KAJIAN KESAN DAN FUNGSI
TULISAN NAMA KELOMPOK XTC, BRIGEZ, M2R DAN GBR
DI JEMBATAN LAYANG PASUPATI BANDUNG
DK 38315/SKRIPSI Semester II 2010-2011
Oleh :
Irvan Mardiansah NIM : 51907123 Program Studi
Desain Komunikasi Visual
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
ABSTRAK
Irvan Mardiansah, Kajian Kesan dan Fungsi Tulisan Nama Kelompok XTC, BRIGEZ, M2R dan GBR di Jembatan Layang Pasupati Bandung, Skripsi : Program Studi Desain Komunikasi Visual, Universitas Komputer Indonesia 2011
Kelompok XTC (Exalt To Creativity), BRIGEZ, M2R (Moonraker) dan GBR (Grab On Road), merupakan empat geng motor/berandalan motor terbesar di Kota Bandung. Pada mulanya hanya kumpulan siswa sekolah usia remaja atau kumpulan sesama pecinta motor, lalu turun ke jalanan menjadi/membentuk klub motor. Di jalanan, klub motor tersebut melakukan aktivitas dari hanya sekedar berkumpul sampai aktivitas balapan liar. Tidak cukup hanya balapan liar, seperti ingin mencari identitas diri, klub motor tersebut melakukan aktivitas lain yang terkadang menyimpang seperti tawuran. Aktivitas yang dekat dengan kekerasan tersebut kemudian menggeser identitas klub motor tersebut menjadi geng motor/berandalan motor.
kesan dari setiap karakter yang dihasilkan. Kesan yang terbawa dari kepribadian pembuat atau isu-isu yang terkait dengan kelompoknya. Selain itu tulisan nama kelompok tersebut memiliki fungsi untuk mengabadikan dan menyebarluaskan nama setiap kelompok, atau sekedar sebagai bentuk eksistensi diantara kelompok lainnya.
Didalam laporan penelitian ini, akan dipaparkan profil kelompok XTC (Exalt To Creativity), BRIGEZ, M2R (Moonraker) dan GBR (Grab On Road). Identifikasi tulisan kelompok tersebut diatas di Jembatan Layang Pasupati, Deskripsi bagian/isi tulisan kelompok tersebut diatas di Jembatan Layang Pasupati, terutama deskripsi bagian tulisan nama kelompok, yang menjadi acuan dan latar belakang terhadap kajian kesan dan fungsi tulisan nama kelompok tersebut diatas. Teori tipografi akan menjadi pisau bedah dan referensi untuk membuktikan tulisan nama kelompok tersebut memiliki kesan dan fungsi.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-Nya. Skripsi ini disusun untuk melengkapi dan memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana Desain pada Fakultas Desain Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Komputer Indonesia.
Penulisan Skripsi yang berjudul “Kajian Kesan dan Fungsi Tulisan Nama Kelompok XTC, BRIGEZ, M2R dan GBR di Jembatan Layang Pasupati Bandung” merupakan judul yang dipilih karena skripsi ini memuat pembahasan tentang hasil penelitian mengenai kajian kesan dan fungsi yang terdapat pada tulisan nama kelompok XTC, BRIGEZ, M2R dan GBR di Jembatan Layang Pasupati.
Dengan keterbatasan waktu, pengetahuan, pengalaman, serta kesempatan yang ada, disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi materi maupun sistematika penulisan dan pembahasannya. Oleh karena itu, segala saran dan kritik demi perbaikan dan penyempurnaannya akan diterima dengan senang hati. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan pihak-pihak yang berkepentingan.
Bandung, 11 Juli 2011
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kelompok XTC (Exalt To Creativity), BRIGEZ, M2R (Moonraker) dan
GBR (Grab On Road), mulanya hanya kumpulan siswa sekolah usia remaja
atau kumpulan sesama pecinta motor, lalu turun ke jalanan menjadi/ membentuk klub motor. Di jalanan, klub motor tersebut melakukan aktivitas dari hanya sekedar berkumpul sampai aktivitas balapan liar. Tidak cukup hanya balapan liar, seperti ingin mencari identitas diri, klub motor tersebut melakukan aktivitas lain yang terkadang menyimpang seperti tawuran. Aktivitas yang dekat dengan kekerasan tersebut kemudian menggeser identitas klub motor tersebut menjadi geng motor/berandalan motor.
Terlebih di tahun 2010, geng motor/berandalan motor kembali menebar teror di Kota Bandung, kasus-kasus kriminal dan kekerasan yang melibatkan geng motor/berandalan motor menunjukkan kecenderungan meningkat. Jenis kejahatannya beragam, mulai dari pencurian, tawuran, perampokan dengan kekerasan dan pengrusakan tempat umum. Tindakan kekerasan dan kriminal tersebut melibatkan empat geng motor/berandalan motor terbesar di Kota Bandung tersebut diatas, yaitu XTC (Exalt To
Creativity), BRIGEZ, M2R (Moonraker) dan GBR (Grab On Road).
Dengan sendirinya semakin melekatkan identitas geng motor/berandalan motor yang dekat dengan kekerasan pada kelompok tersebut. Karena dirasa keberadaan geng motor/berandalan motor tersebut meresahkan dan sangat mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat, kemudian dikeluarkanlah Surat Keputusan Bersama (SKB) pelarangan aktivitas geng motor/berandalan motor dengan diikuti spanduk-spanduk pelarangan geng motor/berandalan motor di setiap wilayah di Kota Bandung.
Tindak lanjut dari dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama (SKB), kemudian dilaksanakan kegiatan Deklarasi Pembubaran Geng Motor/ Berandalan motor yang diikuti keempat pimpinan kelompok XTC (Exalt To
Creativity), BRIGEZ, M2R (Moonraker) dan GBR (Grab On Road). Dalam
deklarasi tersebut keempat kelompok tersebut menyatakan membubarkan diri sebagai geng motor/berandalan motor. Pembubaran tersebut diartikan mengubah kesan dari kelompok dengan aktivitas negatif menjadi kelompok dengan aktivitas positif, mengubah identitas kelompok dari geng motor/ berandalan motor menjadi klub motor atau Organisasi Kemasyarakatan (ormas). Namun deklarasi tersebut tidak diikuti dengan perubahan atau penghapusan nama beserta atribut. Perubahan yang dilakukan hanya pada kepanjangan tapi masih menggunakan nama yang lama. Perubahan tersebut tidak memberi pengaruh berarti, kesan negatif akan masih melekat pada kelompok tersebut diatas bila nama XTC (Exalt To Creativity), BRIGEZ, M2R
(Moonraker) dan GBR (Grab On Road) tidak benar-benar dihapus dan
Kemunculan kelompok tersebut biasanya diikuti/meninggalkan tulisan-tulisan di ruang-ruang publik (di pasar-pasar, di daerah pertokoan, jembatan, gedung sekolah, gedung pemerintahan, taman kota, dan lainnya). Baik itu ruang-ruang publik yang berada didaerah penyangga atau pinggiran Kota Bandung yang menjadi wilayah kelompok tersebut. Maupun ruang-ruang publik yang berada dipusat Kota Bandung seperti Jembatan Layang Pasupati. Tulisan-tulisan tersebut semakin mengotori ruang-ruang publik di Kota Bandung.
Tulisan-tulisan tersebut dibuat secara manual dengan cat semprot dengan warna-warna mencolok, ukuran yang relatif besar dan seringkali di buat banyak (repetisi) dalam satu ruang publik seperti di Jembatan Layang Pasupati. Isi tulisan tersebut biasanya dibuat dengan mencantumkan nama kelompok, nama kelompok dibuat paling besar/dominan. Diikuti inisial wilayah kelompok, inisial nama wilayah dibuat disebelah kanan atas atau kanan bawah tulisan nama kelompok. Kemudian diikuti inisial nama anggota kelompok, inisial nama anggota kelompok dibuat disebelah kanan atau bawah tulisan nama kelompok.
Aksi kelompok tersebut meninggalkan suatu ciri khas, yaitu dari cara menjawab tulisan kelompok lainnya. Ketika tulisan satu nama kelompok dicoret lalu diganti dengan nama kelompok lain, lalu kembali dicoret dan
diganti dengan tulisan (maaf) “TAI”. Tulisan (maaf) “TAI” tersebut menjadi
banyaknya tulisan-tulisan serupa di ruang-ruang publik dan bisa memicu terjadinya tawuran antar kelompok.
Pembuatan tulisan tersebut tidak mengenal batasan waktu, kapanpun kelompok tersebut menginginkan membuat tulisan tersebut, kelompok tersebut akan membuatnya. Namun pembuatan tulisan di ruang-ruang publik yang berada di pusat Kota Bandung seperti Jembatan Layang Pasupati, biasanya dibuat saat kelompok tersebut melakukan konvoi atau iring-iringan kendaraan (dalam suatu perjalanan bersama). Selain itu setiap anggota kelompok berhak/bisa membuat tulisan nama kelompoknya, oleh karena itu tulisan yang dihasilkan memiliki bentuk huruf yang berbeda-beda. Bentuk huruf tersebut membawa karakteristik/kepribadian pembuat yaitu anggota kelompok tersebut yang dipengaruhi keterampilannya dalam membuat tulisan.
Selain itu tulisan nama kelompok tersebut memiliki fungsi untuk mengabadikan dan menyebarluaskan nama setiap kelompok, atau sekedar sebagai bentuk eksistensi diantara kelompok lainnya. Diantaranya fungsi informasi untuk menandai wilayah kekuasaan suatu kelompok, menunjukan/memberitahu keberadaan suatu kelompok, membangkitkan respon kelompok lain, Sebagai peringatan terhadap kelompok lain, fungsi identitas sebagai pengenal bagi kelompok pembuat tulisan itu sendiri maupun kelompok lain, sebagai pembeda dari kelompok yang satu dengan kelompok lainnya. Selain itu simbol sebagai asosiasi dari perilaku, kepribadian, aktivitas dan isu-isu yang terkait dengan kelompok tersebut, dan sebagai kesepakatan bersama antar anggota pembuat tulisan tersebut.
Tulisan nama kelompok tersebut pada akhirnya memanipulasi emosi khalayak sasaran dalam hal ini kelompok yang dianggap musuhnya merasa tidak nyaman dan terancam. Selain itu, karena tulisan setiap kelompok berada di ruang-ruang publik, pada akhirnya tulisan nama kelompok tersebut terlihat atau terbaca khalayak umum yang mengakses ruang-ruang publik tersebut, merasakan hal yang sama, walau sering kali khalayak umum tidak menyadarinya.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Kelompok XTC (Exalt To Creativity), BRIGEZ, M2R (Moonraker) dan GBR
(Grab On Road) mengalami pergeseran identitas yang tidak jelas.
2. Tindakan kekerasan dan kriminal yang yang melibatkan kelompok XTC
di Kota Bandung tahun 2010 cenderung meningkat, Aktivitas kelompok tersebut yang dekat atau bersinggungan dengan kekerasan, dengan sendirinya membentuk/menggeser identitas kelompok tersebut menjadi geng motor/berandalan motor.
3. Deklarasi Pembubaran Geng Motor/Berandalan Motor yang diikuti keempat pimpinan kelompok XTC (Exalt To Creativity), BRIGEZ, M2R
(Moonraker) dan GBR (Grab On Road), tidak diikuti dengan perubahan
atau penghapusan nama beserta atribut.
4. Kemunculan kelompok XTC (Exalt To Creativity), BRIGEZ, M2R
(Moonraker) dan GBR (Grab On Road) biasanya diikuti/meninggalkan
tulisan-tulisan yang mengotori ruang-ruang publik.
5. Tulisan nama kelompok XTC (Exalt To Creativity), BRIGEZ, M2R
(Moonraker) dan GBR (Grab On Road) di Jembatan Layang Pasupati
sebagai sesuatu yang dilihat bisa menyiratkan kesan.
6. Tulisan nama kelompok XTC (Exalt To Creativity), BRIGEZ, M2R
(Moonraker) dan GBR (Grab On Road) di Jembatan Layang Pasupati
sebagai sesuatu yang dilihat bisa memiliki fungsi. 1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah diatas, dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut:
1. “Bagaimana kesan dan fungsi tulisan nama kelompok XTC (Exalt To
Creativity), BRIGEZ, M2R (Moonraker) dan GBR (Grab On Road) di
1.4 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini terdapat beberapa batasan masalah yang membatasi ruang lingkup pembahasan rumusan masalah, diantaranya: 1. Jumlah Kelompok:dipilih empat kelompok XTC (Exalt To Creativity),
BRIGEZ, M2R (Moonraker) dan GBR (Grab On Road). Keempat kelompok
tersebut dipilih karena merupakan empat geng motor/berandalan motor terbesar di Kota Bandung.
2. Tempat penelitian:dipilih Jembatan Layang Pasupati, tempat tersebut dipilih karena tempat tersebut tempat yang masih netral (dalam artian tidak dikuasai oleh kelompok manapun), Selain itu tempat tersebut mobilitasnya tinggi, banyak diakses oleh pengguna kendaraan bermotor baik itu khalayak sasaran maupun khalayak umum.
3. Waktu penelitian:penelitian dimulai dari bulan Maret sampai Juni tahun 2011.
4. Jumlah tulisan:dipilih tiga tulisan dari masing-masing kelompok, yaitu tulisan kelompok XTC (Exalt To Creativity), BRIGEZ, M2R (Moonraker) dan
GBR (Grab On Road) yang ada di Jembatan layang Pasupati. Tulisan
tersebut dipilih karena memiliki bentuk/karakter dan ukuran yang berbeda dengan tulisan kelompok yang satu dan lainnya.
karena merupakan bagian/isi tulisan yang paling penting, dilihat dari ukuran tulisan yang paling dominan.
6. Pisau bedah dan referensi:tulisan nama kelompok tersebut akan dikaji berdasarkan teori tipografi, diantaranya Keluarga Huruf (Berat, Proporsi dan Kemiringan) menurut Danton Sihombing (2001), klasifikasi Umum (berdasarkan Sejarah dan bentuk huruf) menurut Alexander Lawson (dalam Rustan, 2011) dan klasifikasi Umum (berdasarkan Kegunaan) menurut Rama Kertamukti (2011).
1.5 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui kesan dan fungsi dari tulisan nama kelompok XTC (Exalt To
Creativity), BRIGEZ, M2R (Moonraker) dan GBR (Grab On Road) di
Jembatan Layang Pasupati.
1.6 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Sarwono dan Lubis (2007:110) “ Analisis Kualitatif merupakan analisis yang didasarkan pada adanya hubungan semantis antar variabel yang sedang diteliti. Tujuannya ialah agar peneliti mendapatkan makna hubungan variabel-variabel sehingga dapat digunakan
untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam penelitian”. selain itu
1.6.1 Metode Deskriptif
Pendekatan kualitatif yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Sarwono dan Lubis
(2007:53) “Riset Deskriptif adalah riset untuk menggambarkan
karakteristik/gejala/fungsi suatu populasi”. Dalam penelitian ini tidak
dilakukan manipulasi, hanya menggambarkan suatu kondisi apa adanya. Penelitian Deskriptif ditujukan langsung pada objek dalam hal ini pada tulisan kelompok tersebut diatas di Jembatan layang Pasupati dikaitkan dengan kelompok pembuatnya. Penelitian bukan melalui tulisan di Jembatan layang Pasupati pada suatu foto atau rekaman.
1.6.2 Instrumen Pengumpulan Data
Menurut Sarwono dan Lubis (2007:100-104) ada beberapa cara/metode dalam pengumpulan data diantaranya cara mengumpulkan data secara manual dan cara mengumpulkan data secara online. Peneliti menggunakan empat metode yang akan dipakai dalam mengumpulkan data-data untuk penelitian ini yang termasuk kedalam cara mengumpulkan data, adalah sebagai berikut:
a. Observasi
diamati dengan pengamat/pegumpul data. Pengamatan ditujukan pada tulisan kelompok XTC (Exalt To Creativity), BRIGEZ, M2R
(Moonraker) dan GBR (Grab On Road) yang terdapat/tersebar di
Jembatan layang Pasupati.
b. Wawancara
Pengumpulan data melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pewawancara (pengumpul data) dengan responden (sumber data). Dalam wawancara terjadi interaksi dan komunikasi langsung antara pewawancara dengan responden. Wawancara dilakukan dengan pihak dari kelompok XTC (Exalt To Creativity),
BRIGEZ, M2R (Moonraker) dan GBR (Grab On Road).
c. Kajian Pustaka
Pengumpulan data dengan mengambil kutipan dari beberapa buku yang dijadikan referensi, untuk menjelaskan suatu tulisan dan menjelaskan kajian teori yang digunakan dalam suatu tulisan. Diantaranya adalah buku-buku tentang tipografi, komunikasi, desain komunikasi visual dan lainnya.
d. Pencarian Online
1.7Manfaat Penelitian
1. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menginformasikan tulisan nama kelompok XTC (Exalt To Creativity),
BRIGEZ, M2R (Moonraker) dan GBR (Grab On Road) di ruang publik
dalam hal ini Jembatan layang Pasupati, selain sebagai sesuatu yang dilihat (bentuk huruf) memiliki sesuatu yang tersirat (kesan) dan memiliki fungsi.
2. Manfaat keilmuan dari penelitian ini terutama dalam keilmuan Tipografi pada khususnya dan Desain Komunikasi Visual pada umumnya.
diharapkan penelitian tulisan nama kelompok XTC (Exalt To Creativity),
BRIGEZ, M2R (Moonraker) dan GBR (Grab On Road) di ruang publik
1.8 Kerangka Penelitian
Gambar 1. Kerangka Penelitian
1.9 Sistematika Penelitian
Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang dari fenomena yang diangkat menjadi objek penelitian. Fenomena yang diangkat adalah tulisan kelompok XTC (Exalt To Creativity), BRIGEZ, M2R (Moonraker) dan GBR (Grab
On Road) di ruang publik dalam hal ini Jembatan layang Pasupati di Kota
dalam hal ini tulisan nama kelompok. Sebagai sesuatu yang dilihat (bentuk huruf) bisa menyiratkan kesan dan memiliki fungsi.
Bab II Tulisan Kelompok XTC (Exalt To Creativity), BRIGEZ, M2R
(Moonraker) dan GBR (Grab On Road) dalam Konteks Tipografi, berisi
tentang teori tipografi yang digunakan untuk menjelaskan atau menjadi pisau bedah dan referensi masalah, yaitu Anatomi Huruf, Keluarga Huruf (Berat, Proporsi dan Kemiringan), Klasifikasi Umum (berdasarkan Sejarah, bentuk huruf dan Kegunaan) dan persepsi visual (gestalt). Anatomi huruf digunakan untuk mendeskripsikan anatomi huruf pada tulisan nama kelompok, keluarga huruf digunakan untuk mencari kebenaran, apakah berat, proporsi dan kemiringan huruf pada tulisan nama kelompok tersebut bisa menyiratkan kesan, klasifikasi umum huruf berdasarkan sejarah dan bentuk huruf digunakan untuk mencari kebenaran, apakah bentuk huruf pada tulisan nama kelompok tersebut bisa menyiratkan kesan, dan klasifikasi umum huruf berdasarkan kegunaan/fungsi digunakan untuk mencari kebenaran, apakah bentuk huruf pada tulisan nama kelompok tersebut bisa memiliki fungsi.
Bab III Pemaparan Tulisan kelompok XTC (Exalt To Creativity),
BRIGEZ, M2R (Moonraker) dan GBR (Grab On Road) di Jembatan Layang
bagian/isi tulisan kelompok tersebut, yaitu tulisan nama kelompok, inisial wilayah, inisial nama anggota dan slogan.
Bab IV Pembahasan Tulisan kelompok XTC (Exalt To Creativity),
BRIGEZ, M2R (Moonraker) dan GBR (Grab On Road) di Jembatan Layang
Pasupati, menjelaskan tentang kajian Isi, Kesan dan Fungsi pada tulisan kelompok XTC (Exalt to Creativity), BRIGEZ, M2R (Moonraker), GBR (Grab On Road) di Jembatan layang Pasupati dan mengaitkannya dengan teori tipografi yang terdiri dari Anatomi Huruf, Keluarga Huruf (Berat, Proporsi dan Kemiringan) menurut Danton Sihombing (2001), klasifikasi Umum (berdasarkan Sejarah dan bentuk huruf) menurut Alexander Lawson (dalam Rustan, 2011) dan klasifikasi Umum (berdasarkan Kegunaan) menurut Rama Kertamukti (2011).
Bab V Kesimpulan, tentang jawaban dari rumusan masalah dari fenomena yang diteliti dalam hal ini kesan dan fungsi tulisan nama kelompok XTC (Exalt to Creativity), BRIGEZ, M2R (Moonraker), GBR (Grab
On Road) di Jembatan layang Pasupati. Menguraikan kesimpulan dari
BAB II
TINJAUAN TEORI TIPOGRAFI
2.1 Tipografi
2.1.1 Pengertian Tipografi
Tipografi dalam hal ini huruf yang tersusun dalam sebuah
alfabet merupakan media penting komunikasi visual. Media yang
membawa manusia mengalami perkembangan dalam cara
berkomunikasi. Komunikasi yang berakar dari simbol-simbol yang
menggambarkan sebuah objek (pictograph), berkembang menjadi
simbol-simbol yang merepresentasikan gagasan yang lebih kompleks
serta konsep abstrak yang lain (ideograph). Kemudian berkembang
menjadi bahasa tulis yang dapat dibunyikan dan memiliki arti
(phonograph-setiap tanda atau huruf menandakan bunyi).
Bentuk/rupa huruf tidak hanya mengidentifikasi sebuah bunyi
dari suatu objek. Bentuk/rupa huruf tanpa disadari menangkap
realitas dalam bunyi. Lebih dari sekedar lambang bunyi, bentuk/rupa
huruf dalam suatu kumpulan huruf (font) dapat memberi kesan
tersendiri yang dapat mempermudah khalayak menerima pesan atau
gagasan yang terdapat pada sebuah kata atau kalimat. Bisa
dibayangkan bila huruf tidak pernah ada, dalam penyampaian
sebuah pesan atau gagasan pasti akan membutuhkan waktu yang
Jangankan dapat memberi sebuah kesan dan menyampaikan sebuah
pesan, terbaca pun tidak.
Huruf menjadi sesuatu yang memiliki makna ganda, huruf
dapat menjadi sesuatu yang dapat dilihat (bentuk/rupa huruf) dan
dapat menjadi sesuatu yang dapat dibaca (kata/kalimat). Selain itu
huruf memiliki makna yang tersurat (pesan/gagasan) dan makna
yang tersirat (kesan). Selain itu pengaruh perkembangan teknologi
digital yang sangat pesat pada masa kini membuat makna tipografi
semakin meluas. Menurut Rustan (2001:16) tipografi dimaknai
sebagai “segala disiplin yangberkenaan dengan huruf”.
2.1.2 Persepsi Visual
Setiap bentuk dalam sebuah alfabet memiliki keunikan fisik
yang menyebabkan mata kita dapat membedakan antara huruf „m‟ dengan „p‟ atau „C‟ dengan „Q‟. keunikan ini disebabkan oleh cara
mata melihat korelasi antara komponen visual yang satu dengan
yang lain. Sekelompok pakar psikologi dari Jerman dan Austria pada
tahun 1900 memformulasikan sebuah teori yang dikenal dengan
teori Gestalt (Sihombing, 2001:12). Salah satu hukum persepsi
dalam dari teori ini membuktikan bahwa untuk mengenal atau
„membaca‟ sebuah gambar diperlukan adanya kontras antara ruang
positif yang disebut dengan figure dan ruang negatif yang disebut
dengan ground. Berikut beberapa penerapan prinsip persepsi visual
yang dapat memperjelas gambaran-gambaran terhadap penerapan
dari teori tersebut (Sihombing, 2001:81).
Gambar 2. Figure dan Ground
(Sumber : Tipografi Dalam Desain Grafis, 2001:12)
a. Similarity
Objek yang sama akan terlihat secara bersamaan sebagai kelompok.
Hal ini dapat ditentukan lewat bentuk, warna, arah dan ukuran.
Gambar 3. Similarity
b. Continuation
Penataan visual yang dapat menggiring gerak mata mengikuti ke
sebuah arah tertentu.
Gambar 4. Continuation
(Sumber : Tipografi Dalam Desain Grafis, 2001:81)
c. Proximity
Sebuah kesatuan atau pengelompokan yang terbentuk karena
adanya korelasi antara elemen-elemen yang saling berdekatan.
Gambar 5. Proximity
d. Closure
Bentuk yang tertutup atau menyambung terlihat lebih stabil.
Gambar 6. Closure
(Sumber : Tipografi Dalam Desain Grafis, 2001:81)
2.2 Huruf dan Pesan
2.2.1 Typeface dan Kepribadiannya
Yang tidak kalah pentingnya dari suatu huruf menurut
Surianto Rustan (2011:108) adalah kepekaan dalam menganalisa
hubungan antar bentuk visual huruf (aspek fisik, yang kelihatan) dan
kepribadian/ personality yang dikandungnya (aspek non-fisik, yang
tidak kelihatan), yang dapat dianalogikan sebagai tubuh dan jiwa
Gambar 7. Typeface dan Kepribadiannya
(Sumber: Huruf Font Tipografi, 2011:108 )
Aspek fisik pada suatu huruf yang dianalogikan dengan
tubuh manusia bisa dilihat dari bentuk atau anatomi huruf seperti
stroke, serif dan anatomi lainnya. Aspek fisik adalah aspek
pertama yang bisa dianalisa untuk menemukan aspek non-fisik
pada suatu huruf. Aspek non-fisik pada suatu huruf yang
dianalogikan sebagai kepribadian bisa tersirat dari bentuk atau
anatomi huruf diantaranya kesan.
2.2.2 Pesan dan Typeface
Menurut Surianto Rustan (2011:112) dalam komunikasi
visual, aspek fisik dan non fisik yang terkandung di dalam typeface
sebetulnya hanya alat untuk menyampaikan ide/
konsep/pemikiran: pesan. Agar pesan dapat tersampaikan dan
dimengerti secara efektif, antara typeface dan pesannya harus
Gambar 8. Pesan dan Typeface
(Sumber: Huruf Font Tipografi, 2011:112 )
Seringkali typeface atau bentuk huruf yang dipilih tidak sesuai
dengan pesan yang ingin disampaikan, sehingga pesan tidak
tersampaikan dengan baik. Selain itu kesan yang tersirat pun jauh
dari maksud atau keinginan yang diharapkan. Keharmonisan atau
kesesuaian antara pesan dan typeface menjadi hal yang sangat
penting, dengan demikian harus dipahami terlebih dahulu pesannya,
kemudian diperlukan kepekaan dalam memilih atau membuat
typeface yang sesuai dengan pesan tersebut. Sehingga ide, konsep
atau pemikiran yang disampaikan dalam sebuah pesan dapat
diterima dengan baik, selain itu kesan yang tersirat pun sesuai
2.2.3 Anatomi Huruf
Seperti halnya tubuh manusia, huruf memiliki berbagai organ
yang berbeda. Gabungan seluruh komponen dari suatu huruf
merupakan suatu identifikasi visual yang dapat membedakan antara
huruf yang satu dengan huruf yang lain. Berikut ini adalah terminologi
yang umum digunakan dalam penamaan setiap komponen visual
yang terstruktur dalam fisik huruf, menurut Surianto Rustan
(2011:25-30):
Gambar 9. Anatomi Huruf
(Sumber: Huruf Font Tipografi, 2011:25-30 )
Anatomi huruf merupakan aspek fisik yang menjadi pintu
masuk dalam menganalisa suatu bentuk huruf dalam suatu tulisan
dalam hal ini tulisan nama kelompok XTC, BRIGEZ, M2R dan GBR
yang menjadi bahan kajian. Terminologi dalam penamaan setiap
anatomi huruf tersebut akan digunakan untuk mendeskripsikan
setiap anatomi huruf pada tulisan nama kelompok XTC, BRIGEZ, M2R
dan GBR. Deskripsi anatomi huruf tersebut selanjutnya akan
digunakan sebagai bahan kajian kesan dan fungsi tulisan nama
kelompok XTC, BRIGEZ, M2R dan GBR sesuai dengan rumusan
2.2.4 Keluarga Huruf
Keluarga huruf terdiri atas berbagai kembangan yang berakar
dari struktur bentuk dasar (reguler) sebuah alfabet dan setiap
perubahan berat huruf masih memiliki kesinambungan bentuk.
Menurut Danton Sihombing (2001: 28-32) perbedaan tampilan yang
pokok dalam keluarga huruf dibagi menjadi tiga bentuk
pengembangan, yaitu: berat, proporsi, dan kemiringan.
a. Berat
Perubahan berat dan struktur bentuk dasar huruf terletak
pada perbandingan antara tinggi dari huruf yang tercetak dengan
lebar stroke. Bila ditinjau dari berat huruf, maka anggota dari keluarga
huruf ini dapat dibagi menjadi tiga kelompok pokok, yaitu: light,
reguler, dan bold. Setiap anggota keluarga huruf baik light, reguler,
dan bold memiliki kesamaan ciri fisik, namun dengan tampilnya
perbedaan berat dapat memberikan dampak visual yang berbeda.
Gambar 10. Berat Huruf
(Sumber : Tipografi Dalam Desain Grafis, 2001:28)
Untuk mendapatkan gambaran terhadap perubahan berat huruf yang
ideal, dibawah ini adalah tabel perbandingan antara tinggi dari huruf
KELOMPOK
BERAT
TINGGI HURUF
YANG TERCETAK
LEBAR
STROKE
EXTRA-LIGHT 100% 5%
LIGHT 100% 10%
REGULER 100% 15%
SEMI-BOLD 100% 20%
BOLD 100% 25%
EXTRA-BOLD 100% 30%
Tabel 1. Berat Huruf
(Sumber : Tipografi Dalam Desain Grafis, 2001:29)
b. Proporsi
Perbandingan antara tinggi huruf yang tercetak dengan lebar
dari huruf itu sendiri dapat dibagi menjadi tiga kelompok bila ditinjau
dari perbandingan proporsi bila ditinjau dari perbandingan proporsi
terhadap bentuk dasar huruf tersebut. Pembagiannya adalah
condensed, reguler, dan extended. Kelompok huruf-huruf condensed
dapat terakomodasi lebih banyak dalam sebuah bidang atau ruang.
Namun, huruf-huruf ini apabila dicetak untuk keperluan naskah dalam
Gambar 11. Proporsi Huruf
(Sumber : Tipografi Dalam Desain Grafis, 2001:30)
Dibawah ini adalah tabel proporsi yang ideal antara tinggi
huruf yang tercetak dengan lebar huruf itu sendiri. Proporsi yang
tercetak atau yang membentuk suatu huruf dapat memberi
dampak visual, dalam hal ini kesan. Kesan proporsional akan
tersirat apabila huruf yang tercetak sesuai dengan kelompok
proporsi (condensed, reguler atau extended). Apabila tidak sesuai
dengan salah satu dari kelompok proporsi, kesan yang tersirat dari
huruf yang tercetak adalah tidak proporsional.
Tabel 2. Proporsi Huruf
(Sumber : Tipografi Dalam Desain Grafis, 2001:31)
KELOMPOK
PROPORSI
TINGGI HURUF
YANG TERCETAK
LEBAR
HURUF
EXTRA-CONDENSED 100% 40%
CONDENSED 100% 60%
REGULER 100% 80%
EXTENDED 100% 100%
c. Kemiringan/Italic
Huruf yang tercetak miring dalam terminologi tipografi disebut
italic. Huruf italic ini biasanya digunakan untuk memberikan
penekanan pada sebuah kata. Disamping itu, huruf-huruf ini juga
dipakai untuk menunjukan istilah atau kata yang berasal dari bahasa
asing. Umumnya, huruf italic digunakan untuk teks dalam jumlah yang
tidak terlalu panjang, seperti untuk keterangan gambar (caption),
highlight dari naskah (copyblurb) serta kadang juga digunakan
sebagai headline atau sub-head. Sudut kemiringan terbaik adalah 12
derajat. Mata akan sukar mengidentifikasikan huruf italic apabila
sudut kemiringan lebih kecil dari 12 derajat. Sebaliknya, apabila
sudut kemiringan lebih besar dari 12 derajat, akan mempengaruhi
keseimbangan bentuk huruf.
Gambar 12. Kemiringan Huruf
Keluarga huruf yang terdiri dari berat, proporsi dan
kemiringan tersebut diatas akan digunakan sebagai pisau bedah
untuk membuktikan apakah berat, proporsi dan kemiringan yang
membentuk suatu huruf dapat memberi dampak visual, dalam hal
ini kesan.
2.2.5 Klasifikasi Umum
a. Berdasarkan Sejarah dan Bentuk Huruf
Tujuan dari klasifikasi adalah untuk memudahkan orang
dalam mengidentifikasi dan memilih typeface yang akan digunakan.
Ada berbagai metode yang digunakan sejak dulu untuk
mengelompokkan typeface. Alexander Lawson (dalam Rustan,
2011:46) memperkenalkan klasifikasi huruf yang dikelompokkan
berdasarkan sejarah dan bentuk huruf. Klasifikasi ini cukup
sederhana dan hingga saat ini menjadi klasifikasi yang paling umum
digunakan orang.
Black Letter
Desain karakter Black Letter dibuat berdasarkan bentuk huruf dari
tulisan tangan yang populer pada masanya (abad pertengahan) di
Jerman (gaya Gothic) dan Irlandia (gaya Celtic). Ditulis menggunakan
pena berujung lebar sehingga menghasilkan kontras tebal-tipis yang
kuat. Untuk menghemat media (kertas/kulit), karakter ditulis
berdempet-dempetan, sehingga hasil keseluruhannya berkesan
Gambar 13. Huruf Black Letter
(Sumber : Huruf Font Tipografi, 2011:47)
Humanist
Di Italia, orang tidak menggunakan typeface bergaya Black Letter,
melainkan Roman/Romawi kuno yang negative space-nya cukup
banyak sehingga tulisan tampak lebih terang dan ringan, karenanya
gaya Humanist mendapat julukan White Letter. Humanist mulai
muncul tahun 1469, kelompok typeface ini diberi nama demikian
karena memiliki goresan lembut dan organic seperti tulisan tangan.
Disebut juga Venetian karena jenis huruf Humanist pertama dibuat di
Gambar 14. Huruf Humanist
(Sumber : Huruf Font Tipografi, 2011:47)
Old Style
Kemahiran dan tingkat akurasi para pembuat huruf makin lama
makin meningkat, buku cetakan makin banyak, kebutuhan akan
bentuk huruf yang mirip tulisan tangan makin berkurang.
Faktor-faktor itu mendorong munculnya gaya baru di abad 15: Old Style.
Karakter-karakter pada kelompok typeface ini presisi, lebih lancip,
lebih kontras dan berkesan lebih ringan, menjauhi bentuk-bentuk
kaligrafis/ tulisan tangan. Gaya Old Style mendominasi industri
Gambar 15. Huruf Old Style
(Sumber : Huruf Font Tipografi, 2011:47)
Transitional
Pada abad 17 muncul kelompok typeface dengan gaya baru yang
dibuat berdasarkan perhitungan secara ilmiah dan prinsip-prinsip
matematika, makin menjauh dari sifat kaligrafis/tulisan tangan. Gaya
Transitional pertama diciptakan sekitar tahun 1692 oleh Philip
Grandjean, dinamakan Roman du Roi, atau typeface Raja, karena
dibuat atas perintah Raja Louis XIV. Kelompok ini disebut Transitional
Gambar 16. Huruf Transitional
(Sumber : Huruf Font Tipografi, 2011:48)
Modern
Dinamakan modern karena kemunculan typeface ini pada akhir abad
17, menuju era yang disebut Modern Age, sehingga diberi nama
Modern. Ciri-cirinya hampir lepas sama sekali dari sifat kaligrafis
Gambar 17. Huruf Modern
(Sumber : Huruf Font Tipografi, 2011:48)
Slab Serif
Muncul sekitar abad 19, kelompok bergaya Slab Serif awalnya
digunakan sebagai display type untuk menarik perhatian pembaca
poster iklan dan flier. Disebut juga Egyptian karena bentuknya yang
berkesan berat dan horisontal, mirip dengan gaya seni dan arsitektur
Gambar 18. Huruf Slab Serif
(Sumber : Huruf Font Tipografi, 2011:48)
Sans Serif
Jenis huruf berciri Sans Serif (yang artinya: tanpa serif) mulai muncul
tahun 1816 sebagai display type dan sangat tidak populer di
masyarakat karena pada saat itu dianggap tidak trendi sehingga
dinamakan Grotesque, yang artinya lucu/aneh. Contohnya
Akzidenz-Grotesk. Sans Serif mulai populer pada awal abad 20, saat para
desainer mencari bentuk-bentuk ekspresi baru yang mewakili sikap
penolakan terhadap nilai-nilai lama, yaitu pengkotakan masyarakat
dalam kelas-kelas tertentu. Gerakan yang disebut dengan Modern Art
Movement ini mulai menghapus dekorasi dan hiasan berlebihan
kaya dan penguasa. Sans Serif dibagi lagi menjadi tiga kelompok,
yaitu Grotesque, Geometric, Humanist Sans Serif yang muncul
sebelum abad 20 masuk dalam golongan Grotesque. Contoh:
Helvetica, Univers, Akzidenz Grotesk. Geometric Sans Serif memiliki
bentuk yang geometris mendekati bentuk-bentuk dasar/basic shapes
(segi empat, segi tiga, lingkaran). Mengekspresikan masyarakat
industri dan mekanis.
Gambar 19. Huruf Sans Serif
(Sumber : Huruf Font Tipografi, 2011:49)
Script dan Cursive
Script dan Cursive bentuknya didesain menyerupai tulisan tangan,
ada yang seperti goresan kuas atau pena kaligrafi. Kalau Script
maupun Cursive didesain untuk digunakan dalam teks yang
memadukan huruf besar-kecil, bukan huruf besar semua.
Gambar 20. Huruf Script dan Cursive
(Sumber : Huruf Font Tipografi, 2011:50)
Display
Kelompok bergaya Display pertama muncul sekitar abad 19 dan
semakin banyak karena teknologi pembuatan huruf yang semakin
murah. Saat itu jenis huruf Display sangat dibutuhkan dunia
periklanan untuk menarik perhatian pembaca. Display type dibuat
diprioritaskan bukan legibility-nya melainkan keindahannya.
Kelompok Display/Dekoratif ini juga mewakili segala typeface yang
tidak termasuk ke dalam kategori yang lain, baik itu typeface lama
maupun baru.
Gambar 21. Huruf Display
(Sumber : Huruf Font Tipografi, 2011:50)
b. Berdasarkan Kegunaan
Selain berdasarkan sejarah dan bentuk huruf, Menurut Rama
Kertamukti (2011), berdasarkan kegunaannya/fungsinya selain
display type dan text type. Fungsi huruf lainnya adalah sebagai figur
informatif, figur identifikasi dan simbol.
Huruf sebagai Figur Informatif
- Segi Ketampakan (legibility),
Legibility berhubungan dengan kemudahan mengenali dan
membedakan masing-masing huruf/karakter. Legibility
huruf dikatakan legible apabila masing-masing
huruf/karakter-karakternya mudah dikenali dan dibedakan dengan jelas satu
sama lain (Rustan, 2011:74).
- Keterbacaan (readibility),
Readibility berkaitan dengan tingkat keterbacaan suatu teks. Teks
yang readible berarti keseluruhannya mudah dibaca. Apabila
legibility lebih membahas kejelasan karakter satu-persatu,
readibility tidak menyangkut huruf/karakter satu persatu,
melainkan keseluruhan teks yang disusun dalam suatu komposisi
(Rustan, 2011:74).
- Aspek-aspek ergonomik lainnya.
Huruf sebagai Figur Identitas
Huruf merupakan elemen simbolisasi yang banyak digunakan dalam
kegiatan desain grafis, karena dianggap sebagai medium yang paling
efektif dalam menyampaikan informasi dan identitas dari sesuatu
“entitas”.
Huruf sebagai Simbol
Syarat utama agar huruf dapat berfungsi sebagai simbol (pemberi
tanda) adalah memiliki bentuk khas, sehingga mudah untuk dikenali
(karena mengandung nilai perbedaan dengan yang lain) dan dapat
secara tepat diasosiasikan dengan jati dirinya.
Klasifikasi umum berdasarkan sejarah dan bentuk huruf
yang terdiri dari black letter, humanist, old style, transitional, modern,
akan digunakan sebagai pisau bedah dan referensi untuk mengkaji
bentuk huruf pada tulisan nama kelompok XTC, BRIGEZ, M2R dan
GBR termasuk pada bentuk huruf yang mana dan apakah bentuk
huruf tersebut menjadi referensi dalam pembuatan tulisan nama
kelompok tersebut. Kemudian untuk membuktikan bentuk huruf
pada tulisan nama kelompok XTC, BRIGEZ, M2R dan GBR yang
memiliki kemiripan/mengadaptasi dari black letter, humanist, old
style, transitional, modern, slab serif, sans serif, script atau
display/dekoratif tersebut diatas memiliki kesannya tersendiri.
Kemudian klasifikasi huruf berdasarkan kegunaan akan
digunakan sebagai pisau bedah dan referensi untuk mengkaji bentuk
huruf pada tulisan nama kelompok XTC, BRIGEZ, M2R dan GBR,
apakah bentuk huruf pada tulisan nama kelompok tersebut legible,
dan apakah tulisan nama kelompok tersebut readible sebagai
penentu suatu huruf memiliki fungsi, apakah itu fungsi sebagai figur
informatif dan figur identitas. Selain itu apakah bentuk huruf pada
tulisan nama kelompok tersebut memiliki bentuk khas dan bentuk
BAB III
PEMAPARAN TULISAN KELOMPOK XTC (EXALT TO CREATIVITY), BRIGEZ, M2R (MOONRAKER) DAN GBR (GRAB ON ROAD)
DI JEMBATAN LAYANG PASUPATI
3.1 Profil Singkat Kelompok XTC (Exalt to Creativity), BRIGEZ, M2R (Moonraker) dan GBR (Grab on Road)
3.1.1 Profil Singkat XTC (Exalt to Creativity)
XTC berdiri pada tahun 1982 di Kota Bandung. XTC didirikan oleh sekelompok siswa SMA swasta di Kota Bandung. XTC berawal dari kumpulan pecinta motor yang memiliki hobi yang sama yaitu balapan, semakin lama rasa persaudaraan pada sesama pencinta balapan ini semakin erat sebagai puncaknya terlahirlah XTC. XTC adalah akronim dari Exalt to Coitus, nama tersebut diartikan “menyenangi segala sesuatu berbau sex”. XTC memiliki lambang
lebah dengan bendera berwarna putih, biru muda dan biru tua. Pada tahun 90-an XTC menjadi klub motor yang lebih dikenal dengan XTC
Sexy Road, dan terdaftar sebagai anggota dari IMI (Ikatan Motor
Indonesia).
seringnya melakukan tindak kekerasan dan kriminal. Tindak kekerasan yang sering dilakukan diantaranya aksi tawuran dengan kelompok lainnya di Kota Bandung. Sebagai akibat dari tindakan kekerasan yang sering dilakukan, XTC dikeluarkan dari keanggotaan IMI (Ikatan Motor Indonesia). Tidak hanya itu, dengan sendirinya XTC mengalami perubahan identitas dari masyarakat dan media massa menjadi geng motor/berandalan motor karena tindakan kekerasan yang sering dilakukan.
Diawal tahun 2000, XTC kemudian berganti nama menjadi
Exalt to Creativity, namun perubahan nama tersebut tidak memberi
pengaruh berarti. Kesan negatif dari geng motor/berandalan motor yang melekat di XTC tidak hilang, terlebih lagi dengan semakin bertambahnya anggota dan bertambahnya wilayah kekuasaan di sejumlah ruas jalan di Kota Bandung seperti jalan Peta, Buahbatu, Gatot Subroto, Kiaracondong dan lainnya. Saat ini XTC (Exalt to
Creativity) menjadi klub motor kembali dan beralih nama menjadi
Sexy Road Indonesia.
3.1.2 Profil Singkat BRIGEZ
tahun 1990, tepatnya pada tanggal 6 Januari 1990. Hal tersebut karena angkatan pertama tidak bisa menjalankan Brigade Seven pada saat itu.
Brigade Seven pada saat itu menjadi keamanan sekolah di
SMUN 7 Bandung kemudian menyebar keluar dan menjadi klub motor. Saat menjadi klub motor BRIGEZ menjadi atau menamakan diri sebagai Bandung Auto Sport Club. BRIGEZ terbuka dari kalangan apapun, namun mayoritas anggota masih berusia remaja berasal dari siswa sekolah menengah pertama dan atas. Pola perekrutan BRIGEZ sangat dekat dengan kekerasan bahkan terkesan brutal, diantaranya seperti mengendarai sepeda motor tanpa rem di daerah Lembang dan dipukuli oleh senior supaya kuat.
fasilitas umum dan lainnya. Selain itu aksi yang sering dilakukan di setiap kemunculan BRIGEZ adalah aksi corat-coret di dinding ruang-ruang publik, istilahnya “pilok-pilokan“.
Selain Brigade Seven, BRIGEZ sering juga disebut sebagai
Brigade Senja karena sering keluar menjelang senja, Brigade Setan
dan Brigade Geztapu. BRIGEZ sempat mengalami perpecahan
menjadi beberapa kelompok, diantaranya terpecah menjadi MP
(Master Piece), UART (Uprak Aprak Racing Team), Valvoline dan
BRIPAZ. Namun, perpecahan tersebut dapat diredam dan kini telah
bergabung kembali di dalam BRIGEZ.
Diumurnya yang ke-21 pada tanggal 6 Januari 2011, BRIGEZ melakukan “JAMBORE BRIGEZ INDONESIA” sekaligus
akhirnya terjadi pertentangan. Selain itu masih ada oknum baik itu anggota BRIGEZ sendiri atau oknum yang menyalah gunakan nama BRIGEZ dengan berbuat tindak kriminal.
Untuk menghilangkan kesan negatif sebagai biang keributan dari warga Kota Bandung pada Sabtu malam, tanggal 12 Juni 2010. BRIGEZ melakukan aksi simpatik dan aksi damai dengan kelompok lainnya (XTC, M2R dan GBR). Tidak kurang dari 200 motor anggota BRIGEZ melakukan konvoi berkeliling ruas jalan Kota Bandung, dimulai dari depan kantor Kepolisian Besar Kota Bandung (Polrestabes), kemudian menuju jalan Merdeka, Asia Afrika, Braga, Dago serta berakhir di depan Gedung Sate. Aksi simpatik dilakukan dengan membagikan bunga kepada warga dan pengguna jalan di Kota Bandung, dan diakhiri dengan perjanjian damai dengan
Moonraker. Dengan aksi damai tersebut, BRIGEZ mengharapkan bisa
menghilangkan kesan negatif dari warga Kota Bandung.
3.1.3 Profil Singkat M2R (Moonraker)
Moonraker atau sering disebut juga dengan M2R, didirikan
Moonraker diantaranya jalan Dago, Dipatiukur dan sejumlah ruas jalan lainnya di Kota Bandung.
Moonraker berawal dari sebuah bengkel motor, kemudian
menjadi sebuah klub motor yang menaungi hobi balapan anggotanya. Namun, seiring berjalannya waktu Moonraker sering bersinggungan dengan tindak kekerasan seperti tawuran yang dilakukan oknum anggotanya. Pada akhirnya merubah identitas Moonraker menjadi geng motor/berandalan motor, terlebih pemberitaan di media massa yang semakin melekatkan kesan kekerasan dan kriminal geng motor/berandalan motor dengan Moonraker.
Namun, dibalik pandangan negatif masyarakat dan media massa terhadap Moonraker. Moonraker memiliki beberapa prestasi dalam dunia otomotif. Sejak masuk menjadi anggota IMI Jabar 2007 yang sebelumnya ikut mendirikan IMI Jabar tahun 1988, Moonraker adalah sebuah club sport otomotif hobi, dimana didalamnya banyak anggotanya yang mempunyai prestasi baik di kancah olah raga road race. Hal itu sebagai bukti keberhasilan pembibitan anggota
Moonraker kearah yang lebih baik.
3.1.4 Profil Singkat GBR (Grab on Road)
Grab on Road atau sering di singkat GBR berdiri di Kota
kelompok ini terbuka bagi siapa saja, tidak ada batasan asalkan mau berkomitmen untuk loyal pada Grab on Road. Pola perekrutan dalam geng ini dengan cara mendidik calon anggotanya di kawasan pegunungan untuk menguji nyali dan mental calon anggotanya tersebut.
Aktivitas kelompok ini seperti umumnya kelompok lain memiliki aktivitas yang sama, yaitu berkeliling di Kota Bandung atau hanya sekedar berkumpul di beberapa wilayah yang dianggap daerah kekuasaannya, seperti Cihampelas, Kopo, sekitar SMPN 2 Bandung di jalan Sumatera, jalan Sunda dan beberapa daerah lainnya di Kota Bandung. Selain itu oknum anggota GBR (Grab on Road) seringkali melakukan aktivitas yang menjurus kearah kriminal. Saat ini GBR
(Grab on Road) menjadi klub motor dan beralih nama menjadi Garda
46
3.2 Identifikasi Tulisan Kelompok XTC (Exalt to Creativity), BRIGEZ, M2R (Moonraker) dan GBR (Grab on Road) di Jembatan Layang Pasupati
3.2.1 Identifikasi Tulisan Kelompok XTC (Exalt to Creativity) di Jembatan Layang Pasupati
Material Tulisan
Material yang digunakan dalam membuat tulisan tersebut, adalah dengan menggunakan cat semprot.
Lokasi Tulisan
Tulisan kelompok XTC (Exalt to Creativity)
pertama yang dijadikan objek penelitian, adalah tulisan yang terletak di dinding jembatan layang Pasupati, tepatnya dinding penyangga di
sebelah kiri dari arah jalan Surapati menuju persimpangan jalan Dago, didepan rumah makan Tojoyo.
Tulisan Kelompok XTC
47
Material yang digunakan dalam membuat tulisan tersebut, adalah dengan menggunakan cat semprot.
48
Material yang digunakan dalam membuat tulisan tersebut, adalah dengan menggunakan cat semprot.
Tabel 3. Identifikasi Tulisan XTC
49
3.2.2 Identifikasi Tulisan Kelompok BRIGEZ di Jembatan Layang Pasupati
Material Tulisan
Material yang digunakan dalam membuat tulisan tersebut, adalah dengan menggunakan cat semprot.
Lokasi Tulisan
Tulisan kelompok BRIGEZ pertama yang dijadikan objek penelitian, adalah tulisan yang berada di dinding jembatan layang Pasupati. Tepatnya dinding penyangga di sebelah kiri dari arah jalan Surapati menuju persimpangan jalan Dago.
50
Material yang digunakan dalam membuat tulisan tersebut, adalah dengan menggunakan cat semprot.
51
Material yang digunakan dalam membuat tulisan tersebut, adalah dengan menggunakan cat semprot.
Tabel 4. Identifikasi Tulisan BRIGEZ
52
3.2.3 Identifikasi Tulisan Kelompok BRIGEZ di Jembatan Layang Pasupati
Material Tulisan
Material yang digunakan dalam membuat tulisan tersebut, adalah dengan menggunakan cat semprot.
Lokasi Tulisan
Tulisan kelompok M2R (Moonraker) pertama yang di jadikan objek penelitian, adalah tulisan di Jembatan layang Pasupati. Tepatnya berada di dinding pembatas jalan sebelah kiri jembatan layang Pasupati dari arah Pasteur. Tulisan Kelompok
53
Material yang digunakan dalam membuat tulisan tersebut, adalah dengan menggunakan cat semprot.
54
Material yang digunakan dalam membuat tulisan tersebut, adalah dengan menggunakan cat semprot.
Tabel 5. Identifikasi Tulisan M2R
55
3.2.4 Identifikasi Tulisan Kelompok GBR (Grab on Road) di Jembatan Layang Pasupati
Material Tulisan
Material yang digunakan dalam membuat tulisan tersebut, adalah dengan menggunakan cat semprot.
Lokasi Tulisan
Tulisan kelompok GBR (Grab on Road) pertama yang dijadikan objek penelitian, adalah tulisan yang berada di dinding jembatan layang Pasupati. Tepatnya dinding penyangga disebelah kiri dari arah persimpangan jalan Dago yang menuju jalan Surapati.
Tulisan Kelompok GBR
56
Material yang digunakan dalam membuat tulisan tersebut, adalah dengan menggunakan cat semprot.
57
Material yang digunakan dalam membuat tulisan tersebut, adalah dengan menggunakan cat semprot.
Tabel 6. Identifikasi Tulisan GBR
Tulisan kelompok GBR (Grab on Road)
58
3.3 Deskripsi Isi Tulisan Kelompok XTC (Exalt to Creativity), BRIGEZ, M2R (Moonraker) dan GBR (Grab on Road) di Jembatan Layang Pasupati
3.3.1 Deskripsi Isi Tulisan Kelompok XTC (Exalt to Creativity) di Jembatan Layang Pasupati
Ukuran
62
anggota yang dituliskan, tulisan terlihat
mengimbangi tulisan “XTC”.
Tabel 7. Isi Tulisan XTC Huruf dibuat
63
3.3.2 Deskripsi Isi Tulisan Kelompok BRIGEZ di Jembatan Layang Pasupati
Ukuran Isi Tulisan Kelompok
66
Tabel 8. Isi Tulisan BRIGEZ
67
3.3.3 Deskripsi Isi Tulisan Kelompok M2R (Moonraker) di Jembatan Layang Pasupati
Ukuran
69
Tabel 9. Isi Tulisan M2R
70
3.3.4 Deskripsi Isi Tulisan Kelompok GBR (Grab on Road) di Jembatan Layang Pasupati
Ukuran Isi Tulisan Kelompok
72
Tabel 10. Isi Tulisan GBR
BAB IV
PEMBAHASAN TULISAN KELOMPOK
XTC (EXALT TO CREATIVITY), BRIGEZ,
M2R (MOONRAKER) DAN GBR (GRAB ON ROAD)
DI JEMBATAN LAYANG PASUPATI
4.1 Kajian Isi Tulisan Kelompok XTC (Exalt to Creativity), BRIGEZ, M2R
(Moonraker) dan GBR (Grab on Road) di Jembatan Layang Pasupati
Pada bab kajian isi tulisan kelompok XTC (Exalt to Creativity),
BRIGEZ, M2R (Moonraker), GBR (Grab on Road) di Jembatan Layang
Pasupati ini, akan mengkaji dua belas tulisan kelompok XTC (Exalt to
Creativity), BRIGEZ, M2R (Moonraker), GBR (Grab on Road) dari sekian
banyak tulisan kelompok tersebut diatas yang berada di Jembatan Layang
Pasupati. Kedua belas tulisan kelompok tersebut terdiri dari tiga tulisan
kelompok XTC (Exalt to Creativity), tiga tulisan kelompok BRIGEZ, tiga
tulisan kelompok M2R (Moonraker) dan tiga tulisan kelompok GBR (Grab on
Road).
Pada bagian kajian isi tulisan kelompok tersebut diatas, akan
dikaji isi tulisan berdasarkan keberadaan atau pencantuman tulisan nama
kelompok, inisial wilayah, inisial nama anggota, dan slogan. Kemudian isi
tulisan kelompok tersebut akan dikaji berdasarkan bentuk huruf, warna,
komposisi dan ukuran.
74
4.1.1 Kajian Isi Tulisan Kelompok XTC (Exalt to Creativity) di Jembatan Layang Pasupati
75
V
V
Tabel 11. Kajian Isi Tulisan XTC
V
V
V V V
V
V V
V V
V Nama
Kelompok
Inisial Wilayah
Inisial Nama Anggota
76
4.1.2 Kajian Isi Tulisan Kelompok BRIGEZ di Jembatan Layang Pasupati
77
Tabel 12. Kajian Isi Tulisan BRIGEZ
V V
V V V
V V
V
V Nama
Kelompok
Inisial Wilayah
Inisial Nama Anggota
78
4.1.3 Kajian Isi Tulisan Kelompok M2R (Moonraker) di Jembatan Layang Pasupati
79
Tabel 13. Kajian Isi Tulisan M2R
V V
V V V
V V
V Nama
Kelompok
Inisial Wilayah
Inisial Nama Anggota
80
4.1.4 Kajian Isi Tulisan Kelompok GBR (Grab on Road) di Jembatan Layang Pasupati
81
V
Tabel 14. Kajian Isi Tulisan GBR
V
V V
V
V V
V Nama
Kelompok
Inisial Wilayah
Inisial Nama Anggota
4.2 Kajian Kesan dan Fungsi Tulisan Nama Kelompok XTC (Exalt to Creativity),
BRIGEZ, M2R (Moonraker) dan GBR (Grab on Road) di Jembatan Layang
Pasupati
Pada bab ini akan dikaji salah satu isi dari tulisan kelompok XTC
(Exalt to Creativity), BRIGEZ, M2R (Moonraker), GBR (Grab on Road) di
Jembatan Layang Pasupati, yaitu tulisan nama kelompok. Tulisan nama
kelompok tersebut diatas akan dikaji faktor non-fisiknya sebagai sesuatu
yang tersirat, yaitu kesan sebagai hasil akhirnya.
Semua tulisan nama kelompok XTC (Exalt to Creativity), BRIGEZ,
M2R (Moonraker), GBR (Grab on Road) di Jembatan Layang Pasupati akan
dikaji dengan teori tipografi sebagai pisau bedah dan referensinya, teori
tipografi yang digunakan pada bab ini yaitu anatomi huruf, keluarga huruf
(berat, proporsi, kemiringan) menurut Danton Sihombing (2001), dan
klasifikasi umum (berdasarkan sejarah dan bentuk huruf) menurut
Alexander Lawson (dalam Rustan, 2011). Masing-masing tulisan nama
kelompok akan dideskripsikan berdasarkan anatomi hurufnya, kemudian
masing-masing tulisan nama kelompok akan dikaji berdasarkan faktor
fisiknya sebagai sesuatu yang terlihat, yaitu keluarga huruf (berat, proporsi,
kemiringan). Dari berat, proporsi, kemiringan huruf masing-masing tulisan
nama kelompok yang telah dikaji dapat ditemukan kesan yang tersirat.
Selain dikaji berdasarkan keluarga huruf (berat, proporsi, kemiringan),
masing-masing tulisan nama kelompok akan dikaji berdasarkan sejarah dan
masing-masing tulisan nama kelompok yang telah dikaji dapat ditemukan
kesan yang tersirat.
Selain itu tulisan nama kelompok tersebut di atas akan dikaji
berdasarkan kegunaan yaitu figur informatif, figur identitas dan simbol
(Rama Kertamukti, 2011). Untuk menentukan tulisan nama kelompok
tersebut diatas memiliki fungsi sebagai figur informatif dan figur identitas
akan dikaji legibility dan readibility sebagai penentu apakah suatu
huruf/karakter legible, dan apakah suatu tulisan readible. Selain itu untuk
menentukan Tulisan nama kelompok tersebut diatas memiliki fungsi
sebagai simbol akan dikaji bentuk hurufnya apakah memiliki bentuk khas
(mudah untuk dikenali karena mengandung nilai perbedaan dengan yang
lain) dan apakah bentuk huruf merupakan asosiasi dari lambang/logotype
kelompok tersebut. Dari kajian tersebut diatas dapat ditentukan apakah
tulisan nama kelompok tersebut memiliki fungsi sebagai figur informatif,
84
4.2.1 Kajian Kesan dan Fungsi Tulisan Nama Kelompok XTC (Exalt to Creativity) di Jembatan Layang Pasupati
Anatomi Huruf
1 hairline stroke/leg pada huruf „X‟ dibuat bersudut tajam,
diagonal dan tebal, 2 stem stroke pada huruf „X‟ dibuat
diagonal dan tebal, 3 stem stroke pada huruf „T‟ dibuat
horisontal dan tebal, 4 hairline stroke pada huruf „T‟ dibuat
vertikal dan bersudut tajam, 5 bowl pada huruf „C‟ dibuat
vertikal dan tebal, 6 hairline pada huruf „C‟ dibuat bersudut
tajam dan tebal.
a. Kajian Kesan Tulisan Nama Kelompok Berdasarkan Keluarga Huruf (Danton Sihombing, 2001)
Kemiringan Proporsi
Extended Reguler
Tulisan Nama Kelompok XTC
(Exalt to Creativity)
Extended Berat
Bold
V Reguler
85
Berdasarkan perbandingan tinggi huruf dan lebar stroke huruf (X=100%:25%, T=100%:30%, C=100%:30%) pada
tulisan nama kelompok XTC pertama, berat huruf masuk kedalam kelompok bold. Sehingga hasil keseluruhannya berkesan berat.
Selain itu berdasarkan perbandingan tinggi huruf dan lebar huruf (X=100%:90%, T=100%:79%, C=100%:85%) pada
tulisan nama kelompok XTC pertama, huruf tersebut tidak masuk kedalam kelompok proporsi manapun baik itu
condensed, reguler atau extended. Sehingga hasil keseluruhannya berkesan tidak proporsional.
b. Kajian Kesan Tulisan Nama Kelompok Berdasarkan Sejarah dan Bentuk Huruf
(Alexander Lawson dalam Surianto Rustan, 2011)
Display
Berdasarkan anatomi huruf yang dimiliki huruf pada tulisan nama kelompok XTC pertama, huruf tersebut masuk kedalam bentuk huruf modern, karena huruf lepas sama sekali dari sifat kaligrafis. Sehingga hasil keseluruhannya berkesan modern.
Script Sans Serif
V
Slab Serif Modern
V
Transitional Old Style
Humanist Black letter
86
Selain itu berdasarkan anatomi huruf yang dimiliki huruf pada tulisan nama kelompok XTC pertama, huruf tersebut
masuk kedalam bentuk huruf sans serif, karena huruf tidak memilki serif, tidak memiliki dekorasi, selain itu memilliki bentuk geometris mendekati bentuk-bentuk dasar (segi empat, segitiga, lingkaran). Sehingga hasil keseluruhannya berkesan mekanis dan penolakan terhadap nilai-nilai lama.
Selain itu berdasarkan anatomi huruf yang dimiliki huruf pada tulisan nama kelompok XTC pertama, tulisan
tersebut mengadaptasi/mengadopsi dari bentuk black letter, karena karakter huruf dibuat berdempet-dempetan
sehingga hasil keseluruhannya berkesan berat.
c. Kajian Fungsi Tulisan Nama Kelompok Berdasarkan Kegunaan (Rama Kertamukti, 2011)
Simbol
Bentuk Asosiasi
V
Tulisan XTC pertama memiliki legibility yang cukup baik, setiap huruf/karakter mudah untuk dikenali dan
dibedakan. Perbedaan huruf/karakter „X‟, „T‟ dan „C‟ cukup jelas satu dan lainnya, sehingga huruf/karakter pada
tulisan XTC tersebut legible. Selain itu tulisan XTC pertama memiliki readibility yang cukup baik, seluruh tulisan XTC tersebut mudah dibaca atau dengan kata lain readible walaupun setiap huruf/karakter pada tulisan XTC tersebut berdempetan. Berdasarkan huruf/karakter yang legible dan keseluruhan tulisan yang readible tulisan XTC pertamamemiliki fungsi sebagai figur informatif dan figur identitas.
87
Tulisan XTC pertama memiliki bentuk khas yang menjadi pembeda dengan tulisan kelompok lainnya dengan
bentuk yang bersudut tajam pada beberapa anatomi huruf, seperti hairline stroke pada huruf „X‟. Stem stroke pada
huruf „T‟ dan hairline stroke pada huruf „C‟. Selain itu ketiga huruf „X‟, „T‟ dan „C‟ dibuat berdempetan. Selain itu
tulisan XTC pertama memiliki bentuk yang merupakan asosiasi atau mengadaptasi dari lambang/logotype
kelompok XTC tersebut. Berdasarkan bentuk huruf/karakter yang khas dan bentuk asosiasi dari lambang/logotype
kelompok tersebut,tulisan XTC pertamamemiliki fungsi sebagai simbol.
88
Anatomi Huruf
1 stem stroke pada huruf „X‟ dibuat tebal dan diagonal, 2
hairline stroke pada huruf „X‟ dibuat tipis dan diagonal, 3
stem stroke pada huruf „T‟ dibuat tebal dan horisontal, 4
hairline stroke pada huruf „T‟ dibuat tipis dan vertikal, 5 bowll
pada huruf „C‟ dibuat melengkung/melingkar dan tebal, 6
hairline stroke pada huruf „C‟ dibuat tipis dan sedikit
melengkung.
a. Kajian Kesan Tulisan Nama Kelompok Berdasarkan Keluarga Huruf (Danton Sihombing, 2001)
Kemiringan Proporsi
Extended Reguler
Tulisan Nama Kelompok XTC
(Exalt to Creativity) 2
Extended Berat
Bold
V Reguler
89
Berdasarkan perbandingan tinggi huruf dan lebar huruf (X=100%:87%, T=100%:57%, C=100%:63%) pada tulisan
nama kelompok XTC kedua, huruf tersebut tidak masuk kedalam kelompok proporsi manapun baik itu condensed,
reguler atau extended. Sehingga hasil keseluruhannya berkesan tidak proporsional.
Selain itu berdasarkan perbandingan tinggi huruf dan lebar stroke huruf (X=100%:30%, T=100%:30%, C=100%:30%)
pada tulisan nama kelompok XTC kedua, berat huruf masuk kedalam kelompok bold. Sehingga hasil keseluruhannya
berkesan berat.
b. Kajian Kesan Tulisan Nama Kelompok Berdasarkan Sejarah dan Bentuk Huruf
(Alexander Lawson dalam Surianto Rustan, 2011)
Display
Berdasarkan anatomi huruf yang dimiliki huruf pada tulisan nama kelompok XTC kedua, huruf tersebut masuk kedalam bentuk huruf modern, karena huruf lepas sama sekali dari sifat kaligrafis. Sehingga hasil keseluruhannya berkesan modern.
Script Sans Serif
V
Slab Serif Modern
V
Transitional Old Style
90
Selain itu berdasarkan anatomi huruf yang dimiliki huruf pada tulisan nama kelompok XTC kedua, huruf tersebut
masuk kedalam bentuk huruf sans serif, karena huruf tidak memilki serif, tidak memiliki dekorasi, selain itu memilliki bentuk geometris mendekati bentuk-bentuk dasar (segi empat, segitiga, lingkaran). Sehingga hasil keseluruhannya berkesan mekanis dan penolakan terhadap nilai-nilai lama.
c. Kajian Fungsi Tulisan Nama Kelompok Berdasarkan Kegunaan (Rama Kertamukti, 2011)
Simbol
Bentuk Asosiasi
Tulisan XTC kedua memiliki legibility yang kurang baik, setiap huruf/karakter tidak mudah untuk dikenali dan
dibedakan terutama huruf „X‟. Perbedaan huruf/karakter „X‟, „T‟ dan „C‟ tidak jelas satu dan lainnya, sehingga
huruf/karakter pada tulisan XTC tersebut tidak legible. Selain itu tulisan XTC kedua memiliki readibility yang kurang baik, seluruh tulisan XTC tersebut sulit dibaca atau dengan kata lain tidak readible karena salah satu
huruf/karakter pada tulisan XTC tersebut yaitu huruf „X‟. Berdasarkan huruf/karakter yang tidak legible dan keseluruhan tulisan yang tidak readible, tulisan XTC kedua tidak memiliki fungsi sebagai figur informatif dan figur
Bentuk Khas
V Figur Identitas
Readible Legible
Figur Informatif