GAMBARAN KONSUMSI MAKANAN DAN STATUS GIZI PADA ANAK PENDERITA KARIES GIGI DI SDN 091285 PANEI TONGAH
KECAMATAN PANEI TAHUN 2009
SKRIPSI
Oleh:
NOVERINI E.DAMANIK 051000026
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GAMBARAN KONSUMSI MAKANAN DAN STATUS GIZI PADA ANAK PENDERITA KARIES GIGI DI SDN 091285 PANEI TONGAH
KECAMATAN PANEI TAHUN 2009
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh:
NOVERINI E.DAMANIK 051000026
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul
GAMBARAN KONSUMSI MAKANAN DAN STATUS GIZI PADA ANAK PENDERITA KARIES GIGI DI SDN 091285 PANEI TONGAH
KECAMATAN PANEI TAHUN 2009 Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh:
Noverini E.Damanik 051000026
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 24 November 2009 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
Ernawati Nasution, SKM, MKes Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, Msi NIP. 197002121995012001 NIP. 132049788
Penguji II Penguji III
Prof. dr. David H. Simanjuntak Dr. Ir. Zulhaida Lubis, MKes NIP. 130231537 NIP. 196205291989032001
Medan, 12 Desember 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan,
ABSTRAK
Karies gigi pada manusia merupakan salah satu penyakit yang sangat luas penyebarannya, diperkirakan 90% dialami anak-anak. Akibat dari karies gigi adalah terganggunya fungsi pengunyahan. Hal ini dapat berpengaruh terhadap asupan makanan. Diduga adanya gangguan pengunyahan tersebut dapat berpengaruh terhadap satus gizi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran konsumsi makanan dan status gizi pada anak penderita karies gigi.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain penelitian cross sectional.
Populasi adalah semua anak penderita karies gigi di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009. Pemilihan sampel dengan total sampling. Data karakteristik responden dikumpulkan menggunakan kuesioner dengan teknik wawancara, data pola konsumsi diperoleh dengan menggunakan metode food frequency untuk melihat jenis dan frekuensi makan, dan metode food recall 2 x 24 jam untuk melihat kuantitas makanan, yaitu tingkat konsumsi energi dan protein, status gizi menggunakan indeks BB/TB, TB/U, BB/U memakai baku rujukan WHO 2005.
Dari hasil penelitian ini di dapat bahwa secara umum status gizi anak penderita karies gigi berdasarkan BB/U, TB/U, BB/TB berada pada kategori normal. Untuk pola konsumsi dari jenis dan frekuensi makanan sudah baik, akan tetapi frekuensi makanan pokok seperti nasi dari segi jumlah masih kurang akibat fungsi pengunyahan yang kurang baik, sehingga kecukupan energi pada anak penderita karies gigi secara umum berada pada kategori defisit, sedangkan untuk kecukupan protein anak penderita karies gigi paling banyak berada pada kategori baik.
Untuk itu disarankan agar penderita karies melakukan pengobatan secara intensif ke dokter gigi, dan lebih meningkatkan tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut untuk menjaga kesehatan giginya, misalnya dengan berkumur dengan air bersih sehabis makan dan menyikat gigi dengan teratur menggunakan pasta gigi, dan kepada guru-guru di sekolah agar mendukung program UKGS untuk memotivasi anak-anak di sekolah, serta peningkatan penyuluhan oleh petugas kesehatan tentang pemeliharaan kesehatan gigi melalui program UKGS.
ABSTRACT
Dental caries in humans is one of the most extensive disease spread, estimated that 90% by the children. As a result of dental caries is a disturbance of function of mastication. This can affect food intake. The expected mastication interference can affect nutritional satus. The purpose of this research is to find a picture of food consumption and nutritional status of children with dental caries.
This study is descriptive with cross-sectional research design. Population is all persons with dental caries in SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei in 2009. The selection of samples with a total sampling. Respondent characteristics data were collected using a questionnaire with interview techniques, consumption patterns of data obtained using food frequency method to see the type and food frequency, and food recall method 2 x 24 hours to see the quantity of food, the level of energy and protein consumption, nutritional status using an index BB/TB, TB/U, BB/U using WHO 2005 standard reference.
From the results of this research in general the nutritional status of children with dental caries based on BB/U, TB/U, BB/TB are in the normal category. For the consumption patterns of the type and food frequency was good, but the frequency of staple foods like rise in terms of number is less due to the lack of mastication function well, so the adequancy of energy in children with dental caries are generally included in the deficit category, whereas for protein sufficiency children with the most dental caries are the best category.
It is recommended that people with dental caries intensive treatment at the dentis, and improve dental health care actions and mouth to keep their healthy teeth, for example by rinsing with clean water after every meal and brush the teeth with regular use of toothpaste, and the teachers at the school to support the program UKGS to motivate children in school, as well as increased outreach by health workers about dental health care through the program UKGS.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Noverini E.Damanik Tempat/Tanggal Lahir : Sindar Raya/18 November 1986 Agama : Kristen Protestan
Status Perkawinan : Belum Kawin Jumlah Anggota Keluarga : 3 orang
Alamat Rumah : Jln. Silau Raya no.22 Pematangsiantar Riwayat Pendidikan :
Tahun 1998 tamat : SD Swasta No.2 GKPS Pematangsiantar Tahun 1998-2001 : SLTP Negeri 1 Pematangsiantar
Tahun 2001-2004 : SMA RK Budi Mulia Pematangsiantar
KATA PENGANTAR
Terima kasih Tuhan Yesus buat cinta kasih dan anugerah yang Kau berikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini mungkin masih terdapat kekurangan, maka penulis mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang sifatnya membangun dan memperkaya materi skripsi ini.
Selama penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan baik moril maupun materi dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih banyak kepada Ibu Ernawati Nasution, SKM, MKes dan Ibu Dr.Ir.Evawany Y.Aritonang, MSi selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran serta sumbangan pikiran yang sangat berharga bagi penulis.
Selanjutnya penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebeser-besarnya kepada:
1. dr. Ria Masniari Lubis, MSi selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. dr. David H.Simanjuntak selaku dosen penguji II dan Dr. Ir. Zulhaida Lubis, MKes selaku dosen penguji III
4. Dra. Jumirah Apt, MKes selaku Kepala Bagian Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Kepala Sekolah SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei beserta para Guru yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dan pengumpulan data.
6. My super dad (J. Damanik) and wonderful mom (N. br Saragih) yang senantiasa mendukung dan mendoakan penulis serta membantu dalam segala hal, baik moril dan materi dalam menyelesaikan studi ini. My best brother Adi and my sister Rani, thank you for your love and supports. I’m so grateful to have you all. I love you.
7. Teman-teman (de Genres…Noni, Evan, Siska, Franky, Irma, Evalina, my best girls Elisabet & Macx), & Fourgelina makasi ya buat kebersamaannya selama ini & sudah banyak membantuku, Thesman….thx buat dukungan & doanya, semua anak-anak peminatan gizi yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini, God Bless you all.
Semoga Tuhan Yesus senantiasa melimpahkan KasihNya kepada kita semua dan semoga skripsi ini memberi manfaat bagi kita semua.
Medan, Desember 2009
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman Halaman Pengesahan
Abstrak... i
Abstract... ii
Riwayat Hidup Penulis ... iii
Kata Pengantar ... iv
Daftar Isi ... vi
Daftar Tabel... viii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.3.1. Tujuan Umum ... 4
1.3.2. Tujuan Khusus ... 4
1.4. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1. Defenisi Karies Gigi... 6
2.1.1. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Karies Gigi ... 6
2.1.2. Penilaian Risiko Klinis... 9
2.1.3. Pencegahan Karies Gigi ... 9
2.1.4. Karies Gigi dengan Asupan Zat Gizi ... 10
2.2. Pola Konsumsi Makan Anak Sekolah... 10
2.3. Angka Kecukupan Gizi ... 12
2.3.1. Energi ... 12
2.3.2. Protein ... 13
2.4. Status Gizi ... 13
2.4.1. Cara Penilaian Konsumsi Pangan ... 14
2.4.2. Cara Antropometri ... 14
2.5. Kerangka Konsep ... 15
BAB III METODE PENELITIAN ... 16
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 16
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16
3.2.1. Lokasi Penelitian... 16
3.2.2. Waktu Penelitian ... 16
3.3. Populasi dan Sampel ... 16
3.3.1. Populasi ... 16
3.3.2. Sampel... 17
3.4. Jenis dan Cara Pengumpulan Data... 17
3.4.2. Prosedur Pengumpulan Data. ... 18
3.5. Instrumen Penelitian ... 18
3.6. Defenisi Operasional... 18
3.7. Aspek Pengukuran ... 19
3.8. Pengolahan dan Analisis Data... 22
3.8.1. Pengolahan Data... 22
3.8.2. Analisa Data ... 22
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 23
4.1. Gambaran Umum Sekolah Dasar... 23
4.2. Karakteristik Responden ... 24
4.3. Hasil Pemeriksaan Karies Gigi ... 25
4.4. Pola Konsumsi Berdasarkan Frekuensi Makan dan Jenis Bahan Makanan... 28
4.5. Pola Konsumsi Berdasarkan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein pada Anak Penderita Karies Gigi... 34
4.6. Status Gizi Berdasarkan Tingkat Karies Gigi ... 36
4.7. Tindakan Responden dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi.... 37
BAB V PEMBAHASAN ... 40
5.1. Pola Konsumsi Berdasarkan Frekuensi Makan dan Jenis Bahan Makanan... 40
5.2. Pola Konsumsi Berdasarkan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein pada Anak Penderita Karies Gigi... 43
5.2.1. Konsumsi Energi... 43
5.2.2. Konsumsi Protein ... 44
5.3. Status Gizi pada Anak Penderita Karies Gigi ... 45
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 47
6.1. Kesimpulan ... 47
6.2. Saran... 47 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Karakteristik Anak Penderita Karies Gigi Lampiran 2. Data Status Gizi Anak Penderita Karies Gigi
Lampiran 3. Data Rata-rata Asupan Energi dan Protein Anak Penderita Karies Gigi Lampiran 4. formulir food frequency
Lampiran 5. formulir food recall
Lampiran 6. Kuesioner
Lampiran 7. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi (energi dan protein) rata-rata
yang dianjurkan pada kelompok umur (7-15 tahun). ... 12 Tabel 3.1. Jumlah murid kelas IV, V, VI SDN 091285
berdasarkan penderita karies dan tidak ... 17 Tabel 4.1 Distribusi Jumlah Murid SDN 091285 Panei Tongah
Kecamatan Panei Tahun 2009... 24 Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009 ... 24 Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Umur
di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009 ... 25 Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Uang Saku Perhari
di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009 ... 25 Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Karies Gigi
di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009 ... 26 Tabel 4.6 Distribusi Uang Saku Perhari Berdasarkan Tingkat Karies Gigi di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009 ... 26 Tabel 4.7. Distribusi Tingkat Karies Gigi Berdasarkan Jenis Kelamin
di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009 ... 27 Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Orang Tua Responden di SDN 091285 Panei Tongah
Kecamatan Panei Tahun 2009... 27 Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan dan
Jenis Makanan Lauk Pauk Pada Anak Penderita Karies Gigi
di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009 ... 28 Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan dan
Jenis Makanan Sayuran Pada Anak Penderita Karies Gigi
di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009 .. 29 Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan dan
Jenis Makanan Buah Pada Anak Penderita Karies Gigi
Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan dan Jenis Minuman Pada Anak Penderita Karies Gigi
di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009 .. 30 Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan dan
Jenis Makanan Jajanan Pada Anak Penderita Karies Gigi
di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009 .. 30 Tabel 4.14. Distribusi Uang Saku Perhari Berdasarkan Frekuensi
Mengonsumsi Permen di SDN 091285 Panei Tongah
Kecamatan Panei Tahun 2009... 31 Tabel 4.15. Distribusi Uang Saku Perhari Berdasarkan Frekuensi
Mengonsumsi Coklat di SDN 091285 Panei Tongah
Kecamatan Panei Tahun 2009... 31 Tabel 4.16. Distribusi Uang Saku Perhari Berdasarkan Frekuensi
Mengonsumsi Donat di SDN 091285 Panei Tongah
Kecamatan Panei Tahun 2009... 32 Tabel 4.17. Distribusi Uang Saku Perhari Berdasarkan Frekuensi
Mengonsumsi Es Krim di SDN 091285 Panei Tongah
Kecamatan Panei Tahun 2009... 32 Tabel 4.18. Distribusi Tingkat Karies Gigi Berdasarkan Frekuensi
Mengonsumsi Permen Pada Anak Penderita Karies Gigi
di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009 .. 32 Tabel 4.19. Distribusi Tingkat Karies Gigi Berdasarkan Frekuensi
Mengonsumsi Coklat Pada Anak Penderita Karies Gigi
di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009 .. 33 Tabel 4.20. Distribusi Tingkat Karies Gigi Berdasarkan Frekuensi
Mengonsumsi Donat Pada Anak Penderita Karies Gigi
di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009 .. 33 Tabel 4.21. Distribusi Tingkat Karies Gigi Berdasarkan Frekuensi
Mengonsumsi Es Krim Pada Anak Penderita Karies Gigi
di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009 .. 34 Tabel 4.22. Distribusi Tingkat Konsumsi Energi Berdasarkan
Tingkat Karies Gigi Pada Anak Penderita Karies Gigi
Tabel 4.23. Distribusi Tingkat Konsumsi Protein Berdasarkan Tingkat Karies Gigi Pada Anak Penderita Karies Gigi
di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009 .. 35 Tabel 4.24. Distribusi Status Gizi Menurut BB/U Berdasarkan
Tingkat Karies Gigi Pada Anak Penderita Karies Gigi
di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009 .. 36 Tabel 4.25. Distribusi Status Gizi Menurut TB/U Berdasarkan
Tingkat Karies Gigi Pada Anak Penderita Karies Gigi
di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009 .. 36 Tabel 4.26. Distribusi Status Gizi Menurut BB/TB Berdasarkan
Tingkat Karies Gigi Pada Anak Penderita Karies Gigi
di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009 .. 37 Tabel 4.27. Distribusi Tindakan Menyikat Gigi Setiap Hari Berdasarkan
Tingkat Karies Gigi Pada Anak Penderita Karies Gigi
di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009 .. 37 Tabel 4.28. Distribusi Tindakan Menyikat Gigi Setiap Sesudah Makan
Berdasarkan Tingkat Karies Gigi Pada Anak Penderita Karies Gigi di SDN 091285 Panei Tongah
Kecamatan Panei Tahun 2009... 37 Tabel 4.29. Distribusi Tindakan Menyikat Gigi Sebelum Tidur Malam
Berdasarkan Tingkat Karies Gigi Pada Anak
Penderita Karies Gigi di SDN 091285 Panei Tongah
Kecamatan Panei Tahun 2009... 38 Tabel 4.30. Distribusi Tindakan Menggunakan Pasta Gigi Pada Saat
Menyikat Berdasarkan Tingkat Karies Gigi Pada Anak Penderita Karies Gigi di SDN 091285 Panei Tongah
Kecamatan Panei Tahun 2009... 38
Tabel 4.31. Distribusi Tindakan dalam Berkumur-kumur setelah
Makan Makanan Yang Manis Berdasarkan Tingkat Karies Gigi Pada Anak Penderita Karies Gigi di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009... 39 Tabel 4.32. Distribusi Tindakan Pernah Memeriksakan Gigi ke Dokter Gigi
Berdasarkan Tingkat Karies Gigi Pada Anak
Penderita Karies Gigi di SDN 091285 Panei Tongah
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Karies gigi pada manusia merupakan salah satu penyakit yang sangat luas penyebarannya, diperkirakan 90% lebih banyak melanda anak-anak daripada usia dewasa dan usia lanjut. Secara umum diterima alasan bahwa terjadinya karies gigi akibat dari kebiasaan makan yang salah, terutama karena seringnya mencerna makanan yang mengandung sukrosa (Koswara, 2007).
Karies gigi masih merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut di dunia, bahkan di negara-negara industri. Di negara-negara yang sedang berkembang ada kecenderungan peningkatan prevalensi karies gigi sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula dan kurangnya pemanfaatan fluor. Keterbatasan akses pelayanan kesehatan gigi di negara yang sedang berkembang menyebabkan gigi yang karies tersebut dibiarkan tanpa perawatan atau dicabut sekedar menghilangkan rasa sakit.
usia sekolah dasar, struktur giginya termasuk jenis gigi bercampur yaitu antara gigi sulung dan gigi permanen yang rentan terjadinya karies gigi (Saleh, 2006).
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2004) yang dikutip oleh Pintauli (2008), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05% dan ini tergolong lebih tinggi dibanding dengan negara berkembang lainnya. Karies menjadi salah satu bukti tidak terawatnya kondisi gigi dan mulut masyarakat Indonesia.
Menurut penelitian Nizel (1981) pada anak umur 6 tahun di Inggris yang dikutip oleh Kosasih (2007) menguraikan bahwa makanan manis yang berbentuk lunak dan lengket dapat berpengaruh langsung terhadap terjadinya penyakit karies gigi. Beliau juga menguraikan tentang adanya hubungan antara zat gizi seperti vitamin dan mineral, protein hewani dan nabati, serta karbohidrat yang terkandung dalam makanan sehari-hari dapat mempengaruhi terjadinya penyakit karies gigi. Hal ini perlu mendapat perhatian tidak hanya nutrisi saja, tetapi cara mengonsumsi jenis makanan dan waktu pemberian, karena semua ini akan mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut. Hasil penelitian Wulansari (2008) juga menyatakan bahwa terdapat hubungan antara jenis dan frekuensi makanan dan minuman bergula dengan status kesehatan gigi. Sedangkan hasil penelitian Sari (2009) dengan menggunakan uji Chi
Square menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tindakan
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan karies gigi.
sekolah dasar, dan ada hubungan karies gigi dengan tingkat konsumsi energi dan protein pada anak sekolah dasar.
Hasil penelitian Sasiwi (2004) juga dikatakan bahwa akibat dari karies gigi adalah terganggunya fungsi pengunyahan (mastikasi). Akibat gangguan pengunyahan dapat berpengaruh terhadap asupan makanan. Dengan demikian diduga adanya gangguan pengunyahan tersebut dapat berpengaruh terhadap satus gizi. Dan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat keparahan karies dengan status gizi. Dengan demikian gigi yang sakit akan mempengaruhi status gizi melalui mekanisme terganggunya fungsi pengunyahan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana gambaran konsumsi makanan dan status gizi pada anak penderita karies gigi di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009.
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran konsumsi makanan dan status gizi pada anak penderita karies gigi di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009. 1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui jenis dan frekuensi makanan yang dikonsumsi anak penderita karies gigi di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009.
2. Untuk mengetahui jumlah energi dan protein yang dikonsumsi anak penderita karies gigi di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009. 3. Untuk mengetahui status gizi anak penderita karies gigi di SDN 091285 Panei
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai informasi bagi SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei mengenai konsumsi makanan untuk kesehatan gigi dan peningkatan status gizi anak.
2. Sebagai masukan dan informasi kepada Puskesmas di dalam meningkatkan program UKGS.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi Karies Gigi
Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang dan dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih dan dapat meluas ke bagian yang lebih dalam dari gigi, misalnya dari email ke dentin atau ke pulpa (Tarigan, 1995).
Karies gigi adalah penyakit dimulai dengan keropos pada bagian gigi, dan diikuti proses kerusakan atau pembusukan gigi secara cepat. Karies gigi dimulai dengan terjadinya pengikisan mineral-mineral dari permukaan atau enamel gigi, oleh asam organik hasil fermentasi karbohidrat makanan (terutama gula pasir dan pati-patian) yang tertinggal melekat pada bagian-bagian yang melekat pada sela-sela gigi oleh bakteri-bakteri asam laktat (Koswara, 2007).
Gigi yang terserang karies mempunyai tanda-tanda (Boedihardjo, 1985): a. gigi sensitif terhadap panas, dingin, atau manis.
b. timbul rasa sakit pada saat dipakai untuk mengunyah. c. bintik-bintik coklat pada gigi.
2.1.1. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Karies Gigi
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi terjadinya karies gigi pada manusia (Tarigan, 1995).
1. Umur
2. Periode puberitas (remaja) umur antara 14 s/d 20 tahun. Pada masa pubertas terjadi perubahan hormonal yang dapat menimbulkan pembengkakan gusi, sehingga kebersihan mulut menjadi kurang terjaga.
3. Umur antara 40 s/d 50 tahun.
Pada umur ini sudah terjadi retraksi atau menurunnya gusi ssehingga sisa-sisa makanan sering lebih sukar dibersihkan.
2. Makanan
Makanan sangat berpengaruh terhadap gigi dan mulut, pengaruh ini dapat dibagi menjadi 2:
1. Isi dari makanan yang menghasilkan energi.
Misalnya: karbohidrat, protein, lemak, vitamin serta mineral-mineral. Unsur-unsur tersebut berpengaruh pada masa pra-erupsi serta pasca-erupsi dari gigi geligi.
2. Fungsi mekanis dari makanan yang dimakan
Makanan-makanan yang bersifat membersihkan gigi, jadi merupakan gosok gigi alami, tentu saja akan mengurangi kerusakan gigi. Makanan yang bersifat membersihkan ini adalah apel, jambu air, bengkuang dan lain sebagainya. Sebaliknya makanan-makanan yang lunak dan melekat pada gigi amat merusak gigi seperti: permen, coklat, biskuit dan lain sebagainya.
4. Unsur Kimia
Unsur-unsur kimia yang mempunyai pengaruh terhadap terjadinya karies gigi masih dalam penelitian. Unsur kimia yang paling mempengaruhi persentasi karies gigi adalah fluor.
5. Air Ludah
Pengaruh air ludah terhadap gigi sudah lama diketahui terutama dalam mempengaruhi kekerasan email. Secara mekanis air ludah ini berfungsi untuk membasahi rongga mulut dan makanan yang dikunyah. Sifat enzimatis air ludah ini ikut di dalam sistem pengunyahan untuk memecahkan unsur-unsur makanan.
Di dalam air ludah dijumpai enzim-enzim yang bersifat bakteriostatis yang dapat membuat beberapa bakteri mulut menjadi tidak berbahaya.
6. Plak
2.1.2. Penilaian Risiko Klinis
Indikator risiko klinis pada karies gigi, yaitu:
a. Rendah: tidak ada gigi karies dalam 24 bulan terakhir, tidak ada demineralisasi email, tidak terlihat plak serta gingivitisi.
b. Sedang: gigi karies dalam 24 bulan terakhir, satu area demineralisasi email, gingivitisi.
c. Tinggi: gigi karies dalam 12 bulan terakhir, lebih satu area demineralisasi
email, plak terlihat pada gigi anterior, karies email terlihat secara radiografis (Sasmita, 2008).
2.1.3. Pencegahan Karies Gigi
Pencegahan karies gigi bertujuan untuk mempertinggi taraf hidup dengan memperpanjang kegunaan gigi di dalam mulut.
Menurut penelitian Hugh Roadman dan E Guerney Clark dari Universitas Havard dan Colombia yang dikutip oleh Pintauli (2008) membuat klasifikasi pelayanan pencegahan tersebut atas 3 yaitu:
b. Pencegahan sekunder untuk menghambat atau mencegah penyakit agar tidak berkembang atau kambuh lagi. Kegiatannya ditujukan pada diagnosa dini dan pengobatan yang tepat. Sebagai contoh, melakukan penambalan pada lesi karies yang kecil dapat mencegah kehilangan struktur gigi yang luas.
c. Pencegahan tersier untuk mencegah kehilangan fungsi. Kegiatannya meliputi pemberian pelayanan untuk membatasi ketidakmampuan (cacat) atau rehabilitasi. 2.1.4. Karies Gigi dengan Asupan Zat Gizi
Berdasarkan beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa pengaruh karies gigi pada anak dapat menimbulkan gangguan dalam proses pencernaan dan kesulitan makan yang menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Terdapat juga hubungan antara karies gigi dengan tingkat konsumsi energi dan protein serta status gizi pada anak sekolah dasar (Junaidi, 2004).
Menurut Sasiwi (2004) di dalam hasil penelitiannya juga dikatakan bahwa akibat dari karies gigi adalah terganggunya fungsi pengunyahan (mastikasi) sehingga dapat berpengaruh pada asupan makan. Dengan demikian diduga adanya gangguan pengunyahan tersebut dapat berpengaruh terhadap status gizi.
2.2. Pola Konsumsi Makan Anak Sekolah
mengonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh-pengaruh fisiologis, psikologis, budaya, dan sosial (Suhardjo, 1989).
Penganekaragaman konsumsi pangan selama ini sering diartikan terlalu sederhana, berupa penganekaragaman konsumsi pangan pokok, terutama pangan non beras. Penganekaragaman konsumsi pangan seharusnya mengonsumsi aneka ragam pangan dari berbagai kelompok pangan baik pangan pokok, lauk pauk, sayuran maupun buah dalam jumlah yang cukup. Tujuan utama penganekaragaman konsumsi pangan adalah untuk meningkatkan mutu gizi konsumsi dan mengurangi ketergantungan konsumsi pangan pada salah satu jenis atau kelompok pangan (Baliwati, 2004).
Pada permulaan masuk sekolah anak mulai masuk kedalam dunia baru, dimana dia mulai banyak berhubungan dengan orang-orang diluar keluarganya dan berkenalan dengan suasana dan lingkungan baru dalam hidupnya. Hal ini dapat mempengaruhi kebiasaan makan mereka (Moehji, 1977).
Untuk melihat makanan yang benar pada anak usia sekolah harus dilihat dari banyak aspek, seperti ekonomi, sosial, budaya, agama, disamping aspek medik dari anak itu sendiri. Makanan pada anak usia sekolah harus serasi, selaras dan seimbang. Serasi artinya sesuai dengan tingkat tumbuh kembang anak, selaras adalah sesuai dengan kondisi ekonomi, sosial budaya serta agama dari keluarga. Sedangkan seimbang artinya nilai gizinya harus sesuai dengan kebutuhan berdasarkan usia dan jenis bahan makanan seperti karbohidrat, protein dan lemak (Judarwanto, 2009).
Dimana biasanya makanan ini sangat disukai oleh anak-anak. Makanan ini karena sifatnya yang lunak maka tidak perlu pengunyahan sehingga gampang melekat pada gigi dan bila tidak segera dibersihkan maka akan terjadi proses kimia bersama dengan bakteri dan air ludah yang dapat merusak email gigi (Moestopo, 1993). 2.3. Angka Kecukupan Gizi
Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG) adalah taraf konsumsi zat-zat gizi esensial, yang berdasarkan pengetahuan ilmiah dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan hampir semua orang sehat. AKG yang dianjurkan didasarkan pada patokan berat badan untuk masing-masing kelompok umur, gender, dan aktivitas fisik. Angka Kecukupann Gizi (energi dan protein) rata-rata yang diajurkan untuk anak pada kelompok umur 7-15 tahun tampak pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi (energi dan protein) rata-rata yang dianjurkan pada kelompok umur (7-15 tahun)
Kelompok Umur Energi (Kkal) Protein (g)
Pria 7-9 thn 10-12 thn 13-15 thn
1900 2000 2400
37 45 66 Wanita
7-9 thn 10-12 thn 13-15 thn
1900 1900 2100
37 54 62 Sunber: Almatsier 2004, Prisip Dasar Ilmu Gizi.
2.3.1. Energi
masuk melalui makanan harus seimbang dengan kebutuhan energi seseorang. Konsumsi energi yang tidak seimbang akan menyebabkan keseimbangan positif atau negatif. Kelebihan energi dari energi yang dikeluarkan akan di ubah menjadi lemak tubuh sehingga berat badan berlebih atau kegemukan. Sebaliknya, bila asupan energi kurang akibatnya berat badan lebih rendah dari normal atau ideal (FKM UI, 2007). 2.3.2. Protein
Protein dibutuhkan untuk membangun dan memelihara otot, darah, kulit, tulang dan jaringan serta organ-organ tubuh lain. Protein juga dapat digunakan untuk menyediakan energi. Fungsi utama protein pada anak adalah untuk pertumbuhan. Kecukupan protein juga penting untuk membangun antibodi sebagai pelindung dari penyakit infeksi (Suryani, 2002).
2.4. Status Gizi
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan indikator baik buruknya penyediaan makanan sehari-hari. Status gizi yang baik diperlukan untuk mempertahankan derajat kebugaran dan kesehatan, membantu pertumbuhan bagi anak.
2.4.1. Cara Penilaian Konsumsi Pangan
Penilaian konsumsi pangan merupakan cara menilai keadaan status gizi masyarakat secara tidak langsung. Informasi tentang konsumsi pangan dapat dilakukan dengan cara survei dan akan menghasilkan data yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Secara kuantitatif akan diketahui jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi. Metode pengumpulan data yang dapat digunakan adalah metode recall 24 jam, food records, dan weighing method. Berdasarkan kandungan gizi yang terdapat dalam DKBM maka dapat diketahui jumlah konsumsi zat gizi dari berbagai jenis dan kelompok pangan. Secara kualitatif akan diketahui frekuensi makan maupun cara memperoleh pangan. Metode pengumpulan data yang dapat digunakan adalah
food frequency questionnare dan dietary history. 2.4.2. Cara Antropometri
Secara umum, antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dann tingkat gizi. Penilaian secara antropometri dilakukan dengan cara mengukur tinggi badan, lingkar lengan atas, tebal lemak tubuh. Pengukuran antropometri bertujuan mengetahui status gizi berdasarkan satu ukuran menurut ukuran lainnya, misalnya berat badan dan tinggi badan menurut umur (BB&TB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U), lingkar lengan atas menurut tinggi badan (LLA/TB).
petugas yang relatif tidak ahli, dapat diperoleh informasi tentang riwayat gizi masa lampau, dapat digunakan untuk melakukan pemantauan status gizi dari waktu ke waktu, dan dapat digunakan untuk melakukan screening test dalam rangka mengidentifikasi individu yang beresiko terhadap malnutrisi.
2.5. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:
Kerangka konsep ini menggambarkan bahwa yang akan diteliti adalah gambaran konsumsi makanan dan status gizi pada anak penderita karies gigi. Konsumsi makanan menggambarkan jenis dan frekuensi makanan, jumlah energi dan protein. Dari konsumsi makanan dapat menggambarkan status gizi anak penderita karies gigi dengan indikator indeks antropometri.
Status Gizi Konsumsi makanan anak penderita
karies gigi:
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu melihat gambaran konsumsi makanan anak penderita karies gigi, dengan desain penelitian cross sectional.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei. Lokasi penelitian ditentukan dengan alasan dari hasil survei pendahuluan disekolah tersebut banyak yang menderita karies gigi yaitu 72% dari 60 anak sekolah (kelas IV, V, VI) yang diperiksa oleh dokter gigi dan masih lebih mudah untuk mengadakan wawancara dibandingkan dengan kelas dibawahnya yaitu kelas I, II, III. Sedangkan untuk penderita karies di kelas I, II, III terdapat sekitar 82% dari 79 murid yang diperiksa oleh dokter gigi.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2009-November 2009. 3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Tabel 3.1. Jumlah murid kelas IV, V, VI SDN 091285 berdasarkan penderita karies dan tidak.
Tidak Karies Karies
Kelas
L P L P Total
IV 2 3 12 7 24
V 5 1 8 4 18
VI 4 2 5 7 18
Total 11 6 25 18 60
Dari tabel di atas diperoleh populasi penderita karies gigi dari kelas IV, V, VI sebanyak 43 orang.
3.3.2. Sampel
Sampel pada penelitian ini diperoleh dengan menggunakan total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 43 orang. Sampel yang diteliti adalah semua murid SD kelas IV, V, VI yang menderita karies gigi.
3.4. Jenis dan Cara Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data
1. Data primer meliputi jenis dan frekuensi makan, kecukupan energi dan protein, dan status gizi. Untuk mengetahui jumlah energi dan protein dilakukan wawancara langsung dengan menggunakan formulir food recall
2. Data sekunder adalah data gambaran umum SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei meliputi data jumlah murid yang diperoleh dari Kepala Sekolah.
3.4.2. Prosedur Pengumpulan Data
1. Data karakteristik responden dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dengan teknik wawancara.
2. Data pola konsumsi diperoleh dengan menggunakan metode food frequency
untuk melihat jenis dan frekuensi makan, dan metode food recall 2 x 24 jam untuk melihat kuantitas makanan, yaitu tingkat konsumsi energi dan protein. 3. Status gizi di ukur secara antropometri dengan indeks BB/TB, TB/U, BB/U. 3.5. Instrumen Penelitian
1. Formulir Food Recall 2. Formulir Food Frequency
3. Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) 4. Daftar Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan 5. Timbangan injak dengan tingkat ketelitian 0,1kg 6. Mikrotois dengan ketelitian 0,1cm
3.6. Defenisi Operasional
1. Penderita karies gigi adalah anak sekolah dasar yang dinyatakan menderita karies gigi setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter gigi.
3. Jenis pangan adalah keanekaragaman dari bahan makanan yang dikonsumsi oleh anak sekolah dasar selama 2x24 jam dengan menggunakan formulir food recall. 4. Frekuensi makan adalah berapa kali setiap jenis bahan makanan yang dikonsumsi
anak sekolah dasar, yaitu 1-3x sehari, 4-5x seminggu, 1-3x seminggu, jarang, tidak pernah.
5. Tingkat kecukupan gizi adalah banyaknya zat gizi berupa energi dan protein yang dikonsumsi anak sekolah dasar dalam sehari dibandingkan dengan AKG.
6. Status gizi adalah keadaan yang dapat memberikan petunjuk tentang keadaan gizi anak penderita karies gigi di sekolah dasar yang di ukur secara antropometri dengan indeks BB/TB, TB/U, BB/U.
3.7. Aspek Pengukuran 1. Karies Gigi
d. Karies superficialis (ringan) dimana karies baru mengenai enamel saja, sedangkan dentin belum terkena. Biasanya penderita belum terasa sakit ngilu. e. Karies media (sedang) dimana karies sudah mengenai dentin tetapi belum
melebihi setengah dentin. Biasanya perasaan ngilu baru ada pada waktu makan makanan asam, manis dan dingin.
f. Karies propunda (berat) dimana sudah mengenai lebih dari setengah dentin
dan kadang-kadang sudah mengenai pulpa.
3. Recall 24 jam selama dua hari berturut-turut dikonversikan menjadi zat gizi (energi dan protein) dan dihitung zat gizi yang dikonsumsi, hasilnya dibandingkan dengan DKGA (Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan) , dengan menggunakan rumus:
Dimana:
TK = Tingkat kecukupan K = Konsumsi
KC = Konsumsi yang dianjurkan
Hasil analisa bahan makanan selama dua hari akan di hitung rata-rata konsumsi energi dan proteinnya, kemudian dibandingkan dengan angka kecukupan energi dan protein dapat digolongkan atas (Supariasa, 2002) :
a. ≥ 100 % AKG : Baik b. >80-99 % AKG : Sedang c. 70-80 % AKG : Kurang d. < 70 % AKG : Defisit
4. Status gizi anak sekolah dasar diperoleh melalui pengukuran antropometri tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan menurut umur (BB/U) dan berat badan menurut tinggi badan( BB/TB) dengan menggunakan standar WHO 2005 dalam skor simpangan baku ( standart deviation score = Z- score) dengan rumus (Depkes RI, 2008):
% 100
x KC
Kategori berdasarkan BB/U yaitu :
a. Normal : ≥ -2 SD s/d ≤ 2 SD b. Kurang : ≥ -3 SD s/d < -2 SD c. Sangat kurang : < -3 SD
d. Lebih : > 2 SD s/d ≤ 3 SD (periksa BB/TB nya) e. Lebih : > 3 SD (periksa BB/TB nya)
Kategori berdasarkan TB/U yaitu :
a. Normal : ≥ -2 SD s/d ≤ 2 SD b. Pendek : ≥ -3 SD s/d < -2 SD c. Sangat pendek : < -3 SD
d. Tinggi : > 2 SD s/d ≤ 3 SD e. Sangat Tinggi : > 3 SD
Kategori berdasarkan BB/TB yaitu : a. Sangat Kurus : < -3 SD
b. Kurus : ≥ -3 SD s/d < -2 SD c. Normal : ≥ -2 SD s/d ≤ 2 SD d. Gemuk : > 2 SD s/d ≤ 3 SD e. Sangat gemuk : > 3 SD
Rujukan Baku
Simpangan Nilai
Rujukan Baku
Median Nilai
Subyek Individu
Nilai Score
3.8. Pengolahan dan Analisa Data 3.8.1. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan secara manual dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Editing, memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan.
2. Tabulating, menghitung dan menjumlahkan data yang telah dikumpulkan. 3.8.2. Analisa Data
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Sekolah Dasar
Sekolah Dasar Negeri 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei didirikan pada tahun 1952 yang terletak di jalan Saribudolok Panei Tongah Kecamatan Panei. Sarana yang dimiliki oleh SD 091285 adalah sebagai berikut yaitu ruang belajar ada 6 buah dan kantor ada 1 buah.
Sekolah dasar ini dipimpin oleh seorang kepala sekolah dan dibantu oleh 12 orang guru, yang mana 2 guru diantaranya masih dinyatakan guru honor. Jumlah murid sekolah dasar kelas I, II, III, IV, V, dan VI sebanyak 139 orang yang terdiri dari 31 orang kelas I, 17 orang kelas II, 31 orang kelas III, 24 orang kelas IV, 18 orang kelas V, dan 18 orang kelas VI.
Tabel 4.1. Distribusi Jumlah Murid SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009
Jenis Kelamin Kelas
Laki-laki % Perempuan % Jumlah
I 15 10,79 16 11,51 31
II 8 5,75 9 6,47 17
III 21 15,11 10 7,19 31
IV 14 10,07 10 7,19 24
V 13 9,35 5 3,60 18
VI 9 6,47 9 6,47 18
Jumlah 80 57,55 59 42,45 139
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 139 orang murid di SDN 091285 terdapat 80 orang murid (57,55%) berjenis kelamin laki-laki dan 59 orang murid (42,44%) berjenis kelamin perempuan.
4.2. Karakteristik Responden
Distribusi kelompok responden dapat dilihat berdasarkan jenis kelamin, umur, uang saku perhari dan pekerjaan orang tua responden.
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009
Kelas Jenis
Kelamin IV % V % VI % Jumlah
Laki-laki 12 63,16 8 66,67 5 41,67 25 Perempuan 7 36,84 4 33,33 7 58,33 18
Jumlah 19 100,00 12 100,00 12 100,00 43
Dari tabel 4.2. di atas diketahui bahwa dari 43 responden di SDN 091285 terdapat 25 responden (58,14%) berjenis kelamin laki-laki dan 18 responden (41,86%) berjenis kelamin perempuan.
[image:37.595.108.519.453.553.2]Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009
Jumlah No Umur
n %
1 8-10 30 69,77
2 11-12 13 30,23
Jumlah 43 100,00
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa dari 43 responden di SDN 091285 terdapat 30 responden (69,77%) berumur 8-10 tahun, 13 responden (30,23%) berumur 11-12 tahun.
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Uang Saku Perhari di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009
Jumlah No Uang Saku Responden Perhari
n %
1 Rp1.000 – Rp2.000 38 88,37
2 Rp3.000 – Rp4.000 5 11,63
Jumlah 43 100,00
Berdasarkan tabel 4.4. di atas dapat diketahui bahwa dari 43 responden di SDN 091285 terdapat 38 responden (88,37%) memiliki uang saku perhari sekitar Rp1.000 – Rp2.000, dan 5 responden (11,63%) memiliki uang saku perhari sekitar Rp3.000 – Rp4.000.
4.3. Hasil Pemeriksaan Karies Gigi
[image:38.595.110.516.313.408.2]Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Karies Gigi di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009
Jumlah
No Tingkat Karies Gigi
n %
1 Berat 9 20,93
2 Sedang 20 46,51
3 Ringan 14 32,56
Jumlah 43 100,00
[image:39.595.107.516.121.231.2]Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 43 responden di SDN 091285 terdapat 9 responden (20,93%) yang menderita karies berat, 20 responden (46,51%) yang menderita karies sedang, dan 14 responden (32,56%) yang menderita karies ringan.
Tabel 4.6. Distribusi Uang Saku Perhari Berdasarkan Tingkat Karies Gigi di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009
Tingkat Karies Gigi
Berat Sedang Ringan Jumlah
Uang Saku/hari
n % n % n % n %
Rp1.000 – Rp2.000 8 21,05 18 47,37 12 31,58 38 100,00
Rp3.000 – Rp4.000 1 20,00 2 40,00 2 40,00 5 100,00
Tabel 4.7. Distribusi Tingkat Karies Gigi Berdasarkan Jenis Kelamin di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan Jumlah
Tingkat Karies Gigi
n % n % n %
Berat 9 100,00 0 0 9 100,00
Sedang 13 65,00 7 35,00 20 100,00
Ringan 3 21,43 11 78,57 14 100,00
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat karies dengan kategori berat seluruhnya berjenis kelamin laki-laki (100%), untuk tingkat karies dengan kategori sedang, 65% berjenis kelamin laki-laki, 35% berjenis kelamin perempuan, sedangkan untuk tingkat karies dengan kategori ringan, 21,43% berjenis kelamin laki-laki dan 78,57% berjenis kelamin perempuan.
Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua Responden di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009
Jumlah No Pekerjaan Orang Tua
Responden n %
1 Wiraswasta 15 34,88
2 PNS 3 6,98
3 Pedagang 9 20,93
4 Supir 5 11,63
5 Wartawan 1 2,32
6 Petani 7 16,28
7 Dokter 1 2,32
8 Buruh 1 2,32
9 Konsultan 1 2,32
Jumlah 43 100,00
[image:40.595.111.517.376.571.2]4.4. Pola Konsumsi Berdasarkan Frekuensi Makan dan Jenis Bahan Makanan Dari hasil wawancara dengan 43 anak yang menderita karies gigi, dengan mempergunakan daftar frekuensi makan menurut jenis bahan makanan yang dikonsumsi anak penderita karies gigi, maka diperoleh gambaran pola konsumsi pada anak penderita karies gigi berdasarkan pengelompokan jenis bahan makanan pada tabel.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa frekuensi makan dan jenis bahan makanan pada makanan pokok yaitu nasi dikonsumsi 43 orang responden (100%) dengan frekuensi 1-3x sehari.
Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Lauk Pauk Pada Anak Penderita Karies Gigi di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009
Frekuensi Jenis Bahan
Makanan 1-3x sehari
4-5x seminggu
1-3x
seminggu Jarang
Tidak Pernah
Jumlah
Lauk Pauk n % n % n % n % n % n %
Ikan basah/segar 0 0 0 0 25 58,1 18 41,9 0 0 43 100,0
Ikan teri 18 4,2 25 58,1 0 0 0 0 0 0 43 100,0
Ikan asin 0 0 27 62,8 16 37,21 0 0 0 0 43 100,0
Daging ayam 0 0 0 0 16 37,21 27 62,8 0 0 43 100,0
Daging babi 0 0 0 0 1 2,3 13 30,2 29 67,4 43 100,0
Tahu 27 62,8 16 58,1 0 0 0 0 0 0 43 100,0
Tempe 25 58,1 18 41,9 0 0 0 0 0 0 43 100,0
Telur 0 0 25 58,1 18 41,9 0 0 0 0 43 100,0
Daging lembu 0 0 0 0 0 0 30 69,8 13 30,2 43 100,0
Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Sayuran Pada Anak Penderita Karies Gigi di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009
Frekuensi Jenis Bahan
Makanan 1-3x sehari 4-5x seminggu
1-3x
seminggu Jarang
Tidak Pernah
Jumlah
Sayuran n % n % n % n % n % n %
Bayam 18 41,9 22 51,1 3 7,0 0 0 0 0 43 100,0
Kangkung 23 53,5 20 46,5 0 0 0 0 0 0 43 100,0
Daun ubi 43 100,0 0 0 0 0 0 0 0 0 43 100,0
Kol 0 0 0 0 39 90,7 4 9,3 0 0 43 100,0
Sawi 0 0 0 0 25 58,1 18 41,9 0 0 43 100,0
Terong 0 0 0 0 17 39,5 26 60,5 0 0 43 100,0
Kacangpanjang 0 0 0 0 5 11,6 7 16,3 31 72,1 43 100,0
Toge 0 0 0 0 8 18,6 2 4,6 33 76,7 43 100,0
Sawi pahit 0 0 0 0 0 0 7 16,3 36 83,7 43 100,0
Buncis 0 0 0 0 0 0 24 55,8 19 44,2 43 100,0
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jenis makanan sayur-sayuran yaitu daun ubi dan kangkung umumnya dikonsumsi 1-3x sehari, bayam umumnya dikonsumsi 4-5x seminggu, kol dan sawi umumnya dikonsumsi 1-3 seminggu, sedangkan kacang panjang, toge, sawi pahit masih banyak responden yang tidak pernah mengonsumsinya.
Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Buah Pada Anak Penderita Karies Gigi di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009
Frekuensi Jenis Bahan
Makanan 1-3x sehari
4-5x seming
gu
1-3x
seminggu Jarang
Tidak Pernah
Jumlah
Buah n % n % n % n % n % n %
Pepaya 0 0 0 0 13 30,2 30 69,8 0 0 43 100,0
Jeruk 0 0 0 0 42 97,7 1 2,3 0 0 43 100,0
Pisang 0 0 0 0 38 88,4 5 11,6 0 0 43 100,0
Jambu 0 0 0 0 32 74,4 11 25,6 0 0 43 100,0
Semangka 0 0 0 0 0 0 31 72,1 12 27,9 43 100,0
Belimbing 0 0 0 0 0 0 33 76,7 10 23,2 43 100,0
Mangga 0 0 0 0 0 0 43 100,0 0 0 43 100,0
Salak 0 0 0 0 0 0 43 100,0 0 0 43 100,0
Sawo 0 0 0 0 0 0 19 44,2 24 55,8 43 100,0
Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan bahwa jenis makanan buah yaitu jeruk, pisang, jambu umumnya dikonsumsi 1-3x seminggu, sedangkan buah pepaya, semangka, belimbing, mangga, salak, sawo, dan nanas jarang di konsumsi.
Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan dan Jenis Minuman Pada Anak Penderita Karies Gigi di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009
Frekuensi Jenis Bahan
Makanan 1-3x sehari
4-5x seminggu
1-3x
seminggu Jarang
Tidak Pernah
Jumlah
Minuman n % n % n % n % n % n %
Susu 6 13,9 11 25,6 16 37,2 10 23,2 0 0 43 100,00
Teh manis 7 16,3 13 30,2 19 44,2 4 9,3 0 0 43 100,00
Kopi 0 0 0 0 0 0 33 76,7 10 23,2 43 100,00
Sirup 0 0 0 0 0 0 43 95,3 0 0 43 100,00
Fanta 0 0 0 0 0 0 43 100,0 0 0 43 100,00
Sprite 0 0 0 0 0 0 43 100,0 0 0 43 100,00
Sosro 0 0 0 0 0 0 43 100,0 0 0 43 100,00
Limun 0 0 0 0 0 0 43 100,0 0 0 43 100,00
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jenis minuman yaitu susu dan teh manis umunya dikonsumsi 1-3x seminggu, sedangkan minuman kopi, sirup, fanta, sprite, sosro, limun jarang mengonsumsinya.
Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Jajanan Pada Anak Penderita Karies Gigi di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009
Frekuensi Jenis Bahan
Makanan 1-3x sehari 4-5x seminggu
1-3x
seminggu Jarang
Tidak Pernah
Jumlah
Jajanan n % n % n % n % n % n %
Permen 14 32,6 10 23,3 16 37,2 3 7,0 0 0 43 100,0
Coklat 4 9,3 19 44,2 17 39,5 3 7,0 0 0 43 100,0
Donat 1 2,3 20 46,5 19 44,2 3 7,0 0 0 43 100,0
Gorengan 3 7,0 20 46,5 18 41,9 2 4,6 0 0 43 100,0
Es krim 0 0 15 34,9 23 53,5 5 11,6 0 0 43 100,0
Mie 10 23,3 15 34,9 18 41,9 0 0 0 0 43 100,0
Bakso 0 0 18 41,9 25 58,1 0 0 0 0 43 100,0
Keripik/kerupuk 0 0 8 18,6 35 81,4 0 0 0 0 43 100,0
Wafer 0 0 3 7,0 37 86,0 3 7,0 0 0 43 100,0
[image:43.595.110.521.486.678.2]Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jenis makanan jajanan yaitu coklat, donat dan gorengan umunya dikonsumsi 4-5x seminggu, sedangkan permen, es krim, mie, bakso, keripik/kerupuk, wafer, roti/kue umumnya di konsumsi 1-3x seminggu.
Tabel 4.14. Distribusi Uang Saku Perhari Berdasarkan Frekuensi Mengonsumsi Permen di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009
Frekuensi Mengonsumsi Permen
1-3x sehari 4-5x seminggu
1-3x
seminggu Jarang
Tidak Pernah
Jumlah Uang Saku/hari
n % n % n % n % n % n %
Rp1.000-Rp2.000 11 29,0 8 21,0 16 42,1 3 7,9 0 0 38 100,0
Rp3.000-Rp4.000 3 60,0 2 40,0 0 0 0 0 0 0 5 100,0
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa responden yang memiliki uang saku Rp1.000-Rp2.000 paling banyak mengonsumsi permen 1-3x seminggu yaitu 42,10%, sedangkan responden yang memiliki uang saku Rp3.000-Rp4.000 paling banyak mengonsumsi permen 1-3x sehari yaitu 60%.
Tabel 4.15. Distribusi Uang Saku Perhari Berdasarkan Frekuensi Mengonsumsi Coklat di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009
Frekuensi Mengonsumsi Coklat 1-3x
sehari
4-5x seminggu
1-3x
seminggu Jarang
Tidak Pernah
Jumlah Uang Saku/hari
n % n % n % n % n % n %
Rp1.000-Rp2.000 0 0 17 44,7 18 47,4 3 7,9 0 0 38 100,0
Rp3.000-Rp4.000 4 80,0 1 20,0 0 0 0 0 0 0 5 100,0
[image:44.595.109.526.455.542.2]Tabel 4.16. Distribusi Uang Saku Perhari Berdasarkan Frekuensi Mengonsumsi Donat di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009
Frekuensi Mengonsumsi Donat 1-3x
sehari
4-5x seminggu
1-3x
seminggu Jarang
Tidak Pernah
Jumlah Uang Saku/hari
n % n % n % n % n % n %
Rp1.000-Rp2.000 0 0 16 42,1 19 50,0 3 7,9 0 0 38 100,0
Rp3.000-Rp4.000 1 20,0 4 80,0 0 0 0 0 0 0 5 100,0
[image:45.595.109.531.336.449.2]Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang memiliki uang saku Rp1.000-Rp2.000 paling banyak mengonsumsi donat 1-3x seminggu yaitu 50,10%, sedangkan responden yang memiliki uang saku Rp3.000-Rp4.000 paling banyak mengonsumsi donat 4-5x seminggu yaitu 80%.
Tabel 4.17. Distribusi Uang Saku Perhari Berdasarkan Frekuensi Mengonsumsi Es Krim di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009
Frekuensi Mengonsumsi Es Krim 1-3x
sehari
4-5x seminggu
1-3x
seminggu Jarang
Tidak Pernah
Jumlah Uang Saku/hari
n % n % n % n % n % n %
Rp1.000-Rp2.000 0 0 11 28,9 22 57,9 5 13,2 0 0 38 100,0
Rp3.000-Rp4.000 0 0 4 80 1 20 0 0 0 0 5 100,0
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang memiliki uang saku Rp1.000-Rp2.000 paling banyak mengonsumsi es krim 4-5x seminggu yaitu 28,95%, sedangkan responden yang memiliki uang saku Rp3.000-Rp4.000 paling banyak mengonsumsi es krim 4-5x seminggu yaitu 80%.
Tabel 4.18. Distribusi Tingkat Karies Gigi Berdasarkan Frekuensi Mengonsumsi Permen Pada Anak Penderita Karies Gigi di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009
Frekuensi Mengonsumsi Permen
1-3x sehari 4-5x seminggu
1-3x
seminggu Jarang
Tidak Pernah
Jumlah Tingkat Karies
Gigi
n % n % n % n % n % n %
[image:45.595.112.527.571.692.2]Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden dengan karies gigi berat paling banyak mengonsumsi permen 1-3x sehari yaitu 55,55%, responden dengan karies gigi sedang paling banyak mengonsumsi permen 1-3x seminggu yaitu 55%, responden dengan karies gigi ringan paling banyak mengonsumsi permen 1-3x seminggu yaitu 35,71%.
Tabel 4.19. Distribusi Tingkat Karies Gigi Berdasarkan Frekuensi Mengonsumsi Coklat Pada Anak Penderita Karies Gigi di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009
Frekuensi Mengonsumsi Coklat
1-3x sehari 4-5x seminggu
1-3x
seminggu Jarang
Tidak Pernah
Jumlah Tingkat Karies
Gigi
n % n % n % n % n % n % Berat 3 33,3 6 66,7 0 0 0 0 0 0 9 100,0 Sedang 1 5,0 6 30,0 12 60,0 1 5,0 0 0 20 100,0 Ringan 0 0 6 42,9 6 42,9 2 14,3 0 0 14 100,0
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden dengan karies gigi berat paling banyak mengonsumsi coklat 4-5x seminggu yaitu 66,67%, responden dengan karies gigi sedang paling banyak mengonsumsi coklat 1-3x seminggu yaitu 60%, responden dengan karies gigi ringan paling banyak mengonsumsi coklat 4-5x seminggu dan 1-3x seminggu yaitu 42,86%.
Tabel 4.20. Distribusi Tingkat Karies Gigi Berdasarkan Frekuensi Mengonsumsi Donat Pada Anak Penderita Karies Gigi di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009
Frekuensi Mengonsumsi Donat
1-3x sehari 4-5x seminggu
1-3x
seminggu Jarang
Tidak Pernah
Jumlah Tingkat Karies
Gigi
n % n % n % n % n % n %
Berat 1 11,1 8 88,9 0 0 0 0 0 0 9 100,0 Sedang 0 0 7 35,0 12 60,0 1 5,0 0 0 20 100,0 Ringan 0 0 5 35,8 7 50,0 2 14,3 0 0 14 100,0
[image:46.595.112.533.251.378.2] [image:46.595.109.532.524.648.2]dengan karies gigi sedang paling banyak mengonsumsi donat 1-3x seminggu yaitu 60%, responden dengan karies gigi ringan paling banyak mengonsumsi donat 1-3x seminggu yaitu 50%.
Tabel 4.21. Distribusi Tingkat Karies Gigi Berdasarkan Frekuensi Mengonsumsi Es Krim Pada Anak Penderita Karies Gigi di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009
Frekuensi Mengonsumsi Es Krim 1-3x
sehari
4-5x seminggu
1-3x
seminggu Jarang
Tidak Pernah
Jumlah Tingkat Karies
Gigi
n % n % n % n % n % n %
Berat 0 0 5 55,5 3 33,3 1 11,1 0 0 9 100,0 Sedang 0 0 5 25,0 13 65,0 2 10,0 0 0 20 100,0 Ringan 0 0 5 35,7 7 50,0 2 14,3 0 0 14 100,0
Tabel di atas menunjukkan bahwa responden dengan karies gigi berat paling banyak mengonsumsi es krim 4-5x seminggu yaitu 55,55%, responden dengan karies gigi sedang paling banyak mengonsumsi es krim 1-3x seminggu yaitu 65%, responden dengan karies gigi ringan paling banyak mengonsumsi es krim 1-3x seminggu yaitu 50%.
4.5. Pola Konsumsi Berdasarkan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Pada Anak Penderita Karies Gigi
[image:47.595.109.535.200.323.2]Tabel 4.22. Distribusi Tingkat Konsumsi Energi Berdasarkan tingkat Karies Gigi Pada Anak Penderita Karies Gigi di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009
Tingkat Karies Gigi
Berat Sedang Ringan Jumlah
Tingkat Konsumsi
Energi n % n % n % n %
Baik 5 41,7 4 33,3 3 25,0 12 100,0
Sedang 3 30,0 4 40,0 3 30,0 10 100,0
Kurang 0 0 4 80,0 1 20,0 5 100,0
Defisit 2 12,5 8 50,0 6 37,5 16 100,0
[image:48.595.109.516.408.544.2]
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat konsumsi energi responden yang terbanyak dengan kategori defisit, yang mengalami karies gigi berat 12,5%, karies gigi sedang 50%, dan karies gigi ringan 37,5%, sedangkan yang terkecil berada pada kategori kurang, yang mengalami karies gigi sedang 80%, dan yang mengalami karies gigi ringan 20%.
Tabel 4.23. Distribusi Tingkat Konsumsi Protein Berdasarkan Tinkat Karies Gigi Pada Anak Penderita Karies Gigi di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009
Tingkat Karies Gigi
Berat Sedang Ringan Jumlah
Tingkat Konsumsi
Protein n % n % n % n %
Baik 6 20,7 13 44,8 10 34,5 29 100,0
Sedang 3 37,5 4 50,0 1 12,5 8 100,0
Kurang 0 0 0 0 2 100,0 2 100,0
Defisit 0 0 3 75,0 1 25,0 4 100,0
4.6. Status Gizi Berdasarkan Tingkat Karies Gigi
[image:49.595.108.521.204.320.2]Distribusi status gizi berdasarkan tingkat karies gigi, dapat dilihat dari beberapa tabel di bawah ini:
Tabel 4.24. Distribusi Status Gizi Menurut BB/U Berdasarkan Tingkat Karies Gigi Pada Anak Penderita Karies Gigi di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009
Tingkat Karies Gigi
Berat Sedang Ringan Jumlah
Status Gizi (BB/U)
n % n % n % n %
Normal 8 22,9 16 45,7 11 31,4 35 100,0
Kurang 1 14,3 4 57,1 2 28,6 7 100,0
Lebih 0 0 0 0 1 100,0 1 100,0
Dari tabel 4.24. dapat diketahui bahwa status gizi menurut BB/U terbanyak berada pada kategori normal, pada karies gigi berat 22,86%, karies gigi sedang 45,71%, karies gigi ringan 31,43%.
Tabel 4.25. Distribusi Status Gizi Menurut TB/U Berdasarkan Tingkat Karies Gigi Pada Anak Penderita Karies Gigi di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009
Tingkat Karies Gigi
Berat Sedang Ringan Jumlah
Status Gizi (TB/U)
n % n % n % n %
Normal 5 19,2 13 50,0 8 30,8 26 100,0
Pendek 4 26,7 6 40,0 5 33,3 15 100,0
Sangat Pendek 0 0 1 50,0 1 50,0 2 100,0
[image:49.595.106.521.413.530.2]Tabel 4.26. Distribusi Status Gizi Menurut BB/TB Berdasarkan Tingkat Karies Gigi Pada Anak Penderita Karies Gigi di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009
Tingkat Karies Gigi
Berat Sedang Ringan Jumlah
Status Gizi (BB/TB)
n % n % n % n %
Sangat Gemuk 0 0 0 0 1 100,0 1 100,0
Gemuk 0 0 1 100,0 0 0 1 100,0
Normal 9 21,9 19 46,3 13 31,7 41 100,0
Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa status gizi berdasarkan BB/TB terbanyak berada pada kategori normal, pada karies gigi berat 21,95%, karies gigi sedang 46,34%, karies gigi ringan 31,71%.
[image:50.595.108.518.380.468.2]4.7. Tindakan Responden dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi
Tabel 4.27. Distribusi Tindakan Menyikat Gigi Setiap Hari Berdasarkan Tingkat Karies Gigi Pada Anak Penderita Karies Gigi di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009
Tingkat Karies Gigi
Berat Sedang Ringan Jumlah Tindakan
Menyikat Gigi
Setiap Hari n % n % n % n %
Ya 1 6,7 7 46,7 7 46,7 15 100,0
Kadang-kadang 5 20,8 12 50 7 29,2 24 100,0 Tidak 3 75 1 25 0 0 4 100,0
Pada tabel 4.35. dapat dilihat bahwa tindakan menyikat gigi setiap hari umumnya menjawab kadang-kadang, pada tingkat karies gigi berat 20,8%, karies gigi sedang 50%, karies gigi ringan 29,2%.
Tabel 4.28. Distribusi Tindakan Menyikat Gigi Setiap Sesudah Makan Berdasarkan Tingkat Karies Gigi Pada Anak Penderita Karies Gigi di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009
Tingkat Karies Gigi
Berat Sedang Ringan Jumlah Tindakan
Menyikat Gigi Setiap sesudah
Makan n % n % n % n %
Ya 0 0 0 0 0 0 0 100,0
[image:50.595.108.518.573.686.2]Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa tindakan menyikat gigi setiap sesudah makan umumnya menjawab tidak, pada tingkat karies gigi berat 31%, karies gigi sedang 41,4%, karies gigi ringan 27,6%.
Tabel 4.29. Distribusi Tindakan Menyikat Gigi Sebelum Tidur Malam Berdasarkan Tingkat Karies Gigi Pada Anak Penderita Karies Gigi di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009
Tingkat Karies Gigi
Berat Sedang Ringan Jumlah Tindakan
Menyikat Gigi Sebelum Tidur
Malam n % n % n % n %
Ya 0 0 0 0 8 100,0 8 100,0
Kadang-kadang 2 10 13 65 5 25 20 100,0 Tidak 7 46,7 7 46,7 1 6,7 15 100,0
Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa tindakan menyikat gigi sebelum tidur malam pada umumnya menjawab kadang-kadang, pada tingkat karies gigi berat 10%, karies gigi sedang 65%, karies gigi ringan 25%.
Tabel 4.30. Distribusi Tindakan Menggunakan Pasta Gigi Pada Saat Menyikat Gigi Berdasarkan Tingkat Karies Gigi Pada Anak Penderita Karies Gigi di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009
Tingkat Karies Gigi
Berat Sedang Ringan Jumlah Tindakan
Menggunakan Pasta Gigi Pada
Saat Menyikat Gigi
n % n % n % n %
Ya 6 15,4 19 48,7 14 35,9 39 100,0
Kadang-kadang 1 50 1 50 0 0 2 100,0
Tidak 2 100,0 0 0 0 0 2 100,0
[image:51.595.107.517.421.548.2]Tabel 4.31. Distribusi Tindakan dalam Berkumur- kumur setelah Makan Makanan yang Manis Berdasarkan Tingkat Karies Gigi Pada Anak Penderita Karies Gigi di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009
Tingkat Karies Gigi
Berat Sedang Ringan Jumlah Tindakan dalam
Berkumur-kumur setelah Makan Makanan
yang Manis
n % n % n % n %
Ya 0 0 12 48 13 52 25 100,0
Kadang-kadang 1 14,3 5 71,4 1 14,3 7 100,0 Tidak 8 72,7 3 27,3 0 0 11 100,0
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa tindakan dalam berkumur-kumur setelah makan makan yang manis umumnya menjawab ya, pada tingkat karies gigi sedang 48%, karies gigi ringan 52%.
Tabel 4.32. Distribusi Tindakan Memeriksakan Gigi ke Dokter Gigi Berdasarkan Tingkat Karies Gigi Pada Anak Penderita Karies Gigi di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009
Tingkat Karies Gigi
Berat Sedang Ringan Jumlah Tindakan
Memeriksakan Gigi ke Dokter
Gigi n % n % n % n %
Ya 3 15 8 40 9 45 20 100,0
Tidak 6 26,1 12 52,2 5 21,7 23 100,0
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa tindakan memeriksakan gigi ke dokter gigi umumnya menjawab tidak, pada tingkat karies gigi berat 26,1%, karies gigi sedang 52,2%, karies gigi ringan 21,7%.
[image:52.595.108.517.380.469.2]BAB V PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap anak sekolah dasar yang menderita karies gigi di SD Negeri 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei dengan melihat pola konsumsi makanan sehari-hari dan status gizinya dapat dijelaskan sebagai berikut:
5.1. Pola Konsumsi Berdasarkan Frekuensi Makan dan Jenis Bahan Makanan Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa jenis makanan pokok yang dikonsumsi oleh seluruh anak penderita karies adalah nasi, dengan frekuensi 1-3x sehari. Diasumsikan bahwa karena di daerah tersebut merupakan salah satu daerah pertanian penghasil beras, sehingga untuk konsumsi makanan pokok semua responden masih mengonsumsi nasi.
kacang-kacangan akan di ubah menjadi zat yang bersifat alkali oleh bakteri dalam mulut, sehingga dapat menghambat terjadinya karies gigi (Situmorang, 2006).
Jenis sayuran seperti daun ubi dan kangkung umumnya dikonsumsi 1-3x sehari, bayam umumnya dikonsumsi 4-5x seminggu, kol dan sawi umumnya dikonsumsi 1-3 seminggu. Masih ada responden yang sama sekali tidak pernah mengonsumsi sayuran seperti kacang panjang, toge, dan sawi pahit. Hal ini disebabkan mereka tidak suka mengonsumsinya karena alasan tidak enak. Sayuran merupakan bahan pangan sumber vitamin dan mineral yang merupakan zat pengatur di dalam tubuh. Sayur-sayuran hijau atau kuning juga merupakan karbohidrat yang baik dengan derajat retensi yang rendah sehingga mengurangi pembentukan plak gigi (Panjaitan,1995).
Jenis buah seperti jeruk, pisang, jambu lebih banyak dikonsumsi responden pada frekuensi 1-3x seminggu, sedangkan buah pepaya, semangka, belimbing, mangga, salak, jarang dikonsumsi. Ada juga responden yang tidak pernah mangonsumsi buah seperti sawo dan nenas. Hal ini disebabkan buah tertentu masih sulit didapat di daerah tersebut dan harganya mahal apabila dibeli. Buah juga merupakan sumber vitamin dan mineral yang merupakan zat pengatur di dalam tubuh. Berbagai jenis buah dengan warna dan rasa yang berbeda-beda, memiliki zat gizi yang beraneka ragam, hal ini juga membantu menghambat dan mengurangi tingkat keparahan terjadinya karies gigi, apalagi buah yang mengandung cukup banyak air seperti jeruk, apel, jambu dan sebagainya (Panjaitan, 1995).
sprite, sosro, limun jarang dikonsumsi responden. Semua jenis minuman ini, beresiko terhadap terjadinya karies gigi. Sedangkan untuk konsumsi susu yang belum ditambah gula sebenarnya tidak bersifat kariogenik (merusak gigi), tetapi malahan bersifat pelindung (Koswara, 20