JANGAN PERGI LARA NO SHOUSETSU NO BUNSEKI
KERTAS KARYA Dikerjakan
O l e h
SYAFNATUNNAJAH NIM 062203063
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA
PROGRAM STUDI D3 BAHASA JEPANG MEDAN
JANGAN PERGI LARA NO SHOUSETSU NO BUNSEKI
KERTAS KARYA Dikerjakan
O l e h
SYAFNATUNNAJAH NIM 062203063
Pembimbing, Pembaca,
Zulnaidi, SS, M.Hum Rani Arfianty, SS NIP 132316223 NIP 132307627
Kertas karya ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Falkultas Sastra USU Medan, untuk melengkapi salah satu Syarat Ujian Diploma III Bidang Studi Bahasa Jepang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA
Disetujui Oleh :
Program Diploma Sastra dan Budaya Fakultas Sastra
Univesitas Sumatera Utara Medan
Program Studi D3 Bahasa Jepang Ketua,
Adriana Hasibuan, S.S.,M.Hum. NIP 131662152
PENGESAHAN
Diterima oleh :
Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III Bidang Studi Bahasa Jepang
Pada : Tanggal : Hari :
Program Diploma Sastra Budaya Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara Dekan,
Drs. Syaifuddin, M.A.,Ph.D. NIP 132098531
Panitia :
No. Nama Tanda Tangan
1. Adriana Hasibuan, S.S.,M.Hum (……….)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, sehingga penulis dapat
menyelesaikan kertas karya yang berjudul JANGAN PERGI LARA. Meskipun
banyak kesulitan dalam penulisan kertas karya ini, karena pengetahuan penulis
yang terbatas, tetapi berkat bimbingan, bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, maka penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.
Dalam penulisan kertas karya ini, penulis banyak menerima bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan kertas
karya ini, terutama kepada :
1. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A., selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Adriana Hasibuan, S.S., Ph.D., selaku Ketua Program Studi D3
Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara
3. Bapak Zunaidi S.S., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing yang dengan
ikhlas meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan
kepada penulis sampai kertas karya ini dapat diselesaikan.
4. Ibu Rani Arfianty S.S., selaku Dosen Pembaca
5. Bapak Drs. Amin Sihombing, selaku Dosen Wali
6. Seluruh staff Pengajar Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Sastra
7. Ayahanda Zainal Arifin, Ibunda Hartini, Kakak, Abang, serta seluruh
keluarga besar penulis yang tersayang.
8. Teman-teman Fakultas Sastra D3 Bahasa Jepang stambuk 06 dan
sahabat-sahabatku Alya, Inda, Lily, Juli, Sarifa, Agnes, Cori, dan Kak Eka.
9. Teman-teman Ade, Maysita yang telah memberikan banyak dukungan
Tiada lain harapan penulis semoga Allah SWT memberikan rahmatNya
kepada semua pihak yang disebutkan diatas.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih untuk semua bantuan dan
dukungannya selama ini. Mudah-mudahan kertas karya ini berguna dan
bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juni 2009
Penulis
062203063 SYAFNATUNNAJAH
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
1.1. Alasan Pemilihan Judul ... 1
1.2. Tujuan Penulisan... 2
1.3. Pembatasan Masalah ... 2
1.4. Metode Penelitian ... 2
BAB II : RINGKASAN CERITA ... 3
BAB III : ANALISIS CERITA ...12
3.1. Tema ...12
3.2. Penokohan ...12
3.3. Setting ...14
3.4. Alur Cerita ...14
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN ...15
4.1. Kesimpulan ...15
4.2. Saran ...15
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemilihan Judul
Novel “Jangan Pergi Lara” merupakan novel yang menceritakan tentang
gadis kembar yang bernama Lara dan Lina. Kedua gadis ini sama-sama mengidap
penyakit yang berbahaya. Lina sudah sejak kecil mengidap kelainan jantung dan
selalu di istimewakan. Sedangkan Lara setelah selesai kuliah penyakit kanker
ganas tulang mulai menggerogoti kaki kirinya. Ketika Lara tahu tentang
penyakitnya sedikitpun Lara tidak ingin dikasihani dan diistimewakan dan
berusaha bersikap tegar dan kuat. Dalam novel ini juga menceritakan tentang
percintaan kakak beradik yang bernama Lara dan Lina dengan seorang dokter
yang bernama Adrian Riupassa.
Cerita ketegaran dan percintaan Lara Silvani mengingatkan kita untuk
memiliki sikap keberanian, rela berkorban, dan prinsip yang kuat. Cerita ini
mudah di mengerti oleh para remaja. Namun novel ini bukan hanya untuk para
remaja saja, melainkan orang dewasapun dapat menikmatinya. Meskipun di dalam
novel ini ada kata-kata asing yang tidak dimengerti oleh pembaca, kita dapat
melihat di akhir cerita ada tertulis “Keterangan Istilah Asing“, di situlah kita dapat
mengerti dan mempelajari kata-kata asing yang belum kita ketahui.
Berdasarkan hal itu penulis tertarik untuk menganalisis cerita novel
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan mengangkat novel “Jangan Pergi Lara” sebagai
judul kertas karya ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menyampaikan pesan yang terkandung dalam novel ini
kepada pembaca
2. Untuk menambah wawasan atau pengetahuan penulis dan pembaca
tentang isi novel
3. Sebagai syarat kelulusan program D3 Bahasa Jepang Universitas
Sumatera Utara
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam menganalisis novel “Jangan Pergi Lara” ini penulis hanya
membahas mengenai tema, penokohan, setting, dan alur cerita. Penulis tidak
membahas mengenai gaya bahasa yang ada di dalam novel ini.
1.4 Metode Penulisan
Metode yang di gunakan dalam penulisan kertas karya ini adalah metode
pengumpulan data dan membaca buku-buku yang sesuai dengan judul yang akan
di bahas. Kemudian menganalisis dan mendistribusikannya ke setiap bab dalam
BAB II
RINGKASAN CERITA
Ada dua kewajiban yang paling di benci Lara yang harus di lakukannya
setiap pagi. Lara harus mengemudi mobil ayahnya yang besar dan tua ke rumah
sakit dan mengantarkan adik-adiknya ke sekolah. Karena sejak kecil Lina
mengidap kelainan jantung, Lina sangat dimanja dan selalu didahulukan kalau
memilih sesuatu oleh Bu Raharjo. Lina selalu bersikap lembut pada siapapun dan
tidak pernah marah, terkadang Lara heran terbuat dari apa hati saudara
kembarnya. Sedangkan Lara tidak bisa bersikap lembut. Sudah sejak kecil Lina
belajar alat musik piano dan selalu menang di berbagai perlombaan. Sedangkan
Lara tidak suka musik klasik, tetapi suka musik rok. Pak Raharjo sudah tidak
bekerja lagi karena dikeluarkan dari perusahaannya, sehingga Bu Raharjo yang
mencari nafkah untuk keluarganya dan mulai menjual berlian pada orang-orang
kaya. Usaha Bu Raharjo sangat berkembang pesat, sehingga selalu pulang larut
malam.
Hari pertama masuk kelas bedah tulang Lara sudah merasa tidak
nyaman. Setiap pagi Lara dan kelima temannya harus mengunjungi pasien
bersama dosen pembimbing. Dokter Prapto terkenal sebagai dosen pembimbing
yang paling kejam dan pelit di bagian bedah, tetapi tidak pelit dengan pujian
untuk mahasiswanya yang pintar. Lara termasuk mahasiswa yang pintar di antara
Nyonya Tini Yuliati adalah pasien pertama Lara. Tini datang ke
poliklinik untuk mengambil hasil pemeriksaan kakinya. Kemudian Dokter Prapto
meminta Lara untuk mengambil hasil foto tulang di bagian radiology. Setelah
Dokter Prapto melihat hasilnya lalu mengatakan bahwa Tini terkena kanker ganas
tulang dan sudah mencapai stadium IIB dan harus segera di amputasi. Tini
benar-benar terkejut, tetapi dia sangat tegar dan kuat menerima kenyataan ini. Atas saran
para dokter Tini menyetujui kakinya di amputasi. Ketika Dokter Prapto sedang
berdiskusi bersama mahasiswanya, tiba-tiba datang seorang laki-laki yang tinggi
dan tampan masuk ke ruang rapat membuat Lara terdiam melihat ke tampanan
laki-laki itu. Kemudian Dokter Prapto memperkenalkan laki-laki itu pada
mahasiswanya. Dokter Adrian yang akan menangani operasi Tini Yuliati dan yang
akan menjadi asistennya adalah Lara. Sejak pertama Lara bertemu dengannya,
Lara sudah simpatik padanya. Ketika operasi bau tidak sedap menyiksa saraf
penciumannya.
Setelah sampai di rumah, Lina meminta Lara untuk mengantarkannya ke
konser amal di sekolahnya, dengan terpaksa Lara harus mengantarkannya. Ketika
konser berlangsung mata Lara yang setengah terpejam mengenali laki-laki yang
baru saja datang dan duduk di sebelahnya, dan baru disadarinya bahwa laki-laki
itu adalah Dakter Adrian. Seketika Lara menjadi tidak mengantuk lagi dan mereka
pun saling menyapa. Setelah acara selesai Lara memperkenalkan Lina dengan
Dokter Adrian dan mereka saling berjabat tangan. Dokter Adrian sangat menyukai
Malam ini Lara bertugas di unit gawat darurat, banyak pasien yang
datang membuat para dokter dan orang yang bertugas menjadi sibuk. Tiba-tiba
datang seorang pasien laki-laki yang sangat membutuhkan pertolongan dan di
bajunya penuh dengan darah. Lara yang menangani pasien tersebut dan baru
sekali ini Lara menemui pasien yang keras kepala dan selalu berbicara sesuka hati,
pasien itu bernama Dedi Martondang. Tetapi Lara mengagumi dengan keberanian
Dedi Martondang
Sudah beberapa hari ini Lara merasa lutut kirinya sakit, tetapi tidak
pernah di perdulikannya. Sejak kecil sakit tidak pernah membuatnya mengeluh,
tetapi hari ini lututnya bertambah pegal dan Lara harus menyeret kakinya pulang.
Ketika naik tangga menuju kamarnya Nieke, Pak Raharjo, dan Lina melihatnya
dan Lara tidak pernah membiarkan orang yang dekat dengan dirinya ikut
merasakan penderitaannya. Kemudian Pak Raharjo menyuruh Lara agar
memeriksakannya ke dokter dan berjanji akan membelikan mobil yang bagus
untuknya.
Menjelang akhir kuliah kliniknya di bagian bedah, Lara harus
mengucapkan selamat tinggal kepada pasiennya. Ada dua pasien Lara yang begitu
berat untuk meninggalkannya. Dedi Martondang, pasien keras kepala dan selalu
berbicara sesuka hati tetapi Lara sangat menyukai keberaniannya. Dan Tini
Yuliati pasien pertamanya di poliklinik bedah, wanita yang baru berumur 19 tahun
mengidap kanker ganas tulang. Tetapi hanya sebulan sesudah kakinya di
waktu yang ditunggu itu tiba, mereka sama-sama meninggalkan bagian bedah
tetapi Tini tidak pulang ke rumah, melainkan pulang ke rumah abadinya.
Setelah Lara lulus di bagian bedah, hubungan Lara dengan Dokter
Adrian semakin hari semakin dekat dan Dokter Adrian tidak malu lagi mengantar
dan menjemput Lara pulang. Ketika Lara dan Lina sedang santai, Lara mencari
tahu siapa laki-laki yang di sukainya. Ketika Lara menyampaikan pesan dari
Dokter Adrian, Lina sangat bahagia mendengarnya. Lara sangat terkejut dan
ternyata Lina diam-diam menyukai Dokter Adrian. Kemudian tanpa
sepengetahuan Lara Bu Raharjo menjumpai Dokter Adrian dan memintanya agar
menikahi Lina. Awalnya Dokter Adrian tidak setuju tetapi karena kasihan pada
Lina, akhirnya Dokter Adrian setuju menikah dengan Lina. Setelah beberapa hari
Dokter Adrian mengatakan hal ini pada Lara. Awalnya Lara sangat terkejut dan
marah tetapi Dokter Adrian terus meyakinkan Lara dan akhirnya dengan berat hati
dan rasa marah yang begitu besar Lara pun menyetujuinya dan memutuskan
hubungan dengan Dokter Adrian. Lara sangat kecewa, marah, dan sedih dengan
sikap Bu Raharjo tetapi Lara tidak bisa berbuat apa-apa. Lara mengalah demi
Lina.
Pernikahan Lina dengan Dokter Adrian berlangsung sangat meriah. Pada
saat acara Lara tidak menunjukkan kesedihan di depan keluarganya dan para
tamu, hanya Pak Raharjo yang mengerti perasaan Lara saat itu. Setelah beberapa
bulan Dokter Adrian membawa Lina keluar negeri, karena ingin mencari
pengobatan untuk Lina. Bagi Lara hal itu sangat membahagiakannya, dengan
Ketika Lara sedang praktek di rumah sakit umum, tiba-tiba datang
seorang pasien yang sangat di kenalnya. Dia seorang laki-laki muda yang sehat,
tampan, dan mudah senyum, pasien itu bernama Dedi Martondang. Sebenarnya
Dedi tidak sakit, dia hanya ingin mengajak Lara nonton bioskop. Setelah itu Dedi
datang ke rumah Lara dengan membawa mobil mewah membuat Bu Raharjo
mengijinkan mereka pergi. Keesokan harinya Dedi menelepon Lara dan
mengatakan perasaannya. Awalnya Lara tidak percaya, tetapi Dedi meyakinkan
Lara dan akhirnya Lara menerimanya menjadi kekasihnya. Setelah itu Pak
Raharjo datang ke kamar Lara untuk memberikan sebuah kunci mobil. Larapun
sangat senang dengan hadiah yang di berikan oleh ayahnya.
Sejak beberapa hari terakhir ini rasa sakit mulai lagi menggerogoti lutut
kirinya, sehingga memaksa Lara harus memeriksakannya di bagian radiology.
Lara memeriksakannya pada Dokter Gunadi dan hasilnya akan di berikan besok.
Ketika sampai di rumah Lara melihat Lina dan Dokter Adrian sedang duduk di
ruang tamu bersama kedua orang tuanya, Lara sangat senang dengan kedatangan
mereka. Ke esokan harinya Lara mengambil hasil pemeriksaannya, Dokter Gunadi
mengatakan ada hal yang mengkhawatirkan, karena kurang jelas Dokter Gunadi
melakukan pemeriksaan ulang. Ketika Lara datang ke ruangan Dokter Gunadi,
Lara juga melihat Dokter Prapto dan Lara mulai khawatir dengan hasil
pemeriksaannya. Setelah itu Dokter Prapto mengatakan bahwa Lara terkena
kanker ganas tulang dan baru masuk stadium IB, tiba-tiba pandangan Lara gelap
menyarankan agar kakinya segera di amputasi, Lara tidak setuju kakinya di
amput asi.
Di tengah perjalanan Lara terus mengeluarkan air mata. Ketika sampai di
rumah Lara menjadi anak yang pendiam. Orang pertama diharapkan Lara yang
mengetahui penyakitnya adalah Dedi Martondang sahabatnya sekaligus calon
suaminya. Tetapi Dedi Martondang bukan orang yang tepat untuk berbagi duka,
karena Dedi sangat sulit untuk di ajak serius. Apalagi malam ini Dedi Martondang
sangat bahagia karena baru saja menjadi wakil direktur di perusahaan mobil milik
keluarganya dan akan ditugaskan beberapa hari di seoul. Sudah beberapa kali Lara
mencoba mengatakan penyakitnya pada keluarganya tetapi selalu gagal.
Ke esokan harinya Lara datang ke ruangan Dokter Prapto dan
mengatakan setuju kakinya di amputasi dan akan memakai kaki palsu. Di waktu
yang bersamaan Lina meminta Dokter Adrian untuk bertemu dengan Lara, karena
Lina terus saja bermimpi tentang Lara. Setelah sampai di rumah Lina langsung
menanyakan keadaan kaki Lara, tetapi Lara tidak ingin Lina tahu tentang
penyakitnya dan mengatakan kakinya baik-baik saja. Setelah mereka pulang, Pak
Raharjo menanyakan hasil pemeriksaan kakinya. Lara melihat Pak Raharjo
dengan wajah yang sedih lalu mengatakan bahwa dirinya terkena kanker ganas
tulang dan harus segera di amputasi. Pak Raharjo sangat terkejut dan sedih
melihat anaknya yang begitu kuat ternyata saat ini sedang sakit parah, air mata
Pak Raharjo keluar deras membanjiri wajahnya. Kemudian Bu Raharjo pulang
melihat suami dan anaknya sedang bersedih, kemudian Lara langsung merangkul
Raharjo berteriak dan mengatakan Lara terkena kanker ganas tulang dan harus
segera di amputasi. Bu Raharjo terkejut dan melihat Lara seolah-olah tidak
percaya putrinya terkena penyakit yang sangat berbahaya. Lara tidak kuat
mendengar suara tangisan Pak Raharjo dan meninggalkan kedua orang tua dan
adiknya menuju kamarnya.
Sudah larut malam, Nieke masuk ke kamar Lara dan tidur di
sampingnya. Menjelang pagi, Bu Raharjo masuk ke kamar Lara dan memandang
wajah anaknya dalam kegelapan. Setelah Lara merasakan air yang jatuh ke
tangannya, Lara bangun dan melihat Bu Raharjo sedang menangis tanpa suara.
Dan hari itu untuk pertama kalinya Lara merasakan kasih sayang yang paling
lembut dari seorang ibu.
Menjelang operasi atas permintaan Lara, Dedi Martondang dan Lina
tidak di beritahu dan semua harus di lakukan seperti biasa. Dokter Prapto yang
akan menangani operasi Lara. Ketika masuk gedung rumah sakit Lara sangat
takut, tetapi selalu menyembunyikan ketakutan di depan keluarganya. Ketika
suster mulai memberikan obat bius Lara terus memandang kakinya, pelan-pelan
matanya tertutup dan tidak sadar lagi. Ketika operasi Bu Raharjo terus berdo’a
untuk purinya, begitu juga dengan Pak Raharjo dan Nieke. Lina terus meminta
Dokter Adrian untuk bertemu dengan Lara, karena mereka tidak ingin Lina tahu,
akhirnya Dokter Adrian mengajak Lina pulang ke jerman.
Setelah operasi sedikit demi sedikit kesadaran Lara mulai kembali dan
keluarganya ikut bersedih. Nieke mengusap-usap kakinya pelan-pelan dan
sakitnya mulai berkurang. Kemudian Lara meminta Nieke mengusap kakinya
sampai bawah dan Niekepun langsung menangis. Lara heran melihat adiknya
menangis dan langsung membuka selimut di kakinya. Ketika melihat kakinya
yang sudah setengah, Lara langsung berteriak membuat keluarganya tambah
bersedih. Hanya Bu Raharjo yang masih tegar dan kuat menahan air matanya agar
tidak keluar. Sekarang Bu Raharjo harus berjuang untuk mengembalikan mental
purtinya.
Sudah dua hari ini Lara berbaring di tempat tidur. Perlahan-lahan
lukanya mulai sembuh dan kondisinya mulai membaik. Sedikit demi sedikit Lara
mulai menemukan kembali dirinya dan kepribadiannya. Lara tidak lagi menyesali
keadaannya. Ketika Dedi melihatnya di rumah sakit, Lara tidak memperlihatkan
kesedihannya dan menyambut kedatangan Dedi seperti biasa. Setelah itu Lara
menceritakan keadaannya, dan Dedi tidak pernah mempermasalahkannya. Apapun
yang terjadi pada kekasihnya Dedi Martondang tidak akan pernah mundur dan
tetap menginginkan Lara menjadi istrinya. Itu membuat Lara sangat bersyukur
mendapatkan kekasih seperti Dedi Martondang.
Karena lukanya belum begitu sembuh, Lara harus memakai kursi roda
dan belum di perbolehkan memakai kaki palsu. Lara masih harus menjalani
pemeriksaan lebih lanjut untuk mencegah kankernya. Sedangkan Dedi
Martondang sibuk menyiapkan acara pernikahan mereka. Karena Dokter Adrian
dan Lina tidak bisa hadir,mereka menelepon dari jerman dan mengucapkan
selamat atas pernikahannya. Lara Silvani dan Dedi Martondang sangat bahagia
BAB III
ANALISIS CERITA
3.1 Tema
Novel ini menceritakan tentang seorang gadis kembar yang bernama
Lara dan Lina yang sama-sama mengidap penyakit yang sangat berbahaya. Lina
sudah sejak kecil mengidap kelainan jantung, sedangkan Lara setelah selesai
kuliah penyakit kanker ganas tulang mulai menggerogoti kakinya. Ketika Lara
mengetahui tentang penyakitnya, Lara sangat kuat, tegar, dan tidak ingin di
istimewakan oleh siapapun. Ketika keluarganya mengetahui tentang penyakit Lara
yang sangat terpukul adalah Bu Raharjo. Semua keluarga dan temannya tidak
percaya Lara yang begitu kuat dan tidak pernah sakit ternyata saat ini terkena
penyakit yang sangat berbahaya.
3.2 Penokohan
1. Lara Silvani adalah seorang wanita yang memiliki sikap ketegaran,
kuat, dan tidak suka di kasihani oleh siapapun karena penyakitnya.
Lara juga seorang dokter wanita muda yang pintar di bagian bedah.
Selain itu Lara juga seorang kakak yang baik untuk adik-adiknya.
2. Lina Savitri adalah seorang gadis yang sangat lembut, anggun, dan
penyakit yang dialaminya sejak kecil. Selain itu Lina sangat berbakat
memainkan alat musik piano.
3. Dokter Adrian Riupassa adalah mantan kekasih Lara Silvani. Dia
adalah seorang dokter bedah Lara yang sangat pintar, baik, dan
tampan. Sekarang menjadi suami Lina saudara kembarnya.
4. Dedi Martondang adalah kekasih Lara. Dedi tidak pernah
mempermasalahkan tentang penyakit kekasihnya. Dia juga bekerja
sebagai wakil direktur di perusahaan mobil milik keluarganya.
5. Pak Raharjo adalah seorang ayah yang baik dan mengerti saat anaknya
sedang bersedih dan susah.
6. Bu Raharjo adalah seorang ibu yang sangat kuat dan tegar menghadapi
keadaan putri kembarnya yang mengidap penyakit berbahaya.
7. Nieke adalah seorang anak yang selalu ada di saat keluarganya sangat
membutuhkannya.
8. Dokter Prapto adalah seorang dokter bedah dan dosen pembimbing
yang sangat kejam dan pelit dalam hal nilai, tetapi tidak pelit untuk
mahasiswanya yang pintar.
9. Tini Yuliati adalah seorang pasien yang sangat kuat dan tegar
3.3 Setting
Tempat terjadi kejadian cerita novel “Jangan Pergi Lara” ini sebagian
besar berada Di Jakarta. Sebagian lainnya berada di poliklinik bedah dan setelah
Lara lulus dia di tugaskan di rumah sakit umum.
3.4 Alur Cerita
Alur cerita dari novel “Jangan Pergi Lara” ini adalah maju mundur. Di
awali dengan pertemuan menjadi percintaan yang hanya sebentar saja dan
menghadapi kenyataan sulit. Cerita ini di mulai dengan menggambarkan suatu
peristiwa yang terjadi sekarang, kemudian menceritakan peristiwa yang terjadi di
masa lalu. Lalu mencapai klimaksnya dan setelah itu penyelesaian.
BAB 1V
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Kesetiaan memerlukan kepercayaan dan pengorbanan. Kita harus
berkorban demi cinta sejati dan selalu menerima apa yang sudah di berikan
meskipun itu sulit di lakukan. Namun cinta sejati tiada artinya jika kita
menunjukkan sikap keegoisan, dan tidak memiliki sikap yang ragu dan
mengecewakan kepada pasangan kita. Sehingga untuk memperoleh cinta sejati itu
membutuhkan suatu keyakinan dan kesetiaan.
4.2. Saran
1. Penulis mengharapkan kepada para pembaca supaya mengerti makna
cerita yang sebenarnya, karena cinta merupakan suatu anugrah dari
Tuhan yang patut kita jalani, dengan keyakinan, dan pengorbanan.
DAFTAR PUSTAKA
Mira W. 1998. Jangan Pergi Lara. Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Selatan.
Putri Minerva Mutiara, Eris Yetti, Yeni Mulyani. 1998. Analisis Struktur novel
Indonesia Modern 1930-1939, Jakarta.
Sukapiring Peraturan, Gustaf Sitepu. 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang di sempurnakan. Fakultas Sastra Usu, Medan.
Suroto. 1989. Teori dan Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia. Penerbit Erlangga,