ANALISIS EKONOMI USAHATANI KACANG TANAH
(Studi Kasus : Desa Ambarisan dan Desa Manik Maraja, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun)
SKRIPSI
Oleh :
NEINY SAFRINA
050304005
AGRIBISNIS
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS EKONOMI USAHATANI KACANG TANAH
(Studi Kasus : Desa Ambarisan dan Desa Manik Maraja, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun)
SKRIPSI
Oleh :
NEINY SAFRINA
050304005
AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing
Ketua, Anggota,
Prof. Dr. Ir. Hiras M.L. Tobing Dr. Ir. Rahmanta Ginting, Msi
(NIP : 19405291978071001) (NIP : 196309281998031001)
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
NEINY SAFRINA: Analisi Ekonomi Usahatani Kacang Tanah Desa Amabarisan dan Desa Manik Maraja Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun, dibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Ir. Hiras M.L. Tobing dan Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, Msi.
Produksi kacang tanah Sumatera Utara tahun 2007 sebesar 20.329 Ton naik sebesar 210 Ton atau 1,04% dibandingkan produksi kacang tanah tahun 2006. Kenaikan produksi kacang tanah disebabkan oleh kenaikan produktivitas 0,31 Ton/ Ha atau 2,77% sedangkan luas panen mengalami penurunan sebesar 297 Ha atau 1,65%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar biaya produksi, penerimaan, dan pendapatan bersih pada usahatani kacang tanah di daerah penelitian, mengetahui apakah usahatani kacang tanah layak diusahakan secara ekonomi dan mengetahui berapa besar kontribusi pendapatan usahatani kacang tanah terhadap total pendapatan keluarga di daerah penelitian. Metode penelitian yang digunakan yaitu secara purposive, metode penarikan sampel dilakukan secara simple random sampling atau acak. Metode analisis kelayakan usahatani digunakan Kriteria Investasi R/C (Return/ Cost) Ratio dan untuk analisis besar kontribusi pendapatan usahatani kacang tanah digunakan tabulasi sederhana.
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan: Besar biaya produksi rata-rata kacang tanah per hektar untuk Desa Ambarisan Rp. 5.982.595,78 dan untuk Desa Manik Maraja Rp. 6.388.464,70. Sedangkan, besar penerimaan rata-rata usahatani kacang tanah di Desa Ambarisan Rp. 19.850.000 per hektar dan Rp. 18.125.000 untuk Desa Manik Maraja. Besar pendapatan bersih rata-rata yang diterima petani kacang tanah per hektar di Desa Ambarisan sebesar Rp. 13.867.404 dan untuk Desa Manik sebesar Rp. 11.736.535 per hektar dengan periode satu kali musim tanam. Secara ekonomi usahatani kacang tanah layak di usahakan. Sementara usahatani kacang tanah merupakan mata pencaharian utama pada daerah penelitian.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pematang Siantar, Sumatera Utara pada tanggal 20 Oktober
1987 dari Bapak H. Ismail Muhammad dan Ibu Hj. Nur’aini. Penulis merupakan anak
ke tiga dari tiga bersaudara.
Tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Pematang Siantar, dan pada tahun
yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Reguler Mandiri. Penulis
memilih program studi Agribisnis, Departemen Agribisnis.
Penulis melaksanakan Pratek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Mangan Molih,
Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi dari tanggal 15 Juni sampai 16 Juli 2009.
Pada bulan November 2009 – Januari 2010 melaksanakan penelitian skripsi di Desa
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya
yang memberikan kesempatan dan kekuatan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Adapun judul penelitian ini adalah Analisis
Ekonomi Usahatani Kacang Tanah di Desa Ambarisan dan Desa Manik Maraja,
Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Hiras M.L. Tobing selaku komisi pembimbing ketua dan
Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, Msi selaku komisi pembimbing anggota yang telah
membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini dan seluruh Staff Pengajar dan
Pegawai Tata Usaha di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan yang
turut berperan dalam studi penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda tercinta H. Ismail
Muhammad dan Ibunda tercinta Hj. Nur’aini, serta kakak Neisy Julita untuk dukungan
semangat, materi dan doa yang diberi pada penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua sahabat penulis serta
semua rekan mahasiswa SEP-05 yang tidak dapat disebutkan satu persatu disini, yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata Penulis berharap
skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Identifikasi Masalah ... 7
Tujuan Penelitian ... 7
Kegunaan Penelitian ... 8
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka ... 9
Landasan Teori ... 13
Kerangka Pemikiran ... 15
Hipotesis Penelitian ... 18
METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 19
Metode Penentuan Sampel ... 19
Metode Pengumpulan Data ... 20
Metode Analisis Data ... 20
Definisi dan Batasan Operasional ... 22
Definisi ... 22
Batasan Operasional ... 23
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL Deskripsi Daerah Penelitian Desa Ambarisan ... 24
Karakteristik Petani Sampel Desa Ambarisan ... 27
Deskripsi Daerah Penelitian Desa Manik Maraja ... 29
HASIL DAN PEMBAHASAN
Biaya Produksi Usahatani Kacang Tanah ... 33
Penerimaan Usahatani Kacang Tanah... 34
Pendapatan Usahatani Kacang Tanah ... 35
Analisis Usahatani Kacang Tanah ... 35
Kontribusi Pendapatan Usahatani Kacang Tanah Terhadap Pendapatan Keluarga ... 37
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 40
Saran... 41
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hal
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal
1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kacang Tanah Menurut
Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007 ... 5
2. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kacang Tanah Menurut Kecamatan di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007 ... 6
3. Data Populasi Petani Kacang Tanah di Desa Ambarisan dan Desa Manik Maraja , Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun ... 19
4. Distribusi Penggunaan Lahan di Desa Ambarisan ... 25
5. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 26
6. Sarana dan Prasarana di Desa Ambarisan ... 26
7. Karakteristik Petani Sampel di Desa Ambarisan ... 27
8. Distribusi Penggunaan Lahan di Desa Manik Maraja... 29
9. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pemcaharian ... 30
10. Sarana dan Prasarana di Desa Manik Maraja ... 31
11. Karakteristik Petani Sampel di Desa Manik Maraja ... 31
12. Rata-Rata Biaya Produksi Usahatani Kacang Tanah ... 33
13. Produksi, Harga Jual, dan Penerimaan Usahatani Kacang Tanah ... 34
14. Pendapatan Bersih Petani Kacang tanah ... 35
15. Nilai R/C Ratio ... 36
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Hal
1a. Karakteristik Petani Sampel Desa Ambarisan ... 43
1b. Karakteristik Petani Sampel Desa Manik Maraja ... 43
2a. Sarana Produksi Per Petani Desa Ambarisan ... 44
2b. Sarana Produksi Per Petani Desa Manik Maraja ... 44
3a. Sarana Produksi Per Hektar Desa Ambarisan ... 45
3b. Sarana Produksi Per Hektar Desa Manik Maraja... 45
4a. Biaya Sarana Produksi Per Petani Desa Ambarisan ... 46
4b. Biaya Sarana Produksi Per Petani Desa Manik Maraja ... 46
5a. Biaya Sarana Produksi Per Hektar Desa Ambarisan ... 48
5b. Biaya Sarana Produksi Per Hektar Desa Manik Maraja ... 48
6a. Jumlah Peralatan Per Petani dan Per Hektar Desa Ambarisan ... 50
6b. Jumlah Peralatan Per Petani dan Per Hektar Desa Manik Maraja ... 50
7a. Biaya Penyusutan Per Petani dan Per Hektar Per Musim Tanam Desa Ambarisan ... 51
7b. Biaya Penyusutan Per Petani dan Per Hektar Per Musim Tanam Desa Manik Maraja ... 51
8a. Penggunaan Tenaga Kerja Per Petani Desa Ambarisan ... 53
8b. Penggunaan Tenaga Kerja Per Petani Desa Manik Maraja ... 53
9a. Penggunaan Tenaga Kerja Per Hektar Desa Ambarisan ... 55
9b. Penggunaan Tenaga Kerja Per Hektar Desa Manik Maraja ... 55
10a. Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Per Petani Desa Ambarisan ... 57
11a. Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Per Hektar Desa Ambarisan ... 59
11b. Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Per Hektar Desa Manik Maraja ... 59
12a. Biaya PBB Per Petani dan Per Hektar Per Musim Tanam Desa Ambarisan ... 61
12b. Biaya PBB Per Petani dan Per Hektar Per Musim Tanam Desa Manik Maraja ... 61
13a. Biaya Sewa Per Petani dan Per Hektar Per Musim Tanam Desa Ambarisan ... 62
13b. Biaya Sewa Per Petani dan Per Hektar Per Musim Tanam Desa Manik Maraja ... 62
14a. Biaya Pengangkutan Usahatani Kacang Tanah Per Petani dan Per Hektar Desa Ambarisan ... 63
14b. Biaya Pengangkutan Usahatani Kacang Tanah Per Petani dan Per Hektar Desa Manik Maraja ... 63
15a. Total Biaya Produksi Per Petani Desa Ambarisan ... 64
15b. Total Biaya Produksi Per Petani Desa Manik Maraja ... 64
16a. Total Biaya Produksi Per Hektar Desa Ambarisan ... 65
16b. Total Biaya Produksi Per Hektar Desa Manik Maraja ... 65
17a. Penerimaan Usahatani Kacang Tanah Per Petani Per Musim Tanam Desa Ambarisan ... 66
17b. Penerimaan Usahatani Kacang Tanah Per Petani Per Musim Tanam Desa Manik Maraja ... 66
18a. Penerimaan Usahatani Kacang Tanah Per Hektar Per Musim Tanam Desa Ambarisan ... 67
18b. Penerimaan Usahatani Kacang Tanah Per Hektar Per Musim Tanam Desa Manik Maraja ... 67
19a. Pendapatan Usahatani Kacang Tanah Per Petani Per Musim Tanam Desa Ambarisan ... 68
20a. Pendapatan Usahatani Kacang Tanah Per Hektar Per Musim Tanam
Desa Ambarisan ... 69
20b. Pendapatan Usahatani Kacang Tanah Per Hektar Per Musim Tanam
Desa Manik Maraja ... 69
21a. Pendapatan Keluarga Usahatani Kacang Tanah Per Petani Per Musim Tanam Desa Ambarisan ... 70
21b. Pendapatan Keluarga Usahatani Kacang Tanah Per Petani Per Musim Tanam Desa Manik Maraja ... 70
22a. Pendapatan Keluarga Usahatani Kacang Tanah Per Hektar Per Musim Tanam Desa Ambarisan ... 71
22b. Pendapatan Keluarga Usahatani Kacang Tanah Per Hektar Per Musim Tanam Desa Manik Maraja ... 71
23a. Biaya Produksi, Penerimaan, Pendapatan Bersih, dan Pendapatan
Keluarga Non Usahatani Kacang Tanah Per Petani Desa Ambarisan ... 72
23b. Biaya Produksi, Penerimaan, Pendapatan Bersih, dan Pendapatan
Keluarga Non Usahatani Kacang Tanah Per Hektar Desa Ambarisan ... 72
24a. Biaya Produksi, Penerimaan, Pendapatan Bersih, dan Pendapatan
Keluarga Non Usahatani Kacang Tanah Per Petani Desa Manik Maraja . 73
24b. Biaya Produksi, Penerimaan, Pendapatan Bersih, dan Pendapatan
Keluarga Non Usahatani Kacang Tanah Per Hektar Desa Manik Maraja 73
25a. Kontribusi Pendapatan Keluarga Dari Setiap Cabang Usahatani
Terhadap Total Pendapatan Keluarga di Desa Ambarisan ... 74
25b. Kontribusi Pendapatan Keluarga Dari Setiap Cabang Usahatani
ABSTRAK
NEINY SAFRINA: Analisi Ekonomi Usahatani Kacang Tanah Desa Amabarisan dan Desa Manik Maraja Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun, dibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Ir. Hiras M.L. Tobing dan Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, Msi.
Produksi kacang tanah Sumatera Utara tahun 2007 sebesar 20.329 Ton naik sebesar 210 Ton atau 1,04% dibandingkan produksi kacang tanah tahun 2006. Kenaikan produksi kacang tanah disebabkan oleh kenaikan produktivitas 0,31 Ton/ Ha atau 2,77% sedangkan luas panen mengalami penurunan sebesar 297 Ha atau 1,65%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar biaya produksi, penerimaan, dan pendapatan bersih pada usahatani kacang tanah di daerah penelitian, mengetahui apakah usahatani kacang tanah layak diusahakan secara ekonomi dan mengetahui berapa besar kontribusi pendapatan usahatani kacang tanah terhadap total pendapatan keluarga di daerah penelitian. Metode penelitian yang digunakan yaitu secara purposive, metode penarikan sampel dilakukan secara simple random sampling atau acak. Metode analisis kelayakan usahatani digunakan Kriteria Investasi R/C (Return/ Cost) Ratio dan untuk analisis besar kontribusi pendapatan usahatani kacang tanah digunakan tabulasi sederhana.
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan: Besar biaya produksi rata-rata kacang tanah per hektar untuk Desa Ambarisan Rp. 5.982.595,78 dan untuk Desa Manik Maraja Rp. 6.388.464,70. Sedangkan, besar penerimaan rata-rata usahatani kacang tanah di Desa Ambarisan Rp. 19.850.000 per hektar dan Rp. 18.125.000 untuk Desa Manik Maraja. Besar pendapatan bersih rata-rata yang diterima petani kacang tanah per hektar di Desa Ambarisan sebesar Rp. 13.867.404 dan untuk Desa Manik sebesar Rp. 11.736.535 per hektar dengan periode satu kali musim tanam. Secara ekonomi usahatani kacang tanah layak di usahakan. Sementara usahatani kacang tanah merupakan mata pencaharian utama pada daerah penelitian.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia adalah merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang
peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari
banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada pada sektor
pertanian (Mubyarto, 1989).
Ditinjau dari sudut pembangunan pertanian, hal yang terpenting mengenai
usahatani, bahwa usahatani hendaknya senantiasa berubah, baik dalam ukuran maupun
susunannya. Untuk memanfaatkan metode usahatani yang cocok bagi pertanian yang
masih primitif bukanlah corak yang paling produktif apabila sudah tersedia
metode-metode modern. Pada mulanya usahatani hanya ditunjukan untuk menghasilkan lahan
makanan guna menutupi kebutuhan primer dari keluarga petani (Anonimous, 2009).
Usahatani sebetulnya tidak sekedar terbatas pada pengambilan hasil (ekstraktif)
melainkan benar-benar merupakan suatu usaha produksi. Dalam hal ini akan
berlangsung pendayagunaan tanah, modal tenaga kerja, dan manajemen sebagai sumber
produksi. Jika pendayagunaannya dapat dilakukan dengan baik dan sebaliknya jika
pengolahannya berlangsung tidak baik maka hasilnya tidak dapat kita andalkan. Jika
hasil-hasil tersebut sangat baik ditinjau dari segi kualitas dan kuantitasnya akan
menghasilkan suatu keputusan bagi produsen itu sendiri. Dengan demikian dalam
produksi komoditi pertanian terdapat berbagai kegiatan dan hubungan antara
sumber-sumber produksi yang didayagunakan dengan hasilnya (Anonimous, 2009).
Dalam ekonomi pertanian dibedakan pengertian produktivitas dan pengertian
jarak usahatani dari pasar penting sekali artinya. Kalau dua buah usahatani mempunyai
produktivitas fisik yang sama, maka usahatni yang lebih dekat dengan pasar mempunyai
lebih tinggi karena produktivitas ekonominya lebih besar (Mubyarto, 1989).
Didalam peningkatan suatu produksi dan produktivitas usahatani di Indonesia,
dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi (luas lahan, benih, pupuk, tenaga kerja, dan
obat-obataan) yang digunakan oleh petani. Dalam mengusahakan usahataninya, petani
selalu berusaha menggunakan sumber daya yang dimilikinya (lahan, tenaga kerja, alat
pertanian, dan modal) seefisien mungkin.
Kacang tanah merupakan tanaman palawija yang secara ekonomis, tanaman ini
berperan penting bagi kehidupan manusia. Hal ini karena tanaman tersebut dapat
dijadikan sebagai bahan pangan. Selain itu, juga dapat dijadikan bahan baku industri.
Sebagai sumber karbohidrat, tanaman ini dapat dijadikan penyangga bagi kebijaksanaan
swasembada pangan melalui diversifikasi bahan pangan (Danarti dan Najiyanti, 1999).
Kacang tanah sebagai salah satu komoditi tanaman pangan yang memiliki nilai
gizi yang tinggi dan lezat rasanya, termasuk jenis tanaman pangan yang telah
memasyarakat dan disukai oleh banyak orang sehingga perlu dikembangkan dan
ditingkatkan produksinya (AAK, 2000).
Masyarakat Indonesia sudah lama mengenal kacang tanah sebagai bahan pangan
dan industri. Tanaman ini biasanya ditanam di sawah atau tegalan secara tunggal atau
ganda dalam sistem tumpang sari. Sebagai bahan pangan, biji kacang ini banyak
mengandung lemak protein. Di Indonesia angka produksi kacang tanah, diantara jenis
kacang-kacangan lainnya menempati urutan kedua setelah kedelai (Suprapto, 2000).
Usahatani tanaman pangan, khususnya kacang tanah saat ini telah diupayakan
pendukung lainnya untuk memulihkan perekonomian nasional. Di Indonesia,
pengembangan kacang tanah antara lain dilandasi oleh:
1. Tujuan diversifikasi pangan dan peningkatan gizi masyarakat.
2. Meningkatnya permintaan kacang tanah (4.4 % per tahun) yang ditandai terus
meningkatnya impor kacang tanah akibat berkembangnya industri pengolahan.
3. Adanya upaya untuk meningkatkan lapangan kerja dan pendapatan petani.
4. Masih tersedianya sumberdaya lahan, manusia dan teknologi budidaya yang
belum dimanfaatkan secara maksimal.
Sementara itu hal yang menjadi masalah utama dalam pengembangan komoditas
pertanian termasuk kacang tanah adalah sistem pemasarannya, baik yang menyangkut
rantai pemasaran yang panjang, struktur pasar yang timpang dan tidak adilnya
pembagian marjin keuntungan di antara pelaku pasar yang terlibat (Anonimous, 2004).
Produksi komoditi kacang tanah per hektarnya belum mencapai hasil yang
maksimum, meskipun bibit unggul yang diproduksi tinggi sudah diciptakan, namun
dalam prakteknya produksinya belum memenuhi harapan. Dengan penerapan tekonologi
budidaya untuk kacang tanah mampu meningkatkan hasil kacang tanah menjadi 4,1 –
6,4 ton/ Ha polong segar atau 2 – 3,2 ton/ Ha polong kering (Anonimous, 2008).
Beberapa faktor terpenting yang menyebabkan rendahnya produksi kacang tanah
di Indonesia antara lain karena :
a. Pengolahan tanah yang kurang optimal.
b. Mutu atau kwalitas benih yang masih rendah.
c. Pemeliharaan tanaman (pemberantasan gulma, hama dan penyakit, dan
pemupukan yang kurang sempurna).
Di Indonesia, kacang tanah merupakan salah satu sumber protein nabati yang
cukup penting dalam pola menu makanan penduduk. Meskipun produksi dan
produktivitas kacang tanah di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun, namun
tetap belum dapat mengimbangi konsumsi dalam negeri (Adisarwanto, 2008).
Kebutuhan kacang tanah dalam negeri menunjukkan angka kenaikan yang cukup
besar, yaitu dari 634,0 ribu ton menjadi 803,3 ribu ton atau meningkat sebesar 4,4% per
tahun. Sementara, selama kurun waktu sampai periode akhir pelita IV-VI perkembangan
luas areal panen, produksi, dan produksitivitas kacang tanah di Indonesia belum
menunjukkan adanya peningkatan yang menggembirakan. Peningkatannya hanya
sebesar 1,28 % per tahun. Itu pun merupakan kontribusi dari perkembangan luas areal
panen yang dapat meningkat mencapai rata-rata sebesar 1,89 % per tahun (Adisarwanto,
2008).
Produksi kacang tanah Sumatera Utara tahun 2007 sebesar 20.329 Ton naik
sebesar 210 Ton atau 1,04% dibandingkan produksi kacang tanah tahun 2006. kenaikan
produksi kacang tanah disebabkan oleh kenaikan produktivitas 0,31 Ton/ Ha atau 2,77%
sedangkan luas panen mengalami penurunan sebesar 297 Ha atau 1,65% (BPS, 2007).
Adapun produksi, produktivitas dan luas panen kacang tanah di kabupaten
Tabel 1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kacang Tanah Menurut Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006 - 2007
No. Kabupaten
Luas
Panen Produksi Produktivitas
Luas
Panen Produksi Produktivitas (Ha) (Ton) (Kw/Ha) (Ha) (Ton) (Kw/Ha) Sumber : Kantor Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2008.
Dari Tabel 1. dapat diketahui bahwa Kabupaten Simalungun merupakan sentra
produksi kacang tanah yang terbanyak di Sumatera Utara. Dari beberapa Kecamatan
yang ada di Kabupaten Simalungun, sedangkan Kecamatan Sidamanik merupakan
Tabel 2. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kacang Tanah Menurut Kecamatan di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007
No. Kecamatan Luas Panen
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun, 2008.
Dari Tabel 2. dapat diketahui bahwa produksi kacang tanah tahun 2007 terbesar
adalah di Kecamatan Sidamanik yaitu sebesar 940 Ton dengan produktivitasnya 1,95
Ton/ Ha.
Sementara informasi yang diperoleh dari dinas terkait, desa yang mengusahakan
Ambarisan dan Desa Manik Maraja sehingga kedua Desa inilah yang ditetapkan sebagai
daerah penelitian dari 13 Desa yang terdapat di Kecamatan Sidamanik.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1. Berapa besar biaya produksi, penerimaan, dan pendapatan bersih pada usahatani
kacang tanah di daerah penelitian?
2. Apakah usahatani kacang tanah secara ekonomi layak untuk diusahakan?
3. Berapa besar kontribusi pendapatan usahatani kacang tanah terhadap total
pendapatan keluarga?
Tujuan Penelitian
Dari permasalahan di atas maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui berapa besar biaya produksi, penerimaan, dan pendapatan
bersih pada usahatani kacang tanah di daerah penelitian.
2. Untuk mengetahui apakah usahatani kacang tanah layak diusahakan secara
ekonomi.
3. Untuk mengetahui berapa besar kontribusi pendapatan usahatani kacang tanah
terhadap total pendapatan keluarga.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah maupun lembaga lainnya dalam
mengambil kebijaksanaan khususnya dalam bidang analisis ekonomi usahatani
2. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi para petani mengenai kelayakan
usahatani kacang tanah di daerah penelitian.
3. Sebagai bahan informasi dan studi bagi pihak-pihak yang terkait terhadap
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Tinjauan Pustaka
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) termasuk dalam keluarga Leguminoceae
dan genus Arachis. Batangnya berbentuk perdu dengan panjang 30-50 cm. Dilihat dari
segi pertumbuhan batangnya, kacang tanah dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tegak dan
menjalar. Tipe tegak umumnya berumur genjah (100-120 hari) dan mempunyai
kematangan polong yang seragam. Sedangkan tipe menjalar berumur panjang (150-180
hari) dan mempunyai kematangan polong yang tidak seragam (Danarti dan Najiyanti,
1999).
Tanaman kacang tanah dalam sistematika tumbuhan (taksonomi)
diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub-Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales
Family : Papilionaceae
Genus : Arachis
Spesies : Arachis hypogaea
(Suprapto, 2000).
Di Indonesia daerah yang ideal untuk pertumbuhan kacang tanah terletak pada
ketinggian 0,5-500 meter. Pada daerah dengan ketinggian lebih dari 800 meter di atas
rendah. Tanaman ini juga menghendaki tanah yang gembur dengan pH 6-6,5, agak
lembap, dan berdrainase baik. Penyinaran yang penuh dengan curah hujan ideal terletak
antara 45-200 mm/bulan (Danarti dan Najiyanti, 1999).
Penanaman kacang tanah di Indonesia kebanyakan dilakukan di tanah kering
(tegalan) atau di sawah. Pada umumnya kacang tanah di tanam pada saat menjelang
musim kemarau. Namun, penanaman kacang tanah di tegalan, dilakukan pada awal atau
akhir musim penghujan. Kacang tanah termasuk tanaman palawija, yakni tanaman
palawija yang berumur pendek. Jadi, tanaman ini tergolong tanaman yang cepat
menghasilkan (AKK, 2000).
Menurut pertumbuhannya, jenis kacang tanah dapat dibedakan menjadi dua tipe,
yakni :
1. Tipe Tegak
Cabang-cabang kacang tanah tipe tegak ini pada umumnya lurus atau sedikit
miring ke atas. Orang lebih menyukai kacang tanah tipe tegak, sebab umurnya lebih
genjah (kira-kira 100-120 hari), pemungutan hasilnya pun mudah dilakukan. Karena
buah kacang tanah tipe tegak ini hanya terdapat pada ruas-ruas dekat rumpun, maka
buah kacang (polong) ini dapat masak secara serempak.
2. Tipe Menjalar
Cabang kacang tanah tipe menjalar ini tumbuh ke samping. Hanya bagian ujung
cabangnya mengarah ke atas. Batang utama dari kacang tanah bertipe menjalar ini lebih
panjang daripada batang utama dari kacang tanah yang bertipe tegak. Umur kacang
tanah tipe ini berkisar antara 5-6 bulan. Setiap ruas kacang tanah yang berdekatan pada
tanah menghasilkan buah. Oleh karena itu, buah-buahnya tidak bisa masak secara
(AKK, 2000).
Secara umum varietas kacang tanah yang sering ditanam adalah varietas unggul
dan varietas lokal, yaitu :
1. Tipe Spanish, mempunyai ciri polong berbiji 1-2
2. Tipe Valencia, mempunyai ciri polong berbiji 3-4
(Adisarwanto, 2008).
Di dalam rangka pemeliharaan kacang tanah, hal-hal yang terutama perlu
diperhatikan dalam usahatani kacang tanah adalah :
a. Penyiangan dan pendangiran
Penyiangan dimaksudkan untuk mengendalikan gulma (tanaman penggangu)
yang tumbuh di sekitar tanaman. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara
mekanis dan cara kimia (Danarti dan Najiyanti, 1999).
Di samping penyiangan pada saat itu sekaligus juga dilakukan pendangiran
untuk menggemburkan tanah, sehingga kondisi tanah tetap subur, selalu terangin serta
selalu terkena sinar matahari langsung, dan jasad renik yang merugikan akan mati
(AKK, 2000).
b. Pengairan
Sampai tanaman berumur 3 bulan, tanaman menghendaki tanah yang lembab.
Namun, air tidak boleh menggenang, karena akan menyebabkan busuknya akar.
Kira-kira 10 hari sebelum panen, tanah sebaiknya dalam keadaan kering (Danarti dan
c. Pemupukan
Kebanyakan para petani tidak melakukan pemupukan. Untuk memperoleh hasil
yang baik mereka cukup mengatur kebutuhan air, pemeliharaan lahan dan bibit unggul
(AKK, 2000).
d. Pemberantasan Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit pada kacang tanah sangat sulit dikendalikan dan cukup
banyak menimbulkan kerugian. Satu-satunya cara yang paling baik adalah dengan
mencegah timbulnya serangan. Penyakit utama pada tanaman kacang tanah terdiri atas
penyakit layu, karat, bercak daun, mozaik, sapu setan, penyakit sclerosium, dan
penyakit gopong. Sedangkan hama yang sering menyerang tanaman kacang tanah antara
lain uret, ulat, penggerek, dan kumbang (Danarti dan Najiyanti,
1999).
e. Panen dan Pascapanen
Kacang tanah dipanen dengan mencabut batangnya. Apabila tanah tidak gembur
dan kering, sehari sebelum panen sebaiknya tanah diairi agar lebih lunak/ gembur.
Dengan demikian, pencabutan tidak mengalami kesulitan dan tidak banyak kacang
tanah yang tertinggal di dalam tanah (Danarti dan Najiyanti,
1999).
Tajuk dan daun lembut dapat digunakan untuk lalap, dan polong muda dimasak
untuk sayur. Diseluruh dunia, kacang tanah biasanya digoreng dan diekstrak minyak
bijinya. Komposisi karbohidrat biji berkisar sekitar 10-25%, kandungan protein sekitar
30% dan kandungan minyak biji kultivar tertentu mencapai 40-50% (Rubatzky, 1998).
Adapun tanda-tanda bahwa kacang tanah sudah masak atau sudah siap dipanen,
• Batang mulai mengeras
• Daun menguning dan sebagian mulai berguguran
• Polong sudah berisi penuh dan keras
• Warna polong coklat kehitam-hitaman
(AKK, 2000).
Landasan Teori
Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana
seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan
memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani
atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai)
sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut
menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) (Soekartawi, 1995).
Untuk menentukan layak atau tidaknya suatu usaha dapat dilihat dari berbagai
aspek. Setiap aspek untuk dapat dikatakan layak harus memiliki suatu standar nilai
tertentu. Namun, keputusan penilaian tidak hanya dilakukan pada salah satu aspek saja
(Kasmir, 2004).
Analisis usahatani merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan
suatu usahatani secara keseluruhan dan merupakan salah satu aspek yang sangat penting
untuk diteliti kelayakannya. Penilaian aspek usahatani merupakan penilaian
sumber-sumber dana yang akan diperoleh, kebutuhan biaya investasi, estimasi pendapatan dan
biaya investasi selama beberapa periode termasuk jenis dan jumlah biaya yang
dikeluarkan selama umur investasi (Kasmir, 2004).
Dalam usahatani dibutuhkan masukan yang sesuai dengan tuntutan atau
tenaga kerja. Biaya tersebut dibutuhkan setiap saat sehingga masalah ini sering
menimbulkan resiko yang sangat besar pada petani, kalau biaya tidak dapat dipenuhi
secara tepat waktu ataupun tepat jumlah maka akibatnya adalah produksi atau hasil yang
dicapai tidak sesuai harapan (Daniel, 2002).
Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. Biaya tetap (fixed cost), yaitu biaya yang relative tetap jumlahnya, dan terus
dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit.
2. Biaya tidak tetap (variable cost), yaitu biaya yang besar kecilnya dipengaruhi
oleh produksi yang diperoleh.
(Soekartawi, 1995).
Modal mutlak diperlukan dalam usaha pertanian. Modal mempengaruhi
ketepatan waktu dan ketepatan takaran dalam pemasukan. Modal dibutuhkan untuk
pengadaan bibit, pupuk, pestisida, dan upah tenaga kerja. Kekurangan modal
menyebabkan kurangnya pemasukan yang diberikan sehingga menimbulkan resiko atau
rendahnya hasil yang diterima (Daniel, 2002).
Proses produksi diartikan sebagai kaidah-kaidah atau yang dapat digunakan
dalam sumber daya yang terbatas dalam proses produksi agar tercapai hasil maksimum.
Ukuran dari terjadinya peningkatan produksi hasil-hasil pertanian dalam harga konstan.
Kemampuan tanaman memberikan suatu hasil produksi ditentukan oleh bibit, iklim, dan
lahan.
Pendapatan bersih adalah selisih total pendapatan tunai dengan total pengeluaran
tunai. Pendapatan bersih suatu usaha dinyatakan dalam bentuk jumlah rupiah. Tujuan
petani dalam berusahatani pada masyarakat yang telah memasuki sistem pasar adalah
Pada analisis ekonomi usaha, data penerimaan biaya dan pendapatan usaha
sangat perlu diketahui. Penerimaan usaha adalah perkalian antara produksi yang
dihasilkan dengan harga jual yang berlaku saat ini. Sedangkan biaya usaha adalah
semua pengeluaran yang dipergunakan baik mempengaruhi ataupun tidak
mempengaruhi jumlah produksi yang dihasilkan dan pendapatan usaha merupakan
selisih antara penerimaan usaha dan pengeluaran (Soekartawi, 1995).
Analisis ekonomi dilakukan untuk menghitung sejauh mana usaha yang telah
dijalankan dapat memberi keuntungan. Keuntungan usaha tersebut baru dapat diperoleh
apabila semua biaya usaha yang telah dikeluarkan dapat ditutupi oleh hasil penjualan
dari kegiatan produksi yang telah dilakukan (Daniel, 2002).
Kerangka Pemikiran
Ketersediaan faktor produksi akan sangat berpengaruh pada proses produksi.
Karena suatu proses produksi akan membutuhkan input produksi. Input merupakan
korbanan atau masukan yang diberikan pada usahatani yang menyebabkan adanya biaya
input seperti bibit, pupuk, tenaga kerja, dan pestisida. Hal inilah yang disebut biaya
produksi.
Dalam usahatani kacang tanah faktor-faktor produksi seperti sarana produksi,
tenaga kerja, penyusutan peralatan dan lain-lain menjadi komponen biaya produksi.
Besar masing-masing komponen biaya tersebut dipengaruhi oleh jumlah input yang
digunakan dan tingkat harga pada masing-masing input, dan secara bersama-sama akan
mempengaruhi besarnya total biaya produksi.
Petani akan memperoleh penerimaan dari usahatani kacang tanah yaitu dari hasil
penjualan produksi tanaman kacang tanah. Penerimaan usahatani merupakan hasil
dengan rupiah. Pendapatan bersih diperoleh dari penerimaan dikurang dengan biaya
produksi dalam satu proses produksi.
Usahatani dalam operasinya bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan serta dana untuk kegiatan di luar usahatani.
Untuk memperoleh tingkat pendapatan yang diinginkan maka petani seharusnya
mempertimbangkan harga jual dari produksinya, melakukan perhitungan terhadap
semua unsur biaya dan menentukan harga pokok hasil usahataninya.
Untuk mengetahui sebuah usahatani merupakan pendapatan utama dalam
keluarga, maka harus diketahui seberapa besar kontribusi/ tambahan pendapatan
usahatani tersebut dan juga bersifat kontinuetas dalam memberikan pendapatan sebuah
keluarga.
Berdasarkan besar pendapatan bersih yang diterima oleh petani kacang tanah
pada akhir musim tanam, dapat dilihat apakah usahatani kacang tanah tersebut layak
atau tidak diusahakan secara ekonomi. Hal ini dapai dilihat dari perbandingan antara
penerimaan dengan biaya produksi, dengan ketentuan bila hasil perbandingan lebih
besar dari satu (>1) maka usahatani layak diusahakan sedangkan bila lebih kecil dari
atau sama dengan satu (≤1) maka tidak layak untuk diusahakan secara ekonomi.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema kerangka pemikiran berikut ini.
Keterangan :
Ada hubungan
Ada pengaruh
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Petani
Usahatani Kacang Tanah
Faktor Produksi :
- Lahan
- Bibit
- Pupuk
- Obat-obatan
- Tenaga kerja
- Peralatan
- dll.
Produksi
Penerimaan Harga Jual
Pendapatan Usahatani
Analisis Kelayakan
Layak Tidak Layak
Biaya Produksi
Hipotesis Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian ini, maka dapat diuraikan
hipotesis penelitian sebagai berikut :
1. Usahatani kacang tanah layak diusahakan secara ekonomi.
2. Kontribusi pendapatan usahatani kacang tanah terhadap total pendapatan
III. METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Ambarisan dan di Desa Manik Maraja yang
terletak di Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun. Penentuan daerah penelitian
ini dilakukan secara purposive, yakni pemilihan daerah penelitian secara sengaja
(Amirin, 1990). Dengan pertimbangan bahwa di Kecamatan Sidamanik merupakan
daerah penghasil kacang tanah terbesar di Kabupaten Simalungun.
Metode Penentuan Sampel
Dari hasil wawancara oleh dinas terkait, populasi petani yang mengusahakan
usahatani kacang tanah di Desa Ambarisan sebanyak 97 KK dan di desa Manik Maraja
sebanyak 46 KK, dengan luas lahan < 0,5 Ha. Penentuan sampel dilakukan secara
simple random sampling dengan mengambil 20% dari tiap populasi yaitu di Desa
Ambarisan jumlah sampel yang diambil sebesar 20 KK dan di Desa Manik Maraja
jumlah sampel yang diambil sebesar 10 KK, yang dalam hal ini sampel dianggap sudah
mewakili seluruh populasi.
Data populasi untuk penarikan sampel dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini :
Tabel 3. Data populasi petani kacang tanah di Desa Ambarisan dan Desa Manik Maraja, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun.
NO. NAMA DESA JUMLAH
(KK)
JUMLAH PETANI KACANG TANAH (KK)
JUMLAH SAMPEL YANG
DIAMBIL 20% (KK)
1 Desa Ambarisan 500 97 20
2 Desa Manik Maraja 750 46 10
Desa Ambarisan dan Desa Manik Maraja dipilih sebagai tempat penarikan
sampel karena ke-2 Desa ini merupakan daerah penghasil kacang tanah terbesar dari 13
Desa yang ada di Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun.
Ini juga sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Arikunto, 1998, yakni : “Jika
subjek penelitian sedikit maka seluruh subjek dijadikan sampel dan penelitian menjadi
penelitian populasi. Jika subjeknya besar, sampel dapat diambil 10-15% atau lebih”.
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden di daerah
penelitian. Sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait, seperti
BPS Sumut, kantor Kecamatan Sidamanik dan Dinas Pertanian yang terkait di daerah
penelitian ini.
Metode Analisis Data
Masalah 1 dianalisis dengan analisis deskriptif, menggunakan tabulasi
sederhana.
Untuk mengetahui besar biaya usahatani dihitung dengan menghitung biaya tetap dan
biaya variable.
TC = FC + VC
Dimana : TC = Total Cost/ Total biaya (Rp)
FC = Fixed Cost/ Biaya tetap (Rp)
VC = Variable Cost/ Biaya variabel
Untuk mengetahui penerimaan usahatani dihitung dengan formula :
Dimana : TR = Penerimaan usahatani kacang tanah (Rp)
Y = Produksi kacang tanah (Kg)
Py = Harga kacang tanah (Rp)
Untuk mengetahui besar pendapatan bersih usahatani dapat diketahui dengan cara
menghitung selisih antara penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan, yaitu :
Pd = TR – TC
Dimana : Pd = Pendapatan usahatani kacang tanah (Rp)
TR = Penerimaan usahatani kacang tanah (Rp)
TC = Total Cost/ Total biaya (Rp)
(Soekartawi, 1995).
Masalah 2 atau hipotesis 1 dianalisis dengan menggunakan Kriteria Investasi
R/C (Return/ Cost) Ratio dengan formula sebagai berikut :
Penerimaan
R/C Ratio =
Total Biaya Produksi
Bila R/C Ratio ≤ 1, maka Terima Ho dan Tolak H1
R/C Ratio > 1, maka Tolak Ho dan Terima H1
Keterangan :
- Ho = 0 : Usahatani kacang tanah tidak layak diusahakan secara ekonomi
- H1 ≠ 0 : Usahatani kacang tanah layak diusahakan secara ekonomi
Dimana usahatani kacang tanah layak secara ekonomi bila R/C Ratio > 1
Masalah 3 atau hipotesis 2 dianalisis dengan menggunakan tabulasi sederhana,
PUKT
KPUKT = X 100%
PK
Dimana : KPUKT = Kontribusi Pendapatan Usahatani Kacang Tanah
PUKT = Pendapatan Usahatani Kacang Tanah
PK = Total Pendapatan Keluarga
Kriteria :
- KPUKT ≤ 50% berarti pendapatan yang diterima dari usahatani kacang tanah
terhadap pendapatan keluarga di daerah penelitian bukan merupakan pendapatan
utama.
- KPUKT > 50% berarti pendapatan yang diterima dari usahatani kacang tanah
terhadap pendapatan keluarga di daerah penelitian merupakan pendapatan
utama.
Defenisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan atas pengertian dan
penafsiran dalam penelitian ini, maka diberikan beberapa defenisi dan batasan
operasional sebagai berikut :
Defenisi
1. Petani kacang tanah adalah petani yang mengusahakan tanaman kacang tanah
dalam lahan usahataninya dengan sistem pola rotasi.
2. Usahatani kacang tanah adalah suatu kegiatan usahatani yang menjadikan
tanaman kacang tanah sebagai komoditi dalam usahataninya.
3. Produksi adalah seluruh hasil usahatani kacang tanah, yang dihitung dengan
4. Faktor produksi kacang tanah adalah semua korbanan yang diberikan pada
usahatani kacang tanah agar tanaman berproduksi.
5. Modal adalah seluruh input produksi dan biaya yang dikeluarkan dalam
usahatani kacang tanah.
6. Penerimaan usahatani kacang tanah adalah produksi dikali dengan harga jual.
7. Pendapatan bersih usahatani kacang tanah adalah selisih antara total penerimaan
dengan totala biaya produksi.
8. Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar
kecilnya produksi kacang tanah. Contohnya penyusutan peralatan.
9. Biaya variable adalah biaya yang besar kecilnya berhubungan langsung dengan
besarnya produksi kacang tanah. Contohnya pengeluaran untuk bibit, pupuk, dan
tenaga kerja.
10.Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani selama proses
produksi masih berlangsung.
11.Analisis ekonomi usahatani kacang tanah adalah analisis yang digunakan untuk
mengukur apakah usahatani kacang tanah secara ekonomi layak atau tidak layak
untuk dilaksanakan di daerah penelitian.
Batasan Operasional
1. Daerah penelitian adalah di Desa Ambarisan dan Desa Manik Maraja,
Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun.
2. Waktu penelitian adalah tahun 2010.
3. Sampel penelitian adalah petani yang mengusahakan tanaman kacang tanah
IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK
PETANI SAMPEL
Deskripsi Daerah Penelitian Desa Ambarisan
Letak geografis, batas, dan luas wilayah
Desa Ambarisan berada di Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun
memiliki luas wilayah 1.750 Ha. Dengan memiliki jumlah penduduk di Desa Ambarisan
yaitu 1.855 jiwa dan memiliki sebanyak 500 kepala keluarga.
Desa Ambarisan ini berada pada ketinggian 891 meter di atas permukaan laut,
dengan topografi perbukitan dan suhu udara berkisar antara 23°C - 28°C. Desa ini berjarak 4 Km dari Ibukota Kecamatan, 39 Km dari Ibukota Kabupaten, dan berjarak
180 Km dari Ibukota Propinsi Sumatera Utara.
Bila dilihat dari jarak desa dengan Ibukota Kecamatan dapat diasumsikan bahwa
desa ini dapat dengan cepat menerima arus informasi yang berasal dari daerah lain
sehingga akan berpengaruh terhadap perkembangan dan kemajuan desa.
Secara administratif batas-batas Desa Ambarisan adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Nagori Bangun Rakyat Kecamatan Panei
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Nagori Sidamanik (Perkebunan Teh PN-4
Sidamanik Afdeling B)
- Sebelah Barat berbatasan dengan Nagori Simantin 2 (Perkebunan Teh PN-4
Sidamanik Afdeling B)
Tata guna lahan
Luas lahan Desa Ambarisan menurut jenis penggunaannya dapat dilihat pada
Tabel 4 berikut :
Tabel 4. Distribusi Penggunaan Lahan di Desa Ambarisan
No. Pengunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
1 Sawah dan Ladang 1.050 60
2 Pertanian 437,5 25
3 Bangunan 175 10
4 Lain-lain 87,5 5
Jumlah 1750 100
Sumber : KantorPanghulu Ambarisan, 2010.
Dari Tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa penggunaan lahan terbesar adalah di
sektor pertanian, yakni sebesar 60% dari seluruh lahan. Hal ini karena sebagian besar
penduduknya bermatapencaharian sebagai petani.
Komposisi penduduk menurut mata pencaharian
Berdasarkan mata pencahariannya, penduduk di Desa Ambarisan bekerja pada
sektor pertanian, pegawai negeri sipil, wiraswasta, pedagang, karyawan BUMN, dan
lain-lain. Jenis mata pencaharian terbesar adalah pada sektor pertanian yakni 450 jiwa
dengan presentase 90%. Pada sektor pertanian, kebanyakan petani mengusahakan
tanaman tahunan seperti kopi, tanaman pangan dan tanaman palawija di dalam
usahataninya. Sementara yang bekerja menjadi pegawai negeri sipil 6 orang (1,2%), 5
orang (1%) bermata pencaharian sebagai wiraswasta, 10 orang (2%) sebagai pedagang,
5 orang (1%) sebagai karyawan BUMN dan 24 orang (4,8%) bermata pencaharian
lainnya.
Distribusi penduduk Desa Ambarisan berdasarkan mata pencaharian dapat
Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Petani 450 90
Sumber : Kantor Panghulu Ambarisan, 2010.
Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa jenis mata pencaharian
terbesar adalah di sektor pertanian (90%). Hal ini dapat disimpulkan bahwa berdasarkan
mata pencaharian yang dominan yang dilaksanakan oleh penduduk, Desa Ambarisan
masih merupakan desa pertanian.
Sarana dan Prasarana
Ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai akan mempengaruhi
perkembangan dan kemajuan suatu daerah. Semakin baik dan lengkap sarana dan
prasarananya maka akan mempercepat laju perkembangan daerah tersebut.
Untuk lebih jelasnya mengenai sarana dan prasarana di Desa Ambarisan dapat
dilihat pada Tabel 6 berikut :
Tabel 6. Sarana dan Prasarana di Desa Ambarisan
No. Sarana dan Prasarana Jumlah
1 Pendidikan (Unit) : - SD 1
2 Kesehatan (Unit) : - Puskesmas Pembantu 1
3 Tempat Ibadah (Unit) : - Musholah 2
- Gereja 5 4 Lembaga Kemasyarakatan (Unit) : - Kelompok Tani 13
- Karang Taruna 1 - PKK 4
5 Jalan Desa (Km) : - Jalan Aspal 4,5
Pada tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa sarana kesehatan telah terdapat di
desa ini sehingga lebih memudahkan penduduk dalam mendapatkan pelayanan
kesehatan. Sarana pendidikan juga sudah terdapat di Desa Ambarisan, yakni Sekolah
Dasar. Dengan adanya fasilitas pendidikan tersebut masyarkat tidak perlu jauh-jauh ke
tempat lain untuk bersekolah. Begitu juga dengan sarana peribadatan dan sarana
lembaga kemasyarakatan.
Pada Tabel 6 ini juga menunjukkan bahwa sudah terdapatnya sarana jalan desa
baik jalan aspal, jalan batu maupun jalan tanah yang akan mempelancar transportasi
hasil-hasil pertanian dari desa tersebut.
Karakteristik Petani Sampel
Karakteristik yang menjadi petani sampel dalam penelitian ini meliputi luas
lahan, umur petani, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, produksi dan produktivitas
yang dapat dilihat pada Tabel 7 berikut :
Tabel 7. Karakteristik Petani Sampel di Desa Ambarisan
No. Uraian Range Rataan
1 Luas Lahan (Ha) 0,1 - 0,32 0.23
2 Umur Petani (Tahun) 29 - 70 47.05
3 Tingkat Pendidikan (Tahun) 0 - 13 8.15
4 Pengalaman Bertani 5 - 45 21.50
5 Jumlah Tanggungan (Jiwa) 0 - 11 3.15
Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 1.
Dari Tabel 7. dapat diketahui bahwa rata-rata petani sampel di Desa Ambarisan
memiliki luas lahan usahatani kacang tanah di daerah penelitian yaitu sekitar 0,23 Ha.
Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel di daerah penelitian termasuk petani yang
memiliki lahan yang tidak terlalu luas untuk berusahatani kacang tanah.
Rata-rata umur petani sampel di daerah penelitian adalah 47,05 tahun. Ini
menunjukkan bahwa petani sampel masih tergolong dalam usia yang masih produktif
Rata-rata tingkat pendidikan petani sampel di Desa Ambarisan adalah sekitar
8,15 tahun atau setara dengan SLTP. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
para petani kacang tanah masih tergolong rendah. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan
dapat berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan dalam pengelolaan usahatani
dan proses alih teknologi.
Pengalaman bertani petani di Desa Ambarisan memiliki rata-rata 21,50 tahun,
yang menunjukkan bahwa pengalaman petani dalam bertani sudah cukup lama.
Rata-rata jumlah tanggungan keluarga petani kacang tanah adalah 3,15 jiwa. Jumlah ini
Deskripsi Daerah Penelitian Desa Manik Maraja
Desa Manik Maraja memiliki luas wilayah 5.120 Ha. Daerah ini berada pada
ketinggian 899 meter di atas permukaan laut, dengan bentuk topografi perbukitan dan
suhu rata-rata 28°C. Desa Manik Maraja berjarak 1 Km dari Ibukota Kecamatan
Sidamanik, 37 Km dari Ibukota Kabupaten Simalungun dan 180 Km dari Ibukota
Provinsi Sumatera Utara. Dilihat dari jarak antara desa dengan Ibukota Kecamatan
dapat diasumsikan bahwa desa tersebut dapat cepat menerima arus informasi yang
berasal dari luar daerah sehingga akan berpengaruh terhadap perkembangan dan
kemajuan desa.
Secara administratif batas-batas Desa Manik Maraja adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Nagori Ambarisan Kec. Sidamanik
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Sarimatondang Kec. Sidamanik
- Sebelah Barat berbatasan dengan Nagori Sidamanik Kec. Sidamanik
- Sebelah Timur berbatasan dengan Nagori Mekar Sari Raya Kec. Panei
Tata guna lahan
Luas lahan Desa Manik Maraja menurut jenis penggunaannya dapat dilihat pada
Tabel 8 berikut :
Tabel 8. Distribusi Penggunaan Lahan di Desa Manik Maraja
No. Pengunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
1 Sawah dan Ladang 2688 52,5
2 Perkebunan Rakyat 4,5 0,09
3 Pertanian 1659,5 32,41
4 Bangunan 768 15
Jumlah 5120 100
Tabel 8 menunjukkan bahwa penggunaan lahan yang paling luas adalah untuk
sawah dan ladang yaitu sebanyak 2.688 Ha atau 52,5% dari total luas wilayah Desa
Manik Maraja.
Komposisi penduduk menurut mata pencaharian
Penduduk Desa Manik Maraja berjumlah 2.456 jiwa, terdiri dari 1.255 pria dan
1.201 wanita dengan jumlah rumah tangga sebanyak 750 kepala keluarga. Berdasarkan
mata pencaharian, maka distribusi penduduk Desa Manik Maraja dapat dilihat pada
Tabel 9 berikut :
Tabel 9. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Petani 450 55,1
2 Kuli Bangunan 150 18,36
3 PNS 90 11
4 Pensiunan 60 7,34
5 BUMN 30 3,67
6 Lain-lain 37 4,53
Jumlah 817 100
Sumber : Kantor Panghulu Manik Maraja, 2010.
Tabel 9 menunjukkan bahwa 450 jiwa (55,1%) penduduk Desa Manik Maraja
bermata pencaharian sebagai petani, 150 jiwa (18,36%) bermata pencaharian sebagai
kuli bangunan, 90 jiwa (11%) sebagai PNS, 60 jiwa (7,34%) sebagai pensiunan, 30 jiwa
(3,67%) bermata pencaharian sebagai BUMN, dan 37 jiwa (4,53%) bermata
pencaharian lainnya.
Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan
masyarakat, semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju pembangunan.
Keadaan sarana dan prasarana di Desa Manik Maraja dapat dilihat pada Tabel 10
Tabel 10. Keadaan Sarana dan Prasarana di Desa Manik Maraja
No. Sarana dan Prasarana Jumlah
1 Pasar (Unit) 1 4 Lembaga Kemasyarakatan (Unit) : - Kelompok Tani 8 - Karang Taruna 1
5 Jalan Desa (Km) : - Jalan Aspal 2,5
- Jalan Batu 5 - Jalan Tanah 8 Sumber : Kantor Panghulu Manik Maraja, 2010.
Tabel 10 menunjukkan bahwa terdapat sarana jalan desa baik jalan aspal, jalan
batu maupun jalan tanah yang akan mempelancar transpotasi hasil-hasil pertanian dari
desa tersebut.
Karakteristik Petani Sampel
Karakteristik yang menjadi petani sampel di Desa Manik Maraja dalam
penelitian ini meliputi luas lahan, umur petani, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan,
produksi dan produktivitas yang dapat dilihat pada Tabel 11 berikut :
Tabel 11. Karakteristik Petani Sampel di Desa Ambarisan
No. Uraian Range Rataan
Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 1.
Dari Tabel 11. dapat diketahui bahwa rata-rata petani sampel di Desa Manik
0,18 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel di daerah penelitian termasuk
petani yang memiliki lahan yang tidak terlalu luas untuk berusahatani kacang tanah.
Rata-rata umur petani sampel di daerah penelitian adalah 47,60 tahun. Ini
menunjukkan bahwa petani sampel masih tergolong dalam usia yang masih produktif
untuk mengusahakan usahatani kacang tanah. Rata-rata tingkat pendidikan petani
sampel di daerah penelitian adalah sekitar 9 tahun atau setara dengan SLTA. Tinggi
rendahnya tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap proses pengambilan
keputusan dalam pengelolaan usahatani dan proses alih teknologi.
Rata-rata pengalaman bertani yang dimiliki petani kacang tanah di Desa Manik
Maraja adalah 17,50 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman petani dalam
bertani sudah cukup lama. Rata-rata jumlah tanggungan keluarga petani kacang tanah di
daerah penelitian adalah 2,9 jiwa. Jumlah ini berpengaruh terhadap beban tanggungan
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Biaya Produksi Usahatani Kacang Tanah
Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani selama
proses produksi berlangsung dalam 1 kali musim tanam. Adapun biaya produksi itu
meliputi biaya tetap (penyusutan peralatan, PBB) dan biaya variable seperti biaya
pembelian sarana produksi (bibit, pupuk, obat-obatan) dan biaya tenaga kerja. Besarnya
biaya produksi di pengaruhi oleh komponen input produksi dan harga dari input
produksi tersebut. Untuk mengetahui besarnya biaya produksi rata-rata yang diperoleh
petani kacang tanah di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 12. Rata-Rata Biaya Produksi Usahatani Kacang Tanah
No
. Jenis Biaya
Desa Ambarisan Desa Manik Maraja
Per Petani Per Hektar Per Petani Per Hektar
1 B. Sarana produksi 486.655 2.103.885,42 483.600 2.697.166,67 2 B. Tenaga Kerja 747.500 3.452.447,92 575.500 3.211.458,33
3 B. Sewa Tanah 51.500 235.000 0 0
4 B. Penyusutan 35.046,18 160.345,78 28.452,08 159.756,37
5 B. PBB 7.116,67 30.916,67 10.500 58.333,33
6 B. Pengangkutan 0 0 46.800 261.750
Total 1.327.817,85 5.982.595,78 1.144.852,08 6.388.464,70
Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 4a-5b,7a,7b,&10a-14b.
Dari Tabel 12. dapat diketahui bahwa rata-rata biaya sarana produksi per petani
di Desa Ambarisan Rp. 1.327.817,85 lebih besar daripada Desa Manik Maraja Rp.
1.144.852,08. Sedangkan rata-rata biaya produksi usahatani kacang tanah per hektar di
Desa Ambarisan Rp. 5.982.595,78 lebih kecil daripada Desa Manik Maraja sebesar Rp.
6.388.464,70. Hal ini disebabkan biaya sarana produksi dan biaya PBB di Desa Manik
usahatani kacang tanah ke rumah petani yang selanjutnya dari rumah petani, agen
langsung mengambil hasil.
Penerimaan Usahatani Kacang Tanah
Penerimaan adalah nilai yang diperoleh dari hasil perkalian seluruh hasil
produksi dengan harga jual produksi. Harga jual produksi pertanian di daerah penelitian
sering mengalami fluktuasi pada waktu tertentu. Namun, di daerah penelitian baik pada
Desa Ambarisan dan Desa Manik Maraja rata-rata petani memperoleh harga jual kacang
tanah sebesar Rp. 5.000/Kg. Adapun rata-rata produksi, harga jual, dan penerimaan
pada usahatni kacang tanah di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 13. Produksi, Harga Jual, dan Penerimaan Usahatani Kacang Tanah
No. Uraian Desa Ambarisan Desa Manik Maraja
Total Rataan Total Rataan
1 Produksi (Kg)
- Per Petani 17.979 898,95 6.540 654
- Per Hektar 79.400 3.970 36.250 3.625
2 Harga Jual (Rp/Kg) 100.000 5.000 50.000 5.000 3 Penerimaan (Rp)
- Per Petani 89.895.000 4.494.750 32.700.000 3.270.000 - Per Hektar 397.000.000 19.850.000 181.250.000 18.125.000 Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 17a,17b,18a,&18b.
Dari Tabel 13. dapat diketahui bahwa rata-rata penerimaan di Desa Ambarisan
per petani Rp. 4.494.750 dan per hektar Rp. 19.850.000 lebih besar daripada Desa
Manik Maraja per petani Rp. 3.270.000 dan Rp. 18.125.000 per hektar. Hal ini
dikarenakan oleh rata-rata produksi yang dihasilkan petani di Desa Ambarisan lebih
tinggi sebesar 898,95 Kg daripada Desa Manik Maraja yang menghasilkan produksi 654
Pendapatan Usahatani Kacang Tanah
Pendapatan merupakan selisih dari total penerimaan yang diperoleh petani
dikurangi dengan jumlah biaya produksi selama satu periode. Tabel 14. menunjukkan
besar pendapatan bersih petani dalam usahatni kacang tanah di daerah penelitian :
Tabel 14. Pendapatan Bersih Petani Kacang Tanah
No. Pendapatan Bersih
Petani
Desa Ambarisan Desa Manik Maraja
Total Rataan Total Rataan
1 Per Petani 63.338.643 3.166.932 21.251.479 21.25.148 2 Per Hektar 277.348.084 13.867.404 117.365.353 11.736.535 Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 19a,19b,20a,&20b.
Dari tabel 14. dapat diketahui bahwa total pendapatan petani per musim tanam di
Desa Ambarisan sebesar Rp. 63.338.643 per petani dan Rp. 277.348.084 per hektar.
Dengan rata-rata pendapatan per petani Rp. 3.166.932 dan Rp. 13.867.404 per hektar.
Sedangkan di Desa Manik Maraja total pendapatan petani per musim tanam sebesar Rp.
21.251.479 per petani dan Rp. 117.365.353 per hektar. Dengan rata-rata pendapatannya
Rp. 2.125.148 per petani dan Rp. 11.736.535 per hektar. Berdasarkan hal tersebut dapat
diketahui bahwa pendapatan petani di Desa Ambarisan lebih besar daripada Desa Manik
Maraja. Hal ini disebakan oleh biaya produksi di Desa Ambarisan lebih kecil dari Desa
Manik Maraja dan penerimaan yang lebih besar di Desa Ambarisan karena hasil
produksi yang dihasilkan tinggi.
Analisis Kelayakan Usahatani Kacang Tanah
Untuk menganalisa kelayakan usahatani kacang tanah di daerah penelitian
dilakukan analisis ekonomi yang diuji dengan menggunakan kriteria kelayakan R/C
Ratio. Kelayakan usahatani kacang tanah ditinjau dari kriteria R/C Ratio yaitu seberapa
besar perbandingan antara penerimaan dari hasil penjualan produksi dengan total biaya
Nilai R/C Ratio usahatani kacang tanah di Desa Ambarisan dan Desa Manik
Maraja dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 15. Nilai R/C Ratio
No. Sampel
R/C Ratio
Desa Ambarisan Desa Manik Maraja
1 3,10 3,08
Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 19a-19b.
Dari Tabel 15. dapat diketahui bahwa rata-rata R/C Ratio usahatani kacang tanah
di Desa Ambarisan per petani maupun per hektar dalam satu kali periode musim tanam
adalah 3,40. Sedangkan di Desa Manik Maraja rata-rata R/C Ratio usahatani kacang
tanah per petni maupun per hektar dalam satu kali periode musim tanam adalah 2,85.
Menurut kriteria kelayakan investasi, apabila nilai R/C Ratio > 1 maka usahatani
tersebut layak untuk dilaksanakan dan apabila nilai R/C Ratio ≤ 1 maka usahatani
Nilai R/C Ratio di Desa Ambarisan sebesar 3,40 dan di Desa Manik Maraja
sebesar 2,85 berarti untuk setiap pembiayaan dalam usahatani kacang tanah per musim
tanam akan menghasilkan penerimaan sebesar 3,40 kali lipat pada Desa Ambarisan dan
2,85 kali lipat pada Desa Manik Maraja dari total biaya produksi per musim tanam.
Berdasarkan kriteria kelayakan tersebut berarti usahatani kacang tanah layak
diusahakan di daerah penelitian Desa Ambarisan Dan Desa Manik Maraja, dan berarti
hipotesis 1 dapat diterima.
Kontribusi Pendapatan Usahatani Kacang Tanah Terhadap Pendapatan Keluarga
Sumber pendapatan keluarga petani di Desa Ambarisan dan Desa Manik Maraja
terdiri dari pendapatan usahatani kacang tanah dan pendapatan di luar usahatani kacang
tanah. Pendapatan di luar usahatani kacang tanh meliputi pendapatan yang berasal dari
kegiatan dalam usahatani seperti : usahatani kacang bogor dan usahatani jagung.
Sedangkan pendapatan di luar kegiatan usahatani seperti : wirausaha, PNS, dll.
Tabel 16. Kontribusi Pendapatan Usahatani Kacang Tanah Terhadap Pendapatan Keluarga
Kontribusi
Desa Ambarisan Desa Manik Maraja
Rata-rata
Usahatani Kacang Tanah 3.409.182,15 92,02 2.390.148 69,22 Luar Usahatani Kacang
Tanah 390.255,21 7,98 1.316.211,81 30,78
Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 25a-25b.
Berdasarkan Tabel 16. dapat diketahui bahwa persentase rata-rata kontribusi
usahatani kacang tanah di Desa Ambarisan adalah 92,02% terhadap total pendapatan
keluarga lebih besar daripada Desa Manik Maraja 69,22%. Sedangkan dari luar
usahatani kacang tanah di Desa Ambarisan memiliki kontribusi sebesar 7,98% lebih
kecil daripada kontribusi petani di Desa Manik Maraja sebesar 30,78%. Hal ini
usahatani kacang tanah. Akan tetapi, usahatani kacang tanah tetap merupakan mata
pencaharian utama bagi petani di Desa Ambarisan maupun di Desa Manik Maraja per
musim tanam kacang tanah pada setiap tahunnya.
Ada kriteria yang menyatakan suatu pekerjaan menjadi mata pencaharian utama
dipengaruhi oleh: pendapatan, time (waktu), dan willingness (kemauan bekerja).
Pendapatan rata-rata yang diterima oleh petani dari usahatani kacang tanah di daerah
penelitian memberikan kontribusi sebesar 92,02% di Desa Ambarisan dan 69,22% di
Desa Manik Maraja yang mana pendapatan tersebut menjadi sumber pendapatan utama
petani dalam memenuhi kebutuhan hidupnya; waktu yang digunakan petani dalam
pengelolaan usahataninya adalah 6-8 jam perhari dan dalam setahun usahatani kacang
tanah memberikan pendapatan bagi keluarga 1-2 kali musim tanam dalam setahun; di
Desa Ambarisan maupun Desa Manik Maraja petani dalam mengusahatanikan kacang
tanah termasuk kuat, hal ini diketahui dari 19,4% KK di Desa Ambarisan dan 6,13%
KK di Desa Manik Maraja yang mengusahatanikan kacang tanah. Dengan demikian,
usahatani kacang tanah dapat dikatakan menjadi mata pencaharian utama setiap
tahunnya dalam 1-2 kali musim tanam dalam setahun di Desa Ambarisan dan Desa
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Besar biaya produksi rata-rata kacang tanah per hektar untuk Desa Ambarisan Rp.
5.982.595,78 dan untuk Desa Manik Maraja Rp. 6.388.464,70. Sedangkan, besar
penerimaan rata-rata usahatani kacang tanah di Desa Ambarisan Rp. 19.850.000 per
hektar dan Rp. 18.125.000 untuk Desa Manik Maraja. Besar pendapatan bersih
rata-rata yang diterima petani kacang tanah per hektar di Desa Ambarisan sebesar Rp.
13.867.404 dan untuk Desa Manik sebesar Rp. 11.736.535 per hektar dengan
periode satu kali musim tanam.
2. R/C Ratio usahatani kacang tanah untuk Desa Ambarisan per petani maupun per
hektar per musim tanam adalah 3,40 dan untuk Desa Manik Maraja memiliki R/C
Ratio sebesar 2,85.
3. Kontribusi pendapatan usahatani kacang tanah terhadap pendapatan keluarga di
Desa Ambarisan sangat besar dengan persentase rata-rata 92,02% dan demikian juga
di Desa Manik Maraja dengan persentase rata-rata sebesar 69,22%. Hal ini berarti
bahwa usahatani kacang tanah tetap menjadi mata pencaharian utama bagi petani
Saran
Kepada Petani
1. Agar petani menggunakan sarana produksi terutama pupuk sesuai kebutuhan
tanaman agar dapat diperoleh hasil yang optimal.
2. Agar petani lebih mengoptimalkan pemakaian tenaga kerja sehingga biaya yang
dikeluarkan dapat lebih efektif, karena dalam komposisi biaya produksi yang paling
besar adalah biaya tenaga kerja.
3. Agar petani dapat lebih memperhatikan lagi faktor cuaca keadaan setempat,
sehingga produksi kacang tanah yang dihasilkan lebih optimal.
Kepada Pemerintah
Pemerintah perlu meningkatkan penyuluhan, pendidikan, dan latihan kepada
petani agar para petani dapat diberikan arahan ataupun masukan mengenai pola rotasi
yang lebih menguntungkan dalam meningkatkan pendapatan petani per musim tanam
DAFTAR PUSTAKA
AAK., 2000. Kacang Tanah. Kanisius, Yogyakarta.
Adisarwanto., 2008. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah di Lahan Sawah dan Kering. Penebar Swadaya, Jakarta.
Amirin., 1990. Menyusun Rencana Penelitian. Rajawali, Jakarta.
Anonimous.,2004.http://www.lapanrs.com/09/07/25/LaporanLengkap_Kacang Tanah.
________.,2008.http://www.joely.blog.com/09/08/27/Budidaya_Kacang_Tanah.
________.,2009.http://www.tesisjogja.com/09/07/25/Pengertian_Usahatani.
Arikunto S., 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta, Jakarta.
BPS., 2008. Sumatera Utara Dalam Angka. Badan Pusat Statistik, Medan.
Danarti dan Najiyanti., 1999. Palawija Budidaya dan Analisis Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta.
Daniel Moehar., 2002. Pengantar Ekonomi Peratanian. Bumi Aksara, Jakarta.
Kasmir dan Jakfar., 2004. Studi Kelayakan Bisnis. Kencana, Jakarta.
Mubyarto., 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta.
Rubatzky dan Yamaguchi., 1998. Sayuran Dunia 2. ITB, Bandung.
Simanjutak S.B., 2004. Pengantar Ilmu Pertanian. F.P USU, Medan.
Soekartawi., 1995. Analisis Usahatani. UI-Press, Jakarta.
LAMPIRAN 1A. KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL DESA
LAMPIRAN 1B. KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL DESA MANIK MARAJA
(TAHUN) LAMA BERTANI (TAHUN)
Lampiran 2a. Sarana Produksi Per Petani Desa
Pupuk Per Petani Obat-obatan (cc)
Urea
Lampiran 2b. Sarana Produksi Per Petani Desa Manik Maraja
Pupuk Per Petani Obat-obatan (cc)
Lampiran 3a. Sarana Produksi Per Hektar
Pupuk Per Hektar Obat-obatan (cc)
Urea
Lampiran 3b. Sarana Produksi Per Hektar Desa Manik Maraja
Pupuk Per Hektar Obat-obatan (cc)
Lampiran 4a. Biaya Sarana Produksi Per Petani Desa Ambarisan
Rataan 0.23 4620.00 167580.00 700.00 14600.00 6400.00 93750.00 1800.00 68400.00 600.00 13800.00 2450.00 317
Lampiran 4b. Biaya Sarana Produksi Per Petani Desa Manik Maraja
No. 625.00 7950.00 2000.00 2000.00 1600.00 33200.00 55.00 1375.00 27250.00 25000.00 486655.00
Lampiran 5a. Biaya Sarana Produksi Per Hektar Desa
Lampiran 5b. Biaya Sarana Produksi Per Hektar Desa Manik Maraja
Lampiran 6a. Jumlah Peralatan Per Petani & Per Hektar
(Unit) Total Per Petani
Total Per
Lampiran 6b. Jumlah Peralatan Per Petani & Per Hektar Desa Manik Maraja
(Unit) Total Per Petani