• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN MOTIVASI SISWA KELAS X.1 SMA TEUKU UMAR SEMARANG MELALUI PEMBELAJARAN MULTIPLE INTELLIGENCES BERVISI SETS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN MOTIVASI SISWA KELAS X.1 SMA TEUKU UMAR SEMARANG MELALUI PEMBELAJARAN MULTIPLE INTELLIGENCES BERVISI SETS"

Copied!
264
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN

MOTIVASI SISWA KELAS X.1 SMA TEUKU UMAR

SEMARANG MELALUI PEMBELAJARAN

MULTIPLE INTELLIGENCES BERVISI SETS

skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kimia

oleh Nurul Muslimah

4301410068

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)
(3)
(4)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

 Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang

lain (Al-Hadits).

 Jika sore tiba, janganlah tunggu waktu pagi. Jika pagi tiba janganlah

tunggu waktu sore. Manfaatkan masa sehatmu sebelum tiba masa sakitmu,

dan manfaatkan masa hidupmu sebelum tiba masa ajalmu (Ibnu Umar).

Skripsi ini Penulis persembahkan untuk:

1. Bapak Sami’an dan Mami Istikomah yang selalu memberi dukungan,

semangat, dan inspirasi.

2. Semua saudara dan kerabat yang selalu peduli dan mengerti.

3. Segenap saudara seperjuangan yang telah genap menyempurnakan rukun

ukhuwah-nya.

4. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui Dikti yang telah

memberikan kesempatan kepada saya untuk kuliah di UNNES dengan

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah atas limpahan berkah, karunia, taufik, hidayah serta inayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan penegak risalah-Nya, semoga kita dapat meneladani sikap dan sifat beliau dalam peri kehidupan sehari-hari dan semoga kita mendapat syafa’atnya di yaumul akhir nanti, amin.

Skripsi dengan judul Upaya Peningkatan Hasil Belajar dan Motivasi Siswa Kelas X.1 SMA Teuku Umar Semarang melalui Pembelajaran Multiple Intelligences Bervisi SETS ini diajukan dalam rangka penyelesaian studi strata 1 untuk mencapai gelar sarjana pendidikan.

Dalam penyusunan karya tulis ini, Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Achmad Binadja, Apt. Ph.D sebagai Dosen Pembimbing atas bimbingannya selama penyusunan skripsi.

2. Dr. Sri Wardani, M.Si sebagai Dosen Penguji 1 atas bimbingannya selama penyusunan skripsi.

3. Prof. Drs. Kasmadi Imam Supardi MS sebagai Dosen Penguji 2 atas bimbingannya selama penyusunan skripsi.

4. Kepala SMA Teuku Umar Semarang dan Guru Kimia kelas X.1 selaku mitra dalam penelitian ini yang telah memberikan izin kepada Penulis untuk melakukan penelitian.

5. Kepala SMA Negeri 1 Pecangaan Jepara dan Guru Kimia kelas XII IPA selaku mitra dalam penelitian ini.

6. Rekan-rekan Rumah Tilawah Ihwah Rasul 24 dan 28, UKMP, MSF, SSC, KIK, SKI dan seluruh anggota rombel PGSBI Pendidikan Kimia 2010 yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada Penulis.

(6)

8. Pihak-pihak lain yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian dengan kebaikan yang lebih banyak, amin.

Usaha maksimal sudah Penulis lakukan dalam penyusunan skripsi ini, namun kesempurnaan hanya milik Allah Yang Maha Sempurna, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, 02 November 2014

(7)

ABSTRAK

Muslimah, Nurul. 2014. Upaya Peningkatan Hasil Belajar dan Motivasi Siswa Kelas X.1 SMA Teuku Umar Semarang melalui Pembelajaran Multiple Intelligences Bervisi SETS. Skripsi, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Prof. Dr. Achmad Binadja, Apt. Ph.D, dan Pembimbing Pendamping Prof. Dr. Kasmadi Imam Supardi MS dan Dr. Sri Wardani, M.Si

Kata Kunci: Multiple Intelligences, Visi SETS, Motivasi, Hasil Belajar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar peningkatan hasil belajar dan motivasi siswa kelas X.1 SMA Teuku Umar Semarang melalui pembelajaran Multiple Intelligences bervisi SETS. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas 3 siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Adapun perlakuan yang diberikan adalah melakukan diagnosis Multiple Intelligences yang dimiliki oleh siswa, kemudian menyusun rencana pembelajaran yang disesuaikan dengan

(8)

ABSTRACT

Muslimah, Nurul. 2014. The Efforts Of Increasing Learning Outcomes And Motivation Using Multiple Intelligences Learning That Feature SETS VisionOf The Student’s Class X.1 Of Teuku Umar Senior High School Semarang. Final Project, Chemistry Departement, Mathematics and Natural Sciences Faculty, Semarang State University. Main Advisor: Prof. Dr. Achmad Binadja, Apt. Ph.D, Co-advisor: Prof. Dr. Kasmadi Imam Supardi MS and Dr. Sri Wardani, M.Si

Keywords: Multiple Intelligences, SETS Vision, Motivation, Learning Outcomes,

This research was aimed to know the increasing learning outcomes and

motivation of the student’s class X.1 of Teuku Umar Senior High School

Semarang with Multiple Intelligences learning that feature SETS vision. This research type was a classroom-based action research which consists of 3 cycles, each cycle consisting of planning, acting, observing, and reflecting. The treatment given was diognizing the Multiple Intelligences owned by the student, then preparing learning plan adapted to the relevance Intelligences owned by the student. Measurement of students' motivation performed before and after the learning. The data analysis results showed that the learning outcomes of cognitive, affective, and psychomotor in the first cycle in average yielded 29, 71, and 52 respectively. Learning outcomes in the second cycle in average yielded of 37, 75, and 76 respectively for cognitive, affective, and psychomotor aspect. While the third cycle in average yielded 65, 79, and 78 for the cognitive, affective, and psychomotor learning outcomes. The results of the measurement of

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...i

PERNYATAAN...ii

PENGESAHAN...iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN...iv

KATA PENGANTAR...v

ABSTRAK...vii

DAFTAR ISI...ix

DAFTAR GAMBAR...xi

DAFTAR TABEL...xii

DAFTAR LAMPIRAN...xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1

1.2 Identifikasi Masalah...5

1.3 Rumusan Masalah...6

1.4 Tujuan Penelitian...7

1.5 Manfaat Penelitian...8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar...9

2.2 Hakikat Hasil Belajar...10

2.3 Hakikat Motivasi Belajar...11

2.4 Hakikat Pembelajaran Multiple Intelligences...14

2.5 Multiple Intelligences dalam Aktivitas Mengajar...17

2.6 Visi SETS...18

2.7 Tinjauan Kompetensi Hidrokarbon...21

2.8 Kajian Penelitian yang Relevan...32

2.9 Pembelajaran Mutiple Intelligences bevisi SETS pada Kompetensi Hidrokarbon...34

2.10 Kerangka Berpikir...39

2.11 Hipotesis Tindakan...40

BAB III METODE PENELITIAN 4.1 Subjek dan Lokasi Penelitian...42

4.2 Rancangan Penelitian...42

4.3 Prosedur Penelitian...43

(10)

4.5 Data dan Teknik Pengumpulan Data...45

4.6 Instrumen Penelitian...47

4.7 Uji Instrumen...48

4.8 Metode Analisis Data...58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian...63

4.2 Pembahasan...70

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan...84

5.2 Saran...84

DAFTAR PUSTAKA...85

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1. Keterkaitan masing-masing unsur SETS 19

Gambar 2.2. Kerangka berpikir 40

Gambar 3.1. Kerangka penelitian tindakan kelas 43

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1. Nama alkana dan alkil 24

Tabel 3.1. Rangkuman validitas angket motivasi 51 Tabel 3.2. Rangkuman validitas butir soal 54

Tabel 3.3. Klasifikasi daya pembeda soal 56

Tabel 3.4. Rangkuman daya beda soal uji coba 56

Tabel 3.5. Klasifikasi taraf kesukaran 57

Tabel 3.6. Rangkuman tingkat kesukaran soal uji coba 58 Tabel 4.1. Hasil belajar kognitif setiap siklus 66 Tabel 4.2. Hasil belajar afektif setiap siklus 67 Tabel 4.3. Hasil belajar psikomotorik setiap siklus 68 Tabel 4.4. Hasil pengukuran motivasi siswa 68

Tabel 4.5. Hasil observasi kinerja guru 69

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar nilai ulangan harian terpadu kelas X.1 89

2. Angket diagnosis kecerdasan majemuk 90

3. Data kecenderungan kecerdasan majemuk siswa kelas X.1 95

4. Silabi 99

5. Rencana pelaksanaan pembelajaran 106

6. Kisi-kisi soal uji coba 152

7. Soal uji coba 155

8. Kunci jawaban soal uji coba 176

9. Lembar jawab uji coba soal 179

10.Analisis validitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan 180 reliabilitas soal uji coba

11.Soal evaluasi setiap siklus 197

12.Kunci jawaban dan rubrik penilaian soal evaluasi tiap siklus 207

13.Kriteria penilaian afektif siswa 212

14.Uji reliabilitas lembar observasi afektif 214 15.Kriteria penilaian aspek psikomotorik 215 16.Uji reliabilitas lembar observasi psikomotorik 217

17.Kisi-kisi angket motivasi belajar 218

18.Lembar uji coba angket motivasi belajar siswa 219 19.Pedoman penskoran angket motivasi belajar siswa 222 20.Analisis uji coba lembar angket motivasi siswa 223 21.Lembar angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran 226

22.Analisis angket tanggapan siswa 228

23.Lembar observasi kinerja guru 230

24.Analisis hasil kinerja guru 232

25.Analisis hasil belajar kognitif siswa 233

26.Analisis hasil belajar afektif siswa 235

27.Analisis hasil belajar psikomotorik siswa 237 28.Analisis motivasi siswa sebelum dan sesudah pembelajaran 239

29.Dokumentasi penelitian 241

30.Hasil-hasil pekerjaan siswa 243

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan siswa pada dasarnya bergantung pada

unsur yang saling mempengaruhi, salah satunya yakni bakat yang telah dimiliki

oleh siswa sejak lahir. Bakat yang dimiliki siswa akan tumbuh dan berkembang

karena pengaruh lingkungan. Lingkungan akan lebih bermakna apabila terarah

pada bakat yang telah ada, walaupun tidak dipungkiri adanya kemungkinan

pertumbuhan dan perkembangan itu semata-mata hanya disebabkan oleh faktor

bakat saja atau oleh lingkungan saja. Meskipun demikian menciptakan kegiatan

belajar yang mampu mengembangkan hasil belajar yang maksimal merupakan

tugas dan kewajiban guru. Oleh karena itu guru harus memikirkan dan membuat

perencanaan kegiatan belajar mengajar yang dapat merangsang hasil belajar yang

efektif dan efisien (Oemar Hamalik, 2009).

Di dalam setiap kelas akan terkumpul siswa dengan kemampuan yang

berbeda-beda (kecerdasan, bakat, kecepatan belajar, dan sebagainya), disamping

itu gaya belajar mereka pun berbeda-beda. Gaya belajar adalah suatu cara yang

digunakan siswa untuk menerima informasi yang diberikan oleh guru. Sebagai

seorang guru ada baiknya juga memperhatikan cara belajar yang dilakukan oleh

siswa-siswanya selain memperhatikan bahan belajar dan kegiatan-kegiatan

belajar. Hal ini bertujuan agar guru dapat menentukan dengan seksama

bahan-bahan yang akan diberikan dengan menggunakan prosedur mengajar yang serasi

(15)

Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi perbedaan

individu tersebut adalah menggunakan pendekatan yang sesuai untuk tiap siswa.

Menurut Howard Gardner (1993), setiap individu setidaknya memiliki delapan

jenis kecerdasan, diantaranya yaitu : (1) kecerdasan linguistik, (2) matematis

logis, (3) spasial, (4) kinestetik jasmani, (5) musikal, (6) interpersonal, (7)

intrapersonal, (8) kecerdasan naturalis. Kedelapan jenis kecerdasan pada diri

masing-masing individu dapat dijadikan bahan acuan untuk mencari strategi

mengajar yang tepat bagi guru untuk mengembangkan potensi masing-masing

siswa.

Strategi pembelajaran Multiple Intelligences pada hakikatnya adalah upaya mengoptimalkan kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh setiap individu (siswa)

untuk mencapai kompetensi tertentu yang dituntut oleh sebuah kurikulum.

Amstrong (2002) seorang pakar di bidang Multiple Intelligences mengatakan, bahwa dengan teori kecerdasan majemuk memungkinkan guru mengembangkan

strategi pembelajaran inovatif yang relatif baru dalam dunia pendidikan.

Meskipun demikian, ia menambahkan, bahwa tidak ada rangkaian strategi

pembelajaran yang bekerja secara efektif untuk semua siswa. Setiap siswa

memiliki kecenderungan tertentu pada kedelapan kecerdasan yang ada. Oleh

karena itu suatu strategi mungkin akan efektif pada sekelompok siswa, tetapi akan

gagal bila diterapkan pada kelompok lain. Dengan dasar ini sudah seharusnya

guru memperhatikan jenis kecerdasan yang menonjol pada masing-masing siswa

agar dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat untuk mengoptimalkan

(16)

Pada hakikatnya, pembelajaran berbasis Multiple Intelligences (MI) adalah suatu upaya mengoptimalkan kecerdasan majemuk yang dimiliki setiap individu

(siswa) untuk mencapai kompetensi tertentu dengan cara mengkombinasikan

berbagai kecerdasan yang dimiliki oleh siswa. Pembelajaran berbasis Multiple Intelligences (MI) pada praktiknya adalah memacu kecerdasan yang menonjol pada diri siswa seoptimal mungkin, dan berupaya mempertahankan kecerdasan

lainnya pada standar minimal yang telah ditentukan oleh sekolah atau lembaga.

Dengan demikian, dalam praktik pembelajaran di sekolah sudah selayaknya

seorang guru memiliki data tentang tingkat kecenderungan Multiple Intelligences

yang dimiliki oleh setiap siswa.

Selain mengoptimalkan kecerdasan yang dimiliki oleh siswa, motivasi

belajar yang dimiliki siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran sangat berperan

dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran tertentu (Nashar,

2004:11). Siswa yang mempunyai motivasi tinggi dalam belajar memungkinkan

memperoleh hasil belajar yang tinggi, semakin tinggi motivasinya, maka semakin

tinggi prestasi belajar yang diperolehnya. Salah satu cara yang dapat digunakan

untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar adalah mengaitkan konsep

sains yang sedang dipelajari dengan teknologi terkait dan bagaimana dampaknya

penerapan teknologi itu terhadap lingkungan dan masyarakat.

Pendekatan SETS dalam pembahasannya lebih mengutamakan keterkaitan

antara topik bahasan dengan kehidupan sehari-hari siswa (Binadja dalam Laela,

2006). Ini berarti bahwa bahasan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari

siswa lebih diutamakan. Di samping itu masalah-masalah atau hal-hal yang

(17)

agar siswa tahu bahwa masyarakat di sekitar mereka sedang memiliki berbagai

masalah yang perlu segera diatasi. Dengan demikian pendekatan SETS dapat

membantu siswa dalam mengetahui sains dan teknologi yang digunakan dapat

berpengaruh terhadap lingkungan dan masyarakat.

Hasil observasi lapangan di SMA Teuku Umar Semarang pada kelas X.1

menunjukkan bahwa motivasi siswa dalam belajar Kimia cukup rendah, hal ini

ditunjukkan dari aktivitas siswa pada saat mengikuti pembelajaran. Sebanyak 24

dari 40 siswa melakukan aktivitas berbicara teman sebangku, bermain ponsel,

mendengarkan musik memakai headset, dan tidur.

Adapun hasil belajar siswa kelas X.1 SMA Teuku Umar tidak memenuhi

ketuntasan minimal, yakni dilihat dari hasil ulangan harian terpadu mata pelajaran

Kimia tahun ajaran 2013/2014. Sebanyak 33 dari 36 siswa tidak memenuhi

ketuntasan minimal yang dibebankan oleh sekolah yaitu 70. Adapun metode yang

dipakai guru dalam menjelaskan materi adalah metode ceramah berulang dengan

media papan tulis, sedangkan bahan ajar yang dipakai bersumber dari LKS yang

dimiliki oleh siswa.

Adapun hasil wawancara dengan guru Kimia kelas X.1 SMA Teuku Umar

Semarang menyatakan kesulitan menghadapi siswa kelas X.1 yang sering tidak

memperhatikan penjelasan guru, tidak disiplin dalam mengerjakan tugas, motivasi

dan aktivitas siswa yang rendah, serta banyaknya siswa yang sering mengganggu

teman sebangkunya. Upaya yang telah dilakukan guru untuk mengatasi siswa

(18)

bersangkutan, memberikan sanksi, dan mengeluarkan siswa dari kelas agar tidak

mengganggu pembelajaran yang sedang berlangsung.

1.2

Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil observasi awal ditemukan beberapa kondisi yang dapat

diidentifikasi sebagai berikut:

1.2.1 Kondisi Siswa

(1) Kurangnya perhatian siswa pada proses pembelajaran

(2) Siswa kurang memiliki rasa percaya diri pada saat bertanya,

mengemukakan pendapat dan menjawab pertanyaan

(3) Siswa kurang disiplin dalam pembelajaran

(4) Rendahnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran Kimia

(5) Rendahnya prestasi siswa pada mata pelajaran Kimia

1.2.2 Kondisi Guru

(1) Guru menyampaikan materi satu arah dengan metode yang bersifat

konvensional

(2) Belum adanya kolaborasi antara guru dan siswa

(3) Guru kurang menumbuhkan kepercayaan diri siswa

(4) Media yang dipakai hanya papan tulis

(5) Belum ditemukan strategi pembelajaran yang tepat untuk menangani kelas

(19)

1.2.3 Kondisi Proses Pembelajaran

(1) Kurangnya variasi dalam pembelajaran

(2) Metode yang sering digunakan adalah metode ceramah

(3) Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan konvensional

(4) Kurangnya media pembelajaran yang digunakan

1.2.4 Kondisi Sarana dan Prasarana

(1)Terdapat laboratorium Kimia yang cukup lengkap, namun pemanfaatannya

kurang optimal

(2)Terdapat ruang audio visual yang memadai, namun pemanfaatannya

kurang optimal

(3)Terdapat ruang komputer dan internet, namun pemanfaatannya kurang

optimal

Berdasarkan analisis kondisi tersebut diatas, maka penelitian ini diarahkan

untuk meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa kelas X.1 SMA Teuku Umar

Semarang tahun ajaran 2013/2014 pada mata pelajaran Kimia melalui

pembelajaran Multiple Intelligences bervisi SETS.

1.3

Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan yang dapat

dirumuskan sebagai berikut:

(1) Berapa besar peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada pembelajaran

Multiple Intelligences bervisi SETS?

(2) Berapa besar peningkatan hasil belajar afektif siswa pada pembelajaran

(20)

(3) Berapa besar peningkatan hasil belajar psikomotor siswa pada pembelajaran

Multiple Intelligences bervisi SETS?

(4) Berapa besar peningkatan motivasi siswa pada pembelajaran Multiple Intelligences bervisi SETS?

1.3.1 Pemecahan Masalah

Cara pemecahan masalah yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

memperbaiki proses pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran Multiple Intelligences bervisi SETS, melalui pembelajaran ini diharapkan hasil belajar dan motivasi siswa dalam pembelajaran Kimia akan meningkat.

1.4

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pembelajaran Multiple Intelligences bervisi SETS dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa kelas X.1 SMA Teuku Umar Semarang. Adapun tujuan khusus PTK ini adalah :

(1) mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif siswa sehingga mencapai

proporsi tiga perempat jumlah siswa di kelas X.1 mencapai ketuntasan KKM

(2) mengetahui peningkatan hasil belajar afektif siswa sehingga mencapai

proporsi tiga perempat jumlah siswa di kelas X.1 mendapat kategori baik

(3) mengetahui peningkatan hasil belajar psikomotor siswa sehingga mencapai

proporsi tiga perempat jumlah siswa di kelas X.1 mendapat kategori baik

(4) mengetahui peningkatan motivasi siswa dengan proporsi tiga perempat

(21)

1.5

Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam

dunia pendidikan, khususnya dalam bidang penerapan pembelajaran Multiple Intelligences bervisi SETS untuk meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa pada mata pelajaran Kimia.

1.5.2 Manfaat Praktis

(1) Bagi siswa, meningatkan motivasi belajar siswa, meningkatkan pemahaman

siswa, dan meningkatkan hasil belajar siswa.

(2) Bagi guru, menjadi bekal untuk mengatasi masalah yang terjadi pada proses

pembelajaran Kimia dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan yang

leih baik. Selain itu, sebagai alternatif pilihan bagi guru dalam membuat

strategi mengajar yang sesuai dengan kecerdasan siswa.

(3) Bagi peneliti,menjadi bekal bagi peneliti sebagai calon guru dalam membuat

strategi mengajar yang sesuai dengan kecerdasan siswa dan mengatasi

(22)

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1

Hakikat Belajar

Kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses transformasi ilmu

pengetahuan dan merupakan proses komunikasi. Proses transformasi berbagai

pengetahuan tersebut harus diciptakan atau diwujudkan melalui kegiatan

penyampaian dan tukar menukar informasi atau pesan, baik oleh guru dan peserta

didik.

Adapun yang dimaksud dengan belajar adalah perubahan tingkah laku yang

relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman (Thompson dalam Sudjana, 2004).

Menurut Gagne dalam Purwanto (2004), belajar terjadi apabila suatu situasi stimulasi

bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga

perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah mengalami situasi tersebut. Jadi suatu pembelajaran dikatakan

terjadi atau berhasil apabila stimulus (rangsangan) dan isi pembelajaran mampu

mempengaruhi dan mengubah performance seorang peserta didik dari waktu sebelum ia memperoleh pengajaran dengan setelah proses pengajaran berlangsung.

Sudjana (2004) menjelaskan belajar adalah suatu proses yang ditandai

adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan yang terjadi pada individu

merupakan perubahan bentuk seperti berubahnya pemahaman, pengetahuan, sikap,

(23)

baik. Dalam pengertian tersebut tahapan perubahan dapat diartikan sepadan dengan

proses. Jadi proses belajar adalah tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan

psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam

arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari keadaan sebelumnya. Uraian tersebut

menggambarkan bahwa belajar adalah aktifitas yang berproses menuju pada satu

perubahan dan terjadi melalui tahapan-tahapan tertentu.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah proses perubahan tingkah laku yang diwujudkan dalam bentuk pengetahuan,

pemahaman, keterampilan dan sikap berdasarkan pengalaman pribadi (individu),

maupun orang lain.

2.2

Hakikat Hasil Belajar

Winkel (2007) menyatakan hasil belajar adalah setiap macam kegiatan

belajar menghasilkan perubahan yang khas yaitu, belajar. Hasil belajar tampak dalam

suatu prestasi yang diberikan siswa, misalnya menyebutkan huruf dalam abjad secara

berurutan. Hasil belajar merupakan kemampuan, keterampilan, dan sikap seseorang

dalam menyelesaikan suatu hal. Hasil suatu pembelajaran (kemampuan,

keterampilan, dan sikap) dapat terwujud jika pembelajaran (kegiatan belajar

mengajar) terjadi (Arifin, 2000). Baik individu maupun tim, menginginkan suatu

pekerjaan dilakukan secara baik dan benar agar memperoleh hasil yang baik dari

pekerjaan tersebut. Keberhasilan ini akan tampak dari pemahaman, pengetahuan atau

(24)

kembali oleh Sudjana (2001), secara garis besar hasil belajar terbagi menjadi tiga

ranah, yaitu:

(1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam

aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

(2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu

penerimaan, jawaban, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

(3) Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar berupa keterampilan dan

kemampuan bertindak. Ketiga ranah tersebutlah yang akan menjadi objek

penilaian hasil belajar.

2.3

Hakikat Motivasi Belajar

Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan

mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Motivasi mengandung

adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan

sikap serta perilaku pada individu untuk belajar (Koeswara, et al dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006).

Menurut Clayton Alderfer (dalam Nashar, 2004:42) motivasi belajar adalah

kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat

untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin. Motivasi belajar yang

dimiliki siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran sangat berperan untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran tertentu (Nashar, 2004:11).

(25)

hasil belajar yang tinggi, semakin tinggi motivasinya, semakin intensitas usaha dan

upaya yang dilakukan, maka semakin tinggi prestasi belajar yang diperolehnya.

Lebih lanjut menurut Sardiman (2007) dalam proses belajar, motivasi sangat

diperlukan karena hasil belajar akan optimal kalau ada motivasi. Siswa akan berhasil

dalam belajar apabila dalam diri siswa ada suatu keinginan untuk belajar. Keinginan

belajar akan berpengaruh terhadap aktivitas siswa dalam proses belajar di sekolahan,

apabila memilki keinginan atau motivasi maka berpengaruh terhadap kegiatan belajar

di kelas sehingga menjadi siswa yang aktif di kelas.

Ada enam faktor yang mendukung sejumlah teori psikologi dan penelitian

terkait yang memiliki dampak substansial terhadap motivasi belajar, yaitu sebagai

berikut:

(1) Sikap

Sikap merupakan kombinasi dari konsep, informasi dan emosi yang

dihasilkan di dalam predisposisi untuk merespon orang, kelompok, gagasan,

peristiwa, atau objek tertentu secara menyenangkan atau tidak menyenangkan.

(2) Kebutuhan

Kebutuhan merupakan kondisi yang dialami oleh individu sebagai suatu

kekuatan internal yang memandu siswa mencapai tujuan. Perolehan tujuan

merupakan kemampuan melepaskan atau mengakhiri perasaan kebutuhan dan

tekanan.

(26)

Rangsangan merupakan perubahan di dalam persepsi atau pengalaman

dengan lingkungan yang membuat seseorang bersifat aktif. Rangsangan secara

langsung membantu memenuhi kebutuhan belajar siswa. Setiap siswa memiliki

keinginan untuk mempelajari sesuatu dan memiliki sikap positif terhadap materi

pembelajaran. Namun apabila mereka tidak menemukan proses pembelajaran yang

merangsang mengakibatkan siswa yang mulanya termotivasi untuk belajar pada

akhirnya menjadi terlihat bosan dalam pembelajaran

(4) Afeksi

Konsep afeksi berkaitan dengan pengalaman emosional-kecemasan,

kepedulian, dan pemilikan dari individu atau kelompok pada waktu belajar. Afeksi

dapat menjadi motivator intrinsik. Apabila emosi bersifat positif pada waktu kegiatan

belajar berlangsung, maka emosi mampu mendorong siswa untuk belajar keras.

(5) Kompetensi

Manusia pada dasarnya memilki keinginan untuk memperoleh kompetensi

dari lingkungannya. Teori kompetensi mengasumsikan bahwa siswa secara alamiah

berusaha keras untuk berinteraksi dengan lingkungannya secara efektif. Siswa secara

intrinsik termotivasi untuk menguasai lingkungan dan mengerjakan tugas-tugas

secara berhasil agar menjadi puas. Apabila siswa mengetahui bahwa dia merasa

mampu terhadap apa yang telah dipelajari, dia akan merasa percaya diri. Hal ini

dating dari kesadaran siswa bahwa dia secara intensional telah menguasai apa yang

(27)

(6) Penguatan

Penguatan merupakan peristiwa yang mempertahankan dan meningkatkan

kemungkinan respon. Para pakar psikologi telah menemukan bahwa perilaku

seseorang dapat dibentuk kurang lebih sama melalui penerapan penguatan positif atau

negatif. Penggunaan penguatan yang lebih efektif, seperti penghargaan terhadap hasil

karya siswa, pujian, penghargaan sosial, dan perhatian dinyatakan sebagai variabel

penting di dalam perancangan pembelajaran (Anni, 2004).

2.4 Hakikat Pembelajaran

Multiple Intelligences

Pemahaman mengenai kecerdasan di masyarakat kita masih terlalu sempit.

Sebagian besar orang mengatakan bahwa anak dikatakan cerdas atau pandai apabila

nilai matematika atau bahasanya 8-10 (skala 1-10) atau anak yang memiliki nilai tes

IQ yang tinggi. Hal ini ditentang oleh seorang psikolog Harvard, Howard Gardner,

dia mengemukakan sekurang-kurangnya ada delapan kecerdasan dasar dan

membahas kemungkinan adanya kecerdasan yang kesembilan. Delapan kecerdasan

itu dikenal dengan Multiple Intelligences (MI) meliputi 1) kecerdasan linguistik, 2) kecerdasan matematis-logis, 3) kecerdasan spasial, 4) kecerdasan kinestetis-jasmani,

5) kecerdasan musikal, 6) kecerdasan interpersonal, 7) kecerdasan intrapersonal dan

8) kecerdasan naturalis (Amstrong, 2004:2).

Adapun penjelasan kedelapan jenis kecerdasan di atas adalah sebagai

(28)

(1) Kecerdasan linguistik: kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif,

baik lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup kemampuan untuk

memanipulasi sintaks atau struktur bahasa, fonologi atau bunyi bahasa, semantik

atau makna bahasa, dan dimensi pragmatis atau kegunaan praktis dari bahasa.

(2) Kecerdasan logis-matematis: kemampuan menggunakan angka secara efektif.

Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap pola-pola dan hubungan-hubungan

yang logis, pernyataan dan dalil, fungsi, dan abstraksi terkait lainnya.

(3) Kecerdasan visual-spasial: kemampuan untuk memahami dunia visual-spasial

secara akurat. Kecerdasan ini melibatkan kepekaan terhadap warna, garis,

bentuk, ruang, dan hubungan-hubungan yang ada di antara unsur-unsur ini. Hal

ini mencakup kemampuan untuk memvisualisasikan, mewakili ide-ide visual

atau spasial secara grafis, dan mengorientasikan diri secara tepat dalam sebuah

matriks spasial.

(4) Kecerdasan kinestetik-tubuh: keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk

mengekspresikan ide-ide dan perasaan-perasaan dan kelincahan dalam

menggunakan tangan seseorang untuk menciptakan atau mengubah sesuatu.

Kecerdasan ini meliputi keterampilan fisik tertentu seperti koordinasi,

keseimbangan, ketangkasan, kekuatan, fleksibilitas, dan kecepatan.

(5) Kecerdasan musikal: kemampuan untuk merasakan, membedakan, menggubah,

dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik. Kecerdasan ini meliputi kepekaan

(29)

(6) Kecerdasan interpersonal: kemampuan untuk memahami dan membuat

perbedaan-perbedaan pada suasana hati, maksud, motivasi, dan perasaan

terhadap orang lain. Hal ini dapat mencakup kepekaan terhadap ekspresi wajah,

suara, dan gerak tubuh, kemampuan untuk membedakan berbagai jenis isyarat

interpersonal, dan kemampuan untuk merespon secara efektif isyarat-isyarat

tersebut dalam beberapa cara pragmatis.

(7) Kecerdasan intrapersonal: pengetahuan diri dan kemampuan untuk bertindak

secara adaptif berdasarkan pengetahuan itu. Kecerdasan ini termasuk memiliki

gambaran yang akurat tentang diri sendiri, kesadaran terhadap suasana hati dan

batin, maksud, motivasi, tempramen, dan keinginan, serta kemampuan untuk

mendisiplinkan diri, pemahaman diri, dan harga diri.

(8) Kecerdasan naturalis: keahlian dalam mengenali dan mengklasifikasikan

berbagai spesies flora dan fauna. Hal ini mencakup kepekaan terhadap fenomena

alam lainnya, dan dalam kasus yang tumbuh di lingkungan perkotaan,

kemampuan untuk membedakan benda-benda mati seperti mobil, sepatu, dan

sampul CD. (Armstrong, 2013)

Pembelajaran berbasis Multiple Intelligences (MI) pada praktiknya adalah memacu kecerdasan yang menonjol pada diri siswa seoptimal mungkin, dan berupaya

mempertahankan kecerdasan lainnya pada standar minimal yang telah ditentukan oleh

sekolah atau lembaga. Dengan demikian, dalam praktik pembelajaran di sekolah

(30)

2.5

Multiple Intelligences

dalam Akivitas Mengajar

Guru pada umumnya mempunyai gaya mengajar masing-masing yang sering

dipakai dalam menyampaikan suatu materi, namun inovasi model dan metode harus

senantiasa dilakukan karena siswa yang dihadapi adalah siswa yang berkembang dan

mempunyai kecerdasan menonjol yang berbeda-beda. Ada beberapa aktivitas yang

dapat dipakai dalam mengajar dengan pendekatan Multiple Intelligences, diantaranya:

Kecerdasan linguistik: aktivitas yang sesuai dengan kecerdasan ini adalah

membaca atau menulis cerita, mendengarkan dan membaca puisi, gurauan,

bercakap-cakap, bercerita, berkunjung ke pusat perbukuan, memberikan brainstorming,

menggunakan perbendaharaan kata, dan melakukan perkuliahan (Fadlon, 2006:43).

Kecerdasan Logis-matematis: aktivitas yang sesuai dengan kecerdasan ini

adalah memanipulasi angka, berpikir untuk membenarkan suatu hal, menjelaskan

fenomena yang terjadi di alam, mengurutkan, membuat permasalahan dan

menyelesaikannya, bermain puzzle logika, memanipulasi persamaan, bereksperimen, bermain dengan pertanyaan, dan praktik membandingkan (Al-Balushi, 2006: 6, Fathi,

2008:181).

Kecerdasan Visual-spasial: aktivitas yang sesuai dengan kecerdasan ini

adalah menggambar diagram, mewarnai, menggambar menggunakan komputer,

menggunakan ilustrasi, membayangkan, membuat model, membuat dan menggunkan

(31)

Kecerdasan kinestetik tubuh: aktivitas yang sesuai dengan kecerdasan ini

adalah menjajaki model taktil, tugas memanipulasi, bermain peran, menggunakan

material konkrit, mendramatisasi, membuat gerakan acak, dan menari (Fadlon, 2008:

129).

Kecerdasan musikal: aktivitas yang sesuai dengan kecerdasan ini adalah

menggunakan not musik, membuat pola ritmik, mengulang ritme dengan mulut ketika

sedang bekerja, dan menyanyikan lagu (Fathi, 2008: 182).

Fathi Abdulhamid Abdulkader et al (2008) menjelaskan aktivitas yang sesuai untuk kecerdasan interpersonal dan intrapersonal adalah bermain peran,

strategi dalam kerjasama, berinteraksi dengan audiens, mendiskusikan suatu isu,

bekerja secara kooperatif, menulis jurnal, menikmati ruangan pribadi, refleksi

perkembangan prestasi pada diri sendiri, pemberdayaan diri sendiri, menjalankan

tugas pribadi, dan menetapkan tujuan sendiri.

2.6

Visi SETS

SETS merupakan kepanjangan dari Science, Environment, Technology and Society. Dalam bahasa Indonesia menjadi sains (ilmu pengetahuan), lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Pada konteks pembelajaran bervisi dan berpendekatan

SETS, urutan SETS membawa pesan bahwa menggunakan sains (S-pertama) ke

bentuk teknologi (T) dalam memenuhi kebutuhan masyarakat (S-kedua) diperlukan

pemikiran tentang berbagai implikasinya dalam lingkungan (E) secara fisik maupun

(32)

Visi SETS merupakan cara pandang ke depan yang membawa ke arah

pemahaman bahwa segala sesuatu yang kita hadapi dalam kehidupan ini mengandung

aspek sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat sebagai satu kesatuan serta saling

mempengaruhi secara timbal balik (Binadja, 2005). Sementara pendekatan SETS

merupakan cara pembelajaran dengan cara mengaitkan hal yang dipelajari dengan

aspek sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat yang sesuai secara timbal balik

sebagai satu bentuk keterkaitan terintegratif (Binadja, 2006:12).

Secara keseluruhan keempat unsur SETS tersebut akan selalu menyatu tak

[image:32.612.250.427.386.516.2]

terpisahkan, seperti pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Keterkaitan masing-masing Unsur SETS

Unsur sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat dalam kehidupan

manusia saling berkaitan satu sama lain. Pembelajaran sains bervisi SETS memberi

penekanan penting yang saling berkaitan antara unsur-unsur SETS. Menurut Binadja

bahwa karakteristik dari pendekatan SETS adalah sebagai berikut:

(33)

(2) Murid dibawa ke situasi untuk memanfaatkan konsep sains ke bentuk teknologi

untuk kepentingan masyarakat

(3) Murid diminta untuk berpikir tentang bagaimana kemungkinan akibat yang

terjadi dalam proses pentransferan sains ke bentuk teknologi

(4) Murid diminta untuk menjelaskan keterkaitan antara unsur sains yang

dibincangkan dengan unsur lain SETS

(5) Murid dibawa untuk mempertimbangkan manfaat atau kerugian dari penggunaan

konsep sains tersebut bila diubah dalam bentuk teknologi berkenaan

(6) Dalam konteks konstruktivisme, murid dapat diajak berbincang tentang SETS

dari berbagai macam arah dan dari berbagai macam titik awal bergantung

pengetahuan dasar yang dimiliki oleh siswa yang bersangkutan

(Binadja, 1999)

Visi SETS sangat dianjurkan karena sejumlah kelebihan berikut ini (Binadja

2004:2)

(1) Visi SETS memberi peluang pada siswa untuk memperoleh pengetahuan

sekaligus kemampuan berpikir dan bertindak berdasarkan hasil analisis dan

sintesis yang bersifat komprehensif dengan memperhitungkan aspek sains,

teknologi, lingkungan, dan masyarakat sebagai satu kesatuan yang tak

terpisahkan.

(2) Visi dan pendekatan SETS memberi wadah secara mencukupi kepada para

pendidik dan siswa untuk menuangkan kemampuan berkreasi dan berinovasi

(34)

(3) Visi dan pendekatan SETS memberi kesempatan pendidik dan siswa untuk

mengaktualisasikan diri dengan keistimewaan/kelebihan SETS

Guna mengembangkan pembelajaran bervisi SETS, guru harus menyediakan

perangkat pembelajaran seperti silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),

bahan ajar sampai evaluasi yang di dalamnya memuat visi SETS itu sendiri.

Jadi dalam pembelajaran bervisi dan berpendekatan SETS, siswa diajak

untuk mengkaitkan antara unsur sains dalam pembelajaran yang sedang diikuti

dengan unsur lingkungan, teknologi dan masyarakat. Dengan menggunakan

pembelajaran bervisi dan berpendekatan SETS, diharapkan dapat menimbulkan kesan

yang baik terhadap pelajaran Kimia sehingga siswa lebih mudah mengikuti pelajaran

Kimia dan minat siswa untuk mengikuti pelajaran Kimia meningkat, yang pada

akhirnya siswa diharapkan bisa mendapatkan hasil belajar yang baik dan maksimal.

2.7

Tinjauan Kompetensi Hidrokarbon

Materi pokok dalam penelitian ini adalah hidrokarbon kelas X semester II

dengan standar kompetensi yaitu memahami sifat-sifat senyawa organik atas dasar

gugus fungsi dan senyawa makromolekul. Kompetensi dasarnya mencakup dua hal,

meliputi: (1) mendeskripsikan kekhasan atom karbon dalam membentuk senyawa

hidrokarbon, dan (2) menggolongkan senyawa hidrokarbon berdasarkan strukturnya

dan hubungannya dengan sifat senyawa. Analisis materi hidrokarbon adalah sebagai

berikut:

(35)

Adanya unsur karbon dan hidrogen dalam sampel organik juga dapat

ditunjukkan melalui percobaan sederhana, yaitu dengan uji pembakaran. Pembakaran

sampel organik akan mengubah C menjadi CO2 dan H menjadi H2O. Gas CO2 dapat

dikenali karena mengeruhkan air kapur, sedangkan air dapat dikenali dengan kertas

kobalt klorida yang berubah warna dari biru menjadi merah muda (Purba:2004:101).

2.7.2 Mendeskripsikan Kekhasan Atom Karbon dalam Senyawa Karbon

Atom C mempunyai konfigurasi elektron 2 4, sehingga elektron valensinya

adalah 4, artinya setiap satu atom C dapat membentuk 4 ikatan kovalen tunggal. Oleh

karena itu, atom C mempunyai sifat khas, yaitu mampu berikatan dengan atom C lain

membentuk rantai karbon yang sangat panjang dan bervariasi. Pada senyawa polimer,

panjang rantai C bisa mencapai ribuan atom C. (Justiana & Muchtaridi, 2009:282).

2.7.3 Membedakan Atom C primer, sekunder, tersier, dan kuarterner

C1 C1– C2 – C3 – C4 – C1

C1

Keterangan :

C1 = C primer jika atom C yang mengikat satu atom C lain

C2 = C sekunder jika atom C yang mengikat dua atom C lain

C3 = C tersier jika atom C yang mengikat tiga atom C lain

C4 = C kuarterner jika C yang mengikat empat atom C lain

(36)

2.7.4.1 Hidrokarbon Jenuh

Hidrokarbon jenuh yaitu hidrokarbon yang semua ikatan antarkarbonnya

merupakan ikatan tunggal (-C-C-). Hidrokarbon jenuh meliputi alkana dan

sikloalkana.

H H H H H H-C-C-C-C-C-H H H H H H

Pentana Siklobutana

2.7.4.2 Hidrokarbon Tak Jenuh

Hidrokarbon tak jenuh yaitu hidrokarbon yang dalam ikatan karbonnya

minimal terdapat satu ikatan rangkap dua atau ikatan rangkap tiga. Hidrokarbon tak

jenuh meliputi (1) alkena, (2) alkuna, (3) sikloalkena, dan (4) sikloalkuna.

1-propena 1-propuna

Sikloheksena Siklobutuna

2.7.5 Memberi Nama Senyawa Alkana, Alkena, dan Alkuna

Tata nama alkana menjadi dasar penamaan senyawa karbon lainnya, oleh

(37)

nama-nama alkana, setidaknya dari C1 hingga C10 dan nama-nama gugus alkil. Nama

(38)
[image:38.612.108.507.99.389.2]

Tabel 2.1. Nama Alkana dan Alkil Rumus Molekul

Alkana

Nama Alkana Rumus Molekul Alkil

Nama Alkil

CH4 Metana CH3- Metil

C2H6 Etana C2H5- Etil

C3H8 Propana C3H7- Propil

C4H10 Butana C4H9- Butil

C5H12 Pentana CH3-CH-

CH3

Isopropil

C6H14 Heksana CH3-CH2-CH-

CH3 Sek-butil (sekunder butil)

C7H16 Heptana CH3-CH-CH2-

CH3

Isobutil

C8H18 Oktana CH3

CH3-C- CH3

Ters-butil (tersier butil)

C9H20 Nonana

C10H22 Dekana

2.7.5.1 Tata Nama Alkana (CnH2n+2)

Alkana adalah senyawa hidrokarbon yang seluruh ikatannya berupa ikatan

jenuh. Adapun tata nama alkana adalah:

(1) Jika rantai karbon tak bercabang, maka nama alkananya sesuai dengan jumlah

atom karbon. Jika rantai karbon terdiri atas lebih dari 3 atom karbon maka diberi

awalan normal (n-)

Contoh : CH3–CH2–CH2–CH2–CH3 n-pentana

(2) Jika rantai karbon bercabang :

a) Tentukan rantai karbon terpanjang, dan ini merupakan nama alkananya.

(39)

c) Beri nomor rantai terpanjang sehingga gugus alkil mempunyai nomor

sekecil mungkin. Gunakan (-) untuk memisahkan nomor dari nama alkil.,

kemudian disambung nama alkil.

Contoh : 4CH3-3CH2-2CH-1CH3 2-metilbutana

CH3

d) Jika jumlah gugus alkil lebih dari satu. Untuk alkil tidak sejenis, nama alkil

dituliskan sesuai urutan abjad, gunakan (-) untuk memisahkan nomor atom

karbon pada rantai induk yang mengikat gugus alkil dari nama gugus alkil.

Contoh: 5CH3-4CH2-3CH-CH2-CH3 3-etil-2-metilpentana

CH3-2CH-1CH3

Untuk alkil sejenis, tulis nomor atom karbon pada rantai induk yang

mengikat gugus alkil sejenis dan pisahkan dengan koma (,).

Nama alkil ditulis sekali diberi awalan di (terdiri dari dua alkil), tri, tetra,

dst. Gunakan tanda (-) untuk memisahkan nomor dari nama alkil.

Contoh: 1

CH3-2CH2-3CH-4CH2-5CH-6CH2-7CH3 3,5-dimetilheptana CH3 CH3

e) Jika ada lebih dari satu kemungkinan penomoran rantai induk, maka gugus

alkil yang besar diberi nomor yang lebih kecil.

Contoh : 1

(40)

CH3 3-etil-6-metiloktana bukan 6-etil-3-metiloktana

f) Jika ada lebih dari satu kemungkinan penomoran rantai induk, maka pilih

rantai induk yang memiliki jumlah rantai cabang yang lebih banyak.

Contoh : 5CH3-4CH2-3CH-CH2-CH3 3-etil-2-metilpentana

CH3-2CH-1CH3 bukan 3-isopropilpentana

2.7.5.2Tata Nama Alkena (CnH2n)

Tata nama alkena menurut IUPAC mengikuti tata nama alkana, dengan

beberapa catatan penting:

(1) Rantai induk alkena adalah rantai karbon terpanjang yang mengandung ikatan rangkap dua C=C.

Rantai induk alkena

(2) Penomoran pada rantai induk dengan mengutamakan nomor C yang terikat

pada ikatan C=C memiliki nomor sekecil mungkin. 5

C–4C–3C=2C–1C 4-metil-2-pentena C

(3) Nama rantai induk dimulai dengan nomor atom C yang terikat pada ikatan

C=C diikuti tanda (-) kemudian nama rantai induk (nama alkana dengan

akhiran –ana diganti –ena). 5

C–4C–3C=2C–1C 4-metil-2-pentena

C

(4) Jika terdapat cabang (gugus alkil) pada rantai induk, beri nama alkil yang

(41)

5

C–4C–3C=2C–1C 4-metil-2-pentena C

2.7.5.3Tata Nama Alkuna

Tata nama alkuna menurut IUPAC mengikuti tata nama alkena, dengan

beberapa catatan penting:

(1) Rantai induk alkuna adalah rantai karbon terpanjang yang mengandung ikatan rangkap tiga C≡C.

(2) Akhiran –ena pada alkena diganti –una.

Contoh: 6

C-5C–4C–3C-2C≡1C 4-metil-1-heksuna C

2.8.6 Hubungan Titik Didih Senyawa Hidrokarbon Dengan Massa Molekul

Relatifnya dan Strukturnya

Titik didih senyawa hidrokarbon dipengaruhi oleh massa molekul relatifnya

(Mr) dan strukturnya. Selain dipengaruhi oleh massa molekul relatifnya, titk didih

senyawa hidrokarbon dipengaruhi bentuk strukturnya. Senyawa hidrokarbon yang

memiliki Mr sama dengan struktur berbeda memiliki titik didih yang berbeda pula.

Contoh : Isomer dan titik didih senyawa C5H12 yang memiliki masa molekul relatif

72 yaitu (1) n-pentana (36◦C), (2) 2-metilbutana (28◦C), dan (3) dimetilpropana

(10◦C). Semakin banyak jumlah rantai cabang maka semakin rendah titik didihnya.

(42)

2.8.7.1 Isomer Alkana

Alkana hanya memiliki isomer kerangka. Contoh : C4H10

CH3-CH2-CH2-CH3 n-butana, titik didih -0,5◦C

CH3-CH-CH3 2-metilpropana, titik didih -11,7 ◦C

CH3

2.8.7.2Isomer Alkena

Alkena memiliki isomer kerangka, isomer posisi, dan isomer geometri.

Contoh:

(1) Isomer kerangka, contoh pada senyawa C4H8

CH3-CH2-CH=CH2 1-butena, titik didih -6,2◦C

CH3-C=CH2 2-metil-1-propena, titik didih -6,9◦C

CH3

(2) Isomer posisi

C4H8

CH3-CH2-CH=CH2 1-butena

CH3-CH=CH-CH3 2-butena

(3) Isomer geometri

Cis : jika atom/ gugus atom yang sejenis berada pada sisi yang sama

Trans : jika atom/ gugus atom yang sejenis berada pada sisi yang berbeda

(43)

Cis-2-butena Trans-2-butena

Titik didih 3,7◦C Titik didih 0,8◦C

2.8.7.3Isomer Alkuna

Alkuna memiliki isomer kerangka, dan isomer posisi. Contoh :

(1) Isomer kerangka

C5H8

CH3-CH2-CH2-C≡CH CH3-CH-C≡CH 3-metil-1-butuna

1-pentuna CH3

(2) Isomer posisi

Contoh:

C4H6

CH3-CH2-C≡CH CH3-C≡C-CH3

1-butuna 2-butuna

(Johari & Rachmawati, 2004:262-264)

2.8.8 Menuliskan Reaksi Sederhana pada Senyawa Alkana, Alkena, dan

Alkuna (Reaksi Oksidasi, Adisi, Substitusi, dan Eliminasi)

(44)

(1)Reaksi Pembakaran (Oksidasi): reaksi suatu zat dengan oksigen. Reaksi

pembakaran akan menghasilkan karbon dioksida dan air.

(2)Reaksi Adisi: reaksi penggabungan molekul atau reaksi pemutusan ikatan

rangkap.

(3)Reaksi Substitusi: reaksi penggantian atom oleh atom lainnya.

(4)Reaksi Eliminasi: reaksi penguraian molekul atau reaksi pembentukan ikatan

rangkap. Kebalikan dari reaksi adisi.

(5)Reaksi Polimerisasi: reaksi yang melibatkan penggabungan banyak molekul

alkena (monomer) membentuk molekul yang sangat besar disebut polimer.

2.8.8.1Reaksi Alkana

(1) Reaksi Pembakaran (Oksidasi)

CH4 + 2O2 CO2 + 2H2O

(2) Reaksi Substitusi

C2H6 + Cl2 UV C2H5Cl + HCl

(3) Reaksi Eliminasi

C2H6750-900◦C CH2=CH2 + H2

2.8.8.2Reaksi Alkena

(1) Reaksi Pembakaran (Oksidasi)

CH2=CH2 + 3O2 2CO2 + 2H2O

(2) Reaksi Polimerisasi

n/2 (CH2=CH2) katalis (CH2)n

(3) Reaksi Adisi

(45)

2.8.8.3Reaksi Alkuna

(1) Reaksi Adisi CH≡CH + Cl2 SiO2

CH=CH

Cl Cl

(2) Reaksi Oksidasi

CH≡CH + O2 2CO2 + H2O (Justiana & Muchtaridi, 2009:324-327)

2.8.9 Sifat-Sifat Alkana, Alkena, dan Alkuna

2.8.9.1 Sifat-sifat Alkana

(1) Bersifat nonpolar karena senyawa alkana tidak larut dalam air dan mempunyai

massa jenis < 1

(2) Semakin panjang rantai C, titik didihnya semakin tinggi (berlaku juga untuk

senyawa yang berisomer)

(3) Pada suhu kamar wujud snyawa alkana adalah sebagai berikut:

CH4 sampai dengan C4H10 berwujud gas

C5H12 sampai dengan C17H36 berwujud cair

> C18H38 berwujud padat

(4) Jika alkana direaksikan dengan unsur halogen (F2, Cl2, Br2, I2) atom H akan

tersubstitusi (diganti) oleh atom halogen.

2.8.9.2 Sifat-sifat Alkena

(46)

(1) Ikatan rangkap pada alkena dapat berubah menjadi ikatan tunggal (reaksi adisi)

dengan menangkap hidrogen, halogen, asam halida (HF, HCl, HBr, HI) dan

yang lain.

(2) Dapat membentuk polimer (penggabungan molekul-molekul sejenis

membentuk molekul raksasa)

2.8.9.3 Sifat-sifat Alkuna

(1) Tidak larut dalam air

(2) Pada suhu kamar, alkuna dengan jumlah atom C2-C4 berfase gas, C5-C10 berfase

cair, dan lebih dari C10 berfase padat.

(3) Semakin besar massa molekul relatifnya dan semakin banyak jumlah atom C

nya, maka titik didihnya semakin tinggi

(47)

2.8

Kajian Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian Isni Murdiyani (2012) menunjukkan bahwa perangkat

pembelajaran e-learning berbasis Multiple Intelligences pada pembelajaran Biologi pada materi sistem gerak manusia dapat meningkatkan hasil belajar siswa sebesar

21% dan ketuntasan belajar mencapai 100% serta terbukti dapat meningkatkan

efektivitas hasil belajar siswa.

Lebih lanjut Gokhan BAS dan Omer Beyhan (2010) yang meneliti pengaruh

pembelajaran Multiple Intelligences dengan model Project Based Learning (PBL) terhadap tingkat prestasi dan sikap siswa dalam pelajaran bahasa Inggris

menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan mengenai sikap siswa antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen yang diberi perlakuan pembelajaran

Multiple Intelligences dengan model PBL mempunyai motivasi belajar lebih tinggi, sehingga prestasi dan sikap siswa dalam kelas eksperimen lebih baik dibandingkan

dengan siswa dalam kelas kontrol yang diberi perlakuan pembelajaran konvensional.

Fathi Abdulhamid Abdulkader et al (2009) melakukan penelitan mengenai pembelajaran Multiple Intelligences pada anak berusia 5 tahun yang mempunyai kesulitan dalam belajar. Hasil yang diperoleh membuktikan bahwa pembelajaran

Multiple Intelligences lebih efektif untuk meningkatkan kemampuan membaca anak usia 5 tahun yang mempunyai kesulitan dalam belajar.

Hasil penelitian Jingchen xie dan Ruilin lin (2009) dari Taiwan mengenai

(48)

warna di suatu politeknik yang terletak di pusat Taiwan memberikan hasil bahwa

siswa dalam kelompok eksperimen lebih baik secara signifikan dalam mengerjakan

tugas proyek dan melakukan presentasi oral dibandingkan dengan kelas kontrol.

Juniati (2009) melakukan penelitian mengenai penggunaan pendekatan SETS

untuk meningkatkan aktivitas, hasil belajar, dan motivasi siswa dalam pembelajaran

fisika pada konsep energi dan daya listrik menemukan bahwa penggunaan

pendekatan SETS dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik kelas

IXE SMP Negeri 3 Purworejo tahun pelajaran 2009/2010.

Lebih lanjut Kiki Samiana (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh

pembelajaran Kimia berbasis masalah bervisi SETS terhadap kemampuan generik

sains siswa SMA N 1 Bodeh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran

Kimia berbasis masalah bervisi SETS mempunyai pengaruh positif terhadap

keterampilan generik sains siswa SMA N 1 Bodeh dalam pencapaian kompetensi

hidrokarbon.

Binadja et al (2008) melakukan penelitian mengenai keberkesanan pembelajaran Kimia materi ikatan Kimia bervisi SETS terhadap hasil belajar siswa

menunjukkan bahwa pembelajaran Kimia bervisi SETS membentuk kesan positif

dalam diri siswa kelas X SMA Negeri 1 Pati, kesan positif yang timbul akibat

pembelajaran bervisi SETS berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa kelas X

(49)

2.9

Pembelajaran

Multiple Intelligences

Bervisi SETS pada

Kompetensi Hidrokarbon

Pembelajaran Multiple Intelligences bervisi SETS yang dimaksudkan adalah pembelajaran yang memperhatikan kecerdasan-kecerdasan yang menonjol dalam diri

siswa dengan cara menggunakan strategi dan media yang disesuaikan dengan

kecerdasan menonjol yang dimiliki oleh siswa dan mengajak siswa untuk melihat

secara utuh bagaimana konsep sains yang sedang dipelajari bermanfaat dalam

penerapan teknologi yang membantu memudahkan kerja-kerja manusia, dan

bagaimana dampak penerapan teknologi tersebut bagi masyarakat dan lingkungan.

Hal ini sangat cocok dengan kompetensi hidrokarbon yang mengajak siswa untuk

melihat secara utuh bagaimana pemanfaatan senyawa hidrokarbon dalam kehidupan

sehari-hari, terlebih pada penerapan teknologi yang relevan, bagaimana dampak yang

ditimbulkan akibat implementasi teknologi terkait bagi masyarakat dan lingkungan.

Berdasarkan diagnosis Multiple Intelligences yang telah dilakukan, kecerdasan menonjol yang dimiliki oleh siswa kelas X.1 di antaranya kecerdasan

linguistik dimiliki oleh 24 siswa, kecerdasan logis-matematis dimiliki oleh 29 siswa,

kecerdasan visual-spasial dimiliki oleh 19 siswa, kecerdasan kinestetik-tubuh dimiliki

oleh 31 siswa, kecerdasan musikal dimiliki oleh 29 siswa, kecerdasan interpersonal

dimiliki oleh 28 siswa, kecerdasan intrapersonal dimiliki oleh 28 siswa, dan

kecerdasan naturalis dimiliki oleh 18 siswa.

Semua kecerdasan menonjol yang dimiliki oleh siswa diakomodasi untuk

(50)

kompetensi senyawa hidrokarbon, jenis-jenis senyawa hidrokarbon, sifat-sifat

senyawa hidrokarbon, dan implikasinya pada konteks SETS. Pada indikator siswa

mampu menjelaskan pengertian senyawa hidrokarbon, menjelaskan kekhasan atom

karbon dalam membentuk ikatan, melaksanakan percobaan untuk mengidentifikasi

unsur C, H, dan O dalam senyawa karbon digunakan berbagai strategi dan media

untuk menyentuh dan mengembangkan kecerdasan menonjol yang dimiliki oleh

siswa, misalnya untuk menyentuh kecerdasan linguistik siswa, guru melakukan

apersepsi di awal pembelajaran dengan bercerita mengenai pemanfaatan gas LPG

sebagai salah satu contoh senyawa hidrokarbon yang sangat potensial yang

belakangan menimbulkan pro dan kontra karena kebijakan pemerintah yang

mengkonversi minyak tanah ke gas. Selanjutnya untuk mengembangkan kecerdasan

lingusitik siswa guru meminta untuk mengkomunikasikan sejarah penemuan senyawa

organik.

Kecerdasan kinestetik-tubuh siswa dikembangkan dengan meminta siswa

untuk melakukan persiapan praktikum dan merangkai alat, selanjutnya siswa

melakukan praktikum identifikasi unsur C, H dan O pada senyawa karbon. Siswa

dibagi menjadi beberapa kelompok dalam pelaksanaan praktikum untuk

mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa. Selama praktikum kelas diiringi

dengan musik instrumental untuk menyentuh kecerdasan musikal siswa. Kemudian

meminta siswa untuk mencatat hasil praktikum, mempresentasikan hasil praktikum di

depan kelas, dan membuat laporan praktikum untuk mengembangkan kecerdasan

linguistik siswa. Kecerdasan logis-matematis dan visual-spasial siswa disentuh dan

(51)

SNMPTN mengenai pokok bahasan hidrokarbon yang ditulis dikertas warna-warni

sesuai dengan warna kesukaan masing-masing siswa.

Penampilan indikator siswa mampu membedakan jenis senyawa hidrokarbon

berdasarkan jenis ikatannya, memberikan nama senyawa hidrokarbon berdasarkan

aturan IUPAC digunakan strategi bernyanyi lagu hidrokarbon yang digubah oleh guru

dari lagu Heavy Rotation yang dipopulerkan oleh JKT 48, kemudian untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal dan kecerdasan kinestetik siswa dibagi

menjadi beberapa kelompok untuk berdiskusi dan membuat model molekul

menggunakan molymood. Sedangkan peta pikiran hidrokarbon dipakai untuk menyentuh dan mengembangkan kecerdasan visual-spasial siswa.

Penampilan indikator siswa mampu mendeskripsikan sifat fisik alkana,

alkena, dan alkuna, membedakan alkana, alkena, alkuna berdasarkan sifatnya

digunakan game edukatif monopoli untuk menyentuh dan mengembangkan kecerdasan logis-matematis siswa.

Penampilan indikator siswa mampu mendeskripsikan isomer pada alkana,

alkena, dan alkuna, menuliskan reaksi yang terjadi pada alkana, alkena, dan alkuna

serta meprediksikan produk yang terbentuk menggunakan media peta reaksi untuk

menyentuh dan mengembangkan kecerdasan logis-matematis dan visual-spasial

siswa.

Penampilan indikator siswa mampu memberikan contoh produk senyawa

turunan alkana, alkena, dan alkuna serta implikasi penggunaan produk senyawa

hidrokarbon dalam konteks SETS digunakan strategi demonstrasi pembuatan gas

(52)

untuk melakukan praktikum pembuatan lilin hias aromatherapi sebagai salah satu

turunan senyawa hidrokarbon untuk mengembangkan kecerdasan kinestetik tubuh

dan menumbuhkan jiwa kewirausahaan siswa. Kemudian topik-topik diskusi

dibagikan kepada kelompok-kelompok yang terdiri dari berbagai siswa dengan jenis

kecerdasan beragam untuk menganalisis mengenai topik yang diajukan dan

memberikan alternatif solusi untuk permasalahan yang ditimbulkan. Adapun

beberapa topik yang diajukan adalah gas etilen untuk pengelasan dan pematangan

buah ditinjau dari berbagai disiplin ilmu, metana hidrat sebagai salah satu sumber

energi potensial yang menjanjikan yang tertimbun di bawah laut, pengunaan plastik

sebagai salah satu senyawa turunan hidrokarbon dalam kehidupan sehari-hari, dan

kasus lumpur lapindo yang diangkat dari salah satu surat kabar yang memberikan

informasi bahwa ada 7 warga yang mengalami keracunan setelah menghirup gas yang

keluar dari semburan lumpur panas lapindo, dikabarkan BPLS Sidoardjo bahwa gas

yang disemburkan merupakan gas metana yang mudah terbakar. Selain itu, siswa juga

diajak untuk menganalisis pekerjaan apa saja yang dapat dilakukan di masa depan

yang berhubungan dengan hidrokarbon.

Pengembangan setiap kecerdasan yang dimiliki oleh siswa dilakukan dengan

pemberian tugas akhir yang disesuaikan dengan Multiple Intelligences yang dimiliki oleh siswa. Siswa dengan kecerdasan musikal menonjol ditugasi membuat lagu

gubahan hidrokarbon, melakukan rekaman dan membuat video klipnya. Siswa

dengan kecerdasan visual-spasial menonjol ditugasi membuat lukisan yang

berhubungan dengan hidrokarbon dan membuat visualisasi peta reaksi yang pernah

(53)

dengan kecerdasan linguistik menonjol ditugasi membuat skenario drama mengenai

hidrokarbon yang nantinya akan dipentaskan oleh kelompok siswa dengan kecerdasan

kinestetik-tubuh menonjol. Adapun siswa dengan kecerdasan kinestetik-tubuh

menonjol yang lain ditugasi melakukan produksi pembuatan lilin hias yang akan

dipasarkan ke masyarakat. Kelompok siswa dengan kecerdasan logis-matematis

menonjol ditugasi membuat permainan monopoli hidrokarbon dan TTS hidrokarbon

yang nantinya akan digunakan oleh guru dan siswa yang lain.

Selain penggunaan strategi yang beragam, penggunaan media beragam juga

ditekankan pada pembelajaran Multiple Intelligences bervisi SETS, yakni penggunaan modul hidrokarbon yang mengakomodasi semua kecerdasan menonjol

yang dimiliki oleh siswa. Modul hidrokarbon mempunyai beberapa karakteristik

sebagai berikut:

1) Penggunaan font warna-warni dan gambar ilustrasi yang beragam, untuk meyentuh kecerdasan visual-spasial siswa.

2) Pencantuman hasil-hasil penelitian terbaru mengenai hidrokarbon untuk

memancing siswa berpikir kritis dan analitis.

3) Kolom refleksi untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasi kompetensi yang

diharapkan.

4) Diagram SETS untuk mengajak siswa melihat secara menyeluruh konsep sains

yang sedang dipelajari dengan penerapan teknologi terkait, dan bagaimana

dampak penggunaan teknologi terkait bagi masyarakat dan lingkungan.

(54)

6) Art corner untuk menyentuh dan mengembangkan kecerdasan linguistik siswa, yaitu pantun dan puisi hidrokarbon.

7) Ayo ke laboratorium untuk menyentuh dan mengembangkan kecerdasan

kinestetik-tubuh siswa.

8) Asah otak dengan permainan mencari kata dan mengisi TTS untuk

mengembangkan kecerdasan logis-matematis siswa.

9) Uji dirimu untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasi kompetensi

hidrokarbon yang sedang dibahas.

Pembelajaran Multiple Intelligences bervisi SETS diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, sehingga akan berdampak pada peningkatan

hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor siswa.

2.9

Kerangka Berpikir

Kerangka pemecahan masalah dan gambaran pola pemecahannya melalui

tahapan seperti pada Gambar 2.2.

Hasil

1. Pembelajaran berjalan monoton 2. Strategi

pembelajaran kurang tepat 3. Teacher centered

4. Metode konvensional 5. Kualitas

pembelajaran kimia dan prestasi siswa rendah

6. Siswa kurang disiplin dalam pembelajaran

Pembelajaran

Multiple Intelligences

bervisi SETS

1. Diharapkan hasil belajar siswa meningkat 2. Diharapkan motivasi

siswa meningkat

Evaluasi Awal Evaluasi Akhir

(55)

2.10 Hipotesis Tindakan

Penelitian ini direncanakan terbagi ke dalam tiga siklus, setiap siklus

dilaksanakan mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Melalui ketiga siklus tersebut dapat diamati peningkatan hasil belajar dan motivasi siswa. Adapun hipotesis yang

diajukan adalah sebagai berikut:

(1) Pembelajaran Multiple Intelligences bervisi SETS dapat meningkatkan hasil belajar Kimia siswa kelas X.1 SMA Teuku Umar Semarang.

(56)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1

Subjek dan Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Teuku Umar Semarang yang

terletak di Jalan Karangrejo Tengah IX/99 untuk mata pelajaran Kimia. Adapun

subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X.1 tahun pelajaran 2013/2014 dengan

jumlah siswa sebanyak 36 orang, terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 15 siswa

perempuan.

3.2

Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari beberapa

siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Hasil refleksi setiap siklus digunakan untuk memperbaiki kekurangan dan kelemahan siklus sebelumnya. Jika

pada siklus 1 dan siklus 2 belum memenuhi target yang diinginkan, maka perlu

adanya tambahan siklus ke-3 sebagai perbaikan dan begitu seterusnya. Secara

keseluruhan kerangka penelitian tindakan kelas terlihat pada Gambar 3.1

Observasi Awal

Siklus I

Siklus II

Siklus III

Mencapai Indikator Belum Mencapai

Indikator

Analisis

Mencapai Indikator Belum Mencapai

Indikator Mencapai

(57)

3.3

Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan menggunakan prosedur sebagai berikut:

(1) Observasi awal untuk mengidentifikasi masalah dan analisis penyebab masalah

yang dilaksanakan melalui wawancara dengan guru mata pelajaran Kimia,

observasi pada saat pembelajaran Kimia di kelas, dan observasi keadaan

lingkungan sekolah.

(2) Bekerjasama dengan guru mata pelajaran Kimia untuk menentukan bentuk

tindakan sebagai solusi pemecahan masalah yaitu pembelajaran Multiple Intelligences bervisi SETS pada pokok bahasan Senyawa Hidrokarbon.

(3) Menyusun rencana pembelajaran

(4) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam pembelajaran

(5) Menyiapkan instrumen untuk mengukur hasil belajar kognitif, afektif,

psikomotor, angket terhadap pembelajaran, dan alat ukur motivasi siswa.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan melalui tiga siklus untuk melihat

pengingkatan hasil belajar dan motivasi siswa dalam mengikuti mata pelajaran Kimia

melalui pembelajaran Multiple Intelligences bervisi SETS. Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian yang ditempuh pada setiap siklus adalah sebagai berikut:

(58)

Tahap perencanaan meliputi pengenalan pembelajaran Multiple Intelligences bervisi SETS. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah membuat rencana

(59)

(2) Pelaksanaan (Acting)

Tahap pelaksanaan adalah tahap melakukan rencana yang sudah dibuat, adapun yang

dilakukan adalah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran

yang sudah dipersiapkan.

(3) Pengamatan (Observing)

Kegiatan penelitian ini dibantu oleh observer yaitu guru Kimia dalam melakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan. Observasi dilaksanakan bersama dengan <

Gambar

Gambar 2.1. Keterkaitan masing-masing Unsur SETS
Tabel 2.1. Nama Alkana dan Alkil
Tabel 3.1. Rangkuman Validitas Angket Motivasi
Tabel 3.3 Klasifikasi Daya Pembeda
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai seorang kepala madrasah, dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, kepala sekolah berperan sebagai pendidik, yaitu memberi contoh yang baik kepada

Ada pengaruh yang signifikan pengaruh modifikasi permainan bolavoli terhadap kerjasama siswa dalam pembelajaran pendidikan, jasmani, olahraga dan kesehatan siswa kelas X Boga 1

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh keputusan investasi terhadap nilai perusahaan, pengaruh keputusan pendanaan terhadap nilai perusahaan, pengaruh

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kualitas ikan tongkol (Euthynnus affinis) yang didistribusikan di tempat pelelangan ikan (TPI) Lampulo dan oleh

Suksesnya kegiatan KKS-Pengabdian tidak terlepas dari prosedur tahapan yang telah direncanakan yang telah dilakukan oleh tim DPL, aparat desa serta kerjasama yang baik

Mekanisme upaya keberatan terhadap putusan Badan Penyesaian Sengketa Konsumen di Pengadilan Negeri Makassar dapat dilakukan apabila terdapat salah satu pihak yang

Hasil : penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas fisik, tingkat asupan energi, tingkat asupan protein, tingkat asupan karbohidrat dan

Berdasarkan sketsa atau gambar rancangan yang telah dibuat, perkirakan alat dan bahan yang akan kamu butuhkan.. Catatlah kebutuhan alat dan bahan pada