UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN
MOTIVASI SISWA KELAS X.1 SMA TEUKU UMAR
SEMARANG MELALUI PEMBELAJARAN
MULTIPLE INTELLIGENCES BERVISI SETS
skripsi
disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kimia
oleh Nurul Muslimah
4301410068
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang
lain (Al-Hadits).
Jika sore tiba, janganlah tunggu waktu pagi. Jika pagi tiba janganlah
tunggu waktu sore. Manfaatkan masa sehatmu sebelum tiba masa sakitmu,
dan manfaatkan masa hidupmu sebelum tiba masa ajalmu (Ibnu Umar).
Skripsi ini Penulis persembahkan untuk:
1. Bapak Sami’an dan Mami Istikomah yang selalu memberi dukungan,
semangat, dan inspirasi.
2. Semua saudara dan kerabat yang selalu peduli dan mengerti.
3. Segenap saudara seperjuangan yang telah genap menyempurnakan rukun
ukhuwah-nya.
4. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui Dikti yang telah
memberikan kesempatan kepada saya untuk kuliah di UNNES dengan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah atas limpahan berkah, karunia, taufik, hidayah serta inayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan penegak risalah-Nya, semoga kita dapat meneladani sikap dan sifat beliau dalam peri kehidupan sehari-hari dan semoga kita mendapat syafa’atnya di yaumul akhir nanti, amin.
Skripsi dengan judul Upaya Peningkatan Hasil Belajar dan Motivasi Siswa Kelas X.1 SMA Teuku Umar Semarang melalui Pembelajaran Multiple Intelligences Bervisi SETS ini diajukan dalam rangka penyelesaian studi strata 1 untuk mencapai gelar sarjana pendidikan.
Dalam penyusunan karya tulis ini, Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Achmad Binadja, Apt. Ph.D sebagai Dosen Pembimbing atas bimbingannya selama penyusunan skripsi.
2. Dr. Sri Wardani, M.Si sebagai Dosen Penguji 1 atas bimbingannya selama penyusunan skripsi.
3. Prof. Drs. Kasmadi Imam Supardi MS sebagai Dosen Penguji 2 atas bimbingannya selama penyusunan skripsi.
4. Kepala SMA Teuku Umar Semarang dan Guru Kimia kelas X.1 selaku mitra dalam penelitian ini yang telah memberikan izin kepada Penulis untuk melakukan penelitian.
5. Kepala SMA Negeri 1 Pecangaan Jepara dan Guru Kimia kelas XII IPA selaku mitra dalam penelitian ini.
6. Rekan-rekan Rumah Tilawah Ihwah Rasul 24 dan 28, UKMP, MSF, SSC, KIK, SKI dan seluruh anggota rombel PGSBI Pendidikan Kimia 2010 yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada Penulis.
8. Pihak-pihak lain yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian dengan kebaikan yang lebih banyak, amin.
Usaha maksimal sudah Penulis lakukan dalam penyusunan skripsi ini, namun kesempurnaan hanya milik Allah Yang Maha Sempurna, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Semarang, 02 November 2014
ABSTRAK
Muslimah, Nurul. 2014. Upaya Peningkatan Hasil Belajar dan Motivasi Siswa Kelas X.1 SMA Teuku Umar Semarang melalui Pembelajaran Multiple Intelligences Bervisi SETS. Skripsi, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Prof. Dr. Achmad Binadja, Apt. Ph.D, dan Pembimbing Pendamping Prof. Dr. Kasmadi Imam Supardi MS dan Dr. Sri Wardani, M.Si
Kata Kunci: Multiple Intelligences, Visi SETS, Motivasi, Hasil Belajar
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar peningkatan hasil belajar dan motivasi siswa kelas X.1 SMA Teuku Umar Semarang melalui pembelajaran Multiple Intelligences bervisi SETS. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas 3 siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Adapun perlakuan yang diberikan adalah melakukan diagnosis Multiple Intelligences yang dimiliki oleh siswa, kemudian menyusun rencana pembelajaran yang disesuaikan dengan
ABSTRACT
Muslimah, Nurul. 2014. The Efforts Of Increasing Learning Outcomes And Motivation Using Multiple Intelligences Learning That Feature SETS VisionOf The Student’s Class X.1 Of Teuku Umar Senior High School Semarang. Final Project, Chemistry Departement, Mathematics and Natural Sciences Faculty, Semarang State University. Main Advisor: Prof. Dr. Achmad Binadja, Apt. Ph.D, Co-advisor: Prof. Dr. Kasmadi Imam Supardi MS and Dr. Sri Wardani, M.Si
Keywords: Multiple Intelligences, SETS Vision, Motivation, Learning Outcomes,
This research was aimed to know the increasing learning outcomes and
motivation of the student’s class X.1 of Teuku Umar Senior High School
Semarang with Multiple Intelligences learning that feature SETS vision. This research type was a classroom-based action research which consists of 3 cycles, each cycle consisting of planning, acting, observing, and reflecting. The treatment given was diognizing the Multiple Intelligences owned by the student, then preparing learning plan adapted to the relevance Intelligences owned by the student. Measurement of students' motivation performed before and after the learning. The data analysis results showed that the learning outcomes of cognitive, affective, and psychomotor in the first cycle in average yielded 29, 71, and 52 respectively. Learning outcomes in the second cycle in average yielded of 37, 75, and 76 respectively for cognitive, affective, and psychomotor aspect. While the third cycle in average yielded 65, 79, and 78 for the cognitive, affective, and psychomotor learning outcomes. The results of the measurement of
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...i
PERNYATAAN...ii
PENGESAHAN...iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN...iv
KATA PENGANTAR...v
ABSTRAK...vii
DAFTAR ISI...ix
DAFTAR GAMBAR...xi
DAFTAR TABEL...xii
DAFTAR LAMPIRAN...xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1
1.2 Identifikasi Masalah...5
1.3 Rumusan Masalah...6
1.4 Tujuan Penelitian...7
1.5 Manfaat Penelitian...8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar...9
2.2 Hakikat Hasil Belajar...10
2.3 Hakikat Motivasi Belajar...11
2.4 Hakikat Pembelajaran Multiple Intelligences...14
2.5 Multiple Intelligences dalam Aktivitas Mengajar...17
2.6 Visi SETS...18
2.7 Tinjauan Kompetensi Hidrokarbon...21
2.8 Kajian Penelitian yang Relevan...32
2.9 Pembelajaran Mutiple Intelligences bevisi SETS pada Kompetensi Hidrokarbon...34
2.10 Kerangka Berpikir...39
2.11 Hipotesis Tindakan...40
BAB III METODE PENELITIAN 4.1 Subjek dan Lokasi Penelitian...42
4.2 Rancangan Penelitian...42
4.3 Prosedur Penelitian...43
4.5 Data dan Teknik Pengumpulan Data...45
4.6 Instrumen Penelitian...47
4.7 Uji Instrumen...48
4.8 Metode Analisis Data...58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian...63
4.2 Pembahasan...70
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan...84
5.2 Saran...84
DAFTAR PUSTAKA...85
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1. Keterkaitan masing-masing unsur SETS 19
Gambar 2.2. Kerangka berpikir 40
Gambar 3.1. Kerangka penelitian tindakan kelas 43
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1. Nama alkana dan alkil 24
Tabel 3.1. Rangkuman validitas angket motivasi 51 Tabel 3.2. Rangkuman validitas butir soal 54
Tabel 3.3. Klasifikasi daya pembeda soal 56
Tabel 3.4. Rangkuman daya beda soal uji coba 56
Tabel 3.5. Klasifikasi taraf kesukaran 57
Tabel 3.6. Rangkuman tingkat kesukaran soal uji coba 58 Tabel 4.1. Hasil belajar kognitif setiap siklus 66 Tabel 4.2. Hasil belajar afektif setiap siklus 67 Tabel 4.3. Hasil belajar psikomotorik setiap siklus 68 Tabel 4.4. Hasil pengukuran motivasi siswa 68
Tabel 4.5. Hasil observasi kinerja guru 69
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Daftar nilai ulangan harian terpadu kelas X.1 89
2. Angket diagnosis kecerdasan majemuk 90
3. Data kecenderungan kecerdasan majemuk siswa kelas X.1 95
4. Silabi 99
5. Rencana pelaksanaan pembelajaran 106
6. Kisi-kisi soal uji coba 152
7. Soal uji coba 155
8. Kunci jawaban soal uji coba 176
9. Lembar jawab uji coba soal 179
10.Analisis validitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan 180 reliabilitas soal uji coba
11.Soal evaluasi setiap siklus 197
12.Kunci jawaban dan rubrik penilaian soal evaluasi tiap siklus 207
13.Kriteria penilaian afektif siswa 212
14.Uji reliabilitas lembar observasi afektif 214 15.Kriteria penilaian aspek psikomotorik 215 16.Uji reliabilitas lembar observasi psikomotorik 217
17.Kisi-kisi angket motivasi belajar 218
18.Lembar uji coba angket motivasi belajar siswa 219 19.Pedoman penskoran angket motivasi belajar siswa 222 20.Analisis uji coba lembar angket motivasi siswa 223 21.Lembar angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran 226
22.Analisis angket tanggapan siswa 228
23.Lembar observasi kinerja guru 230
24.Analisis hasil kinerja guru 232
25.Analisis hasil belajar kognitif siswa 233
26.Analisis hasil belajar afektif siswa 235
27.Analisis hasil belajar psikomotorik siswa 237 28.Analisis motivasi siswa sebelum dan sesudah pembelajaran 239
29.Dokumentasi penelitian 241
30.Hasil-hasil pekerjaan siswa 243
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan siswa pada dasarnya bergantung pada
unsur yang saling mempengaruhi, salah satunya yakni bakat yang telah dimiliki
oleh siswa sejak lahir. Bakat yang dimiliki siswa akan tumbuh dan berkembang
karena pengaruh lingkungan. Lingkungan akan lebih bermakna apabila terarah
pada bakat yang telah ada, walaupun tidak dipungkiri adanya kemungkinan
pertumbuhan dan perkembangan itu semata-mata hanya disebabkan oleh faktor
bakat saja atau oleh lingkungan saja. Meskipun demikian menciptakan kegiatan
belajar yang mampu mengembangkan hasil belajar yang maksimal merupakan
tugas dan kewajiban guru. Oleh karena itu guru harus memikirkan dan membuat
perencanaan kegiatan belajar mengajar yang dapat merangsang hasil belajar yang
efektif dan efisien (Oemar Hamalik, 2009).
Di dalam setiap kelas akan terkumpul siswa dengan kemampuan yang
berbeda-beda (kecerdasan, bakat, kecepatan belajar, dan sebagainya), disamping
itu gaya belajar mereka pun berbeda-beda. Gaya belajar adalah suatu cara yang
digunakan siswa untuk menerima informasi yang diberikan oleh guru. Sebagai
seorang guru ada baiknya juga memperhatikan cara belajar yang dilakukan oleh
siswa-siswanya selain memperhatikan bahan belajar dan kegiatan-kegiatan
belajar. Hal ini bertujuan agar guru dapat menentukan dengan seksama
bahan-bahan yang akan diberikan dengan menggunakan prosedur mengajar yang serasi
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi perbedaan
individu tersebut adalah menggunakan pendekatan yang sesuai untuk tiap siswa.
Menurut Howard Gardner (1993), setiap individu setidaknya memiliki delapan
jenis kecerdasan, diantaranya yaitu : (1) kecerdasan linguistik, (2) matematis
logis, (3) spasial, (4) kinestetik jasmani, (5) musikal, (6) interpersonal, (7)
intrapersonal, (8) kecerdasan naturalis. Kedelapan jenis kecerdasan pada diri
masing-masing individu dapat dijadikan bahan acuan untuk mencari strategi
mengajar yang tepat bagi guru untuk mengembangkan potensi masing-masing
siswa.
Strategi pembelajaran Multiple Intelligences pada hakikatnya adalah upaya mengoptimalkan kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh setiap individu (siswa)
untuk mencapai kompetensi tertentu yang dituntut oleh sebuah kurikulum.
Amstrong (2002) seorang pakar di bidang Multiple Intelligences mengatakan, bahwa dengan teori kecerdasan majemuk memungkinkan guru mengembangkan
strategi pembelajaran inovatif yang relatif baru dalam dunia pendidikan.
Meskipun demikian, ia menambahkan, bahwa tidak ada rangkaian strategi
pembelajaran yang bekerja secara efektif untuk semua siswa. Setiap siswa
memiliki kecenderungan tertentu pada kedelapan kecerdasan yang ada. Oleh
karena itu suatu strategi mungkin akan efektif pada sekelompok siswa, tetapi akan
gagal bila diterapkan pada kelompok lain. Dengan dasar ini sudah seharusnya
guru memperhatikan jenis kecerdasan yang menonjol pada masing-masing siswa
agar dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat untuk mengoptimalkan
Pada hakikatnya, pembelajaran berbasis Multiple Intelligences (MI) adalah suatu upaya mengoptimalkan kecerdasan majemuk yang dimiliki setiap individu
(siswa) untuk mencapai kompetensi tertentu dengan cara mengkombinasikan
berbagai kecerdasan yang dimiliki oleh siswa. Pembelajaran berbasis Multiple Intelligences (MI) pada praktiknya adalah memacu kecerdasan yang menonjol pada diri siswa seoptimal mungkin, dan berupaya mempertahankan kecerdasan
lainnya pada standar minimal yang telah ditentukan oleh sekolah atau lembaga.
Dengan demikian, dalam praktik pembelajaran di sekolah sudah selayaknya
seorang guru memiliki data tentang tingkat kecenderungan Multiple Intelligences
yang dimiliki oleh setiap siswa.
Selain mengoptimalkan kecerdasan yang dimiliki oleh siswa, motivasi
belajar yang dimiliki siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran sangat berperan
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran tertentu (Nashar,
2004:11). Siswa yang mempunyai motivasi tinggi dalam belajar memungkinkan
memperoleh hasil belajar yang tinggi, semakin tinggi motivasinya, maka semakin
tinggi prestasi belajar yang diperolehnya. Salah satu cara yang dapat digunakan
untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar adalah mengaitkan konsep
sains yang sedang dipelajari dengan teknologi terkait dan bagaimana dampaknya
penerapan teknologi itu terhadap lingkungan dan masyarakat.
Pendekatan SETS dalam pembahasannya lebih mengutamakan keterkaitan
antara topik bahasan dengan kehidupan sehari-hari siswa (Binadja dalam Laela,
2006). Ini berarti bahwa bahasan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
siswa lebih diutamakan. Di samping itu masalah-masalah atau hal-hal yang
agar siswa tahu bahwa masyarakat di sekitar mereka sedang memiliki berbagai
masalah yang perlu segera diatasi. Dengan demikian pendekatan SETS dapat
membantu siswa dalam mengetahui sains dan teknologi yang digunakan dapat
berpengaruh terhadap lingkungan dan masyarakat.
Hasil observasi lapangan di SMA Teuku Umar Semarang pada kelas X.1
menunjukkan bahwa motivasi siswa dalam belajar Kimia cukup rendah, hal ini
ditunjukkan dari aktivitas siswa pada saat mengikuti pembelajaran. Sebanyak 24
dari 40 siswa melakukan aktivitas berbicara teman sebangku, bermain ponsel,
mendengarkan musik memakai headset, dan tidur.
Adapun hasil belajar siswa kelas X.1 SMA Teuku Umar tidak memenuhi
ketuntasan minimal, yakni dilihat dari hasil ulangan harian terpadu mata pelajaran
Kimia tahun ajaran 2013/2014. Sebanyak 33 dari 36 siswa tidak memenuhi
ketuntasan minimal yang dibebankan oleh sekolah yaitu 70. Adapun metode yang
dipakai guru dalam menjelaskan materi adalah metode ceramah berulang dengan
media papan tulis, sedangkan bahan ajar yang dipakai bersumber dari LKS yang
dimiliki oleh siswa.
Adapun hasil wawancara dengan guru Kimia kelas X.1 SMA Teuku Umar
Semarang menyatakan kesulitan menghadapi siswa kelas X.1 yang sering tidak
memperhatikan penjelasan guru, tidak disiplin dalam mengerjakan tugas, motivasi
dan aktivitas siswa yang rendah, serta banyaknya siswa yang sering mengganggu
teman sebangkunya. Upaya yang telah dilakukan guru untuk mengatasi siswa
bersangkutan, memberikan sanksi, dan mengeluarkan siswa dari kelas agar tidak
mengganggu pembelajaran yang sedang berlangsung.
1.2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil observasi awal ditemukan beberapa kondisi yang dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
1.2.1 Kondisi Siswa
(1) Kurangnya perhatian siswa pada proses pembelajaran
(2) Siswa kurang memiliki rasa percaya diri pada saat bertanya,
mengemukakan pendapat dan menjawab pertanyaan
(3) Siswa kurang disiplin dalam pembelajaran
(4) Rendahnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran Kimia
(5) Rendahnya prestasi siswa pada mata pelajaran Kimia
1.2.2 Kondisi Guru
(1) Guru menyampaikan materi satu arah dengan metode yang bersifat
konvensional
(2) Belum adanya kolaborasi antara guru dan siswa
(3) Guru kurang menumbuhkan kepercayaan diri siswa
(4) Media yang dipakai hanya papan tulis
(5) Belum ditemukan strategi pembelajaran yang tepat untuk menangani kelas
1.2.3 Kondisi Proses Pembelajaran
(1) Kurangnya variasi dalam pembelajaran
(2) Metode yang sering digunakan adalah metode ceramah
(3) Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan konvensional
(4) Kurangnya media pembelajaran yang digunakan
1.2.4 Kondisi Sarana dan Prasarana
(1)Terdapat laboratorium Kimia yang cukup lengkap, namun pemanfaatannya
kurang optimal
(2)Terdapat ruang audio visual yang memadai, namun pemanfaatannya
kurang optimal
(3)Terdapat ruang komputer dan internet, namun pemanfaatannya kurang
optimal
Berdasarkan analisis kondisi tersebut diatas, maka penelitian ini diarahkan
untuk meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa kelas X.1 SMA Teuku Umar
Semarang tahun ajaran 2013/2014 pada mata pelajaran Kimia melalui
pembelajaran Multiple Intelligences bervisi SETS.
1.3
Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan yang dapat
dirumuskan sebagai berikut:
(1) Berapa besar peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada pembelajaran
Multiple Intelligences bervisi SETS?
(2) Berapa besar peningkatan hasil belajar afektif siswa pada pembelajaran
(3) Berapa besar peningkatan hasil belajar psikomotor siswa pada pembelajaran
Multiple Intelligences bervisi SETS?
(4) Berapa besar peningkatan motivasi siswa pada pembelajaran Multiple Intelligences bervisi SETS?
1.3.1 Pemecahan Masalah
Cara pemecahan masalah yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
memperbaiki proses pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran Multiple Intelligences bervisi SETS, melalui pembelajaran ini diharapkan hasil belajar dan motivasi siswa dalam pembelajaran Kimia akan meningkat.
1.4
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pembelajaran Multiple Intelligences bervisi SETS dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa kelas X.1 SMA Teuku Umar Semarang. Adapun tujuan khusus PTK ini adalah :
(1) mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif siswa sehingga mencapai
proporsi tiga perempat jumlah siswa di kelas X.1 mencapai ketuntasan KKM
(2) mengetahui peningkatan hasil belajar afektif siswa sehingga mencapai
proporsi tiga perempat jumlah siswa di kelas X.1 mendapat kategori baik
(3) mengetahui peningkatan hasil belajar psikomotor siswa sehingga mencapai
proporsi tiga perempat jumlah siswa di kelas X.1 mendapat kategori baik
(4) mengetahui peningkatan motivasi siswa dengan proporsi tiga perempat
1.5
Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam
dunia pendidikan, khususnya dalam bidang penerapan pembelajaran Multiple Intelligences bervisi SETS untuk meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa pada mata pelajaran Kimia.
1.5.2 Manfaat Praktis
(1) Bagi siswa, meningatkan motivasi belajar siswa, meningkatkan pemahaman
siswa, dan meningkatkan hasil belajar siswa.
(2) Bagi guru, menjadi bekal untuk mengatasi masalah yang terjadi pada proses
pembelajaran Kimia dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan yang
leih baik. Selain itu, sebagai alternatif pilihan bagi guru dalam membuat
strategi mengajar yang sesuai dengan kecerdasan siswa.
(3) Bagi peneliti,menjadi bekal bagi peneliti sebagai calon guru dalam membuat
strategi mengajar yang sesuai dengan kecerdasan siswa dan mengatasi
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Hakikat Belajar
Kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses transformasi ilmu
pengetahuan dan merupakan proses komunikasi. Proses transformasi berbagai
pengetahuan tersebut harus diciptakan atau diwujudkan melalui kegiatan
penyampaian dan tukar menukar informasi atau pesan, baik oleh guru dan peserta
didik.
Adapun yang dimaksud dengan belajar adalah perubahan tingkah laku yang
relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman (Thompson dalam Sudjana, 2004).
Menurut Gagne dalam Purwanto (2004), belajar terjadi apabila suatu situasi stimulasi
bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga
perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah mengalami situasi tersebut. Jadi suatu pembelajaran dikatakan
terjadi atau berhasil apabila stimulus (rangsangan) dan isi pembelajaran mampu
mempengaruhi dan mengubah performance seorang peserta didik dari waktu sebelum ia memperoleh pengajaran dengan setelah proses pengajaran berlangsung.
Sudjana (2004) menjelaskan belajar adalah suatu proses yang ditandai
adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan yang terjadi pada individu
merupakan perubahan bentuk seperti berubahnya pemahaman, pengetahuan, sikap,
baik. Dalam pengertian tersebut tahapan perubahan dapat diartikan sepadan dengan
proses. Jadi proses belajar adalah tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan
psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam
arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari keadaan sebelumnya. Uraian tersebut
menggambarkan bahwa belajar adalah aktifitas yang berproses menuju pada satu
perubahan dan terjadi melalui tahapan-tahapan tertentu.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah proses perubahan tingkah laku yang diwujudkan dalam bentuk pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan sikap berdasarkan pengalaman pribadi (individu),
maupun orang lain.
2.2
Hakikat Hasil Belajar
Winkel (2007) menyatakan hasil belajar adalah setiap macam kegiatan
belajar menghasilkan perubahan yang khas yaitu, belajar. Hasil belajar tampak dalam
suatu prestasi yang diberikan siswa, misalnya menyebutkan huruf dalam abjad secara
berurutan. Hasil belajar merupakan kemampuan, keterampilan, dan sikap seseorang
dalam menyelesaikan suatu hal. Hasil suatu pembelajaran (kemampuan,
keterampilan, dan sikap) dapat terwujud jika pembelajaran (kegiatan belajar
mengajar) terjadi (Arifin, 2000). Baik individu maupun tim, menginginkan suatu
pekerjaan dilakukan secara baik dan benar agar memperoleh hasil yang baik dari
pekerjaan tersebut. Keberhasilan ini akan tampak dari pemahaman, pengetahuan atau
kembali oleh Sudjana (2001), secara garis besar hasil belajar terbagi menjadi tiga
ranah, yaitu:
(1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
(2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu
penerimaan, jawaban, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
(3) Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar berupa keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ketiga ranah tersebutlah yang akan menjadi objek
penilaian hasil belajar.
2.3
Hakikat Motivasi Belajar
Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan
mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Motivasi mengandung
adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan
sikap serta perilaku pada individu untuk belajar (Koeswara, et al dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006).
Menurut Clayton Alderfer (dalam Nashar, 2004:42) motivasi belajar adalah
kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat
untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin. Motivasi belajar yang
dimiliki siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran sangat berperan untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran tertentu (Nashar, 2004:11).
hasil belajar yang tinggi, semakin tinggi motivasinya, semakin intensitas usaha dan
upaya yang dilakukan, maka semakin tinggi prestasi belajar yang diperolehnya.
Lebih lanjut menurut Sardiman (2007) dalam proses belajar, motivasi sangat
diperlukan karena hasil belajar akan optimal kalau ada motivasi. Siswa akan berhasil
dalam belajar apabila dalam diri siswa ada suatu keinginan untuk belajar. Keinginan
belajar akan berpengaruh terhadap aktivitas siswa dalam proses belajar di sekolahan,
apabila memilki keinginan atau motivasi maka berpengaruh terhadap kegiatan belajar
di kelas sehingga menjadi siswa yang aktif di kelas.
Ada enam faktor yang mendukung sejumlah teori psikologi dan penelitian
terkait yang memiliki dampak substansial terhadap motivasi belajar, yaitu sebagai
berikut:
(1) Sikap
Sikap merupakan kombinasi dari konsep, informasi dan emosi yang
dihasilkan di dalam predisposisi untuk merespon orang, kelompok, gagasan,
peristiwa, atau objek tertentu secara menyenangkan atau tidak menyenangkan.
(2) Kebutuhan
Kebutuhan merupakan kondisi yang dialami oleh individu sebagai suatu
kekuatan internal yang memandu siswa mencapai tujuan. Perolehan tujuan
merupakan kemampuan melepaskan atau mengakhiri perasaan kebutuhan dan
tekanan.
Rangsangan merupakan perubahan di dalam persepsi atau pengalaman
dengan lingkungan yang membuat seseorang bersifat aktif. Rangsangan secara
langsung membantu memenuhi kebutuhan belajar siswa. Setiap siswa memiliki
keinginan untuk mempelajari sesuatu dan memiliki sikap positif terhadap materi
pembelajaran. Namun apabila mereka tidak menemukan proses pembelajaran yang
merangsang mengakibatkan siswa yang mulanya termotivasi untuk belajar pada
akhirnya menjadi terlihat bosan dalam pembelajaran
(4) Afeksi
Konsep afeksi berkaitan dengan pengalaman emosional-kecemasan,
kepedulian, dan pemilikan dari individu atau kelompok pada waktu belajar. Afeksi
dapat menjadi motivator intrinsik. Apabila emosi bersifat positif pada waktu kegiatan
belajar berlangsung, maka emosi mampu mendorong siswa untuk belajar keras.
(5) Kompetensi
Manusia pada dasarnya memilki keinginan untuk memperoleh kompetensi
dari lingkungannya. Teori kompetensi mengasumsikan bahwa siswa secara alamiah
berusaha keras untuk berinteraksi dengan lingkungannya secara efektif. Siswa secara
intrinsik termotivasi untuk menguasai lingkungan dan mengerjakan tugas-tugas
secara berhasil agar menjadi puas. Apabila siswa mengetahui bahwa dia merasa
mampu terhadap apa yang telah dipelajari, dia akan merasa percaya diri. Hal ini
dating dari kesadaran siswa bahwa dia secara intensional telah menguasai apa yang
(6) Penguatan
Penguatan merupakan peristiwa yang mempertahankan dan meningkatkan
kemungkinan respon. Para pakar psikologi telah menemukan bahwa perilaku
seseorang dapat dibentuk kurang lebih sama melalui penerapan penguatan positif atau
negatif. Penggunaan penguatan yang lebih efektif, seperti penghargaan terhadap hasil
karya siswa, pujian, penghargaan sosial, dan perhatian dinyatakan sebagai variabel
penting di dalam perancangan pembelajaran (Anni, 2004).
2.4 Hakikat Pembelajaran
Multiple Intelligences
Pemahaman mengenai kecerdasan di masyarakat kita masih terlalu sempit.
Sebagian besar orang mengatakan bahwa anak dikatakan cerdas atau pandai apabila
nilai matematika atau bahasanya 8-10 (skala 1-10) atau anak yang memiliki nilai tes
IQ yang tinggi. Hal ini ditentang oleh seorang psikolog Harvard, Howard Gardner,
dia mengemukakan sekurang-kurangnya ada delapan kecerdasan dasar dan
membahas kemungkinan adanya kecerdasan yang kesembilan. Delapan kecerdasan
itu dikenal dengan Multiple Intelligences (MI) meliputi 1) kecerdasan linguistik, 2) kecerdasan matematis-logis, 3) kecerdasan spasial, 4) kecerdasan kinestetis-jasmani,
5) kecerdasan musikal, 6) kecerdasan interpersonal, 7) kecerdasan intrapersonal dan
8) kecerdasan naturalis (Amstrong, 2004:2).
Adapun penjelasan kedelapan jenis kecerdasan di atas adalah sebagai
(1) Kecerdasan linguistik: kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif,
baik lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup kemampuan untuk
memanipulasi sintaks atau struktur bahasa, fonologi atau bunyi bahasa, semantik
atau makna bahasa, dan dimensi pragmatis atau kegunaan praktis dari bahasa.
(2) Kecerdasan logis-matematis: kemampuan menggunakan angka secara efektif.
Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap pola-pola dan hubungan-hubungan
yang logis, pernyataan dan dalil, fungsi, dan abstraksi terkait lainnya.
(3) Kecerdasan visual-spasial: kemampuan untuk memahami dunia visual-spasial
secara akurat. Kecerdasan ini melibatkan kepekaan terhadap warna, garis,
bentuk, ruang, dan hubungan-hubungan yang ada di antara unsur-unsur ini. Hal
ini mencakup kemampuan untuk memvisualisasikan, mewakili ide-ide visual
atau spasial secara grafis, dan mengorientasikan diri secara tepat dalam sebuah
matriks spasial.
(4) Kecerdasan kinestetik-tubuh: keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk
mengekspresikan ide-ide dan perasaan-perasaan dan kelincahan dalam
menggunakan tangan seseorang untuk menciptakan atau mengubah sesuatu.
Kecerdasan ini meliputi keterampilan fisik tertentu seperti koordinasi,
keseimbangan, ketangkasan, kekuatan, fleksibilitas, dan kecepatan.
(5) Kecerdasan musikal: kemampuan untuk merasakan, membedakan, menggubah,
dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik. Kecerdasan ini meliputi kepekaan
(6) Kecerdasan interpersonal: kemampuan untuk memahami dan membuat
perbedaan-perbedaan pada suasana hati, maksud, motivasi, dan perasaan
terhadap orang lain. Hal ini dapat mencakup kepekaan terhadap ekspresi wajah,
suara, dan gerak tubuh, kemampuan untuk membedakan berbagai jenis isyarat
interpersonal, dan kemampuan untuk merespon secara efektif isyarat-isyarat
tersebut dalam beberapa cara pragmatis.
(7) Kecerdasan intrapersonal: pengetahuan diri dan kemampuan untuk bertindak
secara adaptif berdasarkan pengetahuan itu. Kecerdasan ini termasuk memiliki
gambaran yang akurat tentang diri sendiri, kesadaran terhadap suasana hati dan
batin, maksud, motivasi, tempramen, dan keinginan, serta kemampuan untuk
mendisiplinkan diri, pemahaman diri, dan harga diri.
(8) Kecerdasan naturalis: keahlian dalam mengenali dan mengklasifikasikan
berbagai spesies flora dan fauna. Hal ini mencakup kepekaan terhadap fenomena
alam lainnya, dan dalam kasus yang tumbuh di lingkungan perkotaan,
kemampuan untuk membedakan benda-benda mati seperti mobil, sepatu, dan
sampul CD. (Armstrong, 2013)
Pembelajaran berbasis Multiple Intelligences (MI) pada praktiknya adalah memacu kecerdasan yang menonjol pada diri siswa seoptimal mungkin, dan berupaya
mempertahankan kecerdasan lainnya pada standar minimal yang telah ditentukan oleh
sekolah atau lembaga. Dengan demikian, dalam praktik pembelajaran di sekolah
2.5
Multiple Intelligences
dalam Akivitas Mengajar
Guru pada umumnya mempunyai gaya mengajar masing-masing yang sering
dipakai dalam menyampaikan suatu materi, namun inovasi model dan metode harus
senantiasa dilakukan karena siswa yang dihadapi adalah siswa yang berkembang dan
mempunyai kecerdasan menonjol yang berbeda-beda. Ada beberapa aktivitas yang
dapat dipakai dalam mengajar dengan pendekatan Multiple Intelligences, diantaranya:
Kecerdasan linguistik: aktivitas yang sesuai dengan kecerdasan ini adalah
membaca atau menulis cerita, mendengarkan dan membaca puisi, gurauan,
bercakap-cakap, bercerita, berkunjung ke pusat perbukuan, memberikan brainstorming,
menggunakan perbendaharaan kata, dan melakukan perkuliahan (Fadlon, 2006:43).
Kecerdasan Logis-matematis: aktivitas yang sesuai dengan kecerdasan ini
adalah memanipulasi angka, berpikir untuk membenarkan suatu hal, menjelaskan
fenomena yang terjadi di alam, mengurutkan, membuat permasalahan dan
menyelesaikannya, bermain puzzle logika, memanipulasi persamaan, bereksperimen, bermain dengan pertanyaan, dan praktik membandingkan (Al-Balushi, 2006: 6, Fathi,
2008:181).
Kecerdasan Visual-spasial: aktivitas yang sesuai dengan kecerdasan ini
adalah menggambar diagram, mewarnai, menggambar menggunakan komputer,
menggunakan ilustrasi, membayangkan, membuat model, membuat dan menggunkan
Kecerdasan kinestetik tubuh: aktivitas yang sesuai dengan kecerdasan ini
adalah menjajaki model taktil, tugas memanipulasi, bermain peran, menggunakan
material konkrit, mendramatisasi, membuat gerakan acak, dan menari (Fadlon, 2008:
129).
Kecerdasan musikal: aktivitas yang sesuai dengan kecerdasan ini adalah
menggunakan not musik, membuat pola ritmik, mengulang ritme dengan mulut ketika
sedang bekerja, dan menyanyikan lagu (Fathi, 2008: 182).
Fathi Abdulhamid Abdulkader et al (2008) menjelaskan aktivitas yang sesuai untuk kecerdasan interpersonal dan intrapersonal adalah bermain peran,
strategi dalam kerjasama, berinteraksi dengan audiens, mendiskusikan suatu isu,
bekerja secara kooperatif, menulis jurnal, menikmati ruangan pribadi, refleksi
perkembangan prestasi pada diri sendiri, pemberdayaan diri sendiri, menjalankan
tugas pribadi, dan menetapkan tujuan sendiri.
2.6
Visi SETS
SETS merupakan kepanjangan dari Science, Environment, Technology and Society. Dalam bahasa Indonesia menjadi sains (ilmu pengetahuan), lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Pada konteks pembelajaran bervisi dan berpendekatan
SETS, urutan SETS membawa pesan bahwa menggunakan sains (S-pertama) ke
bentuk teknologi (T) dalam memenuhi kebutuhan masyarakat (S-kedua) diperlukan
pemikiran tentang berbagai implikasinya dalam lingkungan (E) secara fisik maupun
Visi SETS merupakan cara pandang ke depan yang membawa ke arah
pemahaman bahwa segala sesuatu yang kita hadapi dalam kehidupan ini mengandung
aspek sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat sebagai satu kesatuan serta saling
mempengaruhi secara timbal balik (Binadja, 2005). Sementara pendekatan SETS
merupakan cara pembelajaran dengan cara mengaitkan hal yang dipelajari dengan
aspek sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat yang sesuai secara timbal balik
sebagai satu bentuk keterkaitan terintegratif (Binadja, 2006:12).
Secara keseluruhan keempat unsur SETS tersebut akan selalu menyatu tak
[image:32.612.250.427.386.516.2]terpisahkan, seperti pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Keterkaitan masing-masing Unsur SETS
Unsur sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat dalam kehidupan
manusia saling berkaitan satu sama lain. Pembelajaran sains bervisi SETS memberi
penekanan penting yang saling berkaitan antara unsur-unsur SETS. Menurut Binadja
bahwa karakteristik dari pendekatan SETS adalah sebagai berikut:
(2) Murid dibawa ke situasi untuk memanfaatkan konsep sains ke bentuk teknologi
untuk kepentingan masyarakat
(3) Murid diminta untuk berpikir tentang bagaimana kemungkinan akibat yang
terjadi dalam proses pentransferan sains ke bentuk teknologi
(4) Murid diminta untuk menjelaskan keterkaitan antara unsur sains yang
dibincangkan dengan unsur lain SETS
(5) Murid dibawa untuk mempertimbangkan manfaat atau kerugian dari penggunaan
konsep sains tersebut bila diubah dalam bentuk teknologi berkenaan
(6) Dalam konteks konstruktivisme, murid dapat diajak berbincang tentang SETS
dari berbagai macam arah dan dari berbagai macam titik awal bergantung
pengetahuan dasar yang dimiliki oleh siswa yang bersangkutan
(Binadja, 1999)
Visi SETS sangat dianjurkan karena sejumlah kelebihan berikut ini (Binadja
2004:2)
(1) Visi SETS memberi peluang pada siswa untuk memperoleh pengetahuan
sekaligus kemampuan berpikir dan bertindak berdasarkan hasil analisis dan
sintesis yang bersifat komprehensif dengan memperhitungkan aspek sains,
teknologi, lingkungan, dan masyarakat sebagai satu kesatuan yang tak
terpisahkan.
(2) Visi dan pendekatan SETS memberi wadah secara mencukupi kepada para
pendidik dan siswa untuk menuangkan kemampuan berkreasi dan berinovasi
(3) Visi dan pendekatan SETS memberi kesempatan pendidik dan siswa untuk
mengaktualisasikan diri dengan keistimewaan/kelebihan SETS
Guna mengembangkan pembelajaran bervisi SETS, guru harus menyediakan
perangkat pembelajaran seperti silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),
bahan ajar sampai evaluasi yang di dalamnya memuat visi SETS itu sendiri.
Jadi dalam pembelajaran bervisi dan berpendekatan SETS, siswa diajak
untuk mengkaitkan antara unsur sains dalam pembelajaran yang sedang diikuti
dengan unsur lingkungan, teknologi dan masyarakat. Dengan menggunakan
pembelajaran bervisi dan berpendekatan SETS, diharapkan dapat menimbulkan kesan
yang baik terhadap pelajaran Kimia sehingga siswa lebih mudah mengikuti pelajaran
Kimia dan minat siswa untuk mengikuti pelajaran Kimia meningkat, yang pada
akhirnya siswa diharapkan bisa mendapatkan hasil belajar yang baik dan maksimal.
2.7
Tinjauan Kompetensi Hidrokarbon
Materi pokok dalam penelitian ini adalah hidrokarbon kelas X semester II
dengan standar kompetensi yaitu memahami sifat-sifat senyawa organik atas dasar
gugus fungsi dan senyawa makromolekul. Kompetensi dasarnya mencakup dua hal,
meliputi: (1) mendeskripsikan kekhasan atom karbon dalam membentuk senyawa
hidrokarbon, dan (2) menggolongkan senyawa hidrokarbon berdasarkan strukturnya
dan hubungannya dengan sifat senyawa. Analisis materi hidrokarbon adalah sebagai
berikut:
Adanya unsur karbon dan hidrogen dalam sampel organik juga dapat
ditunjukkan melalui percobaan sederhana, yaitu dengan uji pembakaran. Pembakaran
sampel organik akan mengubah C menjadi CO2 dan H menjadi H2O. Gas CO2 dapat
dikenali karena mengeruhkan air kapur, sedangkan air dapat dikenali dengan kertas
kobalt klorida yang berubah warna dari biru menjadi merah muda (Purba:2004:101).
2.7.2 Mendeskripsikan Kekhasan Atom Karbon dalam Senyawa Karbon
Atom C mempunyai konfigurasi elektron 2 4, sehingga elektron valensinya
adalah 4, artinya setiap satu atom C dapat membentuk 4 ikatan kovalen tunggal. Oleh
karena itu, atom C mempunyai sifat khas, yaitu mampu berikatan dengan atom C lain
membentuk rantai karbon yang sangat panjang dan bervariasi. Pada senyawa polimer,
panjang rantai C bisa mencapai ribuan atom C. (Justiana & Muchtaridi, 2009:282).
2.7.3 Membedakan Atom C primer, sekunder, tersier, dan kuarterner
C1 C1– C2 – C3 – C4 – C1
C1
Keterangan :
C1 = C primer jika atom C yang mengikat satu atom C lain
C2 = C sekunder jika atom C yang mengikat dua atom C lain
C3 = C tersier jika atom C yang mengikat tiga atom C lain
C4 = C kuarterner jika C yang mengikat empat atom C lain
2.7.4.1 Hidrokarbon Jenuh
Hidrokarbon jenuh yaitu hidrokarbon yang semua ikatan antarkarbonnya
merupakan ikatan tunggal (-C-C-). Hidrokarbon jenuh meliputi alkana dan
sikloalkana.
H H H H H H-C-C-C-C-C-H H H H H H
Pentana Siklobutana
2.7.4.2 Hidrokarbon Tak Jenuh
Hidrokarbon tak jenuh yaitu hidrokarbon yang dalam ikatan karbonnya
minimal terdapat satu ikatan rangkap dua atau ikatan rangkap tiga. Hidrokarbon tak
jenuh meliputi (1) alkena, (2) alkuna, (3) sikloalkena, dan (4) sikloalkuna.
1-propena 1-propuna
Sikloheksena Siklobutuna
2.7.5 Memberi Nama Senyawa Alkana, Alkena, dan Alkuna
Tata nama alkana menjadi dasar penamaan senyawa karbon lainnya, oleh
nama-nama alkana, setidaknya dari C1 hingga C10 dan nama-nama gugus alkil. Nama
Tabel 2.1. Nama Alkana dan Alkil Rumus Molekul
Alkana
Nama Alkana Rumus Molekul Alkil
Nama Alkil
CH4 Metana CH3- Metil
C2H6 Etana C2H5- Etil
C3H8 Propana C3H7- Propil
C4H10 Butana C4H9- Butil
C5H12 Pentana CH3-CH-
CH3
Isopropil
C6H14 Heksana CH3-CH2-CH-
CH3 Sek-butil (sekunder butil)
C7H16 Heptana CH3-CH-CH2-
CH3
Isobutil
C8H18 Oktana CH3
CH3-C- CH3
Ters-butil (tersier butil)
C9H20 Nonana
C10H22 Dekana
2.7.5.1 Tata Nama Alkana (CnH2n+2)
Alkana adalah senyawa hidrokarbon yang seluruh ikatannya berupa ikatan
jenuh. Adapun tata nama alkana adalah:
(1) Jika rantai karbon tak bercabang, maka nama alkananya sesuai dengan jumlah
atom karbon. Jika rantai karbon terdiri atas lebih dari 3 atom karbon maka diberi
awalan normal (n-)
Contoh : CH3–CH2–CH2–CH2–CH3 n-pentana
(2) Jika rantai karbon bercabang :
a) Tentukan rantai karbon terpanjang, dan ini merupakan nama alkananya.
c) Beri nomor rantai terpanjang sehingga gugus alkil mempunyai nomor
sekecil mungkin. Gunakan (-) untuk memisahkan nomor dari nama alkil.,
kemudian disambung nama alkil.
Contoh : 4CH3-3CH2-2CH-1CH3 2-metilbutana
CH3
d) Jika jumlah gugus alkil lebih dari satu. Untuk alkil tidak sejenis, nama alkil
dituliskan sesuai urutan abjad, gunakan (-) untuk memisahkan nomor atom
karbon pada rantai induk yang mengikat gugus alkil dari nama gugus alkil.
Contoh: 5CH3-4CH2-3CH-CH2-CH3 3-etil-2-metilpentana
CH3-2CH-1CH3
Untuk alkil sejenis, tulis nomor atom karbon pada rantai induk yang
mengikat gugus alkil sejenis dan pisahkan dengan koma (,).
Nama alkil ditulis sekali diberi awalan di (terdiri dari dua alkil), tri, tetra,
dst. Gunakan tanda (-) untuk memisahkan nomor dari nama alkil.
Contoh: 1
CH3-2CH2-3CH-4CH2-5CH-6CH2-7CH3 3,5-dimetilheptana CH3 CH3
e) Jika ada lebih dari satu kemungkinan penomoran rantai induk, maka gugus
alkil yang besar diberi nomor yang lebih kecil.
Contoh : 1
CH3 3-etil-6-metiloktana bukan 6-etil-3-metiloktana
f) Jika ada lebih dari satu kemungkinan penomoran rantai induk, maka pilih
rantai induk yang memiliki jumlah rantai cabang yang lebih banyak.
Contoh : 5CH3-4CH2-3CH-CH2-CH3 3-etil-2-metilpentana
CH3-2CH-1CH3 bukan 3-isopropilpentana
2.7.5.2Tata Nama Alkena (CnH2n)
Tata nama alkena menurut IUPAC mengikuti tata nama alkana, dengan
beberapa catatan penting:
(1) Rantai induk alkena adalah rantai karbon terpanjang yang mengandung ikatan rangkap dua C=C.
Rantai induk alkena
(2) Penomoran pada rantai induk dengan mengutamakan nomor C yang terikat
pada ikatan C=C memiliki nomor sekecil mungkin. 5
C–4C–3C=2C–1C 4-metil-2-pentena C
(3) Nama rantai induk dimulai dengan nomor atom C yang terikat pada ikatan
C=C diikuti tanda (-) kemudian nama rantai induk (nama alkana dengan
akhiran –ana diganti –ena). 5
C–4C–3C=2C–1C 4-metil-2-pentena
C
(4) Jika terdapat cabang (gugus alkil) pada rantai induk, beri nama alkil yang
5
C–4C–3C=2C–1C 4-metil-2-pentena C
2.7.5.3Tata Nama Alkuna
Tata nama alkuna menurut IUPAC mengikuti tata nama alkena, dengan
beberapa catatan penting:
(1) Rantai induk alkuna adalah rantai karbon terpanjang yang mengandung ikatan rangkap tiga C≡C.
(2) Akhiran –ena pada alkena diganti –una.
Contoh: 6
C-5C–4C–3C-2C≡1C 4-metil-1-heksuna C
2.8.6 Hubungan Titik Didih Senyawa Hidrokarbon Dengan Massa Molekul
Relatifnya dan Strukturnya
Titik didih senyawa hidrokarbon dipengaruhi oleh massa molekul relatifnya
(Mr) dan strukturnya. Selain dipengaruhi oleh massa molekul relatifnya, titk didih
senyawa hidrokarbon dipengaruhi bentuk strukturnya. Senyawa hidrokarbon yang
memiliki Mr sama dengan struktur berbeda memiliki titik didih yang berbeda pula.
Contoh : Isomer dan titik didih senyawa C5H12 yang memiliki masa molekul relatif
72 yaitu (1) n-pentana (36◦C), (2) 2-metilbutana (28◦C), dan (3) dimetilpropana
(10◦C). Semakin banyak jumlah rantai cabang maka semakin rendah titik didihnya.
2.8.7.1 Isomer Alkana
Alkana hanya memiliki isomer kerangka. Contoh : C4H10
CH3-CH2-CH2-CH3 n-butana, titik didih -0,5◦C
CH3-CH-CH3 2-metilpropana, titik didih -11,7 ◦C
CH3
2.8.7.2Isomer Alkena
Alkena memiliki isomer kerangka, isomer posisi, dan isomer geometri.
Contoh:
(1) Isomer kerangka, contoh pada senyawa C4H8
CH3-CH2-CH=CH2 1-butena, titik didih -6,2◦C
CH3-C=CH2 2-metil-1-propena, titik didih -6,9◦C
CH3
(2) Isomer posisi
C4H8
CH3-CH2-CH=CH2 1-butena
CH3-CH=CH-CH3 2-butena
(3) Isomer geometri
Cis : jika atom/ gugus atom yang sejenis berada pada sisi yang sama
Trans : jika atom/ gugus atom yang sejenis berada pada sisi yang berbeda
Cis-2-butena Trans-2-butena
Titik didih 3,7◦C Titik didih 0,8◦C
2.8.7.3Isomer Alkuna
Alkuna memiliki isomer kerangka, dan isomer posisi. Contoh :
(1) Isomer kerangka
C5H8
CH3-CH2-CH2-C≡CH CH3-CH-C≡CH 3-metil-1-butuna
1-pentuna CH3
(2) Isomer posisi
Contoh:
C4H6
CH3-CH2-C≡CH CH3-C≡C-CH3
1-butuna 2-butuna
(Johari & Rachmawati, 2004:262-264)
2.8.8 Menuliskan Reaksi Sederhana pada Senyawa Alkana, Alkena, dan
Alkuna (Reaksi Oksidasi, Adisi, Substitusi, dan Eliminasi)
(1)Reaksi Pembakaran (Oksidasi): reaksi suatu zat dengan oksigen. Reaksi
pembakaran akan menghasilkan karbon dioksida dan air.
(2)Reaksi Adisi: reaksi penggabungan molekul atau reaksi pemutusan ikatan
rangkap.
(3)Reaksi Substitusi: reaksi penggantian atom oleh atom lainnya.
(4)Reaksi Eliminasi: reaksi penguraian molekul atau reaksi pembentukan ikatan
rangkap. Kebalikan dari reaksi adisi.
(5)Reaksi Polimerisasi: reaksi yang melibatkan penggabungan banyak molekul
alkena (monomer) membentuk molekul yang sangat besar disebut polimer.
2.8.8.1Reaksi Alkana
(1) Reaksi Pembakaran (Oksidasi)
CH4 + 2O2 CO2 + 2H2O
(2) Reaksi Substitusi
C2H6 + Cl2 UV C2H5Cl + HCl
(3) Reaksi Eliminasi
C2H6750-900◦C CH2=CH2 + H2
2.8.8.2Reaksi Alkena
(1) Reaksi Pembakaran (Oksidasi)
CH2=CH2 + 3O2 2CO2 + 2H2O
(2) Reaksi Polimerisasi
n/2 (CH2=CH2) katalis (CH2)n
(3) Reaksi Adisi
2.8.8.3Reaksi Alkuna
(1) Reaksi Adisi CH≡CH + Cl2 SiO2
CH=CH
Cl Cl
(2) Reaksi Oksidasi
CH≡CH + O2 2CO2 + H2O (Justiana & Muchtaridi, 2009:324-327)
2.8.9 Sifat-Sifat Alkana, Alkena, dan Alkuna
2.8.9.1 Sifat-sifat Alkana
(1) Bersifat nonpolar karena senyawa alkana tidak larut dalam air dan mempunyai
massa jenis < 1
(2) Semakin panjang rantai C, titik didihnya semakin tinggi (berlaku juga untuk
senyawa yang berisomer)
(3) Pada suhu kamar wujud snyawa alkana adalah sebagai berikut:
CH4 sampai dengan C4H10 berwujud gas
C5H12 sampai dengan C17H36 berwujud cair
> C18H38 berwujud padat
(4) Jika alkana direaksikan dengan unsur halogen (F2, Cl2, Br2, I2) atom H akan
tersubstitusi (diganti) oleh atom halogen.
2.8.9.2 Sifat-sifat Alkena
(1) Ikatan rangkap pada alkena dapat berubah menjadi ikatan tunggal (reaksi adisi)
dengan menangkap hidrogen, halogen, asam halida (HF, HCl, HBr, HI) dan
yang lain.
(2) Dapat membentuk polimer (penggabungan molekul-molekul sejenis
membentuk molekul raksasa)
2.8.9.3 Sifat-sifat Alkuna
(1) Tidak larut dalam air
(2) Pada suhu kamar, alkuna dengan jumlah atom C2-C4 berfase gas, C5-C10 berfase
cair, dan lebih dari C10 berfase padat.
(3) Semakin besar massa molekul relatifnya dan semakin banyak jumlah atom C
nya, maka titik didihnya semakin tinggi
2.8
Kajian Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian Isni Murdiyani (2012) menunjukkan bahwa perangkat
pembelajaran e-learning berbasis Multiple Intelligences pada pembelajaran Biologi pada materi sistem gerak manusia dapat meningkatkan hasil belajar siswa sebesar
21% dan ketuntasan belajar mencapai 100% serta terbukti dapat meningkatkan
efektivitas hasil belajar siswa.
Lebih lanjut Gokhan BAS dan Omer Beyhan (2010) yang meneliti pengaruh
pembelajaran Multiple Intelligences dengan model Project Based Learning (PBL) terhadap tingkat prestasi dan sikap siswa dalam pelajaran bahasa Inggris
menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan mengenai sikap siswa antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen yang diberi perlakuan pembelajaran
Multiple Intelligences dengan model PBL mempunyai motivasi belajar lebih tinggi, sehingga prestasi dan sikap siswa dalam kelas eksperimen lebih baik dibandingkan
dengan siswa dalam kelas kontrol yang diberi perlakuan pembelajaran konvensional.
Fathi Abdulhamid Abdulkader et al (2009) melakukan penelitan mengenai pembelajaran Multiple Intelligences pada anak berusia 5 tahun yang mempunyai kesulitan dalam belajar. Hasil yang diperoleh membuktikan bahwa pembelajaran
Multiple Intelligences lebih efektif untuk meningkatkan kemampuan membaca anak usia 5 tahun yang mempunyai kesulitan dalam belajar.
Hasil penelitian Jingchen xie dan Ruilin lin (2009) dari Taiwan mengenai
warna di suatu politeknik yang terletak di pusat Taiwan memberikan hasil bahwa
siswa dalam kelompok eksperimen lebih baik secara signifikan dalam mengerjakan
tugas proyek dan melakukan presentasi oral dibandingkan dengan kelas kontrol.
Juniati (2009) melakukan penelitian mengenai penggunaan pendekatan SETS
untuk meningkatkan aktivitas, hasil belajar, dan motivasi siswa dalam pembelajaran
fisika pada konsep energi dan daya listrik menemukan bahwa penggunaan
pendekatan SETS dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik kelas
IXE SMP Negeri 3 Purworejo tahun pelajaran 2009/2010.
Lebih lanjut Kiki Samiana (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh
pembelajaran Kimia berbasis masalah bervisi SETS terhadap kemampuan generik
sains siswa SMA N 1 Bodeh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran
Kimia berbasis masalah bervisi SETS mempunyai pengaruh positif terhadap
keterampilan generik sains siswa SMA N 1 Bodeh dalam pencapaian kompetensi
hidrokarbon.
Binadja et al (2008) melakukan penelitian mengenai keberkesanan pembelajaran Kimia materi ikatan Kimia bervisi SETS terhadap hasil belajar siswa
menunjukkan bahwa pembelajaran Kimia bervisi SETS membentuk kesan positif
dalam diri siswa kelas X SMA Negeri 1 Pati, kesan positif yang timbul akibat
pembelajaran bervisi SETS berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa kelas X
2.9
Pembelajaran
Multiple Intelligences
Bervisi SETS pada
Kompetensi Hidrokarbon
Pembelajaran Multiple Intelligences bervisi SETS yang dimaksudkan adalah pembelajaran yang memperhatikan kecerdasan-kecerdasan yang menonjol dalam diri
siswa dengan cara menggunakan strategi dan media yang disesuaikan dengan
kecerdasan menonjol yang dimiliki oleh siswa dan mengajak siswa untuk melihat
secara utuh bagaimana konsep sains yang sedang dipelajari bermanfaat dalam
penerapan teknologi yang membantu memudahkan kerja-kerja manusia, dan
bagaimana dampak penerapan teknologi tersebut bagi masyarakat dan lingkungan.
Hal ini sangat cocok dengan kompetensi hidrokarbon yang mengajak siswa untuk
melihat secara utuh bagaimana pemanfaatan senyawa hidrokarbon dalam kehidupan
sehari-hari, terlebih pada penerapan teknologi yang relevan, bagaimana dampak yang
ditimbulkan akibat implementasi teknologi terkait bagi masyarakat dan lingkungan.
Berdasarkan diagnosis Multiple Intelligences yang telah dilakukan, kecerdasan menonjol yang dimiliki oleh siswa kelas X.1 di antaranya kecerdasan
linguistik dimiliki oleh 24 siswa, kecerdasan logis-matematis dimiliki oleh 29 siswa,
kecerdasan visual-spasial dimiliki oleh 19 siswa, kecerdasan kinestetik-tubuh dimiliki
oleh 31 siswa, kecerdasan musikal dimiliki oleh 29 siswa, kecerdasan interpersonal
dimiliki oleh 28 siswa, kecerdasan intrapersonal dimiliki oleh 28 siswa, dan
kecerdasan naturalis dimiliki oleh 18 siswa.
Semua kecerdasan menonjol yang dimiliki oleh siswa diakomodasi untuk
kompetensi senyawa hidrokarbon, jenis-jenis senyawa hidrokarbon, sifat-sifat
senyawa hidrokarbon, dan implikasinya pada konteks SETS. Pada indikator siswa
mampu menjelaskan pengertian senyawa hidrokarbon, menjelaskan kekhasan atom
karbon dalam membentuk ikatan, melaksanakan percobaan untuk mengidentifikasi
unsur C, H, dan O dalam senyawa karbon digunakan berbagai strategi dan media
untuk menyentuh dan mengembangkan kecerdasan menonjol yang dimiliki oleh
siswa, misalnya untuk menyentuh kecerdasan linguistik siswa, guru melakukan
apersepsi di awal pembelajaran dengan bercerita mengenai pemanfaatan gas LPG
sebagai salah satu contoh senyawa hidrokarbon yang sangat potensial yang
belakangan menimbulkan pro dan kontra karena kebijakan pemerintah yang
mengkonversi minyak tanah ke gas. Selanjutnya untuk mengembangkan kecerdasan
lingusitik siswa guru meminta untuk mengkomunikasikan sejarah penemuan senyawa
organik.
Kecerdasan kinestetik-tubuh siswa dikembangkan dengan meminta siswa
untuk melakukan persiapan praktikum dan merangkai alat, selanjutnya siswa
melakukan praktikum identifikasi unsur C, H dan O pada senyawa karbon. Siswa
dibagi menjadi beberapa kelompok dalam pelaksanaan praktikum untuk
mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa. Selama praktikum kelas diiringi
dengan musik instrumental untuk menyentuh kecerdasan musikal siswa. Kemudian
meminta siswa untuk mencatat hasil praktikum, mempresentasikan hasil praktikum di
depan kelas, dan membuat laporan praktikum untuk mengembangkan kecerdasan
linguistik siswa. Kecerdasan logis-matematis dan visual-spasial siswa disentuh dan
SNMPTN mengenai pokok bahasan hidrokarbon yang ditulis dikertas warna-warni
sesuai dengan warna kesukaan masing-masing siswa.
Penampilan indikator siswa mampu membedakan jenis senyawa hidrokarbon
berdasarkan jenis ikatannya, memberikan nama senyawa hidrokarbon berdasarkan
aturan IUPAC digunakan strategi bernyanyi lagu hidrokarbon yang digubah oleh guru
dari lagu Heavy Rotation yang dipopulerkan oleh JKT 48, kemudian untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal dan kecerdasan kinestetik siswa dibagi
menjadi beberapa kelompok untuk berdiskusi dan membuat model molekul
menggunakan molymood. Sedangkan peta pikiran hidrokarbon dipakai untuk menyentuh dan mengembangkan kecerdasan visual-spasial siswa.
Penampilan indikator siswa mampu mendeskripsikan sifat fisik alkana,
alkena, dan alkuna, membedakan alkana, alkena, alkuna berdasarkan sifatnya
digunakan game edukatif monopoli untuk menyentuh dan mengembangkan kecerdasan logis-matematis siswa.
Penampilan indikator siswa mampu mendeskripsikan isomer pada alkana,
alkena, dan alkuna, menuliskan reaksi yang terjadi pada alkana, alkena, dan alkuna
serta meprediksikan produk yang terbentuk menggunakan media peta reaksi untuk
menyentuh dan mengembangkan kecerdasan logis-matematis dan visual-spasial
siswa.
Penampilan indikator siswa mampu memberikan contoh produk senyawa
turunan alkana, alkena, dan alkuna serta implikasi penggunaan produk senyawa
hidrokarbon dalam konteks SETS digunakan strategi demonstrasi pembuatan gas
untuk melakukan praktikum pembuatan lilin hias aromatherapi sebagai salah satu
turunan senyawa hidrokarbon untuk mengembangkan kecerdasan kinestetik tubuh
dan menumbuhkan jiwa kewirausahaan siswa. Kemudian topik-topik diskusi
dibagikan kepada kelompok-kelompok yang terdiri dari berbagai siswa dengan jenis
kecerdasan beragam untuk menganalisis mengenai topik yang diajukan dan
memberikan alternatif solusi untuk permasalahan yang ditimbulkan. Adapun
beberapa topik yang diajukan adalah gas etilen untuk pengelasan dan pematangan
buah ditinjau dari berbagai disiplin ilmu, metana hidrat sebagai salah satu sumber
energi potensial yang menjanjikan yang tertimbun di bawah laut, pengunaan plastik
sebagai salah satu senyawa turunan hidrokarbon dalam kehidupan sehari-hari, dan
kasus lumpur lapindo yang diangkat dari salah satu surat kabar yang memberikan
informasi bahwa ada 7 warga yang mengalami keracunan setelah menghirup gas yang
keluar dari semburan lumpur panas lapindo, dikabarkan BPLS Sidoardjo bahwa gas
yang disemburkan merupakan gas metana yang mudah terbakar. Selain itu, siswa juga
diajak untuk menganalisis pekerjaan apa saja yang dapat dilakukan di masa depan
yang berhubungan dengan hidrokarbon.
Pengembangan setiap kecerdasan yang dimiliki oleh siswa dilakukan dengan
pemberian tugas akhir yang disesuaikan dengan Multiple Intelligences yang dimiliki oleh siswa. Siswa dengan kecerdasan musikal menonjol ditugasi membuat lagu
gubahan hidrokarbon, melakukan rekaman dan membuat video klipnya. Siswa
dengan kecerdasan visual-spasial menonjol ditugasi membuat lukisan yang
berhubungan dengan hidrokarbon dan membuat visualisasi peta reaksi yang pernah
dengan kecerdasan linguistik menonjol ditugasi membuat skenario drama mengenai
hidrokarbon yang nantinya akan dipentaskan oleh kelompok siswa dengan kecerdasan
kinestetik-tubuh menonjol. Adapun siswa dengan kecerdasan kinestetik-tubuh
menonjol yang lain ditugasi melakukan produksi pembuatan lilin hias yang akan
dipasarkan ke masyarakat. Kelompok siswa dengan kecerdasan logis-matematis
menonjol ditugasi membuat permainan monopoli hidrokarbon dan TTS hidrokarbon
yang nantinya akan digunakan oleh guru dan siswa yang lain.
Selain penggunaan strategi yang beragam, penggunaan media beragam juga
ditekankan pada pembelajaran Multiple Intelligences bervisi SETS, yakni penggunaan modul hidrokarbon yang mengakomodasi semua kecerdasan menonjol
yang dimiliki oleh siswa. Modul hidrokarbon mempunyai beberapa karakteristik
sebagai berikut:
1) Penggunaan font warna-warni dan gambar ilustrasi yang beragam, untuk meyentuh kecerdasan visual-spasial siswa.
2) Pencantuman hasil-hasil penelitian terbaru mengenai hidrokarbon untuk
memancing siswa berpikir kritis dan analitis.
3) Kolom refleksi untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasi kompetensi yang
diharapkan.
4) Diagram SETS untuk mengajak siswa melihat secara menyeluruh konsep sains
yang sedang dipelajari dengan penerapan teknologi terkait, dan bagaimana
dampak penggunaan teknologi terkait bagi masyarakat dan lingkungan.
6) Art corner untuk menyentuh dan mengembangkan kecerdasan linguistik siswa, yaitu pantun dan puisi hidrokarbon.
7) Ayo ke laboratorium untuk menyentuh dan mengembangkan kecerdasan
kinestetik-tubuh siswa.
8) Asah otak dengan permainan mencari kata dan mengisi TTS untuk
mengembangkan kecerdasan logis-matematis siswa.
9) Uji dirimu untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasi kompetensi
hidrokarbon yang sedang dibahas.
Pembelajaran Multiple Intelligences bervisi SETS diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, sehingga akan berdampak pada peningkatan
hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor siswa.
2.9
Kerangka Berpikir
Kerangka pemecahan masalah dan gambaran pola pemecahannya melalui
tahapan seperti pada Gambar 2.2.
Hasil
1. Pembelajaran berjalan monoton 2. Strategi
pembelajaran kurang tepat 3. Teacher centered
4. Metode konvensional 5. Kualitas
pembelajaran kimia dan prestasi siswa rendah
6. Siswa kurang disiplin dalam pembelajaran
Pembelajaran
Multiple Intelligences
bervisi SETS
1. Diharapkan hasil belajar siswa meningkat 2. Diharapkan motivasi
siswa meningkat
Evaluasi Awal Evaluasi Akhir
2.10 Hipotesis Tindakan
Penelitian ini direncanakan terbagi ke dalam tiga siklus, setiap siklus
dilaksanakan mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Melalui ketiga siklus tersebut dapat diamati peningkatan hasil belajar dan motivasi siswa. Adapun hipotesis yang
diajukan adalah sebagai berikut:
(1) Pembelajaran Multiple Intelligences bervisi SETS dapat meningkatkan hasil belajar Kimia siswa kelas X.1 SMA Teuku Umar Semarang.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1
Subjek dan Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Teuku Umar Semarang yang
terletak di Jalan Karangrejo Tengah IX/99 untuk mata pelajaran Kimia. Adapun
subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X.1 tahun pelajaran 2013/2014 dengan
jumlah siswa sebanyak 36 orang, terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 15 siswa
perempuan.
3.2
Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari beberapa
siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Hasil refleksi setiap siklus digunakan untuk memperbaiki kekurangan dan kelemahan siklus sebelumnya. Jika
pada siklus 1 dan siklus 2 belum memenuhi target yang diinginkan, maka perlu
adanya tambahan siklus ke-3 sebagai perbaikan dan begitu seterusnya. Secara
keseluruhan kerangka penelitian tindakan kelas terlihat pada Gambar 3.1
Observasi Awal
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Mencapai Indikator Belum Mencapai
Indikator
Analisis
Mencapai Indikator Belum Mencapai
Indikator Mencapai
3.3
Prosedur Penelitian
Penelitian dilakukan menggunakan prosedur sebagai berikut:
(1) Observasi awal untuk mengidentifikasi masalah dan analisis penyebab masalah
yang dilaksanakan melalui wawancara dengan guru mata pelajaran Kimia,
observasi pada saat pembelajaran Kimia di kelas, dan observasi keadaan
lingkungan sekolah.
(2) Bekerjasama dengan guru mata pelajaran Kimia untuk menentukan bentuk
tindakan sebagai solusi pemecahan masalah yaitu pembelajaran Multiple Intelligences bervisi SETS pada pokok bahasan Senyawa Hidrokarbon.
(3) Menyusun rencana pembelajaran
(4) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam pembelajaran
(5) Menyiapkan instrumen untuk mengukur hasil belajar kognitif, afektif,
psikomotor, angket terhadap pembelajaran, dan alat ukur motivasi siswa.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan melalui tiga siklus untuk melihat
pengingkatan hasil belajar dan motivasi siswa dalam mengikuti mata pelajaran Kimia
melalui pembelajaran Multiple Intelligences bervisi SETS. Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian yang ditempuh pada setiap siklus adalah sebagai berikut:
Tahap perencanaan meliputi pengenalan pembelajaran Multiple Intelligences bervisi SETS. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah membuat rencana
(2) Pelaksanaan (Acting)
Tahap pelaksanaan adalah tahap melakukan rencana yang sudah dibuat, adapun yang
dilakukan adalah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran
yang sudah dipersiapkan.
(3) Pengamatan (Observing)
Kegiatan penelitian ini dibantu oleh observer yaitu guru Kimia dalam melakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan. Observasi dilaksanakan bersama dengan <