Laporan Pengantar Tugas Akhir
PERANCANGAN IDENTITAS VISUAL PARIWISATA
MAJALENGKA
DK 38315/Tugas Akhir SEMESTER II 2011-2012
Oleh :
Rajiv Zulfikar 51906164
Program Studi Desain Komunikasi Visual
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
ABSTRAK
PERANCANGAN IDENTITAS VISUAL PARIWISATA MAJALENGKA
Oleh:
Rajiv Zulfikar 51906164
Program Studi Desain Komunikasi Visual
Istilah logo dalam satu dasawarsa terakhir semakin sering disebut dan mendapat perhatian. Hal ini terjadi karena pada era globalisasi sekarang, orang sulit membedakan diantara begitu banyaknya produk dan jasa pelayanan. Sejalan dengan kompetisi ketat yang menghadirkan pilihan-pilihan, maka perbedaan (diferensiasi) menjadi hal yang mutlak.
Ketika logo dikaitkan dengan pariwisata sebuah kota, maka harus bisa mengkomunikasikan dengan jelas seperti apa kota tersebut, apa saja yang dimilikinya, dan mengapa kota tersebut patut mendapat perhatian. Sehingga siapapun yang bertandang ke kota tersebut, atau penduduk kota itu sekalipun, dapat memaparkan secara singkat citra kota tersebut.
Selain itu, perwujudan identitas visual akan menjadi elemen yang sangat vital, bukti bahwa eksistensi dari Majalengka dengan segala potensi yang dimilikinya tersebut benar-benar ada. Identitas visual ini akan menjadi wajah sekaligus pembeda majalengka dengan kota-kota lainnya di Indonesia.
Dengan media utamaa adalah logo pariwisata, media pendukung untuk logo tersebut adalah website pariwisata, media bergerak, alat tulis kantor, billboard, sistem rambu, dan cinderamata khas Majalengka.
ABSTRACT
DESIGN OF THE MAJALENGKA LOGO OF TOURISM
By:
Rajiv Zulfikar 51906164
Study Programme Visual Communication Design.
Majalengka is a potential state in eastern West java. Its potentials include traditional arts, culture, industrial product and tourism. However, all of the potentials hasn’t been fully optimalized, that’s because Majalengka doesn’t have the right tools to communicate their potentials to the world.
When logo is connected with a tourism of a city, it must be able to communicate clearly what the city looks like, what it has, and why the city deserves an attention. So everyone who comes to the city, even the citizen of the city itself can describe shortly and clearly about the image of the city. Then logo would be a vital element, prove of the existence of Majalengka with all of its potentials. This logo would be the face and differentiation of Majalengka to the other cities in Indonesia.
With the logo as the main media. Tourism website, mobile media, stationary kits, billboard, sign system and Majalengka special souvenirs would fits the logo as supporting medias..
Keyword: Tourism, Majalengka, Logo.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan karunia dan hidayahnya baik berupa kekuatan, semangat dan
perlindungan. Sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir dengan
judul “Perancangan Identitas Visual Pariwisata Majalengka”.
Laporan tugas akhir ini disusun melalui suatu proses kerja yang cukup panjang serta
mengalami berbagai rintangan, tantangan dan hambatan,.namun Penulis akhirnya
dapat melalui itu semua, sehingga Penulis dapat menyelesaikannya. Ini semua dapat
dilakukan dengan bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangannya, baik dari segi
materi serta visual yang ditampilkan, untuk itu penulis sangat berterima kasih kepada
pembaca jika sudi kiranya memberikan kritik serta saran atas laporan tugas akhir ini.
Bandung, Juli 2012
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Abstrak
Kata Pengantar………. i
Daftar Isi...……….. ii
Daftar Tabel……….. iv
Daftar Gambar... v
Daftar Lampiran... vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah……… 1
1.2.Identifikasi Masalah……… 2
1.3.Fokus Permasalahan……….. 3
1.4.Maksud dan Tujuan Perancangan……….. 3
BAB II KABUPATEN MAJALENGKA II.1 Keadaan Umum Kabupaten Majalengka ………... 4
II.1.1 Keadaan Geografis ………... 4
II.1.2 Penduduk ………... 5
II.1.3 Kesenian Daerah ………. 6
II.1.4 Wisata Alam ……… 6
II.1.5 Wisata Budaya ……… 6
II.1.6 Produk Industri Majalengka ……… 7
II.2 Sejarah Majalengka ………... 8
II.3 Visi dan Misi ………... 10
II.4 Potensi Kabupaten Majalengka ………... 11
II.4.1 Posisi Wilayah Yang Strategis ………. 12
II.4.4 Karakteristik Budaya Lokal. ……… 13
II.5 Landasan Teori……… 13
II.5.1 Logo………. 13
II.5.2 Brand……… 28
II.5.3 By Line………. 29
II.5.4 Tag Line……….. 29
BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1. Strategi Perancangan………. 31
III.1.1 Pendekatan Komunikasi ……… 33
III.1.2 Elemen Visual ………... 35
BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA IV.1. Aplikasi Pada Media Alat Tulis Kantor……….. 40
IV.2.Aplikasi Media Pada Baju Seragam... 43
IV.3. Aplikasi Pada Media Bergerak………. 43
IV.4. Aplikasi Pada Media Souvenir……… 44
IV.5. Aplikasi Pada Sistem Rambu... 45
IV.6. Aplikasi Pada Billboard...……….. 46
IV.7. Aplikasi Pada Web dan Jejaring Sosial…....……… 46
DAFTAR PUSTAKA………. 47
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara yang sedang berkembang, menggali setiap potensi yang dimiliki, baik dari sumber daya alamnya, maupun sumber daya manusianya, itu bisa terlihat dari program pariwisata yang dilaksanakan pemerintah setiap tahunnya, dari mulai “Visit Indonesia 2008 – 2010” dan sekarang “Wonderful Indonesia 2011”. Program yang sebenarnya tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan sektor pariwisata, tetapi juga non pariwisata.
Beberapa daerah di Indonesia mulai melaksanakan program yang sejalan dengan program tersebut, termasuk Majalengka yang kini sedang melaksanakan pembangunan dibeberapa bidang yang nantinya diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Majalengka.
Majalengka memiliki banyak potensi pariwisata, baik itu pariwisata alam maupun pariwisata industri. Menurut informasi dari Dinas Pemuda, Olah Raga, Budaya dan Pariwisata (Disporabudpar) Majalengka, Majalengka memiliki setidaknya 15 (lima belas) wisata alam, 8 (delapan) wisata budaya, Majalengka juga memiliki setidaknya 11 (sebelas kesenian asli daerah) dan 9 (sembilan motif batik) asli Majalengka.
Pengembangan potensi-potensi pariwisata tersebut juga didukung oleh Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 11 Tahun 2011 tantang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabuaten Majalengka 2011-2031 yang sudah mulai disosialisasikan dan dilaksanakan.
Menurut data yang didapat dari Bappeda Kabupaten Majalengka, pengembangan potensi-potensi daerah tersebut setidaknya didukung oleh empat proyek besar yang sedang dilaksanakan oleh Majalengka saat ini, diantaranya;
2. Pembangunan Bandara Internasional Kertajati.
3. Pembangunan Kawasan Strategis Provinsi Koridor Cirebon-Bandung. Proyek-proyek tersebut nantinya diharapkan akan menjadikan Majalengka sebagai kabupaten tujuan pariwisata, yang nantinya akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat majalengka itu sendiri.
Dengan banyaknya potensi pariwisata di Majalengka dan pengembangan infrastruktur pendukung pariwisata juga kebijakan Perda Majalengka tentang pengembangan Tata Ruang Wilayah, diperlukan adanya identitas visual yang menjadi alat komunikasi kepada masyarakat Majalengka dan diluar Majalengka untuk menyampaikan semua potensi tersebut.
I.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, didapatkan identifikasi masalah sebagai berikut :
2. Tidak berkembangnya objek pariwisata dan produk unggulan Majalengka dikarenakan tidak adanya dukungan pemerintah yang berkaitan dengan pengadaan informasi yang layak dan menarik mengenai pariwisata Majalengka ke dunia luar.
3. Tidak adanya pengadaan informasi menjadikan objek pariwisata Majalengka yang dikunjungi wisatawan hanya objek-objek tertentu saja, hal ini menimbulkan kesan bahwa Majalengka hanya punya sedikit tempat wisata.
4. Banyaknya objek pariwisata yang kurang terawat karena sepi pengunjung.
5. Belum adanya penggalian-penggalian potensi-potensi pariwisata baru di Majalengka, sehingga terkesan pariwisata Majalengka kurang variatif.
I.3 Fokus Permasalahan
Perumusan masalah dalam makalah ini akan dibatasi dalam hal “Perancangan Identitas Visual Pariwisata Majalengka”. Hal ini dilatar belakangi oleh belum adanya perwujudan identitas visual yang mewakili pengembangan Pariwisata Kabupaten Majalengka.
I.4 Tujuan Perancangan
Tujuan dari Perancangan Identitas Visual Pariwisata Majalengka adalah: 1. Menyampaikan citra Majalengka yang penuh potensi ke luar
Majalengka.
BAB II
KABUPATEN MAJALENGKA
II.1. Keadaan Umum Kabupaten Majalengka
Kabupaten Majalengka, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat,
Indonesia. IbuKabupatennya adalah Majalengka. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Indramayu di utara, Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Kuningan di timur, Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya di selatan, serta Kabupaten Sumedang di barat.
Kabupaten Majalengka terdiri atas 26 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Majalengka. Kantor Bupati terletak di Pendopo, selatan dari Alun-alun Majalengka.
II.1.1 Keadaan Geografis
Menurut Data yang didapat dari Bappeda Majalengka, kondisi Geografis Majalengka terbagi dalam 3 zona daerah yaitu : daerah pegunungan dengan ketinggian 500-857 m di atas permukaan laut dengan luas 482,02 Km² atau 40,03 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Majalengka; daerah bergelombang/berbukit dengan ketinggian 50-500 m diatas permukaan laut dengan luas 376,53 Km² atau 31,27 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Majalengka dan daerah daratan rendah dengan ketinggian 19-50 m diatas permukaan laut dengan luas 345,69 Km² atau 28,70 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Majalengka. Kondisi ini memungkinkan tumbuh suburnya potensi sumber daya alam yang
melimpah seperti sayuran, buah buahan, pangan juga sektor pariwisata. Daerah dataran rendah yang rata ditunjang dengan posisi yang sangat strategissebagai wilayah penghubung 4 Kabupaten yakni Sumedang, Indramayu, Cirebon dan Kuningan, sangat potensial dikembangkan
Pemerintah Propinsi Jawa Barat melihat Majalengka sebagai salah satu prioritas pembangunan infrastruktur untuk menompang percepatan pembangunan termasuk mega proyek pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat yang akan dibangun di kecamatan Kertajati, serta sentra untuk relokasi berbagai industri dan konsep pengembangan Kertajati Aero City
yang terintegrasi dengan berbagai fasilitas seperti pemunkiman, universitas, rumah sakit, pusat perbelanjaan, bussines center, resort, sarana hiburan dan rekreasi.
Perda No. 11 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Majalengka 2011-2031 menyebutkan, kondisi obyektif ini akan mendorong percepatan pembangunan secara signifikan, sehingga Majalengka dituntut berkembang untuk menselaraskan dan mensinergikan dengan percepatan pembangunan tersebut secara lebih komperhensif meliputi pembangunan SDM, Infrastruktur, ekonomi kerakyatan berbasis Agribisnis serta industri kecil dan menengah dan berbagai bidang lainnya termasuk bidang pemerintahan untuk terciptanya sistem birokrasi yang baik, profesional, bersih dan akuntabel sehingga dapat meningkatkan pelayanan umum berdasarkan standard pelayanan minimal sebagai salah satu misi untuk meraih kepercayaan publik sehingga pemerintah dengan rakyat seiring dan berjalan untuk bersama-sama mewujudkan visi Kabupaten Majalengka yang Relegius Maju dan Sejahtera.
II.1.2 Penduduk
Sebagian besar penduduk Majalengka adalah Suku Sunda, dan bertutur menggunakan Bahasa Sunda. Namun untuk wilayah Majalengka utara
II.1.3 Kesenian Daerah
Sebagai wilayah yang dilalui oleh dua kebudayaan besar yaitu Sunda & Jawa maka Kabupaten Majalengka memiliki 11 keragaman seni budaya yaitu Sampyong, Wayang Golek, Gaok, Jaipong, Sintren, Kacapian, Tarling, Tari Topeng Klasik, Kuda Renggong, Gembyung dan Goong Renteng.
II.1.4 Wisata Alam
Majalengka memiliki setidaknya 15 tempat tujuan wisata alam yang menarik, tempat-tempat tersebut yaitu Curug Muara Jaya, Curug Sawer,
Air Terjun Cibali, Air Terjun Cilutung, Curug Tonjong, Situ Sangiang, Situ Janawi, Talaga Herang, Talaga Loa, Situ Cipanten, Situ Cikuda, Situ Batu, Gunung Batu Tilu, Kebun The Cipasung, Pendakian Gunung Ciremai dan Panorama Cikebo.
No Wisata Alam Keterangan Tempat
1
Desa Argamukti (Apuy), Kecamatan Argapura Desa Argalingga, Kecamatan Argapura Desa Gunung Kuning, Kecamatan Sindang Desa Padaherang, Kecamatan Sindangwangi Desa Malausma, kecamatan Malausma Desa Jatimulya Kecamatan Kasokandel Desa Cipasung Kecamatan Lemahsugih Desa Argamukti (Apuy), Kecamatan Argapura Desa Tegal Sari, Kecamatan Maja
Tabel 1. Wisata Alam Di Majalengka
II.1.5 Wisata Budaya
Makam Eyang Natakusuma, Makam Buyut Israh, Sumur Sindu, Sumur, Dalem, Makam Pangeran Muhammad.
No Wisata Budaya Keterangan Tempat
1
Desa Talaga Wetan, Kecamatan Talaga Desa Panjalin Kidul, Kecamatan Sumberjaya Desa Pajajar, Kecamatan Rajagaluh
Desa Sumber Wetan, Kecamatan Jatitujuh Desa Talaga Wetan, Kecamatan Talaga Desa Sukasari Kidul, Kecamatan Argapura Desa Sumber Wetan, Kecamatan Jatitujuh Desa Pilangsari, Kecamatan Jatitujuh Desa Cicurug, Kecamatan Majalengka Tabel 2. Wisata Budaya Majalengka
II.1.6 Produk Industri Majalengka
Majalengka memiliki potensi industri yang cukup menjanjikan, bahkan diantaranya, produk-produk tersebut sudah diakui secara nasional bahkan
dunia. Industri-industri yang ada di Majalengka antara lain industri kecap Majalengka, industri genting Jatiwangi yang sudah dikenal secara nasional, industri bola Kadipaten yang sudah diakui dunia.
Gambar 1. Motif Batik Majalengka
II.2 Sejarah Majalengka
Sesuai dengan SK. Bupati Daerah Tingkat II Majalengka Tanggal 1
September 1992 Perihal Penelusuran Kembali Sejarah Hari Jadi
Majalengka, Pada zaman kerajaan Hindu sampai dengan abad XV di
wilayah Kabupaten Majalengka terbagi menjadi 3 kerajaan :
1. Kerajaan Talaga dipegang oleh Sunan Corenda atau lebih dikenal
dengan sebutan Sunan Parung
2. Kerajaan Rajagaluh dipegang oleh Prabu Cakraningrat
3. Kerajaan Sindangkasih, rajanya adalah seorang puteri bernama Nyi
Rambutkasih.
Terdapat banyak cerita rakyat tentang ke-3 kerajaan tersebut yang sampai
dengan saat ini masih hidup di kalangan masyarakat Majalengka. Selain
cerita rakyat yang masih diyakini juga terdapat situs, makam-makam dan
benda-benda purbakala, yang kesemuanya itu selain menjadi kekayaan
Kerajaan Sindangkasih rajanya seorang putri yang memiliki paras nan
cantik dan molek bemama Nyi Rambutkasih adalah seorang yang
beragama Hindu. Kerajaan ini terletak secara geografis berada di
Majalengka. Nama Sindangkasih diambil dari Mandala Sindangkasih
yang semula tempat merupakan tempat kedudukan Ki Gedeng
Sindangkasih yang dijabat oleh puteranya yang bernama Ki Ageng
Surawijaya. Semula nama tempat ini terdapat di wilayah Cirebon yang
kemudian dibawa oleh penguasa ;yang dise.but Ki Gedeng Sindangkasih
yang lama berkedudukan di Sumedang Larang yaitu Majalengka sekarang
(menurut De Pacto Gelu dan Talaga). Nyi Gedeng Sindangkasih atau
disebut juga Nyi Ambetkasih dan lebih dikenal lagi adalah Nyi
Rambutkasih adalah seorang ratu yang cantik molek, memiliki
kemampuan dan keterampilan yang tinggi, dikagumi serta sangat
dihormati oleh rakyatnya adalah istri Prabu Siliwangi. la adalah orang
yang dipercaya oleh Prabu Siliwangi untuk memimpin rombongan yang
bermaksud pindah ke Pakuwan Pajajaran (Bogor sekarang), kemudian ia
menjadi penguasa di Sindangkasih sebagai ibukota Sumedang Larang.
Penguasa di Sindangkasih sebagaimana disebutkan di atas adalah Nyi
Rambutkasih. Sejak sekian lama Nyi Rambutkasih mencium akan
datangnya Pangeran Muhamad disertai ayahnya Pangeran Panjunan di
Sindangkasih dalam rangka mengadakan kegiatan penyebarluasan ajaran
agama Islam dan kegiatan ini disambut baik oleh, masyarakat setempat.
Di Padepokan Sindangkasih, Rambutkasih tengah mengadakan
pertemuan dengan semua perwira tinggi kerajaan sehubungan dengan
adanya kegiatan yang dilakukan oleh Pangeran Muhamad. Ketika rapat
khusus itu sedang berlangsung datanglah Pangeran Muhamad bersama
rombongan dengan maksud ingin ketemu dengan Nyi Rambutkasih
selaku ratu di Kerajaan Sindangkasih. Dengan ucapan
Alhamdulillahirrobiralamin, yang maksudnya Pangeran Muhamad merasa
sebagai penguasa di Sumedang Larang, tetapi dengan tidak diduga dalam
sekejap Nyi Rambutkasih menghilang.
Bersamaan dengan itu terlontarlah ucapan Pangeran Muhamad : “Madya
Langka” yang artinya putri cantik telah hilang (tidak ada),bersamaan
dengan hilangnya Nyi Rambut Kasih, Pohon Maja juga ikut menghilang,
kejadian itu disebut masyarakat dengan “Majae langka”, sehingga dari
kata-kata itu kemudian orang menyebutnya Majalengka. Sejak itulah
kemudian Pangeran Muhamad yang didampingi ayahnya Pangeran
Panjunan memerintah di Sumedang Larang/Sindangkasih, selanjutnya
pada tanggal 10 Muharam 910 H yang bertepatan dengan tanggal 7 Juni
1490 M, sesuai dengan perintah Sunan Gunung Jati yang berkedudukan
di Cirebon menetapkan Pangeran Muhamad.
Pada masa tuanya Pangeran Muhamad menetap di lereng gunung yang
berada di sebelah selatan Majalengka sampai akhir hayatnya gunung
tersebut kini dikenal dengan sebutan Gunung Margatapa. Adapun Siti
Armilah istri Pangeran Muhamad dimakamkan di belakang pendopo
(kantor Pemda) Kabupaten Majalengka, yang dikenal dengan sebutan Nyi
Gedeng Badori.
II.3 Visi dan Misi Kabupaten Majalengka
Kabupaten Majalengka memiliki sebuah tujuan dimana visi dan misi dibuat sebaik mungkin untuk dijadikan sebuah landasan ataupun acuan dalam pembangunan yang dilaksanakan di Kabupaten Majalengka. visi dan misi tersebut adalah:
1. Visi
Visi pembangunan di Kabupaten Majalengka hingga lima tahun ke depan (2009-2013) yaitu “Terwujudnya Kabupaten Majalengka Yang
Religius, Maju dan Sejahtera” (Remaja).
2. Misi
1. Meningkatkan kualitas kehidupan beragama dalam mewujudkan masyarakat Majalengka beriman dan bertaqwa.
2. Meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan yang merata dan terjangkau.
3. Mengembangkan ekonomi kerakyatan yang berbasis agribisnis. 4. Reformasi birokrasi bagi pemenuhan pelayanan umum.
5. Optimalisasi otonomi desa.
6. Meningkatkan pembangunan infrastruktur yang proporsional,
berkualitas dan berkelanjutan.
7. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat.
Sesuai dengan Visi dan Misinya, pembangunan di Kabupaten Majalengka akan mampu membangkitkan potensi sumber daya lokal, baik itu sumber daya alam maupun sumber daya manusia.
II.4 Potensi Kabupaten Majalengka
Majalengka memiliki banyak potensi, baik itu potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusi. Potensi-potensi ini selain menjadi objek pengembangan Kabupaten Majalengka, juga berfungsi sebagai tolak ukur terhadap program pembangunan di Kabupaten Majalengka.
Menurut Perda Majalengka No. 11 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Majalengka 2011-2031, kekuatan adalah potensi yang dimiliki daerah sebagai modal dalam pembangunan, Kabupaten Majalengka memiliki potrensi sebagai sumber kekuatan yang dapat didayagunakan dalam membangun. Adapun potensi strategis yang dimiliki
II.4.1 Posisi wilayah Kabupaten Majalengka yang Strategis
1. Dalam Tata Ruang Nasional (PP. Nomor 26 tahun 2008) tentang Tata Ruang Nasional, bahwa di Kabupaten Majalengka akan di bangun Bandara Sekunder Kertajati, dan disekitar akan dibangun pula Pelabuhan Laut Arjuna.
2. Dalam sistem perencanaan struktur tata ruang Propinsi Jawa Barat, Majalengka berada di antara Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Bandung dan PKN Cirebon dengan PKW Kadipaten (Majalengka), serta akses menuju Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Indramayu dan PKW Tasikmalaya. Rencana struktur tata ruang Provinsi Jawa Barat menunjukkan bahwa Kabupaten Majalengka memiliki posisi strategis yang penataannya lebih diprioritaskan.
1. Posisi strategis Kabupaten Majalengka didukung oleh beberapa kawasan strategis, sebagai berikut:
• Kawasan cepat tumbuh yaitu kawasan di sepanjang koridor Bandung-Cirebon, rencana jalan tol Cikopo-Palimanan, jalan tol Cisumdawu, dan kawasan sekitar bandara Majalengka serta poros Kadipaten-Majalengka.
• Kawasan potensial tumbuh yaitu kawasan di bagian Selatan:
Kabupaten Majalengka sepanjang koridor jalan Lemahsugih-Bantarujeg-Talaga-Cikijing.
II.4.2 Ketersediaan Sumber daya Alam yang Potensial
II.4.3 Jumlah penduduk yang relatif besar dan agamis
1. Jumlah penduduk Kabupaten Majalengka diperkirakan pada tahun 2013 mencapai 1.246.375 penduduk, dengan kualitas Sumber Daya Manusia yang semakin meningkat, adalah merupakan suatu potensi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
2. Mayoritas penduduk Kabupaten Majalengka adalah beragama Islam. Kedewasaan pemahaman agama telah mendorong masyarakat mengimplementasikan nilai-nilai agama dalam segala aspek kehidupan serta kerukunan hidup antar umat beragama dapat terjalin dengan baik.
II.4.4 Karakteristik Budaya Lokal.
Penduduk Majalengka memiliki khasanah dan keunikan dalam keragaman corak budaya. Potensi budaya daerah Kabupaten Majalengka tercermin dalam tatanan kehidupan masyarakat, corak kesenian, kreasi produk unggulan, bahasa maupun adat istiadat dan nilai-nilai kegotong royongan. Potensi keragaman budaya ini apabila dikelola secara bijaksana, dan demokratis dapat dijadikan sebagai modal dasar pembangunan.
II.5 Landasan Teori
II.5.1 Logo
1. Pengertian Logo
Milton Glesser. Pentagram (seperti dikutip Heldo Ramo, 2007) menyebutkan “Logo is the piont of entry to the brand”.
Logogram adalah simbol (Santosa 2002:70) ekspresi yang divisualkan secara grafis, dapat berupa objek tertentu atau huruf, dapat divisualkan secara kongkrit atau abstrak (Santosa 2002:102)
kesederhanaan. Kejelasan dan kesederhanaan penting karena mereka yang membaca tidak boleh dibingungkan oleh desain dari logo tersebut. Keseimbangan adalah penting karena hanya gambar yang benar-benar proporsional dan seimbang yang akan menyenangkan untuk dilihat. Daya penglihatan merupakan proses saling
mempengaruhi yang rumit, yang juga dipengaruhi penilaian. Kesesuaian sanat penting karena logo menunjukan transaksi dan fungsi perusahaan (Lip 1996:3).
Dengan cara sama perusahaan, atau lembaga harus di desain dengan
segala kualitas yang telah dijelaskan diatas untuk sebuah logo, sebab mereka juga akan menggambarkan produk suatu perusahaan karena itu penting bahwa desain logo memenuhi kondisi-kondisi dibawah ini :
Harus sesuai dengan kebudayaan. Logo harus menyandang citra yang diinginkan dan menunjukan keadaan sebenarnya atau kegiatan dari perusahaan atau instansi yang diwakili, serta menggambarkan sasaran komersial organisasi yang diwakilinya. Harus artistik, elegan, sederhana namun memiliki penekanan atau titik fokus. Desainnya harus harmonis. Harus menggabungkan tulisan/huruf yang tepat sehingga dapat menyampaikan pesan yang dimaksud secara logis dan jelas. (Lip 1996:4).
Bentuk logo harus sederhana, mudah dilihat, diingat, dan dihafal oleh anak kecil sekalipun. Harus akrab dan komunikatif, tidak menyinggung perasaan golongan maupun perorangan, harus mudah dicerna, tercapai pesan yang ingin disampikan. Untuk memperhatikan suatu logo, seorang pengendra mobil hanya membutuhkan waktu dua
detik guna melihat dan mengingatnya oleh karena itu bentuk, warna, dan ukuran harus sesederhana mungkin. (Kusmiati 1999:106)
Ada beberapa kriteria dalam penciptaan nama yang efektif menurut A. B. Susanto dan Himawan Wijanarko (Power Branding: Quantum,
1. Ketersediaan – Tidak mempunyai masalah legalitas nama.
2. Perlindungan – Memastikan bahwa nama merk dilindungi dari aspek legalitas.
3. Penerimaan – Dimana nama yang dipakai dapat diterima dan tidak menimbulkan penafsiran ganda .
4. Keunikan – Nama merk harus mencerminkan keunikan sehingga menunjukkan perbedaan dan mudah untuk diingat.
5. Menarik dan Bermakna – Dalam pemilihan nama haruslah menarik, penuh makna dan tingkat emosional.
6. Kredibilitas – Pemilihan nama harus mencerminkan manfaat. 7. Mudah dibaca – Nama harus mudah diucapkan, enak didengar,
dan mudah dieja.
8. Mudah direproduksi – Nama harus mudah direproduksi dalam semua media dan saluran komunikasi.
9. Daya tahan – Nama harus memiliki fleksibelitas dalam mengikuti perubahan budaya.
10.Kesesuaian dengan Simbol – Nama harus mendukung simbol untuk menunjukkan asosiasi yang diinginkan.
Nama merk yang baik yaitu nama merk yang dapat membangkitkan perasaan dan presepsi berupa kepercayaan, keyakinan, keawetan, kekuatan, status dan asosiasi lain yang diinginkan. Secara garis besar nama merk dipilih untuk membedakan sesuatu bentuk dengan bentuk yang lain. Melalui nama merk dapat menciptakan kegembiraaan, kebersamaan, kesatuaan, perdamaian dan lain sebagainya sehingga mempengaruhi presepsi dan perilaku masyarakat.
Beberapa kriteria dalam mengembangkan penyajian logo yang efektif melalui:
2. Penerimaan – Bentuk dan warna harus dipertimbangkan, sehingga dapat diterima diberbagai budaya.
3. Keunikan – Ditujukan untuk meminimalkan asosiasi-asosiasi yang sudah ada, yaitu mengurangi kerumitan dan memudahkan mengingat.
4. Menyatu – Dalam penyajian identitas visual harus dapat menyatu dengan informasi-informasi yang lain.
5. Fleksibilitas – Penyajian identitas visual harus bisa ditempatkan diberbagai media.
6. Mudah dikenal – Bentuk penyajian identitas visual harus akrab dalam berbagai budaya.
7. Abadi – Harus abadi dalam gaya dan tidak terjebak mengikuti tren sesaat.
8. Ringkas – Penyajian identitas visual harus ringkas dalam semua media. (Heldo Ramo 2007 : 27)
2. Bentuk Logo
Menurut John Murphy dan Michael Rowe. How to Design Trademarks and Logos. Ohio : North Light Book, 1998, mengklasifikasikan logo menurut bentuknya, klasifikasi tersebut adalah:
1. Name only logo
Sebuah logo yang hanya terdiri dari logo type saja, dimana penekanannya lebih kepada nama produk (event) atau logo yang hanya terdiri dari rangkaian huruf untuk memvisualisasikan sebuah nama. Logo jenis ini memberi pesan langsung kepada konsumen.
2. Name / symbol logo
Logo ini terdiri dari nama yang dituliskan dengan gaya tipografis geometris, tersusun atas bentuk geometris seperti oval, lingkaran atau kotak. Persyaratan untuk logo ini adalah nama harus cukup singkat dan dapat diadaptasikan karena elemen grafisnya sendiri tidak terlalu
berperan sebagai pembeda jika berdiri sendiri.
Gambar 3. Contoh Name / Symbol Logo
3. Initial letter logo
Logo yang menggunakan huruf awal (inisial) dari nama produk (event)
yang menjadikannya sebagai elemen utama dari logo tersebut
Gambar 4. Contoh Initial Letter Logo
4. Pictorial name logo
Logo yang menggunakan nama sebagai komponen penting sehingga bentuk keseluruhannya sangat unik karena bantuan elemen grafis.
5. Associative logo
Logo yang tidak mencantumkan nama produk (event) secara langsung, tetapi memiliki asosiasi langsung dengan nama produk (event) atau area aktivitasnya.
Gambar 6. Contoh Associative Logo
6. Allusive logo
Logo ini bersifat kiasan, dimana hubungan antara nama dan logo tidak langsung, sehingga logo ini sulit untuk dipahami. Tetapi allusive logo
dapat digunakan sebagai perhatian dalam kaitannya dengan masalah hubungan masyarakat, terutama saat logo ini mulai diperkenalkan, dimana pada logo ini terdapat inti (core) filosofi produk (event).
Gambar 7. Contoh Allusive Logo
7. Abstract logo
Logo yang dapat menimbulkan beraneka ragam kesan. Seringkali logo ini memiliki bentuk struktural yang menghasilkan ilusi optik. Walaupun tidak berhubungan langsung dengan produk (event) yang
Gambar 8. Contoh Abstract Logo.
3. Sifat Logo
Secara garis besar logo yang baik mempunyai beberapa sifat, diantaranya yaitu:
1. Memiliki asosiasi yang baik (positif), artinya logo tidak mengandung konotasi yang buruk (negatif) dan dapat memberikan gambaran terbaik tentang produk (event).
2. Tingkat abstraksi dapat dengan jelas ditangkap oleh target sasaran. 3. Close gestalt, merupakan pesan dasar logo yang ingin
disampaikan kepada konsumen.
4. Mempermudah pengenalan kepada masyarakat sehingga
memudahkan untuk diingat.
5. Jarak negatif, yaitu tingkat pemahaman terhadap gambar atau fenomena dasar sangat penting dalam merancang tanda-tanda secara efektif.
6. Tingkat reduksi, artinya logo akan sangat efektif bila dibuat dengan ukuran kecil tanpa merusak bentuk asli logo.
7. Sebuah logo yang berbobot adalah sebuah logo yang cenderung lebih sederhana.
8. Penggunaan warna tunggal secara umum dinilai lebih ekonomis, tetapi hal itu sangat tergantung pada tingkat kebutuhan. (Heldo Ramo 2007:25)
4. Elemen Estetis Pembentuk Logo
sering digunakan sebagai arahan saja, elemen grafis mampu mencapai bentuk abstrak, alamiah, non-objektif, ornamental maupun struktural. Elemen grafis terdiri dari:
1. Garis
Secara umum garis terdiri dari unsur-unsur titik yang juga mempunyai
peran tersendiri, unsur titik bisa juga mendukung keindahan. Bentuk garis bisa bersifat lurus atau lengkung, namun keduanya mempunyai bentuk dan karakter yang berbeda. Antara garis lurus dengan garis lurus lainnya juga bisa berbeda, misalnya berbeda dalam tekanan,
ketebalan dan letak. Masing-masing akan memiliki karakter tersendiri. Sifat garis yang umum dikenal yaitu lurus, lengkung dan bersudut. Dalam penggunaan, mempunyai arah seperti horisontal, vertikal, diagonal atau miring. Garispun mempunyai dimensi seperti tebal, tipis, panjang dan pendek, juga saling berhubungan dalam bentuk garis paralel atau sejajar, garis memancar atau radiasi dan garis yang saling berlawanan.
Garis Lurus, garis lurus digunakan sebagai penunjuk yang disertai kualitas tertentu, misalnya: kekuatan, kebersamaan, aspirasi, stabilisasi dan lain sebagainya.
Garis Vertikal, garis yang tegak lurus dimana memberi kesan kekuatan yang bergerak keatas, yaitu pada saat mata tergerak untuk melihat dari bawah ke atas memberikan kesan ketinggian yang nyata.
Garis Horisontal, yaitu garis yang terletak mendatar, sejajar dengan cakrawala atau horizon, memberi kesan ketenangan serta membuat mata seolah-olah digerakkan dari arah kiri ke kanan.
Garis Lengkung, merupakan garis lurus yang ditekuk atau dibengkokkan sehingga menyerupai suatu lengkungan, yang mampu menimbulkan kesan pada perasaan, yaitu kuat, lemah, sensitif, dan ekspresif.
Garis yang Belawanan, bila arah garis berlawanan secara tidak langsung akan terlihat ada perbedaan atau pertentangan dalam hal posisi. Perlawanan tersebut menghendaki adanya variasi dalam arah garis, dengan ukuran garis yang sama panjang atau tidak sama panjang.
Garis Transisi, yaitu garis yang dengan mudah dapat mengarahkan mata dari satu bidang kebidang yang lain. Contoh, suatu sudut siku-siku yang terbentuk dari dua buah garis berlawanan yaitu garis horisontal dan garis vertikal bisa memberi kesan kesederhanaan atau kekerasan. Namun kesan tersebut dapat diubah dan diperlunak dengan menambah garis lain, umpanya garis diagonal.
Garis yang Berselang-seling, berselang-seling yang dimaksudkan disini yaitu seperti siang dan malam, hitam dan putih. Jadi garis pendek bisa bergantian dengan garis panjang atau garis lurus berselang-seling dengan garis lengkung.
Garis Berirama, irama terjadi dari gerakan yang diperoleh dari pengulangan-pengulangan yang beraturan dari suatu elemen grafis. Secara abstrak pengulangan dari semua jenis garis, sehingga dapat menciptakan garis-garis berirama.
Garis yang Memancar, sebagai elemen grafis sifat memancar dari suatu garis mengandung sifat-sifat, seperti yang ada di alam antara
daun tumbuh-tumbuhan, garis yang memancar dari sudut siku-siku. (Kusmiati 1999:3)
2. Bentuk
Istilah bentuk atau form digunakan untuk menyatakan suatu bangun (shape) yang tampak dari suatu benda. Sebenarnya bentuk, massa dan
area, mempunyai arti yang sama. Begitu juga shape bila diartikan sebagai form, khususnya untuk benda-benda yang sifatnya dua demensional. Istilah “massa” lebih dikaitkan dengan benda-benda yang berbentuk dua maupun tiga dimensional. Bentuk (form) adalah tubuh
atau massa yang berisi garis-garis, sedangkan garis adalah bagian tepi atau garis tepi atau garis pinggir bentuk suatu benda atau biasa disebut “kontur benda”. Berdasarkan jenisnya bentuk dasar dapat dibagi menjadi:
Segitiga, merupakan lambang dari konsep trinitas, sebuah konsep religius yang berdasarkan pada tiga unsur alam semesta yaitu Tuhan, manusia dan alam. Secara umum bentuk dari segitiga mencerminkan asosiasi kekuatan, agresi, pergerakan, dinamis dan perasaan maskulin. Selain itu segitiga juga bisa melambangkan unsur api, agung, bijaksana, agama, energi dan kekuatan.
Segiempat, secara umum bentuk segiempat memiliki asosiasi keteraturan dan keamanan, selain itu bentuk segiempat bisa juga melambangkan tanah dan perasaan maskulin.
Lingkaran, Bentuk lingkaran memiliki asosiasi menyeluruh atau keseluruhan, keamanan, kesatuan dan ketahanan. Selain itu lingkaran juga bisa melambangkan kehangatan, perasaan wanita, kenyamanan
dan cinta. (Kusmiati 1999:6)
3. Warna
1. Warna menurut ilmu Fisika
Adalah sifat cahaya yang bergantung dari panjang gelombang yang dipantulkan benda tersebut. Benda yang memantulkan semua panjang gelombang terlihat putih, benda yang sama sekali tidak memantulkan terlihat hitam. Dispersi terjadi apabila sinar matahari melalui prisma
kaca yang berbentuk spektrum dan kecepatan menjalarnya tergantung pada panjang gelombangnya. Warna utama dari cahaya atau spektrum adalah biru, kuning dan merah dengan kombinasi-kombinasi yang dapat membentuk segala warna.
2. Warna menurut ilmu Bahan.
Adalah sembarang zat tertentu yang memberikan warna. Pigmen memberikan warna pada tumbuh-tumbuhan, hewan, juga pada cat, plastik dan barang produksi lainnya kecuali pada tekstil yang menggunakan istilah zat celup untuk mewarnainya. Suatu pigmen berwarna khas karena menghisap beberapa panjang gelombang sinar dan memantulkan yang lain. Pigmen banyak digunakan dalam industri, misalnya plastik, tinta karet dan lenolum.
Sebagai bagian dari elemen logo, warna memegang peran sebagai sarana untuk lebih mempertegas dan memperkuat kesan atau tujuan dari logo tersebut. Dalam perencanaan corporate identity, warna mempunyai fungsi untuk memperkuat aspek identitas. Lebih lanjut dikatakan oleh Henry Dreyfuss bahwa “warna digunakan dalam simbol-simbol grafis untuk mempertegas maksud dari simbol-simbol tersebut”. Sebagai contoh adalah penggunaan warna merah pada segitiga pengaman, warna-warna yang digunakan untuk traffic light
Kemampuan warna menciptakan impresi, mampu menimbulkan efek-efek tertentu. Secara psikologis J. Linschoten dan Drs. Mansyur menguraikan tentang warna, uraiannya sebagai berikut: Warna-warna itu bukanlah suatu gejala yang hanya dapat diamati saja, warna itu mempengaruhi kelakuan, memegang peranan penting dalam penilaian
estetis dan turut menentukan suka tidaknya kita akan bermacam-macam benda.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa warna, selain hanya dapat dilihat dengan mata ternyata mampu mempengaruhi
perilaku manusia, mempengaruhi penilaian estetis dan turut menentukan suka tidaknya seseorang pada suatu benda.
Berikut potensi karakter warna yang mampu memberikan kesan pada seseorang sebagai berikut:
Hitam, sebagai warna yang tertua (gelap) dengan sendirinya menjadi lambang untuk sifat gulita dan kegelapan (juga dalam hal emosi). Putih, sebagai warna yang paling terang, melambangkan cahaya,
kesulitan dsb.
Abu-abu, merupakan warna yang paling netral dengan tidak adanya sifat atau kehidupan spesifik.
Merah, bersifat menaklukkan, ekspansif (meluas), dominan (berkuasa), aktif dan vital (hidup).
Kuning, dengan sinarnya yang bersifat kurang dalam, merupakan wakil dari hal-hal atau benda yang bersifat cahaya, momentum dan mengesankan sesuatu.
Hijau, mempunyai sifat keseimbangan, membangkitkan ketenangan dan tempat mengumpulkan daya-daya baru.
Biru, sebagai warna yang menimbulkan kesan dalamnya sesuatu (dediepte), sifat yang tak terhingga dan transenden, disamping itu memiliki sifat tantangan.
Biru Tosca, mempunyai sifat, muda, menyegarkan, membangkitkan ketenangan dan tempat mengumpulkan daya-daya baru.
Dari sekian banyak warna, dapat dibagi dalam beberapa bagian menurut sistem warna Prang System yang ditemukan oleh Louis Prang pada 1876, bagian tersebut meliputi :
1. Hue, adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan nama dari suatu warna, seperti merah, biru, hijau dsb.
2. Value, adalah dimensi kedua atau mengenai terang gelapnya warna. Contohnya adalah tingkatan warna dari putih hingga hitam.
3. Intensity, seringkali disebut dengan chroma, adalah dimensi yang berhubungan dengan cerah atau suramnya warna.
(Heldo Ramo 2007:37)
Selain Prang System terdapat beberapa sistem warna lain yakni, CMYK atau Process Color System, Munsell Color System, Ostwald Color System, Schopenhauer/Goethe Weighted Color System,
Substractive Color System serta Additive Color/RGB Color System.
Diantara bermacam sistem warna diatas, kini yang banyak dipergunakan dalam industri media visual cetak adalah CMYK atau Process Color System yang membagi warna dasarnya menjadi Cyan, Magenta, Yellow dan Black. Sedangkan RGB Color System dipergunakan dalam industri media visual elektronika. (logoresource.com (dikutip Heldo Ramo, 2007))
Cara lain untuk membuat logo lain dari yang lain adalah dengan warna. Namun warna bukanlah medium yang bisa dengan mudah digunakan untuk membedakan logo. Namun perlu diperhatikan bahwa
warna tidak tercipta serupa di mata setiap orang. Warna diujung spektrum merah akan terfokus sedikit di belakang retina mata, karena warna merah akan terlihat bergerak kearah mata begitu melihatnya. Sebaliknya, warna di ujung spektrum biru akan terfokus sedikit di
begitu melihatnya. Warna biru merupakan kebalikan dari warna merah, dimana warna biru merupakan warna kedamaian dan ketenangan sedangkan warna merah didunia merk merupakan warna ritel yang banyak digunakan untuk menarik perhatian karena warna merah merupakan warna yang mendorong energi dan mengandung daya
tarik.(Heldo Ramo 2007 : 33)
Warna primer lain adalah warna-warna di antara keduanya, yaitu jingga yang lebih dekat ke warna merah daripada biru dan hijau yang lebih dekat ke biru daripada merah. Sedangkan kuning merupakan
warna netral, karena warna kuning berada di tengah-tengah panjang gelombang yang bisa didektesi mata, menjadikan warna kuning warna paling terang diantara warna lain. (ries 2000:127)
4. Tipografi
Huruf sebagai sebuah bentuk dapat diolah menjadi lebih indah atau didesain sedemikian rupa sesuai dengan nilai estetika dan fungsinya dengan membuat berbagai macam ekspresi dan menimbulkan impresi:
1. Merubah gaya, ketebalan huruf, ukuran, dan kemiringan. Mengunakan bentuk-bentuk geometris yang menggambarkan suatu bentuk huruf.
2. Membesarkan ukuran huruf-huruf dari kata, sehingga memenuhi seluruh halaman.
3. Membuat susunan komposisi dari bebrapa huruf, suatu kata atau kalimat sehingga membentuk suatu gambar yang mudah dikenal. 4. Membolak balikkan atau memiringkan posisi beberapa huruf
sedemikian rupa sehingga membentuk suatu gambar yang
diinginkan.
5. Melengkapi di dengan ilustrasi disekitar huruf sebagai sebagai huruf awal dimulainya suatu tulisan.
6. Membuat pengulangan-pengulangan bentuk huruf sehingga
7. Membuat kontras antara huruf berukuran besar dengan yang berukuran kecil.
8. Menggradasi, melebarkan, atau mengecilkan huruf-huruf dalam suatu rangkaian kata berselang-seling, sehingga terbentuk desain baru. Huruf besar huruf kecil dibuat berselang seling untuk
menciptakan irama baru. (Kusmiati1999:38)
Pengertian tipografi dari Manuale Typographicum yaitu seni memilih dan menata huruf dengan mengatur penyebarannya pada ruang-ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan khusus, sehingga dapat
menolong dalam kenyamanan membaca. Huruf merupakan elemen dasar dari tipograpi yang digunakan dalam berkomunikasi. James Craig mengklasifikasikan huruf menjadi beberapa bagian, antara lain, antara lain:
1. Roman, huruf ini memiliki ciri serif/kaki yang berbentuk lancip pada ujungnya. Huruf roman memiliki ketebalan dan ketipisan yang kontras pada garis-garis hurufnya. Sehingga menimbulkan kesan klasik, anggun, lemah gemulai dan feminim.
2. Egyptian, merupakan jenis huruf yang memiliki ciri serif/kaki yang berbentuk persegi, dengan ketebalan yang sama atau hampir sama. Sehingga menimbulkan kesan kokoh, kuat dan stabil.
3. Sant Serif, pengertian sant serif adalah tanpa serif/kaki, jadi huruf jenis ini tidak memiliki serif pada ujung huruf nya dan memiliki ketebalan huruf yang sama atau hampir sama, sehingga menimbulkan kesan moderen, kontemporer dan efisien.
4. Srcipt, huruf script menyerupai goresan tangan yang dikerjakan
dengan pena, kuas atau pensil. Biasanya ditulis miring ke kanan sehingga memberikan kesan sifat akrab dan pribadi.
dekoratif. Kesan yang ditimbulkan adalah dekoratif dan ornamental. (logoresource.com (dikutip Heldo Ramo, 2007))
1. Ruang (Space)
Ruang terjadi karena adanya presepsi mengenai kedalaman sehingga terasa jauh dan dekat, tinggi dan rendah, tampak melalui indra
penglihatan. Ruang kedalaman memang tidak terlihat, tetapi bisa menjadi nyata, dengan keberadaan benda-benda serta permukaan yang membatasi dan menegaskannya. (Kusmiati 1999:8)
2. Tekstur
Tekstur adalah sifat dan kualitas fisik dari permukaan suatu bahan, seperti kasar, mengkilap, pudar atau kusam, yang dapat diaplikasikan secara kontras, serasi atau berupa pengulangan-pengulangan untuk suatu desain. (Kusmiati 1999:8)
II.5.2 Brand
1. Pengertian Brand
Brand adalah suatu nama, istilah tanda lambang atau desain atau gabungan dari semua yang diharapkan menjadi identitas sehingga dapat dibedakan dengan produk lain yang sejenis (Santosa 2002:20).
Brand dalah sekumpulan aset fisik dan non fisik dari sebuah produk / corporate sehingga bisa terindikasi ke kekhasannya atau keunikannya.
Brand Identity adalah kualitas atau esensi brand yang diproyeksikan kepada lingkungan/pemerhatinya.
Brand Image adalah kualitas atau esensi brand yang dapat diapresiasi oleh pemerhatinya.
Branding adalah proses formulasi Brand Identity agar proses
1. Jenis – jenis Brand
Brand Name adalah nama atau merk dagang yang dapat di ucapkan. Seperti METRO TV, CRISTAL (Santosa 2002:20).
Brand Mark adalah merk yang tidak bisa di ucapkan berbentuk simbol contoh simbol apel dalam macintosh (Santosa 2002:20).
2. Strategi pengembangan Brand
Chief Representative Landor, Daniel Surya dalam majalah CAKRAM edisi khusus Top Brand Oktober 2004, berpendapat bahwa brand dibangun dalam beberapa tahap analisa yang disebut Powerful brand
identity yaitu mengenal 3 identitas merk antara lain :
• Mind identity
Adalah core value atau nilai-nilai hidupnya lembaga (tidak terlihat mata). Atau nilai-nilai yang diinginkan oleh lembaga.
• Behavior identity
Adalah kultur , tingkah laku perusahaan, pola pikir atau cara pandang dalam menilai sesuatu.
• Visual identity
Aspek- aspek komunikasi yang dapat dilihat oleh mata.
II.5.3 By Line
By line merupakan keterangan merk yang mengikuti nama merk dan biasanya tertera dibawah nama merk. By line secara jelas mengkomunikasikan bagaimana menempatkan suatu produk dalam benak konsumen. (wijanarko 2004: 85)
II.5.4 Tag Line
Berbeda dengan by line, tag line merupakan lini ekspresif yang
BAB III
STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL
III.1 Strategi Perancangan
Strategi perancangan identitas visual “Wonderful Majalengka” meliputi
tiga tahap penting, tahap-tahap tersebut adalah: Mind Identity, Behaviour
Identity, Visual Identity. Tahap-tahap ini diambil untuk memudahkan
proses perancangan identitas visual Wonderful Majalengka.
Mind Identity adalah proses analisa tata nilai lembaga, atau landasan nilai
yang diinginkan lembaga. Landasan nilai tersebut adalah visi dan misi
Kabupaten Majalengka. Visi dan Misi tersebut antara lain:
1. Visi
Terwujudnya Kabupaten Majalengka Yang Religius, Maju, dan
Sejahtera (Remaja).
2. Misi
• Meningkatkan kualitas kehidupan beragama dalam mewujudkan
masyarakat Majalengka beriman dan bertaqwa.
• Meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan yang merata dan
terjangkau.
• Mengembangkan ekonomi kerakyatan yang berbasis agribisnis.
• Reformasi birokrasi bagi pemenuhan pelayanan umum.
• Optimalisasi otonomi desa.
• Meningkatkan pembangunan infrastruktur yang proporsional,
berkualitas dan berkelanjutan.
• Meningkatkan pemberdayaan masyarakat.
3. Tujuan
Menjadikan Kabupaten Majalengka sebagai kawasan agribisnis,
pariwisata dan industri yang produktif, berdaya saing, dan
4. Positioning
Kabupaten Majalengka memposisikan dirinya sebagai Kabupaten yang
sedang tumbuh dan berproses disemua aspek untuk mencapai
tujuannya menjadi kawasan agribisnis, pariwisata, dan industri yang
produktif, berdaya saing dan berkelanjutan.
Behaviour Identity adalah proses observasi terhadap tingkah laku,
kebiasaan dan kegiatan sehari-hari masyarakat di Kabupaten
Majalengka. Kegiatan sehari-hari masyarakat Kabupaten Majalengka
adalah bertani, berladang, berdagang, dan berwirausaha dibidang
lainnya, sebagian juga berprofesi sebagai pegawai negeri sipil di
instansi pemerintah.
Masyarakat Majalengka juga mempunyai karakter religius, dinamis,
terbuka terhadap perubahan, menghargai perbedaan, kreatif dan
produktif.
Hasil analisa dari mind identity dan behaviour identity tersebut
dikembangkan menjadi aspek-aspek komunikasi visual. Pada akhirnya
hasil analisa tersebut menjadi salah satu acuan dalam perancangan
identitas visual Wonderful Majalengka yang kemudian diatur dalam
mekanisme pembuatan logo. Proses pengolahan ini adalah proses
Visual Identify.
Menurut Budi (3, 2008), sebelum mencapai tahap pembuatan logo,
proses yang dilakukan adalah merumuskan mekanisme perancangan
sebagai acuan dalam pembuatan logo. Hal ini dapat membantu
memudahkan pembuatan logo. Mekanisme tersebut yaitu:
1. Logo Tidak mempunyai masalah legalitas.
2. Logo harus mencerminkan objek yang diwakili dan memiliki
keunikan tersendiri.
III.1.1 Pendekatan Komunikasi
Data yang didapat dari riset yang telah dilaksanakan ini menjadi acuan
logo. Pembuatan logo dimulai dari konsep nama, logo, dan makna-makna
yang terkandung dalam elemen visual logo.
1. Nama
Nama Kabupaten Majalengka akan menjadi terlalu panjang, dan akan
menjadi kurang efektif untuk diingat, ditulis dan diucapkan. Sehngga
nantinya tidak akan menciptakan kesan bagi orang-orang yang melihat
logo tersebut. Maka nama Kabupaten Majalengka diganti menjadi
Majalengka, dengan menghilangkan kata Kabupaten didepannya, agar
memudahkan logo ini untuk diingat. Nama Majalengka akan menjadi
identitas yang mudah untuk ditulis dan diucapkan. Sedangkan untuk
memberikan kesan dan keunikan logo akan diperkuat oleh bayline yang
berfungsi untuk memperjelas objek.
2. Byline
Byline Majalengka adalah “Wonderful”. Konsep ini diambil sesuai dengan
tujuan dan positioning Majalengka yang menggambarkan keberagaman
potensi yang dimiliki oleh Majalengka. Selain itu konsep ini sesuai dengan
program pariwisata Indonesia yaitu Wonderful Indonesia.
• Core Idea
Perancangan logo Wonderful Majalengka terinspirasi dari program
pengembanga yang dilaksanakan oleh Kabupaten Majalengka. Program ini
juga didukung oleh Perda Majalengka nomor 11 tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Majalengka Tahun 2011-2031. Belum
adanya identitas visual yang mendukung program tersebut menjadi dasar
pemikiran yang menginspirasi pembuatan logo Wonderful Majalengka.
Agar penginformasian pengembangan potensi yang dilakukan Majalengka
bias dilaksanakan secara baik dan tepat.
Konsep perancangan logo dimulai dari pernyataan “Majalengka, a
Harmony Among Nature, Culture And Humanity” yang dalam bahasa
Budaya Dan Manusia”. Konsep ini diambil dari pendekatan langsung terhadap beberapa unsur yang berkaitan dengan Majalengka, baik unsur
fsik maupun non-fisik. Setelah itu didapatlah kata kunci yang mewakili
unsur-unsur tersebut.
Keselarasan
Majalengka memiliki banyak sumber daya, baik sumberdaya alam maupun
manusia. Dalam sumber daya alam, Majalengka menggali semua
sektornya dari mulai air, tanah dan udara. Sumberdaya manusia
Majalengka juga beragam, dari seni tradisi sampai industri kreatif yang
tidak dimiliki daerah lain.
Alam
Majalengka adalah sebuah kabupaten yang sebagian besar kegiatan
masyarakatnya sangat terkait dengan alam, seperti bertani, berladang dan
beternak. Majalengka juga dikenal sebagai kota angin, karena sebagan
besar manyarakatnya berprofesi sebagai petani dan peternak yang
mengandalkan angin sebagai penanda musim sebagai dimulainya suatu
kegiatan seperti bertani dan berladang, sehingga Majalengka dikenal
sebagai kabupaten agraris yang menghasilkan komoditi pertanian yang
sangat dikenal masyarakat Indonesia seperti sayuran dan buah-buahan.
Budaya
Majalengka adalah tempat yang sangat kental dengan budaya dan karakter
masyarakatnya yang mampu menerima perbedaan dan kemajuan dengan
pemikiran terbuka. Majalengka juga adalah tempat dimana keslarasan dan
toleransi antar umat beragama terwujud dengan baik. Keselarasan tersebut
menciptakan stabilitas dimasyarakat yang mendukung program
pengembangan Majalengka.
Manusia
Manusia merupakan subjek dan objek program pengembangan
Majalengka. Peran masyarakat majalengka akan menjadi sangat penting
Dari ketiga kata tersebut diambil analogi-analogi visual yang dapat
mewakili dan menggambarkan Majalengka.
Gambar 9. Konsep Visual Logo
Simbol-simbol tersebut diambil berdasarkan konsep yang telah dibuat,
menjadikan acuan pembuatan logo menjadi lebih mudah, akan tidak
menyimpang dari konsep awal. Visual yang terdapatdalam logo ini sangat
erat hubungannya satu sama lain dengan objek yang diteliti yaitu
Kabupaten Majalengka.
III.1.2 Elemen Visual
• Garis
Tarikan garis yang tegas dan jelas, garis lengkung merepresentasikan
kelenturan, memberikan kesan dinamis. Karena Pariwisata Majalengka
sedang berkembang kearah yang lebih baik.
• Bentuk
Gabungan dari garis lengkung ini menampilkan bentuk memancar
segitiga, sebagai elemen grafis sifat memancar dari suatu garis
merepresentasikan visi dan misi Majalengka yaitu Religius, Maju dan
Sejahtera (Remaja). Bentuk Segitiga, merupakan lambang dari konsep
trinitas, sebuah konsep religius yang berdasarkan pada tiga unsur alam
semesta yaitu Tuhan, manusia dan alam. Secara umum bentuk dari
perasaan maskulin. Selain itu segitiga juga bisa melambangkan unsur,
agung, bijaksana, agama, energi dan kekuatan. Dalam Ilmu arsitektur,
segitiga adalah bidang paling kuat, karena setiap sudutnya saling
menguatkan.
Gambar 10. Logo Terpilih
Bentuk keseluruhan dari pattern logo gram adalah penyederhanaan dari
bentuk angin, pengambilan angin sendiri adalah nama/sebutan lain
bagi Majalengka yaitu kota angin, hal ini berdasarkan penelitian yang
dilakukan dengan metode kuesioner kepada seratus orang sebagai
sampelnya:
NO. NAMA KECAMATAN JUMLAH
PENDUDUK
PERSENTASE (%) KUESIONER/RE
SPONDEN
1 LEMAHSUGIH 59689 4,6 5
2 BANTARUJEG 48032 3,7 4
3 CIKIJING 61719 4,8 5
4 TALAGA 49168 3,8 4
5 ARGAPURA 32650 2,4 2
6 MAJA 54008 4,2 4
7 MAJALENGKA 66872 5,2 5
8 SUKAHAJI 46004 3,6 4
9 RAJAGALUH 47034 3,6 4
10 LEUWIMUNDING 63117 4,9 5
11 JATIWANGI 87227 6,7 7
12 DAWUAN 46519 3,6 4
14 KERTAJATI 47861 3,7 4
Tabel 3. Sampel Dan Penyebaran Kuota Kuesioner Penelitian.
Rumus Perhitungan Kuota Kuesioner = Jumlah Penduduk Kecamatan x 100% Total Penduduk Kabupaten Penyebaran Kuesioner dilakukan dengan pertanyaan:
“Sebutan/Julukan/Brand apakah yang cocok untuk menggambarkan
Majalengka?”
Dari metode ini didapatlah hasil sebagai berikut:
No. Hasil Penelitan Jumlah Persentase (%)
1 Tabel 4. Hasil Kuesioner Peneliitian
Pattern Sayap tersebut merupakan penyederhanaan dari daun pohon
maja, hal ini karena pohon maja merupakan bagian dari sejarah yang
• Tipografi
Jenis huruf yang dipakai dalam logo ini adalah Glide, disesuaikan
dengan karakter Logo gram, merupakan jenis huruf sant serif,
pengertian sant serif adalah tanpa serif/kaki, jadi huruf jenis ini tidak
memiliki serif pada ujung huruf nya dan memiliki ketebalan huruf
yang sama atau hampir sama, sehingga menimbulkan kesan moderen,
kontemporer dan efisien, dinamis, lentur dan alami.
Gambar 11. Tipografi Logo
• Warna
Warna yang diambil berasal dari unsur-unsur visual yang terdapat di
Majalengka. Sesuai dengan konsep harmony atau keselarasan.
1. Jingga, mempunyai sifat selaras, kreatif, dinamis, dan
menyenangkan.
3. Biru Tosca, mempunyai sifat, muda, menyegarkan,
membangkitkan ketenangan dan tempat mengumpulkan daya-daya
baru.
4. Merah, bersifat kuat, meluas atau berkembang, maskulin, dominan,
aktif dan hidup.
5. Merah muda mempunyai sifat belajar, keindahan, cinta dan
feminin.
BAB IV
MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI
IV.1 Stationery Kits
Mencakup keperluan administrasi, surat menyurat.
Gambar 13. Aplikasi logo Pada Alat Keperluan Kantor
Surat Ukuran: A4 HVS, Teknis: cetak offset sparasi.
Amplop Ukuran: 22x10 cm HVS, Teknis: cetak offset sparasi,
Finishing: Pond dan Lem.
Kartu Nama Ukuran 8,5x5,5 cm, Art Paper, Teknis dan Finishing: cetak
offset sparasi.
Cakram Padat Proses dan Finishing:Printout Laser
Sticker.
Cover CD Art Paper, Ukuran: 12,5x12,5 cm, Proses:
cetak offet sparasi, Finishing: pond dan lem.
Name Tag PVC, Ukuran 12x7 cm, Proses: print
Transfer Paper, Finishing: Press-Cuting.
Ballpoint Alumunium, Proses dan finishing: Print
Transfer Paper.
Kartu ATM PVC, Ukuran: 8.7 X 5.6 cm, Proses dan
Finishing: print transfer paper.
Gambar 15. Aplikasi logo Pada Alat Keperluan Kantor
Folder Ukuran 23+5+23 cm X 33 cm, Art Paper 260gr, Proses:
cetak offset sparasi, Finishing: Laminasi Matte+Hard
Cover.
Map Ukuran: 24x34 cm, Art Paper, Proses dan finishing: cetak
offset sparasi.
Buku saku HVS, Ukuran: 10x16 cm, Teknis dan Finishing: cetak
Memo HVS, Ukuran: A5, Proses dan finishin: cetak offset sparasi.
Gambar 16. Aplikasi logo Pada Alat Keperluan Kantor
Desktop Komputer Dimensi: 1366 X 768 pixels.
Peta Pariwisata Ukuran: 24x34 cm, Art Paper, Proses dan
Finishing: cetak offset sparasi.
Brosur HVS, Ukuran: A4, Teknis dan finishing: cetak
offset sparasi.
Tiket Wahana Art Paper, Ukuran: 22x10 cm, Proses dan
IV.2 Baju Seragam
Gambar 17. Aplikasi Logo Pada Seragam
Polo Shirt Ukuran S, M, L, LL, XL, XXL dan All Size, Proses
dan Finishing: jahit dan Bordir.
Kemeja Lapangan Ukuran S, M, L, LL, XL, XXL dan All Size, Proses
dan finishing: jahit dan bordir.
Gambar 18. Aplikasi Logo Pada Media Bergerak.
Media pesawat dan mobil, Jenis: Cutting Sticker, Proses:
Printout+Laminasi Matte, Finishing: Press+Cutting.
IV.4 Cinderamata
Kaos Ukuran S, M, L, LL, Xl, XXL dan All Size,
Proses+Finishing Sablon Gel+jahit.
Mug Proses: Print transfer paper, Finishing: Press.
Shopping Bag Teknis Cetak offset sparasi dan sablon.
Bola Proses: Print, Finishing: Press.
Pin Glossy Paper+Laminasi Matte, Diameter: 4,2 cm,
Proses: Print, Finishing: Press.
IV.5 Sign System
Gambar 20. Aplikasi logo Pada Sistem Rambu
Gerbang Kantor Media: Neon Box, Ukuran: 60 X 30
cm.
Front Office Neon Box Ukuran: 100 X 50 cm.
Sistem Rambu Tempat Wisata Material Alumunium. Ukuran: 50 X
25 cm, Proses dan Finishing: Print
IV.6 Billboard
Gambar 21. Aplikasi logo Pada Billboard
Billboard Printac (Outdoor), Ukuran 400x200 cm,
Proses dan Finishing Printout+Laminasi Matte.
IV.7 Media Website dan Jejaring Sosial
Gambar 22. Aplikasi logo Pada Website dan Jejaring Sosial
Facebook dan Twitter
DAFTAR PUSTAKA
Al Ries. Laura Ries. (2000). The 22 Immutable Laws of Branding. Gramedia Pustaka Utama.
Dinnie, Keith. (2011). City Branding/Theory And Cases. Tokyo/Palgrave Macmillan.
Hermanto, Budi. (2008). Laporan Pengantar Tugas Akhir:Perancangan Identitas Visual Taman Nasional Gunung Ciremai. Bandung.
Kaina. (2004). Colour Therapy, Yogyakarta: Enigma Publishing.
Kusmiati, Artini. (1999). Teori Dasar: Desain Komunikasi Visual, Djambatan Jakarta.
Lip, Evelyn. (1996). Desain Dan Feng Shui: Logo Merek Dagang & Sign Board. Jakarta: PT ELEXMEDIA KOMPUTINDO.
Murphy, John., Rowe, Michael. (1998). How to Design Trademarks and Logos. Ohio, North Light Book,
Nugraha. (2006). Brand Research For Students, Bandung.
Ramo, Heldo. (2007). Laporan Pengantar Tugas Akhir: Perancangan Ientitas Visual Bank Nagari BPD Sumbar. Perpustakaan Unikom, Bandung.
Santosa, Sigit. (2000). Advertising Guide Book. PT. Gramedia Pustaka, Jakarta. Surya, Daniel. (2004, Oktober). Majalah Cakram: Top Brand (edisi khusus).
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Rajiv Zulfikar
Tempat/Tanggal lahir : Majalengka, 28 Februari 1988
Alamat : Jalan Pasukan Sindangkasih, Desa banjaran
Majalengka 45461
No. Telepon : 0813 2128 1551
E-Mail : monyet_kasepz@yahoo.co.id
Riwayat Pendidikan : TK Ilham Islam 1993-1994
SDN Maja Selatan 1994-2000
SMP Negeri I Maja 2000-2003
SMA Negeri I Maja 2003-2006