• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Unjuk Kerja “Co Seeders” Prototipe II Alat Penanam Benih Yang Penanam benih yang presisi dan flexsibel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Unjuk Kerja “Co Seeders” Prototipe II Alat Penanam Benih Yang Penanam benih yang presisi dan flexsibel"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

PERFORMANCE ANALYSIS OF “CO SEEDERS” SEED PLANTING TOOLS THAT PRECISION AND FLEXIBLE

Huda Fatmawati and Tineke Mandang, Radite P.A Setiawan

Department of Mechanical and Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO BOX 220, Bogor,

West Java, Indonesia. e-mail: huda.daffa@yahoo.com

ABSTRACT

Regarding to the increasing of Indonesian corn demands, thus it will need more development of technology to support the increase of such productivity. The development of technology could be many ways and one of them is the development of mechanization technology. In order to support corn cultivation is seeding process which is also needed to develop a new technology in planting corn seeds. “CO Seeders” is offered solution due to its technology in planting corn seeds with precise and flexible operation system. “CO Seeders” abilities are make seedbeds, précising the number of seeds, close the bed and make a burrow path for fertilizers. Moreover, in planting corn seeds “CO Seeders” work at 20 x 80 cm planting area. It has 2 type of drill which have different ability in making the seedbed hole. The first is the triangle prism type drill which is obtain 3.65 cm depth of the seedbed hole and the other is the cone type which obtain 4.9 cm depth of the seedbed hole. The ration of seed planted with triangle prism drill is 75% and 64.5% for cone drill. From experiment “CO Seeders” performance provide different results of each drill type. “CO Seeders” with triangle prism drill type capacity obtained is 11.65 hours/ha with 85% field efficiency and the cone drill type capacity is 12.5 hours/ha with 63.49% field efficiency. Nevertheless in operating such machine problems still occurred. There are problem in rotation of furadan metering device because of furadan grain still clogged the gap between hopper and metering device which make the device stuck and won’t rotate constantly.

(2)

2

I. PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG

Di era sekarang ini, semakin majunya teknologi membuat semakin berkembangnya peralatan-peralatan yang mudah pengoperasiannya, serta memberikan hasil kerja yang optimal. Munculnya teknologi baru tersebut diharapkan dapat meningkatkan keuntungan sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Jagung merupakan salah satu sumber energi pangan di dunia. Selain untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari, jagung juga banyak dimanfaatkan untuk pakan ternak karena memiliki kandungan xantofil yang tinggi dan menjadi sumber energi utama bagi ternak. Petani Indonesia, khususnya di daerah Jawa, menanam jagung untuk kebutuhan pakan ternak sekali dalam setahun. Selain berfungsi sebagai tanaman selingan persawahan pada musim kering, menanam jagung juga dilakukan untuk merileksasikan tanah yang telah ditanami padi selama musim penghujan.

Tabel 1. Pertumbuhan luas lahan dan produksi jagung

Tahun Luas (juta ha) Produksi (juta ton)

2000 3.50 9.68

2001 3.29 9.35

2002 3.11 9.59

2003 3.36 10.89

2004 3.36 11.23

2005 3.63 12.52

2006 3.35 11.61

2007 3.63 13.29

2008 4.00 16.32

Sumber: Deptan, 2010

Tabel 2. Proyeksi Produksi Jagung Nasional (2010-2014)

Tahun Luas tanam (ha) Luas panen (ha) Produktivitas (ton/ha)

Produksi (ton)PK

2010 4,412,000 4,200,000 4,71 19,800,000

2011 4,632,000 4,400,000 5,00 22,000,000

2012 4,850,000 4,600,000 5,22 24,000,000

2013 5,000,000 4,800,000 5,42 26,000,000

2014 5,263,000 5,000,000 5,80 29,000,000

(3)

2

Untuk memperoleh produktivitas yang tinggi dalam menanam jagung, jarak tanam merupakan salah satu faktor yang memainkan peranan penting. Jarak tanam yang terlalu rapat akan menyebabkan tanaman jagung tumbuh tidak seragam dikarenakan persaingan akar dalam memperoleh hara lebih besar antara satu sama lain. Namun apabila jarak tanam dibuat terlalu lebar maka akan diperoleh produktivitas yang rendah karena masih ada luas lahan yang tidak dimanfaatkan. Maka dari itu keseragaman jarak tanam dan kedalaman lubang harus sangat diperhatikan dalam proses penanaman jagung.

Lahan pertanian di Indonesia pada umumnya berpetak-petak sehingga penanaman jagung sebagian besar dilakukan secara manual menggunakan tugal. Proses penugalan untuk membuat lubang tanam dengan menggunakan tongkat kayu, selanjutnya benih dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan tenaga manusia. Tahap penanaman benih membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup besar dengan biaya yang tidak sedikit. Hingga kini alat tanam benih jagung yang ada di masyarakat diperuntukkan bagi lahan pertanian yang luas hingga mencapai ribuan hektar dan keadaan tanah yang berbeda dengan lahan pertanian di Indonesia. Perbedaan karakteristik alat tanam yang ada menyebabkan petani jagung Indonesia belum berani menggunakan alat tanam jagung yang ada.

Alat penanam biji-bijian untuk padi, kacang hijau, dan kedele lebih mudah ditemukan dibanding alat tanam jagung. Salah satu alasan kurang tersedianya alat tanam jagung karena jarak tanam jagung yang relatif besar dan jalur tanam hanya rata-rata 2 baris sehingga efisiensi sangat rendah. Namun demikian sekarang sudah tersedia alat tanam tarik (ALT) modifikasi yang dapat digunakan untuk semua jenis biji-bijian (Sudirman 2008).

Penanaman benih yang dilakukan secara tradisional banyak memakan waktu dan tenaga kerja, kapasitas yang dihasilkan relatif kecil, sehingga efisiensi yang dihasilkan juga akan rendah. Untuk itu dilakukan usaha-usaha yang dapat meningkatkan kapasitas kerja dan efisiensi secara terus menerus melalui rekayasa dan modifikasi prototype baru, sehingga kapasitas yang diharapkan dapat dicapai, juga sesuai dengan luas lahan yang dikehendaki oleh alat tersebut. Modifikasi dan rekayasa dilaksanakan berdasarkan bentuk lahan, luas lahan serta pada kondisi tanah yang diusahakan untuk penanaman biji-bijian. Diawali dari alat tanam tugal yang dilakukan petani pada umumnya, kapasitas yang dihasilkan relatif rendah. Alat tanam tugal petani saat penanaman menggunakan tenaga kerja 2 orang yakni satu menugal dan satu lagi memasukkan dan menutup lubang benih.

Dengan melihat kapasitas dan efisiensi yang dihasilkan oleh alat tanam tradisional yang relatif kecil, maka usaha untuk meningkatkan kapasitas kerja dan efisiensi terus dilakukan agar dapat meningkatkan kapasitas kerja. Beberapa alat tanam mekanis telah dirancang dan diuji, namun masih perlu terus dikembangkan khususnya untuk kondisi lahan dan sosial petani Indonesia yang spesifik. Menurut Lando dan Abidin (1984), bahwa untuk menghemat waktu kerja penanaman, desain alat tanam harus menghemat waktu pada tiga tahapan kerja penanaman, yaitu pembuatan alur atau pelubangan, peletakan benih dan penutupan benih.

(4)

3

B.

TUJUAN

Tujuan penelitian ini adalah :

Melakukan uji performansi alat tanam “COSeeders” dengan:

1. Mengukur jarak tanam, diameter dan kedalaman lubang tanam hasil penugalan, penjatahan benih dan kapasitas lapang penanaman.

(5)

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.

RANCANGAN ALAT TANAM “

COSeeders”

1. “CO Seeders” Prototipe I

Prototipe “CO Seeders” (Control Automatic Seeders) pertama kali dikembangkan oleh tim PKMT Abdul Wahid Monayo dkk pada tahun 2010 dalam rangka Pekan Ilmiah Mahasiswa (PIMNAS) XXIII di Bali. Alat tanam benih ini memiliki dua bagian utama yaitu: rangka mekanis dan perangkat elektronika. Rangka mekanis terdiri atas rangka alat, roda tugal, roda pembantu, tempat penampungan benih (hopper), piringan penjatah (matering device), tabung penyalur dan penutup alur. Sedangkan komponen elektronik yang menyempurnakan alat ini tersusun atas mikrokontroler, motor stepper, SPC motor controller dan sensor magnet.

Dimensi dari alat ini adalah 130 x 100 x 90 cm. Ukuran ini didesain berdasarkan antropometri rata-rata orang Indonesia. Panjang batang penghubung yang digunakan adalah 110 cm dengan roda tugal diameter 40 cm sehingga panjang total dari alat tanam ini adalah 130 cm. Kapasitas penampungan benih masing-masing tempat penampung benih (hooper) adalah 1.5 kg sehingga dalam sekali tanam alat dapat menanam 3 kg benih. Penjatah benih yang digunakan berdiameter 12 cm dan berbentuk tabung.

Sistem penggerak roda tugal adalah gaya dorong manusia dengan bantuan mikrocontroller dan sensor magnet yang terpasang pada batang proximity. Harapan dari sistem yang dipakai ini adalah ketepatan pembacaan lubang tugal dan penyaluran benih ke dalam lubang. Tenaga masukan untuk komponen elektronika adalah berasal dari accu sedangkan tenaga dorong yang diperlukan untuk mendorong adalah gaya dorong manusia yang berkisar antara 64 Watt. Dalam pengoperasiannya alat ini hanya membutuhkan satu orang operator saja (Monayo dkk 2010).

Gambar 1. Alat tanam benih “CO Seeders” prototipe I

(6)

5 2. “CO Seeders” Prototipe II

Pada desain “CO Seeders” prototipe II tidak jauh berbeda dengan prototipe I, perubahan desain dibuat pada bentuk mata tugal yaitu berbentuk prisma berongga dan penambahan hopper furadan yang terletak pada samping hopper benih.

Dimensi dari alat ini sama dengan prototipe I yaitu 130 x 100 x 90 cm. Ukuran ini didesain berdasarkan antropometri rata-rata orang Indonesia. Panjang batang penghubung yang digunakan adalah 110 cm dengan roda tugal diameter 40 cm sehingga panjang total dari alat tanam ini adalah 130 cm.

Gambar 2. Alat tanam benih “CO Seeders” prototipe II

Mata tugal dirancang berbentuk prisma segitiga dengan bahan plat besi dengan ketebalan 3 mm. Dimensi mata tugal lebar 6 cm, tinggi 5 cm, dan panjangnya 6 cm dengan penambahan baut pada bagian bawah mata tugal untuk menempelkan pada velk.

Hopper benih dibuat dari bahan akrilik atau mika transparan dengan tebal 3 cm dan kemiringan bagian celah lempengan penjatah 45o. Akrilik di potong sesuai desain yang telah dibuat dengan pisau khusus plastik kemudian potongan-potongan disatukan sesuai bentuk dengan lem super. Bahan dasar hopper yang menggunakan akrilik transparan dimaksudkan untuk mempermudah pemantauan ketika benih akan habis saat di lahan. Selain itu jga menghindari terjadinya korosi yang biasa terjadi pada besi plat yang ditakutkan dapat tercampur pada benih dan mengganggu proses perkecambahan benih. Volume hopper benih sekitar 1997 cm3 atau 1350 g, sehingga dapat menampung sebesar 1,3 – 1,5 kg benih.

(7)

6

B.

KINERJA ALAT TANAM JAGUNG

1. Kapasitas kerja

Penanaman benih yang dilakukan secara tradisional yang banyak memakan waktu dan tenaga kerja, kapasitas yang dihasilkan relatif kecil, sehingga efisiensi yang dihasilkan juga akan rendah. Untuk itu dilakukan usaha-usaha yang dapat meningkatkan kapasitas kerja dan efisiensi secara terus menerus melalui rekayasa dan modifikasi prototipe baru, sehingga kapasitas yang diharapkan dapat dicapai, juga sesuai dengan luas lahan yang dikehendaki oleh alat tersebut. Modifikasi dan rekayasa dilaksanakan berdasarkan bentuk lahan, luas lahan serta pada kondisi tanah yang diusahakan untuk pertanaman biji-bijian (Sudirman 2008).

Alat tanam tugal (ATT) yang dilakukan petani umumnya, kapasitas yang dihasilkan relatif rendah. ATT petani saat penanaman menggunakan tenaga kerja 2 orang yakni satu menugal dan satu lagi memasukkan dan menutup lubang benih sehingga membutuhkan waktu kerja 130.9 jam/ha atau kapasitas kerja aktual 0.008 ha/jam (Sudirman 2008).

2. Penjatuhan benih

Penjatuhan benih dari beberapa alat yang diuji ternyata bervariasi berarti penjatuhan benih perlubang akan berpengaruh pada kebutuhan benih per hektar. Alat tanam tipe tugal (ATT) memliki jumlah penjatuhan 2-3 biji per lubang relatif rendah (34-63%) sedangkan alat tanam tipe dorong (ATD) memiliki jumlah penjatuhan 2-3biji per lubang yang cukup baik yakni sekitar 83%. ATT petani memiliki jumlah 2-3biji/lubang 8% lebih tinggi karena penempatan benih dilakukan oleh manusia, sehingga ketepatan sangat tinggi (Sudirman 2008).

Produktivitas jagung sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya tempat tumbuh atau keadaan tanah dan jarak tanam. Oleh karena itu, agar tanaman jagung dapat tumbuh dengan baik dan tentunya menghasilkan tongkol dan biji yang banyak, maka faktor tersebut perlu diperhatikan.

Menurut Purwono dan Hartono (2007), jagung termasuk tanaman yang tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus dalam penanamannya. Jagung dikenal sebagai tanaman yang dapat tumbuh di lahan yang kering, sawah dan pasang surut. Secara umum ada beberapa persyaratan kondisi yang dikehendaki tanaman jagung antara lain :

1. Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain Andosol, Latosol dan bisa juga Grumosol. Namun pada dasarnya, tanah yang akan menjadi media tanam jagung, perlu adanya pengolahan tanah secara baik serta aerasi dan drainase yang baik pula.

2. Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan jagung antara 5.6 – 7.5

(8)

7

Tabel 3. Densitas Berbagai Jenis Jagung

Corn type 1999 2000

N Mean High Low SD N Mean High Low SD

White 45 1.34 1.36 1.3 0.02 40 1.34 1.38 1.31 0.02

Hard endosperm 45 1.32 1.36 1.29 0.02 42 1.32 1.37 1.27 0.02

Waxy 34 1.32 1.37 1.26 0.02 29 1.33 1.40 1.30 0.02

High Oil 25 1.26 1.29 1.23 0.02 30 1.28 1.35 1.24 0.03

Nutrionally enhanced 17 1.31 1.34 1.28 0.02 20 1.30 1.33 1.16 0.04

Elevator corn 169 1.30 1.37 1.23 0.02 140 1.29 1.34 1.23 0.02

Export corn 31 1.31 1.34 1.28 0.01 39 1.30 1.34 1.27 0.01 sumber : White, J.& Lawrence A., 2003. CORN: Chemistry and Technology. 2nd ed. American

Assosiation of Cereal Chemists, Inc. St. Paul, Minesota, USA.

Agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, cara tanam jagung mempertimbangkan beberapa hal di antaranya kedalaman penempatan benih, populasi tanaman, cara tanam, dan lebar alur/jarak tanam. Kedalaman penempatan benih bervariasi antara 2.5-5 cm, bergantung pada kondisi tanah. Pada tanah yang kering, penempatan benih lebih dalam. Populasi tanaman umumnya bervariasi antara 20,000-200,000 tanaman/ha. Hasil penelitian Subandi et al(2004) menunjukkan bahwa populasi tanaman optimal untuk empat varietas yang diuji (Bisma, Semar-10, Lamuru, dan Sukmaraga) adalah 66,667 tanaman/ha. Syarat lain yang perlu diperhatikan agar tanaman dapat berkembang secara optimal adalah jarak tanam. Penentuan jarak tanam jagung dipengaruhi oleh varietas yang ditanam, pola tanam, dan kesuburan tanah. Jarak tanam jagung yang umum digunakan adalah 75 cm x 25 cm, 80 cm x 25 cm, 75 cm x 40 cm, dan 80 cm x 40 cm, 2 benih/lubang.

Tanah merupakan media atau tempat tumbuh tanaman. Akar tanaman berpegang kuat pada tanah serta mendapatkan air dan unsur hara dari tanah. Sebenarnya pengertian dari kesuburan tanah tidak hanya dikaitkan pada ketersediaan hara tanaman saja tetapi juga keseluruhan sistem tanah beserta fungsinya bagi tanaman. Kesuburan tanah itu sendiri banyak dihubungkan dengan keadaan lapisan olahnya (top soil). Pada lapisan ini, biasanya sistem perakaran tanaman berkembang dengan baik. Untuk itu pengolahan tanah memegang peran penting bagi tumbuhnya tanaman (Purwono dan Hartono 2007).Berikut adalah contoh gambar lahan tanam jagung.

(9)

8

C.

PERKEMBANGAN ALAT DAN MESIN PENANAM

Operasi penanaman menyangkut penempatan biji atau umbi di dalam tanah pada kedalaman tertentu, secara acak atau menyebarkan biji di permukaan tanah (broadcasting), atau menancapkan bibit tanaman kedalaman tanah. Mesin yang menempatkan biji di dalam tanah dan sekaligus menutupnya akan menghasilkan barisan tanaman. Jika jarak barisan cukup jauh, sehingga mesin-mesin dapat beroperasi di atas pertanaman, disebut row-crop planting. Jika jarak barisan terlalu rapat, sehingga mesin-mesin tidak dapat lagi beroperasi di atasnya, disebut solid planting.

Dengan menggunakan alat tanam yang tepat, biji-bijian dapat didistribusikan kedalam tanah dengan pola sebagai berikut yakni penghamburan secara bebas (broadcasting), penjatuhan benih secara bebas pada alur yang telah dibuat). (drill seeding), penempatan sebutir benih dalam barisan dengan jarak tanam tertentu (precission drilling), penempatan sekelompok benih dalam barisan dengan jarak tertentu (hill dropping), penempatan benih yang saling tegak lurus (check row planting).

Ada banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan tanaman untuk tumbuh di lapangan seperti daya kecambah biji, kondisi fisik persemaian, kadar air tanah, kontak biji dengan tanah, kedalaman penanaman, unjuk kerja mesin tanam serta adanya hama dan penyakit. Untuk jagung misalnya daya tumbuh 89-90% adalah biasa, sedangkan untuk kapas berkisar 50-80%, tergantung berbagai faktor tersebu di atas

Macam-macam alat pengatur benih adalah plat tegak dan plat mendatar. Tipe plat mendatar digolongkan lagi berdasar letak benih dari satu sel yakni mendatar, tidak teratur, dan lebih dari satu butir (Bainer dan Smith 1960 dalam Bobsibyanto 2005).

Menurut Smith (1976) penanaman merupakan usaha penempatan biji atau benih di dalam tanah pada kedalaman tertentu atau menyebarkan biji diatas permukaan tanah atau menanamkan di dalam tanah. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan perkecambahan serta pertumbuhan biji yang baik. Perkecambahan dan pertumbuhan biji suatu tanaman dipengaruhi suatu faktor, yaitu :

 Jumlah biji yang ditanam

 Daya kecambah biji

 Perlakuan terhadap biji

 Keseragaman ukuran biji

 Kedalaman penanaman

 Jenis tanah

 Kelembaban tanah

 Mekanisme pengeluaran biji

 Keseragaman penyebaran

 Tipe pembuka dan penutup alur

 Waktu penanaman

 Tingkat pemadatan tanah sekitar biji

 Drainase yang ada

 Hama dan penyakit

 Keterampilan operator

(10)

9 1. Alat penanam dengan sumber tenaga manusia

Alat penanam dengan sumber tenaga manusia berupa peralatan tanam tradisional dan semi-mekanis. Penanaman jagung yang umumnya dilakukan petani adalah dengan tugal. Cara ini memerlukan banyak waktu, tenaga, dan melelahkan. Tugal merupakan alat yang paling sederhana yang dapat digerakkan dengan tangan dan cocok untuk menanam benih dengan jarak tanam lebar.

Tugal bentuknya bermacam-macam sesuai dengan modifikasi suatu daerah atau negara. Bentuk tugal di Indonesia merupakan bentuk tugal yang paling sederhana, karena pada tugal tersebut tidak terdapat mekanisme pengeluaran benih. Di sini benih dimasukkan ke dalam tanah secara terpisah, artinya memerlukan tenaga manusia lagi. Tidak demikian halnya dengan tugal yang telah dikembangkan di India dan di Inggris. Berat alat ini berkisar 0.2 sampai 2 kg.

Beberapa modifikasi telah dilakukan terhadap alat tanam tugal, diantaranya menghasilkan alat tanam modifikasi model V. Bagian-bagian utama dari tugal yang dimodifikasi adalah sebagai berikut:

Tangkai pegangan

Tempat atau kotak benih (hopper)

Saluran benih

Pengatur keluaran benih

Prinsp kerja tugal ini adalah jika ujung tugal ditancapkan atau dimasukkan ke dalam tanah, maka tekanan ini akan menyebabkan terbukanya mekanisme pengatur pengeluaran benih sehingga dengan sendirinya benih-benih akan jatuh ke dalam tanah.

Sebagai contoh tugal semi mekanis yang menggunakan pegas (Gambar 3), pada saat mata tugal masuk kedalam tanah, pengatur pengeluaran benih tertekan ke atas oleh permukaan tanah. Kemudian mendorong tangkai pegas, sehingga lubang benih terbuka dan benihpun terjatuh kebawah. Selanjutnya pada saat tugal diangkat dari permukaan tanah, kembali dalam posisi semula karena kerja dari pegas, dan gerakan ini menutup lubang jatuhnya benih. Cara penggunaan alat ini cukup sederhana, cukup dengan memegang tangkai kendali dan menugalkannya kedalam tanah, kemudian mendorong tangkai kendali kedepan secukupnya, lalu mengangkatnya kembali. Kapasitas penugalan adalah 60 jam/ha, lebih baik dari cara tradisional yang membutuhkan waktu 85 jam/ha (Hendriadi et al: 2010).

(11)

10

Selain alat tanam tugal modifikasi kini juga telah dikembangkan alat tanam semi-mekanis yang lebih kompleks dari tugal modifikasi yaitu alat tanam benih “CO Seeders”. Alat-alat penanam ini cocok digunakan, baik pada tanah-tanah ringan maupun berat serta cocok untuk benih-benih berukuran besar dan kecil. Dengan berat alat 20 sampai 26 kg. Bagian-bagian utama dari alat penanam tipe ini adalah:

 Tangkai pendorong

 Roda depan

 Kotak benih

 Pengaturan pengeluaran benih

 Saluran benih

 Pembuka alur

 Penutup alur

 Roda belakang

Mekanisme penjatuhan benih berlangsung dengan putaran roda yang terdapat sensor magnet pada tiap bagian mata tugal yang terhubung dengan rangkaian mikrokontroler yang akan mengatur katup antara pembuka/ penutup lubang jatuhnya benih (Monayo dkk 2010).

Bila seorang manusia melakukan suatu kerja maka akan mengubah energi makanan yang dicernanya menjadi kerja mekanis. Dalam hal ini manusia berfungsi sebagai motor dan hasil kerja mekanis ini dapat digunakan untuk banyak hal, antara lain: mengangkat, mendorong, menarik, memutar engkol, dan sebagainya (Daywin et al 1991)

Daya yang dipakai untuk memutar engkol tergantung dari susunan engkol tersebut, yang tertinggi ialah bila engkol terletak pada ketinggian sekitar 30 cm, dengan kecepatan berputar 20-50 kali/menit. Manusia yang normal mempunyai kemampuan untuk melakukan pekerjaan rata-rata 7-10 kg m/detik berubah-ubah dari 5 kg pada 1.1 m/detik dengan mesin sampai 64 kg pada 0.15 m/detik ketika melangkah dengan dibebani beratnya sendiri. Pada pekerjaan yang kontinyu, manusia dapat menghasilkan tenaga sekitar 8 kg m/detik atau 0.1 hp (Hopfen 1969).

Kerja manusia merupakan sebagian dari aktivitas dalam kehidupannya. Moens (1978) membagi kapasitas kerja manusia sebagai berikut :

1. Kapasitas perseptif, yaitu kemampuan manusia untuk mengumpulkan informasi.

2. Kapasitas mental, yaitu kemampuan manusia untuk mengolah informasi menjadi keputusan. 3. Kapasitas fisik, yaitu tenaga dan ketahanan fisik manusia dalam melakukan tugas-tugas fisik.

Dalam suatu kerja fisik, selain koordinasi yang baik dari organ-organ penting dalam tubuh, faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas kerja . Yang perlu diperhatikan dalam rangka mencpai kondisi yang optimal, dan efisiensi serta kesejahteraan yang tinggi dinyatakan sebagai norma-norma kerja (Raharjani, 1978), dimana beberapa diantaranya mencangkup :

1. Beban kerja fisik yang diperkenankan 2. Sikap tubuh dalam bekerja

3. Macam kegiatan fisik serta masalah umum lainnya.

Sedangkan menurut Suma’mur (1980), agar seorang tenaga kerja dalam keserasian sebaik-baiknya, yang berarti dapat terjamin keadaan kesehatan dan produktivitas kerja setinggi-tingginya, maka perlu ada keseimbangan yang menguntungkan dari beban kerja, beban tambahan akibat dari lingkungan kerja, dan kapasitas kerja.

(12)

11

2200 kkal/8 jam (312 watt) telah tergolong berat. Dengan asumsi efisiensi tenaga mekanisnya 20%, berarti tenaga mekanis yang dapat dimanfaatkan hanya sebesar 64 watt (Wisnubrata 2003).

Dengan mengukur kadar udara pernafasan ditetapkan 60 – 90 watt sebagai beban sedang dan layak dikerjakan petani dengan masa kerja efektif enam jam sehari (Sigit 1989).

Interaksi antara manusia dengan alat atau mesin perlu diperhatikan dalam perancangan alat agar diperoleh suatu alat atau mesin yang nyaman untuk digunakan oleh penggunanya. Oleh karena itu, dimensi alat yang dirancang perlu disesuaikan dengan ukuran tubuh pengguna.Tabel acuan desain alat berdasarkan Ergonomika dapat dilihat pada lampiran.

2. Alat penanam dengan sumber tenaga hewan

Alat penanam dengan sumber tenaga hewan juga banyak sekali macamnya tergantung modifikasi suatu daerah serta jenis benih yang akan ditanam.

Alat penanam tipe ini yang paling sederhana adalah tipe yang hanya mempunyai satu atau dua buah jalur dengan pemasukan benih dilakukan secara terpisah, artinya benih dijatuhkan oleh operator melalui corong pemasukan terus melalui saluran benih yang kemudian sampai dan masuk kedalam tanah. Alat penanam dibuat dari logam kecuali corong pemasukan dan saluran benih. Kedalaman dan jarak dapat di atur sesuai dengan kebutuhan. Alat penanam yang dikombinasikan dengan alat pemupuk dengan tenaga penarik hewan.

Bagian-bagian alat penanam sederhana ini adalah:

 Batang tarik

 Batang pengendali

 Pembuka alur

 Corong benih

 Saluran benih

3. Alat penanam dengan sumber tenaga traktor

Berdasarkan cara penanaman, maka alat penanaman dengan sumber tenaga dari traktor dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu:

a. Alat penanaman sistem baris lebar b. Alat penanaman sistem baris sempit c. Alat penanaman sistem sebar

Pada umumnya bahwa prinsip dasar kerja dari alat tanam adalah sama, baik jenis yang didorong/ditarik tenaga manusia, ditarik tenaga hewan atau traktor.

Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut:

 Pembukaan alur atau lubang (khusus tugal)

 Mekanisme penjatahan benih

 Penutupan alur atau lubang (khusus tugal)

(13)

12

Gambar 5. Alat tanam mekanis model ATB1-2R-Balitsereal

Mesin tanam jagung tipe empat alur juga telah dikembangkan oleh Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BB-Mektan). Dalam pengoperasiannya, alat ini digandeng dengan traktor tangan 10.5 HP. Kapasitas kerja alat adalah 3-4 jam/ha dengan jumlah 1-2 operator.

(14)

13

D.

RANGKAIAN ELEKTRONIKA PADA ALAT TANAM

Selain dengan alat mekanis, mesin tanam kini sedang berkembang dengan penambahan komponen elekronika yang biasa digunakan untuk merakit robot dapat menggantikan fungsi dari komponen-komponen alat mekanis. Berbagai macam komponen elektronika yang dapat digunakan pada “COSeeders” prototipe II seperti:

a. Mikrokontroler

Komponen utama adalah mokrokontroler yang berfungsi mengontrol seluruh sistem kecuali gaya dorong maju alat, penutup lubang tanam, dan pembuka alur pupuk. Mikrokontroler yang digunakan adalah tipe DT-51 ATMega 8535 yang akan mengontrol sistem open gate pada tabung penyaluran benih dan furadan, putaran motor penjatah benih dan furadan, dan menerima input dari sensor magnet.

b. EMS Dual H-bridge 2 A

Selanjutnya adalah komponen motor driver sebagai penghubung driver motor DC dan mikrokontroller, atau dengan kata lain agar perintah dari mikrokontroller dapat diterjemahkan dengan baik oleh motor DC. Motor driver yang digunakan adalah tipe EMS Dual H-bridge 2A yang mampu mengontrol 2 motor sekaligus yang di rangkai pararel. EMS ini mengontrol putaran penjatah benih dan furadan, serta putaran pada sistem buka-tutup pada tabung penyaluran benih dan furadan sebelum jatuh tepat pada lubang tanam.

c. Rangkaian pembagi tegangan

Rangkaian pembagi tegangan ini adalah rangkaian yang berfungsi membagi tegangan yang berasal dari aki kering 12 V. Rangkaian ini akan meneruskan tegangan input 12 V dan akan membagi-bagikan tegangan yang melewati IC seri 78xx sehingga keluaran tegangnya menjadi 5 V, 9 V, atau 12 V berdasarkan keluaran seri IC yang di lewati tegangan input.

d. Sensor Magnet

Sensor magnet berfungsi sebagai penanda penugalan yang terhubung oleh mikrocontroler untuk melakukan perintah pada motor DC pada open gate. sensor yang digunakan adalah sensor magnet Allegro 3144e. Sensor magnet di letakkan di rangka dengan dudukannya yang sejajar dengan magnet yang ditempelkan sejajar pada velk tiap-tiap mata tugal.

e. Rangkaian penguat Op-Amp

Rangkaian penguat ini merupakan rangkaian yang bisa menguatkan tegangan pada masukan serta membalik hasil penguatan tersebut, jadi keluaran dari rangkaian ini akan selalu memiliki polaritas yang berlawananan dengan sinyal masukannya. Rangkaian ini menggunakan komponen IC LM324 dan trimpot 10KΩ. Rangkaian ini digunakan sebagai penguat tegangan pada kaki output sensor magnet sebelum menuju mikrokontroler sebagai indikasi pemrogramannya.

f. Motor DC

(15)

14

III.

METODOLOGI PENELITIAN

A.

WAKTU DAN TEMPAT

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari sampai Juli 2011. Tempat penelitian adalah di laboratorium lapangan Leuwikopo Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

B.

ALAT DAN BAHAN

1. Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah “CO Seeders” prototipe II dengan mata tugal kerucut dan prisma berongga, meteran, stopwatch, penggaris, kamera, digital tachometer, ember, tali rafia, patok

(a) (b) Gambar 7. Mata tugal (a) kerucut, (b) prisma berongga 2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung manis. Dengan luasan lahan 160 m2 (20m x 8m) maka akan terdapat 1111 lubang tanam, sehingga dibutuhkan 1111 benih jagung hibrida dengan asumsi 1 benih per lubang tanam.

C.

PROSEDUR PENELITIAN

Prosedur penelitian yang dilakukan adalah pengukuran jarak tanam, pengukuran diameter dan kedalaman lubang tanam hasil penugalan, pengujian penjatahan benih dan kapasitas lapang penanaman.

1. Pengukuran Jarak Tanam

(16)

15

sebesar 80 x 20 cm yaitu 80 cm untuk jarak lubang tanam antar baris tanam dan 20 cm untuk jarak lubang tanam dalam satu baris tanam sesuai literatur yang penulis dapatkan. Pengukuran dilakukan pada tiap baris tanam dengan 10 titik sampling. Pengukuran akan dilakukan pada lahan seluas 160 m2. Titik pengukuran terdapat pada layout lahan ditandai dengan warna biru.

2. Pengukuran diameter dan kedalaman lubang tanam

Pengukuran diameter dan kedalaman lubang tanam dilakukan untuk melihat hasil lubang tanam yang telah dibuat dengan mata tugal yaitu melalui pengukuran besar diameter dan kedalaman lubang dengan hasil yang diharapkan yakni 5 cm untuk diameter begitu juga untuk kedalaman lubang. Pengukuran dilakukan pada tiap baris tanam dengan 10 titik sampling. Titik pengukuran terdapat pada layout lahan ditandai dengan warna merah.

3. Pengujian keluaran benih

Pengujian keluaran benih bertujuan untuk mengetahui peluang benih yang keluar dari saluran utama ke arah tabung penyalur benih. Pengukuran dilakukan sebanyak 30 kali pengulangan dengan menghitung benih yang keluar dari tabung penyalur benih sampai benih di kotak pengumpan habis. Benih yang disediakan pada kotak pengumpan sesuai dengan jumlah lubang yang ditentukan yaitu 1111 lubang sehingga benih yang digunakan pun berjumlah 1111 benih untuk 1 benih per lubang. Pengukuran tidak langsung dilakukan pada lahan tanam agar lebih mempermudah pengukuran.

4. Pengujian penjatahan benih per lubang tanam

Pengujian dilakukan untuk mengetahui berapa jumlah benih yang masuk kedalam lubang tanam yang baik sesuai dengan literatur. Pengujian dilakukan dengan mengambil sampling dalam satu petakan lahan 100 cm x 80 cm maka dihitung jumlah benih yang tertanam dalam lubang tanam. Pengujian dilakukan pada 5 titik sampling secara acak. Untuk titik sampling terdapat pada layout lahan tanam ditandai dengan warna kuning.

5. Pengukuran prosentase kerusakan benih

Prosentase kerusakan benih perlu dihitung untuk mengetahui berapa banyak benih yang akan berkecambah. Pada penananaman dengan menggunakan ”CO Sedeers” ini, kerusakan yang dimaksud adalah benih yang jatuh dalam lubang dengan kondisi yang tidak mulus (lecet, pecah, retak, dan lain-lain) sebagai akibat dari mekanisme penjatahan dan penjatuhan dari alat tersebut.Prosentase kerusakan benih didapatkan dari perbandingan berat benih yang rusak saat benih dikeluarkan dari tabung penyalur benih dengan total berat benih. Total berat benih yaitu berat keseluruhan benih yang akan ditanam sejumlah 1111 benih.

Prosentase kerusakan benih (Pkb) dapat dihitung dengan persamaan: Pkb = x 100%

Dimana:

(17)

16 6. Perhitungan kapasitas penanaman

Pengujian kapasitas lapang ditentukan dengan mengukur waktu kerja dan waktu belok, kecepatan maju rata-rata alat dan lebar kerja penanaman dari alat tersebut. Kapasitas lapang alat ada dua, yaitu kapasitas lapang teoritis (KLT) dan kapasitas lapang efektif (KLE).Kapasitas lapang teoritis didapatkan dari mengukur kecepatan putar roda tanam pada lahan serta lebar penanaman. Sedangkan kapasitas lapang efektif didapatkan dari mengukur luas lahan yang ditanam dibandingkan dengan total waktu kerja yang digunakan untuk menanam. Dari perbandingan nilai KLE dan KLT maka akan didapatkan nilai efisiensi lapang penanaman.

Kapasitas lapang teoritis dihitung berdasarkan rumus: KLT = 0.36 x v x lp

Dimana:

KLT = kapasitas lapang teoritis (ha/jam) v = kecepatan putar roda (m/detik)

lp = lebar pengolahan (m)

Kapasitas lapang efektif dihitung berdasarkan rumus: KLE =

Dimana:

KLE = kapasitas lapang efektif (ha/jam) L = luas olah keseluruhan (ha) WK = waktu kerja keseluruhan (jam)

Dari kedua persamaan kapasitas lapang tersebut, dapat diketahui besarnya efisiensi lapang (Eff) dalam % berdasarkan rumus:

(18)

17

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

SIFAT FISIK DAN MEKANIK JAGUNG DAN FURADAN

Jagung memiliki sifat fisik yang sangat beragam baik beda varietas maupun dalam varietas yang sama. Dalam penelitian uji peformansi “CO Seeders” digunakan benih jagung bervarietas jagung manis yang memiliki sifat fisik berupa dimensi jagung yang berbeda satu sama lain. Dalam hal sifat fisik yang perlu diketahui adalah ukuran dimensi jagung seperti panjang jagung, lebar jagung, dan tebal jagung. Sifat lainnya yaitu berat dan volume jagung yang dibandingkan dengan jumlah biji jagung. Pada penelitian pendahuluan telah diukur dimensi jagung yang diambil dari 50 butir benih sebagai sampel. Dari semua pengukuran didapatkan nilai rata-rata dimensi jagung dengan panjang 9.7 mm lebar 8.4 mm dan tebal 3.5 mm. Berikut gambar dimensi benih jagung.

Gambar 8. Dimensi benih jagung

Pengukuran dimensi jagung dilakukan untuk menyesuaikan bentuk dan dimensi metering device untuk penjatahan benih. Ukuran metering device harus sesuai agar jagung yang dijatah dapat tersalur dengan baik hingga ke dalam lubang tanam. Besarnya massa jenis jagung dijadikan untuk menentukan bentuk dan dimensi penampung benih (hopper). Dimensi dari hopper benih yang memiliki volume total 4.32 liter dengan berat /volume dari benih jagung 750.2 gram/liter maka berat jagung yang dapat ditampung dalam wadah penampung (hopper) adalah 3.24 kg. Untuk dimensi furadan yang memiliki volume total 3 liter, dengan berat/volume dari furdan yaitu 1573 gram/liter maka berat furadan yang dapat ditampung oleh hopper furadan adalah sebesar 4.7 kg.

Penggunaan jagung sebagai bahan untuk pengujian kinerja alat dikarenakan jagung memiliki tekstur atau bentuk yang tidak seragam, sehingga diharapakan jika alat ini dapat diaplikasikan untuk menanam benih jagung maka dapat pula digunakan untuk benih yang lain yang tekstur benihnya lebih mudah dibandingkan dengan tekstur benih jagung.

Bentuk dimensi jagung mempengaruhi kinerja alat tanam karena didalam pengujian didapat kendala terhambatnya putaran metering device yang disebabkan oleh bentuk benih yang beragam. Apabila ukuran benih agung lebih besar jika dibandingkan dengan ukuran lubang mareting device maka benih dapat tersumbat dalam lubang metering device sehingga tidak terjatah jatuh ke dalam

TEBAL

LEBAR

(19)

18

tabung penyalur. Sedangkan untuk benih yang memiliki ukuran yang lebih kecil juga dapat menghabat putaran metering device seperti terselip dalam celah antara metering device dan penampung benih.

Sifat mekanik jagung dan pupuk yang diukur dengan sudut curah (angel of refose), yaitu besarnya sudut kemiringan yang dapat membuat benih jagung atau pupuk dapat meluncur atau jatuh akibat gravitasi (gaya beratnya).

Pengukuran sudut curah sangat berguna untuk menentukan desain dari kemiringan tabung penyalur benih, sehingga benih dan pupuk akan selalu terjatah dengan baik hingga lubang tanam. Pengukuran sudut curah dilakukan sebanyak 20 kali ulangan dengan rata-rata sudut curah benih 26.2o dan sudut curah furadan 28.5o. Nilai sudut curah ini merupakan besar sudut minimum yang dipakai untuk menentukan kemiringan tabung penyalur benih.

Sifat mekanik menyatakan kemampuan suatu bahan (seperti komponen yang terbuat dari bahan tersebut) untuk menerima beban/gaya/energi tanpa menimbulkan kerusakan pada bahan/komponen tersebut. Seringkali bila suatu bahan mempunya sifat mekanik yang baik tetapi kurang baik pada sifat yang lain, maka diambil langkah untuk mengatasi kekurangan tersebut dengan berbagai cara yang diperlukan.Misalkan saja baja yang sering digunakan sebagai bahan dasar pemilihan bahan.

Sifat mekanik yang diamati untuk menentukan jenis jagung yang dipakai yang pertama adalah kekerasan (hardness) yaitu kemampuan suatu bahan untuk tahan terhadap penggoresan, pengikisan (abrasi), identasi atau penetrasi. Sifat ini berkaitan dengan sifat tahan aus (wear resistance). Sifat ini dapat dilihat dari bahan yang mengalami gesekan karena jagung terselip antara hopper dan metering device benih jagung masih bagus atau tidak rusak. Sifat berikutnya yaitu ketangguhan (toughness) yaitu kemampuan bahan untuk menyerap sejumlah energi tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan. Juga dapat dikatakan sebagai ukuran banyaknya energi yang diperlukan untuk mematahkan suatu benda kerja, pada suatu kondisi tertentu. Sifat ini dipengaruhi oleh banyak faktor, sehingga sifat ini sulit diukur. Sifat ini dapat dilihat dari bentk jagung yang stabil walaupun telah dijemur pada terik matahari.

Kedua sifat ini digunakan sebagai acuan dalam penggunaan bahan jagung manis pada lahan tanam, dari hasil pengamatan sifat mekanik jagung maka jagung manis dapat digunakan sebagai bahan pengujian di lahan tanam.

(20)

19

B.

DESAIN ALAT TANAM BENIH SEMI MEKANIS “

CO Seeders

Alat hasil rancang bangun yang digunakan untuk uji performansi adalah “Control Otomatic Seeders”. Alat tanam benih ini memiliki dua bagian utama yaitu: rangka mekanis dan perangkat elektronika. Rangka mekanis terdiri atas rangka alat, roda tugal, roda pembantu, tempat penampungan benih (hopper), piringan penjatah (metering device), tabung penyalur dan penutup alur. Sedangkan komponen elektronik yang menyempurnakan alat ini tersusun atas mikrokontroler, motor stepper, SPC motor controller dan sensor magnet.

Dimensi dari alat ini adalah 130 x 100 x 90 cm. Ukuran ini didesain berdasarkan antropometri rata-rata orang Indonesia. Panjang batang penghubung yang digunakan adalah 110 cm dengan roda tugal diameter 40 cm sehingga panjang total dari alat tanam ini adalah130 cm. Kapasitas penampungan benih masing-masing tempat penampung benih (hopper) adalah 1.5 kg sehingga dalam sekali tanam alat dapat menanam 3 kg benih. Penjatah benih yang digunakan berdiameter 12 cm dan berbentuk tabung.

Sistem penggerak roda tugal adalah gaya dorong manusia dengan bantuan mikrocontroller dan sensor magnet yang terpasang pada batang proximity. Harapan dari sistem yang dipakai ini adalah ketepatan pembacaan lubang tugal dan penyaluran benih ke dalam lubang. Tenaga masukan untuk komponen elektronika adalah berasal dari accu sedangkan tenaga dorong yang diperlukan untuk mendorong adalah gaya dorong manusia yang berkisar antara 64 Watt. Dalam pengoperasiannya alat ini hanya membutuhkan satu orang operator saja (Monayo dkk2010).

(a) (b)

Gambar 9. Alat tanam “CO Seeders” (a) sebelum dan (b) sesudah modifikasi

Pada penelitian uji performansi digunakan “CO Seeders” yang telah diberi modifikasi pada penambahan fungsi pemberian furadan, yaitu ditambah dengan penampung furadan (hopper) serta pemberian roda blade yang dimodifikasi untuk membuka alur pemupukan. Namun pada saat opersionalnya roda blade juga dapat membantu penutupan alur tanam jagung.

Rangka alat

hopper

Roda bantu

Tabung penyalur

(21)

20

C.

UJI FUNGSIONAL “

CO Seeders

Pengujian fungsional dilakukan untuk mengetahui fungsi beberapa mekanisme utama dari tugal sebelum dilakukan pengujian performansi tugal di lapangan. Berat kosong dari “CO Seeders”ini adalah 20 kg. kapasitas maksimum penampung benih (hopper) adalah 16 kg untuk keempat hopper. Namun dalam pengujian fungsional penampung benih tidak diisi maksimum demi kelancaran proses penjatahan benih/ furadan.

Benih yang terdapat dalam penampung akan terangkat satu persatu masuk kedalam lubang metering device yang berputar, setelah mencapai posisi teratas akan jatuh kedalam lubang tabung penyalur yang terdapat sejajar dengan posisi lubang metering device teratas, dari tabung penyalur akan dijatah ke dalam lubang tanam sesuai dengan perintah controller untuk membuka katup.

Pengujian keluaran benih di luar lahan uji menunjukkan bahwa rata-rata benih jagung yang keluar untuk 0, 1, dan 2 biji adalah 13.3%, 76.6%, dan 10%. Untuk jagung manis jumlah jagung yang harusnya tertanam adalah 1 biji, namun jika tertanam 2 biji dapat dijadikan sebagai penyulaman. Sehingga bila jumlah benih yang diizinkan adalah 1-2 biji per lubang maka didapatkan presentase keberhasiannya sebesar 90%. “CO Seeders” telah dapat mengatasi permasalahan dalam penanaman benih dalam pengaturan pengeluaran benih. Hal ini dapat dilihat dari prosentase keberhasilan pengeluaran benih yang mencapai 90%.

Dapat dikatakan jika kerja metering device dalam menjatah benih telah dapat digunakam di lapangan. Dalam pengujian masih didapatkan benih yang tidak keluar (0 biji) atau pun keluar 2 biji saat penjatahan pada penugalan terjadi karena, (1) saat metering device berputar benih tidak masuk dalam lubang sehingga lubang metering device kosong, (2) benih tertahan pada salah satu lubang metering device sehingga pada saat penjatahan ke dalam tabung penyalur benih tidak jatuh, (3) tidak seragamnya bentuk benih sehingga untuk ukuran benih yang relatif kecil dapat keluar sebanyak 2 biji.

Gambar 10. Uji keluaran benih tanpa lahan

(22)

21

Gambar 11. Uji keluaran furadan di luar lahan uji

Gambar 12. Keluaran furadan di luar lahan uji

Pengujian keluaran furadan hanya dapat dilakukan di luar lahan uji, disebabkan pada saat furadan diletakan pada metering device furadan mengisi celah kecil yang ada antara metering device dan hopper sehingga ini menyebabkan putaran metering device macet dan tidak berputar. Ini disebabkan karena masih terdapat celah antara metering device dan hopper.

(23)

22

terkadang membuat metering device berhenti, selain itu benih yg berukuran terlalu besar terkadang juga tidak masuk ke dalam celah metering device yg membuat kekosongan benih saat penjatahan.

Gambar 13. Kemacetan metering device benih

Gambar 14. Panjatahan benih jagung

Gambar 15. Ukuran benih jagung yang bervariasi

Pada metering device furadan juga terjadi kemacetan yang cukup tinggi hal ini dikarenakan bentuk furadan yang seperti pasir dan bersifat mengisi ruang kosong sehingga banyak butiran furadan yang masuk ke dalam celah antara hopper dan metering device, sehingga membuat putaran metering device terhambat. Hal ini mengakibatkan penjatahan furadan tidak berjalan lancar dan membuat motor DC dipaksa berputar dengan hambatan yang besar.

Penumpukan benih membuat metering

(24)

23

D.

UJI PERFORMANSI “

CO Seeders

Pengujian performansi alat dilakukan untuk mengetahui effisiensi penanaman dengan alat pada lahan. Pengujian dilakukan pada laboratorium lapang Leuwikopo Departemen Teknik Mesin dan Biosistem pada bulan September 2011. Kondisi lahan saat penugalan mengandung kadar air yang rendah. Kondisi ini diperlukan agar tanah tidak banyak yang menempel pada mata tugal yang dapat mengganggu kinerja alat saat pengoperasian.

Pada pengujian performansi alat, jarak tanam yang digunakan adalah 20cm x 80cm, terdapat 2 lahan dengan luas masing-masing 160m2 (8m x 20m) yang masing-masing akan digunakan untuk menguji alat dengan menggunakan mata tugal kerucut padat dan mata tugal prisma berongga. Pola tanam yang digunakan untuk penanaman pada kedua jenis lahan adalah continous pattern.

Pengoperasian alat dilakukan oleh seorang operator yang memiliki berat badan 80 kg tinggi badan 170 cm dan dengan tinggi bahu 150 cm. Kesesuaian antara tinggi alat dan tinggi bahu dapat mengurangi kelelahan pada operator saat mengoperasikan alat. Tinggi alat yaitu 90 cm, disesuaikan dengan tinggi rata-rata pinggang orang dewasa dimana menurut data antropometri orang Indonesia pada tinggi 90 cm maka merupakan tinggi maksimum manusia memberikan tenaga dorong yang maksimum. Sikap tubuh dan anggota tubuh yang dipergunakan dalam bekerja juga akan mempengaruhi seberapa besar tenaga yang dikeluarkan oleh operator. Berat alat tanpa terisi benih dan furadan adalah 20 kg, jika hopper diisi penuh dengan benih dan furadan maka berat total alat menjadi kurang lebih 36 kg sedangkan berat maksimum alat agar seseorang dapat mendorongnya adalah 51kg, sehingga operator tersebut masih dapat mendorong alat dengan baik.

Gambar 8. Pola penanaman dengan continous pattern Gambar 16. Pola penanaman dengan continous pattern

Arah belok alat Arah maju alat

START

(25)

24 1. Pengujian “CO Seeders” dengan tugal prisma

Pengujian alat “CO Seeders”dengan tugal prisma dilakukan pada lahan seluas 160 m2 (8m x 20m). Menghasilkan kedalaman rata-rata hasil penugalan sebesar 3.6cm. Sedangkan prosentase keberhasilan penempatan benih kedalam lubang tanam adalah 75%. Hasil pengujian pada lahan dapat dilihat pada gambar 13.

Pengukuran kapasitas kerja lapang alat dengan kecepatan maju rata-rata alat 0.352 m/detik dan lebar kerja 0.8m (jarak antar baris tanam) sehingga didapatkan kapasitas lapang teoritis (KLT) sebesar 0.101 ha/jam. Dengan lahan seluas 0.016 ha dan total waktu tanam 11 menit maka didapatkan kapasitas lapang efektif (KLE) sebesar 0.086 ha/jam, sehingga dari perbandingan KLE dan KLT didapatkan nilai effisiensi lapang penanaman sebesar 85%.

Tabel 4. Data Hasil pengukuran kecepatan maju alat dengan tugal prisma

Lintasan Jumlah

Penugalan Waktu (detik)

Panjang lintasan

(m)

Kecepatan maju

(m/detik)

1 101 57 20 0,351

2 101 49 20 0,408

3 101 68 20 0,294

4 101 49 20 0,408

5 101 65 20 0,307

6 101 58 20 0,345

Rata- rata 0,325

Nilai prosentase penjatahan benih tepat pada lubang tanam yaitu 75%, sedangkan yang jatuh pada luar lubang tanam sebesar 8.5%, dan 16.5% benih tidak terjatah pada lubang tanam.

Rendahnya nilai prosentase penjatahan benih jagung ke dalam lubang tanam dikarenakan benih tidak terjatah dengan baik ke dalam lubang tanam yang dikarenakan: a. Benih tersumbat pada lubang metering device

b. Benih yang terjatah ke dalam lubang tanam namun tidak tepat jatuh pada lubang tanam karena terlempar ketika benih jatuh dan terkena klep pembukaan tabung penyalur

c. Terhentinya putaran metering device yang disebabkan karena terdapat benih yang terselip pada celah antara metering device dan hopper penampung benih

(26)

25

Gambar 17. Pengoperasian alat dengan tugal prisma pada lahan uji

Gambar 18. Hasil penugalan dengan mata tugal prisma

2. Pengujian “CO Seeders” dengan tugal kerucut

Pengujian alat “CO Seeders” dengan tugal kerucut dilakukan pada lahan seluas 160m2 (8m x 20m). Menghasilkan kedalaman rata-rata hasil penugalan sebesar 4.9cm. Sedangkan prosentase keberhasilan penempatan benih kedalam lubang adalah 64.5%. Hasil pengujian pada lahan dapat dilihat dalam gambar 11.

Pengukuran kapasitas kerja lapang alat dengan kecepatan maju rata-rata alat 0.437 m/detik dan lebar kerja 0.8m (jarak antar baris tanam) sehingga didapatkan kapasitas lapang teoritis (KLT) sebesar 0.126 ha/jam. Dengan lahan seluas 0.016 ha dan total waktu tanam 12 menit maka didapatkan kapasitas lapang efektif (KLE) sebesar 0.08 ha/jam, sehingga dari perbandingan KLE dan KLT didapatkan nilai effisiensi lapang penanaman sebesar 63.49%.

(27)

26

Tabel 5. Data Hasil pengukuran kecepatan maju alat dengan tugal kerucut

Lintasan Jumlah

Penugalan Waktu (detik)

Panjang lintasan

(m)

Kecepatan maju

(m/detik)

1 21 10,08 4 0,397

2 21 9,99 4 0,400

3 21 11,11 4 0,360

4 21 7,37 4 0,543

5 21 7,86 4 0,509

6 21 8,34 4 0,480

7 21 10,02 4 0,399

8 21 9,02 4 0,443

9 21 9,06 4 0,441

10 21 10,01 4 0,399

Rata- rata 0,437

Nilai prosentase penjatahan benih tepat pada lubang tanam yaitu 64.5%, sedangkan yang jatuh pada luar lubang tanam sebesar 8%, dan 27.5% benih tidak terjatah pada lubang tanam. Rendahnya nilai prosentase penjatahan benih jagung ke dalam lubang tanam dikarenakan benih tidak terjatah dengan baik ke dalam lubang tanam yang dikarenakan: a. Benih tersumbat pada lubang metering device

b. Benih yang terjatah ke dalam lubang tanam namun tidak tepat jatuh pada lubang tanam karena terlempar ketika benih jatuh dan terkena klep pembukaan tabung penyalur

c. Terhentinya putaran metering device yang disebabkan karena terdapat benih yang terselip pada celah antara metering device dan hopper penampung benih

d. Benih tidak terjatah pada lubang metering device karena ukurannya yang tidak sesuai dengan lubang metering device

(28)

27

Gambar 20. Hasil penugalan dengan mata tugal kerucut

Nilai efisiensi lapang penananam alat dengan kedua jenis mata tugal yaitu mata tugal prisma sebesar 85% dan tugal kerucut sebesar 63.49%, kurang optimalnya nilai efisiensi penananam dapat ditingkatkan dengan mengurangi waktu belok yang pada saat pengujian tidak tercatat namun cukup memiliki pengaruh karena tidak terdapatnya penanda pindah alur tanam sehingga perlu waktu untuk pengaturan posisi alat untuk penanaman alur berikutnya.

Coefisien of variation

Koefisien variasi adalah perbandingan antara simpangan standar dengan nilai rata-rata yang dinyatakan dengan persentase. Koefisien variasi berguna untuk melihat sebaran data dari rata-rata hitungnya. Nilai koefisien variasi juga dapat dijadikan untuk membuat kriteria dalam mencari kepresisian suatu kinerja alat.

Jika: cv < 5% maka sangat presisi 5 < cv < 10% maka presisi

cv > 10% maka kurang presisi (baik) Nilai koefisien variasi dapat dicari dengan rumus

=

x 100%

Dimana: cv = coefisiean of variation SD = standar deviasi

x

= rata-rata

(29)

28

Dalam pengujian kinerja “CO Seeders” prototipe II didapatkan nilai koefisien variasi dari masing-masing pengujian seperti pada tabel sebagai berikut.

Tabel 6. Kriteria kepresisian pada pengujian alat “CO Seeders” prototipe II

Jenis pengujian Rata-rata SD (standar

deviasi)

cv (coefisien of

variation)

Kriteria

kepresisian

Kecepatan maju alat (m/s)

tugal kerucut

tugal prisma

0.437 0.325 0.058 0.048 13.27 14.77 Kurang presisi Kurang presisi Berat/volume (kg/liter) benih furadan 750.2 1575 26.287 62.689 3.5 3.98 Sangat presisi Sangat presisi Kedalaman penugalan (cm)

tugal kerucut

tugal prisma

4.9 3.65 0.8 0.59 16.33 16.16 Kurang presisi Kurang presisi Penjatahan pada

lubang tanam (%)

tugal kerucut

0 benih

1 benih

2 benih

tugal prisma

0 benih

1 benih

2 benih

64.5 0.235 54.5 19 75 0.145 83.5 24.5 15.36 2.751 1.792 1.229 5.77 1.317 3.824 1.197 23.8 1170 1.64 6.4 7.69 908 3.24 4.89 Kurang presisi Kurang presisi Sangat presisi Presisi Presisi Kurang presisi Sangat presisi Sangat presisi Kerusakan benih (gram)

(30)

29

E.

ANALISIS DAYA

Menurut Saripudin (2007) besarnya tahanan gelinding (F) menggunakan persamaan: F = rolling resistance x berat benda

Dimana:

rolling resistance = 0.25

Daya rata-rata manusia = 0.1 Hp = 0.075 kW = 75 W

Asumsi kecepatan operator mendorong alat penanam = 0.6 m/s F = P/v = 75/0.6 = 125 N

Sehingga berat alat maksimum adalah:

Berat = F/rolling resistance = 125/0.25 = 500 N = 51 kg.

Berat total prototipe setalah diisi oleh benih jagung dan furadan serta rangkaian elektronika yaitu 36 kg,

Dari data diatas dapat disimpulkan kebutuhan tenaga untuk mendorong alat tanam oleh seorang operator membutuhkan tenaga 125 N, atau seseorang yang memiliki tenaga sebesar 75 W dapat mendorong alat ini dengan baik.

Lama waktu kerja:

Untuk menghitung waktu kerja dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

= 25

E−5 meni t

Dimana:

E = konsumsi energi selama pekerjaan berlangsung (kcal/menit) (E-5) = habisnya cadangan energi (kcal/menit)

Tw = waktu kerja (working time), (menit) Dengan asumsi:

Berdasarkan tabel konsumsi energi dalam berbagai jenis kegiatan yaitu “pulling handed cart” yaitu sebesar 8.5 kcal/min, maka

= 25

8.5−5 meni t = 7.1 meni t

Lama waktu istirahat:

Dengan asumsi bahwa selama istirahat jumlah energi adalah 1.5 kcal/min,

= 25

8.5−1.5 meni t = 3.5 meni t

(31)

30

F.

PENGUKURAN PROSENTASE KERUSAKAN BENIH

Kerusakan benih akibat pengoperasian alat perlu dihitung untuk mengetahui berapa banyak benih yang tertanam dalam kondisi baik dan akan berkecambah dengan baik. Dari hasil pengujian sebanyak 5 kali ulangan yang masing-masing berat benih yang diuji adalah 100 gram maka diperoleh rata-rata prosentase kerusakan benih sebesar 4.3%.

[image:31.595.114.513.260.446.2]

Kerusakan benih bisa terjadi karena adanya pergerakan (gesekan) antara wadah penampung benih (hopper) dengan jagung yang terdapat pada lubang metering device. Benih yang berpeluang rusak (lecet atau pecah) adalah benih yang memiliki ukuran yang lebih besar dari ukuran lubang metering device sehingga saat metering device berputar dan benih ikut terbawa putaran sehingga benih mengalami gesekan dengan penampung benih.

Tabel 7. Pengukuran kerusakan benih

Ulangan Berat total (gram) Berat Benih Baik (gram)

Berat Benih Rusak

(gram)

1 100 90.13 9.87

2 100 97.35 2.65

3 100 98.93 1.07

4 100 94.48 5.52

5 100 97.38 2.62

Rata- rata 95.654 4.346

Kondisi fisik benih sangat mempengaruhi pada pertumbuhan tanaman, jika kondisi benih dalam keadaan baik maka pertumbuhan tanaman pun akan baik. Sehingga kita perlu mengetahui kondisi benih sebelum tanam. Bentuk fisik jagung manis yang berbentuk keriput saat siap tanam maka cukup menjadi kendala dalam pengoperasian “CO Seeders” karena akan menghambat putaran metering device sehingga penjatahan benih pada lubang tanam tidak terjatah dengan baik. Saat benih masuk kedalam lubang metering device yang memiliki diameter 1 cm maka untuk benih yang memiliki ukuran yang lebih besar dari lubang akan menghambat putaran atau benih dapat rusak karena gesekan benih dengan metering device dan hopper.

G.

PERMASALAHAN TEKNIK

1. Masalah teknis penjatahan benih
(32)

31

a. Benih tersumbat pada lubang metering device

b. Benih yang terjatah ke dalam lubang tanam namun tidak tepat jatuh pada lubang tanam karena terlempar ketika benih jatuh dan terkena klep pembukaan tabung penyalur

c. Terhentinya putaran metering device yang disebabkan karena terdapat benih yang terselip pada celah antara metering device dan hopper penampung benih

d. Benih tidak terjatah pada lubang metering device karena ukurannya yang tidak sesuai dengan lubang metering device

2. Masalah teknis penjatahan furadan

Pada metering device furadan terjadi kemacetan yang cukup tinggi hal ini dikarenakan bentuk furadan yang seperti pasir dan bersifat mengisi ruang kosong sehingga banyak butiran furadan yang masuk ke dalam celah antara hopper dan metering device, sehingga membuat putaran metering device terhambat. Hal ini mengakibatkan penjatahan furadan tidak berjalan lancar dan membuat motor DC dipaksa berputar dengan hambatan yang besar. Pada pengujiannya pengukuran keluaran furadan hanya bisa dilakukan di luar lahan tanam karena terhambat oleh metering device yang macet (tidak berputar) saat pengujian di luar lahan uji.

3. Masalah teknis timing pembukaan gate

Permasalahan teknis pada timing pembukaan gate terjadi saat benih jatuh bertepatan dengan katup gate yang membuka sehingga benih ikut terlempar oleh katup menyebabkan penjatahan benih tidak tepat pada lubang tanam.

4. Masalah teknis pengoperasian

(33)

32

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

A.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian pengujian “CO Seeders” dapat disimpulkan:

a. Jarak tanam yang dihasilkan 20 cm x 80 cm, kedalaman lubang tanam untuk alat dengan mata tugal prisma 3.65 cm sedangkan dengan mata tugal kerucut sebesar 4.9 cm, penjatahan benih pada lubang tanam dengan mata tugal prisma sebesar 75 % dan tugal kerucut sebesar 64.5 %

b. Penjatahan benih pada pengujian dengan mata tugal kerucut kurang presisi 64.5% (cv = 23.8) dengan penjatahan 0 benih 0.235%, 1 benih 54.5%, 2 benih 19%, sedangkan mata tugal prisma 75% (cv = 7.69) termasuk presisi dengan penjatahan 0 benih 0.145%, 1 benih 83.5%, 2 benih 24.5%

c. Penanaman menggunakan alat dengan mata tugal prisma memiliki kapasitas penanaman 9.9 jam/ha dengan effisiensi lapang penanaman sebesar 85 %, sedangkan untuk mata tugal kerucut kapasitas penanaman 12.5 jam/ha dengan effisiensi lapang penanaman sebesar 63.49 %

d. Permasalahan teknik operasional alat yang masih sering terjadi yaitu terhambatnya putaran metering device oleh butiran furadan yang mengisi celah antara hopper dan metering device, timing pembukaan gate yang menyebabkan benih terlempar oleh katup tidak tepat pada lubang tanam, kendala saat membelokkan alat yang hanya bertumpu pada roda tugal serta kurangnya penanda untuk pindah alur tanam

B.

SARAN

a. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut tentang bentuk hopper dan metering device yang sesuai dengan sifat furadan yang berbentuk seperti pasir yang dapat dengan mudah mengisi celah yang ada

(34)

ANALISIS UNJUK KERJA

“CO Seeders”

PROTOTIPE II ALAT

PENANAM BENIH YANG PRESISI DAN FLEKSIBEL

SKRIPSI

HUDA FATMAWATI

F14070066

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(35)

33

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Dalam http:// agribisnis.deptan.go.id/web/diperta.../prod-kc_tanah.htm [ 8 Februari 2011] Anonim. Dalam http:// biogen.litbang.deptan.go.id/terbitan/pdf/agrobio_4_2_62-68 [ 8 Februari

2011]

Hal, Allen S., Halowenko, Alfred R., Lauglin, Herman G. 1961. Theori and Problem of Machine Design. Megraw-Hill Book. Company. Purdue University.

Hutagalung, Bobbyanto. 2005. Laporan Praktek Kerja Magang Industri Perakitan Corn Planter JB/TS 1199 di PT General Agromesin Lestari. Laporan Magang. Program Studi Manajer Alat Dan Mesin Pertanian. Fateta. Institu Pertanian Bogor.

Jusuf Daywin, Frans, G. Sitompul, Radja, Hidayat, Imam. 2008. Mesin-Mesin Budidaya Pertanian di Lahan Kering. Graha Ilmu: Yogyakarta.

Lando, T.M, dan B. Abidin. 1984. Perancangan dan Pembuatan Alat Tanam Kedelai. Laporan Hasil Penelitian Mekanisasi Pertanian. Balittan Maros.

Monayo AW, Lutfianita W, Arifianto H, Wijaya YG, Fatmawati H. 2010. ”Control Otomatic Seeders” Alat Tanam Benih Fleksibel dan Presisi. Laporan PKMT. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Purwono, Hartono R. 2007. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.

Saripudin, Eka Yudhi. 2007. Analisis Parameter Rancang Bangun Roda Besi Bersirip dengan Mekanisme Sirip Berpegas. Skripsi. Fateta. IPB.

Simaptupang, Zulfahrizal. 2000. Desain Dan Uji Performansi Tugal Semi-Mekanis Untuk Penanaman Kedelai (Glucine max L.) Dan Pembenaman Pupuk Granular. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Smith, H.P & L.H. Wilkes. 1976. Farm Machinery and Equipment, Sixth Edition. Mc Grow Hil

Company Ltd, New Delhi.

Subandi, S. Saenong, Bahtiar, I.U. Firmansyah, dan Zubachtirodin. 2004. Peranan penelitian jagung dalam upaya mencapai swasembada jagung nasional. Seminar Nasional Penerapan Agro Inovasi Mendukung Ketahanan Pangan dan Agribisnis. Kerjasama BPTP Sumatera Barat dengan Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang. p. 78-86.

Sularso dan Kiyokatsu Suga. 2004. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Pradnya Paramita. Jakarta.

Suprapto, Hs. 1993. Bertanam Jagung, Cetak X. Penebar Swadaya, Jakarta.

Syafi’I, Ali. 1995. Desain dan Uji Performansi Tugal Mekanis untuk Penanaman Jagung (Zea Mays). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

(36)

34

White, J. dan Lawrence A. 2003. CORN: Chemistry and Technology. 2nd ed. American Assosiation of Cereal Chemists, Inc. St. Paul, Minesota, USA.

Wijaya, Y.G. 2011. Pembuatan Alat Taman Benih Jagung (Zea Mays) Otomatis Berbasis Mikrokontroler. Skripsi. Fateta. Institut Pertanian Bogor.

(37)

ANALISIS UNJUK KERJA

“CO Seeders”

PROTOTIPE II ALAT

PENANAM BENIH YANG PRESISI DAN FLEKSIBEL

SKRIPSI

HUDA FATMAWATI

F14070066

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(38)

PERFORMANCE ANALYSIS OF “CO SEEDERS” SEED PLANTING TOOLS THAT PRECISION AND FLEXIBLE

Huda Fatmawati and Tineke Mandang, Radite P.A Setiawan

Department of Mechanical and Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO BOX 220, Bogor,

West Java, Indonesia. e-mail: huda.daffa@yahoo.com

ABSTRACT

Regarding to the increasing of Indonesian corn demands, thus it will need more development of technology to support the increase of such productivity. The development of technology could be many ways and one of them is the development of mechanization technology. In order to support corn cultivation is seeding process which is also needed to develop a new technology in planting corn seeds. “CO Seeders” is offered solution due to its technology in planting corn seeds with precise and flexible operation system. “CO Seeders” abilities are make seedbeds, précising the number of seeds, close the bed and make a burrow path for fertilizers. Moreover, in planting corn seeds “CO Seeders” work at 20 x 80 cm planting area. It has 2 type of drill which have different ability in making the seedbed hole. The first is the triangle prism type drill which is obtain 3.65 cm depth of the seedbed hole and the other is the cone type which obtain 4.9 cm depth of the seedbed hole. The ration of seed planted with triangle prism drill is 75% and 64.5% for cone drill. From experiment “CO Seeders” performance provide different results of each drill type. “CO Seeders” with triangle prism drill type capacity obtained is 11.65 hours/ha with 85% field efficiency and the cone drill type capacity is 12.5 hours/ha with 63.49% field efficiency. Nevertheless in operating such machine problems still occurred. There are problem in rotation of furadan metering device because of furadan grain still clogged the gap between hopper and metering device which make the device stuck and won’t rotate constantly.

(39)

Huda Fatmawati. F14070066. Analisis Unjuk Kerja “CO Seeders” Prototipe II Alat Penanam Benih yang Presisi dan Fleksibel. Di bawah bimbingan Tineke Mandang dan Radite P.A. Setiawan. 2011.

RINGKASAN

Di era sekarang ini, semakin majunya teknologi membuat semakin berkembangnya peralatan-peralatan yang mudah pengoperasiannya, serta memberikan hasil kerja yang optimal. Munculnya teknologi baru tersebut diharapkan dapat meningkatkan keuntungan sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Untuk memperoleh produktivitas yang tinggi dalam menanam jagung, jarak tanam merupakan salah satu faktor yang memainkan peranan penting. Jarak tanam yang terlalu rapat akan menyebabkan tanaman jagung tumbuh tidak seragam dikarenakan persaingan akar dalam memperoleh hara lebih besar antara satu sama lain. Namun apabila jarak tanam dibuat terlalu lebar maka akan diperoleh produktivitas yang rendah karena masih ada luas lahan yang tidak dimanfaatkan. Maka dari itu keseragaman jarak tanam dan kedalaman lubang harus sangat diperhatikan dalam proses penanaman jagung.

Alat tanam benih semi mekanis “CO Seeders” merupakan alat tanam benih yang presisi dan fleksibel dimana dalam sekali pengopersian dapat dihasilkan empat kegiatan sekaligus yaitu membuat lubang tanam, menjatah benih pada lubang tanam, menutup lubang tanam, dan membuka alur pupuk. Hasil pengujian kinerja alat yang telah dilakukan didapatkan jarak tanam 20 cm x 80 cm, kedalaman lubang tanam untuk alat pada operasi mata tugal prisma 3.65 cm sedangkan dengan mata tugal kerucut diperoleh kedalaman tanam sebesar 4.9 cm, penjatahan benih pada lubang tanam dengan mata tugal prisma sebesar 75 % dan tugal kerucut sebesar 64.5 %.

(40)

ANALISIS UNJUK KERJA

“CO Seeders”

PROTOTIPE II ALAT

PENANAM BENIH YANG PRESISI DAN FLEKSIBEL

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada

Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

HUDA FATMAWATI F14070066

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(41)

Judul Skripsi : Analisis Unjuk Kerja “Co Seeders” Prototipe II Alat Penanam Benih Yang Presisi Dan Fleksibel

Nama : Huda Fatmawati NIM : F14070066

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Pertama Dosen Pembimbing Kedua

(Prof.Dr. Ir. Tineke Mandang, M.S.) (Dr.Ir. Radite P.A. Setiawan, M.Agr) NIP. 19550524 1979 03 001 NIP. 19621223 1986 01 1 001

Mengetahui: Ketua Departemen,

(Dr. Ir. Desrial, M.Eng.) NIP 19661201 199103 1 004

(42)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul “Analisis Unjuk Kerja “CO Seeders” Prototipe II Alat Penanam Benih yang Presisi dan Fleksibel” adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Desember 2011 Yang membuat pernyataan

(43)

© Hak cipta milik Huda Fatmawati, tahun 2011 Hak cipta dilindungi

(44)

BIODATA PENULIS

(45)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Unjuk Kerja “Co Seeders” Prototipe IIAlat Penanam Benih yang Presisi dan Fleksibel” dengan baik. Pene

Gambar

Gambar 4.  Alat tanam tugal modifikasi model V (Subandi et. al 2002)
Gambar 5. Alat tanam mekanis model ATB1-2R-Balitsereal
Gambar 7. Mata tugal (a) kerucut, (b) prisma berongga
Gambar 11. Uji keluaran furadan di luar lahan uji
+7

Referensi

Dokumen terkait