• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Pembahasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "B. Pembahasan"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

B. Pembahasan

Senyawa aldehida dan keton yaitu atom karbon yang dihubungkan dengan atom oksigen

oleh ikatan ganda dua (gugus karbonil), atau dengan kata lain aldehid dan keton merupakan

senyawa-senyawa yang mengandung salah satu dari gugus penting di dalam kimia organik,

yaitu gugus karbonil, C=O. Gugus karbonil adalah gugus yang paling menentukan sifat kimia

aldehid dan keton. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika terdapat kemiripan sifat-sifat

dari senyawa golongan aldehid dan keton. Aldehida adalah senyawa organik yang karbon –

karbonilnya (karbon yang terikat pada oksigen) selalu berikatan dengan paling sedikit satu

hidrogen. Sedangkan keton adalah senyawa organik yang karbon- karbonilnya dihubungkan

dengan dua karbon lain. Keberadaan atom hidrogen tersebut menjadikan aldehid sangat

mudah teroksidasi, atau dengan kata lain, aldehid adalah agen pereduksi yang kuat. Karena

keton tidak memiliki atom hidrogen istimewa ini, maka keton sangat sulit teroksidasi dengan

senyawa lain. Jadi dengan penjelasan tersebut maka perbedaan antara sebuah aldehid dengan

sebuah keton dapat diketahui. Aldehid dapat dioksidasi dengan mudah menggunakan semua

jenis agen pengoksidasi, sedangkan keton tidak.

Aldehid lebih reaktif terhadap reaksi adisi nukleofilik dibandingkan dengan keton karena

dua alasan yaitu, alasan pertama mengenai sterik (hal ihwal ruangan). Atom karbon karbonil

pada keton mempunyai ruangan yang lebih sempit (dua gugus R) dibanding aldehid (satu

gugus R dan satu H). Pada adisi nukleofilik, kedua gugus ini merapat (hibridisasi berubah

dari sp2 menjadi sp3 dan sudut ikatannya menyempit dari 1200 menjadi 109,50), sehingga

kesterikan yang ditimbulkan pada adisi terhadap aldehid lebih kecil dibanding terhadap

keton. Alasan kedua mengenai elektronik. Gugus R basa (alkil) biasanya bersifat pemberi

elektron dibanding dengan hidrogen. Karena itu ia cenderung menetralkan muatan positif

parsial pada karbon karbonil, dan menurunkan reaktifitasnya terhadap nukleofil. Jika R

bersifat penarik elektron (misalnya halogen), pengaruhnya berlawanan sehingga menaikkan

(2)

Aldehid lebih stabil dibandingkan dengan keton. Reaktivitas relatif aldehida dan keton

dalam reaksi adisi sebagian dapat disebabkan oleh banyaknya muatan positif pada karbon

karbonilnya, makin besar muatan itu akan makin reaktif. Bila muatan positif parsial ini

tersebar ke seluruh molekul, maka senyawaan karbonil itu kurang reaktif dan lebih stabil.

Gugus karbonil distabilkan oleh gugus alkil di dekatnya yang bersifat melepaskan elektron.

Suatu keton dengan gugus R lebih stabil dibandingkan suatu aldehid yang hanya memiliki

satu gugus R.

Praktikum kali ini dilakukan untuk mengidentifiksi aldehida dan keton dengan

pereaksi-pereaksi khusus. Pada percobaan ini, dilakukan uji pereaksi-pereaksi Fehling dan Tollens pada

beberapa senyawa yaitu formalin dan aseton. Aldehid yang paling sederhana, yakni formalin

yang mempunyai kecenderungan untuk berpolimerisasi. Cairan yang baunya agak tidak enak

ini digunakan sebagai bahan dasar dalam industri polimer dan di laboratorium sebagai bahan

pengawet untuk contoh binatang. Keton yang paling sederhana adalah aseton, suatu cairan

yang berbau sedap yang digunakan terutama sebagai pelarut untuk senyawa organik dan

pembersih cat kuku.

Pada pengamatan yang telah dilakukan dengan menggunakan perekasi Fehling dan

Tollens diperoleh hasil untuk membedakan antara senyawa aldehid dan keton. Pada

formaldehida yang ditambah pereaksi fehling terdiri atas dua larutan yaitu Fehling A yang

terdiri dari larutan CuSO4 dan Fehling B yang terdiri dari Kalium natrium nitrat dan Natrium

hidroksida. Bila Fehling A dan Fehling B dicampur dengan volume yang sama maka

dihasilkan larutan biru tua. Bila dipanaskan dengan menambah aldehid maka terjadi endapan

Cu2O yang berwarna merah bata.Untuk Pengamatan pada uji pereaksi Fehling, aseton tidak

mengalami reaksi dengan pereaksi ini karena senyawa ini tidak dapat dioksidasi oleh pereaksi

Fehling, lalu untuk pereaksi Tollens juga menghasilkan cermin perak yang banyak.

Adapun senyawa keton yang dilibatkan dalam reaksi–reaksi pengujian ini adalah aseton.

(3)

setelah ditambah pereaksi Fehling ada sedikit endapan merah, dan untuk pereaksi Tollens

adanya cermin perak yang agak sedikit.

menggunakan pereaksi Tollens dan Fehling

yang ditambah pereaksi fehling terdiri atas dua larutan yaitu Fehling A yang terdiri dari larutan CuSO4 dan Fehling B yang terdiri dari Kalium natrium nitrat dan Natrium hidroksida. Bila Fehling A dan Fehling B dicampur dengan volume yang sama maka dihasilkan larutan biru tua. Bila dipanaskan dengan menambah aldehid maka terjadi endapan Cu2O yang berwarna merah bata.Untuk Pengamatan pada uji pereaksi Fehling, aseton tidak mengalami reaksi dengan pereaksi ini karena senyawa ini tidak dapat dioksidasi oleh pereaksi Fehling, lalu untuk pereaksi Tollens juga menghasilkan cermin perak yang banyak.

Adapun senyawa keton yang dilibatkan dalam reaksi–reaksi pengujian ini adalah aseton. Aseton merupakan senyawa keton yang paling sederhana. Pada setiap pengamatan aseton setelah ditambah pereaksi Fehling ada sedikit endapan merah, dan untuk pereaksi Tollens adanya cermin perak yang agak sedikit.

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan analisis hasil praktikum, didapatkan bahwa Formalin ditambah

pereaksi Fehling A dan Fehling B hasil akhirnya adanya perunahan menjadi merah dan

adanya endapan merah, lalu dengan pereaksi Tollens dihasil kan cermin perak yang banyak. Aseton ditambah pereaksi Fehling A dan B hasil akhirnya warna tetap biru dan adanya

sedikit emdapan merah, lalu dengan pereaksi Tollens awarna tetap adanya sedikit cermin

(4)

B. Saran

Diperlukan praktikum yang lebih akurat lagi, agar hasilnya sesuai dengan teori yang

telah ada.

DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, R. J. dan Joan, S. Fessenden. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Erlangga: Jakarta.

Petrucci,R. H. 1999. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Erlangga: Jakarta.

Pine, Stanley. H. 1988. Kimia Organik I. Penerbit ITB: Bandung.

Petrucci, 2004

Suwarso, 2005

Stanley, 2007

Fessenden, 2005

Amiruddin, 2007

Susilaningsih, 2008

Referensi

Dokumen terkait

Pada uji Benedict terhadap glukosa dan fruktosa larutan berwarna hijau kebiruan dan terdapat endapan merah bata di dalamnya yang menandakan pengujian positif, sedangkan pada maltosa

Pada uji Benedict terhadap glukosa dan fruktosa larutan berwarna hijau kebiruan dan terdapat endapan merah bata di dalamnya yang menandakan pengujian

* jika bahan makanan yang ditetesi oleh larutan benedict sebelum dipanaskan berwarna hijau toska atau biru dan setelah di panaskan berubah menjadi warna merah bata, atau

Pada uji Benedict terhadap glukosa dan fruktosa larutan berwarna hijau kebiruan dan terdapat endapan merah bata di dalamnya yang menandakan pengujian positif, sedangkan pada maltosa

Apabila ion klorida atau bromida telah habis diendapkan oleh ion perak, maka ion kromat akan bereaksi membentuk endapan perak kromat yang berwarna coklat/merah

Gambaran histopatologi jaringan hati singa menunjukkan bahwa sinusoid hati tampak meluas dan dipenuhi endapan protein yang berwarna merah dengan pewarnaan HE

Pada uji Benedict terhadap glukosa dan fruktosa larutan berwarna hijau kebiruan dan terdapat endapan merah bata didalamnya yang menandakan pengujian positif,

Hasil Skirining Fitokimia Ekstrak Daun Kayu Putih Sampel Uji Kualitatif Hasil Keterangan E1 Flavonoid Tanin Total Fenolik Larutan berwarna merah bata Terdapat endapan