• Tidak ada hasil yang ditemukan

Simalungun Chihou No Syakai No Jinsei Tetsugaku = Filosofi Hidup Masyarakat Simalungun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Simalungun Chihou No Syakai No Jinsei Tetsugaku = Filosofi Hidup Masyarakat Simalungun"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

SIMALUNGUN CHIHOU NO SYAKAI NO JINSEI TETSUGAKU

KERTAS KARYA Dikerjakan

O L E H

IMELDA MAYESTIKA PURBA NIM: 062203027

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA DALAM BIDANG STUDI BAHASA JEPANG

(2)

SIMALUNGUN CHIHOU NO SYAKAI NO JINSEI TETSUGAKU

Kertas Karya ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar fakultas sastra USU Medan, Untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Diploma III dalam Bidang Studi Bahasa Jepang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA DALAM BIDANG STUDI BAHASA JEPANG

(3)

DISETUJUI OLEH

Program Diploma Sastra dan Budaya Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara Medan

Program studi Bahasa Jepang Ketua,

Adriana Hasibuan,S,S,M.Hum. NIP 131662152

(4)

PENGESAHAN

Diterima oleh:

Panitian Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Drs.Syaifuddin,M.A,Ph.D NIP 132098531

Panitia

No. Nama Tanda Tangan

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga Penulis dapat menyelesaikan kertas karya yang berjudul “ FILOSOFI HIDUP MASYARAKAT SIMALUNGUN”.

Meskipun banyak kesulitan dalam penulisan kertas karya ini karena pengetahuan Penulis yang terbatas, tetapi berkat bimbingan, bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, maka Penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.

Dalam penulisan kertas karya ini, Penulis banyak menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu Penulis menyelesaikan kertas karya ini, terutama kepada :

1. Bapak Drs.Syaifuddin, M.A, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Adriana Hasibuan, S.S, M.Hum, selaku ketua Program Studi D3 Bahasa Jepang Fakultaas Sastra Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Eman Kusdiana, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing yang dengan iklas Meluangkan waktu untuk memberi bimbingan dan pengarahan kepada Penulis sampai kertas karya ini dapat sdiselesaikan.

4. Dosen pembaca Bapak Prof.Drs.Hamzon Situmorang,M.S.Ph.D 5. Bapak Drs. Eman Kusdiana, M.Hum, selaku Dosen Wali

6. Seluruh Staf pengajar program studi Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

(6)

8. Teman – teman Fakultas Sastra D3 Bahasa JEpang Stambuk ’06 ,teristimewa untuk Entryni, Emaliani, Ester, Donam, Wisda

9. Teman – teman kost dan semua pihak yang telah memberi banyak bantuan dan dukungan.

Tiada lain harapan penulis semoga Tuhan Ynag Maha Esa memberi RahmatNya kepada kepa semua yang diseutkan diatas.

Akhir kata penulis mengucapkan Terimakasih untuk semua bantuan dan dukungan selama ini. Semoga kertas karya ini berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 2009

Penulis

062203027

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGGANTAR………i

DAFTAR ISI……….…ii

BAB I PENDAHULUAN………1

1.1Alasan Pemilihan Judul……….1

1.2Batasan Masalah………1

1.3Tujuan Pemilihan Judul……….2

1.4Metode Penulisan………...2

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH SIMALUNGUN.……….3

2.1 Letak Geografis………..3

2.2 Penduduk………3

2.3 Mata Pencaharian………4

2.4 Metode Penulisan...4

BAB I II FILOSOFI HIDUP MASYARAKAT SIMALUNGN...5

3.1 Habonaron Do Bona...5

3.2 Pandangan Reliji Tradisional Simalungun...7

3.3 Bersumpah...11

3.4 Filosopi Dalam Budaya Adat...12

3.5 Filosopi Ayam Dalam Adat...13

BAB IV...15

4.1 Kesimpulan...15

4.2 Saran...15

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Masyarakat Simalungun adalah salah satu suku batak yang ada di Sumatera Utara yang memiliki filosopi hidup Habonaron do Bona yang artinya kebenaran adalah dasar dari segala sesuatu. Filosopi ini mengajarkan Masyarakat Simalungun supaya dalam hidup bermasyarakat semuanya didasarkan pada kebenaran.

Akhir – akhir ini para kawula muda kurang menerapkannya pada pada kehidupan sehari – hari karena kurang memahami artinya.

Karena alasan itulah penulis menuliskan kertas karya ini, dimana penulis telah menjelaskannya secara singkat dan jelas agar Masyarakat Simalungun dapat mengerti dan mengetahui makna dari filsafah Habonaron Do Bona.

1.2 Batasan Masalah

Didalam karya tulis ini penulis hanya membatasi masalah hanya pada : 1. Pandangan Religi Tradisional simalungun

2. Habonaron Do Bona 3. Bersumpah

(9)

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan Penulis dalam menyusun kertas karya ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menambah wawasan pembaca dan penulis mengenai Filosofi Hidup

Masyarakat Simalungun.

2. Untuk mengenal kepribadian masyarakat simalungun.

3. Agar masyarakat simalungun mengetahui makna yang terkandung dalam filosopi habonaron do bona.

4. Salah satu syarat penulisan Tugas Akhir untuk kelulusan D3 Bahasa Jepang.

1.4 Metode Penulisan

(10)

BAB II

GAMBARAN UMUM WILAYAH SIMALUNGUN

2.1 Lokasi dan Lingkungan Alam

Kabupaten Simalungun terletak antara 02˚36’ – 03˚1’ Lintang Utara dan

berbatasan dengan lima kabupaten yaitu : Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Karo, Kabupaten Toba, Kabupaten Samosir dan Kabupaten Asahan. Kabupaten Simalungun mempunyai luas 4.386.6 km2 atau 6,12% dari luas wilayah propinsi Sumatera Utara. Ibukota Kabupaten Simalungun adalah Pematang Siantar. Sekarang kabupaten ini terdiri dari 31 kecamatan.

2.2 Penduduk

Penduduk asli kabupaten Simalungun adalah suku simalungun. Jumlah penduduknya adalah 841.189 jiwa. Meskipun Kabupaten Simalungun adalah tanah leluhur orang Simalungun, namun belakangan ini secara statistic orang Simalungun adalah penduduk peringkat mayoritas ke-tiga di kabupaten Simalungun, setelah orang jawa dan orang yang berasal dari Toba. Orang Simalungun justru diperkirakan lebih banyak tingggal di luar wilayah Simalungun. Sedangkan suku pendatang di simalungun adalah suku jawa dan suku batak toba.

2.3 Mata Pencaharian

(11)

adalah bertani. Masyarakat simalungun bercocok tanam diladang atau disawah. Pada umumya mereka menanam padi. Kemudian mereka merawat dan membersihkan rumputnya dengan cara bergotong royong. Selain itu mereka juga menanam sayur – sayuran dan buah – buahan.

2.4 Kepercayaan

(12)

BAB III

FILOSOFI HIDUP MASYARAKAT SIMALUNGUN

3.1 Habonaron Do Bona

Ada suatu pemahaman yang sangat kental pada orang simalungun bahwa Naibata itu Maha kuasa, Maha adil dan Maha benar. Manusia juga dituntut untuk bersikap benar. Segala sesuatu harus didasarkan pada hal yang benar. Inilah prinsip dasar dari Filosofi “Habonaron Do Bona” pada masyarakat simalungun.

Falsafah Habonaron Do Bona merupakan filosofi hidup bagi orang simalungun. Habonaron Do Bona artinya adalah “ kebenaran adalah dasar segala sesuatu”. Artinya masyarakat simalungun menganut aliran pemikiran dan kepercayaan segala sesuatu harus dilandasi oleh kebenaran.

Filosofi Habonaron Do Bona tercatat pertama sekali kurang lebih abad XV dalam pustaka kuno simalungun. “Pustaka Parmungmung Bandar Syah Kuda”. Bahwa suatu waktu , kerajaan Nagur ( simalungun ) mendapat serangan dari kerajaan Samidora ( Samudera Pasai ) Terjadi pertarungan sengit antara Sang MA jadi sebagai putera Mahkota kerajaan Nagur dan putera mahkota kerajaan Samidora yang hendak menguasai kerajaan Nagur. Putera mahkota kerajaan Samidora ingin menguasai kearajaan Nagur.

(13)

kali yang mengucapkan “ Habonaron Do Bona, Habonaron Do Bona, Habonaron Do Bona “.

Tetapi Putera mahkota Samidora ingin tetap menguasai kerajaan nagur sehingga tidak peduli dengan seruan tersebut. Dia tetap ingin mengalahkan Putera mahkota kerajaan Nagur. Akhirnya Burung Nanggordaha marah dan membunuh Putera kerajaan Samidora. Akhirnya putera kerajaan Nagurlah yang menang, sejak saat itulah Habonaron Do Bona menjadi filosofi hidup bagi masyarakat simalungun.

Para orang tua juga selalu menanamkan prinsip Habonaron Do Bona kepada anak cucunya. Harus bijaksana dalam bergaul ditengah masyarakat. Bagi masyarakat simalungun ada falsafah yang mengatakan “ totik mansiatkon diri, marombow bani simbuei. Artinya cermat ( bijak ) membawakan diri dan mengabdi kepada halayak umum. Sehingga selalu menyenangkan bagi orang lain. Hal inilah yang menjadikan orang simalungun lebih banyak beradaptasi ( menyesuaikan diri ) dengan suku lain. Ini juga yang membuat masyarakat simalungun sering melepaskan identitasnya, hanya untuk menyesuaikan diri dengan orang disekitarnya.

(14)

Menurut MD. Purba ada delapan nilai kebenaran yang terkandung dalam filosofi Habonaron Do Bona yakni :

1. Berpandangan yang benar 2. berencana ( beniat ) yang benar 3. Berbicara yang benar

4. Bekerja yang benar 5. Berkehidupan yang benar 6. Berusaha (berkarya) yang benar 7. Berprinsip yang benar

8. Berpikiran yang benar. .

3.2 Pandangan Reliji Tradisional Simalungun

Menurut kepercayaan Habonaron Do Bona, Tuhan adalah awal dari segala

sesuatu yang ada. Tuhan disebut sebagai Naibata. Tuhan adalah satu . Karena

Tuhan adalah awal dari semua yang ada didunia ini, maka dunia beserta seluruh

isinya adalah ciptaan Tuhan. Sebagai Pencipta, Tuhan juga menjadi pembimbing,

pemelihara dan penyelamat bagi semua makhluk ciptaan-Nya. Karena itulah

kekuasaan Tuhan tidak ada batasnya dan Tuhan bisa melimpahkan sebagian

kekuasaan-Nya kepada orang-orang suci yang bersih.

Kemudian ajaran Habonaron Do Bona mengatakan bahwa manusia adalah

diciptakan oleh Tuhan yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Sejak

(15)

sementara maka manusia akan sakit, dan jika roh meninggalkan manusia

selamanya maka akan meninggal. Roh kemudian hidup kekal di suatu alam

kehidupan bersama Tuhan. Roh manusia yang masih hidup disebut sebagai tondi,

sedangkan manusia yang sudah mati rohnya disebut sumagot.

Selanjutnya makna filosopi Habonaron Do Bona tentang alam mengatakan

bahwa alam adalah ciptaan Tuhan. Alam memiliki kekuatan. Dalam alam ini

penuh dengan kekuatan-kekuatan gaib, yaitu kekuatan yang berasal dari Tuhan

maupun dari arwah leluhur. Ada juga Tugas dan Kewajiban Manusia menurut

filosopi Habonaron Do Bona. Manusia adalah ciptaan Tuhan, maka manusia

mempunyai kewajiban dalam hidup di dunia ini baik tugas dan kewajiban

terhadap Tuhan, sesama maupun terhadap alam.

Menurut filosopi Habonaron Do Bona manusia wajib untuk selalu ingat

kepada Tuhan dan setiap hari menyembah Tuhan. Pada bulan besar ( bittang

baggal ) wajib melaksanakan penyembahan kepada Tuhan dan kepada leluhur. Di

samping itu ajaran Habonaron Do Bona juga mewajibkan untuk menghormati

dan menjiarahi makam leluhur. Upacara menyembah kepada Tuhan tidak

terpisahkan dengan upacara-upacara ritual adat.

Masyarakat simalungun mengenal bermacam-macam upacara seperti:

1. Upacara daur hidup.

(16)

3. Upacara pesta tuan ( Robu-robu ), yaitu upacara berdoa kepada Tuhan dan

kepada leluhur untuk memulai suatu usaha seperti bertani agar memperoleh

hasil yang memuaskan.

4. Upacara memasuki rumah baru.

5. Upacara menghormati roh leluhur pelindung desa.

6. Upacara menghormati roh suci penjaga desa.

7. Upacara menghormati keramat pelindung.

Manusia juga memiliki tugas dan kewajiban terhadap dirinya sendiri,

seperti: jujur terhadap diri sendiri, harus tahu malu dan harus tahu diri.

Tugas dan kewajiban manusia terhadap sesamanya menurut ajaran

Habonaron Do Bona ada dalam bentuk perintah-perintah dan larangan-larangan.

Apabila perintah dan larangan tersebut dipatuhi dapat menjadikan ketenteraman

dalam masyarakat.

Perintah-perintah dan larangan tersebut, adalah sebagai berikut:

1. Menghormati orang tua dan orang lain sesuai dengan tata krama.

2. Menghormati guru.

3. Membantu orang lain.

4. Tidak boleh membunuh sesama manusia, termasuk mengugurkan kandungan.

5. Tidak boleh kawin semarga.

6. Tidak boleh membuat orang lain meneteskan air mata sampai “berwarna

(17)

8. Tidak boleh menyusahkan orang lain.

9. Tidak boleh berbohong.

10.Tidak boleh memaki orang lain.

11.Tidak boleh membungakan uang.

12. Tidak boleh menipu dan mengkhianati orang lain.

Menurut ajaran Habonaron Do Bona tugas manusia terhadap alam adalah

manusia tidak boleh membunuh tumbuhan dan hewan liar secara sembarangan

karena perbuatan ini dapat merusak alam. Alam harus dijaga kelestariannya

karena alam memberikan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan manusia.

Rasa syukur dan permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

berhubungan dengan alam, misalnya dalam berbagai upacara yang dilakukan

dalam kegiatan pertanian, dimaksudkan agar alam bersahabat dengan manusia dan

memberikan hasil yang memuaskan. Upacara-upacara tersebut diantaranya adalah

robu buang boro ( mendoakan agar padi jangan diserang hama ), membere eme (

mendoakan saat padi sedang bunting ), memutik ( mendoakan saat padi sudah

menguning ), menutup panjang ( mendoakan saat padi sudah terkumpul pada

suatu tempat ) dan menutup hobon ( mendoakan rasa syukur karena seluruh hasil

panen telah terkumpul ).

3.3 Bersumpah

(18)

melakukan kejahatan, maka orang tersebut bisa mengangkat sumpah dengan mempertaruhkan sesuatu miliknya yang sangat berharga. Misalnya jiwa anaknya. Jika terbukti melakukan kejahatan tersebut maka anaknya akan menjadi tumbal.

Dalam bersumpah seseorang harus jujur karena jikalau bersumpah palsu maka tumbal sumpahnya menjadi nyata. Orang tidak berani berdusta hanya untuk menutupi kesalahan sesaat. Cara untuk mengangkat sumpah bermacam – macam. Ada yang bersumpah dengan sederhana, yakni hanya menyebut tumbalnya. Tetapi jika tidak ada yang ditumbalkan maka dapat juga bersumpah dengan menumbalkan dirinya sendiri. Disamping bersumpah disimalungun dulu ada suatu cara menguji kejujuran yakni dengan menyerukan sumpah kepada Naibata ( Tuhan ). Artinya biarlah Naibata yang nantinya akan membalas kan kepada pelaku kejahatan tersebut. Dan juga sebaliknya kalau seseorang menerima perlakuan yang kurang pantas orang itu tidak perlu terburu – buru melakukan pembalasan, mereka yakin Naibata yanh maha adil akan tetap membalasnya.

Nilai – nilai falsafah ini sangat positif dalam membentuk keharmonisan hidup dengan sesama. Falsafah ini membimbing manusia untuk hidup dalam kejujuran.

3.4 Filosofi dalam budaya adat

(19)

Tolu sahundulan artinya adalah bahwa dalam masyarakat simalungun, untuk menentukan suatu keputusan ditentukan oleh tiga pihak keluarga. Mereka duduk bersama dan berbiskusi untuk mengambil suatu keputusan. Ketiga pihak tersebut yakni : suhut ( pihak tuan rumah ), tondong ( pihak keluarga istri ), boru ( pihak keluarga suami )

Suhut sebagai tuan rumah dalam menentukan suatu keputusan harus meminta pendapat dari tondong ( saudara laki – laki dari sang istri ). Sementara dari pihak boru ( saudara perempuan sang suami ) harus meminta kesediaan tenaga untuk mengerjakan suatu keputusan yang akan dibuat. Tetapi dalam mengerjakan suatu kerja adat yang besar harus melibatkan dua pihak lagi yakni harus meminta hasehat dari tondong ni tondong dan meminta bantuan dari boru ni boru. Sehingga pada rencana kerja yang besar disebut dengan prinsip “tolu sahundulan lima saodoran”.

Penerapan prinsip adat ini bagi orang simalungun adalah setiap orang memiliki ikatan kekeluargaan yang luas dan kuat.

3.5 Filosofi Ayam Dalam Adat

(20)

Untuk mengerami telurnya rela menahan diri. Melindungi anaknya artinya selalu menjaga anaknya didalam sayapnya. Disiplin terhadap waktu artinya setiap subuh pada jam yang sama selalu berkokok tanpa mengenal waktu dan musim. Hal ini akan terbawa kedalam pola hidup pribadi setiap orang simalungun. Segala sesuatu harus dipertimbangkan dan didiskusikan dengan keluarga. Pribadi seseorang bukanlah miliknya sendiri tetapi milik dari keluarganya tanggung jawab juga bukan hanya bertanggung jawab pada dirinya sendiri tetapi ikut bertanggung jawab dalam keluarganya. Secara psikologi orang simalungun dituntut untuk lebih banyak bertanggung jawab. Tetapi disisi lain karena keputusan selalu melalui diskusi sering juga orang simalungun lamban dalam memutuskan sesuatu.

(21)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1Kesimpulan

1. Sejak dahulu para orang tua sudah mengajarkan filosofi Habonaron Do Bona pada keturunannya.

2. Filosopi Habonaron Do Bona tidak hanya dijunjung oleh masyarakat tetapi filosopi ini juga dijunjung oleh para pemimpin yang ada disimalungun.

3. Akhir –akhir ini para kawula muda di simalungun kurang memahami makna filosopi Habonaron Do Bona

4. 2 Saran

Bagi masyarakat simalungun supaya tetap menjaga dan melestarikan budaya simalungun. Dan juga supaya tetap mengetahui dan menerapkan filosopi hidup masyarakat simalungun dengan baik pada kehidupan sehari – hari. Sehingga kebudayaan nasional dapat terwujud dengan baik.

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait