• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran bum out pada guru pendamping anak autis di sekolah dasar negeri 04 pagi Jakarta Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran bum out pada guru pendamping anak autis di sekolah dasar negeri 04 pagi Jakarta Timur"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

(SD Penyelenggara Pendidikan lnklusi)

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Disusun oleh: Aditya Sulaksono

103070028979

セイLーュェsGNGャGpエNGャᄋOᄋ@ g '.'' 1. ·' !.'"""em"

セ@ r,.,/tif !,, .._,, l t '1Ji-s-1\.'-'f :•'.i t I t r'i-. i {f;J'il

f'lYf.iRlf fllfJ#iV.0\TIJLLA,N ,!lH>f?lllI!l

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HID/\YATULLAH

JAKARTA

(2)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar sarjana Psikologi

Pembimbing I,

Oleh:

ADITYA SULAKSONO

NIM:

103070028979

Di Bawah Bimbingan

Ora. Agustiawati, M. Phil. Sne

FAKULTAS PSIKOLOGI

S. Evangeline. M.Si, Psi

UNIVERSITAS !SLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

JAKARTA TIMUR (SD PENYELENGGARA PENDIDIKAN INKLUSI) telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Psikologi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada langgal 19 September 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

s。セ。ョ。@ Program Strata 1 (S1) pad a Fakultas pウゥォッャッセQゥN@

Jakarta, 19 September 2007

Sidang Munaqasah,

Dekan I

(a

Pembantu Dekan I /

Ketua m・|セ@ gkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota

. Hartati M.Si

938

Penguji I

NIP. 150 215 283

Pembimbing I

Ora. Agustiyawati, M.Phil.Sne NIP. 132 121 898

,;·

Dra. Hj. Zahrot NIP. 150 238 773

Anggota

Penguji II

9

ᄋセ」」ァャセセ@

M.Si

Dra. Agustiyawati. M. Phil.Sne NIP. 132 121 898

Pembimbing II

セ@

(4)

*)

"Sesungguhnya

bersama

kesulitan

ada

kemudahan" (Al-lnsyirah:6)

*)

"The real champion isn't just winning the

competition, but everyone who can stand up for

every failure" (Reza M Syarif).

*)

"Sukses adalah berjalan dari satu kegagalan ke

kegagalan lain tanpa kehilangan semangat"

(5)

"Kedua orang tuaku,

Suheriyanto &

Lilik Sri Rahayu ...

Orang Tua yang sabar dan tak pernah kenal lelah

dalam menjalani hidup"

-My Little Heroes,

Kakak "Farhan"

&

Mas "Gilang" ... .

You are my Inspiration

IT. Mya, Ay, Frhn I

I T.Euis, Dra, Davin, Ng/

I T.Vra, Justn, Rmses/

I Mba Reni, Giang, Ryhan/

I T.lta, Kevin, He/mil

IT lmbi, Rio IT. Herna, Mega I

I T. Herdfana, Cinta Laura Khiel I

I T.Esti, Naya, Tia, Alvar I

IT. Maia, Resa Diana IT.Lily. Ryan/

Terima kasih atas indahnya kebersamaan yang kau percayakan padaku ... I Love You All

(6)

(C). Aditya Sulaksono

(B). September 2007 (D). Gambaran Burn Out Pada Guru Pendamping Anak Autis Di Sekolah

Dasar Negeri 04 Pagi Jakarta Timur (SD Penyelenggara Pendidikan lnklusi)

(E). xii + 55 halaman

(F). Burn out p_01da pekerja pelayanan kemanusiaan lebih sering dikaitkan dengan perasaan lelah secara fisik dan psikis. Bum out terjadi akibat berubahnya kondisi psikologis akibat reaksi terhadap situasi kerja yang tidak menguntungkan. (Freudenberger dalam Farber, 1991) bum out

adalah suatu bentuk kelelahan yang disebabkan karena seseorang bekerja terlalu intens. Berdedikasi dan berkomitmen, bekerja terlalu banyak dan, terlalu lama, dengan adanya tekanan-tekanan ini, maka dapat menimbulkan rasa bersalah, sehingga m1;;reka mengalami kelelahan atau frustasi yang disebabkan terhalangnya pencapaian hara pan.

Penelitian ini bertujuan selain mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang psikologi, juga untuk mengetahui bagaimana gambaran kejenuhan guru pendamping yang mengajar di sekolah inklusi SD Negeri lnklusi 04 Pagi Gedong Jakarta Timur.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara mendalam. Pendekatan kualitatif adalah salah satu metode yang dilakukan dalam situasi alamiah yang datanya tidak berbentuk angka-angka, melainkan berbentuk kata-kata sehingga dalam pengolahan data tidak dilakukan perhitungan statistik melainkan data analisa secara induktif dan deduktif.

Subyek penelitian ini berjumlah dua orang ケ。ョセj@ diambil berdasarkan karakteristik yang telah ditetapkan sebelumnya, semua subyek

(7)

(C). Aditya Sulaksono

(B). September 2007 (D). Gambaran Bum Out Pada Guru Pendamping1 Anak Autis Di Sekolah

Dasar Negeri 04 Pagi Jakarta Timur (SD Penyelenggara Pendidikan lnklusi)

(E). xii + 55 halaman

(F). Burn out pada pekerja pelayanan kemanusiaan lebih sering dikaitkan dengan perasaan lelah secara fisik dan psikis. Bum out terjadi akibat berubahnya kondisi psikologis akibat reaksi terhadap situasi kerja yang tidak menguntungkan. (Freudenberger dalam Farber, 1991) bum out

adalah suatu bentuk kelelahan yang disebabkan karena seseorang bekerja terlalu intens. Berdedikasi dan berkomitmen, bekerja terlalu banyak dan terlalu lama, dengan adanya tekanan-tekanan ini, maka dapat menimbulkan rasa bersalah, sehingga mereka mengalami kelelahan atau frustasi yang disebabkan terhal:3ngnya pencapaian hara pan.

Penelitian ini bertujuan selain mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang psikologi, juga untuk mengetahui bagaimana gambaran kejenuhan guru pendamping yang mengajar di sekolah inklusi SD Negeri lnklusi 04 Pagi Gedong Jakarta Timur.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara mendalam. Pendekatan kualitatif adalah salah satu metode yang dilakukan dalam situasi alamiah yang datanya tidak berbentuk angka-angka, melainkan berbentuk kata-kata sehingg;a dalam pengolahan data tidak dilakukan perhitungan statistik melainkan data analisa secara

induktif dan deduktif. '

Subyek penelitian ini berjumlah dua orang ケ。ョセァ@ diambil berdasarkan karakteristik yang telah ditetapkan sebelumnya, semua subyek

(8)

Hasil penelitian menunjukkan, kendala dan hambatan yang dialami para guru pendamping menjadi sumber bum out selama menghadapi anak autis diperoleh dari berbagai aspek, diantaranya kendala dari anak didik yang menyandang autis, misalnya perilaku agresif (teriak, memukul, tertawa sendiri). Kendala dari para orang tua yang kurang kooperatif, serta tuntutan dari dari orang tua maupun dari pihak sekolah. Setiap penyebab dan gejala bum out ditemui selama bekerja, setiap kendala bersumber dari tekanan dan permasalahan selama bekerja.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara pada guru pendamping autis di SD Negeri 04 Gedong Jakarta Timur, maka guru pendamping perlu menambah jam terbang dalam mengajar, sehingga guru tersebut mempunyai banyak pengalaman dalam menghadapi anak at.tis. Dan sebisa mungkin dapat rnerubah variasi dalam rnengajar.

(9)

(C). Aditya Sulaksono

(D). Description of Burn Out the Shadow Teacher for Autis Childrean at Sekolah Dasar Negeri 04 Pagi Jakarta Timur (Organizer of, Inclusion Educational School)

(E). xii + 55 Pages

(F). Burn out for volunteer is more often be connected with physical and psyche. It happened because charge of psychology condition from reaction of working situation with not give advantage. (Freudenberger in Farber, 1991) burn out is kind of tired, cause some one who works very intense, in dedicating and commiting working too m11ch and long. With this pressure it can create feeling guilty, the consequency they feel tired or frustration which caused abstracted the reach of expectation.

Bisades improve the knowledge this research has a purpose psychology field, and to know how description of burn out from the shadow teacher who teach at Sekolah Dasar Negeri 04 Pagi Jakarta Timur (Organizer of, Inclusion Educational School).

Approach in this research uses qualitative approach with study case method. Qualitative approach is one of method which be done in natural situation. The data not in digit shape, but with words shape, so in processing data it's not clone statistic account, but with inductive and deductive analysis.

This research uses two person, as obj1ict who taken based characteristic which had been decided before. All the objects of research working as shadow teacher with degree education background. Age of the objects are about 22• until 28 years old who work at Sekolah Dasar Negeri 04 Pagi Jakarta Timur (Organizer of, Inclusion Educational School).

(10)

caused and symptom of burn out can be found when working, every

obstacle came from pressure and, problem when working.

(11)

SWT pemilik alam semesta yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Akhirnya selesai juga skripsi yang saya dambakan i11i. Tanpa campur tangan-MU, mungkin skripsi ini tidak akan selesai.

Sebuah perjalanan yang cukup melelahkan dari perkuliahan akhirnya selesai juga. Skripsi ini jauh dari sempurna. Tapi yang saya rasakan dalam

penyusunan skripsi ini adalah dukungan dari orang-orang terbaik serta

beberapa pihak yang dapat membuat saya semangat dan terus berjuang untuk mempertahankan skripsi hingga selesai.

Terima kasih saya ucapkan kepada :

1.

lbu Netty Hartati, M.Si, Dekan Fakulta1s Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Terima kasih sedalam-dalamnya saya ucapkan atas bantuan, kritikan, serta saran-saran selama saya kuliah di Fakultas Psikologi. Sekali lagi terima kasih banyak atas perhatian ibu selama ini.

2. lbu Ora. Agustiawati, M Phil Sne, dosen pembimbing pertama saya.

Terima kasih saya ucapkan kepada ibu yang saya repotkan untuk konsultasi skripsi. Sekali lagi terimakasih banyak.

3. lbu S. Evangeline, M.Si, Psi selaku dosen pembimbing kedua saya,

terima kasih atas masukan yang bermanfaat, dan atas sharing ilmunya.

4. Bapak Prof. Hamdan Yasun selaku pembimbing akademik saya

selama perkuliahan. Terima kasih yang tulus saya ucapkan, karena telah membimbing saya selama kuliah dan rnemberikan nasehat yang berharga untuk saya.

5. Kedua orang tua, Suheri Yanto seorang bapak yang sabar, kuat dalam

membimbing keluarga dan lbu Lilik Sri Rahayu seorang ibu yang tak pernah kenal lelah dalam menjalani hidup. Kepada mereka berdua saya ucapkan terima kasih sedalam-dalamnya, karena memberikan dorongan baik materil maupun motivasi serta nasehat-nasehat yang berharga. Tak lupa Kakakku Rully Novianto, M. Si dan Adikku Dina Kusuma Ningrum. Semoga Allah terus mE!mberikan kedamaian di keluarga kita.

6. Kepala Sekolah SD negeri 04 lnklusi Gedong Jakarta Timur yang telah

(12)

makasih banyak atas masukan dan dukungan. Event Oraganizer Wajah lnsan Negeri, Agung, Iqbal, Bahrian, Yogi TKP (Trans 7), Andri.. Teman-teman Psikologi Angkatan 2001, 2002, 2003, 2004, 2005, 2006 yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu kalian adalah yang terbaik.

8. Mrs. Dwi thanks for spirit. Sigma Smart EduGation Ir. Adrizal, Selamet

Sutanto SE, Rahmat Mariadi. Terima Kasih atas kerjasama yang kita bangun hingga selama ini, semoga bermanfaat bagi orang banyak. 9. My team, trainer Dream Smart TM, Ir Yudistira, Mas Anton, Mas Lutfi, Ir

Wida, Ir Mira. Terima kasih juga teman-teman di Yayasan Soekarseno Peduli lbu Lilly, SE , lbu Hema, lbu Arymbi, lbu Herdiana SH 'Cinta

Laura Khiel Cinderella', Priyandana Kusurnadi (Psikologi UI) Mas

Wahyudin, M. Si , terim{;jkasih atas sharing ilrnu yang bermanfaat.

10. Seluruh staf Fakultas Psikologi terima kasih banyak atas bantuannya

selama ini

Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis memanjatkan syukur dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi yang membaca dan bisa dijadikan bahan untuk penelitian selanjutnya. Amin.

Jakarta, September 2007

(13)

Halaman Pengesahan ii

Motto iii

Dedikasi iv

Abstraksi v

Kata Pengantar vii

Daftar lsi IX

Daftar Tabel xii

BAB 1. PENDAHULUAN 1- 9

1.1. Latar belakang masalah... .. . . .. 1

1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7

1.2.1 Pembatasan Masalah ...

7

1.2.2 Perumusan Masalah... .. . . ... . . .. . .

7

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian... .. . ... ... ... ... .. ... ... 8

1.3.1 Tujuan Penelitian ...

8

1.3.2 Manfaat Penelitian... .. . ... .. . ... ... ... ... ... ... .... 8

1.4. Sistematika Penulisan ... 8

BAB 2. KAJIAN PUSTAKA

10-28

2.1. Deskripsi teoritik ... :. . . . .. . . 10

2.1.1. Burn Out.. ... 10

Sindrom Burn Out... 11

2.1.2. Guru Pendamping ... 13

.Definisi Guru Pendamping ... 13

(14)

2.1.4. lnklusi. ... 21

Tujuan Pendidikan lnklusi ... 22

Manfaat Pendidikan lnklusi ... 23

Kurikulum Pendidikan lnklusi. ... 25

2.2. Kerangka Berfikir. ... 26

METODOLOGI PENELITIAN 29-36 3.1. Jenis Penelitian ... 29

3.1.1. Pendekatan Penelitian ... 29

3.2. Metode Penelitian ... 30

3.2.1. Pengambilan Sempel ... 30

3.2.2. Populasi dan Sampel. ... 30

3 .. 2.3.Karakteristik Subyek ... 31

3.3. Pengumpulan Data ... 32

3.3.1 Metode ... 32

3.3.2 lnstrumen ... 34

3.4. Prosedur Penelitian ... 35

3.4.1. Prosedur Persiapan Penelitian ... 35

3.4.2. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 35

3.5. Prosedur Analisa Data ... 36

BAB4 HASIL PENELITIAN

37-49

4.1. Gamba ran Um um Subyek Penelitian' ... 37

4.2. Gamba ran Analisa Kasus ... 38

(15)

5.2 Diskusi. ... 52 5.3 Saran ... 53 DAFTAR PUSTAKA

LAMPI RAN

1. Surat permohonan izin penelitian dari fakultas psikologi. 2. Surat keterangan melakukan penelitian dari Sekolah Dasar

Negeri lnklusi 04 Pagi Jakarta Timur. 3. Inform consent

(16)
[image:16.595.65.420.152.483.2]
(17)

1.1. Latar belakang masalah

Dalam sebuah proses kegiatan belajar mengajar di セZ・ャ。ウ@ terjadi interaksi antara murid dengan guru. Murid belajar mengen_;:il dirinya sendiri, memahami lingkungannya dan mencoba hal-hal baru yang belurn pernah mereka

lakukan sebelumnya. Keberadaan guru di kelas menanamkan nilai kebaikan

dan memberikan motivasi kepada murid-muridny<'. Dalam proses pendidikan, guru tidak hanya menjalankan fungsi alih ilmu pengetahuan

(transfer of knowledge), tapi juga berfungsi untuk menanamkan nilai, serta membangun karakter (character building) peserta diclik secara berkelanjutan (Asrorum, 2006).

Ada perbedaan guru yang mengajar di sekolah reguler dengan guru yang mengajar di sekolah inklusi, dimana guru yang mengajar di sekolah reguler, seperti guru-guru pacla umumnya memilil<i peran sebagai pemberi materi

'

(18)

Masuknya ABK ke dalam suatu kelas secara otomatis akan mempengaruhi suasana kelas dan interaksi antar siswa di dalam kelas.

Kehadiran ABK di kelas memang membuat guru harus siap untuk bekerja ekstra, guru kelas dalam pendidikan inklusi harus dapat memodifikasi metode instruksi dalam mengajar, memodifikasi kegiatan kelas, menyediakan waktu ekstra untuk merencanakan program, memberi dukungan pada rekan guru lainnya atau staf di kelas, serta menyempatkan diri untuk mengikuti pelatihan mengenai prosedur dan penggunaan alat-alat bantu medis. Guru di kelas inklusi juga akan lebih berhasil dan mampu memahami karakteristik dan kebutuhan-kebutuhan siswa sehingga dapat bersikap ataupun mengajar sesuai dengan kebutuhan siswa. Pemahaman guru terhadap apa yang dibutuhkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam berprestasi.

(19)

dapat menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru kelas. Selain itu guru tersebut bertugas membantu memperjelas informasi yang disampaikan agar diperoleh pengetahuan yang ia perlukan untuk dapat berpartisipasi di dalam kegiatan kelas.

Adapun guru pendamping mempunyai fungsi dalam memberikan bimbingan dan pengarahan antara lain, memastikan agar anak memahami semua persyaratan untuk menyelesaikan tugas dan menjalani rutinitas prosedur di kelas sehari-hari, menjembatani situasi agar terjadi hubungan antara anak dengan guru kelas, memberikan bantuan dan kesempatan kepada anak agar ia dapat mengembangkan hubungan dan berinteraksi dengan teman

sebayanya, jangan hanya berinteraksi dengan guru pendamping, berusaha keras agar anak belajar berfungsi secara mandiri di lingkungan sekolah.

Guru yang mendampingi anak autis di kelas ini memiliki peran yang sangat penting untuk pelaksanaan program kelas inklusi. Guru pendamping sebagai orang yang lebih dekat dan berpengaruh selama proses pembelajaran di sekolah terutama ketika berada dalam proses belajar mengajar. Peran guru pendamping diutamakan pada pembimbingan selama proses belajar

(20)

jembatan dalam berinteraksi antara guru kelas, dan bertindak sebagai komunikator dan jembatan komunikasi, serta mendomng anak berinteraksi dengan teman-teman.

Guru pendamping harus mengetahui keadaan atau karakteristik masing-masing anak autis di kelas, misalnya anak tersebut mempunyai karakteristik belajar yang sesuai dengan dirinya, setidaknya ia juga mengetahui gaya belajar individu autistik secara umum dan ciri khas anak yang ia dampingi pada khususnya. Paling tidak mereka bisa sampai 5 jam ;-ehari untuk mendampingi anak-anak autis tersebut di kelas, den(ian perbandingan 1:2(satu guru pendamping menghadapi dua orang anak). Dibutuhkan waktu yang lama untuk menjadi guru pendamping yang handal dan mengerti kebutuhan anak didik dengan porsi waktu tersebut.

(21)

Guru pendamping harus mampu bersabar karena yang dihadapi memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak normal pada umumnya, selain itu guru pendamping mencari cara untuk membuat anak mengerti, karena memiliki berbagai kete•batasan dan kekurangan terutama yang menyangkut kesiapan untuk memenuhi segala kebutuhan sehari-hari atau melakukan kegiatan sehari-harinya. Gambaran tersebut terasa lebih kompleks lagi karena guru pendamping juga mempunyai aneka イ。セQ。ュ@ kepribadian dan cara mengajar. Guru pendamping harus mengetahui kebutuhan anal< didiknya, agar si anak memperoleh yang diperlukan iuntuk dapat berpartisipasi di dalam kegiatan kelas. Selain itu, un1uk memperjelas informasi yang disampaikan guru kelas.

(22)

Dengan berbagai macam tingkah Jaku yang dialami guru pendamping dalam menghadapi anak autis mengakibatkan guru pendamping mengalami rasa Jelah (bum out). karena berbagai tekanan yang diperoleh dari segala

aspek, misalnya akibat reaksi terhadap situasi kerja yang tidak nyaman. Rasa kelelahan emosional dapat dilihat timbulnya ra1sa bosan dalam mengajar yang mengakibatkan semangat mengajarnya agak menurun, kemudian mudah tersinggung. Ada kalanya guru pendamping ini mengeluh yang tiada henti, suka marah bila murid itu tidak sesuai melakukan sesuai dengan yang ditugaskan oleh guru pendamping, menjadi gelisah apabila target mengajarnya tidak sesuai dengan tujuan yang menimbulkan kesia-siaan (banyak waktu yang terbuang), putus asa (sernangat mengajarnya hilang), dan berdampak menurun kinerjanya ketika rnengajar di kelas, dan mungkin bisa juga akan berpengaruh terhadap anak didiknya, karena profesi yang mudah mengalami kejenuhan ini disebabkan tekanan dan beban

menghadapi anak autis selama proses belajar mengajar.

Permasalahan yang dialami guru pendamping ketika mengalami rasa lelah

(23)

Penulis dalam hal ini mengambil judul penelitian yakni :

"Gambaran

Burn Out

Pada Guru Pendamping Anak Autis Di

Sekolah Dasar Negeri 04 Pagi Jakarta Timur (SD Penyelenggara

Pendidikan lnklusi)"

1.2. Pembatasan dan perumusan masalaih

1.2.1 Pembatasan masalah

Untuk menghasilkan penelitian yang terstruktur dan tidak meluas maka penulis melakukan pembatasan permasalahan. Masalah penelitian ini adalah gambaran burn out pada guru pendamping di sekolah inklusi. Permasalahan ini difokuskan gambaran kelelahan guru ー・ョ、。ューゥョAセ@ mendidik anak autis dalam proses kegiatan belajar mengajar, gambaran tingkat burn out mereka, apa efek terhadap diri dan kinerja dalam pelaksanaan tugas, serta upaya apa yang mereka lakukan untuk mengatasinya.

1.2.2 Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis akan merumuskan permasalahan sebagai berikut :

(24)

1.3. Tujuan penelitian dan manfaat penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran kelelahan guru penJamping yang mengajar di sekolah inklusi.

1.3.2 Manfaat penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini untuk mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang psikologi. Bagi guru pendamping dan pihak sekolah bisa menjadi masukan dalam menghadapi problem-problem psikologis yang dihadapi ketika berhadapan dengan anak autis.

1.4

Sistematika penulisan

BAB pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, sistematika penulisan. BAB II landasan teori, meliputi deskl"iptik teori yaitu burn out,

(25)

BAB Ill

BAB IV

BAB V

metode penelitian, berkaitan dengan penelitian meliputi, pengertian penelitian kualitatif, Metode penelitian, pengambilan sampel, pengumpulan data, wawancara, observasi, dan alat bantu, subyek penelitian : karakter, jumlah sampel, dan teknik pengambilan sampel, dan prosedur penelitian.

analisa dan interpretasi data, menguraikan tentang analisis terhadap data yang telah diperoleh.

(26)

2.1.

Deskripsi teoretik

2.1.1.

Burn Out

Burn out istilah psikologis yang berarti kelelahan. Yang menyebabkan l"Uh dan kurangnya minat terhadap sesuatu. Menurut Sutjipto (2004), istilah burn out pertama kali diutarakan dan diperkenalkan pada masyarakat oleh Herbert Freudenberger pada tahun 1973, dengan pendefinisian sebagai berikut: •

" a

state of fatigue or frustration brought about by devotion to

a

cause way of life or relationship that failed to produce the expected reward"

Freudenberger and Richelson (1980), sepe1ii yang clikutip oleh Ningdyah (1999), menyatakan bahwa burn out merupakan suatu keadaan lelah atau frustasi yang terjadi karena seseorang bekerja terlalu keras untuk mencapai harapan-harapannya, tanpa memperhatikan kebutuhan-kebutuhan dirinya sendiri.

Definisi burn out yang lebih khas diungkapkan oleh Pines & Aronson (1988) yang mendefenisikan burn out sebagai :

(27)

Dari definisi tersebut, bum out dipandang sebagai keadaan lelah, yang meliputi kelelahan secara fisik, emosional dan mental karena adanya

keterlibatan jangka panjang dalam situasi yang menuntut keterlibatan emosi, kegiatan jangka panjang tersebut terjadi secara monoton karena tidak ada perubahan dalam beraktifitas. Kondisi bum out al<an membuat suasana tidal< menyenangkan, bila terus dibiarkan al<an membuat seseorang menjadi frustasi.

Sindrom burn out

Burn out digolongkan sebagai suatu sindrom dengan tiga jenis kelelahan yaitu emosional, fisik dan mental Caputo dan Pines ('1991).

a) Emosional

Maslach menyebut kelelahan emosi sebagai inti bum out, kelelahan ini muncul bila individu menjadi sangat terlibat secara ernosional, rnelebihi l<emampuan dalam dirinya dan merasa terbebani oleh tuntutan emosional dari orang lain Caputo (1991).

Menurut Pines dan Arronson seperti dikutip Sutjipto (:2004) bahwa sindrom

(28)

orang lain, rnerasa tidak memiliki apa-apa untuk diberikan, sia-sia, putus asa, sedih, tertekan, dan tidak berdaya.

b) Fisik

Kebanyakan orang mengalami burn out seperti emosi bertahap energi yang dimilikinya dan kelelahan fisik yang dirasakan memang tidak terpisah dari kelelahan mental dan emosional yang menyertainya Caputo (1991).

Seseorang yang mengalami burn out biasanya meras.a sakit kepala, demam sulit tidur.

c) Mental

Orang yang mengalami kelelahan emosional biasnya juga merasakan berkurangnya kemampuan dalam memusatkan perhatiannya, memecahkan masalah, melakukan penilaian ataupun mengingat sesuatu.

Tetapi secara emosional menimbulkan gangguan terhadap efektifitas kemampuan individu yang sesungguhnya, hal itu terjadi dalam suatu

(29)

2.1.2.

Guru pendamping

Definisi guru pendamping

Dalam website DEPDIKNAS, oleh Sri Utami (2006), mengenai guru pendamping anak autis dipaparkan bahwa guru pendamping (shadow teacher) adalah seseorang yang membantu guru kelas dalam mendampingi anak autis, sehingga proses pengajaran dapat berjalan lancar tanpa

gangguan. Prasyarat menjadi guru pendamping (shacfow teacher) adalah : 1. Bukan asisten anak (helper)

2. Mempunyai latar belakang sebagai pendidik 3. Bersifat terbuka dan mau bekerjasama

4. Berdedikasi tinggi dan tidak mudah menyerah

5. Mengajarkan sopan santun, respek, tenggang msa, empati 6. Menjadi figur bagi seluruh siswa.

(30)

Dyah Puspita (2006) menyatakan bahwa, guru pendamping adalah guru yang mendampingi anak saat belajar di kelas. Guru bertindak sebagai jembatan dalam berinteraksi antara guru kelas, dan anak yang umumnya masih sulit berkonsentrasi dan fokus memperhatikan guru kelas. Modal yang harus dimiliki oleh guru pendamping dalam menghadapi anak autis di kelas adalah. Memiliki pengetahuan mengenai gaya belajar individu autistik secara umum dan ciri khas anak yang ia dampingi pada khususnya. Tugas guru

pendamping antara lain :

1. Tidak membantu anak dalam mengerjakan tugas

2. Bertindak sebagai komunikator dan jembatan komunikasi. 3. Mendorong anak berinteraksi dengan teman-teman sekelasnya.

(31)

Peranan guru pendamping di da!am kelas

Guru pendamping mempunyai peranan yang sangat penting di dalam kelas, karena mempunyai peranan yang sangat penting antara lain :

1. Menjembatani instruksi yang diberikan guru kelas kepada murid 2. Mengendalikan perilaku anak di kelas

3. Membantu anak untuk tetap berkonsentarsi

4. Membantu anak belajar, bermain, berinteral<si dengan teman-temannya.

5. Menjadi media informasi antara guru l<elas dan orang tua dalam membantu anak mengajar ketinggalan dari pelajaran di l<elasnya.

2.1.3.

Definisi autis

Kata autis berasal dari bahasa Yunani

auto

berarti sendiri yang ditujul<an

pada seseorang yang menunjul<kan gejala hidup dalam dunianya sendiri, pada umumnya anal< autis mengacuhl<an suara, penglihatan, serta tidak mampu memberikan reaksi secara sosial atau emosional atas apa yang terjadi pada orang-orang di sel<itar merel<a. Misalnya, tidak dapat

(32)

Lumbantobing (1997) autis rnerupakan gangguan perkernbangan fungsi otak yang rnencakup bidang sosial dan afek, kornunikasi verbal (bahasa) dan non-verbal, irnajinasi, fleksibilitas, lingkup interest(rninat), kognisi dan atensi. lni suatu kela1nan dengan ciri perkernbangan yang abnormal dari hubungan sosial dan bahasa. Gejala penting lainnya ialah tidak suka dengan perubahan, perilaku rnotorik yang "aneh", (Lurnbantobing,1997).

Dr. Widodo Judarwanto (2003) istilah autis rnerupakan gangguan perkernbangan pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlarnbatan dalarn bidang kognitif, bahasa, perilaku, kornunikasi dan interaksi sosial.

Sedangkan Chaplin (1968) rnengungkapkan autisrne sebagai berikut

(Kartini Kartono, 2001) :

a. Suatu cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau oleh diri sendiri.

b. Menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan セQ。イ。ー。ョ@ sendiri dan rnenolak realitas.

(33)

Dengan definisi dari berbagai sumber, penulis dapat menyimpulkan bahwa autis merupakan salah satu gangguan perkembangan perilaku dimana penyandang autis memiliki ciri yang unik (berbeda dengan anak normal) berupa aktif pada dirinya sendiri, juga perilaku lain yang cenderung khas

(stereotype), cenderung aneh (idiosyncratic), dan berulang-ulang (repetitif).

Faktor penyebab autis

Penyebab autis belum diketahui secara pasti. Hingga saat ini, para ahli masih terus melakukan penyelidikan mengenai penyebab kondisi ini. Beberapa ahli menyebutkan autis disebabkan karena multifaktorial. Beberapa peneliti mengungkapkan terdapat gangguan biokimia. ahli lain berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh gangguan kejiwaan.

(34)

Gejala-gejala autis

Seseorang baru dapat dikatakan sebagai termasuk Autistic Spectrum Disorder, bila ia memiliki sebagian dari uraian gejala-gejala berikut ini: a. Gangguan komunikasi --- cenderung mengalami hambatan

mengekspresikan diri, sulit bertanya jawab sesuai konteks, sering mengikuti ucapan orang lain, atau bahkan men9alami hambatan bicara secara total dan berbagai bentuk masalah gang9uan komunikasi lainnya.

b. Gangguan perilaku --- adanya perilaku khas serierti melompat-lompat, berjalan jinjit, senang pada benda yang berputar atau

memutar-mutarkan benda, mengketuk-ketukkan benda ke: benda lain, dan berbagai bentuk masalah perilaku lain yang tidak wajar bagi anak seusianya.

(35)

Gaya belajar

individu

autisme

Setiap individu mempunyai gaya tersendiri dalam memahami informasi secara efektif. Pada umumnya kita belajar melalui inclra penglihatan, perabaan dan atau pendengaran. Kita juga punya aneka gaya dalam

mengingat, ada individu yang lebih ingat fakta daripada orang lain. Ada yang lebih suk-3 detil. Untuk anak autis ada beberapa gaya belajar yang dominan pada diri mereka (Sussman, 1999) :

1. Rote learner anak cenderung menghafalkan informasi apa adanya,

tanpa memahami arti simbol yang mereka hafalkan itu. Contohnya anak dapat mengucapkan huruf dengan baik secara urut (atau

melengkapi urutan abjad yang tak lengkap), tetapi sesungguhnya tidak tahu bahwa huruf itu bila digabung dengan huruf lain akan menjadi kata yang mengandung makna.

(36)

akan sulit menjawab pertanyaan tentang salah satu detil. Misalnya anak tersebut diberikan mainan karet yang biasanya dimainkan sambil mandi dan mengatakan "letakkan di air'', ia akan dapat melakukannya.

Tetapi bila diberikan mainan yang sama lalu mengatakan "letakkan di rak mainan", ia akan tetap meletakkannya di air. la tidak paham makna kata 'letakkan' tetapi hanya mengasosiasikan seluruh kalimat dengan kebiasaannya saja. Berbeda dengan anak normal yang belajar bicara justru mulai dari kata perkata, anak autis dengan gaya gestalt akan belajar bicara dengan mengulangi seluruh kalimat.

3 Visual learner anak dengan gaya belajar 'visual' senang melihat-lihat

buku atau gambar atau menonton TV dan umumnya lebih mudah mencerna informasi yang dapat mereka lihat, daripada yang hanya dapat mereka dengar.

(37)

5 Auditory learner: Anak dengan gaya belajar ini senang bicara dan mendengarkan orang lain bicara. la mendapatkan informasi melalui pendengarannya. Jarang sekali anak autis bergantung sepenuhnya pada gaya ini dan biasanya menggabungkannya dengan gc.ya lain.

2.1.4.

lnklusi

Dalam pendidikan inklusi, siswa yang masuk ke dalam ling_kungan sekolah sangat beragam, mulai dari siswa normal hingga siswa berkebutuhan khusus dengan berbagai macam tingkat kacacatan, baik itu l<ecacatan yang terlihat

(obvious disability) maupun kecacatan yang terselubung (hiC:den disability) . Ofsted, diikuti dalam Ainscow ( 2001):

Sebuah sekolah yang mempraktekkan pendidikan inklusif merupakan sekolah yang memperhatikan pengajaran dan pembelajaran, pencapaian, sikap dan kesejahteraan setiap anak.

Konsep pendidikan inklusi memiliki lebih banyak ke:samaan yang melandasi gerakan pendidikan untuk semua dan peningkatan mutu sekolah. Seminar Agra Afrika Selatan (1998):

'

*) Lebih luas daripada pendidikan formal : mencakup pendidikan di rumah. Masyarakat, sistem non formal dan informal.

(38)

*) Memungkinkan struktur, sistem dan metodologi pendidikan memenuhi kebutuhan semua anak.

*) Mengakui dan menghargai berbagai perbedaan pada diri anak : usia,

gender, etnik, banasa, status dll.

*) Merupakan proses yang dinamis yangsenantiasa berkembang sesuai

dengan budaya dan konteksnya.

Tujuan Pendidikan lnklusi

Tujuan utarna 、。セゥ@ pendidikan inklusi adalah menyediakan pengalaman

mendapatkan pendidikan secara formal untuk semua siswa {Waldron, 1996).

Tujuan utama dari pendidikan inklusi ini bukan sekedar untuk menghemat

uang, tetapi melayani pendidikan semua siswa, yaitu dengan memberi

fasilitas dan membantu proses belajar mengajar serta proses penyesuaian

dari seluruh siswa. Pendidikan inklusi menguntungkan bagi semua siswa,

dimana mereka mempunyai kesempatan akademik dan keterampilan sosial,

serta melatih untuk siap hidup bermasyarakat. Pemb<3ntukan perilaku yang

positif, meningkatkan kemampuan akademik dan keterampilan sosial, serta

melatih untuk siap hidup bermasyarakat. Pembentukan perilaku positif pada

siswa-siswa berkebutuhan khusus terjadi dengan adanya bimbingan dan

(39)

Demikian pula halnya dengan perkembangan interaksi sosial dan komunikasi dalam pembentukan perkawanan dan bekerja dalam kelompok. Seluruh siswa belajar untuk mempunyai empati dan simpati (sensitives), penuh pengertian, dan turnbuh dengan nyaman bersama individu yang berbeda-beda diantara teman-teman sekelasny. Selain itu terjadi pula peningkatan dalam kemampuan sosial diantara siswa-siswa selama belajar di sekolah. Siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan

akademik, komunikasi, dan keterampilan sosial.

Manfaat Pendidikan lnklusi

Metode yang paling efektif dalam mengajarkan anak autis pada pendidikan inklusi adalah dalam aktivitas bermain (play activities) yang telah tersusun, dimana teman sebaya rnereka telah dilatih, guru-gurunya secara aktif memberikan bantuan (prompt) serta interaksi antara anak autis dan ternan sebayanya.

Menurut Wagner (1999) manfaat tersebut adalah

a. Manfaat Untuk Anak Autis

Anak autis mempunyai kelemahan (impairments) dalam

(40)

memiliki role models, maka perbaikan dalam keterampilan sosial dan komunikasinya kadang tidak memperoleh kemajuan. Pendidikan umum memberikan kesempatan berharga dalam berinteraksi sosial dengan teman sebayanya. Anak autis memerlukan dukungan agar ia dapat berkembang dan melakukan generalisasi akan keterampilan sosialnya.

b. Manfaat Untuk Anak Lain

Anak-anak normal sebagai ternan sebaya juga memperolah manfaat

dari partisipasi anak autis dalarn pendidikan inklusi, yaitu mereka akan

menyadari adanya kebutuhan anak-anak cacat yang lebih tinggi. Hal ini akan membawa rnereka menjadi lebih sensitive terhadap anak cacat dan dapat menerima kelebihan dan kekurangan (strengths and weaknesses) dari teman-teman mereka.

c. Manfaat Teman Sebaya

Manfaat ini sangat berguna terutama pada anak-anak yang

mempunyai kesulitan dalam berinteraksi antar teman sebaya maupun dalam

'

komunikasi timbal balik, dimana teman sebaya secara terus menerus dan berulang meminta mereka untuk memberi respon yang sesuai. Hal ini

(41)

penurunan dalam bermain (solitary play), dan peningkatan keterampilan bermain yang wajar. Hal ini terjadi karena adanya program teman sebaya yang konsisten dan teratur. Para guru dan orang tua juga menyadari bahawa sangat sukar mengajarkan keterampilan sosial sesuai usia kepada seorang anak. Anak akan lebih mudah belajar keterampilan ini dari anak lain, atau dari program pelatihan teman sebaya, yang ia dapatkan sepanjang kegiatan belajar mengajar.

Kurikulum Pendidikan lnklusi

Prinsip-prinsip dalam proses belajar mengajar di dalam kelas inklusi secara umum sama dengan prinsip-prinsip yang berlaku bagi anak pada umumnya. Namun demikian karena di dalam kelas inklusi terdapat ABK yang mengalami kelainan baik fisik, intelektual, sosial, emosional, dan sensoris neurologis dibandingkan siswa pada umumnya,

Dalam pendidikan inklusi, kurikulum yang digunakan tetap berupa kurikulum nasional untuk satuan pendidikan yang bersangkutan. Dalam buku panduan Direktorat PLB (2004a) disebutkan bahwa pendidikan inklusi berarti

(42)

bersangkutan disertai penyesuaian terhadap kebutuhan peserta didik secara individual.

2.2. Kerangka berpikir

Autis merupakan gangguan perkembangan yang ditandai dengan ketidak mampuan berinteraksi sosial, bertingkah laku aneh, dan keterbatasan dalam berkomunikasi.

Dengan keterbatasan kemampuan bersosialisasi dan komunikasi anak autis akan memperoleh pelajaran yang sangat penting dari lingkungan di sekolah. Sekolah inklusi adalah media belajar yang mengintegrasikan siswa berkebutuhan khusus (penyandang autis) dengan anak yang normal. Dengan model integrasi, anak autis akan mampu mendapatkan hal-hal baru yang berkaitan dengan sifat dasar manusia sebagai makhluk sosial.

(43)

aktivitas yang terbatas, berulang(repetitive). Anak autis rnernpunyai kesulitan dalarn bersosialisasi dan mernpunyai keterbatasan dalarn berkornunikasi. Karakteristik ini sangat beragarn dari satu individu dengan individu lainnya, rnulai dari yang berat sarnpai yang ringan, serta kadang berubah sejalan dengan bertarnbahnya usia.

Pendidikan inklusi rnernberikan darnpak yang positif dalarn rnernperbaiki kornunikasi dan interaksi sosial bagi anak autis rnelalui keterlibatan ternan-ternan sebaya. Teman sebaya juga dapat rnernbantu anak untuk mencapai kernajuan yang berarti dalarn perilakunya serta rnernperlihatkan perbaikan dalarn orientasi sosial seperti dalam bergiliran, berbagi rnainan,

rnernperlihatkan, emosi senangnya, atau mampu mengikuti atau menerirna atauran dalarn perrnainan.

Guru pendamping rnempunyai peranan yang penting dalarn proses belajar mengajar di kelas. Guru pendamping sebagai orang yang lebih dekat dengan anak autis di kelas. Guru pendarnping ini menjernbatani antara guru

'

(44)

Dengan mendampingi anak autis tersebut secara terus-menerus, ada kalanya guru ini mengalami kelelahan yang meliputi l<e!elahan secara fisik, emosional dan mental karena adanya keterlibatan jangka panjang dalam situasi yang menuntut keterlibatan emosi. Karena yang dihadapi guru tersebut adalah anak dengan gangguan berinteraksi, berkomunikasi dan gangguan perilaku.

(45)

penelitian kualitatif dengan kuantitatif yang menampilkan data dalam bentuk angka - angka (Poerwandari, 2001).

3.2.

Metode penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Data untuk keperluan studi kasus bisa berasal dari enam sumber, yaitu : dokumen, rekaman arsip, wawancara, pengamata langsung, observasi partisipan, dan perangkat fisik.

Menurut Robert K Yin (2000) dalam studi kasus, peneliti tidak memiliki kontrol atas kejadian-kejadian yang telah berlangsung. Studi kasus juga dapat

memberi niali tambah pada pengetahuan kita secara unik tentang fenomena individual individual dan dapat digeneralisasikan secara teoritis.

3.2.1

Pengambilan Sampel

3.2.2.

populasi dan sampel

Populasi

Populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu obyek yang

(46)

Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas, lengkap yang dianggap mewakili populasi (Kountur, 2004).

Teknik Sampling

Dalam penelitian kualitatif tidak ada ketentuan berlaku mengenai sampel yang harus dipenuhi. Satu sampel dapat digunakan dalam suatu penelitian studi kasus, asalkan data yang didap2tkan sudah cukup, pengambilan sampel harus disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitian, sehingga pengambilan sampel dengan kriteria sampel. Oleh karena itu dalam

penelitian ini data yang diambil adalah

2

orang subyek guru pendamping

(shadow teacher) anal< autis di sekolah inklusi SD Negeri 04 Gedong Jakarta Timur (SD Penyelenggara Pendidikan lnklusi).

3.2.3.

Karaktersitik subyek

Adapun karakteristik subyek guru pendamping yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

(47)

2)

3)

3.3.

3.3.1

Dewasa awal di Jakarta usia 24 tahun sarnpai dengan 28 tahun.

Berlatar belakang pendidikan yang sesuai.

Pengumpulan data

Metode

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang akan digunakan peneliti

adalah metode wawancara sebagai metode utama dan observasi sebagai

metode penunjang untuk melengkapi data yang terkumpul melalui metode

wawancara.

1. Metode wawancara mendalam

Wawancara (interview) adalah suatu bentuk komunikasi verbal, semacam

percakapan yang bertujuan memperoleh informasi (Nasution, 2001 ). Jen is

wawancara yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam

atau indepth interview. Kerlinger (2000) menjelaskan bahwa wawancara

mendalam adalah wawancara yang tetap menggunakan pedoman

(48)

Wawancara mendalam interviewer menggali terus pertanyaan kepada narasumber sampai ke akar permasalahan, sehingga interviewer

memperoleh jawaban yang diinginkan.

2. Metode observasi

Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki (Narkubo dan Ahmadi, 2001).

Metode observasi memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subyek penelitian. lnstrumen yang digunakan pada observasi adalah lembar observasi yang dibuat dalam bentuk catatan

(49)

3.3.2

lnstrumen

lnstrumen dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara. Pedoman wawancara. Pedoman wawancara adalah daftar sebuah pertanyaan

mengenai tema-tema atau topik yang mencakup c.alam proses wawancara. Pedoman wawancara ini sangat penting peranannya dan dibutuhkan peneliti dalam proses wawancara, hal ini agar mempermudah peneliti untuk

mengetahui jawaban dari subyek peneliti.

Alat bantu pengumpulan data

Untuk membantu peneliti dalam proses pengumpulan data, diperlukan alat-alat yang dapat membantu dan mempermudah tugas peneliti agar

pengolahan data bisa dilakukan dengan mudah. Alat bantu yang digunakan adalah tape recorder untuk merekam hasil wawancara.

(50)

3.4

Prosedur penelitian

3.4.1.

Prosedur persiapan penelitian

Sebelum peneliti melakukan penelitian, maka harus dipersiapkan segala

sesuatu yang berhubungan dengan keperluan penelitian.

1. Membuat pedoman wawancara yang digunakan sebagai acuan dalam

melakukan wawancara.

2. Membuat laporan observasi

3. membuat lembar kesediaan sebagai subyek penelitian.

4,. Menyediakan tape recoder untuk merekam hasil wawancara.

3.4.2.

Prosedur pelaksanaan penelitian

1. Penelitian ini dimulai pada tanggal 27 Agustus 2007 sampai dengan

3 September 2007.

2. Membuat kesepakatan dengan subyek ュ・ョァ・セョ。ゥ@ kesediaan subyek

utuk diwawancarai.

3. Menggunakan pedoman wawancara yang telah dibuat dan disetuju

oleh dosen pembimbing sebagai acuan dalam melakukan wawancara

4. Melakukan wawancara sesuai dengan tanggal yang telah disepakati

(51)

5. Berdasarkan hasil wawancara kemudian dibuat laporannya secara

verbatim untuk mempermudah proses analisa, lalu dilakukan analisa

dskriptif.

3.5

Prosedur Analisa Data

Menurut Patton (dalam Moleong, 2002) analisa data adalah proses mengatur

urutan dasar. Oalam melakukan analisa data ada beberpa hal yang harus

dilakukan peneliti :

1. Peneliti menulis hasil wawancara secara verbatim, serta membuat

laporan observasi yang telah dilakukan pada subyek penelitian selama

proses wawancara.

2. Analisa awal data setiap subyek, kemudian menyimpulkan dari setiap

jawaban subyek untuk menemukan pola jawaban yang muncul dalam

wawancara.

3. Peneliti menuliskan kesimpulan sementara yang dilanjutkan dengan

mendaftar tema-tema yang muncul.

4. Peneliti menyusun data yang berisikan daftar tema-tema dan kategori

yang telah disusun sehingga menampilkan pola hubungan antara

kategori yang kemudian akan dituangkan dalam bentuk analisa tertulis

dalam bab 4. Penulisan analisa dibuat berdasarkan kategori umum

(52)

Pada bab 4 ini penulis akan menguraikan hasil pengolahan data yang telah didapat dari lapangan penelitian. Hasil penelitian meliputi gambaran umum subyek penelitian, セ。ュ「。イ。ョ@ dan analisa kasus serta analisa perbandingan antar kasus.

4.1. Gambaran !!mum subyek penelitian

Subyek penelitian ini berjumlah dua orang yang diarnbil berdasarkan karakteristik yang telah ditetapkan sebelumnya, sernua subyek penelitian berprofesi sebagai guru pendamping dengan latar belakang pendidikan dua orang S 1 Pendidikan, usia subyek berada pada usia 23 sampai dengan 28 tahun.

(53)

semenjak 2003 sudah membuka kelas inklusi, di sekolah ini ada yang Autis, ADHD, dan keterlambatan belajar.

Nama subyek penelitian ini sengaja disamarkan dengan inisial huruf, berguna untuk menjaga kerahasiaan subyek dan pihak-pihak terkait sehingga

kerahasiaan subyek dapat terjaga sesuai dengan kode etik penelitian.

Untuk memudahkan melihat gambaran ke 2 subyek penelitian, maka disajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel

4.1

Gambaran Umum Guru Pendamping

No Na ma Jen is Usia Ag a ma Pendidikan

I

Lama

Kelamin Mengajar

1 FH Perempuan 23TH Islam S 1 Psikologi 1 Tahun

2 SN Perempuan 28TH Islam S

1

Pendidikan 3 Tahun

4.2. Gambaran dan Analisa Kasus

4.2.1

Kasus FH

[image:53.595.43.492.140.537.2]
(54)

guru pendamping di SD Negeri 04 Gedong Jakarta Timur merupakan pengalaman pertama yang ia jalani. Menjadi guru pendamping ini sudah ia jalani selama 1 tahun FH mendampingi anak autis laki-laki sejak anak tersebut duduk di kelas 3 sampai kelas 4.

FH memaknai sebagai guru pendamping merupakan sebuah pekerjaan yang sangat penting dan harus dikerjakan secara professional. Baginya seorang guru pendamping sama seperti seorang konse!or, harus sabar, dan memiliki empati dengan keadaan anak didik, misalnya FH ュ・セュ「。ケ。ョァォ。ョ@ bagaimana

jika suatu saat terjadi pada dirinya.

FH sebagai guru pendamping bertanggung jawab menghadapi 2 orang anak, waktu yang dibutuhkan dalam menghadapi anak autis adalah 5 jam dalam satu hari yakni dari pukul 07.00 sampai dengan pukul 12.00 FH mengajar dari hari senin sampai dengan hari sabtu.

(55)

FH mengatakan "Aku dapat ilmu tentang autis ini di kampus, waktu itu ada ma ta ku/iah psikologi pendidikan, di kampus itu juga sering ada kajian

tentang anak autis, bagi saya autis itu merupakan s\セ「オ。ィ@ gangguan perilaku, kelainan peri/aku. Anak tersebut sosia/isasinya kurang, sering

berkhayal. Lebih senang dengan Junia sendiri. Perilakunya berbeda dengan

anak-anak yang lain. (Wawancara dengan subyek tanggal 27 Agustus 207).

FH hanya fokus pada satti-pekerjaan ini, ia tidak menjalani aktifitas lain selain guru pendamping. Awai menjadi guru pendamping, ia peroleh dari seorang teman. Sebenarnya FH tidak tertarik untuk menjadi guru

pendamping. FH lebih senai ig menjadi staf HRD karena ketika penjurusan di kampusnya ia memilih Psikologi lndustri dan Organisasi. Namun ketika ia di tawari untuk menjadi guru pendamping di SD Negeri lnklusi 04 Gedong Jakarta Timur, ia menerima tawaran itu. Menurutnya ketika sudah terjun di suatu pekerjaan harus professional, bukan karena terpaksa, tetapi

memberikan yang terbaik untuk anak didik dan oranii tua.

(56)

dilakukan, dan sebaliknya bila suatu perilaku tidak diberi imbalan maka perilaku tersebut akan terhenti.

"Ya, ka/au murid saya itu berhasil menjawab soa/ saya kasih puj/an, misalnya

dia berhasil menjawab 5 soal benar semua saya kasih reward, ya minimal pujian". (Wawancara dengan subyek tanggal 27 Agustus 207).

Selama menjadi guru pendamping FH menambah wawasannya dan mengasah keterampilannya dengan berdiskusi dan bertukar pengalaman dengan teman sesama guru pendamping di tempat ia mengajar, misalnya ada suatu kejadian dimana murid FH senang berteriak-teriak, kemudian ia diskusikan masalah ini kepada temanya sesama guru pendamping, selain itu ia juga sering berdiskusi dengan orang tua murid FH sering memberikan laporan hasil kemajuan belajar kepada orang tua. Selain itu ia menambah wawasan dengan membaca buku dan seminar-seminar ketika duduk dibangku kuliah.

Tekhnik yang digunakan FH untuk memahami anak didik adalah dengan memahami karakteritiknya secara mendetail, misalnya anak tesebut

(57)

Selama proses kegiatan belajar mengajar FH cukup rnemperoleh kendala dan kesulitan, sehingga ia mengalami bum outi seperti rasa kesal dan

menyalahkan orang lain, tingkatan bum out yang dialami tidak terlalu tinggi. Pada kasus FH ini kerja sama yang kurang optimal adalah dari para suster yang mendampingi. Karena para suster ini terlalu ove1· protektif terhadap anak asuhnya. Misalnya jika waktu istirahat anak tersebut terkadang dilarang untuk bermain bersama teman-ternannya karena takut terganggu, yang

mengakibatkan anak didiknya mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan teman-temannya. Perilaku yang sering ditemukan selama proses kegiatan belajar mengajar adalah prilaku agresif, dan marah. Hal yang ditemui FH yang menyebabkan FH mengalami bum out adalah anak tersebut tidak mengerti apa yang telah disampaikan, FH terkadang mengulang sampai 10 kali.

"ya, nih aku terkadang mengulang sampai sepuluh ka/i, kayak diajak ngobrol enggak nyambung,terkadang anak tersebut suka membeo misalnya aku bilang ini sepeluh kemudian anak tesebut mengulangi perkataanku ini sepuluh, yang menyebabkan materi yang disampaikan oleh guru tidak sampai kemurid".

(Wawancara dengan subyek tanggal 27 Agustus 207}.

Sosialisasi anak yang FH dampir:igi cukup baik, anak tersebut mampu berinteraksi dengan temannya.

(58)

melengkapi. Kemudian juga pas Jagi upacara, yang menyiapkan barisan

muridlw, kalau enggak gitu dia pasti marah, pokoknya upacara muridku itu

harus dapat tugas". (Wawancara dengan subyek エ。ョAセァ。ャ@ 27 Agustus 207).

Salah satu cara yang digunakan FH jika ar,ak tersebut tantrum adalah dengan mengajak bicara anak tersebut, menyayangnya. Tantrum terjadi jika anak tersebut keinginannya tidak terpenuhi. FH menerapkan tekhnik Lovaas yang itu memberikan pujian ketika anak tersebut melakukan sebuah

kebaikan.

Hubungan FH dengan orang tua cukup baik ada yang kooperatif dan ada yang tidak terutama para suster, yang kurang bekerjasama, misalnya dalam berinteraksi dengan teman-temannya para suster ini terlalu over protektif dengan anak asuhnya. Hal ini tentu akan berpengaruh dengan

perkembangan dan kemajuan si anak. FH memberikan report hasil kegiatan belajar dan buku penghubung anak autis. Setiap hari ayahnya datang kesekolah dan seminggu sekali ibunya menelpon FH untuk mengetahui perkembangan yang telah dicapai.

Analisa Kasus

(59)

pendamping. Dalam menghadapi anak autis tidak terlalu sulit karena anak yang dihadapinya cenderung kooperatif, namun FH agak sulit jika anak tersebut mengulang-ulang apa yang telah dil<atakan. Untuk memahami anak adalah dengan memahami karakteristiknya dengan melihat kecenderungan dan keinginan anak. Tiap anak yang dihadapi subyek berbeda kemampuan akademiknya. Hubungan subyek dengan para orang tua cukup baik dan kooperatif. Setiap hari FH menuliskan hasil belajar di buku penghubung dengan orang tua.

Makna Menjadi Seorang Shadow

FH memaknai sebagai guru pendamping merupakan sebuah pekerjaan yang sangat penting dan harus dikerjakan secara professional. Baginya seorang guru pendamping sama seperti seorang konselor harns sabar, dan harus empati dengan keadaan anak didik. FH membayangkan bagaimana jika suatu saat terjadi pada anak dirinya dan membantu anak didik supaya menjadi mandiri.

Sumber Burn Out

Burn out yang dialami subyek, merupakan penyebab mikro yang berasal dari tekanan dan permasalahan selama bekerja, misalnya perilaku agresif,

(60)

pengulangan bisa sampai 10 kali. lni mempengaruhi kondisi subjek terutama psikis, subyek terkadang ingin merasa marah ketika sedang bertugas.

Dampak dari bum out adalah FH terkadang merasa kesal terhadap diri sendiri ada perasaan gaga! dalam mengajar. Ada keinginan untuk berhenti mengajar. Cara yang dilakukan untuk mengatasi rasa lelah ini FH mencoba merubah variasi dalam mengajar.

4.2.2 Kasus SN

SN seorang guru pendamping perempuan yang berusia 28 tahun, belum menikah. Menjadi guru pendamping ini sudah ia jalani selama 3 tahun SN mendampingi anak autis laki-laki yang duduk di kelas 3. Selain menjadi guru pendamping SN bekerja sebagai terapis di daerah Bekasi yang berjumlah 3 orang antara lain : 1 murid TK di daerah jati asih, gangguannya autis keterlambatan bicara, 1 orang anak play group yang mengalami autis murni, dan terakhir siswa kelas 3 SD normal mengalami yang kesulitan belajar.

Bagi SN, autis merupakan anak yang mengalami hambatan dalam bersosialisasi, berinteraksi. Anak autis seakan-akan hidup di dunianya sendiri. Menurut SN autis itu bukan sebuah penyakit melainkan sebuah

(61)

yang tidak dimiliki oleh anak normal, jadi semaksimal mungkin SN menelusuri kelebihan anak tersebut.

Guru pendamping bagi SN sebuah pekerjaan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, guru pendamping membantu dan mengarahkan anak didik untuk dapat belajar fokus di kelas, berinteraksi, bersosialisasi, dengan lingkungan sekitarnya.

Bagi SN menjadi guru harus tegas dan memahami karakteristiknya , ini disebabkan karena anak autis itu sudah terpola.

"Menjadi guru pendamping itu harus tegas dan memahami karakteristik yang

kita dampingi, Kita harus mengetahui kendalanya, kelebihan dan kekurangan,

tegas disini dalam artian tidak galak ditegaskan karena anak autis itu sudah

terpola, misalnya jam 9 harus istirahat ya anak autis itu harus istirahat,

enggak bisa jam 9 kita masih be/ajar. " (Wawancara, 3 September 2007)

(62)

Dalam mendampingi anak autis, SN menggunakan .ABA (Applied Behavior Analysis) atau Lovaas metode ini dipilih karena metode ini sangat terstruktur sehingga dengan mudah dapat dipakai o!eh guru pendamping dalam

menan!;jani anak autis. lntinya pada metode ini adalah sama dengan teori Pavlov (respondent conditioning) yaitu suatu perilaku bila diberi

reinforcement (imbalan yang tepat) akan semakin sering dilakukan, dan sebaliknya bila suatu perilaku tidak diberi imbalan maka perilaku tersebut akan terhenti.

" Ya ka/au anak didik saya berhasil menjawab soa/ saya beri pujian, ya kalau enggak bisa yang saya kasih tahu cara mengetjakannya"

(Wawancara, 3 September 2007)

Selama menjadi guru pendamping SN menambah wawasannya dan mengasah keterampilannya dengan berdiskusi dan bertukar pengalaman dengan teman sesama guru pendamping. Selain itu SN mengikuti berbagai seminar dan training, sebelum menjadi guru pendarnping SN mengikuti training di AGCA Center selama dua bulan.

(63)

Dalam melaksanakan tugas di SD Negeri 04 Gedong Jakarta Timur SN mengalami burn out dengan gejala tubuhnya terasa ォセャ。ィ@ setelah bekerja. Hal yang ditemui SN yang menyebabkan burn out selama proses belajar mengajar adalah perilaku tantrum. Jika anak sedang tantrum SN harus tenang. SN akan merangkul anak tersebut, merangkul bertujuan untuk

membuat anak tersebut menjadi rileks. Menurut SN anak autis itu sebenarnya tidak mau marah hanya karena tidak dapat menahan emosi saja.

"Kadang kalau sedang tantrum saya rangkul saya berikan kasih sayang, saya mengajaknya ngobrol, tetapi harus tegas kalau tidak nanti dia akan

bergantung kepada kita." (Wawancara, 3 September :2007)

Hubungan SN dengan orang tua cukup dan kooperatif. Pengalaman SN yang menyenangkan selama menjadi guru pendamping adalah ketika anak didiknya sudah dapat berososialisasi dengan lingkungan sekitar, dan mau bermain dengan teman-temannya. Sedangkan pengalaman yang tidak menyenangkan adalah ketika anak tersebut mengalami tantrum.

Analisa Kasus

lstilah autisme dikenal oleh subyek dari masa kuliah, tetapi SN bukan berasal dari Psikologi. SN belajar mengenai autis melalui seminar dan training.

profesi sebagai guru pendamping telah dijalani selama 3 tahun,

pengalamannya ditambah dengan menjadi terapis hingga saat ini. Dengan demikian ia berpengalaman cukup baik untuk menjadi seorang guru

(64)

tersebut jika tantrum marahnya sangat berat sampai memukul. Untuk

memahami anak adalah dengan memahami karakteristiknya dengan melihat kecenderungan dan keinginan anak. Tiap anak yang dihadapi subyek

berbeda kemampuan akademiknya. Hubungan subyek dengan para orang tua cukup baik dan kooperatif. Setiap hari SN menuliskan hasil belajar di buku penghubung dengan orang tua.

Makna Menjadi Seorang Shadow

Bagi SN menjadi guru pendamping membantu mengarahkan anak sehingga dapat bersosialisasi, berkomunikasi tidak hanya di dalam kelas saja tetapi di luar kelas. Menjadi guru pendamping setidaknya harus memahami

karakteristik yang dimiliki oleh anak autis.

Gejala dan Sumber Bum Out

(65)
(66)

5. 1.

Kesimpulan

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gamabaran bum out yang dialami oleh guru pendamping di sekolah inklusi. Berdasarkan hasil

wawancara dan pengamatan yang diperoleh dari lapangan serta analisa dari beberapa komponen yang berkaitan dengan bum out yang dialami oleh 9.uru pendamping, maka diperoleh beberapa kesimpulan seba9ai berikut:

1. Para guru pendamping menikmati profesinya seba9ai guru pendamping anak autis, setiap guru pendamping melaksanakan pekerjaannya secara professional sesuai dengan tugasnya, dan berusaha dengan baik mencapai tujuan agar anak didik dapat berkembang dan mandiri kelak, serta dapat bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

Guru pendamping bertugas :

Menjembatani instruksi antara guru dan anak Mengendalikan perilaku anak di kelas

Membantu anak untuk tetap berkonsentrasi

(67)

Menjadi media komunikasi antara guru dan orang tua dalam membantu proses belajar anak.

2. Para guru pendamping dalam melaksanakan tugasnya mengalami

bum out dengan gejala marah, kesal, ada keinginan putus asa. l<endala dan hambatan yang dialami para guru pendamping menjadi sumber bum out diperoleh dari berbagai aspek. ditinjau dari kondisi anak didik dan pengalaman mendampingi anak autis. Dari kedua narasumber diatas ternyata yang rentan mengalami bum out adalah guru pendamping yang mempunyai jam terbang sedikit seperti yang dialami FH

3. Untuk mengatasi bum out dilakukan dengan berbagai pendekatan, misalnya dengan merubah variasi dalam pendampingan. lni dilakukan oleh FH dan SN supaya tidak monoton dalam mendampingi anak didik.

5. 2.

Diskusi

(68)

Pada SN, yang menjadi sumber bum out, ketika anak tersebut tantrum, namun SN sudah terbiasa dengan kondisi anak didiknya.

Bekerja sebagai guru pendamping merupakan salah satu pekerjaan yang rentan mengalami bum out. (Maslach, 1993) dalam

penelitiannya, bum out terjadi pada bidang pekerjaan yang berorientasi pada melayani orang lain seperti bidang kesehatan mental, bidang pelayanan kesehatan, bidang pendidikan, maupun bidang pelayanan sosial. Burn out terjadi akibat berubahnya kondisi psikologis pemberi pelayanan seperti guru akibat ョセ。ォウゥ@ terhadap situasi kerja yang tidak menguntungkan.

Sebagai guru pendamping bukanlah pekerjaan mudah, walaupun tidak jauh beda dengan guru kelas, namun guru pendamping memiliki cara dan metode khusus dalam menghadapi muridnya. Khususnya

mengendalikan diri ketika berhadapan dengan anak yang tantrum, bersikap tidak wajar.

(69)

bekerja, setiap kendala bersumber dari tekanan dan permasalahan selama bekerja.

Setiap kendala yang mengganggu proses belajar rnengajar seperti tantrum, para guru pendamping berusaha untuk menghadapi situasi tersebut secara bijaksana, dan memahami anak didik secara baik dan menyesuaikan diri dengan dampak dari tekanan yang dialami selama bekerja.Profesi sebagai guru pendamping tidak lepas dari latar

belakang pendidikan, awal pengenalan autis, usia, serta pengalaman mendampingi anak autis.

Yang rentan mengalami bum out adalah yang belum memiliki

pengalaman mengajar yang cukup. Semakin lama guru pendamping menghadapi anak autis, rasa cinta terhadap tersebut semakin tumbuh.

Kehadiran ABK di kelas memang membuat guru harus siap untuk bekerja ekstra. Guru kelas dalam pendidikan inklusi harus dapat

(70)

5. 3.

Saran

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara pada guru pendamping autis di sekolah inklusi Jakarta, maka terdapat beberapa hal yang perlu disarankan, antara lain :

1. Diharapkan para guru pendamping berperan aktif dalam meningkatkan kepercayaan diri mereka, misalnya dengan mengikutsertakan mereka dalam acara-acara sekolah maupun di luar sekolah yang intinya pada acara tersebut mampu meningkatkan dirinya dalam sebuah kompetisi yang bersifat umum dan bisa diikuti siswa autis, misalnya :

mengikutsertakan lomba menggambar, karena pacla diri autis tersebut terdapat kelebihan yang harus diasah.

2. Diharapkan juga bagi seluruh pendidik yang mengadakan kegiatan belajar mengajar di kelas-kelas yang ada anak autis, jangan hanya terus-menerus membebankan tugas-tugas sekolah yang bersifat akademik saja. Perlu beberapa kali diadakan simulasi psikologis atau sesi konseling, yang tentunya di dalam kemasan yang dapat

meningkatkan kepercayaan diri mereka secara optimal.

(71)

4. Bagi para guru pendamping yang memiliki pekerjaan sangat mulia, hendaknya menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai autis, dan mengasah keterampilan dalam menerapkan metode yang dipakai. Oleh karena itu penting sekali selain mempelajari teori, mereka harus melakukan stimulasi serta melakukan prakterk ャ。ョAセウオョァN@ Serta sebisa mungkin merubah variasi dalam mendampingi anak autis karena dengan begitu guru pendamping mempunyai pengalaman-pengalaman baru, dan tidak menjadi monoton.

(72)
(73)

C.Edwards, Phd 2006 Ketika Anak Sulit Diatur Bandung : Mizan

Chaplin, J.P. Dictionary of Psychology. Kamus Lengkap Psiko/ogi. Dr.Kartini Kartono (terj).2001.Jakarta : Raja Grafindo Persada

Djamaluddin, Soedarsono, 2006, Konsep Pendidikan Bagi Anak Autistik dan Profil Model Seka/ah Pelita Hati Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa.

Halberstam Yitta, 2004, Gift From The Heart 2, Jakarta : 131P Harseno Kurnia, 2006, lnterospeksi Jakarta : PERPUS Jak Sel Hurlock, Elizabeth, 1978. Child Development, Jakarta : Erlangga Maslim, Rusdi, 2001, Diagnosa Gangguan Jlwa.PPDGJ If/ Jakarta :

Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan RI

Moleong, Lexy, 2004, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Nasution, S, 2003, Metode Research: Penelitian llmiah. ,lakarta : Bumi Aksara

Papalia, Diane E, 2006 A Child World Infancy Through Aclo/escence New York: Mc Graw-Hill

Petersen Lindy, 2004, Bagaimana Memotivasi Anak Be/afar, Jakarta : Gramedia

(74)

(Gifted) Pada Usia Remaja Awai Di SMP Negeri 19. Jakarta: Skripsi Fakultas Psikologi UIN Jakarta

Slamet, Suprapti, 2005 Pengantar Psiko/ogi Klinis. Jakarta : UI Press Soedarsono Yudistira, 2006 Dream Smart for Teens, Jakarta : Mizan Somantri Sutjihati , M.si, Psi 2006 Psikologi Anal< Luar Biasa. Bandung :

Refika Aditama.

Suryana Agus, 2004 Terapi Autis Anal< Berbakat dan Anal< Hiperaktif Jakarta: Progress.

Sutjipto, 2004, Apakah Anda Mengalami Bum Out, Jakarta: Badan Peneliti dan Pengembangan Depdiknas.

Yin, Robert K, 2003, Studi Kasus Desain dan Metode Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Artikel :

Seminar Bulanan Psikologi Sekolah, 2006, Program Pengajaran Bagi Siswa Berkebutuhan Khusus Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Rubrik Psikologis 2004, Bosan : Majalah Gadis.

Discovery, 2001, Fires of The Mind The Invisible Wall : AUTISM Discovery Health Chanel

(75)

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Lengkap

J enis Kelamin

Usia

Pendidikan Terakhir

Alamat

No telp

Tempat Mengajar

Mengajar kelas

Menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden penelitian ini, dan data sa'ya dijamin

kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian semata

Responden penelitian

(76)

Wawancara

Tempat

Hari I tanggal

Waktu

Catatan lapangan

1/2/3/4/5

I. Keadaan tempat wawancara, cuaca, kehadiran pihak lain di tempat wawancara

2. Fisik dan penampilan subyek

3. Gangguan selama wawancara

4. Sikap subyek selama jalannya wawancara

a. Suara

b. Intonasi

c. Posisi tubuh

d. Sikap terhadap interviewer

5. Ringkasan terhadap wawancara

(77)

I. Apa pendapat anda tentang Au tis ?

2. Penge11ian guru pendamping itu apa ?

l. Sejak kapan anda menajdi Guru Pendamping anak Autis? Sudah berapa lama

4. Mengapa tertarik dengan Autis ?

5. Apakah anda mempunyai latar belakang Pendidikan?

6. -Apa profesi lain selain menjadi Guru Pendamping?

-Usia anda sekarang?

7. Kenapa anda berminat menjadi Guru Pendamping?

8. Bisa dijelaskan karakteristik menjadi Guru Pendamping?

9. Berapa orang yang anda hadapi dalam satu hari ?

I 0. Apakah ada perbedaan antara mengajar di kelas dengan ada anak Autis dengan tanpa

siswa Autis ?

11. Pelatihan dan keterampilan apa saja yang anda peroleh scbelum menjadi Guru

Pendamping ?

12. Bagaimana cara anda memahami anak Autis ?

13. Jenis metode apa yang anda terapkan pada anak Autis?

14. Sebelum menjadi Guru Pendamping apakah anda mengetahui dampak yang mungkin

terjadi ketika berha<lllpan dengan anak autis ?

B. Sumber Bum Out yang dialami subyek ketika menghadapi anak A.utis

1. Selama menjadi Guru Pendamping, adakah pengalaman yang menyenangkan ? ceritakan

2. Bagaimana pengalaman yang tidak menyenangkan ? bagaimana hambatannya?

(78)

pelaksanaan proses belajar mengajar ?

*Penyebab terjadinya kelelahan?

*Cara mengatasi kelelahan tersebut?

7. Bagaimanakah hubungan anda dengan orang tua anak?

8. Bagaimanakah persepsi anda terhadap orang tua yang tidak mengerti dengan

perkembangan anaknya ?

9. Bagaimanakah persepsi anda terhadap orang tua yang ov

Gambar

Tabel 4.1 Garnbaran Urnurn Guru Pendarnping
Tabel 4.1 Gambaran Umum Guru Pendamping

Referensi

Dokumen terkait

Pendaftaran secara online melalui pesertadidik.ditpsmk.net dilengkapi dengan fotocopy/scan rapor terakhir yang menandakan masih aktif sebagai siswa SMK dan pas foto (3

Pada kehidupan sehari-hari dikenal berbagai penerapan reaksi kimia organik dalam Industri atau kehidupan sehari-hari, diantaranya pada industri mentega.. Pada industri

This means, at baseline distance of only 10 mm two cameras of the same type will likely not cause projective problems and follow the above mentioned theory for point features, whilst

4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 34/PRT/M/2015 yang telah diubahan dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Karya Tulis Ilmiah yang berjudul

[r]

lingkungan, BLH sudah dijalankan, hal ini sesuai dengan fungsi pengawasan yang diatur dalam Pasal 71, Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya wajib

Hasil penelitian menunjukkan hanya 1 dari 22 pasien yang merasakan nilai kenyamanan di atas 5 pada pemeriksaan laringoskopi indirek dengan video smartphone , sedangkan