PANDANGAN YUSUF AL QARDHAWI TERHADAP INTERVENSI ARAB SAUDI KE YAMAN
STUDI KASUS TAHUN 2011-2015
(The Perpective of Yusuf Al-Qardhawi On Intervention of Saudi Arabia in Yemen Case Study on 2011-2015)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Hubungan Internasional
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh:
RHOVICA ESTI RAHMADANI 20120510349
HALAMAN JUDUL
PANDANGAN YUSUF AL QARDHAWI TERHADAP INTERVENSI ARAB SAUDI KE YAMAN
STUDI KASUS TAHUN 2011-2015
(The Perpective of Yusuf Al-Qardhawi On Intervention of Saudi Arabia in Yemen Case Study on 2011-2015)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Hubungan Internasional
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh:
RHOVICA ESTI RAHMADANI 20120510349
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
PANDANGAN YUSUF AL QARDHAWI TERHADAP INTERVENSI ARAB SAUDI KE YAMAN
STUDI KASUS TAHUN 2011-2015
(The Perpective of Yusuf Al-Qardhawi On Intervention of Saudi Arabia in Yemen Case Study on 2011-2015)
Disusun Oleh:
RHOVICA ESTI RAHMADANI 20120510349
Telah dipertahankan dalam ujian pendadaran, dinyatakan lulus dan disahkan di depan Tim Penguji Jurusan Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Pada:
Hari/Tanggal : Selasa/30 Agustus 2016 Pukul : 08.00
Tempat : Ruang Simulasi Sidang HI
Tim Penguji
Siti Muslikhati,S.IP, M.Si 163 031
Pembimbing
Dr. Sidik Jatmika,M.SI Sugito, S.IP, M.Si
163 021 163 074
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Rhovica Esti Rahmadani
NIM : 20120510349
Judul Skripsi :“PANDANGAN YUSUF AL QARDHAWI TERHADAP INTERVENSI ARAB SAUDI KE YAMAN”
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan Skripsi ini berdasarkan hasil
penelitian, pemikiran dan pemaparan asli dari saya sendiri, baik untuk analisis ataupun
penjelasan yang tercantum sebagai bagian dari Skripsi ini. Jika terdapat karya orang lain,
saya akan mencantumkan sumber yang jelas.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia
menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari
pihak manapun.
Yogyakarta, 6 September 2016 Yang Membuat Pernyataan
MOTTO
“
Jalanilah Segala Sesuatunya Dengan Setulus Hati, Maka
Kemudahan A
kan Menghampiri”
HALAMAN PERSEMBAHAN
Pertama-tama, saya mengucapkan Terima Kasih kepada Allah SWT yang
telah memberikan keluarga yang luar biasa . Mereka tidak pernah lelah memotivasi
dan mendukung saya untuk menyelesaikan pendidikan ini.
Kedua, Teruntuk Bapak yang tetap menerima dan menyayangi saya meskipun
saya selalu mengecewakannya berkali-kali, yang telah membanting tulang
pagi-siang-dan-malam demi kelayakan hidup putrinya dan yang selalu mengingatkan untuk
segera menyelesaikan pendidikan ini. Teruntuk Ibu yang tetap menerima dan
menyayangi saya meskipun saya selalu mengecewakannya berkali-kali, yang selalu
memanjatkan doa pagi-siang-malam demi keselamatan dan keberhasilan putrinya di
rantauan, dan yang selalu mengingatkan untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi
dan lagi. Teruntuk Mas Giga yang selalu bisa memancing emosi dan menyayangiku
selalu. Teruntuk Dek Ilham yang lucu, jangan berubah ya. Teruntuk Zindut, yang
menemani di masa-masa akhir kuliah, kesedihan, kebahagiaan, air mata, dan
senyuman yang melebur menjadi sebuah keajaiban. Tetep pinteng, ganteng, dan
kutayang-tayang ya. Jadilah yang terbaik.
Ketiga, untuk Momma aka Tika yang selalu berada di sisiku baik atau pun
burukku, senang ataupun sedihku meskipun sering kutelantarkan dan ku ewh-kan dia
selalu ada. Orang yang ketika dia menangis aku tertawa, dia sedih aku bahagia,
teman yang seperti saudara, orang yang selalu ingin kuhajar, kepercayaanku, guru
spiritualku, dan teman tidurku. Tetap sabar sama aku ya sampai nanti.
Keempat, untuk Sani aka Mbah e. Terimakasih telah menjadi teman tidurku,
pelawak yang lucu, peramai yang memalukan, dan
yang selalu bertanya “kapan kowe
pendadaran jon?”
atau “skripsinem tekan ndi? Ndang dibarno cuk”
ABSTRAKSI
Yaman adalah negara yang sarat konflik sejak tahun 1994. Namun konflik kembali
memanas ketika gelombang protes mencapai Yaman pada tahun 2011. Konflik segitiga antara
Pemerintah, Houthi dan pendukung presiden sebelumnya yaitu Saleh. Presiden Hadi yang
tidak mampu menyelesaikan konflik kemudian meminta bantuan Arab Saudi. Arab Saudi pun
memberikan bantuan intervensi militer yang mana sebenarnya dibenci oleh Allah SWT. Hal
ini yang melatarbelakangi penulis dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi intervensi Arab Saudi di Yaman berdasarkan pandangan salah satu pembaharu
Islam yaitu Yusuf Al-Qardhawi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang berasal
dari data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati. Selain itu, pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini meliputi observasi
dan dokumen yang masing-masing mempunyai fungsi dan keterbatasan. Penelitian ini juga
menggunakan data-data yang bersifat sekunder yang bisa didapatkan dari buku, jurnal,
maupun karya ilmiah yang lain dan berita cetak maupun online. Penelitian ini menggunakan
teori Perang dalam buku Fikih Jihad karangan Yusuf Al-Qardhawi. Hasil dari penelitian yaitu
ada tiga evaluasi dalam intervensi Arab Saudi di Yaman menurut Yusuf Al-Qardhawi.
Pertama, tindakan Arab Saudi memenuhi syarat-syarat untuk melakukan jihad dalam arti fisik
(agresi militer) di Yaman. Syarat-syarat tersebut diantaranya diperbolehkan perang sesama
muslim apabila ada pihak yang melanggar janji dan menolak perdamaian. Kedua, Arab Saudi
melakukan penyimpangan dalam aturan perang. Hal ini dibuktikan dengan jatuhnya korban
non militer. Berdasarkan data PBB 6500 lebih warga Yaman tewas akibat intervensi ini.
Ketiga, Tindakan Arab Saudi ke Yaman mempunyai tujuan tertolak berupa tujuan ekonomi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan
batas waktu yang telah ditentukan, walaupun mengalami banyak sekali hambatan dan
tantangan dalam proses pengerjaannya.
Penulisan skripsi dengan judul “Pandangan Yusuf Al-Qardhawi Terhadap Intervensi
Arab Saudi di Yaman” didorong oleh ketertarikan penulis dengan para pembaharu Islam khususnya Yusuf Al-Qardhawi yang kemudian muncul peristiwa intervensi Arab Saudi di
Yaman. Penulis ingin menganalisis pandangan Qardhawi terhadap perang internal antara
sesama muslim ini apakah dibenarkan atau tidak menurut kacamatanya.
Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Politik di
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih
ada hal-hal yang belum sempurna dan luput dari perhatian penulis. Oleh karena itu, dengan
segala kekurangan dan kerendahan hati, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca sekalian demi perbaikan makalah ini kedepannya.
Skripsi ini dapat hadir sedemikian rupa dikarenakan tidak lepas dari bantuan banyak
pihak. Untuk itu sudah sepantasnya kami mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besar
kepada banyak pihak yang telah berjasa membantu penulis selama proses pembuatan skripsi
ini dari awal hingga akhir. Diantaranya kepada,
- Bapak Prof. Dr. Bambang Cipto, M.A selaku Rektor Universitas Muhammdiyah
Yogyakarta
- Bapak Ali Muhammad, S.IP, M.A, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
- Ibu Dr. Nur Azizah, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Hubungan Internasional,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
- Ibu Siti Muslikhati,S.IP, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan pengarahan dan kemudahan dalam penulisan skripsi ini.
- Bapak Dr. Sidik Jatmika,M.Si dan Sugito, S.IP, M.Si selaku dosen penguji skripsi
yang telah memberikan masukan dan pengarahan.
- Seluruh dosen dan karyawan jurusan Ilmu Hubungan Internasional khususnya dan
civitas Universitas Muhammadiyah Yogyakarta umumnya yang telah banyak
membantu dalam proses perkuliahan.
Serta kepada banyak pihak yang telah membantu dalam proses penulisan yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, Agustus 2016
DAFTAR ISI
BAB. I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined.
B. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.
C. KerangkaTeori ... Error! Bookmark not defined.
Konsep Perang Oleh Yusuf Al-Qardhawi ... Error! Bookmark not defined.
a. Definisi dan Syarat Perang ... Error! Bookmark not defined.
b. Aturan Perang ... Error! Bookmark not defined.
c. Tujuan-Tujuan Perang ... Error! Bookmark not defined.
D. Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.
E. Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
F. Tujuan Penulisan ... Error! Bookmark not defined.
G. Jangkauan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
H. Sistematika Penulisan ... Error! Bookmark not defined.
BAB. II FIKIH JIHAD YUSUF AL-QARDHAWI ... Error! Bookmark not defined.
A. Kelahiran, Keluarga dan Pendidikan Qardhawi ... Error! Bookmark not defined.
B. Pemikiran-Pemikiran Qardhawi ... Error! Bookmark not defined.
1. Konsep Ijtihad dan Tajdid ... Error! Bookmark not defined.
2. Konsep Ekonomi Tengah ... Error! Bookmark not defined.
3. Konsep Al-Wasathiyyah dan Demokrasi ... Error! Bookmark not defined.
4. Konsep Negara Islam ... Error! Bookmark not defined.
C. Karya-Karya Qardhawi ... Error! Bookmark not defined.
1. Bidang Fiqih dan Usul Fiqh ... Error! Bookmark not defined.
2. Bidang Ekonomi Islam... Error! Bookmark not defined.
BAB III INTERVENSI ARAB SAUDI DI YAMAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Kronologi Terjadinya Konflik Yaman ... Error! Bookmark not defined.
1. Gerakan Separatisme Yaman Selatan ... Error! Bookmark not defined.
2. Gerakan Al-Qaeda ... Error! Bookmark not defined.
3. Arab Spring ... Error! Bookmark not defined.
4. Intervensi Pihak Asing ... Error! Bookmark not defined.
B. Bantuan Arab Saudi ... Error! Bookmark not defined.
BAB IV ANALISIS YUSUF AL-QARDHAWI TERHADAP INTERVENSI ARAB SAUDI DI YAMAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Kondisi-Kondisi Terpenuhinya Syarat Untuk Melakukan Intervensi Sesama Negara Muslim (Yaman) oleh Arab Saudi ... Error! Bookmark not defined.
1. Syariat Perang ... Error! Bookmark not defined.
2. Faktor-Faktor Terjadinya Agresi Militer ... Error! Bookmark not defined.
B. Pelanggaran Etika Perang dalam Intervensi Arab Saudi ke YamanError! Bookmark not defined.
C. Tujuan Tertolak dalam Intervensi Arab Saudi ke YamanError! Bookmark not defined.
Islam Menolak Jihad dengan Tujuan Ekonomi ... Error! Bookmark not defined.
BAB V ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Koalisi Arab Saudi dalam konflik Yaman (www.aljazeera.com)Error! Bookmark not defined.
Gambar 2. Konflik Yaman yang berbatasan langsung dengan wilayah Arab SaudiError! Bookmark not defined.
Gambar 3. Koalisi Arab Saudi ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR TABEL
ABSTRAKSI
Yaman adalah negara yang sarat konflik sejak tahun 1994. Namun konflik
kembali memanas ketika gelombang protes mencapai Yaman pada tahun 2011.
Konflik segitiga antara Pemerintah, Houthi dan pendukung presiden sebelumnya
yaitu Saleh. Presiden Hadi yang tidak mampu menyelesaikan konflik kemudian
meminta bantuan Arab Saudi. Arab Saudi pun memberikan bantuan intervensi militer
yang mana sebenarnya dibenci oleh Allah SWT. Hal ini yang melatarbelakangi
penulis dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi intervensi
Arab Saudi di Yaman berdasarkan pandangan salah satu pembaharu Islam yaitu
Yusuf Al-Qardhawi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang berasal dari
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati. Selain itu, pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini meliputi
observasi dan dokumen yang masing-masing mempunyai fungsi dan keterbatasan.
Penelitian ini juga menggunakan data-data yang bersifat sekunder yang bisa
didapatkan dari buku, jurnal, maupun karya ilmiah yang lain dan berita cetak maupun
online. Penelitian ini menggunakan teori Perang dalam buku Fikih Jihad karangan
Yusuf Al-Qardhawi. Hasil dari penelitian yaitu ada tiga evaluasi dalam intervensi
Arab Saudi di Yaman menurut Yusuf Al-Qardhawi. Pertama, tindakan Arab Saudi
memenuhi syarat-syarat untuk melakukan jihad dalam arti fisik (agresi militer) di
Yaman. Syarat-syarat tersebut diantaranya diperbolehkan perang sesama muslim
melakukan penyimpangan dalam aturan perang. Hal ini dibuktikan dengan jatuhnya
korban non militer. Berdasarkan data PBB 6500 lebih warga Yaman tewas akibat
intervensi ini. Ketiga, Tindakan Arab Saudi ke Yaman mempunyai tujuan tertolak
berupa tujuan ekonomi yaitu mengincar jalur lintas minyak utama di Bab el Mandeb
BAB. I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Syaikh Yusuf Qardhawi adalah salah seorang pembaharu Islam yang
dikenal sebagai salah satu ulama islam di dunia yang mengulas tentang jihad dan
mekanismenya. Qardhawi dikenal sebagai ulama yang berani dan kritis.
Pandangannya sangat luas dan tajam. Karena itu, banyak pihak yang merasa tidak
nyaman dengan berbagai pemikirannya yang seringkali dianggap menyudutkan
pihak tertentu, termasuk pemerintah Mesir. Akibat pandangan-pandangan nya itu
pula, tak jarang Qardhawi harus mendekam dibalik jeruji besi. Namun demikian,
ia tak pernah berhenti menyuarakan dan menyampaikan pandangannya, dalam
membuka cakrawala umat. (Fikri, 2009)
Di Dunia Islam saat ini banyak sekali bentuk kerjasama dan konflik yang
terjalin antar satu negara dengan negara lainnya. Beberapa melakukan politik
dengan fair, namun juga tidak sedikit yang mempunyai maksud dan tujuan
tertentu di setiap kebijakan suatu negara. Intervensi militer Arab Saudi ke Yaman
adalah salah satu contoh peristiwa dimana terjadi kebijakan yang dirasa tidak fair
dan menguntungkan satu pihak. Sesungguhnya intervensi tersebut mengutamakan
prinsip kedaulatan dan kepentingan nasional serta menggunakan alasan
kemanusiaan yang di baliknya banyak kepentingan yang menyebabkan hubungan
Al Quran atau dalam hal ini Islam tidak mendasarkan hubungan antar negara ini
pada kekuasaan dan kepentingan nasional belaka.(Ahmad, 2013)
Yaman adalah salah satu negara muslim yang ada di dunia. Sebagai
negara muslim sudah sewajarnya harus menegakkan syiar-syiar Islam. Namun
pada kenyataannya Yaman terus berkonflik sesama saudara muslimnya. Konflik
Yaman bermula sejak gelombang protes mencapai Yaman pada tahun 2011.
Warga menuntut turunnya Presiden Yaman saat itu, Ali Abdullah Saleh. Akhirnya
pada 24 Februari 2012, Presiden Ali Abdullah Saleh resmi mundur dari jabatan
Presiden Yaman. Pihak oposisi kemudian menunjuk Wakil Presiden Abd Rabbo
Mansour Hadi untuk menggantikannya. Ketidakstabilan politik di Yaman yang
terjadi selama upaya penggulingan Ali Abdullah Saleh menjadi celah bagi
kelompok pemberontak Houthi yang beraliran Syiah untuk coba merebut
kekuasaan dari pemerintah. Pada 17 September 2014, pertempuran antara pasukan
Pemerintah Yaman dengan Kelompok Houthi berlangsung di tepi ibu kota Sanaa.
Pasukan pemberontak menghujani Sanaa dengan serangan mortir. Kemudian awal
2015 Kelompok Houthi menyerang Istana PM Yaman setelah sehari sebelumnya
menyerang istana kepresidenan. Serangan ini diakhiri dengan gencatan senajata
oleh kedua belah pihak.
Pada 23 Januari 2015, Abd Rabbo Mansour Hadi menyatakan mundur dari
jabatan Presiden Yaman. Mundurnya Hadi membuat kekuasaan di Yaman
mengalami kekosongan. Pemerintahan bentukan Kelompok Houthi tidak
mendapat dukungan dari warga Yaman. Keadaan Yaman yang semakin
Tepat pada Februari 2015, Presiden Hadi berhasil melarikan diri ibu kota Sanaa
dengan bantuan Dewan Keamanan PBB. Presiden Hadi menarik pengunduran
dirinya. Dia kemudian mengumumkan Aden sebagai ibu kota sementara Yaman
pada 24 Februari 2015. Sebulan berikutnya, Presiden Hadi mengumumkan Aden
sebagai ibu kota sementara Yaman, sekaligus meminta bantuan dari Arab Saudi
dan negara-negara Teluk untuk memulihkan kekuasaannya. Pada 26 Maret 2015,
Arab Saudi menyanggupi permintaan Presiden Hadi dan memulai serangan udara
ke Yaman.(Asmardika, 2015)
Konflik internal di Yaman yang berlarut-larut hingga 2015 mengakibatkan
kondisi politik, militer, sosial, ekonomi Yaman sangat tidak stabil yang kemudian
mendasari Yaman meminta bantuan kepada negara lain. Negara yang dimintai
bantuan oleh Yaman adalah saudara sesama muslimnya yaitu Arab Saudi. Arab
Saudi membantu Yaman dengan cara melakukan intervensi militer melalui
serangan udara. Istilah Intervensi mempunyai batasan sebagai suatu kegiatan yang
dilakukan oleh suatu negara, kelompok dalam suatu negara, atau suatu organisasi
internasional yang mencampuri secara paksa urusan dalam negeri negara
lain.(Baylis, 1999)
Sistem pemerintahan Arab Saudi didasarkan pada syariah islam dan
Al-Quran. Sedangkan politik luar negerinya berdasarkan atas Hubungan Kerajaan
Saudi dengan aktor lain yang didasarkan oleh nilai Islam dan Arab serta adanya
kontribusi dalam hal keamanan dan kesejahteraan. Arab saudi yakin bahwa
mereka adalah wakil dari keturunan Arab asli yang sedang berusaha untuk
dilakukan Arab Saudi dalam membantu Yaman tidak berdasarkan atas hukum
Islam. Inilah yang melatarbelakangi penulis ingin menganalisis lebih jauh
mengenai pandangan Islam menurut Yusuf Al Qardhawi sebagai salah satu
mujadid terkenal terhadap intervensi Arab Saudi Dalam konflik di Yaman.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan diatas maka penulis
ingin menganalisis tentang “Bagaimana pandangan Yusuf Al Qardhawi terhadap
intervensi Arab Saudi ke Yaman?”
C. KerangkaTeori
Konsep Perang Oleh Yusuf Al-Qardhawi a. Definisi dan Syarat Perang
Menurut Yusuf Al-Qardhawi, jihad merupakan bagian dari fiqh
muamalah. jihad dengan makna peperangan dan persiapan militer masuk kedalam
cakupan Umat dan Negara, karena tujuan dari jihad adalah menjaga eksistensi
materi dan rohani ummat serta menjaga dunia dan agama. Jihad dalah berusaha
sekuat tenaga di jalan Allah yang tidak selalu menjelaskan berperang atau
mengobarkan pertempuran karena berjuang dijalan Allah tidak hanya dengan
kekerasan saja. (Al-Qardhawi Y. , 2011, p. 10)
Qardhawi bercerita bahwasanya jihad mempunyai cakupan yang tidak
terbatas hanya kepada jihad yang berarti peperangan secara militer saja.
pedang dan tombak. Kadang-kadang jihad berbentuk pemikiran, pendidikan,
sosial, ekonomi atau politik sebagaimana kadang berupa militer. Nampaknya
al-Qardhawi setuju melawan “ägresi” liberalisme, sekularisme, pluralisme agama,
dan semacamnya yang mengancam aqidah dan syariah adalah jihad.
Sesungguhnya berbagai macam bentuk jihad dan aktivitas keislaman
diatas walaupun tidak termasuk makna jihad dalam nash maka wajib
memasukkannya ke dalam makna jihad dengan cara qiyas, karena keduanya
adalah amalan yang bertujuan untuk menolong din Allah, membelanya dan
melawan musuh – musuhnya serta menegakkan kalimatullah di muka bumi.
Qardhawi juga berpendapat bahwa,
Aturan Islam bukan hanya membahas tentang shalat, puasa, dzikir, tasbih, zakat, haji dan doa siang malam semata. Selama masih ada kemungkaran, ketidakadilan, kebenaran dikalahkan oleh kebatilan, bahkan kerusakan maka Islam menganjurkan umatnya untuk tidak hanya berdiam diri di rumah, menutup pintu dan berdoa hanya untuk dirinya. Islam mewajibkan setiap umatnya untuk mengambil peran dalam usaha melawan kemungkaran, mengerahkan segala daya, kekuatan, kemampuan, harta dan jiwa. Itulah yang dimaksudkan dengan berjihad di jalan Allah. (Al-Qardhawi Y. , 2011, pp. 40-41)
“Hai orang-orang yang beriman, ruku‟lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Rabbmu dan perbuatlah kebajikan supaya kamu mendapat kemenangan. (QS. 22:77) Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilihmu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untukmu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu, Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu Pula) dalam (al-Qur‟an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dia-lah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong. (QS. 22:78)” (al-Hajj: 77-78)
Menurut Qardhawi,
Allah menginginkan umat Muhammad ini dalam perjalanan hidupnya selalu berada dalam hukum-hukum Allah yang normal. Dimana terkadang mereka akan merasakan cobaan, sakit, bersabar, berkorban, berhijrah, berpeluh dan berjihad. Dimana tidak selalu menang karena kekalahan juga ada baiknya sehingga semua hal menjadi ujian penuh hikmah yang diberikan Allah kepada umatnya. Berdasarkan hasil ujian tersebut, Allah akan menetapkan pahala, siksa, surga dan neraka. (Al-Qardhawi Y. , 2011, p. 43)
“Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim. Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.” (Ali Imran: 140-142)
Jihad dalam pengertian perang fisik merupakan kebijakan yang berkaitan
erat dengan umat dan negara. Hal ini dikarenakan tujuan terpenting dari jihad
adalah melindungi umat, ajaran, kepercayaan, nilai maupun kepentingan duniawi
mereka dari pihak musuh yang sewaktu-waktu bisa bertindak dan berkuasa
seenaknya. Jadi pada dasarnya jihad lebih terkait dengan fikih kolektif, fikih
publik dan bukan fikih individu dan personal. Namun jihad dapat berubah menjadi
tidak ada seorang pun penguasa yang membela dan melindunginya, maka akan
menjadi wajib hukumnya bagi setiap individu untuk menyusun kekuatan dan
membentuk gerakan perjuangan yang dapat menggantikan fungsi penguasa dan
pemerintah. Karena hanya dengan perjuangan umat, musuh dapat diusir dan tanah
dapat dibebaskan. (Al-Qardhawi Y. , 2011, pp. 44-45)
“ma la yatimmu Al-wajib illa bih fahuwa wajib”
Artinya
Usaha yang menjadi syarat tercapainya sebuah kewajiban, hukum
paksaannya menjadi wajib pula.
Peperangan atau jihad fisik sesama negara Islam atau antara pemerintah
wilayah Islam yang satu dengan yang lain pada dasarnya semua ditolak dalam
Islam. Jika peperangan benar-benar terjadi, maka terjadilah kemungkaran yang
dilarang sementara tidak dapat dikatakan bahwa pada salah satu pihak ada
pemimpin yang adil, yang dizalimi karena masing-masing saling mengklaim.
Dalam kutipan ayat dalam buku Qardhawi yang berjudul Fikih Jihad
dikatakan dalam surat Al-Hujurat:9
“Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang
hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar
perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu
perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut,
damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku
adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.”
Berdasarkan surat ini perang antar sesama muslim diyariatkan karena dua
hal. Pertama, dilanggarnya kesepakatan yang telah dibuat antarabdua belah pihak
oleh salah satu diantaranya. Kedua, salah satu pihak menolak adanya perdamaian
seperti yang telah diperintahkan oleh Allah SWT. Sikap tersebut adalah
pembangkangan dan kesombongan.
Menurut Yusuf Al-Qardhawi agresi militer pada dasarnya apabila
dilakukan sangat tidak mendukung dan relevan. Agresi militer seharusnya telah
menjadi bagian dari sejarah. Terdapat syarat agar agresi militer seperti yang
dilakukan oleh Arab Saudi diperbolehkan yaitu memenuhi faktor-faktor sebagai
berikut.
b. Aturan Perang
Pada dasarnya menurut Qardhawi, umat muslim tidak mengharap perang,
umat muslim justru selalu berharap akan sebuah kedamaian dan keselamatan.
Namun ketika perang memang diwajibkan di jalan Alah, maka umat muslim akan
masuk dengan kekuatan dan kesabaran serta yakin akan mendapatkan satu dari
dua kebajikan yaitu menang atau mati syahid. Allah berfirman
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal perang itu adalah sesuatu yang
kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu.
Allah mengetahui, sedang kamu tidak Mengetahui” (Al-Baqarah: 216)
Dalam berperang pun tentu ada ketentuannya, salah satunya menurut
Qardhawi yaitu ketika kaum muslimin terpaksa berperang mereka diperintahkan
untuk meminimalisir kerugian nyawa dan materi sebisa mungkin apalagi perang
sesama negara muslim yang dibenci oleh Allah. Perang dalam tata aturan Islam
hanya diperbolehkan membunuh terhadap mereka yang ikut berperang atau
menyerang. Sebaliknya, meskipun mereka itu sehat, masih muda dan kuat terlebih
lagi jika mereka orang yang sakit, tua renta, buta dan terlantar maka tidak boleh
dibunuh sepanjang mereka tidak ikut berperang. Allah tidak memperbolehkan
memerangi selain orang yang memerangi, tidak boleh membunuh wanita, anak
kecil, orang tua, rahib di biara, petani dan pedagang, tidak boleh menebang
pohon, meruntuhkan bangunan, membuat onar dan kerusakan, tidak boleh
darurat pun ada hukumnya tersendiri, yaitu sekedarnya saja. Al-Quran membatasi
kondisi darurat tidak boleh melampaui batas, Allah berfirman.
“Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Al-Baqarah: 173)
Meskipun begitu kaum muslimin tetap harus lebih mengedepankan seruan
damai meski setelah perang. Seruan damai tidak boleh ditolak meski adanya
kemungkinan musuh melakukan tipu daya dan langkah ini bisa dilakukan dengan
serangkaian persyaratan dan kaidah-kaidah syari‟i. Hal itulah yang dipraktikkan
oleh Rasulullah ketika kaum Quraisy condong berdamai dalam peristiwa
Hudaibiyah. Langkah yang diambil Rasulullah bukan karena kelemahan ataupun
sikap para sahabat yang malas karena mereka telah berjanji setia untuk mati.
Namun beliau tetap condong pada perdamaian ketika merasakan pihak musuh
meiliki kecondongan kearah sana. Di balik perjanjian damai inilah tidak sedikit
dari kalangan Quraisy yang masuk agama Allah yaitu Islam. (Al-Qardhawi, 2011)
c. Tujuan-Tujuan Perang
Pihak-pihak yang berperang hendaknya mempunyai tujuan yang sesuai
dengan ajaran agama. Menurut Qardhawi ada 6 tujuan-tujuan perang dalam Islam
yaitu.
1. Mencegah perlakuan semena-mena
Tujuan yang pertama dalam Islam yaitu mecegah dan menolak tindakan
negeri. Tindakan semena-mena terhadap agama misalnya kaum muslimin ditindas
karena keyakinan yang mereka peluk, dakwah islam dihadang dan dilarang, para
dai disiksa bahkan hingga dibunuh.
2. Mencegah fitnah atau menjamin kebebasan dakwah
Mencegah fitnah adalah salah satu tujuan perang yang dinyatakan secara
tegas dalam Al-Quran sebagai berikut
ْعي ا ب َ إف اْ تْ ا إف ۚ ّ هلك يدلا كي ٌة ْتف كت َ ٰىتح ْمه لتاق ٌريصب ل
Artinya
“Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu
semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya
Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.”
Hal ini dikarenakan fitnah lebih berat dan lebih besar dosanya dari
pembunuhan karena pembunuhan adalah tindak pidana terhadap jasmani dan
kehidupan manusia. Sementara fitnah merupakan tindak pidanan terhadap nurani,
ruhani dan pemikiran manusia.
3. Menyelamatkan orang-orang lemah
Salah satu tujuan perang dalam Islam yaitu menyelamatkan orang-orang
lemah tak berdaya dari keburukan dan kezhaliman penguasa serta menundukkan
orang-orang yang berlaku sombong di muka bumi secara tidak benar yang
merendahkan harga diri dan kehormatan orang-orang lemah tidak berdaya,
menyiksa, dan menginjak-injak kemanusiaan. Kaum muslimmin wajib
doa kepada Allah agar diselamatkan dari pihak musuh dan diberi seseorang yang
bisa menolong dan meraih tangan mereka. Allah berfirman,
“Karena itu hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah. Barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar. Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!". (An Nissa: 74-75)
4. Pelajaran bagi mereka yang melanggar perjanjian
Pemberian pelajaran bagi mereka yang tidak menghormati dan menjaga
perjanjian adalah salah satu tujuan perang dalam Islam. bagi orang-orang seperti
ini mereka hanya akan menjaga dan memelihara perjanjian ketika perjanjian
tersebut sesuai dengan kepentingan mereka. Namun ketika hal itu menjadi tidak
sesuai mereka akan menginjak-injak dan tidak memperhatikan kesucian perjanjian
tersebut. Orang-orang seperti ini tidak bisa dibiarkan berbuat kerusakan dan onar
di bumi, melakukan kezaliman dan kejahatan tanpa dimintai pertanggung jawaban
ataupun diberi sanksi atas kejahatan yang dilakukan. Karena itulah Islam
mensyariatkan agar orang-orang seperti ini diperangi sebagai bentuk pelajaran
bagi mereka dan sebagai hukuman atas perilaku yang diperbuat. Allah berfirman,
Kemudian ada beberapa pula tujuan-tujuan yang tertolak dalam sebuah
perang yaitu.
1. Melenyapkan kekafian dari dunia
Quran mengakui adanya perbedaan agama dan keyakinan manusia,
Al-Quran juga mengakui manusia terbagi menjadi golongan mukmin dan golongan
kafir, golongan ahli tauhid dan golongan paganis, golongan yang percaya pada
para Rasul dan golongan yang mendustakan Rasul. Allah memang menciptakan
manusia berbeda-beda, seperti Allah sampaikan,
“Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang
ada di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia
supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?” (Yunus: 99)
“Dialah yang menciptakan kamu maka diantara kamu ada yang kafir dan
diantaramu ada yang mukmin. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan.”(At-Taghabun: 2)
Berdasarkan nash-nash diatas, usaha apapun untuk melenyapkan
perbedaan agama dan memaksa seluruh manusia memeluk agama yang sama,
bersebrangan dengan kehendak Allah.
2. Memaksa manusia memeluk islam
Bagi yang memahami nash-nash Al-Quran dan Sunnah yang jelas dan
tegas pasti tahu bahwa paham untuk memaksa manusia memeluk Islam adalah
“Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang
ada di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia
supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?” (Yunus: 99)
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam), sesungguhnya telah
jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.” (Al-Baqarah: 256)
3. Islam Menolak Jihad dengan Tujuan Ekonomi
Islam melarang mujadid baik secara individu atau berjamaah menyelipkan
niat mendapatkan keuntungan-keuntungan duniawi di balik jihad, baik yang
bersifat materi seperti harta ataupun yang bersifat non materi seperti wibawa,
reputasi dan pujian. Saat ada niat seperti itu masuk ke dalam sebuah jihad
seseorang, maka jihad batal dan pahalanya lenyap.
Bukhari dan Muslim meriwayatkab dalam kitab shahih masing-masing
dari Abu Musa Al-Asyári, seorang badui mendatangi nabi lalu bertanya,
“Wahai Rasulullah, seseorang berperang demi harta rampasan, yang lain
berperang karena reputasi dan yang lain berperang agar kedudukannya diketahui,
siapa diantara mereka yang berada di jalan Allah?”
Nabi menjawab,
“Barangsiapa berperang agar kalimat Allah jua yang luhur, dia berada di
jalan Allah.”
Dari Abu Hurairah, seseorang bertanya,
“Wahai Rasulullah, seseorang ingin berjihad namun ia menginginkan
Rasulullah menjawab,
“Tidak ada pahala baginya”
Hal ini menjelaskan bahwa niat dominan dalam jihad Islam adalah
menjunjung tinggi kalimat Allah di muka bumi dan meneguhkan kebenaran serta
meruntuhkan kebatilan.
Intervensi yang dilakukan Arab Saudi ke Yaman adalah benar apabila
dikategorikan sebagai jihad dalam arti perang, dimana tujuan Arab Saudi yaitu
menjaga eksistensi materi dan rohani ummat serta menjaga dunia dan agama
dengan cara membantu menstabilkan Yaman dari berbagai macam konflik internal
yang pada intinya adalah perseteruan antara Houthi yang menginginkan jabatan
dalam pemerintahan, Saleh yang ingin kembali berkuasa dan Hadi yang ingin
meminggirkan kelompok Houthi serta Saleh. Konflik internal Yaman yang
semakin memanas mengakibatkan jatuhnya banyak korban baik tentara Yaman
maupun penduduk sipil. Arab Saudi kemudian dimintai bantuan oleh Presiden
Hadi untuk membantu meredakan konflik yang kemudian difokuskan kepada
kelompok Houthi yang terus melakukan penyerangan di berbagai gedung
pemerintahan. Awal mula dari serangan Houthi yaitu disebabkan karena Hadi
mengingkari perjanjian yang ditulis dalam sebuah pernyataan resmi. Hadi
mengatakan Houthi memiliki hak untuk menduduki jabatan di seluruh badan
pemerintah, dan rancangan UUD yang menjadi sumber pertikaian anata
Intervensi yang dilakukan oleh Arab Saudi ke Yaman diawali dengan
upaya damai dengan kelompok Houthi. Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia
Mustafa Ibrahim Al-Mubarak mengatakan bahwa pihak Arab Saudi sudah
mengupayakan untuk mencapai solusi secara damai, namun segala usaha tersebut
telah mendapatkan penolakan keras dari kelompok Houthi. Bahkan kelompok
Houthi terus menerus melakukan permusuhan dengan menaklukan sisa wilayah
lainnya, khususnya wilayah Selatan dan menjadikannya berada dibawah
pengendalian mereka. (Riyadi, 2015) Kemudian intervensi berujung menjadi
intervensi militer karena gagalnya perundingan damai diantara kedua belah pihak.
Dalam pelaksanaannya intervensi militer yang dilancarkan Arab Saudi meleset.
Banyak korban non-militer baik anak-anak, wanita, dan orang tua tidak bersalah
yang turut menjadi korban.
Arab Saudi adalah negara muslim begitu pula dengan Yaman. Berdasarkan
pendapat Qardhawi jihad dalam arti perang seperti yang terjadi di Yaman adalah
sesuatu yang paling dilarang dan ditolak dalam Islam. Apabila dikategorikan ke
dalan jenis perang, jihad ini termasuk kedalam perang internal. Islam sudah
menjelaskan bahwa memerangi seorang muslim oleh muslim lain termasuk dosa
besar bahkan bisa membawa kepada kekufuran. Al-Quran dan Sunnah Nabi
melarang keras perbuatan ini. Peperangan antar kaum muslimin adalah jenis
kekufuran atau membawa kepada kekufuran, atau mirip dengan perbuatan orang
kafir jahiliah. Dalam Islam kedudukan jiwa manusia adalah suci. Islam melarang
penumpahan darah kecuali karena darurat dan tuntutan kemashlahatan, dalam
penyerang agar menghentikan permusuhannya atau mencegah pembangkang
sampai kembali. Intervensi yang dilakukan Arab Saudi bertentangan dengan hal
ini karena adanya tujuan tersembunyi dalam jihadnya yang mana tujuan tersebut
tertolak dalam Islam. Akibatnya banyak darah kaum muslimin yang tidak bersalah
ikut ditumpahkan.
Dalam Islam sudah jelas bahwa kejahatan membunuh secara sengaja
termasuk kejahatan yang paling berat yang dapat menggoyahkan stabilitas
keamanan. Perbuatan ini termasuk perbuatan terkutuk yang akan mendapat
peradilan dari Allah di hari kiamat.
Rasulullah bersabda :
ءامدلاىف ابعلا يب كحيا ل ا ا( مرتلا جا ب ىئاس لا لسم ى ا بلاها
“Kasus yang pertama diadili di hadapan Allah pada hari kiamat ialah
masalah darah (pembunuhan)” (Hadits riwayat Bukhari, Muslim, An-Nasai, Ibnu
Majah dan Turmudzi). (Azmi, 2012)
Aturan perang dalam Islam menurut Qardhawi salah satunya adalah
meminimalisir jatuhnya korban apalagi korban yang tidak bersalah atau penduduk
sipil. Namun pada kenyataannya, serangan-serangan Arab Saudi di Yaman
mengakibatkan jatuhnya korban dan kerugian besar pada penduduk setempat..
Selain pasar tradisional, masjid pun juga terkena serangan Arab Saudi. Jelas sekali
ini telah melanggar atika perang yaitu larangan untuk tidak mengusik
umat muslim tidak akan bisa beribadah. Masjid yang biasanya digunakan sebagai
tempat ibadah dan pusat kegiatan keagamaan oleh penduduk al-Fara‟ kini sepi
ditinggal penduduk setempat, masjid tersebut tidak lagi berdiri kokoh atau
sebagian bangunannya telah hancur, atapnya hancur tak berbentuk, dan reruntuhan
memenuhi ruangan masjid. Tempat lain diantaranya pasar Atfein yang juga telah
hancur lebur akibat dibombardir pesawat tempur Saudi. Di daerah Yaman lainnya,
tepatnya di bani al-Qamad, Khairan. Jet tempur Saudi melancarkan
pembomannya ke sebuah gudang sembako milik penduduk Yaman,
mengakibatkan gudang tersebut hancur dan terbakar, tidak ada yang tersisa sedikit
pun dari bahan-bahan makanan di gudang tersebut. Pesawat tempur terus
melancarkan serangan bom di berbagai tempat, diantara di Taiz, pesawat
menargetkan kamp militer Yaman di Jabal Jarrah dan juga sebuah stadion
olahraga serta beberapa rumah yang ada disekitarnya juga turut hancur. Di Hajjah
pesawat tempur Saudi melancarkan puluhan serangan udara, tepatnya di daerah
Jabal „Ahim dan Hird. sedangkan di Ma‟rib, Jufainah dan beberapa tempat lainya
juga tidak luput dari serangan udara Saudi. Di Amran, pesawat Saudi membom
pusat pemancar telekomunikasi tepatnya di Jabal al-Aswad. Sebagaimana, dilansir
oleh kantor berita Yaman al-Youm. Konflik sejauh ini telah menewaskan 4.500
orang dan ribuan lainnya luka-luka, kata PBB. Namun sumber lokal Yaman,
mengatakan angka kematian itu jauh lebih tinggi. (Arrahmahnews.com, 2015) ini
menunjukkan bahwa ada sesuatu yang tidak benar dalam etika berperang yang
Arab Saudi ingin membantu mengembalikan Yaman menjadi negara yang
stabil dan aman. Namun penyerangan yang dilakukan oleh Arab Saudi justru
diarahkan ke wilayah Yaman bagian selatan dimana fraksi-fraksi Houthi
jumlahnya sangat sedikit di wilayah tersebut. Sasaran serangan seharusnya di
arahkan ke wilayah Yaman bagian utara apabila sasaran utamanya adalah Houthi.
Karena di wilayah utara merupakan basis dari kekuatan Houthi. (Shakdam, 2015)
Selain itu, Seorang pejabat AS mengatakan bahwa operasi Riyadh merupakan
bentuk respon panik atas cepatnya situasi memburuk di Yaman yang ditakutkan
Saudi akan merembet ke perbatasan mereka. Koalisi negara Teluk Arab bergerak
terlalu cepat sehingga keefektifan agresi militer diragukan. Menurut AS, Arab
Saudi dilaporkan menyimpan beberapa rincian soal aksi militer mereka di Yaman
dari Washington sampai saat-saat terakhir dilakukannya agresi militer pada Maret
2015.
Meskipun Arab Saudi berbicara dengan para pejabat tinggi AS soal serangan
udara untuk mendukung pemerintahan Presiden Hadi yang diperangi oleh
al-Houthi, pejabat AS mengakui terdapat gap terkait informasi yang mereka punya
soal serangan, termasuk tujuan Saudi untuk melakukan serangan itu.
Jenderal Lloyd Austin, kepada Komando Sentral militer AS, mengatakan pada
Senat AS bahwa ia telah berbicara dengan kepala pertahanan Arab Saudi tepat
sebelum mereka melancarkan serangan ke Yaman bahwa serangan ini tidak bisa
diperkirakan kemungkinan keberhasilannya karena tidak tahu apa maksud dan
tujuannya secara spesifik. (Agestu, 2015) Namun pada Maret 2015 serangan udara
pertahanan akhir dari Presiden Hadi. Ada sebuah makna tersirat bahwa serangan
Arab Saudi mempunyai sebuah maksud dan tujuan tersembunyi dari intervensinya
yang dilancarkan ke Yaman.
Yaman adalah wilayah yang kecil namun memiliki kekayaan alam yang
luar biasa. Yaman memiliki 50 kilang minyak produktif dengan kualitas minyak
bumi dengan standar dunia, belum lagi ditambah potensi dari cadangan gas alam
nya yang mencapai 18 trilyun kaki kubik. Tidak hanya minyak bumi dan gas
alam, Yaman pun dikaruniai tambang emas yang cukup besar. Yaman sendiri
tercatat sebagai negara Arab produsen Emas ke 6 di Dunia, termasuk barang
tambang langka yang berharga mahal di dunia. (Jakartaforum, 2015) Meski relatif
miskin, secara geopolitik Yaman memiliki posisi strategis. Ia berbatasan dengan
Laut Merah, Teluk Aden, dan Laut Arab, dan terletak antara Oman dan Saudi.
Setiap hari sekitar 5 juta barrel minyak dibawa oleh kapal-kapal tanker, yang lalu
lalang melalui Teluk Aden, sehingga pihak yang menguasai Yaman berpotensi
memotong jalur laku lintas minyak yang strategis tersebut.Dengan potensinya
tersebut tampaknya wajar bila negara asing seperti Arab Saudi serta sejumlah
negara lain ikut bersaing untuk menguasai Yaman dengan menggunakan alasan
penyelesaian konflik Yaman yang justru tidak berakhir hingga hari ini. Tujuan
ekonomi bisa saja menjadi salah satu alasan Arab Saudi bersikeras untuk tidak
D. Hipotesis
Pandangan Yusuf Al-Qardhawi terhadap intervensi Arab Saudi di Yaman
yaitu
1. Tindakan Arab Saudi memenuhi syarat-syarat untuk melakukan jihad
dalam arti fisik (agresi militer) di Yaman
2. Arab Saudi melakukan penyimpangan dalam aturan perang
3. Tindakan Arab Saudi ke Yaman mempunyai tujuan tertolak berupa
tujuan ekonomi.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode kualitatif.
Metode kualitatif didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati. Selain itu, pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini
meliputi tiga tipe, yaitu observasi, interview, dan dokumen yang masing-masing
mempunyai fungsi dan keterbatasan.
Berdasarkan tipe-tipe diatas maka penulis memilih untuk menggunakan
data-data yang bersifat sekunder yang bisa didapatkan dari buku, jurnal, maupun
karya ilmiah yang lain dan berita online. Dengan data sekunder ini dapat me
mbantu penulis untuk menganalisis dan memaparkan pandangan Yusuf Al
Qardhawi terhadap intervensi arab saudi dalam konflik yaman
Adapun tujuan dari penulisan adalah sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis intervensi yang dilakukan Arab Saudi ke Yaman
sebagai sesama negara muslim
2. Untuk mengetahui pandangan Yusuf Al Qardhawi atas intervensi
Arab Saudi di Yaman
G. Jangkauan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menetapkan batasan jangkauan dalam
penelitian. Ini sebagai pengingat bagi penulis dalam melakukan penelitian agar
tetap disiplin dan juga mempermudah penulis dalam melakukan penelitian.
Penulis membatasi jangkauan penelitian bermula pada tahun 2011 yaitu awal
mula pecahnya konflik Yaman hingga Desember 2015 yaitu batas akhir penulis
melakukan penelitian terhadap penulisan skripsi. Kemudian fokusnya hanya
kepada Arab Saudi serta Yaman. Analisis dilakukan dengan menggunakan
perspektif Islam dalam pandangan Yusuf Al Qardhawi yang diambil dari buku
Qardhawi ataupun buku pendukung lain yang mengulas pemikiran Yusuuf Al
Qardhawi.
Oleh karena melihat hal-hal tersebut di atas yang membuat penulis ingin
mencari tahu dan tertarik untuk mengkaji lebih jauh lagi pandangan Yusuf Al
H. Sistematika Penulisan
Bab I terdiri dari pendahuluan. Di dalam pendahuluan terdapat
latarbelakang yang merupakan sumber masalah dari penelitian ini. Kemudian
rumusan masalah sebagai fokus pembatas kajian penelitian ini. Kemudian untuk
menganalisis masalah secara ilmiah maka peneliti menggunakan landasan teori
yang ada di Bab I ini. Selanjutnya adalah metode penelitian sebagai langkah
operasional penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II Fikih Jihad Yusuf Al Qardhawi secara umum. Akan dipaparkan
pula pandangan-pandangan dan pemikiran-pemikiran tentang perang atau jihad
menurut Yusuf Al Qardhawi.
Bab III menjelaskan awal mula intervensi Arab Saudi di Yaman kemudian
akan dijelaskan pula hubungan yang seharusnya dilakukan antar sesama negara
muslim. Selain itu, didalamnya akan berisi gambaran intervensi Arab Saudi di
Yaman yang menjurus kepada peperangan antara sesama umat muslim kemudian
akibat dari perang tersebut.
Bab IV menjelaskan tentang Analisis Yusuf Al Qardhawi yang berkaitan
dengan intervensi Arab Saudi di Yaman. Dan akan dipaparkan pula tindakan yang
seharusnya dilakukan oleh Arab Saudi terhadap Yaman.
Bab V adalah penutup yang berisikan kesimpulan dari bab-bab
sebelumnya serta adanya saran yang penulis berikan terhadap penulisan skripsi
BAB. II
FIKIH JIHAD YUSUF AL QARDHAWI
Dr. Yusuf Al-Qaradhawi adalah ulama yang sangat fenomenal karena
kedalaman ilmu dan da‟wahnya. Ia menjadi rujukan dan referensi berbagai macam
kalangan karena kemampuannya dalam menjawab segala masalah umat sesuai
dengan tuntunan Al Quran dan hadits. Qardhawi lahir di sebuah desa kecil di
Mesir bernama Shafth Turaab di tengah Delta pada 9 September 1926. Ketika
usianya belum genap 10 tahun, Qardhawi telah mampu menghafal Al-Qur‟an.
Seusai menamatkan pendidikan di Ma’had Thantha dan Ma’had Tsanawi, ia
meneruskan pendidikan ke Fakultas Ushuluddin Universitas al-Azhar, Kairo. Pemikiran beliau banyak dipengaruhi oleh cendekiawan muslim Hasan Al Banna.
Qardhawi tidak asing dengan penjara karena di usia mudanya ia sering masuk bui.
(Wijaya, 2009) Pada tahun 2015 Qardhawi bersama Presiden Muhammad Mursi
dan 104 orang lainnya. Mereka dituduh mengacaukan negara, termasuk bekerja
sama dengan Hamas dan Iran. Sementara Yusuf Qardhawi, ia dijatuhi vonis atas
tuduhan menjadi provokator saat menjatuhkan Husni Mubarak. Qaradawi
membantah tuduhan, ia mengatakan berada di Qatar saat dugaan pelanggaran
terjadi. (Amanda, 2015)
Yusuf Al-Qaradhawi lahir di sebuah desa kecil di Mesir bernama Shafth
Turaab di tengah Delta pada 9 September 1926. Ayah Qardhawi telah meninggal
sejak ia berusia dua tahun. Ia diasuh oleh pamannya sejak kecil dan bahkan karena
kedekatannya ia telah menganggap pamannya sebagai ayahnya sendiri. Pada usia
10 tahun, ia sudah bisa menghafal al-Qur‟an. Setelah tumbuh dewasa Qardhawi
menikah dan mempunyai istri bernama Shaft Thurab dan dikaruniai tujuh orang
anak, empat putri dan tiga putra. Dalam hal pendidikan, ia membebaskan
anak-anaknya untuk menuntut ilmu apa saja sesuai dengan minat dan bakat serta
kecenderungan masing-masing. Hal ini merupakan sebuah bukti bahwa ia adalah
seorang ulama yang sangat terbuka. Dan hebatnya lagi, dia tidak membedakan
pendidikan yang harus ditempuh anak-anak perempuannya dan anak laki-lakinya.
Salah seorang putri Qardhawi memperoleh gelar doktor fisika dalam
bidang nuklir dari Inggris. Putri keduanya memperoleh gelar doktor dalam bidang
kimia juga dari Inggris, sedangkan yang ketiga masih menempuh S3. Adapun
yang keempat telah menyelesaikan pendidikan S1-nya di Universitas Texas
Amerika. Anak laki-laki yang pertama menempuh S3 dalam bidang teknik elektro
di Amerika, yang kedua belajar di Universitas Darul Ulum Mesir. Sedangkan
yang bungsu telah menyelesaikan kuliahnya pada fakultas teknik jurusan listrik.
Keberagaman pendidikan yang ditempuh oleh anak-anak Qardhawi
menggambarkan sikap dan pandangannya terhadap pendidikan modern. Hanya
ada satu anak dari Qardhawi yang menmpuh pendidikan di Darul Ulum. Hal ini
karena Qardhawi merupakan seorang ulama yang menolak adanya pemisahan
hal tersebut tergantung kepada orang yang memandang dan mempergunakannya.
Pemisahan ilmu secara bertentangan tersebut, menurut Qardhawi, telah
menghambat kemajuan umat Islam. Suatu hal yang wajar apabila Qardhawi
dikenal sebagai ulama dan pemikir islam yang unik sekaligis istimewa, keunikan
dan keistimewaanya itu tidak lain karena ia memiliki cara atau metodologi khas
dalam menyampaikan risalah islam, disebabkan oleh metodologinya itulah dia
mudah diterima di kalangan dunia barat sebagai seorang pemikir yang selalu
menampilkan islam secara ramah, santun, dan moderat, kapasitasnya itulah yang
membuat Qardhawi kerap kali menghadiri pertemuan internasional para pemuka
agama di Eropa maupun di Amerika sebagai wakil dari kelompok islam.
(Biografiku.co, 2009)
Qardhawi sangat peduli terhadap pendidikan, semasa hidupnya ia
menamatkan pendidikan di Ma‟had Thantha dan Ma‟had Tsanawi. Kemudian ia
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi ke Universitas al-Azhar, Fakultas
Ushuluddin dan lulus tahun 1952. Tidak berhensi sampai disitu, Qardhawi
selanjutnya menyelesaikan program doktor pada tahun 1973. Untuk meraih gelar
doktor di Universitas al-Azhar, Kairo, ia menulis disertasi dengan judul “Zakat
dan Pengaruhnya dalam Mengatasi Problematika Sosial”. Disertasi ini telah
dibukukan dan diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, termasuk dalam edisi
bahasa Indonesia. Sebuah buku yang sangat konprehensif membahas persoalan
zakat dengan nuansa modern.
Qardhawi mengalami keterlambatan dalam memperoleh gekar doctor.
Dampaknya Dalam Penanggulangan Kemiskinan”, yang kemudian di
sempurnakan menjadi Fiqh Zakat. Sebuah buku yang sangat komprehensif dalam
membahas persoalan zakat dengan nuansa modern. Penyebab keterlambatannya
meraih gelar doktor adalah karena ia sempat meninggalkan Mesir akibat kejamnya
rezim yang berkuasa saat itu. Qardhawi memilih Qatar sebagai tempat tujuannya
dan menginggalkan Mesir pada tahun 1961. Qatar menjadikannya pribadi yang
lebih maju dan berkembang. Qardhawi bebas untuk mengembangkan
pemikiran-pemikirannya. Di sana ia sempat mendirikan Fakultas Syariah di Universitas
Qatar. Pada saat yang sama, ia juga mendirikan Pusat Kajian Sejarah dan Sunnah
Nabi. Ia mendapat kewarganegaraan Qatar dan menjadikan Doha sebagai tempat tinggalnya. Pada tahun 1957, Yusuf al-Qaradhawi juga menyempatkan diri
memasuki Institut Pembahasan dan Pengkajian Arab Tinggi dengan meraih
diploma tinggi bahasa dan sastra Arab. Melalui bantuan-bantuan dari universitas,
lembaga-lembaga dan yayasan keagaam Islam di dunia Arab Qardhawi mampu
melakukan kunjungan ke berbagai negara Islam maupun non-Islam untuk tujuan
keagamaan. Qardhawi juga pernah mengunjungi Indonesia pada tahun 1998.
Dalam berbagai kunjungannya ke Negara-negara lain, ia aktif mengikuti berbagai
kegiatan ilmiah seperti seminar danmuktamar. Misalnya seminar hukum Islam di
Libya, Muktamar Pertama tarikh Islam di Beirut, Muktamar Internasional Pertama
mengenai ekonomi Islam di Mekkah, dan muktamar hukum Islam di Riyadh.
(Firdaus, 1994)
Dalam perjalanan hidupnya, Qaradhawi tidak asing dengan situasi di
bui tahun 1949, saat umurnya masih 23 tahun, karena keterlibatannya dalam
pergerakan Ikhwanul Muslimin. Pada April tahun 1956, ia ditangkap lagi saat
terjadi Revolusi Juni di Mesir. Bulan Oktober kembali ia mendekam di penjara
militer selama dua tahun. Qaradhawi terkenal dengan khutbah-khutbahnya yang
berani sehingga sempat dilarang sebagai khatib di sebuah masjid di daerah
Zamalik. Alasannya, khutbah-khutbahnya dinilai membentuk opini publik tentang
ketidakadilan rejim saat itu. (Wijaya, 2009)
B. Pemikiran-Pemikiran Qardhawi
Pemikiran Yusuf al- Qaradawi mempunyai pengaruh yang cukup
dipertimbangkan di seluruh dunia. Pemikiran yang bersesuaian dengan keadaan
dan suasana semasa dahulu menjadikannya sebagai rujukan dan panduan oleh
umat Islam. Pemikiran Qardhawi tentang keagamaan dan politik dipenharuhi oleh
sosok Hassan Al-Banna. Qardhawi kerap mengikuti Al-Banna berkeliling ke
beberapa tempat dan senantiasa menyimak ceramah dan menelaah buku-bukunya.
Tokoh lainnya adalah al-Bahī al-Khailī dan Muhammad alGhazālī sebagai dua
sosok utama al-Ikhwān al-Muslimīn. Pengaruh gerakan ini memang sangat kuat
terhadap al-Qaradhāwi bahkan lebih kuat dari pengaruh pendidikan resminya di
al-Azhar. Selain oleh Al-Banna, pemikiran Qardhawi juga banyak dipengaruhi
oleh ulama dari kalangan Al-Azhar. Tokoh tersebut antara lain Muhammad
Abdullah Darraz. Qaradhawi mengagumi tokoh ini karena keluasan dan
orisinalitas ilmu dan pemikirannya yang terlihat terutama di dalam bukunya
Muhammad Syaltut, „Abd al-Halīm Muhammad. Pada tokoh yang disebut
terakhir, Qaradhawi mendalami ilmu filsafat Islam ketika mengikuti kuliah
Ushuluddin yang diajar oleh Syaikh Al-Azhar tersebut. (Ad-Din, 1428 H)
Di antara sumbangan besar Yusuf al-Qaradawi ialah memperkenalkan
pendekatan dinamik untuk memahami Shari‟ah melalui beberapa konsep yaitu
fiqh dan manhaj yang beliau anjurkan dan ini termasuk fiqh al- Nusus,
fiqhal-waqi’, fiqh al-muwazanat, fiqh al-awlawiyyat, fiqh al-taghayyur, fiqh al-Jihad,
fiqh al-thaurah, fiqh al-iqtisadi al-Islami, fiqh al-aqalliyyat, fiqh al-wasatiyyah,
fiqh al-dakwah dan manhaj al-sala fiqh. Yusuf al-Qaradawi telah memberikan
nafas baru dan dalam bentuk yang lebih segar untuk siapapun yang ingin
memahami Islam dengan lebih mendalam dan berkesan.
1. Konsep Ijtihad dan Tajdid
Di bidang keagamaan Qardhawi banyak menyampaikan pemikirannya
terutamai mengenai konsep ijtihad dan tajdid. Qaradhāwī mengemukakan dalam
Pengantar bukunya yang berjudul Al-Ijtihād fī al-Syarī’ah al-Islāmiyyah ma’a Nazharāt Tahlīliyyah fī al-Ijtihād al-Mu’āshir, bahwa ada dua kata kunci yang
sangat penting dan mempunyai pengaruh besar dalam kelangsungan agama Islam.
Dua hal itu diambil dari akar kata yang sama dalam bahasa Arab, yakni ijtihad
dan jihad. Yang pertama meliputi wilayah berpikir dan analitis, sedangkan
yang kedua meliputi wilayah amal dan sikap keseharian. Ijtihad merupakan corak
menjelaskan bahwa syariat Islam diturunkan sebagai syariat penutup sebagai
petunjuk bagi manusia. Allah SWT. telah menciptakan ciri khasnya berupa
nilai-nilai general, abadi sekaligus universal (syumūl). Di samping itu Allah SWT. juga menjadikannya bersifat terbuka dan tidak kaku. Dalam hal itulah terdapat
kesempatan bagi para ulama untuk berijtihad terhadap permasalahan yang tidak
ada dalilnya secara qath’i. Meskipun demikian, al-Qaradhāwī tetap menggariskan
bahwa ijtihad harus tetap berorientasi pada mencari keridhaan Allah, tanpa
melanggar batas (ekstrim), dan bukan unntuk mengabaikan hak-hak manusiawi.
(Al-Qardhawi, Al-Ijtihād fī al-Syarī‟ah al-Islāmiyyah ma‟a Nazharāt Tahlīliyyah
fī al-Ijtihād al-Mu‟āshir, 1996)
Bagi Qardhawi keberadaan ijtihad sangat penting dalam Islam.
Sebagaimana yang ditegaskan oleh Alquran, Sunah dan ijma‟. Oleh karena itulah
Imam al-Syaukānī berpendapat hukum ijtihad adalah fardu kifayah. Di mana pada
setiap masa harus ada orang yang mampu untuk menjawab problematika umat.
Qardhawi menyimpulkan, setidaknya hukum ijtihad berkisar pada tiga hal
berikut: (Al-Qardhawi Y. , 2001)
a. Hukumnya fardu ‘ain apabila:
- Seseorang berhadapan dengan masalah hukum yang menyangkut
dirinya pribadi ketika tidak ada tempat untuk bertanya baik
menyangkut ibadah, muamalah, maupun keluarganya sendiri.
- Ijtihad pada masalah yang hukumnya telah jelas bagi yang
bersangkutan, sedangkan di tempat tersebut tidak ada orang lain yang
b. Hukumnya fardu kifayah apabila:
- Seseorang meminta fatwa terhadap kasus yang terjadi, sedangkan saat
itu ada beberapa orang yang dapat berijtihad.
- Ada permasalahan hukum yang dalam menganalisisnya diserahkan
kepada beberapa orang pakar dalam berbagai bidang. Apabila salah
satunya melakukan ijtihad maka gugurlah sudah kewajiban yang lain.
c. Hukumnya dianjurkan (nadb) apabila:
- Seorang ‘ālim yang berijtihad dalam rangka ingin mengetahui hukum permasalahan tertentu meskipun belum terjadi.
- Seorang mufti yang mengeluarkan fatwa meskipun ia tidak melihat
adanya permasalahan mendesak saat itu.
Qardhawi termasuk ulama yang berpendapat setiap masa harus ada
seorang mujtahid. Ia sepakat dengan para fukaha mazhab Hanbali yang tidak
memperkenankan kekosongan mujtahid setiap masa. Untuk mewujudkan ijtihad
yang lurus, menurut Qaradhawi diperhatikan beberapa aturan dan ketentuan
pokok untuk ijtihad kontemporer yaitu tidak ada ijtihad tanpa mencurahkan
kemampuan, tidak ada ijtihad dalam masalah-masalah yang bersifat qath’ī, tidak boleh menjadikan yang zhannī menjadi qath’ī, menggabungkan antara fikih dan
hadits, sekaligus menghilangkan jurang pemisah antara fukaha dan muhadditsīn, waspada agar tidak mudah tergelincir oleh tekanan realita, mengantisipasi
pembaharuan yang bermanfaat dengan tidak menerima atau menolak hal-hal yang
bersifat asing, tetapi menyeleksinya lebih dahulu, tidak mengabaikan
bersikap lapang dada terhadap kekeliruan mujtahid. (Al-Qardhawi Y. , Syarī‟ah
al-Islām Shālihah li al-Tathbīq fi Kull Zamān wa Makān, 1997)
Meskipun Qaradhawi menyerukan membuka pintu ijtihad, ia juga tetap
tegas terhadap tajdīd (pembaharuan) yang didengungkan oleh kalangan liberalis,
sekularis, maupun atheis yang terselubung. Menurut Qaradhawi, pemikiran
mereka justru menjauhkan umat Islam dari Allah SWT. Sehingga mereka sama
sekali tidak pantas melakukan tajdīd dalam Islam. Mereka lebih tepat dikatakan sebagai mubaddid (penghancur) agama, karena apa yang mereka lakukan tidak
ada sangkut pautnya dengan kebaikan agama.
2. Konsep Ekonomi Tengah
Penjelasan pemikiran ekonomi Yusuf Qardhawi, lebih di titik beratkan
kepada perbedaan antara ekonomi Islam dengan ekonomi hasil teori manusia,
yakni terletak pada nilai dan akhlak. Karena itulah tujuan, cara dan berbagai
kegiatan ekonominya berpegang teguh pada syariat islam. Qardhawi juga
menjelaskan bahwa di dalam ekonomi menurut ajaran Islam terdapat pengawasan
internal dari dalam hati nurani mereka sendiri sebagai seorang muslim. Qardhawi
juga mengatakan bahwa manusia adalah tujuan kegiatan ekonomi. Manusia dalam
pandangan Islam merupakan pelaku ekonomi dengan memanfaatkan ilmu yang
diberikan Allah kepadanya. Ekonomi manusia yang dimaksud oleh Qardhawi
yaitu mewujudkan kehidupan yang lebih baik bagi manusia itu sendiri. Selain itu
Qardhawi juga berbicara bahwa ekonomi pertengahan bermakna keadilan yang
ekonomi Islam bersifat netral (pertengahan) tidak menyerupai kapitalis ataupun
sosialis.
Seperti dalam firman Allah
“Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca
(keadilan). Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan
tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca
itu.” (QS Ar Rahman : 7-9)
3. Konsep Al-Wasathiyyah dan Demokrasi
Di bidang politik Qardhawi berbicara mengenai konsep Konsep
al-Wasathiyyah. Menurut Qardhawi Islam adalah agama rahmat. Di masa lalu
hingga saat ini umat muslim selalu dihadapkan pada dualisme atau multi
pandangan dalam beragama. Hal ini berawal dari perbedaan pemahaman terhadap
tanda-tanda (ayat-ayat) Tuhan dalam al-Qur‟an, yang tentunya sikap tersebut
dilatarbelakangi oleh situasi historis yang turut mempengaruhi dan
mengkondisikan. Perbedaan tersebut dikatakan sebagai rahmat Tuhan (ikhtilaf
ummati rahmatun), dan dinamika dalam berkehidupan, bersosial serta berinteraksi
diantara sesamanya. Maka pasti, perbedaan seharusnya tidak mengarahkan pada
perpecahan dan pelabelan Islam sebagai agama yang tidak menjunjung nilai-nilai
kedamaian dan kasih sayang. Sebab itu, umat Islam dituntut menjadi “Ummatan
Wasathan”, yaitu umat yang moderat, adil, dan seimbang dalam bersikap,
berinteraksi dan bersosial. Tuntutan sebagai umat moderat mendorong umat Islam
memiliki kecenderungan ekstrimis, ekslusif, radikal, dan antipati terhadap orang
lain, dikarenakan berbeda denganya. Pandangan-pandangan tersebut (ekstrimis
dan lain-lain) pada dasarnya berlawanan dengan konsepsi Islam sebagai agama
rahmat dan kasih sayang (rahmatal lil „alamin) yang mengedapankan pesan
kebaikan (al-ma„ruf) dari pada melawan kemungkaran (nahy al-munkar), karena
dianggap telah mengabaikan nilai-nilai toleransi (tasamuh), dan keadilan (ta„adul)
dalam beragama dan bersikap. Sebab itu, karakter wasatiyyah dalam ber-Islam
menolak sikap-sikap yang akan merugikan Islam dan umat Islam itu sendiri.
Sosok Yusuf Qardhawi adalah seorang intelektual Muslim moderat yang
namanya mencuat sejak pertengahan tahun 1980-an. Tulisanya merefleksikan
sikap ke-moderat-anya dalam memahami Islam, sebab itu ia menuliskan “al
-Sahwah Islamiyah bayn al-Juhud wa al-Tatarruf”, yaitu kitab buku yang mengulas
tentang kebangkitan Islam antara penolakan dan ekstrimisme. Dan juga “al-Halal
wa al-Haram fi al-Islam” (yang halal dan yang haram dalam Islam). Akan tetapi,
sikap moderat-nya tidak menyetujui pandangan kaum sekular Arab tentang
transformasi budaya Arab-Islam ke dunia modren berdasarkan rasionalitas. ia juga
mengkritik pandangan ultra-konservatif yang mengabaikan akal pikiran manusia
dalam memahami agama, dan hanya berpegang pada teks suci. Atas sikapnya itu,
ia dianggap oleh kaum sekular Arab sebagai “konservatif yang pura-pura
modren”. Sementara kaum ultra-konservatif menganggapnya sebagai sebagai
“ahli fikih yang mengabaikan hadis dan sunnah nabi.” Terlepas dari wacana yang
dilontarkan tersebut, sikap dan pemikiran Yusuf Qardhawi menuntut umat muslim