• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Usaha Ternak Tikus (Rattus norvegicus) dan Mencit (Mus musculus) di Fakultas Peternakan IPB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pengembangan Usaha Ternak Tikus (Rattus norvegicus) dan Mencit (Mus musculus) di Fakultas Peternakan IPB"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK TIKUS

(Rattus

norvegicus)

DAN MENCIT

(Mus musculus)

DI FAKULTAS PETERNAKAN

IPB

ARMA ADITYA KARTIKA

DEPARTEMAN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul. Strategi Pengembangan Usaha Ternak Tikus (Rattus norvegicus) dan Mencit (Mus musculus) di Fakultas Peternakan, IPB adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

(4)

ii

ABSTRAK

ARMA ADITYA KARTIKA. Strategi Pengembangan Usaha Ternak Tikus (Rattus norvegicus) dan Mencit (Mus musculus) di Fakultas Peternakan, IPB. Dibimbing Oleh HOTNIDA C.H SIREGAR dan ASNATH MARIA FUAH.

Usaha peternakan tikus putih dan mencit umumnya masih bersifat sampingan, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa usaha tersebut dapat dikembangkan mejadi usaha yang menguntungkan karena selisih antara permintaan dan suplai masih cukup jauh. Perumusan strategi penting dilakukan sebagai referensi untuk mengembangkan sebuah usaha. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi pengembangan usaha ternak tikus dan mencit bagi Laboratorium Aneka Ternak. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan wawancara dan dianalisis dengan IFE, EFE, SWOT, dan QSPM. Analisis IFE menunjukkan bahwa perusahaan berada pada kondisi yang cukup baik (IFE Skor: 2.5602) dengan menggunakan SOP yang mencakup sistem perkawinan, kebersihan kandang, penanganan limbah dan pemasaran untuk menyusun perencanaan jangka panjang. EFE matrix analisis menunjukkan bahwa perusahaan mampu menggunakan peluang (permintaan tinggi dan berpeluang menjalin kerjasama dengan lembaga penelitian dan penangkaran reptil) meski terdapat ancaman (tingginya biaya produksi karena kenaikan harga BBM) (EFE Skor: 3.0353). IE matriks menunjukkan bahwa Laboratorium aneka ternak berada pada

posisi “Tumbuh dan Berkembang” dan strategi yang tepat yaitu strategi intensif

atau integrasi. Alternatif strategi dirumuskan menggunakan matriks SWOT dan dipilih berdsaarkan QSPM. Analisis QSPM menunjukan strategi prioritas yang terpilih adalah menjalin lebih banyak kemitraan dengan lembaga penelitian maupun penangkaran reptil. (TAS: 18.5633).

(5)

iii

ABSTRACT

ARMA ADITYA KARTIKA. Business Development Strategies of Rats (Rattus norvegicus) and Mice (Mus musculus) Farm at Faculty of Animal Science, IPB. Supervised by HOTNIDA C.H SIREGAR and ASNATH MARIA FUAH.

White rats and mice farm business is still considered as secondary enterprise, but it play significant role in providing laboratory animal and need to be developed into profitable business because there is a gap between demand and supply. Strategy formulation through strategies planning and analysis can be used as a reference to develop the business. This research aimed to formulate development strategies for white rat and mice enterprise. The data were obtained using questionnaire and interview then the strategies were analyzed using internal factor evaluation (IFE), external factor evaluation (EFE), internal-external matrix (IE), SWOT, and QSPM analysis. IFE analysis showed that the company was in fairly good condition (IFE score: 2.5602) including the management using standard operational procedure (SOP) that comprise breeding system, cage hygiene, waste management and marketing. EFE matrix analysis showed that the

company could use the opportunity (“high demand” and “cooperation with

research institutions and reptiles breeders”) even though there was a threat (“high production cost due to increased fuel costs”) (EFE Score: 3.0353). IE matrix showed that the Aneka Ternak laboratory’s rat and mice farm was in “Growth and

Build” position and the right strategy is intensive or integration strategy.

Alternative strategies were formulated using SWOT matrix and its priority was set by QSPM analysis. QSPM analysis showed that the priority strategy needed would be to establish more partnerships with research institutions and reptiles breeders to improve marketing channels (TAS Score: 18.5633).

(6)

iv

DEPARTEMAN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK TIKUS

(Rattus norvegicus)

DAN MENCIT

(Mus musculus)

DI FAKULTAS PETERNAKAN

IPB

ARMA ADITYA KARTIKA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

Pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

i

Judul Skripsi : Strategi Pengembangan Usaha Ternak Tikus (Rattus norvegicus) dan Mencit (Mus musculus) di Fakultas Peternakan IPB

Nama : Arma Aditya Kartika

NIM : D14114007

Disetujui oleh

Ir Hotnida C.H. Siregar, MSi Pembimbing I

Dr Ir Asnath M. Fuah, MS.

Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Muladno, MSA Ketua Departeman

(8)

ii

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi merupakan salah satu syarat penyelesaian pendidikan pada Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini disusun berdasarkan penelitian yang dilakukan di Laboratorium Aneka Ternak yang merupakan bagian dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor selama tiga bulan dari tanggal 1 Juli 2013 hingga 30 September 2013.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi terhadap penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Ayah dan Ibu serta keluarga yang telah memberikan dukungan baik moral maupun material. Ir Honida C.H. Siregar, MSi selaku dosen pembimbing utama yang telah bersedia meluangkan waktu dan pemikiran hingga skripsi ini selesai. Dr Ir Asnath M. Fuah, MS. Selaku dosen pembimbing anggota yang telah bersedia meluangkan waktu dan pemikiran hingga skripsi ini selesai. Bapak Parsaoran Silalahi, SPt, MSi selaku manajer produksi ternak tikus dan mencit yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di Laboratorium Aneka Ternak. Serta seluruh rekan-rekan mahasiswa program Alih Jenis dan IPTP yang senantiasa memberikan motivasi dan doa hingga skripsi ini selesai.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bogor, Februari 2014

(9)

iii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL iii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Ruang Lingkup Penelitian 1

MATERI DAN METODE 2

Lokasi dan Waktu 2

Metode 2

Analisis Data 2

Internal Faktor Evaluation (IFE) 2

External Faktor Evaluation (EFE) 3

Analisis Matriks I-E (Internal-External) 4

Analisis SWOT 5

Analisis QSPM (Quantitative Strategic Planing Matrix) 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Taksonomi Tikus dan Mencit 7

Gambaran Umum Usaha 7

Analisis Matriks IFE dan Matriks EFE 9

Matriks IFE 9

Matriks EFE 10

Analisis Matriks I-E (Internal-External) 11

Analisis Matriks SWOT 11

Penyusunan Prioritas Strategi dengan Metode QSPM 13

Implikasi Manajerial 14

SIMPULAN DAN SARAN 15

Simpulan 15

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN 17

DAFTAR TABEL

1 Contoh matriks IFE ... 3

2 Contoh matriks EFE ... 4

3 Matriks analisis SWOT ... 5

4 Matriks analisis QSPM ... 6

5 Taksonomi tikus dan mencit ... 7

6 Daftar harga dan produk Laboratorium Aneka Ternak tahun 2013 ... 8

7 Analisis matriks IFE ... 9

8 Analisis matriks EFE ... 10

(10)
(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Usaha peternakan tikus putih dan mencit umumnya masih bersifat sampingan, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa usaha tersebut dapat dikembangkan mejadi usaha yang menguntungkan dan dapat menopang kebutuhan hidup pelaku usaha tersebut. Potensi usaha ternak ini masih sangat besar karena pelaku usaha ternak tikus dan mencit masih sangat jarang dan permintaan pasar cukup tinggi. Usaha ternak tikus putih dan mencit dapat dirintis dengan modal kecil, tidak membutuhkan lahan yang luas, serta teknik budidaya yang lebih mudah. Tikus putih dan mencit dibudidayakan untuk berbagai keperluan antara lain: hewan percobaan, pakan reptil, dan pakan burung predator. Bahkan pada tahun 1995 Koperasi Unit Desa Tani Mukti, Karangampel, Indramayu memanfaatkan kulit tikus untuk disamak dan dijadikan sebagai bahan baku pembuatan dompet dan jaket (Mulyadi 1995).

Tikus putih dan mencit merupakan hewan laboratorium yang sering digunakan untuk berbagai macam keperluan percobaan karena kemampuan reproduksi tinggi (sekitar 10-12 anak/kelahiran), harga dan biaya pemeliharaan relatif murah, serta efisien dalam waktu karena sifat genetik dapat dibuat seragam dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan ternak besar (Arrington 1972). Menurut Schuler (2006), genome mencit, sapi, babi dan manusia sangat mirip, sehingga dapat mencit digunakan sebagai hewan model untuk mempelajari pengetahuan dasar genetika kualitatif dan kuantitatif maupun metode pemuliaan.

Analisis strategi pengembangan usaha penting dilakukan guna merumuskan strategi yang dapat digunakan sebagai acuan untuk pengembangan sebuah usaha atau bisnis. Analisis strategi pengembangan usaha ternak tikus dan mencit di Laboratorium Aneka Ternak, Fakultas, Peternakan, Institut Pertanian Bogor diharapkan dapat membantu pihak manajer produksi dalam pengambilan keputusan terkait pengembangan usaha ternak yang dijalankannya.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi yang tepat untuk mengembangkan usaha ternak tikus dan mencit di Laboratorium Aneka Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Ruang Lingkup Penelitian

(12)

2

MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan di Laboratorium Aneka Ternak, Fakultas, Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan selama 3 bulan mulai dari tanggal 1 Juli hingga 30 September 2013.

Metode

Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang meliputi analisis strategi pengembangan usaha ternak tikus dan mencit. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden yang terdiri dari peternak tikus dan mencit, konsumen perantara (pedagang tikus/mencit), dan konsumen langsung. Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur yang relevan dengan penelitian serta data dari dinas-dinas dan lembaga-lembaga terkait. Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data adalah daftar pertanyaan (kuesioner) yang akan digunakan saat wawancara.

Analisis Data

Analisis strategi pengembangan usaha ternak tikus dan mencit dimulai dari tahap analisis faktor internal dan eksternal kemudian dilanjutkan dengan analisis SWOT untuk merumuskan strategi dan QSPM untuk menentukan strategi yang akan dipilih. Metode analisis faktor internal dan eksternal, SWOT serta QSPM dijabarkan sebagai berikut:

Internal Faktor Evaluation (IFE)

Matriks IFE digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal perusahaan yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Data dan informasi aspek internal perusahaan dapat digali dari beberapa fungsional perusahaan, misalnya dari aspek manajemen, keuangan, sumber daya manusia, pemasaran, sistem informasi dan produksi operasi (Umar 2005).

David (2009), Matriks IFE adalah alat perumusan strategi yang digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area-area fungsional bisnis, dan juga menjadi landasan untuk mengidentifikasi serta mengevaluasi hubungan diantara area tersebut, penilaian intuitif digunakan dalam pengembangan Matriks Evaluasi Faktor Internal, sehingga tampilan ilmiahnya tidak boleh ditafsirkan sebagai bukti bahwa teknik ini benar-benar tanpa celah. Pemahaman yang menyeluruh mengenai faktor-faktor yang mencakup didalamnya lebih penting daripada angka-angka yang ada. Seperti halnya matriks EFE, matiks IFE (Tabel 1) dapat dikembangkan dalam 5 langkah:

(13)

3

kelemahan. Daftar dibuat spesifik dengan menggunakan persentase, rasio, dan angka-angka perbandingan.

b. Memberi bobot pada setiap faktor tersebut dari 0.0 (tidak penting) sampai 1.0 (semua penting). Bobot yang diberikan pada suatu faktor tertentu menandakan signifikasi relatif faktor tersebut bagi keberhasilan industri perusahaan. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1.0.

c. Memberi peringkat 1 sampai 4 pada setiap faktor untuk mengindikasikan apakah faktor tersebut sangat lemah (peringkat = 1), lemah (peringkat = 2), kuat (peringkat = 3), atau sangat kuat (peringkat = 4).

d. Mengalikan bobot setiap faktor dengan peringkatnya untuk menentukan skor bobot bagi masing-masing variabel.

e. Menjumlahkan skor bobot masing-masing variabel untuk memperoleh skor bobot total organisasi.

Total skor IFE dibagi menjadi tiga kategori, yaitu 1.0 – 1.99 menunjukan posisi internal lemah; 2.0 – 2.99 menunjukan kondisi internal rata-rata, 3.0 – 4.0 menunjukan kondisi internal yang kuat (David 2006).

Tabel 1 Contoh matriks IFE (Internal Factor Evaluation)

Faktor Internal Rating Bobot Skor Kekuatan

Kelemahan

External Faktor Evaluation (EFE)

Matriks EFE (Tabel 2) digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal perusahaan. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal yang menyangkut persoalan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan politik, pemerintahan, hukum, teknologi, persaingan di pasar industri, di mana perusahaan berada dan data yang relevan lainnya. Hal ini penting, karena faktor eksternal berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap perusahaan (David 2006). Matriks EFE (External Faktor Evaluation), Memungkinkan para penyusun strategi untuk meringkas dan mengevaluasi informasi ekonomi sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi, dan persaingan (David 2009). Matriks Evaluasi Faktor Eksternal dapat dikembangkan dalam lima langkah :

a. Membuat daftar faktor eksternal utama melalui interview dengan manajer produksi. Masukan beberapa faktor yang termasuk peluang dan ancaman yang mempengaruhi perusahaan dan industrinya. Peluangnya lebih dahulu didaftar dari pada ancaman. Penggunaan persentase, rasio, dan nilai komparatif lebih diutamakan jika dimungkinkan.

b. Memberi bobot pada setiap faktor tersebut berkisar dari 0.0 (tidak penting) hingga 1.0 (sangat penting). Bobot itu mengindikasikan signifikasi relatif dari suatu faktor terhadap keberhasilan perusahaan. Jumlah total seluruh bobot yang diberikan pada faktor itu harus sama dengan 1.0.

(14)

4

faktor tersebut, skor 4 = respon sangat bagus, 3 = respon di atas rata-rata, 2 = respon rata-rata, 1 = respons di bawah rata-rata. Peringkat didasarkan pada keefektifan strategi perusahaan.

d. Mengalikan bobot setiap faktor dengan peringkatnya untuk menentukan skor bobot.

Menjumlahkan skor rata-rata untuk setiap variabel guna menentukan skor bobot total untuk organisasi.

Total skor EFE dibagi menjadi tiga kategori. Total skor 1.0 – 1.99 menunjukan respon perusahaan terhadap kondisi eksternal perusahaan rendah, 2.0

– 2.99 menunjukan respon perusahaan terhadap kondisi eksternal perusahaan sedang, dan 3.0 – 4.0 menunjukan respon perusahaan terhadap kondisi eksternal perusahaan tinggi (David 2006).

Tabel 2 Contoh matriks EFE

Faktor Eksternal Rating Bobot Skor

Peluang

Analisis Matriks I-E (Internal-External)

David (2009) berpendapat bahwa untuk melihat strategi mana yang tepat untuk diterapkan oleh perusahaan yang memiliki unit-unit bisnis digunakan matriks Internal-External (Gambar 1). Matriks I-E melibatkan divisi-divisi dala organisasi ke dalam diagram skematis. Matriks Internal-External dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian utama yang memiliki implikasi strategi yang berbeda, yaitu:

a. Divisi yang berada pada sel I, II, atau IV dapat melaksanakan strategi pengembangan dan pembangunan (Growth and Build).

b. Divisi yang berada pada sel III, V, atau VII dapat melaksanakan strategi mempertahankan dan memelihara (Hold and maintain).

c. Divisi yang berada pada sel VI, VIII, atau IX yakni strategi mengambil hasil atau melepaskan (Harvest or divest).

(15)

5

Gambar 1 Matriks I-E (Internal-External) (David 2009) Analisis SWOT

Matriks SWOT dibuat menggunakan faktor strategi (eksternal maupun internal) sebagaimana telah dilakukan pada tahap sebelumnya, yakni analisis matriks IFE dan EFE. Peluang dan ancaman yang terdapat dalam matriks EFE serta kekuatan dan kelemahan yang terdapat matriks IFE dipindahkan dalam satu tabel yang sesuai dengan matriks SWOT (Tabel 3). Berdasarkan pendekatan tersebut, dibuat berbagai kemungkinan alternatif strategi (SO, ST,WO, WT).

Matriks kekuatan-kelemahan-peluang-ancaman (strengths-weaknesses-oportunities-threats-SWOT) adalah sebuah alat pencocokan penting yang membantu para manajer mengembangkan empat jenis strategi : strategi SO peluang), strategi WO (kelemahan-peluang), strategi ST (kekuatan-ancaman), strategi WT (kelemahan-ancaman). Mencocokan faktor-faktor ekstenal dan internal utama merupakan bagian esensial dalam mengembangkan matriks SWOT, membutuhkkan penilaian yang tepat dan membutuhkan panduan yang benar (David 2009).

Tabel 3Matriks analisis SWOT Faktor Internal

Faktor Eksternal

Kekuatan Kelemahan

Peluang Strategi S-O Strategi W-O

Ancaman Strategi S-T Strategi W-T

Analisis QSPM (Quantitative Strategic Planing Matrix)

(16)

6

diidentifikasi sebelumnya. Jadi, secara konseptual, tujuan QSPM adalah untuk menetapkan kemenarikan relative (relative attractiveness) dari strategi-strategi yang telah dipilih, untuk menentukan strategi mana yang dianggap paling baik untuk diimplimentasikan. QSPM juga membutuhkan intuitive judgement yang baik (David 2002). Analisis QSPM dilakukan pada tahap pemilihan strategi. Langkah-langkah pembuatan QSPM adalah:

a. Membuat daftar peluang dan ancaman kunci eksternal serta kekuatan dan kelemahan kunci internal dari perusahaan ke dalam kolom kiri dalam QSPM. Informasi ini diambil dari matriks EFE dan IFE.

b. Memberi bobot untuk setiap faktor sukses kritis eksternal dan internal. Bobot ini identik dengan yang dipakai dalam matriks IFE dan EFE.

c. Memeriksa tahap 2 (pencocokan), dengan cara mengidentifikasi strategi alternatif yang harus dipertimbangkan perusahaan untuk diimplementasikan. Catat semua alternatif strategi dalam analisis hasil dari matriks IE pada baris atas dari QSPM.

d. Menentukan Nilai Daya Tarik (Attractive Score atau AS) dengan nilai numerik yang menunjukan daya tarik dari setiap strategi dalam kumpulan alternatif tertentu. Nilai daya tarik diberikan pada setiap strategi untuk menunjukan daya tarik relatif pada masing-masing strategi berdasarkan faktor tertentu. Attractive Score dibagi dalam 4 kategoeri, yaitu:1 (tidak menarik), 2 (agak menarik), 3 (cukup menarik) dan 4 (amat menarik). e. Menghitung Total Daya Tarik (Total Attractive Score atau TAS).

Mengalikan nilai bobot (langkah 2) dengan nilai daya tarik (langkah 4) dalam setiap baris. Semakin tinggi total nilai daya tarik, maka semakin menarik alternatif strategi itu (hanya mempetimbangkan faktor sukses kritis dibaris itu).

f. Menghitung Jumlah Total Nilai Daya Tarik (TAS). Menjumlahkan total nilai daya tarik (langkah 5) dalam setiap kolom strategi QSPM. Jumlah total nilai daya tarik menunjukkan prioritas strategi yang paling menarik. Besarnya perbeadaan antara jumlah total nilai daya tarik dari masing-masing alternatif strategi menunjukan seberapa besar strategi tersebut lebih prioritaskan daripada yang lain.

Tabel 4 Matriks Analisis QSPM Faktor-faktor Sukses

Kritia

Skor Bobot

Strategi 1 Strategi 2 Strategi n AS TAS AS TAS AS TAS Kekuatan

Kelemahan

Peluang

(17)

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Taksonomi Tikus dan Mencit

Berdasarkan taksonominya (Tabel 5) tikus putih dan mencit termasuk dalam famili Muridae, akan tetapi berbeda genus dan spesiesnya. Tikus putih termasuk dalam genus Rattus dan spesies Rattus norvegicus sedangkan mencit termasuk dalam genus Mus dan spesies Mus musculus. Tikus putih (Rattus norvegicus) berasal dari Asia Tengah (Malole dan Pramono 1989).

Tabel 5Taksonomi tikus dan mencit

Taksonomi Tikus* Mencit**

Kingdom

*) Robinson (1979) **) Arrington (1972)

Gambaran Umum Usaha

Laboratorium Aneka Ternak merupakan bagian dari Laboratorium Non Ruminansia dan Satwa Harapan, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Ternak tikus putih dan mencit mulai dikembangkan di Laboratorium Aneka Ternak pada tahun 2004 dengan populasi awal 20 induk tikus putih dan 20 induk mencit. Tikus putih dan mencit merupakan mamalia prolifik atau beranak banyak, sehingga populasinya berkembang pesat dalam waktu singkat. Tahun 2009 populasi telah mencapai 1 000 induk mencit dan 1 000 induk tikus putih. Pada skala indukan sebanyak ini timbul masalah pemasaran karena permintaan konsumen tidak sebanding dengan besarnya produksi. Mulai tahun 2010 dan tahun-tahun berikutnya jumlah indukan dikurangi hingga pada tahun 2013 mencapai titik konstan yaitu 600 induk tikus dan 860 induk mencit dengan rata-rata produksi anak lepas sapih per minggu sabanyak 280 ekor tikus dan 300 ekor mencit.

(18)

8

Tabel 6 Daftar harga dan produk Laboratorium Aneka Ternak tahun 2013

No Jenis Produk Harga (Rp)

Sumber daya manusia (SDM) yang digunakan merupakan masyarakat sekitar kampus, karena salah satu tujuan usaha ini adalah memberdayakan masyarakat sekitar kampus. Kendala yang dihadapi dalam SDM ini adalah laju penggantian pegawai tinggi karena ketidakjujuran pegawai. Modal usaha diperoleh dari saham staf pengajar dan dana program UJI-Dikti, sedangkan kontribusi Laboratorium Aneka Ternak yaitu fasilitas kandang dan peralatan. Biaya terbesar dalam usaha ini adalah biaya pakan (78%), sedangkan pendapatan bersih pada tahun 2009 mencapai sekitar 50 juta atau rata-rata 4 juta per bulan (Siregar et al. 2009), kemudian menurun sejalan dengan penurunan populasi indukan. Pendapatan bersih selama penelitian (Juli – September 2013) berkisar antara 3 juta hingga 8 juta.

Kotler dan Armstrong (2008) membagi pasar kedalam segmen dan target. Segmen pasar usaha ini adalah konsumen produk untuk penelitian dan pakan. Lembaga penelitian maupun institusi pendidikan biasanya membutuhkan tikus putih dan mencit yang seragam dari segi bobot badan, umur, maupun jenis kelamin, sedangkan peternak maupun pehobi reptil lebih mengutamakan ukuran produk. Besar kecilnya ukuran produk yang dibeli tergantung pada besar-kecilnya reptil yang mereka pelihara. Target pasar untuk segmen penelitian mencakup lembaga penelitian dan institusi pendidikan. Toko-toko hewan peliharaan (pet shop), penangkaran serta pehobi reptil dan hewan predator (ular, biawak, buaya, kura-kura, dan burng hantu), dan kebun binatang merupakan target dari segmen pakan. Dari keenam target tersebut pet shop dan penagkaran reptil dijadikan terget utama karena frekuensi pembelian mereka lebih setabil dan dalam jumlah besar jika dibandingkan dengan peneliti maupun mahasiswa. Dari seluruh konsumen yang ada 52.63% berasal dari konsumen langsung (pehobi reptil), 31.58% pet shop, dan 15.79 % peneliti. Target pemasaran ini diperoleh secara online maupun promosi langsung.

(19)

9

permintaan pasar cukup tinggi. Salah satu kios di Pasar Hewan Barito mampu menjual berturut-turut 500 dan 200-300 ekor per minggu untuk tikus putih dan mencit. Kebutuhan tersebut dipenuhi dari peternak yang tersebar di wilayah Jabodetabek.

Analisis Matriks IFE dan Matriks EFE

Matriks IFE

Matriks IFE (Tabel 7) dibuat berdasarkan analisis internal Laboratorium Aneka Ternak terkait kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Masing-masing faktor yang teridentifikasi diberi skor bobot denga menentukan peringkat dan bobot dari masing-masing faktor tersebut.

Tabel 7 Analisis matriks IFE

5 Laporan keuangan dilakukan tiap minggu 3.67 0.067 0.2459 6 Rata-rata hasil penjualan menguntungkan 3.67 0.056 0.2055

7 Terdapat SOP yang ketat 4.00 0.067 0.2680

8 Pegawai berpengalaman (Masa kerja sekitar 5

tahun) 3.00 0.051 0.1530

Kelemahan

1 Sistem promosi masih kurang 1.33 0.045 0.0599 2 Jumlah penjualan tidak teratur 1.67 0.051 0.0852

3 Sebagai penerima harga 1.67 0.045 0.0752

4 Sistem keuangan masih dilakukan secara manual

2.00 0.045 0.0900 5 Tidak ada penanggung jawab keuangan 1.33 0.051 0.0678 6 Gaji pegawai belum sesuai standar dan

berimplikasi pada ketidakjujuran.

1.67 0.045 0.0752 7 Belum ada perencanaan jangka panjang 2.00 0.051 0.1020 8 Sistem kandang tradisional 1.33 0.051 0.0678

9 Manajemen stok belum baik 1.33 0.056 0.0745

10 Tingkat pendidkan pegawai rendah 2.00 0.034 0.0680 11 Belum terdapat struktur organisasi yang jelas 1.00 0.051 0.0510

Total 1 2.5602

(20)

10

berdasarkan keinginan konsumen dengan teknik produksi yang seefisien mungkin (Sule dan Saefullah 2005). Pada SOP yang berjalan baik, proses produksi yang dilakukan lebih efisien sehingga menghasilkan keuntungan maksimal (Rp 3.000.000 – Rp 8.000.000). Variasi produk lengkap berada pada posisi kedua sebagai kekuatan perusahan (skor bobot: 0.2480). Konsumen akan lebih loyal apabila produk yang mereka inginkan dapat terpenuhi dari satu sumber (Ostewalder dan Yves 2010).

Kelemahan utama Laboratorium Aneka Ternak adalah belum ada perencanaan jangka panjang (skor bobot 0.1020). Salah satu fungsi perencanaan adalah untuk meminimalisasi ketidakpastian yang mungkin terjadi akibat perubahan situasi maupun kondisi melalui tindakan antisipasi sedini mungkin (Sule dan Saefullah 2005). Secara keseluruhan perusahaan berada pada posos cukup baik (Skor IFE 2.5602) karena dapat memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan (David 2009).

Matriks EFE

Analisis faktor eksternal perusahaan menghasilkan matriks EFE (Tabel 8) yang menunjukkan peluang utama Laboratorium Aneka Ternak adalah permintaan tinggi dan menjadi mitra kerja dengan lembaga penelitian dan penangkaran reptil (skor bobot 0.4294). Kedua faktor tersebut memperoleh skor yang sama karena pada dasarnya permintaan berasal dari kedua segmen tersebut, dengan demikian perusahaan berpeluang menjalin kemitraan dengan keduanya untuk mempermudah dan meningkatkan pemasaran.

Tabel 8 Analisis matriks EFE

No Faktor Eksternal Rating Bobot Skor

Bobot Peluang

1 Skala usaha masih dapat diperbesar 3.33 0.106 0.3530 2 Berpeluang menjadi mitra kerja dengan

lembaga penelitian

3.67 0.117 0.4294

3 Permintaan tinggi 3.67 0.117 0.4294

4 Perkembangan teknologi informasi sebagai sarana promosi

3.33 0.106 0.3530 5 Perkembangan teknologi transportasi sebagai

sarana distribusi produk

2.33 0.074 0.1724

Ancaman

6 Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang berimbas pada kenaikan biaya produksi

3.33 0.117 0.3896 7 Limbah berpotensi mencemari lingkungan 2.33 0.096 0.2237

8 Pesaing baru 2.67 0.085 0.2270

9 Mantan pegawai berpeluang menjadi pesaing 3.00 0.117 0.3510 10 Pakan alternatif bagi pakan reptil 1.67 0.064 0.1069

Total 1 3.0353

(21)

11

produksi. Harga pakan ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah harga BBM. Kenaikan harga BBM menyebabkan kenaikan biaya pakan sebesar 18% dan untuk menutupi biaya tersebut harga produk dinaikkan sekitar 10% untuk produk pakan reptil dan 50% untuk produk khusus penelitian. Kenaikan harga produk untuk pakan reptil tidak sebesar harga produk untuk penelitian bertujuan agar konsumen tidak beralih ke peternak lain.

Kenaikan biaya biaya produksi dapat ditutupi oleh pendapatan dari penjualan kepada segmen konsumen pakan yang permintaanya lebih kontinyu. Meskipun permintaan konsumen segmen penelitian tidak kontinyu, keuntungan yang diperoleh dari segmen pasar ini lebih besar karena harga jual kepada konsumen ini lebih tinggi. Skor EFE dari usaha ini sebesar 3.0353 yang berarti Laboratorium Aneka Ternak mampu memanfaatkan peluang untuk mengatasi ancaman yang ada (David 2009).

Analisis Matriks I-E (Internal-External)

Analisis matriks IE (Internal-External) (Gambar 2) menunjukkan perusahaan saat ini berada pada posisi tumbuh dan berkembang (grow and build). Strategi yang tepat digunakan adalah strategi intensif, misalnya penetrasi pasar, pengembangan pasar, atau pengembangan produk dan strategi integratif, misalnya integrasi horizontal dan vertikal (David 2009). Strategi tersebut lebih rinci dijelaskan melalui analisis SWOT.

Gambar 2 Matriks IE Laboratorium Aneka Ternak

Analisis Matriks SWOT

(22)

12

Tabel 9 Matriks SWOT Laboratorium Aneka Ternak Faktor Internal 7. Terdapat SOP yang jelas 8. Pegawai cukup (2 orang) dan sudah berpengalaman (Masa kerja 5 tahun)

1. Sistem promosi masih kurang 2. Jumlah penjualan tidak teratur 3. Sebagai penerima harga 4. Sistem keuangan masih dilakukan secara manual 5. Belum ada perencanaan jangka

panjang

6. Sistem kandang tradisional 7. Manajemen produksi belum

baik

8. Tingkat pendidkan dan soft skil

pegawai rendah. 9. Belum terdapat struktur

organisasi usaha yang jelas dan manajemen kuangan yang tidak teratur.

Peluang Strategi S-O Strategi W-O

1. Skala usaha masih dapat diperbesar. 2. Menjadi mitra kerja dengan lembaga

penelitian. 3. Permintaan tinggi

4. Perkembangan teknologi informasi sebagai sarana promosi.

5. Sumber daya manusia melimpah dan berkualitas.

Ancaman Strategi S-T Strategi W-T

1. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang berimbas pada kenaikan biaya produkusi

2. Limbah berpotensi mencemari lingkungani

3. Pesaing baru

4. Mantan pegawai berpeluang menjadi pesaing

5. Pakan alternatif bagi pakan reptil

1. Menyempurnakan SOP agar usaha lebih efisien dan kualitas produk tetap terjaga (S7,T1,T3,T5)

Strategi SO adalah strategi yang memanfaatkan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Strategi yang dapat dijalankan yaitu: meningkatkan skala usaha untuk memenuhi permintaan dan menjalin lebih banyak mitra dengan lembaga penelitian maupun penangkaran reptil. Permintaan tertinggi produk tikus putih dan mencit berasal dari lembaga penelitian dan penangkaran reptil, dengan meningkatkan skala produksi maka permintaan tersebut dapat terpenuhi. Menjalin kemitraan dengan segmen pasar terkait dapat dilakukan untuk mempermudah dan meningkatkan pemasaran (Kotler dan Armstrong 2009).

Strategi WO merupakan strategi yang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang. Strategi yang dapat dilakukan yaitu: membuat perencanaan jangka panjang dengan mengantisipasi situasi pasar untuk memenuhi permintaan konsumen yang bersifat musiman. Konsumen peneliti biasanya bersifat musiman dan untuk mengatasinya diperlukan perencanaan produksi jangka panjang sehingga produk yang dibutuhkan konsumen selalu tersedia (Sule dan Saefullah 2005).

Strategi ST merupakan strategi yang menggunakan kekuatan perusahaan untuk mengatasi ancaman. Strategi yang dilakukan yaitu: menyempurnakan SOP agar usaha lebih efisien dan kualitas produk tetap terjaga. Kenaikan harga BBM yang berakibat pada kenaikan biaya produksi harus dapat diatasi perusahaan dengan proses produksi seefisien mungkin. Bila SOP berjalan dengan baik maka proses produksi akan lebih efisien (Ratih dan Harmini 2012).

(23)

13

kelemahan dan menghindari ancaman. Strategi yang dapat digunakan yaitu: membuat perencanaan jangka panjang untuk mengantisipasi kenaikan harga input dan memperkuat bargaining position (daya tawar) dengan mempertahankan kualitas produk dan harga bersaing. Pendapatan perusahaan akan lebih terjamin bila perusahaan berada dalam posisi penentu harga (Nurunisa dan Lukman 2012). Persaingan maupun kenaikan biaya produksi yang mungkin terjadi dapat diatasi dengan perencanaan jangka panjang (Sule dan Saefullah 2005). Kualitas produk dengan harga yang terjangkau akan memperkuat daya tawar perusahaan dan dapat membantu mengatasi persaingan karena dengan kualitas dan harga yang terjangkau produk akan lebih diminati konsumen.

Penyusunan Prioritas Strategi dengan Metode QSPM

Analisis QSPM (Lampiran 1) menghasilkan strategi proritas utama berdasarkan nilai TAS tertinggi yaitu: menjalin lebih banyak kemitraan dengan lembaga penelitian maupun penangkaran reptil (TAS: 18.5633). Strategi ini menjadi prioritas utama karena menjalin lebih banyak kemitraan merupakan bagian dari strategi intensif (Matrik IE) yaitu pengembangan pasar dan strategi integratif (Matrik IE) yaitu integrasi ke depan (David 2009). Selain itu kemitraan akan menjamin kelancaran pemasaran.

Strategi prioritas kedua adalah: menyempurnakan SOP agar usaha lebih efisien dan kualitas produk tetap terjaga (TAS: 18.4160). Proses produksi yang efisien dan produk yang berkualitas tidak selalu menjamin kelancaran dan tingginya omset pemasaran (Pasiamanto et al. 2006). Alasan inilah yang dijadikan pertimbangan strategi ini tidak dipilih menjadi strategi utama. Menjalin kemitraan untuk menjamin kelancaran pemasaran lebih penting bagi pengembangan usaha ini.

Meningkatkan skala usaha untuk memenuhi permintaan merupakan strategi prioritas ketiga (TAS: 17.9834). Strategi ini menjadi prioritas ketiga karena apabila kelancaran pemasaran telah terjamin (Strategi 1) dan proses produksi telah efisien dengan produk berkualitas tinggi (Strategi 2), maka skala usaha dapat ditingkatkan.

Membuat perencanaan jangka panjang untuk mengantisipasi kenaikan harga input dipilih sebagai strategi prioritas keempat (TAS: 17.7492). Strategi ini menjadi prioritas keempat karena pada dasarnya strategi ini merupakan strategi pendukung. Perencanaan jangka panjang yang dibuat akan membantu Laboratorium Aneka Ternak untuk mengantisipasi perubahan kondisi ekonomi (harga BBM dan inflasi) terhadap biaya produksi dan pemasaran.

(24)

14

Memperkuat bargaining position dengan mempertahankan kualitas produk dengan harga bersaing (TAS: 16.9958) menjadi strategi prioritas terakhir karena pada situasi saat ini harga yang ditetapkan merupakan hasil negosiasi antara peternak dengan konsumen. Pada tingkat harga saat ini, usaha sudah memperoleh pendapatan bersih yang cukup signifikan sehingga tidak terlalu mempermasalahkan posisi tawar-menawar.

Implikasi Manajerial

Setelah diperoleh prioritas strategi dan diskusi dengan pihak manajer produksi maka disusun beberapa kegiatan yang bertujuan untuk mendukung program pengembangan usaha yang ditargetkan Laboratorium yaitu menjalin kemitraan dengan segmen pasar terkait untuk menjamin kelancaran pemasaran. Program kemitraan merupakan inti utama strategi pemasaran. Langkah awal yang harus dilakukan dalam upaya menjalin hubungan kemitraan yang baik dengan pelanggan antara lain: (1) menentukan segmen, target, dan posisi pasar (market positioning). (2) membagi pasar menjadi segmen-segmen yang lebih kecil. (3) memilih segmen pasar yang akan dilayani paling baik. (4) menentukan bagaimana perusahaan (Laboratorium Aneka Ternak) memberikan nilai lebih kepada pelanggan sasaran (Kotler dan Armstrong 2009).

Target pasar Laboratorium Aneka Ternak terdiri dari lembaga penelitian, penangkaran reptil, pet shop, dan pehobi reptil. Dari segmen-segmen tersebut lembaga penelitian, penangkaran reptil dan pet shop merupakan target yang paling berpotensi untuk dijadikan mitra. Berdasarkan frekuensi dan kuantitas pembelian, penangkaran reptil dan pet shop merupakan target pasar yang mampu menyerap produk paling banyak, akan tetapi dari segi harga jual masih lebih rendah daripada lembaga penelitian. Meskipun intensitas pembelian dari lembaga penelitian tidak sebesar penangkaran reptil dan pet shop, segmen ini mampu memberikan keuntungan bagi Laboratorium Aneka Ternak karena harga belinya yang lebih tinggi. Berdasarkan hal tersebut manajer memutuskan untuk memilih lembaga penelitian sebagai kandidat utama untuk menjadi mitra. Rencana pelayanan bagi mitra terpilih yaitu memberikan potongan harga pada setiap pembelian dengan kriteria 5% untuk pembelian antara Rp 500 000 – Rp 1 000 000, 10% untuk pembelian antara Rp 1 000 000 – Rp 3 000 000, dan 15% untuk pembelian di atas Rp 3 000 000. Jika pembelian sedikit maka harga yang diberikan sesuai dengan harga yang telah ditetapkan tanpa diberikan potongan.

(25)

15

pengawinan, penyapihan, pembesaran anak, pemberian pakan, dan kebersihan kandang. Hal tersebut merupakan faktor terpenting untuk menghasilkan produk yang sehat, bobot yang seragam, dan bebas inbreeding. Manajemen pemberian pakan juga dapat menentukan tingkat efisiensi pakan dalam menghasilkan produk yang berkualitas.

Selanjutnya yaitu membuat perencanaan jangka panjang untuk mengantisipasi kenaikan harga input produksi dan perubahan situasi pasar yang menyebabkan ketidakpastian pemasaran. Langkah awal untuk menerapkan strategi ini dapat dimulai dengan memperbaiki sistem pencatatan keuangan dan pembukuan jumlah penjualan. Selama ini sering terjadi ketidaksesuaian antara penjualan dengan pendapatan yang disebabkan ketidakjujuran SDM. Masalah ini dapat diatasi dengan penerapan SOP di bidang pemasaran misalnya pegawai kandang tidak boleh melayani pemesanan produk. Konsumen melakukan pemesanan produk pada bagian pemasaran. Prosedur lainya yaitu melakukan pencatatan populasi dan membandingkannya dengan biaya pakan.

Data mengenai jumlah penjualan dapat membantu memprediksi tingkat penjualan di masa yang akan datang. Pencatatan keuangan yang rinci juga dapat digunakan untuk memperkirakan fluktuasi harga input produksi yang salah satunya disebabkan oleh kenaikan harga BBM. Salah satu indikator perusahaan yang sehat adalah keadaan keuangan perusahaan yang stabil.

Langkah terakhir yaitu memperkuat posisi tawar dengan tetap mempertahankan kualitas dan harga yang bersaing. Produk berkualitas yang dihasilkan dari pelaksanaan revisi SOP dan tingkat harga bersaing yang dihasilkan dari perencanaan jangka panjang yang akurat akan mendukung usaha untuk memperkuat posisi daya tawarnya. Laboratorium Aneka Ternak perlu mempertimbangkan pembentukan tikus putih dan mencit galur khusus untuk penelitian diabetes, kanker dan percobaan obat-obatan. Pembentukan galur khusus memerlukan manajeman tersendiri dan membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga dikategorikan sebagai rencana produksi jangka panjang. Galur khusus akan menjadi produk unggulan dan unik yang diharapkan mampu lebih meningkatkan daya tawar karena produk ini belum dihasilkan oleh peternak pesaing.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(26)

16

konsumen yang bersifat musiman. (6) memperkuat posisi tawar dengan mempertahankan kualitas produk agar dapat bersaing dengan peternak lain.

Saran

Laboratorium Aneka Ternak disarankan meningkatkan kemitraan dengan lembaga penelitian maupun penangkaran reptil secara terencana sebagai upaya menjamin kelancaran pemasaran dan memperluas target pasar. Srategi lain ditujukan untuk memperbaiki kondisi internal sehingga pelaksanaannya dapat dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Arrington LR. 1972. Introduction to Laboratory Animal Science: The Breeding, Care and Management of Experimental Animals. Danville (US): The Interstate Printers and Publishers Inc.

David FR. 2006. Manajemen Strategis Konsep. Edisi ke-10. Jakarta (ID): Salemba Empat.

David FR. 2009. Manajemen Strategis Konsep. Jakarta (ID): Salemba Empat. Kotler P, Armstrong G. 2007. Dasar-dasar Pemasaran. Ed Ke-9. Jakarta (ID):

Erlangga.

Kotler P, Keller K. 2009. Manajemen Pemasaran. Ed ke-12 (Terjemahan). Jakarta (ID): Indeks Media Group.

Malole MBM, Pramono CSU. 1989. Penggunaan Hewan-hewan Percobaan di Laboratorium. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Mulyadi A. 1995. Ketika kulit tikus jadi jaket. dalam Kompas Edisi Senin, 27 Mar 1995 Halaman: 18. Jakarta (ID): Kompas.

Nurunisa VF, Lukman MB. 2012. Analisis Daya Saing dan Strategi Pengembangan Agribisnis Teh Indonesia. Forum Agribisnis Vol. 2 No.1. Bogor (ID): Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Osterwalder A, Yves P. 2010. Business Model Generation. Amsterdam (NL): Modderman Drukwerk.

Pasiamanto H, Popong N, Diatan. 2006. Analisis efisiensi pemasaran karang hias di Pulau Panggang Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. IPB E-Journal. Dapat diakses pada http//:repository.ipb.ac.id. [23 Januari 2014]. Ratih F, Harmini. 2012. Efisiensi Teknis Usahatani Ubi Jalar di Desa Cikarawang

Kabupaten Bogor Jawa Barat. Forum Agribisnis Vol. 2 No.1. Bogor (ID): Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Robinson. 1979. Taxonomi and Genetic. in Beker HJ, JR Lindsay, S Weisbroth, editor. The Laboratory Rat. London (GB): Academic Pr.

(27)

17

Siregar HCH, Asnath MF, Dwi JS, Salundik, Yuni C.E. 2009. Pengembangan Agribisnis Tikus putih (Rattus norvegicus) sebagai Unit Bisnis Kecil dan Mendukung Kegiatan Akademik di Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. IPB E-Journal. Dapat diakses pada http//:repository.ipb.ac.id. [21 Januari 2014].

Sule ET, Saefullah. K. 2005. Pengantar Manajemen. Jakarta (ID): Kencana Perdana Media Grup.

(28)
(29)

17

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Analisis QSPM (Quantitative Strategies Planning Matrix)

Faktor Internal Skor

Bobot

S-1 S-2 S-3 S-4 S-5 S-6

Kekuatan AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS

Lokasi strategis 0.1499 3.6670 0.5497 3.0000 0.4497 2.6670 0.3998 3.3330 0.4996 3.0000 0.4497 3.00 0.44

Harga bersaing 0.2275 3.6670 0.8342 3.6670 0.8342 3.6670 0.8342 3.3330 0.7583 3.6670 0.8342 3.66 0.83

Kualitsas produk terjamin 0.2459 3.6670 0.9017 3.6670 0.9017 3.0000 0.7377 3.3330 0.8196 3.3330 0.8196 3.00 0.73

Variasi produk lengkap 0.2480 3.3330 0.8266 3.6670 0.9094 3.3330 0.8266 3.0000 0.7440 3.0000 0.7440 3.00 0.74

Laporan keuangan dilakukan

tiap minggu 0.2459 2.6670 0.6558 2.6670 0.6558 2.6670 0.6558 3.3330 0.8196 3.6670 0.9017 2.66 0.65

Rata-rata hasil penjualan

menguntungkan 0.2055 2.6670 0.5481 3.6670 0.7536 3.6670 0.7536 4.0000 0.8220 3.6670 0.7536 3.00 0.61

Terdapat SOP yang jelas 0.2680 3.6670 0.9828 3.6670 0.9828 3.3330 0.8932 3.6670 0.9828 3.6670 0.9828 3.33 0.89

Pegawai sudah

berpengalaman (Masa kerja ± 5 tahun)

0.1530 3.3330 0.5099 3.6670 0.5611 3.6670 0.5611 3.6670 0.5611 3.0000 0.4590 3.33 0.50

Kelemahan

Sistem promosi masih kurang 0.0599 3.3330 0.1996 3.3330 0.1996 3.3330 0.1996 2.6670 0.1598 3.3330 0.1996 3.00 0.17

Jumlah penjualan tidak teratur 0.0852 3.3330 0.2840 3.6670 0.3124 3.3330 0.2840 3.3330 0.2840 3.6670 0.3124 3.00 0.25

Sebagai penerima harga 0.0752 2.3330 0.1754 3.0000 0.2256 2.6670 0.2006 3.3330 0.2506 3.3330 0.2506 3.33 0.25

Sistem keuangan masih

dilakukan secara manual 0.0900 2.0000 0.1800 2.3330 0.2100 2.3330 0.2100 3.0000 0.2700 3.3330 0.3000 2.66 0.24

Tidak ada penanggung jawab

keuangan 0.0678 3.3330 0.2260 3.0000 0.2034 3.6670 0.2486 3.0000 0.2034 3.3330 0.2260 3.33 0.22

Gaji pegauai belum sesuai

standar 0.0752 3.0000 0.2256 2.6670 0.2006 2.6670 0.2006 2.0000 0.1504 2.3330 0.1754 2.66 0.20

Belum ada perencanaan

jangka panjang 0.1020 2.6670 0.2720 3.6670 0.3740 4.0000 0.4080 3.3330 0.3400 3.3330 0.3400 3.00 0.30

Sistem kandang tradisional 0.0678 2.6670 0.1808 2.0000 0.1356 2.3330 0.1582 2.3330 0.1582 2.6670 0.1808 2.33 0.15

Manajemen stok belum baik 0.0745 3.0000 0.2235 3.3330 0.2483 3.3330 0.2483 3.3330 0.2483 3.6670 0.2732 3.00 0.22

Tingkat pendidkan rendah 0.0680 3.0000 0.2040 2.0000 0.1360 2.3330 0.1586 3.0000 0.2040 2.6670 0.1814 2.66 0.18

Belum terdapat struktur

(30)

18

Faktor Eksternal Skor

Bobot

S-1 S-2 S-3 S-4 S-5 S-6

Peluang AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS

Skala usaha masih dapat

diperbesar 0.3530 4.0000 1.4120 3.3330 1.1765 3.3330 1.1765 3.6670 1.2945 3.3330 1.1765 3.00 1.05

Berpeluang menjadi mitra kerja dengan lembaga penelitian

0.4294 3.6670 1.5746 3.3330 1.4312 3.3330 1.4312 3.3330 1.4312 3.0000 1.2882 3.33 1.43

Permintaan tinggi 0.4294 3.3330 1.4312 3.3330 1.4312 3.0000 1.2882 3.3330 1.4312 3.3330 1.4312 3.33 1.43

Perkembangan teknologi informasi sebagai sarana promosi

0.3530 3.0000 1.0590 3.3330 1.1765 2.6670 0.9415 3.3330 1.1765 3.0000 1.0590 3.33 1.17

SDM Melimpah dan

berkualitas 0.1724 3.0000 0.5172 3.0000 0.5172 2.6670 0.4598 3.0000 0.5172 2.3330 0.4022 2.33 0.40

Ancaman

Kenaikan BBM yang berimbas pada kenaikan biaya produksi

0.3896 3.0000 1.1688 3.6670 1.4287 3.0000 1.1688 3.6670 1.4287 3.0000 1.1688 2.66 1.03

Limbah berpotensi

mencemari lingkungan 0.2237 2.3330 0.5219 2.6670 0.5966 2.6670 0.5966 2.6670 0.5966 2.3330 0.5219 2.33 0.52

Adanya pesaing baru 0.2270 3.3330 0.7566 3.6670 0.8324 3.3330 0.7566 3.3330 0.7566 3.3330 0.7566 3.00 0.68

Mantan pegawai berpeluang menjadi pesaing

0.3510 3.0000 1.0530 3.3330 1.1699 3.3330 1.1699 3.0000 1.0530 3.0000 1.0530 3.33 1.16

Adanya pakan alternatif

bagi pakan reptil 0.1069 3.3330 0.3563 3.3330 0.3563 3.3330 0.3563 2.6670 0.2851 3.0000 0.3207 2.66 0.28

(31)

19

RIAYAT HIDUP

Penulis lahir di Desa Bumitirto, Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo, Jawa tengah pada tanggal 21 Juli 1990. Penulis adalah anak kedua dari 3 bersaudara dari pasangan Bapak Yusuf Ary Susanto, SPd dan Ibu Salamah, SPd.

Pada tahun 1996 penulis masuk Sekolah Dasar Negeri 2 Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 2 Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah dan lulus pada tahun 2005. Setelah lulus SLTP penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadyah Wonosobo, Jawa Tengah dan lulus pada tahun 2008.

Gambar

Gambar 1 Matriks I-E (Internal-External) (David 2009)
Tabel 5 Taksonomi tikus dan mencit
Tabel 7 Analisis matriks IFE
Gambar 2 Matriks IE Laboratorium Aneka Ternak
+2

Referensi

Dokumen terkait