• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAMBATAN SOSIALISASI BAHASA LAMPUNG DI KALANGAN PELAJAR DI SLTP NUSANTARA BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HAMBATAN SOSIALISASI BAHASA LAMPUNG DI KALANGAN PELAJAR DI SLTP NUSANTARA BANDAR LAMPUNG"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

HAMBATAN SOSIALISASI BAHASA LAMPUNG DI KALANGAN PELAJAR DI SLTP NUSANTARA BANDAR LAMPUNG

OLEH ELIZHA

Bahasa Lampung adalah bahasa daerah yang hidup dan dipergunakan oleh penduduk asli Lampung sebagai alat komunikasi antar anggotanya, baik dalam pergaulan sehari hari maupun dalam upacara adat. Khususnya di daerah pedesaan, Bahasa Lampung merupakan bahasa ibu atau bahasa pertama yang diperoleh anak sejak kecil secara alami dengan jalan mendengarkan dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari hari, kemampuan berbahasa mereka berangsur angsur meningkat sejalan dengan bertambahnya usia dan pengalaman.

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor faktor apa yang menghambat pelaksanaan sosialisasi Bahasa Lampung di kalangan pelajar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan faktor faktor penghambat sosialisasi Bahasa Lampung di kalangan pelajar khususnya di SLTP Nusantara Bandar Lampung.

Tipe penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini mengarah kepada keadaan-keadaan dan individu-individu secara holistic atau utuh. Teknik penentuan informan pada penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling atau pemilihan secara sengaja berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Kriteria informan pada penelitian ini adalah siswa SLTP Nusantara kelas 7,8 dan 9 serta guru yang khusus mengajar pelajaran Bahasa Lampung. Untuk memudahkan pengumpulan data selanjutnya yang lebih akurat, peneliti meenggunakan cara snowball yaitu melalui informasi yang diberikan oleh informan sebelumnya yang sudah di wawancarai. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode wawancara mendalam (indepth interview) dan dipadu dengan menggunakan pedoman wawancara dan didukung dengan studi pustaka, serta observasi. Teknik analisis data melalui tiga tahapan yakni tahap reduksi data, penyajian data dan tahap kesimpulan(verifikasi).

(2)
(3)

I . PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut Gillin dan Gillin dalam Soerjono Soekanto (1990:61), manusia diciptakan di bumi sebagai mahluk sosial, dimana manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya orang lain. Manusia di dalam melakukan proses sosial antara sesama memerlukan adanya interaksi sosial, karena tanpa adanya interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antar orang perorangan, antar kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.

Bahasa digunakan untuk membentuk pikiran, perasaan, keinginan, dan juga perbuatan. Bahasa menjadi suatu alat untuk mempengaruhi lingkungan. Pemakaian Bahasa merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang dipakai oleh setiap orang dalam suatu masyarakat untuk berhubungan dengan sesama dan lingkungannya, melalui cara berkomunikasi.

(4)

Bahasa merupakan salah satu komponen terpenting sebagai media untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Definisi bahasa menurut Kridalaksana dalam Chaer (1994), adalah sistem lambang bunyi arbitrer yang digunakan oleh para kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri.

Bahasa Negara adalah Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesa itu berasal dari bahasa melayu, bahasa asing dan juga bahasa daerah, dengan demikian daerah-daerah yang mempunyai bahasa sendiri, yang dipelihara oleh rakyatnya dengan baik, akan dihormati dan dipelihara juga oleh negara. Demikian halnya dengan Bahasa Lampung yang merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia (UU Pasal 33 tahun 1945).

Bagi masyarakat Indonesia, bahasa daerah umumnya merupakan bahasa pertama atau bahasa ibu sedangkan Bahasa Indonesia adalah bahasa kedua. Kedua bahasa ini dipergunakan secara berganti ganti sesuai dengan situasi yang dimasukinya. Sebagian besar anak di sekolah telah berbahasa ibu (daerah) sebelum belajar Bahasa Indonesia. Artinya, pendidikan di rumah dan masyarakat berlangsung lewat komunikasi bahasa daerah (Alwasilah, 1985:161).

Bahasa daerah perlu dilestarikan dalam rangka mengembangkan serta memperkaya pembendaharaan Bahasa Indonesia dan khasanah kebudayaan nasional sebagai salah satu unsur kepribadian bangsa. Bahasa daerah perlu terus dipelihara agar tetap mampu menjadi ungkapan budaya masyarakatnya yang mendukung kebhinekaan budaya sebagai unsur kreativitas dan sumber kekuatan bangsa.

(5)

merupakan salah satu komponen budaya yang terpenting, karena dengan bahasa kita dapat mengetahui asal usul dari individu tersebut. Bahasa lokal/daerah saat ini mengalami perubahan dan pergeseran nilai yang disebabkan berbagai macam faktor. Begitu juga dengan Bahasa Lampung yang memiliki beberapa jenis dialek.

Bahasa Lampung adalah bahasa daerah yang hidup dan dipergunakan oleh penduduk asli Lampung sebagai alat komunikasi antar anggotanya, baik dalam pergaulan sehari hari maupun dalam upacara adat. Khususnya di daerah pedesaan, Bahasa Lampung merupakan bahasa ibu atau bahasa pertama yang diperoleh anak sejak kecil secara alami dengan jalan mendengarkan dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari hari, kemampuan berbahasa mereka berangsur angsur meningkat sejalan dengan bertambahnya usia dan pengalaman.

Salah satu cara yang efektif dan efisien untuk pembinaan dan pengembangan bahasa daerah Lampung adalah melalui pendekatan formal. Bertautan dengan itu, bahasa daerah Lampung dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran muatan lokal di SD dan SLTP di provinsi Lampung. Hal ini sesuai dengan keputusan Kepala Kanwil Depdikbud Provinsi Lampung melaui surat keputusannya tanggal 18 april 1994, Nomor 2694/1.12.A/1994, memutuskan, menetapkan, mengesahkan dan melakukan kurikulum muatan lokal yang dilaksanakan secara bertahap mulai tahun pelajaran 1994- 1995, salah satu butir mata pelajaran kurikulum muatan lokal pendidikan SD dan SLTP adalah Bahasa Lampung.

(6)

muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide. Bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Bahasa tulisan, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) disamping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata apapun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide (Depdikbud, 1996).

Penggunaan Bahasa Lampung merupakan salah satu upaya dalam pengembangan Bahasa Lampung sebagai bagian dari kebudayaan Indonesia seberapa besar usaha pembinaan dan pelestarian Bahasa Lampung dilakukan secara formal di sekolah sekolah, tetapi jika tidak diikuti penggunaan Bahasa Lampung baik di sekolah, lingkungan sosial, maupun dalam praktik sehari hari maka usaha itu akan sia-sia saja.

Faktor yang mendorong pelajar etnis Lampung menggunakan Bahasa Indonesia dan bukan Bahasa Lampung karena Bahasa Indonesia merupakan bahasa masyarakat umum. Sulitnya penggunaan Bahasa Lampung dikalangan pelajar dikarenakan Bahasa Lampung sulit untuk dimengerti. Bahasa Lampung yang terdiri dari dua dialek yakni dialek Api dan Nyow membuat sebagian pelajar merasa sulit untuk memahami. Lampung merupakan salah satu daerah transmigrasi, jadi ada percampuran penduduk didalamnya yang tidak hanya masyarakat Lampung asli tetapi juga masyarakat pendatang.

(7)

kota-kota besar sudah tidak lagi menggunakan bahasa daerahnya dan hanya memakai Bahasa Indonesia saja (Depdikbud Provinsi Lampung, 1986:52).

Menurut Hadikusuma (1989:109), menyatakan bahwa idealnya Bahasa Lampung sebagai salah satu bahasa daerah harus tetap dipelihara agar dapat tumbuh dan berkembang sehingga dapat lestari sampai kapan pun. Namun demikian sejauh usaha yang telah ditempuh untuk melestarikan, Bahasa Lampung terdapat kenyataan besar bahwa belakangan ini jumlah penutur Bahasa Lampung dirasakan semakin merosot. Selanjutnya dikatakan banyak angkatan muda Lampung yang sudah kaku dan tidak lancar lagi berbahasa Lampung, keadaan ini tidak dapat dibiarkan terus menerus karena dikhawatirkan bahasa ini akan musnah. Oleh karena itu perlu adanya usaha pembinaan dan pengembangan agar bahasa ini terus hidup dan berkembang.

Adapun hambatan sosialisasi Bahasa Lampung diantaranya ialah, guru yang kurang berkompeten dibidangnya dikarenakan tidak semua guru yang mengajar Bahasa Lampung itu merupakan orang Lampung asli, kemudian belum adanya kesepakatan penetapan dialek yang digunakan, dialek Api (A) atau Nyow (O). Terkadang buku panduan yang digunakan memang terdiri dari dialek Api (A) dan Nyow (O), tetapi biasanya guru hanya menjelaskan salah satu dialek saja. Hal ini membuat para pelajar mengalami kesulitan dalam memahaminya.

(8)

yang tinggal di perkotaan. Kurangnya penerapan Bahasa Lampung dalam lingkungan keluarga membuat seorang anak kurang memahami bahasa sukunya sendiri. Adapun faktor lain yang menghambat penggunaan Bahasa Lampung ialah dalam diri individu itu sendiri, adanya logat dalam Bahasa Lampung membuat mereka merasa malu akan ditertawakan oleh orang lain. Kemudian, lingkungan sekitar yang sudah tidak menggunakan Bahasa Lampung, mereka lebih cenderung menggunakan bahasa-bahasa gaul dalam berkomunikasi.

Penerapan Bahasa Lampung khususnya di SLTP Nusantara Bandar Lampung ialah siswa harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Lampung yang baik dan benar serta dapat digunakan sesuai dengan jenjang pendidikan. Namun dalam pelaksanaannya, untuk mencapai tujuan tersebut siswa merasa kesulitan. Hal tersebut muncul karena kurangnya penguasaan kosakata Bahasa Lampung yang dimiliki siswa, baik dalam dialek A maupun dialek O. Oleh karena itu, pembelajaran kosakata Bahasa Lampung hanya menjadi bagian materi pembelajaran saja.

(9)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka didapat suatu rumusan masalah yaitu faktor faktor apa yang menghambat pelaksanaan sosialisasi Bahasa Lampung di kalangan pelajar di SLTP Nusantara Bandar Lampung.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui dan menjelaskan faktor faktor penghambat sosialisasi Bahasa Lampung di kalangan pelajar di SLTP Nusantara Bandar Lampung.

1.4 Kegunaan Penelitian

a. Secara Teoritis, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan sosial khususnya dalam bidang Sosiologi Budaya berkaitan dengan sosialisasi Bahasa Lampung dikalangan pelajar.

(10)
(11)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Sosialisasi 1. Pengertian Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses seorang individu belajar berintegrasi dengan sesamanya dalam suatu masyarakat menurut sistem nilai, norma, dan adat istiadat yang mengatur masyarakat yang bersangkutan ( Suyono, 1985:379). Sedangkan menurut Suharto ( 1991: 112), sosialisasi atau proses memasyarakat adalah proses orang orang yang menyesuaikan diri terhadap norma norma sosial yang berlaku, dengan tujuan supaya orang yang bersangkutan dapat diterima menjadi anggota suatu masyarakat.

Sedangkan menurut Goslin dalam Ihrom (1999:30) sosialisasi adalah proses belajar yang dialami seseorang untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai nilai dan norma norma agar ia dapat berpartisipasi sebagai anggota dalam kelompok masyarakat.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa sosialisasi adalah suatu proses belajar serta mengenal norma dan nilai nilai sehingga terjadi pembentukan sikap untuk berprilaku sesuai dengan tuntunan atau perilaku masyarakatnya.

(12)

Sosialisasi dialami oleh individu sebagai mahluk sosial sepanjang kehidupannya sejak ia dilahirkan sampai meninggal dunia. Berger dan Lukman dalam Ihrom (1999:32) mengatakan bahwa sosialisasi dibedakan menjadi 2 tahap, yaitu:

a. Sosialisasi Primer, sebagai sosialisasi yang pertama dijalani individu semasa kecil, melalui bagaimana ia menjadi anggota masyarakat. Dalam tahap ini proses sosialisasi primer membentuk kepribadian anak kedalam dunia umum, dan keluargalah yang berperan sebagai agen sosialisasi.

b. Sosialisasi Sekunder, didefinisikan sebagai proses berikutnya yang memperkenalkan telah disosialisasi ke dalam sektor baru dari dunia objektif masyarkatnya; dalam tahap ini proses sosialisasi mengarah pada terwujudnya sikap profesionalisme (dunia yang lebih khusus); dan dalam hal ini yang menjadi agen sosialisasi adalah lembaga pendidikan, per grup, lembaga pekerjaan dan lingkungan dari keluarga.

(13)

berperan adalah keluarga, dalam sosialisasi sekunder yang berperan dalam mendidik adalah orang lain seperti sekolah dan adat istiadat.

3. Tipe Sosialisasi

Ada dua tipe sosialisasi, kedua tipe sosialisasi tersebut adalah sebagai berikut.

1. Formal

Sosialisasi yang dilakukan melalui lembaga-lembaga berwenang menurut ketentuan negara atau melalui lembaga-lembaga yang dibentuk menurut undang-undang dan peraturan pemerintah yang berlaku.

2. Informal

Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.

(14)

pisahkan karena individu biasanya mendapat sosialisasi formal dan informal sekaligus (Maryati, 2006: 109).

4. Pola Sosialisasi

Pola sosialisasi menurut Jaeger dalam Sunarto (1993: 37) dibagi dalam dua pola, yaitu: sosialisasi represif dan sosialisasi partisipatoris. Sosialisasi represif (repressive socialization) menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan. Sosialisasi partisipatoris(participatory socialization) merupakan pola di mana anak diberi imbalan ketika berprilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan diletakkan pada

interaksi dan komunikasibersifat lisan yang menjadi pusat sosialisasi adalah anak dan

keperluan anak.

5. Proses Sosialisasi

Proses sosialisasi adalah proses seorang individu berinteraksi dengan sesamanya dalam suatu masyarakat menurut sistem nilai, norma dan adat istiadat yang mengatur masyarakat yang bersangkutan.

Proses sosialisasi menurut Duncan Mitchel dalam A New Dictionary of Sociology (Erliani, 2001: 12) adalah:

melalui mana organisme tumbuh dan menyatu serta berpartisipasi dengan kehidupan sosial dari lingkungannya dan proses tersebut berlangsung terus menerus sepanjang

(15)

serta nilai nilai yang berlaku. Dalam pengertian tersebut kita dapat melihat bahwa seseorang (individu) mempelajari atau mengalami proses belajar. Individu tersebut mengalami proses penyesuaian diri individu ke dalam kehidupan sosial.

Jadi, proses sosialisasi merupakan suatu proses yang dimulai sejak seseorang itu dilahirkan untuk dapat mengetahui dan memperoleh sikap, pengertian, gagasan dan pola tingkah laku yang disetujui masyarakat.

6. Agen Sosialisasi

Media sosialisasi merupakan tempat dimana sosialisasi itu terjadi atau disebut agen sosialisasi. Agen sosialisasi merupakan pihak pihak yang membantu seseorang individu belajar terhadap segala sesuatu yang kemudian menjadikannya dewasa (Narwoko, 2004: 72).

Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Ada empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan agen- agen lain.

a. Lembaga Pendidikan Sekolah

(16)

b. Keluarga (kinship)

Bagi keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalam suatu rumah. Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas (extended family), agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga inti. Pada masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh orang-orang yang berada diluar anggota kerabat biologis seorang anak. Kadangkala terdapat agen sosialisasi yang merupakan anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pramusiwi.

c. Teman Pergaulan

Teman pergaulan (sering juga disebut teman bermain) pertama kali didapatkan manusia ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu.

(17)

d. Lembaga Pendidikan Formal (sekolah)

Menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity). Di lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.

e. Media Massa

Kelompok media massa yang termasuk disini adalah media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi, video,film). Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.

f. Agen-Agen Lain

Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi juga dilakukan oleh institusi agama, tetangga, organisasi rekreasional, masyarakat, dan lingkungan pekerjaan. Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya sendiri tentang dunianya dan membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang pantas dan tidak pantas dilakukan. Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh agen-agen ini sangat besar (green heroes,2010).

B. Tinjauan Tentang Bahasa

(18)

Menurut Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1), memberikan dua pengertian bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer. Arbitrer yaitu tidak adanya hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya. Lain halnya menurut Owen dalam Stiawan (2006:1), menjelaskan definisi bahasa yaitulanguage can be defined as a socially shared combinations of those symbols and rule governed combinations of those symbols (bahasa dapat didefenisikan sebagai kode yang diterima secara sosial atau sistem konvensional untuk menyampaikan konsep melalui kegunaan simbol-simbol yang dikehendaki dan kombinasi simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan). Pendapat di atas mirip dengan apa yang diungkapkan oleh Tarigan (1989:4), beliau memberikan dua definisi bahasa. Pertama, bahasa adalah suatu sistem yang sistematis, barang kali juga untuk sistem generatif. Kedua, bahasa adalah seperangkat lambang-lambang mana suka atau simbol-simbol arbitrer.

Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi. Kaidah, aturan dan pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk dan tata kalimat. Agar komunikasi yang dilakukan berjalan lancar dengan baik, penerima dan pengirim bahasa harus harus menguasai bahasanya.

(19)

2. Fungsi Bahasa

Menurut Krech dalam Blake dan Haroldsen (2003:6), menetapkan fungsi utama bahasa yaitu:

a. Alat utama dalam berkomunikasi

Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita.

b. Sebagai cermin kepribadian individu dan kebudayaan masyarakat sekaligus, pada gilirannya bahasa membantu membentuk kepribadian dan kebudayaan manusia.

c. Dapat meningkatkan pertumbuhan dan pewarisan kebudayaan, kelangsungan masyarakat dan fungsi pengawasan, serta pengendalian yang efektif dari kelompok kelompok masyarakat.

Menurut Mulyana (2004:242) fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk menanami atau menjuluki orang, Sedangkan menurut Martinet (1987:22) bahasa adalah untuk berkomunikasi. Kemudian bahasa memiliki fungsi lain, pertama bahasa dapat dianggap sebagai penunjang pikiran sehingga kita dapat mempertanyakan apakah kegiatan mental yang kurang menggunakan bahasa patut disebut pikiran. Kedua, bahasa untuk mengungkapkan diri, artinya untuk mengkaji apa yang dirasakan tanpa memperhatikan sama sekali reaksi pendengarannya yang mungkin muncul.

(20)

3. Ragam Bahasa

Macam macam dan jenis jenis ragam/ keragaman bahasa menurut Walija (1996:41) antara lain sebagai berikut :

a. Ragam bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa istilah hukum, bahasa sains, bahasa jurnalistik dan sebagainya.

b. Ragam bahasa pada perorangan atau dialek seperti gaya bahasa mantan presiden Soeharto, gaya bahasa Benyamin S dan sebagainya.

c. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu wilayah atau dialek seperti dialek bahasa Madura, dialek bahasa Medan, dialek bahasa Sunda, dialek bahasa Bali, dialek bahasa Jawa dan sebagainya.

d. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu golongan sosial seperti ragam bahasa orang akademisi berbeda dengan ragam bahasa orang-orang jalanan.

e. Ragam bahasa pada bentuk bahasa seperti bahasa lisan dan bahasa tulisan.

4. Bahasa dan Kultur

(21)

dan antropologis, terutama sociolinguistic, ethnolinguists dan linguistic anthropologists

telah mengkhususkan mengkaji bagaimana cara berbicara bisa berbeda antar komunitas. Cara komunitas menggunakan bahasa adalah bagian dari kultur komunitas tersebut, seperti praktek-praktek lainnya. ia merupakan cara untuk menunjukkan identitas grup. Cara-cara berbicara tidak hanya untuk berkomunikasi, tetapi juga untuk mengidentifikasikan posisi sosial dari pembicara (Wikipedia,2011).

5. Bahasa Lampung

Menurut Sumarsono dan Partama (2002:13) menjelaskan, bahwa yang dimaksud dengan bahasa daerah adalah bahasa sekelompok masyarakat yang tinggal disuatu daerah tertentu yang disebut juga dialek. Perbedaan dialek di dalam sebuah bahasa ditentukan oleh geografis atau region kelompok pemakainya. Karena itu disebut dialek geografis atau dialek regional. Batas batas alam seperti gunung, sungai, laut, hutan dan semacamnya membatasi dialek yang satu dengan dialek yang lain.

Dr Van Royen mengklasifikasikan Bahasa Lampung dalam dua sub dialek, yaitu dialek Belalau atau Dialek Api dan Dialek Abung atau Nyow.

A. Dialek Belalau (Dialek Api), terbagi menjadi:

(22)

Cukuhbalak dan Pulau Panggung. Kota Bandar Lampung di Teluk Betung Barat, Teluk Betung Selatan, Teluk Betung Utara, Panjang, Kemiling dan Rajabasa. Banten di Cikoneng, Bojong, Salatuhur dan Tegal dalam Kecamatan Anyer, Serang.

2. Bahasa Lampung Logat Krui dipertuturkan oleh Etnis Lampung di Pesisir Barat Barat yaitu Kecamatan Pesisir Tengah, Pesisir Utara, Pesisir Selatan, Karya Penggawa, Lemong , Bengkunat dan Ngaras.

3. Bahasa Lampung Logat Melinting dipertuturkan masyarakat Etnis Lampung yang ber-tempat tinggal di Kabupaten Lampung Timur di Kecamatan Labuhan Maringgai, Kecamatan Jabung, Kecamatan Pugung dan Kecamatan Way Jepara.

4. Bahasa Lampung Logat Way Kanan dipertuturkan masyarakat Etnis Lampung yang bertempat tinggal di Kabupaten Way Kanan yakni di Kecamatan Blambangan Umpu, Baradatu, Bahuga dan Pakuan Ratu.

5. Bahasa Lampung Logat Pubian dipertuturkan oleh Etnis Lampung yang berdomosili di Kabupaten Lampung Selatan yaitu di Natar, Gedungtataan dan Tegineneng. Lampung Tengah di Kecamatan Pubian dan Kecamatan Padangratu. Kota Bandar Lampung Kecamatan Kedaton, Sukarame dan Tanjung Karang Barat.

6. Bahasa Lampung Logat Sungkay dipertuturkan Etnis Lampung yang berdomisili di Kabupaten Lampung Utara meliputi Kecamatan Sungkay Selatan, Sungkai Utara dan Sungkay Jaya.

7. Bahasa Lampung Logat Jelema Daya atau Logat Komring dipertuturkan oleh masyarakat Etnis Lampung yang berada di Muara Dua, Martapura, Komring, Tanjung Raja dan Kayu agung di Provinsi Sumatera Selatan.

(23)

1. Bahasa Lampung Logat Abung Dipertuturkan Etnis Lampung yang yang berdomisili di Kabupaten Lampung Utara meliputi Kecamatan Kotabumi, Abung Barat, Abung Timur dan Abung Selatan. Lampung Tengah di Kecamatan Gunung Sugih, Punggur, Terbanggi Besar, Seputih Raman, Seputih Banyak, Seputih Mataram dan Rumbia. Lampung Timur di Kecamatan Sukadana, Metro Kibang, Batanghari, Sekampung dan Way Jepara. Lampung Selatan meliputi desa Muaraputih dan Negararatu. Kota Metro di Kecamatan Metro Raya dan Bantul. Kota Bandar Lampung meliputi Kelurahan Labuhanratu, Gedungmeneng, Rajabasa, Jagabaya, Langkapura, dan Gunung agung (Kelurahan Segalamider).

2. Bahasa Lampung Logat Menggala dipertuturkan masyarakat Etnis Lampung yang bertempat tinggal di Kabupaten Tulang Bawang meliputi Kecamatan Menggala, Tulang Bawang Udik, Tulang Bawang Tengah, Gunung Terang dan Gedung Aji(Pubianartikel, 2010).

Sedangkan Van der Tuuk mengklasifikasikan Bahasa Lampung dalam dua sub dialek, Dialek Pubian dan Dialek Abung.

A. Masyarakat pengguna bahasa Lampung dialek A/Pubian/Api

1. Bahasa Lampung Pubian digunakan oleh Etnik Lampung yang ada di sebagian Kabupaten Pesawaran, sebagian Kabupaten Lampung Selatan, sebagian Kabupaten Lampung Tengah, sebagian Kabupaten Tanggamus, dan sebagian Kota Bandar Lampung.

(24)

3. Bahasa Lampung Sungkai mayoritas digunakan oleh Etnik Lampung yang ada di Kabupaten Lampung Utara, yang meliputi Kecamatan Sungkai Selatan (Ketapang) dan Sungkai Utara (Negara Ratu) beserta pemekaran dua kecamatan tersebut.

4. Bahasa Lampung Pemanggilan Jelema Daya digunakan oleh mayoritas etnik yang ada di Muaradua, Martapura, Komering Ilir, serta daerah Kayuagung yang memasuki Provinsi Sumatra Selatan.

5. Bahasa Lampung Pesisir digunakan oleh Etnik Lampung yang ada pada sebagian Kota Bandar Lampung, sebagian Kabupaten Lampung Selatan, sebagian Kabupaten Lampung Barat, sebagian Kabupaten Tanggamus. Bahasa Lampung Pesisir juga banyak digunakan di sekitaran Danau Ranau yang berbatasan dengan Provinsi Sumatra Selatan, daerah luar Provinsi Lampung lainnya seperti di Cikoneng, Bojong, Salatuhur, dan Tegal.

6. Bahasa Lampung Way Kanan mayoritas digunakan oleh Etnik Lampung yang ada di Kabupaten Way Kanan.

b. Masyarakat pengguna Bahasa Lampung dialek O/Abung/Nyow

1. Bahasa Lampung Abung digunakan oleh Etnik Lampung yang ada di sebagian Kota Bandar Lampung, sebagian Kabupaten Lampung Selatan, Sebagaian Kabupaten Lampung Tengah, Sebagian Kabupaten Lampung Utara, sebagian Kabupaten Lampung Timur, dan sebagian Kota Metro.

2. Bahasa Lampung Menggala atau bahasa Lampung Tulangbawang mayoritas digunakan oleh etnik Lampung yang ada di Kabupaten Tulang Bawang(Pubianartikel, 2010).

(25)

Beberapa terminologi dasar dari sebuah teori bahasa diantaranya:

1. Alphabet

2. Concatination / penyambungan

3. String

Dalam teori bahasa, Istilah huruf = karakter = simbol dan istilah kalimat = kata =string.

a. Simbol / huruf / karakter

merupakan sebuah elemen alphabet yang memiliki makna unik /tunggal, misalnya simbol A dan simbol B yang memiliki makna berbeda.

Dalam Tesaurrus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (2008:459), simbol diartikan sebagai ikon, karakter, lambang, logo, markah, representasi, sinyal, tanda. Simbol adalah kata serapan yang berpadanan dengan kata Indonesia lambang. Simbol ataupun lambang adalah suatu konsep yang berada di dunia ide atau pikiran kita (Chaer, 2002:38). Rahmanto (Sumarto,1984:133) membedakan tiga simbol bahasa, yaitu (1) simbol universal berkaitan dengan arketipus, misalnya tidur sebagai lambang kematian; (2) Simbol kultural yang melatarbelakangi suatu kebudayaan tertentu; dan (3) Simbol individual di pakai ke dalam studi bahasa masyarakat dan lingkungan. Dalam kajian ini simbol yang akan dikaji adalah simbol universal yang berkaitan dengan arketipus.

b. Alphabet

Dilambangkan dengan huruf capital miring, alphabet adalah himpunan tak kosong yang berhingga dari simbol simbol.

(26)

Kata merupakan dereten simbol simbol dari suatu alphabet (Triyanto, 2011)

D. Tinjauan Tentang Pembelajaran Bahasa

Manusia pada hakikatnya adalah homo socius atau mahluk sosial. Maka manusia akan hidup berkembang secara normal dan wajar hanya apabila dia bersama dengan lingkungan sosialnya. Orang mungkin berargumentasi bahwa secara kodrati seorang anak diperangkati dengan kemampuan berbahasa. Memang benar demikian adanya namun kemampuan dasar yang diberikan tuhan tidak pernah tumbuh berkembang wajar kalau tidak dibiarkan berada dalam suasana dan lingkungan sosial yang wajar. Banyak ahli ilmu bahasa terapan terutama yang benyak berkiprah dalam hal ikhwal pembelajaran bahasa, memperhatikan hasil percobaan menuasia itu dalam mengembangkan teorinya.

Ada beberapa model pembelajaran bahasa yang biasa diterapkan guru, yaitu : model pembelajaran komunikatif, silent way, total physical response, community language learning, dan grammar translation method. Setiap pendekatan dan model pembelajaran bahasa berkembang sesuai dengan perkembangan jaman dan saling terkait satu sama lain. Masing-masing berkembang seiring dengan kerangka teori bahasa dan teori pembelajaran bahasa yang dianutnya. Maka. orang awam lalu tidak mudah mengerti pendekatan, metode, dan tehnik belajar bahasa yang paling tepat untuk belajar bahasa.

(27)

mempertimbangkan, dan memperhitungkan keadaan sosial kultural yang berlaku lokal terlebih untuk anak-anak usia belajar paling efektif adalah sejak usia 2 tahun sampai menjelang masa pubernya. Model pembelajaran bahasa yang bersifat elektis inilah yang paling tepat diterapkan. Oleh karena itu, tidak perlu memaksakan pendekatan, metode dan tehnik tertentu karena bila terlalu dipaksakan, jangankan tingkat keberhasilan yang gemilang seperti yang dibayangkan, orang malah tidak dapat berbicara secara normal dan wajar.

Banyak contoh yang bisa kita temui di sekitar kita tentang penerapan model pembelajaran yang terlalu dipaksakan untuk mengikuti satu jenis model pembelajaran yang dianggap tepat namun akhirnya malah menjadi boomerang bagi anak. Peran aktif orang tua dan orang-orang terdekat juga sangat berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan penguasaan bahasa ( jogjacamp, 2010).

E. Tinjauan Tentang Pelajar

Sebutan pelajar diberikan kepada peserta didik yang sedang mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran untuk mengembangkan dirinya melalui jalur, jenjang dan jenis pendidikan. Peserta didik dalam arti luas adalah orang yang terkait dengan proses pendidikan sepanjang hayat, sedangkan dalam arti sempit adalah setiap siswa yang belajar disekolah (Sinolungan, 1997).

F. Kerangka Pemikiran

(28)

Jalur formal lewat pendidikan di sekolah bisa menjadi langkah efektif. Bahasa Lampung mesti terus diperkenalkan di sekolah sehingga akhirnya bisa difungikan dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa Lampung saat ini hampir tidak ditemui lagi. Masyarakat lebih memilih menggunakan Bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari. Bahkan, baik para pelajar maupun orang dewasa, bahasa pergaulan dari Jakarta sering diadopsi,

Demikian pula yang terjadi di Lampung. Kian ramainya masyarakat pendatang yang bermukim disini, tak pelak membuat Bahasa Lampung semakin bergeser dan terancam punah. Terbukanya peluang bagi masyarakat daerah lain khususnya Jawa, untuk masuk ke Lampung setidaknya disebabkan letak geografis Provinsi Lampung sebagai pintu gerbang pulau Sumatera. Dampaknya bagi orang Lampung khususnya yang bermukim di daerah perkotaan menjadi minoritas. Artinya, walaupun mereka ulun Lampung tetapi tidak memungkinkan untuk berokunikasi dengan lingkungan sekitarnya yag jelas-jelas tidak bisa berbahasa Lampung. Wajar jika mereka tidak pernah menggunakan Bahasa Lampung.

(29)

Skema Kerangka Pemikiran

Hambatan Sosialisasi Bahasa

Lampung di Kalangan Pelajar

Internal

Eksternal

Dalam Diri

1.

Rasa Malu

2.

Minat Siswa

Lingkungan

1. Keluarga 2. Sekolah 3. Pergaulan

(30)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini digunakan oleh peneliti karena peneliti menganggap bahwa masalah yang diteliti tidak cukup hanya dikaji menggunakan pendekatan lainnya. Pendekatan ini mengarah kepada keadaan- keadaan dan individu-individu secara holistic atau utuh (Bogdan dan Taylor, 1993:220). Karena sifatnya yang menekankan pada makna maka data atau informasi yang ditunjang penelitian kualitatif dapat berbentuk gejala yang sedang berlangsung, ingatan, pendapat atau praktis dan lain-lain, oleh karena itu analisis isi lebih penting. Sehingga pada penelitian ini perlu penggambaran atau pendeskripsian runut yang jelas dan sesuai dengan data yang di dapat di lapangan.

B. Fokus Penelitian

Agar penelitian ini mendapatkan data yang valid dan dapat lebih terfokus, maka peneliti merumuskan batasan-batasan yang harus di perhatikan pada saat berlangsungnya penelitian. Seperti yang dikemukakan Bogdan dan Taylor (1993:220), fokus penelitian dalam penelitian ini adalah:

(31)

Salah satunya adalah faktor dalam diri remaja itu sendiri, misalnya adanya rasa malu yang timbul dikarenakan logat dalam Bahasa Lampung yang menurut suku lain terdengar sangat aneh kemudian rendahnya minat siswa dalam mempelajari Bahasa Lampung. b. Faktor Eksternal

Salah satunya adalah faktor lingkungan yang terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

1. Keluarga

Dalam berkomunikasi di lingkungan keluarga, Bahasa Lampung sudah jarang digunakan oleh antar anggota keluarga, karena Bahasa Indonesia sudah menjadi bahasa sehari-hari khususnya keluarga yang tinggal di perkotaan.

2. Sekolah

Dalam lingkungan sekolah Bahasa Lampung bukan merupakan suatu pelajaran yang wajib diterapkan di sekolah-sekolah. Kemudian guru-gurunya yang masih kurang menguasai materi Bahasa Lampung.

3. Lingkungan Pergaulan

sehari-hari. Apalagi di keluarga sudah jarang menggunakan Bahasa Lampung kemudian di sekolah juga Bahasa Lampung kurang di kuasai sehingga remaja itu sendiri kurang paham dalam penggunaan Bahasa Lampung.

C. Lokasi Penelitian

(32)

ambil di tempat ini di karenakan selain peneliti merupakan alumni SLTP tersebut juga karena data tentang sosialisasi dan hambatan sosialisasi Bahasa Lampung dilembaga pendidikan ini cukup tersedia sehingga dapat mempermudah dalam proses pengumpulan data dalam penelitian ini.

D. Penetuan Informan

Teknik penentuan informan pada penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling atau pemilihan secara sengaja berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Kriteria informan pada penelitian ini adalah siswa SLTP Nusantara kelas 7,8 dan 9 serta guru yang khusus mengajar pelajaran Bahasa Lampung.

Untuk memudahkan pengumpulan data selanjutnya yang lebih akurat, peneliti meenggunakan cara snowball yaitu melalui informasi yang di berikan oleh informan sebelumnya yang sudah di wawancarai. Keuntungan yang diperoleh melalui sistem ini adalah peneliti tidak mengalami banyak kesulitan untuk menetukan informan yang akan di wawancarai, karena data mengenai siapa saja orang yang di anggap bisa memberi informasi tentang permasalahan yang di teliti sudah disediakan oleh para informan sebelumnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara Mendalam

(33)

dengan menggunakan pedoman wawancara yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan kepada informan. Hal ini di maksudkan agar pertanyaan yang di ajukan oleh peneliti terarah tanpa mengurangi kebebasan dalam mengembangkan pertanyaan serta suasana tetap terkesan dalam mengembangkan pertanyaan yang dialogis dan informal.

2. Observasi

Teknik ini di gunakan untuk menghimpun keterangan yang di lakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang akan di jadikan objek pengamatan. Teknik ini dapat mendukung data yang di peroleh melalui wawancara, sehingga akan di ketahui apakah data yang di peroleh dari informan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

3. Studi Pustaka

Pengumpulan data yang di gunakan melalui teknik ini di sesuaikan dengan sumber-sumber data yang di peroleh, misalnya berasal dari buku-buku, makalah, surat kabar maupun tulisan ilmiah yang terkait dengan penelitian ini.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan semuanya dapat diinformasikan kepada orang lain.

(34)

1. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari data-data tertulis di lapangan.. Selain itu, reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan dan diverifikasi, cara yang dipakai dalam reduksi data dapat melalui seleksi yang panjang, melalui ringkasan atau singkat menggolongkan kedalam suatu pola yang lebih luas.

2. Penyajian Data (Display)

Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan menganalisis. Penyajian data lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid.

3. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi data)

(35)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian terhadap kedelapan informan tentang hambatan sosialisasi Bahasa Lampung dikalangan pelajar di SLTP Nusantara Bandar Lampung, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Informan merasa malu dalam menggunakan Bahasa Lampung dikarenakan logat Bahasa Lampung itu sendiri membuat orang yang mendengar merasa aneh, bahkan ada yang menertawakan. Tidak hanya itu saja, Bahasa Lampung dianggap bahasa kuno dan tidak gaul. Informan merasa lebih nyaman dan lebih pede dengan menggunakan Bahasa Indonesia, dimana Bahasa Indonesia lebih mendominasi terhadap penggunaan Bahasa Lampung itu sendiri dikalangan pelajar.

2. Di lingkungan keluarga, informan yang bersuku Lampung dalam berkomunikasi antar anggota keluarga jarang sekali ditemukan penggunaan bahasa mereka sendiri. Komunikasi antara orang tua dengan anak paling banyak dilakukan dengan menggunakan Bahasa Indonesia terutama yang tinggal di perkotaan. Kurangnya penerapan Bahasa Lampung dalam lingkungan keluarga membuat seorang anak kurang memahami bahasa sukunya sendiri.

(36)

pada sulitnya siswa menggunakan Bahasa Lampung dalam berkomunikasi. Interaksi yang terjadi lebih kepada interaksi materi kebahasaan Bahasa Lampung dibandingkan kepada bagaimana menggunakan Bahasa Lampung. tentunya banyak faktor yang melatarbelakangi hal tersebut, antara lain latar belakang siswa, keterbatasan media yang sesuai, rendahnya rasa ingin tahu siswa, dan lain-lain.

6.2 Saran

1. Perlu adanya kesadaran bagi para pelajar untuk menggunakan Bahasa Lampung dalam kehidupan sehari-hari agar terjaga kelestarian penggunaan Bahasa Lampung dikalangan generasi penerus bangsa.

2. Agar Bahasa Lampung terus dapat dilestarikan hendaknya dapat dilakukan dengan menerbitkan buku-buku tentang Bahasa Lampung, sehingga dapat menambah wawasan bagi para pelajar khususnya agar lebih memahami Bahasa Lampung dengan baik.

3. Bagi para lembaga-lembaga khususnya dibidang kebudayaan, hendaknya mengadakan olimpiade yang berhubungan dengan kebudayaan Lampung.

(37)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

[image:37.612.109.474.399.619.2]

Pada bab V ini penulis akan memaparkan hasil dari proses wawancara mendalam (indepth interview) dan pengamatan dengan informan-informan yang telah dikumpulkan dan diolah secara sistematis menurut kaidah penulisan yang sesuai dengan panduan dalam metode penelitian. Setelah diadakan penelitian terhadap delapan orang yakni enam orang siswa yang terdiri dari kelas VII, VIII dan IX serta 2 dua orang guru Bahasa Lampung yang menjadi objek kajian penelitian, yang berada di SLTP Nusantara Bandar Lampung. Berikut ini akan dideskripsikan hasil dari penelitian yang berisi tentang profil dan pembahasan mengenai hambatan sosialisasi Bahasa Lampung di kalangan pelajar. Untuk data informan dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini.

Tabel 8. Profil Informan NAMA

INFORMAN

USIA PEKERJAAN SUKU

Rika Rahayu 32 tahun Guru Bahasa Lampung Banten Kholinawati 44 tahun Guru Bahasa Lampung Lampung

Eni 12 tahun Siswi kelas VII Lampung

Reza 12 tahun Siswi kelas VII Jawa

Anggi 13 tahun Siswi kelas VIII Lampung

Ahmad 13 tahun Siswi kelas VIII Lampung

Diah 15 tahun Siswi kelas IX Jawa

Anisa 14 tahun Siswi kelas IX Lampung

A. Profil Informan

(38)

Informan pertama bernama Rika Rahayu, beliau merupakan salah satu guru yang mengajar Bahasa Lampung di SLTP Nusantara Bandar Lampung. Informan lahir di Tanggerang, 15 September 1979. Beliau pernah mengenyam pendidikan di SDN 9 Tanggerang, SLTPN 7 Tanggerang dan SMAN 9 Bandar Lampung, D3 Bahasa Lampung di Universitas Lampung dan S1 Bahasa Indonesia di Universitas Lampung. sebelum ia menjadi guru di SLTP Nusantara Bandar Lampung ia mengajar di Salah satu SD yang ada di daerah pesawaran. Menurutnya, mengajar Bahasa Lampung sangatlah mengasikkan walaupun Bahasa Lampung merupakan pelajaran yang sulit. Apabila ia mengalami kesulitan ia bertanya kepada salah satu rekan sesama guru yang mengajar Bahasa Lampung atau ia tak segan-segan bertanya dengan sepupunya yang bersuku Lampung. Beliau sekarang tinggal di jln. way sekampung, Pahoman Bandar Lampung.

2. Informan 2

(39)

Lampung baik itu Bahasa Lampung yang berdialek A maupun dialek O. Rumah beliau beralamat di Langkapura, kemiling.

3. Informan 3

Informan ketiga bernama Eni Septiani kelahiran Bandar Lampung, 17 September 1999 masih berusia 12 tahun, dan sekarang duduk dikelas 7. Ia dikenal teman-temannya sebagai anak yang pintar, ramah dan senang bergaul. informan merupakan anak ke 4 dari 4 bersaudara. Anak dari pasangan Bunayah dan Susanti, kedua orang tuanya bersuku Lampung (pesisir) ayahnya bekerja sebagai karyawan swasta dan ibunya merupakan guru agama islam di SD Tanjung Agung. Pada tahun 2011 ia resmi menjadi siswi di SLTP Nusantara Bandar Lampung. Informan tinggal di Dr. Harun Kelurahan Kota Baru, Bandar Lampung.

4. Informan 4

(40)

Prestasinya disekolah dibilang sudah cukup baik, ia mendapatkan peringkat 10 besar dikelasnya.

5. Informan 5

Informan kelima yang diwawancarai bernama Anggi Pramesti kelahiran Bandar Lampung, 8 Agustus 1998. Usianya 13 Tahun sekarang duduk dikelas 8, Informan merupakan anak pertama dari 2 bersaudara dari pasangan Sugianto dan Evi Susanti, kedua orangtuanya bersuku Lampung (pubian) ayahnya bekerja sebagai Wiraswasta dan ibunya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Informan beralamat di gg.Mangga kedamaian, Bandar Lampung. Di sekolah ia dikenal teman-temanya sebagai anak yang baik, rajin dan suka menolong teman-temanya di mata wali kelasnya ia dikenal sebagai anak yang pendiam tapi cerdas.

6. Informan 6

(41)

ia dikenal sebagai anak yang periang. Prestasinya disekolah sangat baik nilai rata-rata raportnya diatas 7. Pelajaran yang menjadi favoritnya adalah sejarah, menurutnya pelajaran sejarah itu tidak membosankan dan juga gurunya yang sangat humoris dan suka bercanda.

7. Informan 7

Informan ketujuh yang diwawancarai bernama Diah Kurnia Sari kelahiran Bandar Lampung, 18 Maret 1997. Usianya 15 Tahun, sekarang duduk di kelas 9. Informan merupakan anak ke-5 dari 5 bersaudara dari pasangan alm.Wahidin dan Sartika, ayahnya meninggal sejak ia duduk dikelas 6 SD. ayahnya dulu bekerja sebagai Wiraswasta dan ibunya sebagai ibu rumah tangga. Untuk biaya hidup dan pendidikan, tidak hanya dari ibunya saja tetapi dibantu pula dengan kakak-kakaknya yang sudah bekerja. Kakak pertamanya bekerja sebagai pegawai negeri di kota Bandar Lampung dan kakak keduanya bekerja di bank mandiri sedangkan kakak ketiganya kuliah di perguruan teknokrat dan kakaknya yang terakhir masih sekolah kelas 3 SMA. Informan beralamat di jln.Gajah Mada no.67 Kota Baru Bandar Lampung.

8. Informan 8

(42)

bekerja sebagai polisi dan ibunya bekerja sebagai guru SD. Kedua orang tuanya bersuku Lampung (saibatin). Disekolah ia dikenal sebagai anak yang pintar, dan juga ia merupakan salah satu pengurus OSIS. Prestasinya pun sangatlah membagakan, ia selalu menjadi juara kelas.

B. Hasil Wawancara

Sosialisasi Bahasa Lampung di SLTP Nusantara Bandar Lampung sulit didapatkan, kesulitan yang dialami baik guru maupun siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi adanya rasa malu dalam diri siswa kemudian masih rendahnya minat siswa untuk mempelajari Bahasa Lampung itu sendiri. Faktor lainnya yaitu, faktor eksternal yang meliputi, faktor lingkungan yang terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan pergaulan.

Pada bab ini akan dipaparkan hasil wawancara mendalam (indepth interview) dengan informan-informan yang telah dikumpulkan dan diolah secara sistematis serta menurut tata aturan yang telah diterapkan dalam metode penelitian. Berikut pembahasannya:

(43)

Lampung dan dari SD juga sudah diajarkan karena Bahasa Lampung merupakan l 22 Maret 2012).

Hal yang sama pun diungkapkan oleh Anggi, ia mengatakan bahwa sudah sejak kecil mengenal Bahasa Lampung dikarenakan orang tuanya bersuku Lampung.

k

wawancara dengan Anggi pada tanggal 22 Maret 2012).

Lain halnya dengan Reza dan Diah, mereka merupakan orang Jawa, menurutnya mereka mengenal Bahasa Lampung itu sendiri sejak mereka duduk disekolah dasar.

Lampung sedangkan saya yang bukan orang Lampung mengenal atau tahu Bahasa tanggal 22 Maret 2012).

bukan orang Lampung, tetapi karena sejak SD sudah belajar Bahasa Lampung jadi lama-kelamaan saya agak paham gimana logat bicaranya walaupun saya kurang tau

wawancara dengan Diah pada tanggal 22 Maret 2012).

Seluruh informan mengaku bahwa mereka mengenal dan mengetahui Bahasa Lampung dari sejak kecil dan juga dari SD sudah diperkenalkan Bahasa Lampung. Tetapi, walaupun informan sudah dari kecil mengenal Bahasa Lampung tetapi tidak menuntut kemungkinan mereka paham akan Bahasa Lampung.

(44)

ekternal, yaitu faktor dari luar seprti, faktor lingkungan baik lingkungan keluarga, sekolah maupun lingkungan pergaulan.

1. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor dari dalam individu tersebut. Faktor inilah yang menyebabkan terhambatnya sosialisasi Bahasa Lampung khususnya dikalangan pelajar di SLTP Nusantara Bandar Lampung. Faktor dari dalam misalnya adanya rasa malu dari dalam diri siswa untuk menggunakan Bahasa Lampung serta rendahnya minat siswa untuk mempelajari Bahasa Lampung.

a. Adanya Rasa Malu Dalam Menggunakan Bahasa Lampung

Sebagian besar informan mengaku merasa malu dalam menggunakan Bahasa Lampung dalam lingkungan mereka sehari-hari, dikarenakan menurut mereka Bahasa Lampung itu dianggap bahasa kampung, bahasa kuno dan tidak gaul. Seperti yang dikatakan oleh Eni berikut ini :

Lampung. teman-teman suka ngeledekin katanya Bahasa Lampung itu merupakan Bahasa Kampung, dia orang bilang kalo ngomong make Bahasa Lampung itu dibilang

Sedangkan menurut Anggi, ia mengatakan malu berbahasa Lampung disebabkan logat Bahasa Lampung itu sendiri yang dianggap sangat kasar

ancara dengan Anggi pada tanggal 22 Maret 2012)

(45)

Lampung, mungkin karena logatnya itu ya yang membuat suku lain yang mendengarnya ngerasa (Hasil wawancara dengan Anisa pada tanggal 22 Maret 2012)

Dapat dilihat bahwa sikap malu yang ditimbulkan jika menggunakan Bahasa Lampung itu berasal dari ke-tradisionalan bahasa itu sendiri. Karena Bahasa Lampung itu merupakan bahasa daerah, dan biasanya digunakan oleh orang-orang didaerah yang identik dengan kampung. Maka pelajar dikota tidak mau menggunakannya karena akan dianggap kampungan. Jadi Bahasa Lampung sendiri belum atau tidak menjadi kebanggaan bagi pelajar kota Bandar Lampung Umumnya mereka lebih bangga menggunakan Bahasa Indonesia ataupun Bahasa gaul sekalian biar dianggap gaul.

b. Rendahnya Minat Siswa Dalam Mempelajari Bahasa Lampung

Proses belajar mengajar merupakan suatu rangkaian kegiatan guna menumbuhkan organisasi proses belajar mengajar yang efektif. Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat dua hal yang ikut menentukan keberhasilan yaitu pengaturan proses belajar mengajar, dan pengajaran itu sendiri dan keduanya mempunyai saling ketergantungan satu sama lain. Kemampuan mengatur proses belajar mengajar yang baik akan menciptakan situasi yang memungkinkan anak belajar, sehingga merupakan titik awal keberhasilan proses pengajaran. hambatan yang dialami oleh guru dalam proses belajar mengajar misalnya kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Rika berikut ini:

(46)

pada tanggal 21 Maret 2012).

Sama halnya dengan Ibu Rika, menurut Ibu Kholina yang menjadi kendala dalam sosialisasi Bahasa Lampung yaitu adanya rasa malas dari siswa itu sendiri. Misalnya, dalam hal mengerjakan tugas. Menurutnya, karena faktor kurangnya pengetahuan siswa tentang Bahasa Lampung sehingga siswa tidak rajin dalam mengerjakan tugas.

mungkin kendalanya ada dalam diri siswa itu sendiri. Misalnya mereka yang malas-malasan dalam mengerjakan soal, karena masih banyak siswa yang kurang mengerti. Siswa itu paling Kholina pada tanggal 21 Maret 2012).

2. Faktor Eksternal

Selain faktor internal, adapula faktor eksternal yang menjadi hambatan dalam sosialisasi Bahasa Lampung. faktor eksternal yaitu intensitas pelajar di SLTP Nusantara Bandar Lampung didalam berkomunikasi menggunakan Bahasa Lampung di lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan pergaulan.

a. Lingkungan Keluarga

1. Kurangnya Sosialisasi Penggunaan Bahasa Lampung Dalam Keluarga

(47)

Lampung dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang diungkapkan oleh Ahmad berikut ini:

dalam berkomunikasi dengan keluarga, orang tua kan memahami kalo kita hidup dikota, dimana masyarkat kota Bandar Lampung itu kan bersifat heterogen, pergaulan anak-anak mereka gak sesama orang Lampung saja tetapi dengan banyak suku, jadi orang tua gak nuntut anaknya menggunakan Bahasa Lampung, tetapi kalo orang tua ngomong make Bahasa Lampung saya ngerti artinya

dikit-pada tanggal 22 Maret 2012).

Hal yang sama pun diungkapkan oleh Anggi, yang mengatakan bahwa sangat sulit berbicara atau berkomunikasi menggunakan Bahasa Lampung, hal tersebut karena tidak terbiasanya menggunakan Bahasa Lampung dalam keluarga.

berbicara dengan menggunakan Bahasa Lampung, jadi kalo saya berkomunikasi dengan keluarga ya menggunakan Bahasa Indonesia biar lebih gampang. Abisnya kalo mau tanggal 22 Maret 2012).

Jadi, dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa para informan khususnya yang bersuku Lampung itu sendiri, mereka tidak terlalu dituntut untuk menggunakan Bahasa Lampung. Hal ini dikarenakan karena orang tua informan mengerti keterbatasan anak-anaknya dalam hal pemahaman Bahasa Lampung, apalagi Bahasa Lampung memiliki keberagaman dialek.

2. Siswa Lebih Sering Menggunakan Bahasa Indonesia Dalam Berkomunikasi

(48)

-hari, bahasa yang saya gunakan lebih kepada Bahasa Indonesia,karena lebih mudah aja dan orang yang kita ajak bicara jadi dapat

Anisa pada tanggal 22 Maret 2012)

Dalam penggunaan bahasa, umumnya siswa terpengaruh banyaknya etnik yang ada di kota Bandar Lampung. Dengan keragaman etnik tersebut membuat Bahasa Indonesia lebih efektif digunakan dibandingkan dengan Bahasa Lampung. Hal ini diungkapkan oleh Eni:

keliatan kuno nya. Jadi saya lebih memilih menggunakan Bahasa Indonesia dalam ra dengan Eni pada tanggal 22 Maret 2012)

Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang paling dominan digunakan, bahkan Bahasa Indonesia sudah diketahui sejak kecil. Karena sudah terbiasanya menggunakan Bahasa Indonesia membuat Bahasa daerah khususnya Bahasa Lampung menjadi terpinggirkan dan semakin jarang digunakan masyarakat kota Bandar Lampung, tidak terkecuali para pelajar di Bandar Lampung. Seperti yang diungkapkan oleh Ahmad berikut ini:

i sehari-hari, dengan Ahmad pada tanggal 22 Maret 2012)

(49)

3. Perbedaan Dialek Yang Menyebabkan Terhambatnya Komunikasi

Bahasa Lampung yang terdiri dari 2 dialek yaitu dialek A dan O membuat sebagian informan mengaku kurang memahami Bahasa Lampung itu sendiri. Beberapa informan yang bersuku Lampung pun mengaku kesulitan untuk memahami karena perbedaan dialek tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Ahmad:

kecil saya memang hanya mengerti Bahasa Lampung yang berdialek A, walaupun sudah belajar tentang dialek O di sekolah, saya tetap kurang paham daripada dialek A sendir( (Hasil wawancara dengan Ahmad pada tanggal 22 Maret 2012).

Permasalahan yang dihadapi siswa yaitu sulitnya untuk menguasai Bahasa Lampung dalam dua dialek. Terlebih informan tidak hanya yang beretnis Lampung saja tetapi ada juga yang beretnis non-Lampung, yang beretnis Lampung pun jarang yang dapat berbahasa Lampung. Tentunya hal tersebut semakin menambah kesulitan siswa dalam berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Lampung.

( Hasil wawancara dengan Diah pada tanggal 22 Maret 2012).

Dengan adanya perbedaan diantara kedua dialek tersebut mengakibatkan terhambatnya komunikasi dengan menggunakan Bahasa Lampung sebagai bahasa daerah masyarakat Lampung.

(50)

Informan mengaku bahwa sangat sulit berbicara atau berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Lampung, hal tersebut karena kurang terbiasanya siswa menggunakan Bahasa Lampung dalam lingkungan keluarga. Kemudian sejak kecil Bahasa Lampung tidak digunakan dengan baik sehingga mempengaruhi kefasihan siswa dalam melafalkan Bahasa Lampung. seperti yang diungkapkan Eni berikut ini:

saudara-saudara pake Bahasa Lampung, ngerti sih artinya dikit-dikit tapi kalo saya wawancara dengan Eni pada tanggal 22 Maret 2012).

Sedangkan menurut Reza, Bahasa Lampung dianggap bahasa yang sulit dikarenakan rendahnya minat serta kurangnya pengetahuan terhadap Bahasa Lampung itu sendiri.

Lampung kali ya mbak. Bahasa Lampung itu ribet, karena dialeknya yang beragam itu yang sulit dimengerti. Jadi kalo udah jam pelajaran Bahasa Lampung itu rasanya males

Dalam hal ini adanya keberagaman dialek menyebabkan informan harus lebih ekstra dalam memahami dua dialek tersebut, karena apabila kurang teliti maka bisa tertukar dalam penempatan dialek tersebut. Karena hal itulah yang membuat informan kesulitan dalam memahami kosa-kata Bahasa Lampung.

b. Lingkungan Sekolah

1. Kurangnya Pemahaman Bahasa Lampung

(51)

Adanya keberagaman dialek membuat informan kesulitan dalam memahami Bahasa Lampung, karena kosa-kata dialek A dan dialek O mempunyai arti yang berbeda. Menurut Ibu Rika, beliau lebih memahami dialek A karena dianggap lebih mudah dibandingkan dengan dialek O.

saya pahami itu lebih kepada dialek A, karena dialek A itu menurut saya lebih mudah Maret 2012).

Sedangkan menurut Ibu Kholina, meskipun ia merupakan suku Lampung pubian yang menggunakan dialek A, ia tidak hanya memahami dialek A itu saja, menurutnya ia juga memahami dialek O.

-dikit mengenai Bahasa Lampung. Ibu orang Lampung pubian yang berdialek A, jadi tidak hanya memahami dan menguasai dialek A itu saja tapi Ibu juga sedikit memahami dam menguasai

( Hasil wawancara dengan Ibu Kholina pada tanggal 21 Maret 2012).

Para informan guru mengaku sedikit kesulitan dalam memahami dan menguasai dialek. Informan mengaku lebih memahami dialek A dibandingkan dengan dialek O, karena dialek A dianggap lebih mudah.

2. Sulitnya Menciptakan Sistem Pembelajaran Yang Ideal

Didalam menetukan metode pembelajaran, harus disesuaikan antara pokok bahasan dengan tujuan dari pokok bahasan tersebut. Sehingga pembelajaran Bahasa Lampung akan mempunyai pengaruh besar terhadap siswa. Menurut ibu kholina, situasional kelas yang kondusif pun sangat diperlukan. Apabila kelas tidak kondusif maka materi yang diajarkan pun akan sia-sia.

(52)

dari proses pembelajaran tersebut dan juga harus mampu memberikan pengaruh untuk siswa terhadap apa yang diajarkan setelah siswa mengikuti proses pembelajaran Bahasa Lampung. selain itu harus melihat sejauh mana para siswa mampu menyerap materi yang akan diberikan, sebagai seorang guru harus jeli terhadap keadaan kelas yang akan diajar jangan memaksakan metode pengajaran tanpa melihat situasional kelas sehingga materi yang yang diajarkan akan sia-sia saja. Selain itu saya juga harus mampu melakukan variasi terhadap penggunaan metode pengajaran agar siswa tidak merasa 21 Maret 2012).

Menurut Ibu Rika, ia sudah sangat berpengalaman dalam mengajar, sehingga dalam hal menentukan metode pengajaran informan sudah sangat paham yang mana yang baik untuk diterapkan.

yang akan saya ajarkan, selanjutnya saya juga melihat tujuan dari pokok bahasan tersebut baru kemudian saya menentukan metode seperti apa yang akan saya terapkan. Antara satu pokok bahasan dengan yang lain mempunyai tujuan yang berbeda dari proses pembelajarannya sehingga dalam hal ini saya juga harus mengadaptasikan metode yang akan saya p

wawancara dengan Ibu Rika pada tanggal 21 Maret 2012).

Pada dasarnya semua pokok bahasan yang ada didalam pendidikan Bahasa Lampung secara garis besar sudah sesuai, namun dalam hal metode pengajaran mengalami hambatan, menurut guru situasional kelas menjadi kendala dalam proses belajar mengajar, misalnya murid-murid yang bising membuat konsentrasi baik guru maupun murid-murid yang lain menjadi terganggu.

3. Kurang Memadainya Sarana dan Prasarana Penunjang Pembelajaran Bahasa Lampung

(53)

dan prasarana menjadi kendala dalam proses belajar mengajar di SLTP Nusantara Bandar Lampung. Guru merasa kesulitan untuk mendapatkan media yang bersinergi dengan pembelajaran Bahasa Lampung. Akhirnya guru menjadikan buku pelajaran menjadi salah satu media atau sumber belajar. Dilain pihak, buku pelajaran yang diterbitkan oleh para penerbit banyak pula yang tidak memenuhi kriteria atau aturan kaidah Bahasa Lampung.

-buku penunjang, tapi tidak lengkap. Misalnya kayak kamus tentang Bahasa Lampung, disini tidak tersedia, kalo disekolah negri kan dikasih tapi kalo disini nggak, mungkin karena (Hasil wawancara dengan Ibu Rika pada tanggal 21 Maret 2012).

Secara umum sarana dan prasarana adalah alat penunjang keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan di dalam proses belajar mengajar, karena apabila kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana. Menurut, Ibu Kholina sarana dan prasarana disekolah ini kurang memadai baik buku-buku penunjang maupun alat peraga seperti LCD proyektor guna mempermudah dalam proses belajar mengajar. Berikut ini penuturan beliau:

-buku tentang Bahasa Lampung kurang lengkap disini, kemudian kurangnya alat peraga seperti LCD proyektor, menurut saya kalo disekolah ini ada LCD proyektor mungkin akan tanggal 21 Maret 2012).

(54)

Guru di SLTP Nusantara Bandar Lampung yang peneliti wawancarai terdiri dari suku Jawa dan Lampung. Informan Rika merupakan salah satu guru yan mengajar Bahasa Lampung. Informan bersuku Jawa, dulu merupakan lulusan D3 Bahasa Lampung dan Pendidikan S1 Bahasa Indonesia di UNILA, informan mengaku sudah lama mengajar Bahasa Lampung di Sekolah tersebut. Meskipun ia bukan orang Lampung asli tetapi ia sedikit memahami Bahasa Lampung, karena dulu ia merupakan lulusan D3 Bahasa Lampung, kemudian apabila ia kurang paham mengenai Bahasa Lampung ia tak segan-segan bertanya kepada saudaranya ataupun rekannya yang bersuku Lampung. Berikut pemaparannya:

05. Dulu saya mau mengambil jurusan lain tapi tidak diterima, jadi milih Bahasa Lampung UMPTN, lama-lama ditekuni hasilnya bisa. Saya kan bukan orang Lampung, jadi saya belajar juga ika pada tanggal 21 Maret 2012).

Kemudian Informan kedua bernama Kholinawati, beliau dulu merupakan lulusan pendidikan S1 Bahasa Indonesia di STKIP Bandar Lampung. Informan lebih dulu mengajar Bahasa Lampung dibandingkan dengan Ibu Rika. Informan mengaku sudah 24 Tahun mengajar Bahasa Lampung. Berikut ini pemaparan beliau:

-kira 24 tahun (1987). waktu kuliah ibu enggak ngambil jurusan Bahasa Lampung, Ibu ngajar Bahasa Lampung karena ibu asli Lampung, jadi seluk beluk Bahasa Lampung maupun adat Lampung ibu

(55)

Dengan jumlah kelas yang cukup banyak dan dengan tenaga pengajarnya yang hanya berjumlah 2 orang membuat proses belajar mengajar menjadi kurang efektif.

5. Metode Pembelajaran Yang Kurang Efektif

Menurut sebagian informan metode pembelajaran di sekolah, guru yang tidak hanya sekedar menjelaskan saja tetapi juga mempraktekkannya seperti berbicara dengan menggunakan Bahasa Lampung setiap pelajaran Bahasa Lampung berlangsung.

Kemudian, mempraktekkan penulisan aksara Lampung. Seperti yang di ungkapkan oleh Reza dan Eni berikut ini:

tetapi kami disuruh mempraktekkannya yaitu seperti kami disuruh berbicara dengan menggunakan Bahasa Lampung di kelas dan juga ada praktek penulisan aksara serta praktek menulis pantun dengan menggunakan Bahasa Lampung, menurut saya praktek yang paling sulit itu membuat pantun dengan menggunakan Bahasa Lampung, kita orang

kan sepenuhnya gak paham kosa- n

Reza pada tanggal 22 Maret 2012).

membuat pantun menggunakan bahasa Lampung. Kemudian kita juga disuruh mengartikan wacana, misalnya ada wacana yang berbahasa Lampung terus kita disuruh mengartikannya kedalam Bahasa Indonesia. Menurut saya pembelajaran seperti itu kurang efektif

( Hasil wawancara dengan Eni pada tanggal 22 Maret 2012).

Hal senada pun diungkapkan oleh Anisa, menurutnya metode pembelajaran sepertti itu juga sudah ia rasakan sejak duduk dikelas 7.

(56)

Lampung kan bisa menjadi lebih fasih dalam berbicara dengan menggunkan Bahasa Lampung, tapi kalo yang bersuku non-Lampung mungkin mereka akan mengalami kesulitan karena mereka gak paham

kosa-dengan Anisa pada tanggal 22 Maret 2012).

Dengan metode pembelajaran yang seperti itu harusnya murid menjadi lebih paham tetapi kenyataannya malah sebaliknya, murid merasa kesulitan sehingga tidak ada ketertarikan murid-murid untuk belajar Bahasa Lampung secara lebih ekstra.

c. Lingkungan Pergaulan

1. Adanya Keberagaman Etnis Dilingkungan sekitar

Adanya kemajemukan etnik yang ada di kota Badar Lampung, serta pergaulan perkotaan telah membuat remaja khususnya para pelajar memiliki budaya sendiri yang mereka jalani di masyarakat perkotaan. Hal ini membuat orang tua mereka tidak memaksakan kepada mereka untuk menggunakan Bahasa Lampung. seperti yang diungkapkan oleh Eni berikut ini:

baik itu di rumah maupun di luar rumah. Orang tua saya gak ngeharusin kok anak-anaknya buat ngomng make Bahasa Lampung, dan juga karena lingkungan disekitar tanggal 22 Maret 2012).

(57)

sekaligus tetangganya ada yang bersuku Lampung saibatin tidak menggunakan Bahasa Lampung dalam berkomunikasi. Karena menurutnya, Bahasanya memiliki perbedaan. Sehingga di lingkungan tempat tinggal Ahmad lebih memilih Bahasa Indonesia sebagai alat untuk berkomunikasi.

i lingkungan tempat tinggal saya enggak hanya ada orang Lampung saja, melainkan suku Jawa, Palembang,dll. Walaupun ada juga yang sukunya sama dengan saya, sama-sama lampung pesisir dia juga enggak ngerti sama Bahasa Lampung pesisir. Terus teman saya juga ada orang sai batin, kalo kita ngomong make Bahasa Lampung kan gak mungkin, karena dari dialek aja udah beda. Kalo dari dialeknya aja udah beda ya artinya atau Maret 2012).

C. Pembahasan

1. Respon Guru Terhadap Sosialisasi Bahasa Lampung

Pengajaran Bahasa Lampung sebagai muatan lokal di SLTP Nusantara Bandar Lampung tidak dapat dilaksanakan secara optimal karena apa yang diajarkan di sekolah tidak ditunjang oleh lingkungan sebagai sumber belajar mengajar Bahasa Lampung sebagai muatan lokal, sehingga tujuan-tujuan yang telah direncanakan tidak dapat direalisasikan secara utuh dalam pembelajaran.

(58)

dipikirkan terlebih dahulu pendekatan apa yang akan dipakai dan disesuaikan dengan kondisi siswa.

Berkaitan dengan pembelajaran Bahasa Lampung, apabila siswa telah memiliki kesadaran bahwa mereka perlu belajar Bahasa Lampung demi kelangsungan dan kelestarian budaya mereka, maka hal itu adalah langkah awal untuk keberlangsungan pemeliharaan Bahasa Lampung. Selanjutnya, mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya untuk menggapainya.

Mengingat hal tersebut, penerapan pendekatan konstektual adalah sesuatu yang sangat tepat dilaksanakan. Hal tersebut dalam upaya pemberian arahan pada siswa bahwa Bahasa Lampung yang mereka pelajari akan berguna bagi hidupnya dan memberikan penciptaan rasa menyenangi pelajaran Bahasa Lampung serta mengantarkan siswa untuk berpendapat bahwa ternyata pelajaran Bahasa Lampung merupakan pelajaran yang menarik, mudah diterima, dan dapat mempertahankan keberlangsungan Bahasa Lampung didaerah Lampung.

(59)

Guru memegang peranan penting dalam penciptaan interaksi pembelajaran yang aktif. Dalam hal ini penciptaan situasi, guru merasa kesulitan dalam mengajak siswa untuk menggunakan Bahasa Lampung, maka yang terjadi h

pembelajaran dengan menggunakan Bahasa Lampung, yang selanjutnya tanpa ada konvensi siswa beralih menggunakan Bahasa Indonesia. Dengan demikian, hasil belajar belum sesuai dengan tuntutan tujuan pembelajaran Bahasa Lampung.

2. Respon Siswa Terhadap Sosialisasi Bahasa Lampung

Bahasa Indonesia adalah bahasa pengantar yang paling efektif untuk mempersatukan berbagai macam etnis yang ada di Indonesia. Tidak terkecuali kota Bandar Lampung yang memiliki beragam etnis. Dengan keberagaman etnis tersebut seharusnya secara tidak langsung dapat meningkatkan penggunaan Bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari di kota Bandar Lampung. Dengan meningkatnya penggunaan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa sehari-hari, membuat bahasa lokal khususnya Bahasa Lampung semakin terpinggirkan dan semakin jarang dipakai atau digunakan masyarakat kota Bandar Lampung terutama dikalangan pelajar.

Pelajaran Bahasa Lampung memang sudah lama menjadi muatan lokal (mulok) disekolah Dasar dan menengah di Provinsi Lampung. Namun, sejauh ini upaya pewarisan Bahasa Lampung kepada pelajar di Lampung mengalami hambatan yang sangat besar.

(60)

lingkungan yang ada disekelilingnya hanya pada lingkungan pembelajaran kelas Bahasa Lampung saja, siswa dapat terlibat didalamnya, diluar dari itu siswa sama sekali tidak tertunjang untuk meningkatkan kemampuannya dalam pembelajaran Bahasa Lampung.

Berdasarkan analisa data dan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap informan yakni siswa di SLTP Nusantara Bandar Lampung, pada umumnya siswa belum menyadari betapa pentingnya adat dan budaya Lampung, menurut informan itu hanya diperuntukkan bagi orang tua saja, sedangkan informan cukup mengetahui saja akan adat dan kebudayaan mereka. Dengan tidak adanya tuntu

Gambar

Tabel 8. Profil Informan
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Hidupnya bahasa karena ditemukannya teori bahasa yang baru dan banyaknya perbendaharaan kata baru dalam bahasa yang bersumber dari bahasa itu sendiri, baik dari bahasa asing

interpensi dari bahasa lain, ataukah karena prilaku penutur yang dianggap kolot jika ia mengkomunikasikan Bahasa itu sendiri, atau karena perkembangan ilmu pengetahuan dan

Oleh sebab itu, perbandingan kedua-dua sekolah ini membawa kepada skala yang lebih besar terhadap kajian siktaksis Arab yang lebih bermakna dalam bidang kajian bahasa Arab Oleh

Penelitian ini sendiri dilakukan untuk menganalisis sikap konsumen terhadap keputusan dalam membeli jeruk lokal dan jeruk impor di Bandar Lampung, menganalisis

Manakala persepsi murid-murid Cina menunjukkan mereka juga mempunyai masalah dalam pembelajaran bahasa Melayu iaitu sikap dan minat mereka sendiri terhadap

Berkenaan dengan faktor yang berasal dari dalam (internal) yang bisa mempengaruhi keharmonisan rumah tangga bisa dilihat dari sikap dan sifat seorang istri terhadap suaminya

43 PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA INGGRIS PADA PERSONAL SELLING DI SMK PALAPA BANDAR LAMPUNG Hajjah Zulianti1, Dian Windriani2, Dyanti Mahrunnisya3, Ferditha Apriliana Puteri4, Anisa

75 SOSIALISASI PROFIL PELAJAR PANCASILA MELALUI PENGGUNAAN BAHAN AJAR DI SMP NEGERI 22 BANDAR LAMPUNG Fitriana Rahmawati1, Elvandri Yogi Pratama2, Wawat Suryati3, Destia Rini4,