• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keanekaragaman Jenis Serangga Diurnal Pada Tanaman Penutup Tanah Mucuna bracteata Di Pertanaman Kelapa Sawit Di Areal Perkebunan PT. Tolan Tiga Kerasaan Estate Kabupaten Simalungun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Keanekaragaman Jenis Serangga Diurnal Pada Tanaman Penutup Tanah Mucuna bracteata Di Pertanaman Kelapa Sawit Di Areal Perkebunan PT. Tolan Tiga Kerasaan Estate Kabupaten Simalungun"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA DIURNAL PADA

TANAMAN PENUTUP TANAH Mucuna bracteata DI

PERTANAMAN KELAPA SAWIT DI AREAL PERKEBUNAN

PT. TOLAN TIGA KERASAAN ESTATE KABUPATEN

SIMALUNGUN

SKRIPSI

IIN N. SIDABUTAR

050302036

HPT

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA DIURNAL PADA

TANAMAN PENUTUP TANAH Mucuna bracteata DI PERTANAMAN

KELAPA SAWIT DI AREAL PERKEBUNAN PT. TOLAN TIGA

KERASAAN ESTATE KABUPATEN SIMALUNGUN

SKRIPSI

OLEH :

IIN N. SIDABUTAR

050302036

HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Disetujui Oleh:

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Dra. M. Cyccu Tobing, MS Ir. Amansyah

Siregar

Ketua Anggota

Dr. Ir. Agus Susanto, MP

Pembimbing Lapangan

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRACT

Iin N. Sidabutar, Diversity of Diurnal Insect Population on Legume Cover Crop Mucuna bracteata on Oil Palm Plantation. The objective of this research was to study the diversity of diurnal insect population on legume cover crop

Mucuna bracteata on oil palm plantation. This research used diagonal sample

(4)

ABSTRAK

(5)

RIWAYAT HIDUP

Iin N sidabutar, dilahirkan di Samosir pada tanggal 27 Oktober 1986 dari

pasangan Ayahanda U. Sidabutar dan Ibunda R. Sihombing. Penulis merupakan

anak ke-2 dari 6 bersaudara.

Pendidikan yang pernah ditempuh Penulis adalah lulusan dari Sekolah

Dasar 173797 Tolping pada tahun 1999, lulus dari Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama Negeri 1 Ambarita tahun 2002, lulus dari Sekolah Menengah Atas

Swasta Budi Mulia Pematang Siantar 2005 dan diterima di Fakultas Pertanian

USU Medan, Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan melalui jalur

SPMB.

Penulis pernah aktif dalam organisasi kemahawiswaan seperti IMAPTAN

(Ikatan Mahasiswa Perlindungan Tanaman) tahun 2005-2010, menjadi Asisten

Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman 2007-2009 pernah mengikuti Seminar

Ilmiah dengan tema “ Seminar Peranan Pertanian Dalam Pembangunan Sumatera

Utara”, dan Seminar Kegiatan Leadership Training dengan tema “ Parintal Expo

2008”. Penulis melakukan Praktek kerja Lapangan (PKL) di PTPN III Kebun

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang maha Esa karena

atas berkat dan anugerahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Judul dari skripsi adalah KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA

DIURNAL PADA TANAMAN PENUTUP TANAH Mucuna bracteata DI

PERTANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guinensis Jacq.)

Adapun tujuan dan kegunaan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Dra. M. Cyccu Tobing, MS selaku Ketua, Ir. Amansyah Siregar selaku

Anggota, dan Dr. Ir. Agus Susanto, MP selaku Pembimbing lapangan yang telah

memberi saran dan kritik dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna dan banyak

kekurangan.Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini

bermanfaat.

Medan, Februari 2010

(7)

DAFTAR ISI

Hlm

ABSTRACT ... .. i

ABSTRAK ... . ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... . v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... .ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... . 1

Tujuan Penelitian ... . 4

Hipotesa Penelitian ... . 4

Kegunaan Penelitian ... . 4

TINJAUAN PUSTAKA Komunitas Ekosistem ... 5

Keragaman Jenis Serangga dan Faktor Yang Mempengaruhinya ... 7

Peledakan Populasi Serangga ... 10

Serangga Pada Tanaman Penutup Tanah Mucuna bracteata ... 12

Cara koleksi serangga di lapangan ... 15

Pengumpulan dengan jarring serangga ... 15

Pengumpulan dengan perangkap warna ... 16

BAHAN DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian ... 14

Bahan dan Alat ... 14

Metoda Analisa Data ... 14

Pelaksanaan Penelitian ... 17

Survei Pendahuluan ... 17

Pengambilan Sampel 17 Perangkap Jaring (Sweep net) ... Perangkap Warna ... Identifikasi Serangga ... 16

Koleksi Serangga ... 17

Peubah Amatan ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Serangga Yang Tertangkap Pada Areal Tanaman Sawit Belum Menghasilkan (TBM) ... 19

(8)

Keanekaragaman Jenis Serangga Yang Tertangkap Pada Areal Tanaman Kelapa Sawit Belum Menghasilkan

(TBM)... ………22

Kerapatan Relatif (KR)...22

Frekwensi Relatif (FR)...23

Indeks Keanekaragaman H’. ...23

Jumlah Serangga Yang Tertangkap Pada Areal Tanaman Sawit Menghasilkan (TM) ... ..…25

Kerapatan Relatif (KR) ...25

Frekwensi Relatif (FR)...25

Indeks Keanekaragaman H’...26

Nilai Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Masing-masing Lokasi ... 37

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 43

Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hlm

1. Alat Perangkap Sweep Net (Jaring Perangkap)...………...17

2. Perangkap warna ………18

(10)

DAFTAR TABEL

No Judul Hlm

1. Jumlah Serangga Yang Tertangkap Pada

Areal Tanaman Sawit Belum Menghasilkan (TBM)... 19

2. Jumlah Serangga Yang Tertangkap Pada

Areal Tanaman Sawit Menghasilkan (TM) ... 21

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hlm

1 Nilai KM (Kerapatan Mutlak) untuk setiap jenis serangga pada pengamatan I-VII Pada Areal Tanaman Sawit Belum Menghasilkan (TBM)... 43

2. Nilai KR (Kerapatan Relatif) untuk setiap jenis serangga pada pengamatan I-VIII Pada Areal Tanaman Sawit Belum

Menghasilkan (TBM)... 44

3. Nilai FM (Frekwensi Mutlak) untuk setiap jenis serangga pada pengamatan I-VIII Pada Areal Tanaman Sawit Belum Menghasilkan (TBM)... 45

4. Nilai FR (Frekwensi Relatif) untuk setiap jenis serangga pada pengamatan I-VIII Pada Areal Tanaman Sawit Belum

Menghasilkan (TBM)...

5. Indeks Keanekaragam Jenis Serangga untuk setiap jenis serangga pada pengamatan I-VIII Pada Areal Tanaman Sawit Belum Menghasilkan (TBM) ... 46

6. Nilai KM (Kerapatan Mutlak) untuk setiap jenis serangga pada pengamatan I-VII Pada Areal Tanaman Sawit Menghasilkan (TM) ... 47

7. Nilai KR (Kerapatan Relatif) untuk setiap jenis serangga pada pengamatan I-VIII Pada Areal Tanaman Sawit Menghasilkan (TM) ... 48

8. Nilai FM (Frekwensi Mutlak) untuk setiap jenis serangga

pada pengamatan I-VIII Pada Areal Tanaman Sawit Menghasilkan (TM) ... 49

9. Nilai FR (Frekwensi Relatif) untuk setiap jenis serangga pada pengamatan I-VIII Pada Areal Tanaman Sawit Menghasilkan (TM) ... 50

(12)

11. Jumlah serangga yang tertangkap pada masing-masing perangkap di areal tanaman sawit menghasilkan (TM) ... 52

12. Jumlah Serangga yang tertangkap pada masing-masing perangkap di areal tanaman sawit belum menghasilkan (TBM) ... 57

(13)

ABSTRACT

Iin N. Sidabutar, Diversity of Diurnal Insect Population on Legume Cover Crop Mucuna bracteata on Oil Palm Plantation. The objective of this research was to study the diversity of diurnal insect population on legume cover crop

Mucuna bracteata on oil palm plantation. This research used diagonal sample

(14)

ABSTRAK

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Mucuna bracteata merupakan kacangan penutup tanah yang sangat

populer dan berasal dari India. Sebagian besar perusahaan perkebunan di

Indonesia menggunakan jenis kacangan ini untuk menjaga kesuburan dan

kelembaban tanah, tidak disukai ternak karena daunnya mengandung kadar fenol

yang tinggi, toleran terhadap serangan hama dan penyakit, memiliki sifat racun

sehingga memiliki daya kompetisi yang tinggi terhadap gulma, sebagai

leguminosa dapat menambah N bebas dari udara (Harahap dan Subroto, 2002).

Penggunaan tanaman leguminosa sebagai penutup tanah dianjurkan untuk

perkebunan sawit maupun karet. Tanaman leguminosa digunakan karena

melindungi permukaan tanah dari erosi, menambah bahan organik tanah,

mengurangi pencucian unsur hara, menambah dan mempertahankan kesuburan

tanah baik kimiawi, fisik maupun biologis dan mempercepat proses pelapukan

batang sawit bekas tanaman tua, sehingga mengurangi kemungkinan tanaman

muda dari serangan Oryctes rhinoceros serta dapat menghambat pertumbuhan

gulma (Maskuddin, 1988).

Sejauh ini belum ditemukan adanya hama dan penyakit utama pada

tanaman penutup tanah. Serangga yang terdapat pada tanaman penutup tanah

adalah Pagria signata, Eucomatocera vittata, Maruca testulalis, Blasticorhinus rivulet, Tiracola plagiata. Serangga kutu menyebabkan daun

tanaman penutup tanah berlubang, namun serangannya masih dapat ditoleransi

(16)

Serangga dapat berperan sebagai pemakan tumbuhan (serangga jenis ini

yang terbanyak anggotanya), sebagai parasitoid (hidup secara parasit pada

serangga lain), sebagai predator (pemangsa), sebagai pemakan bangkai, sebagai

penyerbuk (misalnya tawon dan lebah), dan sebagai penular (vektor) bibit

penyakit tertentu (Putra, 1994).

Banyak serangga yang hidupnya memberikan manfaat kepada manusia.

Serangga berguna tersebut antara lain pengurai, penyerbuk, pemangsa, parasit

hama dan lain-lain. Peranan serangga penyerbuk kadang-kadang sangat

menentukan keberhasilan suatu budidaya tanaman perkebunan. Secara umum

serangga penyerbuk untuk hidupnya tidak hanya tergantung pada satu jenis

tanaman saja, tetapi pada tanaman penutup tanah digunakan sebagai inang

pengganti, penyedia bunga, dan penyebab iklim mikro yang lebih sesuai bagi

serangga penyerbuk (Yayah dan Lecoq, 2008).

Sampai saat ini belum diketahui adanya berbagai jenis serangga yang

terdapat pada tanaman penutup tanah terutama Mucuna bracteata di areal

pertanaman kelapa sawit. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang identifikasi serangga pada tanaman penutup tanah

(Mucuna bracteata) di pertanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq.) di

beberapa lokasi.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui berbagai jenis serangga diurnal yang terdapat pada

tanaman penutup tanah M. bracteata di pertanaman kelapa sawit menghasilkan

(17)

Hipotesa Penelitian

Diduga adanya perbedaan berbagai jenis serangga diurnal yang terdapat

pada tanaman penutup tanah M. bracteata di pertanaman kelapa sawit

menghasilkan dan tanaman kelapa sawit belum menghasilkan.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat menempuh ujian sarjana di

Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan.

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Komunitas Ekosistem

Komunitas adalah sistem kehidupan bersama dari sekelompok populasi

organisme yang saling berhubungan karena ada saling pengaruh satu dengan yang

lainnya dan berkaitan dengan lingkungan hidupnya. Dalam komunitas organisme

hidup saling berhubungan atau berinteraksi secara fungsional. Hal ini

menunjukkan bahwa komunitas tidak statis. Komunitas mempunyai pengaturan

diri atau homeostatis. Komunitas mempunyai karakteristik organisasi komunitas,

fungsi, dan mengalami perubahan (Suin, 1997).

Ekosistem merupakan kesatuan alam yang sangat kompleks susunan dan

fungsinya. Ekositem yang tidak/belum dicampuri manusia disebut ekosisitem

alamiah, sedangkan yang sudah dikelola atau dibuat oleh manusia disebut

agroekosistem, seperti ladang, sawah, tegalan, kebun, empang dan sungai buatan.

Akuarium juga merupakan ekosistem buatan (Oka, 1995).

Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi

karena keragaman spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin

stabil. Gangguan parah menyebabkan penurunan yang nyata dalam keragaman.

Keragaman yang besar juga mencirikan ketersediaan sejumlah besar ceruk

Komunitas yang mengalami situasi lingkungan yang keras dan tidak

menyenangkan di mana kondisi fisik terus-menerus menderita, kadangkala atau

secara berkala, cenderung terdiri atas sejumlah kecil spesies yang berlimpah.

(19)

tidak ada satu pun yang berlimpah. Keragaman spesies dapat diambil untuk

menandai jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu atau sebagian jumlah spesies

diantara jumlah total individu dari seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapat

dinyatakan secara numerik sebagai indeks keanekaragaman (Michael, 1995).

Keragaman Jenis Serangga dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya

Keragaman jenis adalah sifat komunitas yang memperlihatkan tingkat

keanekaragaman jenis organisme yang ada didalamnya. Untuk memperoleh

keragaman jenis ini cukup diperlukan kemampuan mengenal dan membedakan

jenis meskipun tidak dapat mengindentifikasi jenis hama (Krebs, 1978).

Teknologi pengendalian secara kimia tidak memihak pada azas-azas

ekologi yang berkelanjutan atau berada di luar pemahaman ekologi, yaitu

ekosistem yang berbasis pada keragaman, interaksi dan saling ketergantungan

antara komponen ekosistem. Keragaman adalah fungsi kesetabilan, maka

diperlukan teknologi pertanian yang mampu mempertahankan dan menjamin

keanekaragaman serta meningkatkan produksi dengan dampak lingkungan

seminimal mungkin, mampu mempertahankan produktivitas lahan. Altieri dan

Nichols (2004) mengemukakan bahwa ekosistem dan praktek budidaya akan

berpengaruh terhadap tingkat keanekaragaman pengendali alami dan kelimpahan

serangga hama, yang memiliki arti dalam meningkatkan kesetabilan dan

keberlanjutan ekosistem (Altieri dan Nichols (2004) dalam Mudjiono dkk, 2007).

Populasi setiap organisme pada ekosistem tidak pernah sama dari waktu ke

(20)

populasi serta lingkungan fisiknya senantiasa berubah dan bertumbuh sepanjang

waktu (Untung, 1996).

Menurut Krebs (1978), ada 6 faktor yang saling berkaitan menentukan

derajat naik turunnya keragaman, jenis yaitu :

a) Waktu, keragaman komunitas bertambah sejalan waktu, berarti komunitas

tua yang sudah lama berkembang, lebih banyak terdapat organisme dari

pada komunitas muda yang belum berkembang. Waktu dapat berjalan

dalam ekologi lebih pendek atau hanya sampai puluhan generasi.

b) Heterogenitas ruang, semakin heterogen suatu lingkungan fisik semakin

kompleks komunitas flora dan fauna disuatu tempat tersebar dan semakin

tinggi keragaman jenisnya.

c) Kompetisi, terjadi apabila sejumlah organisme menggunakan sumber yang

sama yang ketersediannya kurang, atau walaupun ketersediannya cukup,

namun persaingan tetap terjadi juga bila organisme-organisme itu

memanfaatkan sumber tersebut, yang satu menyerang yang lain atau

sebaliknya.

d) Pemangsaan, mempertahankan komunitas populasi dari jenis bersaing

yang berbeda di bawah daya dukung masing-masing selalu memperbesar

kemunginan hidup berdampingan sehingga mempertinggi keragaman,

apabila intensitas dari pemasangan terlalu tinggi atau rendah dapat

menurunkan keragaman jenis.

e) Kestabilan iklim, makin stabil, suhu, kelembaban, salinitas, pH dalam

suatu lingkungan tersebut. Lingkungan yang stabil, lebih memungkinkan

(21)

f) Produktifitas, juga dapat menjadi syarat mutlak untuk keanekaragaman

yang tinggi.

Peledakan Populasi Serangga

Faktor lingkungan biotik bagi organisme adalah organisme lain juga

terdapat di habitatnya. Pada komunitas jenis-jenis organisme saling berinteraksi

satu dengan yang lainnya. Interaksi itu dapat berupa predasi, parasitisme,

kompetisi, dan penyakit. Hubungan organisme dengan organisme lainnya

membentuk komunitas di ekosistem tempat organisme tersebut hidup bersama.

Hubungan antar jenis organisme di komunitasnya akan menentukan kepadatan

populasi masing-masing organisme di habitatnya. Pemangsa akan menyebabkan

rendahnya kepadatan populasi mangsanya, sedangkan mangsa sangat menentukan

kehidupan pemangsa. Suatu spesies hama mengkolonisasi daerah geografis yang

baru tanpa diikuti oleh perkembangan musuh alami, musuh alami terbunuh oleh

aplikasi pestisida, atau habitat yang ditempati oleh hama dan musuh alami

dimodifikasi sehingga sangat sesuai untuk hama (Michael, 1995).

Kepadatan populasi spesies di suatu tempat tidak pernah tetap, selalu ada

yang datang (lahir dan imigrasi), dan pergi (mati dan emigrasi). Kelahiran

menyebabkan bertambahnya anggota populasi. Kelahiran ditentukan oleh

kapasitas organisme secara genetik untuk menghasilkan keturunan. Faktor lain

yang menentukan adalah lingkungan biotis yaitu parasit, predator dan

ketersediaan bahan makanan serta tempat berlindung (Suin, 2003)

Menurut Michael (1995) di dalam ekosistem alami populasi suatu jenis

serangga atau hewan pemakan tumbuhan tidak pernah eksplosif (meledak) karena

(22)

demikian dalam ekosistem alami serangga tidak berstatus sebagai hama. Di dalam

ekosistem pertanian faktor pengendali tersebut sudah banyak berkurang sehingga

kadang-kadang populasinya meledak dan menjadi hama. Serangga fitofag dapat

berubah status dari non hama menjadi hama atau dari hama penting menjadi

hama tidak penting karena :

1. Perubahan lingkungan atau cara budidaya

2. Perpindahan tempat

3. Perubahan pandangan manusia

4. Aplikasi insektisida yang tidak bijaksana.

Peledakan populasi dapat terjadi jika suatu spesies dimasukkan ke dalam

suatu daerah yang baru, dimana terdapat sumber-sumber yang belum dieksploitir

oleh manusia dan tidak ada interaksi negatif (misalnya predator, parasit), dimana

sebenarnya predator dan parasit memainkan peranan dalam menahan peledakan

populasi dan memang menekan laju pertumbuhan populasi

(Heddy dan Kurniaty, 1996).

Serangga Pada Tanaman Penutup Tanah Mucuna bracteata

Mucuna memiliki kandungan protein, vitamin, dan mineral untuk

kebutuhan makanan ternak dan juga manusia seperti kacang-kacangan yang lain,

Dari segi kandungan gizi, Mucuna memiliki kandungan protein sebesar 25-35%

dan memiliki kandungan lysine yang tinggi yaitu sebesar 327-412 mg g-1 N.

Selain itu, Mucuna juga memiliki kandungan sejumlah asam amino essensial dan

merupakan sumber serat pangan (dietary fiber) dan mineral. Tetapi Mucuna juga

memiliki kandungan senyawa 3,4-dihydroxy-L-phenylalanine atau L-Dopa

(23)

Menurut Henry (1949) biji Mucuna mengandung senyawa alkaloid toksik

mucunine dan mucunadine. Citroreksoko (1974) menemukan bahwa selain

senyawa alkaloid toksik terdapat pula Phitohemaglutinin dan Sianglukosida.

Walaupun kadarnya sangat rendah, senyawa-senyawa toksik ini dapat

menimbulkan keracunan. Senyawa toksin dapat diolah dengan baik yaitu dengan

perendaman dan perebusan yang disertai dengan pelepasan kulit, senyawa toksin

akan larut dalam air atau terurai (Oudhia, 2001).

Mucuna rentan terhadap kebusukan yang penyebabnya tidak dapat

diketahui dan dapat menyebabkan tanaman mati. Nematoda yang menyerang

adalah Meloidogyne spp. Serangga seperti ulat bulu (Anticarsia gemmatalis) dan

mamalia kecil yang menyerang Mucuna sangat sedikit, hal ini disebabkan karena

kandungan L-Dopa yang dimiliki oleh Mucuna. Brachyplatys spp. dapat memakan

daun kacang-kacangan (Oudhia, 2001).

Serangga yang terdapat pada tanaman penutup tanah antara lain kutu

Aphid sp., Thrips sp., kumbang Meloidae, dan tungau. Serangga tersebut terdapat pada daun tanaman penutup tanah. Kutu Aphid hidup secara berkelompok di

pucuk tanaman atau pada lembaran daun-daun muda. Kutu Aphid menyebabkan

daun menjadi keriting dan akhirnya layu. Thrips adalah serangga penghisap, daun

yang terserang tampak bercak-bercak berwarna abu-abu. Bercak abu-abu ini akan

berubah menjadi coklat tua (Yayah dan Lecoq, 2008).

Cara koleksi serangga di lapangan

Pengumpulan dengan jaring vegetasi

Jaring serangga merupakan alat yang paling banyak dan umum digunakan

(24)

udara (aerial net), jaring ayun (sweep net), dan jaring air (aquatic net). Jaring

udara digunakan untuk menangkap serangga terbang seperti kupu-kupu, lalat,

belalang, lebah, dan capung. Jaring serangga mempunyai diameter 35 cm pada

bagian depan dan panjang jaring 50 cm. Tongkat tangkai jaring biasanya

sepanjang 100 cm. Jaring ayun di gunakan untuk menangkap serangga pada

daun-daunan atau rerumputan. Pengambilan serangga dari dalam jaring di usahakan

membelakangi sinar matahari agar serangga tidak keluar dari dalam jaring. Jaring

air harus lebih kuat untuk menahan kotoran dalam air, baik kawat lingkar dan

bahan jaringnya (Suin, 2003).

Jaring-jaring penyapu umum digunakan untuk mengambil sampel

serangga vegetasi. Ini adalah cara yang sederhana dan cepat untuk pengambilan

sampel. Kekurangannya adalah bahwa hanya serangga-serangga yang tidak

terjatuh atau kabur pada saat si pengumpul mendekati vegetasi, yang dapat

ditangkap. Perubahan dalam penyebaran tegak, keadaan cuaca, siklus diel dari

pergerakan tegak, serta perubahan-perubahan dalam habitat akan mempengaruhi

penangkapan yang dilakukan dengan jaring sapu. Selanjutnya, jaring sapu tidak

dapat digunakan secara tepat guna pada vegetasi yang sangat rendah (rumput),

atau sangat tinggi (pohon muda) (Michael, 1995).

Pengumpulan dengan perangkap warna

Selain ada yang tertarik terhadap cahaya, serangga hama tertentu juga

lebih tertarik terhadap warna. Warna yang disukai serangga biasanya warna-warna

kontras seperti kuning cerah. Keunggulan dari penggunaan perangkap warna ini

adalah murah, efisien juga praktis. Namun perangkap ini hanya bisa digunakan

(25)

perangkap cahaya dimana serangga yang datang pada tanaman dialihkan

perhatiannya pada perangkap warna yang dipasang. Serangga yang tertarik

perhatiannya dengan warna tersebut akan mendekati bahkan menempel pada

warna tersebut. Bila pada obyek warna tersebut telah dilapisi semacam lem,

perekat atau getah maka serangga tersebut akan menempel dan mati

(Kusnaedi, 1999 dalam Firmansyah, 2007).

Perangkap warna akan menarik jenis serangga serangga tertentu yang

menyukai warna tertentu pula. Biasanya warna yang dipakai adalah warna kuning

dan warna yang terang seperti putih, biru, dan hijau. Bahannya berupa kertas

minyak berwarna kuning atau warna terang yang telah dioleskan dengan minyak

makan atau getah kayu dan diikatkan pada tiang-tiang yang ditempatkan pada

beberapa lokasi sekitar areal pertanaman. Semakin banyak perangkap yang

(26)

BAHAN DAN METODA

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di PT Tolan Tiga Kerasaan Estate Kabupaten

Simalungun yang mewakili perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara.

Identifikasi serangga yang tertangkap dilakukan di Laboratorium Proteksi Pusat

Penelitian Kelapa Sawit Marihat Pematang Siantar. Penelitian berlangsung dari

bulan November 2009 sampai Januari 2010.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan antara lain bambu, plat seng, plastik tranparan, cat

warna : kuning, putih, biru, dan hijau., minyak oli, formalin, alkohol 70 % serta

alat pendukung lainnya.

Alat yang digunakan adalah mikroskop, sweep net untuk menangkap

serangga, papan nama, cawan petri, tali, meter, lup, kamera, stoples, kain kasa,

botol kecil, peta kebun, alat tulis menulis, dan buku identifikasi.

Metoda Analisa Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan

pengambilan sampel secara diagonal. Sampel pertama ditentukan dengan

menggunakan peta, yakni mencari titik koordinat masing-masing sampel.

Selanjutnya dicari areal vegetasi yang sama, dan dari sampling pertama tersebut

diambil 4 sampling yang lain ke empat sisi Timur, Barat, Utara, dan Selatan

sejauh 100 m. Serangga-serangga yang diperoleh dari setiap penangkapan

(27)

alkohol 70%, dan selanjutnya diidentifikasi di laboratorium, kemudian dianalisis

dengan menggunakan rumus-rumus sebagai berikut :

- Frekuensi Mutlak (FM) suatu serangga :

Frekuensi mutlak menunjukkan jumlah individu serangga tertentu yang

ditemukan pada habitat yang dinyatakan secara mutlak (Suin, 1997).

- Frekuensi Relatif (FR) suatu serangga :

FR = x100%

FM FM

Frekuensi relatif menunjukkan kesering hadiran suatu jenis serangga pada

habitat dan dapat menggambarkan penyebaran jenis serangga tersebut

(Suin, 1997).

- Kerapatan Mutlak (KM) suatu serangga :

Kerapatan mutlak menunjukkan jumlah serangga yang ditemukan pada

habitat yang dinyatakan secara mutlak (Suin, 1997).

(Suin, 1997).

- Kerapatan Relatif (KR) suatu serangga

KR = x100%

KM KM

(Suin, 1997). n penangkapa seluruh Jumlah serangga suatu ditemukan Jumlah FM= % 100 n penangkapa setiap serangga seluruh Jumlah Total n penangkapa setiap serangga suatu FM Nilai

FR= x

n Penangkapa Jumlah p tertangka yang individu Jumlah KM= % 100 n penangkapa setiap dalam individu Total n penangkapa setiap dalam suatu individu Jumlah

(28)

Indeks Keanekaragaman jenis serangga

Untuk membandingkan tinggi rendahnya keragaman jenis serangga

digunakan indeks Shanon-Weiner (H’) dengan rumus :

H’ = -∑ pi ln pi (Michael, 1995).

dimana :

pi = perbandingan jumlah individu suatu jenis dengan keseluruhan jenis

pi = ni/N

ni = jumlah individu jenis ke-i

N = jumlah total individu semua jenis

Kriteria indeks keragaman (H’) adalah :

Keragaman jenis rendah bila H = < 1 (kondisi lingkungan tidak stabil)

Keragaman jenis sedang bila H = 1-3 (Kondisi lingkungan sedang)

Keragaman jenis tinggi bila H = > 3 (Kondisi lingkungan stabil)

(Michael, 1995).

Pelaksanaan Penelitian

Survei Pendahuluan

Survei pendahuluan dilakukan ke kabupaten atau ke daerah

pengambilan sampel. Daerah yang dijadikan sampel adalah daerah

yang mempunyai lahan kelapa sawit belum menghasilkan (TBM)

tahun tanam 2007 dan tanaman menghasilkan (TM) tahun tanam 2006

(29)

Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil dan mengumpulkan

serangga yang tertangkap pada masing-masing titik sampel perangkap yang telah

ditentukan dengan menggunakan peta. Penelitian dilakukan sebanyak 3 ulangan.

Sampel serangga yang diambil imago. Penangkapan serangga dilakukan dengan

menggunakan berbagai perangkap yaitu sebagai berikut

1. Perangkap jaring (sweep net)

Perangkap ini terbuat dari kain kasa, mudah diayunkan dan serangga yang

tertangkap dapat terlihat. Lokasi pemantauan dilakukan pada areal dengan titik

sampel yang telah ditentukan, kemudian dilakukan metode pengabutan 10 x

pengayunan pada setiap titik sampling. Lokasi pengabutan sesuai dengan sistem

diagonal. Pengamatan dilakukan selama 8 kali dengan interval satu kali dalam 1

minggu. Penangkapan serangga dilakukan pada pagi hari pukul 07.00-09.00 WIB

dan sore hari pukul 16.00-18.00 WIB. Serangga yang tertangkap kemudian

dikumpulkan dan dipisahkan lalu dimasukkan ke dalam botol sampel yang

selanjutnya akan dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi.

Gambar 1. Alat Perangkap Sweep Net (Jaring Perangkap)

(30)

2. Perangkap warna

Digunakan bambu sebagai tiang dengan panjang sesuai dengan perlakuan

dan ditambah 10 cm untuk ditancapkan ke dalam tanah. Plat seng dengan ukuran

30 x 25 cm dipakukan pada ujung atas bambu, kemudian plat seng dicat timbal

balik dengan cat warna sesuai perlakuan, selanjutnya disarungkan dengan plastik

transparan yang telah diolesi minyak oli secara merata.

Perangkap dipasang pada masing-masing titik sampel yang telah

ditentukan, diletakkan sebanyak 1 buah pada setiap titik sampling. Perangkap

dipasang satu hari sebelum pengamatan. Pengamatan dilakukan selama 8 kali

[image:30.595.167.459.373.594.2]

dengan interval satu kali dalam 1 minggu diambil plastik transparan.

Gambar 2: Perangkap warna Sumber : Foto Langsung

Identifikasi Serangga

Serangga yang terdapat di lapangan dibawa ke laboratorium kemudian

(31)

bentuk luar dengan bantuan loup, mikroskop stereo binokuler serta buku untuk

identifikasi antara lain Imms’ General Text Book of Entomology oleh Richards dan

Davies (1977), Hymenoptera of The World : An Identification Guide to Families

oleh Goulet dan Huber (1993), Identifikasi dilaksanakan sampai pada tingkat

famili. Apabila sudah diketahui famili serangga maka akan dikelompokkan

berdasarkan status serangga.

Koleksi Serangga

Serangga-serangga yang telah diidentifikasi, kemudian dikoleksi basah

dalam campuran alkohol dan formalin untuk serangga-serangga yang berukuran

kecil, sedangkan serangga koleksi kering untuk imago serangga-serangga yang

berukuran besar.

Adapun cara untuk dapat membuat koleksi adalah sebagai berikut :

1. Koleksi kering

Koleksi kering dibuat untuk serangga-serangga yang berukuran besar.

Adapun cara yang digunakan untuk membuat koleksi kering, yaitu :

• Dikumpulkan serangga yang tertangkap ke dalam toples

• Ditutup rapat dan dibiarkan sampai serangga tersebut lemas.

• Diambil formalin dan disuntikkan ke bagian abdomen serangga yang telah

lemas

• Diletakkan di media koleksi

• Diatur letak tungkainya sayapnya bagi serangga yang dapat terbang.

• Diberi pelekat pada serangga ke media koleksi.

• Diberi label keterangan morfologi pada media koleksi

(32)

Koleksi basah dibuat untuk serangga-serangga yang berukuran kecil.

Adapun cara yang digunakan untuk membuat koleksi basah, yaitu :

• Disediakan botol koleksi yang transparan.

• Dimasukkan formalin, alkohol dan air bersih dengan perbandingan 1:3:10

• Dimasukkan serangga yang berukuran kecil ke dalam botol koleksi sesuai

dengan ciri morfologinya masing-masing

• Diberi label keterangan pada media koleksi.

Peubah Amatan

1. Jumlah serangga yang tertangkap baik yang berstatus hama, musuh alami

maupun serangga penyerbuk.

2. Nilai frekuensi mutlak, frekuensi relatif, kerapatan mutlak, kerapatan

(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah Serangga Yang Tertangkap Pada Areal Tanaman Kelapa Sawit

Belum Menghasilkan (TBM)

Pengamatan terhadap jumlah serangga yang tertangkap pada areal

Tanaman Kelapa Sawit Belum Menghasilkan (TBM) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah serangga yang tertangkap pada areal tanaman kelapa sawit belum menghasilkan (TBM)

SERANGGA Pengamatan

KM KR % FM FR % Ordo Famili Status 1 2 3 4 5 6 7 8

COLEOPTERA : Chrysomelidae Hama 16 26 17 27 16 24 25 20 171 18.367 8 6.061 Curculionidae Hama 2 5 6 1 7 3 24 2.578 6 4.545 Coccinellidae Predator 2 2 2 5 5 6 22 2.363 6 4.545

Spharaeriidae

Tidak

diketahui 10 22 23 12 21 15 16 119 12.782 7 5.303

HEMIPTERA :

Alydidae Hama 9 5 3 4 7 7 5 40 4.296 7 5.303 Coreidae Hama 2 1 2 5 0.537 3 2.273

Lygaeidae

Tidak

diketahui 2 5 4 4 3 2 20 2.148 6 4.545 Pentatomidae Predator 6 6 3 3 4 3 6 31 3.330 7 5.303 Reduviidae Predator 1 2 2 2 7 0.752 4 3.030

HOMOPTERA :

Aetalionidae

Tidak

diketahui 13 13 9 9 5 13 8 70 7.519 7 5.303 Dictyopharidae Hama 4 4 4 3 3 4 22 2.363 6 4.545 Cicadellidae Hama 13 14 7 10 6 15 16 8 89 9.560 8 6.061 Membracidae Hama 7 10 14 10 13 18 12 84 9.023 7 5.303

HYMENOPTERA:

Formicidae Predator 6 7 4 8 5 7 8 8 53 5.693 8 6.061 Ichneumonidae Parasitoid 3 2 2 2 2 11 1.182 5 3.788

LEPIDOPTERA :

Hesperidae

Tidak

diketahui 1 1 2 4 0.430 3 2.273 Psychidae Hama 7 8 2 1 4 5 2 4 33 3.545 8 6.061

ORTHOPTERA :

Acridiidae Hama 7 6 8 10 9 9 8 57 6.122 7 5.303 Gryllidae Hama 2 3 2 2 3 12 1.289 5 3.788

Polyphagidae

Tidak

(34)

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa selama pengamatan, jumlah

serangga yang tertangkap dengan menggunakan berbagai jenis perangkap pada

areal Tanaman Kelapa Sawit Belum Menghasilkan (TBM) adalah sebanyak 6

ordo, yang terdiri dari 21 famili dengan jumlah populasi serangga sebanyak 931

ekor.

Tabel 1 menunjukkan perbedaan jumlah populasi serangga yang berbeda

setiap minggunya, populasi yang tertinggi pada pengamatan minggu ke- VII (139

ekor) dan terendah pada pengamatan minggu ke- V (93 ekor). Banyaknya jenis

serangga merugikan tertinggi selama delapan minggu pengamatan terdapat pada

famili Chrysomelidae dan Psychidae sebanyak 8. Banyaknya jenis serangga

predator tertinggi selama delapan minggu pengamatan terdapat pada famili

Formicidae sebanyak 8, sedangkan jenis serangga parasitoid tertinggi terdapat

pada famili Ichneumonidae sebanyak 5. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah jenis

serangga yang merugikan tinggi. Sementara itu jumlah serangga predator dan

parasitoid rendah. Ini menunjukkan bahwa adanya campur tangan manusia dalam

praktek budidaya guna mendapatkan hasil yang maksimal. Mengakibatkan

populasi serangga parasitoid dan predator berkurang. Menurut Altieri dan Nichols

(2004) dalam Mudjiono dkk (2007) menyatakan bahwa ekosistem dan praktek

budidaya akan berpengaruh terhadap tingkat keanekaragaman pengendali alami

dan kelimpahan serangga hama, yang memiliki arti dalam meningkatkan

(35)

Keanekaragaman Jenis Serangga Yang Tertangkap Pada Areal Tanaman

Kelapa Sawit Belum Menghasilkan (TBM)

Selama pengamatan delapan minggu diperoleh jenis serangga (tingkat

famili atau spesies), masing-masing dengan nilai fungsi KM, KR, FM, FR,dan H’

(Indeks keanekaragaman) pada masing-masing pengamatan.

Kerapatan Relatif (KR)

Nilai KR (tingkat kepadatan) (Histogram 2), tertinggi pada famili

Chrysomelidae dengan tingkat kepadatan tertinggi dibandingkan dengan serangga

jenis lainnya, dengan nilai tertinggi pada pengamatan ke- IV sebesar 21.77, dan

terendah pada pengamatan ke- I sebesar 13.91. Hal ini sesuai juga dengan hasil

yang terdapat pada Lampiran 1 yang menunjukkan bahwa populasi tangkapan

Chrysomelidae tertinggi ada pada pengamatan ke- IV. Hal ini dikarenakan selama

pengamatan delapan minggu jumlah populasi tangkapan predator dan parasitoid

sangat rendah sehingga populasi jenis serangga yang merugikan (hama)

meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Michael (1995), bahwa faktor

lingkungan biotik bagi organisme adalah organisme lain juga terdapat di

habitatnya. Pada komunitas jenis-jenis organisme saling berinteraksi satu dengan

yang lainnya. Interaksi itu dapat berupa predasi, parasitisme, kompetisi, dan

penyakit. Hubungan antar jenis organisme di komunitasnya akan menentukan

kepadatan populasi masing-masing organisme di habitatnya. Pemangsa akan

menyebabkan rendahnya kepadatan populasi mangsanya, sedangkan mangsa

(36)

Frekwensi Relatif (FR)

Nilai FR (Histogram 4), nilai tertinggi terdapat pada famili Chrysomelidae,

dengan nilai tertinggi pada pengamatan ke- V sebesar 16.67 dan terendah pada

pengamatan ke- I yaitu sebesar 10.53. Selain Chrysomelidae terdapat juga jenis

serangga lain dengan tingkat penyebaran yang tinggi yaitu Membracidae pada

pengamatan ke- V sebesar 16.67. Hal ini menunjukkan areal ini didominasi oleh

Chrysomelidae dan Membracidae dengan jumlah populasi serangga berubah-ubah

pada setiap pengamatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Untung (1996), bahwa

populasi setiap organisme pada ekosistem tidak pernah sama dari waktu ke waktu

lainnya, tetapi naik turun. Demikian pula ekosistem yang terbentuk dari populasi

serta lingkungan fisiknya senantiasa berubah dan bertumbuh sepanjang waktu.

Indeks Keanekaragaman (H’)

Nilai keanekaragaman serangga dapat dilihat pada Histogram 5, nilai

indeks keanekaragaman berubah-ubah setiap minggunya, dengan nilai yang

tertinggi terdapat pada pengamatan ke- I sebesar 2.558 dan terendah pada

pengamatan ke- VIII sebesar 2.331. Apabila dikaitkan dengan kriteria nilai indeks

keanekaragaman jenis oleh (Michael, 1995), dapat disimpulkan bahwa indeks

keanekaragaman serangga pada tanaman penutup tanah Mucuna bracteata pada

areal tanaman belum menghasilkan adalah sedang. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Krebs (1978 dalam Untung, 1996), bahwa faktor yang menentukan

derajat naik turunnya keragaman jenis yaitu : waktu, heterogenitas ruang,

(37)

Hasil juga diketahui terdapat 21 jenis serangga yang tertangkap, terdiri

atas 11 jenis hama, predator: 4 jenis, parasitoid: 1 jenis, dan tidak diketahui: 5

jenis.

Berikut ini merupakan histogram untuk nilai KM, KR, FM, FR, dan H’

(indeks keanekaragaman) untuk masing-masing famili serangga yang

(38)

Histogram 1. Grafik nilai KM (Kerapatan Mutlak) untuk setiap jenis serangga pada pengamatan I-VIII

Nilai KM untuk setiap jenis serangga

0 5 10 15 20 25 30

I II III IV V VI VII VIII

Pengamatan N il a i K M Chrysomelidae Curculionidae Coccinellidae Spharaeriidae Alydidae Coreidae Lygaeidae Pentatomidae Reduviidae Aetalionidae Dictyopharidae Cicadellidae Membracidae

Histogram 2. Grafik nilai KR (Kerapatan Mutlak) untuk setiap jenis serangga pada pengamatan I-VIII

Nilai KR untuk setiap jenis serangga

0 5 10 15 20 25

I II III IV V VI VII VIII

(39)

Histogram 3. Grafik nilai FM (Kerapatan Mutlak) untuk setiap jenis serangga pada pengamatan I-VIII

Nilai FM untuk setiap jenis serangga

0 1 2 3 4 5 6

I II III IV V VI VII VIII

Pengamatan N il a i F M Chrysomelidae Curculionidae Coccinellidae Spharaeriidae Alydidae Coreidae Lygaeidae Pentatomidae Reduviidae Aetalionidae Dictyopharidae Cicadellidae Membracidae

Histogram 4. Grafik nilai FR (Kerapatan Mutlak) untuk setiap jenis serangga pada pengamatan I-VIII

Nilai FR untuk setiap jenis serangga

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

I II III IV V VI VII VIII

(40)

Histogram 5. Grafik nilai H’ (Keragaman jenis) untuk setiap jenis serangga pada pengamatan I-VIII

Nilai H' untuk setiap jenis serangga

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35

I II III IV V VI VII VIII H'

Pengamatan

N

il

a

i

H

'

(41)

Jumlah Serangga Yang Tertangkap Pada Areal Tanaman Kelapa Sawit

Menghasilkan (TM)

Pengamatan terhadap jumlah serangga yang tertangkap pada areal

Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan (TM) dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Serangga Yang Tertangkap Pada Areal Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan (TM)

SERANGGA Pengamatan

KM KR % FM (%) FR Ordo Famili Status 1 2 3 4 5 6 7 8

COLEOPTERA :

Chrysomelidae Hama 19 21 23 19 21 23 26 21 173 17.64 8 6.779 Curculionidae Hama 2 3 6 1 4 3 19 1.936 6 5.084 Cucujidae Predator 1 2 3 0.306 2 1.694 Coccinellidae Predator 3 3 9 6 3 24 2.446 5 4.237

Spharaeriidae

Tidak

diketahui 12 22 13 6 18 11 17 16 115 11.72 8 6.779 HEMIPTERA :

Alydidae Hama 4 6 5 6 4 3 5 33 3.363 7 5.932

Lygaeidae

Tidak

diketahui 2 2 6 3 6 7 6 32 3.261 7 5.932 Pentatomidae Predator 2 3 4 5 6 20 2.038 5 4.237 Reduviidae Predator 2 2 2 2 8 0.815 4 3.389

HOMOPTERA : Aetalionidae

Tidak

diketahui 6 16 12 12 5 9 11 13 84 8.562 8 6.779 Dictyopharidae Hama 3 2 3 8 0.815 3 2.542 Cicadellidae Hama 9 23 15 15 9 8 16 10 105 10.7 8 6.779 Membracidae Hama 12 16 10 10 15 12 22 15 112 11.42 8 6.779

HYMENOPTERA

: Braconidae Parasitoid 5 5 0.509 1 0.847 Formicidae Predator 10 8 6 4 9 13 14 13 77 7.849 8 6.779 LEPIDOPTERA :

Psychidae Hama 3 4 7 6 6 4 30 3.058 6 5.084 ORTHOPTERA :

Acridiidae Hama 9 7 6 4 9 7 15 10 67 6.829 8 6.779 Mantidae Predator 2 3 3 8 0.815 3 2.542

Polyphagidae

Tidak

diketahui 4 5 5 4 6 2 26 2.65 6 5.084 Tettigonidae Hama 4 7 3 4 5 6 3 32 3.261 7 5.932 Total 96 145 122 103 117 116 153 129 981 100 118 100

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa selama pengamatan, jumlah

serangga yang tertangkap dengan menggunakan berbagai jenis perangkap pada

areal Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan (TM) adalah sebanyak 6 ordo, yang

[image:41.595.115.572.234.617.2]
(42)

Tabel 2 menunjukkan perbedaan jumlah populasi serangga yang berbeda

setiap minggunya, populasi yang tertinggi pada pengamatan minggu ke- VII (153

ekor) dan terendah pada pengamatan minggu ke- I (96 ekor). Banyaknya jenis

serangga merugikan tertinggi selama delapan minggu pengamatan terdapat pada

famili Chrysomelidae, Cicadellidae, Membracidae, dan Acridiidae sebanyak 8.

Banyaknya jenis serangga predator tertinggi selama delapan minggu pengamatan

terdapat pada famili Formicidae sebanyak 8, terendah terdapat pada famili

Cucujidae sebanyak 2, sedangkan jenis serangga parasitoid tertinggi terdapat pada

famili Braconidae sebanyak 1. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah jenis serangga

yang merugikan tinggi. Sementara itu jumlah serangga predator dan parasitoid

rendah. Ini menunjukkan bahwa adanya campur tangan manusia dalam praktek

budidaya guna mendapatkan hasil yang maksimal. Mengakibatkan populasi

serangga parasitoid dan predator berkurang. Menurut Altieri dan Nichols (2004)

dalam Mudjiono dkk (2007) menyatakan bahwa ekosistem dan praktek budidaya

akan berpengaruh terhadap tingkat keanekaragaman pengendali alami dan

kelimpahan serangga hama, yang memiliki arti dalam meningkatkan kesetabilan

dan keberlanjutan ekosistem.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa populasi serangga pada

tanaman menghasilkan lebih tinggi dari pada populasi serangga pada tanaman

belum menghasilkan (Tabel 1 dan 2), dikarenakan pada tanaman menghasilkan

pertumbuhan Mucuna bracteata sudah berkurang dan terdapat berbagai jenis

gulma yang merugikan dimana serangga menggunakan gulma tersebut sebagai

(43)

dengan pernyataan Krebs (1978) semakin heterogen suatu lingkungan fisik

semakin kompleks komunitas flora dan fauna disuatu tempat.

Keanekaragaman Jenis Serangga Yang Tertangkap Pada Areal Tanaman

Kelapa Sawit Menghasilkan (TM)

Selama pengamatan delapan minggu diperoleh jenis serangga (tingkat

famili atau spesies), masing-masing dengan nilai fungsi KM, KR, FM, FR,dan H’

(Indeks keanekaragaman) pada masing-masing pengamatan.

Kerapatan Relatif (KR)

Nilai KR (Histogram 7), nilai tertinggi terdapat pada famili

Chrysomelidae, dengan nilai tertinggi pada pengamatan ke- VI sebesar 19.83 dan

terendah pada pengamatan ke- II yaitu sebesar 14.48. Hal ini sesuai juga dengan

hasil yang terdapat pada Lampiran 6 yang menunjukkan bahwa populasi

tangkapan Chrysomelidae tertinggi ada pada pengamatan ke- VII. Hal ini

disebabkan karena adanya campur tangan manusia dalam praktek budidaya guna

mendapatkan hasil yang maksimal. Mengakibatkan serangga parasitoid dan

predator terbunuh. Menurut Altieri dan Nichols (2004) dalam Mudjiono dkk

(2007) menyatakan bahwa ekosistem dan praktek budidaya akan berpengaruh

terhadap tingkat keanekaragaman pengendali alami dan kelimpahan serangga

hama, yang memiliki arti dalam meningkatkan kesetabilan dan keberlanjutan

ekosistem.

Frekwensi Relatif (FR

Nilai FR (tingkat kepadatan) (Histogram 9), tertinggi pada famili

(44)

jenis lainnya, dengan nilai tertinggi pada pengamatan ke- I sebesar 19.23, dan

terendah pada pengamatan ke- VII sebesar 9.09. Dari data pada Lampiran 1 dan 6

dapat diketahui bahwa serangga yang paling banyak ditemukan adalah dari ordo

Coleoptera (Chrysomelidae), sedangkan bila dilihat dari statusnya diketahui

bahwa serangga tergolong serangga merugikan (hama). Serangga ini dikatakan

merugikan karena menyerang daun tanaman. Gejala serangan daun yang terserang

[image:44.595.188.436.277.463.2]

berat, pada permukaan daun tampak epidermis daun .

Gambar : Gejala serangan Chrysomelidae Sumber: Foto langsung

Indeks Keanekaragaman (H’)

Nilai keanekaragaman serangga dapat dilihat pada Histogram 10, nilai

indeks keanekaragaman berubah-ubah setiap minggunya, dengan nilai yang

tertinggi terdapat pada pengamatan ke- III sebesar 2.546 dan terendah pada

pengamatan ke- I sebesar 2.360 . Apabila dikaitkan dengan kriteria nilai indeks

keanekaragaman jenis oleh Michael (1995), dapat disimpulkan bahwa indeks

keanekaragaman serangga pada tanaman penutup tanah Mucuna bracteata pada

(45)

Hasil juga diketahui terdapat 20 jenis serangga yang tertangkap, terdiri

atas 9 jenis hama, predator: 6 jenis, parasitoid: 1 jenis, dan tidak diketahui: 4 jenis.

Berikut ini merupakan histogram untuk nilai KM, KR, FM, FR, dan H’

(indeks keanekaragaman) untuk masing-masing famili serangga yang

(46)

Histogram 6. Grafik nilai KM (Kerapatan Mutlak) untuk setiap jenis serangga pada pengamatan I-VIII

Nilai KM untuk setiap jenis serangga

0 5 10 15 20 25 30

I II III IV V VI VII VIII

Pengamatan

N

il

ai

K

M

Hama Hama Predator Predator Tidak diketahui Hama Tidak diketahui Predator Predator Tidak diketahui Hama Hama Hama

Histogram 7. Grafik nilai KR (Kerapatan Relatif) untuk setiap jenis serangga pada pengamatan I-VIII

Nilai KR untuk setiap jenis serangga

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

I

II

III IV V VI VII VIII

(47)

Histogram 8. Grafik nilai FM (Frekwensi Mutlak) untuk setiap jenis serangga pada pengamatan I-VIII

Nilai FM untuk setiap jenis serangga

0 1 2 3 4 5 6

I II III IV V VI VII VIII

Pengamatan N il a i F M Chrysomelidae Curculionidae Cucujidae Coccinellidae Spharaeriidae Alydidae Lygaeidae Pentatomidae Reduviidae Aetalionidae Dictyopharidae Cicadellidae Membracidae

Histogram 9. Grafik nilai FR (Frekwensi Relatif) untuk setiap jenis serangga pada pengamatan I-VIII

Nilai FR untuk setiap jenis serangga

0 5 10 15 20 25

I II III IV V VI VII VIII

(48)
(49)

Nilai Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Masing-Masing Lokasi.

Indeks keanekaragaman jenis serangga pada masing-masing lokasi dapat

[image:49.595.112.507.196.309.2]

dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Indeks Keanekaragam Jenis Serangga Pada Masing-Masing Lokasi

No Lokasi Indeks Keanekaragaman Jenis Keterangan

1 Tanaman sawit belum

menghasilkan (TBM) 2.558 Sedang

2 Tanaman sawit

menghasilkan (TM) 2.546 Sedang

Dari data indeks keanekaragaman pada areal tanaman sawit belum

menghasilkan (TBM) dan tanaman sawit menghasilkan (TM) tergolong sedang.

Hal ini disebabkan jenis tanaman yang diusahakan secara monokultur dalam areal

yang sangat luas serta penggunaan pestisida sebagai tindakan pengendalian yang

menyebabkan terjadinya modifikasi pada keberadaan habitat serangga. Hal ini

sesuai dengan Michael (1995) yang menyatakan suatu spesies hama

mengkolonisasi daerah geografis yang baru tanpa diikuti oleh perkembangan

musuh alami, musuh alami terbunuh oleh aplikasi pestisida, atau habitat yang

ditempati oleh hama dan musuh alami dimodifikasi sehingga sangat sesuai untuk

(50)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Chrysomelidae merupakan serangga dengan tingkat kepadatan tertinggi

dibandingkan dengan serangga jenis lainnya.

2. Pada areal Tanaman Sawit Belum Menghasilkan (TBM) diperoleh Nilai

Kerapatan Relatif (KR) tertinggi sebesar 18.367 % dari famili

Chrysomelidae sedangkan yang terendah sebesar 0.430 % dari famili

Hesperidae

3. Pada areal Tanaman Sawit Menghasilkan (TM) diperoleh Nilai Kerapatan

Relatif (KR) tertinggi adalah Chrysomelidae sebesar 17.635 %, sedangkan

yang terendah adalah Cucujidae sebesar 0.30581%.

4. Nilai indeks keanekaragaman jenis serangga (H’) pada areal Tanaman

Sawit Belum Menghasilkan (TBM) tertinggi pada minggu ke- I sebesar

2.558, sehingga dikategorikan ke dalam keanekaragaman jenis serangga

yang sedang.

5. Nilai indeks keanekaragaman jenis serangga (H’) pada areal Tanaman

Sawit Menghasilkan (TM) tertinggi pada minggu ke- III sebesar 2.546

sehingga dikategorikan ke dalam keanekaragaman jenis serangga yang

sedang.

Saran

Perlu dilakukan penelitian tentang berbagai jenis serangga nocturnal yang

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Duke, J. A., 1983. Handbook of Legumes of World Economic Importance. Plenum press, New York and London.

Firmansyah, E., 2008. Mengurangi Populasi Hama Serangga Tanpa Merusak

Lingkungan. Diunduh dari

–deptan.go.id/publikasi/wr281684.pdf.(3 maret 2009).

Goulet, H and J. T. Huber, 1993. Hymenoptera of The World: An Identification Guideto Families. Centre for Land and Biological Resources Research Ottawa, Ontorio.

Harahap dan I. Y. Subroto. 2002. Penggunaan kacangan penutup tanah Mucuna bracteata pada pertanaman kelapa sawit. Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan : Pusat Penelitian Kelapa Sawit 10 (1):1-6.

Harian Umum suara Pembaruan, 1995. Serangga di Indonesia. Diunduh dari

http//

Heddy, S dan M, Kurniaty. 1996. Prinsip-Prinsip Dasar Ekologi. PT. Raja Grafindo, Jakarta. Hal 37-42.

Krebs, 1978. Ecology. The Experimental Analysis of Distribution and Abudance. Third Edition. Harper and Row Publisher, New York.

Soemarno, 2007. Globalisasi dan Agroekosistem Organik. Agritop 11(3):23-25.

Michael, P, 1995. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium. Terjemahan Yanti R. Koester. UI-Press, Jakarta. Hal 98-122.

Maskuddin, 1988. Pengaruh Inokulasi dan Jenis leguminosa Terhadap Pertumbuhan dan Produkasi Kelapa sawit. Buletin Perkebunan Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan. 11 (1): 3-8.

Mudjiono, G., Rasminah.,T., S.,dan Yogi Sugito, 2007. Keanekaragaman Hayati.

Diunduhdar

Oka, I.N., 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. UGM-Press, Yogyakarta.

(52)

Putra, N.S., 1994. Serangga Di Sekitar Kita. Kanisius, Yogyakarta

Richads, O. W and R. G. Davies., 1977. Imms General Textbook of Entomology.

Tenth edition. John Wiley and Sons, New york.

Risza, S. 1995. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Kanisius, Yogyakarta.

Skerman, P., J., 1977. Tropical Forage Legumes. Food and Agriculture Organization of The United Nations, Rome.

Suin, M.I., 1997. Metoda Ekologi. Universitas Andalas, Padang.

_________,2003. Ekologi Populasi. Universitas Andalas, Padang

Untung, K., 2001. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. UGM-Press, Yogyakarta.

(53)
[image:53.595.113.294.624.755.2]

Gambar Serangga yang Tertangkap

Hymenoptera : Scolebytidae HymenopteraBraconidae

Hymenoptera : Ichneumonidae Hymenoptera:Ichneumonidae

(54)

Acarina

Lepidoptera Hesperiidae

Coleoptera : Spharaediidae Coleoptera : Alticinae

Homoptera : Cicadellidae Homoptera : Membracidae

Gambar

Gambar 1. Alat Perangkap Sweep Net (Jaring Perangkap)
Gambar 2: Perangkap warna Sumber : Foto Langsung
Tabel 2. Jumlah Serangga Yang Tertangkap Pada Areal Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan (TM)
Gambar : Gejala serangan Chrysomelidae Sumber: Foto langsung
+3

Referensi

Dokumen terkait