• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pengetahuan Masyarakat tentang Obat Batuk di Seksyen 3, Bandar Baru Bangi, Selangor, Malaysia, Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Pengetahuan Masyarakat tentang Obat Batuk di Seksyen 3, Bandar Baru Bangi, Selangor, Malaysia, Tahun 2010"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG OBAT BATUK DI SEKSYEN 3, BANDAR BARU BANGI, SELANGOR, MALAYSIA

TAHUN 2010

Oleh : SARAH BT PAAT

070100436

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

GAMBARAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG OBAT BATUK DI SEKSYEN 3, BANDAR BARU BANGI, SELANGOR, MALAYSIA

TAHUN 2010

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh : SARAH BT PAAT

NIM : 070100436

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Gambaran Pengetahuan Masyarakat tentang Obat Batuk di Seksyen 3, Bandar Baru Bangi, Selangor, Malaysia, Tahun 2010

Nama : Sarah bt Paat

NIM : 070100436

Pembimbing Penguji I

………. ………..………...

(dr. Tri Widyawati, MSi) (dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc, CM-FM)

Penguji II

……….……..

(dr. Johny Marpaung, SpOG)

Dekan

Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

...

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH)

(4)

ABSTRAK

Obat batuk merupakan suatu sediaan obat yang banyak dijual bebas dan diiklankan secara meluas. Diketahui, obat batuk tidak bisa disamaratakan penggunaannya untuk semua jenis batuk. Menurut Kementerian Kesihatan Malaysia (2007) pemilihan obat batuk hendaklah disesuaikan penggunaannya dengan jenis batuk sama ada berdahak atau tidak berdahak. Oleh sebab itu, masyarakat perlu mempunyai pengetahuan yang benar mengenai obat batuk.

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat tentang obat batuk di Seksyen 3, Bandar Baru Bangi, Selangor, Malaysia. Selain itu, penelitian ini turut menggali sumber informasi masyarakat tentang obat batuk.

Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross-sectional study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Febuari sampai dengan Desember 2010. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dan didapatkan sebanyak 100 orang responden. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner pengetahuan tentang obat batuk yang berjumlah 14 pertanyaan, termasuk 2 pertanyaan tentang sumber informasi masyarakat tentang obat batuk.

Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat berpengetahuan kurang sebanyak 70 orang (70%), sebanyak 21 orang (21%) berpengetahuan sedang dan sebagian kecil berpengetahuan baik sebanyak 9 orang (9%). Sebanyak 69 orang (69%) pernah mendengar informasi tentang obat batuk dan 55 orang (79,71%) darinya menyatakan dokter merupakan sumber informasi masyarakat tentang obat batuk.

Dari hasil penelitian, masih ramai masyarakat yang mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang tentang obat batuk. Oleh itu, masyarakat, peneliti dan petugas kesehatan perlulah berusaha supaya pengetahuan tentang obat batuk dapat ditingkatkan.

(5)

ABSTRACT

Cough medicine is a preparation of drugs that are sold freely and widely advertised. Though unknowingly by the public, cough medicine cannot be generalized its use for all types of cough. Kementerian Kesihatan Malaysia (2007) inform that, drug of choice should suit the specific type of cough. Accordingly, the public needs to have correct knowledge about cough medicine.

The purpose of this research is to know the description of public knowledge about cough medicine in the Section 3, Bandar Baru Bangi, Selangor, Malaysia. In addition, this study helped to know the source of information of the public about cough medicine.

This research method was descriptive with cross-sectional study design. This research was conducted in February through December 2010. Sampling was conducted with a purposive sampling technique and around 100 respondents are being tested. Instrument used in this research is a questionnaire about cough medicine, amounting to 14 questions, including 2 questions about the sources of information of the public about cough medicine.

This research shows that about 70 people (70%) from the public have low level of knowledge, around 21 people (21%) have intermediate knowledge and only a few people around 9 people (9%) have high level of knowledge about cough medicine. Generally, there is around 69 people (69%) have heard the information about cough medicine and 55 people (79,71%) from it informed that the doctors were their source of information about cough medicine.

From the research, there is still a high percentage of public that have low level of knowledge about cough medicine. Accordingly, the public, researcher and health services have to work together to improve the public knowledge about cough medicine.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT karena dengan limpah

dan karunia-Nya, penulisan Karya Tulisan Ilmiah ini dapat diselesaikan dengan judul

‘Gambaran Pengetahuan Masyarakat tentang Obat Batuk di Seksyen 3, Bandar Baru

Bangi, Selangor, Malaysia, Tahun 2010’.

Pada kesempatan ini, saya ingin mengucapkan ribuan terima kasih kepada

dosen pembimbing, dr. Tri Widyawati, MSi yang telah bersedia membimbing dan

meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran sehingga Karya Tulisan Ilmiah ini dapat

diselesaikan.

Pada kesempatan ini juga, saya ingin menyampaikan ribuan terima kasih

kepada staf-staf pengajar Ilmu Kesihatan Komunitas, Universitas Sumatera Utara

yang telah turut memberikan bimbingan dan panduan dalam kegiatan persiapan

Karya Tulisan Ilmiah ini.

Atas keterbatasan waktu, saya akui penulisan Karya Tulisan Ilmiah ini masih

banyak terdapat kekurangan. Untuk itu, saya sangat mengharapkan saran dan kritikan

yang membangun untuk penyempurnaan pada masa akan datang.

Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan keluarga

saya yang telah banyak memberi dorongan dan sokongan moral sewaktu menyiapkan

penulisan Karya Tulisan Ilmiah ini. Akhir kata, kepada semua pihak yang telah turut

membantu dalam penulisan Karya Tulisan Ilmiah ini baik secara langsung maupun

secara tidak langsung, saya ucapkan terima kasih.

Kepala Batas, 13 November 2010

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ...………... i

ABSTRAK ………... ii

ABSTRACT ………... iii

KATA PENGANTAR .………... iv

DAFTAR ISI ………... v

DAFTAR TABEL ……...………... viii

DAFTAR GAMBAR ……...………... ix

DAFTAR SINGKATAN .………... x

DAFTAR LAMPIRAN ...………... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ………. 1

1.1. Latar Belakang…….………. 1

1.2. Rumusan Masalah....………. 2

1.3. Tujuan Penelitian……….. 2

1.4. Manfaat Penelitian………... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ………... 4

2.1. Pengetahuan ………. 4

2.2. Batuk ………. 4

2.3. Etiologi Batuk ………. 4

2.4. Jenis-jenis batuk ………... 5

2.4.1. Batuk Akut………. 5

2.4.2. Batuk Kronis …..………... 5

2.5. Mekanisme Batuk ………... 6

2.6. Jenis-jenis Obat Batuk ………. 6

2.6.1. Mukolitik ………. 7

2.6.1.1. Bromheksin ……….. 7

2.6.1.2. Ambroksol ………... 8

2.6.1.3. Asetilsistein ………. 8

2.6.2. Ekspektoran ………... 8

2.6.2.1 Ammonium Klorida ……….. 9

2.6.2.2. Gliseril Guaiakolat ………... 9

2.6.3. Antitusif ………... 9

2.6.3.1. Dekstrometorfan ………... 10

(8)

2.7. Penjagaan dan Pengobatan Sendiri ……….. 11

2.7.1. Penjagaan Sendiri ……….. 12

2.7.2. Pengobatan Sendiri ………... 12

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL …... 13

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ……….... 13

3.2. Definisi Operasional ………... 13

BAB 4 METODE PENELITIAN ……….... 15

4.1. Jenis Penelitian ……….... 15

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ………... 15

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ………... 15

4.4. Teknik Pengumpulan Data ………... 17

4.5. Pengolahan dan Analisa Data ………... 18

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………... 19

5.1. Hasil penelitian ………. 19

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ………... 19

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ………... 19

5.1.3. Pengetahuan Masyarakat tentang Obat Batuk ………... 21

5.1.3.1. Pengetahuan tentang Variasi Obat Batuk ………….... 24

5.1.3.2. Pengetahuan tentang Fungsi Obat Batuk …………... 24

5.1.3.3. Pengetahuan tentang Pemilihan Jenis Obat Batuk …... 24

5.1.3.4. Pengetahuan tentang Efek Samping Obat Batuk …….. 25

5.1.4. Sumber Informasi Masyarakat tentang Obat Batuk ………….. 25

5.2. Pembahasan ……….. 26

5.2.1. Gambaran pengetahuan Masyarakat tentang Obat Batuk …….. 26

5.2.1.1. Pengetahuan tentang Variasi Obat Batuk ………. 27

5.2.3.2. Pengetahuan tentang Fungsi Obat Batuk ……….. 27

5.2.3.3. Pengetahuan tentang Pemilihan Jenis Obat Batuk …… 28

5.2.3.4. Pengetahuan tentang Efek Samping Obat Batuk …….. 28

5.2.2. Sumber Informasi Masyrakat tentang Obat Batuk ………. 28

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ………. 30

6.1. Kesimpulan ……… 30

(9)
(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

5.1. Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan dan Penghasilan di Seksyen 3, Bandar Baru Bangi, Selangor, Malaysia

20

5.2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Obat Batuk Berdasarkan Jenis Kelamin,

Pendidikan dan Penghasilan 21

5.3. Penyataan tentang Pengetahuan Masyarakat tentang Obat Batuk di Seksyen 3, Bandar Baru Bangi,

Selangor, Malaysia 23

5.4. Gambaran Pengetahuan Masyarakat tentang Obat Batuk di Seksyen 3, Bandar Baru Bangi, Selangor,

Malaysia 25

5.5. Jumlah Responden yang Pernah Mendengar Informasi

tentang Obat Batuk 25

5.6. Sumber Informasi Masyarakat tentang Obat Batuk

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(12)

DAFTAR SINGKATAN

ACE Angiotensin-converting Enzyme KKM Kementerian Kesihatan Malaysia

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Daftar Riwayat Hidup

Lampiran II Lembar Penjelasan Penelitian

Lampiran III Lembar Persetujuan Penelitian

Lampiran IV Kuesioner Penelitian

Lampiran V Keterangan Skor Bagi Soal Pengetahuan Dalam Kuesioner

Lampiran VI Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas

Lampiran VII Data Induk dan Skor Pengetahuan

Lampiran VIII Data Sumber Informasi Masyarakat tentang Obat Batuk

Lampiran IX Data SPSS

(14)

ABSTRAK

Obat batuk merupakan suatu sediaan obat yang banyak dijual bebas dan diiklankan secara meluas. Diketahui, obat batuk tidak bisa disamaratakan penggunaannya untuk semua jenis batuk. Menurut Kementerian Kesihatan Malaysia (2007) pemilihan obat batuk hendaklah disesuaikan penggunaannya dengan jenis batuk sama ada berdahak atau tidak berdahak. Oleh sebab itu, masyarakat perlu mempunyai pengetahuan yang benar mengenai obat batuk.

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat tentang obat batuk di Seksyen 3, Bandar Baru Bangi, Selangor, Malaysia. Selain itu, penelitian ini turut menggali sumber informasi masyarakat tentang obat batuk.

Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross-sectional study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Febuari sampai dengan Desember 2010. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dan didapatkan sebanyak 100 orang responden. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner pengetahuan tentang obat batuk yang berjumlah 14 pertanyaan, termasuk 2 pertanyaan tentang sumber informasi masyarakat tentang obat batuk.

Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat berpengetahuan kurang sebanyak 70 orang (70%), sebanyak 21 orang (21%) berpengetahuan sedang dan sebagian kecil berpengetahuan baik sebanyak 9 orang (9%). Sebanyak 69 orang (69%) pernah mendengar informasi tentang obat batuk dan 55 orang (79,71%) darinya menyatakan dokter merupakan sumber informasi masyarakat tentang obat batuk.

Dari hasil penelitian, masih ramai masyarakat yang mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang tentang obat batuk. Oleh itu, masyarakat, peneliti dan petugas kesehatan perlulah berusaha supaya pengetahuan tentang obat batuk dapat ditingkatkan.

(15)

ABSTRACT

Cough medicine is a preparation of drugs that are sold freely and widely advertised. Though unknowingly by the public, cough medicine cannot be generalized its use for all types of cough. Kementerian Kesihatan Malaysia (2007) inform that, drug of choice should suit the specific type of cough. Accordingly, the public needs to have correct knowledge about cough medicine.

The purpose of this research is to know the description of public knowledge about cough medicine in the Section 3, Bandar Baru Bangi, Selangor, Malaysia. In addition, this study helped to know the source of information of the public about cough medicine.

This research method was descriptive with cross-sectional study design. This research was conducted in February through December 2010. Sampling was conducted with a purposive sampling technique and around 100 respondents are being tested. Instrument used in this research is a questionnaire about cough medicine, amounting to 14 questions, including 2 questions about the sources of information of the public about cough medicine.

This research shows that about 70 people (70%) from the public have low level of knowledge, around 21 people (21%) have intermediate knowledge and only a few people around 9 people (9%) have high level of knowledge about cough medicine. Generally, there is around 69 people (69%) have heard the information about cough medicine and 55 people (79,71%) from it informed that the doctors were their source of information about cough medicine.

From the research, there is still a high percentage of public that have low level of knowledge about cough medicine. Accordingly, the public, researcher and health services have to work together to improve the public knowledge about cough medicine.

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Batuk merupakan simptom umum bagi penyakit respiratori dan non-respiratori

(Haque, 2005). Menurut Wong et al. (2006) batuk bisa menyebabkan morbiditas yang

tinggi dan simptom seperti letargi, imsomnia, suara serak, nyeri muskuloskeletal,

berkeringat, dan inkotinensia urin.

Batuk akut merupakan salah satu simptom yang utama yang dikeluhkan penderita

di praktik dokter. Mayoritas dari kasus batuk akut ini disebabkan oleh infeksi virus

saluran pernafasan atas yang merupakan satu self-limiting disease (Haque, 2005).

Satu penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa terdapat kira-kira 26 juta

kasus batuk akut rawat jalan pada tahun 2004 (Dicpinigaitis, 2009). Hal ini

menunjukkan bahwa masih banyak yang tidak mengetahui batuk akut merupakan

self-limiting symptom yang bisa ditangani tanpa berobat ke dokter.

Batuk kronis merupakan kondisi umum yang menyebabkan morbiditas fisik dan

psikologi yang tinggi (Brignall, 2008). Menurut Haque (2005) batuk kronis yang

terus-menerus mempunyai efek pada kualitas hidup dan menyebabkan isolasi sosial

serta depresi klinis.

Obat batuk terdapat banyak jenisnya yaitu antitusif sebagai obat menekan refleks

batuk, ekspektoran untuk merangsang dahak dikeluarkan dari saluran pernafasan, dan

mukolitik untuk mengencerkan dahak. Antitusif akan diberikan kepada penderita

batuk yang tidak berdahak, sedangkan ekspektoran dan mukolitik akan diberikan

kepada penderita batuk yang berdahak.

Obat batuk banyak diiklankan dan bisa diperoleh tanpa resep dokter atau dikenal

sebagai obat bebas (over-the-counter medicine). Menurut Corelli (2007) jenis obat

batuk bebas yang sering ada di pasaran adalah jenis ekspektoran dan antitusif.

Menurut Dicpinigaitis (2009) di Amerika Serikat, biaya pertahun untuk obat batuk

(17)

Amerika Serikat penjualan obat bebas antitusif berharga US$19 milyar. Statistika dari

Departemen Kesehatan Farmasi di Hong Kong menunjukkan pasien rawat jalannya

telah menggunakan sebanyak 370.000 liter antitusif yang berharga HK$2 juta pada

tahun 2000. Hal ini jelas menunjukkan beban ekonomi yang berat.

Diketahui bahwa obat batuk tidak bisa disamaratakan untuk semua jenis batuk.

Oleh sebab itu, perlu dicapai pengetahuan yang benar mengenai penggunaan

jenis-jenis obat batuk terhadap jenis-jenis batuk yang diderita. Masyarakat seharusnya mendapat

edukasi tentang jenis obat batuk yang diambil, supaya penanganan sendiri simptom

batuk yang diderita dapat diobati dengan baik.

Bandar Baru Bangi, Selangor, Malaysia merupakan salah satu kawasan

perumahan yang hampir dengan kawasan perindustrian, maka penduduk di kawasan

tersebut lebih terpajan dengan batuk. Berdasarkan hal di atas, peneliti tertarik untuk

mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat tentang obat batuk di Seksyen 3,

Bandar Baru Bangi, Selangor, Malaysia tahun 2010.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat memberi dasar

kepada peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian berikut :

Bagaimanakah gambaran pengetahuan masyarakat tentang obat batuk di Seksyen

3, Bandar Baru Bangi, Selangor, Malaysia?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat tentang obat batuk di

(18)

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang variasi obat batuk.

2. Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang fungsi setiap jenis

obat batuk.

3. Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang pemilihan obat batuk

sesuai dengan jenis batuk.

4. Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang efek samping obat

batuk.

5. Untuk mengetahui sumber informasi masyarakat tentang obat batuk.

1.4. Manfaat Penelitian

Data atau informasi hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai :

1. Memberi masukan kepada institusi pemerintah untuk memberi edukasi kepada

masyarakat tentang obat batuk.

2. Memberi panduan kepada Kementerian Kesihatan Malaysia (KKM) dalam

melaksanakan kampanye ‘Kenali Ubat Anda’.

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

Notoadmodjo (2007) menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari

tahu. Pengetahuan akan didapati setelah pengindraan terhadap suatu objek tertentu

dilakukan oleh seseorang. Pengindraan terhasil melalui lima pancaindra manusia

yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan perabaan. Namun,

sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai

enam tingkatan yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui dapat disesuaikan dengan

tingkatan-tingkatan tersebut.

Seseorang dapat memperoleh pengetahuan melalui berbagai macam alat bantu

pendidikan di dalam proses pendidikan (Notoadmodjo, 2007). Alat-alat tersebut

adalah kata-kata, tulisan, rekaman, atau radio, film, televisi, pameran, field trip,

demonstrasi, sandiwara, benda tiruan, dan benda asli.

2.2. Batuk

Menurut Weinberger (2005) batuk merupakan ekspirasi eksplosif yang

menyediakan mekanisme protektif normal untuk membersihkan cabang

trakeobronkial dari sekret dan zat-zat asing. Masyarakat lebih cenderung untuk

mencari pengobatan apabila batuknya berkepanjangan sehingga mengganggu

aktivitas seharian atau mencurigai kanker.

2.3. Etiologi batuk

Menurut McGowan (2006) batuk bisa terjadi secara volunter tetapi selalunya

(20)

saluran pernafasan atas maupun bawah, asap rokok, abu dan bulu hewan terutama

kucing. Antara lain penyebab akibat penyakit respiratori adalah seperti asma,

postnasal drip, penyakit pulmonal obstruktif kronis, bronkiektasis, trakeitis, croup, dan fibrosis interstisial. Batuk juga bisa terjadi akibat dari refluks gastro-esofagus

atau terapi inhibitor ACE (angiotensin-converting enzyme). Selain itu, paralisis pita

suara juga bisa mengakibatkan batuk akibat daripada kompresi nervus laryngeus

misalnya akibat tumor.

2.4. Jenis-jenis Batuk

Menurut Dicpinigaitis (2009) batuk secara definisinya bisa diklasifikasikan

mengikut waktu yaitu batuk akut yang berlangsung selama kurang dari tiga minggu,

batuk sub-akut yang berlangsung selama tiga hingga delapan minggu dan batuk

kronis berlangsung selama lebih dari delapan minggu.

2.4.1. Batuk Akut

Batuk akut berlangsung selama kurang dari tiga minggu dan merupakan

simptom respiratori yang sering dilaporkan ke praktik dokter. Kebanyakan kasus

batuk akut disebabkan oleh infeksi virus respiratori yang merupakan self-limiting dan

bisa sembuh selama seminggu (Haque, 2005). Dalam situasi ini, batuk merupakan

simptom yang sementara dan merupakan kelebihan yang penting dalam proteksi

saluran pernafasan dan pembersihan mukus. Walau bagaimanapun, terdapat

permintaan yang tinggi terhadap obat batuk bebas yang kebanyakannya mempunyai

bukti klinis yang sedikit dan waktu yang diambil untuk konsultasi ke dokter tentang

simptom batuk (Dicpinigaitis, 2009).

2.4.2. Batuk Kronis

Batuk kronis berlangsung lebih dari delapan minggu. Batuk yang berlangsung

secara berterusan akan menyebabkan kualitas hidup menurun yang akan membawa

(21)

batuk kronis adalah penyakit refluks gastro-esofagus, rinosinusitis dan asma.

Terdapat juga golongan penderita minoritas yang batuk tanpa dengan diagnosis dan

pengobatan diklasifikasikan sebagai batuk idiopatik kronis. Batuk golongan ini masih

berterusan dipertanyakan apa sebenarnya penyebabnya yang pasti (Haque, 2005).

2.5. Mekanisme Batuk

Pola dasar batuk bisa dibagi kepada empat komponen yaitu inspirasi dalam yang

cepat, ekspirasi terhadap glotis yang tertutup, pembukaan glotis secara tiba-tiba dan

terakhir relaksasi otot ekspiratori (McGowan, 2006).

Menurut Weinberger (2005) batuk bisa diinisiasi sama ada secara volunter atau

refleks. Sebagai refleks pertahanan, ia mempunyai jaras aferen dan eferen. Jaras

aferen termasuklah reseptor yang terdapat di distribusi sensori nervus trigemineus,

glossopharingeus, superior laryngeus, dan vagus. Jaras eferen pula termasuklah nervus laryngeus dan nervus spinalis. Batuk bermula dengan inspirasi dalam diikuti dengan penutupan glotis, relaksasi diafragma dan kontraksi otot terhadap penutupan

glotis. Tekanan intratorasik yang positif menyebabkan penyempitan trakea. Apabila

glotis terbuka, perbedaan tekanan yang besar antar atmosfer dan saluran udara

disertai penyempitan trakea menghasilkan kadar aliran udara yang cepat melalui

trakea. Hasilnya, tekanan yang tinggi dapat membantu dalam mengeliminasi mukus

dan benda asing.

2.6. Jenis-jenis Obat Batuk

Menurut Beers (2003) batuk memiliki peran utama dalam mengeluarkan dahak

dan membersihkan saluran pernafasan, maka batuk yang menghasilkan dahak

umumnya tidak disupresikan. Yang diutamakan adalah pengobatan kausa seperti

infeksi, cairan di dalam paru, atau asma. Misalnya, antibiotik akan diberikan untuk

infeksi atau inhaler bisa diberi kepada penderita asma. Bergantung pada tingkat

keparahan batuk dan penyebabnya, berbagai variasi jenis obat mungkin diperlukan

(22)

malam untuk mengelakkan dari gangguan tidur. Menurut KKM (2007) sangat penting

untuk mengobati batuk dengan jenis obat batuk yang benar. Menurut Beers (2003)

pengobatan batuk secara umumnya dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis batuknya

berdahak atau tidak.

Jenis-jenis obat batuk yang terkait dengan batuk yang berdahak dan tidak

berdahak yang dibahaskan di sini adalah mukolitik, ekspektoran dan antitusif.

2.6.1. Mukolitik

Mukolitik merupakan obat yang bekerja dengan cara mengencerkan sekret

saluran pernafasan dengan jalan memecah benang-benang mukoprotein dan

mukopolisakarida dari sputum (Estuningtyas, 2008). Agen mukolitik berfungsi

dengan cara mengubah viskositas sputum melalui aksi kimia langsung pada ikatan

komponen mukoprotein. Agen mukolitik yang terdapat di pasaran adalah

bromheksin, ambroksol, dan asetilsistein (Estuningtyas, 2008).

2.6.1.1. Bromheksin

Bromheksin merupakan derivat sintetik dari vasicine. Vasicine merupakan

suatu zat aktif dari Adhatoda vasica. Obat ini diberikan kepada penderita bronkitis

atau kelainan saluran pernafasan yang lain. Obat ini juga digunakan di unit gawat

darurat secara lokal di bronkus untuk memudahkan pengeluaran dahak pasien.

Menurut Estuningtyas (2008) data mengenai efektivitas klinis obat ini sangat terbatas

dan memerlukan penelitian yang lebih mendalam pada masa akan datang. Efek

samping dari obat ini jika diberikan secara oral adalah mual dan peninggian

transaminase serum. Bromheksin hendaklah digunakan dengan hati-hati pada pasien

tukak lambung. Dosis oral bagi dewasa seperti yang dianjurkan adalah tiga kali, 4-8

(23)

2.6.1.2. Ambroksol

Ambroksol merupakan suatu metabolit bromheksin yang memiliki

mekanisme kerja yang sama dengan bromheksin. Ambroksol sedang diteliti tentang

kemungkinan manfaatnya pada keratokonjungtivitis sika dan sebagai perangsang

produksi surfaktan pada anak lahir prematur dengan sindrom pernafasan

(Estuningtyas, 2008).

2.6.1.3. Asetilsistein

Asetilsistein (acetylcycteine) diberikan kepada penderita penyakit

bronkopulmonari kronis, pneumonia, fibrosis kistik, obstruksi mukus, penyakit

bronkopulmonari akut, penjagaan saluran pernafasan dan kondisi lain yang terkait

dengan mukus yang pekat sebagai faktor penyulit (Estuningtyas, 2008). Ia diberikan

secara semprotan (nebulization) atau obat tetes hidung. Asetilsistein menurunkan

viskositas sekret paru pada pasien radang paru. Kerja utama dari asetilsistein adalah

melalui pemecahan ikatan disulfida. Reaksi ini menurunkan viskositasnya dan

seterusnya memudahkan penyingkiran sekret tersebut. Ia juga bisa menurunkan

viskositas sputum. Efektivitas maksimal terkait dengan pH dan mempunyai aktivitas

yang paling besar pada batas basa kira-kira dengan pH 7 hingga 9. Sputum akan

menjadi encer dalam waktu 1 menit, dan efek maksimal akan dicapai dalam waktu 5

hingga 10 menit setelah diinhalasi. Semasa trakeotomi, obat ini juga diberikan secara

langsung pada trakea. Efek samping yang mungkin timbul berupa spasme bronkus,

terutama pada pasien asma. Selain itu, terdapat juga timbul mual, muntah, stomatitis,

pilek, hemoptisis, dan terbentuknya sekret berlebihan sehingga perlu disedot

(suction). Maka, jika obat ini diberikan, hendaklah disediakan alat penyedot lendir

nafas. Biasanya, larutan yang digunakan adalah asetilsistein 10% hingga 20%.

2.6.2. Ekspektoran

Ekspektoran merupakan obat yang dapat merangsang pengeluaran dahak dari

(24)

pengalaman empiris. Tidak ada data yang membuktikan efektivitas ekspektoran

dengan dosis yang umum digunakan. Mekanisme kerjanya diduga berdasarkan

stimulasi mukosa lambung dan selanjutnya secara refleks merangsang sekresi

kelenjar saluran pernafasan lewat nervus vagus, sehingga menurunkan viskositas dan

mempermudah pengeluaran dahak. Obat yang termasuk golongan ini ialah

ammonium klorida dan gliseril guaiakoiat (Estuningtyas, 2008).

2.6.2.1. Ammonium Klorida

Menurut Estuningtyas (2008) ammonium klorida jarang digunakan sebagai

terapi obat tunggal yang berperan sebagai ekspektoran tetapi lebih sering dalam

bentuk campuran dengan ekspektoran lain atau antitusif. Apabila digunakan dengan

dosis besar dapat menimbulkan asidosis metabolik, dan harus digunakan dengan

hati-hati pada pasien dengan insufisiensi hati-hati, ginjal, dan paru-paru. Dosisnya, sebagai

ekspektoran untuk orang dewasa ialah 300mg (5mL) tiap 2 hingga 4 jam. Obat ini

hampir tidak digunakan lagi untuk pengasaman urin pada keracunan sebab berpotensi

membebani fungsi ginjal dan menyebabkan gangguan keseimbangan elektrolit.

2.6.2.2. Gliseril Guaiakolat

Penggunaan gliseril guaiakolat didasarkan pada tradisi dan kesan subyektif

pasien dan dokter. Tidak ada bukti bahwa obat bermanfaat pada dosis yang diberikan.

Efek samping yang mungkin timbul dengan dosis besar, berupa kantuk, mual, dan

muntah. Ia tersedia dalam bentuk sirup 100mg/5mL. Dosis dewasa yang dianjurkan 2

hingga 4 kali, 200-400 mg sehari.

2.6.3. Antitusif

Menurut Martin (2007) antitusif atau cough suppressant merupakan obat batuk

yang menekan batuk, dengan menurunkan aktivitas pusat batuk di otak dan menekan

(25)

Terdapat juga analgesik opioid seperti kodein, diamorfin dan metadon yang

mempunyai aktivitas antitusif.

Menurut Husein (1998) antitusif yang selalu digunakan merupakan opioid dan

derivatnya termasuk morfin, kodein, dekstrometorfan, dan fokodin. Kebanyakannya

berpotensi untuk menghasilkan efek samping termasuk depresi serebral dan

pernafasan. Juga terdapat penyalahgunaan.

2.6.3.1. Dekstrometorfan

Menurut Dewoto (2008) dekstrometorfan atau

D-3-metoksin-N-metilmorfinan tidak berefek analgetik atau bersifat aditif. Zat ini meningkatkan nilai

ambang rangsang refleks batuk secara sentral dan kekuatannya kira-kira sama dengan

kodein. Berbeda dengan kodein, zat ini jarang menimbulkan mengantuk atau

gangguan saluran pencernaan. Dalam dosis terapi dekstrometorfan tidak menghambat

aktivitas silia bronkus dan efek antitusifnya bertahan 5-6 jam. Toksisitas zat ini

rendah sekali, tetapi dosis sangat tinggi mungkin menimbulkan depresi pernafasan.

Dekstrometorfan tersedia dalam bentuk tablet 10mg dan sebagai sirup dengan kadar

10 mg dan 15 mg/5mL. dosis dewasa 10-30 mg diberikan 3-4 kali sehari.

Dekstrometorfan sering dipakai bersama antihistamin, dekongestan, dan ekspektoran

dalam produk kombinasi (Corelli, 2007).

2.6.3.2. Kodein

Menurut Corelli (2007) kodein bertindak secara sentral dengan

meningkatkan nilai ambang batuk. Dalam dosis yang diperlukan untuk menekan

batuk, efek aditif adalah rendah. Banyak kodein yang mengandung kombinasi

antitusif diklasifikasikan sebagai narkotik dan jualan kodein sebagai obat bebas

dilarang di beberapa negara. Bagaimanapun menurut Jusuf (1991) kodein merupakan

obat batuk golongan narkotik yang paling banyak digunakan. Dosis bagi dewasa

(26)

efek samping adalah mual, muntah, konstipasi, palpasi, pruritus, rasa mengantuk,

hiperhidrosis, dan agitasi (Jusuf, 1991).

2.7. Penjagaan dan Pengobatan Sendiri

Menurut Notoadmodjo (2007) masyarakat atau anggota masyarakat yang

mendapat penyakit, dan tidak merasakan sakit sudah tentu tidak akan bertindak

apa-apa terhadap penyakit tersebut. Tetapi bila mereka diserang penyakit dan juga

merasakan sakit, maka baru akan timbul berbagai macam perilaku dan usaha.

Respons seseorang bila sakit adalah sebagai berikut :

1. Tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apa-apa.

2. Mengobati sendiri.

3. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional.

4. Mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-warung obat dan

sejenisnya, termasuk ke tukang-tukang jamu.

5. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern yang diadakan

oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta, yang dikategorikan

ke dalam balai pengobatan, puskesmas, dan rumah sakit.

6. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan

oleh dokter praktik.

Berdasarkan situs resmi KKM konsep kesehatan telah meluas termasuk bebas

dari penyakit, prevensi, dan efek dari lingkungan. Hak sebagai pasien dan konsumer

kesehatan memberikan mereka lebih banyak pilihan, informasi, dan kemahairan.

Tanggungjawab merupakan sebagian dari penjagaan kesehatan yang seharusnya tidak

(27)

Menurut KKM, terdapat 3 tujuan utama dalam menggalakkan penjagaan

kesehatan sendiri yaitu :

1. Untuk meningkatkan kualitas hidup individu dengan cara hidup sehat dan

memaksimalkan potensi mereka dalam kesehatan.

2. Untuk membantu individu dalam menghadapi penyakit kronis dan berhadapan

dengan masalah minor.

3. Untuk membantu individu dalam mencari bantuan dan optimalisasi dalam

penggunaan fasilitas penjagaan kesehatan.

2.7.1. Penjagaan Sendiri (Self-care)

Penjagaan sendiri didefinisikan sebagai aktivitas kesehatan non-formal yang

teratur dan membuat keputusan yang terkait dengan kesehatan termasuk pengobatan

sendiri, penatalaksanaan sendiri, dan bantuan pertama dalam kontekstual sosial

normal di dalam kehidupan seharian.

Antara penjagaan sendiri untuk pencegahan batuk yang dianjurkan dalam situs

resmi KKM adalah :

1. Tidak merokok.

2. Minum air yang banyak.

3. Cough drops.

4. Menjauhi dari penyebab batuk seperti etiologi abu dan asap rokok.

5. Meninggikan kepala dengan menggunakan bantal tambahan pada waktu

malam untuk mengurangkan batuk kering.

2.7.2. Pengobatan Sendiri (Self-medication)

Pengobatan sendiri merupakan salah satu dari penjagaan sendiri yang

bermaksud pemilihan dan penggunaan obat oleh individu untuk mengobati simptom

(28)

BAB 3

KERANGAKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka kerangka konsep dalam penelitian ini

adalah :

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah kemampuan responden dalam menjawab pertanyaan yang

terkait dengan obat batuk yaitu tentang variasi obat batuk, fungsi setiap jenis obat

batuk, pemilihan obat batuk sesuai dengan jenis batuk, dan efek samping obat batuk.

Selain itu, untuk mengetahui sumber informasi masyarakat tentang obat batuk.

Cara ukurnya adalah dengan menggunakan kuesioner. Setiap jawaban benar

diberi skor = 2, jawaban salah diberi skor = 1, dan jawaban tidak tahu diberi skor = 0.

Alat ukur yang telah digunakan adalah dengan menggunakan kuesioner berupa

formulir isian (Imron, 2010). Kuesioner yang berisi pertanyaan tentang pengetahuan

obat batuk diajukan secara tertulis kepada responden.

Gambaran pengetahuan tentang obat batuk.

• Variasi obat batuk

• Fungsi setiap jenis obat batuk

• Pemilihan obat batuk sesuai dengan jenis batuk

• Efek samping obat batuk

(29)

Hasil ukur adalah berdasarkan jumlah skor yang telah diperoleh. Skor

maksimum dari kuesioner pertanyaan pengetahuan ini adalah sebanyak 33. Maka,

ukuran tingkat pengetahuan responden seperti berikut:

1. Tingkat pengetahuan baik, apabila skor yang diperoleh responden lebih

besar dari 75% dari skor maksimum yaitu dengan skor 25-33.

2. Tingkat pengetahuan sedang, apabila skor yang diperoleh responden sebesar

50-75% dari skor maksimum, yaitu dengan skor 17-24.

3. Tingkat pengetahuan kurang, apabila skor yang diperoleh responden lebih

kecil dari 50% dari skor maksimum, yaitu dengan skor 0-16.

(30)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif untuk mengetahui gambaran

pengetahuan masyarakat tentang obat batuk. Desain penelitian yang telah digunakan

adalah desain cross-sectional study yaitu pengukuran masyarakat tentang obat batuk

dilakukan pada satu saat tertentu.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dari bulan Febuari sampai dengan Desember 2010,

sedangkan pengumpulan data telah dilakukan selama dua bulan yaitu dimulai bulan

Juli 2010 sampai dengan bulan Agustus 2010.

4.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Seksyen 3, Bandar Baru Bangi, Selangor,

Malaysia. Pemilihan lokasi ini dilakukan karena berhampiran dengan kawasan

perindustrian, maka ramai masyarakatnya terpajan dengan kasus batuk. Selain itu,

belum pernah dilakukan penelitian tentang gambaran pengetahuan masyarakat

tentang obat batuk di kawasan tersebut.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Seksyen 3, Bandar Baru

(31)

4.3.2. Sampel

Sampel yang telah digunakan untuk penelitian ini adalah sebagian dari

masyarakat Seksyen 3, Bandar Baru Bangi, Selangor, Malaysia yang pernah

menggunakan obat batuk.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan purposive

sampling, yaitu peneliti memilih responden berdasarkan pertimbangan subyektifnya, bahwa responden tersebut dapat memberikan informasi yang memadai untuk

menjawab pertanyaan penelitian (Sastroasmoro, 2008). Maka, sebagai faktor inklusi,

peneliti telah memilih responden yang tinggal di Seksyen 3, Bandar Baru Bangi,

Selangor, Malaysia, responden yang pernah mengambil obat batuk atau yang pernah

mempunyai pengalaman membeli obat batuk. Sebagai faktor eksklusi pula, peneliti

tidak memilih responden yang mempunyai hambatan mental dan psikologis. Dengan

demikian, sampel tersebut representatif untuk populasi yang sedang diteliti.

Berdasarkan survei awal, didapatkan populasi masyarakat Seksyen 3, Bandar

Baru Bangi, Selangor, Malaysia kira-kira sebanyak 5300 orang. Untuk menentukan

besar sampelnya dapat digunakan rumus perhitungan besar sampel untuk penelitian

estimasi data proporsi untuk populasi finit atau terbatas (Wahyuni, 2007):

n = (N)(Z21-α/2)(p)(1-p)

(N-1)d2 + (Z21-α/2)(p)(1-p)

Keterangan: n = besar sampel minimum

N = jumlah di populasi

= 5300

Z21-α/2= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu

= 1,96 pada α=5%

p = harga proporsi di populasi

= 0,5

d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir

(32)

Maka, n = (5300)(1,96)2(0,5)(0,5)

(5300-1)0,12 + (1,96)2(0,5)(0,5)

= 94,35 ≈ 95

Maka, dari perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut besar sampel

minimum adalah 95 orang atau yang lebih akurat adalah 100 orang. Maka, anggota

populasi yang terkena sampel adalah masyarakat Seksyen 3, Bandar Baru Bangi,

Selangor, Malaysia yang pernah mengambil obat batuk sampai mencapai jumlah 100

anggota sampel.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Mengumpulkan data primer, yaitu data yang diambil langsung dari responden.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode angket dengan menggunakan instrumen

kuesioner. Kuesioner tersebut sebelumnya, akan diuji validitas dan reliabilitas.

Mengumpulkan data sekunder yaitu studi kepustakaan (literature).

4.4.1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk menguji kuesioner yang digunakan benar-benar

menyatakan hasil pengukuran yang ingin diukur dan bisa menggambarkan tujuan dari

penelitian tersebut. Validitas diuji dengan menggunakan teknik korelasi ‘product

moment’ dengan menggunakan rumus:

R = N(∑XY) – (∑X∑Y)

√[N∑X2 – (∑X)2] . [N∑Y2 . (∑Y)2]

Keterangan: R = koefisien korelasi product moment

X = skor setiap pertanyaan / item

Y = skor total

(33)

4.4.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas pula dilakukan untuk menguji kuesioner yang digunakan

benar-benar memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran relatif konsisten

dari waktu ke waktu. Misalnya, kuesioner tersebut dapat digunakan berulangkali pada

obyek yang sama dan memberikan hasil yang sama dan konsisten. Uji reliabilitas

hanya dilakukan apabila seluruh butir pertanyaan telah valid. Reliabilitas diuji dengan

menggunakan rumus koefisien reliabilitas alpha :

r11 = k 1 - ∑σb2

(k-1) σt2

Keterangan : r11 = reliabilitas instrument

k = jumlah butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑σb2 = jumlah varians butir

σt2 = varians total

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Data dari setiap responden akan dimasukkan ke dalam komputer oleh peneliti,

dengan bantuan SPSS 12 (Statistical Package for the Social Sciences). Kemudian,

data diolah dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu analisis frekuensi.

(34)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Bandar Baru Bangi terletak di dalam daerah Hulu Langat dan di bawah

pentadbiran Majlis Perbandaran Kajang (MPKJ). Kawasan ini dikelilingi oleh Sungai

Ramal di utara, Bangi Lama di selatan, Semenyih di timur dan Putrajaya di sebelah

barat. Bandar yang paling hampir ialah Kajang di timur laut yang berjarak 6 km,

Putrajaya yang berjarak 15 km serta Kuala Lumpur yang berjarak 25 km dari bandar

ini.

Jumlah penduduk Bandar Baru Bangi adalah sebanyak 60.000 orang dengan

jangkaan penduduk 110.268 orang pada tahun 2020. Seksyen 3, Bandar Baru Bangi

merupakan salah satu dari 16 seksyen yang terdapat di Bandar Baru Bangi, Selangor,

Malaysia.

Salah satu fungsi kawasan petempatan di Bandar Baru Bangi adalah sebagai

kawasan perindustrian buktinya terdapat Zon Kawasan Perindustrian dan Kawasan

Perindustrian Selaman. Seksyen 3, Bandar Baru Bangi dipilih sebagai lokasi

penelitian karena berdekatan dengan Kawasan Perindustrian Selaman dan dengan

asumsi bahwa ramai masyarakatnya terpajan dengan kasus batuk dan

sekurang-kurangnya pernah mempunyai pengalaman membeli obat batuk. Bandar Baru Bangi

juga terkenal dengan gelaran Bandar Ilmu karena terdapat banyak institusi pendidikan

di bandar tersebut.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang yang terdiri dari

masyarakat Seksyen 3, Bandar Baru Bangi, Selangor, Malaysia yang pernah

(35)

batuk. Karakteristik masyarakat dapat dibagi menurut jenis kelamin, tingkat

[image:35.612.109.533.215.430.2]

pendidikan dan penghasilan.

Tabel 5.1. Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan, dan

Penghasilan di Seksyen 3, Bandar Baru Bangi, Selangor, Malaysia

Karakteristik Frekuensi (n) Persen (%)

Jenis kelamin

Laki-laki 50 50

Perempuan 50 50

Jumlah 100 100

Tingkat pendidikan

SPM 20 20

Diploma 41 41

Ijazah 36 36

Master 3 3

Jumlah 100 100

Tingkat Penghasilan

<RM1500 55 55

RM1500 - RM3000 19 19

>RM3000 26 26

Jumlah 100 100

Berdasarkan Tabel 5.1 di atas, diketahui bahwa laki-laki dan perempuan adalah

sama banyak dalam penelitian ini yaitu seramai 50 orang laki-laki dan 50 orang

perempuan.

Responden dibagi atas 4 tingkat pendidikan yaitu lulusan SPM, lulusan

Diploma, lulusan Ijazah, dan lulusan Master. Berdasarkan Tabel 5.1 di atas, diketahui

bahwa pendidikan responden yang paling banyak adalah lulusan Diploma sebanyak

41 orang (41%) sedangkan tingkat pendidikan responden yang paling sedikit adalah

lulusan Master yaitu sebanyak 3 orang (3%).

Berdasarkan Tabel 5.1 di atas, diketahui bahwa sebagian besar penghasilan

responden adalah kurang daripada RM1500 dengan jumlah seramai 55 orang (55%)

dan penghasilan responden yang paling sedikit adalah RM1500 - RM3000 yaitu

(36)

5.1.3. Pengetahuan Masyarakat tentang Obat Batuk

Tingkat pengetahuan masyarakat tentang obat batuk berdasarkan jenis kelamin,

[image:36.612.141.499.237.478.2]

pendidikan dan penghasilan didapatkan seperti tabel di bawah.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Obat Batuk

Berdasarkan Jenis Kelamin, Pendidikan dan Penghasilan

Karakteristik

Tingkat pengetahuan

Jumlah

Kurang Sedang Baik

Jenis kelamin

Laki-laki 34 10 6 50

Perempuan 36 11 3 50

Jumlah 70 21 9 100

Tingkat pendidikan

SPM 12 5 3 20

Diploma 31 8 2 41

Ijazah 25 8 3 36

Master 2 0 1 3

Jumlah 70 21 9 100

Tingkat penghasilan

<RM1500 42 10 3 55

RM1500-RM3000 10 7 2 19

>RM3000 18 4 4 26

Jumlah 70 21 9 100

Berdasarkan Tabel 5.2 di atas, apabila dibagikan mengikut jenis kelamin,

lebih banyak perempuan mempunyai tingkat pengetahuan kurang yaitu seramai 36

orang berbanding laki-laki sebanyak 34 orang. Namun, laki-laki mempunyai lebih

ramai tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 6 orang berbanding perempuan

sebanyak 3 orang sahaja.

Berdasarkan tingkat pendidikan, semua tingkat pendidikan sama ada lulusan

SPM, Diploma, Ijazah atau Master paling banyak mempunyai tingkat pengetahuan

(37)

Berdasarkan tingkat penghasilan, semua tingkat penghasilan sama ada

<RM1500, RM1500-RM3000 dan >RM3000 paling banyak mempunyai tingkat

pengetahuan kurang yaitu masing-masing sebanyak 42, 10 dan 18 orang.

Pengetahuan masyarakat tentang obat batuk dinilai berdasarkan pertanyaan

yang mencakup pengetahuan tentang variasi obat batuk, fungsi setiap jenis obat

batuk, pemilihan obat batuk sesuai dengan jenis batuk, dan efek samping obat batuk.

Responden ditanyakan adakah analgesik, antibiotik, antitusif, ekspektoran,

dan mukolitik merupakan salah satu dari variasi obat batuk. Kemudian, responden

ditanyakan lagi fungsi dari setiap jenis obat batuk antitusif, ekspektoran dan

mukolitik. Seterusnya, responden ditanyakan tentang jenis obat batuk yang sesuai

digunakan untuk jenis batuk yang berdahak dan tidak berdahak. Terakhir tentang

pengetahuan, responden ditanyakan adakah semua jenis obat batuk menyebabkan

(38)
[image:38.612.116.527.157.480.2]

Tabel 5.3. Penyataan tentang Pengetahuan Masyarakat tentang Obat Batuk di

Seksyen 3, Bandar Baru Bangi, Selangor, Malaysia

Item Nomor soal

Pengetahuan

Benar Salah Tidak tahu

(n) (%) (n) (%) (n) (%)

Variasi obat batuk

1 Bukan Analgesik 46 46 11 11 43 43 2 Bukan

Antibiotik 76 76 14 14 10 10 3 Antitusif 33 33 11 11 56 56 4 Ekspektoran 52 52 2 2 46 46 5 Mukolitik 32 32 4 4 64 64 Fungsi

setiap jenis obat batuk

6 Antitusif 28 28 24 24 48 48 7 Ekspektoran 16 16 28 28 56 56 8 Mukolitik 18 18 17 17 65 65 Pemilihan

obat batuk sesuai dengan jenis

batuk

9 Batuk berdahak 35 35 19 19 46 46 10 Batuk tidak

berdahak 25 25 21 21 54 54

Efek samping obat batuk

11 Bukan semua obat batuk menyebabkan mengantuk

52 52 44 44 4 4

12 Bukan semua obat batuk menyebabkan ketagihan

60 60 24 24 16 16

Berdasarkan Tabel 5.3 di atas, dapat dilihat bahwa pengetahuan masyarakat

yang paling baik adalah mengenai variasi obat batuk, yaitu masyarakat mengetahui

bahwa antibiotik bukanlah merupakan salah satu dari obat batuk yaitu sebanyak 76

orang (76%) menjawab dengan benar. Sedangkan pengetahuan masyarakat yang

paling kurang adalah mengenai fungsi jenis obat batuk ekspektoran yaitu hanya

sebanyak 16 orang (16%) yang menjawab dengan benar.

Kebanyakan masyarakat tidak mengetahui fungsi obat mukolitik yaitu seramai

65 orang (65%) menjawab tidak tahu tentang fungsi obat mukolitik. Selain itu,

(39)

obat batuk yaitu seramai 64 orang (64%) menjawab tidak tahu mengenai mukolitik

merupakan salah satu dari variasi obat batuk.

5.1.3.1. Pengetahuan Masyarakat tentang Variasi Obat Batuk

Mayoritas masyarakat (76%) mengetahui bahwa antibiotik bukanlah salah

satu dari variasi obat batuk manakala sangat sedikit sekali yang mengetahui bahwa

muko litik dan antitusif termasuk dalam variasi obat batuk masing-masing sebanyak

32% dan 33% masyarakat yang mengetahuinya. Antara ketiga obat batuk yang

dibahaskan yaitu antitusif, ekspektoran dan mukolitik, ekspektoran merupakan obat

batuk yang paling banyak (52%) diketahui masyarakat. Selain itu, masih banyak

masyarakat yang tidak tahu bahwa mukolitik dan antitusif merupakan salah satu dari

variasi obat batuk masing-masing sebanyak 64% dan 56% masyarakat yang

menjawab tidak tahu.

5.1.3.2. Pengetahuan Masyarakat tentang Fungsi Obat Batuk

Pengetahuan masyarakat tentang fungsi obat batuk kebanyakannya adalah

tidak tahu sama ada tentang fungsi obat batuk antitusif, ekspektoran atau mukolitik.

Mukolitik merupakan obat batuk yang paling banyak tidak diketahui fungsinya oleh

masyarakat yaitu sebanyak 65% masyarakat menjawab tidak tahu tentang fungsinya

diikuti dengan ekspektoran (56%) dan antitusif (48%).

5.1.3.3. Pengetahuan Masyarakat tentang Pemilihan Jenis Obat Batuk

Masyarakat lebih mengetahui tentang pemilihan jenis obat batuk untuk batuk

yang berdahak (35%) berbanding dengan batuk yang tidak berdahak (25%).

Walaupun begitu, kebanyakan masyarakat masih tidak tahu tentang pemilihan obat

batuk yang sesuai dengan jenis batuk sama ada untuk batuk yang berdahak atau batuk

tidak berdahak dengan masing-masing sebanyak 54% dan 46% masyarakat yang

(40)

5.1.3.4. Pengetahuan Masyarakat tentang Efek Samping Obat Batuk

Masyarakat lebih mengetahui tentang efek samping obat batuk yaitu

ketagihan (60%) tidak akan timbul pada semua pasien yang mengambil obat batuk

[image:40.612.106.535.258.327.2]

berbanding efek samping mengantuk (52%).

Tabel 5.4. Gambaran Pengetahuan Masyarakat tentang Obat Batuk di Seksyen 3,

Bandar Baru Bangi, Selangor, Malaysia

Pengetahuan (n) (%)

Baik 9 9

Sedang 21 21

Kurang 70 70

Jumlah 100 100

Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang

obat batuk sebagian besar berpengetahuan kurang dengan jumlah responden 70 orang

(70%) dan bagian terkecil adalah responden yang berpengetahuan baik berjumlah 9

orang (9%).

5.1.4. Sumber Informasi Masyarakat tentang Obat Batuk

Berdasarkan Tabel 5.5 di bawah, terdapat 69 orang responden (69%)

menyatakan pernah mendengar informasi tentang obat batuk manakala 31 orang

responden (31%) tidak pernah mendengar sebarang informasi tentang obat batuk.

Tabel 5.5. Jumlah Responden yang Pernah Mendengar Informasi tentang Obat Batuk

Pernah mendengar informasi

tentang obat batuk Frekuensi Persen (%)

Pernah 69 69

Tidak pernah 31 31

Jumlah 100 100

Berdasarkan Tabel 5.6 di bawah, dari 69 orang responden yang pernah

[image:40.612.106.532.575.640.2]
(41)

bahwa sumber informasi mereka mengenai obat batuk berasal dari dokter (79,71%)

dan sebagian kecil menyatakan bahwa sumber informasinya berasal dari tabib cina

(4,35%). Lain-lain sumber informasi masyarakat tentang obat batuk yang dinyatakan

[image:41.612.108.531.234.368.2]

responden termasuk sumber dari internet dan apoteker (10,14%).

Tabel 5.6. Sumber Informasi Masyarakat tentang Obat Batuk

Sumber Informasi

Ya Tidak Jumlah

(n) (%) (n) (%) (n) (%)

Dokter 55 79,71 14 20,29 69 100 Tabib cina 3 4,35 66 95,65 69 100 Keluarga 37 53,62 32 46,38 69 100 Rakan 27 39,13 42 60,87 69 100 Televisyen 25 36,23 44 63,77 69 100 Surat khabar 27 39,13 42 60,87 69 100 Majalah 35 50,72 34 49,28 69 100 Lain-lain 7 10,14 62 89,86 69 100

5.2. Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada masyarakat di Seksyen 3,

Bandar Baru Bangi, Selangor, Malaysia tahun 2010, diperoleh data yang merupakan

keadaan nyata dengan cara menyebarkan kuesioner kepada 100 orang responden.

Data tersebut dijadikan ukuran dalam melakukan pembahasan dan sebagai hasil akhir

dapat dijabarkan sebagai berikut:

5.2.1. Gambaran Pengetahuan Masyarakat tentang Obat Batuk

Pada Tabel 5.4 dapat diamati bahwa pengetahuan masyarakat tentang obat

batuk sebagian besar berpengetahuan kurang sebanyak 70 orang (70%). Mayoritas

masyarakat berpengetahuan kurang tentang obat batuk karena menganggap simptom

batuk merupakan suatu simptom yang ringan dan bisa hilang sendiri tanpa

(42)

Berdasarkan Tabel 5.5 pula, mayoritas masyarakat yaitu sebanyak 69%

masyarakat pernah mendengar informasi tentang obat batuk manakala hanya 31%

saja yang tidak pernah mendengar informasi tentang obat batuk.

Hal ini jelas menunjukkan bahwa walaupun sudah banyak masyarakat yang

menyatakan pernah mendapat informasi tentang obat batuk, tapi masih banyak yang

mempunyai tingkat pengetahuan yang rendah tentang obat batuk. Ini menunjukka n

berkemungkinan terdapat masalah dalam komunikasi antara dokter dan masyarakat

karena mayoritas masyarakat menyatakan dokter sebagai sumber informasi mereka.

Selain itu, mungkin juga terdapat kesalahpahaman oleh masyarakat walaupun telah

disampaikan informasi yang baik dan benar kepada masyarakat oleh dokter.

5.2.1.1. Pengetahuan Masyarakat tentang Variasi Obat Batuk

Pengetahuan masyarakat paling tinggi tentang variasi obat batuk mengenai

antibiotik bukan merupakan salah satu dari variasi obat batuk sebanyak 75%

menjawab benar. Hal ini karena masyarakat mungkin sudah mengetahui bahwa

antibiotik itu spesifiknya hanya digunakan apabila demam atau lebih tepat jika

dikatakan antibiotik hanya akan diberikan apabila mendapat infeksi bakteri.

Melainkan, obat batuk hanya akan diberikan kepada orang yang demam apabila

batuknya disebabkan oleh infeksi. Tetapi, obat batuk tersebut diberikan untuk gejala

batuknya, bukanlah untuk demamnya.

5.2.1.2. Pengetahuan Masyarakat tentang Fungsi Obat Batuk

Mayoritas masyarakat tidak tahu tentang fungsi obat batuk terutamanya

fungsi antimukolitik dengan sebanyak 65% masyarakat menjawab tidak tahu

tentangnya. Hal ini mungkin karena pendedahan tentang fungsi obat batuk ini tidak

(43)

5.2.1.3. Pengetahuan Masyarakat tentang Pemilihan Jenis Obat Batuk

Hanya 35% masyarakat yang menjawab dengan benar tentang pemilihan

jenis obat batuk untuk batuk yang bardahak dan 25% untuk batuk yang tidak

berdahak. Selebihnya, masih tidak tahu tentang pemilihan obat batuk karena

masyarakat berfikir bahwa semua jenis obat batuk itu adalah sama dan bisa

digunakan untuk semua jenis batuk yang dialami.

5.2.1.4. Pengetahuan Masyarakat tentang Efek Samping Obat Batuk

Kebanyakan masyarakat sudah mengetahui tentang efek samping obat batuk

sama ada efek samping ketagihan (60%) atau mengantuk (52%). Hal ini karena

tindakan kebanyakan masyarakat di bandar ini membaca label obat sebelum

meminumnya.

5.2.2 Sumber Informasi Masyarakat tentang Obat Batuk

Mayoritas masyarakat menyatakan dokter merupakan sumber informasi utama

dalam mendapatkan informasi tentang obat batuk karena masyarakat di sini

mempunyai kesadaran tentang kesehatan yang tinggi dan sering bertemu dengan

dokter untuk mendapatkan informasi. Selain itu, terdapat sebuah klinik kesihatan

daerah serta banyak klinik kecil swasta di sekitar Bandar Baru Bangi, maka lebih

mudah pelayanan kesehatan serta informasi kesehatan bisa didapatkan masyarakat di

sini.

Informasi dari tabib cina merupakan sumber informasi yang paling sedikit yaitu

sebanyak 3% karena Bandar Baru Bangi terkenal dengan gelaran Bandar Ilmu. Jadi,

masyarakatnya lebih percaya kepada sumber informasi yang bisa diandalkan seperti

dokter dan bukan dari tabib cina. Selain itu, tidak banyak toko-toko obat cina yang

didapati di Bandar Baru Bangi.

Lain-lain sumber informasi yang dinyatakan oleh responden termasuklah dari

internet dan apoteker. Ini dapat dibuktikan dari laman situs rasmi PhAMA

(44)

menggunakan internet dalam periode 12 bulan, akan melayari situs yang berkaitan

(45)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dalam perbahasan, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

masyarakat berpengetahuan kurang sebanyak 70 orang (70%), sebanyak 21 orang

(21%) berpengetahuan sedang dan sebagian kecil berpengetahuan baik yaitu

sebanyak 9 orang (9%).

Pengetahuan tentang obat batuk yang diteliti dalam penelitian ini adalah seperti

berikut. Pengetahuan tentang:

1. Variasi obat batuk mendapatkan mayoritas masyarakat (76%) mengetahui

bahwa antibiotik bukan salah satu dari variasi obat batuk. Antara ketiga obat

batuk yang dibahaskan yaitu antitusif, ekspektoran dan mukolitik, ekspektoran

merupakan obat batuk yang paling banyak (52%) diketahui masyarakat.

2. Fungsi obat batuk mendapatkan kebanyakan masyarakat menyatakan tidak

tahu sama ada tentang fungsi obat batuk mukolitik (65%), ekspektoran (56%)

atau antitusif (48%).

3. Pemilihan obat batuk yang sesuai dengan jenis batuk mendapatkan

kebanyakan masyarakat masih tidak tahu tentang pemilihan obat batuk sama

ada untuk batuk yang berdahak (54%) atau batuk tidak berdahak (46%).

4. Efek samping obat batuk mendapatkan kebanyakan masyarakat menjawab

dengan benar bahwa bukan semua obat batuk akan menyebabkan mengantuk

(60%) dan ketagihan (52%).

Mayoritas masyarakat yaitu sebanyak 69% masyarakat pernah mendengar

informasi tentang obat batuk manakala hanya 31% saja yang tidak pernah mendengar

informasi tentang obat batuk. Dari 69% masyarakat tersebut, mayoritas masyarakat

(46)

mendapatkan informasi tentang obat batuk manakala paling sedikit masyarakat

(4,35%) menyatakan tabib cina merupakan sumber informasi tentang obat batuk.

6.2. Saran

6.2.1. Saran bagi masyarakat

Mendapatkan informasi tentang obat batuk yang benar dari sumber yang bisa

diandalkan supaya kesehatan tubuh dapat dijaga dengan lebih baik.

6.2.2 Saran bagi peneliti

Pada masa yang akan datang dapat dilakukan penelitian di beberapa lokasi lain

dan melakukan perbandingan gambaran pengetahuan masyarakat tentang obat batuk

di satu tempat dengan tempat yang lain. Selain itu, bisa juga dilakukan penelitian

tentang perilaku masyarakat terhadap gejala batuk dan obat batuk yang terdiri dari

pengetahuan, sikap dan tindakan.

6.2.3. Saran bagi petugas kesehatan

Menyampaikan informasi yang benar tentang obat batuk kepada masyarakat

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Beers, M. H., Fletcher, A. J., Jones, T. V., Porter, R., 2003. The Merck Manual of Medical Information. 2nd ed. New York : Pocket Books.

Brignall, K., Jayaraman, B., Birring, S. S., 2008. Quality of Life and Psychosocial Aspects of Cough, Department of Respiratory Medicine King’s College Hospital

London. Available from :

28 April 2010]

Corelli, R. L., 2007. Therapeutic & Toxic Potential of Over-the-Counter Agents. In : Katzung, B. G., Basic and Clinical Pharmacology. 10th ed. USA : McGraw Hill, 1045-1046.

Dahlan, S. M., 2008. Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan. 1st ed. Jakarta: Sagung Seto.

Dewoto, H. R., 2008. Analgesik Opioid dan Antagonis. In: Gunawan, S. G., Setiabudy, R. Z., Nafrialdi, Farmakoogi dan Terapi. 5th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 228-229.

Digpinigaitis, P., V., 2009. Acute Cough: A Diagnostic and Therapeutic Challenge,

USA. Available from:

March 2010]

Estuningtyas, A., Arif, A., 2008. Obat Lokal. In: Gunawan, S. G., Setiabudy, R., Nafrialdi, Farmakologi dan Terapi. 5th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 531-532.

Haque, R. A., Chung, K. F., 2005. Cough: Meeting The Needs of A Growing Field,

London. Available from:

[Accessed 8 March 2010]

Husein, H., 1998. Prescribing for Cough: The Use of Antitussive and Expectorants. Dalam: Riyanto, S., 2009. Folia Medica Indonesiana. Fakultas Kedokteran Iniversitas Airlangga: 34.

(48)

Jusuf, A., Arief, N., 1991. Pendekatan Terpeutik Pada batuk Kronis dan Batuk Darah. Dalam: Kurniawan, A. N., Ismid, I. S., Jusuf, A.. 1991. Batuk Kronik dan Batuk Darah. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta: 17-29.

Kementerian Kesihatan Malaysia, 2007. Medicines for Cough. Perbadanan Putrajaya:

Kementerian Kesihatan Malaysia. Available from:

Majlis Perbandaran Kajang, 2010. Taburan Penduduk. Kajang: Laman Web rasmi

Majlis Perbandaran Kajang. Available from:

[Accessed 28 October 2010]

Martin, E. A., 2007. Oxford Concise Medical Dictionary. 7th ed. New York: Oxford University Press.

McGowan, P., Jeffries, A., Turley, A., 2006. Crash Course: Respiratory System. 2nd ed. United Kingdom: Mosby.

Notoadmodjo, S., 2007. Konsep Perilaku & Perilaku Kesehatan. In: Notoadmodjo, S. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. 1st ed. Jakarta: Rineka Cipta, 133-151.

Pharmaceutical Association of Malaysia, 2010. Self-Medication. Petaling Jaya: Pharmaceutical Association of Malaysia. Available from:

[Accessed 26 October 2010]

Sastroasmoro, S., Ismael, S., 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. 3rd ed. Jakarta: Sagung Seto.

Wahyuni, A. S., 2007. Statistika Kedokteran. Jakarta Timur: Baboedoea Communication.

Weinberger, S. E., 2005. Cough and Hemoptysis. In: Kasper, D. L., Braunwald, E., Fauci, A. S., Hauser, S. L., Longo, D. L., Jameson, J. L., Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th ed. USA: McGraw Hill, 205-206.

Wong, W. C. W., et al. 2006. Effectiveness of a Chinese Herbal Medicine Preparartion In the Treatment of Cough In Uncomplicated Upper Respiratory Tract Infection: A Randomized Double-Blinded Placebo-Control Trial, China.

Available from: [Accessed 28

(49)

LAMPIRAN I

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sarah bt Paat

Tempat / Tanggal Lahir : Malaysia / 31 Januari 1988

Agama : Islam

Alamat : No. 29, Jalan 4/9 C, 43650 Bandar Baru Bangi,

Selangor, Malaysia.

Riwayat pendidikan : 1. Sekolah Kebangsaan Jalan 3, Bandar Baru Bangi, Selangor.

2. MRSM Mersing, Johor.

3. MRSM Langkawi, Kedah.

4. Kolej Matrikulasi Johor, Tangkak, Johor.

Riwayat Pelatihan : Program Bakti Sosial Sunatan Masal, PM USU 2009 dan 2010.

Riwayat Organisasi : Ahli Persatuan Mahasiswa USU (PMUSU).

: Ahli Pertubuhan Kebangsaan Pelajar-Pelajar Malaysia di Indonesia Cawangan Medan (PKPMI).

: Bendahari Biro MESS, PKPMI 2009/2010.

(50)

LAMPIRAN II

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Kepada: Responden Kajian

Penduduk Seksyen 3, Bandar Baru Bangi.

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Sarah bt Paat

NIM : 070100436

Alamat : No. 29, Jalan 4/9 C, 43650 Bandar Baru Bangi, Selangor.

Merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,

Medan, Indonesia yang sedang melakukan kajian tentang ‘Gambaran Pengetahuan

Masyarakat tentang Obat batuk di Seksyen 3, Bandar Baru Bangi, Selangor,

Malaysia, Tahun 2010’.

Kajian ini tidak menimbulkan kesan dan akibat yang merugikan bagi saudara/i

sebagai responden, semua informasi yang diberikan akan dijaga kerahasiaannya dan

hanya digunakaan untuk kepentingan kajian. Jika saudara/i tidak bersedia untuk

menjadi responden, maka tidak akan ada paksaan bagi saudara/i, serta dibenarkan

untuk mengundurkan diri untuk tidak ikut dalam kajian ini.

Apabila saudara/i bersetuju, maka saya memohon untuk saudara/i

menandatangani persetujuan dan menjawab borang kajian soal selidik yang telah

dilampirkan. Atas perhatian dan kesediaan saudara/i menjadi responden, saya

ucapkan terima kasih.

Medan, Mei 2010.

Pengkaji,

…...

(51)

LAMPIRAN III

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bersedia untuk menjadi

responden kajian yang dilakukan oleh Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara yang bernama Sarah bt Paat, NIM 070100436, dengan kajian bertajuk

‘Gambaran Pengetahuan Masyarakat tentang Ubat Batuk di Bandar Baru Bangi,

Selangor, Malaysia, Tahun 2010’.

Saya mengerti bahawa kajian ini tidak akan berakibat buruk terhadap saya dan

keluarga saya. Semua maklumat yang diberikan akan dijaga kerahsiaannya oleh

pengkaji dan hanya digunakan untuk kepentingan kajian.

Medan, Mei 2010.

Responden,

……….

(52)

LAMPIRAN IV

KUESIONER PENELITIAN

GAMBARAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG UBAT BATUK

DI BANDAR BARU BANGI, SELANGOR, MALAYSIA,

TAHUN 2010

Data peribadi responden

Nama : ………

Umur : …...tahun Jantina : L/P

Alamat rumah : Seksyen ……., Bandar Baru Bangi, Selangor.

Pendidikan terakhir : A. SPM B. Diploma C. Sarjana D. Master

Lain-lain, sila nyatakan:...

Pendapatan bulanan : A < RM 1500 B RM 1500 – RM 3000 C >RM3000

Soalan Pengetahuan

Arahan : Sila bulatkan jawapan yang pada pendapat anda BENAR. Pilih SATU

sahaja jawapan.

1. Adakah analgesik merupakan salah satu daripada ubat batuk?

A. Ya B. Tidak C. Tidak tahu

2. Adakah antibiotik merupakan salah satu daripada ubat batuk?

A. Ya B. Tidak C. Tidak tahu

3. Adakah antitusif merupakan salah satu daripada ubat batuk?

A. Ya B. Tidak C. Tidak tahu

4. Adakah ekspektoran merupakan salah satu daripada ubat batuk?

(53)

5. Adakah mukolitik merupakan salah satu daripada ubat batuk?

A. Ya B. Tidak C. Tidak tahu

6. Apakah kegunaan ubat antitusif?

A. Mencairkan dahak dan seterusnya mengeluarkan dahak

B. Menghentikan batuk

C. Merangsang mengeluarkan dahak

D. Tidak tahu

7. Apakah kegunaan ubat ekspektoran?

A. Mencairkan dahak dan seterusnya mengeluarkan dahak

B. Menghentikan batuk

C. Merangsang mengeluarkan dahak

D. Tidak tahu

8. Apakah kegunaan ubat mukolitik?

A. Mencairkan dahak dan seterusnya mengeluarkan dahak

B. Menghentikan batuk

C. Merangsang mengeluarkan dahak

D. Tidak tahu

9. Apakah jenis ubat batuk yang digunakan untuk batuk yang berdahak?

(Jawapan boleh lebih dari satu)

A. Analgesik

B. Antibiotik

C. Antitusif

D. Ekspektoran

E. Mukolitik

(54)

10. Apakah jenis ubat batuk yang digunakan untuk batuk yang tidak berdahak?

(Jawapan boleh lebih dari satu)

A. Analgesik

B. Antibiotik

C. Antitusif

D. Ekspektoran

E. Mukolitik

F. Tidak tahu

11. Adakah semua jenis ubat batuk boleh menyebabkan mengantuk?

A. Ya B. Tidak C. Tidak tahu

12. Adakah semua jenis ubat batuk boleh menyebabkan ketagihan?

A. Ya B. Tidak C. Tidak tahu

13. Adakah anda pernah mendengar sebarang maklumat tentang obat batuk?

A. Ya (lanjutkan dengan soalan 14) B. Tidak (soalan tamat)

14. Dari manakah anda mendengar informasi tentang obat batuk tersebut?

(Jawapan boleh lebih dari satu)

A. Dokter B. Tabib cina C. Keluarga D. Rakan

E. Televisyen F. Surat khabar G. Majalah

(55)

LAMPIRAN V

KETERANGAN SKOR BAGI SOAL PENGETAHUAN DALAM KUESIONER

Nomor Soal Pilihan

jawaban Skor Nomor Soal

Pilihan

Jawaban Skor

1.

A 1

8.

A 2

B 2 B 1

C 0 C 1

2.

A 1 D 0

B 2

9.

A 1

C 0 B 1

3.

A 2 C 1

B 1 D 2

C 0 E 2

4.

A 2 F 0

B 1

10.

A 1

C 0 B 1

5.

A 2 C 2

B 1 D 1

C 0 E 1

6.

A 1 F 0

B 2

11.

A 1

C 1 B 2

D 0 C 0

7.

A 1

12.

A 1

B 1 B 2

C 2 C 0

(56)

LAMPIRAN VI

HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Variabel Nomor

pertanyaan

Total Pearson Correlati

Gambar

Tabel 5.1. Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan, dan
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Obat Batuk
Tabel 5.3. Penyataan tentang Pengetahuan Masyarakat tentang Obat Batuk di
Tabel 5.4. Gambaran Pengetahuan Masyarakat tentang Obat Batuk di Seksyen 3,
+2

Referensi

Dokumen terkait

Perusahaan besar lebih mungkin ditanyai tentang motif keterlambatan atas penyampaian laporan karena kerugian investor dan gangguan pasar modal yang lebih tinggi,

Alat yang digunakan dan yang menunjang pelaksanaan penelitian ini adalah thermometer air raksa untuk mengukur suhu perairan, GPS yang digunakan untuk menandai lokasi

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan respon terbaik kontrol PI dengan upaya merancang sistem pengendalian tekanan pada reaktor cstr dengan mentuning nilai

Oleh karena itu berdasarkan latar belakang masalah-masalah tersebut di atas, makaa dianggap perlu membangun suatu aplikasi MPEG Layer (MP3) Stream berbasis Wireless

Obyek dari penelitian ini adalah perlindungan hukum bagi konsumen tehadap penggunaan zat pewarna yang dilarang sebagai bahan tambahan pangan yang berbahaya di Pasar Beringharjo

mahasiswa baru Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Singkawang Jalur Prioritas tahun 2016 sudah berakhir dengan dilaksanakannya seleksi masuk pada

Besarnya sampel Sakernas Februari 2020 (Semester I) sebanyak 7.500 blok sensus (BS) atau 75.000 rumah tangga untuk memperoleh estimasi data hingga tingkat provinsi.. Sementara

Gambar 4.5 menggambarkan bagaimana model kuantifikasi yang dikembangkan pada penelitian ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan mengkuantifikasi total manfaat dari