• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak televisi terhadap perilaku anak sekolah (Studi Kasus di MTS Muhammadiyah Al-Manar, Desa Kenduren, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak televisi terhadap perilaku anak sekolah (Studi Kasus di MTS Muhammadiyah Al-Manar, Desa Kenduren, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak)"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK TELEVISI TERHADAP PERILAKU ANAK

SEKOLAH

(Studi Kasus di MTS Muhammadiyah Al-Manar, Desa Kenduren, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Fatimatuz Zahroh

109032200028

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Skripsi dengan judul “Dampak Televisi terhadap Perilaku Anak Sekolah (Studi Kasus di MTS Muhamadiyah Al-Manar Desa Kenduren, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak)”.dilatarbelakangi dengan banyaknya pengaruh televisi terhadap perilaku anak sekolah. Bayaknya acara televisi yang menghibur dan menambah banyak informasi membuat daya tarik anak-anak untuk menontonnya. Dari bayaknya acara memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positifnya seperti, dengan televisi anak-anak bisa mendapatkan informasi atau wawasan yang sebelumnya belum mereka ketahui. Sedangkan dampak negatif sendiri malas belajar, berantem dengan keluarga, dan mengikuti tren.

Dalam skripsi ini penulis menjelaskan bagaimana televisi itu dan bagaimana pengaruh dari televisi terhadap perilaku anak sekolah. Televisi adalah salah satu alat komunikasi yang cara penyampaiannya menggunakan gambar dan suara, sehingga para penonton mudah mencerna. Perilaku adalah sikap atau tindakan seseorang yang mereka lakukan akibat diri sendiri atau lingkungan sekitar. Dalam skripsi ini menggunakan 3 teori seperti, George Herbert Mead dalam teori Mead fungsi simbol-simbol yang signifikan adalah bahwa mereka memungkinkan terbentuknya pikiran, proses mental dan lain sebagainya. Pendekatan motivasional dan uses and gratification, memandang individu sebagai makhluk suprasional dan sangat selektif, menurut Kaarle Nordestreng, motif dasar seseorang menggunakan media adalah karena kebutuhan akan kontak sosial. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh agen sosialisasi media massa.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

hidayah-Nya, serta tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi

Muhammad Saw dan keluarganya serta para sahabatnya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Dampak Televisi terhadap

Perilaku Anak Sekolah (Studi Kasus di MTS Muhamadiyah Al-Manar Desa

Kenduren, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak)”.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mengalami berbagai hambatan.

Namun semua hambatan tersebut dapat teratasi karena adanya bantuan, bimbingan,

arahan, dukungan dan kontribusi dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya

terutama kepada:

1. Allah SWT yang selalu ada dan menjadi tempat bagi penulis untuk mengadu dan

memohon.

2. Bapak Prof. Dr. Bahtiar Effendy selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu

Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Nur Kafid, MA selaku dosen pembimbing dengan sabar dan tiada

henti-hentinya memberikan semangat, saran-saran, kritik kepada penulis dalam

(7)

4. Bapak Dr. Zulkifly, MA selaku Kepala Program Studi Sosiologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Iim Halimatusa’diyah, MA selaku Sekretaris Program Studi Sosiologi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Keluargaku tercinta, Penulis sangat berterima kasih kepada Bapakku Bashori

Masrukhin dan Ibuku tersayang Rukisah atas segala kepercayaan, pendidikan,

semangat, kesabaran, pengorbanan dan segala doa yang terus mereka panjatkan

untuk penulis, agar penulis sukses dan berhasil dalam penulisan skripsi ini dengan

nilai yang baik.

7. Terima kasih untuk kakakku tercinta Ika Fahmi, Muhammad Hasist S.S, serta

kakak iparku Aris Munandar, dan Zamratul Khairah S.S yang selalu memberikan

motivasi dan rela berkorban dalam penyusunan skripsi ini, kemudian adik-ku

tersayang, Baroroh, yang terus memberikan motivasi, semangat dan doa yang

selalu dipanjatkan dalam penyusunan skripsi ini, kemudian om-ku Sururi Alfaruq

yang sudah membantu mendanai saya ketika kuliah.

8. Terima kasih untuk Herman Siswanto yang tiada henti-hentinya memberikan

dukungan dan semangat.

9. Terima kasih untuk teman baikku Siti Fatkhiyah, Reni Rosita, Zahra Musthofavi,

Abidah, Mutmainah. Tidak lupa teman sosiologi angkatan 2009 , Kuntum, Rina,

Resti, Azizah, Priansyah, Iswahyudi, Fahmi, Ihsan, Faruk, menyebut beberapa

diantaranya dan seluruh mahasiswa/i FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

(8)

10.Terima kasih untuk bapak kepala Sekolah MTS Muhammadiyah Al-Manar yang

sudah memberikan izin saya untuk melakukan penelitian.

11. Terima kasih juga untuk mba’ Ana Lutfiana, mba’ Ani’ selaku pengurus Sekolah

MTS Muhammadiyah Al-Manar yang telah membantu penulis dalam melakukan

penelitian dan data-data yang dibutuhkan. Terima kasih juga kepada para

siswa-siswi yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancarai oleh

penulis.

Penulis menyadari banyaknya kekurangan dan kekeliruan baik secara lisan

maupun tulisan selama proses penyelesaian skripsi ini berlangsung. Semoga karya ini

bermanfaat untuk pihak-pihak yang bersangkutan dan menjadi semangat untuk

penelitian selanjutnya.

Jakarta 18 September 2013

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………. i

KATA PENGANTAR………... ii

DAFTAR ISI………. v

BAB I PENDAHULUAN A. Pernyataan Masalah….……….. 1

B. Batasan dan Pertayaan Masalah………... 5

C. Tujuan dan Manfaat penelitian………... 5

D. Tinjauan Pustaka……….... 7

E. Definisi Konsep……… 12

F. Kerangka Teoritis………... 13

1. Simbol………..……… 14

2. Proses Komunikasi……….…… 15

3. Perilaku Sosial………...………. 18

G. Metode Penelitian……… 20

H. Sistematika Penulisan………... 25

BAB II GAMBARAN SEKOLAH MTS MUHAMMADIYAH AL-MANAR A. Profil MTS Muhammadiyah Al-Manar……… 27

(10)

BAB III DAMPAK TELEVISI DAN PERILAKU ANAK SEKOLAH

A. Persepsi Siswa-Siswi Tentang Televisi………..…... 33

B. Proses Pengaruh Televisi terhadap Perilaku Siswa-Siswi MTS Muhammadiyah Al-Manar………...………… 37

C. Bentuk-Bentuk Perilaku Siswa-Siswi MTS Muhammadiyah Al-Manar yang dipengaruhi oleh Televisi……….……….... 43

1. Malas Belajar………. 43

2. Berantem dengan Keluarga……… 44

3. Mengikuti Tren……….. 46

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan……….. 50

B. Saran ……… 51

DAFTAR PUSTAKA……… 53

LAMPIRAN-LAMPIRAN

- Hasil Dokumentasi

- Hasil Wawancara

- Data Ekonomi Siswa-Siswi MTS Muhammadiyah Al-Manar

- Surat Izin Wawancara

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Penelitian ini akan menganalisis tentang “Dampak Televisi terhadap Perilaku

Anak Sekolah (Studi Kasus di MTS Muhammadiyah Al-Manar Desa Kenduren,

Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak)”. Banyaknya stasiun televisi membuat para

pemilik berlomba-lomba menyajikan tayangan yang disukai oleh berbagai kalangan.

Selain itu, stasiun televisi tersebut tidak murni menyajikan tayangan untuk

kepentingan penonton belaka, melainkan dijadikan komoditas bisnis yang

menguntungkan pemiliknya, dengan karakteristik: pertama, mengandalkan iklan sebagai sumber pemasukan dana terbesar. Kedua, banyaknya stasiun televisi tidak memperbaiki materi penayangan. Ketiga, mengutamakan kepentingan pribadi (pemilik stasiun televisi yang bersangkutan) dibandingkan kepentingan masyarakat

umum (Hidayati, 1998:70).

Bagi masyarakat (pemirsa) semua tayangan acara televisi, baik komedi, film,

talkshow, musik ataupun kuis telah menjadi trendsenter gaya hidup. Pemirsa televisi

(12)

pakaian, parfum, sampai gaya bicara mereka dalam kehidupan seha-hari (Kuswandi,

2008: 104)

Pola hidup yang semakin modern menjadikan psikologi anak sekolah

terutama mereka yang berada di sekolah Menengah pertama (SMP) juga berubah.

Contohnya, ketika dulu anak SMP pulang sekolah, mereka langsung pulang atau

main di lapangan sepak bola. Namun sekarang berbeda. Mereka yang seharusnya

belajar, ketika selesai pulang sekolah malah bermain dulu ke Mall, warnet, PS,

televisi, dan sebagainya. Perubahan sikap dan pola ini perlu mendapatkan perhatian

dari orang tua mereka. Jika dibiarkan, secara tidak langsung, cepat atau lambat akan

menjadikan mereka masuk kedalam pergaulan bebas (Mukhlas, 2013).

Salah satu kelebihan televisi adalah memberikan wawasan yang banyak

terhadap anak-anak, seperti film dokumentar, flora dan fauna, sains, dan lain

sebagainya. Dengan adanya tayangan tersebut anak-anak mampu mengembangkan

rasa kreatif mereka. Televisi juga mampu membuat masyarakat terinspirasi

melakukan usaha yang sebelumnya tidak pernah mereka lakukan.

Bagi anak remaja televisi pada umumnya menjadi salah satu sarana bermain.

Namun ada pula anak yang menganggap televisi sebagai teman di saat mereka merasa

kesepian atau tidak mempunyai kegiatan. Karena sifat dari televisi itu sendiri adalah

(13)

informasi atau data yang disampaikan menjadi mudah diterima dan dicerna, sehingga

banyak orang menyukainya (Hidayati, 1998: 76-78).

Dalam etika penyiaran, di bab II pasal 6, dalam pedoman perilaku penyiaran

ditentukan standar isi yang sekurang-kurangnya berkaitan dengan kesopanan dan

kesusilaan, pelarangan dan pembatasan adegan seks, kekerasan dan sadisme, serta

penggolongan program menurut usia khalayak (Tebba, 2008: 128). Tetapi realitasnya

kebanyakan dari acara televisi memutar acara yang berbau kekerasan, adegan pacaran

yang mestinya belum pantas untuk mereka tonton, tidak hormat terhadap orang tua,

gaya hidup yang hura-hura dan masih banyak lagi deretan dampak negatif yang bisa

menggrogoti anak-anak yang masih belum mengerti dan mengetahui apa-apa.

Sinetron “Belum Cukup Umur” dan “Putih Abu-Abu”, misalnya, memang terlihat

menyenangkan, tapi ada beberapa adegan yang tidak pantas ditonton oleh anak-anak.

Misalnya ketika mereka bertengkar di kelas, berfoya-foya, bahkan percintaan.

Ada beberapa pengaruh televisi terhadap perkembangan anak: pertama, siaran televisi bisa menumbuhkan keinginan untuk memperoleh pengetahuan. Kedua, pengaruh pada cara berbicara. Ketiga, pengaruh pada penambahan kosakata.

Keempat, berpengaruh pada bentuk permainan. Kelima, televisi memberikan berbagai pengetahuan yang tidak dapat diperoleh dari lingkungan sekitar atau orang lain

(14)

Masyarakat berasumsi bahwa munculnya perilaku “agresif” yang melanda

anak-anak sebagai akibat dari semakin merebaknya acara stasiun televisi yang

menyajikan adegan kekerasan. Menurut Albert Bandura, tokoh utama Social Learning Theory, individu-individu mempelajari kekerasan dan agresi melalui

behavioral modelling: seorang anak belajar bagaimana bertingkah laku secara ditransmisikan melalui contoh-contoh, terutama yang datang dari keluarga,

sub-budaya, dan media massa (Firmansyah, 2012).

Pembentukan perilaku sosial anak secara umum dipengaruhi oleh orang tua,

teman sepermainan, dan anggota keluarga. Di sinilah orang tua lebih berperan dalam

kerelaan pelayanan fisik dengan penuh kasih sayang dan pembiasaan dan latihan

pengenalan nilai dan norma atau aturan-aturan (Hasbullah, 2003:48). Dengan orang

tua memperhatikan perkembangan anak, kemungkinan besar anak tidak terpengaruh

oleh tokoh favorit mereka yang ada di televisi, dengan cara mendiskusikan terhadap

anak apa yang sudah ditonton.

Dalam hal ini peran keluarga sangatlah dibutuhkan, terutama orang tua.

Kontribusi mereka sangat penting dalam mengontrol anak-anak (Goode, 2007: 4).

Karena kelurga mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya

mengembangkan pribadi anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan

pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang

(15)

B. Batasan dan Pertanyaan Penelitian

Penelitian ini mengfokuskan tayangan televisi indonesia yaitu stasiun televisi

SCTV, RCTI, INDOSIAR, MNCTV, antv, METROTV, Global TV, tvOne, Trans tv,

TRANS7, TVRI, pada siswa-siswi yang menyukai acara sinetron, olahraga, dan ilmu

pengetahuan. Terkait banyaknya kasus mengenai pengaruh televisi terhadap perilaku

anak sekolah, maka penelitian ini bertujuan untuk membuktikan dampak negatif dan

positif dari televisi. Dari latar belakang yang sudah dipaparkan di atas, serta mengacu

pada pembatasan yang diatas, maka pertanyaan penelitian dalam studi ini adalah:

1. Bagaimana persepsi siswa-siswi MTS Muhammadiyah Al-Manar tentang

televisi?

2. Bagaimana proses televisi mempengaruhi perilaku siswa-siswi MTS

Muhammadiyah Al-Manar?

3. Apa dampak televisi terhadap perilaku siswa-siswi MTS Muhammadiyah

Al-Manar?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini pada hakikatnya dilakukan dengan beberapa tujuan,

diantaranya:

1. Untuk mengetahui pandangan siswa-siswi MTS Muhammadiyah

(16)

2. Untuk melihat bagaimana siswa-siswi MTS Muhammadiyah Al-manar

mengetahui proses bagaimana televisi mempengaruhinya.

3. Untuk mengetahui dampak televisi terhadap perilaku siswa-siswi MTS

Muhammadiyah Al-manar.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis

1) Dapat memberikan kontribusi pemikiran sosiologi komunikasi yang

terkait dampak televisi terhadap perilaku anak sekolah.

2) Dapat menjadi masukan, informasi atau referensi yang berminat

mendalami studi tentang dampak televisi terhadap perilaku anak

sekolah.

3) Dapat menambah khazanah dan literatur keilmuan Soiologi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta terutama dibidang sosiologi komunikasi

yang menyangkut dampak televisi terhadap perilaku anak sekolah.

b. Manfaat praktis

1) Penelitian ini diharapkan menjadi informasi awal bagi penelitian yang

serupa diwaktu yang akan datang.

2) Hasil temuan dari penelitian ini dapat berkontribusi yang berkaitan

dengan dampak televisi terhadap perilaku anak sekolah, dan secara

(17)

3) Menjadi masukan dan evaluasi bagi institusi Pemerintah dalam

mengatasi perilaku anak sekolah yang berdampak pada komunikasi,

khususnya dalam mengatasi dampak televisi terhadap perilaku anak

sekolah.

D. Tinjauan Pustaka

Setelah melakukan penelusuran koleksi tesis dan jurnal pada perpustakaan

Utama dan Perpustakaan Universitas Indonesia, ada tesis dan jurnal yang fokusnya

sama, yaitu tentang pengaruh media massa.

Pertama Tesis yang ditulis oleh Chontina Siahaan (1999) “ Media Massa

Sebagai Agen Perubahan Dalam Era Reformasi Suatu Tinjauan Kebebasan Media

Televisi Di Indonesia”, hasil penelitian ini menujukkan bahwa masyarakat

menggunakan media untuk berbagai alasan, seperti mencari inspirasi, mencari

hiburan, mencari pelajaran, mencari pendidikan, serta mendapatkan rasa partisipasi

pada setiap waktu. Media mempunyai peranan penting sebagai alat perubahan sosial

dan pembaharuan masyarakat. Media dapat berperan dalam menyampaikan

kebijaksanaan dan program pembangunan kepada masyarakat. Masyarakat juga dapat

menggunakan sebagai penyalur aspirasi dan pendapat serta kritik dan kontrol sosial.

Peranan media massa sebagai agen perubahan dari masyarakat tradisional

menuju masyarakat yang modern. Contoh halnya TVRI era orde baru merupakan

(18)

reformasi, televisi lebih menginformasikan kegiatan seluruh masyarakat dan

menyajikannya hampir 90%, tidak hanya kepentingan pemerintah tetapi sudah

berorientasi kepada kepentingan masyarakat.

Kedua, Tesis yang ditulis oleh Agha Alravy Z (2005)” Peranan Media Massa

Pada Masa Kampanye Pemilu Presiden Tahun 2004 “ hasil penelitian menyatakan

bahwa saluran kampanye itu sebagai perantara apapun yang memungkinkan

pesan-pesan sampai pada penerima. Penentuan media massa sebagai saluran kampanye

dikarenakan kemampuannya dalam menjangkau khalayak dalam tingkatan yang

cukup luas. Kemampuan media massa dalam mempengaruhi sikap, pendapat dan

perilaku khalayak. Media massa merupakan sarana untuk menyebarkan informasi

yang baik, bahkan para calon pemimpin berkampanye menggunakan media massa.

Beberapa alasan yang positif dalam pengguna media massa, Surat kabar

adalah relatif mudah mendapatkannya, jangka waktunya pendek, jangkaunnya luas,

para pembaca menentukan ukuran konsumsi, baik untuk detail masalah-masalah

teknis dukungan pihak ketiga. Majalah kualitas reproduksinya menimbulkan

pengaruh yang besar; pembaca menghendaki adanya iklan; dapat digunakan untuk

waktu yang lama; dapat mengasosiasikan brand dengan ikon-ikon budaya dalam

khalayak massa. Televisi merupakan penglihatan, suara dan pergerakan terlihat

nyata, repetisi (pengulangan) mencakup daerah tertentu, menghibur, memberi

(19)

Ketiga, Jurnal yang ditulis oleh Jenniwal M Hendrato (2005) “Penggunaan

Media di kalangan Remaja” hasil penelitiannya menyatakan bahwa kehadiran media

massa mendesak di kalangan remaja, media massa juga tampil kepada sejumlah

khalayak yang tersebar dan heterogen, sehingga pesan yang sama dapat diterima

secara serentak dalam waktu yang relatif cepat. Dalam hasil penelitian bahwa anak

SMU di Jakarta menggunakan media, terutama media televisi.

Dari hasil penelitian, televisi dan radio memiliki angka yang lebih tinggi

ketimbang jenis media massa lain seperti, Koran, majalah dan lain sebagainya. Hal

ini menujukkan bahwa remaja memiliki karakteristik lebih akrab dengan kategori

media elektronik (konsumen audio-visual, dan radio). Menurut para remaja televisi

memberikan warna gaya hidup yang lebih tinggi, karena dipercaya memiliki

kemampuan dalam menyelenggarakan produksi, reproduksi dan distribusi secara

signifikan. Hampir anak remaja menyukai musik, film dan sinetron, sehingga tidak

hanya mampu menjadi informasi, tetapi menjadi sebuah hiburan.

Keempat, Tesis yang ditulis oleh Ahmad Sadariskar (2006) “Pengaruh

Terpaan Iklan Televisi Terhadap Tingkat Afeksi Studi Kasus Iklan Produk Susu

Bubuk Dancow Bagi Ibu-ibu di RW 08 Kelurahan Kampung Melayu Jakarta Timur”,

hasil penelitian menujukkan bahwa sebuah merek untuk sampai kepada khalayak

seseorang sebagai sumber yang menciptakan dan mengirimkan sebuah pesan dan

seseorang menerima pesan tersebut. Pesan disampaikan melalui siaran televisi. Dalam

(20)

dengan cara menginterpretasikan makhsud dari arti kata-kata, gambar atau bunyi

tersebut. Dampak sebuah pesan akan menghasilkan tiga jenis terhadap penerima

pesan, yaitu: 1. Dampak Kognitif, penerima pesan dalam hal ini konsumen menerima

memahami pesan yang disampaikan. 2. Dampak Efektif, penerima pesan sudah

menyentuh pada perasaan suka atau tidak suka, tahapan ini meliputi keinginan atau

keyakinan. 3. Tahap kognisi, penerima pesan sudah sampai pada tahapan perilaku.

Dalam periklanan produk susu dancow, para perusahaan mengiklankan di

beberapa media massa seperti di stasiun televisi hampir dilakukan setiap hari, media

koran dilakukan dua sampai tiga kali dalam setiap bulan. Sedangkan dalam majalah

seperti majalah bobo dilakukan hampir tujuh sampai delapan kali dalam sebulan. Hal

ini menujukkan bahwa dalam periklanan sebuah produk para perusahaan lebih

menyukai media televisi dalam mengiklankan produknya dibanding media lainnya. .

Kelima, Tesis yang ditulis oleh Steven Y Audy Luntungan (2007) “Televisi

Proximity Sebagai Strategi Bersaing Televisi Lokal Dengan Televisi Nasional (Studi

Kasus Acara Gubernur Kita di JAKTV) ” hasil penelitian menujukkan bahwa media

banyak digunakan sebagai kepentingan komersial, karena untuk mempertahankan

hidup dengan memenangkan persaingan media membutuhkan sumber hidupnya baik

capital, content, atau audience. Picard mengemukakan bahwa industri media adalah suatu hal yang unik, karena melayani dua pasar yang berbeda sekaligus dengan satu

produk. Pada pasar yang pertama yaitu khalayaknya (pembaca, pemirsa, dan

(21)

produk acaranya yang dinilai dalam bentuk rating, sedangkan Koran dan majalah

berupa bentuk fisik dari majalah dan Koran. Pasar yang kedua adalah periklanan ,

para pengiklan, media menjual “service” berapa ruang atau waktu.

Munculnya televisi lokal baru membuat persaingan semakin ketat. Khususnya

televisi lokal, pesaing terbesar adalah televisi nasional yang memang sudah terlebih

dahulu eksis. Dalam hal ini televisi lokal memanfaatkan kedekatan khalayaknya

(proximity), yaitu kedekatan kejadian dengan lokasi audience. Pada umumnya orang tertarik dengan apa yang bisa mempengaruhi mereka dengan lingkungan lokalnya.

Perkembangan industri televisi di Indonesia semakin memanas. Pendirian

televisi-televisi baru di daerah, turunnya dana dari investor luar negeripun semakin

menujukkaan perkembangan industri di tanah air. Konsolidasi melahirkan persaingan

yang lebih ketat, tidak hanya bagi kelompok media televisi yang ada, tetapi juga

anatar stasiun televisi tunnggal, dampaknya terlihat dari program-program yang

tayang seperti program sinetron, reality show, dan program olahraga menjadi trend saat ini.

Dari literature atau penelitian-penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya,

penulis ingin lebih jauh memahami pemasalahan-permasalahan yang terjadi di

masyarakat, dan ingin mempertegas perbedaan penelitian ini dengan penelitian

(22)

E. Definisi Konsep

1. Televisi

Siaran televisi adalah pemancaran sinyal listrik yang membawa muatan gambar

proyeksi yang terbentuk melalui pendekatan sistem lensa dan suara. Menurut Peter

Herford, setiap stasiun televisi dapat menanyangkan berbagai program hiburan seperti

film, musik, kuis, talk show, dan sebagainya (Morissan, 2008: 2).

Setidaknya ada dua dampak yang ditimbulkan dari acara televisi, yaitu:

(Kuswandi, 2008:39-40)

a. Dampak informatif, yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap

dan memahami acara yang ditayangkan televisi dan melahirkan pengetahuan bagi

pemirsa.

b. Dampak peniruan, yaitu pemirsa dihadapkan pada tren aktual yang ditayangkan

televisi. Contohnya, model pakaian dan model rambut para bintang televisi.

2. Tren Acara Televisi

a. Tayangan audisi televisi

Banyaknya program acara audisi seperti musik, akting, bakat, dan lain sebagainya

membuat masyarakat memiliki banyak pilihan acara yang menarik sesuai kebutuhan.

Fungsi media televisi secara perlahan bukan lagi sebagai alat informasi, hiburan, dan

kontrol sosial, tetapi media televisi akan menjadi alat produksi dalam minciptakan

(23)

b. Variety Show

Variety show adalah acara yang berisikan penggabungan jenis tayangan atau campuran antara musik, tarian, lawakan, sikap, kuis atau pertunjukan atraksi lainnya

(Amanda, 2005: 41). Seperti empat mata, ceriwis, dan lain sebagainya.

c. Reality Show

Reality show adalah acara yang memotret perilaku atau responden seseorang bila dihadapkan dengan pada suatu kondisi, dapat berbentuk permainan atau kehidupan

sehari-hari yang bersifat spontan atau tidak di buat-buat dan nyata, biasanya

menggunakan tehnik hidden camera (Amanda, 2005: 42). Seperti uang kaget, tolong,

bedah rumah, aku ingin menjadi, dan nikah gratis.

F. Kerangka Teoritis

Semakin mudahnya serta terbukanya arus informasi dan teknologi ternyata

juga berpengaruh terhadap perilaku anak-anak sekolah. Banyak di antara mereka

yang perilakunya cenderung mengikuti trend masa kini. Salah satu referensi yang menjadi rujukan mereka adalah tayangan televisi. Persepsi itu bisa lahir dari sebuah

simbol, karena simbol memilki banyak makna. Dari simbol muncullah interpertasi,

yang kemudian memberikan persepsi bahwa seseorang dalam melihat sesuatu, salah

satunya termasuk menginterpertasi televisi. Teori simbol dikemukakan oleh banyak

tokoh sosiologi, salah satunya George Herbert Mead. Televisi tidak hanya

(24)

Televisi memberikan proses social learning norms yang lebih intensif dibanding media lainnya. Tentu saja dampaknya bisa baik dan buruk. Jika media televisi

dihadapi secara tidak kritis, maka akan cenderung berakibat buruk.

1. Simbol

Simbol merupakan sesuatu yang diberi makna oleh manusia, yang mereka

gunakan untuk berkomunikasi. Simbol mencakup gerak-isyarat gesture dan bahasa

(Henslin, 2007: 43). Dalam teori George Herbert Mead fungsi simbol-simbol yang

signifikan adalah bahwa mereka memungkinkan terbentuknya pikiran, proses mental

dan lain sebagainya ( Ritzer dan Goodman, 2008: 384). Dalam permainan, anak-anak

belajar untuk mengambil peran orang lain (take the role of the other), yaitu untuk menempatkan diri di tempat orang lain, untuk memahami bagaimana orang lain

berfikir, dan untuk mengantisipasi bagaimana orang tersebut akan bertindak (Henslin,

2007: 68). Macam-macam simbol yang sangat signifikan seperti:

a. Gerak-isyarat (gestur)

Menurut George Herbert Mead, gesture adalah gerak organism

pertama yang bertindak sebagai stimulus khas yang mengundang respon yang

sesuai (secara sosial) dari organism kedua. Terkadang manusia terlibat dalam

percakapan gesture tanpa berpikir ( Ritzer dan Goodman, 2008: 382). Gestur,

(25)

merupakan cara cepat dalam menyampaikan pesan tanpa menggunakan kata

(Henslin, 2007: 43).

b. Bahasa

Bahasa tertulis tidak memiliki isyarat halus yang terkandung dalam

gerak-isyarat, dan oleh karena itu dalam komunikasi online kita sering

kehilangan isyarat tersebut. Sarana utama dalam berkomunikasi dengan yang

lain adalah bahasa, yaitu simbol yang dapat dirangkai dengan cara-cara tak

terbatas, dengan makhsud mengkomunikasikan pemikiran abstrak. Setiap kata

sebenarnya meruapakan simbol, suatu bunyi yang telah kita kaitkan dengan

suatu makna tertentu (Henslin, 2007: 44).

Melalui bahasa kita meneruskan ide, pengetahuan, dan bahkan sikap

ke generasi berikut, memungkinkan mereka memanfaatkan pengalaman yang

mungkin tidak akan pernah dialaminya. Proses perkembangan ini

memungkinkan manusia untuk mengubah perilaku mereka berdasarkan apa

yang telah mereka alami sebelumnya (Henslin, 2007: 44-45).

2. Proses komunikasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi khalayak pada komunikasi

massa ada dua teori yaitu, teori DeFleur dan Ball-rokeach dan pendekatan

motivasional gratification. Untuk menganalisis proses komunikasi dalam

penelitian ini, lebih cocok menggunakan Pendekatan motivasional dan uses and

(26)

sangat selektif. Dalam model ini adalah proses pengiriman pesan ke proses

penerimaan pesan. Menurut Stephenson media massa hanya memenuhi satu

kebutuhan saja, yaitu memuaskan keinginan melarikan diri atau hasrat bermain.

Sedangkan menurut Kaarle Nordestreng, motif dasar seseorang menggunakan

media adalah karena kebutuhan akan kontak sosial (Rakhmat, 2005: 207-208).

1. Motif kognitif dan gratifikasi media.

Dalam hal ini menekankan pada kebutuhan manusia akan informasi

dan kebutuhan untuk mencapai tingkat ideasional tertentu. Menurut McGuire

dalam motif kognitif menggunakan empat teori: teori konsistensi, menekankan kebutuhan individu untuk memelihara orientasi eksternal pada

lingkungan. Teori kategorisasi yang menjelaskan upaya manusia untuk memberikan makna tentang dunia berdasarkan kategori internal dalam diri

kita. Teori objektifikasi yang menerangkan upaya manusia untuk memberikan makna tentang dunia berdasarkan hal-hal eksternal. Teori atribusi, memandang individu sebagai psikologi amatir yang mencoba memahami

sebab-sebab yang terjadi pada berbagai peristiwa yang dihadapinya (Rakhmat,

2005: 209-211).

Selain dari empat teori di atas, berikutnya ada teori kognitif lainnya,

(27)

otonom. Teori stimulasi memandang manusia sebagai makhluk yang “lapar

stimuli”, yang senantiasa mencari pengalaman-pengalaman baru, yang

berusaha memperoleh hal-hal yang memperkaya pemikirannya. Teori teleologis memandang manusia sebagai makhluk yang berusaha mencocokkan persepsinya tentang situasi sekarang dengan representasi internal dengan

kondisi yang dikehendaki. Teori utilitarian memandang individu sebagai orang yang memperlakukan setiap situasi sebagai peluang untuk memperoleh

informasi yang berguna atau keterampilan baru yang diperlukan dalam

menghadapi tantangan hidup (Rakhmat, 2005: 211-212).

2. Motif afektif gratifikasi media

Motif efektif yang ditandai oleh kondisi perasaan atau dinamika yang

menggerakkan manusia mencapai tingkat perasaan tertentu. dalam hal ini ada

teori reduksi tegangan, yaitu memandang manusia sebagai system tegangan yang memperoleh kepuasan pada pengurangan ketegangan. Teori ekspresif

menyatakan bahwa orang memperoleh kepuasan dalam mengungkapkan

eksistensi dirinya-menampakkan perasaan dan keyakinannya. Teori ego-defensif beranggapan bahwa dalam hidup ini kita mengembangkan citra diri yang tertentu dan kita berusaha untuk mempertahankan citra diri ini serta

(28)

Teori peneguhan memandang bahwa orang dalam situasi tertentu akan bertingkah laku dengan suatu cara yang membawanya kepada ganjaran seperti

yang telah dialaminya pada waktu lalu. Teori penonjolan (assertion)

memandang manusia sebagai makhluk yang selalu mengembangkan seluruh

potensinya untuk memperoleh penghargaan dari dirinya dan dari orang lain.

Teori afiliasi (affiliation) memandang manusia sebagai makhluk yang mencari kasih sayang dan penerimaan orang lain. Teori peniruan (modeling theories),

memandang manusia sebagai makhluk yang selalu mengembangkan

kemampuan afektifnya (Rakhmat, 2005: 214-216).

3. Perilaku sosial

Menurut Solita Sarwono (1993) menjelaskan bahwa perilaku manusia

merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan

lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan.

Dengan kata lain perilaku merupakan respon atau reaksi seorang individu

terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam individu (Barliantari,

2007: 21).

Beberapa ahli membedakan bentuk-bentuk perilaku, misalnya (Benyamin

Bloom 1908, dalam Sarwono 1993 dan Notoatmodjo 2003) seorang ahli psikologi

pendidikan membagi perilaku manusia itu kedalam tiga dominan atau ranah yaitu

(29)

terkait dengan emosi dan psikomotor. Ketiga adalah tindakan atau gerakan

(Barliantari, 2007: 21).

Perilaku seseorang dipengaruhi oleh agen sosialisasi seperti keluarga,

teman bermain, sekolah, dan media massa. Untuk menganalisis penelitian ini

dalam melihat dampak dari televisi adalah menggunakan agen sosialisasi media

massa. Menurut Light, Keller dan Calhoun (1989) mengemukakan bahwa media

massa yang terdiri dari media cetak dan elektronik merupakan bentuk komunikasi

yang menjangkau sejumlah besar orang. Media massa diidentifikasikan sebagai

suatu agen sosialisasi yang berpengaruh pula terhadap perilaku khalayaknya.

pesan-pesan yang ditayangkan melalui media elektronik dapat mengarahkan

khalayak ke arah perilaku prososial (Sunarto, 2004: 26).

Penayangan adegan-adegan yang menjurumus ke pornografi di layar

televisi sering dikaitkan dengan perubahan moralitas serta peningkatan

pelanggaran susila dalam masyarakat. Iklan-iklan yang ditayangkan melalui

media massa mempunyai potensi untuk memicu perubahan pola konsumsi atau

bahkan gaya hidup masyarakat. Media massa digunakan untuk mengukur,

membentuk atau mempengaruhi pendapat umum. Kesadaran akan arti penting

media massa bagi sosialisasi pun telah mendorong para pendidik untuk

(30)

Menurut Robert Hodge dan David Tripp (1996) televisi tidak memberikan

pesan tunggal yang sederhana melainkan menyajikan berbagai pesan yang rancu

dan saling bertentangan, dan bahwa pesan televisi membawa banyak dampak

positif seperti merangsang interaksi, eksperimen dan pertumbuhan mental serta

sosial anak (Sunarto, 2004: 28).

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan penelitian.

Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

kualitatif. Yaitu pendekatan yang bertujuan untuk mendapatkan data-data yang

faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dari fenomena yang diteliti. Kualitatif

adalah penelitian yang bersifat interpretif (menggunakan penafsiran) yang

melibatkan banyak metode dalam menelaah masalah penelitian. Sedangkan

metode deskriptif yaitu dengan menggambarkan suatu keadaan sosial

berdasarkan gejala-gejalanya (Mulyana, 2008: 5).

Bogdan dan Taylor, mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong, 2005: 4).

Indikasi dari model penelitian ini yang membedakannya dengan penelitian jenis

lainnya, antara lain: (1) adanya latar alamiah; (2) manusia sebagai alat atau

(31)

dasar (grounded theory); (6) deskriptif; (7) lebih mementingkan proses daripada hasil; (8) adanya batas yang ditentukan oleh fokus; (9) adanya kriteria khusus

untuk keabsahan data; (10) desain yang bersifat sementara; (11) hasil penelitian

dirundingkan dan disepakati bersama (Moleong, 2005: 8-13).

Untuk pemelihan informan, peneliti menggunakan sampel purposif,

sampel purposif adalah sampel yang secara sengaja dipilih oleh peneliti, karena

sampel dianggap memiliki ciri-ciri tertentu, yang dapat memperkaya data

penelitian (Irawan, 2006: 14). Informan dalam penelitian ini terdiri dari 18

informan, yang terdiri dari 3 kelas. penulis mewancarai 6 informan dari setiap

kelas, diantaranya 3 laki-laki dan 3 perempuan. Pengambilan jumlah informan

tersebut dengan alasan karena siswa-siswi tersebut sering mengikuti tren dan

berdasarkan prestasi akademik yang mereka raih.

2. Metode Pengumpulan data

a. Wawancara

Wawancara merupakan metode penggalian data dalam penelitian

sosial yang bersifat kualitatif. Wawancara adalah percakapan dengan maksud

(32)

informan dalam suasana yang bersahabat. Wawancara dilakukan dengan

informan yang berada di MTS Muhamadiyah Al-Manar Desa Kenduren

Kecamatan Wedung Kabupaten Demak. Informan yang dipilih responden

adalah siswa-siswi yang mengikuti kader kesehatan dan yang hanya sekolah.

disini juga penulis melihat informan dari segi prestasi yang mereka dapatkan,

serta siswa-siswi yang tidak berprestasi.

Tabel 1

Data Informan angkatan 2012-2013

No Nama

Jenis

Kelamin

Usia Ranking

Tanggal

Wawancara

1 Amri Zakian L 13 11 05 Mei 2013

2 Saihul Anam L 13 1 06 Mei 2013

3 Riyadi Wildani L 15 33 06 Mei 2013

4 Dina Zulfiana P 13 2 07 Mei 2013

5 Amrina Rosyada P 13 14 06 Mei 2013

6 Dian Isnawati P 13 3 06 Mei 2013

7 Firqi Hidayat L 14 1 06 Mei 2013

8 Nasrudin Latip L 14 3 06 Mei 2013

9 Abdul Ghoni L 13 32 06 Mei 2013

(33)

11 Ariska Ilmiayah P 14 15 06 Mei 2013

12 Devi Puspita S P 14 21 06 Mei 2013

13 Abdullah Azam L 16 20 07 Mei 2013

14 Agus Sofyan L 15 16 07 Mei 2013

15 Edi Kurniawan L 15 17 07 Mei 2013

16 Siti Jaryah Nur D P 15 14 07 Mei 2013

17 Hilmiyah P 15 9 07 Mei 2013

18 Ita Ikhwatussalisa P 16 12 07 Mei 2013

Sumber: Hasil Observasi

b. Observasi

Observasi adalah mengamati dan mendengar dalam rangka

memahami, mencari jawaban, mencari bukti terhadap terhadap fenomena

selama beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang diobservasi,

dengan mencatat, merekam, memotret fenomena tersebut guna penemuan data

analisis (Suprayogo dan Tobroni, 2003:167). Observasi dilakukan karena ada

jenis data tertentu yang tidak bisa dijangkau oleh teknik pengumpulan data

wawancara. Informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang

(tempat), pelaku, kegiatan, objek, waktu, dan perasaan dengan mengikuti

(34)

Dalam hal ini peneliti mengikuti kegiatan informan (orang yang

diteliti) dalam menonton televisi serta saat mereka belajar di sekolah. Peneliti

melihat kondisi informan saat mereka berada mengikuti jam belajar, jam

istirahat, membaca ayat suci Al-qur’an (sesudah magrib), belajar malam

(sesudah isya’), belajar ilmu agama (sesudah subuh), dan ketika mereka

berada di rumah dan di saat mereka bermain. Kemudian peneliti mengamati

dan mencatat hal-hal yang dilakukan oleh informan, sehingga data yang kita

dapat bisa memperkaya hasil penelitian tersebut.

3. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi data primer

dan data sekunder (Bungin, 2008: 122).

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari penelitian secara langsung dari

sumber asli (tidak melalui perantara). Data primer yang dimaksud adalah

data yang dikumpulkan melalui metode wawancara dan pengamatan

langsung (observasi) dengan mengikuti beberapa kegiatan siswa-siswi

selain pada jam sekolah.

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari

sumbernya, peneliti menggunakan teknik studi kepustakaan (library research), yaitu mempelajari literatur-literatur yang relevan dengan permasalahan penelitian antara lain: buku-buku mengenai teori, laporan

(35)

Tujuannya untuk menghimpun semua data/informasi yang berkaitan

dengan permasalahan penelitian ini. Data yang telah terhimpun

dipergunakan untuk mendukung dan melengkapi data primer.

4. Analisis Data

Setelah hasil penelitian dapat diperoleh, diolah, maka langkah

selanjutnya adalah menganalisanya. Maksudnya adalah penulis menganalisa

persoalan-persoalan apa saja yang ditemukan selama penelitian dan

mengelompokkan hasil penelitian sesuai dengan permasalahan yang diangkat,

sehingga menjadi data yang valid untuk mempermudah penulis dalam

penyusunan.

5. Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di MTS Muhamadiyah AL-Manar

Desa Kenduren, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak. Karena lokasi ini

adalah daerah tempat tinggal penulis, sehingga memudahkan penulis untuk

memperoleh data yang valid, Penelitian ini ingin melihat bagaimana proses

tingkah laku anak dalam menghadapi media televisi. Penelitian ini dilakukan

dari bulan Maret, tahun 2013 sampai bulan September 2013.

H. Sistematika Penulisan

Laporan hasil penelitian ini akan dituangkan dalam bentuk karya tulis skripsi

(36)

Bab I :Pendahuluan. Dalam bab ini berisi pernyataan masalah, pertanyaan

penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka

teoritis, metedologi penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II :Gambaran umum televisi.

Bab III :Temuan hasil penelitian. Dalam bab ini berisi persepsi tentang

televisi, kenapa televisi lebih disukai, proses terpengaruhnya televisi

serta bentuk-bentuk perilaku siswa-siswi di MTS Muhammadiyah

Al-Manar.

(37)

BAB II

GAMBARAN UMUM TELEVISI

A. Televisi

Dibandingkan dengan media massa lainnya, televisi mempunyai sifat

istimewa. Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar, bisa bersifat

informatif, hiburan, maupun pendidikan, bahkan gabungan dari ketiga unsur di atas.

Televisi merupakan sumber citra dan pesan tersebar (shared images and messages) yang sangat besar dalam sejarah, dan ini telah menjadi mainstream bagi lingkungan simbolik masyarakat. Dan televisi merupakan sistem bercerita (story-telling) yang tersentralisasi (Syahputra, 2013: 41)

Televisi saat ini telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan

manusia. Banyak orang menghabiskan waktunya lebih lama di depan televisi,

dibandingkan menghabiskan waktu untuk mengobrol bersama keluarganya. Siaran

televisi adalah pemancaran sinyal listrik yang membawa muatan gambar proyeksi

yang terbentuk melalui pendekatan sistem lensa dan suara. Menurut Peter Herford,

setiap stasiun televisi dapat menanyangkan berbagai program hiburan seperti film,

(38)

Perkembangan teknologi pertelevisian saat ini sudah sedemikian pesat,

sehingga dampak siarannya menyebabkan seolah-olah tidak ada lagi batas antara satu

Negara dengan Negara lainnya, terlebih setelah digunakan satelit untuk memancarkan

signal televisi (Iskandar, 2005: 4).

Media televisi juga menyediakan berbagai informasi dan kebutuhan manusia

secara keseluruhan, seperti berita, informasi, dan berbagaai macam produksi barang

yang di iklankan. Maka tidak heran, jika para penonton akan selalu terdorong mencari

sesuatu yang tidak diketahui melalui media televisi. Kemampuan televisi dalam

menarik perhatian massa menunjukkan, bahwa media tersebut telah menguasai jarak

geografis dan sosiologis.

Bayaknya isi pesan dalam tayangan acara televisi bisa diinterpretasikan

berbeda-beda menurut visi pemirsa. Dampak yang ditimbulkan pun beraneka ragam.

Semua tergantung pada tingkat pemahaman pemirsa terhadap isi pesan acara televisi.

Acara televisi bisa berkaitan erat dengan status sosial ekonomi, situasi dan kondisi

pemerisa pada saat menonton.

Setidaknya ada dua dampak yang ditimbulkan dari acara televisi, yaitu:

(Kuswandi, 2008:39-40)

1. Dampak informatif, yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk

menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi dan melahirkan

(39)

2. Dampak peniruan, yaitu pemirsa dihadapkan pada tren aktual yang

ditayangkan televisi. Contohnya, model pakaian dan model rambut para

bintang televisi.

Pengaruh televisi terhadap sistem komunikasi tidak lepas dari pengaruh

terhadap aspek-aspek kehidupan pada umumnya. Bahwa televisi menimbulkan

pengaruh terhadap kehidupan masyarakat Indonesia sudah banyak yang mengetahui

dan merasa.

Seorang ekonom bernama Benjamin Olken, pernah meneliti mengenai

masyarakat Indonesia dan menemukan, bahwa semakin banyaknya channel baru yang

muncul, maka mereka menonton televisi semakin lama dan tingkat partisipasi sosial

mereka juga semakin rendah. Artinya, mereka lebih berminat untuk menonton

televisi dibandingkan melakukan kegiatan sosial (Badjuri, 2010: 12). Menurut Olken,

maju atau tidaknya suatu bangsa bisa dilihat dari tayangan televisinya. Alasannya:

(Badjuri, 2010: 13)

1. Konsumerisme dan materialisme, dua hal yang hampir selalu tampak

dalam tayangan televisi.

2. Hidup dengan tekanan sosial, televisi mengajarkan kita dan memberikan

kita gambaran bagaimana seharusnya kita hidup, berpakaian dan bahkan

bertingkah laku. Kita tidak lagi memiliki pendapat pribadi atau identitas

(40)

B. Tren Acara Televisi

1. Tayangan Audisi Televisi

Banyaknya program acara audisi seperti musik, akting, bakat, dan

sebagainya membuat masyarakat memiliki banyak pilihan acara yang menarik

sesuai kebutuhan. Fungsi media televisi secara perlahan bukan lagi sebagai alat

informasi, hiburan, dan kontrol sosial, tetapi media televisi akan menjadi alat

produksi dalam minciptakan figur atau sosok yang bisa menjadi idola penonton.

Dalam menanyangkan paket-paket acara-acara audisi ini, media televisi

memiliki dua tujuan, yaitu: (Kuswandi, 2008: 147-148)

1. Menarik para produsen (pengiklan) untuk beriklan atau menjadi sponsor

utama acara audisi tersebut. Seperti kita ketahui paket-paket acara audisi

sangat digemari pemirsa. Dilain pihak, para produsen menginginkan

produknya diketahui atau ditonton banyak pemirsa. Jadi, secara otomatis

pihak media televisi akan dengan mudah mendapatkan pemasang iklan.

Tayangan audisi sangat berkaitan erat dengan jumlah pemirsa. Sedangkan

jumlah penonton atau pemirsa sangat signifikan untuk promosi atau iklan

sebuah produk.

2. Menciptakan keterkaitan emosional penonton. Dalam beberapa episode

acara audisi, terlihat ada tangis kesedihan antara pemirsa dengan peserta

(41)

mampu mengubah dan menggarap emosi penonton untuk larut dalam

acara audisi. Efek selanjutnya ialah penonton akan menjadi pemirsa setia

dari setasiun televisi yang menayangkan acara audisi tersebut.

Adanya tujuan di atas dapat disimpulkan, bahwa media televisi hanya

berlomba-lomba menanyangkan paket audisi, karena secara bisnis dan secara

moral mudah terbentuk. Pada akhirnya media televisi kini menjadi penguasa

tunggal yang mampu mengatur dan membidik para produsen barang dan pemirsa.

2. Variety Show

Variety show adalah acara yang berisikan penggabungan jenis tayangan atau campuran antara musik, tarian, lawakan, sikap, kuis atau pertunjukan atraksi

lainnya (Amanda, 2005: 41). Saat ini para pemirsa atau penonton dimanjakan

dengan berbagai sajian acara seperti variety show yang menarik, seperti empat mata, ceriwis, republik mimpi, dan lain sebagainya. Dari beberapa acara hanya

bersifat mengumbar hiburan semata yang bersifat hedonistik. Tayangan empat

mata dan ceriwis dikemas dengan cara-cara komunikatif dan interaktif.

Sedangakan republik mimpi dan Kick Andy merupakan dua acara talk show yang bukan hanya memberikan hiburan semata, tetapi juga kental dengan kritik dan

kontrol sosial nyang cenderung bersifat politis, terutama dalam menyiasati

(42)

dan koreksi terhadap persoalan masa lalu yang dikupas secara interaktif,

integralistik, dan menyeluruh (Kuswandi, 2008: 149).

Sebagai sarana komunikasi massa yang masih terbilang muda, media

televisi sudah banyak memberikan arus perubahan sosial, baik secara perlahan

maupun cepat. Dengan televisi, pemirsa memiliki pengetahuan sosial secara

general tentang berbagai sisi kehidupan lain yang berada di luar lingkungan

mereka.

Media televisi memberikan kekuatan yang menembus jarak, ruang, dan

waktu juga memberikan sebuah fenomena menarik dan membentuk perilaku

sosial di masyarakat, seperti munculnya peniruan gaya rambut, pakaian, bahkan

bahasa-bahasa anak gaul zaman sekarang. Baik atau buruknya tayangan televisi,

semua tergantung pada bagaimana pemirsanya merespon atas apa yang

ditontonnya.

Bila kita berkaca terhadap acara televisi yang telah disebutkan di atas,

maka kemungkinan besar pesan-pesan hiburan serta kontrol sosial (moral) yang

dikemas itu mampu mempengaruhi pemirsa untuk mengoreksi atau mengontrol

(43)

3. Reality Show

Reality show adalah acara yang memotret perilaku atau responden seseorang bila dihadapkan dengan pada suatu kondisi, dapat berbentuk permainan

atau kehidupan sehari-hari yang bersifat spontan atau tidak di buat-buat dan

nyata, biasanya menggunakan tehnik hidden camera (Amanda, 2005: 42).

Adanya reality show membawa tambahan program-program televisi seperti uang kaget, tolong, bedah rumah, aku ingin menjadi, dan nikah gratis.

Melalui acara reality show banyak hal yang terungkap, di antaranya aspek kejujuran dan kemauan menolong orang lain. Kelompok tayangan ini bisa

menimbulkan efek yang kurang baik, yang mungkin tidak pernah diperkirakan

oleh pembuatnya dan stasiun televisi yang menayangkannya.

Dampak besarnya seperti semakin besarnya harapan seseorang

sekelompok orang untuk menerima bantuan cuma-cuma dari orang lain. Beberapa

kelompok masyarakat, terutama yang berpenghasilan rendah menganggap reality show sebagai ajang “adu peruntungan”, sehingga mereka merasa tidak perlu banyak berusaha untuk menyelesaikan suatu masalah. Gejala ini mungkin adalah

(44)

Seharusnya masyarakat mulai berhati-hati dalam mengkonsumsi

produk-produk yang disajikan televisi. Produsen saat ini sedemikian rupa mengemas

produk mereka dengan sebaik mungkin, sehingga para konsumen mudah

(45)

BAB III

DAMPAK TELEVISI TERHADAP PERILAKU ANAK SEKOLAH

A. Persepsi Siswa-Siswi Tentang Televisi.

Perkembangan teknologi telekomunikasi, terutama televisi semakin hari

menujukkan pertumbuhan yang pesat. Para konsumen atau penontonpun

dikenalkan dengan berbagai acara, seperti berita, sinetron, film, dan lain

sebagainya. Meningkatnya pemakaian televisi tidak lepas dari semakin tingginya

kebutuhan masyarakat terhadap informasi dan sarana hiburan, termasuk juga

anak-anak sekolah.

Siswa-siswi MTS Muhammadiyah Al-Manar, pada umumnya menyukai

media televisi di banding media lainnya. Mereka yang menyukai media televisi

menganggap bahwa televisi sebagai sarana hiburan, pengetahuan, dan pusat

informasi.

Menurut Firqi Hidayat memiliki pandangannya tentang televisi, sebagaimana

di bawah ini:

(46)

Di sini, televisi dianggap sebagai salah satu media elektronik yang

menggunakan gambar dan suara. Cara penyajiannya yang singkat dan gampang

dimengerti membuat mereka suka menonton televisi, dan menjadikannya sebagai

sarana hiburan, karena menyajikan beraneka macam acara, seperti sinetron, berita,

hitam putih, empat mata, eat bulaga, dan lain sebagainya.

Selain itu, televisi juga menjadi salah satu media komunikasi, karena televisi

mampu memberikan pesan, dan penontonnya menerima pesan itu dengan baik. Cara

penyampaian informasi televisi yang mudah dimengerti membuat siswa-siswi lebih

tertarik dengan media televisi dibanding media lainnya.

Dian Isnawati, salah satu siswi yang menuturkan pemahamannya tentang

televisi, sebagaimana berikut:

Televisi merupakan salah satu media komunikasi mba’ … mampu menghasilkan suara, dan gambar serta memberikan banyak informasi. … menyajikan suatu acara yang menghibur penonton. … Televisi gampang dimengerti, terus penyajiannya seru,

… acaranya banyak menambah wawasan kaya acara one the spot, etnic renuway,

khazanah, banyak lagi dech. … Soalnya saya mengerti suatu hal apabila ada suara ada gambar juga (Wawancara, Dian Isnawati, 06 Mei 2013).

Hal senada juga diakui oleh Siti Jariyah Nur Dafiqka, yang menyatakan

bahwa:

Salah satu media komunikasi, … ada gambar dan suara. … alat informasi, penyajiannya singkat dan gampang dimengerti oleh penonton, soalnya acara yang disajikan itu berbagai macam, seperti sinetron, film kartun, berita, dan lain-lain. … Alasannya karena acaranya enak di tonton, … mampu menghibur saya, dan menambah wawasan. Televisi juga beritanya lebih cepat serta informasi yang yanag di sampikan selalu terbaru. Kalau nonton televisi itu biar tidak ketinggalan

(47)

Kebaradaan televisi yang dianggap sebagai media yang menggunakan audio

dan visual sehingga bisa menjadi sarana hiburan dan alat mencari informasi,

menujukkan bahwa di sana ada proses transformasi ide dari sumber (televisi) ke

penerima (penonton). Selain itu televisi juga salah satu acara yang lebih update dan

ada sering ada siaran ulang. Proses komunikasi yang terjadi pada akhirnya membawa

perubahan sikap dan ide dari penerima informasi (penonton) itu sendiri.

Cara penyampaiannya yang sederhana, mudah dimengerti dan lebih update

membuat para penonton semakin senang, bahkan berlama-lama untuk duduk di depan

televisi. Di sinilah proses komunikasi antara penonton dan televisi itu terjadi.

Meskipun komunikasinya hanya searah. Akan tetapi, simbol yang dimunculkan oleh

televisi, misalnya sedih, senang, dan sebagainya, seringkali membawa perasaan para

penontonnya terlarut ke dalam apa yang ada di televisi tersebut.

Di sinilah secara teoritis terlihat bahwa simbol menjadi sangat bermakna

dalam sebuah proses komunikasi itu. Simbol signifikan adalah jenis gestur yang

hanya dapat dilakukan oleh manusia. Dan gestur baru bisa menjadi simbol-simbol

signifikan, apabila dia membangkitkan di dalam diri individu pelaku gestur itu

respon-respon yang juga dia harapkan akan diberikan oleh individu yang menjadi

sasaran gestur yang dia lakukan (meskipun bentuk dari respon tersebut tidak bisa

(48)

Dari simbol-simbol yang signifikan kita dapat benar-benar memiliki

komunikasi. Seperti halnya media televisi mempunyai simbol yang sangat signifikan,

meskipun tidak semua penonton dapat menerima atau memahami dari simbol yang

ada di televisi. Dengan adanya simbol para penonton dan televisi mampu

berkomunikasi dengan baik, sehingga para penonton bisa mengerti makna yang di

makhsud didalamnya. Contohnya ketika salah satu acara televisi menayangkan

adegan orang yang suka berkelahi, dari adegan yang suka berkelahi dapat di

simbolkan anak orang kaya atau anak broken home.

Dalam teori George Herbert Mead fungsi simbol-simbol yang signifikan

adalah bahwa mereka memungkinkan terbentuknya pikiran, proses mental dan lain

sebagainya. Melalui simbol yang signifikan, khususnya bahasa, pemikiran manusia

dimungkinkan ( binatang yang lebih rendah tidak dapat berpikir, menurut bahasa

Mead). Mead sendiri mendefinisikan pemikiran hanya sekedar sebagai percakapan

internal atau implisit individu dengan dirinya sendiri dengan menggunakan gesture

tersebut. Berpikir sama halnya dengan berbicara dengan orang lain (Ritzer, 2009:

384). Dengan adanya simbol-simbol yang sangat signifikan memungkinkan

terjadinya interaksi simbolis. Jadi setiap manusia mampu berinteraksi dengan sesama

tidak hanya menggunakan gesture, namun juga bisa melalui simbol-simbol yang

(49)

B. Proses Pengaruh Televisi Terhadap Siswa-Siswi MTS Muhammadiyah

Al-Manar

Berbagai tayangan yang disajikan dalam berbagai acara langsung baik

maupun tidak langsung membuat siswa-siswi semakin tertarik untuk menonton

televisi. Acara yang dikemas dengan indah, seperti mendatangkan artis-artis dalam

negeri dan luar negeri membuat siswa-siswi merasa terhibur dan dapat mengetahui

ilmu pengetahuan. Melalui media audio dan visual, pesan yang disampaikan televisi

bisa lebih dimengerti dan dipahami oleh anak-anak, sehingga mereka merasa tertarik

untuk memahami maksud dari sebuah tayangan acara televisi.

Lewat berbagai program seperti sinetron, film kartun, berita olahraga, musik,

siraman rohani, dan lain sebagainya, membuat siswa-siswi semakin ingin melihat

atau menontonnya. Anak-anak sering berpikir, bahwa dengan menonton televisi

mereka merasa menjadi anak gaul dan anak muda yang tidak ketinggalan zaman.

Riyadi Wildani salah satu siswa, yang mengatakan tentang proses

terpengaruhnya televisi lewat acara sebagai berikut:

(50)

Devi Puspita Sari juga memiliki pendapat yang sama dengan Riyad, yang

menyatakan bahwa:

Acara yang saya sukai sinetron, … yang muda yang bercinta. Soalnya sinetron itu gampang dimengerti dan difahami, … terus acaranya juga romantis. … Kan dalam film tersebut menceritakan anak sekolah yang dijodohin gitu, jadi acaranya seru. … Sering ngebayangin kalau aku yang jadi artisnya, hehe. (Wawancara, Devi Puspita Sari, 06 Mei 2013)

Pengaruh televisi terhadap siswa-siswi salah satunya terjadi melalui acara

sinetron. Mereka beranggapan bahwa program acaranya adalah program anak muda

masa kini, yang mana banyak sekali menceritakan kehidupan anak sekolah yang gaul

dan kehidupan percintaan anak sekolah. Hal inilah terkadang membuat anak

terpengaruh, dan sering menghayal apa yang mereka tonton.

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan selama satu minggu di MTS

Muhammadiyah Al-Manar dan saat mereka di rumah, ditemukan bahwa siswa-siswi

memang sering menonton sinetron. Ketika acara sinetron yang disuka sudah mulai

tayang, mereka dengan bersegera duduk di depan televisi sambil menyaksikannya

dengan baik. Setelah merasa puas menonton acara tersebut. Mereka akan kembali

bersama teman-teman yang lain, lalu menceritakan ulang kepada teman-temannya,

bahkan mereka merasa kesal dengan adegan yang tidak mereka suka (Sumber:

Observasi pada tanggal 8-12, Mei 2013).

Selain terpengaruh acara sinetron, siswa-siswi juga terpengaruh acara sepak

(51)

bagus membuat mereka ingin menontonnya. Tayangan sepak bola yang seru dan para

pemain sepak bola yang keren membuat mereka terkadang ingin melihat langsung

para pemain ke luar negeri.

Saihul Anam salah satu siswa, yang memiliki pendapat bagaiman proses

terpengarunya televisi lewat acara bola, sebagai berikut:

Acara yang saya suka itu olahraga, … sepak bola, soalnya saya itu hobi sepak bola,

terus kalau nonton sepak bola seru banget mba’, apalagi kalau pemainnya Real Madrid oey… Meskipun saya tidak bisa nonton langsung dari lapangan sepak bola

mereka nich mba’ ya, saya senang kok kalau hanya lewat televisi. … Meskipun tidak

bisa nonton langsung saya bisa mengetahui cara main mereka. (Wawancara, Saihul Anam, 06 Mei 2013)

Amri Zakian salah satu siswa, menyatakan pandangannya tentang proses

terpengaruhnya televisi lewat acara sepak bola sebagai berikut:

Acara yang paling saya sukai itu … acara berita tentang olahraga mba’, apalagi sepak bola, hmhmhm, saya suka banget. Saya suka sama pemain Real Madrid, … kalau saya tidak nonton televisi saya tidak akan tahu bagaimana pemain Real Madrid main mba’. Kalau nonton televisi saya tahu informasi tentang olahraga, terutama bola. … Meskipun saya tidak bisa nonton langsung, saya cukup senang kok bisa melihat di televisi. (Wawancara, Amri Zakian, 05 Mei 2013)

Program televisi yang siswa-siswi sukai, selain sinetron adalah olahraga sepak

bola. Para pemain sepak bola yang mempunyai ahli masing-masing membuat mereka

semakin tertarik untuk menontonnya. Apalagi gaya pemain sepak bola yang bagus,

membuat mereka membayangkan seandainya mereka bisa bermain sepak bola seperti

pemain favoritnya. Karena siswa-siswi tidak bisa menonton acara sepak bola secara

langsung, televisi menjadi tempat atau sarana bagi mereka untuk menonton para

(52)

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan di sekolah, terlihat bahwa

mereka memang hobi bermain sepak bola. Bahkan jam istirahatpun mereka gunakan

untuk bermain sepak bola. Buku tulis yang mereka pakai covernya adalah para

pemain sepak bola yang mereka sukai. Hasil observasi di rumah, juga menujukkan

bahwa setiap sore mereka hampir sering bermain sepak bola di halaman rumah

mereka, bahkan mereka bermain di lapangan sepak bola di sekolah. Sangking

ngefensnya terhadap para pemain sepak bola, siswa ini menempel beberapa poster

pemain sepak bola di rumahnya (Sumber: Observasi pada tanggal 7-12, Mei 2013).

Selain terpengaruh acara sinetron dan sepak bola, siswa-siswi juga

terpengaruh acara ilmu pengetahuan dan berita. Acara yang sering memberikan

banyak informasi dan wawasan yang sebelumnya mereka ketahui, ternyata juga

disukai siswa-siswi seperti: on the spot dan berita. Informasi yang belum mereka lihat atau tahu sebelumnya, ternyata juga banyak mempengaruhinya.

Menurut Dian Isnawati, menjelaskan pandangannya tentang proses

terpengaruhnya televisi lewat acara pengetahuan sebagai berikut:

(53)

Sedangkan menurut Nasrudin Latif, salah satu siswa yang berpendapat bahwa

proses terpengaruhnya televisi melalui berikut:

Acara yang saya suka itu berita, … soalnya berita itu merupakan jendela dunia, … terus dalam berita, juga sering menyampaikan informasi tentang dunia pendidikan,

… sehingga saya tidak ketinggalan berita tentang pendidikan. Soalnya kalau menghandalkan di sekolah, itu tidak cukup mba’. Kan kita sebagai murid harus bisa mencari informasi dari luar. Selain itu kalau nanti saya sudah besar, saya ingin menjadi orang sukses seperti orang-orang yang ada di televisi. (Wawancara, Nasrudin Latif, 06 Mei 2013)

Proses yang dilakukan siswa-siswi ini secara sepontan adalah meniru dan

membanyangkan apa yang mereka tonton. Seperti halnya, mereka yang menyukai

sinetron, mengungkapkan perasaan yang ia tonton dengan membanyangkannya.

Sedangkan para siswa-siswi yang menyukai sepak bola mereka mengungkapkan

perasaannya dengan meniru gaya para pemain favorit mereka, bahkan dijadikan salah

satu hobi mereka. Sedangkan yang menyukai pengetahuan umum, mereka berharap

menjadi orang yang sukses.

Dalam pendekatan motivasional dan uses and gratification, dimana proses

pengiriman pesan ke proses penerimaan pesan. Menurut McGuire dalam teori

motivasional dan uses gratification yang membahas tentang teori stimulasi, bahwa

manusia sering mencari pengalaman-pengalaman baru, yang selalu berusaha

memperoleh hal-hal yang memperkaya pemikirannya. Hasrat yang ingin tahu,

kebutuhan untuk mendapat rangsangan emosional, dan keinginan untuk menghindari

kebosonan merupakan kebutuhan manusia (Rakhmat, 2005: 212). Dalam teori

(54)

sebagai peluang untuk memperoleh informasi yang berguna atau keterampiran baru

yang diperlukan dalam menghadapi tantangan hidup (Rakhmat, 2005: 212-213).

Seperti proses terpengaruhnya televisi lewat acara ilmu pengetahuan, dimana mereka

mempunyai hasrat untuk memperkaya pemikirannya.

Dalam teori ekspresif menyatakan bahwa seseorang memperoleh kepuasan

dalam mengungkapkan eksistensi dirinya-menampakkan perasaan dan keyakinannya,

misalnya terasa menyenangkan memberikan tantangan untuk menujukkan

kemampuan diri. Komunikasi ini mempermudah orang untuk berfantasi, melalui

identifikasi tokoh-tokoh yang disajikan sehingga orang secara tidak langsung

mengungkapkan perasaannya hidup (Rakhmat, 2005: 213-214). Seperti halnya ketika

seseorang menyukai acara sepak bola, mereka berlatih dan menirukan gaya para

pemain favorit mereka, untuk menujukkan kemampuan dirinya kalau mampu seperti

para pemain sepak bola dunia.

Sedangkan dalam teori peneguhan memandang bahwa orang dalam situasi

tertentu akan bertingkah laku dengan suatu cara yang membawanya kepada ganjaran

seperti yang telah dialaminya pada waktu lalu. Peristiwa yang menggunakan media

sering diasosiasikan dengan suasana yang menyenangkan (Rakhmat, 2005: 214).

Misalnya ketika seseorang selesai menonton acara sinetron, kemudian mereka

(55)

C. Bentuk-Bentuk Perilaku Siswa-Siswi MTS Muhammadiyah Al-Manar yang

di Pengaruhi Oleh Televisi.

Sikap merupakan penentu yang terpenting dalam tingkah laku seseorang.

Perilaku seseorang bisa terjadi akibat individu dan luar individu. Perilaku individu

merupakan perilaku yang dibawa sejak lahir. Sedangkan perilaku yang disebabkan

dari luar individu dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti keluarga, sekolah,

masyarakat. Banyaknya acara yang muncul di televisi yang menayangkan atau

menyajikan berbagai gaya rambut, gaya bicara, gaya berpakaian, dan lain

sebagainya, membuat siswa-siswi ini terpengaruh dengan gaya-gaya yang mereka

lihat di televisi. Berikut beberapa bentuk perilaku negatif siswa-siswi yang

dipengaruhi oleh televisi.

1. Malas Belajar

Acara yang menarik, dan menghibur, membuat para siswa-siswi labih banyak

menonton televisi dibandingkan belajar. Mereka yang menganggap televisi telah

mempengaruhi perilaku siswa-siswi, sebagaimana diakui oleh :

Saihul Anam salah satu siswa, yang mengatakan pengaruhnya sebagai berikut:

Pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari paling bikin malas belajar aja sich mba’, soalnya kalau saya lagi nonton acara favorit saya, saya tidak mau diganggu. … Makanya saya sering telat belajar, … jarang ngerjain PR. (Wawancara, Saihul Anam, 06 Mei 2013)

Di sini, televisi dianggap sebagai salah satu media yang membuat siswa-siswi

Gambar

figur atau sosok yang bisa menjadi idola penonton.
Tabel 1 Data Informan angkatan 2012-2013
gambar, suara, di mana di jadiin saran hiburana.

Referensi

Dokumen terkait