SIARAN KEAGAMAAN RADIO PERSATUAN BANTUL 94.2 FM DAN RADIO RETJO BUNTUNG 99.4 FM
(ANALISIS FRAMING MURRAY EDELMAN)
SKRIPSI
Oleh:
Ikram Al Zein NPM: 20120710014
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
i
SIARAN KEAGAMAAN RADIO PERSATUAN BANTUL 94.2 FM DAN RADIO RETJO BUNTUNG 99.4 FM
(ANALISIS FRAMING MURRAY EDELMAN)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) strata satu pada Prodi Komunikasi dan Penyiaran
Islam
Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh:
Ikram Al Zein NPM: 20120710014
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
ii
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : Ikram Al- Zein Nomor Mahasiswa : 20120710014
Program Studi : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini merupakan karya saya sendiri dan
belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, 04 Januari 2017 Yang membuat pernyataan
iii MOTTO
“Jangan pernah menyerah sebelum mendapatkan apa yang diinginkan.”
“If you too afraid to making mistake, you won’t able to do anything. –Sanji Vinsmoke (One Piece)”
“Barang siapa yang sore hari duduk kelelahan lantaran pekerjaan yang
iv
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrahim.
Segala puji hanya untuk Allah SWT atas segala rahmat-Nya, beriring
shalawat dan salam kepada utusan-Nya, Rasulullah Muhammad SAW, skripsi ini
saya persembahkan kepada :
1. Abah dan Ibu saya tercinta yang selalu memberikan doa dan dukungan nya
yang tak pernah henti.
2. Kakak dan adik saya, yang juga selalu memberikan motivasi dan semangat
kepada saya agar segera menyelesaikan kuliah.
3. Sahabat seperjuangan (KPI 2012) yang selama ini selalu memberikan
semangat agar saya segera menyelesaikan skripsi.
4. Sahabat perjuangan (FAI 2012) yang selama ini berjuang bersama sampai
akhir masa kuliah.
5. Seluruh Dosen Fakultas Agama Islam, terimakasih untuk ilmu yang
diberikan, mudah-mudahan tetap semangat membina mahasiswa agar terus
berkarya dan bermanfaat untuk orang banyak.
6. Seluruh mahasiswa KPI UMY, terimakasih atas dukungannya.
7. Semua teman dan sahabat yang selalau memberikan motivasi, doa,
v
Masih banyak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu dalam
persembahan ini, saya ucapkan terimakasih banyak mudah-mudahan Allah SWT
vi DAFTAR ISI
NOTA DINAS ... i
PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
ABSTRAK ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINAJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 7
B. Kerangka Teori ... 10
1. Analisis framing (Murray Edelman) ... 10
2. Siaran keagamaan... 19
vii BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode penelitian ... 31
1. Jenis penelitian ... 31
2. Sumber data ... 31
3. Lokasi, waktu, subyek penelitian ... 31
4. Teknik pengumpulan data ... 32
5. Keabsahan data... 33
6. Analisis data ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum ... 36
1. Profil radio Retjo Buntung 99.4 FM ... 36
a. Sejarah dan perkembangan ... 36
b. Format siaran ... 39
c. Program acara... 44
2. Profil radio Persatuan Bantul 92.4 FM ... 44
a. Sejarah dan perkembangan ... 44
b. Format siaran ... 46
c. Program acara... 52
B. Siaran keagamaan ... 53
1. Radio Retjo Buntung 99.4 FM ... 53
viii
C. Analisis framing siaran keagamaan radio Persatuan Bantul 94.2 FM
dan radio Retjo Buntung 99.4 FM ... 59
1. Rubrikasi ... 61
a. Rubrikasi siaran keagamaan radio Retjo Buntung ... 61
b. Rubrikasi siaran keagamaan radio Persatuan Bantul ... 63
2. Klasifikasi ... 65
a. Klasifikasi siaran keagamaan radio Retjo Buntung ... 65
b. Klasifikasi siaran keagamaan radio Persatuan Bantul ... 68
D. Perbedaan siaran keagamaan radio Persatuan Bantul 94.2 FM dan radio Retjo Buntung 99.4 FM ... 71
1. Rubrik ... 71
2. Jadwal siaran keagamaan ... 72
3. Materi siaran keagamaan... 72
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 74
ix
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1 Perbedaan model analisis framing ... 13
TABEL 4.1 Jenis musik ... 39
TABEL 4.2 Jenis program ... 40
TABEL 4.3 Klasifikasi pendengar berdasarkan sosial ekonomi ... 41
TABEL 4.4 Klasifikasi pendengar berdasarkan pendidikan ... 41
TABEL 4.5 Klasifikasi pendengar berdasarkan pekerjaan ... 42
TABEL 4.6 Klasifikasi pendengar berdasarkan usia ... 43
TABEL 4.7 Susunan program acara radio Retjo Buntung ... 44
TABEL 4.8 Komposisi program ... 46
TABEL 4.9 Komposisi acara ... 46
TABEL 4.10 Komposisi lagu ... 47
TABEL 4.11 Klasifikasi pendengar berdasarkan usia ... 48
TABEL 4.12 Klasifikasi pendengar berdasarkan sosial ekonomi ... 49
TABEL 4.13 Klasifikasi pendengar berdasarkan pendidikan ... 49
TABEL 4.14 Klasifikasi pendengar berdasarkan profesi ... 50
TABEL 4.15 Susunan program acara radio Persatuan Bantul ... 52
TABEL 4.16 Tema/judul siran keagamaan radio Retjo Buntung ... 53
TABEL 4.17 Tema/judul siaran keagamaan radio Persatuan Bantul 57 TABEL 4.18 Rubrikasi siaran keagamaan radio Retjo Buntung ... 61
TABEL 4.19 Rubrikasi siaran keagamaan radio Persatuan Bantul ... 63
TABEL 4.20 Klasifikasi siaran keagamaan radio Retjo Buntung ... 65
ABSTRACT
This research was of find out the religious broadcasting at Radio Persatuan Bantul 94.2 FM and Radio retjo Buntung 99.4 Fm and to fiugure out the difference of their religious broadcasting. This research employed descriptive approach using framing analysis based on Murray Edelman model consisting of theme/ religious broadcast categorizaton continued with theme/regiligious broadcast classification: thus the religious broadcast from Radio Perstuan Bantul 94.2 Fm and Radio Retjo Buntung 99.4 FM could be described and differentiated. The research resulted (1) the religious broadcast at Radio Persatuan Bantul 94.2 Fm focused more on the rubic of morals out of other five rubrics; meanwhile the religious broadcast from Radio Retjo Buntung did not only focus on single rubric. Rather it distributed the broadcast based on the three available rubrics; (2) the religious broadcast from Radio Persatuan was divided into five rubrics that were akhlak, aqidah, fiqih, tibun nabawi, and sirah nabawi of which broadcast portion was not evenly distributed; meanwhile the religious broadcas from Radio Retjo Buntung was divided into three rubrics which portion was distributed evenly.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahi bagaimana siaran keagmaan yang ada di radio Persatuan Bantul 94.2 FM dan radio Retjo Buntung 99.4 FM dan untuk mengetahui perbedaan siaran keagamaan di radio Persatuan Bantul 94.2 FM dan radio Retjo Buntung 99.4 FM. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis framing model Murray Edelman, yang melalui tahap rubrikasi tema/ siaran keagamaan dilanjutkan dengan klasifisikasi tema/ siaran keagamaan dan dengan itu diketahui bagaimana siaran kegamaan yang ada di radio Persatuan Bantul 94.2 FM dan radio Retjo Buntung 99.4 FM dan untuk mengetahui perbedaan siaran keagamaan di radio Persatuan Bantul 94.2 FM dan radio Retjo Buntung 99.4 FM. Hasil dari penelitian ini menunjukkan: (1) siaran keagamaan radio Persatuan Bantul 92.4 FM lebih memfokuskan siaran keagamaannya pada rubrik akhlak dari total lima rubrik yang ada, siaran keagamaan radio Retjo Buntung tidak memfokuskan siaran keagamaannya hanya pada satu rubrik saja, namun membagi rata porsi siaran keagamaan dari ketiga rubrik yang ada. (2) siaran keagamaan radio Persatuan terbagi menjadi lima rubrik, akhlak, aqidah, fiqih, tibun nabawi, dan sirah nabawi, dengan porsi siaran yang tidak sama rata, sedangkan siaran keagamaan radio Retjo Buntung terbagi hanya menajdi tiga rubik saja, dengan porsi siaran yang sama rata.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Dakwah merupakan kegiatan mengajak atau menyeru seseorang,
kelompok atau kaum untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan
keburukan sesuai dengan ajaran Islam. Menurut Najamuddin (2008)
pengertian dakwah dalam Al- Qur’an ada tiga arti, yakni; dakwah berarti
amr ma‟ruf nahi munkar, dakwah berarti menyampaikan ajaran-ajaran
Allah keada seluruh umat manusia, dan dakwah sebagai peringatan.
Dakwah Islam adalah tugas suci yang dibebankan kepada setiap
muslim dimana saja ia berada, sebagaimana termaktub dalam Al- Qur’an dan as- Sunnah Rasulullah SAW. Kewajiban dakwah menyerukan, dan
menyampaikan agama Islam kepada masyarakat. Dakwah Islam adalah
dakwah yang bertujuan untuk memancing dan mengaharapkan potensi fitri
manusia agar eksistensi mereka punya makna dihadapan Tuhan dan
sejarah.1
Dalam menjalankan aktivitas dakwah, perlu diperhatikan
unsur-unsur dakwah yang ada dalam setiap kegiatan dakwah. Menurut
Najmuddin (2008) ada empat unsur dakwah yaitu: da‟i, materi dakwah,
organisasi dakwah, penerima dakwah (mad‟u). Dengan memperhatikan
empat unsur tadi kemungkinan tercapainya sebuah tujuan dakwah akan
1
tercapai, karena dari keempat unsur dakwah tadi semuanya saling
berkaitan.
Agar dakwah dapat mencapai sasaran-sasaran strategis jangka
panjang, maka tentunya diperlukan suatu sistem manajerial komunikasi
baik dalam penataan perkataan maupun perbuatan yang dalam banyak hal
sangat relevan dan terkait dengan nilai-nilai keislaman, dengan adanya
kondisi seperti itu maka para da‟i harus mempunyai pemahaman yang
mendalam bukan saja menganggap bahwa dakwah dalam frame “amr
ma‟ruf nahi munkar” hanya sekedar menyampaikan saja melainkan harus
memenuhi beberapa syarat, diantaranya mencari materi yang cocok,
mengetahui psikologis objek dakwah secara tepat, memilih metode yang
representatif, menggunakan bahasa yang bijaksana dan sebagainya.2
Perkembangan media massa pada saat ini mengalami kemajuan
yang pesat. Media massa telah menjadi industri besar ditengah masyarakat
Indonesia maupun di daerah. Hadirnya radio sebagai salah satu media
elektronik dan dikembangkan melalui media digital telah memberi peluang
manusia untuk saling bertemu dan berinteraksi di dunia maya. Sehingga
siaran radio lebih cepat lagi diterima telinga pendengar sebagai upaya
media dalam menyebarluaskan berita dengan cepat, menembus batas-batas
wilayah dan waktu. Oleh karena itu, media tersebut harus dimanfaatkan
2
oleh umat Islam guna mendakwahkan agama Islam di tengah-tengah
masyarakat.3
Sasaran dakwah melalui media massa tidak hanya masyarakat yang
ada disekitar, melainkan masyarakat luas yang memiliki perbedaan dari
adat-istiadatnya, pendidikannya, umur, dan juga bahasa yang
bermacam-macam. Sehingga pemanfaatan media massa sebagai siaran keagamaan
setidaknya harus mencakup tiga aspek, yaitu: aspek politis, aspek strategis,
dan aspek psikologis.4
Radio merupakan salah satu media massa yang digunakan untuk
menyampaikan informasi, yang hanya dengan memanfaatkan gelombang
suara tanpa ada visual. Sehingga media radio biasa disebut dengan media
audiotif. Pada era modern ini penggunaan media tidak hanya untuk
menyampaikan informasi saja, namun sekarang banyak da‟i yang
menggunakan media sebagai sarana penyamapaian dakwah, salah satunya
melalui media radio. Media radio adalah media elektronik yang
mempunyai jangkauan jaringan yang cukup luas, dibandingakan dengan
media cetak. Dengan jangkauan yang cukup luas ini, para da‟i bisa
menyebarkan dakwahnya lebih luas lagi, karena sejatinya penyampaian
dakwah tidak hanya melalui mimbar ke mimbar saja.
Pada sekarang ini banyak media radio yang menyajikan program
siran keagamaan, tidak hanya radio nasional saja namun radio swasta juga
3 Juniawati,
Dakwah melalui media elektronik: peran dan potensi media elektronik dalam dakwah Islam di Kalimantan Barat, Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 2, (Kalimantan Barat: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Pontianak, 2014)
4 Machbuchin,
menyajikan program keagamaan. Radio-radio yang menyajikan siaran
keagmaan untuk para pendengarnya, tentunya memiliki perbedaan, seperti
perbedaan pada tema yang diangkat setiap siaran dan perbedaan sasaran
pendengar dari siaran keagamaan tersebut.
Di Yogyakarta sendiri banyak sekali radio yang menyajikan
program siaran keagamaan, diantaranya ada Radio Persatuan Bantul 94.2
FM dan Radio Retjo Butung 99.4 FM, yang menyajikan siaran keagamaan
di waktu pagi dan sore hari. Lokasi kedua stasiun radio ini yang berbeda,
Radio Persatuan Bantul 94.2 FM berlokasi di Kab. Bantul dan Radio Retjo
Buntung 99.4 FM berlokasi di Kota Yogyakarta, mempengaruhi materi
dan juga metode dakwah, serta pengemasan siaran keagamaan yang
disampaikan kepada para pendengarnya.
Meskipun radio Retjo Buntung bukan termasuk radio dakwah
namun, radio Retjo Buntung juga cukup intens dalam menyajikan program
siaran keagamaan dengan menyajikan program siaran keagamaan setiap
harinya di pagi dan sore hari, berbeda lagi dengan radio Persatuan Bantul
yang dari sejarahnya memang merupakan radio dakwah. Sehingga ini
cukup menarik bagi peneliti untuk mengetahui bagaimana siaran
keagamaan dikedua radio tersebut
Berangkat dari perbedaan yang ada, peneliti ingin mengetahui
bagaimana siaran keagamaan yang disajikan oleh radio tersebut. Dengan
menggunkan teknik analisis framing Murray Edelman, peneliti
siaran keagaman itu sendiri, kemudian dari bentuk rekaman diubah
menjadi bentuk teks, agar memudahkan peneliti untuk menganlisa
bagaimana siaran keagaman pada radio tersebut. Dan selanjutnya dengan
melakukan kategorisasi siaran keagamaan: rubrikasi dan klasifikasi,
karena suatu peristiwa atau informasi yang dikategorisasikan dan
dibingkai dengan cara tertentu mempengaruhi bagaimana suatu peristiwa
tersebut dipahami, dan klasifikasi juga menentukan dan mempengaruhi
emosi khalayak ketika memandang atau melihat suatu peristiwa tertentu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana siaran keagamaan di Radio Persatuan Bantul 94.2 FM dan
Radio Retjo Buntung 99.4 FM?
2. Bagaimana perbedaan siaran keagamaan di Radio Persatuan Bantul
94.2 Fm dan Radio Retjo Buntung 99.4 FM?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana siaran keagamaan di Radio Persatuan
Bantul 94.2 FM dan Radio Retjo Buntung 99.4 FM.
2. Untuk mengetahui bagaimana perbedaan siaran keagamaan di Radio
Persatuan Bantul 94.2 FM dan Radio Retjo Buntung 99.4 FM.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan ilmu
bagi para da‟i dalam menyampaikan pesan dakwahnya melalui media
radio dan juga untuk mengembangkan ilmu komunikasi yang berkaitan
2. Secara praktis penelitian ini bermanfaat untuk bisa dijadikan acuan
bagi masyarakat yang ingin mendengarkan siaran keagamaan melalui
radio, dan juga sebagai masukan atau evaluasi bagi pihak radio yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Penelitian yang bertemakan siaran keagamaan pada radio sudah
cukup banyak dilakukan oleh bebrapa pihak, dianataranya:.
1. Rusmulyadi (2013). Penelitian ini bertujuan untuk mengulas
bagaimana tiga media Islam online, yakni arrahmah.com,
voa-islam.com dan hidayatullah.com meng–konstruksi atau mengemas
pemberitaan seputar konflik keagamaan di Indonesia dalam kurun
2011 hingga awal 2012. Dengan menggunakan analisis framing dari
Gamson dan Modigliani. Hasil studi ini menyatakan bahwa dalam
melakukan pewartaan atau membuat berita konflik keagamaan, ketiga
media online tersebut telah melakukan pembingkaian (framing) yang
cenderung vulgar, sarkas dan provokatif.1
Penelitian Rusmulyadi (2013) ini memiliki perbedaan dengan
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yakni, dimana peneliti
memfokuskan penelitiannya untuk mengetahui bagaimana siaran
keagamaan dan perbedaan siaran keagamaan pada radio Persatuan
Bantul 94.2 FM dan radio Retjo Buntung 99.4 FM, dengan
menggunakan metode analisis framing Murray Edelman.
1
2. Skripsi Ahmad Taqiyudin Asyuyuti (2015), “Analsisi pesan sisipan
“Politik Negara Pondok” Dalam Radio PERSADA FM Lamongan
Edisi Siaran 1-7 Mei 2015 (Analisis Framing, Robert N. Entman)”.
Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa yang menjadi
landasan ideologi gerakan politik negara pondok yang disampaiakan
oleh KH. Abdul Ghofur dalam siaran radio PERSADA FM.2
Penelitian Ahmad Taqiyudin Asyuyuti (2015) ini memeliki perbedaan
dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yakni, dimana
peneliti memfokuskan penelitiannya untuk mengetahui bagaimana
siaran keagamaan dan perbedaan siaran keagamaan pada radio
Persatuan Bantul 94.2 FM dan radio Retjo Buntung 99.4 FM, dengan
menggunakan metode analisis framing Murray Edelman.
3. Skripsi Septiasari (2010), “Analisis Isi Materi Siaran Keagamaan
Seputar Iman dan Islam di radio Cakti Budhi Bhkati (CBB) 105.4
FM." Penelitian yang menggunakan metode analisis isi ini bertujuan
untuk engetahui isi materi siaran keagamaan seputar iman dan Islam
serta apa pesan dakwah yang disampaikan dari materi seputar iman
dan Islam di radio Cakti Budhi Bakhti (CBB) 105.4 FM.3
Penelitian Septiasari ini berbeda dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti, yakni dimana peneliti memfokuskan
penelitiannya untuk mengetahui bagaimana siaran keagamaan dan
2 Ahmad Taqiyudin Asyuyuti,
Analisis pesa sisipa Politik Negara Po dok Dala Radio PERSADA FM Lamongan Edisi 1-7 Mei 2015 (Analisis Framing, Robert N. Entman), Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, 2015.
3 Septiasari,
perbedaan siaran keagamaan pada radio Persatuan Bantul 94.2 FM
dan radio Retjo Buntung 99.4 FM, dengan menggunakan metode
B. Kerangka Teori
1. Analisis framing (Murray Edelman)
Analisis framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis
wacana, khususnya untuk menganalisis teks media.4 Pada dasarnya
framing adalah metode untuk melihat cara bercerita (story telling)
media atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada “cara melihat”
terhadap realitas yang dijadikan berita. “Cara melihat” ini berpengaruh
pada hasil akhir dari konstruksi realitas.5 Sebagai sebuah metode
analisis teks, analisis framing mempunyai karakteristik yang berbeda
dibandingkan dengan analisis isi kuantitatif. Dalam analisis isi
kuantitatif, yang ditekankan adalah isi (content) dari suatu pesan/ teks
komunikasi. Sementara dalam analisis framing, yang menjadi pusat
perhatian adalah pembentukan pesan dari teks.6
Framing berkaitan dengan bagaimana realitas dibingkai dan
disajikan kepada khalayak. Sebuah realitas bisa jadi dibingkai dan
dimaknai secara berbeda oleh media. Bahkan pemaknaan itu bisa jadi
akan sangat berbeda. Realitas begitu kompleks, penuh dimensi, ketika
dimuat dalam berita bisa jadi akan menjadi realitas satu dimensi.7
Kenpa bisa muncul perbedaan semacam ini? Karena realitas pada
dasarnya bukan ditangkap dan ditulis, realita sebaliknya dikonstruksi.
4
Alex Sobur, Analisis Teks Media. Suatu pengantar untuk analisis wacna, analisis semiotik, dan analisis framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 161
5
Eriyanto, Analisis Framing. Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media,(Yogyakarta: PT LkiS Pelangi Aksara, 2002), hlm. 10
6
Ibid, hlm. 11 7
Dalam proses konstruksi tersebut ada banyak penafsiran dan
pemaknaan yang berbeda-beda dalam memahami realitas.8
Salah satu efek framing yang paling mendasar adalah realitas
sosial yang kompleks, penuh dimensi dan tidak beraturan disajikan
dalam berita sebagai sesuatu yang sederhana, beraturan, dan memenuhi
logika tertentu. Framing menyediakan alat bagaimana peristiwa
dibentuk dan dikemas dalam kategori yang dikenalkan khalayak.9
Khalayak bukan disediakan informasi yang rumit, melainkan informasi
yang tinggal ambil, kontekstual, berarti bagi dirinya dan dikenal dalam
benak mereka.10
Media cenderung melihat realitas sebagai sesuatu yang sederhana.
Deretan contoh dapat diurutkan. Liputan mengenai terorisme yang
kompleks, disederhanakan sebagai tindakan tidak bermoral. Konflik
etnis, rasial, diberitakan semata sebagai konflik atau kerusuhan.
a. Menonjolkan aspek tertentu-mengaburkan aspek lain.
Framing umumnya ditandai dengan menonjolkan aspek
tertentu dari realitas. Dalam penelitian sering disebut sebagai
fokus. Berita secara sadar atau tidak diarahkan pada aspek
tertentu. Akibatnya, ada aspek lainnya yang tidak mendapatkan
perhatian yang memadai.
b. Menampilkan sisi tertentu-melupakan sisi lain.
8
Ibid, hlm. 139 9
Ibid, hlm. 140 10
Disini, menampilakan aspek tertentu meyebabkan aspek lain
yang penting dalam memahami realitas tidak mendapatkan
liputan yang memadai dalam berita.
c. Menampilkan aktor tertentu-menyembunyikan aktor lainnya.
Berita seringkali memfokuskan pemberitaan pada aktor
tertentu. Ini tentu saja tidak salah. Tetapi efek yang segera
terlihat adalah memfokuskan pada satu pihak atau aktor
tertentu menyebabkan aktor lain yang mungkin relevan dan
penting dalam pemeberitaan menjadi tersembunyi.11
Analisis framing secara umum membahas mengenai bagaimana
media membentuk konstruksi atas realitas, menyajikan dan
menyampaikan kepada khlayak.12 Ada empat model analisis framing
yaitu model Murray Edelman, Robert N. Entam, William A. Gamson,
dan Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Keempat model tersebut
menyajikan beragam cara dan pendekatan. Meskipun mempunyai
beragam cara dan pendekatan, mengutip Jisuk Woo, paling tidak ada
tiga kategori besar elemen framing. Pertama, level makrostruktual.
Level framing ini dapat kita lihat sebagai pembingkaian dalam tingkat
wacana. Kedua, level mikrostruktual. Elemen ini memusatkan
perhatian pada bagian atau sisi mana dari peristiwa tersebut yang
ditonjolkan dan bagian atau sisi mana yang dihilangkan/ dikecilkan.
11
Ibid, hlm. 140-142 12
Ketiga, elemen retoris. Elemen ini memusatkan perhatian pada
bagaimana fakta ditekankan.13
Tabel 2.1
Perbedaan model analisis framing.
Murray Edelman Mensejajarkan framing dengan kategorisasi :
pemakaian perspektif tertentu dengan
pemakaian kata-kata yang tertentu pula yang
menandakan bagaimana fakta atau realitas
dipahami. Kategorisasi bisa juga berarti
penyederhanaan. Salah satu gagasan utama dari
Eelman adalah dapat mengarahkan pendangan
khlayak akan suatu isu dan membentuk
pengertian mereka akan suatu isu. Karena itu
dalam melihat suatu peristiwa, elemen penting
adalah bagaimana orang membuat kategorisasi
atas suatu peristiwa. Salah stu gagasan utama
Edelman adalah dapat mengarahkan pandangan
khlayak akan suatu isu dan membentuk
pengertian mereka akan suatu isu. Karena itu
dalam melihat suatu peristiwa, elemen penting
adalah membuat kategorisasi atas suatu
peristiwa.14
13
Ibid, hlm. 287-288 14
Robert N. Entman Melihat framing dari dua dimensi besar yaitu :
seleksi isu dan penekanan aspek tertentu dari
isu. Dalam konsepsi Entman, framing pada
dasarnya merujuk pada pemberian definisi,
penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam
suatu wacana untuk menekankan kerangka
berpikir tertentu terhadap peristiwa yang
diwacanakan.15
William A. Gamson Sebuah frame mempunyai stuktur internal. Pada
titik ini ada sebuah pusat organisasi atau ide,
yang membentuk peristiwa menjadi relevan dan
menekankan suatu isu. Dalam formulasi yang
dibuat oleh Gamson dan Modigliani, frame
dipandang sebagai cara bercerita atau gugusan
ide-ide yang tersusun sedemikian rupa dan
menghadirkan konstruksi makna dari peristiwa
yang berkaitan dengan suatu wacana. Gamson
melihat wacana media terdiri atas sejumlah
kemasan (package) melalui mana konstruksi
suatu peristiwa dibentuk.16
Pan dan Kosicki Ada dua konsepsi dari framing yang saling
15
Ibid, hlm. 186-188 16
berkaitan. Pertama, konsepsi psikologis.
Framing dalam konsepsi ini lebih menekankan
pada bagaimana seseorang memproses
informasi dalam dirinya. Kedua, konsepsi
sosiologis. Kalau pandangan psikologis lebih
melihat pada proses internal seseorang,
bagaiamana individu secara kognitif
menafsirkan suatu pristiwa dam cara pandang
tertentu, maka pandangan sosiologis lebih
meliaht pada bagaimana konstruksi sosial atas
realitas.17
Dilihat dari penjelasan tabel diatas, model analisis framing milik
Murray Edelman lebih cocok untuk digunakan sebagai dasar untuk
menganalisis bagaimana siaran keagamaan dari dua radio yang akan
diteliti nantinya oleh peneliti. Karena, suatu peristiwa yang
dikategorisasikan akan mempengaruhi bagaimana suatu peristiwa
tersebut dipahamai nantinya, dan juga karena kategorisasi
memfokuskan perhatian khalayak pada satu dimensi saja.
Murray Edelman adalah ahli komunikasi yang banyak menulis
mengenai bahasa dan simbol politik dalam komunikasi. Gagasan
Edelman mengenai framing disarikan dari tulisannya, “Contestable
17
Categories And Public Opinion”. Menurut Edelman, apa yang kita
ketahui tentan realitas atau tentang dunia tergantung pada bagaimana
kita membingkai dan mengkonstruksi/ menafsirkan realitas. Realitas
yang sama bisa jadi akan menghasilkan realitas yang berbeda ketika
realitas tersebut dibingkai atau dikonstruksi dengan cara yang berbeda.
Pilihan mana yang diambil tidak hanya berkaitan dengan pilihan
kata-kata semata, tetapi menghadirkan realitas sendiri ketika hadir di tengah
khalayak. Realitas yang dipahami khalayak adalah realitas yang telah
terseleksi.18
Edelman mensejajarkan framing sebagai kategorisasi. Kategorisasi
dalam pandangan Edelman, merupakan abstraksi dan fungsi pikiran.
Kategori membantu manusia memahami realitas yang beragam dan
tidak beraturan tersebut menjadi realitas yang bermakna.19
Kategorisasi itu merupakan kekuatan yang besar dalam mempengaruhi
pikiran dan kesadaran publk. Dalam mempengarhi kesadaran publik,
kategorisasi lebih halus dibandingkan dengan propaganda. Meskipun
terlihat halus dan tidak langsung, pemkaian kategori tertentu atas suatu
peristiwa bisa jadi mempunyai imbas yang lebih tinggi dibandingkan
dengan propaganda. Karena, kategorisasi lebih menyentuh, lebih stabil,
dan lebih mengena alam bawah sadar.20
Dalam pandangan Edelman, seringkali terjadi kategori yang
dipakai itu salah atau menipu khalayak. Peristiwa dibungkus dengan
18
Ibid, hlm. 155-156 19
Ibid, hlm. 156 20
klasifikasi dan kategori tertentu, menyebabkan khalayak tidak bisa
menerima informasi sebenarnya. Peristiwa tertentu yang
dikategorisasikan dan dibingkai dengan cara tertentu mempengaruhi
bagaimana peristiwa dipahami. Efeknya, dukungan atau penolakan atas
suatu kebijakan juga tergantung pada bagaimana peristiwa atau
kebijakan tersebut dibentuk dan dibingkai.21
Salah satu gagasan utama dari Edelman adalah dapat mengarahkan
pandangan khalayak akan suatu isu dan membentuk pengertian mereka
akan suatu isu. Dalam melihat suatu peristiwa, elemen penting adalah
bagaimana orang membuat kategorisasi atas suatu peristiwa. Edelman
menolak asumsi yang mengatakan seolah opini adalah sesuatu yang
tetap. Sebaliknya, opini harus dilihat sebagai sesuatu yang dinamis
yang dapat diciptakan terus-menerus.22 Kategorisasi tersebut bukan
hanya persoalan teknis karena ia kemudian mengarahkan pada hendak
kemana peristiwa itu dijelaskan dan diarahkan.23
Salah satu aspek kategorisasi penting dalam pemberitaan adalah
rubrikasi: bagaimana suatu peristiwa (dan berita) dikategorisasikan
dalam rubik-rubik tertentu. Rubrikasi ini haruslah dipahami tidak
semata-mata sebagai persoalan teksni atau prosedur standar dari
pembuatan berita. Ia haruslah dipahami sebagai bagian dari bagaimana
fakta diklasifikasikan dalam kategoti tertentu.24
21
Ibid, hlm. 158 22
Ibid, hlm. 159 23
Ibid, hlm. 160 24
Rubrikasi ini menentukan bagaimana peristiwa dan fenomena
harus dijelaskan. Rubrikasi ini bisa jadi miskategorisasi peristiwa yang
seharusnya dikategorisasikan dalam satu kasus, tetapi karena masuk
dalam rubrik tertentu, akhirnya dikategorisasikan dalam dimensi
tertentu.25 Kalisifikasi berhubungan dengan bagaimana suatu peristiwa
atau fenomena dipahami dan dikomunikasikan. Karenanya, menurut
Edelman, klasifikasi menentukan dan berpengaruh terhadap dukungan
atau oposisi politik. Klasifikasi menentukan dan mempengaruhi emosi
khalayak ketika memandang atau melihat suatu peristiwa hal ini karena
kategorisasi memfokuskan perhatian khalayak pada satu dimensi, dan
implikasinya pada kebijakan yang akan diambil. Apakah khalayak
mendukung atau menentang suatu isu sedikit banyak tergantung pada
bagaimana peristiwa atau realitas itu disajikan atau dikomunikasikan.26
Kategorisasi pada dasarnya adalah upaya mengklasifikasikan dan
menyederhanakan realitas dan dunia yang kompleks menjadi
sederhana, mengerucut, dan dapat dipahami dengan mudah. Lewat
klasifikasi itu khalayak diajak untuk berpikir bagaimana realitas
seharusnya dipahami dan dipelajari. Sehingga apa yang terlihat
objektif oleh khalayak, sebetulnya hanya permainan atau refleksi
ideologi semata.27
Dalam pandangan Edelman, kategorisasi berhubungan dengan
ideologi. Bagaimana realitas diklasifikasikan dan dikategorisasikan,
25
Ibid, hlm. 162 26
Ibid, hlm. 163 27
diantaranya ditandai dengan bagaimana kategorisasi tersebut
dilakukan. Pemakaian kategorisasi, seperti regulasi, pertahanan,
pemilu dan sebaginya, hendaklah tidak dipahami semata-mata sebagai
persoalan teknis kebahasaan, tetapi lebih dipahami sebagai masalah
ideologi.28
Edelman yakin, khlayak hidup dalam dunia citra, bahasa politik
yang dipakai dan dikomunikasikan kepada khalayak lewat media
mempengaruhi pandangan khlayak dalam memandang realitas.
Kata-kata tertentu mempengaruhi bagaimana realitas atau seseorang
dicitrakan dan pada akhirnya membentuk pendapat umum mengenai
suatu peristiwa atau masalah. Bahasa tertentu memperkuat pandangan
seseorang, prasangka, dan kebencian tertentu.29
2. Siaran keagamaan
a. Penyiaran
Penyiaran adalah keseluruhan proses penyampaian siaran
yang dimulai dari penyiapan materi produksi, produksi, penyiapan
bahan siaran, kemudian pemancaran sampai kepada penerimaan
siaran tersebut oleh pendengar/ pemirsa disuatu tempat.30 Pada
pasal 1 butir 2, ketentuan umum Undang-Undang No. 32/2002
tentang penyiaran, memberikan definisi khusus penyiaran sebagai
28
Ibid, hlm. 166 29
Ibid, hlm. 167
30 Hidajanto Djamal dan Andi Fachrudin,
kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran
dan/atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan
bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran.31
Selanjutnya dalam konsideran UU No.32/2002 butir d ditegaskan,
bahwa lembaga penyiaran merupakan media komunikasi massa
yang mempunyai peran penting dalam kehidupan sosial, budaya,
politik, dan ekonomi, memiliki kebebasan dan tanggunng jawab
dalam menjalankan fungsinya sebagai media informasi,
pendidikan, hiburan, serta kontrol dan perekat sosial.32
b. Kode etik penyiaran
Dalam menjalankan fungsinya, lembaga penyiaran
mempunyai kode etik yang dipegang oleh setiap lembaga
penyiaran. Kode etik penyiaran dimaksud sebagai berikut:
1) Kita menyadari bahwa siaran radio dan televisi
memiliki kekuatan sabgat besar, baik untuk kebaikan
maupun kejahatan, dan semua broadcasters harus
menempatkan kesadaran itu sebagai tanggung jawab
utama.
2) Untuk itu kita yakin, bahwa prinsip dasar itu harus
diterapkan dalam kebijaksanaan dan praktik bagi badan
penyiaran dan semua bentuk siaran, yaitu:
31
Ibid, hlm. 43 32
a) Menjamin/ memastikan penyajian berita secara
jujur, dan tidak memberikan opini pribadi (unbiased
comment), ke dalam berita itu.
b) Mengutamakan peningkatan pendidikan dan
kebudayaan.
c) Memperbaiki dan meningkatkan norma-norma (adat
istiadat) yang berlaku, dan kesopanan (etika) di
dalam semua acara siaran.
d) Menyediakan berbagai acara untuk generasi muda,
dengan isi yang bervariasi, dan mampu
menanamkan prinsip-prinsip bermasyarakat yang
baik.
e) Meningkatakan kehidupan bermasyarakat yang
harmonis (selaras, serasi, seimbang), toleransi
beragama, dan saling pengertian internasional.
f) Mengurangi isu-isu kontroversial di masyarakat,
dengan sikap tidak memihak dan menyalahkan salah
satu kelompok dalam masyarakat.
g) Menghargai martabat dan hak asasi manusia.33
c. Karakteristik media penyiaran
33
Sebagai media massa, media penyiaran juga mempunyai
karakteristik yang unik atau spesifik dibandingkan dengan media
cetak atau media massa yang lain.
1) Media penyiaran termasuk pada kelompok media massa
tidak langsung, periodik, dan elektronik, yang terpisah
denga media cetak. “Tidak langsung” berarti antara
komunikator dan komunikan tidak berhadapan langsung
tetapi melalui satu media, yaitu media penyiaran yang
menggunakan perangkat elektronika. Walaupun
demikian, informasi dapat diterima secara langsung
atau biasa disebut sebagai real time atau live.
2) Media penyiaran mempunyai daya jangkau ke
pendengar/pemirsa yang sangat luas dan efektif, tetapi
informasi yang disampaikan oleh media penyiaran
sudah langsung berlalu dan tidak dapat berulang lagi
kecuali memang disiarkan ulang.
3) Media penyiaran televisi dan radio mempunyai
karakteristik sebagai media yang menguasai ruang
tetapi tidak menguasai waktu. Artinya, siaran dari suatu
media televisi atau radio dapat diterima dimana saja
dalam jangkauan pancarannya (menguassai ruang)
tetapi siarannya tidak dapat dilihat kembali (tidak
d. Materi siaran (dakwah)
Berdakwah bukan mengajak dan menyeru secara
asal-asalan tanpa dilandasi sumber-sumber yang benar dan dapat
dipercaya. Sebelum seorang da‟i berdakwah kepada masyarakat,
seharusnya ia sudah memiliki bahan materi dari sumber yang benar
dan terpercya, dari Al-Qur’an dan hadits Nabi.34
Yang menjadi materi dakwah adalah ajaran Islam itu
sendiri, sebab semua ajaran Islam dapat dijadikan pesan dakwah.
Dalam buku ilmu dakwah secara umum materi dakwah dapat
diklasifikasi manjadi masalah pokok yaitu:
1) Pesan akidah
a) Iman kepada Allah SWT
b) Iman kepada malaikat-Nya
c) Iman kepada kitab-kitab-Nya
d) Iman kepada rasul-rasul-Nya
e) Iman kepada hari akhir
f) Iman kepada qadha-qadhar
2) Pesan syariah
a) Ibadah: thaharah, shalat, zakat, puasa, dan haji
b) Muamalah:
(1) Hukum perdata meliputi: hukum niaga,
hukum nikah, dan hukum waris.
34 Najamuddin,
(2) Hukum publik meliputi: hukum pidana,
hukum negara, hukum perang dan damai.
3) Pesan akhlak
a) Akhlak terhadap Allah SWT.
b) Akhlak terhadap manusia: diri sendiri, tetangga,
masyarakat lainnya.
c) Akhlak terhadap flora, fauna, dan sebagainya.
Sedangkan menurut Ali Yafie menyebutkan bahwa pesan
materi dakwah itu terbagi menjadi lima pokok yang meliputi:
1) Masalah kehidupan
Dakwah memperkenalkan dua jenis kehidupan yaitu
kehidupan bumi atau duniawi dan kehidupan akhirat
yang memiliki sifat kekal abadi.
2) Masalah manusia
Pesan dakwah yang mengenai masalah manusia ini
adalah menempatkan manusia pada posisi yang “mulia”
yang harus dilindungi secara penuh. Dalam hal ini,
manusia ditempatkan pada dua status yaitu sebagai:
a) Ma‟sum, yaitu memiliki hak hidup, hak memiliki,
hak berketurunan, hak berpikir sehat, dan hak untuk
menganut sebuah keyakinan imani.
b) Makhallaf, yaitu diberi kehormatan untuk
(1) Pengenalan yang benar dan pengbdian yang
tulus kepada Allah.
(2) Pemeliharaan dan pengembangan dirinya dalam
perilaku dan perangai yang luhur.
(3) Memelihara hubungan yang baik, yang damai,
dan rukun dengan lingkungannya.
3) Masalah harta benda
Pesan dakwah dalam bentuk ini, lebih pada
penggunaan harta benda untuk kehidupan manusia dan
kemaslahatan ummah. Ada hak tertentu yang harus
diberikan kepada orang yang berhak untuk
menerimanya.
4) Masalah ilmu pengetahuan
Dakwah Islam sangat mengutamakan pentingnya
pengembangan ilmu pengetahuan. Pesan yang berupa
ilmu pengetahuan disampaikan melalui tiga jalur ilmu
yaitu:
a) Mengenal tulisan dan membaca.
b) Penalaran, dalam penelitian dan rahasia-rahasia
alam.
c) Penggambaran di bumi seperti study tour atau
ekspedisi ilmiah.
Akidah dalam pesan utama dakwah, memiliki
ciri-ciri yang membedakan dengan kepercayaan lain, yaitu:
a) Keterbukaan melaui kesaksian (syahadat).
b) Cakrawala yang luas dengan memperkenalkan
Allah SWT.
c) Kejelasan dan kesederhanaan. Seluruh ajaran
akidah, baik soal ketuhanan, kerasulan, ataupun
alam gaib sangat mudah untuk dipahami.
d) Ketuhanan anatara iman dan Islam atau anatara
iman dan amal perbuatan.35
e. Pemanfaatan siaran keagamaan
1) Aspek politis, siaran-siaran keagamaan hendaknya memberikan
dukungan kepada kebijaksanaan pemerintah, mendorong laju
pembangunan, dan meningkatkan kerukunan hidup intern
ummat suatau agam, antar ummat beragama, antar ummat
beragama dengan pemerintah.
2) Segi strategis, para da‟i baik mubaligh maupun seniman
muslim, harus memahami bahwa pendengar dan pirsawan
siaran radio dan televisi sangat majemuk. Bukan saja berbeda
tingkat kecerdasan dan pendidikannya, tetapi juga berbeda
adat-istiadat, bahasa, dan agamanya.
35 Wahyu ilaihi,
3) Aspek psikologis, perlu disadari bahwa pirsawan dan
pendengar anak-anak remaja, lebih terserap perhatiannya
kepada acara-acara hiburan, bukan kepada acara-acara pidato.36
3. Radio
a. Sejarah awal radio
Radio telah menjalani proses perkembangan yang cukup
lama sebelum menjadi media komunikasi massa seperti dewasa
ini.37 Di dalam perkembangan zamannya ternyata meidum non
visual ini, bisa menjadi media massa maupun media komunitas
dalam menyampaikan beragam informasi/ berita dan hiburan
(musik/ lagu, drama, kuis, humor) kepada pendengar.38
Mencoba menelusuri jejek kronologi histori dan sepak
terjangnya, semenjak awal ditemukan pada 1877, benda yang
mengandalkan gelombang elektromagnetik inin terus mengalami
perkembangan dalam beberapa eksperimen, dan fungsinya sebagai
perwujudan aplikasi teknologi media telah dilakukan oleh James
Clerk Maxwell, Henrich Hertz, Gglugliemo Marconi, Lee De
Frost, Regisnald Fessenden, serta Charles Herrold.39
b. Pengertian radio
36
Machbuchin, Methodologi Siaran Keagamaan Melalui Radio dan Televisi, (Proyek Penerangan Bimbingan dan Dakwah/KhotbahAgama Islam Pusat, 1981/1982), hlm. 29
37 Onong Uchjana effendy,
Radio Siaran Teori dan Praktek, (Bandung: Alumni, 1983), hlm. 16
38
A. Ius Yudo Triartanto, Broadcasting Radio, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2010), hlm. 24
39
Radio merupakan salah satu media komunikasi massa.
Semua media massa umumnya mempunyai fungsi yang sama.
Sebagai alat memberikan informasi, artinya melalui isinya
seseorang dapat mengetahui, memahami sesuatu. Sebagai alat
mendidik, artinya isinya dapat meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan moral seseorang. Sebagai alat menghibur, yakni
melalui isinya seseorang dapat terhibur, menyenangkan hatinya,
memenuhi hobinya, mengisi waktu luangnya.40
c. Karakteristik radio
Sebagai salah satu media elektronik, radio mempunyai
sifat-sifat khas yang dapat dijadikan sebagai kekuatan yang
dimilikinya dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada
masyarakat. Lambang komunikasi radio bersifat audiotif, terbatas
kepada rangkaian suara/bunyi yang hanya menerpa indera telinga.
Dengan keterbatasannya itu, radio memliki keunggulan.41
Dalam penyampaian pesan atau isi pernyataan yang
dikemas dalam suatu program, radio mempunyai cara tersendiri
yang disebut dengan gaya radio meliputi bahasa kata-kata lisan,
musik/ lagu, dan efek suara, yang menjadi kunci utama identitas
sebuah stasiun radio dalam menyajikan programnya untuk
memikat pendengarnya. Bahasa atau kata-kata lisan yang
digunakan penyiar dalam penyampaian pesannya disebabkan apa
40
Moeryanto Ginting Munthe, Media Komunikasi Radio, (Jakarta: CV. Muliasari, 1996), hlm. 11
41
yang disebut dengan “gaya radio” atau radio style. Gaya radio
siaran menurut karakteristiknya mencakup :
1) Imajinatif : karena radio siaran hanya bisa didengar, ketika
penyiar berbicara didepan mikropon, maka pendengar hanya
bisa membayangkan suaranya tanpa mengetahui sosok
penyiarnya seperti apa. Imajinasi pendengar bisa beragam
persepsinya. Radio dapat menciptakan theatre of mind.
2) Auditori : radio adalah bunyi atau suara yang hanya bisa
dikonsumsi oleh telinga. Maka itu, apa yang didengar oleh
telinga kemampuannya cukup terbatas. Untuk itu pesan radio
siaran harus jelas, singkat, dan sepintas lalu.
3) Akrab : media radio siaran adalah intim, karena penyiar
menyampaikan pesannya secara personal/ individu, walaupun
radio itu didengarkan oleh orang banyak. Sehingga radio bisa
menjadi “teman” dikala seseorang sedang merasa sedih ataupun
gembira. Itulah sifat akrab radio .
4) Gaya percakapan : bahasa yang digunakan bukan tulisan, tapi
gaya obrolan sehari-hari. Tak heran juga banyak pameo atau
bahasa-bahasa percakapan yang unik muncul dari dunia radio
yang diperkenalkan oleh penyiar menjadi sesuatu yang
nge-trend.42
d. Kekuatan dan kelemahan radio
42
Setiap media massa memiliki kekuatan dan kelemahan. Tak
ada satu media massa pun yang sanggup memenuhi kepuasan dari
khalayak yang heterogen terhadap segala keinginan dan kebutuhan.
1) Kekuatan radio
a) Radio siaran bersifat langsung, artinya program yang
disampaikan tidak mengalami proses yang kompleks.
b) Radio siaran menembus jarak dan rintangan, pengertiannya,
bahwa radio siaran dapat menembus jarak yang jauh.
c) Radio siaran mengandung daya tarik, radio siaran memiliki
sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsur yang menjadi
daya tariknya, yaiut: musik, kata-kata/ suara manusia, efek
suara.
2) Kelemahan radio
a) Durasi program terbatas, radio siaran dalam setiap
programnya dibatasi durasi waktu.
b) Sekilas dengar, sifat radio siaran adalah auditori, untuk
didengar, maka siaran yang sampai ke telinga pendengar
hanya sekilas dan sepintas lalu saja.
c) Mengandung gangguan, karena kekuatan radio siaran
adalah suara atau bunyi, maka unsur ini pula yang bisa
menjadi kelemahan karena adanya gangguan sinyal, suara
terdengar menghilang, atau menjadi tidak jelas suaranya.43
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
2. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari dua sumber yakni:
sumber data primer dan sumber data sekunder.
a. Sumber data primer yaitu data yang data yang diperoleh dari
rekaman siaran radio, Lentera Rohani Retjo Buntug 99.4 FM,
dan Bincang Ramadhan di Radio Persatuan Bantul 92.4 FM,
yang kemudian dari semua rekaman siaran radio tersebut
diubah menjadi bentuk teks.
b. Sumber data sekunder yaitu data tambahan yang diperoleh dari
buku-buku/ literatur atau yang lainnya yang mendukung data
primer, yaitu :
1) Rekaman wawancara
2) Dokumentasi
3. Lokasi, waktu, dan subyek penelitian
a. Lokasi penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Radio Persatuan Bantul
berada dilokasi yang berbeda, Radio Persatuan Bantul 94.2 FM
berada di Kab. Bantul yang mayoritas penduduknya adalah warga
pedesaan, sedangkan Radio Retjo Buntung 99.4 FM berada dipusat
Kota Yogyakarta yang mayoritas penduduknya adalah warga
perkotaan. Karena alasan dua lokasi yang berbeda itu, peneliti
memilih kedua radio tersebut.
b. Waktu
Penelitian ini mengambil waktu pada bulan Ramadhan,
sehingga data primer yang dibutuhkan adalah rekaman siaran
keagamaan selama bulan Ramadhan 1437 H.
c. Subyek penelitian
Penelilti mengambil subyek penelitiannya ialah pihak
Radio Persatuan Bantul 94.2 FM dan Pihak Radio Retjo Buntung
99.4 FM yang mengetahui program siaran keagamaan yang
disiarkan kedua radio tersebut.
4. Teknik pengumpulan data
Untuk mendapatkan beberapa data yang diperlukan dalam
penelitian ini. Ada beberpa teknik yang digunakan peneliti untuk
a. Wawancara
Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi
verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh
informasi.1
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik
wawancara mendalam atau wawancara tidak terstruktur.
Wawancara dilakukan kepada pihak Radio Persatuan Bantul 94.2
FM dan Radio Retjo Buntung 99.4 FM.
b. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang.2
Pada penelitian ini, untuk memperoleh data yang
diperlukan, salah satunya peneliti menggunakan metode
dokumentasi dengan berupaya mengubah bentuk rekaman siaran
kagamaan menjadi sebuah teks atau naskah, dan kemudian
dilanjutkan dengan melakukan analisis data.
5. Kredibilitas/ keabsahan data
Untuk menetapkan kredibilitas/ keabsahan data diperlukan teknik
pemeriksaan, dan peneliti menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
1
S. Nasution, Metode Research (penelitian ilmiah), (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), hlm. 113
2 Sugiyono
yang lain diluar data yang telah didapat untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data yang sudah ada.3
6. Analisis data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data dalam kategori,
menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyususn
kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,
dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri
maupun orang lain4
Dalam menganalisis data peneliti menggunakan analisis framing
model Murray Edelman. Edelman mensejajarkan framing sebagai
kategorisasi: pemakian perspektif tertentu dengan pemakian kata-kata
yang tertentu pula yang menandakan bagaimana fakta atau realitas
dipahami. Kategorisasi dalam pandangan Edelman, merupakan
abstraksi dan fungsi pikiran. Kategori, membantu manusia memahami
realitas yang beragam dan tik beraturan tersebut menjadi realitas yang
mempunyai makna. Tetapi, kategorisasi bisa berarti juga suatu
penyederhanaan, realitas yang kompleks dan berdimensi banyak
3
Lexi J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993), hlm. 178
4
dipahami dan ditekankan pada satu sisi atau dimensi sehingga dimensi
lain dari suatu peristiwa atau fakta menjadi tidak terliput.5
Kategorisasi itu merupakan kekuatan yang besar dalam
mempengaruhi pikiran dan kesadaran publik. Dalam mempengaruhi
kesadaran publik, kategoriasi lebih halus dibandingkan dengan
propaganda. Meskipun terlihat halus dan tidak langsung, pemakaian
kategori tertentu atas suatu peristiwa bisa jadi mempunyai imbas yang
lebih tinggi dibandingkan dengan propaganda. Karena, kategorisasi
lebih menyentuh, lebih stabil, dan lebih mengena alam bawah sadar.
Khalayak tidak sadar bahwa alam bawah pikirannya dan kesadarannya
telah didikte dalam sudut pandang atau perspektif tertentu, pola pikir
tertentu sehingga tidak berpikir pada dimensi lain.6
5
Eriyanto, Analisis Framing. Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media,(Yogyakarta: PT LkiS Pelangi Aksara, 2002), hlm. 156
6
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
1. Profil Radio Retjo Buntung 99.4 FM
a. Sejarah dan perkembangan radio Retjo Buntng 99.4 FM
Kota Jogjakarta telah lama dikenal sebagai gudangnya
orang-orang kreatif. Perilaku masyarakatnya terkenal santun dan gemar
bereksperimen selalu mencari wacana dan ilmu pengetahuan.
Hingga pada akhirnya, 38 tahun lalu, kegemaran bereksperimen ini
membawa sebuah babak baru di dunia media massa elektronik di
kota Gudeg ini. Radio Retjo Buntung adala salah satu dampak dari
hobi bereksperimen. Sebuah radio yang hingga sekarang hampir 4
dasawarsa menyapa pemirsa ini tetap bertahan untuk selalau
memberikan yang terbaik bagi penggemarnya.
Pertama kali memancar pada tanggal 6 Maret 1967 dengan
peralatan yang sangat sederhana. Dan pada tanggal 9 Maret 1967
mulai ditata secara permanen dengan menggunakan call station
“Retjo Buntung”. Selanjutnya tanggal 9 Maret ditetapkan sebagai
tanggal berdirinya radio Retjo Buntung Jogjakarta dengan
menggunakan gelombang 50 dan berubah-ubah sesuai evaluasi
Dengan motto “Melestarikan Budaya Bangsa”, radio Retjo
Buntung menyajikan program-program budaya daerah Jawa seperti
ketoprak, keroncong, wayang kulit, dan dagelan mataram. Dua
program andalan yang sangat disuka dan melegenda adalah
Romantika dan Kehidupan serta Pembacaan Buku.
Kerja keras awak Retjo Buntung mencatat prestasi yang patut
dibanggakan. Beberapa kali tercatat Retjo Buntung mendapatkan
kepercayaan dari masyarakat sebagai radio papan atas berdasarkan
survey pendengar SRI. Dan pada tahun 1988, Retjo Buntung
mendapatkan penghargaan International Golden Circle for Quality
dari Business Intitiative Direction Spanyol dan diterima tanggal 15
Juli 1988 dikota Madrid, Spanyol, untuk meningkatkan kualitas
penyajian siarannya, pada tanggal 1 Januari 1992 radio Retjo
Buntung memindahkan frekuensinya dari jalur AM 106.2 KHz ke
jalur FM dengan frekuensi 100.55 Mhz.
Agar kebutuhan pendengar lebih terakomodir dan
program-programnya lebih dinamis, maka Retjo Buntung melakukan
repositioning sehingga motto siaran menjadi “Citra Radio
Keluarga”
Ternyata dalam perjalanannya, lagi-lagi Retjo Buntung
menawarkan sesuatu demi kepuasan pemirsanya. Sejak 9 Maret
membawa babak abru di dunia peradioan di Jogja, dengan
keberaniannya menyajikan siaran selama 24 jam setiap hari, yaitu
dari program reguler yang sudah berjalan dengan ditambah sajian
khusus bernuansa etnika.
Pada bulan Maret 2004, kembali Retjo Buntung mengantongi
prestasi sebagai radio nomor satu di Jogja berdasarkan hasil survey
Nielsen Media Research tahun 2003.
Pengaturan kanal frekuensi dari pemerintah pusat untuk semua
radio mengahruskan Retjo Buntung menggeser frekuensi menjadi
99.4 FM, tepatnya mulai tanggal 3 Mei 2004. Untuk memberikan
materi yang terbaik dan lebih kaya, Retjo Buntung membangun
jaringan kerjasama tidak terbatas pada tingkat nasional, tetapi juga
internasional seperti: Radio Suara Jerman Deutsche Welle dan
Voice of America.
Dinamisasi kota Jogja dengan berbagai predikatnya membuat
masyarakat yang pernah tinggal di kota ini selalu rindu kembali
untuk mendengarkan sajian-sajian retjo Buntung, untuk
menuntaskan keinginan mendengarkan siaran Retjo Buntung bagi
yang verada diluar Jogja, maka sejak 19 Januari 2005 Retjo
Buntung mengahdirkan live streeming. Sehingga pemirsa bisa
80% 5%
5% 5% 5%
Jenis musik
Indonesia pop Manca Keroncong Campur sari Dangdut
pemirsa yang ada di Indonesia tetapi juga dari seluruh penjuru
dunia.
b. Format siaran
1) Jenis musik, yang menyediakan beberapa jenis musik sebagai
berikut :
a) Indonesia populer
b) Manca
c) Keroncong
d) Campur sari
e) Dangdut
Dan untuk lebih jelasnya bisa lihat dalam tabel dibawah ini
80% 20%
Jenis program
Siaran musik Siaran kata
2) Jenis program, yang membaginya menjadi dua yaitu :
a) Siaran musik
b) Siaran kata
Dan untul lebih jelasnya bisa dilihat dalam tabel dibawah
ini
Tabel 4.2 Jenis program
3) Klasifikasi pendengar
a) Sosial ekonomi, ada beberapa tingkatan pendengar radio
Retjo Buntung berdasarkan sosial ekonominya dan
diklasifikasikan dari A, B, C, D, E. Dan untuk lebih
15%
35%
25% 20%
5%
Pendidikan
Academy - Universitas Tamatan SMU
Tamatan SMP Tamatan SD
Tanpa pendidikan
10% 10%
40% 20%
20%
Sosial Ekonomi
A B C D E
Tabel 4.3
Klasifikasi pendengar berdasarkan sosial ekonomi.
b) Pendidikan, pendengar radio Retjo Buntung juga ada dari
berbagai tingkat pendidikan yaitu, Academy-Universitas,
Tamatan SMU, Tamatan SMP, Tamatan SD, dan Tanpa
pendidikan, dan untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam
tabel dibawah ini.
Tabel 4.4
20%
15%
15% 20% 20%
10%
Pekerjaan
White collar Enterpreneur Blue collar
Student Housewife Others
c) Pekerjaan, pendengar radio Retjo Buntung juga
diklasifikasikan berdasarkan pekerjaannya yaitu :
(1) White collar
(2) Enterpreneur
(3) Blue collar
(4) Student
(5) House wife
(6) Others
Dan untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam tabel
dibawah ini.
Tabel 4.5
20%
15%
15% 25% 25%
Usia
10 - 19 tahun 20 - 29 tahun 30 - 39 tahun
40 - 49 tahun > 50 tahun
d) Usia, pendengar radio Retjo Buntung juga diklasifikasikan
berdasarkan umurnya, yaitu dari umur
(1) 10-19 tahun
(2) 20-29 tahun
(3) 30-39 tahun
(4) 40-49 tahun
(5) > 50 tahun
Dan untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam tabel
dibawah ini.
Tabel 4.6
Jam Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Minggu
KESEHATAN TIPS KESEHATAN TIPS KECANTIKAN
TIPS
19.15-21.00 Radio Gogo INDONESIA 9
21.00-21.30
18.00-18.30 DETAK (DERETAN WARTA AKTUAL)
Umum Nasional & Daerah
18.30-19.00 POS RILEKS II (Lagu kenangan 60an - 70an) 16.00-17.00
17.00-18.00 POS RILEKS I (Lagu kenangan 60an - 70an) 14.00-15.00
12.00-13.00 WARTA NADA (Warta Aktual & Lagu Koes Plus)
13.00-14.00 PEMBACAAN BUKU BAHASA JAWA
06.00-09.00
Susunan program acara radio Retjo Buntung.
2. Profil Radio Persatuan 94.5 FM
a. Sejaran dan perkembangan Radio Persatuan 94.5 FM
Sebagai satu-satunya radio di ibu kota Kabupaten Bantul,
Yogyakarta, sejak permulaan berdirinya hingga saat ini, Radio
informasi, melalui sajian acara-acaranya yang ditujukan kepada
seluruh lapisan masyarakat.
Tanggal 11 Maret 1970 berdirinya Radio Persatuan di kawasan
Depok 76 Bantul dengan menempati frekuensi AM 362.3 Khz
beralih ke AM 828 Khz. Januari 1984 Radio Persatuan pindah di
jalan Jend. Sudirman 12A, karena musibah kebakaran yang terjadi
pada 26 Agustus 1986 lokasi ini kembali mengalami perpindahan
ke jalan Jend. Ahmad Yani 22 hingga sekarang.
Perjalanan Radio Persatuan untuk menghadirkan siaran terbaik
bagi pendengar semakin lengkap dengan beralihnya ke jalur FM
pada 1 Juli 1997 dengan menempati frekuensi 93.9 MHZ. Tanggal
3 Mei 2004 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perhubungan
nomor: KM 15 Tahun 2000 yang semua menempati frekuensi 93.9
MHZ beralih ke 94.2 MHZ. Siaran Radio Persatuan 92.4 FM
diterima dengan baik di 4 Kabupaten (Bantul, Kulon Progo,
Sleman, Gunung Kidul) dan 1 Kodya Yogyakarta, serta daerah
sekitarnya (Kebumen, Purworejo, Kutoarjo, Muntilan, Magelang,
30% 70%
Komposisi program
kata lagu
60% 10%
10% 20%
Komposisi acara
Hiburan Pendidikan Penerangan Lain-lain
b. Format siaran
1) Komposisi program, yang membaginya menjadi dua yaitu :
kata dan lagu, dan untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam tabel
dibawah ini.
Tabel 4.8 Komposisi program
2) Komposisi acara, yang membaginya menjadi beberapa acara
yaitu : hiburan, pendidikan, penerangan, dan lain-lain. Dan
untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam tabel dibawah ini.
45%
15% 30% 10%
Komposisi lagu
Dangdut Indonesia Daerah Rohani
3) Komposisi lagu, yang terdiri dari lagu dangdut, Indonesia,
daerah, dan rohani. Dan untuk lebih jelas nya bisa dilihat dalam
tabel dibawah ini.
Tabel 4.10 Komposisi lagu
c. Target pendengar
Target pendengar Radio Persatuan 94.2 FM ditujukan pada
kelompok pendengar usia 12 keatas, dengan tingkat pendidikan
SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinnggi dari strata sosial
masyarakat menengah, yang pada umumnya sudah menggunakan
toiletris, mengkkonsumsi teh, kopi, sirup, kecap, minyak goreng,
detergen, obat nyamuk bakar, selain itu juga pengguna jamu dan
35%
40% 25%
USIA
12--25 25-40 40 KEATAS
1) Usia, radio Persatuan menargetkan pendengarnya dari berbagai
usia yaitu dari usia :
(1) 12-25 tahun
(2) 25-40 tahun
(3) 40 tahun keatas
Dan untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam tabel dibawah
ini.
Tabel 4.11
klasifikasi pendengar berdasarkan usia.
2) Sosial ekonomi, radio Persatuan juga mentargetkan
pendengarnya dari berbagai kalangan berdasarkan tingkat
sosial ekonominya yaitu :
a) Golongan A1, A2, B
b) Golongan C1, C2
c) Golongan D, E
Dan untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam tabel dibawah
10%
40% 50%
SES
Gol A1 A2 B Gol C1, C2 Gol D, E
12%
32% 47%
9%
PENDIDIKAN
SD SLTP SLTA PT
Tabel 4.12
Klasifikasi pendengar berdasarkan sosial ekonomi.
3) Pendidikan, radio persatuan juga menargetkan pendengarnya
dari kalangan pendidikan yaitu dari SD, SLTP SLTA, dan PT.
Dan untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam tabel dibawah ini,
Tabel 4.13
Klasifikasi pendengar berdasarkan pendidikan.
4) Profesi, radio persatuan juga menargetkan pendengarnya dari
berbagai profesi yaitu dari :
a) Wirausaha
b) Pelajar
c) Karyawan
11%
23%
17% 14%
19% 16%
PROFESI
WIRAUSAHA PELAJAR KARYAWAN PETANI IBU RT LAIN-LAIN
e) Ibu rumah tangga
f) Lain-lain
Dan untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam tabel dibawah
ini.
Tabel 4.14
Klasifikasi pendengar berdasarkan profesi.
d. Program siaran
Sebagai media musik dan informasi bagi pendengarnya, Radio
persatuan selalu memberikan yang terbaik. Kebanyakan
masyarakat bantul adalah pencinta Dangdut, ke khasan Radio
Persatuan yang sudah terkenal sebagai Radio Dangdut memberikan
tempat terbanyak untuk acara tersebut seperti Hello Dangdut,
Goyang Suka-Suka, Terminal Dangdut, IDOLA (Irama Dangdut
Lama), dan 10 Top Dangdut. Kami menyebutnya media goyang
paling kondang. Lagu Indonesia menempati urutan kedua dengan
acara-acara You & Me, Nonstop Musik Indonesia, Yogyakarta Top