• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tipologi Hutan Hujan Dataran Rendah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tipologi Hutan Hujan Dataran Rendah"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Karya Tulis

TIPOLOGI HUTAN HUJAN DATARAN RENDAH

OLEH :

DWI ENDAH WIDYASTUTI

NIP 19750314 200003 2 004

DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

TIPOLOGI HUTAN HUJAN DATARAN RENDAH

Oleh :

Dwi Endah Widyastuti, S.Hut, M.Si

Staf Pengajar Departemen Kehutanan

Fakultas Pertanian-USU

DEFINISI

(3)

ZONA HUTAN HUJAN

Penyebaran tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah meliputi pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara, Irian, Sulawesi dan beberapa pulau di Maluku misalnya di pulau Taliabu, Mangole, Mandioli, Sanan dan Obi (Indriyanto, 2006). Hutan hujan dataran rendah selalu hijau dapat dibagi ke dalam beberapa tipe. Di Nusa Tenggara dan Maluku, tipe hutan ini mungkin menyimpang dari norma umum kebanyakan kelompok hutan basah karena keterbatasan berbagai kondisi fisik dan biogeografi yang ada pada pulau-pulau kecil. Keragaman jenis kehidupan mungkin lebih rendah, dengan beberapa suku dan marga tertentu sangat dominan. Beberapa tipe mungkin tidak penting; hutan pinggir sungai jarang terlihat di Nusa Tenggara dan Maluku, karena kelangkaan sungai-sungai permanen. Di daerah-daerah lebih kering yang mendukung hutan monsun dan savana, petak-petak hutan basah-hutan galeri-berkembang di jurang-jurang dan di sepanjang dasar sungai di mana kelembaban tanah setempat menggantikan curah hujan sebagai faktor penentu pertumbuhan hutan. Sampai sekarang masih belum jelas, apakah hutan-hutan ini merupakan bekas hutan asli atau merupakan tipe hutan khusus yang terdapat di lembah-lembah, yang berbeda dari hutan di daerah resapan air. Hutan-hutan galeri mungkin sebenarnya merupakan tipe hutan yang tidak sesuai lagi dengan kondisi iklim kering tetapi masih bertahan hidup sebagai hutan karena kondisi lembah yang lembab.

(4)

formasi vegetasi secara pasti sulit dilakukan karena merupakan hasil berbagai interaksi antara iklim, tipe tanah dan topografi (Monk, Fretes, Lilley, 2000).

KARAKTERISTIK Vegetasi

Hutan dataran rendah ditandai dengan jumlah biomassa yang sangat besar dan jumlah ini dapat diukur dalam jumlah karbon yang ada. Hutan tropik (termasuk hutan pegunungan, rawa dan hutan kering meliputi 1.838 juta ha atau 11,5% dari permukaan bumi, tetapi mengandung 46% dari karbon dalam jaringan di Sumatera akan pasti mempunyai persentase karbon yang lebih tinggi dibandingkan dengan luas arealnya.

Dari sejumlah biomassa hutan dataran rendah hanya 1-2% terdapat dalam serasah tumbuhan, kira-kira 40% dalam tanah, tetapi kira-kira 60% dalam tumbuhan. Sebaliknya di daerah beriklim sedang angka-angka untuk masing-masing bagian hutan adalah 10-20%, 35% dan hanya 50%.

(5)

Daun-daun dengan pinggiran licin dan ujung daun runcing umum dijumpai pada hutan dataran rendah. Persamaan bentuk daun di antara tumbuhan satu suku serta keanekaragaman yang tinggi dari jenis, seringkali menyebabkan pengenalan tumbuhan pada hutan dataran rendah agak sulit. Namun sifat pohon yang lain, seperti getah, bentuk kulit batang, ukuran banir, susunan urat-urat daun dan susunan letak daun pada cabang-cabang, memungkinkan pengenalan dari sebagian besar contoh-contoh mandul (contoh tumbuh-tumbuhan tanpa bunga-bunga).

Bentuk ujung daun yang runcing adalah bentuk yang paling umum pada pohon-pohon muda yang terdapat di bawah lapisan tajuk pohon-pohon terbawah. Suatu teori mengatakan bahwa fungsi ujung daun yang runcing adalah untuk mempermudah mengalirnya air dari permukaan daun, dengan demikian mencegah atau menghalangi tumbuhnya epifil. Oleh karena itu maka beralasan bahwa tumbuhan dengan ujung daun yang runcing umumnya terdapat di tempat-tempat yang kelembaban relatifnya tertinggi (laju penguapannya terendah) (Anwar J, et.al., 1984)

(6)

Gossampinus, serta jenis-jenis pohon dari famili Legumonosae. Adapun ekosistem hutan hujan dataran rendah di Sulawesi, Maluku dan Irian, merupakan hutan campuran yang didominasi oleh jenis pohon Palaquium spp., Pometia pinnata, Intsia spp., Diospyros spp., Koordersiodendron pinnatum, dan Canarium spp. Jenis-jenis tumbuhan merambat yang banyak dijumpai di hutan hujan dataran rendah adalah anggota famili Apocynaceae, Araceae dan berbagai jenis rotan (Calamus spp.) (Indriyanto, 2006).

Struktur

Pepohonan mendominasi hutan basah tropis selalu hijau. Pepohonan tumbuh subur karena kondisinya optimal untuk pertumbuhan tanaman dan pertumbuhan pucuk-pucuk baru tidak perlu perlindungan dan kekeringan atau kedinginan. Sebagian besar pepohonan bersifat hidrofila dengan ciri: mencapai tinggi 30 m atau lebih, dan kaya akan liana berbatang tebal, epifit berkayu dan perdu..

Ciri indikator hutan basah biasanya memiliki lapisan paku-pakuan epifit (Hyme.), resam Gleichenia linearis (Glei.), dan kantong semar Nepenthes (Nepe.). Sementara lumut tidak umum dikenal, liana dan tumbuhan pemanjat cukup banyak, walaupun peran ekologinya masih kurang dipahami. Rotan, palem pemanjat dapat mencakup dua pertiga dari seluruh palem di hutan basah dan merupakan tumbuhan terpanjang di dunia; satu batang rotan dapat mencapai 130 m.

(7)

Gambar 1. Lapisan Tajuk Hutan Hujan Dataran Rendah

Sumber : http://www.ac-nancy-metz.fr/enseign/anglais/Henry/trees.htm

(8)

Gambar 2. Nangka Artocarpus heterophyllus Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Cauliflory

Hutan basah tropis semi-selalu hijau juga merupakan hutan yang basah yang rapat dan tinggi. Berbeda dengan hutan basah dataran rendah selalu hijau, hutan ini memiliki dua lapisan tajuk, pohon-pohonnya kecil, berupa tegakan murni (satu jenis) sehingga keragaman jenisnya jauh lebih rendah.. Pepohonan yang luruh daunnya dapat mencapai dua pertiga jenis pohon-pohon yang tinggi. Akar banir masih kurang terlihat, tetapi kulit kayu mulai menebal dan kauliflori dan ramifori berkurang. Liana juga melimpah, dan epifit, khususnya paku-pakuan dan anggrek (Monk, Fretes, Lilley, 2000).

Keanekaragaman Tumbuhan

(9)

keanekaragamannya adalah 0,94. Kedua penelitian tersebut menggunakan nama daerah, yang sering menimbulkan perkiraan yang lebih rendah dalam jumlah jenis yang sebenarnya. Sebagai perbandingan indeks keanekaragaman hutan di Eropa biasanya adalah 0,4-0,6 (Anwar J, et.a .,1984). Sementara di dalam satu hektar hutan dataran rendah di Kalimantan, mungkin tumbuh sebanyak 240 jenis pohon yang berbeda, dan satu hektar lagi di dekatnya mungkin dapat menambah setengah jumlah jenis tersebut (MacKinnon, 2000). .

(10)

merupakan pemisahan kedua. Teori pemisahan tidak menjelaskan setiap penyebaran mahluk dan jelas dibutuhkan survai yang lebih terperinci mengenai penyebaran jenis. Akibat yang pasti dari ekosistem yang memiliki keanekaragaman yang tinggi, adalah jumlah jenis langka yang menjadi lebih besar. Dengan demikian pertanyaan “mengapa hutan dataran rendah sangat beranekaragam”, dapat diganti dengan pertanyaan “mengapa sangat banyak dijumpai jenis-jenis langka”.

Gambar 3 . Rafflesia arnoldi, Jenis langka tumbuh di dataran rendah Sumber : http://www.dephut.go.id/informasi/tamnas/tn2seb.htm

(11)

organisme menganut strategi-k, maka hampir pasti bahwa jumlah individu (tumbuh-tumbuhan dan hewan) relatif sedikit terdapat dalam hutan dataran rendah. Maka sangat penting diketahui bagaimana keadaan tersebut dapat menguntungan? Pada umumnya adalah benar, bahwa herbivora yang terdapat di hutan dataran rendah hanya terbatas pada beberapa jenis tumbuhan. Jenis herbivora ini telah berkembang sejalan dengan perkembangan dari jenis tumbuhan tersebutdan mampu mengatasi cara-cara yang bagaimanapun dari perlindungan fisik dan kimia yang dimiliki oleh tumbuhan. Maka kemungkinan hama untuk mencapai jenis pohon tertentu adalah kecil, bila jarak antar pohon besar. Oleh karena itu dampak yang diakibatkan herbivora pada jenis pohon yang berlimpah atau menguasai suatu daerah mengurangi daya bersaing jenis itu, sehingga jenis yang kurang dipengaruhi herbivora dapat tumbuh terus.

Sifat jarak yang besar juga menguntungkan, bila pohon-pohon induk menghasilkan cairan beracun dari akar-akarnya untuk menghambat persaingan terhadap sumber-sumber terbatas. Cairan tersebut juga dapat meracuni benihnya sendiri, demikian juga terhadap jenis yang lain. Pada tempat-tempat dimana pohon tersebut banyak dijumpai maka sedikit ruang untuk benih-benih bagi perkembangan dirinya, akan tetapi pada tempat dimana pohon-pohon tersebut jarang, akan lebih banyak kesempatan benih-benih untuk mendapat tempat-tempat yang tidak diracuni pohon-pohon induk. Mekanisme ini mungkin tidak umum terjadi.

(12)

terutama oleh pengaruh iklim yang terlalu panas atau terlalu dingin, atau kandungan air tanah yang terlalu besar atau terlalu kecil. Pengaruh-pengaruh ini bukan merupakan keadaan yang menguntungkan ataupun merugikan bagi jenis yang jarang.

Hipotesa Ricklefs menyatakan bahwa keanekaragaman lokal dalam sifat-sifat tanah dari iklim mikro mungkin merupkan dasar terjadinya kenaikan keanekaragaman jenis dari daerah beriklim sedang ke daerah tropik. Dia mengatakan bahwa naik turunnya intensitas dan sudut penyinaran cahaya matahari, curah hujan, suhu dan pembagian hara antara tanah dan vegetasi adalah lebih besar pada daerah terbuka di hutan tropik daripada daerah terbuka di daerah beriklim sedang, sebab :

- Biomassa yang besar di daerah tropik mengubah faktor-faktor, seperti banyaknya sinar, kelembaban, suhu dan keadaan lingkungan yang tetap, menjadi jumlah yang lebih besar daripada hutan beriklim sedang yang memiliki biomassa yang lebih kecil.

- Perbandingan unsur hara pada vegetasi dengan unsur hara dalam tanah lebih besar pada hutan tropik. Maka masuknya zat hara, yang berasal dari pembusukan vegetasi dari bagian-bagian pohon yang tumbang atau tumbuhan yang terimpit, ke dalam tanah yang lebih besar di daerah tropik.

- Penguraian yang lebih cepat daun-daun yang gugur dan sisa-sisa bahan organik lainnya di hutan-hutan tropik akan mempercepat pelepasan hara mineral dan sisa-sisa organik pohon-pohon yang tumbang dan menaikkan pemasukan zat hara ke dalam tanah.

(13)

mempengaruhi daya untuk mempertahnkan kelembabab tanah, serta stabilitas sifat tanah yang lain, bila terjadi gangguan fisik yang lebih intensif di petak terbuka di hutan.

- Curah hujan yang lebih besar di daerah tropik menaikkan pencucian hara-hara tertentu dari tanah yang terbuka, dan makin ke tengah hutan, pencucian hara tersebut makin tinggi.

- Di daerah tropik, matahari lebih lama berada di atas kepala, dan siang harinya lebih panjang dibandingkan daerah beriklim sedang sehingga cahaya matahari menerpa tanah daerah terbuka hutan tropik lebih langsung daripada di hutan beriklim sedang.

(14)

Keanekaragaman Hewan

Hutan dataran rendah Sumatera memiliki keanekaragaman hayati yang terkaya di dunia. Berbagai jenis burung dan mamalia besar hidup di hutan dataran rendah Sumatera. Untuk jenis burung saja pada hutan dataran rendah Sumatera terdapat 425 dari 626 jenis burung yang hidup di hutan hujan Sumatera. Jenis-jenis burung tersebut antara lain adalah rangkong papan (Buceros bucornis),sempidan Sumatera (Lophura inornata), srigunting Sumatera (Dicrurus sumatranus), dan Bondol tunggir-putih (Lonchura striata). Selain itu Sumatera juga merupakan habitat bagi jenis-jenis mamalia besar yang

tidak dijumpai di wilayah lain seperti harimau Sumatra (Panthera tigris), gajah (Elephas maximus), badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), beruang madu (Helarctos

malayanus) dan Tapir (Tapirus indicus). Keanekaragaman hayati yang tinggi yang

dimiliki oleh hutan dataran rendah Sumatera, menempatkan hutan Sumatera menjadi salah satu ekosistem terpenting di dunia. (Widuri, 2008). Sementara Borneo memiliki lebih dari 200 mamalia darat, lebih dari 500 jenis burung, 166 jenis reptilia, 183 jenis amfibi dan invertebrata yang tidak terhitung jumlahnya, termasuk puluhan ribu jenis kumbang (MacKinnon, et.al., 2000).

(15)

Daur Pertumbuhan Hutan

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar J, et.al 1984. Ekologi Ekosistem Sumatera. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta.

MacKinnon K, et.al. 2000. Ekologi Kalimantan. Prenhallindo. Jakarta.

Monk KA, Fretes YD, Lilley GR. 2000. Ekologi Nusa Tenggara dan Maluku. Prenhallindo. Jakarta.

Whitmore, TC. 1998. An Introduction to Tropical Rain Forests. Oxford University Press Inc. New York.

Gambar

Gambar 1. Lapisan Tajuk Hutan Hujan Dataran Rendah Sumber : http://www.ac-nancy-metz.fr/enseign/anglais/Henry/trees.htm
Gambar 2. Nangka Artocarpus heterophyllus Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Cauliflory
Gambar 3 . Rafflesia arnoldi,  Jenis langka tumbuh di dataran rendah

Referensi

Dokumen terkait

Anak yang mempunyai kebiasaan/ kegemaran membaca tentu memiliki minat terhadap buku/ bacaan, atau sebaliknya orang yang punya minat yang besar terhadap bacaan karena

Meskipun teknik-teknik ini dapat diadaptasikan pada masalah-maslah prakiraan model area terbatas (regional).. Struktur vertikal model adalah penting dalam menemukan

Adapun parameter-parameter yang dikalibrasi ditentukan berdasarkan ketentuan Tabel 3 dan hasil simulasi yang dilakukan dengan nilai awal parameter dari IFAS (tanpa

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan

Proses awal hingga akhir penelitian ini telah dilalui menggunakan model Support Vector Machine dengan metode kernel trick untuk memprediksi Forex menggunakan data arus

Puji Syukur Penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul Efektivitas

Meskipun demikian gaya tumbukan ini mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap check dam, dimana check dam dapat mengalami pecah/retak akibat energi kinetis dari kecepatan

Jelaslah bahwa maksud yang diujarkan oleh informan tidak akan dapat dimengerti oleh mitra tuturnya karena inferensi dalam kalimat tersebut berbeda dengan yang dikehendaki