Skripsi
Diajukan untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
SATRIA PAMBUDI NIM: 1112053000035
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
Sugiharto, MA.
Sejak diberlakukannya UU No. 10/1998 perbankan syariah mulai menggeliat naik. Dalam lima tahun saja sejak di berlakukannya Dual Bangking System, pendatang-pendatang baru perbankan syariah terus bertambahmengingat pada akhir 2003 beberapa bank konvensional sudah menggantungi izin Bank Indonesia untuk membuka unit atau divisi syariah. Gadai (rahn) adalah salah satu produk syariah yang berarti tetap, kekal, dan jaminan. Ar-rahn dalam istilah hukum bisa juga disebut dengan barang jaminan, atau agunan. Dalam Islam ar-rahn merupakan sarana saling tolong menolong bagi umat islam.
Permasalahan yang akan di bahas pada penelitian ini dapat dirumuskan secara umum, adalah; Bagaimana pihak Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta melikuidasi pembiayaan kepada nasabahanya, mekanisme pembiayaan gadai emas syariah pada Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta, serta Analisis SWOT pada produk gadai emas syariah Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kiat-kiat pihak Bank Syariah Mandiri dalam menganalisa calon nasabahnya sebelum melikuidasi pembiayaan, serta mengetahui mekanisme Bank Syariah Mandiri, apakah sudah sesuai dengan prinsip syariah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.teknik pengumpulan data dengan melakukan wawancara, observasi, dokumentasi, dan sumber-sumber lain yang terdapat pada Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif untuk memaparkan perumusan masalah.
Hasil analisis yang dilakukan menyimpulkan bahwa produk pembiayaan gadai emas syariah adalah produk pegadaian atau penyerahan hak penguasa secara fisik atas harta atau barang (emas) dari nasabah (arraahin) kepada bank (almurtahin) untuk dikelola dengan prinsip ar-rahnu yaitu sebagai jaminan atas peminjaman tersebut. Analisis yang dilakukan Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta sebelum melikuidasi pembiayaan kepada nasabah dengan menggunakan prinsip 5C kepada nasabah, guna mengurangi terjadinya resiko yang terjadi pada saat pembiayaan berlangsung.
ii
dan Hidayah serta Karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan laporan berwujud
skripsi ini. Selanjutnya Shalawat serta Salam juga tiada hentinya kita panjatkan
kepada pemimpin kita Nabi Muhammad SAW, sebagai suri tauladan kita dalam
menjalankan kehidupan ini.
Dalam penyususnan skripsi ini tidak bisa dilepaskan dari adanya bantuan
dari berbagai pihak yang telah mendukung serta membantu dalam
penyelesaiannya. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu dalam mensukseskan penulisan skripsi ini, terutama
kepada:
1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Ibu
Dr. Roudhonnah, M.Ag selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum,
dan Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan,
Alumni, dan Kerjasama Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
5. Bapak Drs. Sugiharto, MA selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing dan memotivasi dalam
penyususnan skripsi ini.
6. Para jajaran Dosen Jurusan Manajemen Dakwah (MD) dan Konsentrasi
Manajemen Lembaga Keuangan Syariah (MLKS) atas semua ilmunya yang
telah diberikan.
7. Orang tua tercinta Bapak Wahyu dan Ibu Nuryani yang selalu memberikan
cinta, dan kasih sayangnya kepada saya, dan juga mendoakan, memberikan
motivasi serta memberikan dukungan moril maupun materil dalam
menyelesaikan skripsi ini.
8. Para tim penguji sidang munaqosyah, yang sudah menguji serta membimbing
saya hingga terselesaikannya skripsi ini.
9. Perpustakaan Fakultas dan perpustakaan umum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, sudah meminjamkan buku sebagai referensi penelitian penulis.
10.Keluarga besar PT Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta: Bapak
Edi Rosman (Kepala Kantor Wilayah III Jakarta, Ibu Megawati, Ibu Sansa,
Ibu Dias, dan Mas Dean selaku Pelaksana SQO, Mas Fauqi (Officer Gadai
iv
semua yang namanya tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.
12.Teman-teman seperjuangan di kelas MD B dan Konsentrasi Manajemen
Lembaga Keuangan Syariah (MLKS) angkatan 2012 yang telah berbagi ilmu
pengetahuan dan menjadi teman diskusi penulis selama berjalannya
perkuliahan.
13.Sahabat saya Agung Saputro dan Moch. Noval Kurnia Sulaiman (duo bapuk),
teman seperjuangan yang selalu menemani dan berjuang bersama selama
empat tahun terakhir sampai saat ini. Serta khususnya Intan Rahman Pandini
wanita yang selalu menemani saya, mendukung saya, dan membantu
menyumbangkan pikiran untuk menyelesaikan skripsi ini.
Kritik dan saran akan diterima dengan lapang dada. Semoga Allah SWT
membalas jasa budi baik Bapak, Ibu, dan rekan semua dengan balasan yang
berlipat ganda. Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamiin.
Jakarta, 25 Mei 2016
v
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Pembatasan dan Perumusah masalah ... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
D. Tinjauan Pustaka ... 9
E. Metodologi Penelitian ... 10
F. Sistematika Penulisan ... 14
BAB II TINJAUAN TEORI A. Analisis ... 16
1. Pengertian Analisis ... 16
2. Jenis-jenis Analisis Data ... 17
3. Tekhnik Analisis Data ... 18
B. Pembiayaan ... 19
1. Pengertian Akademik ... 19
2. Jenis-jenis Pembiayaan ... 21
vi
2. Landasan Hukum Gadai Syariah... 30
3. Ketentuan Gadai Syariah ... 32
4. Manfaat dan Ketentuan Gadai Syariah ... 34
D. Bank Syariah ... 35
BAB III GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH MANDIRI A. Sejarah Bank Syariah Mandiri ... 38
B. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri ... 40
C. Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri ... 42
D. Produk-produk dan Layanan Bank Syariah Mandiri ... 46
BAB VI ANALISIS DAN HASIL TEMUAN A. Analisis Kelayakan Pembiayaan Gadai Emas Syariah Dalam Meningkatkan Usaha Nasabah Pada Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta ... 50
B. Mekanisme Pembiayaan Gadai Emas Syariah Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta ... 59
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Pembiayaan yang sering digunakan dalam lembaga keuangan syariah
diantaranya menggunakan system pembiayaan gadai emas syariah, yakni guna memperlancar roda perekonomian ummat, sebab dianggap mampu
menekan terjadinya inflasi karena tidak adanya ketetapan bunga yang harus
dibayarkan ke bank, selain itu juga dapat merubah haluan kaum muslimin
dalam setiap transaksi perdagangan dan keuangan yang sejalan dengan ajaran
syariah Islam.1
Pembiayaan gadai emas syariah secara tidak langsung adalah sebuah
bentuk penolakan terhadap sistem bunga yang diterapkan oleh bank
konvensional dalam mencari keuntungan, karena itu pelarangan bunga ditinjau
dari agama Islam merupakan perbuatan riba yang diharamkan dalam
Al-Qur‟an, sebab larangan riba tersebut bukanlah meringankan beban orang yang
di bantu yang dalam hal ini adalah nasabah, melainkan merupakan tindakan
yang dapat memperalat dan memakan harta orang lain.2
Emas dalam sejarah perkembangan sistem ekonomi dunia, sudah
dikenal sejak 40 ribu tahun sebelum masehi. Emas seringkali diidentikan
dengan sesuatu yang nomer satu, prestitius, dan elegan. Hal ini dikarenakan
1
Agustianto, Percikan Pemikiran Ekonomi Islam, (Bandung: Cipta Pustaka Media, 2002), h. 123.
2
Yusuf Qardawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Perss, 1997), h. 184.
emas adalah logam mulia. Disebut logam mulia karena dalam keadaan murni
dalam udara biasanya emas tidak dapat teroksidasi atau dengan kata lain akan
tahan karat. Emas banyak digunakan sebagai standart keuangan dibanyak
Negara dan juga sebagai perhiasan, cadangan devisa, dan sampai saat ini emas
merupakan alat pembayaran yang paling utama di dunia.3
Emas juga memiliki manfaat emosional untuk dinikmati keindahannya.
Nilai keindahannya berpadu dengan harganya yang menarik hingga emas
menajdi sarana mengekspresikan diri, dan emas telah menjadi symbol status di
berbagai sub kultur masyarakat Indonesia. Dengan melihat kebutuhan
masyarakat Indonesia dan ketertarikannya terhadap nilai emas yang fluktuatif,
selain hanya digunakan untuk menghiasi penampilan agar terlihat sempurna
termasuk kaum hawa, ternyata emas juga bisa juga digunakan sebagai
investasi.4
Secara umum, operasional gadai emas mirip dengan jasa konvensional,
yaitu menyimpan barang untuk memperoleh pendapatan uang dalam jumlah
tertentu. Untuk jasa ini dalam gadai konvensional dikenakan beban bunga,
layaknya system keuangan yang diterapkan bank konvensional. Sementara
dalam gadai emas syariah, nasabah hanya membayar biaya penitipan,
pemeliharaan, penjagaan, serta penaksiran barang yang digadaikan. Perbedaan
utama dari gadai emas syariah dan konvensional adalah dari sifat bunga yang
3
Joko Salim, Jangan Investasi Emas Sebelum Baca Buku ini !, (Jakarta: Transmedia Pustaka, 2010), Cet. IV, h. 160.
4
bisa berakumulasi dan berlipat ganda, sementara biaya gadai emas syariah
hanya sekali dan ditetapkan dimuka.
Dalam pembiayaan gadai emas syariah tidak mengenakan biaya
jasanya dengan system bunga, dipandang memberatkan dan dapat
mengarahkan kepada system riba dalam Islam diharamkan, seperti yang terdapat dalam Al-Qur‟an surah Al-Baqarah ayat 275.
ۚ اب ا ح عي ا ه ا حأ
Artinya: “Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”
Ayat Al-Qur‟an diatas menjelaskan tentang bagaimana transaksi jual
beli yang benar dalam Islam sehingga didalamnya tidak mengandung unsure
riba. Jadi karena itu diperlukan adanya pembahasan lebih lanjut mengenai
pembiayaan gadai syariah ini agar dapat berjalan sesuai dengan ajaran agama
Islam yang berpedoman kepada Al-Qur‟an dan Hadits guna mewujudkan
kesejahteraan rakyat Indonesia secara keseluruhan serta khususnya untuk
kaum muslim melalui bentuk penyaluran pembiayaan.
Gadai pada emas adalah salah satu jenis instrument yang banyak
dianjurkan oleh banyak tokoh dan pakar dibidang gadai emas, karena gadai
emas pada jenis instrument ini memiliki banyak keunggulan yang tidak
dimiliki oleh instrument gadai emas lainnya. Fakta membuktikan, semakin
tinggi laju inflasi maka semakin tinggi harga emas.5 Harga emas dipercaya
5
akan selalu bisa mengamankan kemampuan beli kita, artinya harga emas akan
naik, setidaknya sama dengan tingkat inflasi dalam suatu waktu tertentu. Jelas
bahwa emas adalah investasi yang paling aman dan menguntungkan karena
relatif tahan terhadap inflasi. Emas juga sering disebut sebagai produk
invenstasi penangkat inflasi. Sedangkan definisi deflasi adalah kebalikannya,
yaitu suatu kondisi di mana harga yang turun terus-menerus disebabkan
menurunnya jumlah uang yang beredar secara drastis. Deflasi yang kisarannya
juga lepas kontrol disebut kepanikan atau depresi ekonomi, di mana daya beli
melambung karena harga barang dan jasa menurun, sedangkan harga emas
cenderung konstan.6
Memang masyarakat Indonesia pada umumnya telah
mengimplementasikan gadai emas dengan menggunakan emas sejak dulu.
Dengan cara membeli emas dengan harga tertentu dan karat tertentu, dalam
bentuk perhiasan untuk digunakan atau disimpan. Kemudian emas yang telah
dibeli tersebut disimpan dalam kurun waktu tertentu sampai tiba nanti saat
harga emas tersebut naik, baik naik secara signifikan ataupun tidak, baru
kemudian mereka jual emas tersebut. Selisih harga antara beli emas di masa
lalu dengan harga jual emas di masa kini adalah merupakan keuntungan yang
diperoleh.
Dengan melihat perkembangan pesat yang terjadi di pegadaian,
beberapa lembaga keuangan khususnya perbankan syariah mulai membuka
6
produk gadai syariah atau disebut juga rahn. Namun untuk saat ini lembaga keuangan seperti perbankan syariah hanya menerima barang gadai berupa
emas lantakan, perhiasan maupun koin emas. Hal ini disebabkan oleh kecilnya
nilai resiko yang akan terjadi dan keberadaan nilai emas itu sendiri naik dari
tahun ke tahun serta tidak terkena dampak inflasi.
Suatu lembaga keuangan yang berorientasi terhadap perolehan laba
(keuntungan) sudah pasti membutuhkan apa yang disebut strategi pembiayaan,
pengertian pembiayaan bank itu sendiri adalah penyediaan uang atau tagihan
yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jatuh tempo dengan
imbalan atau bagi hasil.7
Sedangkan pembiayaan berpangkal pada kebutuhan ekonomi
masyarakat. Pembiayaan bukan satu-satunya penjamin kepuasan, akan tetapi
ada beberapa variable lain yang mempengaruhi kepuasan konsumen yakni
harga yang ditawarkan, lokasi dan distribusi. Pembiayaan berhubungan dan
berkaitan dengan suatu proses mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan
manusia dan masyarakat. Muhammad Syafi‟i Antonio memberikan definisi
bahwa “pembiayaan adalah salah satu tugas pokok bank yaitu memberikan
fasilitas dana untuk memenuhi pihak-pihak yang defisit unit”.8
7
UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan 8M. Syafi‟i Antonio,
Sebelum suatu pembiayaan diputuskan, maka terlebih dahulu perlu
dianalisis kelayakan pembiayaan tersebut. Analisis pembiayaan merupakan
analisis yang digunakan untuk menilai layak tidaknya suatu kredit dikucurkan
oleh lembaga keuangan seperti bank. Tujuannya jangan sampai pembiayaan
yang dibiayai nantinya tidak layak. Kalau ini yang terjadi maka kemungkinan
besar bank akan menderita kerugian karena ketidak mampuan nasabah untuk
mengembalikan pinjamannya alias macet. Tidak hanya itu saja ketidak
mampuan membayar angsuran pembiayaan, bagi nasabah juga akan terkena
dampak dari beban yang harus dibayar yang justru dapat mengancam
kelangsungan hidup perusahaan lebih lanjut.
Macetnya pembayaran pembiayaan nasabah memang bukan hanya
karena salah perhitungan dalam analisis pembiayaan yang sesungguhnya, akan
tetapi dapat terjadi karena factor lainnya, misalnya objek kredit yang dibiayai
terkena bencana alam. Namun paling tidak apabila pembiayaan telah dinilai
secara baik, maka resiko pembiayaan macet dapat diminimalkan. Oleh karena
itu, sebelum pembiayaan dikucurkan wajib untuk terlebih dahulu dianalisis
kelayakannya.9
Bank Syariah Mandiri merupakan salah satu Lembaga Keuangan
Makro Syariah (LKMS), yaitu lembaga keuangan makro yang system
operasionalnya berlandaskan syariah Islam. Di tengah semakin pesatnya
perkembangan ekonomi syariah di Indonesia. Keberadaan BSM mempunyai
peranan penting dalam upaya mempercepat sosialisasi pengembangan
9
keuangan syariah khususnya dikalangan masyarakat ekonomi menengah ke
bawah.
Berdasarkan uraian di atas, maka pembahasan ini layak untuk diangkat
dan dikaji melalui penelitian dengan topik analisis kelayakan pembiayaan
gadai emas syariah, dan menuangkan ke dalam bentuk skripsi dengan judul
“Analisis Kelayakan Pembiayaan Gadai Emas Syariah Bank Syariah Mandiri
Kantor Wilayah III Jakarta”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari terlalu luasnya pembahasan ini maka dalam
penelitian ini dibatasi pada analisis kelayakan pembiayaan gadai emas
syariah dalam meningkatkan usaha nsabah, mekanisme pembiayaan gadai
emas syariah, serta analisis SWOT produk gadai emas syariah Bank
Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta.
2. Rumusan Masalah
Adapun masalah pokok yang akan dibahas pada dalam penelitian ini
adalah mengenai hal sebagai berikut:
a. Bagaimana analisis kelayakan pada pembiayaan gadai emas syariah
dalam meningkatkan usaha nasabah pada Bank Syariah Mandiri
Kantor Wilayah III Jakarta?
b. Bagaimana mekanisme produk pembiayaan gadai emas syariah pada
c. Analisis SWOT produk pembiayaan gadai emas syariah di Bank
Syariah Mandiri Kantor Kantor Wilayah III Jakarta?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui analisis kelayakan pada pembiayaan gadai emas
syariah dalam meningkatkan usaha nasabah ini melalui analisis
pembiayaan 5C.
b. Untuk mengetahui bagaimana Mekanisme pembiayaan gadai emas
syariah dalam meningkatkan usaha nasabah yang di terapkan oleh
Bank Syariah Mandiri Kantor Kantor Wilayah III Jakarta.
c. Untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
produk pembiayaan gadai emas syariah di Bank Syariah Mandiri
Kantor Kantor Wilayah III Jakarta.
2. Manfaat Penelitian ini adalah:
a. Bagi Penulis
Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang mekanisme dan
analisis pembiayaan gadai emas syariah dalam meningkatkat usaha
nasabah dan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi pengembangan
ilmu pengetahuan di bidang ekonomi, umumnya pada pegadaian syariah
dan khususnya Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
b. Bagi Pihak Lain
Dapat dijadikan informasi dan sumber pengetahuan serta memberikan
gambaran tentang mekanisme dan operasional pembiayaan gadai emas
syariah yang dilakukan oleh pihak Bank Syariah Mandiri.
D. Tinjauan Pustaka
Berkaitan dengan penelitian ini peneliti telah melakukan tinjauan
pustaka dari skripsi-skripsi terdahulu yang mengangkat variable penelitian
mengenai mekanisme pembiayaan. Meskipun begitu, substansi dari penelitian
ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya sangatlah berbeda. Adapun
substansi dari skripsi-skripsi terdahulu yang telah menjadi tinjauan pustaka
peneliti adalah sebagai berikut:
1. Skripsi Ahmad Zaki, Jurusan Menejemen Dakwah Konsentrasi Lembaga
Keuangan Syariah, 2014 yang menjelaskan tentang Strategi Pemasaran
Produk Gadai Emas Syariah Pada Bank BNI Syariah Cabang Fatmawati.
Pada skripsi ini penulis menjelaskan tentang produk gadai emas syariah ini
adalah produk unggulan dan banyak diminati oleh masyarakat serta
strategi pemasaran yang dilakukan Bank BNI syraiah dengan beberapa
tahapan yaitu formulasi strategi yang dilakukan Bank BNI Syariah alam
memasarkan produk gadai emas melalui kerjasama dengan para krlompok
penjual emas ataupun kelompok komunitas.
2. Skripsi M. Romi Neskens, Jurusan Muamalat (Ekonomi Islam)
Konsentrasi Perbankan Syariah, penulis menjelaskan Analisis SWOT
Indonesia Tbk. Cabang Pembantu Kalimalang). Hasil penelitian ini adalah
analisis SWOT Deposito Mudharabah tentang kekuatan, kelemahan,
kesempatan, dan ancaman.
3. Skripsi Nuraeni, Jurusan Muamalat (Ekonomi Islam) Konsentrasi
Perbankan Syariah, 2004 yang menjelaskan tentang Konsep dan Aplikasi
Gadai Emas pada Bank Syariah (Studi Kasus Pada PT. Bank Danamon
Syariah). Metode yang digunakan oleh penulis adalah kualitatif dengan
desain penelitiannya deskriptif. Analisis yaitu kegiatan penelitian yang
dilakukan dengan menguraikan dan menjelaskan berbagai permasalahan
gadai emas syariah pada Bank Danamon Syariah meliputi, barang jaminan
yang dibawa nasabah akan ditaksir oleh spesialis gadai emas untuk
mengetahui besar pinjaman yang diberikan oleh pihak bank kepada
nasabah dan biaya pemeliharaan yang ditanggung oleh nasabah. Biaya
pemeliharaan berdasarkan pada nilai taksir marhun, yaitu 2,2% perbulan sebagai antisipasi terhadap resiko kerusakan dan kehilangan atas barang
yang digadaikan.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif
dengan metode pendekatan kualitatif, menurut Bogdan dan Taylor yang
dikutip oleh Lexy J. Moleong, pendekatan kualitatif adalah prosedur
lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.10 Penelitian deskriftif
yaitu mencatat secara teliti segala gejala-gejala (fenomena) yang dilihat,
didengar dan dibacanya (melalui wawancara, foto, video, tape, dokumen
pribadi, brosur, dll) dan peneliti juga membanding-bandingkan,
mengkombinasikan, dan menarik kesimpulan.11
1. Subjek dan Objek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah analisis kelayakan
pembiayaan gadai emas syariah dalam meningkatkan usaha nasabah,
sedangkan yang menjadi objeknya adalah Bank Syariah Mandiri Kantor
Kantor Wilayah III Jakarta.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III
Jakarta yang bertempat di gedung graha mandiri lantai 22, Jl. Imam Bonjol
No. 61 Jakarta Pusat. Penelitian ini dilakukan mulai dari 20 Maret 2016
sampai dengan 20 April 2016.
3. Sumber Data
Sumber data merupakan sesuatu hal yang sangat penting untuk
digunakan dalam penelitian guna menjelaskan real atau tidaknya suatu
penelitian tersebut. Dalam hal ini penulis menggunakan beberapa data,
diantaranya adalah:
10
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-23, h.6.
11
a. Data Primer
Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik
individu atau perseorangan seperti dari hasil wawancara atau hasil
observasi yang biasa dilakukan oleh peneliti.12 Dalam data primer,
peneliti atau observer melakukan sendiri observasi di lapangan,
pelaksanaannya dapat berupa survey langsung ke lembaga terkait.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen
grafis seperti table, catatan, notulen rapat, foto-foto, dan lain
sebagainya yang dapat memperkaya data primer.13
4. Tekhnik Pengumpulan Data
Tekhnik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi (pengamatan) adalah pengamatan dan pencatatan yang
sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.14 Observasi dilakukan
guna mendapatkan data dengan melakukan pengamatan langsung
ketempat penelitian yaitu Bank Syariah Mandiri Kantor Kantor
Wilayah III Jakarta, untuk mendapatkan data yang relevan, mencari
tahu kegiatan-kegiatan yang ada di instansi tersebut.
12
Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, h. 42. 13
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 22.
14
b. Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data atau informasi dengan
cara tanya-jawab sepihak, dikerjakan secara sistematik dan
berlandaskan pada tujuan penyelidikan.15 Adapun instrument yang
digunakan adalah pedoman wawancara terpimpin, yaitu pedoman
wawancara yang disusun secara terperinci dan lengkap dengan
sederetan pertanyaan.16 Dalam hal ini peniliti mengajukan pertanyaan
kepda pihak-pihak terkait.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah kumpulan data mengenai hal-hal atau variable
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda dan
sebagainya yang berkaitan dengan penelitian. Dalam hal ini peneliti
mengumpulkan data-data yang sudah tersimpan di Bank Syariah
Mandiri Kantor Kantor Wilayah III Jakarta.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif secara teoritis merupakan
proses penyusunan data untuk memudahkan penafsirannya. Data yang
dikumpulkan dalam penelitian kualitatif biasanya berbentuk data
deskriptif, yaitu data yang berbentuk uraian yang memaparkan keadaan
objek yang diteliti berdasarkan fakta-fakta aktual atau sesuai
kenyataannya. Sehingga menuntut penafsiran peneliti yang di nyatakan
oleh sasaran peneliti yang bersangkutan secara tertulis atau lisan, dan
15
Arief Subiantoro dan FX. Suwarto, Metode dan Penelitian Sosial, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2007), hy.97.
16
perilaku nyata, yang diteliti dan dipelajari adalah objek kajian utuh. Dalam
menganalisis data penulis menggunakan metode analisis deskriptif
kualitatif terhadap kelayakan pembiayaan gadai emas syariah dalam
meningkatkan usaha nasabah pada Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah
III Jakarta, yaitu suatu tekhnik analisis data di mana penulis terlebih
dahulu memaparkan semua data yang diperoleh dari hasil pengamatan
secara sitematis kemudian diklasifikasikan untuk dianalisis sesuai dengan
perumusan masalah dan tujuan penelitian, untuk selanjutnya disajikan
dalam bentuk laporan ilmiah dengan berpedoman pada buku pedoman
penulisan karya ilmiah.
6. Tekhnik penulisan
Adapun tekhnik penulisan yang digunakan berpedoman pada buku
pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) Tim
Penulis Hamis Nasuhi dkk. Diterbitkan oleh CeQDA UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Cetakan II, April 2007.
F. Sistematika Penulisan
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini berisi mengenai latar belakang masalah, pembatasan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika
BAB II: LANDASAN TEORI
Bab ini berisi mengenai landasan teori, pengertian analisa, pengertian
pembiayaan, jenis-jenis pembiayaan, produk-produk pembiayaan,
tujuan dan fungsi pembiayaan, pengertian gadai syariah, landasan
hukum gadai syariah, ketentuan hukum gadai syariah, manfaat dan
keuntungan gadai syariah, pengertian bank syariah.
BAB III: GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH MANDIRI
Bab ini berisi tentang sejarah umum Bank Syariah Mandiri,
perkembangan Bank Syariah Mandiri, visi dan misi Bank Syariah
Mandiri, struktur organisasi Bank Syariah Mandiri, produk dan
layanan Bank Syariah Mandiri.
BAB IV: ANALISIS KELAYAKAN PEMBIAYAAN GADAI EMAS
SYARIAH BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR WILAYAH III
JAKARTA
Bab ini berisi tentang analisis kelayakan pembiayaan gadai emas
syariah Bank Mandiri Syariah Kantor Wilayah III Jakarta, mekanisme
pembiayaan gadai emas syariah Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah
III Jakarta, dan strategi pemasaran produk pembiayaan gadai emas
syariah Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Analisis
1. Pengertian Analisis
Analisis berasal dari kata Yunani kuno analusis yang artinya melepaskan. Analusis terbentuk dari dua suku kata, yaitu Ana yang berarti kembali, dan Luein yang berarti melepas sehingga jika digabungkan maka artinya adalah melepas kembali atau menguraikan. Kata Anlusis ini di serap kedalam bahasa Inggris menjadi analysis yang kemudian di serap juga ke dalam bahasa Indonesia menjadi analisis.17 Analisis menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penelaahan yang dilakukan oleh
peneliti atau pakar bahasa dalam menggarap data kebahasaan yang
diperoleh dari penelitian lapangan atau dari pengumpulan teks (penelitian
kepustakaan)18
Definisi analisis menurut beberapa ahli;
Menurut Komarudin; analisis adalah kegfiatan berfikir untuk
menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen sehingga dapat
mengenal tanda-tanda komponen, hubungannya satu sama lain dan fungsi
masing-masing dalam satu keseluruhan yang terpadu.
Menurut Dwi Prastowo Darminto & Rifka Julianti; analisis merupakan
penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian
itu sendiri, serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian
yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.
Menurut Wirardi; analisis adalah aktivitas yang memuat sejumlah
kegiatan seperti mengurai, membedakan, memilih sesuatu untuk
digolongkan dan dikelompokkan kembali menurut kriteria tertentu
kemudian dicari kaitannya dan ditaksir maknanya.19
2. Jenis-jenis Analisis Data20
Analisis data merupakan salah satu langkah penting dalam rangka
memperoleh temuan-temuan hasil penelitian. Hal ini disebabkan, data
akan menuntun kita ke arah temuan ilmiah, bila dianalisis dengan
tekhnik-tekhnik yang tepat. Data yang belum dianalisis masih merupakan data
mentah. Dalam kegiatan penelitian, data mentah akan memberikan arti,
bila dianalisis dan ditafsirkan.
a. Data bermuatan kualitatif
Data bermuatan kualitatif disebut juga dengan data lunak. Data
semacam ini diperoleh melalui penelitian yang menggunakan
pendekatan kualitatif, atau penilaian kualitatif. Keberadaan data
bermuatan kualitatif adalah catatan lapangan yang berupa catatan atau
rekaman kata-kata, kalimat, atau paragraph yang diperoleh dari
wawancara menggunakan pertanyaan terbuka, observasi parsitipatoris,
atau pemaknaan peneliti terhadap dokumen atau peninggalan.
19
http://www.kamusq.com/2013/04/analisa-adalah-definisi-dan-arti-kata.html 20
b. Data bermuatan kuantitatif
Keberadaan data bermuatan kuantitatif adalah angka-angka (kuantitas),
baik diperoleh dari jumlah suatu penggabungan ataupun pengukuran.
Data bermuatan kuantitaif yang diperoleh dari jumlah suatu
penggabungan selalu menggunakan bilangan cacah. Contoh data
seperti ini adalah angka-angka hasil sensus, angka-angka hasil tabulasi,
terhadap jawaban angket atau wawancara terstruktur. Adapun data
bermuatan kuantitatif hasil pengukuran adalah skor-skor yang
diperoleh melalui pengukuran, seperti skor tes prestasi belajar, skor
skala motivasi, skor timbangan, dan semacamnya.
3. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data ada dua, yaitu teknik analisis data kualitatif dan
dan teknik analisis data kuantitatif. Teknik analisis data kualitatif berbeda
dengan teknik analisis data kuantitatif. Perbedaannya sebagai berikut;21
a. Teknik analisis data kualitatif
Analisis data kualitatif dilakukan dari sebelum penelitian, selama
penelitian, dan sesuadah penelitian.
b. Teknik analisis data kuantitatif
Teknik analisis data kuantitatif menggunakan pendekatan statistik.
Dalam teknik analisis data menggunakan statistic, terdapat dua macam
statistik yang digunakan yaitu statistik deskriptif dan diferensial.
21
B. Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Istilah pembiayaan pada dasarnya lahir dari pengertian I believe, I
trust, yaitu „saya percaya‟ atau „saya menaruh kepercayaan‟. Perkataan
pembiayaan yang artinya kepercayaan (trust) yang berarti bank menaruh kepercayaan kepada seseorang untuk melaksanakan amanah yang
diberikan oleh bank selaku shohibul maal. Dana tersebut harus digunakan dengan benar, adil, dan harus disertai dengan ikatan dan syarat-syarat yang
jelas serta saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.22
Pada dasarnya fungsi utama Bank Syariah tidak jauh beda dengan bank
konvensional yaitu menghimpun dana dari masyarakat kemudian
menyalurkannya kembali atau lebih dikenal sebagai fungsi intermediasi.
Dalam prakteknya bank syariah menyalurkan dana yang diperoleh dalam
bentuk pemberian pembiayaan, baik itu pembiayaan modal usaha maupun
untuk konsumsi.
Adapun pengertian pembiayaan menurut berbagai leteratur yang ada
sebagai berikut, menurut UU. No. 10 tahun 1998 tentang perbankan bab I
pasal 1 No. 12 bahwasannya pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang
22
mewajibkan pihak yang membiayai untuk mengembalikan uang tagihan
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.23
Pembiayaan yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak lain,
untuk mendukung investasi yang akan direncanakan, baik dilakukan
sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan
yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.24
Dalam perbankan konvensional, pembiayaan biasa disebut dengan
kredit. Kredit sering diartikan memperoleh barang dengan membayar
cicilan atau angsuran sesuai dengan membayar cicilan atau angsuran
sesuai dengan perjanjian. Dapat diartikan bahwa kredit bisa berbentuk
barang atau bentuk uang. Baik kredit berbentuk barang atau berbentuk
uang dalam hal pembayarannya adalah dengan metode angsuran.25 Dalam
perbankan syariah, istilah kredit tidak dikenal, karena bank syariah
memiliki skema yang berbeda dengan bank konvensional dalam
menyalurkan dananya kepada nasabah dalam bentuk pembiayaan.26
Agar sesuai dengan aturan norma Islam, lima unsur keagamaan yang
ditekankan dalam prinsip pembiayaan Islam yaitu;27
23
M. Syarif Arbi, Lembaga; Perbankan, Keuangan dan Pembiayaan, (Yogyakarta: BFE, 2013), h. 233.
24
Yusak Laksmana, Panduan Praktis Account Officer Bank Syariah, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2009), h.20.
25
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h. 72.
26
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Prenada Group, 2011), h. 103. 27
Mervyn K. Lewis dan Latifa M. Algoud, Perbankan Syariah Prinsip dan Prospek,
a. Tidak ada transaksi keuangan berbasis bunga (riba) b. Pengenalan pajak religious atau pemberian sedekah, zakat
c. Pelarangan produksi barang dan jasa yang bertentangan dengan hukum
Islam (haram)
d. Penghindaran aktivitas ekonomi yang melibatkan maysir (judi), gharar (transaksi yang tidak jelas)
e. Penyediaan takaful (asuransi syariah)
Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa pembiayaan
adalah suatu dana yang dikucurkan oleh suatu pihak kepada pihak yang
lain untuk membantu berjalannya suatu perusahaan yang sedang
membutuhkan dana, baik dilakukan secara sendiri maupun secara
lembaga. Dengan demikian diadakan perjanjian terlebih dahulu perjanjian
antara sipeminjam dengan yang meminjamkan untuk mengembalikan dana
tersebut setelah jatuh tempo yang telah ditentukan dengan imbalan atau
bagi hasil.
2. Jenis-Jenis Pembiayaan
Jenis-jenis pembiayaan di bank syariah maupun non bank pada
umumnya dapat dilihat dari;
Kegunaannya, dibedakan dalam:
a. Pembiayaan modal kerja, yakni pembiayaan yang ditujukan untuk
memberikan modal usaha untuk mendukung operasional perusahaan
lancar. Seperti pembelian bahan baku, pembayaran upah buruh, atau
barang yang diperdagangkan.
b. Pembiayaan investasi, pembiayaan yang ditunjukan untuk modal usaha
pembelian sarana alat produksi atau pembelian barang modal berupa
aktiva tetap/inventaris. Pembiayaan investasi yaitu pembiayaan jangka
menengah atau jangka panjang untuk pembelian barang-barang modal
diperlukan, untuk;
1) Pendirian proyek baru, yakni pendirian atau pembangunan proyek/
pabrik dalam rangka usaha baru
2) Rehabilitasi, yakni penggantian mesin/peralatan lama yang sudah
rusak dengan mesin atau peralatan baru dengan mesin atau
peralatan baru yang lebih baik
3) Modernisasi, yaitu penggantian menyeluruh mesin atau peralatan
yang lama dengan mesin atau peralatan baru yang tingkat
tekhnologinya lebih baik atau tinggi.
4) Ekspansi, yakni penambahan mesin atau peralatan yang telah ada
dengan mesin atau peralatan baru dengan tekhnologi yang sama
atau lebih baik.
5) Relokasi proyek yang sudah ada, yakni pindahan lokasi proyek
secara keseluruhan (termasuk saran penunjang kegiatan pabrik,
seperti laboratorium dan gudang) kesuatu tempat ke tempat yang
c. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang ditunjukan untuk
pembelian suatu barang yang digunakan untuk kepentingan
perseorangan (pribadi) diluar usaha.
Dalam menetapkan akad pembiayaan konsumtif, langkah-langkah
yang perlu dilakukan bank adalah sebagai berikut:
1) Apabila kegunaan pembiayaan yang dibutuhkan nasabah adalah
kebutuhan konsumtif semata, dilihat dari sisi apakah pembiayaan
tersebut terbentuk pembelian barang atau jasa.
2) Jika untuk pembelian barang factor selanjutnya yang harus dilihat
berbentuk ready stock atau good in process.
3) Jika pembiayaan tersebut dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan nasabah dibidang jasa, pemberian yang diberikan adalah
ijarah.28
3. Produk Pembiayaan
Dalam menyalurkan dananya pada nasabah secara garis besar produk
pembiayaan syariah terbagi kedalam empat kategori yang dibedakan
berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu:29
a. Pembiayaan dengan prinsip jual beli
Produk-produk yang terdapat dalam pembiayaan jual-beli yaitu:
1. Murabahah
Pembiayaan dengan akad jual beli dimana harga dan keuntungan
disepakati antara penjual dan pembeli.
28
Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), edisi-3, h. 231-234.
29
2. Ba’i Assalaam
Perjanjian jual beli barang dengan cara pemesanan dengan
syarat-syarat tertentu dan pembayaran harga terlebih dahulu.
3. Ba’i Istitsna
Pembiayaan yang dilakukan dengan cara pembeli dengan memesan
barang yang akan dibuat oleh penjual.
b. Pembiayaan dengan prinsip sewa
Adapun produknya yaitu:
1. Al-ijarah
Akad pembiayaan hak guna atas barang dan jasa, melalui
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barang itu sendiri.
2. Al-ijarah muntahiya biltamlik/waiqtina
Adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang yang diakhiri
dengan perpindahan kepemilikan barang dari pihak yang
memberikan sewa kepada pihak penyewa.
c. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil
1. Musyarakah
Adalah perjanjian diantara pemilik dana/modal untuk
mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu
dengan pembagian keuntungan diantara pemilik dana/modal
2. Al-Mudharabah
Adalah perjanjian antara penanam dana dan pengelola dana untuk
melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan
antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati.
3. Al-Muzara’ah
Bagi hasil dengan konsep Al-muzara’ah merupakan kerja sama pengelolaan pertanian antara pemilik lahan dengan penggarap
lahan. Konsep hasil muzara’ah ini dalam perbankan diaplikasikan
dalam bidang plantation atas dasar bagi hasil di mana pemilik
lahan menyediakan lahan, benih, tenaga, dan waktu.
4. Al-musaqah
Pembiayaan bagi hasil dengan system musaqah ini merupakan bentuk yang lebih sederhana dari system muzara’ah karena
keterlibatan penggarap lebih sedikit. Dalam system musaqah ini penggarap hanya bertugas dengan bertanggung jawab untuk
penyiraman dan memelihara lahan pertanian tersebut atas jasa ini
ia dapat bagian hasil rasio tertentu.
d. Pembiayaan dengan akad pelengkap/ jasa layanan
1. Rahn (gadai)
Rahn adalah gadai yang dilakukan nasabah kepada pihak yang bertujuan untuk memberikan kepastian pembayaran kembali
gadaian dalah hal ini harus milik nasabah sendiri dengan ukuran
dan sifat yang jelas.
2. Qard (pinjaman)
Qard adalah pinjaman uang yang diberikan oleh pihak perbankan syariah kepada nasabahnya.
3. Wakalah
Wakalah merupakan tindakan member mandat atau kuasa kepada
pihak lain untuk melakukan suatu pekerjaan atau jasa, maka kedua
belah pihak harus capak hukum. Dalam hal ini, nasabah bisa
memberikan kuasa kepada satu bank atau lebih jika dianggap
sesuai dan memungkinkan.
4. Kafalah (garansi)
Kafalah dapat diartikan sebagai jaminan yang diberikan oleh pihak
penanggung kepada pihak ke tiga untuk memenuhi kewajiban
pihak kedua atau pihak yang ditanggung.
5. Hiwalah
Hiwalah bermakna pengalihan utang dari pihak yang berutang
kepada pihak lain (pihak ke tiga) yang kemudian berkewajiban
melunasi utang tersebut kepda pihak pertama.
4. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan
a. Tujuan Pembiayaan
Tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah untuk
meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai
dengan nilai-nilai Islam. Pembiayaan tersebut harus dapat dinikmati
oleh sebanyak-banyaknya pengusaha yang bergerak dibidang industri,
pertanian, dan perdagangan untuk menunjang kesempatan kerja dan
menunjang produksi dan distribusi barang-barang dan jasa-jasa dalam
rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.30
b. Fungsi Pembiayaan
Keberadaan bank syariah yang menjalankan pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah bukan hanya untuk mencari keuntungan
dan meramaikan bisnis perbankan di Indonesia, tetapi juga untuk
menciptakan lingkungan bisnis yang aman, diantaranya:
1. Memberikan pembiayaan dengan prinsip syariah yang menerapkan
system bagi hasil yang tidak memberatkan debitur.
2. Membantu kaum dhuafa yang tidak tersentuh dengan bank konvensional karena tidak mampu memenuhi persyaratan yang
ditetapkan oleh bank konvensional.
30
3. Membantu masyarakat ekonomi lemah yang selalu dipermainkan
oleh rentenir dengan membantu melalui pendanaan untuk usaha
yang dilakukan.31
C. Gadai Emas Syariah
1. Pengertian Gadai Emas Syariah (Rahn)
Gadai dalam bahasa Arab disebut dengan Rahn. Rahn menurut bahasa Arab adalah: jaminan hutang, gadaian.32 seperti juga dinamai Al-Habsu, artinya: penahanan.33
Ar-Rahn adalah menahan salah satu harta milik sipeminjam sebagai
jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut
memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan
memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau
sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan piutang atau gadai.34
Kita ketahui dalam kitab Undang-undang Hukum Pasal 1150 yang
menyatakan bahwa: gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang
berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh
seorang berutang atau seorang lain atas namanya, dan yang memberikan
kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari
31
Yusuf, Ayus Ahmad, dan Abdul Aziz, Menejemen Operasional Bank Syariah, h.69. 32
A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), Edisi. II, h. 542.
33
A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir, Edisi. II, h. 231. 34
barang tersebut secara didahulukan dari orang-orang untuk melelang
barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan
setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan.35
Gadai adalah menjadikan suatu benda bernilai menurut pandangan
syara‟ sebagai tanggungan utang, dengan adanya benda yang menjadi
tanggungan itu seluruh atau sebagian utang dapat diterima.36
Sedangkan menurut Hasbi Ash Shiddieqy, rahn adalah akad yang objeknya menahan harga terhadap sesuatu hak yang mungkin diperoleh
bayaran dengan sempurna dirinya.37
Adapun pengertian rahn menurut Imam Ibnu Qudhamah dalam Kitab al-Mughni adalah sesuatu benda yang dijadikan kepercayaan dari suatu
utang untuk dipenuhi dari harganya, apabila yang berhutang tidak sanggup
membayarnya dari orang yang berpiutang.38
Gadai Emas Syariah adalah penggadaian atau penyerahan hak
penguasa secara fisik atas harta atau barang (berupa emas) dari nasabah
(ar-rahin) kepada bank (al-murtahin) untuk dikelola dengan prinsip
35
Andri Soemitra, M.A. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 187.
36
Ahmad Azhar Basyir, Riba, Utang-Piutang, dan Gadai, (Bandung: Al-Ma‟rif, 1984), h. 86-87.
37
Hasbi Ash-Siddieqy, Pengantar Fiqih Muamalah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h. 86-87.
38
Rahnu yaitu sebagai jaminan (al-marhun) atas peminjaman atau utang
(al-marhunbiih) yang diberikan kepada nasabah atau peminjaman tersebut.39
Kesimpulannya bahwa rahn adalah menahan barang jaminan milik si peminjam (rahin), baik yang bersifat materi atau manfaat tertentu, sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang diterima tersebut
memiliki nilai ekonomis, sehingga pihak yang menahan (murtahin) memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian
hutangnya dari barang gadai tersebut apabila pihak yang menggadaikan
tidak dapat membayar hutang tepat pada waktunya.
2. Landasan Hukum Gadai Emas Syariah
a. Al-Qur‟an
tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dapat dijadikan sebagai pegangan (oleh yang mengutangkan), tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian orang lain, maka hendaklah yang dipercaya itu menunaikan amanah (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah SWT, Tuhannya. Dan janganlah kamu
menyembunyikan kesaksian, karena barang siapa yang
menyembunyikan nya, sungguh, hatinya kotor, (berdosa). Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Baqarah (20): 283).
Ayat tersebut secara spesifik menyebutkan “barang tanggungan
yang dapat dijadikan sebagai pegangan (oleh yang mengutangkan)”.
39
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi,
Dalam dunia financial, barang tanggungan bisa dikenal sebagai
jaminan collateral atau objek pegadaian. b. Al-Hadits
“Anas Radhiyallahu „Anhu berkata: “Sesungguhnya Nabi Shalallahu
„Alaihi wa Sallam pernah menggadaikan baju besinya di Madinah
kepada orang Yahudi, sementara Beliau mengambil gandum dari orang
tersebut untuk memenuhi kebutuhan keluarga Beliau.”40
Dari Hadits diatas dapat dipahami bahwa bermuamalah dibenarkan
juga dengan non muslim dan harus ada jaminan sebagai pegangan,
sehingga tidak terjadi kekhawatiran bagi yang member utang.
c. Ijtihad Ulama
Para ulama sependapat, bahwa perjanjian gadai hukumnya mubah
(boleh). Namun ada yang berpegang kepada zakir ayat, yaitu gadai
hanya diperbolehkan dalam keadaan bepergian saja, seperti paham
yang dianut oleh Madzhab Zahiri, Mujahid dan al-Dhahak. Sedangkan
jumhur (kebanyakan Ulama) membolehkan gadai, baik dalam
bepergian maupun tidak, seperti telah disebutkan dalam Hadits diatas.
Jadi secara umum rahn (gadai) boleh dilakukan, karena kegiatan
tersebut pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW.
40
3. Ketentuan Hukum Gadai Emas Syariah
Transaksi gadai menurut syariah haruslah memenuhi rukun dan syarat
tertentu, yaitu:
a. Rukun gadai: adanya ijab dan kabul; adanya pihak yang berakad, yaitu
pihak yang menggadaikan (rahn) dan yang menerima gadai
(murtahin); adanya jaminan (marhun) berupa barang atau harta;
adanya utang (marhun bih).
b. Syarat sah gadai: rahn dan murtahin dengan syarat-syarat: kemampuan juga berarti kelayakan seseorang untuk melakukan transaksi pemilikan,
setiap orang yang sah melakukan jual beli sah melakukan gadai. Sighat dengan syarat tidak boleh terkait dengan masa yang akan datang dan
syarat-syarat tertentu. Utang (marhun bih) dengan syarat harus merupakan hak yang wajib diberikan atau diserahkan kepada
pemiliknya, memungkinkan pemanfaatannya bila sesuatu yang
menjadi utang itu tidak bisa dimanfaatkan maka tidak sah, harus
dikuantifikasi atau dapat dihitung jumlahnya bila tidak dapat diukur
atau tidak dikuantifikasi, rahn itu tidak sah. Barang (Marhun) dengan syarat harus bisa diperjual belikan, harus berupa harta yang bernilai,
marhun harus bisa dimanfaatkan secara syariah, harus diketahui
keadaan fisiknya, harus dimiliki oleh rahn setidaknya harus seizin pemiliknya.41
41
Menurut Fatwa DSN-MUI No. 26/ DSN-MUI/III/2002 gadai emas
syariah harus memenuhi ketentuan umum berikut:
1. Rahn emas dibolehkan berdasarkan prinsip rahn.
2. Ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhun) ditanggung oleh penggadai (rahn).
3. Ongkos penyimpanan besarnya didasarkan pada pengeluaran yang
nyata-nyata diperlukan.
4. Biaya penyimpanan barang (marhun) dilakukan berdasarkan akad ijarah.
Pada dasarnya pegadaian syariah berjalan di atas dua akad transaksi
syariah, yaitu:42
1) Akad rahn. Rahn yang dimaksud adalah menahan harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya, pihak
yang menahan memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh
sebagian piutangnya. Dengan akad ini, pegadaian menahan barang
bergerak sebagai jaminan atas utang nasabah.
2) Akad Ijarah. Yaitu akad pemindahan hak guna atas barang dan/atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barangnya sendiri. Melalui akad ini dimungkinkan
bagi pegadaian untuk menarik sewa atas penyimpanan barang bergerak
milik nasabah yang telah melakukan akad.
42
4. Manfaat dan Keuntungan Gadai Emas
a. Manfaat Gadai Emas
Manfaat yang dapat diambil oleh bank dari prinsip rahn adalah sebagai
berikut:
1. Menjaga kemungkinan nasabah untuk lalai atau bermain-main
dengan fasilitas pembiayaan yang diberikan oleh bank.
2. Memberikan keamanan bagi semua penabung dan pemegang
deposito bahwa dananya tidak akan hilang begitu saja jika nasabah
peminjam ingkar janji karena ada suatu asset atau barang marhun yang dipegang oleh bank.
3. Jika rahn diterapkan dalam mekanisme pegadaian atau gadai, sudah barang tertentu akan sangat membantu saudara kita yang
kesulitan dana, terutama di daerah-daerah terpencil.
4. Adapun manfaat yang langsung di dapat oleh bank adalah
biaya-biaya kongkret yang harus dibayar oleh nasabah untuk
pemeliharaan dan keamanan asset tersebut.
Jika penahanan asset berdasarkan fidusia (penahanan barang
bergerak maupun tidak bergerak sebagai jaminan pembayaran),
nasabah juga harus membayar biaya asuransi yang besarnya sesuai
dengan yang berlaku secara umum.43
43Muhammad Syafi‟I Antonio,
b. Keuntungan Gadai Emas Syariah
Gadai Emas Syariah memiliki sejumlah keuntungan, keuntungan gadai
emas syariah yang bisa kita dapatkan diantaranya adalah:
1. Gadai emas syariah tidak mengandung unsur riba, seperti bunga
pinjaman, sehingga produk ini benar-benar mencerminkan
semangat tolong menolong sesama yang sedang mengalami
kesulitan keuangan jangka pendek.
2. Gadai emas syariah tergolong jenis pembiayaan yang likuid
(mudah dicairkan). Bagi nasabah yang membutuhkan pinjaman
cepat dan mudah, produk gadai emas syariah dapat dijadikan
pilihan.
3. Prosedur gadai emas syariah tergolong mudah dan tidak
berbelit-belit.
4. Gadai emas syariah tergolong aman bagi bank pemberi pinjaman
sebeb emas memiliki nilai yang relatif stabil dibandingkan dengan
barang jaminan lainnya.44
D. Bank Syariah
Kata bank berasal dari kata Banque dalam bahasa Prancis, dan dari kata Banco dalam bahasa Italy, yang berarti peti atau lemari atau bangku. Kata
44
peti atau lemari menyiratkan fungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda
berharga, seperti emas, berlian, uang, dan sebagainya.45
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.46
Kata syariah berasal dari bahasa Arab, dari akar syara’, yang berarti
jalan, cara, aturan. Syariah digunakan dalam arti luas dan sempit. Dalam arti
luas, syariah dimaksudkan sebagai seluruh ajaran dan norma-norma yang
dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, yang mengatur kehidupan manusia baik
dalam aspek kepercayaan maupun dalam aspek tingkah laku praktisnya.
Singkatnya, syariah adalah ajaran-ajaran agama islam itu sendiri, yang
dibedakan menjadi dua aspek, yaitu ajaran tentang kepercayaan (akidah) dan
ajaran tentang tingkah laku (amaliah). Dalam hal ini, syariah dalam arti luas identik dengan syara’ (asy-syar’) dan ad-din (agama islam). Dalam arti sempit, syariah merujuk kepada aspek praktis (amaliah) dari syariah dalam arti
luas, yaitu aspek yang berupa kumpulan ajaran atau norma yang mengatur
tingkah laku konkret manusia. Syari‟ah dalam arti sempit inilah yang lazim
diidentikkan dan diterjemahkan sebagai hukum islam.
Jadi bank syariah adalah bank yang melakukan kegiatan usaha
perbankan berdasarkan prinsip syariah. Sebagaimana telah ditegaskan dalam
45
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta: Ekonisia, 2003), h. 27.
46
penjelasan UU Perbankan Syariah bahwa kegiatan usaha yang tidak
mengandung unsur riba, maisir, gharar, haram, dan zalim.47
Menurut Heri Sudarsono, pada umumnya yang dimaksud bank syariah
adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan
jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroprasi
disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah. Oleh karena itu, usaha bank akan
selalu berkaitan dengan masalah uang yang merupakan barang dagangan
utamanya.48
47
A. Wangsawidjaja Z, Pembiayaan Bank Syariah, h. 15-16. 48
BAB III
PROFIL UMUM BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR WILAYAH III JAKARTA
A. Sejarah Bank Syariah Mandiri
Nilai – nilai perusahaan yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan
integritas telah tertanam kuat pada segenap insan Bank Syariah Mandiri
(BSM) sejak awal pendiriannya. Kehadiran BSM sejak tahun 1999,
sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan
moneter 1997 – 1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter
sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di
panggung politik nasional, telah menimbulkan beragam dampak yang negatif
yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak
terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional
yang didominasi oleh bank – bank konvensional mengalami krisis luar biasa.
Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan
merekapitalisasi sebagian bank – bank di Indonesia.
Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang
dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang
Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha
keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing. Pada saat bersamaan, pemerintah
melakukan penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank
Bumi Daya, Bank Exim dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT
Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan
tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Sebagai pemilik mayoritas baru BSB.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah.
Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan
syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas
berlakunya UU No. 10 Tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk
melayani transaksi syariah (dual banking system). Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut merupakan
momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari
konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan
Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya,
sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank
yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah
Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23
tanggal 8 September 1999.
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah
dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No.
1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya melalui surat keputusan
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/1999, BI
pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara
resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1
November 1999.49
PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang
mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai – nilai rohani, yang
melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni dan idealisme usaha dan nilai –
nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri
dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama
membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.
B. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri50
Tageline Bank Syariah Mandiri: “Terdepan , Modern, Menentramkan”.
Terdepan, Adalah komitmen BSM untuk selaliu menjadi bank syariah
yang terbaik dan terbesar.
Modern, Adalah komitmen BSM untuk terus berinovasi dari sisi
produk, layanan, teknologi dan sumber daya manusia yang professional sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan perbankan syariah.
Menentramkan, Adalah komitmen BSM untuk memberikan rasa aman
dan nyaman dalam melakukan aktifitas perbankan sesuai prinsip syariah bagi
seluruh stakeholder.
49
Company Profile, Bank Syariah Mandiri. Tbk. 50
a. Visi Bank Syariah Mandiri
“Bank Syariah Terdepan dan Modern” (The Leading & Modern Sharia
Bank).”
Bank Syariah Terdepan, Menjadi bank syariah yang selalu unggul di
antara industry perbankan syariah di Indonesia pada segmen consumer,
micro, SME, Commercial, dan Corporate.
Bank Syariah Modern, Menjadi bank syariah dengan system layanan
dan teknologi mutakhir yang melampaui harapan nasabah.
b. Misi Bank Syariah Mandiri
1. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan di atas rata-rata industry
yang berkesinambungan.
2. Meningkatkan kualitas produk dan layanan berbasis teknologi yang
melampaui harapan nasabah.
3. Mengutaman penghimpunan dana murah dan penyaluran pembiayaan
pada segmen ritel.
4. Mengembangkan bisnis atas dasar nilai-nilai syariah universal.
5. Mengembangkan manajemen talenta dan lingkungan kerja yang sehat.
C. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta;
Sekretaris
Sumber: Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta
D. Produk-produk dan Layanan Bank Syariah Mandiri51
Bank Syariah Mandiri merupakan salah satu Bank Syariah yang
banyak diminati oleh masyarakat luas saat ini. Oleh karena itu upaya untuk
senantiasa melayani dan memenuhi kebutuhan nasabah dalam pengelolaan
keuangan secara syariah akan terus selalu dikembangkan. Dalam perbankan
51
Data Bagian Marketting, Bank Syariah Mandiri Kantor Wilayah III Jakarta, diperoleh pada tanggal 12 April 2016.
Bisnis Operasional
Marketing
Kantor Wilayah III
Legal
Staff
General Affair
Staff
Performance & Budgeting
syariah yang mengutamakan keseimbangan layanan untuk kesejahteraan
financial dan spiritual maka produk dan layanan yang kini terdapat di Bank
Syariah Mandiri saat ini meliputi:
a. Produk Pendanaan Bank Syariah Mandiri:
1. BSM Tabungan, Tabungan dalam mata uang rupiah dengan akad
Mudharabah Mutlaqah yang penarikannya sesuai syarat tertentu yang
disepakati.
2. BSM Tabungan Berencana, Tabungan berjangka dengan nisbah bagi hasil berjenjang serta kepastian bagi penabung maupun ahli waris
untuk memperoleh dananya sesuai target waktu dan perlindungan
asuransi gratis.
3. BSM Tabungan Simpatik, Tabungan dalam mata uang rupiah
berdasarkan prinsip Wadiah, yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat berdasarkan syarat – syarat tertentu yang telah disepakati.
4. Tabungan Ku BSM, Tabungan untuk perorangan dengan persyaratan
mudah dan ringan yang diterbitkan secara bersama oleh bank-bank di
Indonesia guna menumbuhkan budaya menabung serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
5. BSM Tabungan Mabrur, Tabungan untuk membantu masyarakat untuk
merencanakan ibadah haji dan umrah.
6. BSM Tabungan Mabrur Junior, Tabungan dalam mata uang rupiah
untuk membantu pelaksanaan ibadah haji & umrah khusus untuk usia
7. BSM Tabungan Dollar, Tabungan dalam mata uang Dollar yang
penarikan dan setorannya dapat dilakukan setiap saat atau sesuai
ketentuan dengan menggunakan slip penarikan.
8. BSM Tabungan Investa Cendekia (TIC), Tabungan berjangka yang
diperuntukkan bagi masyarakat dalam melakukan perencanaan
keuangan, khususnya pendidikan bagi putra/putrid.
9. BSM Deposito, Produk investasi berjangka yang penarikannya hanya
dapat dilakukan setelah jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan.
10.BSM Deposito Valas, Produk investasi berjangka yang penarikannya
hanya dapat dilakukan setelah jangka waktu tertentu sesuai
kesepakatan dalam bentuk valuta asing.
11.BSM Giro, Simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat
dengan menggunakan cek, bilyet giro atau alat perintah bayar lainnya
dengan prinsip Wadiah Yad Adh – Dhamanah.
12.BSM Giro Valas, Simpanan dalam mata uang dollar Amerika yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan prinsip Wadiah Yad
Adh – Dhamanah.
13.BSM Giro Singapore Dollar, Simpanan dalam mata uang Dollar
Singapore yang penarikkannya dapat dilakukan setiap saat dengan
prinsip Wadiah Yad Adh – Dhamanah.
14.BSM Giro Euro, Simpanan dalam mata uang Euro yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan prinsip Wadiah Yad Adh –