• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Kelayakan Pendirian Industri Berbasis Spent Bleaching Earth Berupa Produk Biodiesel dan Paving Block

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Kelayakan Pendirian Industri Berbasis Spent Bleaching Earth Berupa Produk Biodiesel dan Paving Block"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI BERBASIS

SPENT BLEACHING EARTH BERUPA PRODUK BIODIESEL

DAN PAVING BLOCK

FEBRIANI PURBA

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Kelayakan Pendirian Industri Berbasis Spent Bleaching Earth Berupa Produk Biodiesel dan

Paving Block adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Febriani Purba

(4)

ABSTRAK

FEBRIANI PURBA. Kajiaan Kelayakan Pendirian Industri Berbasis Spent Bleaching Earth Berupa Produk Biodiesel dan Paving Block. Dibimbing oleh ANI SURYANIdan SUKARDI.

Spent Bleaching Earth (SBE) merupakan limbah padat yang dihasilkan pada proses pemurnian Crude Palm Oil (CPO) di industri refinery dan minyak goreng sawit. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan berdasarkan aspek finansial dan non finansial pada pendirian industri berbasis SBE berupa produk biodiesel dan paving block. yang terbagi dalam tiga rencana. Disamping itu, dilakukan juga analisis sensitivitas sebagai akibat adanya perubahan dalam suatu variabel usaha. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel 2010. Perhitungan biaya dan manfaat disusun dalam bentuk cash flow. Secara finansial dan non finansial, kegiatan pendirian industri pada ketiga rencana layak untuk dilakukan. Kriteria investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C, dan

Payback Period menunjukkan bahwa ketiga rencana layak didirikan. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa kenaikan harga metanol lebih dari 50% dan semen 85% pada

Kata kunci : biodiesel, kajian kelayakan, paving block, spent bleaching earth

Kata kunci: biodiesel, kajian keekonomian, paving block, spent bleaching earth

ABSTRACT

FEBRIANI PURBA. The Feasibility Study of Establishment of Biodiesel and Paving Block Industry from Spent Bleaching Earth. Supervised by ANI SURYANIand SUKARDI.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

pada

Departemen Teknologi Industri Pertanian

KAJIAN KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI BERBASIS

SPENT BLEACHING EARTH BERUPA PRODUK BIODIESEL

DAN PAVING BLOCK

FEBRIANI PURBA

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Kajian Kelayakan Pendirian Industri Berbasis Spent Bleaching Earth Berupa Produk Biodiesel dan Paving Block

Nama : Febriani Purba NIM : F34100118

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Ani Suryani, DEA Pembimbing I

Prof Dr Ir Sukardi, MM Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi berjudul “Kajian Kelayakan Pendirian Industri Berbasis Spent Bleaching Earth Berupa Produk Biodiesel dan Paving Block” berhasil diselesaikan. Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan teristimewa kepada:

1. Prof Dr Ir Ani Suryani, DEA dan Prof Dr Ir Sukardi, MM selaku Pembimbing Akademik atas perhatian dan bimbingannya selama penelitian dan penyelesaian skripsi.

2. Kedua orang tua Junirson Purba dan Norita Malau, serta adik Frisky C. Purba yang selalu memberikan semangat, doa, dan dukungan yang tiada henti bagi penulis

3. Gita Hapsari, Kiki Amelia Lubis, Giovanni Dwi Atmaja,Yoga Prasetyo dan Hadiwijoyo yang telah memberikan warna dalam hidup penulis

4. Keluarga besar TIN 47 atas kehangatan kekeluargaan yang tak terlupakan. 5. Seluruh sanak dan kerabat yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014

(9)

DAFTAR ISI

Analisis Aspek Teknis dan Teknologis 3

(10)

SIMPULAN DAN SARAN 31

1. Perkembangan Bahan Bakar Nabati Indonesia 8

2. Perkembangan produksi biodiesel Indonesia Tahun 2005-2010 8 3. Target penahapan kewajiban minimal pemanfaatan biodiesel PerMen

ESDM No. 25 Tahun 2013 9

4. Konsumsi minyak solar Indonesia Tahun 2000-2010 11 5. Perbandingan karakteristik biodiesel dan solar 11

6. Mesin dan peralatan produksi paving block 15

7. Mesin dan peralatan produksi biodiesel 16

8. Kebutuhan tenaga kerja Rencana 1 19

9. Kebutuhan tenaga kerja Rencana 2 20

10.Kebutuhan tenaga kerja Rencana 3 20

11.Pencemaran limbah dan penanggulangannya pada produksi biodiesel 22 12.Pencemaran limbah dan penanggulangannya pada produksi paving

block 22

13.Komponen modal investasi Rencana 1,2, dan Rencana 3 (dalam jutaan

rupiah) 24

14.Penerimaan industri biodiesel dan paving block yang terintegrasi dengan pabrik refinery CPO (Rencana 1) (dalam jutaan rupiah) 26 15.Penerimaan industri paving block yang terintegrasi dengan pabrik

refinery CPO (Rencana 2) ( dalam ribuan rupiah) 26 16.Penerimaan industri biodiesel yang terintegrasi dengan pabrik refinery

CPO (Rencana 3) ( dalam ribuan rupiah) 27

17.Proyeksi laba rugi Rencana 1, Rencana 2, dan Rencana 3 27

18.Kriteria kelayakan investasi Rencana 1 28

19.Kriteria kelayakan investasi Rencana 2 29

20.Kriteria kelayakan investasi Rencana 3 29

21.Analisis sensitivitas pada Rencana 1 30

22.Analisis sensitivitas pada Rencana 2 30

23.Analisis sensitivitas pada Rencana 3 30

DAFTAR GAMBAR

1. Diagram alir penelitian 7

2. Perkembangan total konsumsi minyak solar dan biosolar tahun

2000-2010 9

(11)

4. Struktur organisasi di pabrik industri biodiesel dan paving block yang terintegrasi dengan pabrik refinery CPO (Rencana 1) 18 5. Struktur organisasi di pabrik industri paving block yang terintegrasi

dengan pabrik refinery CPO (Rencana 2) 18

6. Struktur organisasi di pabrik industri biodiesel yang terintegrasi dengan

pabrik refinery CPO (Rencana 3) 19

DAFTAR LAMPIRAN

1. Rekap hasil kuesioner wawancara terhadap pengguna paving block 33 2. Syarat mutu biodiesel menurut SNI-04-7182-2006 34 3. Syarat mutu paving block menurut SNI-03-0691-1996 35

4. Proses produksi biodiesel 36

5. Proses produksi paving block 37

6. Neraca massa produksi biodiesel Rencana 1 38

7. Neraca massa produksi paving block Rencana 1 39 8. Neraca massa produksi paving block Rencana 2 40

9. Neraca massa produksi biodiesel Rencana 3 41

10.Kebutuhan listrik pada Rencana 1 42

11.Kebutuhan listrik pada Rencana 2 42

12.Kebutuhan listrik pada Rencana 3 42

13.Kebutuhan luas ruang produksi biodiesel dan paving block 43

14.Rincian kebutuhan investasi Rencana 1 45

15.Rincian kebutuhan investasi Rencana 2 48

16.Rincian kebutuhan investasi Rencana 3 50

17.Komposisi modal kerja Rencana 1 53

18.Komposisi modal kerja Rencana 2 54

19.Komposisi modal kerja Rencana 3 54

20.Rincian biaya produksi biodiesel Rencana 1 (dalam ribuan rupiah) 55 21.Rincian biaya produksi paving block Rencana 1 (dalam ribuan rupiah) 57 22.Rincian biaya produksi Rencana 2 (dalam ribuan rupiah) 59 23.Rincian biaya produksi Rencana 3 (dalam ribuan rupiah) 61

24.Rincian penerimaan Rencana 1 63

25.Rincian penerimaan Rencana 2 65

26.Rincian penerimaan Rencana 3 66

27.Pembiayaan Rencana 1 67

28.Pembiayaan Rencana 2 70

29.Pembiayaan Rencana 3 71

30.Laporan laba rugi Rencana 1 72

31.Laporan laba rugi Rencana 2 76

32.Laporan laba rugi Rencana 3 (dalam ribuan rupiah) 78

33.Proykesi arus kas Rencana 1 80

34.Proykesi arus kas Rencana 2 82

35.Proyeksi arus kas Rencana 3 (dalam ribuan rupiah) 84

36.Analisis Break Even Point Rencana 1 86

37.Analisis Break Even Point Rencana 2 88

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Spent bleaching earth (SBE) merupakan salah satu limbah padat terbesar yang dihasilkan oleh industri refinery dan minyak goreng sawit. SBE dihasilkan pada proses pemurnian (refinery) dengan bleaching earth (BE) untuk menghilangkan pigmen warna yang terdapat di dalam crude palm oil (CPO) sehingga dihasilkan minyak yang lebih jernih. Young (1987) menyatakan bahwa digunakan sekitar 0,5% hingga 2,0% BE dari setiap massa CPO yang dimurnikan. Produksi CPO Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini terlihat dari nilai ekspor CPO yang meningkat setiap tahun. Ekspor CPO Indonesia pada dekade terakhir meningkat 7 - 8% per tahun. Peningkatan produksi CPO berbanding lurus dengan peningkatan konsumsi CPO di Indonesia yang mencapai pertumbuhan sekitar 24.55% pada tahun 2013. Industri minyak goreng merupakan salah satu industri yang banyak menyerap CPO tersebut. Pada tahun 2012 sebanyak 89% CPO digunakan untuk memproduksi minyak goreng sawit (Kemenperin 2014). Nilai ini setara dengan sekitar 6.988 ton CPO.Hal ini juga berdampak pada meningkatnya jumlah limbah SBE yang dihasilkan. Diperkirakan pada tahun 2012 dihasilkan sekitar 69.8 ton SBE. Menurut Taylor (1999) SBE masih mengandung residu minyak sebesar 20% - 40%. Tingginya kandungan minyak dalam SBE sangat potensial untuk

di-recovery dan digunakan menjadi bahan baku metil ester (biodiesel), selain itu SBE juga dapat dijadikan sebagai bahan pensubstitusi pasir pada pembuatan

paving block.

Penelitian mengenai pemanfaatan SBE sudah dilakukan. Mubarok (2014) telah melakukan penelitian pembuatan biodiesel secara in situ dari SBE dan hasilnya menunjukkan bahwa kondisi proses esterifikasi-transesterifikasi in situ

terbaik adalah dengan kecepatan pengadukan 730 rpm dan waktu transesterifikasi 90 menit. Karakteristik biodiesel yang dihasilkan telah sesuai dengan SNI. Mardiko (2014) juga telah melakukan penelitian untuk pemanfaatan SBE menjadi

paving block. Pemanfaatan SBE menjadi paving block dapat berasal dari SBE hasil samping proses refinery CPO maupun SBE hasil samping produksi biodiesel secara in situ dengan bahan baku SBE dari proses refinery CPO.

(14)

2

Untuk mengetahui kelayakan pendirian industri tersebut, maka diperlukan kajian khusus tentang pendirian industri pengolahan SBE. Mengingat SBE dapat digunakan langsung sebagai bahan baku paving block atau dimanfaatkan terlebih dahulu minyak yang terkandung di dalamnya menjadi biodiesel lalu kemudian sisa SBE digunakan sebagai bahan baku paving block, maka akan dilakukan tiga rencana pendirian industri. Rencana 1 adalah pendirian industri biodiesel dan

paving block yang terintegrasi dengan pabrik refinery CPO, Rencana 2 adalah industri paving block yang terintegrasi dengan pabrik refinery CPO, dan Rencana 3 adalah pendirian industri biodiesel yang terintegrasi dengan pabrik refinery CPO. Aspek-aspek yang dikaji adalah aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis teknologis, aspek manajemen operasional, aspek lingkungan, aspek legalitas, dan aspek finansial. Semua aspek tersebut dapat menentukan kelayakan pendirian industri pengolahan SBE.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang kelayakan pendirian industri berbasis SBE berupa (1) produk biodiesel dan paving block

(Rencana 1), (2) produk paving block (Rencana 2), dan (3) produk biodiesel (Rencana 3).

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah aspek-aspek yang dikaji dalam pendirian industri ini, yang meliputi:

1. Analisis terhadap aspek pasar dan pemasaran, meliputi strategi bauran pemasaran.

2. Analisis terhadap aspek teknis teknologis, meliputi penentuan kapasitas produksi, jenis teknologi beserta informasi neraca massa dan neraca energi, serta mesin dan peralatan yang digunakan.

3. Analisis terhadap aspek manajemen operasional, meliputi penentuan badan usaha, tenaga manajerial dan operasional yang mendukung keberhasilan usaha tersebut nantinya.

4. Analisis terhadap aspek lingkungan dan legalitas yang dapat mendukung kelayakan industri tersebut dan kesesuaian dengan peraturan yang berlaku. 5. Analisis terhadap aspek finansial, meliputi perkiraan jumlah dana yang

diperlukan serta evaluasi kriteria kelayakan investasi berupa NPV, IRR, B/C Ratio, PBP, BEP, dan analisis sensitivitas.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

(15)

3

Pengumpulan Data

Data dan informasi dikumpulkan untuk keperluan analisis aspek-aspek yang berkaitan dengan proses perencanaan suatu industri. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait serta para pakar pada bidang teknis dan teknologis yang sesuai. Adapun data sekunder diperoleh melalui laporan, artikel, jurnal, data statistik dari instansi-instansi pemerintah, swasta, balai penelitian dan sebagainya.

Analisis Data

Analisis Pasar dan Pemasaran

Analisis yang dilakukan pada aspek ini adalah analisis potensi pasar berdasarkan perkembangan pasar dan pemasaran produk biodiesel dan paving block, dan strategi pemasaran yang terdiri dari segmentasi, penentuan target (targeting), penentuan posisi di pasar (positioning) dan bauran pemasaran (marketing mix).

Analisis Aspek Teknis dan Teknologis

Analisis teknis dan teknologis meliputi penentuan kapasitas produksi dan lokasi, pemilihan teknologi proses dan peralatan, penentuan tata letak mesin dan kebutuhan ruang, serta neraca massa dan neraca energi yang dikeluarkan selama produksi berlangsung. Penentuan kapasitas produksi disesuaikan berdasarkan jumlah bahan baku yang tersedia. Penggunaan mesin dan peralatan disesuaikan dengan teknologi proses yang dipilih.

Analisis Manajemen dan Operasi

Kajian terhadap manajemen dan operasi meliputi pemilihan bentuk perusahaan dan struktur organisasi yang sesuai, kebutuhan tenaga kerja serta deskripsi tugas masing-masing jabatan.

Analisis Lingkungan dan Legalitas

Analisis legalitas menentukan bentuk badan usaha yang sesuai dan hal-hal yang diperlukan dalam perizinan industri. Analisis lingkungan meliputi dampak lingkungan yang ditimbulkan serta cara penanggulangannya.

Analisis Finansial

(16)

4

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value didasarkan pada konsep mendiskonto seluruh aliran kas masuk dan keluar selama umur proyek (investasi) ke nilai sekarang, kemudian menghitung angka netto maka akan diketahui selisihnya dengan memakai dasar yang sama yaitu harga pasar (saat ini) (Soeharto 1999). Rumus yang digunakan untuk menghitung NPV menurut Kadariah et al. (1999) adalah :

NPV < 0 maka proyek ditolak karena dianggap tidak menguntungkan atau proyek tidak dapat menghasilkan senilai biaya yang digunakan

NPV = 0 maka proyek akan mendapatkan modalnya kembali setelah discount rate

yang berlaku diperhitungkan.

2. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) adalah arus pengembalian yang menghasilkan NPV aliran kas masuk = aliran kas keluar. Untuk IRR ditentukan terlebih dahulu NPV=0, kemudian dicari berapa besar arus pengembalian (diskonto) (i) agar hal tersebut terjadi. Rumus yang digunakan untuk menghitung IRR menurut Kadariah et al. (1999) adalah :

i(+) = Suku bunga yang membuat NPV positif

(17)

5

3. Net Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)

Menurut Soeharto (1999), Benefit/Cost Ratio adalah perbandingan manfaat terhadap biaya. Pada proyek-proyek swasta benefit umumnya berupa pendapatan minus biaya di luar biaya pertama (misalnya untuk produksi dan operasi). Rumus yang digunakan untuk menghitung B/C Ratio menurut Kadariah et al. (1999)

Menurut Sutojo (2002), PBB merupakan kriteria tambahan dalam analisis kelayakan untuk melihat periode waktu yang diperlukan dalam melunasi seluruh pengeluaran investasi. Rumus yang digunakan adalah: dengan total cost. Semakin besar keuntungan yang diterima maka semakin cepat waktu pengembalianya. Rumus yang digunakan adalah:

(18)

6

Keterangan

a = Biaya tetap

b = Biaya variable per unit p = Harga per unit

q = Jumlah produksi

6. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas mengkaji sejauh mana perubahan parameter aspek finansial berpengaruh terhadap keputusan yang dipilih. Apabila nilai unsur tertentu berubah dengan variasi yang relatif besar tetapi tidak berakibat terhadap investasi, maka dapat dikatakan bahwa keputusan untuk berinvestasi pada suatu proyek tidak sensitif terhadap unsur yang dimaksud. Sebaliknya bila terjadi perubahan yang kecil saja mengakibatkan perubahan keputusan investasi maka dinamakan keputusan untuk berinvestasi tersebut sensitif terhadap unsur yang dimaksud. Analisis sensitivitas terhadap unsur-unsur yang terdapat di dalam aliran kas meliputi perubahan harga bahan baku, biaya produksi, berkurangnya pangsa pasar, turunnya harga jual produk per unit, ataupun tingkat bunga pinjaman (Soeharto 1999).

(19)

7

Mulai

Studi pustaka, mempelajari deskripsi produk dan industri

Pengumpulan data (primer dan sekunder)

Data cukup

Tabulasi data

Analisis Pasar dan Pemasaran STP, marketing mix

Analisis Teknis Teknologis neraca massa dan energi, spesifikasi mesin dan

peralatan

Analisis Manajemen Kebutuhan pekerja, tenaga pekerja/ahli,

struktur organisasi

Analisis Lingkungan dan Legalitas Cash flow. sumber dana, PBP, IRR, B/C Ratio,

Break Even Point, Analisis sensitivitas

Penyusunan laporan

Selesai

Gambar 1 Diagram alir penelitian ya

tidak

(20)

8 Peningkatan konsumsi biodiesel dipengaruhi oleh kenaikan konsumsi biosolar yang merupakan produk campuran biodiesel dengan minyak solar, yang meningkat setiap tahunnya (Gambar 2).

.

Tabel 1 Perkembangan Bahan Bakar Nabati Indonesia

Jenis BBN Tahun (ribu KL)

Tabel 2 Perkembangan produksi biodiesel Indonesia Tahun 2005-2010

Tahun Produksi (ribu KL) Perkembangan (%)

2005 120.00

Peningkatan konsumsi biodiesel dipengaruhi oleh peningkatan harga minyak bumi dunia dan besarnya keinginan dari stakeholder untuk menerapkan penggunaan bahan bakar terbarukan yang lebih ramah lingkungan dan

(21)

9 dipaparkan diketahui bahwa kebutuhan akan biodiesel sampai tahun 2025 masih sangat besar sehingga diduga peluang untuk mendirikan industri biodiesel cukup prospektif.

Sumber : Kementrian ESDM (2011b)

Gambar 2 Perkembangan total konsumsi minyak solar dan biosolar tahun 2000-2010

Tabel 3 Target penahapan kewajiban minimal pemanfaatan biodiesel PerMen ESDM No. 25 Tahun 2013

Paving block merupakan bahan bangunan yang digunakan di luar ruangan (eksterior/outdoor) seperti trotoar, area bermain, taman, perkerasan kelas jalan ringan, serta penutup permukaan. Paving block banyak digunakan karena memiliki beberapa kelebihan, yakni mudah dipasang dan tidak memerlukan alat berat, pemeliharaanya mudah dan dapat dibongkar dan dipasang kembali, serta tahan terhadap benda statis atau tumpahan bahan pelumas dan pemanasan oleh mesin kendaraan. Namun demikian paving block memiliki kelemahan yaitu mudah bergelombang bila pondasinya tidak dipasang dengan kuat, dan kurang cocok untuk dipasang di lahan yng dilalui kendaraan berkecepatan tinggi.

(22)

10

maupun distribusi bahan bangunan. Adji (2011) telah melakukan penelitian tentang peramalan kebutuhan paving block di salah satu industri penghasil paving block dan telah melakukan wawancara terhadap 17 kontraktor yang merupakan pengguna paving block. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permintaan akan

paving block masih akan mengalami peningkatan (Gambar 3). Hasil wawancara terhadap 17 kontraktor golongan menengah menunjukkan bahwa rata-rata mereka menggunakan 135 m2 untuk setiap proyek yang dikerjakan dan pasti akan menggunakan paving block pada masa yang akan datang (Lampiran 1).

Sumber : Adji (2011)

Gambar 3 Peramalan permintaan paving block segi empat

Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran yang akan dilakukan meliputi segmentasi, targeting,

positioning dan bauran pemasaran. Segmentasi pasar biodiesel yang dilakukan adalah berdasarkan manfaat yang dicari oleh pembeli dan tingkat penggunaan. Segmentasi pasar biodiesel yaitu industri pengguna bahan bakar solar. Segmen ini dipilih karena segmen ini sangat potensial untuk melakukan substitusi solar dengan biodiesel. Biodiesel dapat digunakan sebagai bahan bakar campuran dengan solar sehingga biaya pembelian bahan bakar dapat ditekan. Sektor industri merupakan konsumen solar kedua terbesar di Indonesia (Tabel 4). Targetting

(23)

11 Tabel 4 Konsumsi minyak solar Indonesia Tahun 2000-2010

Tahun Konsumsi Minyak Solar (KL)

Tabel 5 Perbandingan karakteristik biodiesel dan solar

Fisika kimia Biodiesel Solar Modifikasi engine Tidak diperlukan -

Konsumsi bahan bakar Sama Sama

Lubrikasi Lebih tinggi Lebih rendah

Emisi CO rendah, total

Penanganan Flameable rendah Flameable tinggi

Lingkungan Toksisitas rendah Toksisitas 10 kali lebih tinggi

Keberadaan Terbarukan Tak terbarukan

Sumber : Sahirman (2009)

Segmentasi pasar untuk paving block adalah industri property dengan target berupa kontraktor yang terdapat di daerah Jabodetabek. Hal ini dipilih karena perusahaan terletak di daerah Jabodetabek sehingga lebih mudah dalam mendistribusikan produk ke konsumen. Positioning dari produk paving block

yakni memiliki kualitas yang baik (bentuk sempurna, tidak retak-retak atau cacat), memenuhi SNI, dan dapat memenuhi permintaan dalam jumlah besar.

(24)

12

1. Strategi produk

Produk yang dihasilkan oleh industri pengolahan SBE adalah biodiesel dan paving block. Agar produk dapat diterima di pasar maka kedua produk harus memenuhi standar yang berlaku di pasar, yakni SNI-04-7182-2006 (Lampiran 2) untuk biodiesel dan SNI-03-0691-1996 (Lampiran 3) untuk paving block. Strategi lain yang harus diterapkan untuk memasarkan biodiesel dan paving block adalah dengan menjaga kualitas produk dengan melakukan penelitian dan pengujian secara berkelanjutan. Kualitas paving block yang dihasilkan adalah kualitas C yang dapat digunakan untuk pejalan kaki, taman dan penggunaan lain. Produk biodiesel yang dihasilkan berbentuk cairan sehingga dikemas dalam drum. Produk

paving block yang dihasilkan berbentuk padatan solid sehingga tidak perlu dikemas. Gambaran biodiesel dan paving block yang dihasilkan disajikan pada Lampiran 2 dan 3.

2. Strategi harga

Penetapan harga jual biodiesel ditetapkan sendiri oleh industri. Harga bidosiesel yang dihasilkan telah memberikan keuntungan yang cukup besar bagi industri dan lebih rendah daripada harga solar industri saat ini. Penetapan harga jual paving block dilakukan dengan cara membandingkan dengan harga produk yang ditetapkan pesaing yang saat ini berlaku di pasaran pada umumnya. Harga jual paving block yang beredar di pasaran berkisar antara Rp 65.000 – Rp 70.000 per m2. Harga paving block yang ditetapkan yakni Rp 45 000 per m2 untuk Rencana 1 dan Rp 55 000 per m2. Harga yang berada dibawah harga pasar ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam upaya penetrasi pasar.

3. Strategi tempat dan distribusi

Untuk memasarkan biodiesel ke industri refinery CPO yang terintegrasi dengan industri penghasil biodiesel dapat dilakukan secara langsung karena kedua industri berada di satu tempat. Untuk mendistribusikan kepada industri lain yang terdapat di kawasan industri diperlukan saluran distribusi sehingga biodiesel dapat dikirmkan tepat waktu. Perusahaan memiliki dua pilihan untuk saluran distribusi ini, pertama perusahaan menyalurkan sendiri biodiesel yang digunakan ke tempat yang telah ditetapkan atau kedua perusahaan menggunakan jasa pihak ketiga untuk mengirimkan biodiesel. Untuk memasarkan paving block yang dihasilkan perusahaan dapat menjual ke agen-agen penjual bahan bangunan atau melalui distributor paving block yang telah ada.

4. Strategi promosi

(25)

13

Aspek Teknis Teknologis

Penetapan Kapasitas Produksi

Penetapan kapasitas produksi biodiesel di industri biodiesel dan paving block yang terintegrasi dengan pabrik refinery CPO (Rencana 1 dan 3) didasarkan pada ketersediaan bahan baku spent bleaching earth (SBE). Ketersediaan bahan baku SBE didasarkan pada kapasitas pengolahan minyak goreng yang dimiliki oleh industri. Menurut Astra Agro (2012) kapasitas industri minyak goreng skala besar berkisar 1.000 – 2.500 ton CPO per hari. Kapasitas pabrik pengolahan minyak goreng diasumsikan sebesar 1.600 ton CPO per hari maka akan dihasilkan SBE sebesar 16 ton/hari. Penetapan kapasitas produksi biodiesel didasarkan pada jumlah SBE yang dihasilkan oleh pabrik minyak goreng tersebut sedangkan kapasitas pengolahan paving block didasarkan pada jumlah SBE yang dihasilkan dari proses produksi biodiesel dari SBE. Penetapan kapasitas produksi paving block di industri paving block yang terintegrasi dengan pabrik refinery CPO (Rencana 2), juga didasarkan pada jumlah SBE hasil samping pengolahan minyak goreng pada unit refinery yakni 16 ton/hari.

Proses Produksi

Proses produksi biodiesel disajikan pada Lampiran 4. Berdasarkan proses produksi biodiesel maka unit-unit yang dibutuhkan sebagai berikut :

1) Unit Penyimpanan bahan baku dan penolong biodiesel

Bahan baku dan penolong berupa H2SO4, NaOH, metanol dan bleaching earth (BE) disimpan di gudang bahan baku.

2) Unit Esterifikasi dan Transesterifikasi

Proses konversi minyak dalam SBE menjadi biodiesel (metil ester) terdiri dari empat tahap yaitu esterifikasi in situ, transesterifikasi in situ, pemisahan gliserol, dan pencucian kering. Esterifikasi in situ dilakukan untuk mengkonversi asam lemak bebas menjadi metil ester dengan bantuan metanol dan katalis H2SO4.

Perbandingan jumlah metanol/SBE adalah 6:1 (v/b), jumlah katalis H2SO4 yang

digunakan 1.5% (v/b) terhadap SBE. Proses esterifikasi dilaksanakan pada suhu 650C dengan kecepatan 730 rpm selama 3 jam. Setelah proses esterifikasi selesai dilanjutkan dengan proses transesterifikasi in situ pada suhu 650C, 730 rpm selama 90 menit dengan penambahan katalis NaOH sebanyak 1.5% (b/b) terhadap SBE, yang telah dilarutkan dalam metanol. Kedua reaksi terjadi di dalam tangki esterifikasi dan transesterifikasi

3) Unit Filtrasi 1

Pada unit filtrasi dilakukan pemisahan SBE dari filtrat dengan menggunakan Niagara filter. Filtrat yang diperoleh merupakan campuran dari biodiesel, gliserol dan metanol.

4) Unit Distilasi

Filtrat hasil filtrasi selanjutnya dialirkan ke unit distilasi untuk

me-recovery metanol. Metanol yang telah diperoleh selanjutnya didaur ulang ke dalam unit esterifikasi dan transesterifikasi.

5) Unit Pemisahan

Filtrat dari unit evaporasi yang terdiri dari metil ester dan gliserol dialirkan ke settling tank untuk memisahkan gliserol dari biodiesel.

(26)

14

Biodiesel yang telah dipisahkan dari gliserol pada unit pemisahan selanjutnya dialirkan ke dalam kolom yang berisi bleaching earth (BE). Proses ini berfungsi untuk menjernihkan biodiesel sehingga warna menjadi lebih cerah. 7) Unit Filtrasi II

Campuran antara biodiesel dan BE dialirkan ke unit filtrasi untuk memisahkan BE bekas sehingga diperoleh biodiesel murni. Banyaknya BE yang digunakan sebesar 1% dari jumlah crude biodiesel yang dimurnikan.

8) Unit Penyimpanan Biodiesel Murni

Biodiesel murni selanjutnya ditampung dalam tangki penyimpanan. Setelah dari tangki penyimpanan ini biodiesel siap untuk dipasarkan menggunakan truk pengangkut.

Pada proses filtrasi I dan II diperoleh SBE hasil samping proses produksi biodiesel secara in situ. SBE sisa produksi biodiesel secara in situ digunakan sebagai bahan baku pembuatan paving block. Pembuatan paving block diawali dengan proses pencampuran semen, SBE, dan pasir dalam mesin pengaduk dengan perbandingan 10:8:32. Pencampuran dilakukan hingga campuran homogen. Setelah campuran homogen ditambahkan air sejumlah 5% dari massa total campuran SBE, semen, dan pasir kemudian dilakukan pengadukan kembali. Setelah adonan tercampur homogen, selanjutnya dipindahkan ke mesin cetak untuk membentuk paving block. Paving block yang telah dibentuk dikeringkan di bawah sinar matahari sampai kering. Tahapan proses produksi paving block

disajikan pada Lampiran 5. Berdasarkan proses produksi paving block maka unit-unit yang dibutuhkan sebagai berikut:

1) Unit Penyimpanan

Semen, pasir, dan SBE masing-masing disimpan pada gudang penyimpanan untuk kemudian diproses pada tahapan selanjutnya.

2) Unit Pencampuran

Pada unit pencampuran dilakukan pencampuran semen, SBE, dan pasir dalam mesin homogenizer dengan perbandingan 10:8:32. Pencampuran dilakukan hingga homogen, kemudian ditambahkan air dan dilakukan pengadukan kembali. 3) Unit Pencetakan

Adonan yang telah homogen dipindahkan ke mesin press dengan menggunakan konveyor. Adonan dimasukkan ke dalam cetakan berukuran 21 cm x 10.5 cm x 6 cm secara otomatis kemudian ditekan.

4) Unit Pengeringan

Adonan yang telah dicetak kemudian diangkut menuju lokasi pengeringan. Pengeringan dilakukan secara alami menggunakan cahaya matahari selama 30 hari. Pengeringan selama 30 hari didasarkan pada hasil wawancara dengan pengrajin paving block. Selama proses pengeringan dilakukan penyiraman paving block dengan air sebanyak 2 kali/hari pada pagi dan sore hari.

5) Unit Penyimpanan Paving Block

(27)

15 samping proses refinery CPO sedangkan pada Rencana 1 SBE berasal dari hasil samping produksi biodiesel secara in situ.

Neraca Massa

Bahan baku yang dibutuhkan untuk memproduksi biodiesel di Rencana 1 adalah SBE yang merupakan hasil samping proses bleaching pada tahap refinery

CPO. Bahan penolong yang digunakan berupa metanol, H2SO4, NaOH, dan bleaching earth. Dalam proses produksi ini akan dihasilkan produk samping berupa sisa padatan SBE, dan gliserol. Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi paving block adalah semen, SBE hasil samping produksi biodiesel secara in situ, pasir dan air. Sedangkan bahan baku yang digunakan untuk produksi paving block di Rencana 2 yaitu semen, SBE hasil samping refinery

CPO, pasir, dan air. Neraca massa proses produksi di Rencana 1 disajikan pada Lampiran 6 dan Lampiran 7, neraca massa proses produksi di Rencana 2 disajikan pada Lampiran 8, dan neraca massa produksi Rencana 3 disajikan pada Lampiran 9.

Neraca Energi

Neraca energi meliputi kebutuhan energi yang digunakan dalam proses produksi biodiesel dan paving block yakni meliputi kebutuhan listrik. Pengukuran neraca energi dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan energi setiap alat ataupun proses. Analisis kebutuhan energi di Rencana 1 disajikan pada Lampiran 10, Rencana 2 pada Lampiran 11, dan Rencana 3 pada Lampiran 12.

Kebutuhan Mesin dan Peralatan

Mesin dan peralatan yang digunakan terdiri dari beberapa tangki dan reaktor. Pengoperasian mesin ini semi otomatis dengan kendali dilakukan di ruang operator. Penentuan kapasitas mesin didasarkan pada perhitungan neraca massa produksi biodiesel dan paving block. Adapun mesin dan peralatan yang dibutuhkan pada produksi biodiesel dan paving block disajikan pada Tabel 6 dan 7.

Tabel 6 Mesin dan peralatan produksi paving block

(28)

16

Tabel 7 Mesin dan peralatan produksi biodiesel No. Mesin dan 4 Kolom distilasi 1 Kapasitas 88.3 m3 Memperoleh uap

metanol murni

5 Decanter 1 Kapasitas 4.6 m3 Memisahkan gliserol dan biodiesel

Kebutuhan luas ruangan di Rencana 1 terdiri dari ruang produksi biodiesel dan paving block serta ruang non produksi. Ruang proses produksi merupakan ruangan tempat mesin dan peralatan proses produksi sedangkan ruang nonproduksi merupakan ruangan tempat mendukung proses produksi seperti gudang bahan baku, gudang produk, ruang menjemur, kantor, laboratorium, dan bengkel.

1. Ruang proses produksi

(29)

17 2. Ruang non produksi

Kebutuhan luas ruang nonproduksi sebesar 1 393 m2 dengan rincian : a) Kantor

Kebutuhan ruang kantor seluas m2 antara lain ruang ruang manajer, ruang supervisor seluas 27 m2 , ruang meeting seluas 15 m2, dan dua kamar mandi masing-masing luasnya 5 m2.

b) Penyimpanan bahan baku dan produk

Gudang penyimpanan mampu menyimpan bahan penolong selama 14 hari dan pasir selama 7 hari. Luas yang dibutuhkan 162 m2. Selain itu terdapat juga gudang produk biodiesel (4 m2) yang mampu menyimpan produk selama 30 hari. c) Penjemuran paving block

Tempat penjemuran berfungsi ganda sebagai tempat penyimpanan yang mampu menampung hasil produksi selama 30 hari. Maka luas yang dibutuhkan 1111 m2.

d) Sarana lain

Kebutuhan ruang untuk sarana lainnya ditetapkan sebesar 224 m2 dengan rincian antara lain laboratorium untuk produksi biodiesel (40 m2), laboratorium produksi paving block (9 m2) dan bengkel (15 m2).

Kebutuhan luas ruangan di Rencana 2 memiliki kebutuhan yang hampir sama dengan di industri biodiesel dan paving block yang terintegrasi dengan pabrik refinery CPO. Adapun ruangan tersebut adalah ruang proses produksi (191 m2), laboratorium (9 m2), kantor (94 m2), ruang penjemuran (1 111 m2), dan bengkel (15 m2).

Aspek Manajemen

Tipe Organisasi

(30)

18

Gambar 4 Struktur organisasi di pabrik industri biodiesel dan paving block yang terintegrasi dengan pabrik refinery CPO (Rencana 1)

Gambar 5 Struktur organisasi di pabrik industri paving block yang terintegrasi dengan pabrik refinery CPO (Rencana 2)

(31)

19

Gambar 6 Struktur organisasi di pabrik industri biodieselyang terintegrasi dengan pabrik refinery CPO (Rencana 3)

Kebutuhan Tenaga Kerja

Penentuan kebutuhan tenaga kerja didasarkan pada identifikasi kegiatan, sifat, dan beban pekerjaan. Kebutuhan tenaga kerja di Rencana 1, 2 dan 3 disajikan pada Tabel 8, Tabel 9 dan Tabel 10.

Tabel 8 Kebutuhan tenaga kerja Rencana 1

Pekerjaan Tingkat Pendidikan (minimal) Jumlah

Manager pabrik S1 Teknik Industri 1

Produksi biodiesel

Supervisor produksi D3 Teknik Industri 1

Operator D3 Kimia 8

Teknisi pemeliharaan D3 Teknik mesin 1

Laboran D3 Analisis Kimia 1

Produksi paving block

Supervisor produksi D3 1

Operator SMA/SMK 5

Teknisi pemeliharaan SMK Teknik mesin 1

Laboran SMA/SMK 1

Supervisor pengadaan dan logistik D3 1

Sopir SMA/SMK 2

Total tenaga kerja 23

Manager Pabrik

Supervisor Produksi Biodiesel

Operator

Teknisi Pemeliharaan

Laboran Mutu

Supervisor pengadaan dan

logistik

(32)

20

Tabel 9 Kebutuhan tenaga kerja Rencana 2

Pekerjaan Tingkat Pendidikan (minimal) Jumlah

Manager pabrik S1 Teknik sipil 1

Supervisor produksi D3 1

Supervisor pengadaan dan logistik D3 1

Operator SMA/SMK 4

Teknisi pemeliharaan SMK Teknik Mesin 1

Laboran SMA/SMK 1

Sopir SMA/SMK 1

Total tenaga kerja 15

Tabel 10 Kebutuhan tenaga kerja Rencana 3

Pekerjaan Tingkat Pendidikan (minimal) Jumlah

Manager pabrik S1 Teknik sipil 1

Supervisor produksi D3 1

Supervisor pengadaan dan logistik D3 1

Operator SMA/SMK 8

Teknisi pemeliharaan SMK Teknik Mesin 1

Laboran SMA/SMK 1

Sopir SMA/SMK 1

Total tenaga kerja 19

Deskripsi Pekerjaan

Deskripsi pekerjaan dibuat agar setiap pekerja mengetahui tugas dan tanggung jawabnya sehingga pekerjaan dapat berjalan dengan baik. Manager pabrik bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan produksi, kualitas bahan baku, quality control, dan pemeliharaan sarana produksi. Supervisor produksi bertugas mengatur dan mengawasi proses produksi, supervisor pengadaan dan logistik bertugas mengatur pengadaan dan pengelolaan bahan baku serta pendistribusian produk. Operator bertugas menjalankan dan mengontrol proses dan mesin/peralatan industri, laboran mutu bertugas mengawasi dan melakukan pengecekan mutu bahan baku, proses produksi, dan produk, dan supir bertanggung jawab untuk mengangkut bahan baku dan produk serta mendistribusikannya.

Aspek Legalitas dan Lingkungan Perizinan

Untuk mendirikan suatu badan usaha diperlukan beberapa jenis perizinan seperti akta pendirian, Izin Usaha Industri (IUI), Izin Mendirikan Bangunan (IMB), dan Undang-Undang Gangguan (UUG).

1. Akta Pendirian

(33)

21 kuasa pendirian PT, (2) copy KTP para pendiri dan pengurus, (3) fotocopy KK pimpinan perusahaan (persero aktif/direktur perseroan), (4) fotocopy kontrak/sewa tempat usaha atau bukti kepemilikan tempat usaha, (5) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Surat Keterangan sebagaiWajib Pajak Dokumen yang disertakan adalah bukti PPN atas sewa/kontrak tempat usaha bagi yang berdomisili di gedung perkantoran, (6) Bukti setor bank senilai modal disetor dalam Akta Pendirian, dan (7) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP).

2. Izin Usaha Mandiri

Menurut SK menteri Perindustrian RI No 41/M-IND/Per/6/2008 seluruh industri dengan nilai investasi di atas 200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan) wajib memperoleh IUI. Adapun persyaratannya adalah : (1) fotocopy KTP direktur/pemilik, (2) fotocopy NPWP, (3) surat keterangan domisili perusahaan, (4) fotocopy Undang - Undang Gangguan (UUG) dengan memperlihatkan aslimya, (5) fotocopy akte pendirian perusahaan, (6) fotocopy surat tanah/surat kontrak, (7) fotocopy IMB, (8) fotocopy PBB tahun terakhir, dan (9) dokumen Penanggulangan Pencemaran Lingkungan (AMDAL, UKL/UPL, atau SPPI).

3. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

Lokasi industri berada di lokasi industri rifenery CPO yang sudah ada sehingga yang diperlukan adalah IMB lanjutan. Persyaratan yang diperlukan yakni : (1) formulir isian pengajuan IMB, (2) fotocopy KTP/PBB, (3) keterangan rencana kota, (4) peta rencana kota, (5) peta RTLB (Rencana Tata Letak Bangunan), (6) bukti tanah, (7) IMB lama, dan (8) gambar arsitektur.

4. Undang-Undang Ganguan (UUG)

Persyaratan untuk memperoleh UUG adalah suarat tanah, IMB, akte pendirian PT, NPWP, PBB, dan surat domisili/kecamatan.

Manajemen Lingkungan

(34)

22

Tabel 11 Pencemaran limbah dan penanggulangannya pada produksi biodiesel

Jenis limbah Dampak Penanggulangan Tabel 12 Pencemaran limbah dan penanggulangannya pada produksi paving block

Jenis limbah Dampak Penanggulangan

Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan yang diperoleh. Adapun hal-hal yang dikaji yakni perkiraan modal investasi, biaya operasional, struktur pembiayaan, rencana penerimaan, proyeksi laba rugi, proyeksi arus kas, kriteria investasi, dan analisis sensitivitas. Analisis dilakukan dengan menggunakan dua rencana yaitu Rencana 1 (industri biodiesel dan paving block yang terintegrasi dengan pabrik refinery

CPO) dan Rencana 2 (industri paving block yang terintegrasi dengan pabrik

refinery CPO). Untuk mulai menghitung analisis finansial diperlukan penetapan beberapa asumsi yang disesuaikan dengan kondisi saat kajian dilakukan, tujuan adalah untuk mempermudah proses perhitungan. Asumsi tersebut antara lain : 1. Umur investasi diasumsikan selama 10 tahun

2. Jumlah hari kerja dalam setahun adalah 300 hari 3. Penyusutan menggunakan Straight Line Method

• Nilai sisa mesin dan peralatan 10% dari nilai awal • Nilai sisa bangunan 50% dari nilai awal

(35)

23 • Pajak Bumi dan Bangunan 0.1% dari total investasi bangunan (UU no 26

tahun 2000)

• Pajak kendaraan 0.5% dari harga pembelian (UU no 22 tahun 1999)

• Pajak penghasilan untuk badan usaha yang penghasilan bruto di bawah Rp 4.8 Miliar adalah 1% (PP No. 64 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan) 5. Skema pembiayaan investasi adalah 65% dari pembiayaan bank dan 35% dari

pembiayaan sendiri, hal ini mengacu pada skema pembiayaan maksimum yang ditawarkan oleh Bank Mandiri dengan bunga 13.5% (3 April 2014 Bank Mandiri).

6. Nilai tukar rupiah ke USD yang digunakan Rp 11 382 (2 April 2014 www.bankmandiri.co.id)

7. Biaya kontingensi 10% dari harga pembelian mesin dan peralatan produksi 8. Biaya asuransi 1% dari nilai awal pembelian barang yang diasuransikan. 9. Biaya distribusi dan pemasaran ditetapkan sebesar 2% dari biaya total

produksi.

10.Biaya pemeliharaan bangunan 5% dari nilai awal

11.Kapasitas produksi pada tahun pertama sampai kesepuluh adalah 100% 12.Harga bangunan non produksi (kantor) Rp 2 000 000/m2

Asumsi untuk produksi biodiesel

 Biaya laboratorium ditetapkan sebesar 10% dari biaya gaji operator. 14.Kapasitas produksi yang akan diraih dan perhitungan neraca massa adalah :

 Kapasitas produksi biodiesel 1 185 000 liter/tahun

 Kebutuhan bahan baku/tahun : 4 800 ton SBE, 72 000 liter H2SO4, 180

ton NaOH, 1 556 491 liter metanol, dan 42 ton BE 15.Harga bangunan

 Ruang proses produksi : Rp 2 000 000/m2  Laboratorium, gudang : Rp 1 000 000/m2 16.Harga biodiesel Rp 10 200/liter

Asumsi untuk produksi paving block

(36)

24

Biaya Investasi

Biaya/modal investasi terdiri dari modal investasi tetap dan modal kerja. Modal investasi tetap berhubungan dengan kebutuhan manufacturing dan fasilitas pabrik. Modal investasi tetap terdiri atas biaya untuk pembelian peralatan dan mesin, pemasangan dan instalasi listrik, bangunan, lahan, perlengkapan, pembelian kendaraan, biaya kontingensi, dan termasuk bunga selama pembangunan atau IDC (interest during construction) yang diperhitungkan sebesar 13.5 % dalam satu tahun. Modal investasi yang dibutuhkan pada pembangunan sarana produksi biodiesel dan paving block berbeda namun biaya investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan sarana umum seperti kantor, jalan dan parkir, serta biaya perlengkapan kantor adalah sama. Rincian modal investasi yang diperlukan untuk Rencana 1, 2, dan 3 disajikan pada Lampiran 14, Lampiran 15, dan Lampiran 16, sedangkan ringkasannya disajikan pada Tabel 13. Biaya investasi yang dibutuhkan pada pendirian Rencana 1 lebih besar dari Rencana 2 dan 3. Hal ini terjadi karena pada Rencana 1 jenis produk yang dihasilkan terdiri dari dua jenis sedangkan pada Rencana 2 dan 3 hanya satu jenis. Oleh karena itu dibutuhkan biaya yang lebih besar pada pembelian mesin produksi, biaya pembangunan, dan modal kerja.

Pendirian ketiga industri diasumsikan berada di kawasan pabrik refinery

(37)

25 gabungan dari biaya variabel dan biaya tetap. Komposisi modal kerja Rencana 1, 2, dan 3 disajikan pada Lampiran 17, Lampiran 18, dan Lampiran 19.

Pembiayaan

Pendirian industri Rencana 1 dan 2 dibiayai dengan modal sendiri dan modal pinjaman dari Bank dengan perbandingan 65:35. Hal ini mengacu pada kebijakan salah satu Bank yaitu Bank Mandiri bahwa maksimal porsi pembiayaan bank baik untuk modal investasi ataupun modal kerja maksimal hanya 65%. Lama masa peminjaman kredit modal investasi tetap adalah 5 tahun sedangkan untuk kredit modal kerja 3 tahun. Bunga ditetapkan 13.5% untuk kredit bunga modal investasi tetap maupun modal kerja. Hal Ini mengacu pada bunga yang diberlakukan di Bank Mandiri. Pembayaran bunga ditetapkan dengan menggunakan metode slidding rate. Struktur pembiayaan pada Rencana 1, 2 dan 3 disajikan pada Lampiran 27, Lampiran 28, dan Lampiran 29.

Prakiraan Biaya dan Penerimaan

Biaya operasional yang dikeluarkan terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh naik turunnya produksi yang dihasilkan sedangkan biaya variabel dipengaruhi oleh naik turunnya produksi. Biaya tetap antara lain biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya administrasi kantor, biaya utilitas kantor, biaya pemeliharaan, pajak, dan penyusutan. Biaya variabel industri antara lain biaya bahan baku dan bahan penolong, biaya utilitas produksi, dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya operasional Pada Rencana 1 dibagi menjadi dua yakni biaya operasional untuk produksi biodiesel (Lampiran 20) dan biaya operasional untuk produksi paving block (Lampiran 21). Biaya operasional Rencana 2 dan 3 disajikan pada Lampiran 22 dan Lampiran 23.

Perkiraan penerimaan seluruhnya berasal dari penjualan biodiesel dan

(38)

26

pinjaman modal investasi dan modal kerja sedangkan pada tahun keenam sampai kesepuluh sudah tidak ada lagi pembayaran pinjaman.

Tabel 14 Penerimaan industri biodiesel dan paving block yang terintegrasi dengan pabrik refinery CPO (Rencana 1) (dalam jutaan rupiah)

Tahun Biaya total Penerimaan Keuntungan Keuntungan (%)

1 17 818 21 267 3 449 19

2 17 620 21 267 3 647 21

3 17 418 21 267 3 849 22

4 17 217 21 267 4 050 24

5 17 056 21 267 4 211 25

6 16 896 21 267 4 371 26

7 16 896 21 267 4 371 26

8 16 896 21 267 4 371 26

9 16 896 21 267 4 371 26

10 16 896 21 267 4 371 26

Tabel 15 Penerimaan industri paving block yang terintegrasi dengan pabrik

refinery CPO (Rencana 2) ( dalam ribuan rupiah)

Tahun Biaya total Penerimaan Keuntungan Keuntungan (%)

1 11 956 13 168 1 212 10

2 11 881 13 168 1 287 11

3 11 805 13 168 1 363 12

4 11 730 13 168 1 438 12

5 11 683 13 168 1 485 13

6 11 636 13 168 1 532 13

7 11 636 13 168 1 532 13

8 11 636 13 168 1 532 13

9 11 636 13 168 1 532 13

(39)

27 Tabel 16 Penerimaan industri biodieselyang terintegrasi dengan pabrik refinery

CPO (Rencana 3) ( dalam ribuan rupiah)

Tahun Biaya total Penerimaan Keuntungan Keuntungan (%)

1 9 514 1 185 12 087 27.04

Tabel 17 Proyeksi laba rugi Rencana 1, Rencana 2, dan Rencana 3

Periode Nilai (ribuan rupiah) aliran kas keluar setiap tahun. Menurut Soeharto (2000) aliran kas proyek terdiri dari aliran kas awal, aliran kas periode operasi, dan aliran kas terminal. Aliran kas awal merupakan pengeluaran untuk merealisasikan gagasan sampai menjadi kenyataan fisik, misalnya aliran kas langsung pengeluaran biaya pembangunan pabrik. Aliaran kas periode operasi merupakan aliran kas yang masuk dari penjualan produk dan aliran kas yang keluar yang terdiri dari biaya produksi, pemeliharaan, depresiasi dan pajak. Aliran kas terminal adalah aliran kas yang didapat pada saat proyek berakhir, aliran kas ini terdiri dari dari nilai sisa (salvage value) aktiva tetap dan pengembalian (recovery) modal kerja. Proyeksi arus kas Rencana 1, 2, dan 3 disajikan pada Lampiran 33, Lampiran 34, dan Lampiran 35.

Break Even Point (BEP)

(40)

28

biaya produksi yang dikeluarkan. Selain dapat menghubungkan antara volume penjualan, harga satuan dan laba, BEP juga memberikan informasi mengenai hubungan antara biaya tetap dan biaya variabel. Dengan demikian BEP menunjukkan jumlah produksi minimum yang harus dipenuhi setiap tahun agar industri tidak mengalami kerugian. BEP Rencana 1, 2, dan 3 disajikan pada Lampiran 36, Lampiran 37, dan Lampiran 38.

Kriteria Investasi Rencana 1

Hasil perhitungan terhadap kriteria investasi pada Rencana 1, yaitu industri biodiesel dan paving block yang terintegrasi dengan pabrik refinery CPO disajikan pada Tabel 18. Kegiatan produksi biodiesel dan paving blok pada Rencana 1 menghasilkan NPV lebih besar dari nol. Hal ini berarti bahwa Rencana 1 layak untuk dijalankan. Nilai NPV ini juga menyatakan jumlah manfaat bersih yang diterima dari pendirian industri selama umur proyek terhadap tingkat bunga yang berlaku, yaitu 13.5%. Nilai IRR yang diperoleh sebesar 30% menyatakan bahwa Rencana 1 layak dijalankan, karena memiliki tingkat pengembalian internal usaha yang lebih besar dari discount rate yang berlaku, yaitu 13.5%. Nilai net B/C lebih besar dari satu yaitu sebesar 1.89, artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan selama umur proyek, akan menghasilkan manfaat bersih sebesar 1.89 rupiah. Perhitungan PBP investasi Rencana 1 terjadi pada antara tahun kelima dan keenam. Waktu pengembalian investasi ini lebih cepat sebelum umur industri berakhir. Berdasarkan empat kriteria investasi yang digunakan yaitu NPV, IRR, B/C ratio, dan PBP menunjukkan bahwa industri biodiesel dan paving block yang terintegrasi dengan pabrik refinery CPO (Rencana 1) layak dijalankan.

Tabel 18 Kriteria kelayakan investasi Rencana 1 Kriteria kelayakan Nilai Satuan

(41)

29 Tabel 19 Kriteria kelayakan investasi Rencana 2

Kriteria kelayakan Nilai Satuan

Perhitungan kelayakan investasi pada Rencana 3 (Tabel 20) menunjukkan bahwa Rencana 3 layak didirikan karena mampu memberikan NPV senilai RP 6 724 688 000 dengan IRR 28%, B/C ratio 1.80 dan tingkat pengembalian modal selama 5.32 tahun.

Tabel 20 Kriteria kelayakan investasi Rencana 3 Kriteria kelayakan Nilai Satuan

Analisa sensitivitas pada Rencana 1 dilakukan terhadap tiga parameter, yaitu kenaikan harga bahan penolong (metanol dan semen), kenaikan suku bunga pinjaman, dan penurunan harga jual produk. Apabila harga metanol dan semen mengalami peningkatan sebesar 20% dan 5%, serta kenaikan suku bunga pinjaman menjadi 15% maka Rencana 1 masih layak untuk didirikan. Namun, bila terjadi kenaikan harga metanol sebesar 25% dan kenaikan harga semen sebesar 10% maka Rencana 1 tidak layak didirikan. Penurunan harga jual biodiesel sebesar 15% dan penurunan harga jual paving block 5% juga membuat Rencana 1 menjadi tidak layak untuk didirikan. Penurunan harga jual produk sangat sensitif karena harga jual yang ditetapkan sudah rendah dan berada di bawah harga pasar saat ini. Rincian analisis sensitivitas disajikan pada Tabel 21.

Analisa sensitivitas pada Rencana 2 dilakukan untuk melihat pengaruh perubahan harga bahan baku semen, harga jual produ, dan perubahan bunga pinjaman. Apabila harga semen mengalamai peningkatan sebesar 5% maka Rencana 2 masih layak untuk didirikan. Kenaikan bunga pinjaman menjadi 15% juga masih membuat Rencana 2 layak dilaksanakan. Namun, bila terjadi kenaikan harga semen sebesar 10% maka industri tidak layak didirikan. Penurunan harga jual paving block sebesar 5% juga mengakibatkan Rencana 2 menjadi tidak layak untuk didirikan. Rincian analisis sensitivitas disajikan pada Tabel 22.

(42)

30

Tabel 21 Analisis sensitivitas pada Rencana 1

Perubahan

Tabel 22 Analisis sensitivitas pada Rencana 2

Perubahan

Tabel 23 Analisis sensitivitas pada Rencana 3

(43)

31

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil kajian keekonomian pendirian industri berbasis SBE berupa produk biodiesel dan paving block, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Industri biodiesel dan paving block yang terintegrasi dengan pabrik refinery

CPO (Rencana 1) layak untuk dilaksanakan dengan hasil analisis terhadap kriteria investasi NPV Rp 9 369 844 000, IRR 30%, B/C Ratio 1.89, dan PBP 5.1 tahun. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas, industri ini masih layak dijalankan apabila kenaikan harga beli metanol sebesar 20%, kenaikan bunga pinjaman menjadi 15%, dan kenaikan harga beli semen 75% serta apabila terjadi penurunan harga jual biodiesel sebesar 10%. Namun apabila kenaikan harga beli metanol sebesar 50% dan harga beli semen 85% serta penurunan harga jual biodiesel 15%, industri menjadi tidak layak didirikan.

2. Industri paving block yang terintegrasi dengan pabrik refinery CPO (Rencana 2) layak untuk dilaksanakan dengan hasil analisis terhadap kriteria investasi NPV Rp 3 020 274, IRR 28%, B/C Ratio 1.83, dan PBP 5.4 tahun. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas, industri ini masih layak dijalankan apabila kenaikan harga beli semen sebesar 5%, kenaikan bunga pinjaman menjadi 15%, dan penurunan harga jual paving block 2%. Namun apabila kenaikan harga beli beli semen sebesar 10% dan penurunan harga jual paving block sebesar 5%, industri menjadi tidak layak didirikan.

3. Industri biodiesel yang terintegrasi dengan pabrik refinery CPO (Rencana 3) layak untuk dilaksanakan dengan hasil analisis terhadap kriteria investasi NPV RP 6 724 688 000, IRR 28%, B/C Ratio 1.80, dan PBP 5.32 tahun. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas, industri ini masih layak dijalankan apabila kenaikan harga beli metanol sebesar 10%, kenaikan bunga pinjaman menjadi 15%, dan penurunan harga jual biodiesel 10%. Namun apabila kenaikan harga beli beli metanol sebesar 20% dan penurunan harga jual biodiesel sebesar 12%, industri menjadi tidak layak didirikan.

4. Dari ketiga pilahan rencana yang telah dilakukan, rencana yang paling menguntungkan adalah Rencana 1 karena memberikan kriteria kelayakan investasi yang lebih tinggi daripada Rencana 2 dan 3 dan nilai sensitivitas yang lebih rendah daripada Rencana 2 dan 3.

Saran

(44)

32

DAFTAR PUSTAKA

Adji DK. 2011. Ananlisis Kelayakan Pendirian Usaha Pembuatan Bataki, Bis Beton, dan Paving Block. Skripsi. Yogyakarta (ID): Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2006. Standar Nasional Indonesia No. 04-7182-2006tentang biodiesel. Jakarta (ID): BSN.

_____. 1996. Standar Nasional Indonesia No. 03-0691-1996 tentan bata beton (paving block). Jakarta (ID): BSN.

Bank Indonesia. 2011. Berita Properti 2011. Jakarta (ID): Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia.

Kadariah L, Karlina dan C Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek Edisi Revisi. Jakarta (ID) : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

[Kementerian ESDM] Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral. 2011a. Statistik Energi Baru dan Terbarukan. Jakarta (ID): Kementerian ESDM. __________________. 2011b. Handbook of Energy & Economic Statistic of

Indonesia 2011. Jakarta (ID): Pusdatin ESDM.

__________________. 2012. Handbook of Energy & Economic Statistic of Indonesia 2012. Jakarta (ID): Pusdatin ESDM.

Kotler P. 2000. Marketing Management. New Jersey (US) : Prentice Hall.

Mardiko Sudrajat Mukti. 2014. Fromulasi paving block dari berbagai bahan berbasis limbah padat spent bleaching earth. Skripsi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Mubarok Z. 2014. Uji Kinerja Reaktor 100 L Pada Proses Produksi Biodiesel dari Residu Minyak Sawit dalam Tanah Pemucat Bekas Secara In Situ. Skripsi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Permana DG. 2011. Recovery Minyak Sawit dari Limbah Bahan Pemucat dengan Metode Ekstraksi Menggunakan Pelarut Organik. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Insitut Pertanian Bogor (ID). Bogor.

Peters MS, Klaus DT, Ronald E.W. 2004. Plant Design and Economic Chemichal Engineering. New York (US): McGraw-Hill.

Pollard SJT. 1990. Low-cost adsorbents from industrial wastes. PhD Thesis. London (UK): Imperial College.

Sahirman. 2009. Perancangan Proses Produksi Biodisel dari Biji Nyamplung (Calopyllum inophyllum). Disertasi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Soeharto I. 1999. Manajemen Proyek dari Konseptual Sampai Operasional.

Jakarta (ID): Erlangga.

_____________. 2000. Manajemen Proyek dari Konseptual Sampai Operasional. Jakarta (ID): Erlangga.

Sutojo S. 1983. Studi Kelayakan Proyek. Jakarta (ID): PT. Pustaka Binaman Pressindo.

Taylor DR, Jenkins DB. 1999. Factors Affecting the Pyrophoristy of Spent Bleaching Clay. JAOCS. 67:678.

(45)

33 Lampiran 1 Rekap hasil kuesioner wawancara terhadap pengguna paving block

No Nama Badan Usaha Pernah

menggunakan

Rata-rata pemakaian (m2/proyek)

Waktu pemenuhan (hari)

Kemungkinan menggunakan ke

depan

1 Karya Darma, CV. Ya 160 7 Pasti

2 Setya Darma, PT. Ya 80 7 Pasti

3 Wahyu Perdana, CV. Ya 200 2 Pasti

4 Pilar Kencana, CV. Ya 600 7 Pasti

5 Dimas, CV. Ya 100 7 Pasti

6 Ajisoko, CV. Ya 24 4 Pasti

7 Rejo Agung, CV. Ya 3 3 Pasti

8 Agung Waskita, PT. Ya 9 10 Pasti

9 Sumber Rejo, PT. Ya 15 14 Pasti

10 Makarti Utama, CV. Ya 6 3 Pasti

11 Jaya Teknik, CV. Ya 9 10 Pasti

12 Andyka, CV. Ya 400 2 Pasti

13 Margo Mulyo, CV. Ya 200 2 Pasti

14 Hananta, CV. Ya 125 6 Pasti

15 Bpk. Tatang (Perorangan) Ya 30 3 Pasti

16 Bpk. Juremi (Perorangan) Ya 325 7 Pasti

17 Prima Graha Sentosa, PT. Ya 15 2 Pasti

Rata-rata 135 6

(46)

Lampiran 2 Syarat mutu biodiesel menurut SNI-04-7182-2006

No Parameter Satuan Nilai

1 Massa jenis pada 40 0C kg/m3 850 – 890

2 Viskositas kinematic pada 40 0C mm2/s (cSt) 2.3 – 6.0

3 Angka setana min. 51

4 titik nyala (mangkok tertutup) 0C min. 100

5 Titik kabut 0C maks. 18

6 Korosi lempeng tembaga (3 jam pada 50 0C)

maks. No 3 7 Residu karbon

- dalam contoh asli, atau - dalam 10% ampas distilasi

%-massa

maks. 0.05 maks. 0.03

8 Air dan sedimen %-vol. maks. 0.05*

9 temperature distilasi 90% 0C maks. 360

10 Abu tersulfatkan %-massa maks. 0.02

11 belerang ppm-m (mg/kg) maks. 10

12 Fosfor ppm-m (mg/kg) maks. 10

13 Angka asam mg-KOH/g maks. 0.8

14 Gliserol bebas %-massa maks 0.02

15 Gliserol total %-massa maks. 0.24

16 Kadar ester alkil %-massa min. 96.5

17 Angka iodium %-massa

(g-I2/100 g)

maks. 115

18 Uji Halphen Negatif

(47)

35 Lampiran 3 Syarat mutu paving block menurut SNI-03-0691-1996

Sifat tampak :

Paving block harus mempunyai permukaan yang rata, tidak terdapat retak-retak dan cacat, bagian sudut dan rusuknya tidak mudah direpihkan dengan kekuatan jari tangan.

Ukuran :

Paving block harus mempunyai ukuran tebal nominal minimum 60 mm dengan toleransi + 8%.

Sifat fisik :

Mutu

Kuat tekan (MPa) Ketahanan aus (mm/menit) Penyerapan air rata-rata maks.

(%)

Rata-rata Min. Rata-rata Min.

A 40 35 0.090 0.103 3

B 20 17.0 0.130 0.149 6

C 15 12.5 0.160 0.184 8

D 10 8.5 0.219 0.251 10

Klasifikasi :

Paving block mutu A digunakan untuk jalan

Paving block mutu B digunakan untuk pelataran parkir

Paving block mutu C digunakan untuk pejalan kaki

Paving block mutu D digunakan untuk taman dan penggunaan lain

(48)

36

Lampiran 4 Proses produksi biodiesel

Spent bleaching earth

Esterifikasi in situ 3 jam 730 rpm 650C

Transesterifikasi in situ 90 menit 730 rpm 650C

Filtrasi

Filtrat

Distilasi

Biodiesel kasar

Pemisahan gliserol 24 jam

Pencucian Kering

Biodiesel murni Metanol 6:1 (v/b)

H2SO4

1.5% (v/b)

NaOH 1.5%

(b/b) +

metanol

SBE sisa

Metanol

Gliserol

(49)

37 Lampiran 4 (lanjutan proses produksi biodiesel)

Lampiran 5 Proses produksi paving block

Pengadukan

Pengeringan Pencetakan

Paving block

Pasir Semen

(50)

38

(51)

39 Lampiran 7 Neraca massa produksi paving block Rencana 1

Pengadukan 91.875 kg

Pengeringan Pencetakan

Paving block

30.625 pcs (680 m2)

Pasir 56.000 kg Semen

17.500 kg

SBE 14.000 kg Air

(52)

40

Lampiran 8 Neraca massa produksi paving block Rencana 2

Pengadukan 102.000 kg

Pengeringan 41 hari Pencetakan

Paving block

32.380 pcs (719.5 m2)

Pasir 62.172 kg Semen

19428,6 kg

SBE 15.543 kg Air

(53)
(54)

42

Lampiran 10 Kebutuhan listrik pada Rencana 1

Unit Jumlah Daya listrik

Lampiran 11 Kebutuhan listrik pada Rencana 2

Unit Jumlah Daya listrik

Lampiran 12 Kebutuhan listrik pada Rencana 3

(55)
(56)

44

Lampiran 13 Kebutuhan luas ruang produksi biodiesel dan paving block (lanjutan)

Proses Mesin/Alat Jumlah P

(m) L (m)

Sub mesin

(m)

Sub operator

(m)

Subtotal (m2)

Total (150%)

(m2)

Recovery metanol

Distilation tank 1 1.6 1.6 2.56 1.6 4.16 6.24

Metanol tank recovery 1 2.4 2.4 5.76 2.4 8.16 12.24

Kondensor distilasi 1 0.3 0.3 0.09 0.3 0.39 0.58

Sumber energi Boiler 1 3.76 2.2 8.272 3.76 12.032 18.1

Produksi Paving Block

Pengayakan pasir Mesin pengayak 1 3.5 1.4 4.9 3.5 8.4 12.6

Penimbangan bahan

baku Timbangan digital 1 1.5 1.5 2.25 1.5 3.75 5.6

Pencampuran dan

pencetakan Mesin paving H-612DL 2 17 3 102 17 119 178.5

(57)

45 Lampiran 14 Rincian kebutuhan investasi Rencana 1

Komponen Deskripsi Jumlah Satuan Harga/satuan

(ribuan rupiah)

Tangki penyimpanan H2SO4 1 42,500 42,500

Tangki penyimpanan metanol 1 1 552,500 552,500

Tangki penyimpanan metanol 2 1 527,500 527,500

Tangki penyimpanan NaOH/pripared tank 1 64,895 64,895

Filter 2 46,302 92,604

Filtrat tank 1 185,660 185,660

Distilation tank 1 79,674 79,674

Recovered methanol tank 1 135,000 135,000

Kondensor distilasi 1 235,000 235,000

Tangki Crude biodiesel 1 185,660 185,660

Settling tank 1 72,276 72,276

Tangki gliserol 1 64,895 64,895

Tangki pencucian kering 1 172,847 172,847

Boiler steam 1 316,192 316,192

Harga mesin produksi paving block

Mesin paving type QTJ4-26C 2 56,910 113,820

Sand screener 1 39,837 39,837

Forklift 1 95,000 95,000

(58)

46

Lampiran 14 Rincian kebutuhan investasi Rencana 1 (lanjutan)

Komponen Deskripsi Jumlah Satuan Harga/satuan

(ribuan rupiah)

Proses produksi paving block 191.1 1,000 191,100

Laboratorium produksi paving block 9 1,000 9,000

Penyimpanan bahan baku PB 162 600 97,200

Penjemuran PB 1,111 400 444,400

Penyimpanan produk biodiesel 3.96 1,000 3,960

Laboratorium produksi biodiesel 40 1,000 40,000

Kantor 52 2,000 104,000

Perlengkapan laboratorium PB 1 15,000 15,000

Perlengkapan laboratorium Biodiesel 1 30,000 30,000

Perlengkapan pemeliharaan 1 7,000 7,000

Perlengkapan keamanan/ADP 1 7,000 7,000

(59)

47 Lampiran 14 Rincian kebutuhan investasi Rencana 1 (lanjutan)

Komponen Deskripsi Jumlah Satuan Harga/satuan

(ribuan rupiah)

Total (ribuan rupiah)

Subtotal 130,690

Biaya instalasi Pemipaan 1 paket 2,232,533 2,232,533

listrik 1 363,145 363,145

Biaya kendaraan Truck operasional 1 unit 200,000 200,00

Biaya prainvestasi 42,000

Biaya kontingensi 763,251

Bunga selama pembangunan 736,728

Modal kerja 1,407,722

(60)

48

Lampiran 15 Rincian kebutuhan investasi Rencana 2

Komponen Deskripsi Jumlah Satuan Harga/satuan

(ribuan rupiah)

Mesin paving type QTJ4-26C 2 56,910 113,820

Sand screener 1 39,837 39,837

Laboratorium produksi paving block 9 1,000 9,000

Penyimpanan bahan baku PB 162 600 97,200

Penjemuran PB 1,111 400 444,400

Perlengkapan laboratorium PB 1 15,000 15,000

Perlengkapan pemeliharaan 1 7,000 7,000

Perlengkapan keamanan/ADP 1 7,000 7,000

(61)

49 Lampiran 15 Rincian kebutuhan investasi Rencana 2 (lanjutan)

Komponen Deskripsi Jumlah Satuan Harga/satuan

(ribuan rupiah)

Total (ribuan rupiah)

Subtotal 83,575

Biaya instalasi

Air 1

paket

640 640,000

Listrik 1 2,000 2,000

Telepon 1 500 500

Biaya kendaraan Truck operasional 1 unit 200,000 200,00

Biaya prainvestasi 12,500

Biaya kontingensi 223,407

Bunga selama pembangunan 215,644

Modal kerja 969,677

Gambar

Gambar 1 Diagram alir penelitian
Gambar 3 Peramalan permintaan paving block segi empat
Tabel 4 Konsumsi minyak solar Indonesia Tahun 2000-2010
Tabel 7 Mesin dan peralatan produksi biodiesel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan gambaran tekanan darah terhadap pemain musik, dapat disimpulkan bahwa peningkatan tekanan darah terjadi pada saat

Terdapat korelasi signifikan antara ting- kat partisipasi ibu di Posyandu dengan kejadi- an TB, status gizi masa lalu murid TK, tingkat pengetahuan ibu dan perilaku ibu; semakin

In the process we leverage a thematically detailed Ecological Systems Map (National Gap Land Cover), the current land cover (NLCD), and the pattern of disturbance (LANDFIRE

By this research, we could see that questionnaire data results showed that all businessman have known the environment cost, but it doesn’t charged in the business

Bandwidth yang digunakan ialah irisan antara bandwidth impedansi dan axial ratio, maka untuk patch lingkaran didapat bandwidth sebesar 27 MHz dengan rentang frekuensi

Dengan latar belakang pemikiran tersebut diatas dapat dimengerti bahwa penelitian tentang kualitas air tanah dangkal di wilayah perkotaan yang tingkat

The writer conducts the study by using quantitative descriptive research method to check the stu dents’ mastery of reading of the seventh year students of SMP Negeri 3

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan merupakan suatu penilaian terhadap harapan pelanggan dengan hasil kinerja pelayanan dari suatu