• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Komunikasi Dalam Koperasi (Studi Deskriptif Tentang Pola Komunikasi Organisasi Dalam Koperasi Syariah Berkah Mandiri Jln Setia Budi No. 175 C Tanjung Sari, Medan).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pola Komunikasi Dalam Koperasi (Studi Deskriptif Tentang Pola Komunikasi Organisasi Dalam Koperasi Syariah Berkah Mandiri Jln Setia Budi No. 175 C Tanjung Sari, Medan)."

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

POLA KOMUNIKASI DALAM KOPERASI

(Studi Deskriptif tentang Pola Komunikasi Organisasi dalam Koperasi

Syariah Berkah Mandiri Jln Setia Budi No. 175 C Lantai 2 Tanjung Sari,

Medan)

SKRIPSI

DIAJUKAN OLEH: Putri Syairah Laifa Khatun Zer

050904097

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

SKRIPSI INI DISETUJUI UNTUK DIPERTAHANKAN OLEH :

NAMA : PUTRI SYAIRAH LAIFA KHATUN ZER

NIM : 050904097

DEPARTEMEN : ILMU KOMUNIKASI

JUDUL : POLA KOMUNIKASI DALAM KOPERASI

(STUDI DESKRIPTIF TENTANG POLA KOMUNIKASI ORGANISASI DALAM KOPERASI SYARIAH BERKAH MANDIRI JLN SETIA BUDI NO. 175 C TANJUNG SARI, MEDAN)

PEMBIMBING KETUA DEPARTEMEN ILMU

KOMUNIKASI

DRA. LUSIANA A. LUBIS, M.A DRS. AMIR PURBA, M.A NIP. 196704051990032002 NIP.195102191987011001

DEKAN

PROF. DR. M. ARIF NASUTION, M.A

(3)

ABSTRAKSI

Skripsi ini meneliti tentang pola komunikasi organisasi di dalam Koperasi Syariah Berkah Mandiri, Jl. Setia Budi No.175-C Lantai 2, Tanjung Sari, Medan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran umum pola komunikasi dalam suatu Koperasi Syariah.

Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan metode penelitian deskriptif, yang hanya menggambarkan suatu peristiwa atau situasi penelitian, tanpa mencari atau menjelaskan hubungan, serta tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Selain melalui buku-buku dan internet, pengumpulan data juga dilakukan dengan cara wawancara dan memberikan sejumlah pertanyaan dalam bentuk kuesioner kepada responden. Setiap kuesioner berisi 36 pertanyaan tertutup. Penentuan jumlah sampel menggunakan metode yang dipopulerkan oleh Arikunto (2006: 134).

Di mana penentuan jumlah sampel penelitian adalah dengan ketentuan apabila subjeknya kurang dari 100 orang, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10% atau 20% - 25% atau lebih. Dari metode tersebut didapat jumlah sampel sebanyak 30 orang responden, dari jumlah keseluruhan populasi sebanyak 155 orang. Sedangkan teknik penarikan sampel yang digunakan adalah proportional random sampling, purposive sampling dan accidental sampling. Analisis data sendiri dilakukan dengan menggunakan analisis tabel tunggal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi komunikasi organisasi di Koperasi Syariah Berkah Mandiri, berada dalam suasana kondusif.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Selanjutnya shalawat dan salam buat junjungan umat Islam, Rasulullah SAW.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata 1 (S-1) di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU. Dalam pengerjaannya, penulis mendapat banyak bimbingan, pengarahan, dukungan, dan nasehat dari orang-orang di sekitar penulis. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU

2. Bapak Drs. Amir Purba, M.A., selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU.

3. Ibu Dra. Lusiana A. Lubis, M.A., selaku dosen penmbimbing penulis yang banyak sekali memberi masukan dan arahan kepada penulis

4. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M.Si., selaku dosen wali yang selama ini menjadi tempat bertukar pikiran penulis dalam hal akademis.

5. Bapak-bapak dan Ibu-ibu Dosen di Departemen Ilmu komunikasi yang telah memberikan ilmu-ilmunya selama di bangku perkuliahan, juga Kak Cut, Kak Ros, Kak Maya, Kak Rotua yang juga mau membantu penulis dalam hal akademik.

6. Bang Suyadi, selaku Ketua Koperasi Syariah Berkah Mandiri yang telah

(5)

7. Bang Arif Toteles, yang banyak membantu dan banyak “bercuap-cuap” memberi masukan plus tambahan “ilmu”. Serta sahabat-sahabatku, Mak Pen, Mak Eli, Eka, Indah, Pinta, Eda Ani, terima kasih telah menemani, menghibur, memberi masukan kepada penulis dalam banyak hal, tak hanya skripsi ini. Semoga persahabatan kita berkekalan ya Pren!

8. “Ponakan-ponakan Tante” di Asrama Putri yang selalu menghibur tante di kala tante suntuk. Tante amat sangat menyayangi kalian, Nak.

9. Teman-teman seangkatan 2005 yang tak dapat penulis sebutkan satu per satu di sini.

Terutama sekali, penulis ucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada Papa tercinta, Drs. Mugiono Zer yang selalu mendoakan dan berkorban untuk penulis. Selanjutnya juga kepada suami tercinta, Effendi Karmila A N, SIQ, S. Th. I, yang tak bosan-bosannya dan dengan kesabaran yang tak berbatas selalu membantu dan menyemangati penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. I luv U full, Sayang. Lalu untuk Mama dan Umi, terima kasih juga atas doa-doanya.

Akhirnya, segala sesuatu penulis kembalikan kepada Allah SWT. Mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak, apabila selama ini penulis banyak melakukan kesalahan. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Amin.

Medan, November 2009

Penulis,

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

I. 1 LATAR BELAKANG MASALAH ... 1

I. 2 PERUMUSAN MASALAH ... 5

I. 3 PEMBATASAN MASALAH ... 5

I. 4 TUJUAN PENELITIAN ... 5

I. 5 MANFAAT PENELITIAN ... 6

I. 6 KERANGKA TEORI ... 6

I. 7 KERANGKA KONSEP ... 13

I. 8 VARIABEL OPERASIONAL ... 15

I. 9 DEFENISI VARIABEL OPERASIONAL ... 17

BAB II : URAIAN TEORITIS ... 20

II. 1 KOMUNIKASI ... 20

II. 2 ORGANISASI DAN KOMUNIKASI ... 28

II. 3 KOMUNIKASI BISNIS ... 50

II. 4 SEJARAH KOPERASI ... 59

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ... 71

(7)

III. 2 SEJARAH SINGKAT KOPERASI SYARIAH

BERKAH MANDIRI ... 72

III. 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 78

III. 4 POPULASI DAN SAMPEL ... 79

III. 5 TEKNIK PENGUMPULAN DATA ... 80

III. 6 TEKNIK ANALISIS DATA ... 81

BAB IV : PEMBAHASAN ... 82

IV. 1 PELAKSANAAN PENGUMPULAN DATA ... 82

IV. 2 PROSES PENGOLAHAN DATA ... 83

IV. 3 ANALISIS TABEL TUNGGAL ... 84

IV. 4 BAB PEMBAHASAN ... 118

BAB V : PENUTUP ... 120

V. 1 KESIMPULAN ... 120

(8)

DAFTAR TABEL

TABEL 1 VARIABEL OPERASIONAL ... 15

TABEL 2 JENIS KELAMIN RESPONDEN ... 84

TABEL 3 USIA RESPONDEN ... 85

TABEL 4 LAMA BERGABUNG ... 85

TABEL 5 TINGKAT PENDIDIKAN ... 86

TABEL 6 PEKERJAAN ... 87

TABEL 7 PENGHASILAN ... 88

TABEL 8 JABATAN/POSISI DI KOPERASI SYARIAH BERKAH MANDIRI ... 88

TABEL 9 DARI MANA MENGENAL KOPERASI SYARIAH BERKAH MANDIRI ... 89

TABEL 10 SUMBER INFORMASI KEGIATAN-KEGIATAN KOPERASI SYARIAH BERKAH MANDIRI ... 91

TABEL 11 FREKUENSI MEMBACA AD/ART KOPERASI SYARIAH BERKAH MANDIRI ... 92

TABEL 12 FREKUENSI MENGIKUTI PELATIHAN DI KOPERASI SYARIAH BERKAH MANDIRI ... 92

TABEL 13 TANGGAPAN RESPONDEN TERHADAP LAPORAN KEUANGAN KOPERASI SYARIAH BERKAH MANDIRI ... 93

(9)

TABEL 15 PENGETAHUAN RESPONDEN TENTANG WIRA USAHA DAN KOPERASI SETELAH BERGABUNG DENGAN KOPERASI SYARIAH BERKAH MANDIRI 96

TABEL 16 TINGKAT PEMAHAMAN TERHADAP AD/ART

KOPERASI SYARIAH BERKAH MANDIRI ... 96

TABEL 17 TINGKAT KEAKTIFAN MELUNASI BERBAGAI

KEWAJIBAN DI KOPERASI SYARIAH BERKAH MANDIRI ... 97 TABEL 18 TANGGAPAN MENGENAI SISTIM SYARIAH DI

KOPERASI SYARIAH BERKAH MANDIRI ... 98

TABEL 19 TANGGAPAN MENGENAI SISTIM KERJA/

OPERASIONAL DI KOPERASI SYARIAH BERKAH MANDIRI ... 99 TABEL 20 FREKUENSI BERTEMU DAN BERBICARA DENGAN

DEWAN PENGAWAS KOPERASI SYARIAH BERKAH MANDIRI ... 100 TABEL 21 FREKUENSI BERTEMU DAN BERBICARA DENGAN

PENGURUS KOPERASI SYARIAH BERKAH MANDIRI 101

(10)

TABEL 23 FREKUENSI BERTEMU DAN BERBICARA DENGAN MITRA KOPERASI SYARIAH BERKAH MANDIRI103

TABEL 24 FREKUENSI MENGHADIRI RAPAT KOPERASI

SYARIAH BERKAH MANDIRI ... 103

TABEL 25 TINGKAT PENERIMAAN PENDAPAT/IDE DARI RESPONDEN DI KOPERASI SYARIAH BERKAH MANDIRI ... 105 TABEL 26 TINGKAT DUKUNGAN TERHADAP KEPUTUSAN-

KEPUTUSAN DI KOPERASI SYARIAH BERKAH MANDIRI ... 106 TABEL 27 FREKUENSI MENGIKUTI KEGIATAN SELAIN RAPAT

DI KOPERASI SYARIAH BERKAH MANDIRI ... 107 TABEL 28 TANGGAPAN MENGENAI HONOR/GAJI/BAGI HASIL

DI KOPERASI SYARIAH BERKAH MANDIRI ... 108

TABEL 29 TINGKAT KEYAKINAN TERHADAP KEAMANAN

PENEMPATAN DANA DI KOPERASI SYARIAH BERKAH MANDIRI ... 109 TABEL 30 TINGKAT KEYAKINAN TERHADAP KEMAMPUAN

PENGURUS KOPERASI SYARIAH BERKAH MANDIRI DALAM MEMENUHI SEGALA KEWAJIBANNYA110 TABEL 31 TINGKAT KEYAKINAN TERHADAP KEMAMPUAN

(11)

TABEL 32 PANDANGAN TERHADAP SITUASI INTERNAL KOPERASI SYARIAH BERKAH MANDIRI ... 111

TABEL 33 PANDANGAN TERHADAP KEPROFESIONALITASAN KEPENGURUSAN DI KOPERASI SYARIAH BERKAH MANDIRI ... 112 TABEL 34 FREKUENSI MENERIMA BONUS/ PENGHARGAAN

DAN DISKON DARI KOPERASI SYARIAH BERKAH MANDIRI ... 113 TABEL 35 PANDANGAN TERHADAP BONUS/ PENGHARGAAN

DAN DISKON DARI KOPERASI SYARIAH BERKAH MANDIRI ... 115 TABEL 36 PANDANGAN TERHADAP JABATAN RESPONDEN DI

KOPERASI SYARIAH BERKAH MANDIRI ... 115

TABEL 37 PANDANGAN TERHADAP KEBERHASILAN

(12)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1 TEORI MOTIVASI ... 12 GAMBAR 2 STRUKTUR KOPERASI SYARIAH BERKAH MANDIRI

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. BIODATA 2. KUESIONER

3. TABEL FOLTRON COBOL

4. LEMBAR CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI 5. SURAT PENELITIAN

(14)

ABSTRAKSI

Skripsi ini meneliti tentang pola komunikasi organisasi di dalam Koperasi Syariah Berkah Mandiri, Jl. Setia Budi No.175-C Lantai 2, Tanjung Sari, Medan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran umum pola komunikasi dalam suatu Koperasi Syariah.

Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan metode penelitian deskriptif, yang hanya menggambarkan suatu peristiwa atau situasi penelitian, tanpa mencari atau menjelaskan hubungan, serta tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Selain melalui buku-buku dan internet, pengumpulan data juga dilakukan dengan cara wawancara dan memberikan sejumlah pertanyaan dalam bentuk kuesioner kepada responden. Setiap kuesioner berisi 36 pertanyaan tertutup. Penentuan jumlah sampel menggunakan metode yang dipopulerkan oleh Arikunto (2006: 134).

Di mana penentuan jumlah sampel penelitian adalah dengan ketentuan apabila subjeknya kurang dari 100 orang, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10% atau 20% - 25% atau lebih. Dari metode tersebut didapat jumlah sampel sebanyak 30 orang responden, dari jumlah keseluruhan populasi sebanyak 155 orang. Sedangkan teknik penarikan sampel yang digunakan adalah proportional random sampling, purposive sampling dan accidental sampling. Analisis data sendiri dilakukan dengan menggunakan analisis tabel tunggal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi komunikasi organisasi di Koperasi Syariah Berkah Mandiri, berada dalam suasana kondusif.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

I. 1. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan bisnis global sekarang ini, organisasi seperti metamorfosis, berusaha keras agar komunikasi di dalam dan di luar perusahaan terbuka, jujur, dan jelas. Mereka memahami bahwa keberhasilan yang dicapai bergantung pada kemampuan para karyawan dan manajer berkomunikasi secara efektif. Dan mereka mengetahui bahwa komunikasi dan komunikasi yang efektif bukanlah hal yang sama.

Komunikasi adalah proses mengirimkan dan menerima pesan. Sedangkan komunikasi yang efektif terjadi kalau individu mencapai pemahaman yang sama, merangsang pihak yang lain melakukan tindakan, dan mendorong orang untuk berpikir dengan cara yang baru. Kemampuan kita untuk berkomunikasi secara efektif akan menambah produktifitas, baik untuk kita maupun organisasi; dapat mengantisipasi masalah, membuat keputusan, mengkoordinasikan arus kerja, mengembangkan hubungan, serta mempromosikan produk dan jasa. Kita dapat membentuk kesan pada rekan, karyawan supervisor, investor, dan pelanggan. Dan dapat merasakan serta memenuhi kebutuhan semua pihak yang berkepentingan, baik organisasi besar, kecil atau perusahaan maya seperti metamorfosis, berbagai informasi di antara berbagai bagian dalam suatu organisasi, dan antara organisasi bersangkutan dengan dunia luar, merupakan perekat yang menyatukan organisasi.

(16)

pekerjaan mereka. Pada saat yang sama, orang lain juga mempunyai informasi yang penting bagi kita. Dalam perusahaan yang hanya terdiri dari lima atau enam karyawan, banyak informasi dipertukarkan sambil lalu dan langsung lewat telepon, e-mail, fax, atau memo antar kantor. Dalam organisasi raksasa seperti Pepsi Co, dengan ratusan ribu karyawan tersebar di seluruh dunia, mengirimkan informasi secara tepat kepada orang yang tepat pada saat yang tepat merupakan tantangan besar. Untuk menghadapi tantangan ini, organisasi mengandalkan saluran komunikasi internal dan eksternal. 1. Komunikasi Internal.

Komunikasi Internal merujuk pada pertukaran informasi dan gagasan di dalam organisasi. Komunikasi di antara anggota suatu organisasi penting untuk melakukan fungsi secara efektif. Sebagai seorang karyawan, kita bisa mengamati berbagai hal secara langsung yang tidak dapat dilihat oleh supervisor atau rekan kita yang lain; reaksi spontan dari pelanggan terhadap pameran produk, keengganan pemasok sebelum menyetujui tanggal pengiriman, suara berdesis yang aneh dalam sepotong peralatan, atau menurunnya arus pelanggan. Manajer dan rekan sekerja perlu informasi kecil yang berharga ini untuk melaksanakan tugasnya. Bila informasi tersebut tidak disampaikan, tidak akan ada orang lain yang melakukan reaksi atau respon karena tidak ada orang lain yang mengetahuinya.

2.Komunikasi Eksternal.

(17)

pesaing, investor, wartawan, dan perwakilan masyarakat. Kadang-kadang komunikasi eksternal ini secara hati-hati diatur terutama dalam masa krisis. Di kala lain komunikasi eksternal terjadi secara informal sebagai bagian operasi bisnis rutin.

Salah satu contoh nyata organisasi yang menggunakan komunikasi internal dan eksternal adalah koperasi. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Koperasi bertujuan untuk menyejahterakan anggotanya. Berdasarkan pengertian tersebut, yang dapat menjadi anggota koperasi yaitu:

a. Perorangan, yaitu orang yang secara sukarela menjadi anggota koperasi; b. Badan hukum koperasi, yaitu suatu koperasi yang menjadi anggota koperasi

yang memiliki lingkup lebih luas.

Pada Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 27 (Revisi 1998), disebutkan bahwa karateristik utama koperasi yang membedakan dengan badan usaha lain, yaitu anggota koperasi memiliki identitas ganda. Identitas ganda maksudnya anggota koperasi merupakan pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi.

Umumnya koperasi dikendalikan secara bersama oleh seluruh anggotanya, di mana setiap anggota memiliki hak suara yang sama dalam setiap keputusan yang diambil koperasi. Pembagian keuntungan koperasi (biasa disebut Sisa Hasil Usaha atau SHU) biasanya dihitung berdasarkan andil anggota tersebut dalam koperasi, misalnya dengan melakukan pembagian dividen berdasarkan besar pembelian atau penjualan yang dilakukan oleh si anggota.

(18)

perekonomian yang berkeadilan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Membentuk koperasi memang diperlukan keberanian dan kesamaan visi dan misi di dalam intern pendiri. Mendirikan koperasi syariah akan memerlukan perencanaan yang cukup bagus agar tidak berhenti di tengah jalan. Mendirikan koperasi syariah harus memiliki modal awal, modal awal ini dikumpulkan dari anggota koperasi. Koperasi syariah agar diakui keabsahannya hendaklah disahkan oleh notaris, biaya pengesahan relatif tidak begitu mahal berkisar 300 ribu rupiah. Modal awal koperasi bersumber dari dana usaha, dana-dana ini dapat bersumber dari dan diusahakan oleh koperasi syariah, misalkan dari Modal Sendiri, Modal Penyertaan dan Dana Amanah. Modal Sendiri didapat dari simpanan pokok, simpanan wajib, cadangan, hibah, dan donasi, sedangkan Modal Penyerta di dapat dari anggota, koperasi lain, bank, penerbitan obligasi dan surat utang serta sumber lainnya yang sah. Adapun Dana Amanah dapat berupa simpanan sukarela anggota, dana amanah perorangan atau lembaga.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana pola komunikasi organisasi dalam menghadapi berbagai permasalahan di Koperasi Syariah Berkah Mandiri.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

“Bagaimanakah pola komunikasi organisasi di dalam Koperasi Syariah Berkah Mandiri, Jalan Setia Budi No.175-C Lantai 2, Tanjung Sari, Medan ?”

(19)

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti melakukan pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah yang diteliti adalah :

1. Penelitian ini bersifat deskriptif, yang hanya memaparkan suatu situasi atau peristiwa secara sistematis, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.

2. Penelitian ini dilakukan terbatas pada pengurus, karyawan, dan anggota koperasi di lingkungan Koperasi Syariah Berkah Mandiri, Jalan Setia Budi No.175-C Lantai 2, Tanjung Sari, Medan.

3. Penelitian dilakukan pada bulan September-Oktober 2009.

I.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui gambaran umum pola komunikasi dalam suatu Koperasi Syariah.

2. Untuk mengetahui cara mengatasi permasalahan di dalam Kopersi Syariah Berkah Mandiri.

3. Untuk mengetahui pola komunikasi dalam Koperasi Syariah Berkah Mandiri.

I.5. Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya bahan referensi penelitian di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU dan memberikan sumbangan pemikiran bagi para pembacanya.

(20)

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Koperasi Syariah Berkah Mandiri.

I.6. Kerangka Teori

Sebelum terjun ke lapangan atau melakukan penelitian atau pengumpulan data, peneliti diharapkan mampu menjawab permasalahan melalui suatu kerangka pemikiran atau literature review. Kerangka pemikiran merupakan kajian tentang bagaimana hubungan teori dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi dalam perumusan masalah.

Wilbur Schramm menyatakan bahwa teori merupakan suatu perangkat pernyataan yang saling berkaitan, pada abstraksi dengan kadar tinggi, dan daripadanya proporsi bisa dihaslkan dan diiuji secara alamiah dan pada landasannya dapat dilakukan prediksi mengenai perilaku (Effendy, 2003: 241).

Kerlinger juga menyebutkan bahwa teori merupakan himpunan konstruk (konsep), definisi dan preposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004: 6).

Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan adalah Komunikasi, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Bisnis, dan Koperasi.

I.6.1. Komunikasi.

(21)

terjadi adalah bermuara pada usaha untuk mendapatkan kesamaan makna atau pemahaman pada subjek yang melakukan proses komunikasi tersebut.

Pengertian komunikasi menurut H. Lasswell adalah siapa mengatakan apa, melalui saluran apa, kepada siapa, dengan efek apa ( who says what in which channel to whom with what effect ). Sedangkan menurut Anderson, komunikasi adalah suatu

proses dimana kita bisa memahami dan dipahami orang lain. Komunikasi merupakan proses yang dinamis dan secara konstan bisa berubah sesuai dengan situasi yang berlaku. Dan menurut Edward Depari, komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, pesan yang disampaiakan melalui lambang tertentu yang mengandung arti yang dilakukan oleh penyampai pesan dan ditujukan kepada penerima pesan ( Purba dkk., 2006: 32 ).

I.6.1.1. Komunikasi Organisasi.

Salah satu bentuk komunikasi adalah Komunikasi Organisasi. Komunikasi merupakan bidang yang sangat penting dalam manajemen organisasi. Dalam kenyataannya masalah komunikasi selalu muncul dalam proses organisasi. Komunikasi merupakan system aliran yang mengfhubungkan dan membangkitkan kinerja antarbagian dalam organisasi sehingga menghasilkan sinergi (Panuju, 2001: 1-2).

(22)

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal dan informal dari suatu organisasi. Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi pada kepentingan organisasi, misalnya memo, kebijakan, pernyataan, dan surat-surat resmi. Sedangkan komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Komunikasi yang dilakukan lebih kepada komunikasi kepada antaranggotanya secara individual.

Untuk menciptakan iklim komunikasi organisasi yang baik tergantung pada seberapa kondusif dan efektif kondisi yang menunjang kebebasan dan kemudahan perilaku komunikasi sumber daya manusianya. Raspberry dan Linsay menegaskan bahwa inti aktifitas manusia dalam organisasi adalah seberapa jauh efektifitas dari: 1. kualitas isi pesan, 2. kuantitas isi pesan, 3. media atau saluran komunikasi yang tersedia dan biasa digunakan dalam proses komunikasi yang berlangsung di dalam organisasi tersebut, 4. etos dan kredibilitas komunikator (Pohan, 2005: 12).

I.6.1.2. Komunikasi Bisnis.

Komunikasi bisnis dalam prakteknya memiliki ruang lingkup yang lebih kompleks dibandingkan komunikasi individu. Di dalam suatu perusahaan, orang-orang yang terlibat di dalamnya akan melakukan komunikasi yang dinamakan komunikasi internal. Sedangkan bila perusahaan ingin melakukan komunikasi dengan pihak luar perusahaan, maka dinamakan komunikasi eksternal.

(23)

berbicara dengan klien, mendengarkan presentasi dalam ruang rapat, memperhatikan penampilan dalam berpidato, intonasi suara dan gerakan tubuh lawan bicara, yang digunakan untuk melakukan komunikasi secara efektif dalam bisnis (Purwanto: 2003).

I.6.1.3. Koperasi.

Koperasi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perekonomian Indonesia. Karena tujuannya yang mengutamakan kesejahteraan anggotanya di atas pencarian keuntungan, koperasi terus dikembangkan hingga sekarang. Kebijakan ini sesuai dengan UUD 1945 pasal 33 ayat 1 yang menyatakan bahwa “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”. Satu-satunya bentuk usaha yang sesuai dengan pasal ini adalah koperasi.

Gerakan koperasi di Indonesia dimulai dengan lahirnya “Bank Pertolongan & Tabungan” yang didirikan pada tahun 1896 oleh Raden Aria Wira Atmaya di Kabupaten Banyumas, Purwokerto, yang tujuannya untuk membebaskan masyarakat dari lintah darat.

Kemudian, melalui perjuangan yang cukup panjang pada tahun 1927 keluar peraturan tentang “Perkumpulan Koperasi Bumi Putera” No. 91 tahun 1927. Melalui peraturan tersebut maka izin mendirikan koperasi diperlonggar. Kongres koperasi I diselenggarakan atas dorongan Bung Hatta pada tanggal 12 Juli 1947 di Tasikmalaya. Keputusan penting dalam kongres I antara lain:

a. Mendirikan Sentral Organisasi Koperasi Rakyat (SOKRI) yang berkedudukan di Tasikmalaya.

(24)

c. Menetapkan tanggal 12 Juli sebagai hari koperasi.

Pada bulan Juli 1953 diadakan kongres koperasi ke II di Bandung. Keputusan penting dalam kongres tersebut adalah:

a. Mengangkat Bung Hatta sebagai Bapak Koperasi Indonesia. b. SOKRI di ubah menjadi Dewan Koperasi Indonesia.

Pada bulan September 1956 diadakan Kongres Koperasi ke III di Jakarta. Keputusan penting yang dihasilkan dalam kongres tersebut antara lain:

a. Penyempurnaan Organisasi Gerakan Koperasi.

b. Menghimpun bahan untuk undang-undang perkoperasian.

Undang-undang perkoperasian yang dipakai hingga saat ini adalah UU Perkoperasian No. 25 tahun 1992.

Seperti badan usaha lain, koperasi mempunyai kelebihan dan kelemahan, kelebihan dari koperasi yaitu:

1. Usaha koperasi tidak hanya diperuntukkan kepada anggotanya saja, tetapi juga untuk masyarakat pada umumnya.

2. Koperasi dapat melakukan berbagai usaha di berbagai bidang kehidupan ekonomi rakyat.

3. Sisa Hasil Usaha (SHU) yang dihasilkan koperasi dibagikan kepada anggota sebanding dengan jasa usaha masing-masing anggota.

4. Membantu membuka lapangan pekerjaan

5. Mendapat kesempatan usaha yang seluas-luasnya dari pemerintah.

6. Mendapat bimbingan dari pemerintah dalam rangka mengembangkan koperasi.

(25)

1. Umumnya terdapat keterbatasan Sumber Daya Manusia, baik pengurus maupun anggota terhadap pengetahuan tentang perkoperasian.

2. Tidak semua anggota koperasi berperan aktif dalam pengembangan koperasi. 3. Koperasi identik dengan usaha kecil sehingga sulit untuk bersaing dengan badan

usaha lain.

4. Modal koperasi relatif terbatas atau kecil bila dibandingkan dengan badan usaha lain.

5. Pengurus dan anggota kurang memiliki jiwa wirausaha sehingga mengalami kesulitan untuk berkembang.

I.6.1.4. Teori Motivasi.

Abraham Maslow mengatakan bahwa orang melakukan suatu tindakan karena dorongan-dorongan kebutuhan tertentu. Kebutuhan manusia dapat digolongkan dalam lima kategori sebagai berikut :

Hierarki Kebutuhan Maslow.

Aktualisasi diri

Penghargaan

Sosial ( rasa memiliki )

Keselamatan/keamanan

Fisiologis

(26)

Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesa (Nawawi, 1995: 40).

Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan. kelompok atau individu, yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995: 33).

Jadi, kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Adapun varibel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Komunikasi Organisasi ( subjek penelitian ).

Yang dimaksud dengan variabel komunikasi organisasi adalah fungsi-fungsi komunikasi dalam suatu organisasi ( Sendjaja, 1994 ) :

a. Fungsi informatif : Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu.

b. Fungsi regulatif : Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi.

(27)

d. Fungsi integratif : Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik.

2. Variabel motivasi berorganisasi ( objek penelitian ).

Motivasi berorganisasi menyangkut alasan-alasan mengapa orang mencurahkan tenaga, pikiran serta waktu untuk melakukan suatu kegiatan/pekerjaan dalam suatu institusi/organisasi. Motivasi sangat berkaitan dengan komunikasi. Komunikasi bisa menjadi faktor pembangkit motivasi bisa pula motivasi yang baik memudahkan upaya komunikasi dalam fungsi koordinasi dan kerja sama (Kriyantono, 2006: 96). Adapun variabelnya adalah :

a. Kebutuhan Fisiologis : Adalah kebutuhan fisik biologis manusia, seperti gaji dan fasilitas-fasilitas lain.

b. Kebutuhan keamanan/keselamatan : contohnya pekerjaan tetap, berbagai asuransi diri dan berbagai jaminan lainnya

c. Kebutuhan sosial : Kebutuhan bergabung dengan orang lain, diterima dan dicintai orang lain.

d. Kebutuhan penghargaan : Bonus, promosi, pujian, hadiah dan lain-lain. e. Kebutuhan aktualisasi diri : Keberhasilan melaksanakan tugas yang

menantang, melaksanakan kerja kreatif, dan lain-lain. 3.Variabel karakteristik responden.

(28)

I. 8. Variabel Operasional

Variabel teoritis Variabel operasional

Variabel Subjek penelitian Komunikasi Organisasi

1. Fungsi informatif.

a. Pengelolaan keuangan b. Penngelolaan bisnis koperasi c. Pendidikan/pelatihan

d. Brosur koperasi e. Iklan

2. Fungsi regulatif.

a. Pemahaman dan ketaatan terhadap AD/ART

b. Pemahaman dan ketaatan terhadap prinsip

c. Sistem pembagian kerja 3. Fungsi persuasif.

a. Kedekatan pengurus dengan dewan pengawas

b. Kedekatan antar sesama pengurus

c. Kedekatan pengurus dengan karyawan

(29)

e. Kedekatan pengurus dengan

mitra koperasi 4. Fungsi integratif.

a. Komunikasi formal b. Komunikasi informal

Variabel Objek Penelitian Motivasi berorganisasi

1. Kebutuhan Fisiologis. a. Gaji

b. Sisa hasil usaha

2. Kebutuhan keamanan dan keselamatan. a. Jaminan koperasi

b. Jaminan nasabah

c. Jaminan karyawan dan mitra pendukung

3. Kebutuhan sosial a. Situasi b. Dukungan c. Kepercayaan 4. Kebutuhan penghargaan.

a. Bonus b. Promosi c. Pujian d. Hadiah

(30)

a. Keberhasilan kerja b. Kerja kreatif

Karakteristik responden. 1. Status 2. Usia

3. Jenis kelamin 4. Pendidikan 5. Pekerjaan 6. Lama bergabung 7. Tingkat keaktifan.

1. 9. Definisi Variabel Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti yang ingin menggunakan variabel yang sama ( Singarimbun, 1995: 46 ).

Definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Komunikasi Organisasi ( subjek penelitian ).

a. Fungsi informatif : Transparansi pengelolaan keuangan, transparansi pengelolaan bisnis koperasi, pendidikan/pelatihan perkoperasian dan wira usaha, kelengkapan penjelasan dan brosur produk koperasi, iklan produk-produk koperasi.

(31)

c. Fungsi persuasif : Kedekatan pengurus dengan dewan pengawas, kedekatan antarsesama pengurus, kedekatan antara pengurus dan karyawan koperasi, kedekatan pengurus dengan anggota koperasi, kedekatan pengurus dengan mitra-mitra koperasi

d. Fungsi integratif : Saluran komunikasi formal meliputi rapat-rapat dan pertemuan resmi, baik rutin maupun kasuistik. Saluran komunikasi informal meliputi diskusi-diskusi tidak resmi yang membicarakan kepentingan dan masalah perkoperasian.

2. Variabel motivasi berorganisasi ( objek penelitian ).

a. Kebutuhan Fisiologis : honor/gaji pengurus dan karyawan, sisa hasil usaha koperasi.

b. Kebutuhan keamanan dan keselamatan : jaminan keberlangsungan masa depan koperasi, jaminan keamanan dana dan aset koperasi, jaminan kontrak-kontrak kerja koperasi dengan karyawan dan pihak mitra pendukung.

c. Kebutuhan sosial : situasi kerja yang baik, dukungan dan kepercayaan. d. Kebutuhan penghargaan : bonus, promosi, pujian, hadiah.

e. Kebutuhan aktualisasi diri : keberhasilan melaksanakan kerja yang menantang, kerja kreatif, dan lain-lain.

3.Variabel karakteristik responden.

a. Status : Posisi/ jabatan responden di Koperasi Syariah Berkah Mandiri. b. Usia : Umur responden. Antara 17 sampai 55 tahun.

c. Pendidikan : Jenjang pendidikan yang telah diisi oleh responden.

(32)

e. Tingkat keaktifan : Kepatuhan responden mengikuti segala peraturan dan kegiatan di Koperasi Syariah Berkah Mandiri.

BAB II

URAIAN TEORITIS

(33)

e. Tingkat keaktifan : Kepatuhan responden mengikuti segala peraturan dan kegiatan di Koperasi Syariah Berkah Mandiri.

BAB II

URAIAN TEORITIS

(34)

II.1.1. Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari kata latin Communicatio dan bersumber dari kata Communis yang berarti sama, sama di sini maksudnya adalah sama makna (Effendy, 2006: 9).

Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang digunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan perkataan lain, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan bahasa itu, jelas bahwa percakapan dua orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-keduanya, selain mengerti bahasa yang digunakan, juga mengerti makna dari bahan yang dipercakapkan.

Everett M. Rogers mengemukakan bahwa komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Defïnisi kemudian dikembangkan oleh Rogers bersama D. Lawrence Kincaid, sehingga melahirkan suatu defenisi baru yang menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam (Cangara, 2005: 19).

(35)

Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas azas-azas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Definisi Hovland di atas menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi Ilmu Komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting. Bahkan dalam defïnisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasi, Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the behaviour ofother individuals).

Harold Laswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan

komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut : Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect ? (Effendy, 2006 :10). Paradigma Lasswell di atas

menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni:

a. Komunikator (Comunicator, source, sender) b. Pesan (Message)

c. Media (Media, Channel)

d. Komunikan (Communicant, Communicate, Receiver, Recipiënt) e. Efek (Effect, Impact, Influence)

(36)

kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan atau bahkan suatu negara. Kebutuhannya bervariasi, mulai dari sekedar mengucapkan “selamat pagi” untuk memelihara hubungan yang sudah dibangun, menyampaikan informasi, menghibur, hingga kebutuhan untuk mengubah ideologi, keyakinan agama dan perilaku pihak lain. Untuk menyampaikan apa yang ada dalam hatinya (perasaan) atau dalam kepalanya (pikiran), sumber harus mengubah perasaan ataupikirantersebut ke dalam seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang idealnya dipahami oleh penerima pesan. Proses inilah yang disebut penyandian (encoding). Pengalaman masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan, persepsi, pola pikir, dan perasaan sumber mempengaruhinya dalam merumuskan pesan tersebut. Setiap orang dapat saja merasa bahwa ia mencintai seseorang, namun komunikasi tidak terjadi hingga orang yang anda cintai itu menafsirkan rasa cinta anda berdasarkan perilaku verbal dan atau non verbal anda.

Kedua, pesan, yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada

(37)

Ketiga, saluran atau media, yakni alat atau wahana yang digunakan sumber

(38)

berperan seperti telepon, faksimil, komputer, mesin cetak, kendaraan yang digunakan untuk mengantarkan surat kabar tersebut kepada pembaca, dan sebagainya.

Keempat, penerima (receiver), sering juga disebut sasaran atau tujuan

(destination), komunikate (communicatee), penyandi balik (decoder) atau khalayak (audience), pendengar (listener), penafsir (interpreter), yakni orang yang menerima pesan dari sumber. Berdasarkan pengalaman masa lalu, rujukan, nilai, pengetahuan, persepsi, pola pikir dan perasaan, penerima pesan ini menerjemahkan atau menafsirkan seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang ia terima menjadi gagasan yang dapat ia pahami. Proses ini disebut penyandian balik (decoding).

Kelima, efek, yakni apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima

pesan tersebut, misalnya penambahan pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), terhibur, perubahan sikap (dari tidak setuju menjadi setuju), perubahan keyakinan, perubahan perilaku (dari tidak bersedia membeli barang yang ditawarkan menjadi bersedia membelinya, atau dari tidak bersedia memilih partai politik tertentu menjadi bersedia memilihnya dalam pemilu), dan sebagainya.

Singkat kata, berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

II.1.2. Proses Komunikasi

(39)

kepastian, keragu-raguan, kemarahan, dan lain sebagainya) oleh seorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan).

Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder (Effendy, 2006 : 11).

a. Proses komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. Bahasa yang paling banyak digunakan dalam komunikasi karena hanya bahasalah yang mampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain, apakah itu berbentuk ide, informasi, atau opini.

Bagaimana berlangsungnya proses komunikasi yang terdiri atas proses rohaniah komunikator dan proses rohaniah komunikan dengan bahasa sebagai media atau penghubungnya itu?

Pertama-tama, komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan kepada komunikan. Ini berarti, ia memformulasikan pikiran dan atau perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian menjadi giliran komunikan untuk mengawa-sandi (decode) pesan dari komunikator itu. Ini berarti, ia menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan atau perasaan komunikator tadi dalam konteks pengertiannya.

(40)

oleh komunikator. Wilbur Schramm, seorang ahli komunikasi kenamaan dalan karyanya "Communication Research in United States", mengatakan bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang akan disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni panduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang pernah diperoleh komunikan (Effendy,

2006 : 13). Menurut Schramm, bidang pengalaman (field of experience) merupakan faktor yang penting dalam komunikasi, jika pengalaman komunikator sama dengan bidang komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar, sebaliknya bila pengalaman komunikan tidak sama dengan pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain,.

b. Proses komunikasi secara sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Pentingnya peranan media, yakni media sekunder, dalam proses komunikasi, disebabkan oleh efisiensinya dalam mencapai komunikan. Surat kabar, radio, atau televisi, misalnya, merupakan media yang efisien dalam mencapai komunikan dalam jumlah yang amat banyak.

(41)

atau sifat media yang akan digunakan. Hal ini disadari pada pertimbangan mengenai siapa komunikan yang akan dituju. Komunikan media surat, poster, atau papan pengumuman akan berbeda dengan komunikan surat kabar, radio, televisi, atau film.

Dengan demikian, proses komunikasi secara sekunder itu menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa (mass media) dan media nirmassa atau media non massa (nonmass media).

II..2. Organisasi dan Komunikasi

Istilah organisasi berasal dari bahasa Latin organizare, yang secara harafiah berarti paduan dari bagian-bagian yang satu sama lainnya saling bergantung. Di antara para ahli ada yang menyebut paduan itu sistem, ada juga yang menamakannya sarana.

Everet M.Rogers dalam bukunya Communication in Organization, mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui jenjang kepangkatan, dan pembagian tugas.

Robert Bonnington dalam buku Modern Business: A Systems Approach, mendefinisikan organisasi sebagai sarana dimana manajemen mengoordinasikan sumber bahan dan sumber daya manusia melalui pola struktur formal dari tugas-tugas dan wewenang.

(42)

Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi itu. Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi apa yang berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang dipergunakan, media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya, faktor-faktor apa yang menjadi penghambat, dan sebagainya. Jawaban-jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah untuk bahan telaah untuk selanjutnya menyajikan suatu konsepsi komunikasi bagi suatu organisasi tertentu berdasarkan jenis organisasi, sifat organisasi, dan lingkup organisasi dengan memperhitungkan situasi tertentu pada saat komunikasi dilancarkan.

Sendjaja (1994) menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah sebagai berikut:

a. Fungsi informatif. Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.

(43)

manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberi perintah atau intruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya. b. Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.

c. Fungsi persuasif. Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.

d. Fungsi integratif. Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu: a. Saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (buletin, newsletter) dan laporan kemajuan organisasi. b. Saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.

(44)

bayaran pada daya produksi, presisi, dan efisiensi. Adapun prinsip-prinsip dari teori management klasikal adalah sebagai berikut:

1. kesatuan komando : suatu karyawan hanya menerima pesan dari satu atasan. 2. rantai skalar : garis otoritas dari atasan ke bawahan, yang bergerak dari atas

sampai ke bawah untuk organisasi; rantai ini, yang diakibatkan oleh prinsip kesatuan komando, harus digunakan sebagai suatu saluran untuk pengambilan keputusan dan komunikasi.

3. divisi pekerjaan : manegement perlu arahan untuk mencapai suatu derajat tingkat spesialisasi yang dirancang untuk mencapai sasaran organisasi dengan suatu cara efisien.

4. tanggung jawab dan otoritas : perhatian harus dibayarkan kepada hak untuk memberi order dan ke ketaatan seksama; suatu ketepatan keseimbangan antara tanggung jawab dan otoritas harus dicapai.

5. disiplin : ketaatan, aplikasi, energi, perilaku, dan tanda rasa hormat yang keluar seturut kebiasaan dan aturan disetujui.

6. mengebawahkan kepentingan individu dari kepentingan umum : melalui contoh peneguhan, persetujuan adil, dan pengawasan terus-menerus.

Selanjutnya, Griffin menyadur tiga pendekatan untuk membahas komunikasi organisasi. Ketiga pendekatan itu adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan sistem.

(45)

hidup. Pengorganisasian merupakan proses memahami informasi yang samar-samar melalui pembuatan, pemilihan, dan penyimpanan informasi. Weick meyakini organisasi akan bertahan dan tumbuh subur hanya ketika anggota-anggotanya mengikutsertakan banyak kebebasan (free-flowing) dan komunikasi interaktif. Untuk itu, ketika dihadapkan pada situasi yang mengacaukan, manajer harus bertumpu pada komunikasi dari pada aturan-aturan.

Teori Weick tentang pengorganisasian mempunyai arti penting dalam bidang komunikasi karena ia menggunakan komunikasi sebagai basis pengorganisasian manusia dan memberikan dasar logika untuk memahami bagaimana orang berorganisasi. Menurutnya, kegiatan-kegiatan pengorganisasian memenuhi fungsi pengurangan ketidakpastian dari informasi yang diterima dari lingkungan atau wilayah sekeliling. Ia menggunakan istilah ketidakjelasan untuk mengatakan ketidakpastian, atau keruwetan, kerancuan, dan kurangnya predictability. Semua informasi dari lingkungan sedikit banyak sifatnya tidak jelas, dan aktivitas-aktivitas pengorganisasian dirancang untuk mengurangi ketidakpastian atau ketidakjelasan.

Weick memandang pengorganisasian sebagai proses evolusioner yang bersandar pada sebuah rangkaian tiga proses :

Penentuan (enachment) seleksi (selection) penyimpanan (retention) Penentuan adalah pendefinisian situasi, atau mengumpulkan informasi yang tidak

(46)

awal. Penyimpanan yaitu proses menyimpan aspek-aspek tertentu yang akan digunakan pada masa mendatang. Informasi yang dipertahankan diintegrasikan ke dalam kumpulan informasi yang sudah ada yang menjadi dasar bagi beroperasinya organisasinya.

Setelah dilakukan penyimpanan, para anggota organisasi menghadapi sebuah masalah pemilihan. Yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan berkenaan dengan

kebijakan organisasi. Misal, ”haruskah kami mengambil tindakan berbeda dari apa yang telah kami lakukan sebelumnya?”

Sedemikian jauh, rangkuman ini mungkin membuat anda mempercayai bahwa organisasi bergerak dari proses pengorganisasian ke proses lain dengan cara yang sudah tertentu: penentuan; seleksi, penyimpanan, dan pemilihan. Bukan begitu halnya. Sub-subkelompok individual dalam organisasi terus menerus melakukan kegiatan di dalam proses-proses ini untuk menemukan aspek-aspek lainnya dari lingkungan. Meskipun segmen-segmen tertentu dari organisasi mungkin mengkhususkan pada satu atau lebih dari proses-proses organisasi, hampir semua orang terlibat dalam setiap bagian setiap saat. Pendek kata di dalam organisasi terdapat siklus perilaku. Siklus perilaku adalah kumpulan-kumpulan perilaku yang saling bersambungan yang memungkinkan kelompok untuk mencapai pemahaman tentang pengertian-pengertian apa yang harus dimasukkan dan apa yang ditolak. Di dalam siklus perilaku, tindakan-tindakan anggota dikendalikan oleh aturan-aturan berkumpul yang memandu pilihan-pilihan rutinitas yang digunakan untuk menyelesaikan proses yang tengah dilaksanakan (penentuan, seleksi, atau penyimpanan).

(47)

siklus perilaku, dan aturan-aturan berkumpul, yang semuanya memberi kontribusi pada pengurangan ketidakjelasan.

2. Pendekatan budaya.

Asumsi interaksi simbolik mengatakan bahwa manusia bertindak tentang sesuatu berdasarkan pada pemaknaan yang mereka miliki tentang sesuatu itu. Mendapat dorongan besar dari antropolog Clifford Geertz, ahli teori dan ethnografi, peneliti budaya yang melihat makna bersama yang unik adalah ditentukan organisasi. Organisasi dipandang sebagai budaya. Suatu organisasi merupakan sebuah cara hidup (way of life) bagi para anggotanya, membentuk sebuah realita bersama yang membedakannya dari budaya-budaya lainnya.

Pacanowsky dan para teoris interpretatif lainnya menganggap bahwa budaya bukan sesuatu yang dipunyai oleh sebuah organisasi, tetapi budaya adalah sesuatu suatu organisasi. budaya organisasi dihasilkan melalui interaksi dari anggota-anggotanya. Tindakan-tindakan yang berorientasi tugas tidak hanya mencapai sasaran-sasaran jangka pendek tetapi juga menciptakan atau memperkuat cara-cara yang lain selain perilaku tugas resmi dari para karyawan, karena aktivitas-aktivitas sehari-hari yang paling membumi juga memberi kontribusi bagi budaya tersebut.

Pendekatan ini mengkaji cara individu-individu menggunakan cerita-cerita, ritual, simbol-simbol, dan tipe-tipe aktivitas lainnya untuk memproduksi dan mereproduksi seperangkat pemahaman.

3. Pendekatan kritik.

(48)

yang dibuat atas kepentingan pengaturan organisasi-organisasi perusahaan, atau manajerialisme.

Bahasa adalah medium utama dimana realitas sosial diproduksi dan direproduksi. Manajer dapat menciptakan kesehatan organisasi dan nilai-nilai demokrasi dengan mengkoordinasikan partisipasi stakeholder dalam keputusan-keputusan korporat.

II.2.1.Definisi Fungsional Komunikasi Organisasi

Komunikasi Organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukkan dan

penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan.

Suatu sistem didefinisikan oleh Pool (1973) sebagai “setiap entitas berkelanjutan yang mampu berada dalam dua keadaan atau lebih” . Dalam suatu

sistem komunikasi, keadaan itu adalah hubungan antara orang-orang dalam jabatan-jabatan (posisi-posisi). Unit mendasar komunikasi organisasi adalah seseorang dalam suatu jabatan. Orang bisa disosialisasikan oleh jabatan, menciptakan suatu lingkaran yang lebih sesuai dengan keadaan jabatan, pada saat yang sama jabatan tersebut dipersonalisasikan, menghasilkan suatu figur atau gambar yang sesuai dengan keadaan orang tersebut.

Bila kita melihat apa yang terjadi ketika seseorang terlibat dalam komunikasi, kita menemukan bahwa terdapat dua bentuk umum tindakan yang terjadi :

(49)

untuk diperhatikan seseorang atau orang lain; menyebarkan seseuatu sehingga sesuatu tersebut dapat terlihat secara lengkap dan menyenangkan) .

2. Penafsiran pesan atau penafsiran pertunjukkan (to intepret : menguraikan atau memahami sesuatu dengan suatu cara tertentu).

Contoh: Ketika anda berpakaian warna merah di pagi hari, anda menciptakan pertunjukan bagi diri anda sendiri. Anda menempatkan diri anda sendiri, atau setidaknya apa yang anda rasa anda pikirkan mengenai diri anda sendiri, sehingga terpandang jelas. Anda menempatkan diri anda sendiri dalam suatu posisi yang menyenangkan bagi pengamatan tertentu. Pakaian anda, perhiasan, dan hiasan wajah merepresentasikan diri anda sendiri kepada orang lain. Secara teknis, seseorang tidak dapat menghindari untuk menunjukkan pesan. Apa yang anda tunjukkan atau tempatkan sehingga terlihat jelas memang merepresentasikan anda. Anda adalah “suatu pertunjukkan pesan yang berjalan”. Hal yang sama dapat diterapkan kepada kantor atau hotel anda. Kantor atau hotel adalah suatu pertunjukan pesan bagi mereka yang mengunjunginya.

II.2.2. Proses Komunikasi Organisasi.

1. Komunikasi internal.

Pertukaran gagasan di antara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan, dalam struktur lengkap yang khas disertai pertukaran gagasan secara horisontal dan vertikal di dalam perusahaan, sehingga pekerjaan berjalan (operasi dan manajemen).

(50)

Komunikasi dari pimpinan ke staff, dan dari staf ke pimpinan dengan cara timbal balik (two way traffic communication). Downward Communication, yaitu komunikasi atas ke bawah. Contoh : Pimpinan memberikan instruksi, petunjuk, informasi, penjelasan, perintah, pengumuman, rapat, majalah intern. Upward communication, yaitu komunikasi dari bawah ke atas. Contoh : staf memberikan

laporan, saran-saran, pengaduan, kritikan, kotak saran, dsb kepada pimpinan. Hambatannya adalah apabila saluran komunikasi dalam organisasi tidak berjalan atau digunakan sebagaimana mestinya, karena hal ini berpengaruh terhadap operasional organisasi (perusahaan). Organisasi terdiri atas sejumlah orang; melibatkan keadaan saling bergantung; kebergantungan memerlukan koordinasi; koordinasi mensyaratkan komunikasi. Interaksi antara pimpinan organisasi (top manager dengan middle manager) dengan audience di luar organisasi.

Manajer (swasta, BUMN atau pemerintah) peranannya dapat berpengaruh terhadap internal public (karyawan) dan external public (di luar organisasi, tetapi ada pengaruhnya). Yakni :

1. Peranan Antarpersona (Interpersonal Role) - Peranan Tokoh (figurhead role)

- Peranan Pemimpin (leader role) - Peranan Penghubung (liaison role) 2. Peranan Informasional (Informational Role)

(51)

- Peranan Wiraswasta (enterpreneur role)

- Peranan Pengendali Gangguan (distrurbance handler role) - Peranan Penentu Sumber (resource allocator role)

- Peranan Perunding (negotiator role)

b. Komunikasi horisontal.

Komunikasi mendatar, antara anggota staf dengan anggota staf. Berlangsung tidak formal, lain dengan komunikasi vertikal yang formal. Komunikasi terjadi tidak dalam suasana kerja, employee relation dan sering timbul rumours, grapevine, gossip.

c. Komunikasi diagonal

Komunikasi antara pimpinan seksi/bagian dengan pegawai seksi/bagian lain. 2. Komunikasi eksternal.

Komunikasi antara pimpinan organisasi (perusahaan) dengan khalayak di luar organisasi. (lihat skema eksternal audience) Komunikasi dari organisasi kepada khalayak bersifat informatif, seperti majalah, press release/ media release, artikel surat kabar atau majalah, pidato, brosur, poster, konferensi pers, dll.

II.2.3. Hambatan Komunikasi Organisasi

1. Hambatan teknis

(52)

komunikasi. Menurut Cruden dan Sherman dalam bukunya Personel Management, 1976, jenis hambatan teknis dari komunikasi antara lain:

- Tidak adanya rencana atau prosedur kerja yang jelas. - Kurangnya informasi atau penjelasan.

- Kurangnya ketrampilan membaca.

- Pemilihan media (saluran) yang kurang tepat. - Hambatan Semantik.

Gangguan semantik menjadi hambatan dalam proses penyampaian pengertian atau idea secara secara efektif. Definisi semantik sebagai studi atas pengertian, yang diungkapkan lewat bahasa. Kata-kata membantu proses pertukaran timbal balik arti dan pengertian (komunikator dan komunikan), tetapi seringkali proses penafsirannya keliru. Tidak adanya hubungan antara simbol (kata) dan apa yang disimbolkan (arti atau penafsiran), dapat mengakibatkan kata yang dipakai ditafsirkan sangat berbeda dari apa yang dimaksudkan sebenarnya. Untuk menghindari miskomunikasi semacam ini, seorang komunikator harus memilih kata-kata yang tepat sesuai dengan karakteristik komunikannya, dan melihat kemungkinan penafsiran terhadap kata-kata yang dipakainya.

2.Hambatan manusiawi

Terjadi karena adanya faktor, emosi dan prasangka pribadi, persepsi, kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan alat-alat pancaindera seseorang, dll. Menurut Cruden dan Sherman :

a. Hambatan yang berasal dari perbedaan individual manusia

(53)

b. Hambatan yang ditimbulkan oleh iklim psikologis dalam organisasi

Suasana iklim kerja dapat mempengaruhi sikap dan perilaku staf dan efektifitas komunikasi organisasi.

II.2.4. Komunikasi Organisasi yang Efektif

Komunikasi organisasi itu lebih efektif pada bidang-bidang yang lain sehingga mampu berbuat terhadap hal yang berhubungan dengan perubahan. Dalam menganjurkan masyarakat mengambil tindakan-tindakan komunikasi organisasi lebih tidak efektif lagi apabila tidak dibarengi dengan anjuran-anjuran secara pribadi, komunikasi organisasi terjadi kapanpun setidaknya tidaknya satu orang yang menduduki jabatan dalam suatu organisasi, analisis komunikasi organisasi menyangkut penelahaan atas banyak transaksi yang terjadi secara simultan. Sistem tersebut menyangkut hubungan untuk menyatakan kesamaan fikiran dan perilaku yang telah diatur dengan kebijakan.

1. Iklim komunikasi

(54)

dengan konsep-konsep, perasaan-perasaan dan harapan-harapan anggota organisasi serta membantu memahami perilaku anggota organisasi.

Poole mengatakan bahwa iklim memiliki sifat-sifat yang selalu tumpang tindih dengan konsep budaya (Mulyana, 2005: 148).

2. Kepuasan komunikasi organisasi

Kepuasan menggambarkan suatu konsep individu dan konsep mikro sedangkan iklim merupakan konsep makro dan konsep gabungan. Selain itu kepuasan juga menggambarkan evaluasi atas suatu keadaan internal. Istilah kepuasan komunikasi digunakan untuk menyatakan keseluruhan tingkat kepuasan yang dirasakan dalam lingkungan komunikasi organisasi. Secara keseluruhan kepuasan berhubungan dengan perbedaan antara yang diinginkan oleh seorang. Dari sudut pandang komuikasi dalam organisai kepuasan hampir tidak berhubungan dengan keefektifan pengungkapan pesan, tetapi apabila pengalaman berkomunikasi memenuhi keinginan seseorang biasanya hal itu dipandang sebagai hal yang memuaskan.

Kepuasan adalah suatu konsep yang biasanya berkenaan dengan kenyamanan, jadi kepuasan dalam komunikasi berarti seseorang merasa nyaman dengan pesan-pesan media dan hubungan dalam organisasi. Kenyamanan memiliki kecendrungan, dalam hal ini kadang-kadang menyebabkan individu lebih menyukai pelaksanaan terbaru untuk peningkatan individu. Salah satu tantangan dalam komunikasi organsisi adalah bagaiamana menyampaikan informasi keseluruhan bagian organisasi prosesi ini berhubungan dengan aliran informasi. Organisasi megandalkan inovasi dan harus mampu menghasilkan informasi.

(55)

Informasi secara harfiah adalah penyampaian suatu pesan interprestasi penyampaian tersebut dan penciptaan penyampaian sebagai proses yang mendistribusikan pesan-pesan keseluruhan organisasi. Konsep suatu proses sering mengisyaratkan bahwa peristiwa-peristiwa dan hubungan bergerak serta berubah secara kesinambungan sehingga menjadi peritiwa yang dinamis. Jadi aliran informasi dalam suatu organsasi sebenarnya adalah suatu proses yang dinamik dan tetap mempertahankan pesan sesuai dengan aturan yang ditampilkan kemudian diinterprestasikan. Proses ini sebenarnya dapat terus berlangsung dan berubah secara konstan, artinya komunikasi organisasi bukanlah suatu yang terjadi kemudian berhenti. Komunikasi terjadi sepanjang waktu. Guezknow (1965) mengatakan bahwa informasi dalam suatu organisasi dapat terjadi tiga bentuk serentak, berurutan, serta dengan cara kombinasi.

Seringkali pesan-pesan disebut memo atau memorandum dikirim kepada sejumlah orang dalam sebuah organisasi. Seperti pertemuan dosen semua fakultas di suatu universitas, rektor memberikan pesan kepada semua dosen sekaligus. Bila pesan yang sama harus tiba di beberapa tempat yang berbeda pada saat yang sama harus membuat rencana dengan strategi atau teknik penyebaran secara serentak. Salah satu pertimbangan pokok adalah : apakah pesan dapat didistribusikan pada saat yang sama? 4. Kesulitan komunikasi

(56)

upaya yang utama dalam proses komunikasi perlu diperhatikan masalah ketepatan waktu dan solusi terhadap pemecahan masalah.

Ada beberapa kesulitan yang dihadapi komunikator dalam melancarkan komunikasinya. Sutaryo dalam bukunya Sosiologi Komunikasi mengatakan, kesulitan itu antara lain menyangkut aspek amanat kmunikasi media dan unsur sosiologi budaya yang penting dalam komunikasi ialah kejelasan pesan yang dimaksud amanat masyarakat sebagai komunikan tidak semuanya bisa memahami pesan yang yang disampaikan oleh komunikasi sehingga timbul keraguan, tugas utama komunikator berusaha agar amanat itu jelas bagi diri sendiri maupun komunikan.

Ada beberapa petunjuk yang harus diperhatikan oleh komunikator yaitu :

a. Komunikasi harus setia, artinya harus benar-benar menyatakan apa yang bisa dipahami oleh komunikan. Komunikasi menjadi tidak setia pada fungsinya jika pesan yang disampaikan dibuat sedemikian rupa sehingga komunikan menangkapnya dengan arti lama.

b. Komunikasi harus lengkap atau utuh. Semua pesan harus sampai kepada komunikan, tidak mengalami kebocoran di tengah jalan, jika tidak komunikasi tidak mencapai tujuan. Dengan pengertian ini khususnya mengenai kesulitan-kesulitan yang mengurangi keberhasilan komunikasi dan langkah-langkah yang harus diambil untuk mengatasi kesulitan itu.

5. Lingkungan komunikasi

(57)

kelompok serta aturan budaya, masyarakat di mana mereka berkomunikasi, lingkungan atau konteks yang mencakup rasa persahabatan atau permusuahan, formal maupun informal komunikasi boleh dilaksanakan masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi oleh yang lain. Kemudian dapat menyebabkan perubahan kedekatan fisik. Perubahan ini dapat menimbulkan banyak perubahan lain. Memang proses komunikasi itu tidak pernah statis, demikian secara singkat telah diuraikan. Komunikasi dan faktor yang ikut berpengaruh terhadap pelaksanaan atau terjadinya komunikasi dalam lingkungan organisasi acap kali terjadi secara umum ada dua yaitu :

a. Proses secara primer

Proses komunikasi secara primer adalah komunikasi yang dilakukan secara tatap muka langsung antara seseorang dengan yang lain guna menyampaikan pikiran maupun perasaanya.

b. Proses secara sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media proses komunikasi sekunder menggunakan alat agar dapat melipat gandakan pesan jumlah penerima pesan kemudian bagaimana untuk mengatasi hamabatan georafis yang terjadi. Wilbur Schramm menyebutkan bahwa manusia apabila dihadapkan dengan suatu pesan untuk mengambil keputusan menerima atau menolaknya, akan mengadakan terlebih dahulu suatu komunikasi dengan dirinya sebagai proses berfikir.

6. Teori kebergantungan

(58)

kebergantungan, keefektifan pemimpin tergantung kepada hubungan terhadap gaya kepemimpinannya, tugas dan hubungan motivasi tugas. Suatu organisasi mempunyai karakteristik terhadap suatu situasi kepemimpinan yang paling penting adalah :

Pertama relasi pemimpin – angota, kedua struktur tugas, ketiga kekuasaan jabatan pemimpin. Relasi pemimpin - anggota yang baik terjadi bila anggota menyukai, mempercayai, dan menghargai pemimpin. Hal ini dianggap sebagai satu-satunya kondisi terpenting bagi kepemimpinan yang efektif. Efektivitas pemimpin ditentukan oleh kekuasaan antara gaya kepemimpinan (tugas dan hubungan) dengan keharmonisan situasinya. Situasi terbaik adalah bila relasi pemimpin dan anggota baik. Sudah tentu setiap situasi mempunyai berbagai tingkat keharmonisan yang meliputi aspek – aspek karakter yang baik mapun yang buruk. Akan tetapi suatu sistem teori mampu atau tidak mampu menjelaskan kejadian-kejadian baik dalam tingkat kelompok maupun organisasional.

Perlu diketahui terlebih dahulu tentang adanya perbedaan yang mendasar dalam komunikasi oraganisasi. Komunikasi bersifat langsung dan tatap muka, komunikasi organisasi tidak perlu langsung dan sering kali memang tidak agak kurang dipengaruhi emosi dan lebih cendrung melibatkan pengaruh antar pribadi sebagai kebalikan dari pemusan sasaran organisasi yang rasional (Goloberg, 1985: 10).

Beberapa alasan yang menyebakan gaya kepemimpinan tertentu terikat lebih efektif dalam beberapa situasi yang berbeda, dapat diterangkan dengan cara meperhatikan persyaratan yang terjadinya situasi yang harmonis maupun yang tidak harmonis.

(59)

Analisis transaksional dikemukanan oleh Eric (1964) ada tiga tahap untuk mengendalikan ego dewasa, orang tua dan anak-anak. Suatu respon dapat ditafsirkan dari sudut pandang setiap ego. Tahap ego dewasa menggambarkan gaya manusia yang lebih disukai sebagai pengatur diri sendiri dan orang lain dan menyangkut masalah penerapan pengaturan, perstrukturan dan kegiatan perencanaan. Tahap ego orang tua mengambarkan gaya manusia yang lebih suka diatur dan meliputi empat gaya otoriter, birokratik, demoleratik, dan pengarahan diri. Tahap ego anak-anak mengambarkan kebutuhan motivasi- onal manusia dan meliputi kekuasaan, kendali keluwesan dan kebebasan. Konsekuensi dari perubahan yang paling mendasar dalam kehidupan anggota organisasi, terlihat pada ekspresinya yang pada prinsipnya dalam pengonsepan. Pertumbuhan atau perkembangan organisasi yang semakin luas dan kompleks antara lain ditandai oleh lahirnya sebuah departemen baru, fluktuasi keangotaan dan perubahan teknologi sebagai respon terhadap inovasi baru dalam bentuk memenuhi kebutuhan.

8. Konflik organisasi

Konflik dalam organisasi merupakan salah satu faktor ketidakseimbangan yang melanda hubungan antara satu individu dengan individu lain, baik satu kelompok dengan kelompok lain. Istilah konflik organisasi berarti munculnya suasana ketegangan dalam organisasi. Menurut Dahrendorf (1959) konflik organisasi dapat diamati hubungan komunikasi organisasi dengan jajaran yang ada dalam sistem yang aktif dengan jaringan komunikasi dan struktural organisasi (Kossen, 1986: 243).

(60)

memburuknya hubungan antarpribadi dalam sistem organisasi, sedangkan konflik antaroraganisasi adalah konflik yang terjadi antara organisasi yang berbeda.

9. Perubahan berencana dalam organisasi

Suatu organisasi tetap mempunyai cita-cita atau tatanan untuk mengatur hubungan timbal balik fungsionalnya, akibatnya apabila ada perubahan yang terjadi dalan suatu unit departemen akan mempengaruhi aktivitas adalah perubahan secara hirarki dan wewenang peranan individu dalam pekerjaan penataan kembali hubungan kerja melalui komunikasi formal.

Bentuk suatu perubahan selalu dikaitkan dengan asas perubahan individual dan kelompok yang berdampak mengubah orientasi organisasi. Setiap perubahan organisasi lazim direncanakan untuk mencapai perubahan jangka pendek, peranan dalam suatu oragnisasi memang menginginkan perubahan yang bertujuan untuk memahami cita-cita organisasinya. (Stan Kossen, Aspek Manusia Dalam Organisasi, Penerbit Air Langga Jakarta, hal. 243)

Para agen perubahan dapat menempuh beberapa cara perubahan berencana terhadap organisasi melalui pendekatan “human relation” yaitu :

a. Kontak tertutup atau kolaborasi dengan organisasi artinya anggota organisasi bersedia menentukan, mempertimbangkan sifat dan keberadaaan organisasi

b. Teknik kalaborasi anggota organisasi menggunakan sumber daya yang ada, kemampuan dan keterampilan yang relevan latar belakang pendidikan masing-masing anggota organisasi.

(61)

d. Membantu pemimpin organisasi agar dapat mengantisipasi akibat perubahan yang cepat dan jangka panjang dan pungsi tertentu organisasi.

e. Proses pemahaman dalam belajar dengan cara mandiri agar menjadi lebih sadar atas setiap tindakan pengambilan keputusan demi kesuksesan organisasi.

II.3. Komunikasi Bisnis

Pada dasarnya ada dua bentuk komunikasi yang umum digunakan dalam dunia bisnis, yaitu, komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal.

1. Komunikasi verbal

Komunikasi verbal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang disampaikan kepada pihak lain melalui tulisan (written) dan lisan (oral). Contohnya adalah membaca majalah, membaca surat kabar, mempresentasikan makalah dalam suatu acara seminar dan lain-lain.

Komunikasi verbal memilki tipe yang dibedakan menjadi dua yaitu, berdasarkan aktif atau pasifnya peserta komunikasi dalam proses komunikasi. Komunikasi verbal dapat bertindak sebagai komunikator atau pengirim pesan dan dapat bertindak sebagai audiens.

Adapun dalam berkomunikasi secara verbal, dibutuhkan pengungkapan kata-kata yang disusun dalam suatu pola yang berarti, baik dalam bentuk tulisan maupun lisan, seperti :

a. Berbicara dan Menulis.

Gambar

Tabel 2 Jenis kelamin responden
Tabel 4 Lama bergabung
Tabel 5 Tingkat pendidikan
Tabel 7  Penghasilan
+7

Referensi

Dokumen terkait