• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendapatan Usahatani Integrasi Pola Sayuran-Ternak-Ikan (Studi Kasus Pondok Pesantren Al-Ittifaq, Kampung Ciburial, Desa Alam Endah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pendapatan Usahatani Integrasi Pola Sayuran-Ternak-Ikan (Studi Kasus Pondok Pesantren Al-Ittifaq, Kampung Ciburial, Desa Alam Endah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung)"

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAPATAN USAHATANI INTEGRASI

POLA SAYURAN-TERNAK-IKAN

(Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Ittifaq, Kampung Ciburial,

Desa Alam Endah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung)

Oleh:

RATU NURUL HANIFAH

A14103041

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

RATU NURUL HANIFAH. Pendapatan Usahatani Integrasi Pola Sayuran-Ternak-Ikan (Studi Kasus Pondok Pesantren Al-Ittifaq, Kampung Ciburial, Desa Alam Endah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung). Di bawah bimbingan DWI RACHMINA.

Sejalan dengan semakin intensifnya pembangunan pertanian, terdapat kecenderungan penggunaan pupuk dan pestisida kimia per hektar yang meningkat dari tahun ke tahun, dicerminkan oleh semakin tingginya jumlah penjualan pupuk dari tahun ke tahun. Hal inilah yang terjadi pada masa revolusi hijau. Revolusi hijau telah menimbulkan kerusakan lingkungan serta perubahan watak dan persepsi petani. Petani yang semula mandiri dalam berusahatani, menjadi sangat tergantung kepada produsen pendukung revolusi hijau yang lebih mengutamakan keuntungan jangka pendek daripada kelestarian ekologi jangka panjang.

Untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani dengan tetap menjaga kualitas lingkungan, dikembangkan integrasi antara usaha tanaman dan peternakan, usaha tanaman dan perikanan, maupun usaha perkebunan dan peternakan dan lain sebagainya yang disebut dengan usahatani pola integrasi atau usahatani terpadu. Sistem usahatani integrasi dimaksudkan agar peternakan, perikanan, dan budidaya tanaman dapat dilaksanakan secara sinergi dimana masing-masing usaha yang diintegrasikan saling mendukung, saling memperkuat, saling ketergantungan satu sama lain, dengan memanfaatkan secara optimal seluruh potensi sumberdaya yang dimiliki.

Pondok Pesantren (ponpes) Al-Ittifaq merupakan salah satu pelaku agribisnis yang menerapkan sistem pertanian integrasi. Integrasi yang dilakukan ponpes adalah integrasi tiga komoditas yaitu Sayuran-Ternak-Ikan. Ketiga cabang usahatani ini saling terintegrasi satu sama lain. Usahatani sayuran menghasilkan limbah yang dapat dijadikan pakan untuk ternak dan ikan, sebaliknya usahatani ternak menghasilkan feses yang dapat digunakan sebagai pupuk tanaman dan kolam ikan.

Sayuran merupakan sumber makanan serta pendapatan utama bagi ponpes. Komoditas utama yang dihasilkan Pondok Pesantren Al-Ittifaq adalah sayuran dataran tinggi seperti wortel, tomat, buncis, kubis, bawang daun, dan cabai. Sayuran menghasilkan produk sampingan (limbah) berupa brangkasan dan sayuran afkir yang dikonsumsi oleh ternak dan ikan. Ternak yang dimiliki ponpes adalah sapi dan domba. Ternak memproduksi susu dan daging untuk memenuhi kebutuhan pangan ponpes dan sebagai sumber pendapatan. Sebaliknya selain menghasilkan susu dan daging, ternak juga menghasilkan produk sampingan berupa feses dan sisa pakan yang dapat dibuat pupuk organik untuk sayuran dan kolam ikan. Ikan yang diusahakan oleh ponpes adalah ikan mujair dan lele. Ikan-ikan ini diusahakan dengan tujuan untuk melengkapi kebutuhan protein keluarga ponpes. Keempat elemen di atas merupakan siklus yang berkesinambungan satu dengan yang lain.

(3)

Jenis limbah yang dihasilkan oleh ternak sapi dan domba, yaitu feses, urine, dan pakan hijauan. Limbah yang telah dimanfaatkan adalah feses dan sisa pakan hijauan. Kedua limbah tersebut diolah kembali menjadi pupuk kompos cair dan pupuk daun. Menurut penimbangan pada saat penelitian satu ekor sapi dewasa (1 ST) dapat menghasilkan 18,5 kg feses per hari. Total produksi feses ternak dalam satu tahun adalah 248.917,44 kg. Jumlah ini telah mencukupi kebutuhan pupuk ponpes.

Jenis-jenis ikan yang diusahakan di Ponpes Al-Ittifaq adalah ikan mujair dan lele. Keduanya tidak diusahakan untuk tujuan komersil melainkan hanya untuk konsumsi keluarga ponpes. Jumlah pupuk organik yang digunakan dalam setahun adalah pupuk kandang 3 kg. Sayuran afkir yang digunakan sebagai pakan ikan adalah bawang daun dan kubis.

Pada usahatani sayuran total penerimaan pada kondisi 2 bernilai lebih besar dibandingkan pada kondisi 1. Pada kondisi 2 hasil samping yang dihasilkan usahatani sayuran dijual keluar dengan harga per satuan yang lebih tinggi dibandingkan bila usahatani sayuran mentransfer limbah tersebut ke usahatani ternak. Total biaya pada kondisi 2 lebih besar dari kondisi 1, hal ini disebabkan oleh biaya pembelian pupuk organik dari luar yang harganya lebih tinggi dari pupuk organik buatan ponpes. Selain itu pupuk organik yang digunakan jumlahnya disetarakan dengan standar yang digunakan petani sekitar, sehingga secara kuantitas pupuk organik yang digunakan jumlahnya lebih tinggi. Walaupun terjadi peningkatan penerimaan pada kondisi 2, peningkatan biaya yang terjadi ternyata lebih besar dibanding peningkatan penerimaannya, sehingga pendapatan pada kondisi 1 bernilai lebih besar dari kondisi 2.

Pada usahatani ternak, penerimaan total pada kondisi 1 lebih tinggi dari kondisi 2. Hal ini disebabkan oleh tambahan penerimaan berupa pupuk organik yang diproduksi sendiri oleh ponpes. Karena itu tambahan biaya berupa biaya pembelian bahan penunjang pembuatan pupuk organik. Biaya-biaya inilah yang menyebabkan nilai biaya total pada kondisi 1 lebih tinggi dari kondisi 2. Total biaya pada kondisi 1 bernilai lebih kecil dibandingkan kondisi 2. Hal ini disebabkan oleh penghematan biaya pakan hijauan pada kondisi 1 akibat adanya hasil samping usahatani sayuran.

Pada usahatani ikan pendapatan atas biaya total pada kedua kondisi menunjukkan hasil yang negatif. Nilai rasio R/C atas biaya total pada kedua kondisi bernilai kurang dari 1. Hal ini berarti usahatani ikan yang dilakukan pada kondisi yang diintegrasikan ataupun tidak terbukti belum efisien.

Total pendapatan pada usahatani integrasi lebih besar daripada usahatani yang tidak terintegrasi. Total pendapatan atas biaya tunai maupun atas biaya total pada usahatani yang terintegrasi lebih besar daripada usahatani yang tidak terintegrasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa usahatani sayuran, ternak dan ikan yang selama ini terintegrasi terbukti lebih menguntungkan dibandingkan jika cabang-cabang usahatani tersebut berdiri sendiri.

Nilai rasio R/C atas biaya tunai maupun total pada usahatani terintegrasi lebih besar dari usahatani yang tidak terintegrasi. Hal ini dapat diartikan bahwa usahatani sayuran, ternak dan ikan yang terintegrasi, memiliki efisiensi yang lebih tinggi daripada usahatani yang tidak terintegrasi.

(4)

meningkatkan efisiensi penggunaan tenaga kerja santri, karena selama ini ponpes telah melakukan pemborosan tenaga kerja. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan membuat kelas tambahan yang memberikan materi pertanian, sehingga santri paham cara bertani yang benar.

(5)

PENDAPATAN USAHATANI INTEGRASI

POLA SAYURAN-TERNAK-IKAN

(Studi Kasus Pondok Pesantren Al-Ittifaq, Kampung Ciburial,

Desa Alam Endah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung)

Oleh:

RATU NURUL HANIFAH

A14103041

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(6)

Judul : Pendapatan Usahatani Integrasi Pola Sayuran-Ternak-Ikan (Studi Kasus Pondok Pesantren Al-Ittifaq, Kampung Ciburial, Desa Alam Endah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung)

Nama : Ratu Nurul Hanifah NRP : A14103041

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Ir. Dwi Rachmina, MS. NIP. 131 918 503

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian,

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP. 131 124 019

(7)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ”Pendapatan Usahatani Integrasi Pola Sayuran-Ternak-Ikan (Studi Kasus Pondok Pesantren Al-Ittifaq, Kampung Ciburial, Desa Alam Endah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung)” belum pernah diajukan pada perguruan tinggi lain atau lembaga lain manapun untuk tujuan memperoleh gelar akademik tertentu. Skripsi ini merupakan hasil karya sendiri dan tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang dinyatakan dalam naskah.

Bogor, Desember 2007

(8)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 18 Maret 1985 sebagai putri bungsu dari pasangan M. Yadi Mulyadi dan Siti Aisyah Priyati. Penulis menyelesaikan sekolah dasar di KPS (Kontraktor-Production Sharing) International School, Balikpapan, Kalimantan Timur pada tahun 1997. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke SLTP Lab School, Jakarta dan menyelesaikan studinya pada tahun 2000. Penulis mendapatkan beasiswa studi SMA di Madania Boarding School, Parung, Bogor dan lulus pada tahun 2003.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul ”Pendapatan Petani dalam Usahatani Integrasi Ternak, Sayuran dan Ikan (Studi Kasus Pondok Pesantren Al-Ittifaq, Kampung Ciburial, Desa Alam Endah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung)” dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat penelitian untuk meraih gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Sayur-sayuran menghasilkan produk samping yang bila tidak dikelola dengan baik, berpotensi mengganggu lingkungan. Masalah ini dapat diatasi antara lain dengan memberikan limbah tersebut pada ternak sapi yang juga berperan sebagai penghasil pupuk organik. Inovasi teknologi ini memungkinkan sapi dipelihara dengan biaya minimum karena bahan pakan tersedia sepanjang waktu. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan dorongan untuk lebih meningkatkan program pengembangan sistem dan usaha agribisnis pola integrasi.

Penulis menyadari bahwa tidak ada tulisan yang benar-benar sempurna. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan masukan saran dan kritik yang membangun guna penyempurnaan skripsi dan penelitian ke depan. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Bogor, September 2007

(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan hidayah-Nya. Dengan segala kerendahan hati, melalui tulisan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ir. Dwi Rachmina, MS., selaku dosen pembimbing skripsi atas kesabaran dalam membimbing, ilmu dan pengalaman, serta dorongan yang selalu diberikan selama proses penelitian dan penulisan.

2. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS., selaku dosen penguji utama atas kritik dan sarannya yang sangat membangun dan memperkaya tulisan ini.

3. Etriya, SP., MM., selaku dosen penguji perwakilan departemen atas kritik, dan sarannya yang sangat membangun dan memperkaya tulisan ini.

4. Pimpinan Pondok Pesantren Al-Ittifaq KH. Fuad Affandy, putera-puteri Mang Haji (Om Dandan, Ibu Enung, Teh Neneng, dll.), santri dan santriat yang telah banyak membantu dalam penelitian di lapangan.

5. Penyuluh Pertanian Ahli Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Ir. Djedje selaku pembimbing LM3 yang telah banyak membantu dalam penelitian di lapangan.

6. Dr. Anna Laksanawati H. Dibiyantoro, MS., Peneliti Utama Balai Penelitian Sayuran Departemen Pertanian, yang telah memberikan masukan selama penelitian di lapangan.

7. Sahabat-sahabat terbaikku Ali-Yuli-Alya, Reny, Icha, Ila, Nisa dan keluarga, atas masukan, saran dan bantuannya selama proses studi di IPB.

8. Rekan-rekan AGB 40, 41, dan 42 atas persahabatan yang indah semoga tali silaturahmi ini tetap terjaga.

9. My beloved family: Papih, Mamih, A Dian, Kak Evi, A Panpan, A Irfan, Teh Irma, Kak Joe, Kak Sis dan keluarga, Saki, Hafidz, Nisa, dan Kifa. Yes, i’ve been act on my desire and proud to say that i’ve achieved truly remarkable

results.

10. Cepi Tri Sumantri, S.KH. yang memberikan inspirasi pemilihan topik penelitian ini serta memberikan dukungannya selama penulisan.

(11)

PENDAPATAN USAHATANI INTEGRASI

POLA SAYURAN-TERNAK-IKAN

(Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Ittifaq, Kampung Ciburial,

Desa Alam Endah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung)

Oleh:

RATU NURUL HANIFAH

A14103041

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(12)

RINGKASAN

RATU NURUL HANIFAH. Pendapatan Usahatani Integrasi Pola Sayuran-Ternak-Ikan (Studi Kasus Pondok Pesantren Al-Ittifaq, Kampung Ciburial, Desa Alam Endah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung). Di bawah bimbingan DWI RACHMINA.

Sejalan dengan semakin intensifnya pembangunan pertanian, terdapat kecenderungan penggunaan pupuk dan pestisida kimia per hektar yang meningkat dari tahun ke tahun, dicerminkan oleh semakin tingginya jumlah penjualan pupuk dari tahun ke tahun. Hal inilah yang terjadi pada masa revolusi hijau. Revolusi hijau telah menimbulkan kerusakan lingkungan serta perubahan watak dan persepsi petani. Petani yang semula mandiri dalam berusahatani, menjadi sangat tergantung kepada produsen pendukung revolusi hijau yang lebih mengutamakan keuntungan jangka pendek daripada kelestarian ekologi jangka panjang.

Untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani dengan tetap menjaga kualitas lingkungan, dikembangkan integrasi antara usaha tanaman dan peternakan, usaha tanaman dan perikanan, maupun usaha perkebunan dan peternakan dan lain sebagainya yang disebut dengan usahatani pola integrasi atau usahatani terpadu. Sistem usahatani integrasi dimaksudkan agar peternakan, perikanan, dan budidaya tanaman dapat dilaksanakan secara sinergi dimana masing-masing usaha yang diintegrasikan saling mendukung, saling memperkuat, saling ketergantungan satu sama lain, dengan memanfaatkan secara optimal seluruh potensi sumberdaya yang dimiliki.

Pondok Pesantren (ponpes) Al-Ittifaq merupakan salah satu pelaku agribisnis yang menerapkan sistem pertanian integrasi. Integrasi yang dilakukan ponpes adalah integrasi tiga komoditas yaitu Sayuran-Ternak-Ikan. Ketiga cabang usahatani ini saling terintegrasi satu sama lain. Usahatani sayuran menghasilkan limbah yang dapat dijadikan pakan untuk ternak dan ikan, sebaliknya usahatani ternak menghasilkan feses yang dapat digunakan sebagai pupuk tanaman dan kolam ikan.

Sayuran merupakan sumber makanan serta pendapatan utama bagi ponpes. Komoditas utama yang dihasilkan Pondok Pesantren Al-Ittifaq adalah sayuran dataran tinggi seperti wortel, tomat, buncis, kubis, bawang daun, dan cabai. Sayuran menghasilkan produk sampingan (limbah) berupa brangkasan dan sayuran afkir yang dikonsumsi oleh ternak dan ikan. Ternak yang dimiliki ponpes adalah sapi dan domba. Ternak memproduksi susu dan daging untuk memenuhi kebutuhan pangan ponpes dan sebagai sumber pendapatan. Sebaliknya selain menghasilkan susu dan daging, ternak juga menghasilkan produk sampingan berupa feses dan sisa pakan yang dapat dibuat pupuk organik untuk sayuran dan kolam ikan. Ikan yang diusahakan oleh ponpes adalah ikan mujair dan lele. Ikan-ikan ini diusahakan dengan tujuan untuk melengkapi kebutuhan protein keluarga ponpes. Keempat elemen di atas merupakan siklus yang berkesinambungan satu dengan yang lain.

(13)

Jenis limbah yang dihasilkan oleh ternak sapi dan domba, yaitu feses, urine, dan pakan hijauan. Limbah yang telah dimanfaatkan adalah feses dan sisa pakan hijauan. Kedua limbah tersebut diolah kembali menjadi pupuk kompos cair dan pupuk daun. Menurut penimbangan pada saat penelitian satu ekor sapi dewasa (1 ST) dapat menghasilkan 18,5 kg feses per hari. Total produksi feses ternak dalam satu tahun adalah 248.917,44 kg. Jumlah ini telah mencukupi kebutuhan pupuk ponpes.

Jenis-jenis ikan yang diusahakan di Ponpes Al-Ittifaq adalah ikan mujair dan lele. Keduanya tidak diusahakan untuk tujuan komersil melainkan hanya untuk konsumsi keluarga ponpes. Jumlah pupuk organik yang digunakan dalam setahun adalah pupuk kandang 3 kg. Sayuran afkir yang digunakan sebagai pakan ikan adalah bawang daun dan kubis.

Pada usahatani sayuran total penerimaan pada kondisi 2 bernilai lebih besar dibandingkan pada kondisi 1. Pada kondisi 2 hasil samping yang dihasilkan usahatani sayuran dijual keluar dengan harga per satuan yang lebih tinggi dibandingkan bila usahatani sayuran mentransfer limbah tersebut ke usahatani ternak. Total biaya pada kondisi 2 lebih besar dari kondisi 1, hal ini disebabkan oleh biaya pembelian pupuk organik dari luar yang harganya lebih tinggi dari pupuk organik buatan ponpes. Selain itu pupuk organik yang digunakan jumlahnya disetarakan dengan standar yang digunakan petani sekitar, sehingga secara kuantitas pupuk organik yang digunakan jumlahnya lebih tinggi. Walaupun terjadi peningkatan penerimaan pada kondisi 2, peningkatan biaya yang terjadi ternyata lebih besar dibanding peningkatan penerimaannya, sehingga pendapatan pada kondisi 1 bernilai lebih besar dari kondisi 2.

Pada usahatani ternak, penerimaan total pada kondisi 1 lebih tinggi dari kondisi 2. Hal ini disebabkan oleh tambahan penerimaan berupa pupuk organik yang diproduksi sendiri oleh ponpes. Karena itu tambahan biaya berupa biaya pembelian bahan penunjang pembuatan pupuk organik. Biaya-biaya inilah yang menyebabkan nilai biaya total pada kondisi 1 lebih tinggi dari kondisi 2. Total biaya pada kondisi 1 bernilai lebih kecil dibandingkan kondisi 2. Hal ini disebabkan oleh penghematan biaya pakan hijauan pada kondisi 1 akibat adanya hasil samping usahatani sayuran.

Pada usahatani ikan pendapatan atas biaya total pada kedua kondisi menunjukkan hasil yang negatif. Nilai rasio R/C atas biaya total pada kedua kondisi bernilai kurang dari 1. Hal ini berarti usahatani ikan yang dilakukan pada kondisi yang diintegrasikan ataupun tidak terbukti belum efisien.

Total pendapatan pada usahatani integrasi lebih besar daripada usahatani yang tidak terintegrasi. Total pendapatan atas biaya tunai maupun atas biaya total pada usahatani yang terintegrasi lebih besar daripada usahatani yang tidak terintegrasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa usahatani sayuran, ternak dan ikan yang selama ini terintegrasi terbukti lebih menguntungkan dibandingkan jika cabang-cabang usahatani tersebut berdiri sendiri.

Nilai rasio R/C atas biaya tunai maupun total pada usahatani terintegrasi lebih besar dari usahatani yang tidak terintegrasi. Hal ini dapat diartikan bahwa usahatani sayuran, ternak dan ikan yang terintegrasi, memiliki efisiensi yang lebih tinggi daripada usahatani yang tidak terintegrasi.

(14)

meningkatkan efisiensi penggunaan tenaga kerja santri, karena selama ini ponpes telah melakukan pemborosan tenaga kerja. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan membuat kelas tambahan yang memberikan materi pertanian, sehingga santri paham cara bertani yang benar.

(15)

PENDAPATAN USAHATANI INTEGRASI

POLA SAYURAN-TERNAK-IKAN

(Studi Kasus Pondok Pesantren Al-Ittifaq, Kampung Ciburial,

Desa Alam Endah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung)

Oleh:

RATU NURUL HANIFAH

A14103041

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(16)

Judul : Pendapatan Usahatani Integrasi Pola Sayuran-Ternak-Ikan (Studi Kasus Pondok Pesantren Al-Ittifaq, Kampung Ciburial, Desa Alam Endah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung)

Nama : Ratu Nurul Hanifah NRP : A14103041

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Ir. Dwi Rachmina, MS. NIP. 131 918 503

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian,

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP. 131 124 019

(17)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ”Pendapatan Usahatani Integrasi Pola Sayuran-Ternak-Ikan (Studi Kasus Pondok Pesantren Al-Ittifaq, Kampung Ciburial, Desa Alam Endah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung)” belum pernah diajukan pada perguruan tinggi lain atau lembaga lain manapun untuk tujuan memperoleh gelar akademik tertentu. Skripsi ini merupakan hasil karya sendiri dan tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang dinyatakan dalam naskah.

Bogor, Desember 2007

(18)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 18 Maret 1985 sebagai putri bungsu dari pasangan M. Yadi Mulyadi dan Siti Aisyah Priyati. Penulis menyelesaikan sekolah dasar di KPS (Kontraktor-Production Sharing) International School, Balikpapan, Kalimantan Timur pada tahun 1997. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke SLTP Lab School, Jakarta dan menyelesaikan studinya pada tahun 2000. Penulis mendapatkan beasiswa studi SMA di Madania Boarding School, Parung, Bogor dan lulus pada tahun 2003.

(19)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul ”Pendapatan Petani dalam Usahatani Integrasi Ternak, Sayuran dan Ikan (Studi Kasus Pondok Pesantren Al-Ittifaq, Kampung Ciburial, Desa Alam Endah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung)” dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat penelitian untuk meraih gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Sayur-sayuran menghasilkan produk samping yang bila tidak dikelola dengan baik, berpotensi mengganggu lingkungan. Masalah ini dapat diatasi antara lain dengan memberikan limbah tersebut pada ternak sapi yang juga berperan sebagai penghasil pupuk organik. Inovasi teknologi ini memungkinkan sapi dipelihara dengan biaya minimum karena bahan pakan tersedia sepanjang waktu. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan dorongan untuk lebih meningkatkan program pengembangan sistem dan usaha agribisnis pola integrasi.

Penulis menyadari bahwa tidak ada tulisan yang benar-benar sempurna. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan masukan saran dan kritik yang membangun guna penyempurnaan skripsi dan penelitian ke depan. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Bogor, September 2007

(20)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan hidayah-Nya. Dengan segala kerendahan hati, melalui tulisan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ir. Dwi Rachmina, MS., selaku dosen pembimbing skripsi atas kesabaran dalam membimbing, ilmu dan pengalaman, serta dorongan yang selalu diberikan selama proses penelitian dan penulisan.

2. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS., selaku dosen penguji utama atas kritik dan sarannya yang sangat membangun dan memperkaya tulisan ini.

3. Etriya, SP., MM., selaku dosen penguji perwakilan departemen atas kritik, dan sarannya yang sangat membangun dan memperkaya tulisan ini.

4. Pimpinan Pondok Pesantren Al-Ittifaq KH. Fuad Affandy, putera-puteri Mang Haji (Om Dandan, Ibu Enung, Teh Neneng, dll.), santri dan santriat yang telah banyak membantu dalam penelitian di lapangan.

5. Penyuluh Pertanian Ahli Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Ir. Djedje selaku pembimbing LM3 yang telah banyak membantu dalam penelitian di lapangan.

6. Dr. Anna Laksanawati H. Dibiyantoro, MS., Peneliti Utama Balai Penelitian Sayuran Departemen Pertanian, yang telah memberikan masukan selama penelitian di lapangan.

7. Sahabat-sahabat terbaikku Ali-Yuli-Alya, Reny, Icha, Ila, Nisa dan keluarga, atas masukan, saran dan bantuannya selama proses studi di IPB.

8. Rekan-rekan AGB 40, 41, dan 42 atas persahabatan yang indah semoga tali silaturahmi ini tetap terjaga.

9. My beloved family: Papih, Mamih, A Dian, Kak Evi, A Panpan, A Irfan, Teh Irma, Kak Joe, Kak Sis dan keluarga, Saki, Hafidz, Nisa, dan Kifa. Yes, i’ve been act on my desire and proud to say that i’ve achieved truly remarkable

results.

10. Cepi Tri Sumantri, S.KH. yang memberikan inspirasi pemilihan topik penelitian ini serta memberikan dukungannya selama penulisan.

(21)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 4

1.3 Tujuan Penelitian... 5

1.4 Manfaat Penelitian... 5

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pertanian Berkelanjutan ... 7

2.2 Konsep Sistem Pertanian Integrasi... 8

2.3 Kajian Empiris tentang Sistem Pertanian Integrasi ... 14

2.4 Pola Tanam Usahatani ... 17

2.5 Kajian Empiris Usahatani Sayuran ... 18

2.6 Usaha Peternakan... 19

2.6.1 Ternak Sapi Perah ... 20

2.6.2 Ternak Domba Potong... 21

2.6.3 Kajian Empiris Pendapatan Usahatani Ternak ... 21

2.6.4 Pakan Ternak ... 22

2.6.5 Produksi Feses Ternak ... 23

2.6.6 Pupuk Organik ... 25

2.7 Usahatani Ikan ... 28

III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 30

3.3 Responden Penelitian ... 31

3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data... 32

3.4.1 Harga Transfer... 33

3.4.2 Analisis Pendapatan Usahatani ... 33

3.4.3 Analisis Efisiensi Rasio R/C ... 36

IV KERANGKA PEMIKIRAN 4.1 Kerangka Teoritis ... 37

4.1.1 Konsep Usahatani... 37

4.1.2 Penerimaan dan Biaya Usahatani... 38

4.1.3 Analisis Pendapatan Usahatani ... 38

4.1.4 Analisis Efisiensi Rasio R/C ... 40

4.1.5 Teknologi Baru: Inovasi Produksi... 41

4.1.6 Keputusan dalam Produksi Pertanian ... 44

(22)

V GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN AL-ITTIFAQ

5.1 Sejarah Pondok Pesantren Al-Ittifaq... 49 5.2 Lokasi dan Kondisi Geografis ... 50 5.3 Organisasi dan Kelembagaan ... 51 5.3.1 Visi dan Misi... 51 5.3.2 Lembaga-Lembaga... 52 5.4 Santri Pondok Pesantren Al-Ittifaq... 54 VI KERAGAAN USAHATANI INTEGRASI PONPES AL-ITTIFAQ

6.1 Usahatani Integrasi Sayuran-Ternak-Ikan ... 57 6.2 Usahatani Sayuran ... 59 6.2.1 Penggunaan Lahan Usahatani ... 59 6.2.2 Pola Tanam Usahatani Sayuran ... 60 6.2.3 Penggunaan Input Usahatani... 62 6.2.4 Kegiatan Usahatani Sayuran ... 70 6.2.5 Pasca Panen ... 75 6.2.6 Produksi Limbah Sayuran ... 76 6.3 Usahatani Ternak ... 79 6.3.1 Perkandangan ... 80 6.3.2 Pengadaan Bibit ... 80 6.3.3 Pemeliharaan Ternak... 82 6.3.4 Tenaga Kerja ... 83 6.3.5 Produksi Susu... 85 6.3.6 Produksi dan Pengolahan Limbah Ternak ... 86 6.4 Usahatani Ikan ... 87 6.4.1 Penggunaan Input Usahatani Ikan ... 87 6.4.2 Pemeliharaan... 90 6.4.3 Panen ... 90 VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

7.1 Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran... 91 7.1.1 Penerimaan Usahatani Sayuran ... 92 7.1.2 Biaya Usahatani Sayuran... 97 7.1.3 Pendapatan Usahatani Sayuran ... 102 7.2 Analisis Pendapatan Usahatani Ternak ... 103 7.2.1 Penerimaan Usahatani Ternak... 103 7.2.2 Biaya Usahatani Ternak... 106 7.2.3 Pendapatan Usahatani Ternak... 109 7.3 Analisis Pendapatan Usahatani Ikan ... 111 7.3.1 Penerimaan Usahatani Ikan... 111 7.3.2 Biaya Usahatani Ikan ... 112 7.3.3 Pendapatan Usahatani Ikan... 114 7.4 Analisis Pendapatan Usahatani Integrasi dan Tidak Terintegrasi ... 114 VIII KESIMPULAN DAN SARAN

(23)

DAFTAR TABEL

No Hal

1 Produksi dan Penjualan Pupuk Tahun 2000-2005 (Revisi)

dalam 000 (ton) ... 1 2 Perkembangan Nilai PDB Sub Sektor Pertanian Tahun 2000-2004

(Milyar Rp) ... 3 3 Perbandingan Penerimaan dan Keuntungan Usahatani Tanaman

Pangan dan Ternak Sapi yang Dikelola Secara

Parsial dan Terpadu Menurut Agroekosistem di Indonesia, 2003 ... 15 4 Susunan Bahan Makanan yang Terkandung pada Hasil Samping

Tanaman Setiap 100 kg ... 23 5 Kotoran Padat dan Cair dari Beberapa Jenis Ternak Dewasa ... 23 6 Satuan Hitung Ternak ... 24 7 Perbandingan Penggunaan Pupuk Anorganik dengan dan

Tanpa Penggunaan Pupuk Organik pada Usahatani Padi

pada Petani Contoh Menurut Agroekosistem, 2003 ... 26 8 Perolehan Data Primer pada Pondok Pesantren Al-Ittifaq ... 32 9 Pembagian Kerja Santri Kobong dan Santri Mukim Pondok Pesantren

Al-Ittifaq (data terakhir, April 2007)... 56 10 Rincian Luas Lahan Kebun-kebun yang Digarap Oleh Pondok

Pesantren Al-Ittifaq... 59 11 Jumlah Permintaan Sayuran dari Swalayan pada Bulan Maret 2007

untuk Pondok Pesantren Al-Ittifaq (kg) ... 61 12 Penggunaan Benih dan Bibit pada Usahatani Sayuran

di Pondok Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun ... 62 13 Jenis dan Jumlah Kebutuhan Pupuk pada Usahatani Sayuran

di Pondok Pesantren Al-Ittifaq... 64 14 Jenis dan Jumlah Kebutuhan Pestisida pada Usahatani Sayuran

di Pondok Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu tahun ... 66 15 Alokasi Penggunaan Tenaga Kerja Santri (aktual) pada Usahatani

Sayuran di Pondok Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu tahun ... 68 16 Peggunaan Jam Kerja Efektif per Komoditas pada Usahatani Sayuran

di Pondok Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu tahun ... 69 17 Nilai Penyusutan Alat-alat yang Digunakan pada Usahatani Sayuran

di Pondok Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun ... 70 18 Panen yang Dihasilkan Usahatani Sayuran dalam Satu Tahun di

Pondok Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun... 73 19 Produksi dan Kebutuhan Sayuran dalam Satu Tahun di

(24)

20 Alokasi Penggunaan Sayuran Afkir yang Dihasikan Usahatani

Sayuran dalam Satu Tahun di Pondok Pesantren Al-Ittifaq ... 76 21 Bobot Brangkasan yang Dihasikan Usahatani Sayuran dalam

Satu Tahun di Pondok Pesantren Al-Ittifaq... 79 22 Jumlah Ternak dan Satuan Ternak di Pondok Pesantren Al-Ittifaq

Tahun 2007... 81 23 Pemberian Pakan Ternak pada Usahatani Ternak di Pondok

Pesantren Al-Ittifaq Tahun 2006-2007... 83 24 Alokasi Penggunaan Tenaga Kerja Santri (aktual) pada Usahatani

Ternak dalam Satu Tahun di Pondok Pesantren Al-Ittifaq ... 84 25 Penggunaan Jam Kerja Efektif per Jenis Ternak pada Usahatani

Ternak di Pondok Pesantren Al-Ittifaq ... 84 26 Produksi Feses Ternak per Satuan Ternak di Pondok Pesantren

Al-Ittifaq... 86 27 Nilai Penyusutan Alat-alat yang Digunakan pada Usahatani Ikan

di Pondok Pesantren Al-Ittifaq... 89 28 Penggunaan Jam Kerja Efektif pada Usahatani Ikan di di Pondok

Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun... 90 29 Penerimaan Total Usahatani Sayuran Kondisi 1 di Pondok

Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun (2006-2007) ... 93 30 Penerimaan Total Usahatani Sayuran Kondisi 2 di Pondok

Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun (2006-2007) ... 96 31 Rincian Perkiraan Penggunaan Pupuk Kandang dan Pupuk Kompos

pada Kondisi 2 di Pondok Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun... 98 32 Biaya Total Usahatani Sayuran Kondisi 1 di Pondok

Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun (2006-2007) ... 99 33 Biaya Total Usahatani Sayuran Kondisi 2 di Pondok

Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun (2006-2007) ... 101 34 Perbandingan Struktur Pendapatan Usahatani Sayuran Kondisi 1 dan 2

di Pondok Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun ... 102 35 Penerimaan Total Usahatani Ternak Kondisi 1 di Pondok

Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun (2006-2007) ... 104 36 Penerimaan Total Usahatani Ternak Kondisi 2 di Pondok

Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun (2006-2007) ... 105 37 Biaya Total Usahatani Ternak Kondisi 1 di Pondok

Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun (2006-2007) ... 107 38 Biaya Total Usahatani Ternak Kondisi 2 di Pondok

Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun (2006-2007) ... 109 39 Perbandingan Struktur Pendapatan Usahatani Ternak Kondisi 1 dan 2

di Pondok Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun ... 110 40 Penerimaan Total Usahatani Ikan Kondisi 1 dan 2 di Pondok

(25)

41 Biaya Total Usahatani Ikan Kondisi 1 di Pondok

Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun (2006-2007) ... 112 42 Biaya Total Usahatani Ikan Kondisi 2 di Pondok

Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun (2006-2007) ... 113 43 Perbandingan Struktur Pendapatan Usahatani Ikan Kondisi 1 dan 2

di Pondok Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun ... 114 44 Struktur Pendapatan Usahatani Integrasi di Pondok Pesantren

Al-Ittifaq untuk Satu Tahun... 115 45 Struktur Pendapatan Usahatani Tidak Terintegrasi di Pondok Pesantren

(26)

DAFTAR GAMBAR

No Hal

(27)

DAFTAR LAMPIRAN

No Hal

1 Perencanaan Penggunaan Lahan Pondok Pesantren Al-Ittifaq... 123

2 Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran Kondisi 1 Pondok

Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun... 124

3 Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran Kondisi 2 Pondok

Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun... 126

4 Analisis Pendapatan Usahatani Ternak Kondisi 1 Pondok

Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun... 128

5 Analisis Pendapatan Usahatani Ternak Kondisi 2 Pondok

Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun... 130

6 Analisis Pendapatan Usahatani Ikan Kondisi 1 Pondok

Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun... 131

7 Analisis Pendapatan Usahatani Ikan Kondisi 2 Pondok

Pesantren Al-Ittifaq untuk Satu Tahun... 132

8 Penggunaan Tenaga Kerja pada Usahatani Sayuran

per Musim Tanam ... 133

(28)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian merupakan sektor yang sangat berpengaruh bagi kehidupan masyarakat dunia yang menyediakan hampir seluruh kebutuhan umat manusia. Oleh karena itu, di beberapa negara maju dan berkembang, sektor tersebut telah mendapat prioritas untuk dikembangkan, begitupun Indonesia.

Menurut Suwandi (2005) pembangunan pertanian terkait dengan pemanfaatan sumberdaya alam terutama lahan dan perairan pada suatu wilayah. Pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan dapat berdampak negatif yang lebih besar daripada manfaat yang diperoleh.

Sejalan dengan semakin intensifnya pembangunan pertanian, terdapat kecenderungan penggunaan pupuk kimia dan pestisida per hektar meningkat dari tahun ke tahun, dicerminkan dari semakin tingginya jumlah produksi dan penjualan pupuk kimia dari tahun ke tahun (Tabel 1).

Tabel 1 Produksi dan Penjualan Pupuk Kimia Tahun 2000-2005 (Revisi) dalam (000 ton)

Produksi Penjualan Dalam Negeri

Tahun

Urea SP-36 ZA NPK Total Urea SP-36 ZA NPK Total

2000 5.748 468 491 30 6.737 4.047 623 507 20 5.197 2001 5.199 654 448 57 6.358 4.340 669 620 35 5.664 2002 5.404 553 420 65 6.442 4.318 581 608 75 5.582 2003 5.425 688 479 114 6.706 4.691 770 676 116 6.253 2004 5.667 738 573 202 7.180 5.007 797 667 194 6.665 2005 5.849 820 644 277 7.590 5.416 818 684 265 7.183

Sumber: Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI), 2005

(29)

penggunaan pupuk dan pestisida kimia. Gerakan Revolusi Hijau di Indonesia tidak mampu menghantarkan Indonesia menjadi sebuah negara yang berswasembada pangan secara tetap, tetapi hanya mampu dalam waktu lima tahun, yakni tahun 1984-1989. Disamping itu, Revolusi Hijau juga telah menyebabkan terjadinya kesenjangan ekonomi dan sosial pedesaan (Romli 2000).1

Menurut Romli (2000) revolusi hijau telah menimbulkan kerusakan lingkungan dan perubahan watak dan persepsi petani. Petani yang semula mandiri dalam berusahatani, menjadi sangat tergantung kepada produsen pendukung revolusi hijau yang lebih mengutamakan keuntungan jangka pendek daripada kelestarian alam jangka panjang. Revolusi hijau membawa dampak buruk antara lain: penurunan produksi protein karena fokus produksi hanya pada tanaman serealia (karbohidrat); penggunaan pupuk yang terus menerus menyebabkan ketergantungan; penggunaan pestisida menyebabkan munculnya hama strain baru yang resisten; serta penurunan keanekaragaman hayati.2

Untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani namun tetap menjaga kualitas lingkungan, dikembangkan suatu alternatif bertani yang menerapkan konsep berkelanjutan. Salah satu penerapan dari konsep ini adalah usahatani integrasi (Integrated Farming System) yaitu suatu usahatani yang memungkinkan adanya integrasi antar komoditas usahatani. Integrasi antara usaha tanaman dan peternakan, usaha tanaman dan perikanan, maupun usaha perkebunan dan peternakan merupakan contoh bentuk integrasi yang dapat diaplikasikan pada komoditas-komoditas usahatani. Sistem usahatani integrasi

1

http://www.fspi.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=21&Itemid=37 [11Maret 2007] 2

(30)

dimaksudkan agar peternakan, perikanan, dan budidaya tanaman dapat dilaksanakan secara sinergi dimana masing-masing usaha yang diintegrasikan saling mendukung, saling memperkuat, saling ketergantungan satu sama lain, dengan memanfaatkan secara optimal seluruh potensi sumberdaya yang dimiliki.

Sumberdaya yang ada di Indonesia sangat mendukung pelaksanaan usahatani pola integrasi, karena ketiga komoditas yang diperlukan tersedia dan mudah untuk diusahakan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 dimana nilai PDB Indonesia untuk hortikultura, tanaman pangan, perkebunan, perikanan dan peternakan sangat tinggi tiap tahunnya, dan disertai dengan persentase pertumbuhan yang sangat baik yaitu masing-masing 8,08 persen, 13,13 persen, 15,89 persen, 15,64 persen, dan 18,05 persen per tahunnya.

Tabel 2 Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto Sub Sektor Pertanian Tahun 2000–2004 (Milyar Rp)

Tahun Sub Sektor

2000 2001 2002 2003 2004

Pertumbuhan per Tahun (%)

Hortikultura 41.731 47.521 51.000 53.885 56.844 8,08 Perkebunan 31.720 36.759 43.956 48.830 57.419 15,89 Kehutanan 17.215 17.594 18.876 20.202 21.717 5,97 Perikanan 30.945 36.938 41.050 48.297 55.266 15,64 Peternakan 25.627 34.285 41.329 44.499 49.122 18,05 Tanaman Pangan 73.266 94.428 106.631 115.007 119.399 13,13 Total 220.504 267.525 302.842 330.720 351.178 12,45

Sumber: Ditjen Hortikultura Departemen Pertanian RI 2006 (diolah)

(31)

1.2 Perumusan Masalah

Berbagai penelitian yang dilakukan pada usahatani integrasi memberikan gambaran bahwa dengan integrasi komoditas yang dilakukan dapat memberikan tambahan manfaat bagi petani. Integrasi antara usaha peternakan dan usahatani tanaman telah terbukti memberikan manfaat yang berarti. Manfaat nyata (tangible) yang dapat dirasakan adalah penambahan pendapatan usahatani, sedangkan manfaat yang tidak nyata (intangible) adalah berupa penghematan belanja input usahatani, perbaikan unsur hara tanah serta manfaat tak terlihat lainnya.

Pondok Pesantren (ponpes) Al-Ittifaq merupakan salah satu pelaku agribisnis yang menerapkan sistem pertanian integrasi. Integrasi yang dilakukan ponpes adalah integrasi tiga komoditas yaitu Sayuran-Ternak-Ikan (STI). Ketiga usaha ini saling terintegrasi satu sama lain. Sayuran menghasilkan limbah yang dapat dijadikan pakan untuk ternak dan ikan, sebaliknya ternak menghasilkan kotoran yang dapat digunakan sebagai pupuk tanaman dan kolam ikan.

(32)

menggambarkan pendapatan yang diterima apabila menerapkan usahatani integrasi. Analisis pendapatan yang dilakukan juga harus dapat menggambarkan perbedaan pendapatan antara keputusan mengolah limbah dan keputusan menjual limbah.

Berdasarkan pada latar belakang dan permasalahan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana keragaan usahatani integrasi pola STI di Ponpes Al-Ittifaq? 2. Apakah usahatani integrasi pola STI yang dilakukan Ponpes Al-Ittifaq

menguntungkan bila dibandingkan dengan usahatani yang tidak terintegrasi? Berapa kontribusi pendapatan dari tiap cabang usahatani? 3. Apakah usahatani integrasi yang dilakukan ponpes sejauh ini telah

efisien?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang dan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengkaji keragaan usahatani integrasi pola STI di Ponpes Al-Ittifaq. 2. Menganalisis pendapatan usahatani integrasi pola STI dan usahatani

yang tidak terintegrasi serta pendapatan tiap cabang usahatani di Ponpes Al-Ittifaq.

3. Menganalisis efisiensi usahatani integrasi pola STI Ponpes Al-Ittifaq.

1.4 Manfaat Penelitian

(33)

1. Pemerintah, sebagai masukan dalam penentuan kebijakan pengembangan pertanian di masa mendatang serta memberikan informasi mengenai perkembangan Al-Ittifaq.

2. Akademisi dan peneliti, sebagai bahan rujukan untuk mengembangkan penelitian serupa ataupun penelitian lanjutannya.

3. Swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai salah satu upaya pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan serta manfaat yang akan dinikmatinya.

4. Ponpes Al-Ittifaq, sebagai masukan untuk perbaikan manajemen administrasi unit agribisnis Ponpes Al-Ittifaq.

(34)

V TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pertanian Berkelanjutan

Menurut Minami (1997), Rosario dan Lorica (1997) diacu dalam Farhani (2003) sistem pertanian berkelanjutan adalah solusi untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh revolusi hijau. FAO (2001) mendefinisikan pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) sebagai suatu praktek pertanian yang melibatkan pengelolaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan manusia bersamaan dengan upaya mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan mengkonservasi sumberdaya lahan.

(35)

2.2 Konsep Sistem Pertanian Integrasi

Konsep integrasi atau terpadu telah banyak digunakan sebagai pendekatan dalam membuat sistem ataupun program baru yang diharapkan akan memajukan sektor pertanian. Integrasi atau keterpaduan ini dianggap dapat meningkatkan efisiensi. Konsep integrasi yang paling luas dan mencakup hampir seluruh elemen pertanian adalah sistem agribisnis. Menurut Gumbira-Said (2002) sistem agribisnis merupakan sistem yang terpadu, baik secara vertikal maupun horisontal (integrated farming). Agribisnis terpadu merupakan suatu bentuk pengeloIaan sistem agribisnis yang bertujuan untuk mengurangi risiko pasar, risiko produksi, dan risiko produk. Integrasi yang terjadi adalah integrasi antara subsistem usaha pengadaan input pertanian, subsistem usaha produksi pertanian atau usahatani (on-farm), subsistem usaha pengolahan hasil pertanian (agroindustri), dan subsistem usaha pemasaran.

(36)

sistem komoditas. Misalnya, hubungan antara plasma sebagai petani dan inti sebagai pembeli, pengolah, dan pemasar.

Integrasi horisontal adalah pengeIolaan usaha agribisnis dengan membangun keterpaduan atas beberapa komoditas. Misalnya seperti yang terjadi pada kelompok tani (klotan) hortikultura di Cipanas (Pacet segar). Pada klotan ini terjadi kegiatan yang saling mendukung antara Iini komoditas yang satu dengan lainnya, atau antara perusahaan agribisnis yang satu dengan perusahaan agribisnis lain pada komoditas usaha yang sama. Tujuan utama pembentukan integrasi horisontal adalah meningkatkan efisiensi, mengatur jadwal tanam dan jenis komoditi sesuai dengan permintaan, serta memenuhi volume dan mutu produk, memperkuat posisi tawar produsen. Selain itu dapat membantu mengurangi risiko produksi dengan pengiliran tanaman, mengurangi risiko harga dengan pengaturan jadwal tanam dan jenis komoditi, serta mengatur jumlah pasokan (Gumbira-Said 2002).

Integrasi campuran merupakan kombinasi antara vertikal dan horisontal. Contoh pelaksanaan integrasi campuran adalah pada usaha minyak atsiri. Integrasi horisontal terjadi pada usaha penanaman berbagai komoditas tanaman yang mengandung minyak atsiri. Usaha-usaha tersebut juga terintegrasi secara vertikal dengan produsen minyak atsiri, serta usaha pemasaran yang terlibat dalam sistem komoditas tersebut (Gumbira-Said 2002).

Konsep integrasi digunakan pula pada subsistem usahatani (on-farm). Konsep usahatani yang terintegrasi merupakan alternatif pendekatan atau contoh penerapan dari sistem pertanian berkelanjutan. Konsep ini dinamakan Integrated Farming System, bila diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dikenal dengan istilah sistem usahatani terintegrasi atau sistem usahatani terpadu.

(37)

komoditas pertanian, baik komponen usahatani pangan, palawija, hortikultura, ternak, dan ikan selama setahun. Sedangkan usahatani tidak terintegrasi hanya dengan satu komoditas selama setahun.

Rural Industries Research and Development Corporation (RIRDC) (2002) menyebut sistem usahatani integrasi dengan bio-cyclo farming atau integrated biosystems yang didefinisikan sebagai sistem yang menghubungkan beberapa aktivitas produksi pangan yang berbeda, dengan aktivitas lain seperti pengolahan limbah dan pembuatan bahan bakar. Integrated biosystems adalah sistem pertanian dimana produksi dan konsumsi berlangsung pada suatu siklus tertutup, output dari suatu operasi menjadi input untuk yang lainnya secara berkesinambungan. Sistem ini memungkinkan adanya hubungan fungsional antara aktivitas produksi pangan yang berbeda, seperti pertanian, perikanan, dan industri pangan, dengan aktivitas lainnya seperti pengelolaan limbah, penggunaan air dan degenerasi bahan bakar. Pangan, pupuk, pakan ternak dan bahan bakar dapat diproduksi dengan input atau sumberdaya minimum. Sumberdaya tersebut dapat dikonversi, didaur ulang untuk mengurangi dampak buruknya terhadap lingkungan. Penelitian ini akan membahas pertanian integrasi berdasarkan definisi RIRDC (2002) ini, yang pada bahasan selanjutnya istilah integrated biosystems akan disebut sebagai usahatani integrasi. Departemen Pertanian juga telah menggunakan istilah ‘usahatani integrasi’ untuk konsep integrated biosystems yang dimaksud.

(38)

ekonomi. Sistem ini secara kondusif telah melaksanakan konservasi sumberdaya alam, karena mendorong stabilitas habitat dan keanekaragaman kehidupan alami di lingkungan pertanian dan sekitarnya. Sistem terpadu ini mengoptimumkan penggunaan sumberdaya yang berasal dari usahatani itu sendiri maupun yang ada di sekitarnya, dan mendorong konservasi habitat daripada merusaknya. Sistem ini bersifat produktif dan menguntungkan karena melaksanakan daur ulang secara intensif. Limbah dari satu kegiatan dapat dimanfaatkan sebagai sumber hara kegiatan yang lain. Selain itu ikan merupakan sumber protein hewani untuk rumah tangga petani (Sutanto 2002)

[image:38.612.152.484.447.651.2]

Pada Gambar 1 diilustrasikan sebuah alur dari usahatani integrasi yang dilakukan di Kamboja. Rumah tangga petani akan mendapatkan keuntungan berupa pangan dan bahan bakar (biogas). Tanaman dapat memanfaatkan limbah yang dihasilkan oleh ternak sekaligus tambahan nutrisi dari ikan. Limbah ternak dapat dimanfaatkan pula sebagai bahan baku pembuatan biogas. Ikan dapat membantu alur nutrisi untuk tanaman dan produksi biogas.

(39)

Tjakrawiralaksana (1983) menyebut usahatani integrasi sebagai usahatani terpadu. Usahatani terpadu memiliki beberapa manfaat dilihat dari sudut petani dan keluarga. Penyelenggaraan usahatani integrasi mempunyai keuntungan sebagai berikut:

1. Menyediakan kebutuhan pangan dan gizi yang bervariasi bagi keluarga petani.

2. Memberikan pendapatan yang tidak tergantung kepada musim. Pendapatan itu dapat diperoleh secara bersinambung dari waktu ke waktu dengan jarak yang tidak begitu lama. Selain itu usahatani tersebut dapat mengurangi resiko kegagalan hasil.

3. Mengefektifkan tenaga kerja keluarga. Dengan usahatani integrasi pengangguran tak kentara dapat dihindarkan dan produktivitas tenaga kerja keluarga dapat ditingkatkan.

4. Usahatani integrasi juga dapat meningkatkan produktivitas penggunaan lahan dan modal, serta menjaga kelestarian alam. Dengan usahatani integrasi kesuburan lahan akan dapat dipertahankan, berkat tersedianya pupuk kandang yang dihasilkan hewan ternak.

(40)

(6)Multiple water use: bendungan daur ulang yang memungkinkan penggunaan air yang sama untuk pertumbuhan beberapa komoditas seperti ikan, udang, dan padi. (7)Use of industrial by-products: proses fermentasi menghasilkan residu organik, panas, dan karbon dioksida. Panas dan residu organik digunakan untuk budidaya ikan, karbon dioksida untuk pembuatan minuman berkarbonasi, panas dan karbon dioksida dapat membantu proses pertumbuhan tanaman hidroponik di rumah kaca. (8) Settlement design: integrasi dari sistem biologi yang sudah ada dengan kediaman-kediaman individu dan komunitas lokal, contohnya seperti produksi makanan dan penanganan limbah.

Tipe usahatani integrasi yang dilakukan ponpes mendekati tipe closed loops. Tipe ini adalah tipe usahatani integrasi yang memadukan ternak, pupuk kandang, pupuk untuk tanaman, pakan ternak, dan ternak. Kelima elemen ini telah dimiliki ponpes dan ditambah lagi dengan adanya ikan yang memanfaatkan limbah tanaman dan ternak.

(41)

2.3 Kajian Empiris tentang Sistem Pertanian Integrasi

Berbagai penelitian mengenai pola-pola pertanian integrasi yang dapat diterapkan telah banyak dilakukan. Seperti Thailand, Cina, Vietnam, India dan Bangladesh. Bangladesh telah menerapkan pertanian integrasi sesuai dengan kondisi alam dan sumberdaya yang mereka miliki. Taj-Uddin (1997) mengatakan bahwa hampir 90 persen petani Bangladesh memiliki ternak dan unggas untuk menghasilkan pangan seperti susu, daging, telur dan keperluan lainnya seperti kulit, bulu, wool, pupuk kandang dan bahan bakar (biogas). Ternak dan unggas tersebut diintegrasikan satu sama lain dengan tujuan meningkatkan efisiensi dan menghemat biaya usahatani. Penghematan biaya yang dimaksud adalah penghematan biaya tunai. Selain itu ikan selalu menjadi bagian penting dari usahatani integrasi yang dilakukan di daerah pedesaan Bangladesh.

Di Filipina, hasil analisis ekonomi dan kelayakan usaha menunjukkan pola integrasi ternak-ikan sangat menguntungkan (Maramba et al. 1978, diacu dalam Arboleda 2004). Untuk mempromosikan teknologi ini, Philippine Council for Aquatic and Marine Research and Development (1990) telah menerbitkan manual atau SOP (Standard Operation Procedure) untuk Integrated Crop-Livestock-Fish Farming System. Walaupun pengadopsian teknologi ini masih lambat, telah ada beberapa wirausaha yang menerapkan teknologi ini yaitu Yaptenco Farm (babi-ikan) dan Maya Farms (ternak-biogas-ikan). Keduanya menyatakan telah mendapatkan keuntungan dari sistem integrasi ini. Alat analisis yang digunakannya adalah analisis investasi karena kedua perusahaan menaruh investasi yang besar di mesin pengolah biogas.

(42)

Teknologi Pertanian Lampung (BPTP Lampung) pada tahun 2002, memper-lihatkan bahwa dengan pemeliharaan ternak kambing dapat memberikan tambahan pendapatan petani lada Rp 4.088.760,00 per hektar per tahun, yang terdiri atas pendapatan kambing Rp 1.188.760,00 dan tanaman lada Rp 2.900.000,00 per hektar per tahun dengan nilai rasio R/C 1,8, sedangkan cara bertani tanpa integrasi ternak kambing hanya Rp 1.315.000,00 per hektar per tahun dengan nilai rasio R/C 1,6.

Data Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian mengenai struktur pendapatan usahatani tanaman pangan dipadukan dengan ternak sapi di Indonesia, tampak bahwa usahatani tersebut memiliki pendapatan yang lebih baik dibandingkan usahatani yang dilakukan secara parsial atau berdiri sendiri (Tabel 3).

Tabel 3 Perbandingan Penerimaan dan Keuntungan Usahatani Tanaman Pangan dan Ternak Sapi yang Dikelola Secara Parsial dan Terpadu Menurut Agroekosistem di Indonesia, 2003

Parsial (Rp 000/ha/thn) Terpadu (Rp 000/ha/thn) Uraian

T. Pangan Sapi Total T. Pangan Sapi Total Sawah irigasi

a. Penerimaan 16.665 27.275 46.971 18.115 28.701 50.005 b. Biaya 8.458 25.523 37.012 8.068 26.235 37.492 c. Pendapatan 8.208 1.752 9.960 10.048 2.466 12.514 d. Rasio R/C 1,97 1,07 1,27 2,25 1,09 1,33

Sawah tadah hujan

a. Penerimaan 13.532 25.392 38.924 14.352 27.162 41.514 b. Biaya 7.246 23.486 30.733 6.936 24.407 31.696 c. Pendapatan 6.286 1.906 8.191 7.417 2.755 9.819 d. Rasio R/C 1,87 1,08 1,27 2,07 1,11 1,31

Lahan kering

a. Penerimaan 9.756 26.982 36.738 10.050 28.338 38.388 b. Biaya 6.300 25.008 31.308 5.912 24.936 30.848 c. Pendapatan 3.456 1.974 5.430 4.138 3.402 7.540 d. Rasio R/C 1,55 1,08 1,17 1,70 1,14 1,24 Keterangan: pola tanam dalam setahun yang dianalisis adalah padi-padi-jagung, dan pemeliharaan

sapi rata-rata 2 ekor dengan lama pemeliharaan 4 bulan.

Sumber: Kariyasa (2005)

[image:42.612.111.510.380.600.2]
(43)

tersebut secara parsial. Begitu pula dengan petani sawah tadah hujan mampu meningkatkan penerimaan dan pendapatan sebesar 6,65 persen dan 19,87 persen. Sementara pada lahan kering, pola integrasi tanaman-ternak mampu meningkatkan penerimaan dan pendapatan masing-masing sebesar 4,49 persen dan 38,87 persen. Pada semua agroekosistem terlihat pola integrasi tanaman-ternak mampu meningkatkan efisiensi yang dicirikan oleh membaiknya nilai rasio R/C.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu (BPTP Bengkulu) melakukan kajian sosial ekonomi pada sistem integrasi sapi dan kelapa sawit (SISKA) yang dilakukan PT. Agricinal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya sapi meringankan kerja pemanen dalam mengumpulkan tandan buah segar sehingga meningkatkan kemampuan kerja pemanen dari areal kerja 10 hektar menjadi 15 hektar. Ternak sapi menghasilkan feses yang potensial untuk dijadikan kompos untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia dan biaya produksi. Hasil samping perkebunan kelapa sawit (pelepah, daun, rumput, solid, bungkil inti sawit) dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak. Tahun awal usaha adalah tahun 1997 dan tahun akhir 2003, dengan tingkat bunga 19,5 persen per tahun. Analisis kelayakan menunjukkan bahwa pada skala usaha 6 ekor induk dan 1 ekor jantan memberikan gambaran bahwa usaha tersebut menuju usaha yang komersial dengan nilai rasio R/C sebesar 3,13; NPV sebesar Rp 22.425.000,00 dan IRR diatas 50 persen.

(44)

integrasi dengan tiga komoditas ini masih dapat memberikan keuntungan bagi ponpes.

2.4 Pola Tanam Usahatani

Pola tanam adalah suatu usaha penanaman pada suatu bidang lahan dengan mengatur pola pertanaman. Pola pertanaman adalah suatu susunan tata letak dan tata urutan tanaman pada sebidang tanah selama periode tertentu, termasuk di dalamnya masa pengolahan tanah dan bera (Setjanta 1983).

Pada lahan intensif yang mengutamakan pada keanekaragaman, biasanya terdiri lebih dari satu jenis tanaman (diversifikasi): umbi-umbian, sayuran, toga (tanaman obat keluarga), legum dan buah-buahan. Pergiliran tanaman dapat dilaksanakan untuk setiap petak. Nilai nutrisi masing-masing tanaman dipertimbangkan dalam mengembangkan intensifikasi lahan. Alasan utama dari diversifikasi tanaman ini adalah stabilisasi dalam pendapatan pertanian dan menghindari ketergantungan serta mengurangi resiko akan harga jual yang tidak menentu, selain itu diversifikasi juga dilakukan untuk memperbaiki keseimbangan gizi keluarga petani sehingga sebagian besar dari keperluan hidup sehat dapat terpenuhi dan diperoleh dari hasil usahatani sendiri. Menurut Sutanto (2002) kemungkinan intensifikasi lahan yang dapat dikembangkan salah satunya adalah yang dipadukan dengan pengembangan ternak.

Menurut Halcrow (1992) diversifikasi usahatani dapat berbentuk kombinasi usaha tanaman dan ternak; kombinasi tanaman yang memiliki tipe pertumbuhan yang berbeda; dan kombinasi dari beberapa usahatani ternak. Alasan petani melakukan diversifikasi adalah:

(45)

diusahakan sepanjang tahun. Sumberdaya dapat digunakan secara optimal.

2. Mengurangi resiko terutama yang berkaitann dengan pendapatan. Kegagalan dari suatu cabang usaha, termasuk resiko turunnya harga dapat ditutupi oleh cabang usahatani lainnya.

Hal ini didukung oleh hasil penelitian Wicaksono (2006) yang dilakukan di Kabupaten Cianjur. Tingkat pendapatan petani lahan luas lebih tinggi dari petani lahan sempit, karena petani lahan luas lebih berdiversifikasi dibandingkan petani lahan sempit. Hal ini diketahui dari penghitungan indeks diversifikasi dihasilkan nilai yang lebih tinggi pada petani lahan luas.

Usahatani sayuran ponpes menerapkan pola pergiliran tanaman yang sangat kompleks. Karena itu dalam penelitian ini akan dikaji sejauh mana manfaat yang diperoleh dengan menerapkan pola pergiliran tanaman.

2.5 Kajian Empiris Pendapatan Usahatani Sayuran

Pada bagian ini dipaparkan beberapa hasil penelitian mengenai usahatani sayuran. Dikarenakan belum terdapat kajian pendapatan mengenai usahatani sayuran yang diintegrasikan dengan ternak dan ikan, nilai pendapatan yang akan digunakan sebagai pembanding bagi usahatani sayuran adalah nilai pendapatan dari usahatani sayuran monokultur yang dilakukan di daerah Jawa Barat.

(46)

biaya tunai. Komponen biaya tunai untuk sarana produksi terbesar berturut-turut adalah biaya untuk fungisida 15,63 persen, insektisida 15,34 persen dan pupuk kandang 14,85 persen dari total biaya tunai.

Pada penelitian Zuliana (2003) mengenai analisis pendapatan usahatani kubis di Desa Pulosari, Pengalengan Jawa Barat, usahatani kubis memberikan penerimaan total sebesar Rp 18.000.000,00 per hektar per musim tanam. Total biaya yang dikeluarkan adalah Rp 10.401.741,88 dengan rincian 89,92 persen adalah biaya tunai dan 10,08 persen adalah biaya tidak tunai, sehingga pendapatan bersih yang diterima adalah Rp 7.598.258,12. Komponen biaya terbesar adalah biaya tunai pupuk kandang yaitu 22,83 persen dari total biaya.

Biaya tunai untuk pembelian pupuk kandang dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali apabila petani memelihara ternak. Hal ini tentu akan meningkatkan pendapatan dari usahatani sayuran yang dilakukan.

2.6 Usaha Peternakan

Kondisi peternakan sapi perah di Indonesia saat ini masih dalam skala usaha yang kecil (2-5 ekor) dan dianggap sebagai usaha sampingan tanpa memperhatikan laba apalagi mementingkan kualitas produk yang dihasilkan. Usahatani ternak yang dilakukan jauh dari teknologi dan tidak dikelola dengan manajemen yang baik.

(47)

2.6.1 Ternak Sapi Perah

Di Indonesia sapi perah yang umum diternakkan adalah bangsa sapi Frisian Holstein (FH) dan peranakannya (Sudono 1999). Bangsa sapi perah FH memiliki sifat jinak, mudah dikuasai, dan tidak tahan panas. Sapi FH merupakan bangsa sapi yang tertinggi produksi susunya dibandingkan dengan bangsa-bangsa sapi perah yang lainnya baik di daerah tropis maupun daerah iklim sedang. Suhu kritis untuk sapi FH adalah 27°C (Ratnawati 2002).

Sapi FH mampu memproduksi susu sebanyak 7.245 kg dalam satu kali masa laktasi, yaitu sekitar sepuluh bulan. Sapi Jersey menghasilkan 4.957 kg, sapi Guersney menghasilkan 5.205 kg, dan sapi Ayrshire menghasilkan 5.685 kg dalam satu kali masa laktasi (Sudono 1999). Sapi yang telah dikawinkan dan bunting akan menghasilkan susu yang lebih sedikit dibandingkan dengan sapi yang tidak bunting. Hal ini akan terlihat jelas jika sapi bunting 7 bulan sampai beranak, maka produksi susu akan menurun.

Susu dihasilkan oleh sapi yang sedang mengalami laktasi. Masa laktasi adalah masa sapi menghasilkan susu, yaitu masa antara waktu beranak dengan masa kering. Produksi susu seekor sapi sedikit demi sedikit akan naik sampai bulan ke dua masa laktasi, kemudian produksi akan menjadi konstan kembali pada bulan ketiga dan selanjutnya berangsur-angsur menurun sampai berakhirnya masa laktasi sekitar bulan kesepuluh jika sapi beranak tiap tahun. Rataan produksi susu sapi laktasi adalah 13 kg per hari (Sudono 1999).

(48)

2.6.2 Ternak Domba Potong

Domba merupakan ternak yang telah lama dikembangkan di Indonesia, karena tergolong mudah untuk membudidayakannya. Domba memiliki toleransi yang tinggi terhadap bermacam-macam hijauan pakan ternak dan memiliki daya adaptasi yang baik terhadap berbagai keadaan lingkungan sehingga dapat diternakkan di mana saja dan dapat berkembang biak sepanjang tahun (Mulyono 2005). Sedangkan menurut Sugeng (2000) domba memberikan beberapa keuntungan, antara lain: (a)mudah beradaptasi dengan lingkungan, (b)memiliki sifat hidup berkelompok, (c)cepat berkembang biak, (d)modal kecil.

Salah satu domba yang biasa dipelihara di Indonesia adalah domba ekor tipis. Domba ekor tipis merupakan domba asli Indonesia. Sekitar 80 persen populasinya ada di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Domba ini mampu hidup di daerah yang gersang. Tubuh domba ini tidak berlemak sehingga daging yang dihasilkan pun sedikit. Namun beberapa orang menyatakan bahwa daging domba ini lebih enak daripada domba bangsa lainnya (Mulyono 2005). Dalam usaha penggemukan domba potong dihasilkan beberapa produk sampingan berupa domba afkir dan feses domba yang dapat dijual kembali. Sehingga dapat memberikan tambahan pendapatan bagi petani.

2.6.3 Kajian Empiris Pendapatan Usahatani Ternak

(49)

sapi adalah 9 ekor per petani. Sedangkan total biaya yang dikeluarkan adalah Rp 61.395.100,00 dengan rincian 72,05 persen adalah biaya tunai dan 27,95 persen adalah biaya tidak tunai, sehingga pendapatan bersih yang diterima adalah sebesar Rp 7.691.000,00. Komponen biaya terbesar adalah biaya untuk pakan ternak, yaitu konsentrat, ampas tahu dan hijauan (tidak tunai) yaitu masing-masing sebesar 25,81 persen, 20,29 persen dan 11,92 persen dari total biaya. Biaya-biaya ini tentu dapat diminimalisir apabila petani dapat mencari alternatif pakan ternak yang lebih murah. Dalam penelitian ini akan dilihat tambahan manfaat yang didapat dengan mengintegrasikan ternak dengan tanaman dan ikan.

2.6.4 Pakan Ternak

Secara garis besar pakan ternak dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu hijauan dan konsentrat. Hijauan ditandai dengan jumlah serat kasar yang relatif banyak pada bahan keringnya. Kelompok hijauan terdiri dari hijauan kering dan hijauan segar. Konsentrat mengandung serat kasar lebih sedikit daripada hijauan dan mengandung karbohidrat, protein dan lemak yang relatif banyak tetapi jumlahnya bervariasi dengan jumlah air yang relatif sedikit (Williamson 1993).

Menurut Sudono (1999) sapi laktasi dengan bobot 450 kg dan rataan produksi susunya 13 kg per hari dapat diberikan pakan hijauan sebesar 20,75 kg atau rumput gajah 7,6 kg dan konsentrat 6,05 kg. Hijauan dapat berupa rumput, gulma atau hasil samping tanaman. Hasil samping tanaman dapat berupa brangkasan atau serasah sisa panen. Tanaman kacang-kacangan dan umbi-umbian biasanya menghasilkan hasil samping berupa serasah dan dedaunan yang cukup tinggi.

(50)

masing-masing sebesar 6,3 kg dan 8,6 kg protein tiap 100 kg (Tabel 4). Jika produksi limbah tanaman dapat dihitung, maka dapat dihitung pula sumbangan tanaman terhadap pengadaan pakan ternak. Sebaliknya dapat diperkirakan juga jumlah ternak yang dapat diusahakan dengan menggunakan limbah tanaman sebagai sumber makanannya.

Tabel 4 Susunan Bahan Makanan yang Terkandung pada Hasil Samping Tanaman Setiap 100 kg

No Hasil Samping

Kandungan Protein Tiap 100 kg

(kg)

Bahan Makanan yang dicerna

tiap 100 kg (kg)

Bahan Kering tiap 100 kg

(kg)

1 Padi/jerami 0,9 39,4 92,5 2 Daun jagung 1,2 16,3 24,0 3 Daun kacang-kacangan 6,3 57,8 91,4 4 Daun tanaman umbi 8,6 51,4 90,7

Sumber: Thahir (1982)

2.6.5 Produksi Feses Ternak

Jumlah kotoran padat (feses) dan cair (urine) yang dihasilkan masing-masing ternak dalam sehari berbeda-beda. Perbedaan ini ditentukan oleh kondisi dan jenis hewan serta jumlah dan jenis pakan hewan tersebut (Musnamar 2003). Jumlah kotoran per hari beberapa jenis ternak disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Produksi Kotoran Padat dan Cair dari Beberapa Jenis Ternak Dewasa

Jumlah Kotoran (kg/hari) No Jenis Ternak

Kotoran Padat (feses) Kotoran Cair (urine)

1 Sapi 23,59 9,07

2 Kuda 16,10 3,63

3 Babi 2,72 1,59

4 Kambing 1,13 0,68

5 Ayama 0,05 -

Sumber: Musnamar (2003)

[image:50.612.125.507.216.326.2]
(51)
[image:51.612.134.506.194.281.2]

Untuk menghitung produksi feses pada jenis ternak lain dapat digunakan angka konversi satuan ternak. Dalam penelitian ini yang dipakai menjadi dasar adalah satuan ternak dari Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan 2006 (Tabel 6).

Tabel 6 Satuan Hitung Ternak

Jenis Ternak Satuan Hitung Ternak (ST)

Sapi dewasa 1,000

Sapi dara 0,500

Sapi pedet 0,250

Domba dewasa 0,140

Domba muda 0,070

Domba anak 0,035

Sumber: Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan (2006)

Feses sapi memiliki kandungan C/N rasio yang masih tinggi sehingga apabila diberikan secara langsung belum dapat dimanfaatkan dengan baik oleh tanaman. Umumnya feses sapi masih banyak mengandung bahan organik segar yang sangat kasar sehingga akan mempengaruhi daya retensi terhadap air. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya fermentasi untuk merombak bahan-bahan yang sukar diserap tanaman agar menjadi siap diserap secara langsung oleh tanaman (Ishaq 2002). Proses fermentasi yang dimaksud misalnya adalah proses pengomposan.

(52)

2.6.6 Pupuk Organik

Menurut Musnamar (2003) pupuk organik merupakan pupuk dengan bahan dasar yang diambil dari alam dengan jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung secara alami. Dapat dikatakan bahwa pupuk organik merupakan salah satu bahan yang sangat penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah. Pupuk organik yang dipadukan dengan pupuk kimia dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan efisiensi penggunaan pupuk, baik pada lahan sawah maupun lahan kering.

Kandungan unsur hara dalam pupuk organik lebih sedikit daripada pupuk kimia. Namun penggunaan pupuk organik secara terus-menerus dalam rentang waktu tertentu akan menjadikan kualitas tanah lebih baik dibanding pupuk kimia (Musnamar 2003). Pupuk organik tidak meninggalkan residu pada hasil tanaman sehingga aman bagi konsumen. Beberapa jenis pupuk organik berdasarkan bahan dasarnya antara lain pupuk kandang dan kompos.

Pupuk kandang merupakan pupuk organik yang paling umum dan sering digunakan oleh petani. Pupuk kandang merupakan pupuk organik dari hasil fermentasi feses padat dan cair hewan ternak. Menurut Musnamar (2003) Jumlah feses padat dan cair yang dihasilkan masing-masing ternak dalam sehari berbeda-beda. Perbedaan ini ditentukan oleh kondisi dan jenis hewan serta jumlah dan jenis pakan hewan tersebut. Komposisi kandungan unsur hara pupuk kandang sangat dipengaruhi oleh jenis ternak, umur dan kondisi ternak, macam pakan, bahan hamparan yang digunakan, serta perlakukan dan penyimpanan pupuk sebelum diaplikasikan ke lahan.

(53)

memperbaiki kualitas lingkungan. Di lingkungan alam terbuka kompos bisa terbentuk sendiri melalui proses alami. Kompos alami ini biasanya disebut humus. Tetapi proses tersebut bisa dipercepat dengan bantuan manusia, sehingga menghasilkan kompos yang berkualitas lebih baik dalam waktu yang tidak terlalu lama. Ada dua cara untuk mempercepat terjadinya pelapukan bahan organik, yaitu pengaturan suhu dan kelembaban atau dengan pemberian mikroorganisme pengurai sebagai starter atau aktivator.

Selain itu dengan adanya pupuk organik, penggunaan pupuk kimia dapat dikurangi. Berdasarkan rekomendasi pemupukan yang dikeluarkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian bulan Januari 2007, disebutkan bahwa pemakaian 2 ton kompos atau 2 ton pupuk kandang per hektar dapat mengurangi penggunaan urea sebesar 50 kg/ha.3

Tabel 7 Perbandingan Penggunaan Pupuk Anorganik dengan dan Tanpa Penggunaan Pupuk Organik pada Usahatani Padi pada Petani Contoh Menurut Agroekosistem, 2003

Agroekosistem Lahan

Uraian Sawah

Irigasi

Sawah

Tadah Hujan Kering Agregat Tanpa Pupuk Kandang (kg)

a. Urea 278,50 264,83 200,33 247,89 b. SP 36/TS

Gambar

GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN AL-ITTIFAQ
Gambar 1  Diagram Alur Integrated Farming System
Tabel 3  Perbandingan Penerimaan dan Keuntungan Usahatani Tanaman
Tabel 4  Susunan Bahan Makanan yang Terkandung pada Hasil Samping
+7

Referensi

Dokumen terkait