• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Bakteri Koliform pada Air Minum PDAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Bakteri Koliform pada Air Minum PDAM"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS BAKTERI KOLIFORM

PADA AIR MINUM PDAM

TUGAS AKHIR

OLEH:

WAHYU TRI UTARI

NIM 102410035

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan Tugas Akhir berjudul “Analisis Bakteri Koliform pada Air Minum

PDAM”. Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk dapar

menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan

Makanan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan.

Selama penulisan Tugas Akhir ini penulis banyak menerima

bimbingan dan dukungan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan

dari berbagai pihak, penulis tidak akan dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini

sebagaimana mestinya. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada berbagai pihak antara lain:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai Dekan Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Aswita Hafni Lubis, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing

Tugas Akhir yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan

dengan penuh perhatian hingga Tugas Akhir ini selesai.

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silahahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua

Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.

4. Bapak Erlan Aritonang, S.Si., M.Si., selaku Pembimbing Praktek Kerja

Lapangan dan Staf Laboratorium Kimia di Balai Teknik Kesehatan

Lingkungan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Medan.

(4)

5. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M,App.Sc., Apt., sebagai Dosen

Penasehat Akademis yang telah memberikan nasehat dan pengarahan

kepada penulis dalam hal akademis setiap semester.

6. Dosen dan Pegawai Fakultas Farmasi Program Studi Diploma III Analis

Farmasi dan Makanan yang berupaya mendukung kemajuan

mahasiswa.

7. Sahabat-sahabatku (Duma Sari Okta Viani, Putri Mariana, Puji Nurani,

Dian Ramadhina, dan Barita Hernawati Sitanggang) yang telah

memberikan semangat dan dukungan.

8. Teman-teman mahasiswa Analisa Farmasi dan Makanan stambuk 2009

yang tidak bisa disebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi arti

keberadaan mereka.

Terakhir dan teristimewa, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Ayahanda Sudirwan dan Ibunda Fatmah Hanim yang

telah membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang dan cinta

dari kecil hingga saat ini, memberikan motivasi dan restu rasa materi yang tak

ternilai harganya dengan apapun beserta kakak dan abangku, Sri Ayu Fatmayanti

dan Dwi Teguh Irawan.

Penulis menyadari bahwa sepenuhnya isi dari Tugas Akhir ini masih

terdapat kekurangan dan kelemahan serta masih jauh dari kesempurnaan, untuk

itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang

sifatnya membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini dan demi peningkatan

mutu penulisan Tugas Akhir di masa yang akan datang.

(5)

Akhir kata penulis sangat berharap semoga Tugas Akhir ini dapat

memberikan manfaat semua pihak yang memerlukan. Amin

Medan, Juni 2013

Penulis,

Wahyu Tri Utari

NIM102410035

(6)
(7)

Analisa Bakteri Koliform Pada Air Minum PDAM

Abstrak

Coliform bacteria is an indicator of the presence of bacteria and entered in the class of pathogenetic microorganisms that contaminate water. This thesis aims to determine whether drinking water taps are analyzed to meet the quality standards set by the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia No.416/MENKES/PER/IX/1990

In this thesis coliform testing is done by using the media Lauryl Sulfite Broth (LSB) with 333 series tube used to view the end of the turbidity and gas formation. BGLB media used for bacterial identification.

These results suggest that PDAM Water samples containing coliform bacteria were examined by Most Probability Number (MPN) 17. These results do not qualify as passing the threshold allowed under Indonesian Health Minister No.416/MENKES/PER/IX/1990 Date 3 September 1990 that the maximum levels allowed for parameter coliform in drinking water is 0. The presence of coliform bacteria indicates that the water can not be consumed because it can cause illness in humans who consume them.

Keywords: Drinking water PDAM, coliform bacteria, Most Probability Number

(MPN)

(8)

Analisa Bakteri Koliform Pada Air Minum PDAM

Abstrak

Koliform merupakan bakteri indikator keberadaan bakteri patogenetik dan masuk dalam golongan mikroorganisme yang mengkontaminasi air. Penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk mengetahui apakah air minum PDAM yang dianalisa memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.416/MENKES/PER/IX/1990

Dalam penulisan tugas akhir ini pengujian koliform dilakukan dengan menggunakan media Lauryl Sulfit Broth (LSB) dengan seri tabung 333 digunakan untuk melihat kekeruhan dan akhir terbentuknya gas. Media BGLB digunakan untuk identifikasi bakteri.

Hasil ini menunjukkan bahwa sampel Air Minum PDAM yang diperiksa mengandung bakteri koliform dengan Most Probability Number (MPN) 17. Hasil ini tidak memenuhi syarat karena melewati ambang batas yang diperbolehkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.416/MENKES/PER/IX/1990 Tanggal 3 September 1990 bahwa kadar maksimun yang diperbolehkan untuk parameter koliform pada air minum adalah 0. Keberadaan bakteri koliform menunjukkan bahwa air tersebut tidak dapat dikonsumsi karena dapat mengakibatkan penyakit pada manusia yang mengkonsumsinya.

Kata kunci : Air minum PDAM, Bakteri koliform, Most Probability Number

(MPN)

(9)
(10)

4.2 Pembahasan ... 18

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 19

5.1 Kesimpulan ... 19

5.2 Saran ... 19

DAFTAR PUSTAKA ... 20

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Bakteri Koliform ... 18

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Alat dan Media yang Digunakan pada Pemeriksaan

Bakteri Koliform ... 21 Lampiran 2 Sampel yang Dinyatakan Positif adanya

Bakteri Koliform ... 23 Lampiran 3 Tabel Perkiraan Terdekat jumlah (MPN) Koliform ... 24 Lampiran 4 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No. 492/MENKE/PER/IV/2010 ... 27

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Alat Inkubator Suhu 35˚C ... 21 Gambar 2 Media Lauryl Sulfit Broth dan Brilla ... 22 Gambar 3 Sampel yang dinyatakan positif adanya bakteri ... 23

(14)

Analisa Bakteri Koliform Pada Air Minum PDAM

Abstrak

Coliform bacteria is an indicator of the presence of bacteria and entered in the class of pathogenetic microorganisms that contaminate water. This thesis aims to determine whether drinking water taps are analyzed to meet the quality standards set by the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia No.416/MENKES/PER/IX/1990

In this thesis coliform testing is done by using the media Lauryl Sulfite Broth (LSB) with 333 series tube used to view the end of the turbidity and gas formation. BGLB media used for bacterial identification.

These results suggest that PDAM Water samples containing coliform bacteria were examined by Most Probability Number (MPN) 17. These results do not qualify as passing the threshold allowed under Indonesian Health Minister No.416/MENKES/PER/IX/1990 Date 3 September 1990 that the maximum levels allowed for parameter coliform in drinking water is 0. The presence of coliform bacteria indicates that the water can not be consumed because it can cause illness in humans who consume them.

Keywords: Drinking water PDAM, coliform bacteria, Most Probability Number

(MPN)

(15)

Analisa Bakteri Koliform Pada Air Minum PDAM

Abstrak

Koliform merupakan bakteri indikator keberadaan bakteri patogenetik dan masuk dalam golongan mikroorganisme yang mengkontaminasi air. Penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk mengetahui apakah air minum PDAM yang dianalisa memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.416/MENKES/PER/IX/1990

Dalam penulisan tugas akhir ini pengujian koliform dilakukan dengan menggunakan media Lauryl Sulfit Broth (LSB) dengan seri tabung 333 digunakan untuk melihat kekeruhan dan akhir terbentuknya gas. Media BGLB digunakan untuk identifikasi bakteri.

Hasil ini menunjukkan bahwa sampel Air Minum PDAM yang diperiksa mengandung bakteri koliform dengan Most Probability Number (MPN) 17. Hasil ini tidak memenuhi syarat karena melewati ambang batas yang diperbolehkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.416/MENKES/PER/IX/1990 Tanggal 3 September 1990 bahwa kadar maksimun yang diperbolehkan untuk parameter koliform pada air minum adalah 0. Keberadaan bakteri koliform menunjukkan bahwa air tersebut tidak dapat dikonsumsi karena dapat mengakibatkan penyakit pada manusia yang mengkonsumsinya.

Kata kunci : Air minum PDAM, Bakteri koliform, Most Probability Number

(MPN)

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak ada satu pun

makhluk hidup di dunia ini yang tidak membutuhkan air. Sel hidup misalnya, baik

tumbuh-tumbuhan ataupun hewan, sebagian besar tersusun oleh air, yaitu lebih

dari 75% isi sel tumbuh-tumbuhan atau lebih dari 67% isi sel hewan, tersusun

oleh air. Kebutuhan air untuk keperluan sehari-hari, berbeda untuk tiap tempat

dan tiap tingkatan kehidupan, semakin meningkat pula jumlah kebutuhannya

(Suriawiria, 1996).

Mengingat pentingnya peran air, sangat diperlukan adanya sumber air

yang dapar menyediakan air yang baik dari segi kuatitas dan kualitasnya. Di

Indonesia, umunya sumber air minum berasal dari air permukaan (surfedit water),

air tanah (ground water), dan air hujan. Termasuk air permukaan adalah air sungai

dan air danau, sedangkan air tanah dapat berupa air sumur dangkal, air sumur

dalam maupun mata air. Perbedaan sumber air minum akan menyebabkan

perbedaan komposisi air yang dihasilkannya (Mulia, 2005).

Kebutuhan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi,

mencuci (bermacam-macam cucian) dan sebagainya. Menurut perhitungan WHO

di negara-negara maju tiap orang memerlukan air antara 60-120 liter perhari.

Sedangkan di Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia tiap orang

memerlukan air antara 30-60 liter per hari (Notoatmodjo, 2003).

(17)

Di antara kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah

kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum (termasuk

untuk masak) air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak

menimbulkan penyakit bagi manusia (Notoatmodjo, 2003).

Dengan perkembangan peradaban serta semakin bertambahnya jumlah

penduduk di dunia ini, dengan sendirinya menambah aktivitas kehidupannya yang

mau tidak mau menambah pengotoran atau pencemaran air yang pada hakikatnya

dibutuhkan. Padahal beberapa abad yang lalu, manusia dalam memenuhi

kebutuhan akan air (khususnya air minum) cukup mengambil dari sumber-sumber

air yang ada di dekatnya dengan menggunakan peralatan yang sangat sederhana.

Namun sekarang ini, khususnya di kota yang sudah langka akan sumber air

minum yang bersih tidak mungkin mempergunakan cara demikian. Di mana-mana

air sudah tercemar, dan ini harus mempergunakan suatu peralatan yang modern

untuk mendapatkan air minum agar terbebas dari berbagai penyakit (Sutrisno,

2010).

1.2 Tujuan Dan Manfaat

1.2.1 Tujuan

Adapun tujuan analisis bakteri koliform pada air minum PDAM adalah:

- Analisis bakteri koliform pada air minum PDAM bertujuan untuk

mengetahui bakteri koliform pada air minum PDAM

- Analisis bakteri pada air minum PDAM bertujuan untuk mengetahui

apakah air minum PDAM yang diperiksa memenuhi persyaratan Menurut

(18)

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :

416/MENKES/PER/IX/1990.

1.2.2 Manfaat

Analisis bakteri koliform pada air minum PDAM bermanfaat untuk

memberi masukan kepada masyarakat yang mengkonsumsi air minum PDAM dan

untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis khususnya mengenai

air minum.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Minum

Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan

dan dapat langsung diminum. Hal inilah yang secara prinsip membedakan kualitas

yang harus dimiliki antara air bersih dan air minum. Kualitas air minum setingkat

lebih tinggi dari pada kualitas air bersih ditinjau dari beberapa komponen

pendukungnya. Agar air dapat terkategorikan sebagai air minum maka

dipersyaratkan harus memenuhi ketentuan pemerintah berdasarkan peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.416/MENKES/PER/IX/1990, yang

merupakan Standar Nasional Indonesia (SNI) air minum (Pitojo, 2002).

2.2 Sumber Air Minum

Mengetahui macam dan sumber air adalah hal yang amat pokok jika

membicarakan air dalam kaitannya dengan kesehatan. Penduduk pedesaan di

Indonesia pada umunya mengambil air minum untuk kebutuhannya dari sumber

alamiah yang berada di sekitar permukimannya dengan tidak memikirkan mutu air

tersebut.

Menurut letaknya maka sumber air minum dapat dibagi dalam 3 macam

yaitu : 1) Air Angkasa (Hujan) 2) Air permukaan dan 3) Air tanah.

2.2.1 Air Angkasa (Hujan)

Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau

(20)

pada saat persipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung

mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung

di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas,

misalnya, karbon dioksida, nitrogen, dan amonia (Chandra, 2012).

2.2.2 Air Permukaan

Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada

umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya,

misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan

sebagainya. Beberapa pengotoran ini, untuk masing-masing air permukaan akan

berbeda-beda, tergantung pada daerah pengaliran air permukaan ini. Jenis

pengotorannya adalah merupakan kotoran fisik, kimia dan bakteriologi (Sutrisno,

2010).

2.2.3 Air Tanah

Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang

kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami

proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut,

di dalam perjalannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan

lebih murni dibandingkan air permukaan.

Air tanah biasanya bebas dari kuman penyakit dan tidak perlu mengalami

proses purifikasi atau penyernihan. Persediaan air tanah juga cukup tersedia

sepanjang tahun, saat musim kemarau sekalipun. Sementara itu, air tanah juga

memiliki beberapa kerugian atau kelemahan dibanding sumber air lainnya. Air

tanah mengandung zat-zat mineral semacam magnesium, kalsium, dan logam

(21)

berat seperti besi dapat menyebabkan kesadahan air. Selain itu, untuk mengisap

dan mengalirkan air ke atas permukaan, diperlukan pompa (Chandra, 2012).

2.3 Peranan Air Dalam Kehidupan

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara.

Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun

dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga

dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang

ada di sekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan industri, pertanian,

pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lain-lain (Chandra, 2012).

2.4 Hubungan Air Dengan Kesehatan

Air sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia, yang berarti

besar sekali perannya dalam kesehatan manusia. Beberapa hal yang menunjukkan

adanya hubungan air dengan kesehatan adalah adanya patogen organisme di

dalam air, adanya non patoghen organisme, air sebagai breeding places vector, air

sebagai media penularan penyakit, dan kandungan bahan kimia. Beberapa

penyakit dapat ditularkan dengan melalui air. Dalam hal ini air berfungsi sebagai

media atau vehicle (kendaraan). Untuk mengurangi timbulnya penyakit atau

menurunkan angka kematian tersebut salah satu usahanya adalah meningkatkan

penggunaan air minum yang memenuhi persyaratan kualitas dan kuantitas

(Sutrisno, 2010).

(22)

2.5 Peranan Air Dalam Menularkan Penyakit

Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi dalam

kelompok-kelompok berdasarkan cara penularannya. Mekanisme penularan

penyakit terbagi menjadi empat, yaitu:

1. Waterborne mechanism

Di dalam mekanisme ini, kuman patogen dalam air yang dapat

menyebabkan penyakit pada manusia ditularkan kepada manusia melalui

mulut atau sistem pencernaan. Contoh penyakit yang ditularkan melalui

mekanisme ini antara lain kolera, tifoid, hepatitis viral, disentri basiler, dan

poliomyelitis.

2. Waterwhased mechanism

Mekanisme penularan semacam ini berkaitan dengan kebersihan umum

dan perseorangan. Pada mekanisme ini terdapat tiga cara penularan, yaitu:

a. Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak.

b. Infeksi melalui kulit dan mata, seperti scabies dan trakhoma.

c. Penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit leptospirosis.

3. Water-based mechanism

Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agen penyebab

yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vector atau sebagai

Intermediate host yang hidup di dalam air. Contohnya skitostosomiasis dan

penyakit akibat Dracunculus medinensis.

4. Water-related insect vector mechanism

Agen penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak

(23)

di dalam air. Contoh penyakit dengan mekanisme penularan semacam ini

adalah filariasi, dengue, malaria, dan yellow fever (Chandra, 2012).

2.6 Syarat Kuantitatif Air

Manusia tidak dapat hidup tanpa air. Air ini diperlukan untuk minum,

memasak, mandi, mencuci, membersihkan dan untuk keperluan-keperluan

lainnya. Untuk semua ini diperlukan air yang memenuhi syarat kuantitas. Jumlah

air untuk keperluan rumah tangga per hari per kapita tidaklah sama pada tiap

Negara. Pada umumnya, dapat dikatakan di Negara-negara yang sudah maju.

Jumlah pemakian air per hari per kapita lebih besar dari pada di Negara-negara

yang sedang berkembang (Entjang, 2000).

2.7 Standar Kualitas Air

Beberapa jenis kualitas air yang perlu kita kenal untuk kegunaan praktis

sehari-hari adalah antara lain:

1. Standar kualitas air minum (nasional maupun internasional).

2. Standar kualitas air untuk rekreasi dan atau tempat-tempat pemandian alam.

3. Standar kualitas air yang dihubung-hubungkan dengan bahan buangan dari

industri (disebut waste water effluent).

4. Standar kualitas air sungai (stream standard). Tersebut ini masih membedakan

macam-macam standar berdasarkan pertimbangan kegunaannya. Air sungai

yang digunakan sebagai media atau sumber hayati (perikanan) adalah berbeda

bila digunakan sebaliknya sebagai sumber baku Perusahaan Air Minum

(24)

(PAM). Demikian pula, berbeda bila sungai tersebut peranannya sengaja

dikorbankan hanya sebagai tempat penampungan dan pembuangan segala

bahan buangan hingga tidak lagi dituntut persyaratan standar yang begitu tinggi

seperti standar-standar lainnya.

Di samping pertimbangan kegunaan dari badan-badan air bagi manusia

(maupun orgnisme), maka persyaratan bagi masing-masing standar kualitas air

masih perlu ditentukan lagi oleh aspek:

1. Persyaratan Biologis

2. Persyaratan Chemis

3. Persyaratan Fisik

Persyaratan kualitatif ini adalah atas pertimbangan bahwa karena jaringan

aliran air itu adalah demikian luas, maka tidak mustahil di dalam peredarannnya

pasti sampai di tempat-tempat yang dapat membahayakan penggunaannya oleh

manusia (maupun organisme).

Lebih-lebih bila digunakan sebagai air minum, maka jelas secara mutlak

dan ketat keempat persyaratan kualitatif itu harus mendasari penentuan standar

kualitas air minum (Ryadi, 1984).

Adapun syarat-syarat kesehatan yang berkenaan dengan kualitas air

tersebut adalah:

a. Syarat fisik

Kualitas secara fisik meliputi kekeruhan, temperatur, warna, bau, dan rasa.

Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan

(25)

nonorganik, seperti lumpur dan buangan dari permukaan tertentu yang

menyebabkan air sungai menjadi keruh.

Dari segi estetika, kekeruhan air dihubungkan dengan kemungkinan

hadirnya pencemaran melalui buangan. Warna air berubah bergantung kepada

warna buangan yang memasuki badan air. Sedangkan dari sifat pengendapannya,

yang dapat menyebabkan kekeruhan dapat berasal dari bahan-bahan yang mudah

diendapkan dan bahan-bahan yang sukar diendapkan.

Bau dan rasa yang terdapat di dalam air baku dapat dihasilkan oleh

kehadiran organisme seperti mikroalga dan bakteri. Dari segi estetika, air yang

berbau, apalagi bau busuk seperti telur membusuk (oleh H2S misalnya), ataupun

air berasa secara alami, tidak dikehendaki dan tidak dibenarkan oleh peraturan dan

ketentuan yang berlaku. Selain itu, yang berkaitan dengan warna pada air yang

berasal dari buangan pabrik ataupun buangan permukiman juga tidak dibenarkan

untuk dikonsumsi. Hal ini disebabkan di dalam warna terkandung senyawa kimia

yang besar kemungkinan akan membahayakan kesehatan kalau terminum atau

terbawa ke dalam jasad hidup lain di dalam air, misalnya tanaman air ataupun

hewan air, terutama ikan.

b. Syarat Kimia

Kualitas air secara kimia meliputi nilai pH, kandungan senyawa kimia di

dalam air, kandungan residu atau sisa, misalnya residu pestisida, deterjen

kandungan senyawa toksis atau racun, dan sebagainya.

Logam berat seperti Hg (air raksa) Pb (timbal) merupakan zat kimia

berbahaya jika masuk ke dalam air. Dengan konsentrasi rendah pun, zat kimia

(26)

tersebut umumnya dapat menyebabkan kematian, terutama pada hewan air seperti

ikan.

Pengaturan nilai pH diperkenankan sampai batas yang tidak merugikan

karena efeknya terhadap rasa, korosivitas, dan efisiensi klorinasi. Beberapa

senyawa asam dan basa yang bersifat toksin dalam bentuk molekuler, tempat

dissosiasinya senyawa-senyawa tersebut dengan zat lai, dipengaruhi oleh nilai pH.

Misalnya, logam berat di dalam suasana asam akan lebih toksis/ beracun kalau

dibandingkan pada suasana basa.

c. Syarat Biologis

Kualitas air secara biologis, khususnya secara mikrobiologis, ditentukan

oleh banyak parameter, yaitu parameter mikroba pencemar, patogen, dan

penghasil toksin. Misalnya kehadiran mikroba, khususnya bakteri pencemar tinja

(Coli) di dalam air, sangat tidak diharapkan apalagi kalau air tersebut untuk

kepentingan kehidupan manusia (rumah tangga).

Untuk air minum misalnya, bakteri coli harus kurang dari satu atau tidak

sama sekali, kalau kualitas air tersebut termasuk yang betul-betul memenuhi

syarat. Untuk air di dalam kolam renang per 100 ml contoh air tidak boleh dari

200 bakteri coli, dan untuk air rekreasi tidak lebih besar dari 1000 bakteri coli

(Suriawiria, 2005).

2.8 Pengolahan air minum secara sederhana

Seperti telah disebutkan di dalam uraian terdahulu, bahwa air minum yang

sehat harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu. Sumber-sumber air

(27)

minum pada umumnya dan di daerah pedesaan khususnya tidak terlindung

(protected), sehingga air tersebut tidak atau memenuhi persyaratan kesehatan.

Untuk itu pengolahan terlebih dahulu. Ada beberapa cara pengolahan air minum

antara lain sebagai berikut:

a. Pengolahan secara alamiah

Pengolahan ini dilakukan dalam bentuk penyimpanan (storage) dari air yang

diperoleh dari berbagai macam sumber, seperti air danau, air kali, air sumur, dan

sebagainya. Di dalam penyimpnan ini air dibiarkan untuk beberapa jam di

tempatnya. Kemudian akan terjadi koagulasi dari zat-zat yang terdapat di dalam

air, dan akhirnya terbentuk endapan. Air akan menjadi jernih karena

partikel-partikel yang ada dalam air akan ikut mengendap.

b. Pengolahan air dengan menyaring

Penyaringan air secara sederhana dapat dilakukan dengan kerikil, ijuk dan

pasir. Lebih lanjut akan diuraikan kemudian. Penyaringan pasir dengan teknologi

tinggi dilakukan oleh PAM (Perusahaan air Minum) yang hasilnya dapat

dikonsumsi umum.

c. Pengolahan air dengan menambahkan zat kimia

Zat kimia yang digunakan dapat berupa 2 macam, yakni zat kimia yang berfungsi

untuk koagulasi dan akhirnya mempercepat pengendapan, (misalnya tawas). Zat

kimia yang kedua adalah berfungsi untuk menyucihamakan (membunuh bibit

penyakit yang ada di dalam air, misalnya klor).

d. Pengolahan air dengan mengalirkan udara

Tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak,

(28)

menghilangkan gas-gas yang tak diperlukan, mislanya CO2 dan juga menaikkan

derajat keasaman air.

e. Pengolahan air dengan memanaskan sampai mendidih

Tujuannya untuk membunuh kuman-kuman yang terdapat pada air. Pengolahan

semacam ini lebih tepat hanya untuk konsumsi kecil, misalnya untuk kebutuhan

rumah tangga (Notoatmodjo, 2003).

2.9 Air Baku PAM

Di Negara-negara berkembang kebutuhan air minum tidak banyak

dimungkinkan dari sistem perpipaan, tetapi banyak menggunakan air permukaan

secara langsung tanpa treatment. Karena peledakan jumlah penduduk yang

memungkinkan secara luas tersebar dan terkontaminirnya air permukaan dengan

berbagai kotoran, maka pengendalian terhadap penggunaan air dari sumber ini

harus diperketat.

Penggunaan sumber air minum bagi PAM di kota-kota besar masih

bergantung pada sungai-sungai yang telah dicemari sepanjang berkilo-kilo meter

sehingga treatment yang sempurna sangat diperlukan secara mutlak. Lebih-lebih

bila disekitar sungai terdapat daerah industri yang membuang bahan buangan

logam atau bahan racun (toxic material). Penggunaan sumber air yang telah

mengalami pencemaran total (gross pollution) merupakan problema di mana

treatment harus dilakukan secara modern dan intensif (Ryadi, 1984).

(29)

BAB III

METODE PENGUJIAN

3.1 Tempat

Analisis Bakteri Koliform pada Air Minum PDAM dilakukan di

Laboratorium Biologi Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian

Penyakit (BTKLPP) Medan yang bertepat di Jalan KH. Wahid Hasyim No. 15

medan.

3.2 Sampel, Alat, dan Bahan

3.2.1 Sampel

Sampel merupakan air minum PDAM nomor 335/B/AM/02/2013

Organoleptis sampel tidak berwarna dan tidak berbau.

3.2.2 Alat

Alat-alat yang digunakan adalah Tabung reaksi, rak tabung, jarum ose,

tabung durham, lampu bunsen, pipet volum, beker gelas, bola karet, magnetic

stirrer, autoklaf, incubator suhu 35˚C, oven, neraca analitis, spatula dan hot plate.

3.2.3 Bahan

Bahan yang digunakan adalah Media Lauryl Sulfit Broth, Media Brilliant

Green Lactose Broth, dan Aquades.

(30)

3.3 Prosedur

3.3.1 Pembuatan media

3.3.1.1 Pembuatan Media Lauryl Sulfit Broth tebal

1. Ditimbang seksama media Lauryl Broth sebanyak 106.8 gram.

Cara perhitungan:

35,6gram x 3

1000 �� x1000ml = 106,8 gram

2. Dimasukkan kedalam beker gelas, dilarutkan ke dalam akuades

sebanyak 1 liter.

3. Dimasukkan magnetic stirrer. Dipanaskan di atas hot plate sampai larut.

4. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi tabung durham

masing-masing 5 ml. Disterilkan di dalam autoklaf dengan tekanan 1

atm pada suhu 121oC selama 15 menit, setelah dingin disimpan

ditempat yang bersih dan kering.

3.3.1.2 Pembuatan Media Lauryl Sulfit Broth tipis

1. Ditimbang seksama media Lauryl Broth sebanyak 35,6 gram.

Cara perhitungan:

35,6 ����

1000�� x 1000 ml = 35,6 gram

2 Dimasukkan ke dalam beker gelas, dilarutkan ke dalam aquadest

sebanyak satu liter

3. Dimasukkan magnetic stirrer. Dipanaskan di atas hot plate sampai larut.

4. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi tabung durham

masing-masing 10 ml. Disterilkan di dalam autoklaf dengan tekanan 1

(31)

atm pada suhu 121oC selama 15 menit, setelah dingin disimpan di

tempat yang bersih dan kering.

3.3.1.3 Pembuatan Media Brilliant Green Lactose Broth (Brilla)

1. Ditimbang seksama media Brilla sebanyak 40 gram.

Cara perhitungan:

40 ����

1000 �� x 1000 ml = 40 gram

2. Dimasukkan kedalam beker gelas, dilarutkan ke dalam aquadest

sebanyak 1 liter.

3. Dimasukkan magnetic stirrer. Dipanaskan di atas hot plate sampai larut.

4. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi tabung durham

masing-masing 10 ml. Disterilkan di dalam autoklaf dengan tekanan 1

atm 121oC selama 15 menit, setelah dingin disimpan ditempat yang

bersih dan kering.

3.3.2 Uji Perkiraan

1. Disiapkan sebanyak 5 tabung reaksi yang telah berisi media Lauryl

Broth tebal dan sebanyak 10 tabung reaksi yang telah berisi media

Lauryl Broth tipis.

2. Tabung kemudian disusun pada rak tabung, masing-masing diberi tanda

sebagai berikut: Nomor sampel dan volume sampel.

3. Sampel dikocok terlebih dahulu agar homogen

4. Dimasukkan sampel dengan cara dipipet sebanyak 10 ml ke dalam

tabung berisi Lauryl Broth tebal. Kemudian, 1 ml ke dalam tabung

Lauryl Broth tipis sebanyak 5 tabung, dan sisanya 0,1 ml atau 2 tetes.

(32)

5. Masukkan seluruh tabung ke dalam inkubator pada suhu 35oC selama

2x24 jam.

6. Selanjutnya, diamati pembentukan gas yang terjadi di dalam tabung

durham.

7. Catat tabung yang dinyatakan positif dengan terbentuknya gas.

Selanjutnya dilakukan uji penegasan.

3.3.3 Uji Penegasan

1. Tabung yang dinyatakan positif pada uji perkiraan, diinokulasikan ke

dalam tabung yang berisi media Brilla masing-masing satu sampai dua

ose dilakukan secara aseptis.

2. Diinkubasi pada suhu 35oC selama 2x24 jam.

3. Setelah 48 jam, dilakukan pengamatan dengan melihat tabung yang

menunjukkan terbentuknya gas dalam tabung durham (dinyatakan

positif)

4. Pembacaan hasil dilakukan dengan menghitung jumlah tabung yang

positif. Angka yang diperoleh dicocokkan dengan tabel MPN.

3.3.4 Persyaratan

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

416/MENKES/PER/IX/1990 Tanggal: 3 September 1990 bahwa kadar maksimum

yang diperbolehkan untuk parameter Coliform pada air minum adalah 0.

(33)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 1 : Hasil Pengamatan Bakteri Koliform

Jenis Sampel

Nomor Sampel

Perkiraan Koliform MPN

Air Minum 335/B/AM/02/2013 3 3 0 3 3 0 17

4.2 Pembahasan

Pada analisa bakteri Koliform sampel 335/B/AM/02/2013 tidak memenuhi

syarat karena pada sampel ini ditemukan coliform dengan MPN 17. Berdasarkan

peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.416/MENKES/PER/IX/1990

Yang merupakan Standar Nasional Indonesia (SNI) air minum bahwa, syarat

kandungan koliform pada air minum 0 (nol).

Air PDAM sendiri dapat terkontaminasi dari beberapa sumber pencemar,

sumber tersebut bisa berasal dari bakteri atau mikroorganisme yang menempel

pada saluran pipa distribusi, kebocoran bahan kimia organik dan lainnya. Air

PDAM yang biasanya digunakan oleh masyarakat masih banyak sekali yang

belum memenuhi standart air minum yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Setidaknya air yang digunakan sebagai air minum ini harus terhindar dari zat

organik, logam berat dan juga bakteri koliform.

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisa yang dilakukan, maka dapat disimpulkan air minum

yang berasal dari Perusahaan Air Minum tidak memenuhi persyaratan karena

tidak sesuai dengan baku mutu Peraturan Menteri Kesehetan Republik Indonesia

No.416/MENKES/PER/IX/1990.

5.2 Saran

Sebelum melakukan analisa, harus memahami prosedur kerja analisa

seperti mensterilkan terlebih dahulu alat-alat yang akan dipakai. Hal tersebut

dilakukan agar hasil yang di dapat lebih akurat.

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Entjang, I. (2000). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: P.T. Citra Adtya Bakti. Halaman 75.

Chandra, B. (2012). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 39-41.

Mulia, R. (2005). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Halaman 58-59.

Notoatmodjo, S. (2003). Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 152-156.

Pitojo, S., dan Purwantonyo, E. (2002). Deteksi Pencemar Air Minum. Demak: CV. Aneka Ilmu. Halaman 28.

Ryadi, S. (1984). Dasar-dasar dan Pokok-pokok Pencemaran Air dan

Penanggulangannya. Surabaya: Karya Anda. Halaman 11-12.

Suriawiria, S. (1996). Mikrobiologi Air. Bandung: P.T. Alumni. Halaman 5-6.

Suriawiria, S. (2005). Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat. Bandung: P.T. Alumni. Halaman 80-85.

Sutrisno, T. (2010). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 3-14.

(36)

Lampiran 1 Alat dan Media yang Digunakan pada Pemeriksaan

Bakteri Koliform

Gambar 1: Sampel yang telah ditanam dalam media di masukkan ke dalam inkubator pada suhu 35˚C

(37)

Gambar 2: Media Lauryl Sulfit Broth (Kanan)

Media Brilliant Green Lactose Broth (Brilla) (Kiri)

(38)

Lampiran 2 Sampel yang Dinyatakan Positif adanya Bakteri Koliform

Gambar 3 : Sampel yang telah dinyatakan positif adanya bakteri (Terbentuk gas)

(39)

Lampiran 3

Tabel perkiraan Terdekat Jumlah (MPN) Koliform, untuk kombinasi Porsi : 5 x 10 mL, 5 x 1 mL, 5 x 0,1 mL dengan 95% batas kepercayaan

Jumlah tabung yang positif

(40)
(41)

5 3 3 170 70 400

5 3 4 210 70 400

5 4 0 130 36 400

5 4 1 170 58 400

5 4 2 220 70 440

5 4 3 280 100 710

5 4 4 350 100 710

5 4 5 430 150 1100

5 5 0 240 70 710

5 5 1 350 100 710

5 5 2 540 150 1700

5 5 3 920 220 2600

5 5 4 1600 400 4600

5 5 5 >1600 700 -

(42)

Lampiran 4

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor : 416/MENKES/PER/IX/1990 Tanggal: 3 September 1990 DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM

Gambar

Tabel 1 : Hasil Pengamatan Bakteri Koliform
Gambar 1: Sampel yang telah ditanam  dalam media di masukkan ke dalam inkubator pada suhu 35˚C
Gambar 2: Media Lauryl Sulfit Broth (Kanan)
Gambar 3 : Sampel yang telah dinyatakan positif adanya bakteri (Terbentuk gas)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Bantuan Keuangan Khusus Pengelolaan Air Bersih yang selanjutnya disebut BKK-PAB adalah bantuan keuangan khusus dari Pemerintah Kabupaten Bantul kepada Desa yang

1) Meningkatkan penjualan. 2) Mempertahankan dan memperbaiki market share. 3) Mencapai target pengembalian investasi. Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah

diberikan karena jawaban responden mayoritas “Puas“ yaitu berjumlah 15

Pada tahun 2014 telah terjadi 7 kasus kecelakaan kerja dengan jenis. kecelakaan sebagai berikut : terjatuh, jari tangan terjepit, terpeleset,

Built-in cyber security features, such as Remote Authentication Dial-In User Service (RADIUS), Role Based Access Control (RBAC), and user activity logging, provide a

menggunakan sumber daya yang tidak terbatas untuk menghasilkan barang dan jasa agar dapat mengimbangi keinginan yang tidak terbatas.. menggunakan sumber daya yang terbatas untuk

The Doctor paused to think and finally said, ‘Jamie, you go after Polly; but be careful – Zaroff s a desperate man.. Ben, you and I have other fish