• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Peningkatan Kinerja Nelayan dalam Rantai Pasok Produk Ikan Layur melalui Pengembangan Modal Insani di Pelabuhanratu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Peningkatan Kinerja Nelayan dalam Rantai Pasok Produk Ikan Layur melalui Pengembangan Modal Insani di Pelabuhanratu"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENINGKATAN KINERJA NELAYAN DALAM

RANTAI PASOK PRODUK IKAN LAYUR MELALUI

PENGEMBANGAN MODAL INSANI DI PELABUHANRATU

HERLINA RETNOWATI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI THESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa Thesis berjudul Peningkatan Kinerja Nelayan dalam Rantai Pasok Ikan Layur melalui Pengembangan Modal Insani di Pelabuhanratu adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir thesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

RINGKASAN

HERLINA RETNOWATI. Peningkatan Kinerja Nelayan dalam Rantai Pasok Ikan Layur (Trichiurus Spp.) melalui Pengembangan Modal Insani di Pelabuhanratu. Dibimbing oleh ANGGRAINI SUKMAWATI dan TRI WIJI NURANI.

Kinerja nelayan di Pelabuhanratu diharapkan dapat meningkat seiring dengan peningkatan kesejahteraan nelayan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh strategi yang sesuai bagi nelayan didalam peningkatan kinerjanya. Peningkatan kinerja nelayan ikan layur di Pelabuhanratu memiliki kompleksitas masalah yang saling berkaitan antara kinerja, rantai pasok dan modal insani. Hal ini memerlukan suatu tindakan nyata yang mampu menyelesaikan masalah tersebut, baik dalam pengelolaannya, kelestarian alamnya, sarana dan prasarananya sampai dengan kebijakan perikanannya.

Pelabuhanratu memiliki potensi yang cukup baik dalam menghasilkan ikan layur untuk memenuhi kecukupan konsumsi masyarakat sekitar dan kebutuhan akan ekspor, untuk itu diperlukan kinerja SDM yang baik dengan kompetensi yang mencukupi. Peningkatan kinerja nelayan diharapkan dapat tumbuh dan berkembang melalui pengembangan modal insani dalam rantai pasok ikan layur. Modal insani disini adalah keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan yang dapat mendukung nelayan didalam pemberdayaannya.

Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi akar penyebab masalah terjadinya penurunan kinerja nelayan ekspor ikan layur. Wawancara mendalam yang dilakukan terhadap nelayan, kelompok dan pihak-pihak terkait merupakan salah satu cara dalam mengidentifikasi masalah apa saja yang ada di nelayan ikan layur. Identifikasi permasalahan penurunan kinerja ekspor ini dalam pembahasannya menggunakan metode analisis diagram tulang ikan (fishbone). Perumusan strategi peningkatan kinerja nelayan menggunakan metode analisys hierarchy process (AHP).

Hasil identifikasi masalah di dalam penurunan kinerja nelayan ekspor ikan layur didapat bahwa akar penyebab masalah (1) SDM nelayan adalah masalah etos kerja dan kompetensi dalam keterampilannya; (2) Metode terkait masalah proses kebijakan dan masalah pelatihan. Hasil perumusan strategi didapat bahwa penambahan pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan nelayan adalah salah satu cara untuk menambah kompetensi nelayan sehingga nelayan di harapkan dapat meningkat kinerjanya.

(5)

SUMMARY

HERLINA RETNOWATI. Improving fishermen performance strategy in supply ribbon fish product through development of human resources in Pelabuhanratu. Supervised by ANGGRAINI SUKMAWATI and TRI WIJI NURANI

Fishermen performance in Pelabuhan Ratu are expected to be increased as the increase in the welfare of fishermen. The purpose of this study is to obtain an appropriate strategy for the fishermen in the improvement of its performance. The improvement layur fishermen performance in Pelabuhan Ratu have complexity problems which are interrelated between performance, supply chain and human capital. This problems require the real action that is able to resolve the problems, both in its management, the preservation of natural, facilities and infrastructure to fisheries policy.

Pelabuhanratu has good potential in Layur fish to fulfill the consumption surrounding communities and the need for export,human resources with suefficient competence are needed for this problems. The improvement fishermen performance is expected can grow and develop through the development of human capital in the supply chain Layur fish. Here is the human capital skills, knowledge, and capabilities that can support the fishermen in their empowerment. This study aims to identify the root cause of the degradation fishermen performance in exporting fish. With depth interviews were conducted on fishermen, groups and stakeholders is one way of identifying any problems that exist in Layur fishermen. Identification the degradation fishermen performance in this study is using fishbone chart alnalysis method. The formulation of strategies for improving the fishermen performance is using analysis hierarchy process (AHP).

The results of the identification problem in the degradation layur fishermen of exporting fish is found that the root cause of the problem (1) Fishermen human resources are a matter of work ethic and competence in skills; (2) Method of the process of policy-related issues and problems training. The strategy results are obtained that the addition of training which is adjusted to the fishermen needs is one way to increase the competence of fishermen so fishermen are expected to increase their performance.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Manajemen

STRATEGI PENINGKATAN KINERJA NELAYAN DALAM

RANTAI PASOK PRODUK IKAN LAYUR MELALUI

PENGEMBANGAN MODAL INSANI DI PELABUHANRATU

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(8)
(9)

Judul Tesis : Strategi Peningkatan Kinerja Nelayan dalam Rantai Pasok Produk Ikan Layur melalui Pengembangan Modal Insani di Pelabuhanratu Nama : Herlina Retnowati

NIM : H251120031

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Anggraini Sukmawati, MM Ketua

Dr Ir Tri Wiji Nurani, MSi Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Ilmu Manajemen

Dr.Ir.Abdul Kohar Irwanto, M.Sc

a.n. Dekan Sekolah Pascasarjana Sekretaris Program Magister

Prof.Dr.Ir. Nahrowi, M.Sc

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian lapang yang mulai dilaksanakan sejak bulan Februari sampai Mei 2014 ini ialah kinerja nelayan, dengan judul Strategi Peningkatan Kinerja Nelayan dalam Rantai Pasok Produk Ikan Layur melalui Pengembangan Modal Insani di Pelabuhanratu.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Anggraini Sukmawati, MM dan Ibu Dr.Ir. Tri Wiji Nurani, M.Si selaku pembimbing, yang telah membimbing dan banyak memberi saran dan masukan. Bapak Dr.Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc selaku penguji luar komisi dan Bapak Dr.Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc selaku Ketua Program Studi MAN yang telah banyak memberikan saran dan masukan. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Dedah Herlina selaku Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Pelabuhanratu, Bapak Rustandi selaku Kepala Pelabuhan Perikanan Pelabuhanratu, Bapak Agus HRD PT AGB Pelabuhanratu, Bapak Pendamping penyuluh, Ibu Diniah dari Akademisi beserta seluruh nelayan dan ketua kelompok layur, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orangtua, suami, serta anak, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 4

2 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4

Nelayan 4

Rantai Pasok Ikan Layur 5

Modal Insani 5

Produk Ikan Layur 6

3 METODE 6

Kerangka Pemikiran 7

4 IDENTIFIKASI MASALAH TURUNNYA KINERJA NELAYAN SERTA

FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDORONG 10

Pendahuluan 10

Metode 11

Hasil Pembahasan 12

Kesimpulan 12

5 STRATEGI PENINGKATAN KINERJA NELAYAN 16

Pendahuluan 16

Metode 16

Hasil Pembahasan

Kesimpulan 28

6 PEMBAHASAN UMUM 29

7 SIMPULAN DAN SARAN 31

DAFTAR PUSTAKA 32

(12)

DAFTAR TABEL

1. Aktor yang paling dominan dalam penentuan strategi peningkatan

kinerja nelayan 20

2. Faktor yang paling dominan dalam penentuan strategi peningkatan

kinerja nelayan 24

3. Prioritas Lokal dengan memperhatikan sub kriteria pengetahuan 24 4. Prioritas Lokal dengan memperhatikan sub kriteria kompetensi 25 5. Prioritas Lokal dengan memperhatikan sub kriteria keterampilan 25 6. Prioritas Lokal dengan memperhatikan sub kriteria produktivitas 26

7. Prioritas Lokal dengan memperhatikan sub kriteria profitabilitas 26

8. Prioritas Lokal dengan memperhatikan sub kriteria inovasi manajemen 26

9. Prioritas Lokal dengan memperhatikan sub kriteria inovasi perencanaan 27

10. Prioritas Lokal dengan memperhatikan sub kriteria inovasi proses 27

11. Prioritas Lokal dengan memperhatikan sub kriteria pengelolaan 28

12. Prioritas Lokal dengan memperhatikan sub kriteria penyimpanan 28

13. Prioritas Lokal dengan memperhatikan sub kriteria penangkapan 28

14. Prioritas global dalam upaya peningkatan kinerja nelayan pelabuhanratu 29

DAFTAR GAMBAR

1 Produksi Ikan Layur selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir 1 2 Data Ekspor Ikan Layur Pelabuhanratu selama 5 (lima) tahun terakhir 2

3 Pancing ulur 4

4 Rantai pasok Ikan Layur hingga sampai ke konsumen 5

5 Produk Ikan layur 6

6 Peta lokasi Penelitian (wordpress.com, 2013) 7

7 Kerangka Pemikiran Penelitian 9

8 Identifikasi Masalah Rendahnya Kinerja Nelayan 13 9 Model distribusi produk ikan layur di Pelabuhanratu 18 10 Identifikasi Masalah Turunnya Ekspor Ikan Layur 19 11 Bagan Struktur Peningkatan Kinerja Nelayan dalam Rantai Pasok

Ikan layur Melalui Pengembangan Modal Insani 28

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data produksi ikan layur selama 5 tahun 35

2 Hasil AHP berdasarkan actor Kepala Dinas Kelauatan dan Perikanan 36 3 Hasil AHP berdasarkanaktorKepalaPelabuhanPerikanan 38 4 Hasil AHP berdasarkan aktor KepalaPelabuhan akademisi 39 5 Hasil AHP berdasarkanaktorpengusahaikanlayur (PT AGB) 40

6 Hasil AHP berdasarkan actor penyuluh 41

(13)
(14)
(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peningkatan kinerja nelayan ikan layur di Pelabuhanratu memiliki kompleksitas masalah yang saling berkaitan antara rantai pasok, kinerja dan modal insani, sehingga diperlukan suatu tindakan nyata yang mampu menyelesaikan masalah tersebut. Menurut Solihin (2003) turunnya potensi sumberdaya ikan akibat pengelolaan yang tidak memperhatikan kelestarian, belum memadainya sarana dan prasarana sampai dengan kebijakan perikanan yang masih belum mampu meningkatkan taraf kesejahteraan nelayan secara umum dan semua ini merupakan berbagai permasalahan yang ada di nelayan.

Produksi ikan layur Pelabuhanratu selama kurun waktu lima tahun terakhir menunjukan hasil yang fluktuatif disetiap triwulannya hal ini terlihat dari grafik yang ditunjukan melalui Gambar 1. (Lampiran 1)

Gambar 1 Produksi ikan layur selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir (PT AGB Pelabuhanratu)

Namun secara umum produksi ikan layur per triwulan menunjukan trend yang stabil dengan rata-rata produksi 120.486 kg per tahun (PT AGB Pelabuhanratu, 2014). Produk ikan layur yang dihasilkan memiliki karakteristik mudah busuk, volumenya besar tapi ringan dan bersifat musiman, sehingga untuk sampai ke konsumen diperlukan suatu sistem manajemen rantai pasok yang baik dan memadai. Menurut Marimin (2010) manajemen rantai pasok (supply chain management) adalah proses produksi secara keseluruhan dari kegiatan pengolahan, distribusi pemasaran, hingga produk yang diinginkan sampai ke tangan konsumen, dimana manajemen rantai pasok merupakan satu kesatuan sistem pemasaran terpadu, yang mencakup keterpaduan produk dan pelaku, guna memberikan kepuasan pada pelanggan.

Dalam mengelola manajemen rantai pasok diperlukan teknologi dan kapabilitas SDM yang memadai baik dari keterampilan, pengetahuan dan kemampuan. Permasalahan utama saat ini adalah nelayan ikan layur belum paham benar bagaimana menangani ikan layur dengan baik, agar ikan tetap segar dan mutu ikan tetap terjaga. Keunggulan komparatif yang dimiliki Pelabuhanratu

(16)

2

dalam memenuhi konsumsi akan produk ikan layur merupakan nilai tambah bagi organisasi sehingga diperlukan sistem manajemen sumberdaya yang terintegrasi. Menurut Baron & Michael (2013) manusia sebagai modal insani dapat termotivasi untuk dapat berkinerja dengan lebih baik sesuai dengan pengetahuan, keterampilan dan kompetensi yang dimilikinya.

Ikan layur ( Trichiurus Spp.) merupakan salah satu ikan komersial penting, menurut Rosenberg (1991) permintaan ikan layur untuk tujuan ekspor cenderung meningkat terutama dari beberapa negara Asia khususnya Cina, Jepang, Taiwan dan Korea. Menurut Ozawa (1995) komoditi perikanan yang potensial dan prospek ekonomi tinggi, serta mulai diperhitungkan sebagai komoditi ekspor. Tahun 2013 produksi ikan layur Pelabuhanratu sudah mulai menurun didalam memenuhi kecukupan konsumsi masyarakat sekitar dan kebutuhan akan ekspor (Data PT AGB Pelabuhanratu). Data ekspor ikan layur Pelabuhanratu selama kurun waktu 5 (lima) tahun (Lampiran 2) tersaji dalam Gambar 2.

Gambar 2 Data ekspor ikan layur Pelabuhanratu selama 5 (lima) tahun terakhir (PT AGB Pelabuhanratu)

Berdasarkan Gambar 2 menunjukan bahwa produksi ekspor ikan layur per triwulan pada umumnya trendnya menunjukan penurunan, dimana penurunannya per tahun sekitar 15.2 %, sehingga perlu adanya peningkatan kompetensi nelayan dalam penanganan ikan layur untuk dapat memenuhi standar ekspor yang diperlukan. Peran pemerintah sangat diperlukan dalam kebijakan program khususnya terkait pelestarian sumberdaya.

Kinerja nelayan dapat meningkat apabila mendapat dukungan dari pemerintah didalam pemberdayaan masyarakatnya, sehingga diharapkan dengan meningkatnya kinerja nelayan, maka kesejahteraan nelayanpun akan meningkat pula. Kinerja adalah bagaimana melakukan, menjalankan dan melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab yang diharapkan oleh organisasi. Menurut Bacal (2002) manajemen kinerja adalah proses komunikasi yang berlangsung terus menerus, yang dilaksanakan berdasarkan kemitraan antara seorang karyawan dengan pengawas langsungnya.

Gambaran umum yang terjadi dilapangan terkait masalah kompetensi nelayan yang didalamnya terkandung unsur keterampilan, kemampuan dan

(17)

3 pengetahuan yang di miliki oleh nelayan adalah merupakan suatu pembelajaran yang sudah turun menurun, akan tetapi nelayan masih perlu suatu pembelajaran lain guna meningkatkan kapabilitas nelayan dalam kinerjanya.

Berdasarkan latar belakang tersebut dan dari hasil observasi, maka penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian terhadap nelayan ikan layur dengan pertimbangan bahwa nelayan ikan layur adalah nelayan tradisional. Pemberdayaan nelayan perlu ditingkatkan dalam penangkapan dan pengelolaannya. Dalam rangka meningkatkan kinerja nelayan maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Strategi Peningkatan Kinerja Nelayan dalam Rantai Pasok Produk Ikan Layur melalui pengembangan modal insani di Pelabuhanratu.

Perumusan Masalah

Pelabuhanratu memiliki potensi ikan layur yang potensial untuk memenuhi kecukupan konsumsi masyarakat sekitar dan kebutuhan akan ekspor. Kondisi saat ini produksi ikan layur Pelabuhanratu mulai menurun, sehingga diperlukan kinerja SDM yang baik dengan kompetensi yang mencukupi serta adanya keterlibatan peran dari pemerintah. Peningkatan kinerja nelayan diharapkan dapat tumbuh dan berkembang melalui pengembangan modal insani dalam rantai pasok produk perikanan. Modal insani disini adalah keterampilan, pengetahuan dan kompetensi yang dapat mendukung nelayan dalam pemberdayaannya.

Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang akan diteliti :

1. Faktor apa saja dalam penurunan kinerja nelayan ekspor ikan layur dalam rantai pasok produk ikan layur melalui pengembangan modal insani di Pelabuhanratu serta faktor apa yang menjadi pendorong dan penghambatnya 2. Strategi apa yang sebaiknya dilakukan untuk dapat meningkatkan penguatan

kapabilitas kinerja nelayan dalam rantai pasok ikan layur.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi dan menganalisis kendala, faktor penghambat dan pendorong dalam peningkatan kinerja nelayan ekspor ikan layur dalam rantai pasok produk ikan layur melalui pengembangan modal insani di Pelabuhanratu 2. Merumuskan dan menganalisis strategi peningkatan kinerja nelayan dalam

rantai pasok produk ikan layur melalui pengembangan modal insani di Pelabuhanratu.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diharapkan :

1. Bagi pemerintah Pelabuhanratu dapat menjadi bahan pertimbangan evaluasi dalam strategi pengembangan modal insani dalam meningkatkan kinerja nelayan dalam rantai pasok produk perikanan

(18)

4

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada :

1. Menemukan strategi pengembangan modal insani yang cocok bagi upaya peningkatan kinerja nelayan dalam rantai pasok produk perikanan

2. Lokasi yang dipilih di Pelabuhanratu

3. Penelitian diawali dengan survei lapang dengan responden nelayan, perantara dan semua aktor yang terlibat dalam rantai pasok tersebut untuk identifikasi. Kemudian penelitian dilanjutkan dengan survei pakar yang merupakan wawancara kepada para pengambil kebijakan terkait dengan rantai pasok produk komoditi perikanan dalam rangka perencanaan strategi

4. Penelitian lebih difokuskan pada nelayan tradisional ikan layur dalam peningkatan pemberdayaan masyarakat nelayannya.

2

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Nelayan

Nelayan adalah orang yang segala aktivitasnya berkaitan dengan lingkungan laut dan pesisir dan menjadikan perikanan sebagai mata pencaharian mereka untuk kehidupan sehari-harinya dan biasanya mereka bermukim di daerah pinggir pantai atau pesisir laut. Komunitas nelayan sendiri adalah sekelompok orang yang bermata pencaharian hasil laut dan tinggal didesa-desa atau pesisir (Sastrawidjaya, 2002). Tingkat kehidupan rata-rata nelayan pada umumnya masih dibawah garis kemiskinan dengan tingkat pendidikan rata-rata Sekolah Dasar (SD) 73.28 %, SMP 22 % dan SMA 4.72 % (data lampiran 2). Melihat dari pekerjaan nelayan yang lebih menggunakan otot dan pengalaman, pendidikan menjadi hal yang kurang penting tetapi justru yang menjadi penting adalah kompetensi yang didalamnya terkandung kemampuan, pengetahuan dan keterampilan.

Keterampilan yang dimiliki oleh nelayan pada umumnya diperoleh dari proses pembelajaran yang turun menurun yang diturunkan oleh orangtuanya yang berprofesi sebagai nelayan bukan dipelajari secara professional. Nelayan ikan layur adalah nelayan tradisional yang menggunakan alat tangkap sederhana dengan pancing ulur dan dengan perahu motor kecil. Pancing ulur merupakan salah satu jenis pancing yang terdiri dari gulungan benang, benang pancing, pemberat, dan mata pancing. Pancing ulur banyak digunakan oleh nelayan kecil karena mudah dioperasikan dan relatif murah.

(19)

5 Pada umumnya nelayan ikan layur adalah nelayan yang memang khusus menangkap layur, karena diperlukan suatu keterampilan khusus dalam menggunakan pancing ulur dan tidak semua nelayan mampu melakukannya. Nelayan yang sudah mahir dalam menangkap layur biasanya dalam satu kali tarikan mampu menangkap hingga 10 (sepuluh) ekor.

Rantai Pasok Ikan Layur

Rantai pasok ikan layur di Pelabuhanratu terdiri atas 3 rantai pasok, yaitu : (1) Nelayan, Ketua Kelompok, Pengusaha, Konsumen (2) Nelayan, Pengusaha, Konsumen (3) Nelayan, Konsumen lokal. Manajemen rantai pasok (supply chain management) adalah proses produksi secara keseluruhan dari kegiatan pengolahan, distribusi pemasaran, hingga produk yang diinginkan sampai ke tangan konsumen, dimana manajemen rantai pasok merupakan satu kesatuan sistem pemasaran terpadu, yang mencakup keterpaduan produk dan pelaku, guna memberikan kepuasan pada pelanggan (Marimin, 2010).

Gambar 4 Rantai pasok ikan layur hingga sampai ke konsumen

Kegiatan rantai pasok ikan layur di Pelabuhanratu didalam aktivitasnya saling mendukung mulai dari pengadaan material, produksi, pengendalian persediaan, distribusi/ transportasi, penyimpanan/pergudangan, dukungan pelayanan kepada pelanggan, proses pembayaran, dan sebagainya.

Mekanisme rantai pasok produk ikan layur lebih banyak dibentuk oleh keinginan pasar, sehingga fluktuasi harga dapat lebih dikendalikan dan kendali harga lebih banyak kewenangannya dari pengusaha meski semua itu juga disesuaikan dengan harga jual dipasaran yang berlaku. Hal ini diharapkan tidak merugikan pihak nelayan selaku produsen.

Struktur rantai pasok produk perikanan memiliki keunikan karena nelayan dapat langsung menjual hasil produknya langsung ke pasar atau pelanggan selaku retailer, sehingga memutus rantai pelaku yang ada. Mekanisme rantai pasok produk pertanian dan perikanan secara alami dibentuk oleh para pelaku rantai pasok itu sendiri.

Modal Insani

(20)

6

efektivitas pengelolaan modal insani, menyangkut masalah pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan kapasitas untuk dapat berkembang dan berinovasi yang dimiliki manusia dalam suatu organisasi. Pengembangan modal insani pada nelayan dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan terkait dengan teknologi sesuai dengan deskripsi pekerjaannya, sedangkan dalam manajemen organisasinya perlu peningkatan daya inovasi produk (Sukmawati et al, 2012).

Modal insani satu-satunya sumber daya yang memiliki kemampuan untuk belajar dan bertumbuh, oleh karena itu, melalui pemberdayaan nelayan diharapkan sumber daya manusia dapat dikembangkan secara penuh potensinya untuk memberikan kontribusi yang optimum dalam menghasilkan suatu produk. Modal insani menggambarkan kemampuan yang dibawa dan dibutuhkan setiap individu karyawan yang akan mengarah pada peningkatan nilai tambah ekonomi di seluruh area bisnis, dan dapat dikatakan sebagai investasi bagi organisasi. Keputusan akan kebutuhan organisasi akan sumber daya manusia adalah penentuan jumlah setiap jenis dan kedudukan tenaga kerja yang harus disediakan.

Produksi Ikan Layur

Produk ikan layur yang di hasilkan oleh Pelabuhanratu saat ini lebih banyak di ekspor ke luar negeri seperti Negara China dan Korea, kebijakan untuk produk ikan layur karena peruntukannya lebih kepada ekspor maka produk tersebut tidak dipasarkan melalui tempat pelelangan ikan karena selain pasokan ikannya sendiri sudah mulai berkurang dan sistem permodalannya juga dibantu oleh perusahaan pengekspor dengan suatu perjanjian yang disepakati bersama.

(a)Ikan layur yang belum diproses (b) Ikan layur yang sudah diproses (c) Fillet ikan layur

Gambar 5 Produk ikan layur

Ikan layur yang ada di Pelabuhanratu saat ini berkembang biak secara alami saja sehingga dengan kondisi sekarang dimana produksi ikan layur rata-rata pada umumnya mengalami penurunan (lampiran 1) perlu adanya pemikiran kemungkinan ikan layur ini untuk di budidayakan mengingat bahwa ikan ini memiliki nilai komersial dan dapat di ekspor ke luar negeri.

3

METODE

(21)

7 kecamatan yang berada di pesisir Samudra Hindia, yakni di bagian barat daya wilayah kabupaten yang menjadi ibukota Kabupaten Sukabumi.

Gambar 6 Peta lokasi penelitian (wordpress.com, 2013)

Data yang dibutuhkan berupa data primer dan sekunder. Data sekunder diperoleh dari dokumen, literatur, jurnal ilmiah, laporan kajian terdahulu yang relevan, serta dari berbagai sumber dari instansi terkait dan pihak-pihak yang relevan. Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara langsung kepada beberapa pakar kepala Dinas Kelautan dan Perikanan, Kepala Pelabuhan, Penyuluh, Akademisi, Pengusaha, nelayan dan kelompok dan pihak-pihak terkait. Pengisian kuisioner dilakukan untuk merumuskan strategi yang akan digunakan. Wawancara secara lebih mendalam dilakukan terhadap informasi kunci dari 5 (lima) sektor kelembagaan berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya. Metode penarikan contoh berdasarkan pendekatan teknik survei, dimana pengumpulan informasi dan pengetahuan dari responden menggunakan metode purposive sampling (pengambilan contoh yang diarahkan). Diagram tulang ikan (fishbone) digunakan untuk menganalisis akar penyebab masalah dari penurunan kinerja nelayan ekspor ikan layur di Pelabuhanratu dan dibatasi pada nelayan ikan layur. Analytical hierarchy process (AHP) digunakan untuk merumuskan strategi peningkatanan kinerja nelayan dibatasi pada analisis peran dan fungsi dari lima sektor kelembagaan, yaitu Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Pelabuhanratu, Kepala Pelabuhan Perikanan, Penyuluh, akademisi, dan pengusaha.

Kerangka Pemikiran

(22)

8

keterampilan, kemampuan dan pengetahuan dari nelayan masih berdasarkan pada pembelajaran yang bersifat turun menurun, sampai kepada kebutuhan akan modal yang tinggi bila akan melaut. Masalah eksternalnya sendiri terkait masalah tidak adanya standar harga, informasi pasar yang tidak merata sampai ke nelayan, bantuan prasarana seperti cool box yang tidak merata, tidak adanya pengendali harga, kurangnya pembinaan yang di lakukan oleh pihak terkait, masalah cuaca, belum adanya pembaharuan, kurangnya pelatihan yang di adakan untuk meningkatkan kompetensi nelayan, Berbagai permasalahan yang timbul saat ini perlu dicarikan jalan keluarnya sehingga nelayan dapat meningkat kinerjanya dengan melihat dari indikasi produktivitas dan profitabilitasnya meningkat.

Masalah yang didapat di lapangan yang menyebabkan kinerja nelayan menjadi rendah dapat di identifikasi dengan menggunakan fish bone (diagram tulang ikan), sehingga dapat di lihat akar penyebab masalah yang timbul yang mengakibatkan kinerja nelayan menjadi rendah.

Peningkatan kinerja nelayan dalam rantai pasok produk ikan layur dianalisis berdasarkan pada aspek sistem penangkapannya, sistem pengelolaan ikan di tingkat nelayan dan sistem penyimpanan. Aspek sistem penangkapan di maksudkan untuk menjelaskan keterkaitan harga ikan di perusahaan dan besaran ikan yang dihasilkan yang di perlukan oleh perusahaan untuk komoditi ekspor. Sistem pengelolaannya untuk menganalisis hubungan antara besaran ikan yang dihasilkan dengan kualitas ikan hasil tangkapan dan bagaimana cara mengelolanya sehingga ikan layur yang di hasilkan sesuai dengan yang diinginkan dengan kualitas yang baik dan ini ada kaitannya dengan sistem penyimpanannya.

Faktor kelembagaan disini juga berperan di dalam peningkatan kinerja nelayan baik di rantai pasoknya maupun didalam modal insaninya, fungsi lembaga disini antara lain dari pemerintah (Dinas Kelautan & Perikanan) terkait masalah program kebijakan pengembangan dan pembinaan, Pelabuhan dan Perikanannya sendiri terkait masalah sarana dan prasananya, dan didalam sosialisasinya diperlukan penyuluh, sebagai pengamat adalah seorang akademisi dan pengusaha ikan layurnya sendiri. Berdasarkan peran dan fungsi antar kelembagaan kemudian dirumuskan suatu strategi yang sesuai untuk mendukung peningkatan kinerja nelayan di dalam rantai pasoknya.

(23)

9

(24)

10

4

IDENTIFIKASI MASALAH PENURUNAN KINERJA

EKSPOR IKAN LAYUR SERTA FAKTOR

PENGHAMBAT DAN PENDORONG PENINGKATAN

KINERJA NELAYAN

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penurunan kinerja nelayan ekspor produk ikan layur di Pelabuhanratu memiliki kompleksitas masalah yang saling berkaitan antara rantai pasok, sumberdaya dan modal insani, dan hal ini memerlukan suatu tindakan nyata yang mampu menyelesaikan masalah tersebut. Menurut Solihin (2003) menurunnya potensi sumberdaya produk ikan layur yang diakibatkan oleh pengelolaan yang tidak memperhatikan kelestarian, belum memadainya sarana dan prasarana, SDM yang kurang paham dalam menangani produk tersebut, sampai dengan kebijakan perikanan yang masih belum mampu meningkatkan taraf kesejahteraan nelayan secara umum merupakan berbagai permasalahan yang ada di nelayan.

Produk ikan layur Pelabuhanratu dalam kebijakannya lebih ditujukan untuk ekspor, sehingga dalam produksinya harus memenuhi standar tertentu yang diinginkan oleh perusahaan eksportir. Produk perikanan didalam pengolahannya memerlukan pengelolaan yang baik sesuai dengan karakteristik dari produk perikanan yang mudah busuk dan bersifat musiman, sehingga untuk sampai ke konsumen diperlukan suatu sistem manajemen rantai pasok yang baik dan memadai. Menurut Marimin (2010) manajemen rantai pasok (supply chain management) adalah proses produksi secara keseluruhan dari kegiatan pengolahan, distribusi pemasaran, hingga produk yang diinginkan sampai ke tangan konsumen, dimana manajemen rantai pasok merupakan satu kesatuan sistem pemasaran terpadu, yang mencakup keterpaduan produk dan pelaku, guna memberikan kepuasan pada pelanggan.

Faktor SDM adalah faktor yang paling penting dalam kehidupan manusia. Menurut Baron & Michael (2013) manusia sebagai modal insani dapat termotivasi untuk dapat berkinerja dengan lebih baik sesuai dengan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dimilikinya. Menurut Hsu (2006) modal manusia memiliki efek tidak langsung pada efektivitas organisasi melalui jalur pengetahuan dimana kemampuan memiliki efek tidak langsung pada efektivitas organisasi yang memberi pengaruh positif terhadap organisasi keunggulan kompetitif.

(25)

11 pula. Menurut Kusnadi (2009) kebijakan dan implementasi program pembangunan untuk masyarakat di kawasan pesisir hingga saat ini masih belum optimal dalam memutus mata rantai belenggu kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan.

Kinerja adalah bagaimana melakukan, menjalankan dan melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab yang diharapkan oleh organisasi. Bacal (2002) Manajemen kinerja adalah proses komunikasi yang berlangsung terus menerus, yang dilaksanakan berdasarkan kemitraan antara seorang karyawan dengan pengawas langsungnya (Bacal, 2002). Menurut Verkhohlyad (2008) hasil analisis menunjukkan bahwa manusia merupakan modal, meliputi variabel pendidikan yang dapat digunakan untuk pembangunan ekonomi nasional secara signifikan dan lebih baik dan hal ini akan berimplikasi terhadap pengembangan sumber daya manusia .

Perumusan Masalah

Permasalahan-permasalahan yang terjadi di Pelabuhanratu terkait dengan kinerja nelayan memberikan dampak negative terhadap peningkatan nilai ekspor ikan layur di Pelabuhanratu, sehingga perlu adanya suatu penelitian yang dapat menjelaskan faktor apa saja yang menyebabkan penurunan kinerja nelayan ekspor ikan layur dalam rantai pasok produk ikan layur melalui pengembangan modal insani di Pelabuhanratu serta faktor apa yang menjadi pendorong dan penghambatnya.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis penurunana kinerja nelayan ekspor ikan layur serta faktor penghambat dan pendorong dalam penurunan kinerja nelayan ekspor ikan layur dalam rantai pasok produk ikan layur melalui pengembangan modal insani di Pelabuhanratu.

METODE

(26)

12

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Permasalahan

Identifikasi masalah yang mempengaruhi penurunan kinerja nelayan ekspor ikan layur di Pelabuhanratu, berdasarkan hasil wawancara, observasi dan pengamatan langsung yang dilakukan oleh peneliti di lapangan setelah diresume dikelompokan menjadi 4 (empat) permasalahan utama, yaitu (1) Masalah SDM, (2) Metode, (3) Material dan (4) Peralatan.

SDM nelayan, permasalahan yang paling mendasar adalah (1) masalah pendidikan, dimana pendidikan nelayan rata-rata SD dengan presentase 73.28 % (Lampiran 1); (2) masalah kompetensi, didalam kompentensi ini terkandung masalah kemampuan, keterampilan dan pengetahuan yang mereka miliki berdasarkan pembelajaran yang turun menurun dan pengalaman keseharian kehidupan nelayan; (3) masalah etos kerja yang didalamnya terkandung masalah keyakinan, sikap, karakter, budaya, nelayan yang mudah puas dan memiliki mentalitas yang rendah dengan sikap hidup yang bersifat konsumtif pada saat mereka mendapatkan hasil tangkapan yang banyak dengan tidak adanya manajemen perencanaan dalam rumah tangganya.

Metode, permasalahan yang paling mendasar dalam metode adalah (1) masalah proses dalam kebijakan program pemerintah yang masih belum mengena pada sasaran. Masalah teknologi yang masih belum memadai, (2) masalah pelatihan, pelatihan yang diberikan masih belum mengena pada sasaran terutama yang menyangkut masalah procedure kerja yang baku bagi nelayan, kurangnya sosialisasi yang di lakukan terhadap nelayan, bentuk penyuluhan yang belum mengena pada sasaran yang diinginkan, kurang mengertinya nelayan pada keselamatan kerja. (3) Masalah inovasi, nelayan ikan layur adalah nelayan yang tradisional sehingga didalam aktivitasnya seluruhnya masih tradisional sehingga belum ada inovasi baik dari cara penangkapan, pengelolaan dan penyimpanannya.

(27)

13

Gambar 8 Identifikasi masalah rendahnya kinerja nelayan

Berdasarkan Gambar 8. akar penyebab masalah turunnya kinerja nelayan ekspor ikan layur adalah (1) masalah SDM nelayan, (2) masalah motode.

Masalah SDM nelayan terkait dengan etos kerja nelayan merupakan salah satu akar penyebab masalah turunnya kinerja nelayan ekspor ikan layur, hal ini berkaitan dengan masalah budaya, keyakinan, sikap, karakter. Sikap, karakter dan budaya nelayan yang melekat dalam diri nelayan adalah mudah puas dan senang berfoya-foya. Kehidupan nelayan ikan layur bila sedang mendapatkan tangkapan yang banyak, mereka belanjakan uang mereka secara konsumtif tanpa berfikir akan kepentingan dari barang yang mereka beli. Faktor-faktor tersebut memberikan pengaruh negatif terhadap kehidupan nelayan didalam pengelolaan keuangannya. Kondisi ini juga diperparah apabila mereka sedang tidak melaut atau hasil tangkapannya tidak sesuai dengan yang diharapkan, mereka akan menjual kembali barang-barang tersebut.

Permasalahan lain yang terkait dengan SDM adalah masalah kompetensi nelayan. Kompetensi yang dimiliki oleh nelayan ikan layur adalah kemampuan, keterampilan dan pengetahuan yang memang sudah ada dalam diri mereka. Semuanya itu mereka dapatkan berdasarkan pengalaman karena mereka hidup dan besar disana dengan lingkungan yang seperti itu, sehingga masalah keterampilan, kemampuan nelayan memang sudah tidak diragukan lagi. Akan tetapi kompetensi yang mereka miliki saat ini masih belum dapat memenuhi standar produksi ekspor yang diperlukan.

(28)

14

yang kurang baik kepada nelayan, yang mengakibatkan kurang percayanya nelayan kepada pelayan publik.

Permasalahan lain terkait dengan proses adalah masalah pelatihan. Program pelatihan yang diberikan kepada nelayan ikan layur seringkali masih bersifat umum, sehingga pelatihan yang diberikan belum mengena pada sasaran yang dibutuhkan. Pelatihan yang dibutuhkan nelayan ikan layur saat ini adalah bentuk pelatihan yang dapat memenuhi standar ekspor yang dibutuhkan.

Faktor-faktor Pendorong dan Penghambat dalam Peningkatan Kinerja Nelayan Ekspor Ikan Layur Pelabuhanratu

Faktor penghambat dalam peningkatan kinerja nelayan ekspor ikan layur di Pelabuhanratu berdasarkan analisis yang dilakukan dengan menggunakan diagram tulang ikan (fishbone) diantaranya adalah masalah SDM nelayan. SDM nelayan ikan layur didalam kinerjanya masih rendah, hal ini disebabkan oleh karena mereka belum paham benar bagaimana cara mengelola ikan layur dengan baik yang sesuai dengan standar ekspor. Ketidak pahaman nelayan didalam mengelola ikan layur menyebabkan turunnya produksi ikan layur yang akan di ekspor dan sumberdayanya. Sumberdaya ikan layur Pelabuhanratu berdasarkan data PT AGB Pelabuhanratu tahun 2013, menunjukan trend yang tetap (Gambar 1), akan tetapi untuk produksi ekspornya menunjukan trend yang menurun (Gambar 2).

Faktor penghambat lainnya adalah masalah kompetensi nelayan. Kompetensi yang dimiliki oleh nelayan didapat dari proses pembelajaran yang turun menurun, sehingga pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang mereka dapatkan itu berdasarkan pengalaman saja. Kompetensi nelayan ini dapat lebih ditingkatkan agar produk yang dihasilkan dapat memenuhi standar ekspor yang dibutuhkan. Harapannya dengan adanya peningkatan kompetensi, nelayan dapat lebih meningkat kinerjanya.

Peningkatan kinerja nelayan dalam pengembangan modal insani dapat diindikasikan dengan peningkatan produktivitas nelayan didalam memenuhi standar ekspor yang dibutuhkan sehingga profitabilitas yang didapat nelayan juga meningkat dan diharapkan secara otomatis kesejahteraan nelayan menjadi lebih baik. Menurut Sukmawati et al. (2012) pengembangan modal insani pada nelayan dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan terkait dengan teknologi sesuai dengan deskripsi pekerjaannya, sedangkan dalam manajemen organisasinya perlu peningkatan daya inovasi produk. Menurut Nandy & Ramchandra (2010) nilai investasi modal manusia merupakan faktor investasi yang memiliki resiko yang cukup besar, dimana organisasi dalam memperkerjakan orang harus dilihat sebagai investasi bukan sebagai biaya yang memiliki nilai tambah.

(29)

15 Nelayan pada umumnya tidak memiliki kapal sendiri dan modal yang cukup untuk bisa melaut, sehingga mereka harus bergabung dengan kelompok atau bakul yang memiliki modal. Nelayan dalam hal ini seringkali mendapatkan nilai tambah yang lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok atau bakul. Faktor ini juga menjadi salah satu sebab menurunnya kinerja nelayan, karena target yang ingin dicapai adalah bagaimana dapat berproduksi banyak agar mereka mendapatkan nilai tambah yang banyak tanpa memperhitungkan mutu.

Faktor-faktor penghambat tersebut dapat diminimalisir dengan adanya peran serta pemerintah didalam menata kembali semua program yang akan di laksanakan. Pemerintah dalam kebijakannya, diharapkan lebih berpihak kepada nelayan tradisional seperti nelayan ikan layur. Perlu ada pelatihan yang terstruktur yang disesuaikan dengan kebutuhan nelayan ikan layur, yaitu pelatihan yang dapat memenuhi standar ekspor. Menurut Mangkuprawira (2004) pelatihan bagi karyawan merupakan sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu serta sikap agar karyawan semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan standard dan kebutuhan.

Faktor pendorong dalam peningkatan kinerja nelayan adalah adanya kebutuhan pasar. Kebutuhan pasar akan produk ikan layur, dapat dipenuhi oleh nelayan dengan tercukupinya fasilitas sarana prasarana, dan pendanaannya. Pentingnya peran fasilitator dan para tokoh formal dan informal dengan instansi terkait sebagai tim penyuluh dalam pembinaan nelayan. Partisipasi program harus berorientasi kepada kepentingan masyarakat nelayan. Hal ini dapat dijadikan sebuah konsep pentingnya partisipasi dan tujuan partisipasi guna mendapatkan umpan balik yang diharapkan. Keterlibatan masyarakat, mulai dari persiapan, proses perencanaan, pelaksanaan sampai kepada proses pembuatan keputusan, masyarakat harus dilibatkan. Kemudian secara komprehensip dan terintegrasi melibatkan juga dinas instansi terkait, kepala Desa serta elemen-elemen yang ada di lingkungan tersebut.

Budaya dan lingkungan merupakan faktor utama yang perlu di kondisikan juga di masyarakat nelayan karena hal ini memiliki keterkaitan yang erat terhadap keberhasilan suatu program. Menurut Harvey & Bowin (1996) budaya organisasi yang efektif dapat menciptakan peningkatan produktivitas, meningkatkan rasa ikut memiliki dari karyawan, dan pada akhirnya meningkatkan keuntungan perusahaan.

SIMPULAN

(30)

16

5

STRATEGI PENINGKATAN KINERJA NELAYAN DALAM

RANTAI PASOK IKAN LAYUR MELALUI

PENGEMBANGAN MODAL INSANI DI

PELABUHANRATU

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penurunan ekspor produk ikan layur di Pelabuhanratu memiliki kompleksitas masalah yang saling berkaitan antara rantai pasok, sumber daya dan modal insani, serta hal ini memerlukan suatu tindakan nyata yang mampu menyelesaikan masalah tersebut. Menurut Solihin (2003) menurunnya potensi sumber daya produk ikan layur diakibatkan oleh pengelolaan yang tidak memperhatikan kelestarian, belum memadainya sarana dan prasarana, SDM yang kurang paham dalam menangani produk tersebut, sampai dengan kebijakan perikanan yang masih belum mampu meningkatkan taraf kesejahteraan nelayan secara umum merupakan berbagai permasalahan yang ada di nelayan.

Produk perikanan yang dihasilkan memiliki karakteristik mudah busuk dan bersifat musiman, sehingga untuk sampai ke konsumen diperlukan suatu sistem manajemen rantai pasok yang baik dan memadai. Menurut Marimin (2010) manajemen rantai pasok adalah proses produksi secara keseluruhan dari kegiatan pengolahan, distribusi pemasaran, hingga produk yang diinginkan sampai ke tangan konsumen. Menurut Siagian (2005) manajemen rantai pasok merupakan pendekatan untuk pengelolaan, persediaan dan distribusi secara terintegrasi antara pemasok, produsen, distributor, dan pengecer untuk meminimalisasi biaya sistem secara keseluruhan.

Rantai pasok produk perikanan dalam prosesnya melibatkan beberapa pemain, diantaranya nelayan, pengumpul, pengusaha dan eksportir. Dalam jaringan rantai pasok produk perikanan terdiri dari lebih dari satu rantai pasok dan lebih dari satu proses bisnis yang dapat diidentifikasikan. SDM yang memadai diperlukan didalam mengelola rantai pasok ini, permasalahan utama saat ini adalah nelayan ikan layur belum paham benar bagaimana menangani ikan dengan baik, agar ikan tetap segar dan mutu ikan tetap terjaga. Menurut Parung (2008) peran modal insani dalam kerjasama bisnis untuk organisasi yang berbasis teknologi sangat dominan terhadap peran sumber daya fisik dan financial. Menurut Fisher et al, (1993) fungsi SDM harus unggul sehingga dapat memberikan kontribusi optimal.

(31)

17 organisasi melalui jalur pengetahuan dimana kemampuan memiliki efek tidak langsung pada efektivitas organisasi yang memberi pengaruh positif terhadap organisasi keunggulan kompetitif.

Kinerja nelayan dapat meningkat, apabila mendapat dukungan dari pemerintah didalam pemberdayaan masyarakatnya, sehingga diharapkan dengan meningkatnya kinerja nelayan, maka kesejahteraan nelayan meningkat pula. Kebijakan dan implementasi program pembangunan untuk masyarakat di kawasan pesisir hingga saat ini masih belum optimal dalam memutus mata rantai belenggu kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan (Kusnadi, 2009).

Kinerja adalah bagaimana melakukan, menjalankan dan melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab yang diharapkan oleh organisasi. Manajemen kinerja adalah proses komunikasi yang berlangsung terus menerus, yang dilaksanakan berdasarkan kemitraan antara seorang karyawan dengan pengawas langsungnya (Bacal 2004). Hasil analisis menunjukkan bahwa manusia merupakan modal, meliputi peubah pendidikan yang dapat digunakan untuk pembangunan ekonomi nasional secara nyata dan lebih baik, serta hal ini berimplikasi terhadap pengembangan SDM (Verkhohlyad, 2008).

Gambaran umum yang terjadi dilapangan terkait masalah kompetensi nelayan yang didalamnya terkandung unsur keterampilan, kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki oleh nelayan adalah merupakan suatu pembelajaran yang sudah turun menurun, maka diperlukan suatu strategi guna meningkatkan kapabilitas nelayan dalam kinerjanya. Masalah ini menjadi penting karena pada tingkatan tertentu, kemampuan yang kurang tidak dapat dikompensasikan dengan tingginya motivasi atau sebaliknya dan keduanya merupakan komponen penting dalam kinerja (Gana, 2011). .Analisis yang digunakan diagram tulang ikan (fishbone) untuk mengidentifikasi akar penyebab masalah dan Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk menentukan strategi tepat dalam meningkatkan kinerja nelayan.

Berdasarkan latar belakang tersebut perlu dirumuskan strategi apa yang sebaiknya dilakukan untuk dapat meningkatkan penguatan kapabilitas kinerja nelayan dalam rantai pasok ikan layur.

Tujuan Penelitian

Merumuskan dan menganalisis strategi peningkatan kinerja nelayan dalam rantai pasok produk ikan layur melalui pengembangan modal insani di Pelabuhanratu.

METODE

(32)

18

Akademisi, Pengusaha, nelayan dan kelompok dan pihak-pihak terkait. Metode penarikan contoh berdasarkan pendekatan teknik survei, dimana pengumpulan informasi dan pengetahuan dari responden menggunakan metode purposive sampling (pengambilan contoh yang diarahkan). Diagram tulang ikan (fishbone) digunakan untuk menganalisis akar penyebab masalah dari rendahnya kinerja nelayan di Pelabuhanratu dan dibatasi pada nelayan ikan layur. Analisis kinerja nelayan dibatasi pada produktivitas, profitabilitas dan inovasinya, Analisis rantai pasok produk ikan layur dibatasi pada aspek cara penanganannya mulai dari penangkapan, pengelolaan dan penyimpanan. AHP digunakan untuk merumuskan strategi peningkatanan kinerja nelayan dibatasi pada analisis peran dan fungsi dari lima sektor kelembagaan, yaitu Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Pelabuhanratu, Kepala Pelabuhan Perikanan, Penyuluh, akademisi, dan pengusaha.

HASIL PEMBAHASAN

Struktur distribusi rantai pasok produk ikan layur pada umumnya memiliki konsep karakteristik yang sama dengan produk perikanan lainnya. Konsep rantai pasok merupakan suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasa kepada pelanggan dan merupakan konsep baru dalam memandang persoalan logistik dalam suatu perusahaan Lena (2008). Aliran saluran distribusi rantai pasok ikan layur memiliki 3 (tiga) pola struktur aliran yang selama ini diterapkan di Pelabuhanratu, pola aliran struktur distribusi tersebut dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Model distribusi produk ikan layur di Pelabuhanratu

Aliran distribusi produk ikan layur pada model rantai pasok diatas dibagi menjadi beberapa rantai, sebagai berikut:

1) Struktur Rantai 1

Nelayan  Pengumpul/bakul  Konsumen lokal.

Nelayan menjual barangnya melalui pengumpul atau bakul kepada konsumen lokal di pasar tradisional

(33)

19 Nelayan ketua kelompok/pengkoordinir Perusahaan EksportirPasar Luar Negeri/konsumen.

Ketua kelompok ikan layur yang ada di Pelabuhanratu menjalin kerjasama dengan eksportir yaitu PT. AGB. Perusahaan ini memasarkan ikan layur ke Korea dan China. Ikan layur ini sebelum di ekspor ke luar negeri dikemas dahulu sesuai dengan besaran ukuran. Para ketua kelompok disisni hanya sebagai pengkoordinir didalam mengumpulkan hasil tangkapan.

3) Struktur Rantai 3

Nelayan  pengumpul/bakul  Perusahaan Eksportir  Pasar Luar Negeri Para bakul disini menjalin kerjasama dengan perusahaan eksportir dalam memasarkan ikannya. Para bakul disini adalah sebagai pengumpul hasil produksi dan merekalah yang menjadi penego (penawar) harga dengan nelayan dan perusahaan.

Berdasarkan gambar di atas maka saluran yang paling efektif adalah saluran ke tiga karena langsung kepada konsumen akhir.

Identifikasi Masalah Turunnya Ekspor Produk Ikan Layur di Pelabuhanratu

Trend ekspor ikan layur di Pelabuhanratu selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir (tahun 2009 – 2013) (Gambar 1.2) menunjukan kecendrungan yang menurun, akar penyebab masalah dari penurunan ini perlu dilihat baik dari SDM Nelayan, kinerja dan rantai pasok. Akar penyebab masalah yang telah di identifikasi dapat di lihat pada Gambar 10.

(34)

20

Akar penyebab masalah yang terkait dengan SDM nelayan adalah masalah pendidikan dimana rata-rata tingkat pendidikan nelayan adalah SD dengan presentase 73.28 %, (data lampiran 3) dan hal ini tentunya menjadi hal yang sulit untuk ditingkatkan. Masalah motivasi, didalam motivasi terkait masalah budaya, karakter, sikap dari nelayan yang cenderung hidupnya santai, senang berfoya-foya dan bersifat konsumtif, semua ini menjadi karakter dari nelayan yang sulit sekali untuk dirubah. Masalah kompetensi, didalam kompetensi terkandung unsur keterampilan, pengetahuan dan kemampuan; semua ini mereka dapatkan dari proses pembelajaran yang bersifat turun temurun sebagai nelayan sehingga kompetensi ini masih dapat ditingkatkan untuk lebih baik. Menurut Soesarsono (2002) SDM dapat dilihat dari faktor kompetensi selain faktor-faktor lainnya seperti agama, pendidikan dan kecerdasan.

Dilihat dari rantai pasok dalam memenuhi standar ekspor yang dibutuhkan, nelayan masih belum paham benar cara menangani ikan layur dengan baik sesuai dengan standar ekspor yang dibutuhkan mulai dari cara penangkapan, pengelolaan dan penyimpanannya. Sehingga seringkali ikan layur yang dihasilkan menjadi kurang baik mutunya.

Terkait masalah kinerja yang didalamnya terkait masalah produktivitas, profitabilitas dan inovasi mulai dari inovasi proses, manajemen dan inovasi perencanaan. Untuk memenuhi standar ekspor, maka nelayan dituntut untuk lebih terampil didalam mengelola ikan layur terutama didalam hal inovasi prosesnya agar mutunya tetap terjaga dengan baik dan ini terkait dengan masalah teknologinya.

Berdasarkan hasil identifikasi masalah yang telah dilakukan terlihat bahwa akar penyebab masalah turunnya ekspor ikan layur di Pelabuhanratu yang paling dominan didalam rantai pasok adalah masalah penyimpanan, di SDM adalah masalah kompetensi terkait keterampilannya dan di kinerja adalah masalah inovasi proses. Hal ini diakibatkan oleh karena nelayan ikan layur adalah nelayan yang masih tradisional sehingga baik di teknologi, cara penyimpanan dan cara memprosesnya masih sangat tradisional. Harapan kedepannya bahwa nelayan ikan layur dapat lebih terampil didalam memenuhi kebutuhan akan standar ekspor ikan layur yang dibutuhkan oleh eksportir.

Strategi Peningkatan Kinerja Nelayan dalam Rantai Pasok Ikan Layur melalui Pengembangan Modal Insani di Pelabuhanratu

Mengacu kepada hasil identifikasi masalah (Gambar 10) yang terjadi di Pelabuhanratu, maka di dalam menganalisis strategi peningkatan kinerja nelayan yang dianggap paling sesuai maka perlu di susun suatu bagan struktur yang dapat dijadikan acuan didalam pengambilan keputusan yang terbaik. Analisis Hierarkhi Proses (AHP) yang dilakukan didalam strategi peningkatan kinerja nelayan dibagi dalam 5 kategori kunci yang berperan dalam menentukan strategi apa yang sebaiknya di lakukan yaitu 1) Kepala Dinas Kelautan & Perikanan; 2) Kepala Bandar Pelabuhanratu; 3) Penyuluh Nelayan; 4) Pengusaha Ikan Layur yang ada di Pelabuhanratu, dan 5) Pakar Akademisi.

(35)

21 keterampilan, kompetensi dan pengetahuan nelayan; dengan kinerjanya adalah mengenai produktivitas, profitabilitas, inovasi baik inovasi manajemen, inovasi perencanaan dan inovasi prosess yang didalamnya terkandung masalah teknologinya dan yang terakhir terkait dengan rantai pasok itu sendiri yaitu masalah penangkapan, penyimpanan dan pengelolaan dimana pengelolaan disini terkandung juga masalah dalam pengelolaan pasarnya.

Alternatif strategi yang didapat berdasarkan identifikasi masalah (Gambar 10) yaitu 1) Peningkatan Sistem pengelolaan & pengembangan SDM; 2) Kebijakan & Program yang disesuaikan dengan Kebutuhan; 3) Merubah Etos Kerja Nelayan dan yang 4) Penambahan pelatihan bagi nelayan.

Analisis Hierarkhi Proses (AHP) merupakan kerangka analisis untuk pengambilan suatu keputusan secara efektif untuk permasalahan yang kompleks, dengan menyederhanakan dan mempercepat pengambilan keputusan (Nurani, 2003). Analisis keputusan ini merupakan hasil analisis pemilihan strategi yang paling tepat bagi nelayan ikan layur di Pelabuhanratu, setelah dilakukan analisis dengan menggunakan AHP maka disusunlah suatu struktur hierarkhi dengan mengkombinasikan variable yang menjadi prioritas pada setiap hierarkhi dengan cara menata bagian atau variable dalam suatu susunan hierarkhi dengan memberi pertimbangan numerik pada pertimbangan subjektif tentang relative pentingnya variable dan mensintesis berbagai pertimbangan untuk menetapkan variable yang memiliki prioritas yang tertinggi.

Hirarki yang disusun terdiri dari enam tingkat. Tingkat pertama adalah tujuan yaitu strategi peningkatan kinerja nelayan pelabuhanratu.Tingkat kedua adalah aktor yang terdiri atas Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Pelabuhanratu, Kepala Pelabuhan Perikanan, akademisi, pengusaha ikan layur, dan penyuluh. Tingkat ketiga adalah faktor yang terdiri atas modal insani, kinerja, dan rantai pasok. Tingkat keempat adalah sub faktor. Sub faktor dari faktor modal insani terdiri atas pengetahuan, kompetensi, dan keterampilan. Sub faktor dari faktor kinerja terdiri atas produktivitas, profitabilitas, inovasi manajemen, inovasi perencanaan, dan inovasi proses. Sub faktor dari faktor rantai pasok terdiri atas pengelolaan, penyimpanan, dan penangkapan. Kemudian tingkat keenam adalah alternative yang terdiri atas meningkatkan kompetensi pengelolaan dan pengembangan SDM, kebijakan dan program yang disesuaikan dengan kebutuhan, merubah etos kerja nelayan, dan penambahan pelatihan pada nelayan. AHP dilakukan menggunakan program Expert Choice 11, dan diperoleh hasil yang dirangkum dalam prioritas lokal dan prioritas global.

Berikut ini faktor actor yang paling dominan dalam penentuan strategi peningkatan kinerja nelayan dapat dilihat pada Tabel 1.

(36)

22

jawaban dari penyuluh lapangan yang mengerti betul dengan areal penelitian adalah faktor kepala Dinas Kelautan dan Perikanan dengan persentase 39,8%, Penyuluh 26,6 %, Akademisi 17.7%, Kepala Pelabuhan 9,3% dan Pengusaha 6,5%.

Faktor yang paling dominan dalam penentuan strategi peningkatan kinerja nelayan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Faktor yang paling dominan dalam penentuan strategi peningkatan kinerja nelayan

Responden Faktor CR

Modal Insani Kinerja Rantai Pasok

Kepala Dinas 0.178 0.070 0.751 0.030

Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui hirarki faktor yang paling dominan dalam penentuan peningkatan kinerja nelayan berdasarkan jawaban dari responden-responden ahli adalah faktor rantai pasok dengan persentase 70.76%, yang kemudian disusul oleh faktor modal insani dengan persentase sebesar 21.94%, serta faktor kinerja dengan persentase sebesar 7.12%.

Kemudian berdasakan faktor-faktor modal insane, kinerja dan rantai pasok, dapat diketahui sub faktor yang paling dominan yang ada dalam satu faktor (lampiran). Berdasarkan faktor modal insani, sub faktor yang paling dominan adalah keterampilan (41.02%). Berdasarkan faktor kinerja, sub faktor yang paling dominan adalah inovasi proses (30.82%). Berdasarkan faktor rantai pasok, sub faktor yang paling dominan adalah penyimpanan (66.06%).

Prioritas lokal merupakan prioritas elemen-elemen dalam satu level dengan hanya mempertimbangkan satu faktor saja. Untuk itu prioritas lokal ditentukan dengan memperhatikan sub faktor dari masing-masing faktor diatas. Variabel yang menjadi prioritas dalam menentukan strategi yang terbaik yang seharusnya dilakukan agar kinerja nelayan menjadi lebih meningkat dilihat dari sub kriteria pengetahuannya adalah strategi penambahan pelatihan bagi nelayan dengan nilai 0.373 atau 37,26 %. Tersaji dalam Tabel 3.

(37)

23 Hierarkhi ketiga dari faktor penentu didalam menentukan strategi apa yang sebaiknya dilakukan agar kinerja nelayan lebih meningkat dilihat dari kompetensinya. Variabel yang menjadi prioritas dalam menentukan strategi yang terbaik yang seharusnya dilakukan agar kinerja nelayan menjadi lebih meningkat dilihat dari sub criteria kompetensinya adalah strategi penambahan pelatihan bagi nelayan dengan nilai 0.559 atau 55.9 %. Tersaji dalam Tabel 4.

Tabel 4. Prioritas lokal dengan memperhatikan sub kriteria kompetensi Responden

Hierarkhi ketiga dari faktor penentu didalam menentukan strategi apa yang sebaiknya dilakukan agar kinerja nelayan lebih meningkat dilihat dari keterampilan. Variabel yang menjadi prioritas dalam menentukan strategi yang terbaik yang seharusnya dilakukan agar kinerja nelayan menjadi lebih meningkat dilihat dari sub kriteria keterampilannya adalah strategi penambahan pelatihan bagi nelayan dengan nilai 0.551 atau 55.06 %. Tersaji dalam Tabel 5.

Tabel 5 Prioritas lokal dengan memperhatikan sub kriteria keterampilan Responden

(38)

24

Tabel 6 Prioritas lokal dengan memperhatikan sub kriteria produktivitas

Responden

Hierarkhi ketiga dari faktor penentu didalam menentukan strategi apa yang sebaiknya dilakukan agar kinerja nelayan lebih meningkat dilihat dari kinerja terkait profitabilitasnyanya. Variabel yang menjadi prioritas dalam menentukan strategi yang terbaik yang seharusnya dilakukan agar kinerja nelayan menjadi lebih meningkat dilihat dari sub criteria profitabilitasnya adalah strategi penambahan pelatihan bagi nelayan dengan nilai 0.388 atau 38.76 %. Tersaji pada Tabel 7.

Tabel 7 Prioritas lokal dengan memperhatikan sub kriteria profitabilitas Responden

Hierarkhi ketiga dari faktor penentu didalam menentukan strategi apa yang sebaiknya dilakukan agar kinerja nelayan lebih meningkat dilihat dari kinerja terkait inovasi manajemennya. Variabel yang menjadi prioritas dalam menentukan strategi yang terbaik yang seharusnya dilakukan agar kinerja nelayan menjadi lebih meningkat dilihat dari sub kriteria inovasi manajemennya adalah strategi penambahan pelatihan bagi nelayan dengan nilai 0.501 atau 50,1 %. Tersaji pada Tabel 8.

(39)

25 Hierarkhi ketiga dari faktor penentu didalam menentukan strategi apa yang sebaiknya dilakukan agar kinerja nelayan lebih meningkat dilihat dari kinerja terkait inovasi perencanaannya. Variabel yang menjadi prioritas dalam menentukan strategi yang terbaik yang seharusnya dilakukan agar kinerja nelayan menjadi lebih meningkat dilihat dari sub kriteria inovasi perencanaannya adalah strategi penambahan pelatihan bagi nelayan dengan nilai 0.451 atau 45,08 %. Tersaji pada Tabel 9.

Tabel 9 Prioritas lokal dengan memperhatikan sub kriteria inovasi perencanaan Responden

Hierarkhi ketiga dari faktor penentu didalam menentukan strategi apa yang sebaiknya dilakukan agar kinerja nelayan lebih meningkat dilihat dari kinerja terkait inovasi prosesnya. Variabel yang menjadi prioritas dalam menentukan strategi yang terbaik yang seharusnya dilakukan agar kinerja nelayan menjadi lebih meningkat dilihat dari sub kriteria inovasi prosesnya adalah strategi penambahan pelatihan bagi nelayan dengan nilai 0.471 atau 47,12 %. Tersaji pada Tabel 10.

Tabel 10 Prioritas lokal dengan memperhatikan sub kriteria inovasi proses Responden

(40)

26

Tabel 11 Prioritas lokal dengan memperhatikan sub kriteria pengelolaan Responden

Hierarkhi ketiga dari faktor penentu didalam menentukan strategi apa yang sebaiknya dilakukan agar kinerja nelayan lebih meningkat dilihat dari rantai pasok terkait masalah penyimpananya. Variabel yang menjadi prioritas dalam menentukan strategi yang terbaik yang seharusnya dilakukan agar kinerja nelayan menjadi lebih meningkat dilihat dari sub kriteria penyimpanan adalah strategi penambahan pelatihan bagi nelayan dengan nilai 0.467 atau 46,7 %. Tersaji pada Tabel 12.

Tabel 12. Prioritas lokal dengan memperhatikan sub kriteria penyimpanan Responden

Hierarkhi ketiga dari faktor penentu didalam menentukan strategi apa yang sebaiknya dilakukan agar kinerja nelayan lebih meningkat dilihat dari rantai pasok terkait masalah penangkapannya. Variabel yang menjadi prioritas dalam menentukan strategi yang terbaik yang seharusnya dilakukan agar kinerja nelayan menjadi lebih meningkat dilihat dari sub kriteria penangkapan adalah strategi penambahan pelatihan bagi nelayan dengan nilai 0.555 atau 55.46 %. Tersaji pada Tabel 13.

(41)

27 Prioritas global merupakan prioritas yang memperhatikan seluruh kriteria.Kemudian hasil yang diperoleh dari prioritas global ini digunakan sebagai alternative strategi peningkatan kinerja nelayan di pelabuhanratu.Variabel yang menjadi prioritas secara menyeluruh dalam menentukan strategi yang terbaik yang seharusnya dilakukan agar kinerja nelayan menjadi lebih meningkat adalah penambahan pelatihan pada nelayan di pelabuhanratu dengan persentase sebesar 48.28 %.Selanjutnya yang menjadi prioritas kedua adalah merubah etos kerja (25.38%), dan yang menjadi prioritas ketiga adalah meningkatkan kompetensi pengelolaan dan pengembangan SDM (15.5%), serta yang menjadi prioritas keempat adalah kebijakan dan program (10.8%).

Tabel 14 Prioritas global dalam upaya peningkatan kinerja nelayan pelabuhanratu

(42)

28

Gambar 11 Bagan struktur peningkatan kinerja nelayan dalam rantai pasok ikan layur melalui pengembangan modal insani

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan bahwa faktor aktor yang paling berperan didalam penentuan strategi peningkatan kinerja nelayan adalah Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan dengan presentase 39,8 %. Faktor yang paling mempengaruhi adalah rantai pasok dengan presentase 70,8 %. Sub faktor dari faktor yang paling berpengaruh didalam modal insani adalah keterampilan dengan presentase 41,02 %; dalam kinerja adalah inovasi proses 30,8 % dan didalam rantai pasok adalah penyimpanan 66,1 %. Alternatif yang paling sesuai adalah penambahan pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan 48,3 %.

SIMPULAN

(43)

29

6

PEMBAHASAN UMUM

Peningkatan kinerja nelayan pada rantai pasok ikan layur melalui pengembangan modal insani di Pelabuhanratu merupakan salah satu cara yang di yakini dapat meningkatkan kinerja bagi nelayan, sehingga diharapkan kesejahteraan nelayan juga menjadi meningkat. Menurunnya kinerja nelayan ekspor ikan layur di Pelabuhanratu banyak dipengaruhi oleh karena faktor SDM nelayan, metode, material dan faktor peralatan. Ikan layur Pelabuhanratu yang menjadi target tangkapan selama lima tahun terakhir sangat fluktuatif tetapi trendnya menunjukan stabil (Gambar 1).

Saat ini nelayan ikan layur di Pelabuhanratu banyak yang beralih tempat dalam mencari ikan layur. Perpindahan mereka di akibatkan oleh kondisi ikan layur di Pelabuhanratu sudah mulai berkurang. Kondisi ekspor ikan layur selama 5 (lima) tahun terakhir menunjukan trend penurunan (Gambar 2). Hal ini tentunya harus mendapatkan suatu perhatian yang khusus dari lembaga terkait. Produksi ikan layur di Pelabuhanratu perlu segera ditangani untuk menghindari terjadinya kepunahan. Peran modal intelektual dalam penelitian yang dilakukan oleh Juniarto Parung, 2008 menyatakan bahwa kerja sama bisnis untuk organisasi yang berbasis teknologi sangat dominan terhadap peran sumberdaya fisik dan financial. Hal ini menunjukan bahwa peran teknologi di dalam pengelolaan rantai pasok sangatlah penting, akan tetapi didalam rantai pasok ikan layur lebih kepada bagaimana nelayan dalam mengelola ikan layur tersebut mulai dari cara penangkapannya, cara penyimpanannya dan cara pengelolaannya. Hasil analisis menunjukkan bahwa manusia merupakan modal , meliputi variabel pendidikan yang dapat digunakan sebagai variabel dalam memprediksi tingkat pembangunan ekonomi nasional secara signifikan dan lebih baik (Verkhohlyad, 2008). Sementara data yang diperoleh mengenai tingkat pendidikan nelayan di Pelabuhanratu rata-rata pendidikannya SD. Hal ini menunjukan bahwa kualitas SDM di tingkat nelayan memang sangat rendah dalam segi pendidikannya, sehingga diperlukan peningkatan kualitas didalam kompetensinya yang terkandung didalamnya masalah kemampuan, pengetahuan dan keterampilannya.

Hsu. 2006 menyatakan bahwa modal manusia memiliki efek tidak langsung pada efektivitas organisasi melalui jalur pengetahuan dan kemampuan. Secara tidak langsung memiliki efek juga terhadap efektivitas organisasi yang positif didalam keunggulan kompetitifnya. Nilai asset yang dimiliki dalam modal insani merupakan peranan strategis yang dimiliki SDM yang disesuaikan dengan kemampuan SDM dalam berinovasi, menjaring dukungan serta merespon lingkungan yang selalu berubah. Komponen ini diperlukan dalam strategi peningkatan kinerja nelayan, sehingga pendayagunaan SDM yang optimal dalam meningkatkan kinerja nelayan dapat memadukan antara keterampilan, motivasi dan kemampuan nelayan dalam bekerja. Sumberdaya manusia memiliki nilai yang relevan didalam kualifikasi dan kompetensi yang memiliki nilai positif didalam perusahaan (Gamerschlag, 2013).

(44)

30

nelayan harus mau bekerjasama dengan para ketua kelompok atau bakul yang rata-rata mereka memiliki kapal dan modal. Perlu modal besar pada saat melaut ini juga merupakan salah satu hambatan yang dialami oleh nelayan. Kerjasama yang dilakukan oleh para pengusaha layur biasanya dengan para ketua kelompok atau bakul, tidak dengan nelayan. Bentuk kerjasama ini adalah dengan cara meminjamkan sejumlah dana baik untuk perbaikan kapal maupun untuk permodalannya, dengan perjanjian bahwa semua hasil produk yang didapat akan dijual kepada perusahaan pemberi modal dengan aturan tertentu. Nelayan pada umumnya memiliki perilaku yang malas dan senang berfoya-foya. Kecendrungan untuk bersikap konsumtif ini juga menjadi salah satu kendala dalam kehidupan nelayan. Pendapatan nelayan lebih dipengaruhi oleh musim sehingga pendapatannyapun tidak menentu. Kondisi yang demikian seharusnya nelayan dapat menyisihkan sebagian dari penghasilannya untuk dapat disimpan apabila sedang mendapatkan tangkapan yang banyak.

Permasalahan-permasalahan yang terjadi di nelayan ikan layur didalam kinerjanya perlu penyelesaian yang terintegrasi. Identifikasi masalah perlu dilakukan untuk mengetahui akar penyebab masalah turunnya kinerja nelayan ekspor ikan layur. Analisis diagram tulang ikan (fishbone) digunakan untuk menganalisis akar penyebab masalah tersebut. Analytical hierarchi process (AHP) digunakan untuk menganalisis dan merumuskan strategi yang sebaiknya di lakukan.

Hasil identifikasi masalah yang dilakukan didapat bahwa akar penyebab masalah dari turunnya kinerja nelayan ekspor ikan layur disebabkan oleh (1) SDM nelayan dalam etos kerja dan kompetensinya; (2) Metode dalam proses dan kebijakan. Strategi yang didapat adalah penambahan pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan. Penentuan strategi ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja nelayan. strategi ini juga diharapkan dapat meminimalisir permasalahan yang terjadi dinelayan ikan layur. Harapannya dengan adanya pelatihan ini nelayan dapat lebih meningkat kompetensinya baik dari kemampuan, keterampilan maupun pengetahuannya, sehingga tingkat kesejahteraannyapun menjadi meningkat pula. Penambahan pelatihan ini juga dapat dibuat program untuk istri-istri nelayan, dengan memberi pelatihan yang bersifat teknis bagaimana cara mengolah ikan sehingga dapat menghasilkan uang untuk dapat menambah penghasilan rumah tangga.

IMPLIKASI MANAJERIAL

Gambar

Gambar 1 Produksi ikan layur selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir (PT
Gambar 2   Data ekspor ikan layur Pelabuhanratu selama 5 (lima) tahun terakhir
Gambar 4 Rantai pasok ikan layur hingga sampai ke konsumen
Gambar 5   Produk ikan layur
+7

Referensi

Dokumen terkait