• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisi Ekonomi Usahatani Kacang Tanah Desa Amabarisan dan Desa Manik Maraja Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisi Ekonomi Usahatani Kacang Tanah Desa Amabarisan dan Desa Manik Maraja Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS EKONOMI USAHATANI KACANG TANAH

(Studi Kasus : Desa Ambarisan dan Desa Manik Maraja, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun)

SKRIPSI

Oleh :

NEINY SAFRINA

050304005

AGRIBISNIS

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS EKONOMI USAHATANI KACANG TANAH

(Studi Kasus : Desa Ambarisan dan Desa Manik Maraja, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun)

SKRIPSI

Oleh :

NEINY SAFRINA

050304005

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

Ketua, Anggota,

Prof. Dr. Ir. Hiras M.L. Tobing Dr. Ir. Rahmanta Ginting, Msi

(NIP : 19405291978071001) (NIP : 196309281998031001)

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

NEINY SAFRINA: Analisi Ekonomi Usahatani Kacang Tanah Desa Amabarisan dan Desa Manik Maraja Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun, dibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Ir. Hiras M.L. Tobing dan Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, Msi.

Produksi kacang tanah Sumatera Utara tahun 2007 sebesar 20.329 Ton naik sebesar 210 Ton atau 1,04% dibandingkan produksi kacang tanah tahun 2006. Kenaikan produksi kacang tanah disebabkan oleh kenaikan produktivitas 0,31 Ton/ Ha atau 2,77% sedangkan luas panen mengalami penurunan sebesar 297 Ha atau 1,65%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar biaya produksi, penerimaan, dan pendapatan bersih pada usahatani kacang tanah di daerah penelitian, mengetahui apakah usahatani kacang tanah layak diusahakan secara ekonomi dan mengetahui berapa besar kontribusi pendapatan usahatani kacang tanah terhadap total pendapatan keluarga di daerah penelitian. Metode penelitian yang digunakan yaitu secara purposive, metode penarikan sampel dilakukan secara simple random sampling atau acak. Metode analisis kelayakan usahatani digunakan Kriteria Investasi R/C (Return/ Cost) Ratio dan untuk analisis besar kontribusi pendapatan usahatani kacang tanah digunakan tabulasi sederhana.

Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan: Besar biaya produksi rata-rata kacang tanah per hektar untuk Desa Ambarisan Rp. 5.982.595,78 dan untuk Desa Manik Maraja Rp. 6.388.464,70. Sedangkan, besar penerimaan rata-rata usahatani kacang tanah di Desa Ambarisan Rp. 19.850.000 per hektar dan Rp. 18.125.000 untuk Desa Manik Maraja. Besar pendapatan bersih rata-rata yang diterima petani kacang tanah per hektar di Desa Ambarisan sebesar Rp. 13.867.404 dan untuk Desa Manik sebesar Rp. 11.736.535 per hektar dengan periode satu kali musim tanam. Secara ekonomi usahatani kacang tanah layak di usahakan. Sementara usahatani kacang tanah merupakan mata pencaharian utama pada daerah penelitian.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pematang Siantar, Sumatera Utara pada tanggal 20 Oktober

1987 dari Bapak H. Ismail Muhammad dan Ibu Hj. Nur’aini. Penulis merupakan anak

ke tiga dari tiga bersaudara.

Tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Pematang Siantar, dan pada tahun

yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Reguler Mandiri. Penulis

memilih program studi Agribisnis, Departemen Agribisnis.

Penulis melaksanakan Pratek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Mangan Molih,

Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi dari tanggal 15 Juni sampai 16 Juli 2009.

Pada bulan November 2009 – Januari 2010 melaksanakan penelitian skripsi di Desa

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya

yang memberikan kesempatan dan kekuatan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Adapun judul penelitian ini adalah Analisis

Ekonomi Usahatani Kacang Tanah di Desa Ambarisan dan Desa Manik Maraja,

Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun sebagai salah satu syarat untuk

mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya

kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Hiras M.L. Tobing selaku komisi pembimbing ketua dan

Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, Msi selaku komisi pembimbing anggota yang telah

membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini dan seluruh Staff Pengajar dan

Pegawai Tata Usaha di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan yang

turut berperan dalam studi penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda tercinta H. Ismail

Muhammad dan Ibunda tercinta Hj. Nur’aini, serta kakak Neisy Julita untuk dukungan

semangat, materi dan doa yang diberi pada penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua sahabat penulis serta

semua rekan mahasiswa SEP-05 yang tidak dapat disebutkan satu persatu disini, yang

telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata Penulis berharap

skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 7

Tujuan Penelitian ... 7

Kegunaan Penelitian ... 8

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka ... 9

Landasan Teori ... 13

Kerangka Pemikiran ... 15

Hipotesis Penelitian ... 18

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 19

Metode Penentuan Sampel ... 19

Metode Pengumpulan Data ... 20

Metode Analisis Data ... 20

Definisi dan Batasan Operasional ... 22

Definisi ... 22

Batasan Operasional ... 23

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL Deskripsi Daerah Penelitian Desa Ambarisan ... 24

Karakteristik Petani Sampel Desa Ambarisan ... 27

Deskripsi Daerah Penelitian Desa Manik Maraja ... 29

(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Biaya Produksi Usahatani Kacang Tanah ... 33

Penerimaan Usahatani Kacang Tanah... 34

Pendapatan Usahatani Kacang Tanah ... 35

Analisis Usahatani Kacang Tanah ... 35

Kontribusi Pendapatan Usahatani Kacang Tanah Terhadap Pendapatan Keluarga ... 37

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 40

Saran... 41

DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kacang Tanah Menurut

Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007 ... 5

2. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kacang Tanah Menurut Kecamatan di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007 ... 6

3. Data Populasi Petani Kacang Tanah di Desa Ambarisan dan Desa Manik Maraja , Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun ... 19

4. Distribusi Penggunaan Lahan di Desa Ambarisan ... 25

5. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 26

6. Sarana dan Prasarana di Desa Ambarisan ... 26

7. Karakteristik Petani Sampel di Desa Ambarisan ... 27

8. Distribusi Penggunaan Lahan di Desa Manik Maraja... 29

9. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pemcaharian ... 30

10. Sarana dan Prasarana di Desa Manik Maraja ... 31

11. Karakteristik Petani Sampel di Desa Manik Maraja ... 31

12. Rata-Rata Biaya Produksi Usahatani Kacang Tanah ... 33

13. Produksi, Harga Jual, dan Penerimaan Usahatani Kacang Tanah ... 34

14. Pendapatan Bersih Petani Kacang tanah ... 35

15. Nilai R/C Ratio ... 36

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Hal

1a. Karakteristik Petani Sampel Desa Ambarisan ... 43

1b. Karakteristik Petani Sampel Desa Manik Maraja ... 43

2a. Sarana Produksi Per Petani Desa Ambarisan ... 44

2b. Sarana Produksi Per Petani Desa Manik Maraja ... 44

3a. Sarana Produksi Per Hektar Desa Ambarisan ... 45

3b. Sarana Produksi Per Hektar Desa Manik Maraja... 45

4a. Biaya Sarana Produksi Per Petani Desa Ambarisan ... 46

4b. Biaya Sarana Produksi Per Petani Desa Manik Maraja ... 46

5a. Biaya Sarana Produksi Per Hektar Desa Ambarisan ... 48

5b. Biaya Sarana Produksi Per Hektar Desa Manik Maraja ... 48

6a. Jumlah Peralatan Per Petani dan Per Hektar Desa Ambarisan ... 50

6b. Jumlah Peralatan Per Petani dan Per Hektar Desa Manik Maraja ... 50

7a. Biaya Penyusutan Per Petani dan Per Hektar Per Musim Tanam Desa Ambarisan ... 51

7b. Biaya Penyusutan Per Petani dan Per Hektar Per Musim Tanam Desa Manik Maraja ... 51

8a. Penggunaan Tenaga Kerja Per Petani Desa Ambarisan ... 53

8b. Penggunaan Tenaga Kerja Per Petani Desa Manik Maraja ... 53

9a. Penggunaan Tenaga Kerja Per Hektar Desa Ambarisan ... 55

9b. Penggunaan Tenaga Kerja Per Hektar Desa Manik Maraja ... 55

10a. Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Per Petani Desa Ambarisan ... 57

(11)

11a. Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Per Hektar Desa Ambarisan ... 59

11b. Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Per Hektar Desa Manik Maraja ... 59

12a. Biaya PBB Per Petani dan Per Hektar Per Musim Tanam Desa Ambarisan ... 61

12b. Biaya PBB Per Petani dan Per Hektar Per Musim Tanam Desa Manik Maraja ... 61

13a. Biaya Sewa Per Petani dan Per Hektar Per Musim Tanam Desa Ambarisan ... 62

13b. Biaya Sewa Per Petani dan Per Hektar Per Musim Tanam Desa Manik Maraja ... 62

14a. Biaya Pengangkutan Usahatani Kacang Tanah Per Petani dan Per Hektar Desa Ambarisan ... 63

14b. Biaya Pengangkutan Usahatani Kacang Tanah Per Petani dan Per Hektar Desa Manik Maraja ... 63

15a. Total Biaya Produksi Per Petani Desa Ambarisan ... 64

15b. Total Biaya Produksi Per Petani Desa Manik Maraja ... 64

16a. Total Biaya Produksi Per Hektar Desa Ambarisan ... 65

16b. Total Biaya Produksi Per Hektar Desa Manik Maraja ... 65

17a. Penerimaan Usahatani Kacang Tanah Per Petani Per Musim Tanam Desa Ambarisan ... 66

17b. Penerimaan Usahatani Kacang Tanah Per Petani Per Musim Tanam Desa Manik Maraja ... 66

18a. Penerimaan Usahatani Kacang Tanah Per Hektar Per Musim Tanam Desa Ambarisan ... 67

18b. Penerimaan Usahatani Kacang Tanah Per Hektar Per Musim Tanam Desa Manik Maraja ... 67

19a. Pendapatan Usahatani Kacang Tanah Per Petani Per Musim Tanam Desa Ambarisan ... 68

(12)

20a. Pendapatan Usahatani Kacang Tanah Per Hektar Per Musim Tanam

Desa Ambarisan ... 69

20b. Pendapatan Usahatani Kacang Tanah Per Hektar Per Musim Tanam

Desa Manik Maraja ... 69

21a. Pendapatan Keluarga Usahatani Kacang Tanah Per Petani Per Musim Tanam Desa Ambarisan ... 70

21b. Pendapatan Keluarga Usahatani Kacang Tanah Per Petani Per Musim Tanam Desa Manik Maraja ... 70

22a. Pendapatan Keluarga Usahatani Kacang Tanah Per Hektar Per Musim Tanam Desa Ambarisan ... 71

22b. Pendapatan Keluarga Usahatani Kacang Tanah Per Hektar Per Musim Tanam Desa Manik Maraja ... 71

23a. Biaya Produksi, Penerimaan, Pendapatan Bersih, dan Pendapatan

Keluarga Non Usahatani Kacang Tanah Per Petani Desa Ambarisan ... 72

23b. Biaya Produksi, Penerimaan, Pendapatan Bersih, dan Pendapatan

Keluarga Non Usahatani Kacang Tanah Per Hektar Desa Ambarisan ... 72

24a. Biaya Produksi, Penerimaan, Pendapatan Bersih, dan Pendapatan

Keluarga Non Usahatani Kacang Tanah Per Petani Desa Manik Maraja . 73

24b. Biaya Produksi, Penerimaan, Pendapatan Bersih, dan Pendapatan

Keluarga Non Usahatani Kacang Tanah Per Hektar Desa Manik Maraja 73

25a. Kontribusi Pendapatan Keluarga Dari Setiap Cabang Usahatani

Terhadap Total Pendapatan Keluarga di Desa Ambarisan ... 74

25b. Kontribusi Pendapatan Keluarga Dari Setiap Cabang Usahatani

(13)

ABSTRAK

NEINY SAFRINA: Analisi Ekonomi Usahatani Kacang Tanah Desa Amabarisan dan Desa Manik Maraja Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun, dibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Ir. Hiras M.L. Tobing dan Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, Msi.

Produksi kacang tanah Sumatera Utara tahun 2007 sebesar 20.329 Ton naik sebesar 210 Ton atau 1,04% dibandingkan produksi kacang tanah tahun 2006. Kenaikan produksi kacang tanah disebabkan oleh kenaikan produktivitas 0,31 Ton/ Ha atau 2,77% sedangkan luas panen mengalami penurunan sebesar 297 Ha atau 1,65%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar biaya produksi, penerimaan, dan pendapatan bersih pada usahatani kacang tanah di daerah penelitian, mengetahui apakah usahatani kacang tanah layak diusahakan secara ekonomi dan mengetahui berapa besar kontribusi pendapatan usahatani kacang tanah terhadap total pendapatan keluarga di daerah penelitian. Metode penelitian yang digunakan yaitu secara purposive, metode penarikan sampel dilakukan secara simple random sampling atau acak. Metode analisis kelayakan usahatani digunakan Kriteria Investasi R/C (Return/ Cost) Ratio dan untuk analisis besar kontribusi pendapatan usahatani kacang tanah digunakan tabulasi sederhana.

Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan: Besar biaya produksi rata-rata kacang tanah per hektar untuk Desa Ambarisan Rp. 5.982.595,78 dan untuk Desa Manik Maraja Rp. 6.388.464,70. Sedangkan, besar penerimaan rata-rata usahatani kacang tanah di Desa Ambarisan Rp. 19.850.000 per hektar dan Rp. 18.125.000 untuk Desa Manik Maraja. Besar pendapatan bersih rata-rata yang diterima petani kacang tanah per hektar di Desa Ambarisan sebesar Rp. 13.867.404 dan untuk Desa Manik sebesar Rp. 11.736.535 per hektar dengan periode satu kali musim tanam. Secara ekonomi usahatani kacang tanah layak di usahakan. Sementara usahatani kacang tanah merupakan mata pencaharian utama pada daerah penelitian.

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia adalah merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang

peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari

banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada pada sektor

pertanian (Mubyarto, 1989).

Ditinjau dari sudut pembangunan pertanian, hal yang terpenting mengenai

usahatani, bahwa usahatani hendaknya senantiasa berubah, baik dalam ukuran maupun

susunannya. Untuk memanfaatkan metode usahatani yang cocok bagi pertanian yang

masih primitif bukanlah corak yang paling produktif apabila sudah tersedia

metode-metode modern. Pada mulanya usahatani hanya ditunjukan untuk menghasilkan lahan

makanan guna menutupi kebutuhan primer dari keluarga petani (Anonimous, 2009).

Usahatani sebetulnya tidak sekedar terbatas pada pengambilan hasil (ekstraktif)

melainkan benar-benar merupakan suatu usaha produksi. Dalam hal ini akan

berlangsung pendayagunaan tanah, modal tenaga kerja, dan manajemen sebagai sumber

produksi. Jika pendayagunaannya dapat dilakukan dengan baik dan sebaliknya jika

pengolahannya berlangsung tidak baik maka hasilnya tidak dapat kita andalkan. Jika

hasil-hasil tersebut sangat baik ditinjau dari segi kualitas dan kuantitasnya akan

menghasilkan suatu keputusan bagi produsen itu sendiri. Dengan demikian dalam

produksi komoditi pertanian terdapat berbagai kegiatan dan hubungan antara

sumber-sumber produksi yang didayagunakan dengan hasilnya (Anonimous, 2009).

Dalam ekonomi pertanian dibedakan pengertian produktivitas dan pengertian

(15)

jarak usahatani dari pasar penting sekali artinya. Kalau dua buah usahatani mempunyai

produktivitas fisik yang sama, maka usahatni yang lebih dekat dengan pasar mempunyai

lebih tinggi karena produktivitas ekonominya lebih besar (Mubyarto, 1989).

Didalam peningkatan suatu produksi dan produktivitas usahatani di Indonesia,

dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi (luas lahan, benih, pupuk, tenaga kerja, dan

obat-obataan) yang digunakan oleh petani. Dalam mengusahakan usahataninya, petani

selalu berusaha menggunakan sumber daya yang dimilikinya (lahan, tenaga kerja, alat

pertanian, dan modal) seefisien mungkin.

Kacang tanah merupakan tanaman palawija yang secara ekonomis, tanaman ini

berperan penting bagi kehidupan manusia. Hal ini karena tanaman tersebut dapat

dijadikan sebagai bahan pangan. Selain itu, juga dapat dijadikan bahan baku industri.

Sebagai sumber karbohidrat, tanaman ini dapat dijadikan penyangga bagi kebijaksanaan

swasembada pangan melalui diversifikasi bahan pangan (Danarti dan Najiyanti, 1999).

Kacang tanah sebagai salah satu komoditi tanaman pangan yang memiliki nilai

gizi yang tinggi dan lezat rasanya, termasuk jenis tanaman pangan yang telah

memasyarakat dan disukai oleh banyak orang sehingga perlu dikembangkan dan

ditingkatkan produksinya (AAK, 2000).

Masyarakat Indonesia sudah lama mengenal kacang tanah sebagai bahan pangan

dan industri. Tanaman ini biasanya ditanam di sawah atau tegalan secara tunggal atau

ganda dalam sistem tumpang sari. Sebagai bahan pangan, biji kacang ini banyak

mengandung lemak protein. Di Indonesia angka produksi kacang tanah, diantara jenis

kacang-kacangan lainnya menempati urutan kedua setelah kedelai (Suprapto, 2000).

Usahatani tanaman pangan, khususnya kacang tanah saat ini telah diupayakan

(16)

pendukung lainnya untuk memulihkan perekonomian nasional. Di Indonesia,

pengembangan kacang tanah antara lain dilandasi oleh:

1. Tujuan diversifikasi pangan dan peningkatan gizi masyarakat.

2. Meningkatnya permintaan kacang tanah (4.4 % per tahun) yang ditandai terus

meningkatnya impor kacang tanah akibat berkembangnya industri pengolahan.

3. Adanya upaya untuk meningkatkan lapangan kerja dan pendapatan petani.

4. Masih tersedianya sumberdaya lahan, manusia dan teknologi budidaya yang

belum dimanfaatkan secara maksimal.

Sementara itu hal yang menjadi masalah utama dalam pengembangan komoditas

pertanian termasuk kacang tanah adalah sistem pemasarannya, baik yang menyangkut

rantai pemasaran yang panjang, struktur pasar yang timpang dan tidak adilnya

pembagian marjin keuntungan di antara pelaku pasar yang terlibat (Anonimous, 2004).

Produksi komoditi kacang tanah per hektarnya belum mencapai hasil yang

maksimum, meskipun bibit unggul yang diproduksi tinggi sudah diciptakan, namun

dalam prakteknya produksinya belum memenuhi harapan. Dengan penerapan tekonologi

budidaya untuk kacang tanah mampu meningkatkan hasil kacang tanah menjadi 4,1 –

6,4 ton/ Ha polong segar atau 2 – 3,2 ton/ Ha polong kering (Anonimous, 2008).

Beberapa faktor terpenting yang menyebabkan rendahnya produksi kacang tanah

di Indonesia antara lain karena :

a. Pengolahan tanah yang kurang optimal.

b. Mutu atau kwalitas benih yang masih rendah.

c. Pemeliharaan tanaman (pemberantasan gulma, hama dan penyakit, dan

pemupukan yang kurang sempurna).

(17)

Di Indonesia, kacang tanah merupakan salah satu sumber protein nabati yang

cukup penting dalam pola menu makanan penduduk. Meskipun produksi dan

produktivitas kacang tanah di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun, namun

tetap belum dapat mengimbangi konsumsi dalam negeri (Adisarwanto, 2008).

Kebutuhan kacang tanah dalam negeri menunjukkan angka kenaikan yang cukup

besar, yaitu dari 634,0 ribu ton menjadi 803,3 ribu ton atau meningkat sebesar 4,4% per

tahun. Sementara, selama kurun waktu sampai periode akhir pelita IV-VI perkembangan

luas areal panen, produksi, dan produksitivitas kacang tanah di Indonesia belum

menunjukkan adanya peningkatan yang menggembirakan. Peningkatannya hanya

sebesar 1,28 % per tahun. Itu pun merupakan kontribusi dari perkembangan luas areal

panen yang dapat meningkat mencapai rata-rata sebesar 1,89 % per tahun (Adisarwanto,

2008).

Produksi kacang tanah Sumatera Utara tahun 2007 sebesar 20.329 Ton naik

sebesar 210 Ton atau 1,04% dibandingkan produksi kacang tanah tahun 2006. kenaikan

produksi kacang tanah disebabkan oleh kenaikan produktivitas 0,31 Ton/ Ha atau 2,77%

sedangkan luas panen mengalami penurunan sebesar 297 Ha atau 1,65% (BPS, 2007).

Adapun produksi, produktivitas dan luas panen kacang tanah di kabupaten

(18)

Tabel 1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kacang Tanah Menurut Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006 - 2007

No. Kabupaten

Luas

Panen Produksi Produktivitas

Luas

Panen Produksi Produktivitas (Ha) (Ton) (Kw/Ha) (Ha) (Ton) (Kw/Ha) Sumber : Kantor Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2008.

Dari Tabel 1. dapat diketahui bahwa Kabupaten Simalungun merupakan sentra

produksi kacang tanah yang terbanyak di Sumatera Utara. Dari beberapa Kecamatan

yang ada di Kabupaten Simalungun, sedangkan Kecamatan Sidamanik merupakan

(19)

Tabel 2. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kacang Tanah Menurut Kecamatan di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007

No. Kecamatan Luas Panen

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun, 2008.

Dari Tabel 2. dapat diketahui bahwa produksi kacang tanah tahun 2007 terbesar

adalah di Kecamatan Sidamanik yaitu sebesar 940 Ton dengan produktivitasnya 1,95

Ton/ Ha.

Sementara informasi yang diperoleh dari dinas terkait, desa yang mengusahakan

(20)

Ambarisan dan Desa Manik Maraja sehingga kedua Desa inilah yang ditetapkan sebagai

daerah penelitian dari 13 Desa yang terdapat di Kecamatan Sidamanik.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan sebagai berikut :

1. Berapa besar biaya produksi, penerimaan, dan pendapatan bersih pada usahatani

kacang tanah di daerah penelitian?

2. Apakah usahatani kacang tanah secara ekonomi layak untuk diusahakan?

3. Berapa besar kontribusi pendapatan usahatani kacang tanah terhadap total

pendapatan keluarga?

Tujuan Penelitian

Dari permasalahan di atas maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui berapa besar biaya produksi, penerimaan, dan pendapatan

bersih pada usahatani kacang tanah di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui apakah usahatani kacang tanah layak diusahakan secara

ekonomi.

3. Untuk mengetahui berapa besar kontribusi pendapatan usahatani kacang tanah

terhadap total pendapatan keluarga.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah maupun lembaga lainnya dalam

mengambil kebijaksanaan khususnya dalam bidang analisis ekonomi usahatani

(21)

2. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi para petani mengenai kelayakan

usahatani kacang tanah di daerah penelitian.

3. Sebagai bahan informasi dan studi bagi pihak-pihak yang terkait terhadap

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) termasuk dalam keluarga Leguminoceae

dan genus Arachis. Batangnya berbentuk perdu dengan panjang 30-50 cm. Dilihat dari

segi pertumbuhan batangnya, kacang tanah dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tegak dan

menjalar. Tipe tegak umumnya berumur genjah (100-120 hari) dan mempunyai

kematangan polong yang seragam. Sedangkan tipe menjalar berumur panjang (150-180

hari) dan mempunyai kematangan polong yang tidak seragam (Danarti dan Najiyanti,

1999).

Tanaman kacang tanah dalam sistematika tumbuhan (taksonomi)

diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Sub-Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Rosales

Family : Papilionaceae

Genus : Arachis

Spesies : Arachis hypogaea

(Suprapto, 2000).

Di Indonesia daerah yang ideal untuk pertumbuhan kacang tanah terletak pada

ketinggian 0,5-500 meter. Pada daerah dengan ketinggian lebih dari 800 meter di atas

(23)

rendah. Tanaman ini juga menghendaki tanah yang gembur dengan pH 6-6,5, agak

lembap, dan berdrainase baik. Penyinaran yang penuh dengan curah hujan ideal terletak

antara 45-200 mm/bulan (Danarti dan Najiyanti, 1999).

Penanaman kacang tanah di Indonesia kebanyakan dilakukan di tanah kering

(tegalan) atau di sawah. Pada umumnya kacang tanah di tanam pada saat menjelang

musim kemarau. Namun, penanaman kacang tanah di tegalan, dilakukan pada awal atau

akhir musim penghujan. Kacang tanah termasuk tanaman palawija, yakni tanaman

palawija yang berumur pendek. Jadi, tanaman ini tergolong tanaman yang cepat

menghasilkan (AKK, 2000).

Menurut pertumbuhannya, jenis kacang tanah dapat dibedakan menjadi dua tipe,

yakni :

1. Tipe Tegak

Cabang-cabang kacang tanah tipe tegak ini pada umumnya lurus atau sedikit

miring ke atas. Orang lebih menyukai kacang tanah tipe tegak, sebab umurnya lebih

genjah (kira-kira 100-120 hari), pemungutan hasilnya pun mudah dilakukan. Karena

buah kacang tanah tipe tegak ini hanya terdapat pada ruas-ruas dekat rumpun, maka

buah kacang (polong) ini dapat masak secara serempak.

2. Tipe Menjalar

Cabang kacang tanah tipe menjalar ini tumbuh ke samping. Hanya bagian ujung

cabangnya mengarah ke atas. Batang utama dari kacang tanah bertipe menjalar ini lebih

panjang daripada batang utama dari kacang tanah yang bertipe tegak. Umur kacang

tanah tipe ini berkisar antara 5-6 bulan. Setiap ruas kacang tanah yang berdekatan pada

tanah menghasilkan buah. Oleh karena itu, buah-buahnya tidak bisa masak secara

(24)

(AKK, 2000).

Secara umum varietas kacang tanah yang sering ditanam adalah varietas unggul

dan varietas lokal, yaitu :

1. Tipe Spanish, mempunyai ciri polong berbiji 1-2

2. Tipe Valencia, mempunyai ciri polong berbiji 3-4

(Adisarwanto, 2008).

Di dalam rangka pemeliharaan kacang tanah, hal-hal yang terutama perlu

diperhatikan dalam usahatani kacang tanah adalah :

a. Penyiangan dan pendangiran

Penyiangan dimaksudkan untuk mengendalikan gulma (tanaman penggangu)

yang tumbuh di sekitar tanaman. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara

mekanis dan cara kimia (Danarti dan Najiyanti, 1999).

Di samping penyiangan pada saat itu sekaligus juga dilakukan pendangiran

untuk menggemburkan tanah, sehingga kondisi tanah tetap subur, selalu terangin serta

selalu terkena sinar matahari langsung, dan jasad renik yang merugikan akan mati

(AKK, 2000).

b. Pengairan

Sampai tanaman berumur 3 bulan, tanaman menghendaki tanah yang lembab.

Namun, air tidak boleh menggenang, karena akan menyebabkan busuknya akar.

Kira-kira 10 hari sebelum panen, tanah sebaiknya dalam keadaan kering (Danarti dan

(25)

c. Pemupukan

Kebanyakan para petani tidak melakukan pemupukan. Untuk memperoleh hasil

yang baik mereka cukup mengatur kebutuhan air, pemeliharaan lahan dan bibit unggul

(AKK, 2000).

d. Pemberantasan Hama dan Penyakit

Hama dan penyakit pada kacang tanah sangat sulit dikendalikan dan cukup

banyak menimbulkan kerugian. Satu-satunya cara yang paling baik adalah dengan

mencegah timbulnya serangan. Penyakit utama pada tanaman kacang tanah terdiri atas

penyakit layu, karat, bercak daun, mozaik, sapu setan, penyakit sclerosium, dan

penyakit gopong. Sedangkan hama yang sering menyerang tanaman kacang tanah antara

lain uret, ulat, penggerek, dan kumbang (Danarti dan Najiyanti,

1999).

e. Panen dan Pascapanen

Kacang tanah dipanen dengan mencabut batangnya. Apabila tanah tidak gembur

dan kering, sehari sebelum panen sebaiknya tanah diairi agar lebih lunak/ gembur.

Dengan demikian, pencabutan tidak mengalami kesulitan dan tidak banyak kacang

tanah yang tertinggal di dalam tanah (Danarti dan Najiyanti,

1999).

Tajuk dan daun lembut dapat digunakan untuk lalap, dan polong muda dimasak

untuk sayur. Diseluruh dunia, kacang tanah biasanya digoreng dan diekstrak minyak

bijinya. Komposisi karbohidrat biji berkisar sekitar 10-25%, kandungan protein sekitar

30% dan kandungan minyak biji kultivar tertentu mencapai 40-50% (Rubatzky, 1998).

Adapun tanda-tanda bahwa kacang tanah sudah masak atau sudah siap dipanen,

(26)

• Batang mulai mengeras

• Daun menguning dan sebagian mulai berguguran

• Polong sudah berisi penuh dan keras

• Warna polong coklat kehitam-hitaman

(AKK, 2000).

Landasan Teori

Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana

seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan

memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani

atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai)

sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut

menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) (Soekartawi, 1995).

Untuk menentukan layak atau tidaknya suatu usaha dapat dilihat dari berbagai

aspek. Setiap aspek untuk dapat dikatakan layak harus memiliki suatu standar nilai

tertentu. Namun, keputusan penilaian tidak hanya dilakukan pada salah satu aspek saja

(Kasmir, 2004).

Analisis usahatani merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan

suatu usahatani secara keseluruhan dan merupakan salah satu aspek yang sangat penting

untuk diteliti kelayakannya. Penilaian aspek usahatani merupakan penilaian

sumber-sumber dana yang akan diperoleh, kebutuhan biaya investasi, estimasi pendapatan dan

biaya investasi selama beberapa periode termasuk jenis dan jumlah biaya yang

dikeluarkan selama umur investasi (Kasmir, 2004).

Dalam usahatani dibutuhkan masukan yang sesuai dengan tuntutan atau

(27)

tenaga kerja. Biaya tersebut dibutuhkan setiap saat sehingga masalah ini sering

menimbulkan resiko yang sangat besar pada petani, kalau biaya tidak dapat dipenuhi

secara tepat waktu ataupun tepat jumlah maka akibatnya adalah produksi atau hasil yang

dicapai tidak sesuai harapan (Daniel, 2002).

Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :

1. Biaya tetap (fixed cost), yaitu biaya yang relative tetap jumlahnya, dan terus

dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit.

2. Biaya tidak tetap (variable cost), yaitu biaya yang besar kecilnya dipengaruhi

oleh produksi yang diperoleh.

(Soekartawi, 1995).

Modal mutlak diperlukan dalam usaha pertanian. Modal mempengaruhi

ketepatan waktu dan ketepatan takaran dalam pemasukan. Modal dibutuhkan untuk

pengadaan bibit, pupuk, pestisida, dan upah tenaga kerja. Kekurangan modal

menyebabkan kurangnya pemasukan yang diberikan sehingga menimbulkan resiko atau

rendahnya hasil yang diterima (Daniel, 2002).

Proses produksi diartikan sebagai kaidah-kaidah atau yang dapat digunakan

dalam sumber daya yang terbatas dalam proses produksi agar tercapai hasil maksimum.

Ukuran dari terjadinya peningkatan produksi hasil-hasil pertanian dalam harga konstan.

Kemampuan tanaman memberikan suatu hasil produksi ditentukan oleh bibit, iklim, dan

lahan.

Pendapatan bersih adalah selisih total pendapatan tunai dengan total pengeluaran

tunai. Pendapatan bersih suatu usaha dinyatakan dalam bentuk jumlah rupiah. Tujuan

petani dalam berusahatani pada masyarakat yang telah memasuki sistem pasar adalah

(28)

Pada analisis ekonomi usaha, data penerimaan biaya dan pendapatan usaha

sangat perlu diketahui. Penerimaan usaha adalah perkalian antara produksi yang

dihasilkan dengan harga jual yang berlaku saat ini. Sedangkan biaya usaha adalah

semua pengeluaran yang dipergunakan baik mempengaruhi ataupun tidak

mempengaruhi jumlah produksi yang dihasilkan dan pendapatan usaha merupakan

selisih antara penerimaan usaha dan pengeluaran (Soekartawi, 1995).

Analisis ekonomi dilakukan untuk menghitung sejauh mana usaha yang telah

dijalankan dapat memberi keuntungan. Keuntungan usaha tersebut baru dapat diperoleh

apabila semua biaya usaha yang telah dikeluarkan dapat ditutupi oleh hasil penjualan

dari kegiatan produksi yang telah dilakukan (Daniel, 2002).

Kerangka Pemikiran

Ketersediaan faktor produksi akan sangat berpengaruh pada proses produksi.

Karena suatu proses produksi akan membutuhkan input produksi. Input merupakan

korbanan atau masukan yang diberikan pada usahatani yang menyebabkan adanya biaya

input seperti bibit, pupuk, tenaga kerja, dan pestisida. Hal inilah yang disebut biaya

produksi.

Dalam usahatani kacang tanah faktor-faktor produksi seperti sarana produksi,

tenaga kerja, penyusutan peralatan dan lain-lain menjadi komponen biaya produksi.

Besar masing-masing komponen biaya tersebut dipengaruhi oleh jumlah input yang

digunakan dan tingkat harga pada masing-masing input, dan secara bersama-sama akan

mempengaruhi besarnya total biaya produksi.

Petani akan memperoleh penerimaan dari usahatani kacang tanah yaitu dari hasil

penjualan produksi tanaman kacang tanah. Penerimaan usahatani merupakan hasil

(29)

dengan rupiah. Pendapatan bersih diperoleh dari penerimaan dikurang dengan biaya

produksi dalam satu proses produksi.

Usahatani dalam operasinya bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang

digunakan untuk memenuhi kebutuhan serta dana untuk kegiatan di luar usahatani.

Untuk memperoleh tingkat pendapatan yang diinginkan maka petani seharusnya

mempertimbangkan harga jual dari produksinya, melakukan perhitungan terhadap

semua unsur biaya dan menentukan harga pokok hasil usahataninya.

Untuk mengetahui sebuah usahatani merupakan pendapatan utama dalam

keluarga, maka harus diketahui seberapa besar kontribusi/ tambahan pendapatan

usahatani tersebut dan juga bersifat kontinuetas dalam memberikan pendapatan sebuah

keluarga.

Berdasarkan besar pendapatan bersih yang diterima oleh petani kacang tanah

pada akhir musim tanam, dapat dilihat apakah usahatani kacang tanah tersebut layak

atau tidak diusahakan secara ekonomi. Hal ini dapai dilihat dari perbandingan antara

penerimaan dengan biaya produksi, dengan ketentuan bila hasil perbandingan lebih

besar dari satu (>1) maka usahatani layak diusahakan sedangkan bila lebih kecil dari

atau sama dengan satu (≤1) maka tidak layak untuk diusahakan secara ekonomi.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema kerangka pemikiran berikut ini.

(30)

Keterangan :

Ada hubungan

Ada pengaruh

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Petani

Usahatani Kacang Tanah

Faktor Produksi :

- Lahan

- Bibit

- Pupuk

- Obat-obatan

- Tenaga kerja

- Peralatan

- dll.

Produksi

Penerimaan Harga Jual

Pendapatan Usahatani

Analisis Kelayakan

Layak Tidak Layak

Biaya Produksi

(31)

Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian ini, maka dapat diuraikan

hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Usahatani kacang tanah layak diusahakan secara ekonomi.

2. Kontribusi pendapatan usahatani kacang tanah terhadap total pendapatan

(32)

III. METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Ambarisan dan di Desa Manik Maraja yang

terletak di Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun. Penentuan daerah penelitian

ini dilakukan secara purposive, yakni pemilihan daerah penelitian secara sengaja

(Amirin, 1990). Dengan pertimbangan bahwa di Kecamatan Sidamanik merupakan

daerah penghasil kacang tanah terbesar di Kabupaten Simalungun.

Metode Penentuan Sampel

Dari hasil wawancara oleh dinas terkait, populasi petani yang mengusahakan

usahatani kacang tanah di Desa Ambarisan sebanyak 97 KK dan di desa Manik Maraja

sebanyak 46 KK, dengan luas lahan < 0,5 Ha. Penentuan sampel dilakukan secara

simple random sampling dengan mengambil 20% dari tiap populasi yaitu di Desa

Ambarisan jumlah sampel yang diambil sebesar 20 KK dan di Desa Manik Maraja

jumlah sampel yang diambil sebesar 10 KK, yang dalam hal ini sampel dianggap sudah

mewakili seluruh populasi.

Data populasi untuk penarikan sampel dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini :

Tabel 3. Data populasi petani kacang tanah di Desa Ambarisan dan Desa Manik Maraja, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun.

NO. NAMA DESA JUMLAH

(KK)

JUMLAH PETANI KACANG TANAH (KK)

JUMLAH SAMPEL YANG

DIAMBIL 20% (KK)

1 Desa Ambarisan 500 97 20

2 Desa Manik Maraja 750 46 10

(33)

Desa Ambarisan dan Desa Manik Maraja dipilih sebagai tempat penarikan

sampel karena ke-2 Desa ini merupakan daerah penghasil kacang tanah terbesar dari 13

Desa yang ada di Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun.

Ini juga sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Arikunto, 1998, yakni : “Jika

subjek penelitian sedikit maka seluruh subjek dijadikan sampel dan penelitian menjadi

penelitian populasi. Jika subjeknya besar, sampel dapat diambil 10-15% atau lebih”.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden di daerah

penelitian. Sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait, seperti

BPS Sumut, kantor Kecamatan Sidamanik dan Dinas Pertanian yang terkait di daerah

penelitian ini.

Metode Analisis Data

Masalah 1 dianalisis dengan analisis deskriptif, menggunakan tabulasi

sederhana.

Untuk mengetahui besar biaya usahatani dihitung dengan menghitung biaya tetap dan

biaya variable.

TC = FC + VC

Dimana : TC = Total Cost/ Total biaya (Rp)

FC = Fixed Cost/ Biaya tetap (Rp)

VC = Variable Cost/ Biaya variabel

Untuk mengetahui penerimaan usahatani dihitung dengan formula :

(34)

Dimana : TR = Penerimaan usahatani kacang tanah (Rp)

Y = Produksi kacang tanah (Kg)

Py = Harga kacang tanah (Rp)

Untuk mengetahui besar pendapatan bersih usahatani dapat diketahui dengan cara

menghitung selisih antara penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan, yaitu :

Pd = TR – TC

Dimana : Pd = Pendapatan usahatani kacang tanah (Rp)

TR = Penerimaan usahatani kacang tanah (Rp)

TC = Total Cost/ Total biaya (Rp)

(Soekartawi, 1995).

Masalah 2 atau hipotesis 1 dianalisis dengan menggunakan Kriteria Investasi

R/C (Return/ Cost) Ratio dengan formula sebagai berikut :

Penerimaan

R/C Ratio =

Total Biaya Produksi

Bila R/C Ratio ≤ 1, maka Terima Ho dan Tolak H1

R/C Ratio > 1, maka Tolak Ho dan Terima H1

Keterangan :

- Ho = 0 : Usahatani kacang tanah tidak layak diusahakan secara ekonomi

- H1 ≠ 0 : Usahatani kacang tanah layak diusahakan secara ekonomi

Dimana usahatani kacang tanah layak secara ekonomi bila R/C Ratio > 1

Masalah 3 atau hipotesis 2 dianalisis dengan menggunakan tabulasi sederhana,

(35)

PUKT

KPUKT = X 100%

PK

Dimana : KPUKT = Kontribusi Pendapatan Usahatani Kacang Tanah

PUKT = Pendapatan Usahatani Kacang Tanah

PK = Total Pendapatan Keluarga

Kriteria :

- KPUKT ≤ 50% berarti pendapatan yang diterima dari usahatani kacang tanah

terhadap pendapatan keluarga di daerah penelitian bukan merupakan pendapatan

utama.

- KPUKT > 50% berarti pendapatan yang diterima dari usahatani kacang tanah

terhadap pendapatan keluarga di daerah penelitian merupakan pendapatan

utama.

Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan atas pengertian dan

penafsiran dalam penelitian ini, maka diberikan beberapa defenisi dan batasan

operasional sebagai berikut :

Defenisi

1. Petani kacang tanah adalah petani yang mengusahakan tanaman kacang tanah

dalam lahan usahataninya dengan sistem pola rotasi.

2. Usahatani kacang tanah adalah suatu kegiatan usahatani yang menjadikan

tanaman kacang tanah sebagai komoditi dalam usahataninya.

3. Produksi adalah seluruh hasil usahatani kacang tanah, yang dihitung dengan

(36)

4. Faktor produksi kacang tanah adalah semua korbanan yang diberikan pada

usahatani kacang tanah agar tanaman berproduksi.

5. Modal adalah seluruh input produksi dan biaya yang dikeluarkan dalam

usahatani kacang tanah.

6. Penerimaan usahatani kacang tanah adalah produksi dikali dengan harga jual.

7. Pendapatan bersih usahatani kacang tanah adalah selisih antara total penerimaan

dengan totala biaya produksi.

8. Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar

kecilnya produksi kacang tanah. Contohnya penyusutan peralatan.

9. Biaya variable adalah biaya yang besar kecilnya berhubungan langsung dengan

besarnya produksi kacang tanah. Contohnya pengeluaran untuk bibit, pupuk, dan

tenaga kerja.

10.Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani selama proses

produksi masih berlangsung.

11.Analisis ekonomi usahatani kacang tanah adalah analisis yang digunakan untuk

mengukur apakah usahatani kacang tanah secara ekonomi layak atau tidak layak

untuk dilaksanakan di daerah penelitian.

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah di Desa Ambarisan dan Desa Manik Maraja,

Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun.

2. Waktu penelitian adalah tahun 2010.

3. Sampel penelitian adalah petani yang mengusahakan tanaman kacang tanah

(37)

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

PETANI SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian Desa Ambarisan

Letak geografis, batas, dan luas wilayah

Desa Ambarisan berada di Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun

memiliki luas wilayah 1.750 Ha. Dengan memiliki jumlah penduduk di Desa Ambarisan

yaitu 1.855 jiwa dan memiliki sebanyak 500 kepala keluarga.

Desa Ambarisan ini berada pada ketinggian 891 meter di atas permukaan laut,

dengan topografi perbukitan dan suhu udara berkisar antara 23°C - 28°C. Desa ini berjarak 4 Km dari Ibukota Kecamatan, 39 Km dari Ibukota Kabupaten, dan berjarak

180 Km dari Ibukota Propinsi Sumatera Utara.

Bila dilihat dari jarak desa dengan Ibukota Kecamatan dapat diasumsikan bahwa

desa ini dapat dengan cepat menerima arus informasi yang berasal dari daerah lain

sehingga akan berpengaruh terhadap perkembangan dan kemajuan desa.

Secara administratif batas-batas Desa Ambarisan adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Nagori Bangun Rakyat Kecamatan Panei

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Nagori Sidamanik (Perkebunan Teh PN-4

Sidamanik Afdeling B)

- Sebelah Barat berbatasan dengan Nagori Simantin 2 (Perkebunan Teh PN-4

Sidamanik Afdeling B)

(38)

Tata guna lahan

Luas lahan Desa Ambarisan menurut jenis penggunaannya dapat dilihat pada

Tabel 4 berikut :

Tabel 4. Distribusi Penggunaan Lahan di Desa Ambarisan

No. Pengunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Sawah dan Ladang 1.050 60

2 Pertanian 437,5 25

3 Bangunan 175 10

4 Lain-lain 87,5 5

Jumlah 1750 100

Sumber : KantorPanghulu Ambarisan, 2010.

Dari Tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa penggunaan lahan terbesar adalah di

sektor pertanian, yakni sebesar 60% dari seluruh lahan. Hal ini karena sebagian besar

penduduknya bermatapencaharian sebagai petani.

Komposisi penduduk menurut mata pencaharian

Berdasarkan mata pencahariannya, penduduk di Desa Ambarisan bekerja pada

sektor pertanian, pegawai negeri sipil, wiraswasta, pedagang, karyawan BUMN, dan

lain-lain. Jenis mata pencaharian terbesar adalah pada sektor pertanian yakni 450 jiwa

dengan presentase 90%. Pada sektor pertanian, kebanyakan petani mengusahakan

tanaman tahunan seperti kopi, tanaman pangan dan tanaman palawija di dalam

usahataninya. Sementara yang bekerja menjadi pegawai negeri sipil 6 orang (1,2%), 5

orang (1%) bermata pencaharian sebagai wiraswasta, 10 orang (2%) sebagai pedagang,

5 orang (1%) sebagai karyawan BUMN dan 24 orang (4,8%) bermata pencaharian

lainnya.

Distribusi penduduk Desa Ambarisan berdasarkan mata pencaharian dapat

(39)

Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Petani 450 90

Sumber : Kantor Panghulu Ambarisan, 2010.

Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa jenis mata pencaharian

terbesar adalah di sektor pertanian (90%). Hal ini dapat disimpulkan bahwa berdasarkan

mata pencaharian yang dominan yang dilaksanakan oleh penduduk, Desa Ambarisan

masih merupakan desa pertanian.

Sarana dan Prasarana

Ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai akan mempengaruhi

perkembangan dan kemajuan suatu daerah. Semakin baik dan lengkap sarana dan

prasarananya maka akan mempercepat laju perkembangan daerah tersebut.

Untuk lebih jelasnya mengenai sarana dan prasarana di Desa Ambarisan dapat

dilihat pada Tabel 6 berikut :

Tabel 6. Sarana dan Prasarana di Desa Ambarisan

No. Sarana dan Prasarana Jumlah

1 Pendidikan (Unit) : - SD 1

2 Kesehatan (Unit) : - Puskesmas Pembantu 1

3 Tempat Ibadah (Unit) : - Musholah 2

- Gereja 5 4 Lembaga Kemasyarakatan (Unit) : - Kelompok Tani 13

- Karang Taruna 1 - PKK 4

5 Jalan Desa (Km) : - Jalan Aspal 4,5

(40)

Pada tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa sarana kesehatan telah terdapat di

desa ini sehingga lebih memudahkan penduduk dalam mendapatkan pelayanan

kesehatan. Sarana pendidikan juga sudah terdapat di Desa Ambarisan, yakni Sekolah

Dasar. Dengan adanya fasilitas pendidikan tersebut masyarkat tidak perlu jauh-jauh ke

tempat lain untuk bersekolah. Begitu juga dengan sarana peribadatan dan sarana

lembaga kemasyarakatan.

Pada Tabel 6 ini juga menunjukkan bahwa sudah terdapatnya sarana jalan desa

baik jalan aspal, jalan batu maupun jalan tanah yang akan mempelancar transportasi

hasil-hasil pertanian dari desa tersebut.

Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik yang menjadi petani sampel dalam penelitian ini meliputi luas

lahan, umur petani, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, produksi dan produktivitas

yang dapat dilihat pada Tabel 7 berikut :

Tabel 7. Karakteristik Petani Sampel di Desa Ambarisan

No. Uraian Range Rataan

1 Luas Lahan (Ha) 0,1 - 0,32 0.23

2 Umur Petani (Tahun) 29 - 70 47.05

3 Tingkat Pendidikan (Tahun) 0 - 13 8.15

4 Pengalaman Bertani 5 - 45 21.50

5 Jumlah Tanggungan (Jiwa) 0 - 11 3.15

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 1.

Dari Tabel 7. dapat diketahui bahwa rata-rata petani sampel di Desa Ambarisan

memiliki luas lahan usahatani kacang tanah di daerah penelitian yaitu sekitar 0,23 Ha.

Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel di daerah penelitian termasuk petani yang

memiliki lahan yang tidak terlalu luas untuk berusahatani kacang tanah.

Rata-rata umur petani sampel di daerah penelitian adalah 47,05 tahun. Ini

menunjukkan bahwa petani sampel masih tergolong dalam usia yang masih produktif

(41)

Rata-rata tingkat pendidikan petani sampel di Desa Ambarisan adalah sekitar

8,15 tahun atau setara dengan SLTP. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan

para petani kacang tanah masih tergolong rendah. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan

dapat berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan dalam pengelolaan usahatani

dan proses alih teknologi.

Pengalaman bertani petani di Desa Ambarisan memiliki rata-rata 21,50 tahun,

yang menunjukkan bahwa pengalaman petani dalam bertani sudah cukup lama.

Rata-rata jumlah tanggungan keluarga petani kacang tanah adalah 3,15 jiwa. Jumlah ini

(42)

Deskripsi Daerah Penelitian Desa Manik Maraja

Desa Manik Maraja memiliki luas wilayah 5.120 Ha. Daerah ini berada pada

ketinggian 899 meter di atas permukaan laut, dengan bentuk topografi perbukitan dan

suhu rata-rata 28°C. Desa Manik Maraja berjarak 1 Km dari Ibukota Kecamatan

Sidamanik, 37 Km dari Ibukota Kabupaten Simalungun dan 180 Km dari Ibukota

Provinsi Sumatera Utara. Dilihat dari jarak antara desa dengan Ibukota Kecamatan

dapat diasumsikan bahwa desa tersebut dapat cepat menerima arus informasi yang

berasal dari luar daerah sehingga akan berpengaruh terhadap perkembangan dan

kemajuan desa.

Secara administratif batas-batas Desa Manik Maraja adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Nagori Ambarisan Kec. Sidamanik

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Sarimatondang Kec. Sidamanik

- Sebelah Barat berbatasan dengan Nagori Sidamanik Kec. Sidamanik

- Sebelah Timur berbatasan dengan Nagori Mekar Sari Raya Kec. Panei

Tata guna lahan

Luas lahan Desa Manik Maraja menurut jenis penggunaannya dapat dilihat pada

Tabel 8 berikut :

Tabel 8. Distribusi Penggunaan Lahan di Desa Manik Maraja

No. Pengunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Sawah dan Ladang 2688 52,5

2 Perkebunan Rakyat 4,5 0,09

3 Pertanian 1659,5 32,41

4 Bangunan 768 15

Jumlah 5120 100

(43)

Tabel 8 menunjukkan bahwa penggunaan lahan yang paling luas adalah untuk

sawah dan ladang yaitu sebanyak 2.688 Ha atau 52,5% dari total luas wilayah Desa

Manik Maraja.

Komposisi penduduk menurut mata pencaharian

Penduduk Desa Manik Maraja berjumlah 2.456 jiwa, terdiri dari 1.255 pria dan

1.201 wanita dengan jumlah rumah tangga sebanyak 750 kepala keluarga. Berdasarkan

mata pencaharian, maka distribusi penduduk Desa Manik Maraja dapat dilihat pada

Tabel 9 berikut :

Tabel 9. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Petani 450 55,1

2 Kuli Bangunan 150 18,36

3 PNS 90 11

4 Pensiunan 60 7,34

5 BUMN 30 3,67

6 Lain-lain 37 4,53

Jumlah 817 100

Sumber : Kantor Panghulu Manik Maraja, 2010.

Tabel 9 menunjukkan bahwa 450 jiwa (55,1%) penduduk Desa Manik Maraja

bermata pencaharian sebagai petani, 150 jiwa (18,36%) bermata pencaharian sebagai

kuli bangunan, 90 jiwa (11%) sebagai PNS, 60 jiwa (7,34%) sebagai pensiunan, 30 jiwa

(3,67%) bermata pencaharian sebagai BUMN, dan 37 jiwa (4,53%) bermata

pencaharian lainnya.

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan

masyarakat, semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju pembangunan.

Keadaan sarana dan prasarana di Desa Manik Maraja dapat dilihat pada Tabel 10

(44)

Tabel 10. Keadaan Sarana dan Prasarana di Desa Manik Maraja

No. Sarana dan Prasarana Jumlah

1 Pasar (Unit) 1 4 Lembaga Kemasyarakatan (Unit) : - Kelompok Tani 8 - Karang Taruna 1

5 Jalan Desa (Km) : - Jalan Aspal 2,5

- Jalan Batu 5 - Jalan Tanah 8 Sumber : Kantor Panghulu Manik Maraja, 2010.

Tabel 10 menunjukkan bahwa terdapat sarana jalan desa baik jalan aspal, jalan

batu maupun jalan tanah yang akan mempelancar transpotasi hasil-hasil pertanian dari

desa tersebut.

Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik yang menjadi petani sampel di Desa Manik Maraja dalam

penelitian ini meliputi luas lahan, umur petani, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan,

produksi dan produktivitas yang dapat dilihat pada Tabel 11 berikut :

Tabel 11. Karakteristik Petani Sampel di Desa Ambarisan

No. Uraian Range Rataan

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 1.

Dari Tabel 11. dapat diketahui bahwa rata-rata petani sampel di Desa Manik

(45)

0,18 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel di daerah penelitian termasuk

petani yang memiliki lahan yang tidak terlalu luas untuk berusahatani kacang tanah.

Rata-rata umur petani sampel di daerah penelitian adalah 47,60 tahun. Ini

menunjukkan bahwa petani sampel masih tergolong dalam usia yang masih produktif

untuk mengusahakan usahatani kacang tanah. Rata-rata tingkat pendidikan petani

sampel di daerah penelitian adalah sekitar 9 tahun atau setara dengan SLTA. Tinggi

rendahnya tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap proses pengambilan

keputusan dalam pengelolaan usahatani dan proses alih teknologi.

Rata-rata pengalaman bertani yang dimiliki petani kacang tanah di Desa Manik

Maraja adalah 17,50 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman petani dalam

bertani sudah cukup lama. Rata-rata jumlah tanggungan keluarga petani kacang tanah di

daerah penelitian adalah 2,9 jiwa. Jumlah ini berpengaruh terhadap beban tanggungan

(46)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Biaya Produksi Usahatani Kacang Tanah

Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani selama

proses produksi berlangsung dalam 1 kali musim tanam. Adapun biaya produksi itu

meliputi biaya tetap (penyusutan peralatan, PBB) dan biaya variable seperti biaya

pembelian sarana produksi (bibit, pupuk, obat-obatan) dan biaya tenaga kerja. Besarnya

biaya produksi di pengaruhi oleh komponen input produksi dan harga dari input

produksi tersebut. Untuk mengetahui besarnya biaya produksi rata-rata yang diperoleh

petani kacang tanah di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 12. Rata-Rata Biaya Produksi Usahatani Kacang Tanah

No

. Jenis Biaya

Desa Ambarisan Desa Manik Maraja

Per Petani Per Hektar Per Petani Per Hektar

1 B. Sarana produksi 486.655 2.103.885,42 483.600 2.697.166,67 2 B. Tenaga Kerja 747.500 3.452.447,92 575.500 3.211.458,33

3 B. Sewa Tanah 51.500 235.000 0 0

4 B. Penyusutan 35.046,18 160.345,78 28.452,08 159.756,37

5 B. PBB 7.116,67 30.916,67 10.500 58.333,33

6 B. Pengangkutan 0 0 46.800 261.750

Total 1.327.817,85 5.982.595,78 1.144.852,08 6.388.464,70

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 4a-5b,7a,7b,&10a-14b.

Dari Tabel 12. dapat diketahui bahwa rata-rata biaya sarana produksi per petani

di Desa Ambarisan Rp. 1.327.817,85 lebih besar daripada Desa Manik Maraja Rp.

1.144.852,08. Sedangkan rata-rata biaya produksi usahatani kacang tanah per hektar di

Desa Ambarisan Rp. 5.982.595,78 lebih kecil daripada Desa Manik Maraja sebesar Rp.

6.388.464,70. Hal ini disebabkan biaya sarana produksi dan biaya PBB di Desa Manik

(47)

usahatani kacang tanah ke rumah petani yang selanjutnya dari rumah petani, agen

langsung mengambil hasil.

Penerimaan Usahatani Kacang Tanah

Penerimaan adalah nilai yang diperoleh dari hasil perkalian seluruh hasil

produksi dengan harga jual produksi. Harga jual produksi pertanian di daerah penelitian

sering mengalami fluktuasi pada waktu tertentu. Namun, di daerah penelitian baik pada

Desa Ambarisan dan Desa Manik Maraja rata-rata petani memperoleh harga jual kacang

tanah sebesar Rp. 5.000/Kg. Adapun rata-rata produksi, harga jual, dan penerimaan

pada usahatni kacang tanah di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 13. Produksi, Harga Jual, dan Penerimaan Usahatani Kacang Tanah

No. Uraian Desa Ambarisan Desa Manik Maraja

Total Rataan Total Rataan

1 Produksi (Kg)

- Per Petani 17.979 898,95 6.540 654

- Per Hektar 79.400 3.970 36.250 3.625

2 Harga Jual (Rp/Kg) 100.000 5.000 50.000 5.000 3 Penerimaan (Rp)

- Per Petani 89.895.000 4.494.750 32.700.000 3.270.000 - Per Hektar 397.000.000 19.850.000 181.250.000 18.125.000 Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 17a,17b,18a,&18b.

Dari Tabel 13. dapat diketahui bahwa rata-rata penerimaan di Desa Ambarisan

per petani Rp. 4.494.750 dan per hektar Rp. 19.850.000 lebih besar daripada Desa

Manik Maraja per petani Rp. 3.270.000 dan Rp. 18.125.000 per hektar. Hal ini

dikarenakan oleh rata-rata produksi yang dihasilkan petani di Desa Ambarisan lebih

tinggi sebesar 898,95 Kg daripada Desa Manik Maraja yang menghasilkan produksi 654

(48)

Pendapatan Usahatani Kacang Tanah

Pendapatan merupakan selisih dari total penerimaan yang diperoleh petani

dikurangi dengan jumlah biaya produksi selama satu periode. Tabel 14. menunjukkan

besar pendapatan bersih petani dalam usahatni kacang tanah di daerah penelitian :

Tabel 14. Pendapatan Bersih Petani Kacang Tanah

No. Pendapatan Bersih

Petani

Desa Ambarisan Desa Manik Maraja

Total Rataan Total Rataan

1 Per Petani 63.338.643 3.166.932 21.251.479 21.25.148 2 Per Hektar 277.348.084 13.867.404 117.365.353 11.736.535 Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 19a,19b,20a,&20b.

Dari tabel 14. dapat diketahui bahwa total pendapatan petani per musim tanam di

Desa Ambarisan sebesar Rp. 63.338.643 per petani dan Rp. 277.348.084 per hektar.

Dengan rata-rata pendapatan per petani Rp. 3.166.932 dan Rp. 13.867.404 per hektar.

Sedangkan di Desa Manik Maraja total pendapatan petani per musim tanam sebesar Rp.

21.251.479 per petani dan Rp. 117.365.353 per hektar. Dengan rata-rata pendapatannya

Rp. 2.125.148 per petani dan Rp. 11.736.535 per hektar. Berdasarkan hal tersebut dapat

diketahui bahwa pendapatan petani di Desa Ambarisan lebih besar daripada Desa Manik

Maraja. Hal ini disebakan oleh biaya produksi di Desa Ambarisan lebih kecil dari Desa

Manik Maraja dan penerimaan yang lebih besar di Desa Ambarisan karena hasil

produksi yang dihasilkan tinggi.

Analisis Kelayakan Usahatani Kacang Tanah

Untuk menganalisa kelayakan usahatani kacang tanah di daerah penelitian

dilakukan analisis ekonomi yang diuji dengan menggunakan kriteria kelayakan R/C

Ratio. Kelayakan usahatani kacang tanah ditinjau dari kriteria R/C Ratio yaitu seberapa

besar perbandingan antara penerimaan dari hasil penjualan produksi dengan total biaya

(49)

Nilai R/C Ratio usahatani kacang tanah di Desa Ambarisan dan Desa Manik

Maraja dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 15. Nilai R/C Ratio

No. Sampel

R/C Ratio

Desa Ambarisan Desa Manik Maraja

1 3,10 3,08

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 19a-19b.

Dari Tabel 15. dapat diketahui bahwa rata-rata R/C Ratio usahatani kacang tanah

di Desa Ambarisan per petani maupun per hektar dalam satu kali periode musim tanam

adalah 3,40. Sedangkan di Desa Manik Maraja rata-rata R/C Ratio usahatani kacang

tanah per petni maupun per hektar dalam satu kali periode musim tanam adalah 2,85.

Menurut kriteria kelayakan investasi, apabila nilai R/C Ratio > 1 maka usahatani

tersebut layak untuk dilaksanakan dan apabila nilai R/C Ratio ≤ 1 maka usahatani

(50)

Nilai R/C Ratio di Desa Ambarisan sebesar 3,40 dan di Desa Manik Maraja

sebesar 2,85 berarti untuk setiap pembiayaan dalam usahatani kacang tanah per musim

tanam akan menghasilkan penerimaan sebesar 3,40 kali lipat pada Desa Ambarisan dan

2,85 kali lipat pada Desa Manik Maraja dari total biaya produksi per musim tanam.

Berdasarkan kriteria kelayakan tersebut berarti usahatani kacang tanah layak

diusahakan di daerah penelitian Desa Ambarisan Dan Desa Manik Maraja, dan berarti

hipotesis 1 dapat diterima.

Kontribusi Pendapatan Usahatani Kacang Tanah Terhadap Pendapatan Keluarga

Sumber pendapatan keluarga petani di Desa Ambarisan dan Desa Manik Maraja

terdiri dari pendapatan usahatani kacang tanah dan pendapatan di luar usahatani kacang

tanah. Pendapatan di luar usahatani kacang tanh meliputi pendapatan yang berasal dari

kegiatan dalam usahatani seperti : usahatani kacang bogor dan usahatani jagung.

Sedangkan pendapatan di luar kegiatan usahatani seperti : wirausaha, PNS, dll.

Tabel 16. Kontribusi Pendapatan Usahatani Kacang Tanah Terhadap Pendapatan Keluarga

Kontribusi

Desa Ambarisan Desa Manik Maraja

Rata-rata

Usahatani Kacang Tanah 3.409.182,15 92,02 2.390.148 69,22 Luar Usahatani Kacang

Tanah 390.255,21 7,98 1.316.211,81 30,78

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 25a-25b.

Berdasarkan Tabel 16. dapat diketahui bahwa persentase rata-rata kontribusi

usahatani kacang tanah di Desa Ambarisan adalah 92,02% terhadap total pendapatan

keluarga lebih besar daripada Desa Manik Maraja 69,22%. Sedangkan dari luar

usahatani kacang tanah di Desa Ambarisan memiliki kontribusi sebesar 7,98% lebih

kecil daripada kontribusi petani di Desa Manik Maraja sebesar 30,78%. Hal ini

(51)

usahatani kacang tanah. Akan tetapi, usahatani kacang tanah tetap merupakan mata

pencaharian utama bagi petani di Desa Ambarisan maupun di Desa Manik Maraja per

musim tanam kacang tanah pada setiap tahunnya.

Ada kriteria yang menyatakan suatu pekerjaan menjadi mata pencaharian utama

dipengaruhi oleh: pendapatan, time (waktu), dan willingness (kemauan bekerja).

Pendapatan rata-rata yang diterima oleh petani dari usahatani kacang tanah di daerah

penelitian memberikan kontribusi sebesar 92,02% di Desa Ambarisan dan 69,22% di

Desa Manik Maraja yang mana pendapatan tersebut menjadi sumber pendapatan utama

petani dalam memenuhi kebutuhan hidupnya; waktu yang digunakan petani dalam

pengelolaan usahataninya adalah 6-8 jam perhari dan dalam setahun usahatani kacang

tanah memberikan pendapatan bagi keluarga 1-2 kali musim tanam dalam setahun; di

Desa Ambarisan maupun Desa Manik Maraja petani dalam mengusahatanikan kacang

tanah termasuk kuat, hal ini diketahui dari 19,4% KK di Desa Ambarisan dan 6,13%

KK di Desa Manik Maraja yang mengusahatanikan kacang tanah. Dengan demikian,

usahatani kacang tanah dapat dikatakan menjadi mata pencaharian utama setiap

tahunnya dalam 1-2 kali musim tanam dalam setahun di Desa Ambarisan dan Desa

(52)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Besar biaya produksi rata-rata kacang tanah per hektar untuk Desa Ambarisan Rp.

5.982.595,78 dan untuk Desa Manik Maraja Rp. 6.388.464,70. Sedangkan, besar

penerimaan rata-rata usahatani kacang tanah di Desa Ambarisan Rp. 19.850.000 per

hektar dan Rp. 18.125.000 untuk Desa Manik Maraja. Besar pendapatan bersih

rata-rata yang diterima petani kacang tanah per hektar di Desa Ambarisan sebesar Rp.

13.867.404 dan untuk Desa Manik sebesar Rp. 11.736.535 per hektar dengan

periode satu kali musim tanam.

2. R/C Ratio usahatani kacang tanah untuk Desa Ambarisan per petani maupun per

hektar per musim tanam adalah 3,40 dan untuk Desa Manik Maraja memiliki R/C

Ratio sebesar 2,85.

3. Kontribusi pendapatan usahatani kacang tanah terhadap pendapatan keluarga di

Desa Ambarisan sangat besar dengan persentase rata-rata 92,02% dan demikian juga

di Desa Manik Maraja dengan persentase rata-rata sebesar 69,22%. Hal ini berarti

bahwa usahatani kacang tanah tetap menjadi mata pencaharian utama bagi petani

(53)

Saran

Kepada Petani

1. Agar petani menggunakan sarana produksi terutama pupuk sesuai kebutuhan

tanaman agar dapat diperoleh hasil yang optimal.

2. Agar petani lebih mengoptimalkan pemakaian tenaga kerja sehingga biaya yang

dikeluarkan dapat lebih efektif, karena dalam komposisi biaya produksi yang paling

besar adalah biaya tenaga kerja.

3. Agar petani dapat lebih memperhatikan lagi faktor cuaca keadaan setempat,

sehingga produksi kacang tanah yang dihasilkan lebih optimal.

Kepada Pemerintah

Pemerintah perlu meningkatkan penyuluhan, pendidikan, dan latihan kepada

petani agar para petani dapat diberikan arahan ataupun masukan mengenai pola rotasi

yang lebih menguntungkan dalam meningkatkan pendapatan petani per musim tanam

(54)

DAFTAR PUSTAKA

AAK., 2000. Kacang Tanah. Kanisius, Yogyakarta.

Adisarwanto., 2008. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah di Lahan Sawah dan Kering. Penebar Swadaya, Jakarta.

Amirin., 1990. Menyusun Rencana Penelitian. Rajawali, Jakarta.

Anonimous.,2004.http://www.lapanrs.com/09/07/25/LaporanLengkap_Kacang Tanah.

________.,2008.http://www.joely.blog.com/09/08/27/Budidaya_Kacang_Tanah.

________.,2009.http://www.tesisjogja.com/09/07/25/Pengertian_Usahatani.

Arikunto S., 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta, Jakarta.

BPS., 2008. Sumatera Utara Dalam Angka. Badan Pusat Statistik, Medan.

Danarti dan Najiyanti., 1999. Palawija Budidaya dan Analisis Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta.

Daniel Moehar., 2002. Pengantar Ekonomi Peratanian. Bumi Aksara, Jakarta.

Kasmir dan Jakfar., 2004. Studi Kelayakan Bisnis. Kencana, Jakarta.

Mubyarto., 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta.

Rubatzky dan Yamaguchi., 1998. Sayuran Dunia 2. ITB, Bandung.

Simanjutak S.B., 2004. Pengantar Ilmu Pertanian. F.P USU, Medan.

Soekartawi., 1995. Analisis Usahatani. UI-Press, Jakarta.

(55)

LAMPIRAN 1A. KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL DESA

LAMPIRAN 1B. KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL DESA MANIK MARAJA

(TAHUN) LAMA BERTANI (TAHUN)

(56)

Lampiran 2a. Sarana Produksi Per Petani Desa

Pupuk Per Petani Obat-obatan (cc)

Urea

Lampiran 2b. Sarana Produksi Per Petani Desa Manik Maraja

Pupuk Per Petani Obat-obatan (cc)

(57)

Lampiran 3a. Sarana Produksi Per Hektar

Pupuk Per Hektar Obat-obatan (cc)

Urea

Lampiran 3b. Sarana Produksi Per Hektar Desa Manik Maraja

Pupuk Per Hektar Obat-obatan (cc)

(58)

Lampiran 4a. Biaya Sarana Produksi Per Petani Desa Ambarisan

Rataan 0.23 4620.00 167580.00 700.00 14600.00 6400.00 93750.00 1800.00 68400.00 600.00 13800.00 2450.00 317

Lampiran 4b. Biaya Sarana Produksi Per Petani Desa Manik Maraja

No. 625.00 7950.00 2000.00 2000.00 1600.00 33200.00 55.00 1375.00 27250.00 25000.00 486655.00

(59)

Lampiran 5a. Biaya Sarana Produksi Per Hektar Desa

Lampiran 5b. Biaya Sarana Produksi Per Hektar Desa Manik Maraja

(60)

Lampiran 6a. Jumlah Peralatan Per Petani & Per Hektar

(Unit) Total Per Petani

Total Per

Lampiran 6b. Jumlah Peralatan Per Petani & Per Hektar Desa Manik Maraja

(Unit) Total Per Petani

Gambar

Tabel 1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kacang Tanah Menurut Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006 - 2007
Tabel 2. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kacang Tanah Menurut Kecamatan di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007 Luas Panen Produktivitas
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 4. Distribusi Penggunaan Lahan di Desa Ambarisan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah: mengetahui alasan petani memilih usahatani monokultur ubi kayu dan usahatani tumpangsari ubi kayu-kacang tanah, mengetahui perbedaan pendapatan

Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Untuk mengetahui penerimaan usahatani wortel; (2) untuk mengetahui pendapatan bersih usahatani wortel; (3) Untuk

Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Untuk mengetahui besarnya biaya dan pendapatan usahatani cabe dan usahatani pare, (2) Untuk mengetahui manakah yang lebih menguntungkan

Rata – rata pendapatan yang diperoleh petani responden dalam usahatani kacang tanah di Desa Tagawiti Kecamatan Ile Ape Kabupaten Lembata masih tergolong rendah bila

Penelitian ini bertujuanuntuk; 1) mengetahui kondisi usahatani padi sawah dan usahatani kedelai; 2) biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani padi sawah dan usahatani

Penelitian ini bertujuanuntuk; 1) mengetahui kondisi usahatani padi sawah dan usahatani kedelai; 2) biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani padi sawah dan usahatani

3.5 Tehnik Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.5.1 Analisis Biaya Untuk mengetahui total biaya dalam usahatani kacang

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI KACANG TANAH SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP TOTAL PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DI DESA WERASARI KECAMATAN SADANANYA KABUPATEN CIAMIS FEASIBILITY