• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENUTUP FUNGSI IDENTIFIKASI SIDIK JARI DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DI YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENUTUP FUNGSI IDENTIFIKASI SIDIK JARI DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DI YOGYAKARTA."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

65

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah bab demi bab dibahas dalam penulisan skripsi ini, maka sampailah pada bab terakhir, dalam bab ini penulis mengemukakan beberapa kesimpulan dan juga saran-saran yang diambil dari hasil pengolahan pada pokok persoalan tentang identifikasi sidik jari dalam penyidikan terhadap tindak pidana pencurian, sehingga penulis dapat mengemukakan kesimpulan sebagai berikut :

1. Fungsi identifikasi sidik jari dalam penyidikan terhadap tindak pidana pencurian adalah, barang bukti yang mempunyai kekuatan pembuktian di persidangan selain barang bukti yang sah dapat pula mendukung alat-alat yang lain sehingga identifikasi digunakan untuk menemukan orang atau si pelaku.

2. Upaya-upaya yang dilakukan untuk identifikasi sidik jari dalam penyidikan terhadap tindak pidana pencurian di Yogyakarta. Mula-mula kedua sidik jari yang beda dibandingkan kelas atau golongan yaitu :

a. Jenis bentuk pokok lukisan sidik jari : jika jari latent adalah whorl, maka tersangka harus juga mewakili whorl atau pemeriksaan tidak perlu dilanjutkan.

(2)

66

c. Jika sidik jari latent memiliki garis-garis pepilair yang halus, sidik jari yang diketahui harus demikian. Sehingga dapat membantu proses penyelidikan untuk mencari bukti permulaan terhadap orang-orang yang dimungkinkan/dicurigai pada saat terjadinya tindak pidana di TKP ( Tempat Kejadian Perkara ).

Sidik jari yang sudah dibedakan kelas atau golongannya tersebut disimpan di bank data kepolisian untuk selanjutnya dicocokkan dengan sidik jari orang yang sudah tercatat, tersimpan dan teridentifikasi di bank data kepolisian, setelah dicocokkan maka pihak polisi dapat menemukan siapa pelaku dari tindak pidana pencurian tersebut.

3. Hambatan pelaksanaan identifikasi sidik jari dalam penyidikan terhadap tindak pidana pencurian adalah : keadaan TKP tidak asli seperti semula disebabkan oleh faktor alam dan manusia, sarana kurang memadai, kurangnya jumlah dan kemampuan personil, keterlambatan masyarakat untuk melapor, jauhnya jarak kantor dengan lokasi TKP.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut :

(3)

67

2. Adanya kemajuan teknologi sekarang ini maka setiap anggota penyidik dituntut keahliannya dalam hal operasional nantinya akan bisa untuk selalu dapat menandingi setiap gerak dan arah dari kejahatan yang timbul dewasa ini. Dalam melaksanakan tugasnya untuk menanggulangi kejahatan diusahakan untuk selalu menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia.

(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Adami Chazawi, 2000,Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.

Andi Hamzah, 1984,Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta, Ghalia, Indonesia.

Ansorie Sabuan, 1990,Hukum Acara Pidana, Bandung, Angkasa.

Departemen Pertahanan Keamanan Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia ( IV ), Petunjuk Teknis Tentang Pencarian Sidik Jari Latent Di Tempat Kejadian Tindak Pidana, No, Pol : Juknis/09/V/1981.

Kafandi, 1982, Himpunan Juklak Dan Juknis Proses Penyidikan Tindak Pidana, Banyubiru : Departemen Pertahanan Keamanan Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia.

Lilik Mulyadi, 2002, Hukum Acara Pidana Suatu Tinjauan Khusus Terhadap Surat Dakwaan, Eksepsi Dan Putusan Pengadilan,Bandung, Citra Aditya Bakti.

L.J Van Apeldoorn, 1987,Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta, Pradnya Paramita. M. Karyadi, Sidik Jari Sistem Henry ( Sistem Baru yang diperluas ), Bogor,

Politea.

Moch Anwar, 1989,Hukum Pidana Bagian Khusus ( UHP Buku ke-II ), Bandung, Alumni.

Moeljatno, 1987,Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta, PT. Bina Aksara.

N. Yudhana, 1993, Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia Pusat Identifikasi, Jakarta.

Pagian Soeprapto dan V. Wahyudi, Tht, Asas-Asas Pengetahuan Tentang Sidik Jari ( Daktiloscopy ), Politea, Bogor.

(5)

R. Sugandhi S.H., Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ( KUHP ) dengan penjelasannya, Penerbit Usaha Nasional Surabaya Indonesia.

Rusli Muhammad, 2000, Bahan Kuliah Hukum Acara Pidana Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1995,Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, Jakarta, Balai Pustaka.

Wirjono Projodikoro, 1974, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia, Bandung, Eresco.

Peraturan Perundang-Undangan :

UU. No 8 tahun 1981,Undang-Undang Hukum Acara Pidana(KUHAP) UU. No 2 tahun 2002,Tentang Undang-Undang Pokok Kepolisian Website :

Referensi

Dokumen terkait

Diketahui bahwa peran identifikasi dalam penyidikan adalah mencari alat bukti (sidik jari talent, raut wajah) dalam proses penyidikan tindak pidana secara ilmiah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses identifikasi sidik jari, kendala dan solusi dalam penyidikan sebagai alat bukti mengungkap kasus tindak pidana di Polres

sidik jari dalam proses penyidikan sebagai salah satu alat bukti untuk. mengungkap suatu tindak pidana dan mengenai hal-hal yang

PEMANFAATAN IDENTIFIKASI SIDIK JARI OLEH KEPOLISIAN DALAM MENGUNGKAP TINDAK

membantu pembuktian tindak pidana pembunuhan menggunakan sidik jari, walaupun pembuktian sidik jari tidak dicantumkan secara langsung dalam alat bukti, tetapi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Efektifitas Sidik Jari Dalam Proses Penyidikan Tindak Pidana pencurian di Kepolisian Daerah Kepulauan Bangka

digunakan dalam penulisan penelitian dengan judul “Kekuatan sidik jari sebagai alat bukti Petunjuk dalam mengungkap tindak pidana di tingkat penyidikan”. Maka

Sidik jari diambil dalam proses penyidikan untuk pemeriksaan lebih lanjut mengenai bukti-bukti yang tertinggal di TKP (Tempat Kejadian Perkara). Bukti tersebut yang akan