• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Pertumbuhan Undur-Undur Laut Emerita emeritus (Decapoda : Hippidae) di Pantai Bocor, Kecamatan Buluspesantren, Kebumen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Pertumbuhan Undur-Undur Laut Emerita emeritus (Decapoda : Hippidae) di Pantai Bocor, Kecamatan Buluspesantren, Kebumen"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

emeritus

(Decapoda : Hippidae)

DI PANTAI BOCOR,

KECAMATAN BULUSPESANTREN, KEBUMEN

MADE AYU PRATIWI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Pertumbuhan Undur-Undur Laut Emerita emeritus (Decapoda : Hippidae) di Pantai Bocor, Kecamatan Buluspesantren Kebumen adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2013

Made Ayu Pratiwi

(4)

ii

ABSTRAK

MADE AYU PRATIWI. Studi Pertumbuhan Undur-Undur Laut Emerita emeritus

(Decapoda : Hippidae) di Pantai Bocor, Kecamatan Buluspesantren, Kebumen. Dibimbing oleh YUSLI WARDIATNO dan ALI MASHAR

Undur-undur laut (Emerita emeritus) merupakan salah satu sumber daya pesisir yang bernilai ekonomis maupun ekologis penting di Pantai Bocor, Kebumen. Kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh masyarakat Kebumen dapat mengancam keberadaan dan mengganggu fungsi ekologis dari undur-undur laut. Oleh karenanya perlu dilakukan studi mengenai beberapa aspek pertumbuhan sebagai input rencana pengelolaan sumber daya undur-undur laut. Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober 2012-Februari 2013 di Pantai Bocor, Kebumen. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel dan FISAT II. Analisis uji chi-square dengan koreksi Yates’ yang menyatakan bahwa nisbah kelamin undur-undur laut tidak seimbang (jumlah kelamin betina lebih besar daripada jumlah kelamin jantan). Pola pertumbuhan undur-undur laut adalah allometrik positif yang artinya pertambahan bobot lebih dominan daripada pertambahan panjang. Panjang asimtotik dari undur-undur laut betina yaitu sebesar 38.2550 mm, nilai koefisien pertumbuhan sebesar 0.4875 per bulan, dan umur harapan hidup sebesar 16 bulan.

Kata kunci: allometrik positif, aspek pertumbuhan, Pantai Bocor, Undur-Undur Laut.

ABSTRACT

MADE AYU PRATIWI. Growth Study of Mole Crabs Emerita emeritus

(Decapoda : Hippidae) in Bocor Beach, Buluspesantren, Kebumen. Supervised by YUSLI WARDIATNO and ALI MASHAR.

Mole crab (Emerita emeritus) is one of the valuable coastal resources economically and ecologically important in Bocor Beach, Kebumen. Fishing activities undertaken by the community Kebumen may threaten and disrupt the ecological functions of mole crabs. It is then necessary to study some aspects of the growth as an input to resource management plan. The research was carried out from October 2012 to February 2013 in Bocor Beach, Kebumen. Data processing was performed using Microsoft Excel and FISAT II. Analysis of chi-square test with Yates’ correction stating that the sex ratio of mole crabs unbalanced (female sex ratio is much larger than the male sex ratio). Growth pattern Mole Crabs is allometric positive. Asymptotic length of Mole Crabs is equal to 38.2550 mm, the value of the growth coefficient is 0.4875 per month, and a life span of mole crabs is 16 months.

(5)

STUDI PERTUMBUHAN UNDUR-UNDUR LAUT

Emerita

emeritus

(Decapoda : Hippidae) DI PANTAI BOCOR,

KECAMATAN BULUSPESANTREN, KEBUMEN

MADE AYU PRATIWI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(6)
(7)

NIM : C24090027

Disetujui oleh

Diketahui oleh

Dr Ir Yusli Wardiatno, MSc Ketua Departemen

Tanggal Lulus : 4 Juni 2013 Dr Ir Yusli Wardiatno, MSc

Pembimbing I

(8)

ii

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan karunia yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Pertumbuhan Undur-Undur Laut Emerita emeritus (Decapoda : Hippidae) di Pantai Bocor, Kecamatan Buluspesantren, Kebumen”. Penelitian ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama kepada:

1. Dr Ir Yusli Wardiatno, MSc selaku pembimbing I dan Ali Mashar, SPi MSi selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan, dan saran selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi.

2. Prof Dr Ir Mennofatria Boer selaku dosen penguji tamu serta Dr Ir Yunizar Ernawati, MS selaku komisi pendidikan yang telah banyak memberikan saran dalam penyusunan skripsi ini.

3. Keluarga tercinta: Bapak, Ibu, Kak Agus, Adek Yogi, Kakek, Nenek, Tuayah, Tunini dan Joka.

4. Mbak Eni, Orang tua Mbak Eni, Bapak dan Ibu Sarmo yang telah banyak membantu dalam pengambilan yutuk di Kebumen.

5. Sahabat Terbaik: Tamimi, Putri, Dirga, Ayu, Selvia, Amel, Yunianti, Wilda, dan Iqra.

6. Teman seperjuangan: Deasy, Alin, Cutra, Devi, Allsay, Nana, Mei, Iqra, Fatkur, Panji, Rahmat, Ginna, Dwi, Ika, Tyas, Novita, Gilang, Rodearni, Dudi, Ai, Mega, Ratih, Janty, Niken, Fitri, Nurul, Yulia, Dian, Atim, Anggi, Fauzia AW, Eka, Dewi, Yucha, Arinta, Julpah, Viska, Ananda, Nisa, Conny, Santika, Nursi, Fauzia F, Ajeng, Dede, Rio, Piepiel, Adam, Fajar, Syarif, Asyanto, Aziz, Kusnanto, mas Gentha, Yuli, nando, dan ipung atas segala doa, kasih sayang, dan bantuanya.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan khususnya dalam bidang Manajemen Sumber Daya Perairan.

Bogor, Juni 2013

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODOLOGI 2

Waktu dan Lokasi Penelitian 2

Prosedur Penelitian 3

ANALISIS DATA 4

Nisbah Kelamin 4

Distribusi Frekuensi Panjang 4 Hubungan Panjang dan Bobot 4

Lack of Fit 5

Distribusi Kelompok Umur 5 Pendugaan Umur Undur-Undur Laut dengan Modus Panjang Tertentu 6

Pertumbuhan 6

Faktor Kondisi 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Komposisi Jenis 7

Nisbah Kelamin 9

Frekuensi Panjang Karapas 9 Hubungan Panjang dan Bobot 10 Analisis Kelompok Umur 12 Parameter Pertumbuhan 14

Faktor Kondisi 16

Pengelolaan Sumber Daya Undur-Undur Laut 16

KESIMPULAN DAN SARAN 17

Kesimpulan 17

Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 17

LAMPIRAN 20

(10)

iv

DAFTAR TABEL

1. Nisbah kelamin Emerita emeritus 9 2. Pola pertumbuhan beberapa jenis krustasea pada berbagai penelitian 12 3. Parameter pertumbuhan dengan Metode Ford Walford 14 4. Parameter pertumbuhan dari penelitian sebelumnya 15

DAFTAR GAMBAR

1. Peta lokasi pengambilan contoh di Pantai Bocor, Kebumen

(www.Googleearth.com, 25 April 2013) 3 2. Jenis undur-undur laut (a) Albunea symmysta, (b) Emerita emeritus,

(c) Hippa adactyla 8

3. Komposisi jenis undur-undur laut 8 4. Frekuensi panjang karapas undur-undur laut jantan dan betina 10 5. Hubungan panjang karapas dan bobot basah undur-undur laut

(a) total, (b) betina, (c) jantan 11 6. Pergeseran modus panjang karapas undur-undur laut betina 13 7. Kurva pertumbuhan von Bertalanffy undur-undur laut betina 14 8. Faktor kondisi undur-undur laut betina 16

DAFTAR LAMPIRAN

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Undur-undur laut merupakan salah satu jenis biota yang hidup pada wilayah pantai berpasir. Undur-undur laut ini hidup pada swash zone di wilayah intertidal. Swash zone merupakan wilayah pasang surut yang bergantian terendam dan terpapar oleh gelombang atau merupakan zona pencucian (McArdle dan McLachlan 1991 in Dugan et al. 2000). Keberadaan undur-undur laut bergantung pada perubahan swash zone akibat pasang surut (FMSA 2007). Swash zone pada pantai berpasir adalah lingkungan yang keras dan undur-undur laut jenis Emerita analoga meliang dengan cepat untuk menghindari predator (Kolluru et al. 2011). Undur-undur laut jenis Emerita talpoida mendiami zona intertidal pantai berpasir dari Harwick, Massachusetts (USA) sampai ke Progreso, Yucatan dan Mexico (Williams 1984 in Forward et al. 2007). Makanan undur-undur laut adalah plankton dan detritus yang terbawa dalam air, sehingga sering disebut filter feeder

(Wenner 1977).

Undur-undur laut memiliki ciri-ciri khusus yaitu tubuh sangat pendek dan melengkung, abdomen bilateral simetris, lunak, pipih dorsoventral, atau sedikit membulat, ujung posterior abdomen terlipat ke arah ventral dan kedepan, cephalothoraks tumbuh sangat baik, memiliki rostrum kecil atau mereduksi, telson berada di bawah thoraks, memanjang dan meruncing. Undur-undur laut memiliki kaki pertama yang disebut chelate atau subchelate, kaki ke lima tereduksi dan melipat, serta selalu berada di bawah karapas (Haye et al. 2002). Undur-undur laut (Emerita emeritus) memiliki kandungan asam lemak omega 6 total sebesar 12.94%, dengan kadar asam linoleat 11.11% dan asam arakhidonat 1.83% (Mursyidin 2007).

Salah satu wilayah penyebaran undur-undur laut di perairan Indonesia yaitu pada Pantai Bocor, Kebumen. Pantai Bocor memiliki substrat dasar berupa pasir dengan hantaman gelombang yang cukup besar. Harga undur-undur laut di Pantai Bocor berkisar antara Rp15 000.00 sampai Rp25 000.00.Selain dimanfaat-kan sebagai sumber protein, undur-undur laut juga dapat dimanfaatdimanfaat-kan sebagai indikator pencemaran (Boere et al. 2011). Undur-undur laut jenis Emerita brasiliensis dan Emerita portoricensis dapat menjadi bioindikator untuk merkuri karena dapat mengakumulasi logam tersebut (Perez 1999).

(12)

2

Perumusan Masalah

Undur-undur laut merupakan salah satu sumber daya perikanan yang bernilai ekonomis tinggi pada masyarakat Kebumen. Sumber daya perikanan ini merupakan sumber daya yang dapat secara bebas dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Hal ini membuat banyak masyarakat yang memanfaatkan sumber daya undur-undur laut dalam waktu yang bersamaan. Masyarakat Kebumen banyak memanfaatkan undur-undur laut sebagai makanan olahan atau konsumsi. Undur-undur laut juga termasuk salah satu jenis makanan ringan yang digemari oleh pengunjung saat berwisata ke Pantai Bocor, Kebumen. Hal ini mengakibatkan tingginya permintaan sumber daya undur-undur laut. Kegiatan penangkapan undur-undur laut yang tidak terkendali oleh masyarakat Kebumen dapat mengancam keberadaan dan mengganggu fungsi ekologis undur-undur laut. Oleh karena itu, perlu dilakukan studi mengenai beberapa aspek pertumbuhan sebagai input rencana pengelolaan sumber daya undur-undur laut di Pantai Bocor, Kebumen.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji beberapa aspek pertumbuhan undur-undur laut jenis Emerita emeritus meliputi nisbah kelamin, sebaran frekuensi panjang karapas, hubungan panjang bobot, dan parameter pertumbuhan.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa informasi terkait pertumbuhan undur-undur laut sebagai dasar pertimbangan dalam pengelolaan undur-undur laut di Kebumen yang berkelanjutan dan lestari.

METODOLOGI

Waktu dan Lokasi Penelitian

(13)

Gambar 1. Peta lokasi pengambilan contoh di Pantai Bocor, Kebumen (www.Googleearth.com, 25 April 2013)

Prosedur Penelitian

Metode pengambilan contoh undur-undur laut dilakukan dengan metode sorok dan ngaduk. Penangkapan undur-undur laut metode sorok dilakukan dengan alat tangkap sorok yang terbuat dari bambu dan berbentuk seperti huruf T, sedangkan metode ngaduk dilakukan dengan menggunakan tangan dengan cara mengaduk substrat dasar perairan (Lampiran 1). Undur-undur laut yang didapat, dimasukkan kedalam plastik klip yang sebelumnya sudah dipisahkan antara jantan dan betina, kemudian diberi formalin 10 %. Selanjutnya undur-undur laut yang didapatkan dibawa ke Laboratorium Biologi Perikanan, Manajemen Sumber Daya Perairan, Institut Pertanian Bogor.

Analisis laboratorium dilakukan dengan cara memindahkan contoh ke dalam botol contoh terlebih dahulu. Pengukuran panjang dilakukan dengan mengukur panjang karapas undur-undur laut. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan tali atau benang yang kemudian dikonversi kedalam sentimeter dengan menggunakan penggaris. Pengukuran bobot dilakukan dengan menghitung bobot basah dengan menggunakan timbangan digital.

(14)

4

ANALISIS DATA

Nisbah Kelamin

Nisbah kelamin dihitung berdasarkan jumlah kelamin jantan dan betina yang ditemukan pada setiap waktu pengambilan contoh. Rasio kelamin ini dihitung dengan menggunakan rumus (Effendie 1979):

� (%) = 100

Pj = proporsi jenis

A = jumlah jenis undur-undur laut tertentu (jantan/betina) B = jumlah total individu undur-undur laut yang ada

Nisbah kelamin hanya membandingkan jumlah jantan dengan jumlah betina yang tertangkap di setiap bulannya. Setelah itu, diuji dengan menggunakan uji chi-square dengan faktor koreksi Yates’ untuk uji lanjutnya (Fowler dan Cohen 1992)

Distribusi Frekuensi Panjang

Sebaran frekuensi panjang dianalisis menggunakan data panjang karapas undur-undur laut. Adapun analisis data frekuensi panjang menurut Walpole (1992), dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Menentukan jumlah selang kelas yang diperlukan; (2) Menentukan lebar kelas; (3) Menentukan frekuensi panjang pada masing-masing kelas panjang; (4) Membuat grafik sebaran frekuensi panjang dan melihat pergeseran sebaran kelas panjang setiap pengambilan contoh yang menggambarkan jumlah kelompok umur (cohort).

Hubungan Panjang dan Bobot

Model pertumbuhan mengikuti pola hukum kubik dari dua parameter yang dijadikan analisis. Asumsi hukum kubik ini, bahwa idealnya seluruh ikan dimana setiap pertambahan panjang akan menyebabkan pertambahan berat dengan kuantitas tiga kali lipatnya. Namun pada kenyataannya tidak demikian, karena panjang dan bobot ikan berbeda pada setiap spesies ikan, sehingga untuk menganalisis hubungan panjang bobot masing-masing spesies ikan digunakan rumus sebagai berikut (Effendie 2002):

=

W adalah bobot (gram), L adalah panjang (mm), a adalah intersep (perpotongan hubungan kurva panjang bobot dengan sumbu y), b adalah penduga pola pertumbuhan panjang bobot.

Nilai a dan b diduga dari bentuk linier persamaan di atas, yaitu:

log = log + log

Untuk menguji nilai b1 ≥ 3 atau b1 < 3 digunakan uji-t dengan hipotesis:

(15)

H1 : b1 ≠ 3, hubungan panjang dengan bobot adalah allometrik

Pada selang kepercayaan 95% bandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel

kemudian keputusan yang diambil untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan yaitu:

thitung > ttabel : tolak hipotesis nol (H0)

thitung < ttabel : gagal tolak hipotesis nol (H0)

Pola pertumbuhan allometrik ada dua macam yaitu allometrik positif (b>3) yang mengindikasikan bahwa pertambahan bobot lebih dominan dibandingkan dengan pertambahan panjang dan allometrik negatif (b<3) yang berarti bahwa pertambahan panjang lebih dominan dibandingkan dengan pertambahan bobotnya.

Lack of Fit

Lack of fit merupakan penyimpangan terhadap model linier ordo pertama. Pengujian lack of fit artinya pengujian untuk mendeteksi ketepatan model linier ordo pertama yang digunakan. Bila lack of fit tidak bermakna maka model linier ordo pertama telah tepat digunakan, sedangkan bila lack of fit bermakna maka model linier ordo pertama tidak tepat digunakan, sehingga perlu dikembangkan menjadi model linier ordo kedua atau model non linier. Pengujian lack of fit

diperlukan bila terdapat pengamatan berulang, yaitu satu nilai prediktor atau satu kombinasi nilai prediktor (bila digunakan beberapa prediktor) yang berpasangan dengan beberapa nilai respon. Pengujian kemaknaan lack of fit dilakukan dengan cara memecah Jumlah Kuadrat Error menjadi dua, yaitu Jumlah Kuadrat Error Murni dan Jumlah Kuadrat Lack of Fit (Winahju 2009).

Distribusi Kelompok Umur

Identifikasi kelompok ukuran dianalisis dengan metode NORMSEP (Normal Separation). Analisis ini dilakukan dengan menggunakan program FISAT II (FAO-ACLARM Stok Assement Tool). Boer (1996) menyatakan jika fi

adalah frekuensi ikan dalam kelas panjang ke-i (i = 1, 2, …, N), µj adalah rata-rata

panjang kelompok umur ke-j, σj adalah simpangan baku panjang kelompok umur

ke-j dan pi adalah proporsi ikan dalam kelompok umur ke-j (j = 1, 2, …, G), maka fungsi objektif yang digunakan untuk menduga � ,� , adalah fungsi kemungkinan maksimum (maximum likelihood function):

= �

yang merupakan fungsi kepekatan sebaran normal dengan nilai tengah µj dan simpangan baku σj, xi adalah titik tengah kelas panjang ke-i.

fungsi objektif L ditentukan dengan cara mencari turunan pertama L masing-masing terhadap µj, σj, pj sehingga diperoleh dugaan � ,� , dan yang akan

(16)

6

Pendugaan Umur Undur-Undur Laut dengan Modus Panjang Tertentu

Dalam menduga umur undur-undur laut untuk masing-masing panjang yang didapatkan dari hasil penelitian (Lo) dapat menggunakan rumus pertumbuhan von Bertalanffy yang disubstitusikan menjadi sebagai berikut :

�=

1− + ( .� )

Pada prinsipnya untuk menduga umur ikan (t) yang paling tepat untuk dipolotkan ke dalam kurva pertumbuhan von Bertalanffy, dapat dilakukan dengan mencari nilai jumlah kuadrat deviasi panjang terkecil. Deviasi panjang adalah selisih antar panjang ikan hasil pengamatan (Lo) dan panjang ikan harapan berdasarkan model von Bertalanffy (Le), dapat dirumuskan sebagai berikut:

2

= − 2

Selanjutnya gunakan umur dugaan tersebut (sumbu x) untuk menentukan letak titik-titik modus panjang (sumbu y) hasil pengamatan pada gambar kurva pertumbuhan.

Keterangan:

t = Umur undur-undur laut (bulan)

Lo = Observed length, panjang hasil pengamatan/modus panjang (mm)

Le = Expected length, panjang harapan dihitung berdasarkan kurva pertumbuhan von Bertalanffy (mm)

d = Deviasi, penyimpangan nilai pengamatan dari nilai harapan

Pertumbuhan

Pertumbuhan dapat diestimasi menggunakan model pertumbuhan von Bertalanffy (Sparre danVenema 1999):

� = 1− − �−�0

Pendugaan nilai koefisien pertumbuhan (K) dan L dilakukan dengan menggunakan metode Ford Wallford yang diturunkan dari model von Bertalanffy. Untuk t sama dengan t+1, persamaannya menjadi :

�+1− � = . − �−�0 . 1− −

Lt adalah panjang undur-undur laut pada saat umur t (satuan waktu), L∞ adalah

panjang maksimum secara teoritis (panjang asimtotik), K adalah koefisien pertumbuhan (per satuan waktu), dan t0 adalah umur teoritis pada saat panjang

undur-undur laut sama dengan nol. Kemudian kedua rumus di atas disubstitusikan dan diperoleh persamaan :

�+1 − � = − � 1− −

atau :

(17)

Berdasarkan persamaan di atas dapat diduga dengan persamaan regresi linier = 0+ 1 , jika Lt sebagai absis (x) diplotkan terhadap Lt+1 sebagai

ordinat (y) sehingga terbentuk kemiringan (slope) sama dengan e-K dan titik potong dengan absis sama dengan L∞[1 – e-K]. Dengan demikian, nilai K dan L∞

diperoleh dengan cara:

= −ln

dan

=1

Pendugaan nilai t0 (umur teoritis undur-undur laut pada saat panjang sama

dengan nol) diperoleh melalui persamaan Pauly (1983) in Sparre dan Venema (1999):

log −�0 = 3,3922−0,2752 � −1,038 log

Keterangan :

Lt = Panjang undur-undur laut pada saat umur t (mm)

L∞ = Panjang asimtotik undur-undur laut (mm) K = Koefisien laju pertumbuhan (mm/satuan waktu) t = Umur undur-undur laut

t0 = Umur undur-undur laut pada saat panjang undur-undur laut 0 Faktor Kondisi

Faktor kondisi (K) juga digunakan dalam mempelajari perkembangan gonad undur-undur laut jantan maupun betina yang belum dan sudah matang gonad yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Effendie 2002):

K= W aLb Keterangan :

K = Faktor kondisi

W = Bobot tubuh undur-undur laut contoh (gram)

L = Panjang total undur-undur laut contoh (mm), a adalah konstanta B = Intercept

Menurut Lagler et al. (1977), nilai K yang berkisar antara antara 1-3 menunjukkan bahwa badan undur-undur laut tersebut berbentuk pipih.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Komposisi Jenis

(18)

8

Gambar 2. Jenis undur-undur laut (a) Albunea symmysta, (b) Emerita emeritus, (c)

Hippa adactyla

Pada penelitian serupa oleh Phasuk dan Boonruang (1975), jenis undur-undur laut yang ditemukan di pantai berpasir Thailand, yaitu Emerita emeritus, Hippa adactyla, dan Albunea symmysta. Hal ini menunjukkan bahwa komposisi jenis undur-undur laut yang ditemukan di Kebumen memiliki kesamaan dengan jenis undur-undur laut yang ditemukan di Thailand. Komposisi jenis yang ditemukan selama penelitian disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Komposisi jenis undur-undur laut

Jumlah jenis undur-undur laut terbesar yang ditemukan di Pantai Bocor, Kebumen yaitu jenis Emerita emeritus. E. emeritus ditemukan sebanyak 1 243 individu (84.08 %) dari total 1 479 individu. Penelitian serupa oleh Phasuk dan Boonruang (1975) juga disebutkan bahwa kelimpahan jenis tertinggi yang ditemukan adalah undur-undur laut jenis Emerita emeritus, sedangkan dua jenis lainnya, yaitu Hippa adactyla dan Albunea symmysta jarang ditemukan. Bahkan, undur-undur laut jenis Albunea symmysta merupakan jenis yang sangat langka.

Jumlah Emerita emeritus terlihat mendominasi dibandingkan dengan jenis undur-undur laut lain. Dominasi jenis Emerita emeritus ini dapat disebabkan oleh habitat Emerita emeritus yang cenderung pada bagian pasir yang paling atas dibandingkan dengan jenis lainnya. Phasuk dan Boonruang (1975) menyatakan bahwa jenis Emerita emeritus cenderung berada di lapisan pasir bagian atas sekitar 0-15 cm. Alat tangkap yang digunakan masih tradisional, sehingga kedalaman dari pengambilan contoh ini tidak lebih dari 15 cm.

Perbedaan jumlah jenis undur-undur laut ini juga dapat disebabkan oleh perbedaan adaptasi terhadap faktor fisik seperti gelombang dan sedimen.

Jenis-3.64

84.08

12.28

Albunea symmysta

Emerita emeritus

Hippa adactyla

(19)

jenis yang berbeda dari undur-undur laut dapat saja memiliki pola adaptasi yang berbeda terhadap tekanan gelombang dan jenis sedimen di pantai berpasir. Substrat dasar merupakan salah satu faktor ekologis utama yang mempengaruhi kelimpahan ataupun struktur suatu jenis biota (Nybakken 1988).

Nisbah Kelamin

Nisbah kelamin merupakan perbandingan jumlah undur-undur laut jantan dibandingkan dengan jumlah undur-undur laut betinanya. Nilai ideal untuk populasi di alam rasionya adalah satu yang berarti satu jantan dan satu betina. Perbandingan jumlah jenis undur-undur laut betina dan undur-undur laut jantan sangat berbeda. Undur-undur laut betina memiliki nisbah kelamin diatas 95 % pada setiap bulannya, sedangkan undur-undur laut jantan hanya memiliki nisbah kelamin dibawah 5 % pada setiap bulannya (Tabel 1).

Tabel 1. Nisbah kelamin Emerita emeritus

Pengambilan

Waktu N

Nisbah Kelamin

(%)

2

hitung

2 tabel

Contoh Betina Jantan

1 23-Okt-12 210 96.19 3.81 177.37 3.8

Hasil analisis uji chi-square dengan koreksi Yates’, memperlihatkan bahwa pada setiap bulan pengamatan nilai

2 hitung jauh lebih besar daripada

2 tabel. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan secara nyata antara jumlah jantan dan jumlah betina, sehingga nisbah kelamin undur-undur laut tidak seimbang. Penelitian serupa oleh Phasuk dan Boonruang (1975) juga ditemukan bahwa nisbah kelamin jantan dan betina dari undur-undur laut di pantai berpasir Thailand tidak seimbang. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa jantan yang ditemukan sebesar 22.87%, sedangkan betina yang ditemukan sebesar 77.13%. Perbedaan distribusi undur-undur laut ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor biologis, seperti predator dan pemijahan, serta faktor fisik seperti aliran air dan hantaman gelombang (YMCA 2002).

Frekuensi Panjang Karapas

(20)

10

Gambar 4. Frekuensi panjang karapas undur-undur laut jantan dan betina Kisaran panjang karapas undur-undur laut yang ditemukan adalah 13-37 mm (betina) dan 13-29 mm (jantan). Undur-undur laut betina memiliki sebaran tertinggi pada panjang karapas 27-27.9 mm dengan frekuensi sebesar 172 ekor. Sedangkan undur-undur laut jantan memiliki sebaran tertinggi pada panjang karapas 16-16.9 mm dengan frekuensi sebesar 4 ekor. Perbedaan sebaran panjang karapas antara undur-undur laut jantan dan betina dapat disebabkan oleh perbedaan pertumbuhan dari undur-undur laut betina dan undur-undur laut jantan.

Phasuk dan Boonruang (1975) menyatakan bahwa undur-undur laut betina yang ditemukan di pantai berpasir Thailand memiliki panjang karapas dengan kisaran 11-35 mm dan sebaran tertinggi pada panjang karapas 24 mm. Panjang karapas undur-undur laut betina sebesar 14-35 mm dan undur-undur laut jantan sebesar 10-22 mm (YMCA 2002). Penelitian ini memiliki kisaran panjang karapas undur-undur laut jantan dan betina yang tidak terlalu berbeda dengan penelitian oleh Phasuk dan Boonruang (1975) dan YMCA (2002). Perbedaan kisaran panjang ini dapat terjadi karena perbedaan jenis kelamin, ketersedian makanan, dan laju pertumbuhan undur-undur laut.

Nikolsky (1963 in Suwarni 2009) menyatakan apabila pada suatu perairan terdapat perbedaan ukuran dan jumlah dari salah satu jenis kelamin, kemungkinan disebabkan oleh perbedaan pola pertumbuhan, perbedaan ukuran pertama kali matang gonad, perbedaan masa hidup, dan adanya pemasukan jenis ikan atau spesies baru pada suatu populasi ikan yang sudah ada.

Hubungan Panjang Bobot

Analisis tipe pertumbuhan dapat dilihat dari hubungan panjang karapas dan bobot basah untuk melihat pola pertumbuhan undur-undur laut di Kebumen. Pola pertumbuhan undur-undur laut betina adalah allometrik negatif yang artinya pertambahan panjang lebih dominan daripada pertambahan bobot. Pola pertumbuhan undur-undur laut jantan adalah isometrik yang artinya pertambahan panjang sama dengan pertambahan bobot. Secara keseluruhan pola pertumbuhan undur-undur laut bersifat allometrik positif dimana pertambahan bobot lebih dominan daripada pertambahan panjang. Model ini memiliki nilai R2 lebih besar

(21)

dari 85%, sehingga model ini dapat dikatakan telah mewakili keadaan sebenarnya di alam (Gambar 5).

Gambar 5. Hubungan panjang karapas dan bobot basah undur-undur (a) total, (b) betina, (c) jantan

Perbedaan pola pertumbuhan dari undur-undur laut jantan dan betina ini disebabkan oleh perbedaan nilai b yang didapatkan. Menurut Bagenal (1978 in

(22)

12

perbedaan spesies adalah faktor lingkungan, berbedanya stok ikan dalam spesies yang sama, tahap perkembangan ikan, jenis kelamin, dan tingkat kematangan gonad, bahkan perbedaan waktu dalam hari karena perbedaan isi perut.

Berdasarkan hasil analisis panjang dan bobot diketahui bahwa untuk undur-undur laut betina memiliki persamaan W = 0.0004 L2.9339, sedangkan untuk undur-undur laut jantan memiliki persamaan W = 0.0001L3.1773. Secara keseluruhan didapatkan persamaan W = 0.0003 L3.0359. Dengan demikian, pola pertumbuhan undur-undur laut tergolong allometrik positif. Pengujian lack of fit

yang dilakukan ternyata didapatkan bahwa lack of fit tidak bermakna, maka model linier ordo pertama telah tepat digunakan.

Pola pertumbuhan undur-undur laut betina berbeda pada setiap bulannya, namun undur-undur laut betina memiliki pola pertumbuhan yang cenderung bersifat allometrik positif (Lampiran 7). Perbedaan pola pertumbuhan ini dapat disebabkan oleh perbedaan jumlah undur-undur laut betina yang tertangkap, perbedaan jumlah undur-undur laut betina yang sedang bertelur, dan perbedaan waktu pengambilan contoh. Pola pertumbuhan undur-undur laut tersebut secara umum sama dengan pola pertumbuhan beberapa jenis krustasea lainnya (Tabel 2). Tabel 2. Pola pertumbuhan beberapa jenis krustasea pada berbagai penelitian

Sumber Lokasi Nama Spesies Pola Pertumbuhan

Diskibioni (2012) Teluk Banten Portunus pelagics Allometrik Positif Rachmawati (2009) Indonesia Scylla serrata Allometrik Positif Muna (2010) Indonesia Scylla oceanica Allometrik Positif

Analisis Kelompok Umur

Analisis kelompok umur dilakukan pada setiap pengambilan contoh, agar dapat melihat perubahan rata-rata panjang karapas di setiap pengambilan contoh. Analisis kelompok umur ini dilakukan untuk melihat posisi dan perubahan posisi pada setiap ukuran kelompok panjang karapas. Hasil dari sebaran frekuensi panjang karapas dapat digunakan untuk menduga umur dan kelompok umur pada undur-undur laut. Indeks separasi yang diperoleh pada setiap bulan lebih besar dari dua, sehingga dapat dikatakan bahwa kelompok umur benar merupakan kelompok umur yang berbeda (Lampiran 6). Sparre dan Venema (1999) menyatakan bahwa apabila nilai Indeks separasi kurang dari dua, maka tidak mungkin dilakukan pemisahan kelompok umur karena akan terjadi tumpang tindih dengan kedua kelompok umur tersebut.

Pendugaan parameter pertumbuhan dilakukan dengan menggunakan nilai tengah panjang pada kelompok umur yang sama yang mengalami pergeseran ke arah kanan atau diduga sedang mengalami pertumbuhan. Dugaan pola pertumbuhan undur-undur laut betina ditunjukkan oleh garis putus-putus yang menghubungkan pergeseran bulanan titik tengah suatu kelompok umur dari satu

(23)

Jumlah kelompok umur undur-undur laut bervariasi setiap bulannya (Lampiran 6). Perbedaan jumlah kelompok umur ini dapat disebabkan karena pada setiap bulannya ada penambahan kelompok umur akibat adanya rekruitmen baru dan adanya pengurangan kelompok umur akibat mortalitas atau tidak tertangkap lagi.

(24)

14

Parameter Pertumbuhan

Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai perubahan ukuran (panjang, berat atau volume) pada suatu individu organisme pada periode waktu tertentu (Affandi dan Tang 2002). Pertumbuhan merupakan suatu indikator yang baik untuk melihat kondisi kesehatan individu, populasi, dan lingkungan. Hasil analisis parameter pertumbuhan undur-undur laut betina disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Parameter pertumbuhan dengan Metode Ford Walford

Parameter Pertumbuhan Nilai

L∞ 38.2550 K (bulan) 0.4875 t0 (bulan) -1.9078

Life span 16 Bulan

Persamaan pertumbuhan von Bertalanffy undur-undur laut di Kebumen sebagai berikut:

� = 38.25 1− −0.49 �+1.91)

Berdasarkan persamaan pertumbuhan von Bertalanffy didapatkan nilai panjang asimtotik sebesar 38.2550, koefisien pertumbuhan sebesar 0.4875 dan umur saat panjang sama dengan 0 sebesar -1.9078 serta life span (umur harapan hidup) yang didapat adalah sebesar 16 bulan. Kurva pertumbuhan von Bertalanffy disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7. Kurva pertumbuhan von Bertalanffy undur-undur laut betina Faktor penyebab pertumbuhan dari undur-undur laut adalah ketersediaan makanan di alam. Parameter pertumbuhan sangatlah penting dikaji untuk mengetahui seberapa cepat pertumbuhan dan berapa panjang asimtotik dari

undur-20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40

(25)

undur laut. Semakin besar nilai koefisien pertumbuhan (K) dari undur-undur laut, maka akan semakin cepat undur-undur laut mencapai panjang asimtotiknya, sehingga memiliki umur yang relatif lebih pendek. Semakin kecil nilai K dari undur-undur laut maka semakin lambat undur-undur laut mencapai panjang asimtotiknya, sehingga memiliki umur yang relatif lebih panjang. Moyle dan Cech (2004 in Tutopoho 2008) menyatakan bahwa pertumbuhan yang cepat dapat disebabkan persediaan makanan dan kondisi lingkungan yang sesuai, sehingga dapat dikatakan bahwa perbedaan nilai koefisien pertumbuhan disebabkan oleh genetika.

Parameter pertumbuhan dari genus Emerita yang didapatkan pada penelitian berbeda sangat bervariasi. Terdapat perbedaan nilai parameter pertumbuhan dari spesies Emerita brasiliensis pada penelitian yang dilakukan oleh Petracco (2003) dan Defeo (2002). Penelitian ini memiliki nilai parameter pertumbuhan yang cenderung mirip dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Defeo (2002) (Tabel 4).

Tabel 4. Parameter pertumbuhan dari penelitian sebelumnya

sumber Lokasi Nama lebih besar dari pada nilai koefisien pertumbuhan dari E. emeritus. Life span dari

E. brasiliensis (Defeo 2002) lebih besar daripada E. emeritus. Perbedaan nilai dari parameter pertumbuhan ini dapat disebabkan oleh perbedaan pada daerah, dimana

E. brasiliensis hidup pada daerah subtropis, sedangkan E. emeritus hidup pada daerah tropis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sparre dan Venema (1999) yaitu ikan-ikan yang berumur panjang mempunyai nilai K cukup kecil sehingga membutuhkan waktu relatif lama untuk mencapai panjang maksimumnya. Semakin cepat laju pertumbuhannya, maka akan semakin cepat pula mencapai panjang asimptotiknya (L∞).

(26)

16

Faktor Kondisi

Faktor kondisi yaitu keadaan atau kemontokan ikan yang dinyatakan dalam angka-angka berdasarkan data panjang karapas dan bobot basah. Faktor kondisi undur-undur laut betina yang ditemukan mengalami perbedaan pada setiap bulannya. Nilai faktor kondisi undur-undur laut di Kebumen berkisar antara 0.85 – 0.98 (Gambar 8).

Gambar 8. Faktor kondisi undur-undur laut betina

Berdasarkan Gambar 8, terlihat bahwa nilai faktor kondisi tertinggi terdapat pada bulan pengamatan keempat (Januari) yaitu sebesar 0.98, dan nilai faktor kondisi terendah pada bulan Oktober yaitu sebesar 0.85 (Gambar 8). Nilai faktor kondisi ini bergantung pada jenis kelamin undur-undur laut. Undur-undur laut betina yang sedang dalam masa perkembangan gonad biasanya memiliki nilai faktor kondisi yang lebih besar. Effendie (2002) menyatakan bahwa variasi nilai yang didapat dari faktor kondisi tergantung pada makanan, umur, jenis kelamin, dan kematangan gonad.

Pengelolaan Sumber Daya Undur-undur Laut

Menurut Widodo (2002), pengelolaan perikanan dimaksudkan untuk tercapainya manfaat yang optimal dan berkelanjutan sehingga kelestarian sumber daya ikan terjamin. Berdasarkan Undang-Undang Perikanan No 45 tahun 2009, tujuan utama dari pengelolaan yaitu untuk menjamin produksi yang berkelanjutan dari waktu ke waktu dari berbagai stok ikan, terutama melalui berbagai tindakan pengaturan dan pengkayaan yang meningkatkan kehidupan sosial nelayan dan ekonomi bagi industri yang didasarkan pada stok ikan.

Pantai Bocor, Kebumen merupakan salah satu habitat undur-undur laut. Masyarakat Kebumen memanfaatkan undur-undur laut untuk dikonsumsi, sehingga intensitas penangkapan undur-undur laut di Kebumen cukup tinggi. Pada hasil penelitian ini ditemukan jumlah undur-undur laut betina yang jauh lebih

(27)

banyak daripada undur-undur laut jantan. Undur-undur laut betina yang tertangkap kebanyakan sedang bertelur. Berdasarkan hasil tersebut, pengelolaan perikanan yang dianjurkan adalah sebagai berikut : (1) Selektivitas alat tangkap yang digunakan; (2) Pengaturan daerah tangkapan; (3) Pengaturan bulan (waktu) penangkapan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Undur-undur laut yang terdapat di Pantai Bocor, Kebumen memiliki nisbah kelamin yang tidak seimbang dimana jumlah jantan lebih kecil daripada jumlah betinanya. Kondisi undur-undur laut di Pantai Bocor diduga masih baik dimana pola pertumbuhan undur-undur laut bersifat allometrik positif (pertambahan bobot lebih dominan daripada pertambahan panjang). Frekuensi panjang karapas yang didapatkan juga bervariasi berkisar antara 13-29 mm (jantan) dan 13-37 (betina). Kecepatan pertumbuhan dari undur-undur laut betina cukup lambat yaitu sebesar 0.4875 dimana nilai panjang asimtotiknya sebesar 38.2550 dan umur harapan hidup dari undur-undur laut betina sebesar 16 bulan (1tahun 4 bulan).

Saran

Penelitian tentang aspek pertumbuhan undur-undur laut perlu dilakukan pada selang waktu setiap minggu sekali atau setidaknya setiap dua minggu sekali dengan mengunakan alat tangkap yang lebih efektif dan efisien, sehingga dapat memberikan informasi yang lebih lengkap mengenai kondisi undur-undur laut di Pantai Bocor, Kebumen.

DAFTAR PUSTAKA

Affandi R, UM Tang . 2002. Fisiologi Hewan Air. Pekanbaru (ID): Unri Press. Boer M. 1996. Pendugaan koefisien pertumbuhan (L∞, K, t0) berdasarkan data

frekuensi panjang. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia.

4(1): 75-84.

Boere V, ER Cansi, ABB Alvarenga, IO Silva. 2011. The burying behavior of the mole crab before and after an accident with urban sewage effluents. Bombinhas Beach, Santa Catarina, Brazil. Ambi-Agua, Taubaté. 6 (3) : 70- 76.

Defeo O, SC Ricardo. 2002. Macroecology of Population dynamics and Life History Traits of the Mole Crab Emerita brasiliensis in Atlantic Sandy Beaches of South America. Marine Ecology. 239 : 231-245.

(28)

18

Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Dugan JE, DM Hubbard, M Lastra. Burrowing abilities and swash behavior of three crabs, Emerita analoga Stimpson, Blepharipoda occidentalis Randall, and Lepidopa californica Efford (Anomura, Hippoidea), of exposed sandy beaches. Experimental Marine Biology and Ecology. 255 : 229-245.

Effendie MI. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Bogor (ID): Yayasan Dewi Sri. 112 hal.

Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka Nusantara. 163 hal.

[FMSA] Farallones Marine Sanctuary Association. 2007. Sand Crab Monitoring.

Farallones Marine Sanctuary Association. (415) : 561 – 6625.

Forward RB Jr., AD Thaler, R Singer. 2007. Entrainment of the Activity Rhythm of the Mole Crab Emerita talpoida. Experimental Marine Biology and Ecology. 341: 10-15.

Fowler J, L Cohen. 1992. Practical statistics for field biology. Chichester: John Wiley & Sons Ltd. 116-117 pp.

Habibun EA. 2011. Aspek Pertumbuhan dan Reproduksi Ikan Ekor Kuning (Caesio cuning) yang Didaratkan di Pangkalan Pendaratan Ikan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta [Skripsi]. Program Studi Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Haye PA, YK Tam, Kornfield. 2002. Molecular phylogenetics of mole crabs (Hippidae : Emerita). Crustacean Biology. 22 (4): 903-915.

Kolluru GR, ZS Green, LK Vredevoe, MR Kuzma, SN Ramadan, MR Zosky. 2011. Parasite infection and sand coarseness increase sand crab (Emerita analoga) burrowing time. Behavioural Processes 88 (2011): 184-191. Lagler KF, JE Bardach, RR Miller, DM Passino. 1977. Ichthyology. New York

(ID): John Willey and Sons Inc. 505 pp.

Muna NF. 2010. Keragaan Reproduksi Kepiting Bakau (Scylla spp.) di Perairan Indonesia [Skripsi]. Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Mursyidin DH. 2007. Kandungan Asam Lemak Omega 6 Pada Ketam Pasir (Emerita spp) di Pantai Selatan Yogyakarta. Bioscientiae. 4 (2) :79-82. Nybakken JW. 1988. Biologi Laut : suatu pendekatan ekologis. Diterjemahkan

oleh H. M. Eidman, Koesoebiono, D. G. Bengen, M. Hutomo, dan S. Sukardjo. Jakarta (ID): PT Gramedia. 443 pp.

Petracco M, GV Valeria, SC Ricardo. 2003. Population Dynamics and Secondary Production of Emerita brasiliensis (Crustacea : Hippidae) at Prainha Beach, Brazil. Marine Ecology. 24 (3) : 231-245.

Phasuk B, P Boonruang. 1975. Species composition and abundance distribution of anumuran sand crabs and population bionomic of Emerita emeritus (L) along the Indian Ocean Coast of Thailand (Decapoda : Hippidae). Research buletin. 8 : 1-17.

(29)

Rachmawati PF. 2009. Analisis Variasi Karakter Morfometrik dan Meristik Kepiting Bakau (Scylla spp.) di Perairan Indonesia [Skripsi]. Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Suwarni. 2009. Hubungan Panjang-Bobot dan Faktor Kondisi Ikan Butana (Acanthurus mata) (Curvier,1829) yang Tertangkap di Sekitar Perairan Pantai Desa Mattiro Deceng, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Provinsi Sulawesi Selatan. Ilmu Kelautan dan Perikanan. 19 (3): 137-144.

Sparre P, Venema SC. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis Buku e-manual (Edisi Terjemahan). Kerjasama Organisasi Pangan, Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan Pusat Penelitiaan dan Pengembangan Perikanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. 438 hlm.

Tutopoho S. 2008. Pertumbuhan ikan motan (Thynnichthys thynnoides Bleeker, 1852) di Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri, Riau [Skripsi]. Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Walpole RE. 1992. Pengantar statistic, edisi ke-3. [Terjemahan dari Introduction to statistic 3rd edition]. Sumantri B (penerjemah). Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. 515 hlm.

Wenner AM. 1977. Food supply, feeding habits, and egg production in pacific mole crabs (Hippa pacifica Dana). Pacific Science. 31 (1) : 39-47.

Widodo J. 2002. Pengantar Pengkajian Stok Ikan. Jakarta (ID): Pusat Riset Perikanan Tangkap. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. 16 hlm.

Winahju WS. 2009. Analisis Variansi dan Statistik Matematika yang Terkait. [internet]. (diacu 10 Juni 2013); tersedia dari : http://oc.its.ac.id/jurusan.php?fid=1&jid=3.

(30)

20

(31)

Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian

Timbangan Digital Undur-undur laut Formalin

Metode Ngaduk Metode Sorok

(32)

22

Lampiran 2. Frekuensi panjang karapas undur-undur laut (jantan dan Betina)

(33)

Lampiran 3. Hubungan panjang bobot undur-undur laut 1. Betina

dB JK KT F hit Regresi 1 32.5081 32.5081 7528.59

Sisa 1227 5.2981 0.0043 Total 1228 37.8062

Parameter Nilai a 0.0004 b 2.9339 thit 57.8149 ttab 3.0296

thit > ttab maka tolak H0, nilai b < 3 maka allometrik negatif 2. Jantan

dB JK KT F hit Regresi 1 1.1478 1.1478 211.84

Sisa 12 0.0650 0.0054 Total 13 1.2128

Parameter Nilai a 0.0001 b 3.1773 thit 3.7205 ttab 3.8065

thit < ttab maka gagal tolak H0, sehingga isometrik. 3. Keseluruhan

dB JK KT F hit Regresi 1 39.8992 39.8992 8662.65

Sisa 1241 5.7159 0.0046 Total 1242 45.6151

Parameter Nilai a 0.0003 b 3.0359 thit 33.74161 ttab 3.0295

(34)

24

Lampiran 4. Pendugaan parameter pertumbuhan undur-undur laut betina Lt Lt+1

Lampiran 5. Faktor Kondisi Undur-undur laut betina

Waktu

Lampiran 6. Kelompok umur undur-undur laut betina

(35)

Lampiran 7. Pola pertumbuhan undur-undur laut betina pada setiap bulan

(36)
(37)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bali pada tanggal 25 November 1991 dari ayah I Wayan Suarya dan ibu Sagung Gde Parwati. Penulis adalah putri Kedua dari tiga bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Glagah dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan.

Selama mengikuti perkuliahan penulis menjadi Asisten Mata Kuliah Iktiologi (2011/2012), Asisten Mata Kuliah Biologi Laut (2011/2012 dan 2012/2013), Asisten Mata Kuliah Metode Penarikan Contoh (2012/2013), dan Asisten Mata Kuliah Sumber Daya Perikanan (2012/2013). Penulis juga aktif di organisasi kemahasiswaan Himpunan Profesi Mahasiswa Manajemen Sumber Daya Perairan (HIMASPER) sebagai anggota Divisi Olahraga dan Seni (2011/2012), serta turut aktif mengikuti seminar maupun berpartisipasi dalam berbagai kepanitiaan di lingkungan kampus IPB. Tahun 2012 penulis melaksanakan magang di BPPP Banyuwangi, Jawa Timur dan UPTD BBI Rancapaku, Tasikmalya.

Penulis aktif sebagai anggota Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma (KMHD) IPB Tahun 2009/2010 dan sebagai Ketua Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) KMHD IPB Tahun 2010/2011. Penulis mengikuti pendidikan dan pelatihan selam sertifikasi A1 Tahun 2010/2011.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program studi Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Imu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, penulis menyusun skripsi dengan judul “Studi

(38)
(39)
(40)
(41)

Gambar

Gambar 1. Peta lokasi pengambilan contoh di Pantai Bocor, Kebumen (www.Googleearth.com, 25 April 2013)
Gambar 3. Komposisi jenis undur-undur laut
Gambar 4. Frekuensi panjang karapas undur-undur laut jantan dan betina
Gambar 6. Pergeseran modus panjang karapas undur-undur laut betina
+4

Referensi

Dokumen terkait

Relevan mempunyai makna (1) terdapat kaitan yang erat antara standar untuk pelerjaan tertentu dengan tujuan organisasi, dan (2) terdapat keterkaitan yang jelas

Sesuai penegasan Bapak Dirjen Badilag mengenai keharusan pelaksanaan SIADPTA dalam proses pendaftaran dan penyelesaian perkara pada Pengadilan Tingkat banding, maka

Semua kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan tanaman dan penanganan pasca panen kopi membutuhkan nilai input energi berbeda-beda dari setiap kegiatan yang dilakukan mulai

Mereka juga berharap akan banyak kegiatan pemberdayaan sedemikian untuk para lansia anggota Karang Werda Wiguna Karya supaya mereka bias mengisi hari tuanya

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul Analisis

Mohammad Nuruddin Cahaya / 2015 Pesan Moral Dalam Film 5 Elang (Sebuah Analisis Semiotik Roland Barthes Pada Film 5 Elang) Penelitian Kualititatifdan analisis

Strategi promosi e-journal perpustakaan Universitas Padjadjaran yaitu mengenal khalayak, target pengguna potensial adalah mahasiswa, menetapkan perilaku yang

Menurut Aaker dalam Rizan (2012) menjelaskan loyalitas merek sebuah ikatan pelanggan dengan suatu merek tertentu. Ikatan ini memberikan kesempatan kepada seorang