• Tidak ada hasil yang ditemukan

BABVI SALURAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BABVI SALURAN"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VI

SALURAN IRIGASI DAN SALURAN PEMBUANG

A. TUJUAN STRUKSIONAL KHUSUS (TM)

Adapun yang menjadi tujuan instruksional khusus dalam bab ini adalah bahwa setelah

mengikuti kuliah, mahasiswa akan dapat :

1.

Menjelaskan data – data yang dibutuhkan dalam perencanaan saluran irigasi maupun

pembuang.

2.

Menjelaskan fungsi dan cara – cara merencanakan saluran irigasi dan saluran pembuang.

3.

Mengetahui dan menjelaskan jenis – jenis saluran irigasi dan pembuang.

4.

Menghitung besarnya kapasitas tampung saluran irigasi dan pembuang.

5.

Menjelaskan dan menghitung besarnya kecepatan saluran irigasi dan saluran pembuang.

6.

Menjelaskan setiap bagian potongan saluran beserta dengan fumgsi - fungsinya.

7.

Merencanakan saluran irigasi dari bangunan utama sampai ke petak – petak sawah..

Dalam bab ini mahasiswa diharapkan mengikuti materi kuliah dengan memiliki literatur

pokok yaitu Bahan Ajar Irigasi I, Kriteria Perencanaan Irigasi (KP), Petunjuk Perencanaan

Irigasi serta literatur lain yang berkaitan dengan materi – materi yang dibahas dalam

perkuliahan ini serta dalam perkuliahan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab serta

pembahasan soal - soal.

B. PENDAHULUAN

Perencanaan peta dipetak irigasi harus terlebih dahulu direncanakan trase saluran irigasi yang

harus membawa air dari bangunan pengambilan ke petak – petak sawah, tetapi belum

ditentukan ukuran – ukuran saluran – saluran tersebut. Untuk menetapkan ukuran – ukuran

tersebut harus diketahui terlebih dahulu jenis tanaman yang akan diberikan air (telah dibahas

Bab II), tingkat effisiensi irigasi yang dapat dicapai, kemiringan medan, serta jenis – jenis

bahan yang dipakai dalam saluran tersebut.

(2)

C. MATERI

6.1. Data Perencanaan Saluran Irigasi.

a). Data Topografi.

Peta topografi dengan garis - garis ketinggian dan tata letak jaringan irigasi dengan

skala 1 : 25.0000.

Peta situasi trase saluran berskala 1 : 2.000 dengan garis - garis ketinggian pada

interval 0.50 m untuk daerah datar dan 1,0 untuk daerah berbukit.

Profil memanjang pada skala horisontal 1 : 2.000 dan skala vertikal 1 : 200 (atau 1 :

100 untuk saluran berkapasitas kecil, bilamana diperlukan). Potongan melintang

pada skala horizontal dan vertical 1 : 200 (atau 1 : 100 untuk saluran berkapasitas

kecil bilamana diperlukan).

Potongan melintang pada skala horisontal dan vertikal 1 : 200 (atau 1 : 100 untuk

saluran - saluran berkapasitas kecil) dengan interval 50 m untuk bagian lurus dan

interval 25 m pada bagian tikungan.

Peta lokasi titik tetap/ benchmark.

b). Kapasitas Rencana Saluran.

Kapasitas saluran - saluran irigasi ditentukan menurut banyaknya kebutuhan air

untuk tanaman padi, karena tanaman padi memerlukan lebih banyak air dibandingkan dengan

tanaman - tanaman lainnya.

Debit rencana saluran

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

C . NFR. A

Q =

Eff

Dimana :

Q

= Debit Banjir rencana (Ltr/dtk)

c

= Koefisien Pengurangan Karena adanya sistem golongan

NFR = Kebutuhan bersih (netto) air di sawah, (m. Ltr/dtk)

A

= Luas Daerah Yang Diairi. (ha)

(3)

Jika air yang dialirkan oleh jaringan saluran juga untuk keperluan selain irigasi, maka debit

rencana harus ditambah dengan jumlah yang dibutuhkan untuk keperluan itu dengan

memperhitungkan effisiensi pengaliran.

Kebutuhan Air Disawah

untuk padi ditentukan oleh faktor - faktor sebagai berikut :

1).

Cara penyiapan lahan.

2).

Kebutuhan airuntuk tanaman.

3).

Perkolasi dan rembesan.

4).

Pergantian lapisan air.

5).

Curah hujan effektif.

Kebutuhan total air di sawah (GFR) mencakup factor 1 sampai dengan 4. Kebutuhan air

bersih (netto) di sawah (NFR) juga memperhitungakan curah hujan efektif. Besarnya

kebutuhan air di sawah bervariasi menurut tahap pertumbuhan tanaman dan bergantung

kepada cara pengelolaan lahan. Besarnya kebutuhan air di sawah dinyatakan dalam mm/hari.

Effisiensi Irigasi,

Untuk tujuan perencanaan, dianggap bahwa seperempat sampai sepertiga dari jumlah air yang

diambil akan hilang sebelum air tersebut sampai ke sawah.

Kehilangan air disebabkan oleh :

ƒ

Eksploitasi (pemanfaatan).

ƒ

Evaporasi (penguapan), biasanya nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan akibat

eksploitasi.

ƒ

Perembesan (perkolasi), dihitung apabila faktor kelulusan tanah cukup tinggi.

Rotasi Teknis.

Keuntungan - keuntungan yang diperoleh dari sistem golongan teknis adalah :

(4)

ƒ

Eksploitasi lebih rumit

ƒ

Kehilangan air akibat eksploitasi sedikit lebih tinggi, dan

ƒ

Jangka waktu irigasi untuk tanaman pertama lebih lama, akibatnya sedikit lebih waktu

tersedia untuk tanaman kedua.

Agar kebutuhan pengambilan puncak dapat dikurangi, maka areal irigari harus dibagi - bagi

menjadi sekurang - kurangnya tiga atau empat sistem golongan dan tidak lebih dari lima atau

enam golongan. Karena alasan - alasan diatas, biasanya untuk proyek irigasi tertentu

mencakup daerah yang dapat diairi seluas 10.000,00 Ha dan pengambilan air langsung dari

sungai, tidak ada pengurangan debit rencana. (Koefisien pengurangan = 1,0). Pada jaringan

yang telah ada, factor pengurangan lebih kecil dari 1,0 mungkin dipakai dapat sesuai.

c). Data Geoteknik.

Hal utama yang harus diperhatikan dalam perencanaan saluran adalah stabilitas

tanggul, kemiringan talut galian serta rembesan ke dan dari saluran. Data tanah yang

diperoleh dari hasil penyelidikan tanah akan memberikan petunjuk mengenai sifat - sifat

tanah daerah trase saluran yang direncanakan.

Perhatian khusus harus diberikan kepada daerah - daerah yang mengandung :

o

Batu singkapan.

o

Lempung tak stabil yang plastisitasnya tinggi.

o

Tanah gambut dan bahan - bahan organik.

o

Pasir dan kerikil.

o

Bahan (tanah) timbunan yang cocok.

o

Muka air tanah.

d). Data Sedimen.

Data sedimen terutama diperlukan untuk perencanaan jaringan pengambilan di sungai

dan kantong Lumpur. Bangunan pengambilan dan kantong Lumpur akan direncanakan agar

mampu mencegah masuknya sedimen kasar ( > 0,06 - 0,07) ke dalam jaringan saluran.

(5)

perencanaan kemiringan saluran atau potonongan melintang yang mantap dimana sedimentasi

dan erosi harus berimbang dan terbatas.

6.2. Langkah-Langkah Perencanaan Saluran Irigasi Perencanaan Pendahuluan

Perencanaan pendahuluan

saluran irigasi harus dapat menghasilkan :

-

trase saluran

-

muka air

-

lokasi dan tipe bangunan pembawa, bagi dan sadap.

Perencanaan pendahuluan harus mengikuti langkah-langkah berikut :

1.

Pemplotan trase saluran pada peta dengan skala 1: 25.000.

2.

Penentuan batas-batas petak tersier pada peta dengan skala 1 : 25.000 dan 1 : 5.000.

3.

Pemplotan trase saluran dengan lokasi bangunan sadap pada peta berskala 1: 5.000.

4.

Penentuan muka air yang dibutuhkan pada bangunan pengambilan pada peta dengan

skala 1: 5.000 atau 1: 2.000 (kalau ada).

5.

Perhitungan debit rencana.

6.

Penentuan lokasi bangunan pembawa dan pembagian kehilangan 1tinggi energi di

bangunan tersebut.

7.

Penentuan kemiringan rencana pada ruas-ruas saluran berikutnya.

8.

Penentuan dimensi saluran.

9.

Penentuan muka air saluran.

10.

Pembuatan profil memanjang

11.

Penyelusuran trase di lapangan dengan melakukan pengukuran topografi, pengukuran

geoteknik pendahuluan di sepanjang as saluran.

12.

Penyesuaian trase saluran dan profil memanjang pendahuluan termasuk lokasi

bangunan.

(6)

Perencanaan Detail

1. Pengukuran trase dan penyelidikan geoteknik

2. (Sedikit) penyesuaian as saluran

3. Mencek elevasi muka air dan muka air rencana

4. Muka air rencana akhir (definitif)

5.

Kapasitas

rencana

akhir

6. Dimensi akhir

7. Potongan melintang dan potongan memanjang akhir

6.3. Saluran Irigasi

Saluran Irigasi adalah saluran pembawa air untuk menambah air ke saluran irigasi ke daerah

lain. Untuk perencanaan saluran, ada dua parameter pokok yang harus ditentukan apabila

kapasitas rencana yang diperlukan sudah diketahui, yaitu :

Perbandingan kedalaman air dengan lebar dasar (n).

Kemiringan memanjang (i).

A. Rumus Dan Kriteria Hidrolis Saluran.

Untuk perencanaan ruas, aliran saluran dianggap sebagai aliran tetap, dan untuk itu diterapkan

rumus Strickler.

V =

K.

R

2/3

.I

1/2

A

= (b + mh) . h

Q

= A . V

b

= n. h

Dimana :

Q

= Debit Saluran (m

3

/dtk)

(

1

)

.

2 2 −

+

= b h m

P

(7)

A

= Potongan Melintang (m

2

).

R

= Jari-jari hidrolis (m).

P

= Keliling Basah (m).

b

= Lebar dasar (m).

I

= Kemiringan energi (kemiringan saluran)

k =

Koefisien

Kekasaran Strickler (m

1/3

/dtk)

m

= Kemiringan Talut ( 1 Vert : m hor).

Gambar 6.1 Parameter Potongan Melintang

Koefisien Kekasaran Strickler

Koefisien kekasaran bergantung kepada faktor - faktor berikut :

Kekasaran permukaan saluran.

Ketidakteraturan permukaan saluran.

Trase saluran.

Vegetasi (tumbuhan).

(8)

Tabel 6.1 Harga — harga koefiesien kekasaran Strickler (k) untuk saluran — saluran

Irigasi Dari Tanah.

Debit Rencana (m

3

/dtk)

K

M

ii3

/dtk

Q > 10

45

5 < Q < 10

42,5

1 < Q < 5

40

Q < 1 Dan saluran Tersier

35

KP – 03 Standard Perencanaan Irigasi.

Tabel 6.2 Harga — harga koefiesien kekasaran Strickler (k) Yang Diizinkan untuk

saluran — saluran Irigasi Dari Pasangan

Jenis Pasangan

K

M

1/3

/dtk

Pasangan Batu

60

Pasangan Beton

70

KP – 03 Standard Perencanaan Irigasi.

Untuk potongan melintang dengan kombinasi berbagai macam bahan pasangan, kekasaran

masing - masing permukaan akan berbeda - beda (bervariasi). Koefisien kekasaran campuran

dihitung dengan rumus berikut :

Dimana :

k

= Koefisien Kekasaran Strickler untuk potongan melintang, (m

1/3

/Dtk)

P

= Keliling basah (m)

pi

= Keliling basah bagian I dari potongan melintang (m)

ki

= Koefisien kekasaran bagian i dari potongan melintang, (m

1/3

/Dtk)

3 2 1 5 , 1 3 2 − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛

=

n

ki Pi p

(9)

B. Sedimentasi

Kecepatan minimum yang dizinkan adalah kecepatan terendah yang tidak menyebabkan

pengendapan partikel dengan diameter maksimum yang diizinkan 0,06 mm - 0,007 mm.

Rumus utama untuk perencanaan saluran yang stabil adalah bahwa semua sedimen

yang masuk ke dalam saluran harus semuanya terangkut tanpa terjadi penggerusan atau

sedimentasi. Oleh sebab itu, kapasitas angkutan relatif T/Q (T = angkutan sedimen, Q = debit)

harus konstan sepanjang ruas saluran. Jika kapasitas angkutnya mengecil, akan terjadi

sedimentasi dan jika kapasitasnya membesar, saluran akan tergerus.

Ada dua Cara pengangkutan sedimen, yaitu :

1.

Angkutan bahan dalam keadaan melayang (sedimen layang).

2.

Angkutan sedimen dasar.

1.

Jika dipertimbangkan angkutan sedimen laying, Vlugther memberikan aturan bahwa

partikel - partikel yang lebih kecil dari 0,05 sampai 0,07 mm, v.I adalah konstan.

Kriteria yang sama dikemukakan De Vos (1925), yang menggunakan perrimbangan

energi, sebagai berikut :

T/Q

ρ

. g . v . I

Dimana :

T = Banyaknya sedimen yang diangkut (m

3

/dtk).

Q = Debit (m

3

/Dtk)

p = Kerapatan air (Kg/m

3

)

g = Percepatan

gravitasi

(m/dt

2

)

v = Kecepatan aliran (m/dtk)

I =

Kemiringan

energi

(10)

2.

Bahan - bahan yang Iebih besar dari sekitar 0,06 mm (pasir halus atau lanau) akan diangkut

terutama di sepanjang dasar saluran. Untuk angkutan bahan ini, bisa dipakai rumus angkutan

sedimen Einstein - Brown, yakni :

T

b h

3

I

3

Dimana :

b = Lebar dasar saluran (m).

h = Kedalaman air (m)

T = Banyaknya sedimen yang diangkut (m

3

/dtk)

I =

Kemiringan

energi

Jika rumus angkutan sedimen ini digabungkan dengan rumus Strickler/ Manning, maka :

T / Q

h

3/15

I

Jika digabungkan dengan rumus debit Chezy, rumus kapasitas angkutan sedimen relatif

menjadi :

T / Q

h

6/10

.I

Penggabungan dengan rumus debit Lacey ( V a c Ks h3/4 I1/2) menghasilkan : T / Q

h

1/2

.I

Kesimpulan :

Kriteria yang terbaik untuk perencanaan saluran yang stabil yang harus mengangkut

bahan sedimen adalah bahwa kapasitas angkutan sedimen relatif T / Q tidak boleh

kurang kearah hilir, atau jika ada bahaya penggerusan, kapasitas angkutan sedimen

harus tetap konstan ke arah hilir.

Kriteria perencanaan yang akan diikuti bergantung kepada tipe dan volume sedimen

yang akan diangkut, dengan kata lain bergantung pada rumus angkutan sedimen

atau rumus debit yang dipakai. Kriteria bahwa :

H

1/2

I = Konstan.

(11)

C. Erosi

Kecepatan maksimum yang diizinkan adalah kecepatan aliran (rata - rata) maksimum yang

tidak akan menyebabkan erosi permukaan saluran. Konsep itu didasarkan pada hasil riset yang

diadakan oleh US Soil Conservation Service (USDA - UCS, Design Open Channels, 1977)

dan hanya memerlukan sedikit saja data lapangan seperti klasifikasi tanah (unified System),

indeks plstisitas dan angka pori.

Kecepatan Maksimum Yang di Izinkan Untuk Saluran Tanah ditentukan dalam dua langkah :

1.

Penetapan kecepatan dasar (vb) untuk saluran lurus dengan ketinggian air 1 m seperti

pada gambar 6.2.; vb adalah 0,6 m/dtk untuk harga Pi yang lebih rendah dari 10.

2.

Penentuan faktor koreksi pada vb untuk lengkung saluran, berbagai ketinggian air dan

angka pori seperti pada gambar 6.3.

Untuk deskripsi tanah lihat tabel 6.4.

(12)

V

maks

= Vb x A x B x C

Dimana :

V

maks

= Kecepatan maksimum yang dizinkan (m/dtk)

V

b

= Kecepatan dasar (m/dtk)

A

= Faktor koreksi untuk angka pori permukaan saluran

B

= Faktor koreksi untuk kedalaman air

C

= Faktor koreksi untuk lengkung

Dan kecepatan dasar yang diizinkan vba = vb x A

(13)

D. Potongan Melintang Saluran

a).

Bentuk Geometri.

Untuk mengalirkan air dengan penampang basah sekecil mungkin, potongan melintang

yang berbentuk setengah lingkaran adalah yang terbaik. Untuk saluran tanah bentuk

trapesium adalah bentuk yang ideal akan tetapi akan cenderung menghasilkan potongan

melintang yang terlalu dalam dan sempit. Hanya dengan debit rencana sampai dengan

0,50 m

3

/dtk Baja yang potongan melintangnya dapat mendekati bentuk setengah

lingkaran.

b).

Kemiringan Talut.

Untuk menekan biaya pembebasan tanah dan penggalian, talut saluran direncana

securam mungkin. Bahan tanah, kedalaman saluran dan terjadinya rembesan akan

menentukan kemiringan maksimum untuk talut yang stabil.

Tabel 6.3. Kemiringan Minimum Talut untuk berbagai bahan tanah saluran tanpa

pasangan

Bahan Tanah

Simbol

Kisaran Kemiringan

Batu

<

0,25

Gambut kenyal

Pt

1— 2

Lempung kenyal, Geluh*), tanah Lus

CL, CH, MH

1— 2

Lempung pasiran, tanah pasiran

kohesif

SC, SM

1,5 — 2,5

Pasir lanauan

SM

2 — 3

Gambut Lunak

Pt

3 — 4

(14)

Tabel 6.4 Kemiringan Minimum Talut untuk berbagai bahan tanah Saluran Pasangan

Bahan Tanah

H < 0,75 m

0,75 m < h < 1,5 m

Lempung pasiran

-

-

Tanah pasiran kohesif

1

1

Tanah pasiran lepas

1

1,25

Geluh pasiran, lempung berpori

1

1,5

Tanah gambut lunak

1,25

1,5

KP – 03 Standard Perencanaan Irigasi.

Tabel 6.5 Kemiringan Talut Minimum Untuk Saluran Timbunan Yang Dipadatkan Dengan

baik.

Kedalaman Air + Tinggi Jagaan (D)

0,75 m < h < 1,5 m

D < 1,0

1 : 1

1,0 < D < 2,0

1 : 1 , 5

D>2,0 1 : 2

KP – 03 Standard Perencanaan Irigasi.

E. Lengkung Saluran

Lengkung yang diizinkan untuk saluran tanah bergantung kepada :

Ukuran dan kapasitas saluran.

Jenis Tanah

Kecepatan aliran.

Jari – jari minimum lengkung saluran seperti yang diukur pada as harus diambil sekurang –

kurangnya 8 kali lebar atas pada lebar permukaan air rencana.

(15)

ƒ

7 kali lebar permukaan air untuk saluran – saluran kecil (Q > 10,00 m

3

/dtk).

F. Tinggi Jagaan

Tinggi jagaan berguna untuk :

ƒ

Menaikan muka air diatas tinggi muka air maksimum.

ƒ

Mencegah kerusakan tanggul di saluran.

Meningginya muka air sampai di atas tinggi yang telah direncana bisa disebabkan oleh

penutupan pintu secara tiba – tiba di sebelah hilir ; variasi ini akan bertambah dengan

membesarnya debit. Meningginya muka air dapat pula diakibatkan oleh pengaliran air

buangan kedalam saluran.

Tinggi jagaan minimum yang diberikan pada saluran primer dan saluran sekunder dikaitkan

dengan debit rencana saluran seperti diperlihatkan dalam Tabel 6.6

Tabel 6.6. Tinggi Jagaan Minimum Untuk Saluran Tanah.

Q

(m

3

/dtk)

Tinggi Jagaan

(m)

< 0,50

0,40

0,50 – 1,50

0,50

1,50 - 5,00

0,60

5,0 – 10,0

0,75

10,0 – 15,0

0,85

> 15,0

1,00

(16)

Tabel 6.7 Tinggi Jagaan Minimum Untuk Saluran Pasangan.

Q

(m

3

/dtk)

Tanggul (F)

(m)

Tinggi Jagaan

(m)

< 0,50

0,40

0,20

0,50 - 1,50

0,50

0,20

1,50 - 5,00

0,60

0,25

5,0 - 10,0

0,75

0,30

10,0 - 15,0

0,85

0,40

> 15,0

1,00

0,50

KP – 03 Standard Perencanaan Irigasi.

G. Lebar Tanggul.

Untuk tujuan - tujuan eksploitasi, pemeliharaan dan inspeksi akan diperlukan tanggul

disepanjang saluran dengan lebar minimum seperti pada tabel 6.8

Tabel 6.8. Lebar Minimum Tanggul

Q

(m

3

/dtk)

Tanpa Jalan

Inspeksi

(m)

Tinggi Jagaan

(m)

< 1,00

1,00

3,00

1,00 - 5,00

1,50

5,00

5,0 - 10,0

2,00

5,00

10,0 - 15,0

3,50 5,00

> 15,0

3,50

5,00

KP – 03 Standard Perencanaan Irigasi.

(17)
(18)

H. Rembesan Pada Saluran Pasangan

Saluran pasangan (lining) dimaksudkan untuk :

ƒ

Mencegah kehilangan air akibat rembesan.

ƒ

Mencegah gerusan dan erosi.

ƒ

Mencegah merajalelanya tumbuhan air.

ƒ

Mengurangi biaya pemeliharaan.

ƒ

Memberi kolanggaran untuk lengkung saluran yang lebih kecil.

ƒ

Tanah yang dibebaskan lebih kecil.

Tanda - tanda adanya kemungkinan terjadinya perembesan dalam jumlah besar dapat dilihat

dari peta tanah. Penyelidikan tanah dengan cara pengeboran dan penggalian sumuran uji di

alur saluran akan lebih banyak memberikan informasi mengenai kemungkinan terjadinya

rembesan. Pasangan mungkin hanya diperlukan untuk ruas - ruas saluran yang panjangnya

terbatas.

Besarnya rembesan dapat dihitung dengan rumus Moritz (USBR)

S

= 0,035 C

(Q/V)

Dimana :

S

= Kehilangan akibat rembesan (m

3

/Dtk) per km panjang saluran

Q =

Debit

(m

3

/Dtk)

v

= Kecepatan (m/Dtk)

(19)

Tabel 6.9. Harga — Harga Koefsien Tanah Rembesan C

Jenis Tanah

Harga C

(m/Hari)

Kerikil sementasi dan lapisan penahan (Hardpan) dengan

geluh pasir

0,10

Lempung dan geluh lempungan

0,12

Geluh pasiran

0,20

Abu volkanik

0,21

Pasir dan abu volkanik atau lempung

0,37

Lempung pasiran dengan batu

0,51

Batu pasiran dan kerikilan

0,67

Kp - 03 Saluran (Standard Perencanaan Irigasi).

I. Jenis - Jenis Pasangan

Banyak bahan yang dapat dipakai untuk pasangan saluran (Lihat Kraatz), tetapi pada

prakteknya di Indonesia hanya ada tiga bahan yang dianjurkan pemakaiannya:

Pasangan Batu.

Pasangan beton

Tanah.

Tebal minimum pasangan berdasarkan jenis pasangan :

Pasangan Batu tebal minimum 30 cm.

Pasangan Beton Tumbuk minimum 8 cm untuk saluran kecil yang dikonstruksi dengan

baik sampai 6 m

3

/dtk.

Pasangan beton bertulang tebal minimum 7 cm.

Untuk pasangan semen tanah yang dipadatkan tebal minimum diambil 10 cm untuk

saluran kecil dan 15 cm untuk saluran yang Iebih besar.

(20)
(21)

J. Kecepatan Maksimum

Kecepatan - kecepatan maksimumuntuk aliran subkritis berikut dianjurkan pemakaiannya :

Pasangan Batu

= 2,0 m/dtk

Pasangan Beton

= 3,0 m/dtk.

Pasangan tanah

= Kecepatan maksimum yang diizinkan.

Perhitungan Bilangan Froude adalah penting apabila dipertimbangkan pemakaian kecepatan

aliran dan kemiringan saluran yang tinggi. Untuk aliran yang stabil bilangan Froude harus

memenuhi ketentuan — ketentuan sebagai berikut :

Bilangan Froude harus kurang dari 0,55 untuk aliran sub kritis.

Bilangan Froude Iebih besar dari 1,40 untuk aliran superkritis.

Saluran dengan bilangan Forude 0,55 - 1,40 memiliki pola aliran dengan gelombang

tegak (muka air bergelombang yang akan merusakan kemiringan talut). Untuk perencanaan

saluran dengan kemiringan medan yang teratur bilangan Froude akan kurang dari 0,30.

Bilangan Froude untuk saluran ditentukan sebagai :

Dimana :

F

= Bilangan Froude

v

= Kecepatan aliran (m/dtk)

w

= Lebar pada permukaan air (m)

A

= Luas potongan melintang basah (m

2

)

g =

Percepatan

Gravitasi

m

= Kemiringan talut saluran 1 vert : m hor

n

= Perbandingan lebar dasar/ kedalaman air.

(22)

K. Potongan Memanjang Saluran Irigasi.

a). Muka Air Yang Diperlukan.

Tinggi muka air yang dinginkan dalam jaringan utama didasarkan tinggi muka air yang

diperlukan di sawah - sawah yang diairi. Prosedurnya adalah pertama - tama menghitung

tinggi muka air yang diperlukan di bangunan sadap tersier. Lalu seluruh kehilangan di saluran

kuarter dan tersier serta bangunan dijumlahkan menjadi tinggi muka air di sawah yang

diperlukan dalam petak tersier. Ketinggian ini ditambah agi dengan kehilangan tinggi energi

di bangunan sadap tersier dan Ionggaran persediaan untuk variasi muka air akibat eksploitasi

jaringan utama pada tinggi muka air parsial (sebagian).

Gambar 6.6. berikut memberikan ilustrasi mengenai cara perhitungannya. Selanjutnya untuk

kehilangan tinggi energi standard yang dipilih.

P

= A + a + b + c + d + e + f + g +

Δ

H + Z

Dimana :

P

= Muka air di saluran sekunder

A

= Elevasi sawah tertinggi

a =

Lapisan

air

disawah = 10 cm

b

= Kehilangan energi di saluran kuarter ke sawah = 5 cm

c

= Kehilangan tinggi energi diboks kuarter 5 cm

(23)

d

= Kehilangan tinggi energi selama pengaliran di saluran irigasi (I x L)

e =

Kehilangan

tinggi energi di boks bagi tersier 5 cm

f =

Kehilangan

tinggi energi di bangunan pembawa 5 cm

g =

Kehilangan

tinggi energi di bangunan sadap tersier

Δ

H = Variasi tinggi muka air, 0,18 h

100

(h

100

= kedalaman air pada muka air normal 100

%).

Z =

Kehilangan

tinggi

energi di bangunan — bangunan tersier yang lain.

b). Kemiringan Memanjang.

Kemiringan memanjang ditentukan terutama oleh keadaan topografi, kemiringan saluran akan

sebanyak mungkin menikuti garis muka tanah pada trase yang dipilih. Kemiringan memanjang

saluran mempunyai harga maksimum dan minimum. Usaha pencegahan terjadinya

sedimentasi memerlukan kemiringan memanjang minimum. Untuk mencegah terjadinya erosi,

kecepatan maksimum aliran harus dibatasi.

Kemiringan Minimum.

Untuk mencegah terjadinya sedimentasi harga IVR hendaknya diperbesar kearah hilir.

Dalam prakteknya kriteria ini tidak sulit untuk diikuti.

Kemiringan Maksimum.

(24)

6.3. Perencanaan Saluran Irigasi.

Secara planimetris perencanaan trase saluran harus mengacu kepada :

-

Garis-garis lurus sepanjang mungkin yang dihubungkan dengan kurve/lengkung bulat

-

diusahakan agar muka air mendekati elevasi medan atau sedikit di atas elevasi sawah di

sebelahnya yang akan diairi.

-

Muka air tanah mendekati muka air rencana atau sedikit di bawahnya.

-

Perencanaan harus menghasilkan bagian yang seimbang sehingga jumlah galian sama

dengan atau lebih dari jumlah timbunan.

(25)
(26)

a). Debit Rencana

C x NFR x A Qt =

Efftersier

Dimana :

Q = Debit (m3/Dtk)

NFR = Kebutuhan air bersih sawah (ltr/dtk. Ha)

c = Koefisien rotasi c = 1,0

(karena tidak ada sistem golongan karena daerah layanan < 10.000 ha) Eff = Effisiensi

1,0 x 1,24 x A

Q =

77,50% = 1,60 x A

= a x A = 1,6 x 93

= 148,8 Ltr/Dtk = 0,149 m3/Dtk

b). Elevasi bangunan sadap yang diperlukan

P = A + a + b + c + d + e + f + g + ΔH + Z Dimana :

P = Muka air di saluran sekunder A = Elevasi sawah tertinggi a = Lapisan air disawah = 10 cm

b = Kehilangan energi di saluran kuarter ke sawah = 5 cm c = Kehilangan tinggi energi diboks kuarter 5 cm

d = Kehilangan tinggi energi selama pengaliran di saluran irigasi (I x L)

(27)

g = Kehilangan tinggi energi di bangunan sadap tersier

ΔH = Variasi tinggi muka air, 0,18 h100 (h100 = kedalaman air pada muka air normal 100

%).

Z = Kehilangan tinggi energi di bangunan — bangunan tersier yang lain.

(28)

Tabel 6.11 Perhitungan Muka Air Yang Dibutuhkan Pada Bangunan Sadap Tersier

A a b m m. c n n.e L d f g Phitung Z p70 TITIK

(ha) (m) (m) (Bh) (m) (Bh) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 9 10 11 12 13 14

P1 13,50 0,10 0,05 0,00 0,00 1,00 0,05 330,00 0,33 0,00 0,11 14,14 0,05 14,19

P2 13,67 0,10 0,05 0,00 0,00 2,00 0,10 530,00 0,53 0,00 0,11 14,56 0,10 14,66

P3 13,20 0,10 0,05 0,00 0,00 2,00 0,10 850,00 0,85 0,00 0,11 14,41 0,10 14,51

P4 12,35 0,10 0,05 1,00 0,05 3,00 0,15 1680,00 1,68 0,05 0,11 14,54 0,15 14,69

P5 12,06 0,10 0,05 1,00 0,05 3,00 0,15 2000,00 2,00 0,05 0,11 14,57 0,15 14,72

P6 12,05 0,10 0,05 3,00 0,15 3,00 0,15 1400,00 1,40 0,05 0,11 14,06 0,05 14,11

Andaikan kemiringan saluran ITersier = Ikuarter = 0,001

c). Dimensi Saluran

1. Andaikan kedalaman air h0 = 0,7300 m

2. Hitung Kecepatan Aliran yang sesuai (V0)

Dimana :

k = 35,000 Koefisien kekasaran Strickler

n' = 1,07 Perbandingan kedalaman air berbanding lebar dasar saluran m = 1,00 Koefisien kekasaran manning

Ia = 3,20E-04

Q = 0,37 m3/Dtk

V0 = 0,33 m/dtk

3. Hitung Kedalaman Air Baru.

4. Kontrol Kedalaman air Baru

50 , 0 2 1 2 ' ) ( Ia x m n m n ho x k

Vo

⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ + + + = 2 12 , 1 m Vo Q

Ao = =

7349 , 0 07 , 2 12 , 1 ) ' (

1 = =

+ = m n Ao h h h maka h

(29)

5. Hitung Lebar Dasar Saluran (b) m x h x n

b = ' = 1,07 0,7349 =0,7884

Tabel 6.12 Karakteristik Saluran

Debit Rencana (m3/Dtk)

Kemiringan Talud (1 :

m)

Perbandingan n = (b/h)

Koef. Strickler (m1/3/Dtk)

0,15 - 0,30 1,0 1 35,0

0,30 - 0,50 1,0 1,0 - 1,2 35,0

0,50 - 0,75 1,0 1,2 - 1,3 35,0

0,75 -1,00 1,0 1,3 - 1,5 35,0

1,00 - 1,50 1,0 1,5 - 1,8 40,0

1,50 - 3,00 1,5 1,8 - 2,3 40,0

3,00 - 4,50 1,5 2,3 - 2,7 40,0

4,50 - 5,00 1,5 2,7 - 2,9 40,0

5,00 - 6,00 1,5 2,9 - 3,1 42,5

6,00 - 7,50 1,5 3,1 - 3,5 42,5

7,50 - 9,00 1,5 3,5 - 3,7 42,5

9,00 - 10,00 1,5 3,7 - 3,9 42,5

10,00 - 11,00 2,0 3,9 - 4,2 45,0

11,00 - 15,00 2,0 4,2 - 4,9 45,0

15,00 - 25,00 2,0 4,9 - 6,5 45,0

25,00 - 40,00 2,0 6,5 - 9,0 45,0

d). Panjang Saluran

BG19 = Sta 23.256 m

BG18 = Sta 22.036 m

(30)

e). Penentuan kemiringan medan

Untuk menekan biaya pelaksanaan, saluran harus sebanyak mungkin mengikuti arah kemiringan medan.

Untuk perencanaan pendahuluan, elevasi permukaan tanah diperoleh dari peta skala 1: 5.000 di mana trase saluran pendahuluan di plot.

[image:30.612.111.537.203.549.2]

Cara yang terbaik adalah memplot harga-harga elevasi pada titik potong garis-garis kontur dan trase, serta membuat perkiraan-perkiraan dengan melakukan interpolasi antara titik-titik rincik ketinggian. Harga-harga elevasi medan yang diperoleh diplot pada profil memanjang, bersama-sama dengan muka air yang diperlukan yang didapat dari hasil perhitungan.

(31)

f). Kemiringan yang ada (Io)

Kemiringan yang ada (Io) sekarang dapat dihitung untuk masing-masing ruas:

L

H RWLd RWLu

Io = − −Δ 0

dimana :

RWLu = Muka air yang dibutuhkan di bangunan sadap hulu RWLd = Muka air yang dibutuhkan di bangunan sadap hilir

AH0 = Jumlah perkiraan kehilangan tinggi energi di bangunan di ruas saluran yang bersangkutan (tidak termasuk bangunan terjun).

Kadang-kadang muka air yang diperlukan di bangunan sadap hulu lebih rendah daripada di bangunan sadap hilir. Io-nya minimal. Pada kemiringan yang lebih curam, Io mungkin terlalu tinggi, sehingga terjadi erosi. Kemudian kemiringan harus dijaga agar tetap di bawah garis kecepatan dasar rencana (lihat g). DH0 dimasukkan dalam kolom

[image:31.612.113.483.101.549.2]

(10) dan Io pada kolom (11) tabel perhitungan.

(32)

g). Kemiringan rencana

Untuk memperkecil sedimentasi, kemiringan saluran harus dibuat sedemikian rupa sehingga faktor I(R)0,5 sama atau makin besar ke arah hilir. Untuk menipermudah hal ini, dibuat grafik seperti pada gambar 6.9. Grafik ini menunjukkan garis-garis I(R)0,5 yang sama dan garis-garis untuk kecepatan dasar rencana. Di sepanjang sumbu grafik tersebut diberikan harga debit rencana Q dan kemiringan dasar saluran Ia.

[image:32.612.115.526.231.643.2]

Guna menetukan kemiringan saluran untuk masing-masing ruas, harus dipilih garis I(R)0,5 konstan atau semakin besar (garis A). Agar pemilihan garis A tersebut dapat dilakukan dengan baik, pertama-tama titik-titik yang memberi karakteristik masing-masing ruas harus diplot (Io versus Qrencana). Garis A akan diplot di antara titik-titik ini. Selama melakukan pengeplotan, harus tetap diingat bahwa titik-titik itu tidak boleh melebihi garis kecepatan dasar rencana (di atas garis ini, akan terjadi erosi). Dalam contoh ini, kecepatan dasar yang diinginkan dianggap 0,60 m/dt dan akan dicek lagi setelah dimensi saluran diketahui.

(33)

Dengan garis A itu, (Ia) rencana masing-masing ruas saluran dapat dibaca untuk - mengetahui debit rencana. Ia dimasukkan ke tabel perhitungan kolom (13).

h). Muka Air Rencana

Muka air rencana di saluran pada 70 % dari debit rencana (Q70%) harus sama atau lebih tinggi dari muka air yang diperlukan. Muka air rencana adalah muka air pada Q70% ditambah dengan variannya (0,18 x hloo) atau lebih tinggi, karena muka air tersebut dapat juga ditentukan dengan kebutuhan muka air untuk ruas-ruas saluran hilir.

Ikutilah prosedur berikut (lihat juga tabel perhitingan) :

1. Ambilah muka air tertinggi (P) pada bangunan bagi yang paling hilir. Ini adalah muka air hilir selama terjadi Q70% diruas saluran tersebut.

PRG19 = 4,31 m

2. Hitunglah dimensi saluran untuk memperoleh kedalaman air pada debit rencana (lihat perencanaan saluran).

Untuk ruas RG 19:

h100% = 0,734 m

3. Hitunglah varia :

V = 0,18 x h100% = 0,18 x 0,734 m

= 0,132 m

4. Muka air hilir di bangunan bagi yang terletak paling hilir (BG 19) selama terjadi debit rencana (MAR) sekarang menjadi :

MAR = P + V

= 4,310 m + 0,132 m

= 4,442 m

5. Hitunglah muka air di ujung hilir ruas saluran tersebut (Maud) MAud = MAR + Ia x L + DHa

Dimana :

ΔHa = kehilangan tinggi energi melalui bangunan, termasuk bangunan terjun

(kolom 2.3)

(34)

6. Ambilah muka air tertinggi yang diperlukan pada bangunan bagi berikutnya

PBG18 = 4,46

h100% = 0,828 m

Hitunglah

V = 0,18 x h100% = 0,18 x 0,828 m

= 0,149 m

7. Bandingkan muka air yang diperlukan untuk BG 18 pada Q100% dengan muka air hulu

di ruas hilir RG 19 ditambah dengan kehilangan energi di bangunan bagi (0,05 m).

MAR1 = P + V

= 4,460 m + 0,149 m

= 4,609 m

MAR2 = Maud19 + DHBg

= 4,833 m + 0,050 m

= 4,883 m

MAR = 4,883 m

8. Untuk ruas-ruas lainnya ikuti langkah-langkah 5, 6 and 7

9. Plotlah muka air yang diperoleh pada potongan memanjang pendahuluan bersama-sama dengan elevasi sawah. Jika muka air jauh di atas. elevasi sawah, maka ulangi lagi perhitungan itu untuk "Garis. A" yang lebih rendah pada grafik perencanaan untuk kemiringan. Jika bagian saluran yang harus digali menjadi terlalu banyak, pilihlan garis A yang Lebih tinggi dan ulangi lagi perhitungan itu.

i). Pengecekan trase di lapangan,

(35)

Penyelidikan lapangan dilakukan dengan prosedur berikut :

• Penyelusuran saluran dan pengukuran elevasi medan pada as saluran setiap

jarak 200.m dengan benchmark pada setiap 2000 m, sesuai dengan trase yang diplot pada peta dengan skala 1: 5.000.

• Untuk penyelusuran ini, diperlukan tiga ahli pendamping, ahli irigasi, untuk 'mencek tampakan-tampakan teknis trase, guna membuat penyesuaian-penyesuaian di lapangan dan untuk menentukan lokasi bangunan bersama-sama dengan ahli geoteknik. ahli geoteknik, untuk mencek tampakan-tampakan geologi trase, membuat penyesuaian-penyesuaian di lapangan jika sifat-sifat tanah atau kondisi tanah pondasi bangunan kalau perlu serta, menentukan lokasi-lokasi yang memerlukan penyelidikan geoteknik. ahli geodetik, untuk memberikan petunjuk-petunjuk kepada staf pengukuran dalam menentukan kordinat-kordinat lokasi bangunan dan trase saluran (titik potong) serta menentukan lokasi-lokasi yang membutuhkan pengukuraniletail.

2. Pengolahan data-data pengukuran dan pemplotan elevasi yang telah diperoleh pada profit dan posisi dan posisi memanjang pada peta berskala 1: 5000.

3. Perbandingan data-data yang telah diamati dari data-data yang didapat dari peta topografi.

4. Setelah perbedaan-perbedaan elevasi tinggal sedikit, lakukan penyesuaian trade di lapangan bersama-sama dengan para petugas pengukuran. Jika masih terdapat perbedaan-perbedaan besar, cek dulu hasil pengukuran. Jika pengukuran tidak ada masalah, kemudian lakukan pencekan dan penyesuaian peta-peta topografi.

Jika ditemukan banyak ketidaktelitian pada peta-peta tersebut, diperlukan penyelidikan topografi tambahan guna menyesuaikan muka air yang diperlukan pada bangunan sadap.

6.4. Perencanaan Detail Saluran Irigasi

A. Penyelidikan

Penyelidikan Trase

(36)

- titik-titik potong dengan koordinat

- benchmark dengan koordinat

- batas-batas trase yang akan diukur Penyelidikan geoteknik (detail)

Penyelidikan geoteknik detail meliputi kegiatan-kegiatan berikut : - menentukan kemiringan rencana talut saluran galian

- menentukan karakteristik tanah untuk tanggul - menentukan daya dukung tanah pondasi - menentukan karakteristik penurunan tanah.

B. Trase

Untuk perencanaan pendahuluan as saluran, lokasi bangunan dan panjang ruas saluran hanya diambil dari peta saja, jadi tidak tepat. Berdasarkan pengukuran trase, as saluran dan lokasi bangunan dapat ditentukan. Ini menghasilkan :

- angka-angka yang tepat untuk jarak bangunan - panjang ruas saluran yang tepat

Koordinat yang tepat untuk titik potong yang menentukan as saluran pada lurus (yang menetukan as saluran pada ruas-ruas lurus) data kurve/lengkung yang tepat (yang menentukan as saluran pada potongan saluran yang melengkung).

C. Potongan memanjang dan melintang

Penyelesaian potongan memanjang membutuhkan :

- muka air yang tepat yang dibutuhkan pada bangunan sadap. - panjang ruas saluran yang tepat

- kehilangan tinggi energi yang tepat pada bangunan

- kemiringan saluran yang tepat untuk setiap ruas saluran potongan melintang yang tepat lokasi ruas-ruas saluran yang harus diberi pasangan.

Selama pembuatan perencanaan pendahuluan, dibuat asumsi-asumsi untuk kehilangan tinggi energi di bangunan. Ini berarti bahwa karakteristik hidrolis bangunan harus dihitung kembali berdasarkan hasil-hasil penyelidikan.

(37)

- kehilangan air akibat perkolasi - erosi.

- stabilitas talut (timbunan dan galian)

Sifat-sifat tanah menentukan apakah standar yang diberikan untuk dimensi saluran. Mungkin diperlukan perubahan-perubahan jika :

- kemiringan talut disesuaikan demi stabilitas talut tersebut (m lebih besar) atau bila saluran terletak pada formasi batuan (m lebih kecil)

- jika terdapat kehilangan air akibat perkolasi atau erosi maka diperlukan pasangan (k lebih besar)

- aspek ekonomi atau tanah yang tersedia memerlukan penyesuaian perbandingan antara lebar dasar dan kedalaman air (misalnya jika saluran itu melewati daerah pedesaan).

Dengan kehilangan tinggi energi yang tepat di bangunan, panjang ruas saluran dan potongan melintang yang ada, mungkin diperlukan penyesuaian kemiringan saluran.

Ikutlah langkah-langkah berikut :

1. menenetukan kemiringan talut masing-masing rims saluran (m) 2. menentukan ruas saluran yang akan diberi pasangan (k)

3. menentukan perbandingan lebar/kedalaman air (m)

4. menghitung dimensi saluran dengan menggunakan kemiringan dari perencanaan pendahuluan (Ia) dengan rumus Strickler.

5. mencek naiknya nilai banding I( R )0,50 ke arah hilir. Jika perbandingan itu tidak bertambah, sesuaikan kemiringan saluran

6. menentukan kehilangan tinggi energi yang tepat di bangunan

7. menghitung prof ii memanjang dengan menggunakan tabel perhitungan (tetapi tanpa Io dan ΔH0 dan dengan Ia dan ΔHa)

(38)

6.3. Data Perencanaan Saluran Pembuang.

A. Data Topografi.

Data - data topografi yang diperlukan untuk perencanaan saluran pembuang adalah : • Peta topografi dengan jaringan irigasi dan pembuang dengan skala 1 : 25.0000 dan 1 :

5.000

• Peta situasi trase saluran berskala 1 : 2.000 dengan garis - garis ketinggian pada

interval 0.50 m untuk daerah datar dan 1,0 untuk daerah berbukit.

• Profil memanjang pada skala horisontal 1 : 2.000 dan skala vertikal 1 : 200 (atau 1 : 100 untuk saluran berkapasitas kecil, bilamana diperlukan).

• Potongan melintang pada skala horizontal dan vertical 1 : 200 (atau 1 : 100 untuk

saluran berkapasitas kecil bilamana diperlukan).

• Potongan melintang pada skala horisontal dan vertikal 1 : 200 ( atau 1 : 100 untuk

saluran - saluran berkapasitas kecil) dengan interval 50 m untuk bagian lurus dan interval 25 m pada bagian tikungan.

B. Langkah-Langkah Perencanaan Saluran Pembuang

Perencanaan pendahuluan

1. Pemplotan trase saluran pada peta dengan skala 1: 25.000 dan 1: 5.000

2. Penentuan luas daerah yang akan dibuang airnya dari peta dengan skala 1: 25.000 dan 1: 5.000

3. Penentuan muka air maksimum

4. Penetapan kehilangan tinggi energi untuk bangunan

5. Pembuatan profil memanjang sementara

6. Penyelusuran trase di lapangan dengan melakukan pengukuran topografi di sepanjang as saluran

7. Penyesuaian trase saluran 8. Perhitungan debit rencana 9. Penentuan kemiringan rencana 10.Penentuan dimensi saluran

11.Pembuatan profil memanjang.

(39)

3. Perencanaan muka air dan debit akhir (definitif) 4. Dimensi akhir

5. Potongan melintang dan memanjang akhir.

C. Debit Rencana.

1. Jaringan Pembuang.

Pada umumnya jaringan pembuang direncanakan untuk mengalirkan kelebihan air secara gravitasi. Pembuangan kelebihan air dengan pompa biasanya tidak layak dari segi ekonomi. Daerah -- daerah irigasi dilengkapi dengan bangunan - bangunan pengendali banjir untuk mencegah masuknya air banjir ke dalam sawah - sawah irigasi.

Pembuangan air di daerah datar (misalnya dekat laut) dan daerah pasang - surut yang dipengaruhi oleh muka air laut, sangat bergantung kepada muka air sungai, saluran atau laut yang menampung air buangan ini. Muka air ini sangat memegang peranan penting dalam perencanaan kapasitas saluran pembuang maupun perencanaan bangunan - bangunan khusus di lokasi di ujung (muara) saluran pembuang. Bangunan - bangunan khusus yang dimaksud misalnya pintu otomatis yang tertutup selama muka air tinggi untuk mencegah agar air tidak masuk lagi ke saluran pembuang.

Di daerah - daerah yang diairi secara teknis jaringan pembuang mempunyai dua fungsi yaitu :

Pembuang Intern untuk mengalirkan kelebihan air dari sawah untuk mencegah terjadinya genangan dan kerusakan tanaman, atau untuk mengatur banyaknya air tanah sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman. Dalam hal pembuang intern, kelebihan air ditampung didalam saluran pembuang kuarter dan tersier yang akan mengalirkannya ke dalam jaringan pembuang utama dari saluran pembuang sekunder dan primer. • Pembuang Ekstern untuk mengalirkan air dari luar daerah irigasi melalui daerah

irigasi. Air buangan dari luar daerah irigasi biasanya memasuki daerah proyek irigasi melalui saluran - saluran pembuang alamiah yang akan merupakan bagian dari jaringan pembuang utama di dalam proyek tersebut.

2. Kebutuhan Pembuang Untuk Tanaman Padi

(40)

• Melimpahnya air irigasi atau buangan yang berlebihan dari jaringan primer atau jaringan sekunder didaerah tersebut.

• Rembesan atau limpahan kelebihan air irigasi didalam petak tersier.

Besar kecilnya penurunan hasil panen yang diakibatkan oleh air yang berlebihan bergantung kepada :

• Dalamnya lapisan air yang berlebihan.

• Berapa lama genangan yang berlebihan berlangsung. • Tahap pertumbuhan yang berlebihan itu berlangsung. • Tahap pertumbuhan tanaman, dan

• Varietas padi.

Jumlah kelebihan air yang harus dikeringkan per petak disebut modulus pembuang atatu koefisien pembuang dan ini bergantung pada :

• Curah hujan selama periode waktu tertentu. • Pemberian air irigasi pada waktu itu. • Kebutuhan air tanaman.

• Perkolasi tanah.

• Tampungan di sawah - sawah selama atau akhir periode yang bersangkutan. • Luasnya daerah yang akan di drainase.

• Sumber - sumber kelebihan air yang lain.

Pembuang permukaan untuk petak dinyatakan sebagai : D(n) = R(n)T + n.(I - ET - P) - S

Dimana :

n = Jumlah hari berturut - turut

D(n) = Limpasan pembuang permukaan selama n hari (mm).

R(n)T = Curah hujan dalam n hari berturut - turut dengan periode ulang T tahun (mm).

I = Pemberian air irigasi (mm/hari). ET = Evapotranspirasi (mm/hari) P = Perkolasi (mm/hari)

(41)

Untuk perhitungan modulus pembuang, komponennya dapat diambil sebagai berikut : a). Dataran Rendah

Pemberian air irigasi (I) sama dengan nol jika irigasi dihentikan atau, Pemberian air irigasi (I) sama dengan Evapotranspirasi (Et) jika irigasi diteruskan. Kadang - kadang pemberian air irigasi dihentikan di dalam petak tersier, tetapi air dari jaringan irigasi utama dialirkan kedalam jaringan pembuang.

Tampungan tambahan di sawah pada 150 mm lapisan air maksimum, tampungan tambahan S pada akhir hari - hari berurutan diambil maksimum 50 mm. Perkolasi (P) sama dengan nol.

b). Dataran Terjal

Seperti untuk kondisi dataran rendah, tetapi perkolasi sama dengan 3 mm/hari.

Untuk modulus pembuang rencana, dipiiih curah hujan 3 hari berturut - turut dengan periode ulang 5 tahun.

Kemudian modulus pembuang tersebut adalah :

Dimana :

Dm = Modulus pembuang (Ltr/dtk. Ha)

D(3) = Limpasan pembuang permukaan selama 3 hari (mm) 1 mm/Hari = 1/(8,64) (Lt/dtk.ha).

Debit pembuang dari sawah dihitung sebagai berikut : Qd = 1,62 Dm A0,92

Dimana :

Qd = Debit pembuang rencana (ltr/dtk) Dm = Modulus pembuang (ltr/dtk.ha) A = Luas daerah yang dibuang airnya (ha). Kebutuhan Pembuang Untuk sawah Non padi

Untuk pembuang sawah yang ditanami selain padi, ada beberapa daerah yang perlu diperhatikan, yakni :

(42)

• Dalam merencanakan saluran - saluran pembuang untuk daerah - daerah dimana padi tidak ditanam, ada dua macam debit yang perlu dipertimbangkan yaitu :

− Debit puncak maksimum dalam jangka waktu pendek dan − Debit rencana yang dipakai untuk perencanaan saluran.

a). Debit Puncak.

Debit puncak untuk daerah - daerah yang dibuang airnya sampai seluas 100 km2 dihitung dengan " rumus Der Weduwen" yang didasarkan pada pengalaman mengenai sungai - sungai di Jawa; rumus lain bisa digunakan juga.

Rumus tersebut adalah : Qp = α . β. q. A Dimana :

Qp = Debit puncak (m3/Dtk). α = Koefisien limpasan air hujan

β = Koefisien pengurangan luas daerah hujan.

Q = Curah hujan (m3/Dtk . km2)

b). Debit Rencana.

Debit rencana didefinisikan sebagai volume limpasan air hujan dalam waktu sehari dari suatu daerah yang akan dibuang airnya yang disebabkan oleh curah hujan sehari di daerah tersebut.

Air hujan yang tidak tertahan atau merembes dalam waktu satu hari, diandaikan mengalir dalam waktu satu hari juga. Ini menghasilkan debit rencana yang konstan.

Debit rencana dihitung sebagai berikut : Qd = 0,116 . α. R(1)5 . A0,192

Dimana :

Qd = Debit rencana (ltr/dtk) Dimana :

Qp = Debit puncak (m3/dtk)

α = Koefisien Limpasan Air hujan.

(43)
[image:43.612.109.523.91.548.2]

Tabel 6.10 Harga - harga koefisien limpasan air hujan (α) untuk perhitungan Qd Kelompok Hidrologis Tanah

Penutup Tanah

Kelompok C Kelompok D

Hutan lebat 0,60 0,70

Hutan tidak lebat 0,65 0,75

Tanaman ladang (daerah

terjal) 0,75 0,80

KP - 03 Saluran (Standard Perencanaan Irigasi).

Penjelasan Kelompok Hidrologis tanah adalah sebagai berikut :

Kelompok C :

Tanah yang mempunyai laju infiltrasi rendah apabila dalam keadaan jenuh sama sekali dan terutama terdiri dari tanah dengan lapisan yang menahan gerak turun air, atau tanah dengan tekstur agak halus sampai halus. Tanah - tanah ini memiliki laju penyebaran (transmisi) yang rendah.

Kelompok D (Potensi Limpasan Tinggi):

Tanah yang mempunyai laju infiltrasi amat rendah apabila dalam keadaan jenuh sama sekali dan terutama terdiri dari tanah lempung dengan potensi mengembang yang tinggi, tanah dengan muka air tanah tinggi yang permanen, tanah dengan lapisan Iiatdi atau di dekat permukaan, dan tanah dangkal pada bahan yang hampir kedap air. Tanah - tanah ini memiliki laju penyebaran air yang lamban.

B. Data Mekanika Tanah.

(44)

6.4. Saluran Pembuang.

Perencanaan saluran pembuang harus memberikan pemecahan dengan biaya pelaksanaan dan pemeliharaan yang terendah. Ruas - ruas saluran harus stabii terhadap erosi dan sedimentasi minimal setiap potongan melintang dan seimbang.

A. Rumus Dan Kriteria Hidrolis.

Rumus Aliran.

Untuk perencanaan potongan saluran pembuang, aliran dianggap sebagai aliran tetap dan untuk itu diterapkan rumus Strickler (manning) (lihat juga pasal 6.2).

v = K . R213.I1/2 Dimana :

v = Kecepatan aliran (m/dtk) k = Koefisien Kekasaran Strickler R = Jari - jari hidrolis (m).

I = Kemiringan Energi

Koefisien Kekasaran Strickler.

Koefisien Strickler k bergantung kepada sejumlah faktor, yakni : ƒ Kekasaran dasar dan talut saluran.

ƒ Lebatnya vegestasi. ƒ Ketidakteraturan dan trase.

ƒ Jari - jari hidrolis dan dalamnya saluran.

(45)
[image:45.612.110.521.231.581.2]

Tabel 6.11 Harga k Untuk Jaringan Pembuang

Jaringan Pembuang Utama K (m1/3/ Dtk) H*) > 1,50 m

H ≤ 1,50m

30 25

KP - 03 Saluran (Standard Perencanaan Irigasi).

Kecepatan Maksimum Yang Diizinkan

Penentuan kecepatan maksimum yang diizinkan untuk saluran pembuang dengan bahan kohesif mirip dengan yang diambil untuk saluran irigasi

vmaks = Vb x A xB x C x D

Faktor D ditambahkan apabila dipakai banjir rencana dengan periode ulang yang tinggi. Dianggap bahwa kelangkaan terjadinya banjir dengan periode ulang di atas 10 tahun menyebabkan sedikit kerusakan akibat erosi. Ini dinyatakan dengan menerima vmaks yang Iebih tinggi untuk keadaan semacam ini; Iihat gambar 5.6. untuk harga - harga D. D sama dengan 1 untuk periode ulang di bawah 10 tahun.

Tinggi Muka Air

(46)

Jaringan pembuang primer menerima air buangan dari petak - petak tersier di lokasi yang tetap. Tinggi muka air rencana di jaringan utama ditentukan dengan tinggi muka air yang diperlukan diujung saluran pembuang tersier.

Tinggi muka air di jaringan pembuang primer berfungsi untuk pembuang sawah dan mungkin daerah - daerah buka sawah dihitung sebagai berikut :

ƒ Untuk pengaliran debit rencana, tinggi muka air mungkin naik sampai sama dengan tinggi permukaan tanah.

ƒ Untuk pengaliran debit puncak, pembuang dari sawah dianggap sama dengan noi; harga - harga tinggi muka air yang diambil ditunjukan pada gambar 5.7.

Metode perhitungan ini hanya boleh digunakan untuk debit Iebih kecil atau sama dengan 30 m3/dtk saja. Bila diperkirakan akan terjadi debit yang lebih besar, maka debit puncak dari daerah - daerah non sawah dan debit pembuang sawah yang terjadi secara bersamaan harus dipelajari bersama - sama dengan kemungkinan pengurangan debit puncak dan pengaruh banjir sementara yang mungkin juga terjadi.

Muka air rencana pada titik pertemuan antara dua saluran pembuang sebaiknya diambil sebagai berikut :

ƒ Elevasi muka air yang sesuai dengan banjir rencana dengan periode ulang 5 kali pertahun untuk sungai (1/5).

(47)
[image:47.612.131.511.136.602.2]
(48)

B. Potongan Melintang Saluran Pembuang.

Geometri Saluran.

Potongan melintang saluran pembuang direncana relatif lebih dalam daripada saluran irigasi dengan alasan sebagai berikut :

ƒ Untuk mengurangi biaya pelaksanaan dan pembebasan tanah.

ƒ Variasi tingkat muka air lebih besar; perubahan - perubahan pada debit pembuang dapat diterima untuk jaringan pembuang permukaan. Saluran pembuang yang dalam akan memiliki aliran yang lebih stabil pada debit - debit rendah, sedangkan saluran pembuang yang lebar akan menunjukan aliran yang berkelok - kelok.

Perbandingan kedalaman air dibanding lebar dasar (n = b/h) untuk saluran pembuang sekunder diambil antara 1 sampai 3. Untuk saluran - saluran pembuang yang lebih besar, nilai banding ini harus paling tidak sama dengan 3. Tipe - tipe potongan melintang dapat dlihat pada gambar 6.12.

Kemiringan Talut Saluran Pembuang.

[image:48.612.104.520.216.596.2]

Pertimbangan - pertimbangan untuk kemiringan talut sebuah saluram pembuang buatan mirip dengan pertimbangan saluran irigasi. Harga - harga kemiringan talut untuk saluran pembuang pada berbagai tanah diambil dari tabel 6.12. dan gambar 6.12.

Tabel 6.12 Kemiringan Talut Minimum Saluran Pembuang.

Kedalaman Galian (D),

(m)

Kemiringan Minimum Talut

(1 Hor : m Vert)

D < 1,0 1,0

1,0 < D < 2,0 1,5

D > 2,0 2

KP - 03 Saluran (Standard Perencanaan Irigasi).

(49)

Lengkung Saluran Pembuang

[image:49.612.103.523.165.531.2]

Jari - jari minimum lengkung sebagai yang diukur dalam as untuk saluran pembuang buatan adalah sebagai berikut :

Tabel 6.13. Jari - Jari Lengkung Saluran Pembuang Tanah.

Q rencana

(m3/Dtk)

Jari — jari minimum

(m)

Q < 5,0 3 x Lebar Dasar*)

5,0 < Q < 7,5 4 x Lebar Dasar 7,5 < Q <10 5 x Lebar Dasar 10 < Q < 15 6 x Lebar Dasar

Q > 15 7 x Lebar Dasar

Kp - 03 Saluran (Standard perencanaan Irigasi).

Jika diperlukan jari - jari yang lebih kecil, jari - jari tersebut boleh dikurangi sampai 3 x lebar dasar dengan cara memberi pasangan pada bagian luar Iengkung saluran.

Tinggi Jagaan

Karena debit pembuang rencana akan terjadi dengan periode ulang rata - rata 5 tahun, maka tinggi muka air rencana maksimum diambil sama dengan tinggi muka tanah. Galian tambahan tidak lagi diperlukan.

(50)

6.5 Perencanaan Pendahuluan Saluran Pembuang

A. Trase

[image:50.612.112.517.91.540.2]

Saluran pembuang umumnya terletak di daerah cekungan jika mungkin mengikuti saluran pembuang yang ada. Untuk saluran pembuang ekstern, saluran yang sudah ada akan lebih dikembangkan daripada saluran pembuang intern. Oleh karena itu, trase baru untuk jaringan pembuang intern harus ditentukan berdasarkan peta berskala 1 : 5.000 di.sepanjang daerah cekungan dan daerah-daerah rendah (Gambar 4.9).

(51)

B. Pembuang intern Debit rencana

[image:51.612.108.538.80.653.2]

Kapasitas rencana jaringan pembuang intern untuk sawah dihitung dengan rumus berikut Gambar 6.14 Trase Yang Akan Diukur

(52)

Qd = 1,62 x Dm x A0,92 dimana :

Qd = debit rencana, l/dt

Dm = modulus pembuang, Ltr/Dtk. Ha

A = luas daerah yang akan dibuang airnya, ha.

Untuk modulus pembuang rencana, Dm adalah curah hujan 3 hari dengan periode ulang 5 tahun.

D(n)

Dm =

n x 8,64

D(n) adalah pembuang permukaan untuk satuan luas dan dinyatakan sebagai: D(n) = R(n) + n(IR - ET - P) - Δs

dimana :

n = jumlah hari berturut-turut

D(n) = limpasan air hujan pembuang permukaan selama n hari, mm R(n)T = curah hujan selam n hari berturut-turut dengan periode ulang T tahun, mm

IR = pemberian air irigasi, 'mm/hari ET = evapotranspirasi, mm/hari

P = perkolasi, mm/hari

ΔS = tampungan tambahan, mm.

Untuk perhitungan modulus pembuang, komponen-komponennya dapat diambil sebagi berikut (dengan mengandaikan kondisi tanah rendah) :

- Pemberian air irigasi IR sama dengan nol jika pemberian dihentikan, atau

- Tampungan di sawah dengan lapisan air maksimum 150 mm ; tampungan tambahan DS di akhir n hari berturut - turut maksimum 50 mm

- Perkolasi P sama dengan nol

(53)

D(n) = R(n) + n(IR - ET - P) - Δs

= 198 + 3 0 - 6 - 0 - 50

= 130 mm

D(n) 130 Dm =

n x 8,64 = 3 x 8,64 = 5,0 Ltr/Dtk.ha

Kemiringan Rencana

[image:53.612.120.497.81.512.2]

Dari peta topografi (skala ,1 : 5000) elevasi sawah dapat diplot pada grafik memanjang. Muka air selama terjadi debit rencana harus dijaga agar tetap di bawah elevasi sawah. Muka air hilir ditentukan oleh muka air pada titik cabang atau muara (saluran pembuang yang tingkatnya lebih tinggi, sungai atau laut), sehingga ini harus ditentukan lebih dahulu. Muka air rencana di sungai adalah muka air yang terjadi bertepatan dengan banjir yang terjadi 5 kafi setahun (Q115). Jika banjir lebih tinggi, maka terjadinya aliran balik harus

(54)

Dimensi Saluran

Perbandingan lebar - kedalaman untuk saluran pembuang intern dengan potongan melintang trapesium dapat diandaikan sebagai berikut :

b n =

h = 3

dimana :

n = perbandingan lebar-kedalaman b = lebar dasar saluran

[image:54.612.106.546.121.716.2]

h = kedalaman air rencana m = kemiringan talut.

Tabel 6.17 Kemiringan Minimun Talut Saluran Pembuang (m) kedalaman galian D

(m)

Kemiringan Min. Talut

(m)

D < 1,0 1

1,0< D<2,0 1,5

D>2,0 2

Sekarang dimensinya dapat dihitung dengan rumus Strickler dengan koefisien kekasaran k 30. Perhitungan saluran pembuang Blater (Gambar 6.6) diberikan pada Tabel 6.17

Tabel 6.18 Perhitungan Perencanaan Untuk Saluran Pembuang Sekunder Blater

RUAS (Strecth) Luas Drai n A

Qd L Ia x

10-3 n m k h0 Vo A0 h

|h0 - h1| <

0,005

DWL

ha m

3 /Dt

k m - - -

m1/3/Dt

k m

m/Dt k m

2

m (m)

(55)

Dimensi Saluran

1. Andaikan kedalaman air h0 = 1,4963 m

2. Hitung Kecepatan Aliran yang sesuai (V0)

Dimana :

k = 25,000 Koefisien kekasaran Strickler

n' = 1,50 Perbandingan kedalaman air berbanding lebar dasar saluran m = 1,50 Koefisien kekasaran manning

Ia = 7,00E-04

Q = 4,08 m3/Dtk

V0 = 0,41 m/dtk

3. Hitung Kedalaman Air Baru.

4. Kontrol Kedalaman air Baru

5. Hitung Lebar Dasar Saluran (b)

50 , 0 2 1 2 ' ) ( Ia x m n m n ho x k Vo ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ + + + = 2 718 , 6 m Vo Q

Ao = =

496 , 1 07 , 2 12 , 1 ) ' (

1 = + = =

m n Ao h ) ( 005 , 0 496 , 1 496 ,

1 − ≤ OK ukurandapat dipakai

rencana

h h maka h

h1− 0 ≤ 0,005 1=

245 , 2 496 , 1 5 , 1 ' = =

(56)

C. Pembuang Ekstern

Debit Rencana

Debit puncak untuk daerah yang akan dihitung airnya sampai seluas 100 km2 dihitung dengan rumus Der Weduwen.

Rumus itu adalah :

Qp = α x β x q x A

dimana:

Qp = debit puncak ms/dt

α = koefisien limpasan air hujan (runoff) β = koefisien pengurangan luasan hujan

q = curah hujan, ms/dt.kma

A = luas daerah yang akan dibuang airnya, km2

Debit puncak diperlukan untuk menentukan kapasitas bangunan di saluran pembuang dan tinggi tanggul banjir di atas elevasi sawah.

Dari analisis statistik, diketahui bahwa 1 kali dalam 5 tahun curah hujan harian adalah 160 m. Sebagai contoh, untuk daerah seluas 35 km2 dengan kemiringan 0,0005, debit puncak dapat dilihat pada Gambar 6.17 Debit puncak menjadi 70 m3/dt.

Dasar air yang rendah dapat direncana dengan menggunakan debit rencana. Debit rencana didefinisikan sebagai volume limpasan air hujan (runoff) dalam jangka waktu sehari dari daerah yang dibuang airnya, yang diakibatkan oleh curah hujan sehari di daerah itu. Volume air hujan yang tidak hilang atau merembes dalam waktu sehari, diandaikan/dianggap mengalir ke luar dalam tempo sehari itu juga; akibatnya debit rencana konstan.

Debit rencana dihitung sebagai berikut :

Qd = 0,116. α . R(1)5 A

0,92

dimana:

Qd = debit rencana (Ltr/Dtk) α = koefisien limpansan air hujan

R(1)5

(57)
[image:57.612.109.520.237.574.2]

Tabel 6.19 Harga-harga koefisen limpasan air hujan a untuk perhitungan Qd

Kelompok hidrologi tanah Penutup tanah

C D

hutan lebat 0,60 0,70

hutan tidak lebat 0,65 0,75

tanaman ladang (daerah terjal) 0,75 0,80

Deskripsi kelompok hidrologi tanah adalah sebagai berikut:

Kelompok C : tanah-tanah yang memiliki laju infiltrasi rendah jika tanal itu dalam keadaan jenuh sama sekali, dan terutama terdiri dari tanah-tanal yang mampu menahan gerak turun air, atau tanah-tanah bertekstur sedan sampai halus. Tanah jenis ini memiliki laju transmisi air yang rendah. Kelompok D : (air hujan bisa melimpas cepat), tanah yang memiliki lap, infiltrasi

sangat rendah jika dalam keadaan jenuh samasekali, dan terutanu terdiri dari tanah keras dengan potensi mengembang yang tinggi, tanal dengan lapisan keras (claypan) atau lempung di dekat permukaan, dal bahan-bahan tanah yang hampir kedap air. Jenis-jenis tanah ini memiliki laju transmisi air yang sangat rendah.

Sebagai contoh, daerah terjal dengan tanaman ladang (upland crop), yang terutama berupa tanah lempung. Koefisien limpasan air hujan menjadi 0,80.

Qd = 0,116 x a x R(1)5 x A0,92

= 0,116 x 0,80 x 160 x 3500 0,92 = 27053 Ltr/Dtk = 27,05 m3/Dtk

Kemiringan dasar sungai rencana

(58)

dibagi-Dimensi rencana dasar air rendah

Dimensi dasar air rendah ditentukan oleh : - muka air di bawah elevasi sawah

- elevasi dasar sungai

- kemiringan elevasi dasar sungai.

Perhitungan untuk masing-masing bagian dibuat sebagai berikut :

1. Tentukan beda elevasi terkecil antara elevasi sawah dan elevasi dasar sungai.

2. Tentukan kecepatan aliran dengan rumus Strickler dengan jari - jari hidrolis

sama dengan h1 dan kemiringan dasar sungai I b, k sebaiknya diambil 30

[image:58.612.113.481.230.579.2]

m1/ 3/ dt.

(59)

3. Tentukan lebar dasar dengan rumus :

A = B1 . h1 + m. h12

B = (Q/V.h1) + m. h12 = Q/V

dimana:

A = luas basah, m2 B = lebar dasar, m

h = kedalaman air, m

m = kemiringan talut (m = 2) Q = debit rencana (ms/dt)

V = kecepatan aliran dari langkah 2 (m/dt).

4. Bandingkan lebar dasar yang sudah ada Be dengan lebar dasar hasil perhitungan B. Bila Be lebih lebar dari B maka hitung kembali kedalaman air dengan rumus Strickler.

V = k x R2/3 x Ib1/2

Perencanaan elevasi tanggul

Selisih antara debit rencana dan debit puncak harus dibawa oleh luas dasar di atas dasar air rendah. B1 adalah lebar terbesar B dan Be.

[image:59.612.113.520.83.612.2]

Untuk menentukan muka air puncak, aliran dianggap seragam. Perhitungan dibuat menurut langkah-langkah berikut :

(60)

B2 = B1 + 2. Bb + 2. m1. h1 + 2. m2. h2

2. P = B1 + 2.h1(1,0 + m12)0,5 +2. Bb + 2.h2(1,0 - m22)0,5

3. R = A/P

4. V = k x R2/3 x Ib1/2 5. A0 = Qpuncak /V

6. h2' = (- B2 + B22 – 4 A1 – A x m2)/ V

7. Kontrol Kedalaman air Baru

(h2 - h2) < 0,005

0,000 - 0,000 < 0,005

Jika tidak maka hitunglah h2 = h2'

Di atas ketinggian air maksimum (hm) diperlukan jagaan. Perkiraannya dapat dibuat yang menggunakan gambar 6.10

6.6 Perencanaan Saluran Pada Petak Irigasi

Perencanaan petak tersier mencakup kegiatan-kegiatan berikut : - Penentuan layout dan trase saluran

- Penentuan muka air rencana

- Perencanaan dimensi saluran

- Perencanaan boks bagi

- Perencanaan bangunan-bangunan pelengkap.

A. Data

Untuk keperluan perencanaan diperlukan data-data berikut : - peta topografi dengan skala 1.5000 atau 12000 - kebutuhan air irigasi dan pembuang

- kondisi fasilitas pemberian air irigasi dan pembuang (gambar-gambar perencanaan dan/atau gambar-gambar purnalaksana)

- prosedur eksploitasi yang berlaku.

(61)

jaringan irigasi dan pembuang yang dibangun akan men jamin pemberian air dan pembuangan kelebihan air yang baik pada petak tersier.

Karena cara-cara eksploitasi yang berlaku sekarang didasarkân pada pemberian air irigasi secara terus-menerus dari jaringan pembuang maka cara ini yang akan dipakai pada perencanaan.

B. Layout dan Trase Saluran

[image:61.612.115.519.227.648.2]

Kegiatan pertama adalah mencek peta topografi 1 : 5000. Pada peta ini ditunjukkan jaringan saluran yang sudah ada. Untuk mencek berfungsinya saluran yang sudah ada tersebut, diperlukan inventarisasi data-data di lapangan bersama-sama dengan para petani pemakai air. Berdasarkan hasil-hasil penyelidikan dan peta topografi, dapat dibuat layout dengan sebanyak mungkin memanfaatkan jaringan irigasi dan pembuang yang sudah ada

(62)

Kriteria yang akan diterapkan adalah:

- ukuran petak kuarter 8 - 15 ha

- panjang saluran tersier < 1.500 m

- panjang saluran kuarter < 500 m

- jarak antara saluran kuarter dan saluran pembuang < 300 m

[image:62.612.121.480.242.574.2]

Atas dasar kriteria ini, jaringan yang sudah ada dan keterangan dan keinginan para petani dibuat layout sebagai berikut (Gambar 6.20)

(63)

Pada medan bergelombang, saluran tersier mengikuti garis-garis kontur dan saluran kuarter mengikuti arah punggung medan dan memberi air ke satu atau dua sisi. Agar saluran kuarter tidak terlalu panjang, sebuah saluran tersier kedua membagi petak menjadi dua petak kuarter. Karena jaringan tersebut terletak pada medan bergelombang, saluran pembuang terletak pada cekungan (depresi).

Skema layout jaringan tersebut diberikan pada Gambar 6.21 berikut ini

C. Saluran Irigasi

a). Muka Air Rencana

[image:63.612.106.504.209.532.2]

Dengan layout yang sudah disetujui, trase saluran dapat diselusuri dan diukur. Elevasi sawah, di sepanjang trase saluran, diplot pada profil memanjang (Gambar 6.22).

[image:63.612.122.481.580.688.2]
(64)

Untuk menentukan muka air di saluran tersier, pertama-tama harus ditentukari muka air di bagian hulu saluran kuarter. Elevasi sawah didapat dari hasil pengukuran. Muka air di saluran kuarter sebaiknya 0,15 cm di atas permukaan sawah (lapisan air 0,10 cm + tinggi energi 0,05 cm). Harga elevasi yang diperoleh menentukan kemiringan rata-rata saluran kuarter.

(65)
[image:65.792.89.723.113.578.2]

Tabel 6.20 Muka Air Dan Kapasitas Rencana Saluran

Sal.

Kuarter A Qd L MAH MAU

I x 10 -3

b = h

Sal.

Tersier A Qd L

I x 10 -3

b =

h

Gambar

tabel 6.4.
Gambar 6.3 Faktor – Faktor Koreksi Terhadap Kecepatan Dasar
Tabel 6.3. Kemiringan Minimum Talut untuk berbagai bahan tanah saluran tanpa
Tabel 6.4 Kemiringan Minimum Talut untuk berbagai bahan tanah Saluran Pasangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Artinya dengan peng- genangan lahan sawah yang dangkal, maka jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi, daya tampung volume lahan sawah untuk air hujan akan menjadi

Untuk daerah yang curam dimana elevasi sawah relatif lebih tinggi daripada sumber air, misalnya sungai, maka mengalirkan air ke sawah membutuhkan upaya

Kelebihan air hujan pada suatu daerah, dapat menimbulkan masalah yaitu banjir atau genangan air, sehingga diperlukan adanya saluran drainase yang berfungsi menampung air hujan

Berdasarkan hasil analisis bahwa pengaruh genangan air pada ruas jalan adalah terdapatnya berbagai jenis kerusakan yang di akibatkan oleh genangan air, seperti

1) Berdasarkan analisis yang dilakukan penulis sistem saluran drainase pada Jalan Perjuangan Medan layak untuk mengaliri debit air yang ada saat ini. Genangan air

dengan orang yang tinggal pada rumah yang tidak terdapat genangan air. Genangan air yang dimaksud adalah sungai, sawah, kolam

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya debit andalan 80% yang tersedia di DI Gerinis, untuk mengetahui kebutuhan air irigasi yang

Pompa air yang digunakan untuk menghisap dan mengalirkan air laut menuju unit penukar kalor pada sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU ), m e ngalami kerusakan.. Kerusakan