• Tidak ada hasil yang ditemukan

Formulasi Minuman Nutrisi Olahraga Berbasis Mikroalga Spirulina platensis dan Porphyridium cruentum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Formulasi Minuman Nutrisi Olahraga Berbasis Mikroalga Spirulina platensis dan Porphyridium cruentum"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

FORMULASI MINUMAN NUTRISI OLAHRAGA BERBASIS

MIKROALGA Spirulina platensis DAN Porphyridium cruentum

STEFFI WAHJUDIN

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Formulasi Minuman Nutrisi Olahraga Berbasis Mikroalga Spirulina platensis dan Porphyridium cruentum

adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2015

Steffi Wahjudin

(3)

ABSTRAK

STEFFI WAHJUDIN. Formulasi Minuman Nutrisi Olahraga Berbasis Mikroalga

Spirulina platensis dan Porphyridium cruentum. Dibimbing oleh BAMBANG RIYANTO dan IRIANI SETYANINGSIH.

Kecenderungan baru nutrisi olahraga mengarah kepada pengembangan produk kebugaran (endurance) yang dirancang untuk cabang olahraga tertentu, sehingga diperlukan inovasi komponen bahan penyusun (ingredient) minuman nutrisi olahraga. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan formula dan kandungan nutrisi minuman olahraga dengan bahan dasar Spirulina platensis dan

Porphyridium cruentum. Formula terbaik adalah minuman yang terbuat dari campuran Spirulina platensis dan Porphyridium cruentum dalam jumlah yang sama. Kandungan Na dan Mg yaitu 1,95 % w/w dan 0,23 % w/w, sesuai dengan standar minuman. Produk minuman nutrisi olahraga dengan bahan penyusun mikroalga memiliki keunggulan asam amino yang tinggi bila dibandingkan dengan berbagai produk komersial lainnya, yaitu 4493,52 ppm, serta keberadaan profil gula berupa fruktosa.

Kata kunci : mikroalga, nutrisi olahraga, Spirulina platensis, Porphyridium cruentum

ABSTRACT

STEFFI WAHJUDIN. Formulations Sports Nutrition Drink Based of Microalgae

Spirulina platensis and Porphyridium cruentum. Supervised by BAMBANG RIYANTO and IRIANI SETYANINGSIH.

The new trend of sports nutrition products led to the development of product fitness (endurance) designed for sport branches, so that requared about the source of the constituents (ingredient) of sports nutrition products. This research aims at the formulation of determine formulations and nutrition contens of sport drink with base material is Spirulina platensis and Porphyridium cruentum. Best formula is a drink made of mixture of Spirulina platensis and Porphyridium cruentum with the same number. The contens of Na and Mg is 1,95 % w/w dan 0,23 % w/w accordance with the drink standard. Drink mikroalga has the advantage of a higher amino acids content approximately of 4493,52 ppm when compared to other commercial products. The biggest sugar profile on mikroalga drink is fructose.

(4)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.

(5)

FORMULASI MINUMAN NUTRISI OLAHRAGA BERBASIS

MIKROALGA Spirulina platensis DAN Porphyridium cruentum

STEFFI WAHJUDIN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Teknologi Hasil Perairan

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)

Judul Skripsi : Formulasi Minuman Nutrisi Olahraga Berbasis Mikroalga

Spirulina platensis dan Porphyridium cruentum

Nama : Steffi Wahjudin

NIM : C34070053

Program Studi : Teknologi Hasil Perairan

Disetujui oleh

Bambang Riyanto, SPi, MSi Pembimbing I

Dr Ir Iriani Setyaningsih, MS Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi Ketua Departemen

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga skripsi dengan judul Formulasi Minuman Nutrisi Olahraga Berbasis Mikroalga Spirulina platensis dan

Porphyridium cruentum ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1 Bapak Bambang Riyanto, SPi, MSi dan Ibu Dr Ir Iriani Setyaningsih, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan masukan dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

2 Bapak Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi selaku ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan.

3 Ibu Dr Ir Wini Trilaksani, MSc selaku dosen penguji skripsi.

4 Kedua orang tua, Ir. Moh. Wahjudin dan Handayani, kakak-kakak tersayang mbak Ami dan Budi serat keponakan tercinta Demos, Aya, Cabit, Hamda dan Hatta. Terima kasih atas doa, kasih sayang, motivasi serta dukungannya yang tidak pernah terputus baik dalam bentuk moril dan materil sehingga penulis mampu menyelesaikan pendidikan di IPB.

5 Teman seperjuangan satu bimbingan Sumisih, sahabat-sahabat THP 44 Medal, Mariah, Rianda, Ratna, Zara, Yunko, Motto, Indah RW dan lainnya atas bantuan serta motivasi yang diberikan kepada penulis selama empat tahun terakhir.

6 Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat.

Bogor, Maret 2015

(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR... vi

DAFTAR LAMPIRAN... vi

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang... 1

Tujuan Penelitian... 2

METODE PENELITIAN... 2

Bahan... 2

Alat... 2

Prosedur Penelitian... 3

Prosedur Analisis... 6

Perhitungan Jumlah Sel... 6

Analisis Total Protein (Lowry et al. diacu Chrismadha 1993)... 7

Analisis Kandungan Na dan Mg dengan AAS (APHA1998)... 7

Analisis Karbohidrat (Lehninger 1982)... 8

Analisis Asam Amino (Antoine et al. 1999)... 8

HASIL DAN PEMBAHASAN... 9

Pertumbuhan Sel Mikroalga Spirulina platensis dan Porphyridium cruentum 9 Morfologi Spirulina platensis dan Porphyridium cruentum... 11

Kandungan Na dan Mg... 12

Bentuk Visual Minuman... 13

Kandungan Nutrisi Minuman Olahraga... 14

Kandungan Protein... 14

Kandungan Asam Amino... 15

Profil Gula... 16

Pembandingan Minuman Mikroalga dengan Minuman Komersial... 17

KESIMPULAN DAN SARAN... 18

Kesimpulan... 18

Saran... 18

DAFTAR PUSTAKA... 19

LAMPIRAN... 22

(9)

DAFTAR TABEL

1 Formulasi minuman olahraga dalam berbagai kombinasi... 4

2 Kandungan Na dan Mg Spirulina platensis dan Porphyridium cruentum. 12 3 Kandungan protein pada masing-masing minuman olahraga... 14

4 Kandungan asam amino pada tiap formulasi (ppm)... 15

5 Kandungan profil gula pada tiap formulasi minuman ... 16

6 Profil komposisi perbandingan antara minuman mikroalga dengan minuman berenergi komersial lainnya... 17

7 Spesifikasi persyaratan mutu minuman berenergi SNI 01-4452-1998 18

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir proses kultivasi... .5

2 Diagram alir formulasi minuman olahraga... 6

3 Kurva pertumbuhan Spirulina platensis... 9

4 Kurva pertumbuhan Porphyridium cruentum... 9

5 Bentuk visual Spirulina platensis secara mikroskopis... 11

6 Bentuk visual Porphyridium cruentum secara mikroskopis... 11

(10)
(11)
(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Analisis pasar dan perbandingan produk yang dilakukan MarketResearch.com tahun 2010 menunjukkan bahwa sports nutrition product

atau produk-produk nutrisi olahraga makin memperlihatkan pemenuhan ke arah dinamika perilaku profesional dari para atlet dunia (Kreider et al. 2010). Karakteristik produk nutrisi olahraga pertama adalah suplemen yang digunakan untuk meningkatkan kekuatan (strength) dan unsur pembangun tubuh ( body-building). Substansi produk ini berupa asam amino (Ohtani et al.2006) dan campuran protein (Tipton & Wolfe 2004). Produk kedua merupakan peramping tubuh, yang kebanyakan berupa suplemen energi, seperti L-karnitin dan chromium picolinate (Colombani et al.1996). Banyak pula dikembangkan produk minuman kesehatan yang dirancang untuk kondisi saat santai. Produk ini difokuskan untuk

style atau public figure dari sang atlet dan umumnya mengandung vitamin esensial, mineral dan bahan alami tambahan (Kerksick et al. 2008).

Nutrition Business Journal tahun 2011 melaporkan bahwa kecenderungan baru produk nutrisi olahraga mengarah kepada pengembangan produk kebugaran (endurance) yang dirancang untuk cabang-cabang olahraga tingkat tinggi seperti lari, renang, triathlon, dayung, mountain biking, adventure racing, cross-country skiing, mountaineering and trekking (Hoffman et al. 2009). Bahan lain yang juga dibutuhkan, harus memiliki kaitan yang kuat dengan kategori atau aplikasi tertentu untuk meningkatkan pemulihan dan meminimalkan nyeri otot, pengganti ion elektrolit tubuh, homeopatik, penghilang rasa lelah, antioksidan serta kegunaan produk untuk olahraga spesifik yang umumnya tidak terkait dengan suplemen nutrisi khusus, seperti golf. Bahan utama yang digunakan dapat meliputi gula komplek, trigleserida rantai menengah, dan berbagai karbohidrat komplek. Bahan tersebut dikombinasikan dengan beberapa mineral dan vitamin diantaranya vitamin E, antioksidan, fosfat dan mudulator asam laktat (Morifuji 2010).

(13)

2

bahwa S. platensis memungkinkan membantu sistem imun dalam melawan infeksi (Kenfack et al. 2011).

Fuentes et al. (2000) menyampaikan bahwa mikroalga Porphyridium cruentum memiliki kandungan karbohidrat tinggi, tokoferol, vitamin K, serta karoten. Porphyridium cruentum merupakan salah satu penghasil polisakarida ekstraseluler dalam jumlah besar. Polisakarida ekstraseluler yang dihasilkan terdiri dari D-xylose, D-glucose, D-galactose, L-galactose, O-methylxylose, 3-O-metylgalactose, dan D-glucuronic acid (Priyadarshani dan Rath 2012).

Penelitian ini penting dilakukan karena dapat menjadi solusi yang baik bagi pemenuhan kebutuhan para atlet. Kebutuhan tersebut telah mengarahkan kepada penelitian terbaru tentang sumber bahan penyusun (ingredient) dari mikroalga sebagai pelengkap nutrisi bagi olahragawan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menentukan formula dan kandungan nutrisi minuman olahraga dengan bahan dasar mikroalga Spirulina platensis dan

Porphyridium cruentu.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2011 hingga Mei 2012. Bertempat di Laboratorium Bioteknologi Hasil Perairan dan Laboratorium Biokimia Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan; Laboratorium Terpadu, Institut Pertanian Bogor.

Bahan

Bahan yang digunakan adalah bibit Spirulina platensis dan bibit

Porphyridium cruentum, air laut, media Walne (Richmond 1988)), media Becker (Becker 1994)). Bahan lain adalah untuk uji protein dan asam amino meliputi albumin, gelatin, kasein, pepton, fenol, pereaksi millon, pereaksi Hopkins cole, pereaksi biuret, ninhidrin, H2SO4, NaOH, HNO3, CuSO4, HgCl2, AgNO3,

(NH4)2SO4, HCl, Pb-asetat, etanol, asam asetat, dan buffer asetat pH 4,7. Bahan

yang digunakan untuk uji mineral antara lain adalah NH4OH pekat, HCl 10%,

akuades, kristal dinatrium hydrogen fosfat, asam asetat 10%, urea 10%, pereaksi ferosulfat khusus, kristal ammonium klorida, larutan ammonium tiosianat, HNO3

10%, AgNO3 2%, BaCl2, larutan kalium ferosianida, ammonium oksalat 1%,

pereaksi molibdat khusus, kristal ammonium karbonat, NH4OH 10%, dan kertas

lakmus.

Alat

Alat yang digunakan untuk mengukur kadar biomassa Spirulina platensis

(14)

3 gelombang tertentu. Alat yang digunakan untuk mengukur kadar biomassa

Porphyridium cruentum adalah mikroskop cahaya merk Olympus BH52

Alat yang digunakan untuk analisis mineral adalah AAS (Atomic Absorption Sperktrofotometri) merk Perkin Elmer Analyst 100 tipe flame emmission. Alat yang digunakan untuk analisis profil gula, analisis protein dan asam amino adalah HPLC (High-performance liquid chromatography) merk Shimadzu 17 A.

Prosedur Penelitian

Kultivasi Spirulina platensis dan Porphyridium cruentum

Kultivasi mengacu Zarouk 1966 dalam Richmond 1988 (kultivasi pada suhu 25-29oC dengan disinari lampu TL 20 Watt pada jarak 15 cm dan dilakukan pengadukan). Bibit Spirulina platensis ditumbuhkan pada stoples yang berukuran 1 L yang berisi media walne dapat dilihat pada Lampiran 1. Kondisi lingkungan selama kultivasi yang tercatat adalah kisaran suhu ruangan 28-30 oC; suhu air 28-29 oC; pH 9-10; dan intensitas cahaya menggunakan lampu TL-tube lamp (5480 lux).

Bibit Porphyridium cruentum ditumbuhkan pada stoples yang berukuran 1L yang berisi media Becker (Becker 1994) dapat dilihat pada Lampiran 2. Kultivasi dilakukan dalam medium Becker yang diaerasi secara terus menerus pada suhu lingkungan 27-28,5 oC, intensitas cahaya 500-2000 lux dan pH 7,6. Perhitungan Jumlah Sel

Pertumbuhan Spirulina platensisdiamati dengan mengambil sampel setiap hari menggunakan mikropipet, kemudian dimasukkan ke dalam kuvet dan diamati kepadatannya dengan mengukur rapat optis pada panjang gelombang 480 nm (Achmadi et al. 2002) secara langsung menggunakan spektrofotometer UV.

Pertumbuhan Porphyridium cruentum diamati dengan mengambil sampel setiap hari menggunakan mikropipet, kemudian dimasukkan ke dalam chamber

hemasitometer dan dihitung jumlah sel secara langsung menggunakan mikroskop. Hasil perhitungan nilainya dikonversikan ke dalam nilai logaritmik dan dibuat kurva pertumbuhan dengan jumlah sel (logaritmik) sebagai sumbu y dan waktu (hari) sebagai sumbu x.

Pemanenan Biomassa

Proses pemanenan Spirulina platensis pada hari ke-7 dilakukan dengan metode penyaringan. Penyaringan menggunakan saringan kain nylon yang berukuran 60-70 mesh, sehingga biomassa Spirulina platensis akan terpisah dengan media.

(15)

4

Pengujian Kandungan Na dan Mg

Kultivasi kultur Spirulina platensis dan Porphyridium cruentum yang optimal, kemudian dianalisis kandungan magnesium (Mg) dan natrium (Na). Tujuan analisis ini mengacu Hamilton (2005), yaitu untuk mengetahui kandungan mineral pada masing-masing mikroalga sehingga tidak melebihi batas mineral kandungan minuman isotonik (1 liter terdapat natrium 2 % - 5 % dan magnesium 0,5 %. Diagram alir kultivasi dapat dilihat pada gambar 1.

Formulasi (Shirreffs 2003) dan Pembuatan Minuman Nutrisi Olahraga

Formulasi minuman olahraga mengacu Shirreffs (2003), minuman mengandung 60-79 gr karbohidrat dalam 200 ml air atau setara dengan 30-39,5 % kandungan karbohidrat dalam satu penyajian. Mikroalga Porphyridium cruentum

dan Spirulina platensis masing-masing mengandung karbohidrat 22-57 % dan 15-25 % dalam biomassa kering (Kusmiyati dan Agustini 2006).

Proses utama dalam pembuatan minuman mikroalga adalah pencampuran bahan yang meliputi biomassa basah mikroalga Spirulina platensis, Porphyridium cruentum, bahan pemanis (gula) hingga homogen dengan mengacu Hadi (2006). Teknik dasar pembuatan minuman adalah dengan mencampur biomassa basah mikroalga Spirulina platensis dan Porphyridium cruentum pada konsentrasi yang berbeda, ditambah dengan 9 %gula pasir sebagai pemanis dan sebagai penunjang kebutuhan karbohidrat yang diperlukan dalam minuman mengacu Stofan dan Muray (2001). Minuman dibuat dengan total volume 10 ml untuk mempermudah dalam formulasi. Jumlah mikroalga S.platensis dan mikroalga P. cruentum pada formulasi I sama besar yaitu 15 % pada 10 ml air atau 1,5 gram biomassa basah. Pada formulasi II dan III mikroalga yang di tambahkan 30 % atau 3 gram biomassa basah pada 10 ml air. Teknik pencampuran dilakukan dengan mengaduk biomassa mikroalga dan gula ke dalam air hingga gula larut dan homogen. Formulasi minuman dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Formulasi minuman olahraga dalam berbagai kombinasi (%)

Bahan Minuman Formula menjaga kesegaran mikroalga dan mencegah dari rekontaminasi (Hadi 2006). Murtini et al (2010) menyatakan bahwa suplemen Spirulina ini dapat dikonsumsi dalam dosis 15 g/hari, sedangkan Tiestze (2004) menyatakan bahwa Spirulina pasifica dapat dikonsumsi sampai dengan 10 g/hari.

Kandungan Komponen Nutrisi Minuman Olahraga

(16)

5 diacu Chrismadha 1993), Kandungan Mineral Na dan Mg dengan AAS (APHA 1998), dan Karbohidrat yang meliputi uji molisch, uji benedict, uji barfoed dan uji selliwanof (Lehninger 1982). Diagram alir formulasi minuman olahraga dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 1 Diagram alir proses kultivasi.

Spirulina platensis Porphyridium

cruentum

Kultivasi Media Walne Suhu 28-29 oC pH 9-10

Intensitas cahaya 5480 lux

Kultivasi Media Becker Suhu 27-28,5 oC pH 7,6

Intensitas cahaya 900-2000 lux

Perhitungan Jumlah Sel Menggunakan spektrofotometer UV (panjang gelombang 480 nm)

Perhitungan Jumlah Sel Menggunakan Haemositometer

Pemanenan Proses penyaringan

Pemanenan Proses pengendapan

Biomassa Spirulina platensis

Biomassa Porphyridium cruentum

(17)

6

Formulasi I : S. platensis 15 %

P.cruentum 15 % Bahan pemanis 9 % Air 100 %

- Analisis Asam Amino

- Analisis Profil Gula

Minuman Nutrisi Mikroalga Formulasi

Biomassa Spirulina platensis Biomassa Porphyridium cruentum

Gambar 2 Diagram alir formulasi minuman olahraga. Prosedur Analisis

Perhitungan Jumlah Sel (Hadioetomo 1993)

Proses perhitungan jumlah sel dengan metode hitung langsung, yakni: 1) Permukaan hitung hemasitometer dan kaca penutup dibersihkan dari sisa-sisa

minyak.

Formulasi II : S. platensis 30 %

P. cruentum 0 % Bahan pemanis 9 % Air 100 %

Formulasi III : S. platensis 0 %

(18)

7 2) Hemasitometer yang telah ditutup diletakkan pada permukaan hemasitometer. Suspensi biakan Porphyridium cruentum hasil pengambilan sampel dikocok, kemudian diambil dengan mikropipet sekitar 20 µL. Suspensi tersebut diteteskan pada tempat menaruh sampel yang terdapat pada hemasitometer hingga suspensi Porphyridium cruentum menyebar pada ruang hitung.

3) Hemasitometer diletakkan di atas pentas mikroskop. Jumlah sel yang terdapat dalam 80 kotak kecil yang terletak dalam bagian tengah yang berukuran 0,2 mm-2 (5 x 16 x 0,0025 mm2) dihitung dengan mikroskop pada pembesaran 400X. Perhitungan jumlah sel dilakukan sebanyak 3 kali ulangan.

Formulasi yang dipakai dalam menghitung kepadatan sel adalah :

Keterangan :

N = kepadatan sel (sel/mL)

N1 = jumlah sel dalam 80 kotak kecil ke-1 N2 = jumlah sel dalam 80 kotak kecil ke-2 1 mm = panjang hemasitometer dalam 80 kotak 0,2 mm = lebar hemasitometer dalam 80 kotak 0,1 mm = tinggi hemasitometer dalam 80 kotak

Hasil perhitungan diplotkan dalam suatu grafik hingga diperoleh kurva pertumbuhan dengan umur kultur (hari) sebagai sumbu x dan log kepadatan sel (sel/mL) sebagai sumbu y.

Analisis Kandungan Mineral Na dan Mg Menggunakan AAS (APHA 1998)

1 Analisis kandungan Na dan Mg diperlukan larutan standar yang diperoleh dengan cara membuat larutan mineral dengan konsentrasi tertentu kemudian sampel diemisikan pada alat AAS, dan nilai emisinya dideteksi pada masing-masing panjang gelombang (Na = 589,0 nm dan Mg = 766,5 nm) dengan alat AAS, dari data tersebut akan diperoleh persamaan garis lurus yang menunjukan hubungan konsentrasi dengan nilai emisi unsur pada kurva standar.

2 Sampel didekstruksi dengan HNO3 pekat dan HClO4 pada kondisi panas,

kemudian diukur nilai emisinya pada setiap unsur Na dan Mg dengan AAS. Kemudian dilakukan perhitungan dengan persamaan kurva standar sehingga akan diperoleh konsentrasi mineral dalam sampel.

Analisis Profil Gula (Lehninger 1982)

Membuat larutan standar konsentrasi 100 ppm dengan cara menimbang glukosa sebanyak 0,01 gram/100 mL kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur dan ditambahkan dengan aquades sampai 100 mL. Dihomogenkan dengan cara dikocok perlahan. Mencampur larutan standar dengan aquades hingga masing-masing konsentrasi yang diinginkan. Sebanyak 5% fenol dimasukkan ke dalam larutan yang telah dibuat dan ditambahkan 2,5 mL H2SO4 pekat ke dalam

(19)

8

Analisis Asam Amino

1 Pembuatan larutan asam amino

Pembuatan dilakukan dengan menimbang sejumlah sampel kemudian dimasukkan dalam labu takar kemudian diencerkan dengan aquabidestilata sampai volumenya 10 ml. Konsentrasi akhir dari asam amino asparagin 6,45 mg/ml, serin 4,6 mg/ml, histidin 4,44 mg/ml, arginin 10,6 mg/ml, lisin 25,6 mg/ml, metionin 1,5 mg/ml, valine 5,3 mg/ml, fenilalanin 2,7 mg/ml, dan leusin 5,4 mg/ml.

2 Pembuatan reagen OPA

Larutan ditimbang sebanyak 270,0 mg OPA ditambahkan 1,0 ml metanol, 200 μL merkapto propionic acid, vortex larutan, kemudian diencerkan dengan dapar borat pH 10,2 sampai volume 5 mL kemudian dipipet 1000 μl OPA-MPA tambahkan 1000 μl bufer borat pH 10,2 vortek selama 1 menit kemudian siap digunakan untuk reaksi derivatisasi

3 Pemilihan panjang gelombang deteksi pada daerah ultraviolet

Larutan baku induk masing-masing asam amino diencerkan dengan fase gerak kemudian dilakukan pembacaan spektrum absorbsi masing-masing senyawa pada rentang panjang gelombang 200-400 nm. Semua spektrum absorbsi asam amino ditampilkan secara tumpang tindih (overlay) sehingga dapat ditentukan panjang gelombang yang dapat digunakan untuk mendeteksi semua asam amino yang diuji.

4 Penentuan stabilitas intensitas fluorosensi hasil reaksi OPA/MPA dan OPA/ME Larutan OPA-MPA dan asam amino di pipet sebanyak 100 μL selanjutnya ditambahkan fase gerak sampai 2 mL kemudian diaduk menggunakan vorteks. Larutan dimasukkan ke kuvet dan dilakukan pengukuran spektrofluorometri pada panjang gelombang eksitasi 335 nm dan panjang gelombang emisi 450 nm kemudian rekam intensitas fluorosensi selama 30 menit.

Berdasarkan analisa didapatkan hasil Panjang gelombang maksimum eksitasi adalah 335 nm dan panjang gelombang emisinya 450 nm. Hasil reaksi OPA/MPA dengan asam amino memiliki intensitas fluorosensi yang tidak berbeda bermakna dengan hasil reaksi OPA/ME asam amino. Konsentrasi optimum yang digunakan untuk mendapatkan intesitas dan stabilitas yang baik dalam penelitian ini adalah konsentrasi 27 mg/ml.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan Sel Mikroalga Spirulina platensis dan Porphyridium cruentum

Pertumbuhan didefinisikan sebagai suatu peningkatan massa sel akibat sintesis makromolekul untuk menghasilkan struktur baru yang ditandai perubahan ukuran (Becker 1994). Pertumbuhan sel mikroalga ditandai dengan bertambah pekatnya warna hijau untuk Spirulina platensis dan warna merah untuk kultur

(20)

9 media, selain itu media juga berfungsi untuk membiakkan, mengasingkan, mengirimkan dan meyimpan mikroorganisme dalam waktu yang lama di laboratorium (Becker 1994).

Porphyridium cruentum tidak memiliki benang-benang filamen maka perhitungan sel dapat dihitung langsung dengan menggunakan haemositometer. Penentuan pola pertumbuhan Spirulina platensis dilakukan dengan menghitung kepadatan sel menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 480 nm. Nilai absorbansi diturunkan dengan pendekatan anti log (Ln) dan diplotkan pada grafik sehingga diperoleh kurva pertumbuhan (Tietze 2004). Kurva pertumbuhan

Spirulina platensis dan Porphyridium cruentum dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.

Gambar 3 Kurva pertumbuhan Spirulina platensis. (a) = fase lag (fase adaptasi); (b) = fase log (fase eksponensial); (c) = fase stasioner; (d) = fase kematian.

(21)

10

Fase lag ditandai dengan peningkatan populasi yang tidak terlalu nyata. Fase ini juga disebut dengan fase adaptasi karena sel mikroalga sedang beradaptasi terhadap media pertumbuhannya. Fase adaptasi pada Spirulina platensis terjadi pada hari ke-1 hingga hari ke-3, dengan log kepadatan selnya adalah -2,5 (sel/ml). Porphyridium cruentum mengalami fase adaptasi pada hari ke-1 dan hari ke-2 dengan jumlah log kepadatan selnya adalah 5,00 (sel/ml).

Fase eksponensial ditandakan dengan tingginya laju pertumbuhan. Fase eksponensial pada Spirulina platensis terjadi selama 7 hari yaitu pada hari ke-3 sampai hari ke-10 dengan log kepadatan jumlah sel dari -2,5 (sel/ml) hingga mencapai 2,0 (sel/ml), sedangkan Porphyridium cruentum mengalami fase eksponensial selama 5 hari yaitu pada hari ke-2 sampai dengan hari ke-7 dengan log kepadatan sel 5,30 (sel/ml) hingga mencapai jumlah log kepadatan sel 6,50 (sel/ml).

Fase pertumbuhan mikroalga selanjutnya yaitu fase stasioner dan kematian. Fase stasioner ditandai dengan pertambahan jumlah populasi yang seimbang dengan laju kematian, sehingga tidak ada penambahan populasi. Pertumbuhan sel yang baru juga dihambat dengan keberadaan sel yang telah mati dan faktor pembatas lainnya (Agustini 2010). Fase stasioner pada Spirulina platensis terjadi pada hari ke-10 hingga hari ke-14 dengan log kepadatan selnya yaitu 2,0 (sel/ml), sedangkan fase stasioner pada Porphyridium cruentum

berlangsung pada hari ke-7 hingga hari ke-8 dengan jumlah log kepadatan sel sebesar 6,50 (sel/ml). Fase kematian ditandai dengan penurunan produksi biomassa karena kematian dan sel lisis (Agustini 2010). Fase kematian pada

Spirulina platensis terjadi pada hari ke-14 sedangkan Porphyridium cruentum

mengalami fase kematian dimulai dari hari ke-8.

Berdasarkan Fogg (1975), pada fase eksponensial sel mikroalga melakukan pembelahan sel secara aktif dengan kecepatan maksimum dan konstan mengikuti kurva logaritmik. Hal ini didukung oleh ketersediaan nutrien dan lingkungan yang baik sehingga pertumbuhannya cukup optimal. Ciri metabolisme selama fase log adalah aktivitas fotosintesis yang tinggi untuk pembentukan protein dan komponen penyusun plasma sel yang dibutuhkan dalam pertumbuhan. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka proses pemanenan mikroalga dilakukan pada hari ke-7 untuk Spirulina platensis dan hari ke-5 untuk Porphyridium cruentum. Spirulina platensis tampak seperti benang tipis (filamen) yang berbentuk spiral bila dilihat di bawah mikroskop. Filamen ini merupakan koloni sel yang dapat bergerak. Benang filamen bersel banyak dengan ukuran panjang 200-300 dan lebar 5-70 mikron. Sel P. cruentum berbentuk bulat dengan diameter 4 - 9 μm. Struktur selnya terdiri dari sebuah nukleus (inti), kloroplas, badan golgi, mitokondria, lendir, pati dan vesikel. Setiap sel memiliki kloroplas dengan pirenoid di tengahnya (Fuentes et al. 2000).

Morfologi Spirulina platensis dan Porphyridium cruentum

Spirulina platensis merupakan mikroorganisme autrotrof berwarna hijau-kebiruan dengan sel berkolom membentuk filamen terpilin menyerupai spiral (helix), sehingga disebut alga biru-hijau berfilamen (cyanobacterium). Bentuk sel

(22)

11 Filamen Spirulina platensis berdiri sendiri dan dapat bergerak bebas. Morfplogi sel Spirulina platensis secara mikroskopis dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Morfologi sel Spirulina platensis secara mikroskopis.

Porphyridium cruentum adalah mikroalga merah bersel satu yang termasuk Kelas Rhodophyceae (alga merah), hidup bebas atau berkoloni yang terikat dalam mucilago. Senyawa mucilago dieksresikan secara berkelanjutan oleh sel untuk membentuk sebuah kapsul yang mengelilingi sel. Mucilago merupakan polisakarida sulfat yang bersifat larut dalam air (Borowitzka dan Borowitzka 1988). Porphyridium cruentum dapat membentuk lapisan kemerah-merahan.

Porphyridium cruentum bisa hidup soliter atau koloni menjadi bentuk yang tidak beraturan berupa lendir. Selnya tidak dilindungi dinding sehingga materi ekstraplasmanya tidak memiliki komponen rangka atau serat mikro. Beberapa sel memiliki bentuk amoeboid dan saling membantu dalam merespon phototaksis positif. Masing-masing sel memiliki kloroplas tunggal yang menonjol dan berbentuk bintang dengan daerah pyrenoid yang terpusat (Fuentes et al. 2000). Morfologi sel Porphyridium cruentum secara mikroskopis dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Morfologi sel Porphyridium cruentum secara mikroskopis. Kandungan Na dan Mg

Spirulina platensis dan Porphyridium cruentum yang telah melalui kultivasi hingga hari ke 7 dan ke 5 kemudian analisis kandungan Na dan Mg, hasilnya disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Kandungan Na dan Mg dari Spirulina platensis umur kultur 7 hari dan

Porphyridium cruentum umur kultur 5 hari(% w/w).

Mineral Mikroalga

Spirulina platensis Porphyridium cruentum

Magnesium (Mg) 0,10 ± 0,01 0,23 ± 0,01

(23)

12

Hamilton (2005) menyampaikan bahwa pada minuman olahraga sebanyak 1 liter terdapat natrium 2 - 5 % dan magnesium 0,5 %. Kandungan natrium dan magnesium S. platensis dan P. cruentum berada pada batas normal, sehingga tidak perlu dilakukan penyaringan untuk mengurangi kadar mineral yang dapat membahayakan bagi tubuh manusia. Batas maksimal kandungan natrium untuk pembuatan minuman menurut BSN (1998) yaitu 6 % w/w dan magnesium 0,5 % w/w.

Fungsi natrium bagi tubuh adalah untuk mencegah menurunnya kandungan cairan ekstraselulerakibat tekanan osmotik dalam cairan tubuh menurun. Para olahragawan yang sedang berlatih lebih cepat kehilangan cairan ekstraseluler dari dalam tubuhnya, maka dengan kandungan natrium pada minuman mikroalga akan menjaga cairan tersebut tetap seimbang di dalam tubuh. Namun, jika kadar natrium yang dikonsumsi melebihi batas normal maka tubuh mengaturnya dengan cara menambah jumlah cairan dalam darah untuk mengencerkan kelebihan natrium tersebut, akibatnya volume darah yang bersirkulasi dalam sistem sirkulasi bertambah jumlahnya, dan apabila jumlah ini melebihi volume tertentu maka tekanan di dalam sistem tersebut meningkat, dan orang yang mengalaminya dikatakan menderita penyakit darah tinggi (essential hypertension). Magnesium diperlukan untuk menjaga otot dan saraf agar berfungsi normal dan menjaga irama detak jantung. Magnesium membantu untuk mendukung sistem kekebalan tubuh dan menjaga tulang yang kuat. Magnesium juga membantu mengatur kadar gula darah, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah yang normal dan mendukung metabolisme energi dan protein sintesis. kandungan magnesium yang melebihi 0,5 % pada tubuh dapat menyebabkan diare sehingga dapat membuat badan menjadi lemas, muntah, tekanan darah rendah dan gangguan sistem syaraf (Hamilton 2005).

Bentuk Visual Minuman

Minuman mikroalga formulasi I dengan komposisi Spirulina platensis dan

Porphyridium cruentum dalam jumlah yang sama menghasilkan warna hijau pada hasil akhir minuman, hal ini karena morfologi Spirulina platensis berbentuk filamen yang berukuran besar sehingga lebih dominan bila dibandingkan dengan bentuk Porphyridium cruentum yang tidak memiliki filamen. Warna yang sama dihasilkan pada formulasi II yaitu warna hijau pada minuman, karena komposisi utama pada minuman ini adalah mikroalga Spirulina platensis. Formulasi III menghasilkan warna yang berbeda dibandingkan formulasi lainnya, yaitu warna merah sesuai dengan warna yang dihasilkan oleh Porphyridium cruentum. Warna hijau yang dihasilkan berasal dari kandungan klorofil yang terdapat pada

(24)

13

.

(1) Formulasi I (2) Formulasi II (3) Formulasi III Gambar 7 Bentuk visual minuman mikroalga.

Kandungan Nutrisi Minuman Olahraga

Kandungan Asam Amino

Jenis formulasi minuman mikroalga I (campuran antara Spirulina platensis

dan Porphyridium cruentum) terdapat kandungan asam amino yang terbanyak yaitu Glisin sebesar 1056,51 ppm dan jenis asam amino dengan kandungan terkecil terdapat pada Tyrosin sebesar 38,05 ppm.

Formulasi minuman mikroalga II (Spirulina platensis sebagai bahan utama) kandungan asam amino terbesar Lisin sebasar 275,91 ppm dan jenis asam amino dengan kandungan terkecil terdapat pada Tyrosin sebesar 15,90 ppm.

Formulasi III (Porphyridium cruentum sebagai bahan utama) memiliki kandungan jenis asam amino yang terbesar dan terkecil sama dengan formulasi I yaitu kandungan jenis asam amino terbesar terdapat pada Glisin sebesar 593,53 ppm dan jenis asam amino dengan kandungan terkecil terdapat pada Tyrosin sebesar 14,87 ppm. Kandungan asam amino pada tiap formulasi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Kandungan asam amino pada tiap formulasi (ppm).

(25)

14

Pada formulasi I dan III mengandung asam amino Glisin memiliki kandungan dalam jumlah terbesar. Glisin merupakan bagian penting dalam produksi glikogen yang kemudian disimpan di hati. Taurin adalah asam amino detoksifikasi yang memberikan efek seperti Glisin dalam menetralkan semua jenis toksin (xenobiotik) berbahaya. Glisin dapat mengikat dan menetralkan ksenobiotik (istilah umum untuk semua jenis toksin) (Del Coso 2008).

Pada formulasi I kandungan asam amino lisin sebesar 329,87 ppm dan kandungan asam amino metionin sebesar 268,91 ppm. Formulasi II memiliki kandungan lisin dan metionin masing-masing sebesar 275.91 ppm dan 207,25 ppm. Pada formulasi III pun memiliki kandungan lisin dan metionin sebesar 224,52 ppm dan 138.91 ppm. Kandungan lisin dan metionin terbesar terdapat pada minuman olahraga formulasi I. Lisin dan metionin merupakan senyawa yang penting dalam pembentukan karnitin. Karnitin yang disebut juga sebagai vitamin BT, adalah senyawa mirip vitamin dengan fungsi utama melindungi hati dari toksin, terutama alkohol. Karnitin diproduksi di liver dan ginjal dari sintesis asam amino lisin dan metionin dengan bantuan vitamin C, besi, niasin, dan vitamin B6 (Del Coso 2008). Kandungan metionin pada minuman mikroalga berperan pada proses metabolik dalam tubuh. Konsentrasi metabolik pada tubuh manusia tergantung dari asupan metionin yang memadai (Misurcova et al. 2014).

Glisin sebagai inhibitor neuro transmiter pada sistem saraf pusat dan merupakan asam amino penting yang diperlukan kelenjar prostat. Valin berfungsi menggantikan posisi asam glutamat, asam amino lain yang hidrofilik, pada hemoglobin. Leusin berperan dalam menjaga perombakan dan pembentukan protein otot. Isoleusin sebagai penyusun utama protein. Serin merupakan asam amino penyusun protein, Serina penting bagi metabolisme karena terlibat dalam biosintesis senyawa-senyawa purin dan pirimidin, sistein, triptofan (pada bakteria), dan sejumlah besar metabolit lain. Kehadiran enzim treonina-kinase dapat menyebabkan fosforilasi pada treonina, menghasilkan fosfotreonina, senyawa antara penting pada biosintesis metabolit sekunder. Asam aspartat merupakan asam amino penyusun protein sebagai pembangkit neuro transmiter di otak dan saraf otot. Asam glutamat asam amino penting yang diperlukan kelenjar prostat. Fenilalanin sebagai penghantar atau penyampai pesan (neuro transmitter) pada sistem saraf otak. Asam amino dalam jumlah yang cukup di dalam tubuh dapat mencegah terjadinya proses kanibalisasi pada jaringan otot, karena apabila asam amino tidak terpenuhi maka pada proses metabolisme tubuh akan berusaha mendapatkan asam amino ter sebut dari jaringan otot, hal ini akan berakibat pada timbulnya cedera (Kenfack et al. 2011).

Profil Gula

Jenis formulasi minuman olahraga I (campuran antara Spirulina platensis

(26)

15 memiliki nilai yang sangat kecil. Kandungan profil gula pada tiap formulasi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Kandungan profil gula pada tiap formulasi minuman mikroalga (% w/w).

Jenis Formulasi Fruktosa Glukosa Sukrosa

I

Formulasi III memiliki kandungan fruktosa dan fruktosa lebih tinggi dibandingkan dengan formulasi lainnya karena mikroalga Porphyridium cruentum

merupakan penghasil polisakarida ekstraseluler dalam jumlah yang besar. Sel pada mikroalga merah dibungkus oleh polisakarida sulfat dalam bentuk gel.

Aktivitas olahraga yang keras, dibutuhkan 3-4 gram glikogen per menit. Minuman mikroalga hanya memberikan 0,33 % dari jumlah glikogen yang dibutuhkan oleh tubuh setiap menitnya, karena kandungan glukosa pada minuman mikroalga sebesar < 0,01 gram. Kandungan sukrosa yang lebih besar dapat membantu meningkatkan kadar glukosa dalam tubuh karena sukrosa merupakan disakarida yang akan dipecah menjadi glukosa dan fruktosa. Fruktosa dapat membantu menjaga kestabilan energi di dalam tubuh karena proses penyerapan fruktosa membutuhkan waktu yang lama (Stofan dan Murray 2001).

Pembandingan Minuman Mikroalga dengan Minuman Komersial

Perbandingan antara minuman mikroalga dengan minuman komersial lainnya (Stofan dan Murray 2001) dan berdasarkan standardisasi minuman (Maughan dan Ronald, 2001; Hamilton 2005) dapat dilihat pada Tabel 6 bahwa kandungan natrium pada minuman mikroalga cukup tinggi. Kedua kandungan nutrisi tersebut masih berada pada standar minuman berenergi yang telah ditetapkan. Minuman mikroalga memiliki keunggulan lain yaitu terletak pada kandungan protein yang terdapat di dalamnya sedangkan pada minuman olahraga jenis lainnya tidak terdapat kandungan protein, dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Profil komposisi perbandingan antara minuman mikroalga dengan minuman berenergi komersial lainnya

Merk Minuman Natrium

(27)

16

Keunggulan kandungan protein yang terdapat pada minuman mikroalga dapat menjadikan minuman mikroalga sebagai pelengkap nutrisi bagi para atlet. Kebutuhan protein bagi para atlet lebih besar jumlahnya dibandingkan dengan kebutuhan protein orang yang tidak memiliki aktivitas terlalu tinggi. Protein yang tidak tercukupi dari asupan makanan dapat dilengkapi dengan mengkonsumsi minuman mikroalga ini. Selain itu juga minuman mikroalga mengandung sukrosa, fruktosa dan glukosa yang tinggi sehingga dapat memberikan energi dan menjaga stamina agar lebih stabil. Minuman mikroalga ini pun telah sesuai dengan standardisasi minuman berenergi menurut SNI 01-4452-1998 dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Spesifikasi persyaratan mutu minuman berenergi SNI 01-4452-1998

No. Jenis uji Satuan Standardisasi

1

Mikroalga Spirulina platensis dan Porphyridium cruentum yang dipanen pada hari ke-7 pada Spirulina platensis dan hari ke-5 pada Porphyridium cruentum dapat memberikan komponen aktif pada minuman nutrisi mikroalga berupa kandungan protein, asam amino dan karbohidrat. Formula terbaik adalah minuman yang terbuat dari campuran Spirulina platensis dan Porphyridium cruentum dalam jumlah yang sama. Kandungan Na dan Mg yaitu sebesar 1,95 % w/w dan 0,23 % w/w, sesuai dengan standar minuman. Asam amino dengan jumlah terbesar (4493,52 ppm) adalah glisin. Keunggulan minuman mikroalga dapat menjadi pelengkap nutrisi bagi para atlet

(28)

17 Saran

Formulasi yang telah dihasilkan dapat digunakan sebagai minuman pelengkap nutrisi bagi atlet. Pengembangan minuman sebaiknya dilakukan pada bahan-bahan pelengkap atau komposisi lain penyusun minuman sehingga didapatkan minuman dengan kandungan nutrisi yang lengkap. Penelitian lanjutan mengenai teknologi proses, keamanan pangan, pengemasan dan masa simpan pada minuman mikroalga ini perlu dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Agustini NWS. 2010. Aktivitas Antioksidan dan Uji Toksisitas Hayati Pigmen Fikobiliprotein dari Ekstrak Spirulina platensis. Seminar Nasional IX Pendidikan Biologi FKIP UNS

Antoine FR, Wei CI, Little RC, Marshall MR. (1999). HPLC method for analysis of free amino acids in fish using o-phethaldialdehyde precollumn derivatization. Journal of Agriculture Food Chemistry 47:5100-5107.

Becker EW. 1994. Microalgae Biotechnology and microbiology. USA: Cambridge University Press.

[BSN] Badan Standar Nasional. 1998. Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-4452-1998. Minuman Isotonik. BSN.

Campbell C, Prince D, Braun M, Applegate E, Casazza GA. 2007. Carbohydrate-supplement form and exercise performance. Journal Sport Nutrition Exercise Metabiologi 18(2):179-90.

Colombani P, Wenk C, Kunz I, Krähenbühl S, Kuhnt M, Arnold M, Frey-Rindova P, Frey W, Langhans W. 1996. Effects of L-carnitine supplementation on physical performance and energy metabolism of endurance-trained athletes: a double-blind crossover field study. European Journal of Applied Physiology and Occupational Physiology 73 (5) : 434-439.

Cooke M, Iosia M, Buford T, Shelmadine B,Hudson G, Kerksick C, Rasmussen C,Greenwood M, Leutholtz B, Willoughby D, Kreider R. 2008. Effects of acute and 14-day coenzyme Q10 supplementation on exercise performance in both trained and untrained individuals. Journal of the International Society of Sports Nutrition5(8) : 1-14.

Coyle EF. 2004. Fluid and fuel intake during exercise. Journal Sport Science 22: 39-55.

Diharmi A. 2001. Pengaruh pencahayaan terhadap kandungan pigmen bioktif mikroalga Spirulina platensis strain local (INK). [tesis]. Bogor. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

Del Coso JD, Estevez E, Baquero RA, Mora-Rodriguez R. 2008. Anaerobic performance when rehydrating with water or commercially available sports drinks during prolonged exercise in the heat. Journal Physiology Nutrition

(29)

18

Fogg GE, Thake B. 1987. Algae Culture and Phytoplankton Ecology. Second edition. The University of Winconsin Press. Gad 1989.

Folin O, Ciocalteu V. 1944. On tyrosine and tryptophane determinations in proteins. Journal Biochemical. 73 : 627-650

Fuentes MMR., Fernandez GGA, Pearez JAS, Guerrero JLG. 2000. Biomass nutrient profiles of the microalga Porphyridium. Journal Food Chemistry 70: 345-353

Hadioetomo RS. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum.

Hamilton KL, Coombes JS. 2005. The Effectiveness of Commercially Available Sports Drinks. Sports Med. 29(3) : 181-209

Hoffman JR, Kang J, Ratamess NA, Hoffman MW, Tranchina CP, Faigenbaum AD. 2009. Examination of a pre-exercise, high energy supplement on exercise performance. Journal of the International Society of Sports Nutrition

6 (2) : 1-8.

Kalman DS, Campbell B. 2004. Sports nutrition: what the future may bring.

Sports Nutrition Review Journal 1(1):61-66.

Kenfack MA, Dikosso SE, Loni EG, Onana EA, Sobngwi E, Gbaguidi E. 2011. Potential of Spirulina platensis as a nutritional supplement in Malnourished HIV Infected Adults in Sub-Saharan Africa: A Randomised, Single-Blind Study. Nutrition and Metabolic Insights 4: 29–37.

Kerksick C, Harvey T, Stout J, Campbell B,Wilborn C, Kreider R, Kalman D, Ziegenfuss T, Lopez H, Landis J, Ivy JL, Antonio J. 2008. International Society of Sports Nutrition position stand: Nutrient timing. Journal of the International Society of Sports Nutrition 5 (17) : 1-12.

Kreider RB, Wilborn CD, Taylor L, Campbell B, Almada AL, Collins R, Cooke M, Earnest CP, Greenwood M, Kalman DS, Kerksick CM, Kleiner SM, Leutholtz B, Lopez H, Lowery LM, Mendel R, Smith A, Spano M, Wildman R, Willoughby DS, Ziegenfuss TN, Antonio J. 2010. ISSN exercise & sport nutrition review: research and recommendations. Journal of the International Society of Sports Nutrition 7 (7) : 1-43.

Kusmiyati, Agustini NW. 2006. Uji aktivitas senyawa antibakteri dari mikroalga

Porphyridium cruentum. Journal Biodiversitas 8 (1) : 48-53

Lordan S, Ross RP, Stanton C. 2011. Marine bioactives as functional food ingredients: potential to reduce the incidence of chronic diseases. Marine Drugs 9 (6) : 1056-1100.

(30)

19 Murtini JT, Triwibowo R, Indriati N, Ariyani F. 2010. Uji Toksisitas Sub Kronik

Spirulina platensis Secara In-Vivo. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan 5 (2)

Ohtani M, SugitaM, Maruyama K. 2006. Amino Acid Mixture Improves Training Efficiency in Athletes. Journal of Nutrition136 ( 2) :538S-543S

Pamungkas E. 2005. Pengolahan Limbah Cair PT. Pupuk Kujang dengan

Spirulina sp. pada Reaktor Curah (batch). [skripsi]. Bogor: Departemen Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Plaza M, Herrero M, Cifuentes A, Iba E. 2009. Innovative Natural Functional Ingredients from Microalgae. Journal of Agricultural and Food Chemistry 57 (16) : 7159–7170 Pollard JM, Rice CA, Anding J. 2006. Energy & Sports

Drinks. Health Hints 10 (2):1-8

Priyadarshani I, Rath B. 2012. Commercial and industrial applications of micro algae– A review. Journal Algal Biomass Utln 3(4): 89–100

Richmond A. 1988. Spirulina. Di dalam: Borowitzka MA, Borowitzka LJ, editor.

Microalgae Biotechnology. Cambridge. 47 (6): 85-121.

Stofan J, Murray R. 2001 Formulating Carbohydrate-Electrolyte Drinks for Optimal Efficacy. Di dalam. Maughan J R, Murray R (editor). Sport drink. CRC Press. Boca Raton-London-New York-Washington D C.

Sun D. 2011. The development of fruit-based functional foods targeting the health and wellness market: a review. International Journal of Food Science & Technology 46 (5) : 899–920.

Tietze H W. 2004. Spirulina Micro Food Macro Blessing. Ed ke-4. Australia: Harald W. Tietze Publishing.

Tipton KD, Wolfe RR. 2004. Protein and amino acids for athletes. Journal of Sports Sciences 22 (1) : 65–79

Vonshak A.1985. Spirulina platensis (Arthrospira): physiology, cell-biology and biotechnology. Taylor and Francis.9 (3): 234.

Wibowo L, Fitriyani E. 2012. Pengolahan Rumput Laut (Eucheuma cottoni) Menjadi Serbuk Minuman Instan. Journal Vokasi 8 (2) : 101-109

(31)

20

(32)

21 Lampiran 1 Bahan-bahan yang digunakan pada Media Walne

Bahan Ukuran dalam

Lampiran 2 Bahan-bahan yang digunakan pada Media Becker

Bahan Ukuran dalam

Campuran larutan besi (III) klorida Etilen diamin tetra asetat (EDTA)

(33)

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis memiliki nama lengkap Steffi Wahjudin, dilahirkan di Karawang pada tanggal 12 November 1989. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Ir. Moh. Wahjudin dan Ibu Handayani. Penulis mengawali pendidikan formal tahun 1993 di TK Sang Hyang Seri, tahun 1995 melanjutkan ke SDN Sukamandi 2, kemudian pada tahun 2001 melanjutkan pendidikan ke SLTPN 1 Ciasem dan tahun 2004 ke SMAN 1 Ciasem. Pada tahun 2007, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam organisasi, diantaranya: Himpunan Mahasiswa Hasil Perairan sebagai staf divisi Pengembangan Sumberdaya Manusia periode (2008-2009). Penulis juga aktif dalam kegiatan kepanitiaan kegiatan kemahasiswaan antara lain, panitia Gemar Makan Ikan (GMI) tahun 2007, panitia seminar dan pelatihan ISO 22000 tahun 2010, panitia pelatihan HACCP tahun 2011 dan kegiatan lainnya. Penulis juga pernah tercatat sebagai asisten mata kuliah Iktiologi tahun 2009, Hasil Samping dan Limbah Hasil Perairan, dan Diiversifikasi Produk Hasil Perairan tahun 2010.

Penulis juga aktif mengikuti penulisan karya ilmiah dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), yaitu Inovasi Bisnis Baru Analog Breaded Product dengan Teknologi Meat Imitation Berbasis Surimi (PKM Kewirausahaan 2011), Inovasi Baru Endurance Sport Nutrition Product untuk Kompetisi Olahraga Tingkat Tinggi dengan Profil Konsentrasi Aktif Mikroalga Laut Tropis (PKM Penelitian 2012).Untuk menyelesaikan tugas akhir penulis melakukan penelitian yang dituangkan dalam skripsi berjudul “Formulasi Minuman Nutrisi Olahraga yang Berbasis Pada Mikroalga Spirulina platensis dan Porphyridium cruentum” di bawah bimbingan Bambang Riyanto, S.Pi, M. Si dan Ir. Iriani

Gambar

Gambar 1 Diagram alir proses kultivasi.
Gambar 2  Diagram alir formulasi minuman olahraga.
grafik sehingga diperoleh kurva pertumbuhan (Tietze 2004). Kurva pertumbuhan
Gambar 7  Bentuk visual minuman mikroalga.
+2

Referensi

Dokumen terkait