GAMBARAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG OBAT BATUK DI SEKSYEN 3, BANDAR BARU BANGI, SELANGOR, MALAYSIA
TAHUN 2010
Oleh : SARAH BT PAAT
070100436
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GAMBARAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG OBAT BATUK DI SEKSYEN 3, BANDAR BARU BANGI, SELANGOR, MALAYSIA
TAHUN 2010
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh : SARAH BT PAAT
NIM : 070100436
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Gambaran Pengetahuan Masyarakat tentang Obat Batuk di Seksyen 3, Bandar Baru Bangi, Selangor, Malaysia, Tahun 2010
Nama : Sarah bt Paat
NIM : 070100436
Pembimbing Penguji I
………. ………..………...
(dr. Tri Widyawati, MSi) (dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc, CM-FM)
Penguji II
……….……..
(dr. Johny Marpaung, SpOG)
Dekan
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
...
(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH)
ABSTRAK
Obat batuk merupakan suatu sediaan obat yang banyak dijual bebas dan diiklankan secara meluas. Diketahui, obat batuk tidak bisa disamaratakan penggunaannya untuk semua jenis batuk. Menurut Kementerian Kesihatan Malaysia (2007) pemilihan obat batuk hendaklah disesuaikan penggunaannya dengan jenis batuk sama ada berdahak atau tidak berdahak. Oleh sebab itu, masyarakat perlu mempunyai pengetahuan yang benar mengenai obat batuk.
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat tentang obat batuk di Seksyen 3, Bandar Baru Bangi, Selangor, Malaysia. Selain itu, penelitian ini turut menggali sumber informasi masyarakat tentang obat batuk.
Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross-sectional study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Febuari sampai dengan Desember 2010. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dan didapatkan sebanyak 100 orang responden. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner pengetahuan tentang obat batuk yang berjumlah 14 pertanyaan, termasuk 2 pertanyaan tentang sumber informasi masyarakat tentang obat batuk.
Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat berpengetahuan kurang sebanyak 70 orang (70%), sebanyak 21 orang (21%) berpengetahuan sedang dan sebagian kecil berpengetahuan baik sebanyak 9 orang (9%). Sebanyak 69 orang (69%) pernah mendengar informasi tentang obat batuk dan 55 orang (79,71%) darinya menyatakan dokter merupakan sumber informasi masyarakat tentang obat batuk.
Dari hasil penelitian, masih ramai masyarakat yang mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang tentang obat batuk. Oleh itu, masyarakat, peneliti dan petugas kesehatan perlulah berusaha supaya pengetahuan tentang obat batuk dapat ditingkatkan.
ABSTRACT
Cough medicine is a preparation of drugs that are sold freely and widely advertised. Though unknowingly by the public, cough medicine cannot be generalized its use for all types of cough. Kementerian Kesihatan Malaysia (2007) inform that, drug of choice should suit the specific type of cough. Accordingly, the public needs to have correct knowledge about cough medicine.
The purpose of this research is to know the description of public knowledge about cough medicine in the Section 3, Bandar Baru Bangi, Selangor, Malaysia. In addition, this study helped to know the source of information of the public about cough medicine.
This research method was descriptive with cross-sectional study design. This research was conducted in February through December 2010. Sampling was conducted with a purposive sampling technique and around 100 respondents are being tested. Instrument used in this research is a questionnaire about cough medicine, amounting to 14 questions, including 2 questions about the sources of information of the public about cough medicine.
This research shows that about 70 people (70%) from the public have low level of knowledge, around 21 people (21%) have intermediate knowledge and only a few people around 9 people (9%) have high level of knowledge about cough medicine. Generally, there is around 69 people (69%) have heard the information about cough medicine and 55 people (79,71%) from it informed that the doctors were their source of information about cough medicine.
From the research, there is still a high percentage of public that have low level of knowledge about cough medicine. Accordingly, the public, researcher and health services have to work together to improve the public knowledge about cough medicine.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT karena dengan limpah
dan karunia-Nya, penulisan Karya Tulisan Ilmiah ini dapat diselesaikan dengan judul
‘Gambaran Pengetahuan Masyarakat tentang Obat Batuk di Seksyen 3, Bandar Baru
Bangi, Selangor, Malaysia, Tahun 2010’.
Pada kesempatan ini, saya ingin mengucapkan ribuan terima kasih kepada
dosen pembimbing, dr. Tri Widyawati, MSi yang telah bersedia membimbing dan
meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran sehingga Karya Tulisan Ilmiah ini dapat
diselesaikan.
Pada kesempatan ini juga, saya ingin menyampaikan ribuan terima kasih
kepada staf-staf pengajar Ilmu Kesihatan Komunitas, Universitas Sumatera Utara
yang telah turut memberikan bimbingan dan panduan dalam kegiatan persiapan
Karya Tulisan Ilmiah ini.
Atas keterbatasan waktu, saya akui penulisan Karya Tulisan Ilmiah ini masih
banyak terdapat kekurangan. Untuk itu, saya sangat mengharapkan saran dan kritikan
yang membangun untuk penyempurnaan pada masa akan datang.
Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan keluarga
saya yang telah banyak memberi dorongan dan sokongan moral sewaktu menyiapkan
penulisan Karya Tulisan Ilmiah ini. Akhir kata, kepada semua pihak yang telah turut
membantu dalam penulisan Karya Tulisan Ilmiah ini baik secara langsung maupun
secara tidak langsung, saya ucapkan terima kasih.
Kepala Batas, 13 November 2010
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN ...………... i
ABSTRAK ………... ii
ABSTRACT ………... iii
KATA PENGANTAR .………... iv
DAFTAR ISI ………... v
DAFTAR TABEL ……...………... viii
DAFTAR GAMBAR ……...………... ix
DAFTAR SINGKATAN .………... x
DAFTAR LAMPIRAN ...………... xi
BAB 1 PENDAHULUAN ………. 1
1.1. Latar Belakang…….………. 1
1.2. Rumusan Masalah....………. 2
1.3. Tujuan Penelitian……….. 2
1.4. Manfaat Penelitian………... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ………... 4
2.1. Pengetahuan ………. 4
2.2. Batuk ………. 4
2.3. Etiologi Batuk ………. 4
2.4. Jenis-jenis batuk ………... 5
2.4.1. Batuk Akut………. 5
2.4.2. Batuk Kronis …..………... 5
2.5. Mekanisme Batuk ………... 6
2.6. Jenis-jenis Obat Batuk ………. 6
2.6.1. Mukolitik ………. 7
2.6.1.1. Bromheksin ……….. 7
2.6.1.2. Ambroksol ………... 8
2.6.1.3. Asetilsistein ………. 8
2.6.2. Ekspektoran ………... 8
2.6.2.1 Ammonium Klorida ……….. 9
2.6.2.2. Gliseril Guaiakolat ………... 9
2.6.3. Antitusif ………... 9
2.6.3.1. Dekstrometorfan ………... 10
2.7. Penjagaan dan Pengobatan Sendiri ……….. 11
2.7.1. Penjagaan Sendiri ……….. 12
2.7.2. Pengobatan Sendiri ………... 12
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL …... 13
3.1. Kerangka Konsep Penelitian ……….... 13
3.2. Definisi Operasional ………... 13
BAB 4 METODE PENELITIAN ……….... 15
4.1. Jenis Penelitian ……….... 15
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ………... 15
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ………... 15
4.4. Teknik Pengumpulan Data ………... 17
4.5. Pengolahan dan Analisa Data ………... 18
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………... 19
5.1. Hasil penelitian ………. 19
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ………... 19
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ………... 19
5.1.3. Pengetahuan Masyarakat tentang Obat Batuk ………... 21
5.1.3.1. Pengetahuan tentang Variasi Obat Batuk ………….... 24
5.1.3.2. Pengetahuan tentang Fungsi Obat Batuk …………... 24
5.1.3.3. Pengetahuan tentang Pemilihan Jenis Obat Batuk …... 24
5.1.3.4. Pengetahuan tentang Efek Samping Obat Batuk …….. 25
5.1.4. Sumber Informasi Masyarakat tentang Obat Batuk ………….. 25
5.2. Pembahasan ……….. 26
5.2.1. Gambaran pengetahuan Masyarakat tentang Obat Batuk …….. 26
5.2.1.1. Pengetahuan tentang Variasi Obat Batuk ………. 27
5.2.3.2. Pengetahuan tentang Fungsi Obat Batuk ……….. 27
5.2.3.3. Pengetahuan tentang Pemilihan Jenis Obat Batuk …… 28
5.2.3.4. Pengetahuan tentang Efek Samping Obat Batuk …….. 28
5.2.2. Sumber Informasi Masyrakat tentang Obat Batuk ………. 28
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ………. 30
6.1. Kesimpulan ……… 30
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
5.1. Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan dan Penghasilan di Seksyen 3, Bandar Baru Bangi, Selangor, Malaysia
20
5.2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Obat Batuk Berdasarkan Jenis Kelamin,
Pendidikan dan Penghasilan 21
5.3. Penyataan tentang Pengetahuan Masyarakat tentang Obat Batuk di Seksyen 3, Bandar Baru Bangi,
Selangor, Malaysia 23
5.4. Gambaran Pengetahuan Masyarakat tentang Obat Batuk di Seksyen 3, Bandar Baru Bangi, Selangor,
Malaysia 25
5.5. Jumlah Responden yang Pernah Mendengar Informasi
tentang Obat Batuk 25
5.6. Sumber Informasi Masyarakat tentang Obat Batuk
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
DAFTAR SINGKATAN
ACE Angiotensin-converting Enzyme KKM Kementerian Kesihatan Malaysia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Daftar Riwayat Hidup
Lampiran II Lembar Penjelasan Penelitian
Lampiran III Lembar Persetujuan Penelitian
Lampiran IV Kuesioner Penelitian
Lampiran V Keterangan Skor Bagi Soal Pengetahuan Dalam Kuesioner
Lampiran VI Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas
Lampiran VII Data Induk dan Skor Pengetahuan
Lampiran VIII Data Sumber Informasi Masyarakat tentang Obat Batuk
Lampiran IX Data SPSS
ABSTRAK
Obat batuk merupakan suatu sediaan obat yang banyak dijual bebas dan diiklankan secara meluas. Diketahui, obat batuk tidak bisa disamaratakan penggunaannya untuk semua jenis batuk. Menurut Kementerian Kesihatan Malaysia (2007) pemilihan obat batuk hendaklah disesuaikan penggunaannya dengan jenis batuk sama ada berdahak atau tidak berdahak. Oleh sebab itu, masyarakat perlu mempunyai pengetahuan yang benar mengenai obat batuk.
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat tentang obat batuk di Seksyen 3, Bandar Baru Bangi, Selangor, Malaysia. Selain itu, penelitian ini turut menggali sumber informasi masyarakat tentang obat batuk.
Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross-sectional study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Febuari sampai dengan Desember 2010. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dan didapatkan sebanyak 100 orang responden. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner pengetahuan tentang obat batuk yang berjumlah 14 pertanyaan, termasuk 2 pertanyaan tentang sumber informasi masyarakat tentang obat batuk.
Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat berpengetahuan kurang sebanyak 70 orang (70%), sebanyak 21 orang (21%) berpengetahuan sedang dan sebagian kecil berpengetahuan baik sebanyak 9 orang (9%). Sebanyak 69 orang (69%) pernah mendengar informasi tentang obat batuk dan 55 orang (79,71%) darinya menyatakan dokter merupakan sumber informasi masyarakat tentang obat batuk.
Dari hasil penelitian, masih ramai masyarakat yang mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang tentang obat batuk. Oleh itu, masyarakat, peneliti dan petugas kesehatan perlulah berusaha supaya pengetahuan tentang obat batuk dapat ditingkatkan.
ABSTRACT
Cough medicine is a preparation of drugs that are sold freely and widely advertised. Though unknowingly by the public, cough medicine cannot be generalized its use for all types of cough. Kementerian Kesihatan Malaysia (2007) inform that, drug of choice should suit the specific type of cough. Accordingly, the public needs to have correct knowledge about cough medicine.
The purpose of this research is to know the description of public knowledge about cough medicine in the Section 3, Bandar Baru Bangi, Selangor, Malaysia. In addition, this study helped to know the source of information of the public about cough medicine.
This research method was descriptive with cross-sectional study design. This research was conducted in February through December 2010. Sampling was conducted with a purposive sampling technique and around 100 respondents are being tested. Instrument used in this research is a questionnaire about cough medicine, amounting to 14 questions, including 2 questions about the sources of information of the public about cough medicine.
This research shows that about 70 people (70%) from the public have low level of knowledge, around 21 people (21%) have intermediate knowledge and only a few people around 9 people (9%) have high level of knowledge about cough medicine. Generally, there is around 69 people (69%) have heard the information about cough medicine and 55 people (79,71%) from it informed that the doctors were their source of information about cough medicine.
From the research, there is still a high percentage of public that have low level of knowledge about cough medicine. Accordingly, the public, researcher and health services have to work together to improve the public knowledge about cough medicine.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Batuk merupakan simptom umum bagi penyakit respiratori dan non-respiratori
(Haque, 2005). Menurut Wong et al. (2006) batuk bisa menyebabkan morbiditas yang
tinggi dan simptom seperti letargi, imsomnia, suara serak, nyeri muskuloskeletal,
berkeringat, dan inkotinensia urin.
Batuk akut merupakan salah satu simptom yang utama yang dikeluhkan penderita
di praktik dokter. Mayoritas dari kasus batuk akut ini disebabkan oleh infeksi virus
saluran pernafasan atas yang merupakan satu self-limiting disease (Haque, 2005).
Satu penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa terdapat kira-kira 26 juta
kasus batuk akut rawat jalan pada tahun 2004 (Dicpinigaitis, 2009). Hal ini
menunjukkan bahwa masih banyak yang tidak mengetahui batuk akut merupakan
self-limiting symptom yang bisa ditangani tanpa berobat ke dokter.
Batuk kronis merupakan kondisi umum yang menyebabkan morbiditas fisik dan
psikologi yang tinggi (Brignall, 2008). Menurut Haque (2005) batuk kronis yang
terus-menerus mempunyai efek pada kualitas hidup dan menyebabkan isolasi sosial
serta depresi klinis.
Obat batuk terdapat banyak jenisnya yaitu antitusif sebagai obat menekan refleks
batuk, ekspektoran untuk merangsang dahak dikeluarkan dari saluran pernafasan, dan
mukolitik untuk mengencerkan dahak. Antitusif akan diberikan kepada penderita
batuk yang tidak berdahak, sedangkan ekspektoran dan mukolitik akan diberikan
kepada penderita batuk yang berdahak.
Obat batuk banyak diiklankan dan bisa diperoleh tanpa resep dokter atau dikenal
sebagai obat bebas (over-the-counter medicine). Menurut Corelli (2007) jenis obat
batuk bebas yang sering ada di pasaran adalah jenis ekspektoran dan antitusif.
Menurut Dicpinigaitis (2009) di Amerika Serikat, biaya pertahun untuk obat batuk
Amerika Serikat penjualan obat bebas antitusif berharga US$19 milyar. Statistika dari
Departemen Kesehatan Farmasi di Hong Kong menunjukkan pasien rawat jalannya
telah menggunakan sebanyak 370.000 liter antitusif yang berharga HK$2 juta pada
tahun 2000. Hal ini jelas menunjukkan beban ekonomi yang berat.
Diketahui bahwa obat batuk tidak bisa disamaratakan untuk semua jenis batuk.
Oleh sebab itu, perlu dicapai pengetahuan yang benar mengenai penggunaan
jenis-jenis obat batuk terhadap jenis-jenis batuk yang diderita. Masyarakat seharusnya mendapat
edukasi tentang jenis obat batuk yang diambil, supaya penanganan sendiri simptom
batuk yang diderita dapat diobati dengan baik.
Bandar Baru Bangi, Selangor, Malaysia merupakan salah satu kawasan
perumahan yang hampir dengan kawasan perindustrian, maka penduduk di kawasan
tersebut lebih terpajan dengan batuk. Berdasarkan hal di atas, peneliti tertarik untuk
mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat tentang obat batuk di Seksyen 3,
Bandar Baru Bangi, Selangor, Malaysia tahun 2010.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat memberi dasar
kepada peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian berikut :
Bagaimanakah gambaran pengetahuan masyarakat tentang obat batuk di Seksyen
3, Bandar Baru Bangi, Selangor, Malaysia?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat tentang obat batuk di
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang variasi obat batuk.
2. Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang fungsi setiap jenis
obat batuk.
3. Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang pemilihan obat batuk
sesuai dengan jenis batuk.
4. Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang efek samping obat
batuk.
5. Untuk mengetahui sumber informasi masyarakat tentang obat batuk.
1.4. Manfaat Penelitian
Data atau informasi hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai :
1. Memberi masukan kepada institusi pemerintah untuk memberi edukasi kepada
masyarakat tentang obat batuk.
2. Memberi panduan kepada Kementerian Kesihatan Malaysia (KKM) dalam
melaksanakan kampanye ‘Kenali Ubat Anda’.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
Notoadmodjo (2007) menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari
tahu. Pengetahuan akan didapati setelah pengindraan terhadap suatu objek tertentu
dilakukan oleh seseorang. Pengindraan terhasil melalui lima pancaindra manusia
yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan perabaan. Namun,
sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai
enam tingkatan yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui dapat disesuaikan dengan
tingkatan-tingkatan tersebut.
Seseorang dapat memperoleh pengetahuan melalui berbagai macam alat bantu
pendidikan di dalam proses pendidikan (Notoadmodjo, 2007). Alat-alat tersebut
adalah kata-kata, tulisan, rekaman, atau radio, film, televisi, pameran, field trip,
demonstrasi, sandiwara, benda tiruan, dan benda asli.
2.2. Batuk
Menurut Weinberger (2005) batuk merupakan ekspirasi eksplosif yang
menyediakan mekanisme protektif normal untuk membersihkan cabang
trakeobronkial dari sekret dan zat-zat asing. Masyarakat lebih cenderung untuk
mencari pengobatan apabila batuknya berkepanjangan sehingga mengganggu
aktivitas seharian atau mencurigai kanker.
2.3. Etiologi batuk
Menurut McGowan (2006) batuk bisa terjadi secara volunter tetapi selalunya
saluran pernafasan atas maupun bawah, asap rokok, abu dan bulu hewan terutama
kucing. Antara lain penyebab akibat penyakit respiratori adalah seperti asma,
postnasal drip, penyakit pulmonal obstruktif kronis, bronkiektasis, trakeitis, croup, dan fibrosis interstisial. Batuk juga bisa terjadi akibat dari refluks gastro-esofagus
atau terapi inhibitor ACE (angiotensin-converting enzyme). Selain itu, paralisis pita
suara juga bisa mengakibatkan batuk akibat daripada kompresi nervus laryngeus
misalnya akibat tumor.
2.4. Jenis-jenis Batuk
Menurut Dicpinigaitis (2009) batuk secara definisinya bisa diklasifikasikan
mengikut waktu yaitu batuk akut yang berlangsung selama kurang dari tiga minggu,
batuk sub-akut yang berlangsung selama tiga hingga delapan minggu dan batuk
kronis berlangsung selama lebih dari delapan minggu.
2.4.1. Batuk Akut
Batuk akut berlangsung selama kurang dari tiga minggu dan merupakan
simptom respiratori yang sering dilaporkan ke praktik dokter. Kebanyakan kasus
batuk akut disebabkan oleh infeksi virus respiratori yang merupakan self-limiting dan
bisa sembuh selama seminggu (Haque, 2005). Dalam situasi ini, batuk merupakan
simptom yang sementara dan merupakan kelebihan yang penting dalam proteksi
saluran pernafasan dan pembersihan mukus. Walau bagaimanapun, terdapat
permintaan yang tinggi terhadap obat batuk bebas yang kebanyakannya mempunyai
bukti klinis yang sedikit dan waktu yang diambil untuk konsultasi ke dokter tentang
simptom batuk (Dicpinigaitis, 2009).
2.4.2. Batuk Kronis
Batuk kronis berlangsung lebih dari delapan minggu. Batuk yang berlangsung
secara berterusan akan menyebabkan kualitas hidup menurun yang akan membawa
batuk kronis adalah penyakit refluks gastro-esofagus, rinosinusitis dan asma.
Terdapat juga golongan penderita minoritas yang batuk tanpa dengan diagnosis dan
pengobatan diklasifikasikan sebagai batuk idiopatik kronis. Batuk golongan ini masih
berterusan dipertanyakan apa sebenarnya penyebabnya yang pasti (Haque, 2005).
2.5. Mekanisme Batuk
Pola dasar batuk bisa dibagi kepada empat komponen yaitu inspirasi dalam yang
cepat, ekspirasi terhadap glotis yang tertutup, pembukaan glotis secara tiba-tiba dan
terakhir relaksasi otot ekspiratori (McGowan, 2006).
Menurut Weinberger (2005) batuk bisa diinisiasi sama ada secara volunter atau
refleks. Sebagai refleks pertahanan, ia mempunyai jaras aferen dan eferen. Jaras
aferen termasuklah reseptor yang terdapat di distribusi sensori nervus trigemineus,
glossopharingeus, superior laryngeus, dan vagus. Jaras eferen pula termasuklah nervus laryngeus dan nervus spinalis. Batuk bermula dengan inspirasi dalam diikuti dengan penutupan glotis, relaksasi diafragma dan kontraksi otot terhadap penutupan
glotis. Tekanan intratorasik yang positif menyebabkan penyempitan trakea. Apabila
glotis terbuka, perbedaan tekanan yang besar antar atmosfer dan saluran udara
disertai penyempitan trakea menghasilkan kadar aliran udara yang cepat melalui
trakea. Hasilnya, tekanan yang tinggi dapat membantu dalam mengeliminasi mukus
dan benda asing.
2.6. Jenis-jenis Obat Batuk
Menurut Beers (2003) batuk memiliki peran utama dalam mengeluarkan dahak
dan membersihkan saluran pernafasan, maka batuk yang menghasilkan dahak
umumnya tidak disupresikan. Yang diutamakan adalah pengobatan kausa seperti
infeksi, cairan di dalam paru, atau asma. Misalnya, antibiotik akan diberikan untuk
infeksi atau inhaler bisa diberi kepada penderita asma. Bergantung pada tingkat
keparahan batuk dan penyebabnya, berbagai variasi jenis obat mungkin diperlukan
malam untuk mengelakkan dari gangguan tidur. Menurut KKM (2007) sangat penting
untuk mengobati batuk dengan jenis obat batuk yang benar. Menurut Beers (2003)
pengobatan batuk secara umumnya dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis batuknya
berdahak atau tidak.
Jenis-jenis obat batuk yang terkait dengan batuk yang berdahak dan tidak
berdahak yang dibahaskan di sini adalah mukolitik, ekspektoran dan antitusif.
2.6.1. Mukolitik
Mukolitik merupakan obat yang bekerja dengan cara mengencerkan sekret
saluran pernafasan dengan jalan memecah benang-benang mukoprotein dan
mukopolisakarida dari sputum (Estuningtyas, 2008). Agen mukolitik berfungsi
dengan cara mengubah viskositas sputum melalui aksi kimia langsung pada ikatan
komponen mukoprotein. Agen mukolitik yang terdapat di pasaran adalah
bromheksin, ambroksol, dan asetilsistein (Estuningtyas, 2008).
2.6.1.1. Bromheksin
Bromheksin merupakan derivat sintetik dari vasicine. Vasicine merupakan
suatu zat aktif dari Adhatoda vasica. Obat ini diberikan kepada penderita bronkitis
atau kelainan saluran pernafasan yang lain. Obat ini juga digunakan di unit gawat
darurat secara lokal di bronkus untuk memudahkan pengeluaran dahak pasien.
Menurut Estuningtyas (2008) data mengenai efektivitas klinis obat ini sangat terbatas
dan memerlukan penelitian yang lebih mendalam pada masa akan datang. Efek
samping dari obat ini jika diberikan secara oral adalah mual dan peninggian
transaminase serum. Bromheksin hendaklah digunakan dengan hati-hati pada pasien
tukak lambung. Dosis oral bagi dewasa seperti yang dianjurkan adalah tiga kali, 4-8
2.6.1.2. Ambroksol
Ambroksol merupakan suatu metabolit bromheksin yang memiliki
mekanisme kerja yang sama dengan bromheksin. Ambroksol sedang diteliti tentang
kemungkinan manfaatnya pada keratokonjungtivitis sika dan sebagai perangsang
produksi surfaktan pada anak lahir prematur dengan sindrom pernafasan
(Estuningtyas, 2008).
2.6.1.3. Asetilsistein
Asetilsistein (acetylcycteine) diberikan kepada penderita penyakit
bronkopulmonari kronis, pneumonia, fibrosis kistik, obstruksi mukus, penyakit
bronkopulmonari akut, penjagaan saluran pernafasan dan kondisi lain yang terkait
dengan mukus yang pekat sebagai faktor penyulit (Estuningtyas, 2008). Ia diberikan
secara semprotan (nebulization) atau obat tetes hidung. Asetilsistein menurunkan
viskositas sekret paru pada pasien radang paru. Kerja utama dari asetilsistein adalah
melalui pemecahan ikatan disulfida. Reaksi ini menurunkan viskositasnya dan
seterusnya memudahkan penyingkiran sekret tersebut. Ia juga bisa menurunkan
viskositas sputum. Efektivitas maksimal terkait dengan pH dan mempunyai aktivitas
yang paling besar pada batas basa kira-kira dengan pH 7 hingga 9. Sputum akan
menjadi encer dalam waktu 1 menit, dan efek maksimal akan dicapai dalam waktu 5
hingga 10 menit setelah diinhalasi. Semasa trakeotomi, obat ini juga diberikan secara
langsung pada trakea. Efek samping yang mungkin timbul berupa spasme bronkus,
terutama pada pasien asma. Selain itu, terdapat juga timbul mual, muntah, stomatitis,
pilek, hemoptisis, dan terbentuknya sekret berlebihan sehingga perlu disedot
(suction). Maka, jika obat ini diberikan, hendaklah disediakan alat penyedot lendir
nafas. Biasanya, larutan yang digunakan adalah asetilsistein 10% hingga 20%.
2.6.2. Ekspektoran
Ekspektoran merupakan obat yang dapat merangsang pengeluaran dahak dari
pengalaman empiris. Tidak ada data yang membuktikan efektivitas ekspektoran
dengan dosis yang umum digunakan. Mekanisme kerjanya diduga berdasarkan
stimulasi mukosa lambung dan selanjutnya secara refleks merangsang sekresi
kelenjar saluran pernafasan lewat nervus vagus, sehingga menurunkan viskositas dan
mempermudah pengeluaran dahak. Obat yang termasuk golongan ini ialah
ammonium klorida dan gliseril guaiakoiat (Estuningtyas, 2008).
2.6.2.1. Ammonium Klorida
Menurut Estuningtyas (2008) ammonium klorida jarang digunakan sebagai
terapi obat tunggal yang berperan sebagai ekspektoran tetapi lebih sering dalam
bentuk campuran dengan ekspektoran lain atau antitusif. Apabila digunakan dengan
dosis besar dapat menimbulkan asidosis metabolik, dan harus digunakan dengan
hati-hati pada pasien dengan insufisiensi hati-hati, ginjal, dan paru-paru. Dosisnya, sebagai
ekspektoran untuk orang dewasa ialah 300mg (5mL) tiap 2 hingga 4 jam. Obat ini
hampir tidak digunakan lagi untuk pengasaman urin pada keracunan sebab berpotensi
membebani fungsi ginjal dan menyebabkan gangguan keseimbangan elektrolit.
2.6.2.2. Gliseril Guaiakolat
Penggunaan gliseril guaiakolat didasarkan pada tradisi dan kesan subyektif
pasien dan dokter. Tidak ada bukti bahwa obat bermanfaat pada dosis yang diberikan.
Efek samping yang mungkin timbul dengan dosis besar, berupa kantuk, mual, dan
muntah. Ia tersedia dalam bentuk sirup 100mg/5mL. Dosis dewasa yang dianjurkan 2
hingga 4 kali, 200-400 mg sehari.
2.6.3. Antitusif
Menurut Martin (2007) antitusif atau cough suppressant merupakan obat batuk
yang menekan batuk, dengan menurunkan aktivitas pusat batuk di otak dan menekan
Terdapat juga analgesik opioid seperti kodein, diamorfin dan metadon yang
mempunyai aktivitas antitusif.
Menurut Husein (1998) antitusif yang selalu digunakan merupakan opioid dan
derivatnya termasuk morfin, kodein, dekstrometorfan, dan fokodin. Kebanyakannya
berpotensi untuk menghasilkan efek samping termasuk depresi serebral dan
pernafasan. Juga terdapat penyalahgunaan.
2.6.3.1. Dekstrometorfan
Menurut Dewoto (2008) dekstrometorfan atau
D-3-metoksin-N-metilmorfinan tidak berefek analgetik atau bersifat aditif. Zat ini meningkatkan nilai
ambang rangsang refleks batuk secara sentral dan kekuatannya kira-kira sama dengan
kodein. Berbeda dengan kodein, zat ini jarang menimbulkan mengantuk atau
gangguan saluran pencernaan. Dalam dosis terapi dekstrometorfan tidak menghambat
aktivitas silia bronkus dan efek antitusifnya bertahan 5-6 jam. Toksisitas zat ini
rendah sekali, tetapi dosis sangat tinggi mungkin menimbulkan depresi pernafasan.
Dekstrometorfan tersedia dalam bentuk tablet 10mg dan sebagai sirup dengan kadar
10 mg dan 15 mg/5mL. dosis dewasa 10-30 mg diberikan 3-4 kali sehari.
Dekstrometorfan sering dipakai bersama antihistamin, dekongestan, dan ekspektoran
dalam produk kombinasi (Corelli, 2007).
2.6.3.2. Kodein
Menurut Corelli (2007) kodein bertindak secara sentral dengan
meningkatkan nilai ambang batuk. Dalam dosis yang diperlukan untuk menekan
batuk, efek aditif adalah rendah. Banyak kodein yang mengandung kombinasi
antitusif diklasifikasikan sebagai narkotik dan jualan kodein sebagai obat bebas
dilarang di beberapa negara. Bagaimanapun menurut Jusuf (1991) kodein merupakan
obat batuk golongan narkotik yang paling banyak digunakan. Dosis bagi dewasa
efek samping adalah mual, muntah, konstipasi, palpasi, pruritus, rasa mengantuk,
hiperhidrosis, dan agitasi (Jusuf, 1991).
2.7. Penjagaan dan Pengobatan Sendiri
Menurut Notoadmodjo (2007) masyarakat atau anggota masyarakat yang
mendapat penyakit, dan tidak merasakan sakit sudah tentu tidak akan bertindak
apa-apa terhadap penyakit tersebut. Tetapi bila mereka diserang penyakit dan juga
merasakan sakit, maka baru akan timbul berbagai macam perilaku dan usaha.
Respons seseorang bila sakit adalah sebagai berikut :
1. Tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apa-apa.
2. Mengobati sendiri.
3. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional.
4. Mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-warung obat dan
sejenisnya, termasuk ke tukang-tukang jamu.
5. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern yang diadakan
oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta, yang dikategorikan
ke dalam balai pengobatan, puskesmas, dan rumah sakit.
6. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan
oleh dokter praktik.
Berdasarkan situs resmi KKM konsep kesehatan telah meluas termasuk bebas
dari penyakit, prevensi, dan efek dari lingkungan. Hak sebagai pasien dan konsumer
kesehatan memberikan mereka lebih banyak pilihan, informasi, dan kemahairan.
Tanggungjawab merupakan sebagian dari penjagaan kesehatan yang seharusnya tidak
Menurut KKM, terdapat 3 tujuan utama dalam menggalakkan penjagaan
kesehatan sendiri yaitu :
1. Untuk meningkatkan kualitas hidup individu dengan cara hidup sehat dan
memaksimalkan potensi mereka dalam kesehatan.
2. Untuk membantu individu dalam menghadapi penyakit kronis dan berhadapan
dengan masalah minor.
3. Untuk membantu individu dalam mencari bantuan dan optimalisasi dalam
penggunaan fasilitas penjagaan kesehatan.
2.7.1. Penjagaan Sendiri (Self-care)
Penjagaan sendiri didefinisikan sebagai aktivitas kesehatan non-formal yang
teratur dan membuat keputusan yang terkait dengan kesehatan termasuk pengobatan
sendiri, penatalaksanaan sendiri, dan bantuan pertama dalam kontekstual sosial
normal di dalam kehidupan seharian.
Antara penjagaan sendiri untuk pencegahan batuk yang dianjurkan dalam situs
resmi KKM adalah :
1. Tidak merokok.
2. Minum air yang banyak.
3. Cough drops.
4. Menjauhi dari penyebab batuk seperti etiologi abu dan asap rokok.
5. Meninggikan kepala dengan menggunakan bantal tambahan pada waktu
malam untuk mengurangkan batuk kering.
2.7.2. Pengobatan Sendiri (Self-medication)
Pengobatan sendiri merupakan salah satu dari penjagaan sendiri yang
bermaksud pemilihan dan penggunaan obat oleh individu untuk mengobati simptom
BAB 3
KERANGAKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, maka kerangka konsep dalam penelitian ini
adalah :
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
3.2. Definisi Operasional
3.2.1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah kemampuan responden dalam menjawab pertanyaan yang
terkait dengan obat batuk yaitu tentang variasi obat batuk, fungsi setiap jenis obat
batuk, pemilihan obat batuk sesuai dengan jenis batuk, dan efek samping obat batuk.
Selain itu, untuk mengetahui sumber informasi masyarakat tentang obat batuk.
Cara ukurnya adalah dengan menggunakan kuesioner. Setiap jawaban benar
diberi skor = 2, jawaban salah diberi skor = 1, dan jawaban tidak tahu diberi skor = 0.
Alat ukur yang telah digunakan adalah dengan menggunakan kuesioner berupa
formulir isian (Imron, 2010). Kuesioner yang berisi pertanyaan tentang pengetahuan
obat batuk diajukan secara tertulis kepada responden.
Gambaran pengetahuan tentang obat batuk.
• Variasi obat batuk
• Fungsi setiap jenis obat batuk
• Pemilihan obat batuk sesuai dengan jenis batuk
• Efek samping obat batuk
Hasil ukur adalah berdasarkan jumlah skor yang telah diperoleh. Skor
maksimum dari kuesioner pertanyaan pengetahuan ini adalah sebanyak 33. Maka,
ukuran tingkat pengetahuan responden seperti berikut:
1. Tingkat pengetahuan baik, apabila skor yang diperoleh responden lebih
besar dari 75% dari skor maksimum yaitu dengan skor 25-33.
2. Tingkat pengetahuan sedang, apabila skor yang diperoleh responden sebesar
50-75% dari skor maksimum, yaitu dengan skor 17-24.
3. Tingkat pengetahuan kurang, apabila skor yang diperoleh responden lebih
kecil dari 50% dari skor maksimum, yaitu dengan skor 0-16.
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif untuk mengetahui gambaran
pengetahuan masyarakat tentang obat batuk. Desain penelitian yang telah digunakan
adalah desain cross-sectional study yaitu pengukuran masyarakat tentang obat batuk
dilakukan pada satu saat tertentu.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
4.2.1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai dari bulan Febuari sampai dengan Desember 2010,
sedangkan pengumpulan data telah dilakukan selama dua bulan yaitu dimulai bulan
Juli 2010 sampai dengan bulan Agustus 2010.
4.2.2. Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Seksyen 3, Bandar Baru Bangi, Selangor,
Malaysia. Pemilihan lokasi ini dilakukan karena berhampiran dengan kawasan
perindustrian, maka ramai masyarakatnya terpajan dengan kasus batuk. Selain itu,
belum pernah dilakukan penelitian tentang gambaran pengetahuan masyarakat
tentang obat batuk di kawasan tersebut.
4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Seksyen 3, Bandar Baru
4.3.2. Sampel
Sampel yang telah digunakan untuk penelitian ini adalah sebagian dari
masyarakat Seksyen 3, Bandar Baru Bangi, Selangor, Malaysia yang pernah
menggunakan obat batuk.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan purposive
sampling, yaitu peneliti memilih responden berdasarkan pertimbangan subyektifnya, bahwa responden tersebut dapat memberikan informasi yang memadai untuk
menjawab pertanyaan penelitian (Sastroasmoro, 2008). Maka, sebagai faktor inklusi,
peneliti telah memilih responden yang tinggal di Seksyen 3, Bandar Baru Bangi,
Selangor, Malaysia, responden yang pernah mengambil obat batuk atau yang pernah
mempunyai pengalaman membeli obat batuk. Sebagai faktor eksklusi pula, peneliti
tidak memilih responden yang mempunyai hambatan mental dan psikologis. Dengan
demikian, sampel tersebut representatif untuk populasi yang sedang diteliti.
Berdasarkan survei awal, didapatkan populasi masyarakat Seksyen 3, Bandar
Baru Bangi, Selangor, Malaysia kira-kira sebanyak 5300 orang. Untuk menentukan
besar sampelnya dapat digunakan rumus perhitungan besar sampel untuk penelitian
estimasi data proporsi untuk populasi finit atau terbatas (Wahyuni, 2007):
n = (N)(Z21-α/2)(p)(1-p)
(N-1)d2 + (Z21-α/2)(p)(1-p)
Keterangan: n = besar sampel minimum
N = jumlah di populasi
= 5300
Z21-α/2= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu
= 1,96 pada α=5%
p = harga proporsi di populasi
= 0,5
d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir
Maka, n = (5300)(1,96)2(0,5)(0,5)
(5300-1)0,12 + (1,96)2(0,5)(0,5)
= 94,35 ≈ 95
Maka, dari perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut besar sampel
minimum adalah 95 orang atau yang lebih akurat adalah 100 orang. Maka, anggota
populasi yang terkena sampel adalah masyarakat Seksyen 3, Bandar Baru Bangi,
Selangor, Malaysia yang pernah mengambil obat batuk sampai mencapai jumlah 100
anggota sampel.
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Mengumpulkan data primer, yaitu data yang diambil langsung dari responden.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode angket dengan menggunakan instrumen
kuesioner. Kuesioner tersebut sebelumnya, akan diuji validitas dan reliabilitas.
Mengumpulkan data sekunder yaitu studi kepustakaan (literature).
4.4.1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk menguji kuesioner yang digunakan benar-benar
menyatakan hasil pengukuran yang ingin diukur dan bisa menggambarkan tujuan dari
penelitian tersebut. Validitas diuji dengan menggunakan teknik korelasi ‘product
moment’ dengan menggunakan rumus:
R = N(∑XY) – (∑X∑Y)
√[N∑X2 – (∑X)2] . [N∑Y2 . (∑Y)2]
Keterangan: R = koefisien korelasi product moment
X = skor setiap pertanyaan / item
Y = skor total
4.4.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas pula dilakukan untuk menguji kuesioner yang digunakan
benar-benar memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran relatif konsisten
dari waktu ke waktu. Misalnya, kuesioner tersebut dapat digunakan berulangkali pada
obyek yang sama dan memberikan hasil yang sama dan konsisten. Uji reliabilitas
hanya dilakukan apabila seluruh butir pertanyaan telah valid. Reliabilitas diuji dengan
menggunakan rumus koefisien reliabilitas alpha :
r11 = k 1 - ∑σb2
(k-1) σt2
Keterangan : r11 = reliabilitas instrument
k = jumlah butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑σb2 = jumlah varians butir
σt2 = varians total
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
Data dari setiap responden akan dimasukkan ke dalam komputer oleh peneliti,
dengan bantuan SPSS 12 (Statistical Package for the Social Sciences). Kemudian,
data diolah dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu analisis frekuensi.
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Bandar Baru Bangi terletak di dalam daerah Hulu Langat dan di bawah
pentadbiran Majlis Perbandaran Kajang (MPKJ). Kawasan ini dikelilingi oleh Sungai
Ramal di utara, Bangi Lama di selatan, Semenyih di timur dan Putrajaya di sebelah
barat. Bandar yang paling hampir ialah Kajang di timur laut yang berjarak 6 km,
Putrajaya yang berjarak 15 km serta Kuala Lumpur yang berjarak 25 km dari bandar
ini.
Jumlah penduduk Bandar Baru Bangi adalah sebanyak 60.000 orang dengan
jangkaan penduduk 110.268 orang pada tahun 2020. Seksyen 3, Bandar Baru Bangi
merupakan salah satu dari 16 seksyen yang terdapat di Bandar Baru Bangi, Selangor,
Malaysia.
Salah satu fungsi kawasan petempatan di Bandar Baru Bangi adalah sebagai
kawasan perindustrian buktinya terdapat Zon Kawasan Perindustrian dan Kawasan
Perindustrian Selaman. Seksyen 3, Bandar Baru Bangi dipilih sebagai lokasi
penelitian karena berdekatan dengan Kawasan Perindustrian Selaman dan dengan
asumsi bahwa ramai masyarakatnya terpajan dengan kasus batuk dan
sekurang-kurangnya pernah mempunyai pengalaman membeli obat batuk. Bandar Baru Bangi
juga terkenal dengan gelaran Bandar Ilmu karena terdapat banyak institusi pendidikan
di bandar tersebut.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang yang terdiri dari
masyarakat Seksyen 3, Bandar Baru Bangi, Selangor, Malaysia yang pernah
batuk. Karakteristik masyarakat dapat dibagi menurut jenis kelamin, tingkat
[image:35.612.109.533.215.430.2]pendidikan dan penghasilan.
Tabel 5.1. Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan, dan
Penghasilan di Seksyen 3, Bandar Baru Bangi, Selangor, Malaysia
Karakteristik Frekuensi (n) Persen (%)
Jenis kelamin
Laki-laki 50 50
Perempuan 50 50
Jumlah 100 100
Tingkat pendidikan
SPM 20 20
Diploma 41 41
Ijazah 36 36
Master 3 3
Jumlah 100 100
Tingkat Penghasilan
<RM1500 55 55
RM1500 - RM3000 19 19
>RM3000 26 26
Jumlah 100 100
Berdasarkan Tabel 5.1 di atas, diketahui bahwa laki-laki dan perempuan adalah
sama banyak dalam penelitian ini yaitu seramai 50 orang laki-laki dan 50 orang
perempuan.
Responden dibagi atas 4 tingkat pendidikan yaitu lulusan SPM, lulusan
Diploma, lulusan Ijazah, dan lulusan Master. Berdasarkan Tabel 5.1 di atas, diketahui
bahwa pendidikan responden yang paling banyak adalah lulusan Diploma sebanyak
41 orang (41%) sedangkan tingkat pendidikan responden yang paling sedikit adalah
lulusan Master yaitu sebanyak 3 orang (3%).
Berdasarkan Tabel 5.1 di atas, diketahui bahwa sebagian besar penghasilan
responden adalah kurang daripada RM1500 dengan jumlah seramai 55 orang (55%)
dan penghasilan responden yang paling sedikit adalah RM1500 - RM3000 yaitu
5.1.3. Pengetahuan Masyarakat tentang Obat Batuk
Tingkat pengetahuan masyarakat tentang obat batuk berdasarkan jenis kelamin,
[image:36.612.141.499.237.478.2]pendidikan dan penghasilan didapatkan seperti tabel di bawah.
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Obat Batuk
Berdasarkan Jenis Kelamin, Pendidikan dan Penghasilan
Karakteristik
Tingkat pengetahuan
Jumlah
Kurang Sedang Baik
Jenis kelamin
Laki-laki 34 10 6 50
Perempuan 36 11 3 50
Jumlah 70 21 9 100
Tingkat pendidikan
SPM 12 5 3 20
Diploma 31 8 2 41
Ijazah 25 8 3 36
Master 2 0 1 3
Jumlah 70 21 9 100
Tingkat penghasilan
<RM1500 42 10 3 55
RM1500-RM3000 10 7 2 19
>RM3000 18 4 4 26
Jumlah 70 21 9 100
Berdasarkan Tabel 5.2 di atas, apabila dibagikan mengikut jenis kelamin,
lebih banyak perempuan mempunyai tingkat pengetahuan kurang yaitu seramai 36
orang berbanding laki-laki sebanyak 34 orang. Namun, laki-laki mempunyai lebih
ramai tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 6 orang berbanding perempuan
sebanyak 3 orang sahaja.
Berdasarkan tingkat pendidikan, semua tingkat pendidikan sama ada lulusan
SPM, Diploma, Ijazah atau Master paling banyak mempunyai tingkat pengetahuan
Berdasarkan tingkat penghasilan, semua tingkat penghasilan sama ada
<RM1500, RM1500-RM3000 dan >RM3000 paling banyak mempunyai tingkat
pengetahuan kurang yaitu masing-masing sebanyak 42, 10 dan 18 orang.
Pengetahuan masyarakat tentang obat batuk dinilai berdasarkan pertanyaan
yang mencakup pengetahuan tentang variasi obat batuk, fungsi setiap jenis obat
batuk, pemilihan obat batuk sesuai dengan jenis batuk, dan efek samping obat batuk.
Responden ditanyakan adakah analgesik, antibiotik, antitusif, ekspektoran,
dan mukolitik merupakan salah satu dari variasi obat batuk. Kemudian, responden
ditanyakan lagi fungsi dari setiap jenis obat batuk antitusif, ekspektoran dan
mukolitik. Seterusnya, responden ditanyakan tentang jenis obat batuk yang sesuai
digunakan untuk jenis batuk yang berdahak dan tidak berdahak. Terakhir tentang
pengetahuan, responden ditanyakan adakah semua jenis obat batuk menyebabkan
Tabel 5.3. Penyataan tentang Pengetahuan Masyarakat tentang Obat Batuk di
Seksyen 3, Bandar Baru Bangi, Selangor, Malaysia
Item Nomor soal
Pengetahuan
Benar Salah Tidak tahu
(n) (%) (n) (%) (n) (%)
Variasi obat batuk
1 Bukan Analgesik 46 46 11 11 43 43 2 Bukan
Antibiotik 76 76 14 14 10 10 3 Antitusif 33 33 11 11 56 56 4 Ekspektoran 52 52 2 2 46 46 5 Mukolitik 32 32 4 4 64 64 Fungsi
setiap jenis obat batuk
6 Antitusif 28 28 24 24 48 48 7 Ekspektoran 16 16 28 28 56 56 8 Mukolitik 18 18 17 17 65 65 Pemilihan
obat batuk sesuai dengan jenis
batuk
9 Batuk berdahak 35 35 19 19 46 46 10 Batuk tidak
berdahak 25 25 21 21 54 54
Efek samping obat batuk
11 Bukan semua obat batuk menyebabkan mengantuk
52 52 44 44 4 4
12 Bukan semua obat batuk menyebabkan ketagihan
60 60 24 24 16 16
Berdasarkan Tabel 5.3 di atas, dapat dilihat bahwa pengetahuan masyarakat
yang paling baik adalah mengenai variasi obat batuk, yaitu masyarakat mengetahui
bahwa antibiotik bukanlah merupakan salah satu dari obat batuk yaitu sebanyak 76
orang (76%) menjawab dengan benar. Sedangkan pengetahuan masyarakat yang
paling kurang adalah mengenai fungsi jenis obat batuk ekspektoran yaitu hanya
sebanyak 16 orang (16%) yang menjawab dengan benar.
Kebanyakan masyarakat tidak mengetahui fungsi obat mukolitik yaitu seramai
65 orang (65%) menjawab tidak tahu tentang fungsi obat mukolitik. Selain itu,
obat batuk yaitu seramai 64 orang (64%) menjawab tidak tahu mengenai mukolitik
merupakan salah satu dari variasi obat batuk.
5.1.3.1. Pengetahuan Masyarakat tentang Variasi Obat Batuk
Mayoritas masyarakat (76%) mengetahui bahwa antibiotik bukanlah salah
satu dari variasi obat batuk manakala sangat sedikit sekali yang mengetahui bahwa
muko litik dan antitusif termasuk dalam variasi obat batuk masing-masing sebanyak
32% dan 33% masyarakat yang mengetahuinya. Antara ketiga obat batuk yang
dibahaskan yaitu antitusif, ekspektoran dan mukolitik, ekspektoran merupakan obat
batuk yang paling banyak (52%) diketahui masyarakat. Selain itu, masih banyak
masyarakat yang tidak tahu bahwa mukolitik dan antitusif merupakan salah satu dari
variasi obat batuk masing-masing sebanyak 64% dan 56% masyarakat yang
menjawab tidak tahu.
5.1.3.2. Pengetahuan Masyarakat tentang Fungsi Obat Batuk
Pengetahuan masyarakat tentang fungsi obat batuk kebanyakannya adalah
tidak tahu sama ada tentang fungsi obat batuk antitusif, ekspektoran atau mukolitik.
Mukolitik merupakan obat batuk yang paling banyak tidak diketahui fungsinya oleh
masyarakat yaitu sebanyak 65% masyarakat menjawab tidak tahu tentang fungsinya
diikuti dengan ekspektoran (56%) dan antitusif (48%).
5.1.3.3. Pengetahuan Masyarakat tentang Pemilihan Jenis Obat Batuk
Masyarakat lebih mengetahui tentang pemilihan jenis obat batuk untuk batuk
yang berdahak (35%) berbanding dengan batuk yang tidak berdahak (25%).
Walaupun begitu, kebanyakan masyarakat masih tidak tahu tentang pemilihan obat
batuk yang sesuai dengan jenis batuk sama ada untuk batuk yang berdahak atau batuk
tidak berdahak dengan masing-masing sebanyak 54% dan 46% masyarakat yang
5.1.3.4. Pengetahuan Masyarakat tentang Efek Samping Obat Batuk
Masyarakat lebih mengetahui tentang efek samping obat batuk yaitu
ketagihan (60%) tidak akan timbul pada semua pasien yang mengambil obat batuk
[image:40.612.106.535.258.327.2]berbanding efek samping mengantuk (52%).
Tabel 5.4. Gambaran Pengetahuan Masyarakat tentang Obat Batuk di Seksyen 3,
Bandar Baru Bangi, Selangor, Malaysia
Pengetahuan (n) (%)
Baik 9 9
Sedang 21 21
Kurang 70 70
Jumlah 100 100
Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang
obat batuk sebagian besar berpengetahuan kurang dengan jumlah responden 70 orang
(70%) dan bagian terkecil adalah responden yang berpengetahuan baik berjumlah 9
orang (9%).
5.1.4. Sumber Informasi Masyarakat tentang Obat Batuk
Berdasarkan Tabel 5.5 di bawah, terdapat 69 orang responden (69%)
menyatakan pernah mendengar informasi tentang obat batuk manakala 31 orang
responden (31%) tidak pernah mendengar sebarang informasi tentang obat batuk.
Tabel 5.5. Jumlah Responden yang Pernah Mendengar Informasi tentang Obat Batuk
Pernah mendengar informasi
tentang obat batuk Frekuensi Persen (%)
Pernah 69 69
Tidak pernah 31 31
Jumlah 100 100
Berdasarkan Tabel 5.6 di bawah, dari 69 orang responden yang pernah
[image:40.612.106.532.575.640.2]bahwa sumber informasi mereka mengenai obat batuk berasal dari dokter (79,71%)
dan sebagian kecil menyatakan bahwa sumber informasinya berasal dari tabib cina
(4,35%). Lain-lain sumber informasi masyarakat tentang obat batuk yang dinyatakan
[image:41.612.108.531.234.368.2]responden termasuk sumber dari internet dan apoteker (10,14%).
Tabel 5.6. Sumber Informasi Masyarakat tentang Obat Batuk
Sumber Informasi
Ya Tidak Jumlah
(n) (%) (n) (%) (n) (%)
Dokter 55 79,71 14 20,29 69 100 Tabib cina 3 4,35 66 95,65 69 100 Keluarga 37 53,62 32 46,38 69 100 Rakan 27 39,13 42 60,87 69 100 Televisyen 25 36,23 44 63,77 69 100 Surat khabar 27 39,13 42 60,87 69 100 Majalah 35 50,72 34 49,28 69 100 Lain-lain 7 10,14 62 89,86 69 100
5.2. Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada masyarakat di Seksyen 3,
Bandar Baru Bangi, Selangor, Malaysia tahun 2010, diperoleh data yang merupakan
keadaan nyata dengan cara menyebarkan kuesioner kepada 100 orang responden.
Data tersebut dijadikan ukuran dalam melakukan pembahasan dan sebagai hasil akhir
dapat dijabarkan sebagai berikut:
5.2.1. Gambaran Pengetahuan Masyarakat tentang Obat Batuk
Pada Tabel 5.4 dapat diamati bahwa pengetahuan masyarakat tentang obat
batuk sebagian besar berpengetahuan kurang sebanyak 70 orang (70%). Mayoritas
masyarakat berpengetahuan kurang tentang obat batuk karena menganggap simptom
batuk merupakan suatu simptom yang ringan dan bisa hilang sendiri tanpa
Berdasarkan Tabel 5.5 pula, mayoritas masyarakat yaitu sebanyak 69%
masyarakat pernah mendengar informasi tentang obat batuk manakala hanya 31%
saja yang tidak pernah mendengar informasi tentang obat batuk.
Hal ini jelas menunjukkan bahwa walaupun sudah banyak masyarakat yang
menyatakan pernah mendapat informasi tentang obat batuk, tapi masih banyak yang
mempunyai tingkat pengetahuan yang rendah tentang obat batuk. Ini menunjukka n
berkemungkinan terdapat masalah dalam komunikasi antara dokter dan masyarakat
karena mayoritas masyarakat menyatakan dokter sebagai sumber informasi mereka.
Selain itu, mungkin juga terdapat kesalahpahaman oleh masyarakat walaupun telah
disampaikan informasi yang baik dan benar kepada masyarakat oleh dokter.
5.2.1.1. Pengetahuan Masyarakat tentang Variasi Obat Batuk
Pengetahuan masyarakat paling tinggi tentang variasi obat batuk mengenai
antibiotik bukan merupakan salah satu dari variasi obat batuk sebanyak 75%
menjawab benar. Hal ini karena masyarakat mungkin sudah mengetahui bahwa
antibiotik itu spesifiknya hanya digunakan apabila demam atau lebih tepat jika
dikatakan antibiotik hanya akan diberikan apabila mendapat infeksi bakteri.
Melainkan, obat batuk hanya akan diberikan kepada orang yang demam apabila
batuknya disebabkan oleh infeksi. Tetapi, obat batuk tersebut diberikan untuk gejala
batuknya, bukanlah untuk demamnya.
5.2.1.2. Pengetahuan Masyarakat tentang Fungsi Obat Batuk
Mayoritas masyarakat tidak tahu tentang fungsi obat batuk terutamanya
fungsi antimukolitik dengan sebanyak 65% masyarakat menjawab tidak tahu
tentangnya. Hal ini mungkin karena pendedahan tentang fungsi obat batuk ini tidak
5.2.1.3. Pengetahuan Masyarakat tentang Pemilihan Jenis Obat Batuk
Hanya 35% masyarakat yang menjawab dengan benar tentang pemilihan
jenis obat batuk untuk batuk yang bardahak dan 25% untuk batuk yang tidak
berdahak. Selebihnya, masih tidak tahu tentang pemilihan obat batuk karena
masyarakat berfikir bahwa semua jenis obat batuk itu adalah sama dan bisa
digunakan untuk semua jenis batuk yang dialami.
5.2.1.4. Pengetahuan Masyarakat tentang Efek Samping Obat Batuk
Kebanyakan masyarakat sudah mengetahui tentang efek samping obat batuk
sama ada efek samping ketagihan (60%) atau mengantuk (52%). Hal ini karena
tindakan kebanyakan masyarakat di bandar ini membaca label obat sebelum
meminumnya.
5.2.2 Sumber Informasi Masyarakat tentang Obat Batuk
Mayoritas masyarakat menyatakan dokter merupakan sumber informasi utama
dalam mendapatkan informasi tentang obat batuk karena masyarakat di sini
mempunyai kesadaran tentang kesehatan yang tinggi dan sering bertemu dengan
dokter untuk mendapatkan informasi. Selain itu, terdapat sebuah klinik kesihatan
daerah serta banyak klinik kecil swasta di sekitar Bandar Baru Bangi, maka lebih
mudah pelayanan kesehatan serta informasi kesehatan bisa didapatkan masyarakat di
sini.
Informasi dari tabib cina merupakan sumber informasi yang paling sedikit yaitu
sebanyak 3% karena Bandar Baru Bangi terkenal dengan gelaran Bandar Ilmu. Jadi,
masyarakatnya lebih percaya kepada sumber informasi yang bisa diandalkan seperti
dokter dan bukan dari tabib cina. Selain itu, tidak banyak toko-toko obat cina yang
didapati di Bandar Baru Bangi.
Lain-lain sumber informasi yang dinyatakan oleh responden termasuklah dari
internet dan apoteker. Ini dapat dibuktikan dari laman situs rasmi PhAMA
menggunakan internet dalam periode 12 bulan, akan melayari situs yang berkaitan
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dalam perbahasan, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
masyarakat berpengetahuan kurang sebanyak 70 orang (70%), sebanyak 21 orang
(21%) berpengetahuan sedang dan sebagian kecil berpengetahuan baik yaitu
sebanyak 9 orang (9%).
Pengetahuan tentang obat batuk yang diteliti dalam penelitian ini adalah seperti
berikut. Pengetahuan tentang:
1. Variasi obat batuk mendapatkan mayoritas masyarakat (76%) mengetahui
bahwa antibiotik bukan salah satu dari variasi obat batuk. Antara ketiga obat
batuk yang dibahaskan yaitu antitusif, ekspektoran dan mukolitik, ekspektoran
merupakan obat batuk yang paling banyak (52%) diketahui masyarakat.
2. Fungsi obat batuk mendapatkan kebanyakan masyarakat menyatakan tidak
tahu sama ada tentang fungsi obat batuk mukolitik (65%), ekspektoran (56%)
atau antitusif (48%).
3. Pemilihan obat batuk yang sesuai dengan jenis batuk mendapatkan
kebanyakan masyarakat masih tidak tahu tentang pemilihan obat batuk sama
ada untuk batuk yang berdahak (54%) atau batuk tidak berdahak (46%).
4. Efek samping obat batuk mendapatkan kebanyakan masyarakat menjawab
dengan benar bahwa bukan semua obat batuk akan menyebabkan mengantuk
(60%) dan ketagihan (52%).
Mayoritas masyarakat yaitu sebanyak 69% masyarakat pernah mendengar
informasi tentang obat batuk manakala hanya 31% saja yang tidak pernah mendengar
informasi tentang obat batuk. Dari 69% masyarakat tersebut, mayoritas masyarakat
mendapatkan informasi tentang obat batuk manakala paling sedikit masyarakat
(4,35%) menyatakan tabib cina merupakan sumber informasi tentang obat batuk.
6.2. Saran
6.2.1. Saran bagi masyarakat
Mendapatkan informasi tentang obat batuk yang benar dari sumber yang bisa
diandalkan supaya kesehatan tubuh dapat dijaga dengan lebih baik.
6.2.2 Saran bagi peneliti
Pada masa yang akan datang dapat dilakukan penelitian di beberapa lokasi lain
dan melakukan perbandingan gambaran pengetahuan masyarakat tentang obat batuk
di satu tempat dengan tempat yang lain. Selain itu, bisa juga dilakukan penelitian
tentang perilaku masyarakat terhadap gejala batuk dan obat batuk yang terdiri dari
pengetahuan, sikap dan tindakan.
6.2.3. Saran bagi petugas kesehatan
Menyampaikan informasi yang benar tentang obat batuk kepada masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
Beers, M. H., Fletcher, A. J., Jones, T. V., Porter, R., 2003. The Merck Manual of Medical Information. 2nd ed. New York : Pocket Books.
Brignall, K., Jayaraman, B., Birring, S. S., 2008. Quality of Life and Psychosocial Aspects of Cough, Department of Respiratory Medicine King’s College Hospital
London. Available from :
28 April 2010]
Corelli, R. L., 2007. Therapeutic & Toxic Potential of Over-the-Counter Agents. In : Katzung, B. G., Basic and Clinical Pharmacology. 10th ed. USA : McGraw Hill, 1045-1046.
Dahlan, S. M., 2008. Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan. 1st ed. Jakarta: Sagung Seto.
Dewoto, H. R., 2008. Analgesik Opioid dan Antagonis. In: Gunawan, S. G., Setiabudy, R. Z., Nafrialdi, Farmakoogi dan Terapi. 5th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 228-229.
Digpinigaitis, P., V., 2009. Acute Cough: A Diagnostic and Therapeutic Challenge,
USA. Available from:
March 2010]
Estuningtyas, A., Arif, A., 2008. Obat Lokal. In: Gunawan, S. G., Setiabudy, R., Nafrialdi, Farmakologi dan Terapi. 5th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 531-532.
Haque, R. A., Chung, K. F., 2005. Cough: Meeting The Needs of A Growing Field,
London. Available from:
[Accessed 8 March 2010]
Husein, H., 1998. Prescribing for Cough: The Use of Antitussive and Expectorants. Dalam: Riyanto, S., 2009. Folia Medica Indonesiana. Fakultas Kedokteran Iniversitas Airlangga: 34.
Jusuf, A., Arief, N., 1991. Pendekatan Terpeutik Pada batuk Kronis dan Batuk Darah. Dalam: Kurniawan, A. N., Ismid, I. S., Jusuf, A.. 1991. Batuk Kronik dan Batuk Darah. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta: 17-29.
Kementerian Kesihatan Malaysia, 2007. Medicines for Cough. Perbadanan Putrajaya:
Kementerian Kesihatan Malaysia. Available from:
Majlis Perbandaran Kajang, 2010. Taburan Penduduk. Kajang: Laman Web rasmi
Majlis Perbandaran Kajang. Available from:
[Accessed 28 October 2010]
Martin, E. A., 2007. Oxford Concise Medical Dictionary. 7th ed. New York: Oxford University Press.
McGowan, P., Jeffries, A., Turley, A., 2006. Crash Course: Respiratory System. 2nd ed. United Kingdom: Mosby.
Notoadmodjo, S., 2007. Konsep Perilaku & Perilaku Kesehatan. In: Notoadmodjo, S. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. 1st ed. Jakarta: Rineka Cipta, 133-151.
Pharmaceutical Association of Malaysia, 2010. Self-Medication. Petaling Jaya: Pharmaceutical Association of Malaysia. Available from:
[Accessed 26 October 2010]
Sastroasmoro, S., Ismael, S., 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. 3rd ed. Jakarta: Sagung Seto.
Wahyuni, A. S., 2007. Statistika Kedokteran. Jakarta Timur: Baboedoea Communication.
Weinberger, S. E., 2005. Cough and Hemoptysis. In: Kasper, D. L., Braunwald, E., Fauci, A. S., Hauser, S. L., Longo, D. L., Jameson, J. L., Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th ed. USA: McGraw Hill, 205-206.
Wong, W. C. W., et al. 2006. Effectiveness of a Chinese Herbal Medicine Preparartion In the Treatment of Cough In Uncomplicated Upper Respiratory Tract Infection: A Randomized Double-Blinded Placebo-Control Trial, China.
Available from: [Accessed 28
LAMPIRAN I
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Sarah bt Paat
Tempat / Tanggal Lahir : Malaysia / 31 Januari 1988
Agama : Islam
Alamat : No. 29, Jalan 4/9 C, 43650 Bandar Baru Bangi,
Selangor, Malaysia.
Riwayat pendidikan : 1. Sekolah Kebangsaan Jalan 3, Bandar Baru Bangi, Selangor.
2. MRSM Mersing, Johor.
3. MRSM Langkawi, Kedah.
4. Kolej Matrikulasi Johor, Tangkak, Johor.
Riwayat Pelatihan : Program Bakti Sosial Sunatan Masal, PM USU 2009 dan 2010.
Riwayat Organisasi : Ahli Persatuan Mahasiswa USU (PMUSU).
: Ahli Pertubuhan Kebangsaan Pelajar-Pelajar Malaysia di Indonesia Cawangan Medan (PKPMI).
: Bendahari Biro MESS, PKPMI 2009/2010.
LAMPIRAN II
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN
Kepada: Responden Kajian
Penduduk Seksyen 3, Bandar Baru Bangi.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Sarah bt Paat
NIM : 070100436
Alamat : No. 29, Jalan 4/9 C, 43650 Bandar Baru Bangi, Selangor.
Merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,
Medan, Indonesia yang sedang melakukan kajian tentang ‘Gambaran Pengetahuan
Masyarakat tentang Obat batuk di Seksyen 3, Bandar Baru Bangi, Selangor,
Malaysia, Tahun 2010’.
Kajian ini tidak menimbulkan kesan dan akibat yang merugikan bagi saudara/i
sebagai responden, semua informasi yang diberikan akan dijaga kerahasiaannya dan
hanya digunakaan untuk kepentingan kajian. Jika saudara/i tidak bersedia untuk
menjadi responden, maka tidak akan ada paksaan bagi saudara/i, serta dibenarkan
untuk mengundurkan diri untuk tidak ikut dalam kajian ini.
Apabila saudara/i bersetuju, maka saya memohon untuk saudara/i
menandatangani persetujuan dan menjawab borang kajian soal selidik yang telah
dilampirkan. Atas perhatian dan kesediaan saudara/i menjadi responden, saya
ucapkan terima kasih.
Medan, Mei 2010.
Pengkaji,
…...
LAMPIRAN III
LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bersedia untuk menjadi
responden kajian yang dilakukan oleh Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara yang bernama Sarah bt Paat, NIM 070100436, dengan kajian bertajuk
‘Gambaran Pengetahuan Masyarakat tentang Ubat Batuk di Bandar Baru Bangi,
Selangor, Malaysia, Tahun 2010’.
Saya mengerti bahawa kajian ini tidak akan berakibat buruk terhadap saya dan
keluarga saya. Semua maklumat yang diberikan akan dijaga kerahsiaannya oleh
pengkaji dan hanya digunakan untuk kepentingan kajian.
Medan, Mei 2010.
Responden,
……….
LAMPIRAN IV
KUESIONER PENELITIAN
GAMBARAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG UBAT BATUK
DI BANDAR BARU BANGI, SELANGOR, MALAYSIA,
TAHUN 2010
Data peribadi responden
Nama : ………
Umur : …...tahun Jantina : L/P
Alamat rumah : Seksyen ……., Bandar Baru Bangi, Selangor.
Pendidikan terakhir : A. SPM B. Diploma C. Sarjana D. Master
Lain-lain, sila nyatakan:...
Pendapatan bulanan : A < RM 1500 B RM 1500 – RM 3000 C >RM3000
Soalan Pengetahuan
Arahan : Sila bulatkan jawapan yang pada pendapat anda BENAR. Pilih SATU
sahaja jawapan.
1. Adakah analgesik merupakan salah satu daripada ubat batuk?
A. Ya B. Tidak C. Tidak tahu
2. Adakah antibiotik merupakan salah satu daripada ubat batuk?
A. Ya B. Tidak C. Tidak tahu
3. Adakah antitusif merupakan salah satu daripada ubat batuk?
A. Ya B. Tidak C. Tidak tahu
4. Adakah ekspektoran merupakan salah satu daripada ubat batuk?
5. Adakah mukolitik merupakan salah satu daripada ubat batuk?
A. Ya B. Tidak C. Tidak tahu
6. Apakah kegunaan ubat antitusif?
A. Mencairkan dahak dan seterusnya mengeluarkan dahak
B. Menghentikan batuk
C. Merangsang mengeluarkan dahak
D. Tidak tahu
7. Apakah kegunaan ubat ekspektoran?
A. Mencairkan dahak dan seterusnya mengeluarkan dahak
B. Menghentikan batuk
C. Merangsang mengeluarkan dahak
D. Tidak tahu
8. Apakah kegunaan ubat mukolitik?
A. Mencairkan dahak dan seterusnya mengeluarkan dahak
B. Menghentikan batuk
C. Merangsang mengeluarkan dahak
D. Tidak tahu
9. Apakah jenis ubat batuk yang digunakan untuk batuk yang berdahak?
(Jawapan boleh lebih dari satu)
A. Analgesik
B. Antibiotik
C. Antitusif
D. Ekspektoran
E. Mukolitik
10. Apakah jenis ubat batuk yang digunakan untuk batuk yang tidak berdahak?
(Jawapan boleh lebih dari satu)
A. Analgesik
B. Antibiotik
C. Antitusif
D. Ekspektoran
E. Mukolitik
F. Tidak tahu
11. Adakah semua jenis ubat batuk boleh menyebabkan mengantuk?
A. Ya B. Tidak C. Tidak tahu
12. Adakah semua jenis ubat batuk boleh menyebabkan ketagihan?
A. Ya B. Tidak C. Tidak tahu
13. Adakah anda pernah mendengar sebarang maklumat tentang obat batuk?
A. Ya (lanjutkan dengan soalan 14) B. Tidak (soalan tamat)
14. Dari manakah anda mendengar informasi tentang obat batuk tersebut?
(Jawapan boleh lebih dari satu)
A. Dokter B. Tabib cina C. Keluarga D. Rakan
E. Televisyen F. Surat khabar G. Majalah
LAMPIRAN V
KETERANGAN SKOR BAGI SOAL PENGETAHUAN DALAM KUESIONER
Nomor Soal Pilihan
jawaban Skor Nomor Soal
Pilihan
Jawaban Skor
1.
A 1
8.
A 2
B 2 B 1
C 0 C 1
2.
A 1 D 0
B 2
9.
A 1
C 0 B 1
3.
A 2 C 1
B 1 D 2
C 0 E 2
4.
A 2 F 0
B 1
10.
A 1
C 0 B 1
5.
A 2 C 2
B 1 D 1
C 0 E 1
6.
A 1 F 0
B 2
11.
A 1
C 1 B 2
D 0 C 0
7.
A 1
12.
A 1
B 1 B 2
C 2 C 0
LAMPIRAN VI
HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Variabel Nomor
pertanyaan
Total Pearson Correlati