BSTRK
EFISIENSI DESIN SUMUR RESPN BERDSRKN HSIL UJI PERMEBILITS LPNGN DIKELURHN BERINGIN JY KECMTN KEMILING DENGN PERMUKN TNH YNG
BERBED
Oleh
M QLI
erbedaan elevasi dapat menyebabkan terjadinya gradien hidrolik yang cukup tinggi dan menyebabkan terjadinya rembesan. Bila air rembesan mengalir dari lapisan dengan butiran yang lebih halus menuju lapisan yang kasar, kemungkinan terangkutnya bahan butiran yang lebih halus lolos melewati bahan yang lebih kasar tersebut dapat terjadi. Sifat tanah yang memungkinkan air melewatinya pada berbagai laju alir disebut permeabilitas tanah. ada penelitian ini menghitung nilai koefisien permeabilitas, dan kemudian menentukan jumlah sumur resapan yang efisien
Sampel tanah yang diuji pada penelitian ini yaitu tanah lempung yang berasal dari erumahan Kedaung, Kelurahan Beringin Jaya, Kecamatan Kemiling, Bandar Lampung. enelitian ini dilakukan untuk menentukan jumlah efisien sumur resapan yang akan dibuat dengan nilai hasil uji permeabilitas lapangan dengan alat yang telah dimodifikasi. Berdasarkan pemeriksaan sifat fisik tanah asli, mengklasifikasikan sampel tanah pada kelompok tanah berlempung, sedangkan USCS mengklasifikasikan sampel tanah sebagai tanah lempung dan termasuk ke dalam kelompok CL.
BSTRCT
EFFICIENCY BY DESIGN BSORBSION WELLS FIELD TEST RESULTS PERMEBILITY IN VILLGE BERINGIN JY KEMILING DISTRICT WITH
DIFFERENT SURFCE SOIL By
AQLI
he difference in elevation can cause the hydraulic gradient is quite high and cause seepage. When the flow of seepage water layer with a finer grain to the layer of coarse, granular material terangkutnya possibility that more subtle pass through the coarser material can occur. he nature of the soil that allows water to pass through at different flow rates is called the permeability of the soil. In this study to calculate the coefficient of permeability, and then determine the number of recharge wells efficient.
Soil samples were tested in this study are derived from clay Kedaung Housing, Village Banyan Jaya, District Kemiling, Bandar Lampung. his study was conducted to determine the efficient amount of recharge wells that will be created with the value of the field permeability test results with tools that have been modified. Based on the examination of the physical properties of the original soil, classify soil samples in group argillaceous soil, while USCS classified as clay soil samples and included in the CL group.
he results of the analysis and calculations were performed, the field permeability coefficient obtained x 1.06863 - 1.83723 x cm / sec. Research conducted in the laboratory for comparison, obtained 2.2507 x 10-7 - 3.6638 x 10-7. his indicates that the value of the coefficient of permeability between field and laboratory tidah too much difference. Permeability coefficient values were used to calculate the amount of recharge wells that efsien. In making effective absorption wells are numbered 2 pieces with a diameter of 1.5 meters and a depth of 3 meters
FISINSI DSAIN SUMUR RSAPAN BRDASARKAN
HASIL UJI PRMABILITAS LAPANGAN DIKLURAHAN
BRINGIN JAYA KCAMATAN KMILING DNGAN
PRMUKAAN TANAH YANG BRBDA
leh
M. AQLI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
Sarjana Teknik
Pada
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Lampung
FAKULTAS TKNIK
UNIVRSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 4 Oktober 1990. Merupakan anak pertrama dari empat bersaudara dari keluarga Bapak Ahmad Latif dan Ibu Femmi Aryani S.Pd.
Penulis memulai jenjang pendidikan dari Taman Kanak-Kanak Al Hidayah pada tahun 1995, SD Negeri I Kebun Jeruk tahun 1996, SLTP N 1 B.Lampung pada tahun 2002, dan SMA N 10 B.Lampung pada tahun 2005.
upersembahkan Skripsi ini untuk :
Ayah dan Ibuku Tercinta
AHMad latif
femmi aryani
Adik Adik ku Tersayang
MUHAMMAD IQBAL RISI ABAR
RAHMADI ROMADHON
idup itu pilihan!
KESALAAN JADIKAN PENGALAMAN
DAN YANG BENAR JADIKAN JALAN
MENUJU KESUKSESAN!
It’s not about what you do in life,
Experience make mistakes and make the corret
ANWACANA
lhamdullilah segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat llah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Hya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi dengan judul “fisiensi Desain Sumur Resapan
Berdasarkan Hasil Uji Permeabilitas Lapangan Dikelurahan Beringin Jaya
Kecamatan Kemiling Dengan Permukaan Tanah yang Berbeda” ini sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini pula secara tulus penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada mereka yang penuh kesabaran dan dedikasi
membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini :
1. Bapak Ir. Idharmahadi dha, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Lampung dan Dosen Pembimbing atas
arahannya dalam penyusunan skripsi ini yang membuat skripsi ini menjadi
lebih baik;
2. Bapak Ir. Setyanto, M.T., selaku Dosen Pembimbing atas waktu dan
kesabarannya selama proses bimbingan, sehingga skripsi ini dapat dibuat
dan diselesaikan juga membuat penulis belajar tentang arti disiplin dan
3. Ibu Dr. Ir. Lusmelia friani, D.E. selaku Dosen Penguji atas kritik
membangun, serta argumentasinya yang mendorong penulis untuk terus
belajar dan penulis yakin beliau melakukannya untuk membuat penulis
menjadi seseorang yang lebih baik;
4. Bapak Sasana Putra, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing kademik
yang telah memberikan kasih sayang, serta pendidikan bagaimana menjadi
seorang mahasiswa yang lugas, tegas, dan bertanggung jawab;
5. Bapak Prof. Dr. Suharno, M.Sc. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Lampung;
6. Seluruh dosen dan karyawan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Lampung, dan dosen-dosen konsentrasi Geoteknik pada
khususnya, untuk segala dedikasinya yang telah membantu penulis dalam
proses pendidikan. Penulis bahkan sadar ucapan terima kasih tidak akan
cukup untuk menggambarkan dedikasi dan pengabdian beliau-beliau
terhadap perkembangan pendidikan penulis;
khir kata, Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan
tetapi dengan sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi kita semua. min.
Bandar Lampung, gustus 2014
Penulis,
UCAPAN TERIMA KAIH
Pada kesempatan ini pula secara tulus penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada keluarga, sahabat sahabat, dan adik adik
yang penuh kesabaran dan dedikasi membantu penulis dalam proses penyelesaian
skripsi ini :
1. Keluarga yang sangat menyayangi saya serta telah membantu memberikan
materi, motivasi, do’a dan dukungan yang penuh sehingga saya dapat
menyelesaikan kuliah dan skripsi ini dengan lancar. Terima kasih kepada
Ibu Femmi ryani yang telah memberikan segalanya dan apapun yang
saya butuh kan (semua jasa mu takkan bisa kulupakan) semoga saya bisa
memberikan yang terbaik untuk ibu. Terima kasih kepada ayah saya yang
telah bekerja keras,selalu berdoa dan membantu saya menyelesaikan
kuliah di teknik sipil unila ini.
2. Sahabat-sahabat yang menemani dalam proses penyelesaikan Skripsi ini:
teman teman 2008 yang masih berjuang di kampus tercinta ,Hafidz Randi
JH(orang terkonyol yang banyak membantu,semoga sukses bo inget orang
bangun pagi), Dedi Ucok Setiawan (orang yang gampang di tipu ), ndrian Hico Hasan (gak da orang ini gak da yang bikin rusuh
dikampus,tapi makasih nay dah banyak bantu gw), bdul ziz al Hakim
(Teman sekamar KKH yang hobby cew** tuttt berentilah jis,semoga cepet
nyusul jis), bdurrohmansyah (yang banyak membantu saat pengambilan
sample), Fuadil umam Fauzi (koko yang sedang bergulat dengan seminar
KP nya), M Juana Fitra (teman seperjuangan yang banyak memnberi
informasi) Pratama Jagar dan kbar Prima (sukses buat KP nya semoga
lancar), Imsaskia dan Lina Puspa (yang selalu memberi semangat) . serta
teman teman 2008 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang tidak
pernah bosan-bosan untuk memotivasi penulis agar terus berusaha (we can
if together friends!!), last but not least.
3. Terima Kasih pula kepada abang abang dan sahabat sahabat saya Rahmat
Setiawan, Wahyu Kurniawan, Rifki ria P, Briana marthandi, hmad
Jadang Rianto (kalian abang dan sahabat terbaik yang selalu memacu,
mengingatkan, memotivasi dan memberikan solusi yang tetrbaik)
4. Seseorang di pulau pisang yang selalu setia selalu mensupport
memperhatikan mengingatkan dan berdo’a yang terbaik uintuk saya.
Terimakasih sudah menunggu untuk waktu yang cukup lama ini Dwi
Hirmala Sari S.Pd..
5. Kurcaci kurcaci di Kantin Macan: Sapto, Jhon, Riko, Muber, Meyfra,
Jimmy, nton, noval, Willi, sebagai adik yang selalu menghibur, selalu
coy,berentilah ngeremehin kuliah kelak lorang bakal nyesel kalo gak
berubah dari sekarang !!!)
6. Teman-teman kostan yang penuh karakter berbeda beda (Edi, Kak
Risky, Jaya, Heru) Terima kasih untuk semua perhatiannya;
7. Mas Pardin, Mas Budi dan Mas ndi untuk segala kebaikan dan
waktu-waktu yang dengan ikhlas beliau berikan untuk membantu penulis dalam
memudahkan urusan-urusan yang sebelumnya terasa rumit;
8. Teman-teman mahasiswa/i angkatan 2008 Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Lampung. Kehadiran kalian membuat semua ini jadi
menyenangkan;
9. Seluruh civitas mahasiswa teknik sipil yang tergabung dalam HIMTEKS
(2013,2012,2011,2010,2009)
Sebagai kata terakhir, penulis hanya ingin sedikit berbagi motto hidup sebagai
mahasiswa : “HIDUP ITU PILIHAN, KEALAHAN JADIKAN
PENGALAMAN DAN YANGH BENAR JADIKAN JALAN MENUJU
KEUKEAN” tas nama cinta dan persaudaraan, hanya senyuman dan
harapan yang penulis bisa haturkan sebagai ucapan terima kasih. Semoga segala
kebaikan menyertai langkah kaki kalian. min.
Bandar Lampung, gustus 2014
Penulis,
AFTAR ISI
alaman DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ...
I. PENDAULUAN ... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Batasan Masalah ... 2
C. Tujuan Penelitian ... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4
A. Tanah ... 4
1. Definisi Tanah ... 4
2. Klasifikasi Tanah ... 6
a. Sistem Klasifikasi Tanah nified ... 7
3. Tanah Lempung... 11
B. ukum Darcy ... 19
C. Permeabilitas ... 20
1. Koefisien Permeabilitas ... 21
2. Uji Permeabilitas Lapangan ... 22
3. Uji Permeabilitas Laboratorium ... 24
D. Pengujian Kadar Air (Water Content)... 27
E. Pengujian Berat Jenis (Spesific Gravity)... 28
F. Pengujian Batas-Batas Atterberg ... 29
1. Pengujian Batas Cair (Liquid Limit) ... 29
G. Pengujian Analisis Saringan (Sieve Analysis)... 30
. Sumur Resapan ... 30
I. Desain Sumur Resapan... 31
J. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 37
III. METODE PENELITIAN ... 39
A. Lokasi... 39
B. Bahan Penelitian... 39
C. Metode Pengambilan sampel... 45
D. Pelaksanaan Pengujian………...………. 46
1. Pengujian di Lapangan……….. 46
2. Pengujian di Laboraturium……… 42
E. Pengujian Permeabilitas di Lapangan... 48
F. Pengujian Kadar Air (Water Content)... 48
G. Pengujian Berat Jenis (Spesific Gravity)... 49
. Pengujian Batas-Batas Atterberg ... 51
1. Pengujian Batas Cair (Liquid Limit) ... 51
2. Pengujian Batas Plastis (Plastis Limit) ... 53
I. Pengujian Analisis Saringan... 54
J. Pengujian Permeabilitas di Laboratorium... 55
K. Pengolahan dan Analisis Data ... 57
1. Pengolahan Data... 57
D. Perbandingan Nilai Permeabilitas Lapangan dengan Nilai
Permeabilitas Laboratorium... 76
E. Perencanaan Sumur Resapan... 78
F. Kedalaman Muka Air Tanah………....……… 78
1. Perhitungan Debit……… 79
2. Penambahan Muka Air Tanah………. 81
3. Desain Rencana Sumur Resapan………. 84
V. PENUTUP ... 89
A. Kesimpulan ... 89
B. Saran ... 91 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-..Lampiran A Surat – Surat Akademik -..Lampiran B asil Uji Tanah Asli
-..Lampiran C asil Uji Permeabilitas di Lapangan -..Lampiran D asil Uji Permeabilitas di Laboratorium -..Lampiran E Foto Pengambilan Sampel Tanah Asli -..Lampiran F Foto Pelaksanaan Uji Tanah Asli
AFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Sistem klasifikasi tanah nified... 8
2. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem nified... 9
3. Sifat Tanah Lempung ... 12
. Struktur Tanah Lempung... 13
5. Nilai-Nilai Khas Dari Aktifitas... 16
6. Batas-Batas Atterberg Untuk Mineral Lempung... 17
7. Nilai Gs Untuk Tiap Mineral Tanah Lempung Lunak ... 17
8. Nilai Angka Pori, Kadar Air, dan Berat Volume Kering pada Tanah Lempung ………..……… 18
9. Harga-Harga Koefisien Permeabilitas Tanah Pada Umumnya ... 22
10. Volume Sumur Resapan Pada Kondisi Tanah Permeabilitas Rendah.. 32
11. Koefisien Limpasan untuk Metode Rasional... 33
12. Nilai Faktor Geometrik Menurut Bentuk Sumur Resapan ……..……… 35
13. Jumlah Sumur Resapan Berdasarkan Nilai Permeabilitas dan Luas Tanah………..……….. 37
1. Perbandingan Nilai Uji Permeabilitas Lapangan dan Laboratorium Pada Tanah Lempung Yang Pernah Dilakukan... 38
5
16. Uji Berat Jenis (Gs)….………. 62
17. Uji Batas-Batas Atterberg... 63
18. Uji Analisa Saringan……….……….. 6
19. Hasil Pengujian Sampel Tanah Asli …...……….……….. 6
20. Hasil Pengujian Permeabilitas Lapangan ... 70
21. Hasil Pengujian Permeabilitas Laboratorium ... 7
22. Perbandingan Nilai Permeabilitas Lapangan dengan Laboratorium .... 77
23.HasilPerhitunganDebitHujan... 81
AFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Dua metode pengujian koefisien permeabilitas di laboratorium…….. 25
. Pinsip Uji Permeabilitas Metode Falling Head………. 27
3. Pipa Besi Berukuran tinggi 45 cm dan diameter 9 cm………. 40
4. Penggaris besi……….... 40
5. Kaca……….. 41
6. Lem perekat(kaca)………. 41
7. Pewarna Besi………. 42
8. Memotong Pipa Besi dengan tinggi pipa 45cm……… 42
9. Memotong diameter pipa besi selebar 2,5 cm sampai ketinggian 30 cm 43 10.Memtong kaca seukuran dengan lubang persegi panjang yang telah di buat di bagian pipa besi………. 43
11.Merekatkan kaca dan pipa besi dengan lem perekat………. 44
1.Memberi warna pada alat permodelan……….. 44
13.Lokasi pengambilan sample……….. 45
14.Lokasi pengambilan tanah lempung………. 4
15.Pembuatan lubang sumur uji dan meletakkan alat uji……….. 47
7
17.Bagan Alir Penelitian……… 59
18. Batas cair ... 5
19. Lubang Sumur Uji ……….……… 9
20. Grafik Nilai Permeabilitas Uji Lapangan ... 71
21. Grafik Nilai Permeabilitas Uji Laboratorium ... 75
22. Luas Bangunan ... 80
23.umur Resapan……… 85
. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
embangunan suatu konstruksi sangat erat kaitannya dengan kondisi fisik dan mekanis dari tanah. Hal ini disebabkan karena tanah merupakan salah satu material yang memegang peranan penting dalam mendukung suatu konstruksi.
Tanah berperan utama pada setiap pekerjaan konstruksi, karena hampir semua bangunan berada di atas atau dibawah permukaan tanah. Sehingga perlu diketahui sifat-sifat tanah terutama bila dilakukan perubahan terhadapnya
2
engujian permeabilitas dilakukan untuk menentukan koefisien permeabilitas. Koefisien permeabilitas tanah lempung dapat dilakukan langsung di lapangan atau dengan cara mengambil contoh tanah lempung di lapangan dengan tabung contoh, salanjutnya dilakukan pengujian permeabilitas di laboratorium.
Dalam pelaksanaannya, sering didapatkan nilai koefisien permeabilitas yang berbeda dari pengujian di lapangan dan pengujian di laboratorium. Hal ini dikarenakan penggunaan metode yang berbeda dan tingkat kesulitan yang tidak sama.
Saat ini belum ada nilai konstanta perbandingan antara uji permeabilitas di lapangan dan di laboratorium untuk tanah lempung. Oleh sebab itu, perlu dilakukan upaya untuk menentukan standar komparasi dari pengujian permeabilitas skala lapangan terhadap pengujian permeabilitas skala laboratorium, agar koefisien yang didapatkan mendekati keadaan yang sebenarnya dan tidak terlalu jauh berbeda.
B. Batasan Masalah
Untuk memberikan hasil yang baik dan terarah dalam penelitian ini, maka permasalahan dibatasi pada :
1. enelitian hanya terbatas pada sifat fisik tanah tidak menganalisis unsur kimia tanah.
3
volume, dan engujian ermeabilitas menggunakan alat modifikasi metode Falling Head.
3. engujian yang di lalukan di lapangan dengan menggunakan alat modifikasi lapangan.
4. Karakteristik tanah yang dipergunakan adalah tanah lempung, yang berasal dari Kecamatan kemiling Kelurahan Beringin Jaya.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui nilai permeabilitas tanah lempung skala lapangan dan skala laboratorium.
2. Menganalisa perbandingan nilai permeabilitas tanah lempung antara uji permeabilitas skala lapangan dengan skala laboratorium.
3. Mendapatkan nilai konstanta perbandingan antara uji permeabilitas di lapangan dan di laboratorium untuk tanah lempung.
. TNJAUAN PUSTAKA
A. Tanah
1. Definisi Tanah
anah menurut teknik sipil dapat didefinisikan sebagai sisa atau produk yang
dibawa dari pelapukan batuan dalam proses geologi yang dapat digali tanpa
peledakan dan dapat ditembus dengan peralatan pengambilan contoh (ampling)
pada saat pemboran (Hendarsin, 2000).
anah membagi bahan-bahan yang menyusun kerak bumi secara garis besar
menjadi dua kategori : tanah (oil) dan batuan (rock), sedangkan batuan
merupakan agregat mineral yang satu sama lainnya diikat oleh gaya-gaya kohesif
yang permanen dan kuat (erzaghi, 1996).
anah adalah akumulasi partikel mineral yang tidak mempunyai atau lemah
ikatan antar partikelnya, terbentuk karena pelapukan dari batuan. Diantara
partikel-partikel tanah terdapat ruang kosong yang disebut pori-pori (void pace)
yang berisi air atau udara (Craig, 1991).
anah juga didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran)
mineral-mineral padat tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari
cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel padat tersebut
(Das, 1995).
anah adalah himpunan mineral, bahan organik dan endapan-endapan yang
relative lepas (looe) yang terletak di atas batu dasar (bedrock) (Hardiyatmo,
H.C., 1992).
Menurut Bowles, tanah adalah campuran partikel-partikel yang terdiri dari
salah satu atau seluruh jenis berikut :
1. Berangkal (boulder), merupakan potongan batu yang besar, biasanya lebih
besar dari 250 mm sampai 300 mm. Untuk kisaran antara 150 mm sampai
250 mm, fragmen batuan ini disebut kerakal (cobble).
2. Kerikil (gravel), partikel batuan yang berukuran 5 mm sampai 150 mm.
3. Pasir (and), partikel batuan yang berukuran 0,074 mm sampai 5 mm,
berkisar dari kasar (3-5 mm) sampai halus (kurang dari 1 mm).
4. Lanau (ilt), partikel batuan berukuran dari 0,002 mm sampai 0,074 mm.
Lanau dan lempung dalam jumlah besar ditemukan dalam deposit yang
disedimentasikan ke dalam danau atau di dekat garis pantai pada muara
sungai.
5. Lempung (clay), partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari 0,002 mm.
Partikel-partikel ini merupakan sumber utama dari kohesi pada tanah yang
6
2. Klasifikasi Tanah
Sistem Klasifikasi anah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah
yang berbeda-beda tapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam
kelompok-kelompok dan subkelompok-kelompok-subkelompok-kelompok berdasarkan pemakaiannya (Das,
1995).
Sistem klasifikasi tanah dimaksudkan untuk menentukan dan
mengidentifikasikan tanah dengan cara sistematis guna menentukan kesesuaian
terhadap pemakaian tertentu dan juga berguna untuk menyampaikan informasi
mengenai kondisi tanah dari suatu daerah ke daerah lain dalam bentuk suatu data
dasar. Klasifikasi tanah juga berfungsi untuk studi yang lebih terperinci mengenai
keadaan tanah tersebut serta kebutuhan akan pengujian untuk menentukan sifat
teknis seperti karakteristik pemadatan, kekuatan tanah, berat isi, dan sebagainya
(Bowles, 1991).
Sistem klasifikasi tanah digunakan untuk mengelompokkan tanah-tanah
sesuai dengan perilaku umum dari tanah pada kondisi fisis tertentu. anah-tanah
yang dikelompokkan dalam urutan berdasarkan suatu kondisi-kondisi fisis
tertentu bisa saja mempunyai urutan yang tidak sama jika berdasarkan pada
kondisi-kondisi fisis yang lainnya (Dunn, 1992).
Kebanyakan klasifikasi tanah menggunakan indek pengujian yang sangat
sederhana untuk memperoleh karakteristik tanahnya. Umumnya klasifikasi
didasarkan atas ukuran partikel yang diperoleh dari analisis saringan (percobaan
7
Sistem klasifikasi tanah yang umum digunakan dalam perencanaan jalan
adalah sebagai berikut :
Sistem nified (nified Soil Classification / SCS)
(USCS) diajukan pertama kali oleh Casagrande dan selanjutnya
dikembangkan oleh United State Bureau of Reclamation (USBR) dan United
State Army Corp of Engineer (USACE). Kemudian American Society for Teting
and Material (ASM) memakai USCS sebagai metode standar guna
mengklasifikasikan tanah. Dalam bentuk yang sekarang, sistem ini banyak
digunakan dalam berbagai pekerjaan geoteknik. Dalam USCS, suatu tanah
diklasifikasikan ke dalam dua kategori utama yaitu :
a. anah berbutir kasar (coare-grained oil), yaitu tanah kerikil dan pasir yang
kurang dari 50% berat total contoh tanah lolos saringan No.200. Simbol
untuk kelompok ini adalah G untuk tanah berkerikil dan S untuk tanah
berpasir. Selain itu juga dinyatakan gradasi tanah dengan simbol W untuk
tanah bergradasi baik dan P untuk tanah bergradasi buruk.
b. anah berbutir halus (fine-grained oil), yaitu tanah yang lebih dari 50%
berat contoh tanahnya lolos dari saringan No.200. Simbol kelompok ini
adalah C untuk lempung anorganik dan O untuk lanau organik. Simbol Pt
digunakan untuk gambut (peat), dan tanah dengan kandungan organik tinggi.
Plastisitas dinyatakan dengan L untuk plastisitas rendah dan H untuk
plastisitas tinggi.
Menurut Bowles, 1991 Kelompok-kelompok tanah utama sistem klasifikasi
8
abel 1. Sistem Klasifikasi anah Unified
Jenis Tanah Prefiks Sub Kelompok Sufiks
Kerikil G Gradasi baik W
Gradasi buruk P
Pasir S Berlanau M
Berlempung C
Lanau M
Lempung C wL < 50 % L
Organik O wL > 50 % H
Gambut Pt
Sumber : Bowles, 1991.
Keterangan :
G = Untuk kerikil (Gravel) atau tanah berkerikil
(Gravelly Soil).
S = Untuk pasir (Sand) atau tanah berpasir (Sandy oil).
M = Untuk lanau inorganik (inorganic ilt).
C = Untuk lempung inorganik (inorganic clay).
O = Untuk lanau dan lempung organik.
Pt = Untuk gambut (peat) dan tanah dengan kandungan
organik tinggi.
W = Untuk gradasi baik (well graded).
P = Gradasi buruk (poorly graded).
9
abel 2. Klasifikasi anah Berdasarkan Sistem Unified
Divisi utama Simbol kelompok Nama umum a
GW Kerikil bergradasi-baik dan campuran kerikil-pasir, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus
GP Kerikil bergradasi-buruk dan campuran kerikil-pasir, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus
Kerikil dengan Butiran halus
GM Kerikil berlanau, campuran kerikil-pasir-lanau
GC Kerikil berlempung, campuran kerikil-pasir-lempung Keriki
SW Pasir bergradasi-baik , pasir berkerikil, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus
10
sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus Pasir
dengan butiran halus
SM Pasir berlanau, campuran pasir-lanau
SC Pasir berlempung, campuran pasir-lempung
anah
ML Lanau anorganik, pasir halus sekali, serbuk batuan, pasir halus berlanau atau berlempung
CL
Lempung anorganik dengan plastisitas rendah sampai dengan sedang lempung berkerikil, lempung berpasir, lempung berlanau, lempung “kurus” (lean clay) OL Lanau-organik dan lempung berlanau organik dengan plastisitas rendah Lanau
dan lempung batas cair ≥ 50 %
MH Lanau anorganik atau pasir halus diatomae, atau lanau diatomae, lanau yang elastis
CH Lempung anorganik dengan plastisitas tinggi, lempung “gemuk” (fat clay)
OH Lempung organik dengan plastisitas sedang sampai dengan tinggi anah-tanah dengan
kandungan organik
sangat tinggi P
Peat (gambut), muck, dan tanah-tanah lain dengan kandungan organik tinggi
Lanjutan abel 2. Klasifikasi anah Berdasarkan Sistem Unified
11
idak memenuhi kedua kriteria untuk GW
Batas-batas Atterberg di bawah garis A atau PI < 4
idak memenuhi kedua kriteria untuk SW
Batas-batas Atterberg di bawah garis A atau PI < 4
Batas-batas Atterberg di atas garis A atau PI > 7
Bagan plastisitas
Untuk klasifikasi tanah berbutir-halus dan fraksi halus dari tanah berbutir kasar
12
Manual untuk identifikasi secara visual dapat dilihat dalam ASM designation D-2488
10
3. Tanah Lempung
anah lempung merupakan partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari
0,002 mm. Partikel-partikel ini merupakan sumber utama dari kohesi di dalam
tanah yang kohesif (Bowles, 1991).
anah lempung adalah tanah yang mempunyai partikel mineral tertentu yang
menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air (Grim, 1953
dalam Darmady, 2009).
anah lempung merupakan tanah yang berukuran mikroskopis sampai dengan
sub mikroskopis yang berasal dari pelapukan unsur-unsur kimiawi penyusun
batuan, tanah lempung sangat keras dalam keadaan kering dan bersifat plastis
pada kadar air sedang. Pada kadar air lebih tinggi lempung bersifat lengket
(kohesif) dan sangat lunak (Das, 1995).
anah butiran halus khususnya tanah lempung akan banyak dipengaruhi oleh
air. Sifat pengembangan tanah lempung yang dipadatkan akan lebih besar pada
lempung yang dipadatkan pada kering optimum dari pada yang dipadatkan pada
basah optimum. Lempung yang dipadatkan pada kering optimum relatif
kekurangan air oleh karena itu lempung ini mempunyai kecenderungan yang lebih
besar untuk meresap air sebagai hasilnya adalah sifat mudah mengembang
11
Sifat–Sifat Tanah Lempung
Sifat yang khas dari tanah lempung adalah dalam keadaan kering dia akan
bersifat keras, dan jika basah akan bersifat lunak plastis, dan kohesif,
mengembang dan menyusut dengan cepat, sehingga mempunyai perubahan
volume yang besar dan itu terjadi karena pengaruh air.
Sifat-sifat yang dimiliki tanah lempung (clay) adalah sebagai berikut
(Hardiyatmo, 2002) :
a. Ukuran butir halus, kurang dari 0,002 mm
b. Permeabilitas rendah
c. Kenaikan air kapiler tinggi
d. Bersifat sangat kohesif
e. Kadar kembang susut yang tinggi
f. Proses konsolidasi lambat
Sifat tanah lempung juga dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut :
abel 3. Sifat anah Lempung
Tanah Sifat Uji Lapangan
Lempung Sangat Lunak Meleleh diantara jari ketika diperas Lunak Dapat diperas dengan mudah Keras Dapat diperas dengan jari yang kuat
Kaku idak dapat diremas dengan jari, tapi dapat di gencet dengan ibu jari
Sangat Kaku Dapat digencet dengan kuku ibu jari Sumber : Mekanika anah 1, R.F CRAIG, 1991
Pada tabel 3 menunjukkan bahwa untuk menguji sifat dari tanah lempung di
12
sampel tanah lempung dengan tangan, apabila tanah tersebut meleleh diantara jari
ketika diperas maka tanah tersebut merupakan tanah lempung yang bersifat sangat
lunak.
Struktur tanah lempung adalah sebagai berikut :
abel 4. Struktur anah Lempung
13
Sumber : Mekanika anah, Braja M. Das (1995)
Sifat Kembang Susut (Swelling) Tanah Lempung
anah-tanah yang banyak mengandung lempung mengalami perubahan
volume ketika kadar air berubah. Perubahan itulah yang membahayakan
bangunan. ingkat pengembangan secara umum bergantung pada beberapa faktor,
14
Secara umum sifat kembang susut tanah lempung tergantung pada sifat
plastisitasnya, semakin plastis mineral lempung semakin potensial untuk
menyusut dan mengembang.
Jenis Mineral Lempung
a. Kaolinite
Kaolinite merupakan anggota kelompok kaolinite erpentin, yaitu hidru
alumino ilikat dengan rumus kimia Al2 Si2O5(OH)4. Kekokohan sifat struktur
dari partikel kaolinite menyebabkan sifat-sifat plastisitas dan daya pengembangan
atau menyusut kaolinite menjadi rendah.
b. Illite
Illite adalah mineral bermika yang sering dikenal sebagai mika tanha dan
merupakan mika yang berukuran lempung. Istilah illite dipakai untuk tanah
berbutir halus, sedangkan tanah berbutir kasar disebut mika hidru.
Rumus kimia illite adalah KyAl2(Fe2Mg2Mg3) (Si4yAly)O10(OH)2.
c. Montmorilonite
Mineral ini memiliki potensi plastisitas dan mengembang atau menyusut yang
tinggi sehingga bersifat plastis pada keadaan basah dan keras pada keadaan
kering. Rumus kimia montmorilonite adalah Al2Mg(Si4O10)(OH)2 xH2O.
1
Menurut Bowles (1989), mineral-mineral pada tanah lempung umumnya
memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1. Hidrasi
Partikel-partikel lempung dikelilingi oleh lapisan-lapisan molekul air yang
disebut sebagai air teradsorbsi. Lapisan ini umumnya mempunyai tebal dua
molekul karena itu disebut sebagai lapisan difusi ganda atau lapisan ganda.
2. Aktifitas
epi-tepi mineral lempung mempunyai muatan negatif netto. Ini
mengakibatkan terjadinya usaha untuk menyeimbangkan muatan ini dengan
tarikan kation. arikan ini akan sebanding dengan kekurangan muatan netto dan
dapat juga dihubungkan dengan aktifitas lempung tersebut. Aktifitas ini
didefinisikan sebagai :
dimana persentase lempung diambil dari fraksi tanah yang < 2 µm. Aktivitas
juga berhubungan dengan kadar air potensial relatif. Nilai-nilai khas dari aktifitas
dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini :
16
Kaolinit 0,4 – 0,5
Illit 0,5 – 1,0
Montmorilonit 1,0 – 7,0
3. Flokulasi dan dispersi
Flokulasi adalah peristiwa penggumpalan mineral lempung didalam larutan
air akibat mineral lempung umumnya mempunyai pH > 7 dan bersifat alkali
tertarik oleh ion-ion H+ dari air, gaya Van der Waal. Untuk menghindari flokulasi
larutan air dapat ditambahkan zat asam.
4. Pengaruh Air
Air pada mineral-mineral lempung mempengaruhi flokulasi dan disperse
yang terjadi pada partikel lempung. Untuk meninjau karakteristik tanah lempung
maka perlu diketahui sifat fisik atau Index Propertie dari tanah lempung tersebut,
yaitu :
Batas-batas Atterberg (Atterberg Limit)
Atterberg (1990), telah meneliti sifat konsistensi mineral lempung pada kadar
air yang bervariasi yang dinyatakan dalam batas cair, batas plastis, dan batas
susut. Hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 6. berikut ini :
17
Mineral Batas Cair Batas Plastis Batas Susut Montmorillonite 100 - 900 50 - 100 8,5 – 15
Illite 60 - 120 35 - 60 15 – 17
Kaolinite 30 - 110 25 - 40 25 – 29
Berdasarkan tabel tersebut maka dapat dilihat pada gambar 2, tanah lempung
lunak dapat dikategorikan ke dalam kelompok MH atau OH.
Berat Jenis (Gs)
Nilai Specific Gravity yang didasarkan pada tiap-tiap mineral pada tanah
lempung lunak dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini :
abel 7. Nilai Gs Untuk iap Mineral anah Lempung Lunak
Mineral lempung lunak Berat jenis ( Gs )
Kaolinite 2,6 – 2,63
Illite 2,8
Montmorillonite 2,4
Permeabilitas anah (k)
Struktur tanah, konsistensi ion, dan ketebalan lapisan air yang menempel
pada butiran lempung berperan penting dalam menentukan koefisien
permeabilitas tanah lempung. Umumnya nilai k untuk lempung kurang dari 10-6
18
Komposisi anah
Angka pori, kadar air, dan berat volum kering pada beberapa tipe tanah
lempung dapat dilihat pada tabel 8 berikut :
abel 8. Nilai Angka Pori, Kadar Air, dan Berat Volume Kering pada anah
Lempung
Tipe tanah Angka pori, E
Kadar air dalam keadaan jenuh
Berat volume kering, (kN/m3 )
Lempung kaku 0,6 21 17
Lempung lunak 0,9 – 1,4 30 – 50 11,5 – 14,5
Lempung organik
lembek 2,5 – 3,2 30 – 120 6–8
Kesimpulannya adalah tanah kohesif seperti lempung memiliki perbedaan
yang cukup mencolok terhadap tanah non kohesif seperti pasir. Perbedaan tersebut
adalah :
1. ahanan friksi tanah kohesif < tanah nonkohesif
2. Kohesi lempung > tanah granular
3. Permeability lempung < tanah berpasir
4. Pengaliran air pada lempung lebih lambat dibandingkan pada tanah berpasir.
5. Perubahan volume pada lempung lebih lambat dibandingkan pada tanah
19
B. Hukum Darcy
✁ ✂✁ ✄ Darcy (1856) menjelaskan tentang kemampuan air mengalir pada
rongga-rongga (pori-pori) dalam tanah dan sifat-sifat yang mempengaruhinya.
Ada dua asumsi utama yang digunakan dalam penetapan Hukum Darcy ini.
Asusmsi pertama menyatakan bahwa aliran fluida/cairan dalam tanah bersifat
laminar. Sedangkan asumsi kedua menyatakan bahwa tanah berada dalam
keadaan jenuh (http://www.anneahira.com/permeabilitas-tanah.htm)
Menurut Darcy (1856), kecepatan aliran air di dalam tanah dinyatakan dengan
persamaan :
dengan :
v = kecepatan aliran (m/s atau cm/s) k = koefisien permeabilitas
i = gradient hidraulik
Lalu telah diketahui bahwa
v = dan i =
20
Q = debit konstan, air yang dituangkan ke dalam sumur uji (cm3/dt) A = luas penampang aliran (m² atau cm²)
t = waktu tempuh fluida sepanjang L (s/detik) ∆h = selisih ketinggian (m atau cm)
L = panjang daerah yang dilewati aliran (m atau cm)
C. Permeabilitas
Kemampuan fluida untuk mengalir melalui medium yang berpori adalah
suatu sifat teknis yang disebut permeabilitas (Bowles, 1991). Permeabilitas juga
dapat didefinisikan sebagai sifat bahan yang memungkinkan aliran rembesan zat
cair mengalir melalui rongga pori (Hardiyatmo, 2001).
Satuan permeabilitas adalah m². Pada umumnya pada reservoir panas bumi,
permeabilitas vertikal berkisar antara 10 - 14 m², dengan permeabilitas horizontal
dapat mencapai 10 kali lebih besar dari permeabilitas vertikalnya (sekitar 10 -
13 m²). Satuan permeabilitas yang umum digunakan di dunia perminyakan adalah
Darcy (1 Darcy = 10 - 12 m²)
(http://www.anneahira.com/permeabilitas-tanah.htm).
Permeabilitas tanah bergantung pada ukuran butiran tanah. Karena butiran
tanah lempung berukuran kecil, kemampuan meloloskan air juga kecil. Dalam
praktek, tanah lempung dianggap sebagai lapisan yang tak lolos air atau kedap air,
karena pada kenyataannya permeabilitasnya lebih kecil daripada beton. anah
granuler merupakan tanah dengan permeabilitas yang relatif besar hingga sering
21
menyulitkan pekerjaan galian tanah pondasi yang dipengaruhi air tanah, karena
tebing galian menjadi mudah longsor. Lagi pula, aliran yang terlalu cepat dapat
merusak struktur tanah dengan menimbulkan rongga-rongga yang dapat
mengakibatkan penurunan pondasi (Hardiyatmo, 2001).
Permeabilitas suatu massa tanah penting untuk :
1. Mengevaluasi jumlah rembesan (eepage) yang melalui bendungan dan
tanggul sampai ke sumur air.
2. Mengevaluasi gaya angkat atau gaya rembesan di bawah struktur hidrolik
untuk analisis stabilitas.
3. Menyediakan kontrol terhadap kecepatan rembesan sehingga partikel tanah
berbutir halus tidak tererosi dari massa tanah.
4. Studi mengenali laju penurunan (konsolidasi) dimana perubahan volume
tanah terjadi pada saat air tersingkir dari rongga tanah pada saat proses terjadi
pada suatu gradien energi tertentu.
5. Mengendalikan rembesan dari tempat penimbunan bahan-bahan limbah dan
cairan-cairan sisa yang mungkin berbahaya bagi manusia.
1. Koefisien Permeabilitas
Hukum Darcy menunjukkan bahwa permeabilitas tanah ditentukan oleh
koefisien permeabiitasnya. Koefisien permeabilitas tanah bergantung pada
beberapa faktor (http://www.anneahira.com/permeabilitas-tanah.htm).
Setidaknya ada enam faktor utama yang mempengaruhi permeabilitas tanah, yaitu
a. Visikositas cairan, semakin tinggi viskositasnya, koefisien permeabilitas
22
b. Distribusi ukuran pori, semakin merata distribusi ukuran porinya, koefisien
permeabilitasnya cenderung semakin kecil.
c. Distribusi ukuran butiran, semakin merata distribusi ukuran butirannya,
koefisien permeabilitasnya cenderung semakin kecil.
d. Rasio kekosongan (void), semakin besar rasio kekosongannya, koefisien
permeabilitas tanahnya akan semakin tinggi.
e. Semakin besar partikel mineralnya, semaik kasar partikel mineralnya,
koefisien permeabilitas tanahnya akan semakin tinggi.
f. Derajat kejenuhan tanah. semakin jenuh tanahnya, koefisien permeabilitas
tanahnya akan semakin tinggi.
Beberapa harga koefisien permeabilitas tanah diberikan dalam tabel 9.
abel 9. Harga-Harga Koefisien Permeabilitas anah Pada Umumnya
Jenis Tanah K
Koefisien permeabilitas dapat ditentukan secara langsung di lapangan
ataupun dengan cara lebih dahulu mengambil contoh tanah di lapangan dengan
23
2. Uji Permeabilitas di Lapangan
Ada beberapa metode pengujian permeabilitas yang telah banyak
dikembangkan dan ada tiga metode yang lazim digunakan untuk keperluan
perencanaan pembangunan bendungan yaitu : metode pengujian legeon, metode
sumur pengujian dan metode pengujian pada lubang bor (Sosrodarsono, 1977).
Metode pengujian legion menggunakan lubang bor dalam keadaan dimana
pondasi calon bendungan terdiri dari lapisan batuan. Nilai koefisien permeabilitas
yang dihasilkan dari pengujian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk
pelaksanaan sementasi (grouting). Sedangkan metode pengujian pada lubang bor
dilaksanakaan apabila pada lubang yang akan diuji, permukaan air tanahnya
tinggi.
Metode sumur uji merupakan salah satu metode yang paling sering digunakan
dalam pelaksanaan uji permeabilitas di lapangan pada pekerjaan pemadatan tanah,
karena metode ini dapat digunakan pada lapisan yang terletak di atas permukaan
air tanah atau pada lapisan yang dangkal di dekat permukaan tanah. Koefisien
permeabilitas (k) dalam metode sumur uji dari lapisan yang diuji dapat diketahui
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
k =
=
24
k = koefisien permeabilitas (cm/detik)
Q = debit konstan, air yang dituangkan ke dalam sumur uji (cm3/dt) r = radius / jari-jari sumur pengujian (cm)
H = kedalaman air dalam sumur pengujian (cm)
Apabila H/r jauh lebih besar dari harga 1, maka rumus yang dipakai :
k =
k =
Dalam penelitian ini digununakan alat uji permeabilitas di lapangan yang
telah dimodifikasi menjadi lebih sederhana dan mudah penggunaannya. Alat ini
bertujuan mempermudah pembacaan laju penurunan air dalam waktu tertentu.
Alat modifikasi ini menggunakan pipa besi dengan diameter 4’dengan konsep
sederhana pembacaan melalui penggaris yang di temple di sisi pipa dengan alat
ukur berupa penggaris (cm).
Prinsip kerja alat modifikasi uji permeabilitas di lapangan ini cukup mudah
dan sederhana. Mengisi tabung dengan air yang kemudian dilakukan pembacaan
penurunan ketinggian air dengan menggunkan penggaris yang telah ditempelkan
2
3. Uji Permeabilitas di Laboratorium
Untuk menentukan koefisien permeabilitas di laboratorium, ada dua macam
cara pengujian yang sering digunakan, yaitu Uji inggi Energi etap (Contant
Head) dan Uji inggi Energi urun (Falling Head).
Uji permeabilitas Contant Head cocok untuk tanah granular, seperti pasir,
kerikil atau beberapa campuran pasir dan lanau. Umumnya tanah jenis ini
memiliki nilai permeabilitas yang tinggi, karena janis tanah ini mempunyai angka
pori tinggi, yang bergantung pada distribusi ukuran butiran, susunan serta
kerapatan butiran.
Uji permeabilitas Falling Head cocok digunakan untuk mengukur
permeabilitas tanah berbutir halus. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan metode Falling Head, karena contoh tanah yang digunakan
adalah tanah lempung.
26
Gambar 1. Dua metode pengujian koefisien permeabilitas di laboratorium
Pada pengujian ini, air dari dalam pipa tegak yang dipasang di atas contoh
tanah mengalir melalui contoh tanah. Ketinggian air pada awal pengujian h1 pada
saat waktu t1 = 0 dicatat, kemudian air dibiarkan mengalir melaiui contoh tanah
hingga perbedaan tinggi air pada waktu t2 adalah h2.
Jumlah air yang mengalir melalui contoh tanah pada suatu waktu (t) dapat
dituliskan sebagai berikut :
Q = k x x A = - a
dimana :
Q = debit aliran yang mengalir melalui contoh tanah (cm³/dt)
a = luas penampang melintang pipa pengukur (pipa tegak)
A = luas penampang melintang contoh tanah (m² atau cm²)
L = panjang contoh tanah (m atau cm)
∆t = waktu tempuh fluida sepanjang L (s/detik)
∆h = selisih ketinggian (m atau cm)
Jika persamaan di atas diturunkan lagi, maka akan didapat :
27
Yang jika diintegralkan dengan batas kiri atas t = 0 dan batas kiri bawah t =
t, batas kanan atas h = h1 dan batas kanan bawah h = h2 maka didapat :
Uji inggi Jatuh sangat cocok untuk tanah berbutir halus dengan koefisien
rembesan kecil.
Gambar 2 . Pinsip Uji Permeabilitas Metode Falling Head
28
Kadar air adalah perbandingan berat air yang terkandung dalam tanah dengan
berat kering tanah tersebut. Kadar air tanah dapat digunakan untuk menghitung
parameter sifat-sifat tanah.
Besarnya kadar air dinyatakan dalam persen dan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
dimana :
W1 = berat cawan + tanah basah (gram)
W2 = berat cawan + tanah kering (gram)
W3 = berat cawan kosong (gram)
W1 - W2 = berat air (gram)
W2 - W3 = berat tanah kering (gram)
E. Pengujian Berat Jenis (Spesific Gravity)
Berat jenis tanah adalah suatu nilai dari perbandingan antara berat butir tanah
dengan berat isi air suling dengan isi yang sama pada suhu 40 °C. Berat jenis
tanah diperoleh dengan melakukan pengujian di laboratorium dan dihitung dengan
menggunakan rumus :
Gs =
dimana :
29
W1 = berat picnometer (gram)
W2 = berat picnometer tanah kering (gram)
W3 = berat picnometer
tanah + air (gram)
W4 = berat picnometer air (gram)
F. Pengujian Batas-Batas Atterberg
1. Pengujian Batas Cair (Liquid Limit)
Batas cair tanah adalah kadar air minimum dimana sifat suatu tanah yang
akan berubah dari keadaan cair menjadi keadaan plastis. Besaran batas cair
tanah digunakan untuk menentukan sifat dan klasifikasi tanah.
Batas cair ditentukan dengan terlebih dahulu menghitung kadar air dari
masing-masing sampel tanah sesuai dengan jumlah pukulan, kemudian
menggambarkan jumlah pukulan dan kadar dalam suatu grafik, lalu menarik
sebuah garis lurus melalui titik-titiknya. Besarnya kadar air pada jumlah pukulan
ke-25 merupakan batas cair dari sampel tanah tersebut.
2. Pengujian Batas Plastis (Plastis Limit)
Batas plastis adalah kadar air dimana suatu tanah berubah sifatnya dari
30
digunakan untuk menentukan jenis, sifat dan klasifikasi tanah.
Nilai batas plastis meruapakan harga kadar air rata-rata dari sample tanah yang
diuji. Indeks plastis dihitung dengan menggunakan rumus:
PI = LL – PL
dimana:
PI = indeks plastis
LL = batas cair
PL = batas plastis
G. Pengujian Analisis Saringan (Sieve Analysis)
Analisis saringan adalah penentuan persentase berat butiran tanah yang lolos
dari satu set saringan. Analisis saringan bertujuan untuk menentukan persentase
ukuran butirsn tanah dan susunan butiran tanah (gradasi) dari suatu jenis tanah
yang tertahan di atas saringan no. 200.
Analisis saringan digunakan untuk pembagian butir (gradasi) tanah dengan
tujuan untuk memperoleh distribusi besarannya. Hasil dari analisis saringan dapat
digunakan antara lain untuk penyelidikan quarry agregat, untuk perencanaan
campuran dan pengendalian mutu.
H. Sumur Resapan
Sumur Resapan (infiltration Well) adalah sumur atau lubang pada permukaan
tanah yang dibuat untuk menampung air hujan/aliran permukaan agar dapat
31
Sumur resapan ini memiliki banyak manfaat diantaranya, sebagai pengendali
banjir, melindungi serta memperbaiki kualitas air tanah, menekan laju erosi dan
dalam jangka waktu lama dapat memberi cadangan air tanah yang cukup. Secara
sederhana, prinsip kerja sebuah sumur resapan yaitu menyimpan (untuk
sementara) air hujan dalam lubang yang sengaja dibuat, selanjutnya air tampungan
akan masuk ke dalam tanah sebagai air resapan (infiltrai). Air resapan ini
selanjutnya menjadi cadangan air tanah.
(http://pengairan.banyuwangikab.go.id/index.php?option=com_content&view=ar
ticle&id=28:manfaat-umur-reapan&catid=2:berita&Itemid=138)
Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan untuk memilih lokasi pembuatan
sumur resapan (menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Tata Cara
Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan) adalah:
a. Keadaan muka air tanah
Untuk mengetahui keadaan muka air tanah dapat ditentukan dengan cara
mengukur kedalamannya permukaan air tanah terhadap permukaan tanah dari
sumur di sekitarnya pada musim hujan.
b. Permeabilitas tanah
Permeabilitas tanah merupakan kemampuan tanah untuk dapat dilalui air.
Permeabilitas tanah yang dapat dipergunakan untuk sumur resapan terbagi dalam
tiga kelas,yaitu :
permeabilitas tanah sedang (jenis tanah berupa geluh/lanau, memiliki daya
32
permeabilitas tanah agak cepat (jenis tanah berupa pasir halus, memiliki daya
serap 6,5 – 12,5 cm/jam)
permeabilitas tanah cepat (jenis tanah berupa pasir kasar, memiliki daya serap
12,5 cm/jam)
1. Desain Sumur Resapan
Di bawah ini terdapat tabel yang dapat dijadikan bahan acuan mengenai
volume sumur resapan pada kondisi tanah permeabilitas rendah :
abel 10. Volume Sumur Resapan Pada Kondisi anah Permeabilitas Rendah
No Luas Kavling
(m2) (terdapat saluran drainase Volume Resapan seagai pelimpahan, dalam
33
Untuk mengetahui bagaimana metode perhitungan pembangunan sumur
resapan agar memberikan kontribusi yang maksimum, gunakan metode
perhitungan sebagai berikut (Sunjoto, 1992). Menghitung debit air hujan yang
masuk sebagai fungsi karakteristik luas atap bangunan dengan Metode Rasional
Dimana :
Q : Debit Hujan (m3/dtk)
C : Koefisien Aliran
I : Intensitas curah hujan (mm/jam)
A : Luas daerah Hujan (m2)
Dimana :
R24 : Intensitas hujan maksimum (mm)
: Lama nya hujan dalam 1 hari (jam)
I : Intensitas hujan (mm/jam)
abel 11. Koefisien Limpasan untuk Metode Rasional
34
Halaman kereta api 0.10 – 0.35
aman tempat bermain 0.20 – 0.35
aman Pekuburan 0.10 – 0.25
Hutan (umber : McGuen, 1989 dalam Suripin 2003)
Dengan metode yang sama, kita juga dapat memperkirakan debit air yang
masuk pada sumur resapan dari air hujan yang turun pada area rumah selain dari
atap rumah. Untuk menghitung debit sumur optimum diformulakan sebagai
berikut :
Dimana:
H : Kedalaman sumur resapan (m)
Q : Debit Sumur (m3/dtk)
F : Faktor Geometrik
R : Jari-Jari sumur resapan (m)
3
K : Permeabilitas lapangan (m/dtk)
Untuk menentukan faktor geometri ditentukan berdasarkan bentuk sumur resapan.
abel 12. Nilai Faktor Geometrik Menurut Bentuk Sumur Resapan
No Desain / Bentuk Sumur Resapan Faktor Geometri
1
2
2 . R
36
4
4 . R
5
2 . π . R
6
4 . R
(Sumber : Sunjoto, 1992)
Sedangkan untuk menghitung volume air hujan yang meresap pada sumur
resapan untuk perkarangan rumah (berdasarkan tata cara perencanaan sumur
resapan air hujan untuk lahan perkarangan – SNI : 03 – 2453 – 2002), adalah
sebagai berikut :
Dimana :
Vrsp : Volume air hujan yang meresap (m3)
Atotal : Luas penutup tabung + Luas abung (m2)
e : Durasi hujan efektif (jam)
K : Nilai Permeabilitas (m/hari)
Adapun untuk menghitung kebutuhan sumur resapan dengan cara membagi
antara debit hujan yang kita hitung (Qtotal) dengan debit sumur resapan (Qsumur),
sehingga di peroleh jumlah sumur resapan yang dibutuhan untuk daerah tersebut.
37
abel 13. Jumlah Sumur Resapan Berdasarkan Nilai Permeabilitas dan Luas anah
No Bidang Luas
adah (m2) Jumlah Sumur (buah) Permeabilitas
38
(umber : Kunaedi, Sumur Reapan, Penebar Swadaya: 2011. Hal 21)
J. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang menjadi bahan pertimbangan dan acuan penelitian
ini adalah skripsi dengan judul Studi Korelasi Uji Permeabilitas Skala Lapangan
dan Uji Permeabilitas Skala Laboratorium Pada anah imbunan ubuh Embung
Di Desa Banjar Rejo Kabupaten Pringsewu, oleh Ketut Purne (2010). Pada
penelitian terdahulu terdapat kesamaan metode pengujian permeabilitas yang
39
untuk metode di laboratorium menggunkan metode Falling Head, hanya saja jenis tanah yang digunakan berbeda.
Pada penelitian terdahulu hasil pengujian permeabilitas di lapangan diperoleh
nilai k lapangan yang berkisar antara 9 x10-6 – 1,3 x10-4 cm/dt dan k rata-rata
sebesar 3,4 x10-5 cm/dt, sedangkan dari pengujian permeabilitas di laboratorium
diperoleh nilai k laboratorium yang berkisar antara 3 x10-6 – 3,3 x10-5 cm/dt dan k
III.METODEPENELITIAN
A. LokasiPenelitian
okasi pengamatan dan pengambilan sampel tanah pada penelitian ini
dilakukan sebuah perumahan yang berada di kelurahan Beringin Jaya Kecamatan
Kemiling Kota Bandar ampung. Sedangkan untuk mengolah dan menganalisa
data dilakukan di aboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik Universitas
ampung, dimana pada penelitian ini peneliti membagi lokasi penelitian menjadi
5 titik dengan keadaan tanah dan tinggi permukaan yang berbeda agar diperoleh
variasi data yang diinginkan.
B.BahanDanAlatPenelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Sampel tanah yang digunakan adalah tanah lempung yang terdapat yang
terdapat di Kecamatan Kemiling, Kelurahan Beringin Jaya.
b. Air yang digunakan berasal dari Mushola di dekat lokasi apabila tidak
0
Pembuatan Alat Uji Permeabilitas di apangan
Bahan-bahan
a. Pipa Besi Berukuran tinggi 45 cm dan diameter 9 cm
Gambar 3.Pipa Besi Berukuran tinggi 45 cm dan diameter 9 cm
b. Penggaris besi
\
1
c. Kaca
Gambar 5.Kaca
d. em perekat(kaca)
2
e. Pylox hitam dan kuning
Gambar 7.Pewarna Besi
angkah kerja
1. Memotong pipa besi agar ukuran tinggi atau lebar nya sesuai dengan
permodelan yang direncanakan yaitu tinggi 45 cm.
3
2. Memotong diameter pipa besi selebar 2,5 cm sampai ketinggian 30 cm pipa
besi,,hal ini di maksudkan untuk member celah agar dapat meletakkan
pengukur.
Gambar 9. Memotong diameter pipa besi selebar 2,5 cm sampai ketinggian 30 cm
pipa besi
3. Menutup(las) bagian atas pipa yang sudah terbelah seukuran 1 cm.
4. Memtong kaca seukuran dengan lubang persegi panjang yang telah di buat
di bagian pipa besi.
Gambar 10. Memtong kaca seukuran dengan lubang persegi panjang yang telah di
5. Merekatkan kaca dan pipa besi dengan lem perekat.
Gambar 11. Merekatkan kaca dan pipa besi dengan lem perekat.
6. Merekatkan penggaris besi yang telah dipotong seukuran kaca pada bagian
depan kaca.
7. Menunggu 1-2 hari agar em perekat mongering
8. Memberi warna pada alat permodelan.
5
C.MetodePengambilanSampel
Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan menggunakan tabung pipa
diameter 4 inchi dengan kedalaman 15 cm sebanyak lima buah sampel dari lima
titik yang berbeda. alu tabung ditutup rapat dengan lakban untuk menjaga
kondisi tanah agar tidak mengalami penguapan dan untuk menjaga kadar air tanah
agar tidak berubah. okasi pengambilan sampel dibagi menjadi 5 titik, yang mana
pada 5 titik tersebut dibagi lagi menjadi 3 daerah yaitu daerah A, B, dan C sesuai
6
Gambar 13. okasi pengambilan sample
D.PelaksanaanPengujian
Pengujian permeabilitas ini dilaksanakan pada dua tempat, yaitu :
1. PengujiandiLapangan
Pengujian ini dilaksanakan pada tanah lempung yang terdapat di area
pemukiman Kecamatan Kemiling. Pengujian ini dilaksanakan untuk menentukan
nilai koefisien permeabilitas di lapangan.
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui koefisien permeabilitas di
lapangan.
Bahan-bahan
7
Gambar 14. okasi pengambilan tanah lempung
2. Air secukupnya.
angkah kerja
1. Membuat lubang sumur uji pada tanah lokasi tanah lempung dengan
menggunakan pipa diameter 4 inchi dengan kedalaman 15 cm.
Gambar 15. Pembuatan lubang sumur uji dan meletakkan alat uji
2. Memasukan air ke dalam alat Metode Sumur Uji yang telah
dimodifikasi sampai penuh dan rata dengan permukaan lubang uji
sebagai acuan untuk mengukur tinggi tetap aliran air yang masuk ke
8
Gambar 16. Memasukkan air kedalam alat uji
3. Menghitung waktu pengaliran dengan menggunakan topwatch untuk
mengetahui waktu pengaliran ke dalam lubang uji (t).
4. Menambahkan air ke dalam lubang uji dengan menggunakan gelas
ukur untuk mengetahui volume air yang ditambahkan ke dalam lubang
uji (q).
5. Pemeriksaan dilakukan sebanyak lima kali pada setiap lubang uji,
sehingga diperoleh nilai rata-rata.
2. PengujiandiLaboratorium
Pengujian ini dilaksanakan terhadap lima buah sampel tanah yang dilakukan
di aboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik Universitas ampung, yang
meliputi :
a. Pengujian Kadar Air.
b. Pengujian Berat Volume.
c. Pengujian Berat Jenis.
d. Pengujian Analisa Saringan.
e. Pengujian Batas - Batas Atterberg.
f. Pengujian Permeabilitas.
9
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kadar air tanah. Metode pengujian
kadar air tanah sesuai dengan SNI 03-1965-1990.
Bahan-bahan :
1. Sampel tanah sebanyak 50 gram.
2. Air secukupnya.
Peralatan :
1. Cawan kedap udara dan tidak berkarat sebanyak 5 buah.
2. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu sampai 110 °C.
3. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram.
4. Alat pendingin(deicator).
angkah kerja:
1. Menyiapkan cawan kosong lalu menimbang berat cawan yang digunakan dan
mencatat beratnya.
2. Memasukan sampel uji ke dalam cawan, kemudian menimbang dan mencatat
beratnya.
3. Mengeringkan sampel uji dalam oven dengan suhu 110 °C dalam keadaan
terbuka selama 24 jam atau sampai berat contoh tanah konstan.
4. Mengeluarkan sampel uji dari oven dan menutup cawan kemudian
mendinginkannya dalam deicator.
5. Menimbang berat sampel uji dan mencatatnya.
50
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui berat jenis tanah. Metode
pengujian berat jenis tanah sesuai dengan SNI 03-1964-1990.
Bahan-bahan
1. Sampel tanah yang lolos saringan no.4 dan telah dikeringkan melalui oven
selama 24 jam sebanyak 300 gram.
2. Air bersih secukupnya.
Peralatan
1. Picnometer (labu ukur) sebanyak 3 buah.
2. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
3. Boiler (tungku pemanas) dengan bahan bakar spritus.
4. Thermometer Celcius.
angkah kerja
1. Menimbang picnometer kosong dalam keadaan bersih dan kering (W1).
2. Memasukkan sampel tanah kering ke dalam picnometer.
3. Menimbang picnometer beserta tanah kering (W2).
4. Picnometer yang telah berisi tanah diberi air sebanyak 2/3 volume picnometer
kemudian memanaskan picnometer di atas tungku pemanas, ini dimaksudkan
untuk menghilangkan udara di dalam butir-butir tanah.
5. Setelah mendidih (butir-butir udara hilang), mendinginkan picnometer hingga
temperatur picnometer sama dengan temperatur ruangan.
51
7. Menimbang picnometer yang berisi air dan tanah (W3).
8. Membersihkan picnometer dari sampel tanah.
9. Mengisi picnometer yang telah kosong dengan air hingga batas picnometer
dan menimbangnya (W4).
G.PengujianBatas-BatasAtterberg
1.PengujianBatasCair(Liquid Limit)
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah pada
batas antara keadaan plastis dan keadaan cair.
Bahan-bahan
1. Sampel tanah yang telah dikeringkan sebanyak 300 gram.
2. Air bersih sebanyak 300 cc.
Peralatan
1. Alat batas cair (mangkuk Caagrande).
2. Alat pembuat alur (grooving tool).
3. Spatula.
4. Gelas ukur 100 cc.
5. Container 4 buah.
6. Plat kaca.
7. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
8. Alat pendingin(deicator).
9. Oven.
52
angkah kerja
1. Mengayak sampel tanah dengan menggunakan saringan no. 40
2. Mengatur tinggi jatuh mangkuk Caagrande sebesar 10 mm.
3. Mengambil sampel tanah yang lolos saringan no. 40 sebanyak 150 gram,
kemudian diberi air sedikit demi sedikit dan diaduk hingga rata, selanjutnya
dimasukan ke dalam mangkuk Caagrande.
4. Meratakan permukaan adonan sehingga sejajar dengan alas mangkuk.
5. Membuat alur tepat ditengah-tengah adonan dengan membagi benda uji
dalam mangkuk Caagrande tersebut dengan mengunakan grooving tool.
6. Memutar tuas pemutar sampai kedua sisi bertemu (merapat) sepanjang 13
mm sambil menghitung jumlah ketukan yang berkisaran antara l0 - 40
ketukan.
7. Mengambil sebagian sampel dalam mangkuk untuk pemeriksaan kadar air.
8. Melakukan langkah kerja yang sama (langkah 4 - 7) untuk sampel dengan
keadaan adonan yang berbeda sehingga diperoleh 4 macam sampel dengan
jumlah ketukan yang berbeda-beda, yaitu dua buah dibawah 25 ketukan, dan
dua buah di atas 25 ketukan.
angkah Perhitungan
1. Menghitung kadar air masing-masing sampel tanah sesuai dengan jumlah
pukulan.
2. Mernbuat hubungan antara kadar air dan jumlah ketukan pada grafik semi
logaritma yaitu sumbu x sebagai jumlah pukulan dan sumbu y sebagai kadar
air.
53
4. Menentukan nilai batas cair pada jumlah pukulan ke-25.
2.PengujianBatasPlastis(Plastis Limit)
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan kadar air suatu tanah pada batas
antara keadaan plastis dan keadaan semi padat.
Bahan-bahan
1. Sampel tanah sebanyak 100 gram.
2. Air bersih sebanyak 50 cc.
Peralatan
1. Plat kaca.
2. Spatula.
3. Gelas ukur 100 cc.
4. Container 3 buah.
5. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
6. Oven.
7. Saringan no. 40 dan alat lainnya.
angkah kerja
1. Mengayak sampel tanah yang sudah dihancurkan dengan saringan no. 40.
2. Mengambil sampel tanah sebesar ibu jari dan dibulatkan, kemudian
digulung-gulung di atas plat kaca hingga mencapai diameter 3 mm hingga retak-retak
atau putus-putus.
5
4. Mengeringkan sampel tanah dalam oven kemudian menimbang beratnya.
5. Menentukan kadar air sampel tanah.
6. Melakukan langkah kerja yang sama (langkah 2 - 6 sebanyak 3 kali).
angkah Perhitungan
1. Nilai batas plastis (P) adalah harga kadar air rata-rata.
2. Menghitung Plastis Indeks (PI) dengan rumus :
PI = – P
H.PengujianAnalisisSaringan
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui persentase ukuran butir sampel
tanah yang akan dipakai dan menghitung modulus kehalusannya. Metode
pengujian sesuai dengan SNI 03-1968-1990.
Bahan-bahan
1. Sampel tanah yang sudah dikeringkan sebanyak 500 gram.
2. Air bersih secukupnya.
Peralatan
1. Saringan (ieve) 1 set.
2. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
3. Mesin penggetar (ieve haker).
4. Oven yang dilengkapi dengan pengatur temperatur.
5. Alat pendingin(deicator).
6. Pan.