• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas Larvasida Minyak Atsiri Daun Dan Daging Buah Pala (Myristica Fragrans Houtt) Terhadap Aedes Aegypti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aktivitas Larvasida Minyak Atsiri Daun Dan Daging Buah Pala (Myristica Fragrans Houtt) Terhadap Aedes Aegypti"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

AKTIVITAS LARVASIDA MINYAK ATSIRI DAUN DAN

DAGING BUAH PALA (

Myristica fragrans

Houtt)

TERHADAP

Aedes aegypti

MAMAN

DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas Larvasida Minyak Atsiri Daun dan Daging Buah Pala (Myristica fragrans Houtt) terhadap

Aedes aegypti adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan

belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2016

Maman

(4)

ABSTRAK

MAMAN. Aktivitas Larvasida Minyak Atsiri Daun dan Daging Buah Pala

(Myristica fragrans Houtt) terhadap Aedes aegypti. Dibimbing oleh ANNE

CAROLINA.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas larvasida terhadap nyamuk

Aedes aegypti, serta menganalisis senyawa kimia minyak atsiri daun dan daging

buah pala yang diperoleh dengan penyulingan uap (steam distillation). Rendemen minyak atsiri daun dan daging buah pala secara berturut-turut, yaitu 0.66% dan 0.30%. Uji akivitas larvasida menggunakan larva instar III nyamuk A. aegypti

dilakukan selama 24 jam terhadap minyak atsiri daun dan daging buah pala yang berasal dari pohon yang sama. Konsentrasi minyak pala yang digunakan pada penelitian, yaitu 50 μg/mL, 100 μg/mL, 150 μg/mL, 200 μg/mL, dan 250 μg/mL. Kontrol negatif merupakan perlakuan tanpa penambahan minyak dan kontrol positif dengan menggunakan larvasida sintetis abate yang mengandung 1% Temefos. Hasil penelitian menunjukan bahwa aktivitas larvasida A. aegypti minyak atsiri daging buah pala lebih tinggi dibandingkan minyak atsiri daun pala dengan nilai LC50

133.8 µg/mL untuk minyak atsiri daun pala dan 110.1 µg/mL untuk minyak yang berasal dari daging buah pala. Analisis GCMS menunjukkan bahwa komponen senyawa kimia dalam minyak pala didominasi oleh α-pinen, sabinen, β-pinen, delta

3-caren, limonen, β-felandren, α-terpinolen, linalool, safrol, kroweasin, dan

miristisin. Senyawa kimia seperti α-pinen, β-pinen, sabinen, limonen, safrol, kroweasin, dan miristisin diduga berperan sebagai larvasida terhadap A.aegypti. Kata kunci: Aedes aegypti, larvasida, LC50, minyak atsiri, Myristica fragrans

ABSTRACT

MAMAN. Larvicidal Activity of Nutmeg Leaves and Fruits Essential Oil

(Myristica fragrans Houtt) to Aedes aegypti. Supervised by ANNE CAROLINA.

The examine its larvicidal activity against Aedes aegypti, and to aim of this research was to analyze nutmeg leaves and fruits chemical coumpond produced by steam destillation . The yield of nutmeg leaves and fruits essential oil (EO) was 0.66% and 0.30%. Larvicidal activity test of the nutmeg’s leaves and fruits EO derived from the same tree was carried out against A. aegypti. Nutmeg oil concentrations used for the larvicidal assay were 50 μg/mL, 100 μg/mL, 150 μg/mL,

200 μg/mL, and 250 μg/mL. A negative control was treatment without addition of

EO, while a synthetic larvicidal was used as a positive control. The result showed that larvicidal activity in nutmeg fuits EO was higher than the nutmeg leaves. The LC50 value of nutmeg leaves EO was 133.8 µg/mL and the fruits EO about of 110.1

µg/mL. The chromatogram of GCMS showed that the chemical components in nutmeg oil was dominated by α-pinene, sabinene, β-pinene, delta 3-carene, limonene, β-phellandrene, α-terpinolene, linalool, safrole, croweacin, and myristicin.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Hasil Hutan

AKTIVITAS LARVASIDA MINYAK ATSIRI DAUN DAN

DAGING BUAH PALA (

Myristica fragrans

Houtt)

TERHADAP

Aedes aegypti

MAMAN

DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2015 ini berjudul Aktivitas Larvasida Minyak Atsiri Daun dan Daging Buah Pala (Myristica fragrans Houtt) terhadap Aedes aegypti.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Anne Carolina, SSi MSi selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ade Iskandar, STP MSi dari Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian IPB dan Ibu Diah dari Laboratorium Pengawasan Mutu Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian IPB yang telah membantu selama penelitian serta kepada Direktorat Pendidikan Tinggi (DIKTI) yang telah membiayai selama menempuh pendidikan di IPB. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayahanda Sarim, Ibunda Cicin, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Para sahabat Untung Pambudi Aji, M Miftah Rahman, Irsyad Sidik, Dery Liga Hakim, Sasongko Anggar Kusumo, Sena Maulana, Didi Kuntara, Nurdin Kurniawan Sukarya, M Fauzan Mursyidan, Satungga Yusuf Herwanda, Milki Silmi Kaffah, Bayu Dwi Sancoko, Gunawan Anggi, dan M Imam Ardiansyh.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2016

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Bahan 2

Alat 2

Prosedur Penelitian 2

Uji Aktivitas Larvasida 3

Analisis Senyawa Kimia 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Rendemen Minyak Pala 5

Aktivitas Larvasida 5

Komposisi Kimia Minyak Pala 7

SIMPULAN DAN SARAN 10

Simpulan 10

Saran 10

DAFTAR PUSTAKA 10

LAMPIRAN 13

(10)

DAFTAR TABEL

1 Mortalitas larva Aedes aegypti setelah 24 jam pengujian aktivitas biolarvasida minyak daun dan daging buah pala 6 2 Senyawa dominan pada minyak pala hasil analisis GCMS 9

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir prosedur penelitian 4

2 Rendemen minyak yang dihasilkan dengan metode distilasi uap 5 3 Hubungan konsentrasi (a) minyak daun pala, (b) minyak daging buah pala dengan mortalitas larva A. aegypti berdasarkan analisis probit 7

4 Kromatogram GCMS minyak daun pala 8

5 Kromatogram GCMS minyak daging buah pala 8

DAFTAR LAMPIRAN

1 Mortalitas larva A. Aegypti terhadap minyak daun dan daging buah pala

pada pohon yang sama 13

2 Probit Analysis: mortalitas (ekor); n (ekor); versus konsentrasi (µg/mL)

minyak daun pala 14

3 Probit Analysis: mortalitas (ekor); n (ekor); versus konsentrasi (µg/mL)

minyak daging buah pala 15

4 Hasil analisis GCMS minyak daun pala 16

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan produsen utama minyak atsiri pala (nutmeg oil) di pasar minyak atsiri dunia. Permintaan pasar dunia untuk minyak pala sekitar 250 ton/tahun. Sementara itu, volume ekspor minyak atsiri pala Indonesia yang berasal dari bagian biji mencapai 200 ton/tahun (Rusli 2010). Komponen yang potensial mengandung minyak atsiri selain biji, yaitu daun dan daging buah pala. Telah teridentifikasi komponen yang terkandung dalam minyak atsiri daging buah pala

adalah α-pinen (8.7%), β-pinen (6.92%), 3-karen (3.54%), D-limonen (8%), α

-terpinen (3.69%), 1,3,8-mentatrien (5.43%), α-terpinen (4.9%), α-terpineol (11.23%), safrol (2.95%), dan miristisin (23.37%) (Agoes 2010). Selama beberapa tahun, minyak pala banyak digunakan oleh masyarakat lokal di Indonesia untuk meredakan rasa sakit, gangguan pencernaan dan sebagai anti inflamasi (Hirshhorn 1983, Ozaki 1989). Pala biasanya digunakan sebagai insektisida yang dikenal mengandung terpenoid dan turunannya sehingga dipercaya dapat membunuh serangga (Isman 2006).

Pemanfaatan senyawa kimia yang berasal dari alam sebagai larvasida, akan sangat membantu penanggulangan penyakit yang disebarkan oleh nyamuk. Salah satunya adalah Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit menular ini disebabkan oleh virus dengue dan disebarkan melalui gigitan nyamuk A. aegypti. Cara penularan penyakit DBD terjadi secara propagatif yaitu virus dengue berkembang biak dalam tubuh nyamuk A. aegypti (Gandahusada 2000). Pusat Informasi Departemen Kesehatan mencatat, jumlah kasus DBD di Indonesia selama 2011 mencapai 65 432 kasus dengan 595 korban meninggal (Depkes RI 2011).

Sejauh ini pengendalian secara kimiawi lebih sering dilakukan dengan pengasapan/fogging dan pemberian bubuk abate (yang mengandung temefos). Penggunaan insektisida sintetik sangat berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Hal ini disebabkan oleh residu bahan kimia yang tertinggal di lingkungan (Utari 2007). Cavalcanti et al. (2004) melaporkan bahwa racun temefos dapat menyebabkan sakit kepala, iritasi, dan hilang ingatan. Larvasida ini dapat masuk ke dalam rantai makanan dan terakumulasi di dalamnya. Dengan demikian perlu adanya pengembangan insektisida yang aman bagi manusia dan lingkungan.

Saat ini telah banyak ditemukan bahan alam yang berpotensi dikembangkan sebagai insektisida yang diekstrak dari beberapa jenis tumbuhan. Hasil penelitian Cheng et al. (2008) menunjukan bahwa minyak atsiri dari jenis Eucalyptus

camaldulensis dan E. urophyilla bersifat larvasida terhadap A. aegypti dengan nilai

LC50 berturut-turut 31 dan 96 μg/mL. Selain itu, minyak atsiri daun sirih (Piper

betle) bersifat larvasida terhadap A. aegypti dengan LC50 309.03 μg/mL (Parwata

et al. 2011). Komponen kimia minyak biji pala yang teridentifikasi memiliki

(12)

2

minyak atsiri yang berasal dari daun dan daging buah pala dan dianalisis kandungan senyawa kimianya serta potensi pemanfaatan sebagai larvasida terhadap larva instar III nyamuk A. aegypti.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas larvasida minyak atsiri daun dan daging buah pala terhadap nyamuk A. aegypti, serta menganalisis senyawa kimia minyak atsiri daun dan daging buah pala yang diperoleh dengan penyulingan uap (steam distillation).

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang senyawa aktif yang terkandung di dalam minyak atsiri daun dan daging buah pala (Myristica

fragrans Houtt) yang dapat berperan sebagai larvasida nyamuk A. aegypti.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan dimulai dari bulan Agustus - Oktober 2015 di Laboratorium Kimia Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB, Laboratorium Pengawasan Mutu Fakultas Teknologi Pertanian IPB, dan analisis senyawa kimia di Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Mabes POLRI.

Bahan

Bahan yang digunakan adalah daun dan daging buah pala yang diperoleh dari daerah sekitar lingkar Kampus IPB. Bahan lain yang digunakan adalah telur nyamuk A. aegypti diperoleh dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB, natrium sulfat anhidrat (Na2SO4), dan air destilata.

Alat

Peralatan yang digunakan adalah golok, penyulingan uap (steam distillation), labu florentine, botol kaca, gelas ukur, gelas piala, neraca analitik, pipet tetes, kertas saring, Kromatografi Gas Spektrofotometer Massa (GC-MS) Agilent Technologies

6890N series, corong, nampan plastik, gelas kaca, dan karet gelang.

Prosedur Penelitian

Persiapan Bahan Baku

(13)

3 Penyulingan Uap / SteamDistillation

Boiler diisi dengan air untuk menyuling daun dan daging buah pala, kemudian boiler dipanaskan pada suhu maksimum 120 °C. Bahan yang akan disuling sebelumnya telah ditimbang terlebih dulu lalu dimasukan kedalam ketel suling. Labu florentine dipasang untuk menampung destilat. Air dialirkan melalui kondensor dan suhu pada ketel uap dinaikkan. Pada saat kondensat pertama menetes, dilakukan pencatatan (lama penyulingan dihitung dari saat tetesan pertama). Penyulingan dilakukan selama 2 jam. Destilat dipisahkan dalam labu

florentine dan disimpan dalam botol kaca untuk dianalisis dan dihitung rendemen

yang dihasilkan.

Rendemen minyak =����� �� ��� �������� ��ℎ� ��� x 100%

Penjernihan Minyak Atsiri

Natrium sulfat anhidrat (Na2SO4) ditambahkan sebanyak 1 g ke dalam beaker

glass yang berisi minyak, diaduk sampai merata dan dibiarkan sampai Na2SO4

mengendap. Campuran dipisahkan dengan menggunakan kertas saring. Sampel minyak hasil pemurnian disimpan kembali untuk analisis senyawa kimia dan pengujian aktivitas larvasida.

Uji Aktivitas Larvasida

Larva nyamuk disiapkan dengan menetaskan telur nyamuk A. aegypti dalam media air menggunakan nampan plastik dengan kedalaman air ±2.5 cm. Telur menetas dalam waktu ±24 jam dan diberi pakan ikan selama pembiakan. Larva nyamuk tumbuh mencapai instar III pada umur 4 hari. Pengujian dilakukan terhadap larva nyamuk A. aegypti instar III karena instar III memiliki daya tahan yang cukup tinggi dibandingkan instar I dan II. Ciri-ciri larva nyamuk A. aegypti

instar III yang dapat diamati secara fisik adalah memiliki panjang tubuh sekitar 4-5 mm, duri-duri dada mulai jelas dan corong pernafasan berwarna coklat kehitaman (Sungkar 2005).

Pengujian aktivitas larvasida minyak pala mengacu pada metode yang dilakukan oleh Haditomo(2010). Konsentrasi minyak daun dan daging buah pala pada penelitian adalah 50 µg/mL, 100 µg/mL, 150 µg/mL, 200 µg/mL, dan 250 µg/mL. Kontrol yang digunakan yaitu kontrol negatif tanpa perlakuan dan kontrol positif dengan melarutkan 4 mg abate dalam 800 mL aquades.

Analisis Senyawa Kimia

(14)

4

Gambar 1 Diagram alir prosedur penelitian Kontrol Penjernihan minyak dengan Na2SO4

Penyulingan dilakukan selama 2 jam Pada suhu maksimum 120 °C, tampung hasil

penyulingan dalam gelas kaca

Analisis GCMS

Analisis Probit Persiapan bahan baku

Timbang berat basah, kering udarakan didalam ruangan selama ±1 minggu dan timbang kembali

(15)

5

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7

Daun Pala Daging Buah Pala

R

ende

men

(%

)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rendemen Minyak Pala

Pengukuran rendemen bertujuan untuk mengetahui persentase minyak atsiri dalam bahan yang dapat diisolasi pada kondisi tertentu yang dijadikan sebagai perbandingan. Perlakuan pendahuluan dan metode distilasi dapat mempengaruhi rendemen minyak yang dihasilkan. Gambar 2 menunjukkan adanya perbedaan rendemen minyak atsiri yang dihasilkan oleh bagian tanaman yang berbeda pada pohon yang sama.

Gambar 2 Rendemen minyak yang dihasilkan dengan metode distilasi uap. Penyulingan dengan metode destilasi uap menghasilkan rendemen sebesar 0.66% untuk daun pala dan sebesar 0.30% pada daging buah pala. Penelitian lain menyatakan bahwa rendemen yang dihasilkan dari daun pala sebesar 1.72% (Rastuti et al. 2013), sementara penyulingan daging buah pala menghasilkan rendemen sebesar 0.90% (Sipahelut 2012). Adanya perbedaan hasil ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah metode perlakuan pendahuluan yang dilakukan, seperti perajangan dan pengeringan bahan baku. Proses perajangan pada bahan baku segar akan menghasilkan rendemen lebih sedikit karena pada bahan segar kandungan airnya masih tinggi (88%), sehingga pengeluaran minyak atsiri pada waktu distilasi tidak sempurna (Sipahelut 2012). Selain itu, rendemen minyak atsiri dapat juga dipengaruhi oleh kondisi iklim, tempat tumbuh, umur panen (Rismunandar 1989).

(16)

6

Aktivitas Larvasida

Pengujian toksisitas minyak daun dan daging buah pala dilakukan terhadap larva A. aegypti. Siklus hidup larva A. aegypti yang sesekali naik kepermukaan air dan kontak dengan minyak dapat berakibat pada kematian larva, seperti ditunjukkan Tabel 1. Adanya kandungan senyawa kimia aktif dalam minyak pala diduga berperan dalam kematian larva nyamuk ini. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan mortalitas larva seiring dengan peningkatan konsentrasi minyak atsiri yang ditambahkan. Pada konsentrasi minyak atsiri sebesar 250 µg/mL terjadi kematian hampir semua larva (>90%). Pada kontrol negatif (-) yaitu tanpa penambahan minyak atsiri, tidak ditemukan adanya kematian larva. Sementara itu pada kontrol positif (+), dimana dilakukan penambahan abate yang mengandung 1% temefos dengan konsentrasi 5 µg/mL, memperlihatkan adanya kematian pada semua larva. Oleh karenanya dapat dikatakan bahwa minyak pala memiliki sifat toksik yang dapat mencegah pertumbuhan nyamuk A. aegypti.

Tabel 1 Mortalitas larva A. aegypti setelah 24 jam pengujian aktivitas biolarvasida minyak daun dan daging buah pala.

Konsentrasi (µg/mL)

Mortalitas (%)

Daun Pala Daging Buah Pala

0 0 0

50 11.67 21.67

100 26.67 46.67

150 66.67 81.67

200 88.33 91.67

250 91.67 93.33

Abate 100 100

Keterangan: *) Mortalitas adalah persentase dari nisbah larva yang mati setelah pengujian terhadap 20 larva uji untuk kontrol (0 µg/mL) dan setiap konsentrasi minyak pala.

Analisis probit menunjukan bahwa minyak daging buah pala dengan nilai LC50 110.1 µg/mL memiliki aktivitas larvasida lebih baik jika dibandingkan dengan

minyak daun pala yang berasal dari pohon yang sama (Gambar 3). Hal ini menggambarkan bahwa minyak daging buah pala cukup efektif dalam membunuh larva nyamuk.

(17)

7 bergantung pada bentuk, cara masuk ke dalam tubuh serangga, macam bahan kimia, konsentrasi dan jumlah (dosis) insektisida. Nilai LC50 menggambarkan tingkat

kematian larva sebesar 50% dari 20 larva yang diujikan, menunjukan bahwa minyak daun pala pada konsentrasi 133.8 µg/mL mampu membunuh larva pada tingkat kematian 50%. Sementara itu minyak daging buah pala menunjukan nilai LC50 sebesar 110.1 µg/mL.

(a) (b)

Gambar 3 Hubungan konsentrasi (a) minyak daun pala, (b) minyak daging buah pala dengan mortalitas larva A. aegypti berdasarkan analisis probit.

Komposisi Kimia Minyak Pala

Minyak atsiri yang berasal dari daun dan daging buah pala memberikan aroma khas. Hal ini disebabkan oleh komponen kimia yang terkandung didalamnya, seperti monoterpen hidrokarbon ± 88% dengan komponen utama kamfen, pinen, miristisin, dan monoterpen alkohol seperti geraniol, linalool, terpineol, serta komponen lain seperti eugenol dan metil eugenol (Idrus et al. 2014). Berdasarkan hasil analisis GCMS yang dilakukan, terdapat 28 komponen yang teridentifikasi pada minyak daun pala dan 29 komponen pada minyak daging buah pala (Gambar 4 dan 5).

(18)

8

5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 5000000

8.404 10.03810.35511.227 12.21412.593 13.73314.489 15.65916.49317.11417.940 18.177

Gambar 4 Kromatogram GCMS minyak daun pala.

Gambar 5 Kromatogram GCMS minyak daging buah pala.

Hasil analisis GCMS menunjukkan bahwa minyak pala pada bagian tanaman yang berbeda dalam pohon yang sama mengandung senyawa kimia dengan komposisi yang berbeda. Komponen bioaktif minyak daun dan daging buah pala hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 2. Daun dan daging buah pala hasil analisis GCMS mengandung sebelas senyawa dominan, yaitu α-pinen, sabinen, β-pinen, delta 3-karen, limonen, β-felandren, α-terpinolen, linalool, safrol, kroweasin, dan miristisin. Komponen kimia utama dari minyak pala terdiri dari α-pinen, β- pinen, mirsen, sabinen, limonen, terpinen, terpineol, safrol, dan miristisin (ISO 2002). Kromatogram hasil pengujian GCMS memperlihatkan bahwa konsentrasi miristisin lebih besar terdapat pada minyak daun pala yaitu sekitar 4.74%, sementara pada daging buah pala sebesar 0.83%. Minyak daun pala menunjukkan kandungan yang lebih tinggi untuk senyawa selain kroweasin. SNI mengenai minyak pala Indonesia menyebutkan bahwa mutu minyak pala salah satunya ditentukan oleh kandungan miristisin, yaitu dengan nilai minimum sebesar 5% (BSN 2006).

(19)

9 Tabel 2 Senyawa dominan pada minyak pala hasil analisis GCMS.

Daun Pala Daging Buah

14.35 7.09 Sabinen Antimikroba (Zhang et al.

2014)

8.05 6.41 Limonen Antibakteri (Ketaren 1985)

5.76 4 β-Felandren Sitotoksik & antibakteri

(Boehme 2008)

2.8 - Linalool Antiseptik dan antiviral (Ketaren 1985)

1.86 6.06 α

-4.74 0.83 Miristisin Antimikroba (Stahl 1985)

(Shulgin 1967)

Keterangan: *) Terhadap 28 jenis senyawa yang teridentifikasi.

Beberapa senyawa yang terkandung dalam minyak pala dengan konsentrasi

yang terbilang besar seperti α-pinen, β-pinen, sabinen, limonen, kroweasin, dan

miristisin di duga berperan terhadap aktivitas minyak pala sebagai anti larva nyamuk Aedes aegypti (Tabel 1). Menurut Idrus et al. (2014) kandungan miristisin sangat tergantung pada umur panen pala itu sendiri. Pala muda memiliki kandungan miristisin yang cukup besar dan makin berkurang pada pala yang berumur tua. Miristisin adalah senyawa psikoaktif, bertindak sebagai antikolinergik, dan merupakan prekursor tradisional untuk psychedelic dan empathogenic. Menurut Rismunandar (1990) bahwa minyak atsiri daging buah pala mengandung komponen miristisin dan monoterpen. Komponen miristisin dalam daging buah pala dapat menimbulkan rasa kantuk. Minyak pala memiliki kemampuan dapat mematikan serangga (insektisida), anti jamur (fungisida), dan antibakteri (Lutony dan Rahmayati2002).

(20)

10

Bioaktivitas yang diakibatkan oleh senyawa miristisin mengakibatkan adanya penurunan aktivitas sistem motorik yang diujikan pada hewan (Donald dan Barceloux 2009). Sementara itu, senyawa kroweasin teridentifikasi berperan sebagai penghabat pertumbuhan bakteri terhadap Escherichia coli, Pseudomonas

aeruginosa dan Klebsiella pneumoniae (Khalfalah et al. 2011).

Aktivitas larvasida pada minyak daging buah pala diduga karena senyawa kroweasin yang teridentifikasi berperan terhadap kematian larva. Senyawa lain seperti α-pinen, β-pinen, sabinen, delta 3-caren, limonen, β-felandren, linalool dan miristisin dengan konsentrasi paling tinggi pada minyak daun pala diduga kurang memberikan pengaruh terhadap aktivitas larvasida. Senyawa-senyawa aktif yang terdapat dalam minyak atsiri berperan sebagai stomach poisoning yaitu sebagai racun perut bagi nyamuk dengan mekanisme menghambat kinerja hormon pertumbuhan (juvenile hormone) (Panghiyangani et al. 2009). Terhambatnya pertumbuhan hormon juvenil pada larva nyamuk dapat menimbulkan kematian karena tidak ada pertumbuhan. Keadaan tersebut secara tidak langsung dapat menimbulkan kematian terhadap larva nyamuk (Silfiyanti 2006).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Minyak daging buah dan daun pala memperlihatkan adanya aktivitas larvasida terhadap Aedes aegypti dengan nilai LC50 sebesar 110.1 µg/mL dan 133.8

µg/mL. Minyak atsiri pala yang disuling dari bagian daun dan daging buah pala mengandung senyawa kimia dengan komposisi yang berbeda. Terdapat sepuluh senyawa utama dengan persentase luasan area tertinggi, berturut-turut pada kedua jenis bahan daun dan daging buah pala yaitu α-pinen (18.98 dan 8.74 %), sabinen (14.35dan 7.09 %), β-pinen (27.82 dan 13.69%), delta 3-caren (4.64 dan 2.09%), limonen (8.05 dan 6.41%), β-felandren (5.76 dan 4%), α-terpinolen (1.86 dan 6.06%), linalool (2.8 dan 0%), safrol (1.06 dan 4.58%), kroweasin (0-23.03%), dan miristisin (4.74 dan 23.86%).

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai isolasi senyawa aktif dalam minyak atsiri pala, seperti miristisin yang berperan sebagai larvasida untuk diujikan langsung terhadap larva nyamuk Aedes aegypti.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes A. 2010. Tanaman Obat Indonesia. Buku 2. Jakarta (ID): Salemba Medika. Abou-Elnaga, ZSH. 2014. Insecticidal bioactivity of eco-friendly plant origin

chemicals against Culex pipiens and Aedes aegypti (Diptera: Culicidae). J Ento.

and Zoo. Stud. 2(6): 340-347.

(21)

11

Zanthoxylum setulosum from Monteverde, Costa Rica. Natural Prod. Research

22(1): 31-36. Doi: 10.1080/14786410601130224

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2006. Minyak Pala (Myristica fragrans). Standar Nasional Indonesia 06-2388. Jakarta (ID): Badan Standarisasi Nasional. Campbell NA, Recce JB, Mitchell LG. 2004. Biologi. Manalu W, penerjemah;

Safitri A, editor. Jakarta (ID): Erlangga.

Cavalcanti ESB, Morais SM, Lima MA, Santana EWP. 2004. Larvacidal activity of essential oils from brazilia plants against Aedes aegypti L. Journal Molecules. 99:541-544.

Chalchat JC, Figueredo G, Ozcan MM, Unver A. 2010. Effect hydrodistillation and microwave distillation extraction methods on chemical composition of essential oil of pickling herb and myrtle plants. South Western Journal of Horticulture,

Biology, and Environment 6(1): 133-141.

Cheng SS, Huang CG, Chen YJ, Yu JJ, Chen WJ, Chang ST. 2008. Chemical compositions and larvicidal activities of leaf essential oils from two Eucalyptus species. Biores. Technol. 100:452–456.

[Depkes] Departemen Kesehatan. 2011. Tatalaksana DBD. Jakarta (ID): Departemen Kesehatan

Donald G, Barceloux MD. 2009. Nutmeg (Myristica fragrans Houtt.). Dis Mon. 55:373-379.

Gandahusada S. 2000. Parasitologi Kedokteran Edisi II. Jakarta (ID): FKUI. Gunawan W. 2009. Kualitas dan Nilai Minyak Atsiri, Implikasi Pada

Pengembangan Turunannya. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional

dengan tema: Kimia Bervisi SETS (Science, Environment, Technology, Society) Kontribusi Bagi Kemajuan Pendidikan dan Industri, diselenggarakan Himpunan Kimia Indonesia Jawa Tengah. Semarang 21 Maret 2009.

Haditomo I. 2010. Efek Larvasida Ekstrak Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum

L.) terhadap Aedes aegypti L. [skripsi]. Solo (ID): Universitas Sebelas Maret. Hirshhorn HH. 1983. Botanical remedies of the former dutch east indies (Indonesia).

part II: dicotyledones up to and including leguminosae. J Ethnopharma. 8(1): 65-96.

Hoedojo R, Zulhasril. 2004. Insektisida dan Resistensi Parasitologi Kedokteran

Edisi III. Jakarta (ID): Universitas Indonesia.

Hoedojo R, S. Sungkar. 2008. Morfologi, Daur Hidup dan Perilaku Nyamuk :

Parasitologi Kedokteran Edisi IV. Jakarta (ID): Universitas Indonesia.

Idrus S, Kaimudin M, Torry RF, Biantoro R. 2014. Isolasi trimiristin minyak pala Banda serta pemanfaatannya sebagai bahan aktif sabun. J Riset Industri 8(1): 23-31.

Isman MB. 2006. The role of botanical insecticides, deterrents and repellents in modern agriculture and an increasingly regulated world. Annual Review of

Entomology. 51(1): 45-66.

[ISO] International Standard Organization. 2002. ISO 3215. Oil of Nutmeg. Jenewa (CH): International Standar Organization.

[Kemenkes] Kementerian Kesehatan. 2011. Informasi Umum Demam Berdarah

Dengue. Jakarta (ID): Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis – Dit PPBB

-Ditjen PP dan PL– Kementerian Kesehatan RI.

(22)

12

Khalfalah A, Labed A, Semra Z, Ai Kaki B, Kabouche A, Touzani R, Kabouche Z. 2011. Antibacterial activity and chemical composition of the essensial oil of

Ammi visnaga L. (Apiaciae) from Constraine, Algeria. Int J. Med Arom Plants

1(3): 302-305.

Lutony TL, Rahmayati Y. 2002. Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri. Jakarta (ID): Penerbit Penebar Swadaya.

Nurdjannah N. 2007. Teknologi Pengolahan Pala. Bogor (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Ozaki Y, Soedigdo S, Wattimena YR, Suganda AG. 1989. Antiinflammatory effect of mace, aril of Myristica fragrans Houtt., and its active principles. J Pharma. 49(1): 155-163.

Parwata IMOA, Santi SR, Sulaksana IM, Widiarthini IAA. 2011. Aktivitas larvasida minyak atsiri pada daun sirih (Piper betle Linn) terhadap larva nyamuk

Aedes aegypti. J Kimia 5(1): 88-93.

Rastuti U, Widyaningsih S, Kartika D, Ningsih DR. 2013. Aktivitas antibakteri minyak atsiri daun pala dari Banyumas terhadap Staphylococcus aureus dan

Escherichia coli serta identifikasi senyawa penyusunnya. J Kimia 7(1): 197-203.

Rismunandar. 1990. Budidaya dan Tataniaga Pala. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Robinson J. 2000. Organic Compound of High Plant. New Jersey (US): John

Willey and Sons.

Rusli MS. 2010. Sukses Memproduksi Minyak Atsiri. Jakarta (ID): Agro Media Pustaka.

Silfiyanti E, Kristianto H (2006). Pengaruh pemberian ekstrak daun pare (Momordica charantia L) dalam menghambat pertumbuhan larva nyamuk Aedes

aegypti. Malang (ID): Universitas Brawijaya.

Sipahelut SG. 2012. Karakteristik kimia minyak daging buah pala (Myristica

fragrans Houtt) melalui beberapa cara pengeringan dan distilasi. J Agrfor. 6 (1):

161-167.

Stahl E. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro, 3-17. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung.

Sungkar S. 2005. Bionomik A. aegypti, vektor demam berdarah dengue. MKI. 55(4): 384-439.

Tarek N, Hassan HM, Abdelghani SMM, Radwan IA, Hammouda O. 2014. Comparative chemical and antimicrobial study of nine essential oils obtained from medicinal plants growing in Egypt. J of Bas. and App. Sci.. 53(1): 65-103. Utari DK. 2007. Identifikasi fraksi daun zodia (Evodia suaveolens) yang berpotensi sebagai insektisida botani terhadap larva A. aegypti [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Panghiyangani R, Rahmiati, Ahda FN. 2009. Potensi ekstrak daun dewa (Gynura

Pseudochina Ldc) sebagai larvasida nyamuk Aedes aegypti vektor penyakit

demam berdarah dengue. J Kedokteran Indonesia. 1 (2): 1-5.

Parwata IMOA, Santi SR, Sulaksana IM, Widiarthini IAA. 2011. Aktivitas larvasida minyak atsiri pada daun sirih (Piper betle Linn) terhadap larva nyamuk

Aedes aegypti. J Kimia. 5(1): 88-93.

(23)

13 Lampiran 1 Mortalitas larva A. aegypti terhadap minyak daun dan daging buah pala pada pohon yang sama.

Konsentrasi (µg/mL) Ulangan Mortalitas (%)

Daun Pala Daging Buah Pala

0

U1 0 0

U2 0 0

U3 0 0

50

U1 10 10

U2 5 15

U3 20 40

100

U1 25 45

U2 40 40

U3 15 55

150

U1 90 80

U2 55 75

U3 55 90

200

U1 90 90

U2 95 85

U3 80 100

250

U1 100 95

U2 90 85

U3 85 100

Abate

U1 100 100

U2 100 100

U3 100 100

(24)

14

Lampiran 2 Probit Analysis: mortalitas (ekor); n (ekor); versus konsentrasi (µg/mL) minyak daun Pala.

Probit Analysis: response versus konsentrasi

Distribution: Normal

* NOTE * 4 cases contained missing values or was a case with zero frequency.

Regression Table

Standard

(25)

15 Lampiran 3 Probit Analysis: mortalitas (ekor); n (ekor); versus konsentrasi

(µg/mL) minyak daging buah Pala. Probit Analysis: response versus konsentrasi

Distribution: Normal

* NOTE * 8 cases contained missing values or was a case with zero frequency.

Regression Table

Standard

(26)

16

5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 5000000

8.404 10.03810.35511.227 12.21412.593 13.73314.489 15.65916.49317.11417.940

18.177

Lampiran 4 Hasil analisis GCMS minyak daun pala.

Library Search Report

Data Path : C:\msdchem\1\data\

Data File : SAMPEL 1.D

2 5.884 12.23 C:\Database\WILLEY09TH.L

.ALPHA.-PINENE, (-)- $$ Bicyclo[3. 44919 000080-56-8 97

5 6.371 14.35 C:\Database\WILLEY09TH.L

Sabinene $$ Bicyclo[3.1.0]hexane, 44905 003387-41-5 96 6 6.471 27.82 C:\Database\WILLEY09TH.L

(27)

17

(CAS)

10 7.134 8.05 C:\Database\WILLEY09TH.L

dl-Limonene $$ Cyclohexene, 1-meth 44710 000138-86-3 98 yl-4-(1-methylethenyl)- (CAS) $$ N

esol

11 7.193 5.76 C:\Database\WILLEY09TH.L

.beta.-Phellandrene $$ Cyclohexene, 44787 000555-10-2 97 3-methylene-6-(1-methylethyl)- CAS)

12 7.553 1.26 C:\Database\WILLEY09TH.L

.gamma.-Terpinene $$ 1,4-Cyclohexa 44669 000099-85-4 96 diene, 1-methyl-4-(1-methylethyl)-

(CAS)

13 7.822 0.20 C:\Database\WILLEY09TH.L

5-Isopropyl-2-methylbicyclo[3.1.0] 75747 017699-16-0 96 hexan-2-ol #

14 8.090 1.86 C:\Database\WILLEY09TH.L

.ALPHA.-TERPINOLENE $$ Cyclohexene 44772 000586-62-9 98

16 8.401 0.35 C:\Database\WILLEY09TH.L

Linalool $$ 1,6-Octadien-3-ol, 3,7 75359 000078-70-6 91 -dimethyl- (CAS) $$ Linalol $$ all

o-Ocimenol

17 10.037 0.76 C:\Database\WILLEY09TH.L

3-Cyclohexen-1-ol, 4-methyl-1-(1-m 75504 000562-74-3 97 ethylethyl)- (CAS) $$ 4-Terpineol

18 10.355 0.36 C:\Database\WILLEY09TH.L

3-CYCLOHEXENE-1-METHANOL, .ALPHA., 75522 010482-56-1 95 .ALPHA.,4-TRIMETHYL-, (S)-

19 11.228 0.08 C:\Database\WILLEY09TH.L

linalyl acetate $$ 1,6-OCTADIEN-3- 170457 000115-95-7 91 OL, 3,7-DIMETHYL-, ACETATE

20 12.218 0.13 C:\Database\WILLEY09TH.L

Bicyclo[2.2.1]heptan-2-ol, 1,7,7-t 170364 005655-61-8 99 rimethyl-, acetate, (1S-endo-(CAS)

21 12.595 1.06 C:\Database\WILLEY09TH.L

1,3-Benzodioxole, 5-(2-propenyl)- 89928 000094-59-7 98 (CAS) $$ Safrole $$ Safrol $$ Safr

Ene

22 13.736 0.24 C:\Database\WILLEY09TH.L

.alpha.-Cubebene $$ (-)-.alpha.-Cu 191914 017699-14-8 98 bebene $$ .alpha.-cububene $$ ALPH

A-CUBEBENE

23 14.491 0.46 C:\Database\WILLEY09TH.L

.alpha.-Copaene $$ Copaene (CAS) $ 191910 003856-25-5 99 $ Copaen $$ (-)-.alpha.-Copaene

24 15.657 0.78 C:\Database\WILLEY09TH.L

trans-Caryophyllene $$ l-Caryophyl 191500 000087-44-5 99 lene $$ (-)-Caryophyllene $$ Caryo

phyllene

25 16.496 0.08 C:\Database\WILLEY09TH.L

.alpha.-Caryophyllene $$ .alpha.-H 191411 006753-98-6 99

26 17.116 0.04 C:\Database\WILLEY09TH.L

Germacrene D $$ 8-Isopropyl-1-meth 191954 023986-74-5 99 yl-5-methylene-1,6-cyclodecadiene

27 17.939 0.10 C:\Database\WILLEY09TH.L

.delta.-Cadinene (CAS) $$ (+)-.del 191638 000483-76-1 99 ta.-Cadinene $$ Cadina-1(10),4-die

ne (CAS)

28 18.173 4.74 C:\Database\WILLEY09TH.L

MYRISTCIN $$ 1,3-BENZODIOXOLE, 4-M 158293 000607-91-0 99 ETHOXY-6-(2-PROPENYL)-

(28)

18

Lampiran 5 Hasil analisis GCMS minyak daging buah pala.

Library Search Report

(29)

19

10 7.19 4.00 C:\Database\Willey9 N11.L

.beta.-Phellandrene $$ Cyclohexene 44946 000555-10-2 97 , 3-methylene-6-(1-methylethyl)- (

CAS)

11 7.58 7.10 C:\Database\Willey9 N11.L

.gamma.-Terpinene $$ 1,4-Cyclohexa 44827 000099-85-4 96 diene, 1-methyl-4-(1-methylethyl)-

(CAS)

12 8.11 5.12 C:\Database\Willey9 N11.L

.ALPHA.-TERPINOLENE $$ Cyclohexene 44926 000586-62-9 98 , 1-methyl-4-(1-methylethylidene)-

(CAS)

13 8.22 0.94 C:\Database\Willey9 N11.L

.ALPHA.-TERPINOLENE $$ Cyclohexene 44924 000586-62-9 97 , 1-methyl-4-(1-methylethylidene)-

(CAS)

14 8.80 0.17 C:\Database\Willey9 N11.L

D-Fenchyl alcohol $$ Bicyclo[2.2.1 76209 001632-73-1 96 ]heptan-2-ol, 1,3,3-trimethyl- (CA

S)

15 9.17 0.05 C:\Database\Willey9 N11.L

(anti)-7-Hydroxy-nor-bornene 16472 998016-47-2 72 16 10.07 3.86 C:\Database\Willey9 N11.L

3-Cyclohexen-1-ol, 4-methyl-1-(1-m 75920 000562-74-3 97 ethylethyl)- (CAS) $$ 4-Terpineol

17 10.38 2.68 C:\Database\Willey9 N11.L

3-Cyclohexene-1-methanol, .alpha., 75950 000098-55-5 91 .alpha.,4-trimethyl-, (S)- (CAS)

18 12.22 0.10 C:\Database\Willey9 N11.L

Bicyclo[2.2.1]heptan-2-ol, 1,7,7-t 171892 005655-61-8 99 rimethyl-, acetate, (1S-endo)- (CA

S)

19 12.61 4.58 C:\Database\Willey9 N11.L

Safrole $$ 1,3-Benzodioxole, 5-(2- 90468 000094-59-7 98 propenyl)-

20 13.50 0.10 C:\Database\Willey9 N11.L

Citronellyl propionate $$ 6-Octen- 215685 000141-14-0 91 1-ol, 3,7-dimethyl-, propanoate (C

AS)

21 13.68 0.18 C:\Database\Willey9 N11.L

2-Carene $$ Bicyclo[4.1.0]hept-2-e 45133 000554-61-0 93 ne, 3,7,7-trimethyl- $$ .delta.-2-

Carene

22 14.24 0.39 C:\Database\Willey9 N11.L

Geranyl acetate $$ 2,6-Octadien-1- 171748 000105-87-3 83 ol, 3,7-dimethyl-, acetate, (E)- (

CAS)

23 14.49 0.23 C:\Database\Willey9 N11.L

8-ISOPROPYL-1,3-DIMETHYLTRICYCLO[4 194178 000947-59-1 98 24 15.04 0.28 C:\Database\Willey9 N11.L

Methyleugenol $$ Benzene, 1,2-dime 125984 000093-15-2 99 thoxy-4-(2-propenyl)

25 16.80 0.27 C:\Database\Willey9 N11.L

Phenol, 2-methoxy-4-(1-propenyl)- 94286 000097-54-1 98 $$ Isoeugenol $$ Phenol, 2-methoxy

26 17.93 0.05 C:\Database\Willey9 N11.L

.delta.-Cadinene (CAS) 193503 000483-76-1 98 27 18.32 23.03 C:\Database\Willey9 N11.L

CROWEACIN 159585 000484-34-4 99 28 18.58 0.83 C:\Database\Willey9 N11.L

MYRISTCIN $$ 1,3-BENZODIOXOLE, 4-M 159580 000607-91-0 96 ETHOXY-6-(2-PROPENYL)-

29 23.89 0.77 C:\Database\Willey9 N11.L

(30)

20

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar 1 Diagram alir prosedur penelitian
Gambar 3 Hubungan konsentrasi (a) minyak daun pala,  (b) minyak daging buah pala
Gambar 5 Kromatogram GCMS minyak daging buah pala.
Tabel 2 Senyawa dominan pada minyak pala hasil analisis GCMS.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penulis dapat mengatakan bahwa pelaksanaan pengawasan tahunan yang dilakukan oleh Inspektorat Kota Baubau terhadap capaian kinerja Badan Kepegawaian Daerah Kota Baubau

Penelitian verba berobjek ganda bahasa Jepang (BJ) ini merupakan bentuk penelitian deskriptif yang bersifat kualitatif, eksplanatoris, dan sinkronis karena

2) Guru memulai pembelajaran dengan pembacaan al- Quran surah ayat pilihan yang dipimpin oleh salah seorang peserta didik. 3) Guru memperhatikan kesiapan diri peserta

Meski undang-undang no 7 tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan dengan jelas dan tegas dalam memberikan

Dari pengolahan data diketahui bahwa nilai CR pada hubungan antara variabel persepsi kualitas layanan dengan variabel kepuasan pelanggan, seperti tampak pada tabel 4.8 adalah

Identifikasi senyawa golongan fenol pada ekstrak etanol herba sawi langit bahwa senyawa golongan fenol teridentifikasi pada ekstrak herba sawi langit yang ditunjukan

Tabel 3 dapat dilihat bahwa pada kelompok latihan aerobik intensitas ringan (LAIR), kelom- pok latihan aerobik intensitas sedang (LAIS) dan kelompok kontrol terjadi penurunan

Cara kerja dari alat ini adalah dengan mengubah tegangan yang masuk rangkaian menjadi gelombang ultrasonic yang terlebih dulu dikuatkan oleh IC bertype LM 380. IC tersebut