ANALISIS KEBUTUHAN DAN KETERSEDIAAN AIR UNTUK
INDUSTRI BESAR DI KOTA TANGERANG
PROVINSI BANTEN
ARIS PUJIONO
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kebutuhan dan Ketersediaan Air Untuk Industri Besar di Kota Tangerang, Provinsi Banten adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2014
ABSTRAK
ARIS PUJIONO. Analisis Kebutuhan dan Ketersediaan Air Untuk Industri Besar di Kota Tangerang, Provinsi Banten. Dibimbing oleh ROH SANTOSO BUDI WASPODO.
Air merupakan salah satu kebutuhan penting dalam proses produksi dan kegiatan lain di dalam industri. Pada kondisi saat ini diperlukan penyediaan air bersih yang kualitasnya memenuhi standar yang berlaku serta kuantitas dan kontinuitas memenuhi kebutuhan industri sehingga proses produksi dapat berjalan dengan baik. Pemanfaatan sumber daya air harus dilakukan secara bijak agar kebutuhan konsumen dapat terpenuhi tanpa merusak keseimbangan ekosistem lingkungan. Potensi sumber daya air di suatu wilayah adalah salah satu faktor penting dalam menunjang kehidupan manusia. Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret – Mei 2014 dan lokasi pengambilan data dilaksanakan di Kota Tangerang, Provinsi Banten. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penggunaan air pada industri besar serta menganalisis kebutuhan dan ketersediaan air untuk industri di Kota Tangerang dengan menggunakan metode regresi. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data penggunaan air untuk industri, data jumlah tenaga kerja, dan besarnya jumlah produksi. Data ketersediaan air diperoleh dari Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane berupa data debit Sungai Cisadane. Berdasarkan data debit ketersediaan air di Sungai Cisadane yang tercatat pada Pos Batu Beulah diperoleh debit rata-rata sebesar 68.47 m3/detik, dan potensi airtanah yang ada sebesar 3.21 m3/detik. Berdasarkan ketentuan bahwa 21% dari air permukaan dan 20% dari airtanah dapat digunakan untuk kegiatan industri, maka ketersediaan air total di Kota Tangerang sebesar 481,308,739 m3/tahun. Dari hasil analisis disimpulkan bahwa ketersediaan air hanya mampu memenuhi kebutuhan air industri ketika jumlah industri mencapai 487 industri. Jumlah tersebut berdasarkan tingkat pertumbuhan industri saat ini dan diprediksi akan tercapai pada tahun 2073.
Kata kunci: industri besar, kebutuhan air, ketersediaan air, air permukaan, airtanah
ABSTRACT
ARIS PUJIONO. Analysis of Water Supply And Demand For Big Industries in Tangerang City, Banten Province. Supervised by ROH SANTOSO BUDI WASPODO.
.
total. Water availability data were obtained from the "Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane". Based on Batu Beulah Station, the average discharge of Cisadane river was 68.47 m3/s, and groundwater potential was 3.21 m3/s. According to regulation 21% of surface water and 20% of groundwater can be used for industrial activities, so total availability of water in Tangerang City was 481,308,739 m3/year. It meaned that water availability in Tangerang could support 487 big industries. Result analysis showed that based on industrial growth rate Tangerang City will have 487 industries in 2073.
.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
ANALISIS KEBUTUHAN DAN KETERSEDIAAN AIR UNTUK
INDUSTRI BESAR DI KOTA TANGERANG
PROVINSI BANTEN
ARIS PUJIONO
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini adalah kebutuhan air untuk sektor industri, dengan judul Analisis Kebutuhan dan Ketersediaan Air untuk Industri Besar di Kota Tangerang, Provinsi Banten.
Terima kasih diucapkan kepada Dr Ir Roh Santoso, M.T, selaku pembimbing, serta Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA dan Bapak M. Fauzan, S.T, M.T yang telah banyak memberi saran. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya serta teman-teman yang selalu mendukung.
Disadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu diharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan penelitian ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Mei 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Air Baku 2
Industri 3
Regresi 3
METODOLOGI PENELITIAN 4
Waktu dan Tempat Penelitian 4
Alat dan Bahan 4
Metode Analisis 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Keadaan Umum Kota Tangerang 5
Kebutuhan Air Industri 7
Ketersediaan Air 11
Analisa Kebutuhan dan Ketersediaan Air Industri 13
SIMPULAN DAN SARAN 14
Simpulan 14
Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 15
LAMPIRAN 16
DAFTAR TABEL
1 Klasifikasi industri 3
2 Hubungan antara nilai R dengan korelasi 4
3 Jumlah industri besar di Kota Tangerang 6
4 Kebutuhan air industri besar di Kota Tangerang 8
DAFTAR GAMBAR
1 Diagram alir penelitian 5
2 Korelasi antara jumlah industri terhadap tahun di Kota Tangerang 7 3 Korelasi antara kebutuhan air proses () terhadap jumlah produksi 9 4 Korelasi antara kebutuhan air utilitas () terhadap jumlah produksi 10 5 Korelasi antara kebutuhan air domestik () terhadap jumlah karyawan 10 6 Korelasi antara jumlah industri () terhadap kebutuhan air total 11
7 Debit Sungai Cisadane 12
8 Hubungan antara kebutuhan dan ketersediaan air sektor industri
terhadap jumlah industri 13
9 Hubungan antara kebutuhan dan ketersediaan air sektor industri
terhadap tahun pertumbuhan industri 14
DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta geologi Kota Tangerang dan sekitarnya 16
2 Jumlah tenaga kerja dan produk industri di Kota Tangerang 17
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan penting dalam proses produksi dan kegiatan lain dalam suatu industri. Untuk itu diperlukan penyediaan air bersih yang secara kualitas memenuhi standar yang berlaku dan secara kuantitas dan kontinuitas harus memenuhi kebutuhan industri sehingga proses produksi tersebut dapat berjalan dengan baik. Keterbatasan air baku baik air permukaan, air hujan, maupun airtanah diakibatkan kurangnya pembangunan di bidang sumberdaya air. Selain kurangnya pembangunan di bidang sumber daya air, masalah tingkat pembangunan dan perubahan tata guna lahan yang tinggi sering kurang mempertimbangkan kelestarian lingkungan dan ekosistem yang ada di sekitarnya.
Selain itu sumber daya air merupakan merupakan salah satu modal dasar pembangunan, sehingga dalam memanfaatkan sumber daya tersebut diusahakan secara bijak agar kebutuhan dapat terpenuhi tanpa merusak keseimbangan ekosistem lingkungan. Potensi sumber daya air di suatu wilayah adalah salah satu faktor penting dalam menunjang kehidupan manusia. Ketersediaan air sangat penting dalam memenuhi kebutuhan pertanian, domestik, dan industri. Akan tetapi, perlu disadari bahwa sumber daya air mempunyai keterbatasan dalam banyak hal, salah satunya keterbatasan ketersediaan menurut kualitas dan kuantitasnya. Manusia menggunakan lebih dari setengah ketersediaan air tawar, termasuk sumber daya airtanah yang sekarang ini tengah dieksploitasi di berbagai bagian dunia. Praktek pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air di sebagian besar wilayah Indonesia masih belum ada kesadaran ekologis, yaitu eksploitasi sumber daya air berlangsung secara besar-besaran tanpa memperhatikan dampak lingkungan (Mega 2010).
Seiring bertambahnya waktu, industri di Indonesia semakin lama jumlahnya semakin meningkat. Air yang menjadi kebutuhan dasar dalam proses produksi menjadi salah satu faktor penting untuk berlangsungnya suatu industri. Kota Tangerang mempunyai jumlah kepadatan industri yang lebih tinggi dibandingkan dengan kota lain di sekitar Jakarta. Air merupakan kebutuhan penting dalam proses produksi dan kegiatan lain dalam satu industri. Untuk itu diperlukan penyediaan air bersih yang secara kuantitas dan kontinuitas harus memenuhi kebutuhan industri sehingga proses produksi dapat berjalan dengan baik. Dengan adanya standar baku mutu untuk air bersih industri, maka setiap industri harus dilengkapi dengan sistem pengolahan air yang sesuai dengan kebutuhan industri (Hardyanti dan Fitri 2006).
2
Perumusan Masalah
Sumber daya air merupakan salah satu sumber daya yang dibutuhkan oleh satu industri. Peningkatan jumlah industri mengakibatkan air yang dibutuhkan juga semakin meningkat. Oleh karena itu, dalam penelitian ini permasalahan yang akan dibahas adalah:
1. Seberapa besar debit kebutuhan dan ketersediaan air untuk sektor industri di Kota Tangerang
2. Bagaimana korelasi antara peningkatan jumlah industri terhadap kebutuhan air dan ketersediaan air yang terdapat di Kota Tangerang.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. menganalisis kebutuhan air dan ketersediaan air untuk industri besar di Kota Tangerang
2. menganalisis hubungan kebutuhan air untuk industri besar dan ketersediaan air yang ada di Kota Tangerang.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi Pemerintah Kota Tangerang sebagai informasi awal ataupun untuk bahan perencanaan dalam pengelolaan sumber daya air agar ketersediaan air tetap dapat memenuhi kebutuhan air di masa yang akan datang.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah : Industri besar di Kota Tangerang dengan membahas hubungan kebutuhan air untuk industri besar dan ketersediaan air yang ada (airtanah dan air permukaan di Kota Tangerang).
TINJAUAN PUSTAKA
Air Baku
3 Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air, air menurut kegunaannya digolongkan menjadi 4 kelas yaitu:
Kelas I : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Kelas II : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan tawar, peternakan, air untuk mengairi pertamanan, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Kelas III : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertamanan, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut
Kelas IV : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertamanan dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut
Industri
Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri. Industri tidak dapat dilepaskan dari penggunaan air, baik dari air domestik, air proses, dan air utilitas (Hardyanti dan Fitri 2006).
Menurut Badan Perencanaan Nasional, klasifikasi industri dapat dilakukan berdasarkan banyaknya jumlah tenaga kerja. Pengelompokan industri tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Klasifikasi industri berdasarkan jumlah tenaga kerja Jumlah Tenaga Kerja (Orang) Klasifikasi Industri
1 - 4 Industri Rumah Tangga
5 - 19 Industri Kecil
20 - 99 Industri Sedang > 100 Industri Besar Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 2004
Regresi
Regresi adalah metode statistika yang digunakan untuk membentuk model atau hubungan antara satu variabel bebas X dengan sebuah variabel respon Y (Syilfi, et al 2012). Metode analisa perhitungan digunakan metode analisa regresi dengan persamaan secara umum sebagai berikut :
4
dimana :
an, an-1, ..., a1, a0 : konstanta/koefisien polinom n : bilangan bulat tak negatif
X : variabel bebas yang nilainya digunakan untukmemprediksi nilai Y
Regresi yang digambarkan pada analisis ini berupa garis linear dengan nilai R sebagai koefisien regresi. Koefisien regresi diperoleh dengan menarik nilai akar dari R2 yang didapat. Analisis regresi adalah cara analisis data yang menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel-variabel yang diketahui, berdasarkan nilai R yang diperoleh. Pengelompokan nilai R dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Hubungan antara nilai R dengan korelasi
Nilai Koefisien R Korelasi
0.0 - 0.199 Sangat rendah
0.20 - 0.399 Rendah
0.40 - 0.599 Cukup
0.60 - 0.799 Kuat
0.80 - 1.000 Sangat Kuat
Sumber: Sudjana (1982)
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian tentang analisis kebutuhan dan ketersediaan air untuk industri besar ini dilakukan di Kota Tangerang, Provinsi Banten. Pengambilan dan analisis data dilakukan selama 3 bulan, dari bulan Maret sampai Mei 2014.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Seperangkat komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunak Microsoft Office
2. Alat tulis 3. kalkulator
4. Data debit Sungai Cisadane
5. Data Cekungan Airtanah Kota Tangerang 6. Data industri di Kota Tangerang meliputi:
a. Jumlah industri di Kota Tangerang b. Data jumlah tenaga kerja
5 d. Jumlah data penggunaan air
Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan metode regresi dengan tahapan pelaksanaan penelitian seperti disajikan pada Gambar 1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Kota Tangerang
Kota Tangerang memiliki luas wilayah 184,24 km², secara administratif termasuk dalam Provinsi Banten. Kota tersebut memiliki 13 Kecamatan yang terdiri dari 104 Kelurahan. Secara geografis, Kota Tangerang terletak antara 6°6' sampai 6°13' Lintang Selatan dan 106°36' sampai 106°42' Bujur Timur. Berdasarkan kondisi bentuk topografinya, wilayah Kota Tangerang termasuk ke dalam wilayah dataran yang sebagian besar berada pada ketinggian 10-18 m dpl di atas permukaan
Mulai · Jumlah industri tahun 1998 sampai
2012
· Besarnya kebutuhan air masing-masing industri
· Jumlah tenaga Kerja · Besarnya jumlah produksi
· Jumlah industri tahun 1998 sampai 2012
· Besarnya kebutuhan air masing-masing industri
6
laut (Kota Tangerang Dalam Angka, 2010). Adapun batas-batas administrasi Kota Tangerang sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Teluknaga dan Kecamatan Sepatan, Kabupaten Tangerang.
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Jakarta Barat dan Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta.
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang serta Kecamatan Serpong dan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan.
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pasar Kemis dan Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang.
Keadaan iklim Kota Tangerang pada tahun 2013 diperoleh dari Stasiun Geofisika Kelas I Tangerang. Temperatur udara rata-rata 27.8 °C, temperatur tertinggi terjadi pada bulan Oktober yaitu 33.3 °C, sedangkan temperatur terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu 23.4 °C. Rata-rata kelembaban udara 78.7 % dan rata-rata curah hujan bulanan sebesar 99 mm dengan rata-rata hari hujan sebanyak 14 hari (BPS 2013).
Secara geologi, Kota Tangerang termasuk dalam wilayah dataran, sebagian besar berada pada ketinggian 10-18 m diatas permukaan laut (dpl). Wilayah bagian Utara (meliputi sebagian besar Kecamatan Benda) memiliki ketinggian rata-rata 10 m dpl, sedangkan di bagian Selatan memiliki ketinggian 18 m dpl. Kondisi batuannya termasuk dalam cekungan airtanah (CAT) Jakarta bagian Barat, yang tersusun oleh endapan alluvium pantai, endapan delta dan sebagian tersusun dari material gunung api. Batuan yang menutupi Kota Tangerang terdiri dari endapan alluvium, endapan kipas alluvium vulkanik muda, dan satuan Tuff Banten.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik Kota Tangerang dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2012 jumlah industri besar yang ada disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3 Jumlah industri besar di Kota Tangerang
Tahun Jumlah Industri Tahun Jumlah Industri
1998 314 2006 302
7 Pada Gambar 2 ditunjukkan hubungan antara tahun terhadap jumlah industri yang ada di Kota Tangerang.
Dari Gambar 2 diperoleh persamaan pertumbuhan industri setiap tahunnya sebesar Y = 2.251X – 4802.7 dengan nilai R2 sebesar 0.53 sehingga diperoleh nilai R sebesar 0.73. Menurut Sudjana (1982) disebutkan bahwa nilai koefisien R termasuk dalam kategori kuat jika bernilai antara 0.60 – 0.799, sehingga korelasi jumlah industri terhadap jarak termasuk dalam kategori kuat. Persamaan tersebut dapat digunakan untuk memprediksikan besarnya jumlah industri yang ada pada tahun tertentu di Kota Tangerang. Dengan mempertimbangkan kebutuhan air yang diperlukan untuk setiap industri, maka akan diperoleh proyeksi kebutuhan air untuk sektor industri setiap tahunnya.
Kebutuhan Air Industri
Air mempunyai fungsi yang berbeda sesuai dengan kebutuhannya di dalam suatu industri. Terdapat 3 jenis air dalam suatu industri berdasarkan fungsinya yaitu air proses, air utilitas, dan air domestik (Widjaja dan Rahardjo 2013). Air proses adalah air yang digunakan dalam pengolahan bahan baku untuk menghasilkan suatu produk, sehingga semakin banyak produk yang dihasilkan akibatnya air proses yang diperlukan akan semakin banyak. Air tersebut digunakan untuk bahan baku dan juga sebagai pencuci bahan baku dan lainnya. Air utilitas adalah air yang diperlukan untuk mendukung terlaksananya suatu proses produksi, air ini digunakan sebagai air pendingin dan air boiler. Air domestik adalah air yang digunakan oleh karyawan untuk kebutuhan sehari-hari di dalam industri meliputi kebutuhan air untuk minum, MCK, dan kebutuhan lainnya. Berdasarkan hasil survei di lokasi diperoleh kebutuhan air untuk masing-masing industri berdasarkan fungsinya yang disajikan pada Tabel 4.
Gambar 2 Korelasi antara jumlah industri terhadap tahun di Kota Tangerang
Y = 2.551X - 4802.7
1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010
8
Tabel 4 Kebutuhan air industri besar di Kota Tangerang
Sumber : Hasil Survei
Dari 22 industri besar hasil survei yang terdapat di Kota Tangerang, kebutuhan air tertinggi adalah PT. Tifico Fiber Indonesia, Tbk dengan total kebutuhan air per bulan sebesar 341,394 m3, sedangkan PT. Dynaplast mempunyai total kebutuhan air per bulan terendah yaitu sebesar 700 m3. Menggunakan data dari 22 industri tersebut akan dibuat model regresi dari ketiga kebutuhan air industri yaitu kebutuhan air proses, air utilitas, dan air domestik.
Kebutuhan Air Proses
9 diperoleh persamaan Y = 0.0403X – 3.2669 dengan nilai regresi diperoleh R2 sebesar 0.85 sehingga didapatkan hasil R sebesar 0.92 dimana nilai tersebut menggambarkan korelasi jumlah produksi dan debit kebutuhan air proses yang sangat kuat.
Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa industri besar di Kota Tangerang sesuai dengan teori yaitu semakin banyak jumlah produksi, maka semakin besar kebutuhan air proses yang digunakan. Hasil perhitungan dari Tabel 4 diperoleh bahwa kebutuhan air proses rata-rata industri besar di Kota Tangerang sebesar 47,719 m3/bulan atau setara dengan 576,624 m3/tahun.
Kebutuhan Air Utilitas
Air utilitas adalah air yang digunakan sebagai penunjang unit-unit lain dalam suatu industri untuk menghasilkan produk akhir. Besar kecilnya kebutuhan air ini tergantung pada jumlah produk yang dihasilkan. Jumlah produk industri besar di Kota Tangerang disajikan pada Lampiran 2. Korelasi antara kebutuhan air utilitas sebagai sumbu X dan besarnya jumlah produk sebagai sumbu Y disajikan pada Gambar 4. Pada Gambar 4 diperoleh persamaan Y = 0.0191X – 1.5025 dengan nilai regresi R2 sebesar 0.62 sehingga didapatkan hasil R sebesar 0.79. Berdasarkan nilai R yang diperoleh, korelasi antara jumlah produk dan kebutuhan air yang diperlukan termasuk dalam kategori yang kuat.
Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa industri besar di Kota Tangerang sesuai dengan teori bahwa semakin banyak jumlah produk, maka semakin besar kebutuhan air proses yang digunakan. Hal ini disebabkan karena air utilitas merupakan penunjang kegiatan produksi. Dari hasil perhitungan pada Tabel 4 diperoleh bahwa kebutuhan air utilitas rata-rata sebesar 17,711 m3/ bulan atau setara dengan 212,536 m3 /tahun.
Gambar 3 Korelasi antara kebutuhan air proses () terhadap jumlah produksi
Y = 0.0403 X - 3.2669
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
10
Kebutuhan Air Domestik
Semua kegiatan oleh karyawan yang membutuhkan air dalam satu industri dikategorikan sebagai kebutuhan air domestik, seperti air untuk minum, MCK, dan wudhu. Jumlah tenaga kerja industri besar di Kota Tangerang disajikan pada Lampiran 2. Korelasi antara jumlah karyawan dan besarnya kebutuhan air domestik di dalam industri besar di Kota Tangerang disajikan pada Gambar 5.
Hasil analisa regresi linear diperoleh persamaan yang dapat digunakan untuk memproyeksikan kebutuhan air domestik terhadap jumlah karyawan yang terdapat di suatu industri. Pada Gambar 5 diperoleh persamaan Y = 4.9359 X – 11.4 dengan nilai regresi R2 sebesar 0.64 sehingga didapatkan hasil R sebesar 0.80 menggambarkan korelasi jumlah karyawan dan debit kebutuhan air domestik yang sangat kuat. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa industri besar di Kota Gambar 4 Korelasi antara kebutuhan air utilitas () terhadap jumlah produksi
Y = 0.0191x + 1.5025
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
Deb
Gambar 5 Korelasi antara kebutuhan air domestik () terhadap jumlah karyawan
11 Tangerang sesuai dengan teori bahwa semakin banyak jumlah karyawan, maka semakin besar kebutuhan air domestik yang diperlukan. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa kebutuhan air proses rata-rata industri besar di Kota Tangerang sebesar 16,829 m3/bulan atau setara dengan 201,943 m3/tahun.
Kebutuhan Air Total
Jumlah dari kebutuhan air proses, air utilitas, dan air domestik di dalam industri adalah kebutuhan air total untuk menghasilkan suatu produk. Setelah dilakukan analisa perhitungan dengan menjumlahkan antara kebutuhan air proses, air utilitas, dan air domestik diperoleh hasil kebutuhan total rata-rata setiap industri besar di Kota Tangerang sebesar 82,259 m3/bulan atau setara dengan 987,103 m3/tahun. Menggunakan tingkat pertumbuhan industri di Kota Tangerang dan mengalikannya dengan kebutuhan air total maka akan didapatkan kebutuhan air untuk industri setiap tahunnya. Korelasi antara jumlah industri dan air yang diperlukan di Kota Tangerang disajikan dalam Gambar 6.
Gambar 6 menunjukkan korelasi antara kebutuhan air total untuk industri besar di Kota Tangerang terhadap besarnya jumlah industri. Dari Gambar 6 dapat diketahui bahwa setiap kenaikan jumlah industri maka semakin besar pula kebutuhan air yang diperlukan.
Ketersediaan Air
Ketersediaan air di Indonesia dapat bersumber dari sungai, airtanah, laut, danau, dan lainnya. Pemanfaatan sumber daya air sebagai sumber untuk memenuhi kebutuhan air industri di Kota Tangerang adalah air permukaan dan potensi airtanah. Air permukaan bersumber dari Sungai Cisadane yang mempunyai hulu di Kabupaten Bogor dan bermuara di Teluk Naga, Kabupaten Bogor. Sungai ini termasuk salah satu sungai besar serta mempunyai debit yang besar. Sedangkan potensi airtanah dapat diketahui berdasarkan cekungan airtanah di Kota Tangerang.
Gambar 6 Korelasi antara jumlah industri () terhadap kebutuhan air total 200
250 300 350 400 450 500 550
12
Air Permukaan
Berdasarkan data debit Sungai Cisadane yang tercatat pada Pos Batu Beulah, debit rata-rata bulanan tahun 2010 Sungai Cisadane disajikan pada Gambar 7.
Data debit tertinggi yang tercatat pada Pos Batu Beulah sebesar 110.1 m3/detik yaitu pada bulan November, sedangkan debit terkecil terjadi pada bulan Juni sebesar 49.51 m3/detik, dan debit rata-rata bulanan sebesar 6.92 m3/detik. Debit rata-rata tersebut setara dengan 2,195,536,320 m3 setiap tahunnya. Menurut Agus (2011) alokasi air untuk sektor industri sebesar 21% dari total yang tersedia. Hasil perhitungan 21% dari ketersediaan air permukaan yaitu sebesar 461,062,627 m3/tahun.
Potensi Airtanah
Airtanah terdapat pada formasi geologi yang dapat menyimpan dan melalukan air dalam jumlah yang besar, yang dikenal sebagai akuifer (Purnama 2000). Menurut Todd (1980) berdasarkan ada atau tidaknya muka airtanah maka akuifer dibedakan menjadi 2 yaitu akuifer bebas dan akuifer tertekan. Untuk memenuhi kebutuhan industri di Kota Tangerang, biasanya digunakan akuifer tertekan. Potensi airtanah yang ada dipengaruhi oleh cekungan airtanah (CAT) pada suatu lokasi. Peta geologi Kota Tangerang disajikan dalam lampiran 1. Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional pada tahun 2004 menunjukkan bahwa potensi airtanah di Kota Tangerang sebesar 3.21 m3/detik atau setara dengan 101,230,560 m3/tahun.
Mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Airtanah, kondisi airtanah dikatakan aman jika penurunan muka airtanah kurang dari 20%. Berdasarkan hal itu, maka potensi airtanah yang dialokasikan untuk industri di Kota Tangerang sebesar 20% dari ketersediaan total airtanah yang ada yaitu sebesar 20,246,112 m3/tahun. Jumlah tersebut relatif kecil jika dibandingkan dengan ketersediaan air permukaan yang bersumber dari Sungai Cisadane.
13
Ketersediaan Air Total
Ketersediaan air total di Kota Tangerang bersumber dari air permukaan yang berasal dari Sungai Cisadane dan potensi airtanah yang ada. Hasil perhitungan ketersediaan air total untuk sektor industri di Kota Tangerang (air permukaan dan potensi airtanah) sebesar 481,308,739 m3 untuk setiap tahunnya. Alokasi tersebut digunakan untuk memenuhi sejumlah industri yang ada di Kota Tangerang.
Analisa Kebutuhan dan Ketersediaan Air Industri
Bertambahnya jumlah industri yang ada di Kota Tangerang menyebabkan peningkatan jumlah kebutuhan air. Hasil evaluasi hubungan antara pertumbuhan industri terhadap kebutuhan air di Kota Tangerang disajikan pada Gambar 8.
Gambar 8 menunjukkan bahwa dengan asumsi ketersediaan air yang ada di Kota Tangerang mempunyai debit yang sama pada setiap tahunnya, maka ketersediaan air dapat memenuhi kebutuhan untuk industri besar pada saat jumlah industri mencapai 487 buah. Apabila pertumbuhan industri terus meningkat, maka diprediksi akan terjadi defisit air untuk sektor industri. Pada tahun 2014, berdasarkan proyeksi dari pertumbuhan industri di Kota Tangerang terdapat 332 jumlah industri besar yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan air untuk industri masih dapat memenuhi sekitar 155 industri besar yang disajikan pada Lampiran 3. Apabila kebutuhan air industri besar diproyeksikan terhadap pertumbuhan industri setiap tahunnya, maka antara kebutuhan dan ketersediaan air akan berada pada kondisi setimbang pada tahun 2073. Korelasi antara tahun dan jumlah kebutuhan air industri besar di Kota Tangerang disajikan pada gambar 9. Gambar 9 menunjukkan bahwa ketersediaan air tidak dapat memenuhi kebutuhan Gambar 8 Hubungan antara kebutuhan dan ketersediaan air sektor industri
terhadap jumlah industri
250 300 350 400 450 500 550
Ju
14
industri setelah tahun 2073, sehingga sektor industri akan mengalami defisit atau kekurangan air.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa jumlah kebutuhan air rata-rata untuk setiap industri besar di Kota Tangerang sebesar 987,103 m3/tahun. Bila sektor industri dapat memanfaatkan 21 % dari air permukaan dalam hal ini Sungai Cisadane dan 20% dari airtanah, maka total ketersediaan air yang ada sebesar 481,308,739 m3/tahun. Dengan demikian ketersediaan air hanya mampu memenuhi kebutuhan air untuk 487 industri besar. Berdasarkan tingkat pertumbuhan industri besar saat ini di Kota Tangerang diprediksi pada tahun 2073 akan terdapat 487 buah industri besar.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka diperlukan kebijakan pemerintah dalam pembagian air untuk sektor industri, pertanian, dan domestik secara bijak. Kota Tangerang memerlukan kebijakan pembatasan jumlah industri besar karena bila jumlah industri besar mencapai 487 buah (yang diprediksi tercapai pada tahun
Gambar 9 Hubungan antara kebutuhan dan ketersediaan air sektor industri terhadap tahun pertumbuhan industri
200 250 300 350 400 450 500
T
ah
u
n
Debit (juta m3/tahun)
15 2073) maka ketersediaan air tidak akan mampu untuk memenuhi kebutuhan industri.
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, I. 1993. Studi Kualitas Air Sungai Cisadane Sebagai Bahan Baku Pasokan Air Untuk Industri. Bogor (ID) : IPB Press.
BAPPENAS. 2006. Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa: Identifikasi Masalah Pengelolaan Sumber Daya Air di Pulau Jawa : Direktorat Pengairan dan Irigasi BAPPENAS.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Kota Tangerang Dalam Angka 2010. Jakarta (ID) : BPS Pusat.
Dharma A. 2011. Perkembangan Kebijakan Sumber Daya Air dan Pengaruhnya Terhadap Pengelolaan Irigasi. Surabaya (ID)(Jurnal Tirta): 2(3): 145
Hardyanti N, Fitri, ND. 2006. Studi Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Bersih Untuk Kebutuhan Domestik Dan Non Domestik (Studi Kasus Perusahaan Tekstil Bawen Kabupaten Semarang). Semarang (ID) (Jurnal Presipitasi): ISSN:1907-187X. 1(1): 37
Mega IM. 2010. Klasifikasi Tanah dan Kesesuaian Lahan. Bali (ID) : Udayana Press.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air.
Purnama S, Suyono dan Sulaswono B. 2007. Sistem Akuifer dan Potensi Airtanah Daerah Aliran Sungai (DAS) Opak. Yogyakarta (ID) (Forum Geografi): 21(2): 111-122
Sudjana. 1982. Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Sylfi, Ispriyanti D, Safitri D. 2012. Analisis Regresi Linear Piecewise Dua Segmen. Semarang (ID)(Jurnal Gaussian) : 1(1) : 220
Todd, D.K., 1980. Groundwater Hidrology (Second Edition). California (US): Jhon Willey & Sons.
16
17 Lampiran 2 Jumlah tenaga kerja dan produk industri di Kota Tangerang
Lampiran 3 Perhitungan Jumlah Industri Proyeksi jumlah industri pada tahun 2014 Y = 2.551X – 4802.7
Y = (2.551 x 2014) – 4802.7 Y = 332
Pada tahun 2014 proyeksi jumlah industri sebesar 332 buah.
Ketersediaan air dapat memenuhi 487 industri besar, sehingga pada tahun 2014 dengan proyeksi jumlah industri 332 buah maka tersisa industri yang masih dapat terpenuhi yaitu:
NAMA PERUSAHAAN Jumlah Tenaga Kerja Jumlah Produk/bulan
Rata-rata
18
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah pada tanggal 18 Februari 1992 dari ayah yang bernama Bani dan Ibu yang bernama Nyamini. Penulis adalah putra ke 2 dari tiga bersaudara, adik dari Iswatik dan kakak dari Tri Yoga Pamungkas. Pada tahun 2007 penulis lulus dari SMP N 3 Rembang dan melanjutkan ke SMA N 1 Rembang. Penulis lulus dari SMA pada tahun 2010 dan pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Teknik Sipil Dan Lingkungan, Fakultas teknologi Pertanian.