuk menggarap karya tulis ini adalah saat peneliti menjadi salah
satu peserta dalam acara Talkshow Peringatan Hari Ibu dan Semarak Musywil
Aisyiyah DIY yang diselenggarakan oleh PW NA DIY, DPD IMM DIY dan PW
IPM DIY pada bulan Desember 2015 di Aula PP Muhammadiyah, Yogyakarta.
Dalam kesempatan tersebut, dihadirkan tiga pembicara yang cukup berkompeten
dalam membahas tema “Peran Perempuan Muda Muhammadiyah untuk Indonesia
Berkemajuan”, yakni Prof. Dr. Chamamah Soeratno, Dr. Muhammad Azhar,
M.Ag dan Alimatul Qibtiyah, S.Ag.,M.Si., MA.,Ph.D. Talkshow tersebut kurang
lebih membicarakan eksistensi perempuan yang terlibat dalam membangun
berbagai macam gagasan di Muhammadiyah, salah satunya gagasan Konsep
Keluarga Sakinah yang mulai dirancang pada tahun 1985. Saat Muktamar
Aisyiyah 2010 di Yogyakarta kembali menjadi isu sentral yang lebih dibangun
oleh Aisyiyah; melalui ideologi dan gerakannya. Kemudian 5 tahun kemudian,
Keluarga Sakinah. Itulah yang menjadi bukti keseriusan Aisyiyah dalam
meluaskan gagasan dan gerakannya.
Maka dari itu, muncullah ide peneliti untuk mengungkap sejauh mana
pemahaman dan implementasi pola parenting yang termuat dalam Konsep Keluarga Sakinah di Aisyiyah Ranting Kauman, terlebih karena Kampung
Kauman merupakan cikal bakal kelahiran Aisyiyah dari hasil perenungan dan
tekad KH. Ahmad Dahlan dan Nyai Siti Walidah dalam mengorganisir Aisyiyah
sebagai gerakan perempuan Muhammadiyah.
Peneliti haturkan terima kasih atas ilmu, inspirasi, motivasi dan
sokongan moral kepada :
1. Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Dr.
Mahli Zainuddin Tago, M.S.I beserta jajaran dekanat FAI UMY.
2. Kepala Program Studi (Prodi) Komunikasi dan Penyiaran Islam konsentrasi
Komunikasi dan Konseling Islam UMY, Ustadz Fathurrahman Kamal, Lc,
M.S.I, yang telah banyak memberi torehan inspirasi dan motivasi dalam
mengazzamkan sebuah cita-cita.
3. Dosen Pembimbing Skripsi, Ibunda Dra. Siti Bahiroh, M.Si yang sangat
membantu dan membimbing peneliti selama melakukan penelitian.
4. Segenap dosen Fakultas Agama Islam UMY, khususnya dosen Prodi KPI
yang telah rela membagi ilmu, gagasan dan keyakinan pada kami, juga atas
dedikasinya dalam mengembangkan KPI menjadi Prodi yang mampu
5. Staf dan karyawan FAI UMY yang sudah bersabar dan banyak membantu
dalam proses akademik kami. Semoga pelayanannya bisa lebih baik.
6. Pimpinan Ranting Aisyiyah Kauman Yogyakarta, yang telah bersedia
membagi pengalaman dan pelajaran yang berharga bagi peneliti; tentang
komitmen pengabdian untuk umat dengan tidak luput terhadap tanggung
jawab dalam keluarga di rumah.
7. Untuk Ibunda Elly Rachmawati dan Ayahanda Abdul Haris, terima kasih dan
mohon maaf tak terkira dari putrimu yang belum mampu berbakti secara
purna. Kiranya karya tulis ini menjadi bingkisan kecil sebagai bentuk rasa
cintaku pada keluarga.
8. Lima Personil dari D6; Kak Dimas, Danang, Dinda, Dinar dan Daania, juga
Teh Afina terima kasih sudah sering memacu semangatku selama belajar dan
memaknai pelajaran demi pelajaran.
9. Keluarga TURKI di Depok dan keluarga besar di Cipanas, terima kasih telah
banyak memotivasi dan turut mendo’akan selama peneliti belajar.
10.SMA Muhammadiyah Cipanas dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM),
sebagai wahana bertransformasi di masa transisi seorang remaja awam di usia
perkembangannya dalam rangka mempelajari setahap demi setahap tentang
dirinya dan memberanikan diri untuk “bergaul”.
11.Keluarga Besar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) FAI UMY,
sebagai rahim perjuangan, ‘tumpangan hidup’, laboratorium dalam
12.IMM Cabang AR. Fakhruddin Kota Yogyakarta, Madrasah Intelektual
Muhammadiyah (MIM) dan Sekolah Immawati (SEKIMM); tempat peneliti
menempuh pendidikan informal, melatih diri dan memenuhi asupan nutrisi
pengetahuan.
13.Kawan-kawan KPI, yang turut menjadi bagian sosok-sosok yang
menginspirasi dan memotivasi. Semoga menjadi pribadi yang “Berilmu, Beradab dan Berdayaguna”.
14.Dan terakhir, Apri Tri Nugroho, yang sering kali menyiratkan pesan agar
menjadi seorang yang mampu mensejahterakan omah dan mengabdikan diri untuk ummah. Semoga semesta mengaminkan cita-cita kita membangun agenda besar umat di sepanjang usia.
Hanya ucapan terimakasih dan apresiasi yang setingginya atas segala
bentuk bantuan dan kerjasamanya selama ini kepada peneliti, semoga Allah yang
membalas atas kebajikan yang diberi.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan atas kritik dan sarannya.
Semoga dapat bermanfaat untuk semua pihak.
Billāhi Fī Sabīlil Haq, Fastabiqul Khairāt
Wassalāmu’alaikum Warahmatullāhi Wabarakātuh
Yogyakarta, Agustus 2016
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …... i
HALAMAN NOTA DINAS ………. ii
HALAMAN PENGESAHAN ……….. iii
HALAMAN MOTTO ………... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ……… v
KATA PENGANTAR ………...……….. vii
HALAMAN DAFTAR ISI ……… x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………... 1
B. Rumusan Masalah ………...……….….. 8
BAB II TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN A. Tujuan Penelitian …….………..……….…………... 9
B. Manfaat Penelitian ………. 9
BAB III TINJAUAN PUSTAKAN DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka ……….……… 10
B. Kerangka Teori ……..……….. 14
1. Pengertian Keluarga Sakinah
a. Keluarga
b. Sakinah
c. Keluarga Sakinah
2. Landasan Pembentukan Keluarga Sakinah
a. Asas Keluarga Sakinah
b. Tujuan Pembentukan Keluarga Sakinah
c. Fungsi Keluarga Sakinah
3. Parenting
a. Pengertian Parenting
b. Gaya Pengasuhan dan Interaksi Orangtua-Anak
c. Aspek Pembinaan (Parenting) dalam Konsep Keluarga Sakinah
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ……….…….. 54
B. Lokasi Penelitian ……….. 54
C. Subyek Penelitian ……….… 55
D. Teknik Pengumpulan Data ……….…. 56
E. Kredibilitas Data ……….…. 57
F. Analisis Data ……… 58
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………..……….. 60
B. Konsep Keluarga Sakinah Aisyiyah ………..…..………. 81
C. Pemahaman Aisyiyah Ranting Kauman tentang Konsep Keluarga Sakinah Aisyiyah ………..…. 90
D. Implementasi Pola Parenting di Aisyiyah Ranting Kauman ………...…. 98
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ……… 113
B. Saran-saran ………. 115
DAFTAR PUSATAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Foto Dokumentasi Penelitian
Identitas Informan
Instrumen Pengumpul Data
Surat ijin Penelitian
Surat Keterangan telah melakukan penelitian
--Lamp. Hal
: 4 eks. Sk:ripsi : Persetujuan
NOTADINAS
Assaliimu 'alaikum Warahmatulliihi Wabarakiituh.
Y ogyakarta, Agustus 2016
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Setelah menerima dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka saya yang berpendapat bahwa skripsi saudari:
Dini Fitrah Eristanti
20120710010
,..
"Nama NPM
Judul Pemahaman Pengurus dan Anggota Tentang Konsep Keluarga Sakinah Aisyiyah dan Implementasi Pola Parenting di Aisyiyah Ranting Kauman Y ogyakarta
Telah memenuhi syarat untuk diajukan pada ujian akhir tingkat Sa:tjana pada Fakultas Agama Islam Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Muhammadiyah Y ogyakarta.
Bersama ini saya sampaikan naskah skripsi tersebut dengan harapan dapat diterima dan segera dimunaqasyahkan.
Atas perhatiaannya saya ucapkan terima kasih. Wassaliimu 'alaikum Warahmatullahi Wabaraklituh.
Dosen Pembimbing Skripsi,
セᄋセ
ᄋセ@
Dra. Siti Bahiroh, M.Si
-
,
PENGESAHAN
Judul Skripsi :
PEMAHAMAN PENGURUS DAN ANGGOTA TENTANG KONSEP
KELUARGA SAKINAH AISYIY AH DAN IMPLEMENTASI POLA
PARENTJNGDIAISYIYAHRANTINGKAUMANYOGYAKARTA
Yang dipersiapkan dan disusun oleh:
Nama : Dini Fitrah Eristanti
セセ@ :20120710010
Telah dimunaqasyahan di depan Sidang Munaqasyah Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam pada tanggal 29 Agustus 20 16 dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima:
Sidang Dewan Munaqasyah
Ketua Sidang : Rhafidilla Vebrynda, S.I.Kom, M.I.Kom Pembimbing : Dra. Siti Bahiroh, M.Si
PenguJI : Twediana Budi Hapsari, S.Sos., M.Si
Yogyakarta, Agustus 2016 Fakultas Agama Islam
lV
( .. . .
セ@
... . )PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Dini Fitrah Eristanti
NIM : 20120710010
Program Studi : Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini merupakan karya saya sendiri dan
belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesaljanaan di Perguruan Tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Y ogyakarta, Agustus 2016
Yang membuat pernyataan,
The Management’s and Members’ Understanding toward the concept of Sakinah Family of Aisyiyah and the Implementation of Parenting Pattern in
sub-district level of Aisyiyah Kauman Yogyakarta
Dini Fitrah Eristanti
NPM: 20120710010
Abstract
This research aims at describing the understanding of Aisyiyah management and member toward the concept of Sakinah family and to recognize the implementation of parenting pattern in the concept of Sakinah family of Aisyiyah in sub-district level of Aisyiyah Kauman Yogyakarta. This research was done through interview, observation and documentation. The data analysis was done through reduction process, data presentation, and conclusion. The research result indicates that the concept of Sakinah family of Aisyiyah includes the establishment foundation of Sakinah family, the principle of Sakinah family, the function of Sakinah family, the goal of Sakinah family, as well as the rights and obligations of Sakinah family members. Besides, the general understanding of sub-district level of Aisyiyah
Kauman Yogyakarta toward the concept of Sakinah family has been manifested through actualization within family. Whilst, the implementation of parenting pattern is conducted religiously but is less involving father’s role in parenting- considering that formal school is the center of religious education.
Pemahaman Pengurus dan Anggota tentang Konsep Keluarga Sakinah Aisyiyah dan Implementasi Pola Parenting di Pimpinan Ranting Aisyiyah Kauman
Yogyakarta
Dini Fitrah Eristanti
NPM 20120710010
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan Konsep Keluarga Sakinah Aisyiyah, mendeskripsikan pemahaman pengurus dan anggota Pimpinan Ranting Aisyiyah Kauman Yogyakarta tentang Konsep Keluarga Sakinah dan mengetahui implementasi pola parenting dalam Konsep Keluarga Sakinah menurut Aisyiyah di Aisyiyah Ranting Kauman Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data dilakukan melalui proses reduksi, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasilnya, Konsep Keluarga Sakinah Aisyiyah memuat landasan pembentukan keluarga sakinah, asas keluarga sakinah, fungsi keluarga sakinah, tujuan keluarga sakinah serta hak dan kewajiban anggota keluarga dalam keluarga sakinah. Kemudian pemahaman Aisyiyah Ranting Kauman Yogyakarta tentang Konsep Keluarga Sakinah secara umum sudah berwujud dengan aktualisasi di dalam keluarga. Sementara implementasi pola parenting yang dilakukan bersifat agamis, namun bagi anggota Aisyiyah Ranting Kauman kurang melibatkan peran ayah dalam pengasuhan anak dan menganggap bahwa sekolah formal adalah sentral pemberian bekal pendidikan agama.
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era global seperti sekarang, anak-anak sangat rentan terkena
berbagai pengaruh dari lingkungan luar. Ada kalanya pengaruh tersebut
berdampak positif terhadap anak, seperti budaya persaingan yang dapat
memacu anak dalam mengembangkan ilmu, bakat dan minat mereka. Namun,
tidak dipungkiri nilai dan pengaruh yang sifatnya negatif pun akan mudah
menyerang kepada anak. Kemudahan dalam mengakses informasi dan
kecanggihan teknologi saat ini pun kerap kali menjadi pemicu nilai-nilai
negatif mempengaruhi perilaku anak. Seperti tayangan yang berbau kekerasan
dan pornografi.
Arus informasi akan semakin lebih terbuka dengan masuknya era
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), termasuk di Indonesia. Selain
memberikan peluang yang begitu besar untuk kemajuan dan perkembangan
pada sektor ekonomi, sosial, pendidikan dan teknologi, dampak lain dari MEA
adalah ancaman lunturnya tatanan budaya yang akan mengarah pada
pergeseran gaya hidup masyarakat. Nilai-nilai yang telah terbangun secara
mapan tidak menutup kemungkinan akan berubah seiring dengan
perkembangan zaman. Situasi era globalisasi adalah satu keniscayaan yang
2
Fenomena globalisasi memang sudah tidak dapat dihindari lagi oleh
siapapun, kecuali dia sengaja mengungkung diri menjauhi interaksi dan
komunikasi dengan yang lain. Hanya saja yang perlu disadari dan mendapat
catatan, di samping globalisasi membawa manfaat, namun juga mendatangkan
mudlarat. Oleh karena itu, harus pandai-pandai menyikapinya, misalnya jikalau nilai-nilai yang terdapat dalam globalisasi itu positif maka tidak salah
untuk mengambilnya. Sebaliknya jika hal itu memang negatif maka harus
dapat membendungnya. Dalam hal ini, ungkapan seperti al-akhdū bi al-jadīd al-aslah (ambilah hal-hal yang baru yang sekiranya baik dan banyak mengandung maslahat) mungkin dapat dijadikan dasar pijakan.1
Dalam kasus terancamnya perilaku anak sebagai dampak dari arus
perkembangan zaman ini, maka peran keluarga sangat penting untuk
menyelamatkan perkembangan kognitif, afektif maupun psikomotorik anak.
Keluarga merupakan unit terkecil sebuah masyarakat, yang juga memiliki
peran sebagai tempat dalam pembentukan kesatuan biososial, hubungan ibu,
bapak dan anak, juga merupakan pembentukan kesatuan ideologis, nilai dan
agama. Keluarga pun menjadi unit sosial yang penting dalam bangunan
masyarakat. Berbagai perubahan oleh faktor arus perkembangan zaman yang
kemudian mempengaruhi corak dan karakteristik dalam masyarakat, sejatinya
dapat diminimalisir jika ada upaya dalam internal keluarga untuk
memfungsikan peran keluraga dalam membentengi diri anak. Maka dari itu,
1 Miftahuddin, Jurnal Cakrawala Pendidikan, Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia DIY,
3
sebagai lingkungan yang pertama dan terdekat, keluarga memikul tanggung
jawab utama dalam pendidikan nilai kepada anak.
Keluarga merupakan taman pendidikan pertama, terpenting dan
terdekat yang bisa dinikmati anak. Pentingnya peranan orangtua dalam
mendidik anak adalah memberikan dasar pendidikan, sikap, watak dan
keterampilan dasar seperti pendidikan agama, budi pekerti, sopan santun,
kasih sayang, rasa aman, dasar-dasar mematuhi peraturan, serta mengajarkan
kebiasaan-kebiasaan yang baik dan disiplin. Di lingkungan kekeluargaan dan
norma kehidupan. Diketahui, di era globalisasi, dampak budaya dan kemajuan
teknologi merupakan wahana “penjajahan” bagi budaya yang dominan.
Nilai-nilai budaya dominan ini, yang sebagian besar tidak sesuai dengan timbangan
budaya Indonesia, sudah menembus kamar-kamar dari sekeliling masyarakat.
Untuk itu, keluarga bisa dimetafora sebagai sebuah benteng yang mampu
mencipatakan “harmonisasi” bukan “sterilisasi”. (Gunaryadi: 2006).2
Menurut Elkin dan Handel, keluarga sebagai tempat anak dilahirkan
merupakan referensi pertama mengenai nilai-nilai, norma-norma dan
kebiasaan-kebiasaan menjadi acuan untuk mengevaluasi perilaku. Lebih
lanjut, Greenfield dan Suzuki menyatakan bahwa dalam menyampaikan
nilai-nilai, harapan dan kebiasaan, keluarga juga menyampaikan pada anak
pola-pola perilaku tertentu yang beragam menurut budaya dan kesukuan.3 Salah
satu bentuk dalam proses pendidikan dan transformasi nilai-nilai adalah
aktivitas pengasuhan. Melalui interaksi yang dilakukan oleh orangtua kepada
2 Ibid, hlm 138
3
4
anak, bukan berarti orangtua melakukan aktivitas pengasuhan secara pribadi,
tetapi anak akan mengikuti aturan-aturan tentang peran orangtua yang ada
dalam budaya yang telah dipelajarinya melalui pengalaman dalam menjalani
sosialisasi. Menurut Yi dan Chang, nilai-nilai yang dimiliki orangtua akan
membentuk perilakunya dalam mengasuh anak dan selanjutnya nilai-nilai
tersebut diwariskan pada anak.4
Pengasuhan merupakan tanggung jawab utama orangtua, sehingga
sungguh disayangkan bila pada masa kini masih ada orang yang menjalani
peran orangtua tanpa kesadaran pengasuhan. Menjadi orangtua dijalani secara
alamiah, sebagai konsekuensi dari menikah dan kelahiran anak. Setelah
menikah sebagian besar suami istri menginginkan kehadiran anak untuk
menyempurnakan perkawinan mereka. Kehadiran anak menjadi tanda bagi
kesempurnaan perkawinan, serta melahirkan harapan akan semakin
sempurnanya kebahagiaan perkawinan tersebut seiring pertumbuhan dan
perkembangan anak.5
Pengasuhan dan bimbingan terhadap anak dalam kehidupan terletak
pada dimensi lahir pertumbuhan anak, perilaku, ruhani dan dimensi sosial.
Tujuan pengasuhan dan bimbingan beberapa dimensi kehidupan tersebut
untuk menjauhkan mereka dari penyimpangan-penyimpnagan tradisi dan
budaya yang berlaku di masyarakat. Terlaksananya semua tujuan tersebut
adalah kewajiban yang harus dijalankan oleh setiap penanggungjawab, baik
dalam lingkungan keluarga, masyarakat atau negara. Maksud dari semua
4 Ibid, hlm 88
5
5
landasan ini adalah setiap anak nahkoda bagi golongannya. Mereka adalah
calon pemimpin di hari esok dan generasi di masa mendatang. Pendidikan
yang ditanamkan kepada mereka adalah tujuan bagi masyarakat dan
pengayoman bagi mereka adalah keberlangsungan hidup bagi masyarakat.
Harapan ideal terbentuknya masyarakat yang diberikan kepada setiap anak.6
Kesadaran akan pentingnya peran keluarga sebagai benteng yang
kokoh dalam mengasuh dan mendidik anak, memunculkan banyak organisasi
ataupun komunitas yang saat ini memberi perhatian akan persoalan tersebut.
Salah satu organisasi gerakan perempuan yang kini masih termasyhur
eksistensinya adalah Aisyiyah. Aisyiyah merupakan organisasi otonom
(Ortom) pertama yang ada di Persyarikatan Muhammadiyah. Awalnya
Aisyiyah adalah sebuah perkumpulan pengajian yang dinamakan Sapa Tresna
(siapa cinta). Kyai Haji Ahmad Dahlan selalu memperhatikan kaum wanita.
Keyakinan yang ada padanya adalah bahwa dunia tidak akan maju dengan
sempurna jika wanita hanya tinggal di belakang, di dapur saja. Dia
mengumpulkan kaum wanita dan mereka diberi pelajaran, diberi kursus yang
diperuntukkan khusus bagi kaum ibu. Terlebih Aisyiyah sangat menekankan
sekali pentingnya kedudukan wanita sebagai ibu rumah tangga. Pendidikan
pertama yang diterima oleh seorang anak adalah di rumah, maka ibu-ibu
memiliki tanggung jawab yang sangat besar untuk kemajuan masyarakat
melalui asuhan dan didikan anak-anak mereka.
6
6
Sepanjang perkembangan pendirian dan sepak terjang dakwah yang
dilakukan oleh Aisyiyah, maka tahun 19857 mulai merumuskan suatu ide yang
dinamakan Konsep Keluarga Sakinah, sebagai suatu respon dan tanggung
jawab dalam mendorong terciptanya keluarga islami dan sejahtera. Gagasan
ini bukan sebatas ide yang muncul pada saat itu saja. Tetapi Aisyiyah terus
melakukan kajian secara kontekstual, pengamatan terhadap fenomena yang
terjadi dalam masyarakat dan mengkampanyekan gagasan tersebut dalam
bentuk penyusunan buku tuntunan yang dapat digunakan sebagai pegangan
bagi Aisyiyah di seluruh Indonesia.
Kegiatan penyusunan buku melalui beberapa tahap. Tahap pertama,
mengadakan diskusi panel pada tanggal 1 Maret 1988. Panelis terdiri dari para
ahli dalam lima bidang, yaitu: agama, ekonomi, kesehatan, pendidikan, serta
komunikasi keluarga. Tahap kedua, penulisan buku yang dilaksanakan oleh tim penulis dari PP Aisyiyah Bagian Tabligh dengan konsultan dari salah satu
seorang panelis dalam diskusi, yaitu Dr. Ahmad Badawi. Tahap ketiga,
pengusulan buku tuntunan pada Muktamar Tarjih Muhammadiyah XVII
tanggal 12-16 Ferbruari 1989 di Malang. Muktamar Tarjih menerima usulan
tersebut dan menetapkan menjadi pedoman pembinaan keluarga bagi warga
Persyarikatan Muhammadiyah. Muktanar juga mensyaratkan penyempurnaan
pada buku tuntunan tersebut.
7 Keterangan dari Soimah Kastolani: Sebetulnya konsep keluarga sakinah itu sudah menjadi
keputusan Muktamar ke-41 di Solo tahun 1985, hanya mengalami beberapa revisi yang juga disempurnakan bersama Majelis Tarjih. Konsep ini terakhir direvisi waktu Tanwir periode
2010-2015.
7
Selanjutnya, pada Muktamar Aisyiyah ke-42 tahun 1990 di
Yogyakarta diputuskan Program Pemasyarakatan Keluarga Sakinah. Kegiatan
pemasyarakatan dimulai dengan pencanagan buku Tuntunan Menuju Keluarga Sakinah pada muktamar tersebut, sebagai perdoman pembinaan keluarga bagi warga Muhammadiyah. Kegiatan pemasyarakatan selanjutnya berupa
pengajian, ceramah, diskusi, serta seminar. Pembinaan Keluarga Sakinah juga
dimasyaraktakan melalui khutbah Jum’at. Tujuan dari Program
Pemasyarakatan Keluarga Sakinah adalah terbentuknya kesadaran masyarakat
untuk membina keluarga sampai mencapai tingkat sakinah. Sasaran dari
kegiatan pemasyarakatan Keluarga Sakinag diutamakan anggota Aisyiyah.
Pada Muktamar Aisyiyah ke-43 tahun 1995 di Banda Aceh
diputuskan Program Sosialisasi Keluarga Sakinah. Tujuan dari program ini
adalah terdapatnya proses peralihan nilai-nilai Keluarga Sakinag pada sasaran
pembinaan. Sasaran sosialisasi Keluarga Sakinah adalah seluruh warga
Muhammadiyah dari segala jenjang usia. Untuk itu Aisyiyah bekerja sama
dengan semua Organisasi Otonom (Ortom) Muhammadiyah.8
Saat Muktamar Aisyiyah yang diselenggarakan di Makassar pada
tahun 2015, buku Tuntunan Menuju Keluarga Sakinah dilaunching. Buku tersebut merupakan gambaran dan penjelasan dari gagasan Konsep Keluarga
Sakinah, di dalamnya memuat pokok-pokok landasan pembentukan keluarga
sakinah dan pijakan pembinaan keluarga (parenting) dari berbagai aspek. Maka, dilaunchingnya Tuntunan Menuju Keluarga Sakinah adalah salah satu
8 M. Yunan Yusuf, Yusron Razak, Sudarnoto Abdul Hakim (ed.), Ensiklopedia Muhammadiyah, PT
8
bukti bahwa Aisyiyah semakin serius dalam mensosialisasikan secara masif
gagasan Konsep Keluarga Sakinah, juga diharapkan menjadi panduan bagi
masyarakat dalam membangun keluarga sakinah, terlebih diterapkan di
keluarga Muhammadiyah.
Tempat yang menjadi cikal bakal lahirnya organisasi Aisyiyah yang
selanjutnya menjadi tempat yang dipilih untuk diteliti, yaitu Aisyiyah Ranting
Kauman Yogyakarta. Kauman dinilai menjadi daerah yang representatif dalam
penerapan Konsep Keluarga Sakinah yang digagas oleh Aisyiyah. Selain itu,
Kampung Kauman letaknya tidak jauh dengan berbagai peninggalan sejarah
lahirnya organisasi Muhammadiyah, seperti Masjid Gedhe Kauman, Langgar
Kidul Ahmad Dahlan, Makam Siti Walidah (Pelopor Gerakan Aisyiyah),
alun-alun Kidul, Kraton Jogja, SD Muhammadiyah Kauman dan sebagainya.
Sehingga tempat-tempat bersejarah tersebut dapat menunjang dalam proses
pengumpulan data penelitian.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang hendak dijawab dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pemahaman pengurus dan anggota Aisyiyah Ranting Kauman
Yogyakarta tentang Konsep Keluarga Sakinah Aisyiyah?
BAB II
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini, yaitu :
1. Mendeskripsikan pemahaman pengurus dan anggota Aisyiyah Ranting
Kauman Yogyakarta tentang Konsep Keluarga Sakinah.
2. Mengetahui implementasi pola parenting dalam Konsep Keluarga Sakinah di Aisyiyah Ranting Kauman Yogyakarta.
B. Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini akan memberikan informasi tentang pemahaman dan
imlementasi pola parenting dalam Konsep Keluarga Sakinah Aisyiyah di Aisyiyah Ranting Kauman Yogyakarta.
b. Penelitian ini akan menjadi acuan evaluasi bagi Ranting Aisyiyah
Kauman sudah sejauh mana sosialisasi mengenai Konsep Keluarga
Sakinah dan implementasi pola parenting di masyarakat. 2. Manfaat Teoritik
Penelitian ini diharapkan berguna dalam pengembangan
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka memuat uraian sistematik hasil-hasil penelitian
yang didapat oleh peneliti terdahulu dan yang ada hubungannya dengan
penelitian yang dilakukan.1 Sepanjang peneliti melacak beberapa penelitian
terdahulu, maka ditemukan penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini
diantaranya:
1. Penelitian Ismah Salman (2005) dalam buku Keluarga Sakinah dalam Aisyiyah; Diskursus Jender di Organisasi Perempuan Muhammadiyah,
yang juga merupakan sebuah disertasi. Penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari tuntunan Islam tentang keluarga sakinah dan bagaimana
pelaksanaannya di dalam masyarakat. Secara khusus, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui konsep dan strategi dalam pencapaian
keluarga sakinah dalam organisasi Aisyiyah di kalangan masyarakat.
Lokasi penelitian Ismah dilakukan di wilayah Jakarta (dari beberapa
kawasan di Jakarta Timur, Barat, Selatan dan Pusat), Yogyakarta, Ujung
Pandang dan Padang. Adapun hasil penelitiannya adalah dalam hal
pembinaan keluarga sakinah, terlihat di lapangan bahwa mayoritas
anggota Aisyiyah sudah mulai membentuk keluarga sakinah, dengan
ciri-ciri sebagai berikut: hidup rukun, damai, sejahtera (tercukupi kebutuhan),
1
taat beragama, adanya rasa saling menyayangi dan mencintai serta sehat
jasmani dan rohani, minimnya angka perceraian di antara anggota
Aisyiyah dan anak-anak pun tidak terpengaruh oleh narkoba dan terlibat
kejahatan.
2. Penelitian Akif Khilmiyah (2003) dalam buku Menata Ulang Keluarga Sakinah Keadilan Sosial dan Humanisasi Mulai dari Rumah, yang juga merupakan sebuah tesis. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap
ketidakadilan gender dalam keluarga yang termanifestasikan dalam bentuk
marginalisasi ekonomi, subordinasi, kekerasan, stereotype dan beban kerja pada berbagai tingkatan. Tempat penelitiannya yaitu di Kecamatan
Kasihan, Bantul, DIY. Adapun hasil dari penelitian Akif adalah 1) Pola
pembagian kerja rumah tangga berdasarkan ideologi keluarga Muslim
pasangan karier ganda di Kecamatan Kasihan masih menampakkan adanya
ketidakadilan gender dalam keluarga yang disebabkan oleh pembagian
kerja yang tidak adil. 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi pola
pembagian kerja tersebut adalah faktor pemahaman agama yang bias
gender, budaya yang menganut ideologi patriarkhi, pendidikan yang
rendah, serta ekonomi yang rendah pula. 3) Strategi untuk mewujudkan
keadilan gender dalam pembagian kerja rumah tangga dapat dilakukan
dengan: a) Merekonstruksi kembali konsep keluarga sakinah yang
berkeadilan gender dan mensosialisasikannya melalui lembaga perkwainan
(KUA). b) Menafsirkan kembali dalil-dalil keagamaan yang bersifat
da‟i, organisasi sosial keagamaan di berbagai tingkatan dan kaum
cendekiawan muslim. c) Membudayakan kehidupan keluarga yang
berkeadilan gender, mulai dari keluarga tokoh-tokoh agama (ulama dan
da‟i), tokoh masyarakat, tokoh organisasi keagamaan agar bisa dicontoh
oleh masyarakat sekitar.
3. Penelitian Rabiatul Adawiyah (2013) berjudul Aisyiyah dan Kiprahnya dalam Pembinaan Keluarga Sakinah dalam Jurnal Mu’adalah Vol. 1 No.2 Juli-Desember. Masalah yang diteliti adalah bagaimana konsep keluarga sakinah menurut Aisyiyah Wilayah Kalimantan Selatan dan kiprah
organisasi perempuan tersebut dalam pembinaan keluarga sakinah. Dari
hasil penelitian didapatkan bahwa konsep Aisyiyah tentang keluarga
dikenal dengan istilah “keluarga sakinah” dan kiprah Aisyiyah wilayah
Kalsel dalam pembinaan keluarga sakinah cukup optimal, ini dapat dillihat
dari kegiatan pembinaan keluarga sakinah yang dilaksanakan oleh lima
majelis, terutama Majelis Tabligh dengan pembinaan keluarga sakinah
sebagai program unggulan.
4. Skripsi Aimatun Nisa (2009) Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam
Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga, berjudul Upaya Membentuk Keluarga Sakinah Bagi Keluarga Pernikahan Dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana upaya pembentukan keluarga
sakinah bagi keluarga pernikahan dini yang diterapkan oleh 2 keluarga
yang melakukan pernikahan dini dan juga untuk mengetahui faktor
tersebut. Hasil penelitian ini menunjukan : 1) Upaya membentuk keluarga
sakinah yang diterapkan oleh keluarga Nuryati adalah adanya saling
pengertian, saling menerima kenyataan dan saling melakukan penyesuaian
diri. Sedangkan dari keluarga Siti Syamsiah adalah dapat memupuk rasa
cinta dalam keluarga, senantiasa melaksanakan asas musyawarah dan
membina hubungan keluarga dengan lingkungan. 2) Faktor Pendukung
dan penghambat yang nantinya akan menjadi pembantu dalam
pembentukan sebuah keluarga yang sakinah. Dalam pembentukan keluarga
sakinah tidaklah mudah, apalagi keluarga yang menikah pada usia dini dan
masih banyak tergantung dengan orangtua, harus bisa saling percaya
antara suami dengan istri, saling mengerti akan berbagai hal apapun, saling
menghargai satu sama lain. Bahkan masih banyak keluarga yang menikah
dengan usia yang cukup namun belum bisa membentuk keluarganya
menjadi keluarga yang sakinah.
Dari ke empat penelitian terdahulu berbeda halnya dengan penelitian ini.
Penelitian ini menitikberatkan pada pemahaman pengurus dan anggota Aisyiyah
Ranting Kauman Yogyakarta tentang konsep Keluarga Sakinah Aisyiyah dan
B. Kerangka Teori
1. Pengertian Keluarga Sakinah
a. Keluarga
Bagi masyarakat muslim di Indonesia, istilah keluarga sakinah
cukup populer. Keluarga sakinah terdiri dari dua kata, keluarga dan
sakinah. Secara sosiologis, keluarga merupakan golongan masyarakat terkecil yang terdiri dari suami-istri, baik beserta maupun tanpa anak.
Secara yuridis, dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 52
Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluaraga disebutkan bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam
masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami, istri dan anaknya,
atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. 2
Bentuk keluarga pada asalnya terdiri dari keluarga kecil
(nuclear family) dan keluarga luas (extended family). Dalam perkembangan lebih lanjut, antara nuclear dan extended family
terdapat bentuk keluarga semi extended family. Keluarga kecil atau
nuclear family beranggotakan orangtua, bisa kedua orangtua atau salah satunya, ayah atau ibu, beserta atau tanpa anak. Dalam
Al-Qur‟an keluarga disebut dengan al-ahl, seperti yang tercantum dalam
surat At-Tahrīm (66): 6 :
2 Pimpinan Pusat Aisyiyah,
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Al-Maraghi, menafsirkan “al-ahl” yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak dan khadam (pembantu). Keluarga luas terdiri dari anggota keluarga kecil ditambah kerabat baik dekat maupun jauh.
Struktur keluarga sakinah menganut pola keluarga luas (extended family), yang di samping mempunyai tanggung jawab terhadap kesejahteraan anggota keluarga inti yaitu ayah-ibu-anak (bagi yang
memiliki anak), juga mempunyai tanggung jawab terhadap
kesejahteraan anggota kerabat dekat dari kedua pihak pasangan
suami-istri. Dalam Al-Qur‟an disebut dengan „asyīrah, seperti firman
Allah dalam surat Asy-Syua‟ara‟ (26): 214 :
“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang
dekat.”
Isyarat Al-Qur‟an akan adanya keluarga luas, dapat
keluarga. Dengan demikian, anggota dari keluarga luas dapat
terdiri dari ayah, ibu, anak, kakek, nenek, saudara laki-laki, saudara
perempuan, paman dan bibi. Implementasi tanggung jawab
terhadap anggota keluarga luas dapat bersifat ekonomis,
pendidikan atau psikologis. Firman Allah SWT dalam surat
Al-Baqarah (2): 215 :
Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah, “Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendkalah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.” Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.
Dalam keluarga semi extended bentuk tangggung jawab keluarga, tidak harus diwujudkan dalam bentuk tinggal bersama
dalam satu rumah. Sebagai bangunan yang berbentuk semi extended family, keluarga sakinah akan menjadi keluarga yang mampu memecahkan berbagai penyakit keluarga, baik yang
bersifat materiil maupun immaterial, yaitu kemiskinan, kebodohan,
keretakan keluarga, dekadensi moral dan lain sebagainya.3
3
b. Sakinah
Sakinah dalam bahasa Arab, berasal dari sakana-yaskunu-suknan, artinya tenang, senang, diam, tidak bergerak, tenang setelah bergejolak, menempati rumah, memakai tanda sukun. As-Sakīnah,
bermakna at-tuma’ninah wal-waqār wal-maḥabbah, artinya ketenangan, kemuliaan dan kehormatan.4
Penyebutan kata sakinah dalam Al-Qur‟an terdapat enam
ayat, yaitu menggunakan kata sakīnah [QS. Al-Baqarah (2): 248], as-sakīnah [QS. Al-Fath (480: 4, 18], dan sakīnatah [QS. At-Taubah (9):
26, 40] dan [QS. Al-Fath (48): 26], yang diangkat dalam konteks
berbeda.
Dan Nabi mereka mengatakan: "Sesungguhnya tanda bahwa ia akan menjadi raja adalah kembalinya tabut
kepadamu, di dalamnya terdapat sakinah dari Tuhanmu dan sisa-sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; Tabut itu dibawa oleh malaikat. Sesungguhnya, pada yang demikian itu terdapat tanda (kebesaran Allah) bagimu, jika kamu orang yang beriman.
[QS. Al-Baqarah (2): 248]
4
Kemudian Allah menurunkan ketengan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Dia menurunkan bala tentara (para malaikat) yang tidak terlihar olehmu, dan Dia menimpakan azab kepada orang-orang kafir. Itulah balasan bagi orang-orang-orang-orang yang kafir.
[QS. At-Taubah (9): 26]
Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin untuk menambah keimanan mereka (yang telah ada). Dan milik Allah-lah bala tentara langit dan bumi, dan Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.
[QS. Al-Fath (48): 4]
Sungguh, Allah telah meridhai orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon, Dia mengetahui apa yang ada dalam hati mereka, lalu Dia memberikan ketenangan atas mereka dan member balasan dengan kemenangan yang dekat. [QS. Al-Fath (48): 18]
lebih berhak dengan itu dan patut memilikinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. [QS. Al-Fath (48): 26]
Penggunaan kata sakīnah dalam enam ayat tersebut pada dasarnya memiliki substansi makna yang sama, yaitu bahwa sakỉnah
itu adalah perasaan tenang yang datang dari Allah. Hanya saja,
konteksnya berbeda. Pada QS. Al-Baqarah (2): 248 menjelaskan
tentang Tabut yang di dalamnya terdapat lembaran-lebaran Taurat
yang merupakan sumber ketenangan bagi mereka yang
mengimaninya. Dalam QS. At-Taubah (9): 26, penggunaan sakinah
dalam konteks “ketenangan” yang diturunkan Allah kepada Nabi
Muhammad SAW dan kaum mukmin ketika dalam keadaan sulit,
menghadapi kaum kafir pada Perang Hunain, kemudian Allah
menolongnya sehingga ketenangan dirasakan Nabi SAW dan kaum
mukmin. QS. At-Taubah (9): 40 menggambarkan ketenangan yang
diturunkan ketika Abu Bakar merasa khawatir, karena orang-orang
Quraisy yang mengejar mereka sampai gua Hira. QS. Al-Fath (48):
4,18, dan 26 menegaskan bahwa Allah menurunkan sakinah kepada
Nabi SAW dan kaum mukmin dalam peristiwa Perjanjian
Hudaibiyah, ketika mengalami permasalahan menghadapi kaum kafir
Mekkah yang menghalangi Nabi dan Kaum Mukmin memasuki
Mekkah untuk menunaikan ibadah haji.5
5
Secara etimologis kata sakīnah memuat pengertian meniadakan sikap ketergesa-gesaan. Kondisi sakinah tidak hadir
begitu saja, tetapi harus diusahakan dan diperjuangkan dengan sabar
dan tenang. Suami istri saling memberdayakan baik secara psikologis
maupun spiritual, agar terwujud kaluarga sakinah.6
c. Keluarga Sakinah
Munculnya istilah keluarga sakinah merupakan penjabaran
firman Allah dalam surat Ar-Rum [30]: 21, yang menyatakan bahwa
tujuan berumah tangga atau berkeluarga adalah untuk mewujudkan
ketentraman atau ketenangan dengan dasar mawaddah wa raḥmah
(saling mencintai dan penuh kasih sayang).
Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang yang mengetahui.
[QS. Ar-Rum (30): 21]
Dari kata taskunu dalam ayat di atas itulah diturunkan kata
sakīnah dengan arti tenang atau tentram. Selanjutnya sakinah
dimaknai sebagai kedamaian, ketentraman, keharmonisan,
kekompakan dan kehangatan. Terwujudnya kesakinahan merupakan
6
hasil dari berkembangnya mawaddah wa raḥmah dalam keluarga. Mawaddah dimaknai sebagai rasa mencintau dan menyayangi
dengan penuh rasa tanggung jawab antara suami-istri. Rahmah
bermakna rasa saling simpati yaitu adanya saling pengertian,
penghormatan dan tanggung jawab antara yang satu dengan lainnya.
Keluarga sakinah dapat didefiniskan sebagai “bangunan
keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah dan
tercatat di kantor urusan agama yang dilandasi dengan penuh rasa
tanggung jawab dalam menhadirkan suasana kedamaian,
ketenteraman dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat yang
diridhai Allah SWT”.7
d. Konsep Keluarga Sakinah Aisyiyah
Menurut Azyumardi Azra dalam pengantarnya di Keluarga Sakinah dalam Aisyiyah; Diskursus Jender di Organisasi Perempuan Muhammadiyah, keluarga sakinah sebenarnya adalah bagian unit kecil dari sebuah masyarkat atau bangsa. Keluarga adalah jiwa
masyarakat dan sebagai tulang punggung bagi kesejahteraan, baik
lahir maupun batin, yang dinikmati suatu bangsa. Sebuah masyarakat
atau bangsa adalah cerminan dari keadaan keluarga yang hidup di
tengah msayarakat. Bila sebuah keluarga menjadi sakinah, maka
masyarakat atau bangsanya pun akan menjadi sakinah pula.8
2. Landasan Pembentukan Keluarga Sakinah
7 Ibid., hlm 24-25
8
Keluarga sakinah dibentuk berlandaskan pada tauhid, yaitu
adanya kesadaran bahwa semua proses dan keadaan kehidupan
kekeluargaan harus berpusat pada Allah SWT. Landasan tauhid keluarga
sakinah diterapkan dalam proses pemilihan pasangan, dalam proses
pencapaian kesejahteraan dan kebahagiaan, serta dalam proses pemecahan
masalah yang dihadapi oleh suatu keluarga. Landasan tauhid dalam
kehidupan keluarga menumbuhkan perasaan tentram, mendorong motivasi
keberhasilan, meluruskan arah dalam kebingungan, serta meredam frustasi
dalam kehidupan. Landasan tauhid juga menghindarkan munculnya
orientasi egoistis, materialistis, maupun mistis (syirik) dalam kehidupan
keluarga.9
a. Asas Keluarga Sakinah
Pembangunan keluarga sakinah perlu dilandaskan pada lima
asas yaitu: “asas karamah insāniyah, asas pola hubungan kesetaraan,
asas keadilan, asas mawaddah wa raḥmah, serta asas pemenuhan kebutuhan hidup sejahtera dunia akhirat (al-falāh).
1) Asas karamah insaniyah
Asas karamah insāniyah menempatkan manusia (laki-laki
dan perempuan sebagai makhluk Tuhan yang memiliki kemuliaan
dan kedudukan utama. Allah menciptakannya dengan dibekali
berbagai macam potensi memuliakannya dengan memberikan
berbagai macam keutamaan dan memilihnya menjadi wakil Allah
9
untuk memakmurkan dunia dan mewujudkan kesejahteraan umat
manusia. Pandangan kemanusiaan (religious humanism) ini dilandasi pesan normatif Allah dalam surat Al-Isrā‟ (17): 70:
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak
Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelabihan yang sempurna atas kebanyakan akhluk yang telah Kami ciptakan.”
Dalam keluarga sakinah, setiap anggota keluarga saling
memuliakan, menghargai dan saling mendukung dalam
mewujudkan keberhasilan serta kebahagiaan lahir dan batin. Dalam
pergaulan kemanusiaan juga dikembangkan sikap penghargaan
terhadap sesama manusia sebagai pribadi yang memiliki
keutamaan, potensi baik, unggul dan memperlakukannya secara
adil dan ihsan sehingga terwujud harmoni kehidupan
bermasyarakat. Asas karamah insāniyah dapat menghindarkan diri
dari tindak kekerasan dan ketidakadilan. Jadi keluarga sakinah
menjamin tumbuh kembang semua anggota keluarga sesuai dengan
potensinya, menghadirkan kasih sayang dan mengindari segala
bentuk kekerasan.10
10
2) Asas hubungan kesetaraan
Pola hubungan antaranggota dalam keluarga sakinah
bersifat kesetaraan, yaitu pola hubungan antar manusia yang
didasarkan pada sikap penilaian bahwa semua manusia mempunyai
nilai sama. Perbedaan status dan peran seseorang tidak
menimbulkan perbedaan nilai kemanusiaannya di hadapan orang
lain. Hanya tingkat ketakwaan yang membedakan nilai
kemanusiaan seseorang di hadapan Allah SWT. Hubungan
kesetaraan yang dilandaskan pada nilai-nilai kemanusiaan dan
ketakwaan diabadikan Allah dalam surat Al-Hujurāt (49): 13:
“Hai manusia! Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjdaikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Pola hubungan antar anggota keluarga yang didasarkan
pada kesetaraan nilai kemanusiaan mendorong munculnya sikap
tafāhum, tasāmuh dan penghargaan terhadap orang lain walau
status dan usianya berbeda. Pola hubungan kesetaraan
menghindarkan sikap subordinatif, eksploitatif dan tindak
mendorong munculnya sifat dialogis dalam hubungan antaranggota
keluarga, saling menghargai dan saling memberikan informasi,
sehingga menyuburkan rasa kasih sayang antarmereka. Hubungan
yang bersifat dialogis memunculkan suasana yang kondusif bagi
perkembangan potensi-potensi kemanusiaan serta mengendalikan
sifat-sifat egoistik seseorang.
3) Asas Keadilan
Keadilan merupakan ajaran yang bersifat universal. Semua
agama maupun paham mengajarkan dan membudayakan keadilan
sesuai dengan teologi maupun ideologi yang mendasarinya. Dalam
diri manusia terdapat potensi rohaniyah yang membisikkan
perasaan keadilan sebagai sesuatu yang benar dan harus
ditegakkan. Penyimpangan terhadap keadaan telah menodai esensi
kemanusiaan. Islam yang misi utamanya adalah sebagai raḥmatan
lil „alamin (pembawa rahmah bagi seluruh alam) menempatkan
keadilan sebagai sesuatu yang asasi.11
Implementasi berbuat adil dalam keluarga dimulai dari adil
kepada diri sendiri, kemudian diikuti dengan berbuat adil pada
pasangan, anak-anak, orangtua serta kerabat. Adil terhadap diri
dalam arti mampu memenuhi kebutuhan dan hak-hak diri, naik
kebutuhan dana, jiwani, spiritual, maupun sosial secara seimbang
dengan baik. Bersikap adil kepada keluarga nampak dalam
11