• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDANGAN YUSUF AL QARDHAWI TERHADAP INTERVENSI ARAB SAUDI KE YAMAN STUDI KASUS TAHUN 2011-2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PANDANGAN YUSUF AL QARDHAWI TERHADAP INTERVENSI ARAB SAUDI KE YAMAN STUDI KASUS TAHUN 2011-2015"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

PANDANGAN YUSUF AL QARDHAWI TERHADAP INTERVENSI ARAB SAUDI KE YAMAN

STUDI KASUS TAHUN 2011-2015

(The Perpective of Yusuf Al-Qardhawi On Intervention of Saudi Arabia in Yemen Case Study on 2011-2015)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:

RHOVICA ESTI RAHMADANI 20120510349

(2)

HALAMAN JUDUL

PANDANGAN YUSUF AL QARDHAWI TERHADAP INTERVENSI ARAB SAUDI KE YAMAN

STUDI KASUS TAHUN 2011-2015

(The Perpective of Yusuf Al-Qardhawi On Intervention of Saudi Arabia in Yemen Case Study on 2011-2015)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:

RHOVICA ESTI RAHMADANI 20120510349

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

PANDANGAN YUSUF AL QARDHAWI TERHADAP INTERVENSI ARAB SAUDI KE YAMAN

STUDI KASUS TAHUN 2011-2015

(The Perpective of Yusuf Al-Qardhawi On Intervention of Saudi Arabia in Yemen Case Study on 2011-2015)

Disusun Oleh:

RHOVICA ESTI RAHMADANI 20120510349

Telah dipertahankan dalam ujian pendadaran, dinyatakan lulus dan disahkan di depan Tim Penguji Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Pada:

Hari/Tanggal : Selasa/30 Agustus 2016 Pukul : 08.00

Tempat : Ruang Simulasi Sidang HI

Tim Penguji

Siti Muslikhati,S.IP, M.Si 163 031

Pembimbing

Dr. Sidik Jatmika,M.SI Sugito, S.IP, M.Si

163 021 163 074

(4)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Rhovica Esti Rahmadani

NIM : 20120510349

Judul Skripsi :“PANDANGAN YUSUF AL QARDHAWI TERHADAP INTERVENSI ARAB SAUDI KE YAMAN”

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan Skripsi ini berdasarkan hasil

penelitian, pemikiran dan pemaparan asli dari saya sendiri, baik untuk analisis ataupun

penjelasan yang tercantum sebagai bagian dari Skripsi ini. Jika terdapat karya orang lain,

saya akan mencantumkan sumber yang jelas.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari

terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia

menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari

pihak manapun.

Yogyakarta, 6 September 2016 Yang Membuat Pernyataan

(5)

MOTTO

Jalanilah Segala Sesuatunya Dengan Setulus Hati, Maka

Kemudahan A

kan Menghampiri”

(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Pertama-tama, saya mengucapkan Terima Kasih kepada Allah SWT yang

telah memberikan keluarga yang luar biasa . Mereka tidak pernah lelah memotivasi

dan mendukung saya untuk menyelesaikan pendidikan ini.

Kedua, Teruntuk Bapak yang tetap menerima dan menyayangi saya meskipun

saya selalu mengecewakannya berkali-kali, yang telah membanting tulang

pagi-siang-dan-malam demi kelayakan hidup putrinya dan yang selalu mengingatkan untuk

segera menyelesaikan pendidikan ini. Teruntuk Ibu yang tetap menerima dan

menyayangi saya meskipun saya selalu mengecewakannya berkali-kali, yang selalu

memanjatkan doa pagi-siang-malam demi keselamatan dan keberhasilan putrinya di

rantauan, dan yang selalu mengingatkan untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi

dan lagi. Teruntuk Mas Giga yang selalu bisa memancing emosi dan menyayangiku

selalu. Teruntuk Dek Ilham yang lucu, jangan berubah ya. Teruntuk Zindut, yang

menemani di masa-masa akhir kuliah, kesedihan, kebahagiaan, air mata, dan

senyuman yang melebur menjadi sebuah keajaiban. Tetep pinteng, ganteng, dan

kutayang-tayang ya. Jadilah yang terbaik.

Ketiga, untuk Momma aka Tika yang selalu berada di sisiku baik atau pun

burukku, senang ataupun sedihku meskipun sering kutelantarkan dan ku ewh-kan dia

selalu ada. Orang yang ketika dia menangis aku tertawa, dia sedih aku bahagia,

teman yang seperti saudara, orang yang selalu ingin kuhajar, kepercayaanku, guru

spiritualku, dan teman tidurku. Tetap sabar sama aku ya sampai nanti.

Keempat, untuk Sani aka Mbah e. Terimakasih telah menjadi teman tidurku,

pelawak yang lucu, peramai yang memalukan, dan

yang selalu bertanya “kapan kowe

pendadaran jon?”

atau “skripsinem tekan ndi? Ndang dibarno cuk”

(7)

ABSTRAKSI

Yaman adalah negara yang sarat konflik sejak tahun 1994. Namun konflik kembali

memanas ketika gelombang protes mencapai Yaman pada tahun 2011. Konflik segitiga antara

Pemerintah, Houthi dan pendukung presiden sebelumnya yaitu Saleh. Presiden Hadi yang

tidak mampu menyelesaikan konflik kemudian meminta bantuan Arab Saudi. Arab Saudi pun

memberikan bantuan intervensi militer yang mana sebenarnya dibenci oleh Allah SWT. Hal

ini yang melatarbelakangi penulis dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk

mengevaluasi intervensi Arab Saudi di Yaman berdasarkan pandangan salah satu pembaharu

Islam yaitu Yusuf Al-Qardhawi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang berasal

dari data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati. Selain itu, pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini meliputi observasi

dan dokumen yang masing-masing mempunyai fungsi dan keterbatasan. Penelitian ini juga

menggunakan data-data yang bersifat sekunder yang bisa didapatkan dari buku, jurnal,

maupun karya ilmiah yang lain dan berita cetak maupun online. Penelitian ini menggunakan

teori Perang dalam buku Fikih Jihad karangan Yusuf Al-Qardhawi. Hasil dari penelitian yaitu

ada tiga evaluasi dalam intervensi Arab Saudi di Yaman menurut Yusuf Al-Qardhawi.

Pertama, tindakan Arab Saudi memenuhi syarat-syarat untuk melakukan jihad dalam arti fisik

(agresi militer) di Yaman. Syarat-syarat tersebut diantaranya diperbolehkan perang sesama

muslim apabila ada pihak yang melanggar janji dan menolak perdamaian. Kedua, Arab Saudi

melakukan penyimpangan dalam aturan perang. Hal ini dibuktikan dengan jatuhnya korban

non militer. Berdasarkan data PBB 6500 lebih warga Yaman tewas akibat intervensi ini.

Ketiga, Tindakan Arab Saudi ke Yaman mempunyai tujuan tertolak berupa tujuan ekonomi

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat,

hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan

batas waktu yang telah ditentukan, walaupun mengalami banyak sekali hambatan dan

tantangan dalam proses pengerjaannya.

Penulisan skripsi dengan judul “Pandangan Yusuf Al-Qardhawi Terhadap Intervensi

Arab Saudi di Yaman” didorong oleh ketertarikan penulis dengan para pembaharu Islam khususnya Yusuf Al-Qardhawi yang kemudian muncul peristiwa intervensi Arab Saudi di

Yaman. Penulis ingin menganalisis pandangan Qardhawi terhadap perang internal antara

sesama muslim ini apakah dibenarkan atau tidak menurut kacamatanya.

Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Politik di

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih

ada hal-hal yang belum sempurna dan luput dari perhatian penulis. Oleh karena itu, dengan

segala kekurangan dan kerendahan hati, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para

pembaca sekalian demi perbaikan makalah ini kedepannya.

Skripsi ini dapat hadir sedemikian rupa dikarenakan tidak lepas dari bantuan banyak

pihak. Untuk itu sudah sepantasnya kami mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besar

kepada banyak pihak yang telah berjasa membantu penulis selama proses pembuatan skripsi

ini dari awal hingga akhir. Diantaranya kepada,

- Bapak Prof. Dr. Bambang Cipto, M.A selaku Rektor Universitas Muhammdiyah

Yogyakarta

- Bapak Ali Muhammad, S.IP, M.A, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

(9)

- Ibu Dr. Nur Azizah, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Hubungan Internasional,

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

- Ibu Siti Muslikhati,S.IP, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan pengarahan dan kemudahan dalam penulisan skripsi ini.

- Bapak Dr. Sidik Jatmika,M.Si dan Sugito, S.IP, M.Si selaku dosen penguji skripsi

yang telah memberikan masukan dan pengarahan.

- Seluruh dosen dan karyawan jurusan Ilmu Hubungan Internasional khususnya dan

civitas Universitas Muhammadiyah Yogyakarta umumnya yang telah banyak

membantu dalam proses perkuliahan.

Serta kepada banyak pihak yang telah membantu dalam proses penulisan yang tidak

bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, Agustus 2016

(10)

DAFTAR ISI

BAB. I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined.

B. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.

C. KerangkaTeori ... Error! Bookmark not defined.

Konsep Perang Oleh Yusuf Al-Qardhawi ... Error! Bookmark not defined.

a. Definisi dan Syarat Perang ... Error! Bookmark not defined.

b. Aturan Perang ... Error! Bookmark not defined.

c. Tujuan-Tujuan Perang ... Error! Bookmark not defined.

D. Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.

E. Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

F. Tujuan Penulisan ... Error! Bookmark not defined.

G. Jangkauan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

H. Sistematika Penulisan ... Error! Bookmark not defined.

BAB. II FIKIH JIHAD YUSUF AL-QARDHAWI ... Error! Bookmark not defined.

A. Kelahiran, Keluarga dan Pendidikan Qardhawi ... Error! Bookmark not defined.

B. Pemikiran-Pemikiran Qardhawi ... Error! Bookmark not defined.

1. Konsep Ijtihad dan Tajdid ... Error! Bookmark not defined.

2. Konsep Ekonomi Tengah ... Error! Bookmark not defined.

3. Konsep Al-Wasathiyyah dan Demokrasi ... Error! Bookmark not defined.

4. Konsep Negara Islam ... Error! Bookmark not defined.

C. Karya-Karya Qardhawi ... Error! Bookmark not defined.

1. Bidang Fiqih dan Usul Fiqh ... Error! Bookmark not defined.

2. Bidang Ekonomi Islam... Error! Bookmark not defined.

(11)

BAB III INTERVENSI ARAB SAUDI DI YAMAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Kronologi Terjadinya Konflik Yaman ... Error! Bookmark not defined.

1. Gerakan Separatisme Yaman Selatan ... Error! Bookmark not defined.

2. Gerakan Al-Qaeda ... Error! Bookmark not defined.

3. Arab Spring ... Error! Bookmark not defined.

4. Intervensi Pihak Asing ... Error! Bookmark not defined.

B. Bantuan Arab Saudi ... Error! Bookmark not defined.

BAB IV ANALISIS YUSUF AL-QARDHAWI TERHADAP INTERVENSI ARAB SAUDI DI YAMAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Kondisi-Kondisi Terpenuhinya Syarat Untuk Melakukan Intervensi Sesama Negara Muslim (Yaman) oleh Arab Saudi ... Error! Bookmark not defined.

1. Syariat Perang ... Error! Bookmark not defined.

2. Faktor-Faktor Terjadinya Agresi Militer ... Error! Bookmark not defined.

B. Pelanggaran Etika Perang dalam Intervensi Arab Saudi ke YamanError! Bookmark not defined.

C. Tujuan Tertolak dalam Intervensi Arab Saudi ke YamanError! Bookmark not defined.

Islam Menolak Jihad dengan Tujuan Ekonomi ... Error! Bookmark not defined.

BAB V ... Error! Bookmark not defined.

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Koalisi Arab Saudi dalam konflik Yaman (www.aljazeera.com)Error! Bookmark not defined.

Gambar 2. Konflik Yaman yang berbatasan langsung dengan wilayah Arab SaudiError! Bookmark not defined.

Gambar 3. Koalisi Arab Saudi ... Error! Bookmark not defined.

(13)

DAFTAR TABEL

(14)
(15)

ABSTRAKSI

Yaman adalah negara yang sarat konflik sejak tahun 1994. Namun konflik

kembali memanas ketika gelombang protes mencapai Yaman pada tahun 2011.

Konflik segitiga antara Pemerintah, Houthi dan pendukung presiden sebelumnya

yaitu Saleh. Presiden Hadi yang tidak mampu menyelesaikan konflik kemudian

meminta bantuan Arab Saudi. Arab Saudi pun memberikan bantuan intervensi militer

yang mana sebenarnya dibenci oleh Allah SWT. Hal ini yang melatarbelakangi

penulis dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi intervensi

Arab Saudi di Yaman berdasarkan pandangan salah satu pembaharu Islam yaitu

Yusuf Al-Qardhawi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang berasal dari

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati. Selain itu, pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini meliputi

observasi dan dokumen yang masing-masing mempunyai fungsi dan keterbatasan.

Penelitian ini juga menggunakan data-data yang bersifat sekunder yang bisa

didapatkan dari buku, jurnal, maupun karya ilmiah yang lain dan berita cetak maupun

online. Penelitian ini menggunakan teori Perang dalam buku Fikih Jihad karangan

Yusuf Al-Qardhawi. Hasil dari penelitian yaitu ada tiga evaluasi dalam intervensi

Arab Saudi di Yaman menurut Yusuf Al-Qardhawi. Pertama, tindakan Arab Saudi

memenuhi syarat-syarat untuk melakukan jihad dalam arti fisik (agresi militer) di

Yaman. Syarat-syarat tersebut diantaranya diperbolehkan perang sesama muslim

(16)

melakukan penyimpangan dalam aturan perang. Hal ini dibuktikan dengan jatuhnya

korban non militer. Berdasarkan data PBB 6500 lebih warga Yaman tewas akibat

intervensi ini. Ketiga, Tindakan Arab Saudi ke Yaman mempunyai tujuan tertolak

berupa tujuan ekonomi yaitu mengincar jalur lintas minyak utama di Bab el Mandeb

(17)

BAB. I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Syaikh Yusuf Qardhawi adalah salah seorang pembaharu Islam yang

dikenal sebagai salah satu ulama islam di dunia yang mengulas tentang jihad dan

mekanismenya. Qardhawi dikenal sebagai ulama yang berani dan kritis.

Pandangannya sangat luas dan tajam. Karena itu, banyak pihak yang merasa tidak

nyaman dengan berbagai pemikirannya yang seringkali dianggap menyudutkan

pihak tertentu, termasuk pemerintah Mesir. Akibat pandangan-pandangan nya itu

pula, tak jarang Qardhawi harus mendekam dibalik jeruji besi. Namun demikian,

ia tak pernah berhenti menyuarakan dan menyampaikan pandangannya, dalam

membuka cakrawala umat. (Fikri, 2009)

Di Dunia Islam saat ini banyak sekali bentuk kerjasama dan konflik yang

terjalin antar satu negara dengan negara lainnya. Beberapa melakukan politik

dengan fair, namun juga tidak sedikit yang mempunyai maksud dan tujuan

tertentu di setiap kebijakan suatu negara. Intervensi militer Arab Saudi ke Yaman

adalah salah satu contoh peristiwa dimana terjadi kebijakan yang dirasa tidak fair

dan menguntungkan satu pihak. Sesungguhnya intervensi tersebut mengutamakan

prinsip kedaulatan dan kepentingan nasional serta menggunakan alasan

kemanusiaan yang di baliknya banyak kepentingan yang menyebabkan hubungan

(18)

Al Quran atau dalam hal ini Islam tidak mendasarkan hubungan antar negara ini

pada kekuasaan dan kepentingan nasional belaka.(Ahmad, 2013)

Yaman adalah salah satu negara muslim yang ada di dunia. Sebagai

negara muslim sudah sewajarnya harus menegakkan syiar-syiar Islam. Namun

pada kenyataannya Yaman terus berkonflik sesama saudara muslimnya. Konflik

Yaman bermula sejak gelombang protes mencapai Yaman pada tahun 2011.

Warga menuntut turunnya Presiden Yaman saat itu, Ali Abdullah Saleh. Akhirnya

pada 24 Februari 2012, Presiden Ali Abdullah Saleh resmi mundur dari jabatan

Presiden Yaman. Pihak oposisi kemudian menunjuk Wakil Presiden Abd Rabbo

Mansour Hadi untuk menggantikannya. Ketidakstabilan politik di Yaman yang

terjadi selama upaya penggulingan Ali Abdullah Saleh menjadi celah bagi

kelompok pemberontak Houthi yang beraliran Syiah untuk coba merebut

kekuasaan dari pemerintah. Pada 17 September 2014, pertempuran antara pasukan

Pemerintah Yaman dengan Kelompok Houthi berlangsung di tepi ibu kota Sanaa.

Pasukan pemberontak menghujani Sanaa dengan serangan mortir. Kemudian awal

2015 Kelompok Houthi menyerang Istana PM Yaman setelah sehari sebelumnya

menyerang istana kepresidenan. Serangan ini diakhiri dengan gencatan senajata

oleh kedua belah pihak.

Pada 23 Januari 2015, Abd Rabbo Mansour Hadi menyatakan mundur dari

jabatan Presiden Yaman. Mundurnya Hadi membuat kekuasaan di Yaman

mengalami kekosongan. Pemerintahan bentukan Kelompok Houthi tidak

mendapat dukungan dari warga Yaman. Keadaan Yaman yang semakin

(19)

Tepat pada Februari 2015, Presiden Hadi berhasil melarikan diri ibu kota Sanaa

dengan bantuan Dewan Keamanan PBB. Presiden Hadi menarik pengunduran

dirinya. Dia kemudian mengumumkan Aden sebagai ibu kota sementara Yaman

pada 24 Februari 2015. Sebulan berikutnya, Presiden Hadi mengumumkan Aden

sebagai ibu kota sementara Yaman, sekaligus meminta bantuan dari Arab Saudi

dan negara-negara Teluk untuk memulihkan kekuasaannya. Pada 26 Maret 2015,

Arab Saudi menyanggupi permintaan Presiden Hadi dan memulai serangan udara

ke Yaman.(Asmardika, 2015)

Konflik internal di Yaman yang berlarut-larut hingga 2015 mengakibatkan

kondisi politik, militer, sosial, ekonomi Yaman sangat tidak stabil yang kemudian

mendasari Yaman meminta bantuan kepada negara lain. Negara yang dimintai

bantuan oleh Yaman adalah saudara sesama muslimnya yaitu Arab Saudi. Arab

Saudi membantu Yaman dengan cara melakukan intervensi militer melalui

serangan udara. Istilah Intervensi mempunyai batasan sebagai suatu kegiatan yang

dilakukan oleh suatu negara, kelompok dalam suatu negara, atau suatu organisasi

internasional yang mencampuri secara paksa urusan dalam negeri negara

lain.(Baylis, 1999)

Sistem pemerintahan Arab Saudi didasarkan pada syariah islam dan

Al-Quran. Sedangkan politik luar negerinya berdasarkan atas Hubungan Kerajaan

Saudi dengan aktor lain yang didasarkan oleh nilai Islam dan Arab serta adanya

kontribusi dalam hal keamanan dan kesejahteraan. Arab saudi yakin bahwa

mereka adalah wakil dari keturunan Arab asli yang sedang berusaha untuk

(20)

dilakukan Arab Saudi dalam membantu Yaman tidak berdasarkan atas hukum

Islam. Inilah yang melatarbelakangi penulis ingin menganalisis lebih jauh

mengenai pandangan Islam menurut Yusuf Al Qardhawi sebagai salah satu

mujadid terkenal terhadap intervensi Arab Saudi Dalam konflik di Yaman.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan diatas maka penulis

ingin menganalisis tentang “Bagaimana pandangan Yusuf Al Qardhawi terhadap

intervensi Arab Saudi ke Yaman?”

C. KerangkaTeori

Konsep Perang Oleh Yusuf Al-Qardhawi a. Definisi dan Syarat Perang

Menurut Yusuf Al-Qardhawi, jihad merupakan bagian dari fiqh

muamalah. jihad dengan makna peperangan dan persiapan militer masuk kedalam

cakupan Umat dan Negara, karena tujuan dari jihad adalah menjaga eksistensi

materi dan rohani ummat serta menjaga dunia dan agama. Jihad dalah berusaha

sekuat tenaga di jalan Allah yang tidak selalu menjelaskan berperang atau

mengobarkan pertempuran karena berjuang dijalan Allah tidak hanya dengan

kekerasan saja. (Al-Qardhawi Y. , 2011, p. 10)

Qardhawi bercerita bahwasanya jihad mempunyai cakupan yang tidak

terbatas hanya kepada jihad yang berarti peperangan secara militer saja.

(21)

pedang dan tombak. Kadang-kadang jihad berbentuk pemikiran, pendidikan,

sosial, ekonomi atau politik sebagaimana kadang berupa militer. Nampaknya

al-Qardhawi setuju melawan “ägresi” liberalisme, sekularisme, pluralisme agama,

dan semacamnya yang mengancam aqidah dan syariah adalah jihad.

Sesungguhnya berbagai macam bentuk jihad dan aktivitas keislaman

diatas walaupun tidak termasuk makna jihad dalam nash maka wajib

memasukkannya ke dalam makna jihad dengan cara qiyas, karena keduanya

adalah amalan yang bertujuan untuk menolong din Allah, membelanya dan

melawan musuh – musuhnya serta menegakkan kalimatullah di muka bumi.

Qardhawi juga berpendapat bahwa,

Aturan Islam bukan hanya membahas tentang shalat, puasa, dzikir, tasbih, zakat, haji dan doa siang malam semata. Selama masih ada kemungkaran, ketidakadilan, kebenaran dikalahkan oleh kebatilan, bahkan kerusakan maka Islam menganjurkan umatnya untuk tidak hanya berdiam diri di rumah, menutup pintu dan berdoa hanya untuk dirinya. Islam mewajibkan setiap umatnya untuk mengambil peran dalam usaha melawan kemungkaran, mengerahkan segala daya, kekuatan, kemampuan, harta dan jiwa. Itulah yang dimaksudkan dengan berjihad di jalan Allah. (Al-Qardhawi Y. , 2011, pp. 40-41)

(22)

“Hai orang-orang yang beriman, ruku‟lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Rabbmu dan perbuatlah kebajikan supaya kamu mendapat kemenangan. (QS. 22:77) Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilihmu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untukmu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu, Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu Pula) dalam (al-Qur‟an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dia-lah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong. (QS. 22:78)” (al-Hajj: 77-78)

Menurut Qardhawi,

Allah menginginkan umat Muhammad ini dalam perjalanan hidupnya selalu berada dalam hukum-hukum Allah yang normal. Dimana terkadang mereka akan merasakan cobaan, sakit, bersabar, berkorban, berhijrah, berpeluh dan berjihad. Dimana tidak selalu menang karena kekalahan juga ada baiknya sehingga semua hal menjadi ujian penuh hikmah yang diberikan Allah kepada umatnya. Berdasarkan hasil ujian tersebut, Allah akan menetapkan pahala, siksa, surga dan neraka. (Al-Qardhawi Y. , 2011, p. 43)

“Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim. Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.” (Ali Imran: 140-142)

Jihad dalam pengertian perang fisik merupakan kebijakan yang berkaitan

erat dengan umat dan negara. Hal ini dikarenakan tujuan terpenting dari jihad

adalah melindungi umat, ajaran, kepercayaan, nilai maupun kepentingan duniawi

mereka dari pihak musuh yang sewaktu-waktu bisa bertindak dan berkuasa

seenaknya. Jadi pada dasarnya jihad lebih terkait dengan fikih kolektif, fikih

publik dan bukan fikih individu dan personal. Namun jihad dapat berubah menjadi

(23)

tidak ada seorang pun penguasa yang membela dan melindunginya, maka akan

menjadi wajib hukumnya bagi setiap individu untuk menyusun kekuatan dan

membentuk gerakan perjuangan yang dapat menggantikan fungsi penguasa dan

pemerintah. Karena hanya dengan perjuangan umat, musuh dapat diusir dan tanah

dapat dibebaskan. (Al-Qardhawi Y. , 2011, pp. 44-45)

“ma la yatimmu Al-wajib illa bih fahuwa wajib”

Artinya

Usaha yang menjadi syarat tercapainya sebuah kewajiban, hukum

paksaannya menjadi wajib pula.

Peperangan atau jihad fisik sesama negara Islam atau antara pemerintah

wilayah Islam yang satu dengan yang lain pada dasarnya semua ditolak dalam

Islam. Jika peperangan benar-benar terjadi, maka terjadilah kemungkaran yang

dilarang sementara tidak dapat dikatakan bahwa pada salah satu pihak ada

pemimpin yang adil, yang dizalimi karena masing-masing saling mengklaim.

Dalam kutipan ayat dalam buku Qardhawi yang berjudul Fikih Jihad

dikatakan dalam surat Al-Hujurat:9

(24)

“Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang

hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar

perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu

perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut,

damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku

adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.”

Berdasarkan surat ini perang antar sesama muslim diyariatkan karena dua

hal. Pertama, dilanggarnya kesepakatan yang telah dibuat antarabdua belah pihak

oleh salah satu diantaranya. Kedua, salah satu pihak menolak adanya perdamaian

seperti yang telah diperintahkan oleh Allah SWT. Sikap tersebut adalah

pembangkangan dan kesombongan.

Menurut Yusuf Al-Qardhawi agresi militer pada dasarnya apabila

dilakukan sangat tidak mendukung dan relevan. Agresi militer seharusnya telah

menjadi bagian dari sejarah. Terdapat syarat agar agresi militer seperti yang

dilakukan oleh Arab Saudi diperbolehkan yaitu memenuhi faktor-faktor sebagai

berikut.

(25)

b. Aturan Perang

Pada dasarnya menurut Qardhawi, umat muslim tidak mengharap perang,

umat muslim justru selalu berharap akan sebuah kedamaian dan keselamatan.

Namun ketika perang memang diwajibkan di jalan Alah, maka umat muslim akan

masuk dengan kekuatan dan kesabaran serta yakin akan mendapatkan satu dari

dua kebajikan yaitu menang atau mati syahid. Allah berfirman

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal perang itu adalah sesuatu yang

kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu.

Allah mengetahui, sedang kamu tidak Mengetahui” (Al-Baqarah: 216)

Dalam berperang pun tentu ada ketentuannya, salah satunya menurut

Qardhawi yaitu ketika kaum muslimin terpaksa berperang mereka diperintahkan

untuk meminimalisir kerugian nyawa dan materi sebisa mungkin apalagi perang

sesama negara muslim yang dibenci oleh Allah. Perang dalam tata aturan Islam

hanya diperbolehkan membunuh terhadap mereka yang ikut berperang atau

menyerang. Sebaliknya, meskipun mereka itu sehat, masih muda dan kuat terlebih

lagi jika mereka orang yang sakit, tua renta, buta dan terlantar maka tidak boleh

dibunuh sepanjang mereka tidak ikut berperang. Allah tidak memperbolehkan

memerangi selain orang yang memerangi, tidak boleh membunuh wanita, anak

kecil, orang tua, rahib di biara, petani dan pedagang, tidak boleh menebang

pohon, meruntuhkan bangunan, membuat onar dan kerusakan, tidak boleh

(26)

darurat pun ada hukumnya tersendiri, yaitu sekedarnya saja. Al-Quran membatasi

kondisi darurat tidak boleh melampaui batas, Allah berfirman.

“Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak

menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya.

Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Al-Baqarah: 173)

Meskipun begitu kaum muslimin tetap harus lebih mengedepankan seruan

damai meski setelah perang. Seruan damai tidak boleh ditolak meski adanya

kemungkinan musuh melakukan tipu daya dan langkah ini bisa dilakukan dengan

serangkaian persyaratan dan kaidah-kaidah syari‟i. Hal itulah yang dipraktikkan

oleh Rasulullah ketika kaum Quraisy condong berdamai dalam peristiwa

Hudaibiyah. Langkah yang diambil Rasulullah bukan karena kelemahan ataupun

sikap para sahabat yang malas karena mereka telah berjanji setia untuk mati.

Namun beliau tetap condong pada perdamaian ketika merasakan pihak musuh

meiliki kecondongan kearah sana. Di balik perjanjian damai inilah tidak sedikit

dari kalangan Quraisy yang masuk agama Allah yaitu Islam. (Al-Qardhawi, 2011)

c. Tujuan-Tujuan Perang

Pihak-pihak yang berperang hendaknya mempunyai tujuan yang sesuai

dengan ajaran agama. Menurut Qardhawi ada 6 tujuan-tujuan perang dalam Islam

yaitu.

1. Mencegah perlakuan semena-mena

Tujuan yang pertama dalam Islam yaitu mecegah dan menolak tindakan

(27)

negeri. Tindakan semena-mena terhadap agama misalnya kaum muslimin ditindas

karena keyakinan yang mereka peluk, dakwah islam dihadang dan dilarang, para

dai disiksa bahkan hingga dibunuh.

2. Mencegah fitnah atau menjamin kebebasan dakwah

Mencegah fitnah adalah salah satu tujuan perang yang dinyatakan secara

tegas dalam Al-Quran sebagai berikut

ْعي ا ب َ إف اْ تْ ا إف ۚ ّ هلك يدلا كي ٌة ْتف كت َ ٰىتح ْمه لتاق ٌريصب ل

Artinya

“Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu

semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya

Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.”

Hal ini dikarenakan fitnah lebih berat dan lebih besar dosanya dari

pembunuhan karena pembunuhan adalah tindak pidana terhadap jasmani dan

kehidupan manusia. Sementara fitnah merupakan tindak pidanan terhadap nurani,

ruhani dan pemikiran manusia.

3. Menyelamatkan orang-orang lemah

Salah satu tujuan perang dalam Islam yaitu menyelamatkan orang-orang

lemah tak berdaya dari keburukan dan kezhaliman penguasa serta menundukkan

orang-orang yang berlaku sombong di muka bumi secara tidak benar yang

merendahkan harga diri dan kehormatan orang-orang lemah tidak berdaya,

menyiksa, dan menginjak-injak kemanusiaan. Kaum muslimmin wajib

(28)

doa kepada Allah agar diselamatkan dari pihak musuh dan diberi seseorang yang

bisa menolong dan meraih tangan mereka. Allah berfirman,

“Karena itu hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah. Barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar. Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!". (An Nissa: 74-75)

4. Pelajaran bagi mereka yang melanggar perjanjian

Pemberian pelajaran bagi mereka yang tidak menghormati dan menjaga

perjanjian adalah salah satu tujuan perang dalam Islam. bagi orang-orang seperti

ini mereka hanya akan menjaga dan memelihara perjanjian ketika perjanjian

tersebut sesuai dengan kepentingan mereka. Namun ketika hal itu menjadi tidak

sesuai mereka akan menginjak-injak dan tidak memperhatikan kesucian perjanjian

tersebut. Orang-orang seperti ini tidak bisa dibiarkan berbuat kerusakan dan onar

di bumi, melakukan kezaliman dan kejahatan tanpa dimintai pertanggung jawaban

ataupun diberi sanksi atas kejahatan yang dilakukan. Karena itulah Islam

mensyariatkan agar orang-orang seperti ini diperangi sebagai bentuk pelajaran

bagi mereka dan sebagai hukuman atas perilaku yang diperbuat. Allah berfirman,

(29)

Kemudian ada beberapa pula tujuan-tujuan yang tertolak dalam sebuah

perang yaitu.

1. Melenyapkan kekafian dari dunia

Quran mengakui adanya perbedaan agama dan keyakinan manusia,

Al-Quran juga mengakui manusia terbagi menjadi golongan mukmin dan golongan

kafir, golongan ahli tauhid dan golongan paganis, golongan yang percaya pada

para Rasul dan golongan yang mendustakan Rasul. Allah memang menciptakan

manusia berbeda-beda, seperti Allah sampaikan,

“Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang

ada di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia

supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?” (Yunus: 99)

“Dialah yang menciptakan kamu maka diantara kamu ada yang kafir dan

diantaramu ada yang mukmin. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu

kerjakan.”(At-Taghabun: 2)

Berdasarkan nash-nash diatas, usaha apapun untuk melenyapkan

perbedaan agama dan memaksa seluruh manusia memeluk agama yang sama,

bersebrangan dengan kehendak Allah.

2. Memaksa manusia memeluk islam

Bagi yang memahami nash-nash Al-Quran dan Sunnah yang jelas dan

tegas pasti tahu bahwa paham untuk memaksa manusia memeluk Islam adalah

(30)

“Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang

ada di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia

supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?” (Yunus: 99)

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam), sesungguhnya telah

jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.” (Al-Baqarah: 256)

3. Islam Menolak Jihad dengan Tujuan Ekonomi

Islam melarang mujadid baik secara individu atau berjamaah menyelipkan

niat mendapatkan keuntungan-keuntungan duniawi di balik jihad, baik yang

bersifat materi seperti harta ataupun yang bersifat non materi seperti wibawa,

reputasi dan pujian. Saat ada niat seperti itu masuk ke dalam sebuah jihad

seseorang, maka jihad batal dan pahalanya lenyap.

Bukhari dan Muslim meriwayatkab dalam kitab shahih masing-masing

dari Abu Musa Al-Asyári, seorang badui mendatangi nabi lalu bertanya,

“Wahai Rasulullah, seseorang berperang demi harta rampasan, yang lain

berperang karena reputasi dan yang lain berperang agar kedudukannya diketahui,

siapa diantara mereka yang berada di jalan Allah?”

Nabi menjawab,

“Barangsiapa berperang agar kalimat Allah jua yang luhur, dia berada di

jalan Allah.”

Dari Abu Hurairah, seseorang bertanya,

“Wahai Rasulullah, seseorang ingin berjihad namun ia menginginkan

(31)

Rasulullah menjawab,

“Tidak ada pahala baginya”

Hal ini menjelaskan bahwa niat dominan dalam jihad Islam adalah

menjunjung tinggi kalimat Allah di muka bumi dan meneguhkan kebenaran serta

meruntuhkan kebatilan.

Intervensi yang dilakukan Arab Saudi ke Yaman adalah benar apabila

dikategorikan sebagai jihad dalam arti perang, dimana tujuan Arab Saudi yaitu

menjaga eksistensi materi dan rohani ummat serta menjaga dunia dan agama

dengan cara membantu menstabilkan Yaman dari berbagai macam konflik internal

yang pada intinya adalah perseteruan antara Houthi yang menginginkan jabatan

dalam pemerintahan, Saleh yang ingin kembali berkuasa dan Hadi yang ingin

meminggirkan kelompok Houthi serta Saleh. Konflik internal Yaman yang

semakin memanas mengakibatkan jatuhnya banyak korban baik tentara Yaman

maupun penduduk sipil. Arab Saudi kemudian dimintai bantuan oleh Presiden

Hadi untuk membantu meredakan konflik yang kemudian difokuskan kepada

kelompok Houthi yang terus melakukan penyerangan di berbagai gedung

pemerintahan. Awal mula dari serangan Houthi yaitu disebabkan karena Hadi

mengingkari perjanjian yang ditulis dalam sebuah pernyataan resmi. Hadi

mengatakan Houthi memiliki hak untuk menduduki jabatan di seluruh badan

pemerintah, dan rancangan UUD yang menjadi sumber pertikaian anata

(32)

Intervensi yang dilakukan oleh Arab Saudi ke Yaman diawali dengan

upaya damai dengan kelompok Houthi. Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia

Mustafa Ibrahim Al-Mubarak mengatakan bahwa pihak Arab Saudi sudah

mengupayakan untuk mencapai solusi secara damai, namun segala usaha tersebut

telah mendapatkan penolakan keras dari kelompok Houthi. Bahkan kelompok

Houthi terus menerus melakukan permusuhan dengan menaklukan sisa wilayah

lainnya, khususnya wilayah Selatan dan menjadikannya berada dibawah

pengendalian mereka. (Riyadi, 2015) Kemudian intervensi berujung menjadi

intervensi militer karena gagalnya perundingan damai diantara kedua belah pihak.

Dalam pelaksanaannya intervensi militer yang dilancarkan Arab Saudi meleset.

Banyak korban non-militer baik anak-anak, wanita, dan orang tua tidak bersalah

yang turut menjadi korban.

Arab Saudi adalah negara muslim begitu pula dengan Yaman. Berdasarkan

pendapat Qardhawi jihad dalam arti perang seperti yang terjadi di Yaman adalah

sesuatu yang paling dilarang dan ditolak dalam Islam. Apabila dikategorikan ke

dalan jenis perang, jihad ini termasuk kedalam perang internal. Islam sudah

menjelaskan bahwa memerangi seorang muslim oleh muslim lain termasuk dosa

besar bahkan bisa membawa kepada kekufuran. Al-Quran dan Sunnah Nabi

melarang keras perbuatan ini. Peperangan antar kaum muslimin adalah jenis

kekufuran atau membawa kepada kekufuran, atau mirip dengan perbuatan orang

kafir jahiliah. Dalam Islam kedudukan jiwa manusia adalah suci. Islam melarang

penumpahan darah kecuali karena darurat dan tuntutan kemashlahatan, dalam

(33)

penyerang agar menghentikan permusuhannya atau mencegah pembangkang

sampai kembali. Intervensi yang dilakukan Arab Saudi bertentangan dengan hal

ini karena adanya tujuan tersembunyi dalam jihadnya yang mana tujuan tersebut

tertolak dalam Islam. Akibatnya banyak darah kaum muslimin yang tidak bersalah

ikut ditumpahkan.

Dalam Islam sudah jelas bahwa kejahatan membunuh secara sengaja

termasuk kejahatan yang paling berat yang dapat menggoyahkan stabilitas

keamanan. Perbuatan ini termasuk perbuatan terkutuk yang akan mendapat

peradilan dari Allah di hari kiamat.

Rasulullah bersabda :

ءامدلاىف ابعلا يب كحيا ل ا ا( مرتلا جا ب ىئاس لا لسم ى ا بلاها

“Kasus yang pertama diadili di hadapan Allah pada hari kiamat ialah

masalah darah (pembunuhan)” (Hadits riwayat Bukhari, Muslim, An-Nasai, Ibnu

Majah dan Turmudzi). (Azmi, 2012)

Aturan perang dalam Islam menurut Qardhawi salah satunya adalah

meminimalisir jatuhnya korban apalagi korban yang tidak bersalah atau penduduk

sipil. Namun pada kenyataannya, serangan-serangan Arab Saudi di Yaman

mengakibatkan jatuhnya korban dan kerugian besar pada penduduk setempat..

Selain pasar tradisional, masjid pun juga terkena serangan Arab Saudi. Jelas sekali

ini telah melanggar atika perang yaitu larangan untuk tidak mengusik

(34)

umat muslim tidak akan bisa beribadah. Masjid yang biasanya digunakan sebagai

tempat ibadah dan pusat kegiatan keagamaan oleh penduduk al-Fara‟ kini sepi

ditinggal penduduk setempat, masjid tersebut tidak lagi berdiri kokoh atau

sebagian bangunannya telah hancur, atapnya hancur tak berbentuk, dan reruntuhan

memenuhi ruangan masjid. Tempat lain diantaranya pasar Atfein yang juga telah

hancur lebur akibat dibombardir pesawat tempur Saudi. Di daerah Yaman lainnya,

tepatnya di bani al-Qamad, Khairan. Jet tempur Saudi melancarkan

pembomannya ke sebuah gudang sembako milik penduduk Yaman,

mengakibatkan gudang tersebut hancur dan terbakar, tidak ada yang tersisa sedikit

pun dari bahan-bahan makanan di gudang tersebut. Pesawat tempur terus

melancarkan serangan bom di berbagai tempat, diantara di Taiz, pesawat

menargetkan kamp militer Yaman di Jabal Jarrah dan juga sebuah stadion

olahraga serta beberapa rumah yang ada disekitarnya juga turut hancur. Di Hajjah

pesawat tempur Saudi melancarkan puluhan serangan udara, tepatnya di daerah

Jabal „Ahim dan Hird. sedangkan di Ma‟rib, Jufainah dan beberapa tempat lainya

juga tidak luput dari serangan udara Saudi. Di Amran, pesawat Saudi membom

pusat pemancar telekomunikasi tepatnya di Jabal al-Aswad. Sebagaimana, dilansir

oleh kantor berita Yaman al-Youm. Konflik sejauh ini telah menewaskan 4.500

orang dan ribuan lainnya luka-luka, kata PBB. Namun sumber lokal Yaman,

mengatakan angka kematian itu jauh lebih tinggi. (Arrahmahnews.com, 2015) ini

menunjukkan bahwa ada sesuatu yang tidak benar dalam etika berperang yang

(35)

Arab Saudi ingin membantu mengembalikan Yaman menjadi negara yang

stabil dan aman. Namun penyerangan yang dilakukan oleh Arab Saudi justru

diarahkan ke wilayah Yaman bagian selatan dimana fraksi-fraksi Houthi

jumlahnya sangat sedikit di wilayah tersebut. Sasaran serangan seharusnya di

arahkan ke wilayah Yaman bagian utara apabila sasaran utamanya adalah Houthi.

Karena di wilayah utara merupakan basis dari kekuatan Houthi. (Shakdam, 2015)

Selain itu, Seorang pejabat AS mengatakan bahwa operasi Riyadh merupakan

bentuk respon panik atas cepatnya situasi memburuk di Yaman yang ditakutkan

Saudi akan merembet ke perbatasan mereka. Koalisi negara Teluk Arab bergerak

terlalu cepat sehingga keefektifan agresi militer diragukan. Menurut AS, Arab

Saudi dilaporkan menyimpan beberapa rincian soal aksi militer mereka di Yaman

dari Washington sampai saat-saat terakhir dilakukannya agresi militer pada Maret

2015.

Meskipun Arab Saudi berbicara dengan para pejabat tinggi AS soal serangan

udara untuk mendukung pemerintahan Presiden Hadi yang diperangi oleh

al-Houthi, pejabat AS mengakui terdapat gap terkait informasi yang mereka punya

soal serangan, termasuk tujuan Saudi untuk melakukan serangan itu.

Jenderal Lloyd Austin, kepada Komando Sentral militer AS, mengatakan pada

Senat AS bahwa ia telah berbicara dengan kepala pertahanan Arab Saudi tepat

sebelum mereka melancarkan serangan ke Yaman bahwa serangan ini tidak bisa

diperkirakan kemungkinan keberhasilannya karena tidak tahu apa maksud dan

tujuannya secara spesifik. (Agestu, 2015) Namun pada Maret 2015 serangan udara

(36)

pertahanan akhir dari Presiden Hadi. Ada sebuah makna tersirat bahwa serangan

Arab Saudi mempunyai sebuah maksud dan tujuan tersembunyi dari intervensinya

yang dilancarkan ke Yaman.

Yaman adalah wilayah yang kecil namun memiliki kekayaan alam yang

luar biasa. Yaman memiliki 50 kilang minyak produktif dengan kualitas minyak

bumi dengan standar dunia, belum lagi ditambah potensi dari cadangan gas alam

nya yang mencapai 18 trilyun kaki kubik. Tidak hanya minyak bumi dan gas

alam, Yaman pun dikaruniai tambang emas yang cukup besar. Yaman sendiri

tercatat sebagai negara Arab produsen Emas ke 6 di Dunia, termasuk barang

tambang langka yang berharga mahal di dunia. (Jakartaforum, 2015) Meski relatif

miskin, secara geopolitik Yaman memiliki posisi strategis. Ia berbatasan dengan

Laut Merah, Teluk Aden, dan Laut Arab, dan terletak antara Oman dan Saudi.

Setiap hari sekitar 5 juta barrel minyak dibawa oleh kapal-kapal tanker, yang lalu

lalang melalui Teluk Aden, sehingga pihak yang menguasai Yaman berpotensi

memotong jalur laku lintas minyak yang strategis tersebut.Dengan potensinya

tersebut tampaknya wajar bila negara asing seperti Arab Saudi serta sejumlah

negara lain ikut bersaing untuk menguasai Yaman dengan menggunakan alasan

penyelesaian konflik Yaman yang justru tidak berakhir hingga hari ini. Tujuan

ekonomi bisa saja menjadi salah satu alasan Arab Saudi bersikeras untuk tidak

(37)

D. Hipotesis

Pandangan Yusuf Al-Qardhawi terhadap intervensi Arab Saudi di Yaman

yaitu

1. Tindakan Arab Saudi memenuhi syarat-syarat untuk melakukan jihad

dalam arti fisik (agresi militer) di Yaman

2. Arab Saudi melakukan penyimpangan dalam aturan perang

3. Tindakan Arab Saudi ke Yaman mempunyai tujuan tertolak berupa

tujuan ekonomi.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode kualitatif.

Metode kualitatif didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang dapat diamati. Selain itu, pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini

meliputi tiga tipe, yaitu observasi, interview, dan dokumen yang masing-masing

mempunyai fungsi dan keterbatasan.

Berdasarkan tipe-tipe diatas maka penulis memilih untuk menggunakan

data-data yang bersifat sekunder yang bisa didapatkan dari buku, jurnal, maupun

karya ilmiah yang lain dan berita online. Dengan data sekunder ini dapat me

mbantu penulis untuk menganalisis dan memaparkan pandangan Yusuf Al

Qardhawi terhadap intervensi arab saudi dalam konflik yaman

(38)

Adapun tujuan dari penulisan adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis intervensi yang dilakukan Arab Saudi ke Yaman

sebagai sesama negara muslim

2. Untuk mengetahui pandangan Yusuf Al Qardhawi atas intervensi

Arab Saudi di Yaman

G. Jangkauan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menetapkan batasan jangkauan dalam

penelitian. Ini sebagai pengingat bagi penulis dalam melakukan penelitian agar

tetap disiplin dan juga mempermudah penulis dalam melakukan penelitian.

Penulis membatasi jangkauan penelitian bermula pada tahun 2011 yaitu awal

mula pecahnya konflik Yaman hingga Desember 2015 yaitu batas akhir penulis

melakukan penelitian terhadap penulisan skripsi. Kemudian fokusnya hanya

kepada Arab Saudi serta Yaman. Analisis dilakukan dengan menggunakan

perspektif Islam dalam pandangan Yusuf Al Qardhawi yang diambil dari buku

Qardhawi ataupun buku pendukung lain yang mengulas pemikiran Yusuuf Al

Qardhawi.

Oleh karena melihat hal-hal tersebut di atas yang membuat penulis ingin

mencari tahu dan tertarik untuk mengkaji lebih jauh lagi pandangan Yusuf Al

(39)

H. Sistematika Penulisan

Bab I terdiri dari pendahuluan. Di dalam pendahuluan terdapat

latarbelakang yang merupakan sumber masalah dari penelitian ini. Kemudian

rumusan masalah sebagai fokus pembatas kajian penelitian ini. Kemudian untuk

menganalisis masalah secara ilmiah maka peneliti menggunakan landasan teori

yang ada di Bab I ini. Selanjutnya adalah metode penelitian sebagai langkah

operasional penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

Bab II Fikih Jihad Yusuf Al Qardhawi secara umum. Akan dipaparkan

pula pandangan-pandangan dan pemikiran-pemikiran tentang perang atau jihad

menurut Yusuf Al Qardhawi.

Bab III menjelaskan awal mula intervensi Arab Saudi di Yaman kemudian

akan dijelaskan pula hubungan yang seharusnya dilakukan antar sesama negara

muslim. Selain itu, didalamnya akan berisi gambaran intervensi Arab Saudi di

Yaman yang menjurus kepada peperangan antara sesama umat muslim kemudian

akibat dari perang tersebut.

Bab IV menjelaskan tentang Analisis Yusuf Al Qardhawi yang berkaitan

dengan intervensi Arab Saudi di Yaman. Dan akan dipaparkan pula tindakan yang

seharusnya dilakukan oleh Arab Saudi terhadap Yaman.

Bab V adalah penutup yang berisikan kesimpulan dari bab-bab

sebelumnya serta adanya saran yang penulis berikan terhadap penulisan skripsi

(40)

BAB. II

FIKIH JIHAD YUSUF AL QARDHAWI

Dr. Yusuf Al-Qaradhawi adalah ulama yang sangat fenomenal karena

kedalaman ilmu dan da‟wahnya. Ia menjadi rujukan dan referensi berbagai macam

kalangan karena kemampuannya dalam menjawab segala masalah umat sesuai

dengan tuntunan Al Quran dan hadits. Qardhawi lahir di sebuah desa kecil di

Mesir bernama Shafth Turaab di tengah Delta pada 9 September 1926. Ketika

usianya belum genap 10 tahun, Qardhawi telah mampu menghafal Al-Qur‟an.

Seusai menamatkan pendidikan di Ma’had Thantha dan Ma’had Tsanawi, ia

meneruskan pendidikan ke Fakultas Ushuluddin Universitas al-Azhar, Kairo. Pemikiran beliau banyak dipengaruhi oleh cendekiawan muslim Hasan Al Banna.

Qardhawi tidak asing dengan penjara karena di usia mudanya ia sering masuk bui.

(Wijaya, 2009) Pada tahun 2015 Qardhawi bersama Presiden Muhammad Mursi

dan 104 orang lainnya. Mereka dituduh mengacaukan negara, termasuk bekerja

sama dengan Hamas dan Iran. Sementara Yusuf Qardhawi, ia dijatuhi vonis atas

tuduhan menjadi provokator saat menjatuhkan Husni Mubarak. Qaradawi

membantah tuduhan, ia mengatakan berada di Qatar saat dugaan pelanggaran

terjadi. (Amanda, 2015)

(41)

Yusuf Al-Qaradhawi lahir di sebuah desa kecil di Mesir bernama Shafth

Turaab di tengah Delta pada 9 September 1926. Ayah Qardhawi telah meninggal

sejak ia berusia dua tahun. Ia diasuh oleh pamannya sejak kecil dan bahkan karena

kedekatannya ia telah menganggap pamannya sebagai ayahnya sendiri. Pada usia

10 tahun, ia sudah bisa menghafal al-Qur‟an. Setelah tumbuh dewasa Qardhawi

menikah dan mempunyai istri bernama Shaft Thurab dan dikaruniai tujuh orang

anak, empat putri dan tiga putra. Dalam hal pendidikan, ia membebaskan

anak-anaknya untuk menuntut ilmu apa saja sesuai dengan minat dan bakat serta

kecenderungan masing-masing. Hal ini merupakan sebuah bukti bahwa ia adalah

seorang ulama yang sangat terbuka. Dan hebatnya lagi, dia tidak membedakan

pendidikan yang harus ditempuh anak-anak perempuannya dan anak laki-lakinya.

Salah seorang putri Qardhawi memperoleh gelar doktor fisika dalam

bidang nuklir dari Inggris. Putri keduanya memperoleh gelar doktor dalam bidang

kimia juga dari Inggris, sedangkan yang ketiga masih menempuh S3. Adapun

yang keempat telah menyelesaikan pendidikan S1-nya di Universitas Texas

Amerika. Anak laki-laki yang pertama menempuh S3 dalam bidang teknik elektro

di Amerika, yang kedua belajar di Universitas Darul Ulum Mesir. Sedangkan

yang bungsu telah menyelesaikan kuliahnya pada fakultas teknik jurusan listrik.

Keberagaman pendidikan yang ditempuh oleh anak-anak Qardhawi

menggambarkan sikap dan pandangannya terhadap pendidikan modern. Hanya

ada satu anak dari Qardhawi yang menmpuh pendidikan di Darul Ulum. Hal ini

karena Qardhawi merupakan seorang ulama yang menolak adanya pemisahan

(42)

hal tersebut tergantung kepada orang yang memandang dan mempergunakannya.

Pemisahan ilmu secara bertentangan tersebut, menurut Qardhawi, telah

menghambat kemajuan umat Islam. Suatu hal yang wajar apabila Qardhawi

dikenal sebagai ulama dan pemikir islam yang unik sekaligis istimewa, keunikan

dan keistimewaanya itu tidak lain karena ia memiliki cara atau metodologi khas

dalam menyampaikan risalah islam, disebabkan oleh metodologinya itulah dia

mudah diterima di kalangan dunia barat sebagai seorang pemikir yang selalu

menampilkan islam secara ramah, santun, dan moderat, kapasitasnya itulah yang

membuat Qardhawi kerap kali menghadiri pertemuan internasional para pemuka

agama di Eropa maupun di Amerika sebagai wakil dari kelompok islam.

(Biografiku.co, 2009)

Qardhawi sangat peduli terhadap pendidikan, semasa hidupnya ia

menamatkan pendidikan di Ma‟had Thantha dan Ma‟had Tsanawi. Kemudian ia

melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi ke Universitas al-Azhar, Fakultas

Ushuluddin dan lulus tahun 1952. Tidak berhensi sampai disitu, Qardhawi

selanjutnya menyelesaikan program doktor pada tahun 1973. Untuk meraih gelar

doktor di Universitas al-Azhar, Kairo, ia menulis disertasi dengan judul “Zakat

dan Pengaruhnya dalam Mengatasi Problematika Sosial”. Disertasi ini telah

dibukukan dan diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, termasuk dalam edisi

bahasa Indonesia. Sebuah buku yang sangat konprehensif membahas persoalan

zakat dengan nuansa modern.

Qardhawi mengalami keterlambatan dalam memperoleh gekar doctor.

(43)

Dampaknya Dalam Penanggulangan Kemiskinan”, yang kemudian di

sempurnakan menjadi Fiqh Zakat. Sebuah buku yang sangat komprehensif dalam

membahas persoalan zakat dengan nuansa modern. Penyebab keterlambatannya

meraih gelar doktor adalah karena ia sempat meninggalkan Mesir akibat kejamnya

rezim yang berkuasa saat itu. Qardhawi memilih Qatar sebagai tempat tujuannya

dan menginggalkan Mesir pada tahun 1961. Qatar menjadikannya pribadi yang

lebih maju dan berkembang. Qardhawi bebas untuk mengembangkan

pemikiran-pemikirannya. Di sana ia sempat mendirikan Fakultas Syariah di Universitas

Qatar. Pada saat yang sama, ia juga mendirikan Pusat Kajian Sejarah dan Sunnah

Nabi. Ia mendapat kewarganegaraan Qatar dan menjadikan Doha sebagai tempat tinggalnya. Pada tahun 1957, Yusuf al-Qaradhawi juga menyempatkan diri

memasuki Institut Pembahasan dan Pengkajian Arab Tinggi dengan meraih

diploma tinggi bahasa dan sastra Arab. Melalui bantuan-bantuan dari universitas,

lembaga-lembaga dan yayasan keagaam Islam di dunia Arab Qardhawi mampu

melakukan kunjungan ke berbagai negara Islam maupun non-Islam untuk tujuan

keagamaan. Qardhawi juga pernah mengunjungi Indonesia pada tahun 1998.

Dalam berbagai kunjungannya ke Negara-negara lain, ia aktif mengikuti berbagai

kegiatan ilmiah seperti seminar danmuktamar. Misalnya seminar hukum Islam di

Libya, Muktamar Pertama tarikh Islam di Beirut, Muktamar Internasional Pertama

mengenai ekonomi Islam di Mekkah, dan muktamar hukum Islam di Riyadh.

(Firdaus, 1994)

Dalam perjalanan hidupnya, Qaradhawi tidak asing dengan situasi di

(44)

bui tahun 1949, saat umurnya masih 23 tahun, karena keterlibatannya dalam

pergerakan Ikhwanul Muslimin. Pada April tahun 1956, ia ditangkap lagi saat

terjadi Revolusi Juni di Mesir. Bulan Oktober kembali ia mendekam di penjara

militer selama dua tahun. Qaradhawi terkenal dengan khutbah-khutbahnya yang

berani sehingga sempat dilarang sebagai khatib di sebuah masjid di daerah

Zamalik. Alasannya, khutbah-khutbahnya dinilai membentuk opini publik tentang

ketidakadilan rejim saat itu. (Wijaya, 2009)

B. Pemikiran-Pemikiran Qardhawi

Pemikiran Yusuf al- Qaradawi mempunyai pengaruh yang cukup

dipertimbangkan di seluruh dunia. Pemikiran yang bersesuaian dengan keadaan

dan suasana semasa dahulu menjadikannya sebagai rujukan dan panduan oleh

umat Islam. Pemikiran Qardhawi tentang keagamaan dan politik dipenharuhi oleh

sosok Hassan Al-Banna. Qardhawi kerap mengikuti Al-Banna berkeliling ke

beberapa tempat dan senantiasa menyimak ceramah dan menelaah buku-bukunya.

Tokoh lainnya adalah al-Bahī al-Khailī dan Muhammad alGhazālī sebagai dua

sosok utama al-Ikhwān al-Muslimīn. Pengaruh gerakan ini memang sangat kuat

terhadap al-Qaradhāwi bahkan lebih kuat dari pengaruh pendidikan resminya di

al-Azhar. Selain oleh Al-Banna, pemikiran Qardhawi juga banyak dipengaruhi

oleh ulama dari kalangan Al-Azhar. Tokoh tersebut antara lain Muhammad

Abdullah Darraz. Qaradhawi mengagumi tokoh ini karena keluasan dan

orisinalitas ilmu dan pemikirannya yang terlihat terutama di dalam bukunya

(45)

Muhammad Syaltut, „Abd al-Halīm Muhammad. Pada tokoh yang disebut

terakhir, Qaradhawi mendalami ilmu filsafat Islam ketika mengikuti kuliah

Ushuluddin yang diajar oleh Syaikh Al-Azhar tersebut. (Ad-Din, 1428 H)

Di antara sumbangan besar Yusuf al-Qaradawi ialah memperkenalkan

pendekatan dinamik untuk memahami Shari‟ah melalui beberapa konsep yaitu

fiqh dan manhaj yang beliau anjurkan dan ini termasuk fiqh al- Nusus,

fiqhal-waqi’, fiqh al-muwazanat, fiqh al-awlawiyyat, fiqh al-taghayyur, fiqh al-Jihad,

fiqh al-thaurah, fiqh al-iqtisadi al-Islami, fiqh al-aqalliyyat, fiqh al-wasatiyyah,

fiqh al-dakwah dan manhaj al-sala fiqh. Yusuf al-Qaradawi telah memberikan

nafas baru dan dalam bentuk yang lebih segar untuk siapapun yang ingin

memahami Islam dengan lebih mendalam dan berkesan.

1. Konsep Ijtihad dan Tajdid

Di bidang keagamaan Qardhawi banyak menyampaikan pemikirannya

terutamai mengenai konsep ijtihad dan tajdid. Qaradhāwī mengemukakan dalam

Pengantar bukunya yang berjudul Al-Ijtihād fī al-Syarī’ah al-Islāmiyyah ma’a Nazharāt Tahlīliyyah fī al-Ijtihād al-Mu’āshir, bahwa ada dua kata kunci yang

sangat penting dan mempunyai pengaruh besar dalam kelangsungan agama Islam.

Dua hal itu diambil dari akar kata yang sama dalam bahasa Arab, yakni ijtihad

dan jihad. Yang pertama meliputi wilayah berpikir dan analitis, sedangkan

yang kedua meliputi wilayah amal dan sikap keseharian. Ijtihad merupakan corak

(46)

menjelaskan bahwa syariat Islam diturunkan sebagai syariat penutup sebagai

petunjuk bagi manusia. Allah SWT. telah menciptakan ciri khasnya berupa

nilai-nilai general, abadi sekaligus universal (syumūl). Di samping itu Allah SWT. juga menjadikannya bersifat terbuka dan tidak kaku. Dalam hal itulah terdapat

kesempatan bagi para ulama untuk berijtihad terhadap permasalahan yang tidak

ada dalilnya secara qath’i. Meskipun demikian, al-Qaradhāwī tetap menggariskan

bahwa ijtihad harus tetap berorientasi pada mencari keridhaan Allah, tanpa

melanggar batas (ekstrim), dan bukan unntuk mengabaikan hak-hak manusiawi.

(Al-Qardhawi, Al-Ijtihād fī al-Syarī‟ah al-Islāmiyyah ma‟a Nazharāt Tahlīliyyah

fī al-Ijtihād al-Mu‟āshir, 1996)

Bagi Qardhawi keberadaan ijtihad sangat penting dalam Islam.

Sebagaimana yang ditegaskan oleh Alquran, Sunah dan ijma‟. Oleh karena itulah

Imam al-Syaukānī berpendapat hukum ijtihad adalah fardu kifayah. Di mana pada

setiap masa harus ada orang yang mampu untuk menjawab problematika umat.

Qardhawi menyimpulkan, setidaknya hukum ijtihad berkisar pada tiga hal

berikut: (Al-Qardhawi Y. , 2001)

a. Hukumnya fardu ‘ain apabila:

- Seseorang berhadapan dengan masalah hukum yang menyangkut

dirinya pribadi ketika tidak ada tempat untuk bertanya baik

menyangkut ibadah, muamalah, maupun keluarganya sendiri.

- Ijtihad pada masalah yang hukumnya telah jelas bagi yang

bersangkutan, sedangkan di tempat tersebut tidak ada orang lain yang

(47)

b. Hukumnya fardu kifayah apabila:

- Seseorang meminta fatwa terhadap kasus yang terjadi, sedangkan saat

itu ada beberapa orang yang dapat berijtihad.

- Ada permasalahan hukum yang dalam menganalisisnya diserahkan

kepada beberapa orang pakar dalam berbagai bidang. Apabila salah

satunya melakukan ijtihad maka gugurlah sudah kewajiban yang lain.

c. Hukumnya dianjurkan (nadb) apabila:

- Seorang ‘ālim yang berijtihad dalam rangka ingin mengetahui hukum permasalahan tertentu meskipun belum terjadi.

- Seorang mufti yang mengeluarkan fatwa meskipun ia tidak melihat

adanya permasalahan mendesak saat itu.

Qardhawi termasuk ulama yang berpendapat setiap masa harus ada

seorang mujtahid. Ia sepakat dengan para fukaha mazhab Hanbali yang tidak

memperkenankan kekosongan mujtahid setiap masa. Untuk mewujudkan ijtihad

yang lurus, menurut Qaradhawi diperhatikan beberapa aturan dan ketentuan

pokok untuk ijtihad kontemporer yaitu tidak ada ijtihad tanpa mencurahkan

kemampuan, tidak ada ijtihad dalam masalah-masalah yang bersifat qath’ī, tidak boleh menjadikan yang zhannī menjadi qath’ī, menggabungkan antara fikih dan

hadits, sekaligus menghilangkan jurang pemisah antara fukaha dan muhadditsīn, waspada agar tidak mudah tergelincir oleh tekanan realita, mengantisipasi

pembaharuan yang bermanfaat dengan tidak menerima atau menolak hal-hal yang

bersifat asing, tetapi menyeleksinya lebih dahulu, tidak mengabaikan

(48)

bersikap lapang dada terhadap kekeliruan mujtahid. (Al-Qardhawi Y. , Syarī‟ah

al-Islām Shālihah li al-Tathbīq fi Kull Zamān wa Makān, 1997)

Meskipun Qaradhawi menyerukan membuka pintu ijtihad, ia juga tetap

tegas terhadap tajdīd (pembaharuan) yang didengungkan oleh kalangan liberalis,

sekularis, maupun atheis yang terselubung. Menurut Qaradhawi, pemikiran

mereka justru menjauhkan umat Islam dari Allah SWT. Sehingga mereka sama

sekali tidak pantas melakukan tajdīd dalam Islam. Mereka lebih tepat dikatakan sebagai mubaddid (penghancur) agama, karena apa yang mereka lakukan tidak

ada sangkut pautnya dengan kebaikan agama.

2. Konsep Ekonomi Tengah

Penjelasan pemikiran ekonomi Yusuf Qardhawi, lebih di titik beratkan

kepada perbedaan antara ekonomi Islam dengan ekonomi hasil teori manusia,

yakni terletak pada nilai dan akhlak. Karena itulah tujuan, cara dan berbagai

kegiatan ekonominya berpegang teguh pada syariat islam. Qardhawi juga

menjelaskan bahwa di dalam ekonomi menurut ajaran Islam terdapat pengawasan

internal dari dalam hati nurani mereka sendiri sebagai seorang muslim. Qardhawi

juga mengatakan bahwa manusia adalah tujuan kegiatan ekonomi. Manusia dalam

pandangan Islam merupakan pelaku ekonomi dengan memanfaatkan ilmu yang

diberikan Allah kepadanya. Ekonomi manusia yang dimaksud oleh Qardhawi

yaitu mewujudkan kehidupan yang lebih baik bagi manusia itu sendiri. Selain itu

Qardhawi juga berbicara bahwa ekonomi pertengahan bermakna keadilan yang

(49)

ekonomi Islam bersifat netral (pertengahan) tidak menyerupai kapitalis ataupun

sosialis.

Seperti dalam firman Allah

“Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca

(keadilan). Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan

tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca

itu.” (QS Ar Rahman : 7-9)

3. Konsep Al-Wasathiyyah dan Demokrasi

Di bidang politik Qardhawi berbicara mengenai konsep Konsep

al-Wasathiyyah. Menurut Qardhawi Islam adalah agama rahmat. Di masa lalu

hingga saat ini umat muslim selalu dihadapkan pada dualisme atau multi

pandangan dalam beragama. Hal ini berawal dari perbedaan pemahaman terhadap

tanda-tanda (ayat-ayat) Tuhan dalam al-Qur‟an, yang tentunya sikap tersebut

dilatarbelakangi oleh situasi historis yang turut mempengaruhi dan

mengkondisikan. Perbedaan tersebut dikatakan sebagai rahmat Tuhan (ikhtilaf

ummati rahmatun), dan dinamika dalam berkehidupan, bersosial serta berinteraksi

diantara sesamanya. Maka pasti, perbedaan seharusnya tidak mengarahkan pada

perpecahan dan pelabelan Islam sebagai agama yang tidak menjunjung nilai-nilai

kedamaian dan kasih sayang. Sebab itu, umat Islam dituntut menjadi “Ummatan

Wasathan”, yaitu umat yang moderat, adil, dan seimbang dalam bersikap,

berinteraksi dan bersosial. Tuntutan sebagai umat moderat mendorong umat Islam

(50)

memiliki kecenderungan ekstrimis, ekslusif, radikal, dan antipati terhadap orang

lain, dikarenakan berbeda denganya. Pandangan-pandangan tersebut (ekstrimis

dan lain-lain) pada dasarnya berlawanan dengan konsepsi Islam sebagai agama

rahmat dan kasih sayang (rahmatal lil „alamin) yang mengedapankan pesan

kebaikan (al-ma„ruf) dari pada melawan kemungkaran (nahy al-munkar), karena

dianggap telah mengabaikan nilai-nilai toleransi (tasamuh), dan keadilan (ta„adul)

dalam beragama dan bersikap. Sebab itu, karakter wasatiyyah dalam ber-Islam

menolak sikap-sikap yang akan merugikan Islam dan umat Islam itu sendiri.

Sosok Yusuf Qardhawi adalah seorang intelektual Muslim moderat yang

namanya mencuat sejak pertengahan tahun 1980-an. Tulisanya merefleksikan

sikap ke-moderat-anya dalam memahami Islam, sebab itu ia menuliskan “al

-Sahwah Islamiyah bayn al-Juhud wa al-Tatarruf”, yaitu kitab buku yang mengulas

tentang kebangkitan Islam antara penolakan dan ekstrimisme. Dan juga “al-Halal

wa al-Haram fi al-Islam” (yang halal dan yang haram dalam Islam). Akan tetapi,

sikap moderat-nya tidak menyetujui pandangan kaum sekular Arab tentang

transformasi budaya Arab-Islam ke dunia modren berdasarkan rasionalitas. ia juga

mengkritik pandangan ultra-konservatif yang mengabaikan akal pikiran manusia

dalam memahami agama, dan hanya berpegang pada teks suci. Atas sikapnya itu,

ia dianggap oleh kaum sekular Arab sebagai “konservatif yang pura-pura

modren”. Sementara kaum ultra-konservatif menganggapnya sebagai sebagai

“ahli fikih yang mengabaikan hadis dan sunnah nabi.” Terlepas dari wacana yang

dilontarkan tersebut, sikap dan pemikiran Yusuf Qardhawi menuntut umat muslim

Gambar

Gambar 1. Skema Koalisi Arab Saudi dalam konflik Yaman (www.aljazeera.com)
Gambar 2. Koalisi Arab Saudi
Tabel 1 Analisis Yusuf Al Qardhawi

Referensi

Dokumen terkait