• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi visual masyarakat terhadap kemasan kondom Fiesta dan Durex

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi visual masyarakat terhadap kemasan kondom Fiesta dan Durex"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERSEPSI VISUAL MASYARAKAT TERHADAP KEMASAN KONDOM FIESTA DAN DUREX

Oleh Dade Maulana NIM: 51907047

Kemasan merupakan kesan singkat dari citra produk yang ingin disampaikan oleh produsen kepada konsumen, dan kemasan tersebut haruslah terpadu dengan fungsi produk. Kemasan memainkan peranan penting dalam identitas produk karena kemasan merupakan penghubung yang penting antara pabrik, pengecer dan pelanggan. Dengan demikian setiap kemasan seyogyanya berbeda dengan kemasan produk lain yang serupa sehingga identitas produk tersebut dapat tersampaikan dengan tepat. Keragaman desain kemasan terjadi juga pada salah satu produk kontrasepsi yaitu kondom. Saat ini produk yang mendominasi pasaran adalah dari produsen Fiesta dan Durex. Secara umun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang persepsi visual masyarakat terhadap kemasan produk kondom Fiesta dan Durex, dan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui unsur visual yang paling menarik dari kemasan kondom Fiesta dan Durex menurut masyarakat.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu wawancara mendalam kepada dua pihak yaitu pihak responden dan pihak Circle K. Teknik wawancara mendalam dipilih karena memungkinkan peneliti dapat memperoleh data dalam jumlah banyak dan terbuka. Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara pada responden, sedangkan data sekunder merupakan data yang didapatkan dari hasil studi pustaka dan pencarian data online.

Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa desain pada kemasan kondom Fiesta dan Durex dapat memberikan kesan yang berbeda pada konsumen, kesan tersebut diperoleh dari pandangan responden terhadap aspek-aspek visual dalam kemasan yaitu, warna, bentuk, logo, tipografi dan ilustrasi. Aspek visual yang unik pada kemasan dapat lebih menarik perhatian dan mudah diingat konsumen. Selanjutnya berdasarkan hasil pengolahan data, dapat diperoleh data bahwa konsumen kurang mendapat informasi mengenai produk didalamnya pada Primary Display Panel / Panel Display Utama, sehingga beberapa diantara mereka sering menganggap kemasan kondom Fiesta dan Durex merupakan kemasan sebuah produk makanan.

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap produk berkeinginan mempunyai kemasan yang beragam dan bisa menarik perhatian calon konsumennya, hal ini terjadi pada produk-produk yang beredar di pasaran seperti produk-produk makanan, minuman, obat-obatan, dan banyak lainnya. Untuk membuat kemasan yang beragam produsen-produsen produk tersebut ada yang menggunakan ilustrasi sebagai daya tariknya ada juga yang menggunakan warna-warna yang mencolok untuk dijadikan daya tariknya. Selain kemasan yang beragam strategi marketing setiap perusahaan pun harus menjadi hal yang penting dalam pemasaran produk.

(3)

kesalahan pada kemasan dapat mempengaruhi penjualan produk tersebut karena kemasan merupakan bagian dari stategi pemasaran sebuah produk.

Kemasan merupakan kesan singkat dari citra produk yang ingin disampaikan oleh pabrik, dan kemasan tersebut haruslah terpadu dengan fungsi produk. Kemasan memainkan peranan penting dalam identitas produk karena kemasan merupakan penghubung yang penting antara pabrik, pengecer dan pelanggan. Kemasan juga merupakan bagian terpadu dari rencana pemasaran dan harus mencerminkan tema promosi yang ingin disampaikan. Kemasan juga merupakan ekspresi visual dari identitas perusahaan atau kepribadian perusahaan karena ini menciptakan kepercayaan pada produk. Ini penting sekali bila berhubungan dengan produk yang mempunyai label sendiri atau sebuah perusahaan yang menghasilkan jajaran produk yang serupa. Memasukan identitas produk ke pikiran pelanggan merupakan bagian penting dari pemasaran dan penjualan yang baik. Produsen yang kurang memiliki perhatian pada USP (Unique selling proposition), dapat berakibat membuat bingung para pelanggan.

(4)

Keragaman desain kemasan terjadi juga pada salah satu produk kontrasepsi yaitu kondom. Kondom yang sekarang banyak beredar dipasaran adalah kondom pria yang lebih dikenal masyarakat dengan kondom, meskipun ada juga kondom yang dikhususkan untuk perempuan. Tetapi kondom perempuan masih sulit didapatkan, tidak seperti kondom pria yang banyak dijumpai di pasaran.

Berbagai perusahaan memproduksi kemasan alat kontrasepsi ini dengan semenarik mungkin. Saat ini kondom dapat ditemui dengan mudah di tempat-tempat perbelanjaan seperti apotik, super market, mini market, toko-toko waralaba di sekitar rumah. Mereka memajang langsung produk-produk alat kontrasepsi ini di rak pajang yang ketentuannya konsumen memilih langsung salah satu produk dari beberapa produk serupa yang dipajang. Penyimpanan dalam rak juga dapat dengan mudah dicapai oleh calon konsumen sehingga siapapun dan kapanpun bisa dengan mudah untuk membelinya.

(5)

jika produk Durex kemasannya terkesan lebih tenang dan santai, berbeda dengan kemasan Fiesta yang kemasannya terlihat lebih ceria dan kesan lebih berani. Hal ini menimbulkan persepsi yang berbeda pada konsumen atau masyarakat luas.

Sebagian besar alasan para konsumen saat memilih produk adalah mereka tertarik dengan kemasan produk yang unik dan menarik. Desain kemasan produk yang dibuat sebaiknya bisa langsung dapat ditangkap maksudnya oleh konsumen tanpa berpikir terlalu lama. Jika para konsumen telah tertarik dengan kemasan produk yang ditawarkan, berarti kemasan itu telah berhasil memberikan kesan pertama yang menarik bagi para konsumen untuk lebih loyal terhadap produk tersebut, sehingga tidak diragukan lagi bahwa peningkatan penjualan pun akan dialami produsen tersebut.

1.2 Identifikasi Masalah

Banyak produsen kondom membuat kemasan yang unik dan berbeda dari kemasan produk lain yang serupa, hal ini diharapkan produsen dapat menjadi strategi penjualan produk tersebut. Produsen kondom Fiesta dan Durex juga melakukan hal yang sama untuk melakukan strategi penjualan yaitu salah satunya dengan membuat kemasan yang berbeda dari kemasan produk serupa.

(6)

terhadap produk tersebut karena tidak tersampaikannya pesan yang terkandung dalam produk tersebut kepada konsumen. Hal ini dapat memicu konsumen memilih produk lain untuk mereka beli dan hal itu dapat mempengaruhi pada daya jual produk.

Masyarakat memiliki pandangan yang berbeda pada saat mereka melihat kemasan kondom Fiesta, mereka beranggapan bahwa kemasan kondom Fiesta lebih cocok menjadi sebuah kemasan makanan ringan dibanding menjadi kemasan sebuah produk kondom. Berbeda seperti kemasan kondom Durex yang dimana masyarakat menganggap bahwa kemasan tersebut merupakan kemasan yang lebih tepat menjadi kemasan produk kondom dibanding kemasan Fiesta. Hal ini muncul karena produk kemasan kondom yang kebanyakan beredar baik produk import maupun asli dari Indonesia dalam kemasannya selalu memunculkan ilustrasi yang menunjukan aktifitas seksual.

1.3 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat diambil beberapa permasalahan yang dihadapi yakni:

a. Bagaimanakah persepsi visual masyarakat tentang kemasan Fiesta dan Durex.

b. Unsur visual apa yang menjadi daya tarik masyarakat pada kedua kemasan tersebut.

(7)

1.4 Batasan Masalah

Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang dibahas dibatasi pada masalah:

a. Penelitian ini berkaitan dengan kondom laki-laki yaitu merek Fiesta dan Durex sebagai market leader produk kondom di Indonesia. Untuk merek Fiesta dibatasi varian Fiesta Strawberry, Fiesta Banana, Fiesta Mint, dan Fiesta Durian. Sedangkan merek Durex dibatasi varian Together, Extra safe, Pleasuremax, dan Comport.

b. Penelitian ini berkaitan dengan persepsi visual masyarakat tentang kemasan Fiesta dan Durex.

c. Penelitian ini dilakukan kepada laki-laki berusia 17-40 tahun di kota Bandung, dengan difokuskan pada warung waralaba Circle K.

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan Umum

Berdasarkan permasalahan penelitian ini, secara umun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang persepsi masyarakat terhadap kemasan produk kondom Fiesta dan Durex yang beredar sekarang.

1.5.2 Tujuan Khusus

(8)

1. Untuk mengetahui unsur visual yang paling menarik dari kemasan kondom Fiesta dan Durex.

2. Mengetahui kemasan kondom yang ideal menurut masyarakat.

1.6 Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai proses pemecahan masalah yang diselidiki dengan melukiskan keadaan subjek dan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau bagaimana adanya. Yang menurut Nazir (1999:63) Metode Deskriptif adalah "Suatu metode untuk meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang diselidiki". Berkenaan mengenai metode deskriptif, Sarwono dan Lubis (2007:139) menjelaskan “Masalah tersebut dianalisis berdasarkan data yang dikumpulkan tanpa menggunakan angka atau dengan kata lain data atau informasi bukan dalam bentuk angka. Data ini dapat berupa gejala, peristiwa, pendapat, karya, artefak, dan lain sebagainya”.

(9)

fenomena yang terjadi terhadap persepsi visual masyarakat tentang kemasan kondom Durex dan Fiesta.

Mengingat terbatasnya waktu, dana dan tenaga maka tidak semua jumlah pelanggan diteliti sebagai objek penelitian. Untuk mendapatkan data digunakan teknik random sampling (sampel random). Sampel random adalah sampel yang diambil dari suatu populasi dan setiap anggota populasi yang mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Singarimbun dan Efendi, 1987:162)

1.7 Metode Pencarian Data

Dalam pencarian data tentang persepsi konsumen terutama laki-laki terhadap kemasan kondom Fiesta dan Durex digunakan adalah metode kualitatif langsung. Menurut Bogdan dan Taylor (1975) dalam buku Moleong (2004:3) mengemukakan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Data kualitatif memberikan informasi yang mendalam dan pemahaman yang luas mengenai masalah penelitian. Informasi tersebut berupa penjelasan-penjelasan yang terperinci mengenai alasan atau motivasi dari seorang responden mengapa ia berperilaku tertentu. Data kualitatif tidak berbentuk numeric, tetapi berbentuk deskripsi, penjelasan, uraian dan alasan.

(10)

mengetahui benar apa yang menjadi tujuan penelitian tersebut. Responden tidak harus pengguna produk tersebut karena penelitian ini adalah penelitian mengenai kemasan. Teknik yang digunakan adalah Depth Interview.

Depth Interview yaitu wawancara tatap muka secara personal antara seorang responden dengan seorang pewawancara. Pewawancara berusaha menggali secara mendalam persepsi, sikap atau motivasi yang terkait dengan topic yang ditanyakan. Wawancara dilakukan secara mendalam dan tidak terstruktur, artinya hanya ada pedoman pertanyaan tetapi pertanyaan dapat berkembang sesuai dengan alur diskusi yang terjadi. (Sumarwan, 2011:28)

1.7.1 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiono. 2004). Dalam melakukan penelitian ini didapatkan objek sebanyak kurang lebih 200 (dua ratus) konsumen yang datang per harinya ke warung waralaba Circle K tempat perbelanjaan yang menjual produk kondom Fiesta dan Durex.

(11)

kurang lebih 200 orang per hari nya.

1.7.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada laki-laki berusia produktif mulai dari usia 17 sampai 40 tahun di warung waralaba “Circle K” Jl. Dipati Ukur No. 96 Bandung, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2011 sampai dengan Januari 2012.

1.8 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data primer dan sekunder, dalam pengumpulan data primer menggunakan teknik wawancara, sedangkan pengumpulan data sekunder ialah studi pustaka dan pencarian dengan menggunakan perangkat komputer yang terhubung dengan internet.

1.8.1 Data Primer a. Wawancara

(12)

kondom Fiesta dan Durex dan berlanjut dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai aspek visual kemasan, kemudian wawancara hal yang lebih spesifik. Hal ini sesuai dengan asumsi dasar penelitian kualitatif, yaitu bahwa jawaban yang diberikan harus dapat membeberkan persepsi responden.

1.8.2 Data Sekunder a. Studi Pustaka

Penulisan dan pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan pedoman dari buku, artikel, makalah, jurnal, dan berbagai tulisan yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti.

b. Pencarian Data Online

(13)

1.9 Kerangka Pemikiran

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

1.10 Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

Berisi uraian tentang latar belakang pelaksanaan penelitian, identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian, serta uraian tentang metode yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini.

Bab II Kemasan, Kondom dan Persepsi

(14)

kemasan.

Bab III Deskripsi Produk Kondom Fiesta Dan Durex

Bab ini berisi deskripsi mengenai Kemasan Kondom Fiesta dan Durex yang beredar di pasaran. yang meliputi warna, logo, bentuk, tipografi, dan aspek terkait lainnya.

Bab IV Pembahasan Masalah

Dalam bab ini diuraikan mengenai kemasan kondom Fiesta dan Durex yang terdapat pada identifikasi masalah dan rumusan masalah dengan menggunakan landasan teori serta metode penelitian tertentu.

Bab V Simpulan

(15)

BAB II

KEMASAN, KONDOM DAN PERSEPSI ViSUAL

2.1 Desain Kemasan Sebagai Alat Komunikasi

Desain kemasan adalah bisnis kreatif yang mengaitkan bentuk, struktur, material, warna, citra, tipografi, dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat dipasarkan. Desain kemasan berlaku untuk membungkus, melindungi, mengirim, mengeluarkan menyimpan, mengidentifikasi, dan membedakan sebuah produk di pasar. Pada akhirnya desain kemasan berlaku sebagai pemasaran produk dengan mengkomunikasikan kepribadian atau fungsi produk secara unik.

2.1.1 Pengertian Kemasan

(16)

a. Mutu kemasan dapat menumbuhkan kepercayaan dan pelengkap citra diri dan mempengaruhi calon pembeli untuk menjatuhkan pilihan terhadap barang yang dikemasnya.

b. Kemasan mempunyai kemudahan dalam tanpa mengurangi mutu ketahanannya dalam melindungi barang.

c. Desain Iuar kemasan harus sesegera mungkin menimbulkan kesan yang benar tentang jenis isi barang yang dikemas.

d. Perencanaan yang baik dalam hal ukuran dan bentuk, sehingga efisien dan tidak sulit dalam hal pengepakan, pengiriman Serta penempatan, dernikian pula penyusunan dalam lemari pajang.

e. Melalui bentuk dan tata desain yang dimilikinya kemasan berfungsi sebagai alat pemasar untuk mempertinggi daya jual barang. Dalam fungsi ini desain bentuk-kemasan harus mendapat dukungan penuh dari unsur desain grafisnya, sehingga bentuk kemasan selain menarik harus dapat menyampaikan keterangan dan pesan-pesannya sendiri.

2.1.2 Prinsip Dasar Kemasan

(17)

Inilah yang membuat elemen-elemen desain membentuk atribut komunikatif suatu desain kemasan.

Ada banyak variabel yang mempengaruhi bagaimana dan mengapa desain kemasan menarik konsumen. Periset konsumen menghabiskan waktu yang banyak untuk menganalisis variabel-variabel ini. Dari suatu perspektif desain murni (memindahkan variabel pemasaran lain seperti harga, lokasi, dan kesetiaan merek) terdapat elemen-elemen penting yang menangkap perhatian konsumen dengan sangat baik dan menerobos kerumunan visual dalam kompetisi ritel. (Klimchuk, & Krasovec, 2006, 82).

2.1.3 Fungsi-fungsi Kemasan

Fungsi-fungsi kemasan menurut Danger (1992, 3) antara Iain:

a. Melindungi produk dan menjaganya tetap dalam kondisi yg baik.

b. Mudah didistribusikan secara ekonomis.

c. Efektif biayanya.

d. Menjual produk tersebut.

2.1.4 Daya Tarik dalam Kemasan

(18)

Iangsung kepada pembeli dari Iemari pajang. Kemasan harus menarik untuk dilinat dan menggugah calon konsumen untuk menjangkau dan mengambilnya, seperti yang dipaparkan Danger (1992, 21) Kemasan sebaiknya bisa memberi keyakinan pada calon konsumen, harus menjual dengan tepat, dan harus menjamin produk menjual dirinya sendiri.

Masyarakat secara keseluruhan beraksi dibawah kesadaran pada rangsangan tertentu dan massa yang besar dimotivasi dengan pertimbangan yang sama yang harus diperhitungkan dalam desain (Danger, 1992, 21). Menurut Klimchuck dan Krasovec dalam buku Desain Kemasan (2006, 82) ada empat penarik perhatian utama yaitu:

a. Warna

b. Struktur Fisik atau Bentuk c. Simbol/Logo

d. Tipografi

2.1.4.1 Daya Tarik Warna

(19)

kemasan atau produk sebelum fitur visual lainnya. Warna membedakan kepribadian, menarik perhatian ke atribut-atribut lainnya, dan memungkinkan untuk membuat perbedaan dari kompetitor dalam lingkungan ritel yang ramai. Keputusan pembelian sering dibuat berdasarkan hal tersebut.

Hal ini menjadi sangat penting mengingat pada pembeanjaan di supermarket atau minimarket karena dalam satu rak pajang terdapat beberapa merek kemasan produk yang serupa, sehingga hanya sedikit orang yang mempunyai waktu untuk mempertimbangkan dengan matang dan disitulah kemasan yang berdaya tarik pada calon konsumen menjadi kemasan yang menjual.

Warna merupakan bagian penting dari dalam desain kemasan dan bermanfaat dalam penjualan, menurut Danger (1992, 24) ada beberapa manfaat warna bagi kemasan antara Iain:

a. Sasaran pertama dari sebuah kemasan ialah mudah dilihat mata, dan warna lah yang bisa mencapai ini.

b. Efek psikologis dari warna membantu menjamin tingkat perhatian yang maksimal.

(20)

d. Warna dapat memudankan tulisan dibaca.

e. Warna membantu mengkoordinasikan kemasan dengan bentuk promosi Iainya, khususnya televisi.

2.1.4.2 Daya Tarik Struktur Fisik/Bentuk

Bentuk sebuah kemasan merupakan pendorong utama yang membantu menciptakan seluruh daya tarik visual. Namun, tidak ada prinsip baku yang menentukan bentuk fisik dari sebuah kernasan karena ini biasanya ditentukan oleh sifat produknya, pertimbangan mekanis, kondisi penjualan, pertimbangan pemajangan, dan oleh cara penggunaan tersebut. Menurut Danger (1992, 21), Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam membuat suatu bentuk antara lain:

a. Bentuk yang sederhana Iebih disukai daripada bentuk yang rumit

b. Suatu bentuk yang teratur akan memiliki daya tarik Iebih daripada yang tidak teratur yang bisa mengakibatkan suatu hambatan mental seningga mendorong calon konsumen beralin ke produk Iain.

c. Suatu bentuk yang tidak seimbang tidak akan menyenangkan.

(21)

daripada yang tidak. Ini sangat penting bila kemasan dikelompokkan bersama pada sebuah rak.

e. Bentuk seharusnya menyentuh hati dan Iembut

f. Sebuah bentuk yang cembung Iebih disukai daripada bentuk yang cekung, yang berbentuk cembung memiliki kualitas perasaan mengundang seseorang untuk mengambilnya. g. Bentuk bulat Iebih disukai para wanita daripada bentuk

segitiga, sedangkan bentuk yang bersiku Iebih disukai Ielaki. h. Bentuk seharusnya mudah terlihat dan tidak berdistorsi

apabila dipandang dari Iuar.

Bentuk sebuah kemasan tentu saja berpengaruh terhadap penjualan, dan pengalaman menunjukan bahwa perubahan bentuk dari sebuah kemasan menimbulkan suatu perbedaan. Bentuk juga merupakan bagian dari desain, tetapi ditekankan bahwa kebutuhan pemasaran harus merupakan preferensi dibanding pertimbangan visual yang murni.

2.1.4.3 Daya Tarik Simbol/Logo

(22)

tidak memiliki sebutan khusus. Secara lazim ketiga jenis simbol tersebut disebut logo.

Logo dibuat bukan sekedar sebagai merek dagang atau simbol perusahaan, melainkan harus mampu merepresentasikan korporasi dan mampu memberikan kepercayaan (trust) dalam tempo sesingkat mungkin. Logo harus mudah diingat, mengesankan, berciri khas dan tidak terlalu rumit (Supriono, 2010, 101).

Sedangkan menurut Rusrianto (2009, 232) Logo atau tanda gambar (picture mark) merupakan identitas yang dipergunakan untuk menggambarkan citra dan karakter suatu lembaga atau perusahaan maupun organisasi. Logotype atau tanda kata (word mark) merupakan nama lembaga, perusahaan, atau produk yang ditampilkan dalam bentuk tulisan yang khusus untuk menggambarkan ciri khas secara komersial.

(23)

perusahaan tersebut yang akhirnya mampu meningkatkan prestasi dan meraih sukses demi kemajuan perusahaan.

Menurut David E Carter, pakar Corporate Identity dan penulis buku The Big Book of Logo jilid 1, 2 dan 3, dari Amerika, pertimbangan-pertimbangan tentang logo yang baik itu harus mencakup beberpa hal sebagai berikut:

1. Original dan Destinctive, atau memiliki nilai kekhasan, keunikan, dan daya pembeda yang jelas.

2. Legible, atau memiliki tingkat keterbacaan yang cukup tinggi meskipun diaplikasikan dalam berbagai ukuran dan media yang berbeda-beda.

3. Simple atau sederhana, dengan pengertian mudah ditangkap dan dimengerti dalam waktu yang relatif singkat. 4. Memorable, atau cukup mudah untuk diingat, karena

keunikannya, bahkan dalam kurun waktu yang relatif lama. 5. Easly associated with the company, di mana logo yang baik

akan mudah dihubungkan atau diasosiasikan dengan jenis usaha dan citra suatu perusahaan atau organisasi.

(24)

proses pencanangan. Hal itu untuk menghindari kesulitan-kesulitan dalam penerapannya.

2.1.4.4 Daya Tarik Tipografi

Dalam desain kemasan, tipografi adalah medium utama untuk mengkomunikasikan nama, fungsi, dan fakta produk bagi konsumen luas. Pemilihan tipografi, tata letak, dan penerapan huruf dan kata-kata mempengaruhi bagaimana cetakan dibaca. Akhirnya tipografi pada desain kemasan menjadi salah satu elemen paling penting dari ekspresi visual produk.

Menurut klimchuck dan Krasovec (2006, 92) Tipografi dalam desain kemasan digunakan untuk mengkomunikasikan pesan pemasaran pada media tiga dimensi dan awalnya terlihat dari kejauhan oleh konsumen masyarakat dari berbagai latar budaya, sosial dan etnis yang berbeda dalam waktu yang singkat, aturan tipografi diarahkan oleh masing-masing individu. Tipografi dalam kemasan haruslah:

• Dapat dibaca dan mudah dibaca dari jarak beberapa

kaki jauhnya.

• Didesain pada skala dan bentuk struktur tiga dimensi

• Dapat dimengerti oleh sejumlah pengamat yang

(25)

• Dapat dipercaya dan informatif dalam mengkomunikasikan informasi produk.

Berbeda dari bentuk komunikasi dua dimensi, seperti majalah atau buku, komposisi tipografi dalam desain kemasan tidaklah mempunyai formula penggunaan system grid. Arsitektur tipografi berbeda-beda untuk setiap desain kemasan dan ditentukan oleh banyak faktor termasuk bentuk dan ukuran kemasan, deskripsi produk, kategori kompetisi, lingkungan ritel, posisi di rak, dan ketentuan peraturan.

2.1.5 Elemen dalam Kemasan

Apapun struktur desain kemasan atau apapun material yang dipakai (botol, toples, tabung, tube, tas, kantung atau kotak), terdapat area yang dikhususkan untuk menempatkan identitas merek dan elemen-elemen komunikasi utama. Area ini, disebut Panel Display Utama (Primary Display Panel-PDP), terdapat di bagian depan desain kemasan. Ukuran dan bentuk PDP meliputi area display yang merupakan aspek visual paling penting dari suatu desain kemasan. PDP memgang peranan penting dalam tanggung jawab penjualan desain kemasan di lingkurang retail yang ketat. (Klimchuk, & Krasovec, 2006, 84)

(26)

1. Tanda Merek 2. Nama Merek 3. Nama Produk

4. Keterangan Komposisi (ingredient) 5. Berat Bersih

6. Informasi Nilai Gizi

7. Tanggal Kadaluarsa, Peringatan Bahaya, Arahan Penggunaan, Dosis, Instruksi.

8. Ragam 9. Barcode

Elemen-elemen yang diatur dengan desain menurut Klimchuck dan Krasovec, (2006) meliputi :

1. Warna 2. Citra 3. Huruf 4. Ilustrasi 5. Sarana Grafis 6. Foto (noninformasi) 7. Simbol (noninformasi) 8. Ikon

9. Hirarki Visual

(27)

• Mengkomunikasikan strategi pemasaran/merek secara efektif

• Mengilustrasikan informasi produk secara jelas

• Menekan informasi dengan hirarki dan tidak berserakan serta

mudah dibaca.

• Menyarankan fungsi, penggunaan, dan tujuan produk secara

visual.

• Menjelaskan penggunaan dan cara pemakaian secara efektif.

• Membedakan produk di rak dan dalam kaitannya dengan

ragam lain.

2.2 Kondom Sebagai Alat Kontrasepsi

2.2.1 Pengertian Kondom

Kondom adalah alat kontrasepsi atau alat untuk mencegah kehamilan atau penularan penyakit kelamin pada saat berhubungan seksual. Kondom dipakaikan pada alat kelamin pria atau wanita pada keadaan ereksi sebelum berhubungan suami-istri. Berbagai bahan telah ditambahkan pada kondom balk untuk meningkatkan efektifitasnya maupun sebagai aksesorls aktivltas seksual. Modifikasi tersebut dilakukan dalam hal :

a. Bentuk

b. Warna

(28)

d. Rasa

e. Bahan

(Saifudin, 2003)

2.2.2 Sejarah Kondom

Dari catatan sejarah kondom telah digunakan sejak beberapa ratus tahun lalu. sekitar tanun 1000 sebelum Masehi, orang Mesir kuno menggunakan linen sebagai sarung penganan untuk mencegah penyakit. Pada tahun 100 sampai tahun 200 Masehi bukti awal dari pemakaian Kondom di Eropa datang dari lukisan berupa pemandangan gua di Combrelles, Prancis.

(29)

kondom menjadi lebih mahal dibanding dengan kondom dari bahan linen. Ketika itu kondom dikenal sebagai baju baja melawan kesenangan dan jaring laba-laba mencegah infeksi. Kondom tipe itu dipakai secara berulang.

Tahun 1894, Goodyear dan Hancock mulai memproduksi kondom secara massal terbuat dari karet yang divulkanisasi untuk membalikkan karet kasar keelastisitas yang kuat. Tahun 1861 untuk pertama kali kondom dipublikasikan di Amerika Serikat di surat kabar The New York Times. Tahun 1880 kondom dibuat dari lateks, tetapi pemakaiannya secara luas baru tahun 1930-an. Tahun 1935 sebanyak 1.5 juta kondom diproduksi setiap hari di Amerika Serikat.

(30)

2.2.3 Kategori Kondom

Seiring berjalannya waktu dan teknologi kini dapat dijumpai tidak hanya kondom yang digunakan pria tetapi juga kondom yang digunakan oleh perempuan.

2.2.3.1 Kondom Pria

(31)

2.2.3.2 Kondom Wanita

Kondom wanita adalah kondom yang dirancang khusus untuk digunakan oleh perempuan yang berbentuk tabung silinder yang dimasukkan ke dalam alat kelamin atau kemaluan wanita. Menurut Heffner (2008), kondom khusus kaum perempuan tersebut memiliki dua ujung di mana ujung yang satu yang dimasukkan ke arah rahim tertutup dengan busa untuk menyerap sperma dan ujung yang Iain ke arah Iuar terbuka.

Bahan kondom terbuat dari polyurethane atau latex dengan dua buah cincin pada masing-masing ujungnya yang berfungsi sebagai rangka. Agar tidak terasa sakit sebaiknya wanita saja yang menggunakan kondom untuk dirinya sendiri, sedangkan yang pria melihat saja. Kondom wanita memiliki desain yang pas untuk bentuk organ vital perempuan yang konon Iebin enak dipakai daripada kondom Iaki-Iaki. Kondom ini memiliki panjang kurang lebih 7 cm dan diameter 6 ningga 7 cm.

(32)

kadaluarsa, dan Iain sebagainya. Semakin banyak pilihan maka semakin sulit pula untuk mengatakan tidak pada kondom. Kondom kini tidak hanya digunakan untuk pasangan pranikah saja, namun juga oleh pasangan yang resmi menikah untuk mencari alternatif dan sensasi yang berbeda.

Kondom wanita ini bisa digunakan untuk berbagai situasi dan kondisi dalam berhubungan seksual baik dalam keadaan menstruasi atau datang bulan dan menyusui atau baru melahirkan. Namun kondom ini tidak disarankan untuk digunakan pada wanita yang masih perawan atau gadis karena akan sangat menyakitkan karena akan merusak selaput dara kegadisan wanita tersebut.

2.2.4 Cara Kerja Kondom

Kondom mempunyai cara kerja sebagai berikut:

a. Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis seningga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan.

(33)

2.2.5 Keterbatasan Kondom

Kondom menurut Saifudin (2003) mempunyai keterbatasan sebagai berikut:

a. Efektifitas tidak terlalu tinggi.

b. Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi.

c. Mengurangi sentuhan langsung.

d. Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan ereksi.

e. Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.

f. Pembuangan kondom bekas nenimbulkan masalan dalam hal limbah.

2.3 Persepsi, Masyarakat dan Konsumen

2.3.1 Pengertian Persepsi

(34)

102) persepsi dapat didefinisikan sebagai suatu proses dengan mana seorang menyeleksi, mengorganisasikan, dan menginterprestasikan stimuli ke dalam suatu gambaran dunia yang berarti dengan menyeluruh.

2.3.1.1 Persepsi Visual

Menurut Danger, Eric (1992, 49) Persepsi dapat didefinisikan sebagai suatu studi mengapa manusia melihat seperti yang dilakukan dan bagaimana mereka bereaksi pada bentuk, penampilan, keseimbangan dan warna. Semua ini penting dalam bahan promosi desain grafis, apakah itu bentuk reklame di koran, surat langsung atau label diatas kaleng. Persepsi tidak ada kaitannya dengan iklan subliminal atau usaha lainnya yang “lucu”, tetapi hanyalah suatu kombinasi prinsip dasar fisiologi dan psikologis dimana pertimbangan optik, perasaan dan akal sehat semuanya berperan.

(35)

1. Seleksi perseptual, seleksi perseptual terjadi ketika konsumen menangkap dan memilih stimulus berdasarkan pada psikologi set yang dimiliki. psikologikal set yaitu berbagi informasi yang ada dalam memori konsumen.

2. Organisasi persepsi, organisasi persepsi berarti bahwa konsumen mengelompokkan informasi dari berbagai sumber ke dalam pengertian yang menyeluruh untuk memahami lebih baik dan bertindak atas pemahaman itu. prinsip dasar dari organisasi persepsi adalah penyatuan, yang berarti bahwa berbagai stimulus akan dirasakan sebagai suatu yang dikelompokkan secara menyeluruh. pengorganisasian seperti itu memudahkan untuk memproses informasi dan memberikan pengertian yang terintegrasi terhadap stimulus.

(36)

Suatu desain memberikan kesan pada pikiran yang jauh di luar dari apa yang kamera rekam, dan desain efektif harus memperhatikan hal ini sejalan dengan seluruh faktor lainnya yang terkait, termasuk pertimbangan fungsional pada suatu kemasan. Daya tarik visual membutuhkan aplikasi prinsip psikologis Gestalt, jika suatu potongan dikehendaki mempunyai daya tarik yang maksimum, maka bagian tersebut harus segera membuat suatu kesan yang sederhana dan langsung karena penyingkapan yang sampai ke mata biasanya berlangsung singkat sekali. Di sini kesederhanaan dan keteraturan sangatlah vital.

(37)

menjengkelkan karena desain tersebut mencoba menonjolkan dirinya terlalu kuat untuk menarik perhatian.

(38)

seharusnya tidak begitu “keras” sehingga menghalau orang, juga seharusnya tidak menyuguhkan sudut yang tajam atau “terpotong dua”, mungkin oleh merek. Walaupun kecenderungan desain berubah, rasanya aman mengatakan bahwa kesederhanaan selalu yang terbaik bagi desain grafis dari suatu promosi, bentuk, proporsi dan keseimbangan selalu penting. (Danger, Eric 1992, 49).

(39)
(40)

Warna yang bagus akan menolong menekankan strategi tersebut, simbol dan bagian kedua harus dengan warna yang lebih tua dari pada latar belakangnya, yang harus dibuat tetap muda. Ini akan memberi dampak yang maksimum.

2.3.2 Pengertian Masyarakat

Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya.

Dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan dan sebagainya. Manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh

hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat.

a. Pengertian Masyarakat menurut para ahli:

1. Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang

yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.

2. Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang

menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang

terbagi secara ekonomi.

(41)

anggotanya.

4. Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama

dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan

manusia tersebut.

b. Faktor-Faktor Masyarakat Menurut Soerjono Soekanto

1. Berangotakan minimal dua orang.

2. Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan.

3. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang

menghasilkan manusia baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar anggota

masyarakat.

4. Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan

serta keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat.

2.3.3 Pengertian Konsumen

Menurut pengertian Pasal 1 angka 2 UU PK, “Konsumen

adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia

(42)

orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk

diperdagangkan.” Tentu tidak semua barang setelah melalui proses

produksi akan langsung sampai ke tangan pengguna. Terjadi

beberapa kali pengalihan agar suatu barang dapat tiba di tangan

konsumen. Biasanya jalur yang dilalui oleh suatu barang adalah:

1. Produsen

2. Distributor

3. Agen

4. Pengecer

5. Pengguna

Lebih lanjut, di dalam ilmu ekonomi ada dua jenis konsumen,

yakni konsumen antara dan konsumen akhir. Konsumen antara

adalah distributor, agen dan pengecer. Mereka membeli barang

bukan untuk dipakai, melainkan untuk diperdagangkan Sedangkan

pengguna barang adalah konsumen akhir. Yang dimaksud di dalam

UU PK sebagai konsumen adalah konsumen akhir. Karena

konsumen akhir memperoleh barang dan/atau jasa bukan untuk

dijual kembali, melainkan untuk digunakan, baik bagi kepentingan

dirinya sendiri, keluarga, orang lain dan makhluk hidup lain.

Menurut Tunardy (2003), ada dua cara untuk memperoleh barang,

(43)

• Membeli. Bagi orang yang memperoleh suatu barang dengan cara membeli, tentu ia terlibat dengan suatu perjanjian dengan

pelaku usaha, dan konsumen memperoleh perlindungan

hukum melalui perjanjian tersebut.

• Cara lain selain membeli, yakni hadiah, hibah dan warisan.

Untuk cara yang kedua ini, konsumen tidak terlibat dalam

suatu hubungan kontraktual dengan pelaku usaha. Sehingga

konsumen tidak mendapatkan perlindungan hukum dari suatu

perjanjian. Untuk itu diperlukan perlindungan dari negara

dalam bentuk peraturan yang melindungi keberadaan

konsumen, dalam hal ini UU PK.

Sedangkan menurut para ahli konsumen adalah:

Tri Kunawangsih dan Anto Pracoyo

Konsumen adalah mereka yang memiliki daya beli, yakni

berupa pendapatan dan melakukan permintaan terhadap

barang dan jasa

Arya Maheka

Konsumen ialah pemakai barang / jasa, pengguna akhir dari

suatu produk

(44)

Redaksi Kawan Pustaka

Konsumen ialah mahluk hidup yang tidak dapat membuat

makanannya sendiri

Djokosantoso Moeljono

Konsumen adalah seseorang yang secara terus menerus dan

berulang kali datang ke suatu tempat yang sama, untuk

memuaskan keinginannya dengan memiliki suatu produk, atau

mendapatkan suatu jasa, dan membayar produk atau jasa

tersebut.

2.3.3.1 Perilaku Konsumen

Perilaku Konsumen adalah perilaku yang konsumen

tunjukkan dalam mencari, menukar, menggunakan,

menilai, mengatur barang atau jasa yang mereka anggap

akan memuaskan kebutuhan mereka. Definisi Iainnya

adalah bagaimana konsumen mau mengeluarkan sumber

dayanya yang terbatas seperti uang, waktu, tenaga untuk

mendapatkan barang atau jasa yang diinginkan.

Menurut Kania (2011) dalam artikelnya

mengemukakan bahwa terdapat empat faktor yang

(45)

1. Faktor Sosial

a. Grup

Sikap dan perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak grup-grup kecil. Kelompok dimana orang tersebut berada yang mempunyai pengaruh langsung disebut membership group. Membership group terdiri dari dua, meliputi primary groups (keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja) dan secondary groups yang lebih formal dan memiliki interaksi rutin yang sedikit (kelompok keagamaan, perkumpulan profesional dan serikat dagang). (Kotler, Bowen, Makens, 2003, 203-204).

b. Pengaruh Keluarga

Keluarga memberikan pengaruh yang besar dalam perilaku pembelian. Para pelaku pasar telah memeriksa peran dan pengaruh suami, istri, dan anak dalam pembelian produk dan servis yang berbeda. Anak-anak sebagai contoh, memberikan pengaruh yang besar dalam keputusan yang melibatkan restoran fast food. (Kotler, Bowen, Makens, 2003, 204).

(46)

keluarga, perkumpulan-perkumpulan, organisasi. Sebuah role terdiri dari aktivitas yang diharapkan pada seseorang untuk dilakukan sesuai dengan orang-orang di sekitarnya. Tiap peran membawa sebuah status yang merefleksikan penghargaan umum yang diberikan oleh masyarakat (Kotler, Amstrong, 2006, 135).

2. Faktor Personal

a. Situasi Ekonomi

Keadaan ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk, contohnya Rolex diposisikan konsumen kelas atas sedangkan Timex dimaksudkan untuk konsumen menengah. Situasi ekonomi seseorang amat sangat mempengaruhi pemilihan produk dan keputusan pembelian pada suatu produk tertentu (Kotler, Amstrong, 2006, 137).

b. Gaya Hidup

(47)

c. Kepribadian dan Konsep Diri

Personality adalah karakteristik unik dari psikologi yang memimpin kepada kestabilan dan respon terus menerus terhadap lingkungan orang itu sendiri, contohnya orang yang percaya diri, dominan, suka bersosialisasi, otonomi, defensif, mudah beradaptasi, agresif (Kotler, Amstrong, 2006, 140). Tiap orang memiliki gambaran diri yang kompleks, dan perilaku seseorang cenderung konsisten dengan konsep diri tersebut (Kotler, Bowen, Makens, 2003, 212).

d. Umur dan Siklus Hidup

(48)

e. Pekerjaan

Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibeli. Contohnya, pekerja konstruksi sering membeli makan siang dari catering yang datang ke tempat kerja. Bisnis eksekutif, membeli makan siang dari full service restoran, sedangkan pekerja kantor membawa makan siangnya dari rumah atau membeli dari restoran cepat saji terdekat (Kotler, Bowen,Makens, 2003, 207).

3. Faktor Psikologi

a. Motivasi

(49)

paling penting berikutnya (Kotler, Bowen, Makens, 2003, 214).

b. Persepsi

Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengorganisasi, dan menerjemahkan informasi untuk membentuk sebuah gambaran yang berarti dari dunia. Orang dapat membentuk berbagai macam persepsi yang berbeda dari rangsangan yang sama (Kotler, Bowen, Makens, 2003, 215).

c. Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu proses, yang selalu berkembang dan berubah sebagai hasil dari informasi terbaru yang diterima (mungkin didapatkan dari membaca, diskusi, observasi, berpikir) atau dari pengalaman sesungguhnya, baik informasi terbaru yang diterima maupun pengalaman pribadi bertindak sebagai feedback bagi individu dan menyediakan dasar bagi perilaku masa depan dalam situasi yang sama (Schiffman, Kanuk, 2004, 207).

(50)

seseorang mempercayai sesuatu. Beliefs dapat didasarkan pada pengetahuan asli, opini, dan iman (Kotler, Amstrong, 2006, p.144). Sedangkan attitudes adalah evaluasi, perasaan suka atau tidak suka, dan kecenderungan yang relatif konsisten dari seseorang pada sebuah obyek atau ide (Kotler, Amstrong, 2006, 145).

4. Faktor Kebudayaan

Nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku yang dipelajari seseorang melalui keluarga dan lembaga penting lainnya (Kotler, Amstrong, 2006, p.129). Penentu paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Culture, mengkompromikan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku yang dipelajari seseorang secara terus-menerus dalam sebuah lingkungan. (Kotler, Bowen, Makens, 2003, 201-202).

a. Subkultur

(51)

kesamaan, nilai, sikap, dan perilakunya seringkali berbeda secara dramatis. (Kotler, Bowen, Makens, 2003, 202).

b. Kelas Sosial

(52)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Rumusan Masalah ... 5

1.4 Batasan Masalah ... 6

1.5 Tujuan Penelitian ... 6

1.5.1 Tujuan Umum ... 6

1.5.2 Tujuan Khusus ... 6

1.6 Metode Penelitian ... 7

1.7 Metode Pencarian Data ... 8

1.7.1 Populasi dan Sampel ... 9

1.7.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 9

(53)

1.8.1 Data Primer ... 10

1.8.2 Data Sekunder ... 11

1.9 Kerangka Pemikiran ... 12

1.10 Sistematika Penulisan ... 12

BAB II KEMASAN, KONDOM DAN PERSEPSI

2.1 Desain Kemasan Sebagai Alat Komunikasi ... 14

2.1.1 Pengertian Kemasan ... 14

2.1.2 Prinsip Dasar Kemasan ... 15

2.1.3 Fungsi Kemasan ... 16

2.1.4 Daya Tarik dalam Kemasan ... 16

2.1.4.1 Daya Tarik Warna ... 17

2.1.4.2 Daya Tarik Bentuk ... 19

2.1.4.3 Daya Tarik Logo ... 20

2.1.4.4 Daya Tarik Tipografi ... 23

2.1.5 Elemen dalam Kemasan ... 24

2.2 Kondom Sebagai Alat Kontrasepsi ... 26

2.2.1 Pengertian Kondom ... 26

2.2.2 Sejarah Kondom ... 27

2.2.3 Kategori Kondom ... 29

(54)

2.2.3.1 Kondom Wanita ... 30

2.2.4 Cara Kerja Kondom ... 31

2.2.5 Keterbatasan Kondom ... 32

2.3 Persepsi, Masyarakat dan Konsumen ... 32

2.3.1 Pengertian Persepsi ... 32

2.3.1.1 Persepsi Visual ... 33

2.3.2 Pengertian Masyarakat ... 39

2.3.3 Pengertian Konsumen ... 40

2.3.3.1 Perilaku Konsumen ... 43

BAB III KEMASAN KONDOM FIESTA DAN DUREX

3.1 Kondom Fiesta ... 51

3.1.1 Kemunculan Kondom Fiesta ... 51

3.1.2 Aspek Visual Kondom Fiesta ... 54

3.1.2.1 Warna dalam Kemasan Kondom Fiesta ... 54

3.1.2.2 Bentuk Fisik Kemasan Kondom Fiesta ... 56

3.1.2.3 Logo Produk Kondom Fiesta ... 57

3.1.2.4 Tipografi dalam Kemasan Kondom Fiesta ... 58

3.1.2.5 Ilustrasi dalam Kemasan Kondom Fiesta ... 58

3.2 Kondom Durex ... 59

3.2.1 Kemunculan Kondom Durex ... 59

(55)

3.2.2.1 Warna dalam Kemasan Kondom Durex ... 62

3.2.2.2 Bentuk Fisik Kemasan Kondom Durex ... 65

3.2.2.3 Logo Produk Kondom Fiesta ... 66

3.2.2.4 Tipografi dalam Kemasan Kondom Durex ... 67

3.2.2.5 Ilustrasi dalam Kemasan Kondom Durex ... 67

BAB IV PEMBAHASAN MASALAH

4.1 Analisis Deskriptif ... 70

4.1.1 Data Responden ... 70

4.1.2 Tanggapan Responden Mengenai Merek Kondom ... 71

4.1.2 Tanggapan Responden Mengenai Visual Kemasan ... 73

BAB V PENUTUP

Simpulan ... 87

DAFTAR PUSTAKA ...

(56)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Analisis Deskriptif

Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang

diperoleh dari data primer dan sekunder penelitian. Data primer

penelitian ini adalah hasil wawancara kepada 20 konsumen Circle K Jl.

Dipati Ukur No. 96 Bandung, Jawa Barat. Data tersebut merupakan data

Primer dimana analisisnya ditunjang oleh data-data Sekunder dari

sumber pustaka untuk memperkuat dan memperdalam hasil analisis.

Data-data dari responden yang diperoleh melalui wawancara

dianalisis secara deskriptif. Data lain yang diperoleh dari studi pustaka

akan digunakan sebagai data sekunder untuk melengkapi dan

mendukung data primer. Analisis data deskriptif bertujuan untuk

memberikan gambaran mengenai objek penelitian berdasarkan data dan

variabel yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti.

4.1.1. Data Responden

Responden dalam penelitian “Persepsi Visual Mayarakat

Terhadap Kemasan Kondom Fiesta dan Durex” adalah semuanya

laki-laki yang berusia produktif yaitu 17-40 tahun. Hal ini

dikarenakan konsumen produk kondom laki-laki merek Fiesta dan

(57)

No Kategori Jumlah Persentase

1 < 20 tahun 7 35%

2 20-30 tahun 10 50%

3 31-40 tahun 3 15%

Tabel 4.1 Usia Responden

Tabel di atas menggambarkan responden berdasarkan usia.

Dari tabel tersebut dapat dilihat sebanyak 7 orang (35%) berusia <

20 tahun, 10 orang (50%) berusia antara 20-30 tahun dan 3 orang

(15%) berusia 31 – 40 tahun.

4.1.2 Tanggapan Responden Mengenai Merek Produk Kondom

No Produk Jumlah Persentase

1 Fiesta 20 100%

2 Durex 17 85%

3 Sutra 8 40%

4 Virgin 2 10%

Tabel 4.2 Produk yang Diketahui Responden

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari jumlah

20 (dua puluh) responden, 100% (20 orang) mengetahui

keberadaan produk kondom dengan merek Fiesta, 85% (17

(58)

40% (8 orang) mengetahui keberadaan kondom dengan merek

Sutra, 10% (2 orang) mengetahui keberadaan kondom dengan

merek Virgin. Dari hasil wawancara yang dilakukan pada 20

responden tersebut dapat kita ketahui bahwa kondom dengan

merek Fiesta menjadi market leader dalam penjualan produk kondom di kota Bandung.

Berdasarkan wawancara dengan responden, mereka biasa

menjumpai produk-produk kondom yang terdapat pada tabel 4.2

yaitu di Mini Market, Super Market, dan Apotik.

No Tempat Jumlah Persentase

1 Mini Market 20 100%

2 Super Market 17 85%

3 Apotik 11 55%

4 Depot jamu 3 15%

Tabel 4.3 Tempat Penjualan Produk Kondom

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa menurut 20 (Dua

Puluh) responden, tempat yang biasa menjual produk kondom

dengan jawaban mencapai 100% (20 orang) yaitu Mini Market,

sedangkan 85% (17 orang) menjawab Super Market, 55% (11

orang) responden menjawab apotik dan 15% dan 15% (3 orang)

menjawab depot jamu adalah salah satu tempat yang menjual

(59)

4.1.3 Tanggapan Responden Mengenai Aspek Visual Kemasan.

Banyak variabel yang mempengaruhi bagaimana dan

mengapa desain kemasan dapat menarik konsumen. Dalam

desain kemasan, ada beberapa aspek utama yang harus

diperhatikan yaitu warna, struktur fisik/bentuk, logo dan tipografi.

Selain empat aspek tersebut ada pula aspek yang tidak bisa lepas

dari desain kemasan yaitu aspek ilustrasi. Aspek-aspek tersebut

harus bisa diaplikasikan dalam suatu tata letak desain untuk

menciptakan kesan keseimbangan, proporsi, dan penampilan

yang tepat. Inilah yang membuat elemen-elemen desain

membentuk atribut komunikatif suatu desain kemasan.

A. Warna

Kemasan kondom Durex dan Fiesta keduanya memakai

warna yang berbeda pada setiap varian hal ini dimaksudkan

untuk membedakan antara varian satu dengan lainnya.

Dalam membedakan persepsi masyarakat terhadap warna

kedua kemasan tersebut dilakukan penelitian terhadap 20

responden yang dimana hasilnya ada pada tabel 4.4.

No Warna Kemasan Fiesta Warna Kemasan Durex

1 Meriah Santai, Dewasa

2 Bagus Elegan

(60)

4 Unik, TerkesanRemaja Umum, Biasa

8 Warna Bervariasi Bagus

9 Warna Mencolok Lebih Santai

10 Menarik Mata Melihat Standar

11 Unik Seperti Kemasan Obat

12 Mencolok Lembut

13 Menarik Perhatian Kurang Menarik

14 Bagus, Unik Biasa

15 Beragam Monoton

16 Meriah, Ceria Dewasa, Santai

17 Warna Bervariasi Warna Bervariasi

18 Menarik Perhatian Kurang

19 Unik, Ceria Lembut

20 Menarik, Remaja Kurang Menarik,

Tabel 4.4 Persepsi Warna kemasan

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden menilai kemasan kondom Fiesta lebih menarik

perhatian mereka untuk melihat dibandingkan kemasan

kondom Durex. Responden menilai warna kemasan pada

kondom Fiesta lebih menarik perhatian dari pada kemasan

kondom Durex, karena kemasan kondom Fiesta dinilai

(61)

dibandingkan dengan hasil wawancara pada responden

mengenai kemasan kondom Durex yang dinilai biasa,

monoton dan kurang menarik perhatian responden.

Warna adalah salah satu aspek yang paling

berpengaruh dari desain kemasan. Supriyono (2010, 74)

berpendapat bahwa secara visual warna dibagi menjadi dua

golongan yaitu warna dingin dan warna panas. Warna-warna

dingin, seperti hijau, biru, hijau-biru, biru-ungu, dan ungu

dapat memberi kesan pasif, statis, kalem, damai dan secara

umum kurang mencolok. Sebaliknya, warna-warna panas,

seperti merah, merah-oranye, oranye, kuning-oranye,

kuning-oranye, kuning, kuning-hijau, dan merah-ungu

memiliki kesan hangat, dinamis, aktif dan mengundang

perhatian.

Dengan demikian warna dalam setiap varian kondom

Fiesta dan Durex berbeda-beda dengan maksud bisa lebih

menekankan informasi yang ingin disampaikan kepada

konsumen. Klimcuck dan Krasovec (2006, 107) berpendapat

bahwa konsumen lebih mengidentifikasi warna kemasan

atau produk sebelum fitur visual lainnya. Warna

membedakan kepribadian, menarik perhatian ke

(62)

perbedaan dari kompetitor dalam lingkungan ritel yang ramai.

Keputusan pembelian sering dibuat berdasarkan hal tersebut.

B. Struktur Fisik/Bentuk

Pada aspek struktur fisik/bentuk sebagian besar

responden menjawab dengan jawaban yang sama yaitu

“biasa” meskipun ada hanya sebagian kecil yang menjawab

bentuk kemasan “monoton”. hal ini disebabkan oleh kedua

bentuk kemasan kondom Fiesta dan Durex sama-sama

berbentuk kotak dan dimensi yang hanya mempunyai sedikit

perberbedaan.

Gambar 4.21 Lipatan gaya Reverse Tuck

Kedua kemasan kondom tersebut menggunakan gaya

lipatan reverse tuck yaitu lipatan yang memakai gaya lidah atas bersebrangan dengan lidah bawah, sehingga lidah atas

membuka dari depan ke belakang sementara lidah bawah

membuka dari belakang ke depan.

Bentuk kemasan seperti ini banyak digunakan produk

(63)

dan sebagainya. Sehingga bentuk seperti ini sudah tidak

asing lagi untuk konsumen, oleh karena itu mereka

menganggap bahwa kemasan kondom Fiesta dan Durex

adalah biasa saja, seperti kebanyakan produk yang beredar

di pasaran. Seperti pendapat Danger (1992, 22) yang

mengatakan bahwa suatu bentuk yang teratur akan memiliki

daya tarik lebih daripada yang tidak teratur yang bisa

mengakibatkan suatu hambatan mental sehingga

mendorong pelanggan beralih ke produk yang lain.

Pemilihan struktur fisik/bentuk seperti ini lebih mengarah

pada aspek fungsional seperti perlindungan produk,

transportasi yang efektif, dan kemudian pada akhirnya

mengarah pada pemajangan produk tersebut.

C. Logo

Secara visual, logo adalah suatu gambar. Gambar itu

bisa berupa berbagai unsur bentuk dan warna. Oleh karena

sifat apa yang diwakili oleh logo berbeda satu sama lain,

maka seyogyanya logo itu memiliki bentuk yang berbeda

pula. Bentuk logo yang berbeda dapat meliputi bentuk fisik,

warna, maupun kreatifitasnya dalam mengkombinasikannya.

Kemasan kondom Fiesta dan Durex mempunyai logo

yang sama-sama berbentuk logotype. Perbedaannya cukup

(64)

Meskipun keduanya sama-sama produk yang memproduksi

alat kontrasepsi yaitu kondom, tetapi masing-masing

produsen mempunyai perbedaan pesan yang ingin

disampaikan. Hal ini pula yang menimbulkan persepsi yang

berbeda pada konsumen dalam menilai produk Fiesta dan

Durex terutama dalam aspek visual logotype.

Dalam penelitian ini dilakukan wawancara terhadap 20

orang responden tentang persepsi mereka terhadap logotype

kemasan Fiesta dan Durex. Hasil wawancara tersebut ada

pada tabel 4.5 Persepsi logo Fiesta dan Durex.

Gambar 4.22 Logo Fiesta Gambar 4.23 Logo Durex

No Logo Fiesta Logo Durex

1 Seperti Kartun Bagus

2 Seperti Permen Karet Seperti Logo Obat

3 Berkesan Manis Formal, Dewasa

4 Meriah Simpel

5 Unik, Penuh Warna Biasa

6 Remaja Dewasa

7 Ceria dan Unik Bagus, Simpel

8 Menarik Kurang menarik

(65)

10 Terlalu Berwarna Biasa

11 Terkesan Remaja Kaku dan terlalu Simpel

12 Meriah, karena banyak

warna Bagus, Simpel

13 Bagus Biasa

14 Hurufnya Menarik Biasa, Kurang Menarik

15 Mudah DIingat Standar

16 Seperti Permen Bagus, Simpel

17 Terlalu banyak Warna Bagus, Sopan

18 Unik Biasa

19 Muda, Ceria Simpel

20 Unik, Menarik Standar

Tabel 4.5 Persepsi Logo Fiesta dan Durex

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar

dari 20 responden mempunyai tanggapan bahwa logo Fiesta

adalah logo yang mempunyai kesan ceria, unik dan muda.

Menurut responden logo Fiesta adalah logo yang menarik

meskipun ada beberapa responden yang beranggapan bahwa

logo Fiesta lebih cocok menjadi logo produk makanan yang

mempunyai karakter manis dan lembut sepeti permen karet.

Dibandingkan dengan logo Fiesta, menurut sebagian

besar responden, logo Durex dirasa merupakan logo yang

cocok untuk produk kondom, meskipun ada beberpa yang

(66)

Pada dasarnya kedua logo tersebut telah memenuhi

pertimbangan-pertimbangan logo yang baik seperti kata David

E Carter yang dikutip pada buku kusrianto (2009, 234) yaitu:

1. Original dan Destinctive, atau memiliki nilai kekhasan, keunikan, dan daya pembeda yang jelas.

2. Legible, atau memiliki tingkat keterbacaan yang cukup tinggi meskipun diaplikasikan dalam berbagai ukuran

dan media yang berbeda-beda.

3. Simple atau sederhana, dengan pengertian mudah ditangkap dan dimengerti dalam waktu yang relatif

singkat.

4. Memorable, atau cukup mudah untuk diingat, karena keunikannya, bahkan dalam kurun waktu yang relatif

lama.

5. Easly associated with the company, di mana logo yang baik akan mudah dihubungkan atau diasosiasikan

dengan jenis usaha dan citra suatu perusahaan atau

organisasi.

6. Easly adaptable for all graphic media, faktor kemudahan mengaplikasikan (memasang) logo baik menyangkut

bentuk fisik, warna maupun konfigurasi logo pada

berbagai media grafis perlu diperhitungkan pada saat

(67)

Sebagian besar responden dapat menerima pesan

yang ingin disampaikan produsen Fiesta seperti tagline-nya yaitu “safety can be fun”. Dengan menggunakan tagline itu dapat diketahui bahwa produsen Fiesta ingin

menginformasikan kepada masyarakat bahwa keamanan itu

bisa dibuat menyenangkan.

Sementara itu Durex yang merupakan kependekan dari

Durability, Reliability and Excellence atau dalam bahasa

Indonesia yang berarti “daya tahan, kehandalan dan

keunggulan” ingin mengkomunikasikan hal yang berbeda

pada konsumen. Produsen durex ingin menyampaikan

bahwa produk mereka mempunyai keunggulan dalam daya

tahan dan kehandalan.

D. Tipografi

Dalam desain kemasan, tipografi adalah medium utama

untuk mengkomunikasikan nama, fungsi, dan informasi

produk bagi konsumen luas. Pemilihan tipografi, tata letak,

dan penerapan huruf dan kata-kata mempengaruhi

bagaimana konsumen dapat membacanya.

Kemasan kondom Fiesta dan Durex menggunakan

tipografi yang berbeda dan tata letak yang berbeda pula,

(68)

diwawancara mengenai tipografi pada kedua kemasan

tersebut.

No Tipografi Kemasan Fiesta

Tipografi Kemasan Durex

1 Bagus Bagus

2 Terbaca Kurang Terbaca

3 Cukup Cukup

4 Cukup Huruf Kekecilan

5 Terlihat Jelas Terlalu Kecil

6 Standar Kurang Terbaca

7 Bagus, Terbaca Kurang Terbaca

8 Biasa Biasa

9 Standar Huruf Kekecilan

10 Terbaca Jelas Kurang Terbaca

11 Bagus Bagus

12 Teratur Barcode Kebesaran

13 Enak Dibacanya Kurang Terbaca

14 Cukup Menarik Bagus

15 Biasa Bagus

16 Hurufnya tepat Huruf Kurang Terbaca

17 Terbaca Terbaca

18 Bagus Kurang Terbaca

(69)

Tabel 4.6 Persepsi Tipografi Fiesta dan Durex

Menurut tabel di atas dapat diketahui bahwa menurut

responden, tipografi yang digunakan pada kemasan kondom

Fiesta dapat terbaca lebih baik. Dapat dilihat dari

jawaban-jawaban responden yang menyatakan bahwa pemilhan huruf

dan tata letak huruf sudah cukup bagus dan informasinya

dapat dibaca dengan baik.

Sementara itu responden menyatakan bahwa tipografi

dalam kemasan kondom Durex ukurannya terlalu kecil dan

tata letak yang kurang tepat, sehingga konsumen merasa

kesulitan untuk membaca informasi pada kemasan.

Penggunaan huruf yang kecil pada kemasan Durex

dipengaruhi oleh barcode produk yang terlalu besar pada

bagian belakang kemasan.

Menurut Klimcuck dan Krasovek (2006, 87) Tipografi

adalah penggunaan bentuk huruf untuk mengkomunikasikan

secara visual suatu bahasa lisan. Bentuk tipografi bisa berupa

huruf atau karakter individual, kata-kata, bentuk-bentuk, atau

simbol-simbol.

(70)

Kemudahan untuk dibaca, mudah dikenali, waktu bacaan

(berapa lama waktu yang diperlukan seseorang untuk

membacanya), ukuran, bentuk, dan gaya, semuanya

merupakan karakteristik tipografi yang mempengaruhi

komunikasi (Klimchuck & Krasovec, 2006, 87).

E. Ilustrasi

Ilustrasi menurut definisinya adalah seni gambar yang

dimanfaatkan untuk memberi penjelasan atas suatu maksud

atau tujuan secara visual.

No Ilustrasi Kemasan Fiesta

Ilustrasi Kemasan Durex

1 Seperti produk makanan Lebih terlihat produk kondom

2 Seperti produk remaja Seperti produk dewasa

3 Kesannya Asik Memberi kesan aman

(71)

9 Remaja yang penuh

semangat Lebih santai dan simpel

10 Lingkaran-lingkaran seperti kondom

Ilustrasi mengacu pada

varian.

11 Ilustrasi seperti permen Bagus, Ilustrasinya sudah tepat.

12 Simpel tapi monoton Unik dan bervariasi

13 Standar, Terlalu kaku Ilustrasinya bermacam-macam

14 Monoton, tiap varian ilustrasinya sama

Bagus, ilustrasinya

berbeda tiap variannya

15 Lingkaran, seperti ukuran yang beragam

Ilustrasinya unik dan

kreatif

16 Ilustrasinya sama tiap varian

Ilustrasinya beragam,

unik, dan kreatif

17 Ilustrasi lebih mirip

produk makanan. Ilustrasinya sudah tepat

18 Biasa, ilustrasi pasaran. Ilustrasinya unik

19 Monoton Banyak variasi

20 Lebih mirip permen pelega tenggorokan

Lebih terlihat produk

kondom

Tabel 4.7 Persepsi Ilustrasi Fiesta dan Durex

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden menanggapi bahwa ilustrasi kemasan Durex lebih

tepat untuk ilustrasi sebuah produk kondom bila dibandingkan

dengan ilustrasi kemasan kondom Fiesta. Menurut data yang

diperoleh dari responden kemasan Fiesta memakai ilustrasi

(72)

tepat untuk ilustrasi makanan ringan atau permen. Sedangkan

ilustrasi Durex lebih unggul karena lebih variatif dengan

menggunakan ilustrasi yang lebih tepat untuk sebuah

kemasan produk kondom dan memakai ilustrasi yang berbeda

pada setiap varian kemasan produknya yang dimana hal itu

tidak dipakai oleh kemasan kondom Fiesta.

Menurut Supriyono (2010, 169) Ilustrasi berfungsi untuk

memperjelas teks dan sekaligus sebagai eye-catcher. Bentuk ilustrasi dalam desain komunikasi visual tidak selalu berupa

gambar (hand-drawing), namun bisa berupa foto, goresan

abstrak, garis, warna, tekstur, huruf, dan sembarang elemen

(73)

BAB V KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan dari hasil uraian analisis serta pembahasan pada bab sebelumnya maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, dapat diketahui bahwa kemasan Fiesta adalah kemasan kondom yang terkesan unik dan meriah. Kesan itu muncul berdasarkan logo, warna, dan ilustrasinya yang menurut mereka merupakan sesuatu yang tidak biasa untuk kemasan produk kondom. Sedangkan kemasan kondom Durex memberikan kesan lebih cocok untuk sebuah kemasan kondom yang dimana responden menilai dari aspek warna, bentuk, logo, tipografi dan ilustrasinya sudah dapat mereka kategorikan sebagai produk kesehatan. Meskipun ada beberapa kekurangan pada informasi yang kurang begitu lengkap. 2. Logo menjadi daya tarik yang paling berperan dalam kemasan

(74)

hal itu membuat konsumen merasa penasaran dan ingin mencoba varian lainnya.

3. Berdasarkan wawancara pada responden dapat diketahui bahwa kemasan yang idela menurut responden adalah:

• Kemasan harus menujukan bahwa kemasan tersebut merupakan kemasan kondom

• Kemasan menunjukan bahwa itu merupakan produk orang dewasa.

• Ilustrasi dalam setiap varian diharapkan berbeda-beda supaya lebih mudah untuk membedakan setiap varian. • Bentuk kemasan diharapkan lebih variatif dengan ukuran

(75)

PERSEPSI VISUAL MASYARAKAT TERHADAP

KEMASAN KONDOM FIESTA DAN DUREX

DK 38315/Skripsi

Semester I 2011/2012

Oleh :

Dade Maulana

NIM :

51907047

Program Studi

Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(76)

DAFTAR PUSTAKA

Danger, Erik P . (1992). Selecting colour for packaging. England: Gower Technical Press Ltd.

Heffner, Linda J., Schust, Danny J. (2008). Sistem Reproduksi. Ed. 2. Jakarta: Erlangga.

Klimchuk, Marianne Rosner,. (2008). Desain Kemasan. Jakarta: Erlangga.

Kotler, Philip,. Bowen, John., & James Makens. (2003). Marketing for Hospitality and Tourism. New Jersey: Upper Saddle River.

Kotler, Philip,. & Armstrong, Garry & (2006). Marketing An Introduction (Eight Edition). New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Kusrianto, Ari. (2009). Pengantar Desain Komunikasi Visual, Yogyakarta: Andi.

Saifudin, Abdul Barii. (2003). Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarvvono Prawirohardjo.

Sarwono, Jonathan., & Lubis, Hary. (2007). Metode Riset Untuk Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi.

Schiffman, G. Leon., Lazar, Leslie. (2004). Consumer Behavior. New Delhi: Prentice-Hall Private Limited.

Schiffman & Kanuk. (2004). Perilaku Konsumen (edisi 7). Jakarta : Prentice Hall

Sihombing, Danton. (2003). Tipografi Dalam Desain Grafis, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
Tabel 4.2 Produk yang Diketahui Responden
Tabel 4.3 Tempat Penjualan Produk Kondom
Tabel 4.4 Persepsi Warna kemasan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi berjudul “PERBEDAAN PENGGUNAAN INTERNET, MEDIA SOSIAL, DAN PERSEPSI PADA DUNIA KERJA MENURUT TAHUN KELAHIRAN GENERASI Z” ini digunakan sebagai salah satu

Padahal di DKI Jakarta Sendiri, terdapat 3(tiga) Instansi Badan Narkotika Nasional yaitu Badan Narkotika Nasional Pusat, Badan Narkotika Nasional Provinsi DKI Jakarta,

Warisan Salaf menyajikan artikel dan Fatawa Ulama’ Ahlussunnah wal Jama’ah Ikuti Channel kami di telegram https://bit.ly/warisansalaf. Situs

pemenuhan tuntutan pemberlakuan hukum pidana Islam, seperti yang terjadi di Aceh, dipahami dalam konteks pemenuhan hak-hak sipil juga karena itu berarti negara dan

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Analisis Linear Berganda dengan program SPSS versi 25 dan tingkat signifikansi sebesar 5% (0.05). Penulis

Sistem Kontrol Kegiatan (Control of Work - CoW) adalah sistem perijinan kerja untuk mengidentifikasi kondisi yang diperlukan untuk melaksanakan suatu kegiatan, termasuk hal –

Kritik lain yang juga diajukan untuk melemahkan metode tafsir Bintu Syathi‟ adalah bahwa para mufassir klasik tidak akan selalu sepakat tentang “sebab-sebab

Dari hasil jawaban peserta didik terhadap soal pada aspek pengetahuan (C1) yaitu menjawab pertanyaan tentang alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum