• Tidak ada hasil yang ditemukan

“Kader Produsen” Sangat Diperlukan Muhammadiyah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "“Kader Produsen” Sangat Diperlukan Muhammadiyah"

Copied!
1
0
0

Teks penuh

(1)

47 SUARA MUHAMMADIYAH 16 / 95 | 16 - 31 AGUSTUS 2010

K

ader Muhammadiyah merupakan orang-orang terpilih yang terdepan dalam menggerakkan Persyarikat-an. Oleh karena itu diperlukan kriteria-krit-eria spesifik agar keberadaan kader dapat memenuhi harapan Muhammadiyah dan umat.

Muammadiyah dengan segala kele-bihan dan kekurangannya, sampai saat ini, merupakan organisasi Islam yang memi-liki amal usaha terbanyak di dunia. Terben-tuknya sebuah Amal Usaha Muhammadi-yah (AUM) ini memerlukan perintis atau kader yang dapat menjalankan usaha dan kegiatan tersebut dengan sebaik-baiknya. Berdasarkan pengalaman penulis, berdirinya sebuah AUM hanya dirintis atau dibidani beberapa orang kader. Kader di sinilah yang dimaksudkan dengan “Kader Produsen”. Kader inilah yang mempunyai ide atau gagasan awal berdirinya AUM atau kegiatan, kemudian merancang per-temuan atau rapat pimpinan dan anggota, mengurusi administrasi, mencari sumber dana, sampai melaksanakan terbentuknya amal usaha tersebut, serta memelihara dan mengembangkannya.

Memang anggota Muhammadiyah di seluruh Indonesia sangat banyak, diper-kirakan mencapai 30 juta-an anggota, tetapi sebagian besar hanya merupakan “Kader Konsumen”, yaitu kader yang pasif, tidak pernah mempunyai ide atau gagasan ter-tentu, menghadiri kegiatan Muhammadiyah hanya karena diundang, seringkali meng-kritik dan mencemooh, tetapi tidak ada so-lusi dan berkiprah, masih bersedia berinfak untuk kegiatan sekadarnya.

Dalam AUM yang sudah terbentuk pun “kader konsumen” ini hanya membanding-bandingkan dengan amal usaha milik or-ganisasi lain, bila menurut perhitungannya kualitas AUM masih kalah dengan yang lain, maka ia memilih amal usaha (misal

pendidikan) milik organisasi lain, dengan mencari-cari alasan kelemahan AUM. Pa-dahal ia adalah seorang pimpinan Muham-madiyah atau pimpinan ‘Aisyiyah setem-pat, tetapi ia tidak mau menjadi “kader pro-dusen” dengan membantu memperbaiki kelemahan AUM miliknya dengan ke-mampuan yang ia miliki, hanya berada “di luar” sambil mengamati dan mengomentari kelemahannya.

“Kader produsen” tidak perlu terlalu ba-nyak, karena ia memiliki militansi ber-Mu-hammadiyah yang tinggi. Tidak terlalu ba-nyak bicara, tetapi berusaha maksimal ber-kiprah menggerakkan Muhammadiyah. Tahan banting, bila mendapat kritikan, sin-diran, cemoohan, atau disalahkan, maka seorang “kader produsen” akan tetap isti-qamah dalam memimpin Muhammadi-yah, karena ia bekerja sesuai dengan atur-an dalam AD datur-an ART Persyarikatatur-an. Bah-kan pada saat banyak sekali godaan pa-ham atau ideologi dari luar Mupa-hammadiyah yang menggerogoti para anggota dan pimpinan Muhammadiyah atau ‘Aisyiyah, ia senantiasa berdiri di barisan terdepan untuk menolak dengan baik dan santun.

Memang Muhammadiyah sudah sa-ngat besar dan kaderisasi di sebagian tem-pat kurang berjalan semestinya, sehingga hal ini mempermudah paham di luar Mu-hammadiyah masuk ke dalam lingkungan keluarga besar simpatisan, anggota dan pimpinan Muhammadiyah. Inilah tantang-an zamtantang-an ytantang-ang mau tidak mau harus kita hadapi. Di sinilah peran penting adanya “ka-der produsen” yang dimaksud, yaitu mem-bina para jamaah agar lebih memahami lagi tentang maksud dan tujuan Muham-madiyah, yaitu menegakkan dan menjun-jung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Salah satu kelebihan yang dimiliki Muhammadiyah sebagai pembinaan

“kader produsen” ialah kegiatan dan amal usaha yang dikembangkan memang betul-betul menyentuh dan bermanfaat bagi masyarakat. Menurut penulis, hal ini merupakan salah satu “senjata” yang bisa digunakan untuk mengkonter paham di luar Muhammadiyah, bahwa Persyarikatan ki-ta tercinki-ta ini membumikan aki-tau meng-aktualisasikan ayat-ayat dan hadits-hadits ke dalam bentuk nyata di masyarakat.

Sifat yang tampak jelas lainnya dari “ka-der produsen” ialah sangat amanat dan bertanggungjawab. Banyak di antara pim-pinan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah yang tergusur dengan sendirinya karena kurang amanat, terutama dalam hal keuangan. Kondisi ekonomi keluarga dan sifat mate-rialistik yang sangat jelas di masyarakat saat ini menjadi salah satu pemicu untuk melakukan hal-hal yang tidak terpuji pada diri seorang pimpinan.

Akhirnya, penulis menyarankan intro-speksi diri kita masing-masing, terutama para pimpinan serta kader Muhammadi-yah dan ‘AisyiMuhammadi-yah, sudahkah termasuk seorang “kader produsen”? Bila belum, ti-dak ada kata terlambat, marilah dengan sekuat tenaga kita berusaha menjadi perin-tis yang berdiri terdepan dalam mengge-rakkan kegiatan dan AUM di lingkungan kita masing-masing, dengan berpedoman pada aturan Persyarikatan dan tidak mu-dah patah arang bila mendapat kendala dan sanjungan. Ciri khas pimpinan Mu-hammadiyah adalah keikhlasan yang pe-nuh semangat beribadah kepada Allah SwT dalam menginfakkan semua yang di-milikinya, baik pikiran, tenaga, waktu, ke-luarga, maupun harta. Semoga ke depan Muhammadiyah lebih bermanfaat lagi bagi umat. Amin.l

Penulis adalah Sekretaris PCM Sragi 2005-2010, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.

ARI MARDIONO

“Kader Produsen”

Sangat Diperlukan Muhammadiyah

KAPITA SELEKTA

De

m

o (Vi

si

t ht

tp:

//www.pdfspl

itm

erge

r.c

om

Referensi

Dokumen terkait