PENGUJIAN LAPANGAN EFIKASI TERMITISIDA STEALTH 240 SC
DENGAN METODE
MODIFIED GROUND BOARD TEST
MUHAMMAD NUR ALIFUDIN
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengujian Lapangan Efikasi Termitisida Stealth 240 SC dengan Metode Modified Ground Board Test adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
ABSTRAK
MUHAMAD NUR ALIFUDIN. Pengujian Lapangan Efikasi Termitisida Stealth 240
SC dengan Metode Modified Ground Board Test. Dibimbing oleh Prof.Dr.Ir. H. Dodi
Nandika, MS.
Stealth 240 SC (klorfenapir 240 g/l) merupakan termitisida yang telah mendapat izin dari Komisi Pestisida Republik Indonesia dan banyak digunakan dalam pengendalian serangan rayap tanah. Namun demikian laporan ilmiah tentang keampuhan termitisida tersebut dalam lingkungan tropika masih sangat langka. Suatu penelitian lapangan telah dilakukan untuk mengetahui keampuhan lima tingkat konsentrasi Stealth 240 SC yaitu 0.1%, 0.2%, 0.3%, 0.4%, dan 1.0% sebagai termitisida tanah di Bogor, Jawa Barat, dengan metode modified ground board test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama masa pengujian (4 bulan), Termitisida Stealth 240 SC dengan konsentrasi 1.0% masih memiliki keampuhan untuk mencegah serangan rayap tanah. Di pihak lain Termitisida Stealth 240 SC dengan konsentrasi 0.1%, 0.2%, 0.3%, dan 0.4% sudah tidak memiliki keampuhan untuk mencegah serangan rayap tanah. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa di lapangan pengujian terdapat empat spesies rayap tanah yang aktif menyerang satuan percobaan yaitu Macrotermes gilvus Hagen (Isoptera: Termitidae), Microtermes inspiratus Kemner (Isoptera: Termitidae), Odontotermes javanicus Holmgren (Isoptera: Termitidae), dan Schedorhinotermes javanicus Kemner (Isoptera: Rhinotermitidae). Jenis tanah di lokasi penelitian adalah latosol dengan kandungan pasir (29.72%), debu (34.53%) dan liat (35.73%) serta kandungan C-organik sebesar 2.54%. Sementara itu kadar air tanah rata-rata di lapangan pengujian adalah 63% dengan pH 5.4. Curah hujan di lokasi tersebut tergolong ringan sampai sedang (11-25 mm/ hari) dengan suhu udara 29 °C-30 °C dan kelembaban udara (RH) 83%-87%. Kondisi tersebut sangat sesuai sebagai habitat keempat spesies rayap tersebut diatas.
Kata kunci: efikasi, klorfenapir, modified ground board test, perlakuan tanah, Stealth 240 SC.
experimental site was latosol, composed of sand (29.72%), dust (34.53%) and clay (35.73%) with a C-organic content of 2.54%. Meanwhile the soil moisture content was 63% with pH 5.4. Precipitation rate at the site was classified as low to moderate (11-25 mm / day) with air temperature between 29 °C-30 °C and 83%-87% relatif humidity (RH). These condition was very suitable as habitat of the termite species mentioned.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Hasil Hutan
PENGUJIAN LAPANGAN EFIKASI TERMITISIDA STEALTH 250 SC
DENGAN METODE
MODIFIED GROUND BOARD TEST
MUHAMMAD NUR ALIFUDIN
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Skripsi : Pengujian Lapangan Efikasi Termitisida Stealth 240 SC dengan Metode Modified Ground Board Test
Nama : Muhammad Nur Alifudin NIM : E24100093
Disetujui oleh
Prof.Dr.Ir. H. Dodi Nandika, MS Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Fauzi Febrianto, MS Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas nikmat dan segala karunia-Nya sehingga skripsi berjudul Pengujian Lapangan Efikasi Termitisida Stealth 240 SC dengan Metode Modified Ground Board Test ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini dibuat dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Program Studi Teknologi Hasil Hutan di Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof.Dr.Ir. H. Dodi Nandika, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak membantu dalam memberi masukan, motivasi dan saran bagi penulis.
2. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan dan doa yang menjadi sumber motivasi penulis.
3. Teman khususnya Arie aqmarina dan teman-teman THH 47 yang banyak membantu dan memberikan semangat yaitu Aji, Helga, Dewa, Adi, Yudha, Pak Irsan, mimi, dila, ochi
4. Seluruh staf Tata Usaha, dan Laboran di Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB khususnya Pak Suhada, Pak Kadiman, dan Pak Anhari yang sangat sabar dalam membantu penulis melakukan penelitian.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, oleh karena itu dibutuhkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa mendatang. Penulis berharap bahwa skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan teknologi pengendalian rayap pada bangunan gedung di Indonesia.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
METODE 2
Tempat dan Waktu 2
Bahan 2
Alat 3
Prosedur 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 4
SIMPULAN DAN SARAN 10
DAFTAR PUSTAKA 10
LAMPIRAN 12
DAFTAR GAMBAR
1 Konstruksi Satuan Percobaan Tampak Samping (a) dan Tampak Atas
(b) 4
2 Kayu umpan pada satuan percobaan kontrol yang terserang rayap (a) dan Kayu umpan pada satuan percobaan yang diaplikasi dengan Termitisida Stealth 240 SC 1% yangbelumterserang rayap (b) 5 3 Rata-rata masa proteksi masing-masing termitisida Stealth 240 SC
terhadap serangan rayap tanah 6
4 Kasta prajurit Macrotermes gilvus Hagen (Isoptera: Termitidae) 7 5 Kasta prajurit Odontotermes javanicus Holgren (Isoptera: Termitidae) 8 6 Kasta prajurit Schedorhinotermes javanicus Kemner (Isoptera:
Rhinotermitidae) 9
7 Kasta prajurit Microtermes inspiratus kemner (Isoptera: Termitidae) 9
DAFTAR LAMPIRAN
1
Tata letak satuan percobaan di lapangan pengujian 12 2 Frekuensi serangan rayap tanah pada kelompok satuan percobaansetelah satu bulan (a), dua bulan (b), tiga bulan (c), dan empat bulan (d)
setelah aplikasi termitisida 13
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengalaman lebih dari tiga puluh tahun terakhir ini menunjukkan bahwa rayap merupakan faktor perusak kayu dan bangunan gedung yang penting di Indonesia (Nandika et al 2003). Serangan serangga tersebut bukan hanya terjadi pada bangunan perumahan sederhana, tetapi juga pada bangunan gedung bertingkat tinggi. Rilatupa (2007) melaporkan bahwa serangan rayap tanah ditemukan di lantai tiga puluh lima Apartemen Rasuna, Jakarta. Sementara itu Rakhmawati (1995) memperkirakan bahwa pada tahun 2005 kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada bangunan perumahan di Indonesia mencapai Rp. 1.67 triliun. Besarnya kerugian ekonomis tersebut dapat dimengerti mengingat serangan rayap tanah pada bangunan gedung telah terjadi di berbagai kota seperti Bandung (Rudi 1994), Jakarta Timur dan Jakarta Barat (Safaruddin 1994), Bogor (Jambak 1994), dan Batam (Remran 1993).
Dari kurang lebih 200 spesies rayap yang ada di Indonesia, yang paling banyak menimbulkan kerusakan pada bangunan gedung adalah golongan rayap tanah (Tambunan dan Nandika 1989). Golongan rayap ini banyak ditemukan di daerah tropika dan subtropika dengan 45% spesiesnya terdapat di daerah tropis (Harris 1971). Kalshoven (1960) dalam Rudi (1999) menyatakan bahwa rayap tanah termasuk jenis rayap yang dapat menyesuaikan diri dengan cepat terhadap habitat yang berbeda dari yang sebelumnya.
Salah satu metode yang umum digunakan dalam pengendalian serangan rayap tanah pada bangunan gedung adalah perlakuan tanah (soil treatment). Dalam metode ini larutan termitisida diaplikasikan pada tanah galian pondasi dan tanah bawah lantai dengan dosis ± 5 liter per m2 luas permukaan tanah. Dengan cara tersebut diharapkan terbentuk rintangan kimiawi di bawah bangunan dan di sekitar bangunan yang menghalangi akses serangan rayap tanah terhadap bangunan tersebut. Salah satu jenis termitisida yang mendapat izin dari Komisi Pestisida untuk diaplikasikan melalui metode perlakuan tanah di Indonesia adalah Stealth 240 SC (klorfenapir 240 g/l). Termitisida tersebut termasuk golongan organophosphat, bekerja sebagai racun kontak dan racun pernafasan yang bersifat non-repellent. Senyawa tersebut berbentuk pekatan yang dapat diemulsikan, berwarna kekuningan, berfungsi mengendalikan rayap tanah pada tanah tapak bangunan. Senyawa tersebut tidak berbau dan memiliki daya residu tinggi serta memiliki LD50 lebih dari 2000 mg/kg dan LC50 1.9 mg/l yang berarti termasuk bahan kimia yang aman bagi manusia (EPA 2014). Bahan kimia ini tidak terdeteksi secara visual, tidak berbau, dan menyerang susunan syaraf pusat sehingga menyebabkan kelumpuhan pada rayap yang terpapar. Namun demikian keampuhan Stealth 240 SC belum pernah diuji dalam skala lapangan dan dalam jangka panjang di Indonesia.
Perumusan Masalah
2
sebagai termitisida tanah (soil termiticide) di Indonesia, namun keampuhan jangka panjang termitisida tersebut dalam kondisi lapangan di Indonesia belum diketahui. Padahal kondisi lingkungan Indonesia yang berada di daerah tropis sangat berbeda dengan kondisi lingkungan dimana termitisida tersebut diproduksi dan terdaftar pertama kali yaitu di Amerika Serikat. Kondisi lingkungan Indonesia yang lembab dan hangat sepanjang tahun dengan radiasi matahari yang relatif cukup tinggi diduga sangat mempengaruhi stabilitas bahan aktif termtisida dimaksud dalam pemakaian jangka panjang. Belum lagi pengaruh aktivitas mikroorganisme tanah terhadap residu termitisida tersebut. Oleh karena itu diperlukan informasi tentang keampuhan Stealth 240 SC sebagai termitisida tanah pada kondisi lingkungan Indonesia dalam jangka panjang.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keampuhan lima tingkat konsentrasi Stealth 240 SC yaitu 0.1%, 0.2%, 0.3%, 0.4%, 0.5%, dan 1% setelah empat bulan diaplikasikan sebagai termitisida tanah di Kampus IPB Dramaga, Bogor melalui metode perlakuan tanah sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 03-2402-2000 tentang Tata cara Pencegahan Serangan Rayap Pada Bangunan Rumah dan Gedung dengan Termitisida. Penelitian juga bertujuan untuk mengetahui karakteristik tanah dan iklim di lokasi penelitian.
Manfaat Penelitian
Hasil pengujian diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi produsen dan lembaga berwenang di Indonesia untuk penentuan konsentrasi efektif termitisida Stealth 240 SC dan termitisida lain yang berbahan aktif klorfenapir dalam pemakaian di lapangan.
METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Kampus IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat pada bulan Maret 2014 sampai dengan Juli 2014.
Bahan
3 Alat
Adapun alat yang digunakan adalah gelas ukur (1000 ml), pipet, sprayer, sarung tangan, moisture meter, catrige masker, cangkul, sendok pengaduk semen, dan ember.
Prosedur
Perancangan Tata Letak Satuan Percobaan
Di lapangan pengujian dilakukan penentuan letak satuan-satuan percobaan dengan arah memanjang ke arah utara (berkapasitas sembilan satuan percobaan) dan melebar kearah barat (berkapasitas empat satuan percobaan). Jarak antar satuan percobaan adalah 150 cm ke arah utara dan 112 cm ke arah barat.
Persiapan Larutan
Konsentrasi termitisida yang digunakan adalah 0.1%, 0.2%, 0.3%, 0.4%, dan 1% dalam pelarut air. Sebagai kontrol (tanpa termitisida) digunakan air bersih. Aplikasi Termitisida
Sebelum penyemprotan masing-masing larutan Termitisida Stealth 240 SC permukaan tanah digemburkan sedalam 5 – 8 cm agar larutan termitisida dapat meresap ke dalam tanah. Bidang tanah yang telah digemburkan disemprot larutan termitisida dengan dosis dan konsentrasi yang telah ditentukan. Penyemprotan termitisida pada permukaan tanah dilakukan sedemikian rupa sehingga suspensi termitisida tersebut dapat meresap secara merata pada bidang tanah tepat di satuan percobaan. Setelah penyemprotan termitisida, lantai beton (concrete slab) berkuran 52.5 cm x 52.5 cm dibangun tepat di atas tanah tapak satuan percobaan. Di bagian tapak beton di pasang pipa PVC (Ø 4 inchi) secara vertikal sebagai lubang untuk meletakkan kayu umpan pada permukaan tanah di dasar lantai beton. Kayu umpan terbuat dari kayu pinus (6 x 6 x 1.5 cm) berkadar air 12%, kemudian lubang pipa PVC ditutup dengan tutup yang ukurannya tepat agar air hujan tidak ke dalam tanah yang telah diaplikasi larutan termitisida (Gambar 1).
Pengamatan
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keampuhan Termitisida Stealth 240 SC
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kayu umpan pada satuan percobaaan kontrol telah mulai terserang rayap tanah pada minggu kedua setelah pengujian dimulai, bahkan kayu umpan pada seluruh satuan percobaan kontrol telah terserang rayap pada minggu ketiga setelah pengujian dimulai. Sementara itu 80% satuan percobaan yang mendapat perlakuan termitisida Stealth 240 SC dengan konsentrasi 0.1% dan 0.2% mengalami serangan rayap tanah pada bulan pertama setelah aplikasi termitisida; pada periode tersebut 20% satuan percobaan yang mendapat perlakuan termitisida Stealth 240 SC dengan konsentrasi 0.3% juga telah mengalami serangan rayap. Diketahui juga bahwa satuan percobaan dengan konsentrasi 0.4% terserang rayap pada bulan kedua. Di pihak lain satuan percobaan dengan konsentrasi termititisida Stealth 240 SC 1% tidak satupun terserang rayap hingga bulan keempat (Lampiran 1).
5 Fakta lapangan menunjukkan bahwa terjadi perbedaan masa proteksi yang sangat nyata antara satuan percobaan kontrol (tanpa termitisida) dengan satuan percobaan yang diaplikasi dengan termitisida Stealth 240 SC konsentrasi 1%. Masa proteksi termitisida Stealth 240 SC konsentrasi 1% sekurang-kurangnya mencapai empat bulan, sebaliknya satuan percobaan kontrol telah terserang rayap pada bulan pertama setelah percobaan dilakukan (Gambar 2).
Sementara itu masa proteksi satuan percobaan dengan konsentrasi termitisida 0.4% (2 bulan) sedikit lebih singkat daripada masa proteksi satuan percobaan dengan konsentrasi 1% (4 bulan). Diketahui juga bahwa satuan percobaan dengan konsentrasi termitisida 0.3% hanya mampu melindungi satuan percobaan selama satu bulan lebih tiga minggu, sedangkan satuan percobaaan dengan konsentrasi 0.2% hanya mampu melindungi selama satu bulan (Gambar 3). Hal ini berarti bahwa dalam masa pengujian (4 bulan) konsentrasi termitisida Stealth 240 SC 1% cukup ampuh mencegah serangan rayap tanah.
Pengamatan selama empat bulan memang belum bisa menyatakan bahwa termitisida Stealth 240 SC dengan konsentrasi (1%) dapat diandalkan. Sebagaimana diketahui, harapan masa proteksi termitisida sekurang-kurangnya lima tahun. Oleh karena itu pengujian perlu dilanjutkan dalam jangka panjang.
(a) (b)
6
Nandika et al.(2003) menyatakan bahwa salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan populasi rayap adalah curah hujan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (2014) menyatakan bahwa curah hujan di lapangan pengujian tergolong ringan sampai sedang (11-25 mm/ hari). Pearce (1997) menyatakan bahwa curah hujan sangat mempengaruhi aktifitas rayap tanah dalam membuat sarang dimana curah hujan yang sangat tinggi akan mengurangi aktifitas rayap tanah. Suhu dan kelembaban udara juga sangat mempengaruhi aktifitas rayap tanah. Suhu optimum sarang rayap tanah berada di antara 29 °C- 30 °C. Sementara itu Supriana (1983) menyatakan bahwa rayap tanah memiliki kepekaan yang tinggi terhadap lingkungan yang tidak sesuai dengan iklim mikro optimum yang diperlukan bagi kehidupannya. Kelembaban yang terlalu tinggi atau kekeringan yamg hebat akan mengakibatkan tingkat mortalitas yang tinggi. Rayap tanah memiliki kemampuan mengatur kondisi tubuhnya bila berada dalam lingkungan dengan kelembaban yang normal. Menurut BMKG (2014) suhu udara rata-rata di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor adalah 27 °C-29 °C; kondisi tersebut sesuai untuk aktifitas dan perkembangan rayap tanah. Sementara itu kelembaban udara rata-rata di wilayah tersebut mencapai 83%-87%. Kondisi tersebut cukup mendukung kehidupan rayap tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lee dan Wood (1971) bahwa kebanyakan spesies rayap tanah dapat hidup dan ditemukan pada kisaran kelembaban 90%.
Lee dan Wood (1971) menyatakan bahwa bagian terpenting dari tanah dalam pembuatan sarang rayap terdiri dari gabungan antara tiga unsur antara lain pasir, debu, dan liat. Unsur liat lebih banyak dibutuhkan karena mengurangi kehilangan air. Dalam kaitan ini jenis tanah di lokasi penelitian adalah tanah latosol dengan tekstur tanah terdiri dari pasir (29.72%), debu (34.53%) dan liat (35.73%). Kondisi tersebut sesuai bagi pembuatan sarang rayap tanah. Sementara itu kandungan C-organik pada di lapangan pengujian adalah 2.54% dan kandungan N-total mencapai 0.18% Kemudian kadar air tanah rata-rata 63% serta pH 5.4 dan kapasitas tukar kation 16.04 me/100gr. Hal ini sesuai dengan Gambar 3 Rata-rata masa proteksi masing-masing konsentrasi Termitisida Stealth
7 pernyataan Jones et al (2003) bahwa bahan organik dengan C-organik tinggi lebih disukai oleh rayap.
Spesies Rayap Tanah Penyerang Kayu Umpan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di lokasi terdapat empat spesies rayap tanah yang dapat menyerang kayu umpan yaitu Macrotermes gilvus Hagen (Isoptera: Termitidae), Microtermes inspiratus Kemner (Isoptera: Termitidae), Odontotermes javanicus Holmgren (Isoptera: Termitidae), dan Scedorhinotermes javanicus Kemner (Isoptera: Rhinotermitidae).
Rayap Tanah Macrotermes gilvus Hagen (Isoptera: Termitidae) merupakan salah satu rayap yang aktif menyerang pada satuan percobaan (Gambar 4). Ciri-ciri rayap tanah Macrotermes gilvus Hagen memiliki kepala berwarna coklat tua. Dengan sepasang mandibel (kiri dan kanan) yang simetris dan tidak memiliki gigi marginal. Bagian ujung mandibel tersebut melengkung dan digunakan untuk menjepit musuh. Ujung dari labrum tidak jelas, pendek dan melingkar. Antena terdiri atas 16-17 ruas (Nandika 2014). Ada dua jenis kasta prajurit dari M.gilvus yaitu kasta prajurit mayor dan kasta prajurit minor. Kasta prajurit mayor memiliki kepala berwarna coklat kemerahan. Dengan panjang total 3.094 mm. panjang
kepala dengan mandibel 1.375 mm. Antena 17 ruas, ruas ketiga sama panjang dengan ruas kedua, ruas ketiga lebih panjang dari ruas keempat. Sementara itu kasta prajurit minor memilik kepala berwarna coklat tua, dengan lebar 0.438 mm. Panjang total dengan mandibel 1.163 mm. Panjang kepala tanpa mandibel 0.750 mm. Antena 17 ruas, ruas kedua sama panjang dengan ruas keempat. Ahmad (1958) menambahkan bahwa rayap M. Gilvus dari indo-malayan hingga papua memiliki ciri-ciri Kepala coklat muda kemerahan, perut cokelat muda, oceli berbentuk oval, antena terdiri dari 19 ruas, ruas ketiga sedikit lebih panjang dari kedua dan keempat. Panjang kepala sampai ujung labrum (2.65)-2,66, tanpa rahang (1.87), lebar 2.28-(2.44); diameter mata (0.83), panjang ocellus (0.31). lebar (0.26), jarak dari mata (0.15); panjang pronotum 1.33-(1.56). lebar 2.36-(2.60)
(a) (b)
8
Rayap Odontotermes javanicus (Isoptera: Termitidae) Holmgren juga aktif menyerang satuan percobaan (Gambar 5). Rayap tersebut memiliki ciri-ciri kepela berwarna coklat tua atau coklat kemerahan. Bentuk kepala melebar, Perbandingan antara bagian yang terlebar dengan bagian yang tersempit lebih besar dari 1.013 mm. Panjang kepala dengan mandibel 1.1 mm. Mandibel sama panjang atau lebih pendek dari setengah panjang kepala. Pada mandibel terdapat gigi margiani.Bagian dalam dari gigi marginal pada mandibel sebelah kiri sangat sembung. Panjang total 2.8 mm. Labrum lebih panjang dari gigi marginal pada mandibel kiri. Antena terdiri dari 17 ruas. Ruas kedua sama panjang atau lebih pendek dari ruas ketiga. Ahmad (1958) menambahkan postero lateral bulat melebar; Ruas antena kedua hampir sepanjang ruas antena ketiga, panjang tubuh 11.00-10.50; lebar kepala 2.37-2.54; dan panjang pronotum 1.09-1.16.
Rayap lain yang aktif menyerang satuan percobaan yaitu Schedorhinotermes javanicus Kemner (Isoptera: Rhinotermitidae) (Gambar 6). Ciri-ciri memiliki dua tipe kasta prajurit. Yaitu kasta prajurit yang berukuran besar (Mayor) dan kecil (Minor). Karakteristik morfologi kasta prajurit berukuran besar adalah sebagai berikut: panjang total badan 2.206 mm. Lebar kepala 0.719 mm dan jumlah segmen antena sebanyak 16 ruas. Sedangkan kasta prajurit kecil mempunyai kepala yang berwarna kuning muda dengan panjang kepala beserta mandibel 0.338 mm, lebar kepala 0.244 mm, dan jumlah segmen antena 15 segmen. Panjang badan total adalah 1.481 mm. Ahmad (1958) menambahkan kepala berwarna coklat, bulat, datar, antena dengan 20 ruas, ruas ketiga panjang dan lebih tebal dari kedua; panjang tubuh 7.5-8.2; lebar kepala 1.52-1.77.
Gambar 5 Kasta prajurit rayap tanah Odontotermes javanicus Holmgren (Isoptera:
9
(a) (b)
Gambar 6 Kasta prajurit mayor (a) dan minor (b) rayap tanah Schedorhinotermes javanicus Kemner (Isoptera: Rhinotermitidae) (perbesaran masing – masing 30X dan 50X)
Rayap tanah Microtermes inspiratus Kemner (Isoptera: Termitidae) juga menyerang secara aktif satuan percobaan (Gambar 7). Karakteristik morfologi kasta prajurit adalah sebagai berikut: Kepala berwarna kuning muda: Panjang total beserta mandibel rata-rata 0.375 mm, lebar kepala 0.275 mm: dan jumlah segmen antena sebanyak 16 segmen. Menurut Ahmad (1958) memiliki mata besar, melotot, antena 16-18 ruas, lebar kepala 1,55-1.75; panjang pronotum 0.92-0.95, tebal 1.55-1.59.
10
Tarumingkeng (1971) bahwa rayap Macrotermes, Microtermes, dan Odontotermes dapat berada dalam satu titik serangan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Stealth 240 SC dengan konsentrasi 1% sangat potensial sebagai termitisida tanah. Sampai dengan bulan keempat setelah aplikasi, termitisida tersebut (konsentrasi 1%) efektif mencegah serangan rayap tanah. Terdapat empat jenis rayap tanah yang aktif menyerang antara lain M. gilvus, M. inspiratus, O. javanicus, dan S. Javanicus. Kondisi iklim dan tanah di lapangan percobaan sesuai sebagai habitat keempat spesies rayap tersebut.
Saran
Perlu dilakukan pengamatan lanjutan untuk mengetahui batas masa proteksi termitisida Stealth 240 SC dengan konsentrasi 1% dan tingkat residunya dalam jangka panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, M. 1958. New Termites from the Indo-Malayan and Papuan Regions. Amer. Mus. Novit. No 1342:1-7.
[EPA]. Environmental Protection Agency. Stealth 240 SC.United States.
[BMKG] Badan Meteorologi, Klimatologi, dan geofisika. 2014. Data Curah Hujan Bogor Bulan Maret Hingga Juni Tahun 2014. Bogor(ID):BMKG.
Harris, W. V. 1971. Termites, Their Recognition and Control. 2ed Longmands, Gren and Co Ltd. London.
Jambak, N. 1990. Kerugian Akibat Serangan Rayap Pada Bangunan di Kotamadya Dari II Bogor.[skripsi]. Bogor(ID):Institut Pertanian Bogor Lee KL., Wood TG. 1971. Termites and Soil. London : Academic Press.
Rahmawati D. 1995. Prakiraan Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Bangunan Peruahan di Indonesia. (skripsi). Bogor(ID).Institut Pertanian Bogor. Bogor.
11 Rilatupa, J. 2007. Pendugaan Indeks Kondisi Konstruksi Akibat Serangan Rayap Pada Komponen Bahan Berkayu Bangunan Tinggi (disertasi). Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rudi. 1999. Preferensi Makanan Rayap Tanah Coptotermes Curvignatus Holmgren (Isoptera ; Rhinotermitidae) Terhadap Delapan Jenis Kayu Bangunan (Tesis). Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Safaruddin. 1994. Kerugian Ekonomi Akibat Serangan Rayap Pada Bangunan Perumahan di Dua Wilayah DKI Jakarta (Kotamadya Jakarta Barat dan Jakarta Timur) [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Supriana. N.1983. Perilaku Rayap Perusak Kayu. Proceeding Diskusi Pencegahan dan penanggulangan Bahaya Rayap pada bangunan. Kerjasama Direktorat Tata Bangunan dengan Ikatan Arsitektur Indonesia. Jakarta.
Tarumingkeng, R.C. 1971. Biologi dan Pengenalan Rayap Perusak Kayu di Indonesia. Laporan LPHH No. 133, Bogor
12
Lampiran 1 Tata letak satuan percobaan di lapangan pengujian
13 Lampiran 2 Frekuensi serangan rayap tanah pada kelompok satuan percobaan setelah satu bulan (a), dua bulan (b), tiga bulan (c), dan empat bulan (d) setelah aplikasi termitisida
14
Lampiran 3 Sebaran spasial spesies rayap tanah di lapangan percobaan
Keterangan:
: Pohon karet
15 RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ponorogo, Jawa Timur pada tanggal 12 Februari 1992, merupakan putra ketiga dari tiga bersaudara keluarga karim isnaini dan Wasmiati. Pendidikan formal penulis dimulai tahun 1998 Sekolah Dasar Negeri kalisat 1 dan lulus pada tahun 2004. Penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Ponorogo dan lulus pada tahun 2007. Kemudian di Sekolah Menegah Atas Negeri 1 Ponorogo lulus pada tahun 2010.
Pada tahun ajaran 2010/2011 penulis diterima di Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor melalui jalur UTM (Ujian Tulis Masuk) dan lulus dari TPB (Tingkat Persiapan Bersama) pada tahun 2011. Penulis aktif di organisasi HIMASILTAN (Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan) sebagai Kepala divisi minat bidang TPMK (Teknologi Peningkatan Mutu Kayu) serta menjadi Ketua penyelenggara kegiatan THE FIFTH FORTEX (Forest Technology expo) untuk menambah wawasan pentingnya pengelolaan hasil hutan dalam kemajuan energi terbaharukan di Indonesia.. Penulis juga pernah bergabung dalam kegiatan BCR (Bina Corps Rimbawan) pada tahun 2013 serta kegiatan ekstra UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) tenis meja IPB dan pernah meraih juara tiga pada tahun 2012 dan 2013.