KAJIAN KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI BERBASIS
SPENT BLEACHING EARTH BERUPA PRODUK BIODIESEL
DAN PAVING BLOCK
FEBRIANI PURBA
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Kelayakan Pendirian Industri Berbasis Spent Bleaching Earth Berupa Produk Biodiesel danPaving Block adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Febriani Purba
ABSTRAK
FEBRIANI PURBA. Kajiaan Kelayakan Pendirian Industri Berbasis Spent Bleaching Earth Berupa Produk Biodiesel dan Paving Block. Dibimbing oleh ANI SURYANIdan SUKARDI.
Spent Bleaching Earth (SBE) merupakan limbah padat yang dihasilkan pada proses pemurnian Crude Palm Oil (CPO) di industri refinery dan minyak goreng sawit. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan berdasarkan aspek finansial dan non finansial pada pendirian industri berbasis SBE berupa produk biodiesel dan paving block. yang terbagi dalam tiga rencana. Disamping itu, dilakukan juga analisis sensitivitas sebagai akibat adanya perubahan dalam suatu variabel usaha. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel 2010. Perhitungan biaya dan manfaat disusun dalam bentuk cash flow. Secara finansial dan non finansial, kegiatan pendirian industri pada ketiga rencana layak untuk dilakukan. Kriteria investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C, dan
Payback Period menunjukkan bahwa ketiga rencana layak didirikan. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa kenaikan harga metanol lebih dari 50% dan semen 85% pada
Kata kunci : biodiesel, kajian kelayakan, paving block, spent bleaching earth
Kata kunci: biodiesel, kajian keekonomian, paving block, spent bleaching earth
ABSTRACT
FEBRIANI PURBA. The Feasibility Study of Establishment of Biodiesel and Paving Block Industry from Spent Bleaching Earth. Supervised by ANI SURYANIand SUKARDI.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknologi Industri Pertanian
KAJIAN KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI BERBASIS
SPENT BLEACHING EARTH BERUPA PRODUK BIODIESEL
DAN PAVING BLOCK
FEBRIANI PURBA
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi : Kajian Kelayakan Pendirian Industri Berbasis Spent Bleaching Earth Berupa Produk Biodiesel dan Paving Block
Nama : Febriani Purba NIM : F34100118
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Ani Suryani, DEA Pembimbing I
Prof Dr Ir Sukardi, MM Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi berjudul “Kajian Kelayakan Pendirian Industri Berbasis Spent Bleaching Earth Berupa Produk Biodiesel dan Paving Block” berhasil diselesaikan. Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan teristimewa kepada:
1. Prof Dr Ir Ani Suryani, DEA dan Prof Dr Ir Sukardi, MM selaku Pembimbing Akademik atas perhatian dan bimbingannya selama penelitian dan penyelesaian skripsi.
2. Kedua orang tua Junirson Purba dan Norita Malau, serta adik Frisky C. Purba yang selalu memberikan semangat, doa, dan dukungan yang tiada henti bagi penulis
3. Gita Hapsari, Kiki Amelia Lubis, Giovanni Dwi Atmaja,Yoga Prasetyo dan Hadiwijoyo yang telah memberikan warna dalam hidup penulis
4. Keluarga besar TIN 47 atas kehangatan kekeluargaan yang tak terlupakan. 5. Seluruh sanak dan kerabat yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2014
DAFTAR ISI
Analisis Aspek Teknis dan Teknologis 3
SIMPULAN DAN SARAN 31
1. Perkembangan Bahan Bakar Nabati Indonesia 8
2. Perkembangan produksi biodiesel Indonesia Tahun 2005-2010 8 3. Target penahapan kewajiban minimal pemanfaatan biodiesel PerMen
ESDM No. 25 Tahun 2013 9
4. Konsumsi minyak solar Indonesia Tahun 2000-2010 11 5. Perbandingan karakteristik biodiesel dan solar 11
6. Mesin dan peralatan produksi paving block 15
7. Mesin dan peralatan produksi biodiesel 16
8. Kebutuhan tenaga kerja Rencana 1 19
9. Kebutuhan tenaga kerja Rencana 2 20
10.Kebutuhan tenaga kerja Rencana 3 20
11.Pencemaran limbah dan penanggulangannya pada produksi biodiesel 22 12.Pencemaran limbah dan penanggulangannya pada produksi paving
block 22
13.Komponen modal investasi Rencana 1,2, dan Rencana 3 (dalam jutaan
rupiah) 24
14.Penerimaan industri biodiesel dan paving block yang terintegrasi dengan pabrik refinery CPO (Rencana 1) (dalam jutaan rupiah) 26 15.Penerimaan industri paving block yang terintegrasi dengan pabrik
refinery CPO (Rencana 2) ( dalam ribuan rupiah) 26 16.Penerimaan industri biodiesel yang terintegrasi dengan pabrik refinery
CPO (Rencana 3) ( dalam ribuan rupiah) 27
17.Proyeksi laba rugi Rencana 1, Rencana 2, dan Rencana 3 27
18.Kriteria kelayakan investasi Rencana 1 28
19.Kriteria kelayakan investasi Rencana 2 29
20.Kriteria kelayakan investasi Rencana 3 29
21.Analisis sensitivitas pada Rencana 1 30
22.Analisis sensitivitas pada Rencana 2 30
23.Analisis sensitivitas pada Rencana 3 30
DAFTAR GAMBAR
1. Diagram alir penelitian 7
2. Perkembangan total konsumsi minyak solar dan biosolar tahun
2000-2010 9
4. Struktur organisasi di pabrik industri biodiesel dan paving block yang terintegrasi dengan pabrik refinery CPO (Rencana 1) 18 5. Struktur organisasi di pabrik industri paving block yang terintegrasi
dengan pabrik refinery CPO (Rencana 2) 18
6. Struktur organisasi di pabrik industri biodiesel yang terintegrasi dengan
pabrik refinery CPO (Rencana 3) 19
DAFTAR LAMPIRAN
1. Rekap hasil kuesioner wawancara terhadap pengguna paving block 33 2. Syarat mutu biodiesel menurut SNI-04-7182-2006 34 3. Syarat mutu paving block menurut SNI-03-0691-1996 35
4. Proses produksi biodiesel 36
5. Proses produksi paving block 37
6. Neraca massa produksi biodiesel Rencana 1 38
7. Neraca massa produksi paving block Rencana 1 39 8. Neraca massa produksi paving block Rencana 2 40
9. Neraca massa produksi biodiesel Rencana 3 41
10.Kebutuhan listrik pada Rencana 1 42
11.Kebutuhan listrik pada Rencana 2 42
12.Kebutuhan listrik pada Rencana 3 42
13.Kebutuhan luas ruang produksi biodiesel dan paving block 43
14.Rincian kebutuhan investasi Rencana 1 45
15.Rincian kebutuhan investasi Rencana 2 48
16.Rincian kebutuhan investasi Rencana 3 50
17.Komposisi modal kerja Rencana 1 53
18.Komposisi modal kerja Rencana 2 54
19.Komposisi modal kerja Rencana 3 54
20.Rincian biaya produksi biodiesel Rencana 1 (dalam ribuan rupiah) 55 21.Rincian biaya produksi paving block Rencana 1 (dalam ribuan rupiah) 57 22.Rincian biaya produksi Rencana 2 (dalam ribuan rupiah) 59 23.Rincian biaya produksi Rencana 3 (dalam ribuan rupiah) 61
24.Rincian penerimaan Rencana 1 63
25.Rincian penerimaan Rencana 2 65
26.Rincian penerimaan Rencana 3 66
27.Pembiayaan Rencana 1 67
28.Pembiayaan Rencana 2 70
29.Pembiayaan Rencana 3 71
30.Laporan laba rugi Rencana 1 72
31.Laporan laba rugi Rencana 2 76
32.Laporan laba rugi Rencana 3 (dalam ribuan rupiah) 78
33.Proykesi arus kas Rencana 1 80
34.Proykesi arus kas Rencana 2 82
35.Proyeksi arus kas Rencana 3 (dalam ribuan rupiah) 84
36.Analisis Break Even Point Rencana 1 86
37.Analisis Break Even Point Rencana 2 88
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Spent bleaching earth (SBE) merupakan salah satu limbah padat terbesar yang dihasilkan oleh industri refinery dan minyak goreng sawit. SBE dihasilkan pada proses pemurnian (refinery) dengan bleaching earth (BE) untuk menghilangkan pigmen warna yang terdapat di dalam crude palm oil (CPO) sehingga dihasilkan minyak yang lebih jernih. Young (1987) menyatakan bahwa digunakan sekitar 0,5% hingga 2,0% BE dari setiap massa CPO yang dimurnikan. Produksi CPO Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini terlihat dari nilai ekspor CPO yang meningkat setiap tahun. Ekspor CPO Indonesia pada dekade terakhir meningkat 7 - 8% per tahun. Peningkatan produksi CPO berbanding lurus dengan peningkatan konsumsi CPO di Indonesia yang mencapai pertumbuhan sekitar 24.55% pada tahun 2013. Industri minyak goreng merupakan salah satu industri yang banyak menyerap CPO tersebut. Pada tahun 2012 sebanyak 89% CPO digunakan untuk memproduksi minyak goreng sawit (Kemenperin 2014). Nilai ini setara dengan sekitar 6.988 ton CPO.Hal ini juga berdampak pada meningkatnya jumlah limbah SBE yang dihasilkan. Diperkirakan pada tahun 2012 dihasilkan sekitar 69.8 ton SBE. Menurut Taylor (1999) SBE masih mengandung residu minyak sebesar 20% - 40%. Tingginya kandungan minyak dalam SBE sangat potensial untuk
di-recovery dan digunakan menjadi bahan baku metil ester (biodiesel), selain itu SBE juga dapat dijadikan sebagai bahan pensubstitusi pasir pada pembuatan
paving block.
Penelitian mengenai pemanfaatan SBE sudah dilakukan. Mubarok (2014) telah melakukan penelitian pembuatan biodiesel secara in situ dari SBE dan hasilnya menunjukkan bahwa kondisi proses esterifikasi-transesterifikasi in situ
terbaik adalah dengan kecepatan pengadukan 730 rpm dan waktu transesterifikasi 90 menit. Karakteristik biodiesel yang dihasilkan telah sesuai dengan SNI. Mardiko (2014) juga telah melakukan penelitian untuk pemanfaatan SBE menjadi
paving block. Pemanfaatan SBE menjadi paving block dapat berasal dari SBE hasil samping proses refinery CPO maupun SBE hasil samping produksi biodiesel secara in situ dengan bahan baku SBE dari proses refinery CPO.
2
Untuk mengetahui kelayakan pendirian industri tersebut, maka diperlukan kajian khusus tentang pendirian industri pengolahan SBE. Mengingat SBE dapat digunakan langsung sebagai bahan baku paving block atau dimanfaatkan terlebih dahulu minyak yang terkandung di dalamnya menjadi biodiesel lalu kemudian sisa SBE digunakan sebagai bahan baku paving block, maka akan dilakukan tiga rencana pendirian industri. Rencana 1 adalah pendirian industri biodiesel dan
paving block yang terintegrasi dengan pabrik refinery CPO, Rencana 2 adalah industri paving block yang terintegrasi dengan pabrik refinery CPO, dan Rencana 3 adalah pendirian industri biodiesel yang terintegrasi dengan pabrik refinery CPO. Aspek-aspek yang dikaji adalah aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis teknologis, aspek manajemen operasional, aspek lingkungan, aspek legalitas, dan aspek finansial. Semua aspek tersebut dapat menentukan kelayakan pendirian industri pengolahan SBE.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang kelayakan pendirian industri berbasis SBE berupa (1) produk biodiesel dan paving block
(Rencana 1), (2) produk paving block (Rencana 2), dan (3) produk biodiesel (Rencana 3).
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah aspek-aspek yang dikaji dalam pendirian industri ini, yang meliputi:
1. Analisis terhadap aspek pasar dan pemasaran, meliputi strategi bauran pemasaran.
2. Analisis terhadap aspek teknis teknologis, meliputi penentuan kapasitas produksi, jenis teknologi beserta informasi neraca massa dan neraca energi, serta mesin dan peralatan yang digunakan.
3. Analisis terhadap aspek manajemen operasional, meliputi penentuan badan usaha, tenaga manajerial dan operasional yang mendukung keberhasilan usaha tersebut nantinya.
4. Analisis terhadap aspek lingkungan dan legalitas yang dapat mendukung kelayakan industri tersebut dan kesesuaian dengan peraturan yang berlaku. 5. Analisis terhadap aspek finansial, meliputi perkiraan jumlah dana yang
diperlukan serta evaluasi kriteria kelayakan investasi berupa NPV, IRR, B/C Ratio, PBP, BEP, dan analisis sensitivitas.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
3
Pengumpulan Data
Data dan informasi dikumpulkan untuk keperluan analisis aspek-aspek yang berkaitan dengan proses perencanaan suatu industri. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait serta para pakar pada bidang teknis dan teknologis yang sesuai. Adapun data sekunder diperoleh melalui laporan, artikel, jurnal, data statistik dari instansi-instansi pemerintah, swasta, balai penelitian dan sebagainya.
Analisis Data
Analisis Pasar dan Pemasaran
Analisis yang dilakukan pada aspek ini adalah analisis potensi pasar berdasarkan perkembangan pasar dan pemasaran produk biodiesel dan paving block, dan strategi pemasaran yang terdiri dari segmentasi, penentuan target (targeting), penentuan posisi di pasar (positioning) dan bauran pemasaran (marketing mix).
Analisis Aspek Teknis dan Teknologis
Analisis teknis dan teknologis meliputi penentuan kapasitas produksi dan lokasi, pemilihan teknologi proses dan peralatan, penentuan tata letak mesin dan kebutuhan ruang, serta neraca massa dan neraca energi yang dikeluarkan selama produksi berlangsung. Penentuan kapasitas produksi disesuaikan berdasarkan jumlah bahan baku yang tersedia. Penggunaan mesin dan peralatan disesuaikan dengan teknologi proses yang dipilih.
Analisis Manajemen dan Operasi
Kajian terhadap manajemen dan operasi meliputi pemilihan bentuk perusahaan dan struktur organisasi yang sesuai, kebutuhan tenaga kerja serta deskripsi tugas masing-masing jabatan.
Analisis Lingkungan dan Legalitas
Analisis legalitas menentukan bentuk badan usaha yang sesuai dan hal-hal yang diperlukan dalam perizinan industri. Analisis lingkungan meliputi dampak lingkungan yang ditimbulkan serta cara penanggulangannya.
Analisis Finansial
4
1. Net Present Value (NPV)
Net Present Value didasarkan pada konsep mendiskonto seluruh aliran kas masuk dan keluar selama umur proyek (investasi) ke nilai sekarang, kemudian menghitung angka netto maka akan diketahui selisihnya dengan memakai dasar yang sama yaitu harga pasar (saat ini) (Soeharto 1999). Rumus yang digunakan untuk menghitung NPV menurut Kadariah et al. (1999) adalah :
∑
NPV < 0 maka proyek ditolak karena dianggap tidak menguntungkan atau proyek tidak dapat menghasilkan senilai biaya yang digunakan
NPV = 0 maka proyek akan mendapatkan modalnya kembali setelah discount rate
yang berlaku diperhitungkan.
2. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) adalah arus pengembalian yang menghasilkan NPV aliran kas masuk = aliran kas keluar. Untuk IRR ditentukan terlebih dahulu NPV=0, kemudian dicari berapa besar arus pengembalian (diskonto) (i) agar hal tersebut terjadi. Rumus yang digunakan untuk menghitung IRR menurut Kadariah et al. (1999) adalah :
i(+) = Suku bunga yang membuat NPV positif
5
3. Net Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)
Menurut Soeharto (1999), Benefit/Cost Ratio adalah perbandingan manfaat terhadap biaya. Pada proyek-proyek swasta benefit umumnya berupa pendapatan minus biaya di luar biaya pertama (misalnya untuk produksi dan operasi). Rumus yang digunakan untuk menghitung B/C Ratio menurut Kadariah et al. (1999)
Menurut Sutojo (2002), PBB merupakan kriteria tambahan dalam analisis kelayakan untuk melihat periode waktu yang diperlukan dalam melunasi seluruh pengeluaran investasi. Rumus yang digunakan adalah: dengan total cost. Semakin besar keuntungan yang diterima maka semakin cepat waktu pengembalianya. Rumus yang digunakan adalah:
6
Keterangan
a = Biaya tetap
b = Biaya variable per unit p = Harga per unit
q = Jumlah produksi
6. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas mengkaji sejauh mana perubahan parameter aspek finansial berpengaruh terhadap keputusan yang dipilih. Apabila nilai unsur tertentu berubah dengan variasi yang relatif besar tetapi tidak berakibat terhadap investasi, maka dapat dikatakan bahwa keputusan untuk berinvestasi pada suatu proyek tidak sensitif terhadap unsur yang dimaksud. Sebaliknya bila terjadi perubahan yang kecil saja mengakibatkan perubahan keputusan investasi maka dinamakan keputusan untuk berinvestasi tersebut sensitif terhadap unsur yang dimaksud. Analisis sensitivitas terhadap unsur-unsur yang terdapat di dalam aliran kas meliputi perubahan harga bahan baku, biaya produksi, berkurangnya pangsa pasar, turunnya harga jual produk per unit, ataupun tingkat bunga pinjaman (Soeharto 1999).
7
Mulai
Studi pustaka, mempelajari deskripsi produk dan industri
Pengumpulan data (primer dan sekunder)
Data cukup
Tabulasi data
Analisis Pasar dan Pemasaran STP, marketing mix
Analisis Teknis Teknologis neraca massa dan energi, spesifikasi mesin dan
peralatan
Analisis Manajemen Kebutuhan pekerja, tenaga pekerja/ahli,
struktur organisasi
Analisis Lingkungan dan Legalitas Cash flow. sumber dana, PBP, IRR, B/C Ratio,
Break Even Point, Analisis sensitivitas
Penyusunan laporan
Selesai
Gambar 1 Diagram alir penelitian ya
tidak
8 Peningkatan konsumsi biodiesel dipengaruhi oleh kenaikan konsumsi biosolar yang merupakan produk campuran biodiesel dengan minyak solar, yang meningkat setiap tahunnya (Gambar 2).
.
Tabel 1 Perkembangan Bahan Bakar Nabati Indonesia
Jenis BBN Tahun (ribu KL)
Tabel 2 Perkembangan produksi biodiesel Indonesia Tahun 2005-2010
Tahun Produksi (ribu KL) Perkembangan (%)
2005 120.00
Peningkatan konsumsi biodiesel dipengaruhi oleh peningkatan harga minyak bumi dunia dan besarnya keinginan dari stakeholder untuk menerapkan penggunaan bahan bakar terbarukan yang lebih ramah lingkungan dan
9 dipaparkan diketahui bahwa kebutuhan akan biodiesel sampai tahun 2025 masih sangat besar sehingga diduga peluang untuk mendirikan industri biodiesel cukup prospektif.
Sumber : Kementrian ESDM (2011b)
Gambar 2 Perkembangan total konsumsi minyak solar dan biosolar tahun 2000-2010
Tabel 3 Target penahapan kewajiban minimal pemanfaatan biodiesel PerMen ESDM No. 25 Tahun 2013
Paving block merupakan bahan bangunan yang digunakan di luar ruangan (eksterior/outdoor) seperti trotoar, area bermain, taman, perkerasan kelas jalan ringan, serta penutup permukaan. Paving block banyak digunakan karena memiliki beberapa kelebihan, yakni mudah dipasang dan tidak memerlukan alat berat, pemeliharaanya mudah dan dapat dibongkar dan dipasang kembali, serta tahan terhadap benda statis atau tumpahan bahan pelumas dan pemanasan oleh mesin kendaraan. Namun demikian paving block memiliki kelemahan yaitu mudah bergelombang bila pondasinya tidak dipasang dengan kuat, dan kurang cocok untuk dipasang di lahan yng dilalui kendaraan berkecepatan tinggi.
10
maupun distribusi bahan bangunan. Adji (2011) telah melakukan penelitian tentang peramalan kebutuhan paving block di salah satu industri penghasil paving block dan telah melakukan wawancara terhadap 17 kontraktor yang merupakan pengguna paving block. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permintaan akan
paving block masih akan mengalami peningkatan (Gambar 3). Hasil wawancara terhadap 17 kontraktor golongan menengah menunjukkan bahwa rata-rata mereka menggunakan 135 m2 untuk setiap proyek yang dikerjakan dan pasti akan menggunakan paving block pada masa yang akan datang (Lampiran 1).
Sumber : Adji (2011)
Gambar 3 Peramalan permintaan paving block segi empat
Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran yang akan dilakukan meliputi segmentasi, targeting,
positioning dan bauran pemasaran. Segmentasi pasar biodiesel yang dilakukan adalah berdasarkan manfaat yang dicari oleh pembeli dan tingkat penggunaan. Segmentasi pasar biodiesel yaitu industri pengguna bahan bakar solar. Segmen ini dipilih karena segmen ini sangat potensial untuk melakukan substitusi solar dengan biodiesel. Biodiesel dapat digunakan sebagai bahan bakar campuran dengan solar sehingga biaya pembelian bahan bakar dapat ditekan. Sektor industri merupakan konsumen solar kedua terbesar di Indonesia (Tabel 4). Targetting
11 Tabel 4 Konsumsi minyak solar Indonesia Tahun 2000-2010
Tahun Konsumsi Minyak Solar (KL)
Tabel 5 Perbandingan karakteristik biodiesel dan solar
Fisika kimia Biodiesel Solar Modifikasi engine Tidak diperlukan -
Konsumsi bahan bakar Sama Sama
Lubrikasi Lebih tinggi Lebih rendah
Emisi CO rendah, total
Penanganan Flameable rendah Flameable tinggi
Lingkungan Toksisitas rendah Toksisitas 10 kali lebih tinggi
Keberadaan Terbarukan Tak terbarukan
Sumber : Sahirman (2009)
Segmentasi pasar untuk paving block adalah industri property dengan target berupa kontraktor yang terdapat di daerah Jabodetabek. Hal ini dipilih karena perusahaan terletak di daerah Jabodetabek sehingga lebih mudah dalam mendistribusikan produk ke konsumen. Positioning dari produk paving block
yakni memiliki kualitas yang baik (bentuk sempurna, tidak retak-retak atau cacat), memenuhi SNI, dan dapat memenuhi permintaan dalam jumlah besar.
12
1. Strategi produk
Produk yang dihasilkan oleh industri pengolahan SBE adalah biodiesel dan paving block. Agar produk dapat diterima di pasar maka kedua produk harus memenuhi standar yang berlaku di pasar, yakni SNI-04-7182-2006 (Lampiran 2) untuk biodiesel dan SNI-03-0691-1996 (Lampiran 3) untuk paving block. Strategi lain yang harus diterapkan untuk memasarkan biodiesel dan paving block adalah dengan menjaga kualitas produk dengan melakukan penelitian dan pengujian secara berkelanjutan. Kualitas paving block yang dihasilkan adalah kualitas C yang dapat digunakan untuk pejalan kaki, taman dan penggunaan lain. Produk biodiesel yang dihasilkan berbentuk cairan sehingga dikemas dalam drum. Produk
paving block yang dihasilkan berbentuk padatan solid sehingga tidak perlu dikemas. Gambaran biodiesel dan paving block yang dihasilkan disajikan pada Lampiran 2 dan 3.
2. Strategi harga
Penetapan harga jual biodiesel ditetapkan sendiri oleh industri. Harga bidosiesel yang dihasilkan telah memberikan keuntungan yang cukup besar bagi industri dan lebih rendah daripada harga solar industri saat ini. Penetapan harga jual paving block dilakukan dengan cara membandingkan dengan harga produk yang ditetapkan pesaing yang saat ini berlaku di pasaran pada umumnya. Harga jual paving block yang beredar di pasaran berkisar antara Rp 65.000 – Rp 70.000 per m2. Harga paving block yang ditetapkan yakni Rp 45 000 per m2 untuk Rencana 1 dan Rp 55 000 per m2. Harga yang berada dibawah harga pasar ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam upaya penetrasi pasar.
3. Strategi tempat dan distribusi
Untuk memasarkan biodiesel ke industri refinery CPO yang terintegrasi dengan industri penghasil biodiesel dapat dilakukan secara langsung karena kedua industri berada di satu tempat. Untuk mendistribusikan kepada industri lain yang terdapat di kawasan industri diperlukan saluran distribusi sehingga biodiesel dapat dikirmkan tepat waktu. Perusahaan memiliki dua pilihan untuk saluran distribusi ini, pertama perusahaan menyalurkan sendiri biodiesel yang digunakan ke tempat yang telah ditetapkan atau kedua perusahaan menggunakan jasa pihak ketiga untuk mengirimkan biodiesel. Untuk memasarkan paving block yang dihasilkan perusahaan dapat menjual ke agen-agen penjual bahan bangunan atau melalui distributor paving block yang telah ada.
4. Strategi promosi
13
Aspek Teknis Teknologis
Penetapan Kapasitas Produksi
Penetapan kapasitas produksi biodiesel di industri biodiesel dan paving block yang terintegrasi dengan pabrik refinery CPO (Rencana 1 dan 3) didasarkan pada ketersediaan bahan baku spent bleaching earth (SBE). Ketersediaan bahan baku SBE didasarkan pada kapasitas pengolahan minyak goreng yang dimiliki oleh industri. Menurut Astra Agro (2012) kapasitas industri minyak goreng skala besar berkisar 1.000 – 2.500 ton CPO per hari. Kapasitas pabrik pengolahan minyak goreng diasumsikan sebesar 1.600 ton CPO per hari maka akan dihasilkan SBE sebesar 16 ton/hari. Penetapan kapasitas produksi biodiesel didasarkan pada jumlah SBE yang dihasilkan oleh pabrik minyak goreng tersebut sedangkan kapasitas pengolahan paving block didasarkan pada jumlah SBE yang dihasilkan dari proses produksi biodiesel dari SBE. Penetapan kapasitas produksi paving block di industri paving block yang terintegrasi dengan pabrik refinery CPO (Rencana 2), juga didasarkan pada jumlah SBE hasil samping pengolahan minyak goreng pada unit refinery yakni 16 ton/hari.
Proses Produksi
Proses produksi biodiesel disajikan pada Lampiran 4. Berdasarkan proses produksi biodiesel maka unit-unit yang dibutuhkan sebagai berikut :
1) Unit Penyimpanan bahan baku dan penolong biodiesel
Bahan baku dan penolong berupa H2SO4, NaOH, metanol dan bleaching earth (BE) disimpan di gudang bahan baku.
2) Unit Esterifikasi dan Transesterifikasi
Proses konversi minyak dalam SBE menjadi biodiesel (metil ester) terdiri dari empat tahap yaitu esterifikasi in situ, transesterifikasi in situ, pemisahan gliserol, dan pencucian kering. Esterifikasi in situ dilakukan untuk mengkonversi asam lemak bebas menjadi metil ester dengan bantuan metanol dan katalis H2SO4.
Perbandingan jumlah metanol/SBE adalah 6:1 (v/b), jumlah katalis H2SO4 yang
digunakan 1.5% (v/b) terhadap SBE. Proses esterifikasi dilaksanakan pada suhu 650C dengan kecepatan 730 rpm selama 3 jam. Setelah proses esterifikasi selesai dilanjutkan dengan proses transesterifikasi in situ pada suhu 650C, 730 rpm selama 90 menit dengan penambahan katalis NaOH sebanyak 1.5% (b/b) terhadap SBE, yang telah dilarutkan dalam metanol. Kedua reaksi terjadi di dalam tangki esterifikasi dan transesterifikasi
3) Unit Filtrasi 1
Pada unit filtrasi dilakukan pemisahan SBE dari filtrat dengan menggunakan Niagara filter. Filtrat yang diperoleh merupakan campuran dari biodiesel, gliserol dan metanol.
4) Unit Distilasi
Filtrat hasil filtrasi selanjutnya dialirkan ke unit distilasi untuk
me-recovery metanol. Metanol yang telah diperoleh selanjutnya didaur ulang ke dalam unit esterifikasi dan transesterifikasi.
5) Unit Pemisahan
Filtrat dari unit evaporasi yang terdiri dari metil ester dan gliserol dialirkan ke settling tank untuk memisahkan gliserol dari biodiesel.
14
Biodiesel yang telah dipisahkan dari gliserol pada unit pemisahan selanjutnya dialirkan ke dalam kolom yang berisi bleaching earth (BE). Proses ini berfungsi untuk menjernihkan biodiesel sehingga warna menjadi lebih cerah. 7) Unit Filtrasi II
Campuran antara biodiesel dan BE dialirkan ke unit filtrasi untuk memisahkan BE bekas sehingga diperoleh biodiesel murni. Banyaknya BE yang digunakan sebesar 1% dari jumlah crude biodiesel yang dimurnikan.
8) Unit Penyimpanan Biodiesel Murni
Biodiesel murni selanjutnya ditampung dalam tangki penyimpanan. Setelah dari tangki penyimpanan ini biodiesel siap untuk dipasarkan menggunakan truk pengangkut.
Pada proses filtrasi I dan II diperoleh SBE hasil samping proses produksi biodiesel secara in situ. SBE sisa produksi biodiesel secara in situ digunakan sebagai bahan baku pembuatan paving block. Pembuatan paving block diawali dengan proses pencampuran semen, SBE, dan pasir dalam mesin pengaduk dengan perbandingan 10:8:32. Pencampuran dilakukan hingga campuran homogen. Setelah campuran homogen ditambahkan air sejumlah 5% dari massa total campuran SBE, semen, dan pasir kemudian dilakukan pengadukan kembali. Setelah adonan tercampur homogen, selanjutnya dipindahkan ke mesin cetak untuk membentuk paving block. Paving block yang telah dibentuk dikeringkan di bawah sinar matahari sampai kering. Tahapan proses produksi paving block
disajikan pada Lampiran 5. Berdasarkan proses produksi paving block maka unit-unit yang dibutuhkan sebagai berikut:
1) Unit Penyimpanan
Semen, pasir, dan SBE masing-masing disimpan pada gudang penyimpanan untuk kemudian diproses pada tahapan selanjutnya.
2) Unit Pencampuran
Pada unit pencampuran dilakukan pencampuran semen, SBE, dan pasir dalam mesin homogenizer dengan perbandingan 10:8:32. Pencampuran dilakukan hingga homogen, kemudian ditambahkan air dan dilakukan pengadukan kembali. 3) Unit Pencetakan
Adonan yang telah homogen dipindahkan ke mesin press dengan menggunakan konveyor. Adonan dimasukkan ke dalam cetakan berukuran 21 cm x 10.5 cm x 6 cm secara otomatis kemudian ditekan.
4) Unit Pengeringan
Adonan yang telah dicetak kemudian diangkut menuju lokasi pengeringan. Pengeringan dilakukan secara alami menggunakan cahaya matahari selama 30 hari. Pengeringan selama 30 hari didasarkan pada hasil wawancara dengan pengrajin paving block. Selama proses pengeringan dilakukan penyiraman paving block dengan air sebanyak 2 kali/hari pada pagi dan sore hari.
5) Unit Penyimpanan Paving Block
15 samping proses refinery CPO sedangkan pada Rencana 1 SBE berasal dari hasil samping produksi biodiesel secara in situ.
Neraca Massa
Bahan baku yang dibutuhkan untuk memproduksi biodiesel di Rencana 1 adalah SBE yang merupakan hasil samping proses bleaching pada tahap refinery
CPO. Bahan penolong yang digunakan berupa metanol, H2SO4, NaOH, dan bleaching earth. Dalam proses produksi ini akan dihasilkan produk samping berupa sisa padatan SBE, dan gliserol. Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi paving block adalah semen, SBE hasil samping produksi biodiesel secara in situ, pasir dan air. Sedangkan bahan baku yang digunakan untuk produksi paving block di Rencana 2 yaitu semen, SBE hasil samping refinery
CPO, pasir, dan air. Neraca massa proses produksi di Rencana 1 disajikan pada Lampiran 6 dan Lampiran 7, neraca massa proses produksi di Rencana 2 disajikan pada Lampiran 8, dan neraca massa produksi Rencana 3 disajikan pada Lampiran 9.
Neraca Energi
Neraca energi meliputi kebutuhan energi yang digunakan dalam proses produksi biodiesel dan paving block yakni meliputi kebutuhan listrik. Pengukuran neraca energi dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan energi setiap alat ataupun proses. Analisis kebutuhan energi di Rencana 1 disajikan pada Lampiran 10, Rencana 2 pada Lampiran 11, dan Rencana 3 pada Lampiran 12.
Kebutuhan Mesin dan Peralatan
Mesin dan peralatan yang digunakan terdiri dari beberapa tangki dan reaktor. Pengoperasian mesin ini semi otomatis dengan kendali dilakukan di ruang operator. Penentuan kapasitas mesin didasarkan pada perhitungan neraca massa produksi biodiesel dan paving block. Adapun mesin dan peralatan yang dibutuhkan pada produksi biodiesel dan paving block disajikan pada Tabel 6 dan 7.
Tabel 6 Mesin dan peralatan produksi paving block
16
Tabel 7 Mesin dan peralatan produksi biodiesel No. Mesin dan 4 Kolom distilasi 1 Kapasitas 88.3 m3 Memperoleh uap
metanol murni
5 Decanter 1 Kapasitas 4.6 m3 Memisahkan gliserol dan biodiesel
Kebutuhan luas ruangan di Rencana 1 terdiri dari ruang produksi biodiesel dan paving block serta ruang non produksi. Ruang proses produksi merupakan ruangan tempat mesin dan peralatan proses produksi sedangkan ruang nonproduksi merupakan ruangan tempat mendukung proses produksi seperti gudang bahan baku, gudang produk, ruang menjemur, kantor, laboratorium, dan bengkel.
1. Ruang proses produksi
17 2. Ruang non produksi
Kebutuhan luas ruang nonproduksi sebesar 1 393 m2 dengan rincian : a) Kantor
Kebutuhan ruang kantor seluas m2 antara lain ruang ruang manajer, ruang supervisor seluas 27 m2 , ruang meeting seluas 15 m2, dan dua kamar mandi masing-masing luasnya 5 m2.
b) Penyimpanan bahan baku dan produk
Gudang penyimpanan mampu menyimpan bahan penolong selama 14 hari dan pasir selama 7 hari. Luas yang dibutuhkan 162 m2. Selain itu terdapat juga gudang produk biodiesel (4 m2) yang mampu menyimpan produk selama 30 hari. c) Penjemuran paving block
Tempat penjemuran berfungsi ganda sebagai tempat penyimpanan yang mampu menampung hasil produksi selama 30 hari. Maka luas yang dibutuhkan 1111 m2.
d) Sarana lain
Kebutuhan ruang untuk sarana lainnya ditetapkan sebesar 224 m2 dengan rincian antara lain laboratorium untuk produksi biodiesel (40 m2), laboratorium produksi paving block (9 m2) dan bengkel (15 m2).
Kebutuhan luas ruangan di Rencana 2 memiliki kebutuhan yang hampir sama dengan di industri biodiesel dan paving block yang terintegrasi dengan pabrik refinery CPO. Adapun ruangan tersebut adalah ruang proses produksi (191 m2), laboratorium (9 m2), kantor (94 m2), ruang penjemuran (1 111 m2), dan bengkel (15 m2).
Aspek Manajemen
Tipe Organisasi
18
Gambar 4 Struktur organisasi di pabrik industri biodiesel dan paving block yang terintegrasi dengan pabrik refinery CPO (Rencana 1)
Gambar 5 Struktur organisasi di pabrik industri paving block yang terintegrasi dengan pabrik refinery CPO (Rencana 2)
19
Gambar 6 Struktur organisasi di pabrik industri biodieselyang terintegrasi dengan pabrik refinery CPO (Rencana 3)
Kebutuhan Tenaga Kerja
Penentuan kebutuhan tenaga kerja didasarkan pada identifikasi kegiatan, sifat, dan beban pekerjaan. Kebutuhan tenaga kerja di Rencana 1, 2 dan 3 disajikan pada Tabel 8, Tabel 9 dan Tabel 10.
Tabel 8 Kebutuhan tenaga kerja Rencana 1
Pekerjaan Tingkat Pendidikan (minimal) Jumlah
Manager pabrik S1 Teknik Industri 1
Produksi biodiesel
Supervisor produksi D3 Teknik Industri 1
Operator D3 Kimia 8
Teknisi pemeliharaan D3 Teknik mesin 1
Laboran D3 Analisis Kimia 1
Produksi paving block
Supervisor produksi D3 1
Operator SMA/SMK 5
Teknisi pemeliharaan SMK Teknik mesin 1
Laboran SMA/SMK 1
Supervisor pengadaan dan logistik D3 1
Sopir SMA/SMK 2
Total tenaga kerja 23
Manager Pabrik
Supervisor Produksi Biodiesel
Operator
Teknisi Pemeliharaan
Laboran Mutu
Supervisor pengadaan dan
logistik
20
Tabel 9 Kebutuhan tenaga kerja Rencana 2
Pekerjaan Tingkat Pendidikan (minimal) Jumlah
Manager pabrik S1 Teknik sipil 1
Supervisor produksi D3 1
Supervisor pengadaan dan logistik D3 1
Operator SMA/SMK 4
Teknisi pemeliharaan SMK Teknik Mesin 1
Laboran SMA/SMK 1
Sopir SMA/SMK 1
Total tenaga kerja 15
Tabel 10 Kebutuhan tenaga kerja Rencana 3
Pekerjaan Tingkat Pendidikan (minimal) Jumlah
Manager pabrik S1 Teknik sipil 1
Supervisor produksi D3 1
Supervisor pengadaan dan logistik D3 1
Operator SMA/SMK 8
Teknisi pemeliharaan SMK Teknik Mesin 1
Laboran SMA/SMK 1
Sopir SMA/SMK 1
Total tenaga kerja 19
Deskripsi Pekerjaan
Deskripsi pekerjaan dibuat agar setiap pekerja mengetahui tugas dan tanggung jawabnya sehingga pekerjaan dapat berjalan dengan baik. Manager pabrik bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan produksi, kualitas bahan baku, quality control, dan pemeliharaan sarana produksi. Supervisor produksi bertugas mengatur dan mengawasi proses produksi, supervisor pengadaan dan logistik bertugas mengatur pengadaan dan pengelolaan bahan baku serta pendistribusian produk. Operator bertugas menjalankan dan mengontrol proses dan mesin/peralatan industri, laboran mutu bertugas mengawasi dan melakukan pengecekan mutu bahan baku, proses produksi, dan produk, dan supir bertanggung jawab untuk mengangkut bahan baku dan produk serta mendistribusikannya.
Aspek Legalitas dan Lingkungan Perizinan
Untuk mendirikan suatu badan usaha diperlukan beberapa jenis perizinan seperti akta pendirian, Izin Usaha Industri (IUI), Izin Mendirikan Bangunan (IMB), dan Undang-Undang Gangguan (UUG).
1. Akta Pendirian
21 kuasa pendirian PT, (2) copy KTP para pendiri dan pengurus, (3) fotocopy KK pimpinan perusahaan (persero aktif/direktur perseroan), (4) fotocopy kontrak/sewa tempat usaha atau bukti kepemilikan tempat usaha, (5) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Surat Keterangan sebagaiWajib Pajak Dokumen yang disertakan adalah bukti PPN atas sewa/kontrak tempat usaha bagi yang berdomisili di gedung perkantoran, (6) Bukti setor bank senilai modal disetor dalam Akta Pendirian, dan (7) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP).
2. Izin Usaha Mandiri
Menurut SK menteri Perindustrian RI No 41/M-IND/Per/6/2008 seluruh industri dengan nilai investasi di atas 200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan) wajib memperoleh IUI. Adapun persyaratannya adalah : (1) fotocopy KTP direktur/pemilik, (2) fotocopy NPWP, (3) surat keterangan domisili perusahaan, (4) fotocopy Undang - Undang Gangguan (UUG) dengan memperlihatkan aslimya, (5) fotocopy akte pendirian perusahaan, (6) fotocopy surat tanah/surat kontrak, (7) fotocopy IMB, (8) fotocopy PBB tahun terakhir, dan (9) dokumen Penanggulangan Pencemaran Lingkungan (AMDAL, UKL/UPL, atau SPPI).
3. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
Lokasi industri berada di lokasi industri rifenery CPO yang sudah ada sehingga yang diperlukan adalah IMB lanjutan. Persyaratan yang diperlukan yakni : (1) formulir isian pengajuan IMB, (2) fotocopy KTP/PBB, (3) keterangan rencana kota, (4) peta rencana kota, (5) peta RTLB (Rencana Tata Letak Bangunan), (6) bukti tanah, (7) IMB lama, dan (8) gambar arsitektur.
4. Undang-Undang Ganguan (UUG)
Persyaratan untuk memperoleh UUG adalah suarat tanah, IMB, akte pendirian PT, NPWP, PBB, dan surat domisili/kecamatan.
Manajemen Lingkungan
22
Tabel 11 Pencemaran limbah dan penanggulangannya pada produksi biodiesel
Jenis limbah Dampak Penanggulangan Tabel 12 Pencemaran limbah dan penanggulangannya pada produksi paving block
Jenis limbah Dampak Penanggulangan
Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan yang diperoleh. Adapun hal-hal yang dikaji yakni perkiraan modal investasi, biaya operasional, struktur pembiayaan, rencana penerimaan, proyeksi laba rugi, proyeksi arus kas, kriteria investasi, dan analisis sensitivitas. Analisis dilakukan dengan menggunakan dua rencana yaitu Rencana 1 (industri biodiesel dan paving block yang terintegrasi dengan pabrik refinery
CPO) dan Rencana 2 (industri paving block yang terintegrasi dengan pabrik
refinery CPO). Untuk mulai menghitung analisis finansial diperlukan penetapan beberapa asumsi yang disesuaikan dengan kondisi saat kajian dilakukan, tujuan adalah untuk mempermudah proses perhitungan. Asumsi tersebut antara lain : 1. Umur investasi diasumsikan selama 10 tahun
2. Jumlah hari kerja dalam setahun adalah 300 hari 3. Penyusutan menggunakan Straight Line Method
• Nilai sisa mesin dan peralatan 10% dari nilai awal • Nilai sisa bangunan 50% dari nilai awal
23 • Pajak Bumi dan Bangunan 0.1% dari total investasi bangunan (UU no 26
tahun 2000)
• Pajak kendaraan 0.5% dari harga pembelian (UU no 22 tahun 1999)
• Pajak penghasilan untuk badan usaha yang penghasilan bruto di bawah Rp 4.8 Miliar adalah 1% (PP No. 64 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan) 5. Skema pembiayaan investasi adalah 65% dari pembiayaan bank dan 35% dari
pembiayaan sendiri, hal ini mengacu pada skema pembiayaan maksimum yang ditawarkan oleh Bank Mandiri dengan bunga 13.5% (3 April 2014 Bank Mandiri).
6. Nilai tukar rupiah ke USD yang digunakan Rp 11 382 (2 April 2014 www.bankmandiri.co.id)
7. Biaya kontingensi 10% dari harga pembelian mesin dan peralatan produksi 8. Biaya asuransi 1% dari nilai awal pembelian barang yang diasuransikan. 9. Biaya distribusi dan pemasaran ditetapkan sebesar 2% dari biaya total
produksi.
10.Biaya pemeliharaan bangunan 5% dari nilai awal
11.Kapasitas produksi pada tahun pertama sampai kesepuluh adalah 100% 12.Harga bangunan non produksi (kantor) Rp 2 000 000/m2
Asumsi untuk produksi biodiesel
Biaya laboratorium ditetapkan sebesar 10% dari biaya gaji operator. 14.Kapasitas produksi yang akan diraih dan perhitungan neraca massa adalah :
Kapasitas produksi biodiesel 1 185 000 liter/tahun
Kebutuhan bahan baku/tahun : 4 800 ton SBE, 72 000 liter H2SO4, 180
ton NaOH, 1 556 491 liter metanol, dan 42 ton BE 15.Harga bangunan
Ruang proses produksi : Rp 2 000 000/m2 Laboratorium, gudang : Rp 1 000 000/m2 16.Harga biodiesel Rp 10 200/liter
Asumsi untuk produksi paving block
24
Biaya Investasi
Biaya/modal investasi terdiri dari modal investasi tetap dan modal kerja. Modal investasi tetap berhubungan dengan kebutuhan manufacturing dan fasilitas pabrik. Modal investasi tetap terdiri atas biaya untuk pembelian peralatan dan mesin, pemasangan dan instalasi listrik, bangunan, lahan, perlengkapan, pembelian kendaraan, biaya kontingensi, dan termasuk bunga selama pembangunan atau IDC (interest during construction) yang diperhitungkan sebesar 13.5 % dalam satu tahun. Modal investasi yang dibutuhkan pada pembangunan sarana produksi biodiesel dan paving block berbeda namun biaya investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan sarana umum seperti kantor, jalan dan parkir, serta biaya perlengkapan kantor adalah sama. Rincian modal investasi yang diperlukan untuk Rencana 1, 2, dan 3 disajikan pada Lampiran 14, Lampiran 15, dan Lampiran 16, sedangkan ringkasannya disajikan pada Tabel 13. Biaya investasi yang dibutuhkan pada pendirian Rencana 1 lebih besar dari Rencana 2 dan 3. Hal ini terjadi karena pada Rencana 1 jenis produk yang dihasilkan terdiri dari dua jenis sedangkan pada Rencana 2 dan 3 hanya satu jenis. Oleh karena itu dibutuhkan biaya yang lebih besar pada pembelian mesin produksi, biaya pembangunan, dan modal kerja.
Pendirian ketiga industri diasumsikan berada di kawasan pabrik refinery
25 gabungan dari biaya variabel dan biaya tetap. Komposisi modal kerja Rencana 1, 2, dan 3 disajikan pada Lampiran 17, Lampiran 18, dan Lampiran 19.
Pembiayaan
Pendirian industri Rencana 1 dan 2 dibiayai dengan modal sendiri dan modal pinjaman dari Bank dengan perbandingan 65:35. Hal ini mengacu pada kebijakan salah satu Bank yaitu Bank Mandiri bahwa maksimal porsi pembiayaan bank baik untuk modal investasi ataupun modal kerja maksimal hanya 65%. Lama masa peminjaman kredit modal investasi tetap adalah 5 tahun sedangkan untuk kredit modal kerja 3 tahun. Bunga ditetapkan 13.5% untuk kredit bunga modal investasi tetap maupun modal kerja. Hal Ini mengacu pada bunga yang diberlakukan di Bank Mandiri. Pembayaran bunga ditetapkan dengan menggunakan metode slidding rate. Struktur pembiayaan pada Rencana 1, 2 dan 3 disajikan pada Lampiran 27, Lampiran 28, dan Lampiran 29.
Prakiraan Biaya dan Penerimaan
Biaya operasional yang dikeluarkan terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh naik turunnya produksi yang dihasilkan sedangkan biaya variabel dipengaruhi oleh naik turunnya produksi. Biaya tetap antara lain biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya administrasi kantor, biaya utilitas kantor, biaya pemeliharaan, pajak, dan penyusutan. Biaya variabel industri antara lain biaya bahan baku dan bahan penolong, biaya utilitas produksi, dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya operasional Pada Rencana 1 dibagi menjadi dua yakni biaya operasional untuk produksi biodiesel (Lampiran 20) dan biaya operasional untuk produksi paving block (Lampiran 21). Biaya operasional Rencana 2 dan 3 disajikan pada Lampiran 22 dan Lampiran 23.
Perkiraan penerimaan seluruhnya berasal dari penjualan biodiesel dan
26
pinjaman modal investasi dan modal kerja sedangkan pada tahun keenam sampai kesepuluh sudah tidak ada lagi pembayaran pinjaman.
Tabel 14 Penerimaan industri biodiesel dan paving block yang terintegrasi dengan pabrik refinery CPO (Rencana 1) (dalam jutaan rupiah)
Tahun Biaya total Penerimaan Keuntungan Keuntungan (%)
1 17 818 21 267 3 449 19
2 17 620 21 267 3 647 21
3 17 418 21 267 3 849 22
4 17 217 21 267 4 050 24
5 17 056 21 267 4 211 25
6 16 896 21 267 4 371 26
7 16 896 21 267 4 371 26
8 16 896 21 267 4 371 26
9 16 896 21 267 4 371 26
10 16 896 21 267 4 371 26
Tabel 15 Penerimaan industri paving block yang terintegrasi dengan pabrik
refinery CPO (Rencana 2) ( dalam ribuan rupiah)
Tahun Biaya total Penerimaan Keuntungan Keuntungan (%)
1 11 956 13 168 1 212 10
2 11 881 13 168 1 287 11
3 11 805 13 168 1 363 12
4 11 730 13 168 1 438 12
5 11 683 13 168 1 485 13
6 11 636 13 168 1 532 13
7 11 636 13 168 1 532 13
8 11 636 13 168 1 532 13
9 11 636 13 168 1 532 13
27 Tabel 16 Penerimaan industri biodieselyang terintegrasi dengan pabrik refinery
CPO (Rencana 3) ( dalam ribuan rupiah)
Tahun Biaya total Penerimaan Keuntungan Keuntungan (%)
1 9 514 1 185 12 087 27.04
Tabel 17 Proyeksi laba rugi Rencana 1, Rencana 2, dan Rencana 3
Periode Nilai (ribuan rupiah) aliran kas keluar setiap tahun. Menurut Soeharto (2000) aliran kas proyek terdiri dari aliran kas awal, aliran kas periode operasi, dan aliran kas terminal. Aliran kas awal merupakan pengeluaran untuk merealisasikan gagasan sampai menjadi kenyataan fisik, misalnya aliran kas langsung pengeluaran biaya pembangunan pabrik. Aliaran kas periode operasi merupakan aliran kas yang masuk dari penjualan produk dan aliran kas yang keluar yang terdiri dari biaya produksi, pemeliharaan, depresiasi dan pajak. Aliran kas terminal adalah aliran kas yang didapat pada saat proyek berakhir, aliran kas ini terdiri dari dari nilai sisa (salvage value) aktiva tetap dan pengembalian (recovery) modal kerja. Proyeksi arus kas Rencana 1, 2, dan 3 disajikan pada Lampiran 33, Lampiran 34, dan Lampiran 35.
Break Even Point (BEP)
28
biaya produksi yang dikeluarkan. Selain dapat menghubungkan antara volume penjualan, harga satuan dan laba, BEP juga memberikan informasi mengenai hubungan antara biaya tetap dan biaya variabel. Dengan demikian BEP menunjukkan jumlah produksi minimum yang harus dipenuhi setiap tahun agar industri tidak mengalami kerugian. BEP Rencana 1, 2, dan 3 disajikan pada Lampiran 36, Lampiran 37, dan Lampiran 38.
Kriteria Investasi Rencana 1
Hasil perhitungan terhadap kriteria investasi pada Rencana 1, yaitu industri biodiesel dan paving block yang terintegrasi dengan pabrik refinery CPO disajikan pada Tabel 18. Kegiatan produksi biodiesel dan paving blok pada Rencana 1 menghasilkan NPV lebih besar dari nol. Hal ini berarti bahwa Rencana 1 layak untuk dijalankan. Nilai NPV ini juga menyatakan jumlah manfaat bersih yang diterima dari pendirian industri selama umur proyek terhadap tingkat bunga yang berlaku, yaitu 13.5%. Nilai IRR yang diperoleh sebesar 30% menyatakan bahwa Rencana 1 layak dijalankan, karena memiliki tingkat pengembalian internal usaha yang lebih besar dari discount rate yang berlaku, yaitu 13.5%. Nilai net B/C lebih besar dari satu yaitu sebesar 1.89, artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan selama umur proyek, akan menghasilkan manfaat bersih sebesar 1.89 rupiah. Perhitungan PBP investasi Rencana 1 terjadi pada antara tahun kelima dan keenam. Waktu pengembalian investasi ini lebih cepat sebelum umur industri berakhir. Berdasarkan empat kriteria investasi yang digunakan yaitu NPV, IRR, B/C ratio, dan PBP menunjukkan bahwa industri biodiesel dan paving block yang terintegrasi dengan pabrik refinery CPO (Rencana 1) layak dijalankan.
Tabel 18 Kriteria kelayakan investasi Rencana 1 Kriteria kelayakan Nilai Satuan
29 Tabel 19 Kriteria kelayakan investasi Rencana 2
Kriteria kelayakan Nilai Satuan
Perhitungan kelayakan investasi pada Rencana 3 (Tabel 20) menunjukkan bahwa Rencana 3 layak didirikan karena mampu memberikan NPV senilai RP 6 724 688 000 dengan IRR 28%, B/C ratio 1.80 dan tingkat pengembalian modal selama 5.32 tahun.
Tabel 20 Kriteria kelayakan investasi Rencana 3 Kriteria kelayakan Nilai Satuan
Analisa sensitivitas pada Rencana 1 dilakukan terhadap tiga parameter, yaitu kenaikan harga bahan penolong (metanol dan semen), kenaikan suku bunga pinjaman, dan penurunan harga jual produk. Apabila harga metanol dan semen mengalami peningkatan sebesar 20% dan 5%, serta kenaikan suku bunga pinjaman menjadi 15% maka Rencana 1 masih layak untuk didirikan. Namun, bila terjadi kenaikan harga metanol sebesar 25% dan kenaikan harga semen sebesar 10% maka Rencana 1 tidak layak didirikan. Penurunan harga jual biodiesel sebesar 15% dan penurunan harga jual paving block 5% juga membuat Rencana 1 menjadi tidak layak untuk didirikan. Penurunan harga jual produk sangat sensitif karena harga jual yang ditetapkan sudah rendah dan berada di bawah harga pasar saat ini. Rincian analisis sensitivitas disajikan pada Tabel 21.
Analisa sensitivitas pada Rencana 2 dilakukan untuk melihat pengaruh perubahan harga bahan baku semen, harga jual produ, dan perubahan bunga pinjaman. Apabila harga semen mengalamai peningkatan sebesar 5% maka Rencana 2 masih layak untuk didirikan. Kenaikan bunga pinjaman menjadi 15% juga masih membuat Rencana 2 layak dilaksanakan. Namun, bila terjadi kenaikan harga semen sebesar 10% maka industri tidak layak didirikan. Penurunan harga jual paving block sebesar 5% juga mengakibatkan Rencana 2 menjadi tidak layak untuk didirikan. Rincian analisis sensitivitas disajikan pada Tabel 22.
30
Tabel 21 Analisis sensitivitas pada Rencana 1
Perubahan
Tabel 22 Analisis sensitivitas pada Rencana 2
Perubahan
Tabel 23 Analisis sensitivitas pada Rencana 3
31
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil kajian keekonomian pendirian industri berbasis SBE berupa produk biodiesel dan paving block, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Industri biodiesel dan paving block yang terintegrasi dengan pabrik refinery
CPO (Rencana 1) layak untuk dilaksanakan dengan hasil analisis terhadap kriteria investasi NPV Rp 9 369 844 000, IRR 30%, B/C Ratio 1.89, dan PBP 5.1 tahun. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas, industri ini masih layak dijalankan apabila kenaikan harga beli metanol sebesar 20%, kenaikan bunga pinjaman menjadi 15%, dan kenaikan harga beli semen 75% serta apabila terjadi penurunan harga jual biodiesel sebesar 10%. Namun apabila kenaikan harga beli metanol sebesar 50% dan harga beli semen 85% serta penurunan harga jual biodiesel 15%, industri menjadi tidak layak didirikan.
2. Industri paving block yang terintegrasi dengan pabrik refinery CPO (Rencana 2) layak untuk dilaksanakan dengan hasil analisis terhadap kriteria investasi NPV Rp 3 020 274, IRR 28%, B/C Ratio 1.83, dan PBP 5.4 tahun. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas, industri ini masih layak dijalankan apabila kenaikan harga beli semen sebesar 5%, kenaikan bunga pinjaman menjadi 15%, dan penurunan harga jual paving block 2%. Namun apabila kenaikan harga beli beli semen sebesar 10% dan penurunan harga jual paving block sebesar 5%, industri menjadi tidak layak didirikan.
3. Industri biodiesel yang terintegrasi dengan pabrik refinery CPO (Rencana 3) layak untuk dilaksanakan dengan hasil analisis terhadap kriteria investasi NPV RP 6 724 688 000, IRR 28%, B/C Ratio 1.80, dan PBP 5.32 tahun. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas, industri ini masih layak dijalankan apabila kenaikan harga beli metanol sebesar 10%, kenaikan bunga pinjaman menjadi 15%, dan penurunan harga jual biodiesel 10%. Namun apabila kenaikan harga beli beli metanol sebesar 20% dan penurunan harga jual biodiesel sebesar 12%, industri menjadi tidak layak didirikan.
4. Dari ketiga pilahan rencana yang telah dilakukan, rencana yang paling menguntungkan adalah Rencana 1 karena memberikan kriteria kelayakan investasi yang lebih tinggi daripada Rencana 2 dan 3 dan nilai sensitivitas yang lebih rendah daripada Rencana 2 dan 3.
Saran
32
DAFTAR PUSTAKA
Adji DK. 2011. Ananlisis Kelayakan Pendirian Usaha Pembuatan Bataki, Bis Beton, dan Paving Block. Skripsi. Yogyakarta (ID): Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2006. Standar Nasional Indonesia No. 04-7182-2006tentang biodiesel. Jakarta (ID): BSN.
_____. 1996. Standar Nasional Indonesia No. 03-0691-1996 tentan bata beton (paving block). Jakarta (ID): BSN.
Bank Indonesia. 2011. Berita Properti 2011. Jakarta (ID): Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia.
Kadariah L, Karlina dan C Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek Edisi Revisi. Jakarta (ID) : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
[Kementerian ESDM] Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral. 2011a. Statistik Energi Baru dan Terbarukan. Jakarta (ID): Kementerian ESDM. __________________. 2011b. Handbook of Energy & Economic Statistic of
Indonesia 2011. Jakarta (ID): Pusdatin ESDM.
__________________. 2012. Handbook of Energy & Economic Statistic of Indonesia 2012. Jakarta (ID): Pusdatin ESDM.
Kotler P. 2000. Marketing Management. New Jersey (US) : Prentice Hall.
Mardiko Sudrajat Mukti. 2014. Fromulasi paving block dari berbagai bahan berbasis limbah padat spent bleaching earth. Skripsi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Mubarok Z. 2014. Uji Kinerja Reaktor 100 L Pada Proses Produksi Biodiesel dari Residu Minyak Sawit dalam Tanah Pemucat Bekas Secara In Situ. Skripsi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Permana DG. 2011. Recovery Minyak Sawit dari Limbah Bahan Pemucat dengan Metode Ekstraksi Menggunakan Pelarut Organik. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Insitut Pertanian Bogor (ID). Bogor.
Peters MS, Klaus DT, Ronald E.W. 2004. Plant Design and Economic Chemichal Engineering. New York (US): McGraw-Hill.
Pollard SJT. 1990. Low-cost adsorbents from industrial wastes. PhD Thesis. London (UK): Imperial College.
Sahirman. 2009. Perancangan Proses Produksi Biodisel dari Biji Nyamplung (Calopyllum inophyllum). Disertasi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Soeharto I. 1999. Manajemen Proyek dari Konseptual Sampai Operasional.
Jakarta (ID): Erlangga.
_____________. 2000. Manajemen Proyek dari Konseptual Sampai Operasional. Jakarta (ID): Erlangga.
Sutojo S. 1983. Studi Kelayakan Proyek. Jakarta (ID): PT. Pustaka Binaman Pressindo.
Taylor DR, Jenkins DB. 1999. Factors Affecting the Pyrophoristy of Spent Bleaching Clay. JAOCS. 67:678.
33 Lampiran 1 Rekap hasil kuesioner wawancara terhadap pengguna paving block
No Nama Badan Usaha Pernah
menggunakan
Rata-rata pemakaian (m2/proyek)
Waktu pemenuhan (hari)
Kemungkinan menggunakan ke
depan
1 Karya Darma, CV. Ya 160 7 Pasti
2 Setya Darma, PT. Ya 80 7 Pasti
3 Wahyu Perdana, CV. Ya 200 2 Pasti
4 Pilar Kencana, CV. Ya 600 7 Pasti
5 Dimas, CV. Ya 100 7 Pasti
6 Ajisoko, CV. Ya 24 4 Pasti
7 Rejo Agung, CV. Ya 3 3 Pasti
8 Agung Waskita, PT. Ya 9 10 Pasti
9 Sumber Rejo, PT. Ya 15 14 Pasti
10 Makarti Utama, CV. Ya 6 3 Pasti
11 Jaya Teknik, CV. Ya 9 10 Pasti
12 Andyka, CV. Ya 400 2 Pasti
13 Margo Mulyo, CV. Ya 200 2 Pasti
14 Hananta, CV. Ya 125 6 Pasti
15 Bpk. Tatang (Perorangan) Ya 30 3 Pasti
16 Bpk. Juremi (Perorangan) Ya 325 7 Pasti
17 Prima Graha Sentosa, PT. Ya 15 2 Pasti
Rata-rata 135 6
Lampiran 2 Syarat mutu biodiesel menurut SNI-04-7182-2006
No Parameter Satuan Nilai
1 Massa jenis pada 40 0C kg/m3 850 – 890
2 Viskositas kinematic pada 40 0C mm2/s (cSt) 2.3 – 6.0
3 Angka setana min. 51
4 titik nyala (mangkok tertutup) 0C min. 100
5 Titik kabut 0C maks. 18
6 Korosi lempeng tembaga (3 jam pada 50 0C)
maks. No 3 7 Residu karbon
- dalam contoh asli, atau - dalam 10% ampas distilasi
%-massa
maks. 0.05 maks. 0.03
8 Air dan sedimen %-vol. maks. 0.05*
9 temperature distilasi 90% 0C maks. 360
10 Abu tersulfatkan %-massa maks. 0.02
11 belerang ppm-m (mg/kg) maks. 10
12 Fosfor ppm-m (mg/kg) maks. 10
13 Angka asam mg-KOH/g maks. 0.8
14 Gliserol bebas %-massa maks 0.02
15 Gliserol total %-massa maks. 0.24
16 Kadar ester alkil %-massa min. 96.5
17 Angka iodium %-massa
(g-I2/100 g)
maks. 115
18 Uji Halphen Negatif
35 Lampiran 3 Syarat mutu paving block menurut SNI-03-0691-1996
Sifat tampak :
Paving block harus mempunyai permukaan yang rata, tidak terdapat retak-retak dan cacat, bagian sudut dan rusuknya tidak mudah direpihkan dengan kekuatan jari tangan.
Ukuran :
Paving block harus mempunyai ukuran tebal nominal minimum 60 mm dengan toleransi + 8%.
Sifat fisik :
Mutu
Kuat tekan (MPa) Ketahanan aus (mm/menit) Penyerapan air rata-rata maks.
(%)
Rata-rata Min. Rata-rata Min.
A 40 35 0.090 0.103 3
B 20 17.0 0.130 0.149 6
C 15 12.5 0.160 0.184 8
D 10 8.5 0.219 0.251 10
Klasifikasi :
Paving block mutu A digunakan untuk jalan
Paving block mutu B digunakan untuk pelataran parkir
Paving block mutu C digunakan untuk pejalan kaki
Paving block mutu D digunakan untuk taman dan penggunaan lain
36
Lampiran 4 Proses produksi biodiesel
Spent bleaching earth
Esterifikasi in situ 3 jam 730 rpm 650C
Transesterifikasi in situ 90 menit 730 rpm 650C
Filtrasi
Filtrat
Distilasi
Biodiesel kasar
Pemisahan gliserol 24 jam
Pencucian Kering
Biodiesel murni Metanol 6:1 (v/b)
H2SO4
1.5% (v/b)
NaOH 1.5%
(b/b) +
metanol
SBE sisa
Metanol
Gliserol
37 Lampiran 4 (lanjutan proses produksi biodiesel)
Lampiran 5 Proses produksi paving block
Pengadukan
Pengeringan Pencetakan
Paving block
Pasir Semen
38
39 Lampiran 7 Neraca massa produksi paving block Rencana 1
Pengadukan 91.875 kg
Pengeringan Pencetakan
Paving block
30.625 pcs (680 m2)
Pasir 56.000 kg Semen
17.500 kg
SBE 14.000 kg Air
40
Lampiran 8 Neraca massa produksi paving block Rencana 2
Pengadukan 102.000 kg
Pengeringan 41 hari Pencetakan
Paving block
32.380 pcs (719.5 m2)
Pasir 62.172 kg Semen
19428,6 kg
SBE 15.543 kg Air
42
Lampiran 10 Kebutuhan listrik pada Rencana 1
Unit Jumlah Daya listrik
Lampiran 11 Kebutuhan listrik pada Rencana 2
Unit Jumlah Daya listrik
Lampiran 12 Kebutuhan listrik pada Rencana 3
44
Lampiran 13 Kebutuhan luas ruang produksi biodiesel dan paving block (lanjutan)
Proses Mesin/Alat Jumlah P
(m) L (m)
Sub mesin
(m)
Sub operator
(m)
Subtotal (m2)
Total (150%)
(m2)
Recovery metanol
Distilation tank 1 1.6 1.6 2.56 1.6 4.16 6.24
Metanol tank recovery 1 2.4 2.4 5.76 2.4 8.16 12.24
Kondensor distilasi 1 0.3 0.3 0.09 0.3 0.39 0.58
Sumber energi Boiler 1 3.76 2.2 8.272 3.76 12.032 18.1
Produksi Paving Block
Pengayakan pasir Mesin pengayak 1 3.5 1.4 4.9 3.5 8.4 12.6
Penimbangan bahan
baku Timbangan digital 1 1.5 1.5 2.25 1.5 3.75 5.6
Pencampuran dan
pencetakan Mesin paving H-612DL 2 17 3 102 17 119 178.5
45 Lampiran 14 Rincian kebutuhan investasi Rencana 1
Komponen Deskripsi Jumlah Satuan Harga/satuan
(ribuan rupiah)
Tangki penyimpanan H2SO4 1 42,500 42,500
Tangki penyimpanan metanol 1 1 552,500 552,500
Tangki penyimpanan metanol 2 1 527,500 527,500
Tangki penyimpanan NaOH/pripared tank 1 64,895 64,895
Filter 2 46,302 92,604
Filtrat tank 1 185,660 185,660
Distilation tank 1 79,674 79,674
Recovered methanol tank 1 135,000 135,000
Kondensor distilasi 1 235,000 235,000
Tangki Crude biodiesel 1 185,660 185,660
Settling tank 1 72,276 72,276
Tangki gliserol 1 64,895 64,895
Tangki pencucian kering 1 172,847 172,847
Boiler steam 1 316,192 316,192
Harga mesin produksi paving block
Mesin paving type QTJ4-26C 2 56,910 113,820
Sand screener 1 39,837 39,837
Forklift 1 95,000 95,000
46
Lampiran 14 Rincian kebutuhan investasi Rencana 1 (lanjutan)
Komponen Deskripsi Jumlah Satuan Harga/satuan
(ribuan rupiah)
Proses produksi paving block 191.1 1,000 191,100
Laboratorium produksi paving block 9 1,000 9,000
Penyimpanan bahan baku PB 162 600 97,200
Penjemuran PB 1,111 400 444,400
Penyimpanan produk biodiesel 3.96 1,000 3,960
Laboratorium produksi biodiesel 40 1,000 40,000
Kantor 52 2,000 104,000
Perlengkapan laboratorium PB 1 15,000 15,000
Perlengkapan laboratorium Biodiesel 1 30,000 30,000
Perlengkapan pemeliharaan 1 7,000 7,000
Perlengkapan keamanan/ADP 1 7,000 7,000
47 Lampiran 14 Rincian kebutuhan investasi Rencana 1 (lanjutan)
Komponen Deskripsi Jumlah Satuan Harga/satuan
(ribuan rupiah)
Total (ribuan rupiah)
Subtotal 130,690
Biaya instalasi Pemipaan 1 paket 2,232,533 2,232,533
listrik 1 363,145 363,145
Biaya kendaraan Truck operasional 1 unit 200,000 200,00
Biaya prainvestasi 42,000
Biaya kontingensi 763,251
Bunga selama pembangunan 736,728
Modal kerja 1,407,722
48
Lampiran 15 Rincian kebutuhan investasi Rencana 2
Komponen Deskripsi Jumlah Satuan Harga/satuan
(ribuan rupiah)
Mesin paving type QTJ4-26C 2 56,910 113,820
Sand screener 1 39,837 39,837
Laboratorium produksi paving block 9 1,000 9,000
Penyimpanan bahan baku PB 162 600 97,200
Penjemuran PB 1,111 400 444,400
Perlengkapan laboratorium PB 1 15,000 15,000
Perlengkapan pemeliharaan 1 7,000 7,000
Perlengkapan keamanan/ADP 1 7,000 7,000
49 Lampiran 15 Rincian kebutuhan investasi Rencana 2 (lanjutan)
Komponen Deskripsi Jumlah Satuan Harga/satuan
(ribuan rupiah)
Total (ribuan rupiah)
Subtotal 83,575
Biaya instalasi
Air 1
paket
640 640,000
Listrik 1 2,000 2,000
Telepon 1 500 500
Biaya kendaraan Truck operasional 1 unit 200,000 200,00
Biaya prainvestasi 12,500
Biaya kontingensi 223,407
Bunga selama pembangunan 215,644
Modal kerja 969,677