• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI LAMPUNG"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI LAMPUNG

Oleh SUSANTI

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah faktor-faktor produksi yang diwakili oleh infrastruktur (jalan, listrik, puskesmas dan sekolah) mempunyai pengaruh dan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung. Data yang digunakan adalah data runtun waktu tahun 1998-2012, dengan menggunakan regresi berganda dengan pendekatan metode Ordinary Least Square (OLS).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari keempat variabel bebas diatas mempunyai tiga variabel yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu listrik, puskesmas dan sekolah, dan satu variabel lagi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan yaitu jalan. Secara parsial variabel infrastruktur listrik, puskesmas dan sekolah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung. Berdasarkan perhitungan elastisitas diperoleh koefisien variabel infrastruktur jalan sebesar 1,505, infrastruktur listrik sebesar 0,144, infrastruktur puskesmas 0,173, dan infrastruktur sekolah sebesar 0,113.

(2)

ABSTRACT

EFFECT OF INFRASTRUCTURE TO THE GROSS DOMESTIC REGIONAL PRODUCT (GDRP) IN LAMPUNG PROVINCE

By SUSANTI

This study was conducted to determine whether the factors of production are represented by the infrastructure (roads, electricity, health centers and schools) have influence and contribute significantly to economic growth in the Lampung province.The data used are time series data years 1998-2012, using a multiple regression approach Ordinary Least Square method (OLS).

The results of this study showed that the four independent variables above have three variables that have a significant impact on economic growth, namely electricity, health centers and schools, and one more variable does not have significant influence is road infrastructure.In partial, electricity, health centers and schools infrastructure affect the economic growth in the Lampung province.Based on the calculation of the variable elasticity show that coefficient for road infrastructure is 1,505, electrical infrastructure at 0.144, infrastructure health centers is 0.173, schools and infrastructure amounted to 0.113.

(3)

PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI LAMPUNG

Oleh SUSANTI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Desa NR. Tenumbang, Kecamatan Biha, Kabupaten Pesisir Barat

yang dahulu masih Kabupaten Lampung Barat sebelum pemekaran. Pada tanggal

03 0ktober 1991, sebagai anak ke lima dari lima bersaudara dari buah hati

pasangan Bapak Husaini dan Ibu Ayatul Aini.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal di Sekolah Dasar Negeri 01 NR.

Tenumbang, Kecamatan Biha, Kabupaten Pesisir Barat. Pada tahun 2004 dan

melanjutkan di SMP Negeri 02 Krui, Kecamatan Pesisir Tengah yang lulus pada

tahun 2007. Selanjutnya, penulis melanjutkan Sekolah Menengah Atas (SMA) di

SMAN 01 Krui yang selesai pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis diterima

sebagai mahasiswa di Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Lampung

Jurusan Ekonomi Pembangunan melalui jalur Penerimaan Kemampuan Akademik

Minat dan Bakat (PKAB).

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif di organisasi seperti UKMF

BEMF sebagai Brigadir Muda (BRIGMUD), tahun 2010 semester awal, dan di

ROIS FEB sebagai anggota muda (Kahfi). Di tahun 2011 penulis dipercaya

sebagai Staf Sekretaris UMUM pada tahun 2012 sebagai Sekretaris Bidang

Keputrian di UKMF ROIS FEB UNILA. Selanjutnya pada awal tahun 2013

penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Negeri Jemanten, Kec.

(7)

MOTO

“Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, dan apabila telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh sungguh (urusan) yang lain.”

(SR. Al-Insyirah, 6-7)

“Jangan pernah mengambil langkah mundur walaupun untuk

mengambil kesempatan karena hanya orang yang berani gagal yang bisa meraih sukses besar.”

(Susanti)

“Jika dikau mau menerima sinar matahari dan kehangatannya maka dikaupun harus mau menerima petir dan halilintar”

(8)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmannirohim..

Dengan segala ketulusan hati, doa serta rasa syukur kepada allah SWT, penulis

persembahkan sebuah karya kecil ini kepada:

Kedua orang tua, Bak dan Mak ku tercinta yang dalam sujudnya selalu berdoa

untuk keberhasilan dan kesuksesanku serta cinta, kasih sayang, motivasi,

semangat, nasehat dan kesabaran yang tak pernah berhenti dan tak mampu

terbalaskan sampai kapanpun kepada anakmu ini.

Juga untuk kakak-kakakku yang luar biasa, Wo Neta, Ngah Lin, Kak Ria dan

Abang Robi Pancawira, serta keponakankku tersayang Salsa, Luthfi, Mawar dan

Atikah, terima kasih atas doa dan dukungannya.

Kalianlah yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan studi dan

selalu memberikan warna dalam hidupku juga penyemangat dalam setiap

langkahku.

Dosen-dosen serta sahabat-sahabat Ekonomi Pembangunan, UKMF ROIS FEB,

yang turut memberikan arahan, dukungan dan motivasinya, juga doa yang

menambahkan semangat atas selesainya skripsi ini, terima kasih atas kebersamaan

kita selama 4 tahun di Fakultas Ekonomi.

Almamater tercinta. Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

(9)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah Swt, karena atas rahmat dan

hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi dengan berjudul “Pengaruh Infrastruktur Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Di Provinsi Lampung” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.E.P., selaku Ketua Jurusan

3. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E., selaku sekretaris jurusan Ekonomi

Pembangunan. Terima kasih untuk bimbingan dan arahan selama masa

perkuliahan sampai dengan saat ini.

4. Bapak Dr. Hi. Toto Gunarto, S.E., M.Si., selaku Pembimbing Skripsi atas

kesediannya untuk memberikan bimbingan, arahan, kesabaran, waktu, saran,

(10)

semangat dan motivasi dalam proses penyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Rahmat, S.E., selaku Pembimbing Akademik.

7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang telah dengan tulus

memberikan ilmu dan pelajaran dengan baik.

8.

Para staf dan pegawai di Jurusan Ekonomi Pembangunan (Ibu Mardiana, Ibu

Yati dan Pakde Heriyanto) serta pegawai di Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. Terima kasih telah membantu proses kelancaran skripsi ini.

9. Mak dan Bak tercinta yang tidak pernah lelah untuk mendoakan, memberikan

semangat dan motivasi, berusaha dengan segenap daya upaya serta kesabaran

untuk terciptanya keberhasilan masa depanku, semoga Allah SWT senantiasa

memberikan kesehatan kepada Mak/Bak.

10.

Kakak-kakak ku tercinta wo Neta, ngah Lin, kakak Ria, dan abang Robi.

Terima kasih telah memberikan dukungan moril maupun materil selama ini.

Serta keponakan-keponakan ku tersanyang Salsa, Lutfhi, Mawar dan Atikah.

Sungguh kehadiran kalian disisiku adalah anugerah terindah yang Allah berikan kepadaku yang tak pernah bisa terbalaskan.

11. Terima kasih kepada seluruh keluarga besarku atas doa dan dukungannya

dalam penyelesaian skripsi ini.

12. Untuk calon suamiku kelak, berharap kita dipertemukan dalam kondisi

terbaik. Semoga pertemuan kita menjadi momen terindah dibawah Naungan

(11)

hidupku.

14. Keluarga dan sahabatku di UKMF ROIS FEB : Nurmala, Reni, Mita, Prima,

Mala, Dian, Eva, Susi, Wulan, Heni, Ika, Mba Mirna dan semua keluarga

besar ROIS FEB UNILA. Jazakumullah khairan katsir atas kehadiran kalian

yang sungguh memotivasi perbaikan diri.

15. Sahabat-sahabat terbaikku yang berjuang bersama-sama. Enni, Tut Wuri,

Dina, Desta, Monik, Shinta. Terima kasih untuk segalanya. Percayalah segala

usaha yang telah kita lakukan kelak akan berbuah manis.

16.

Keluarga besar forum Agenda Wajib : Mba Iik, Mba Aulia, Mba Citra, Delly,

Mba Ofi, Mba Eva, Nurul, Rizky, Febby, Ima, Rofa, Latifa, Wiwik dan Ridho. Terima kasih sudah memberi inspirasi dan kebaikan tanpa pamrih.

17. Teman-teman satu angkatan Ekonomi Pembangunan 2010. Erika, Tifa,

Ajeng, Desita, Desi, Echy, Fischa, Via, Citra, Mustika, Tetik, Icha, Danny

Chandra, Ridwan, Depi, Devi, Paul, Diah, Fida, Dani, Dania, Army, Febry,

Ardan, Atha, Cepew, Astri, Rini, Moza, Princes, Dinasty, Dicky, Darus,

Dimas dan Chairman yang lainnya yang tidak dapat dituliskan satu persatu.

Terima kasih untuk kepeduliannya selama ini. Semoga kedepannya kita akan

selalu sukses aamiin.

18. Sahabat-sahabat ku dari SMA yang satu perjuangan Ali, Wo Hanna, Cudo

Tika, Wo Qory, Wo Dian, Selfy, Ngh Yanti terimakasih atas Kepedulian dan

(12)

Makasih atas kebersamaannya selama ini, kalian yang telah mengisi hari-hari

ku semakin berwarna.

20. Keluarga KKN Negeri Jemanten, Kec. Marga Tiga, Kab. Lam-Tim : Eka,

Ani, Novi, William, Yomi, Datas, Topik, Bang Maliki, bang Ari, keluarga

Ibu dan Bapak Malik, terimakasih cerita indah pada masa KKN.

21. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini namun tidak

dapat disebutkan oleh penulis satu persatu, terima kasih.

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan alhamdulillahi

robbil’alamin, syukur tak terhingga hanya kepada Allah swt, kepada-Nyalah

bermuara segala keberkahan. penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini

dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, Juni 2014

Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ... i

DAFTAR TABEL ... ... iv

DAFTAR GAMBAR . ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Kerangka Pemikiran ... 12

E. Hipotesis ... 14

F. Sistematika Penulisan ... 14

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 16

1. Teori Pertumbuhan Klasik ... 20

2. Teori Harrod-Domar ... 21

3. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik... 21

4. Teori Pertumbuhan Rostow ... 24

B. Pengertian Infrastruktur ... 25

1. Infrastruktur Jalan ... 30

2. Infrastruktur Listrik ... 32

3. Infrastruktur Puskesmas (Kesehatan) ... 33

4. Infrastruktur Sekolah (Pendidikan) ... 34

(14)

C. Pengertian Pembangunan ... 39

1.Teori Pembangunan ... 39

D. Infrastruktur dan Pertumbuhan Ekonomi ... 40

E. Pengaruh Modal Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 43

F. Infrastruktur dan Stabilitas Ekonomi ... 46

G. Tinjauan Empirik ... 47

III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data ... 52

B. Batasan Variabel ... 53

C. Metode Pengolahan Data ... 54

D. Metode Analisis Data ... 54

E. Uji Asumsi Klasik ... 55

1. Uji Normalitas ... 55

2.

Uji Multikolinearitas ... 56

3. Uji Heteroskedastisitas ... 56

4. Uji Autokorelasi ... 57

F. Uji Hipotesis ... 58

1. Uji F-statistik ... 58

2. R-Squared (R2) ... 59

3. Uji t-stastistik ... 59

G. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 60

1. Sejarah Provinsi Lampung ... 60

2. Letak Geografis ... 62

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HasilPenelitian ... 64

B. Uji Asumsi Klasik ... 66

1. Uji Normalitas ... 67

2. Uji Multikolinearitas ... 68

3. Uji Heteroskedastisitas ... 69

4. Uji Autokorelasi ... 70

(15)

1. Uji F ... 70

2. Koefisien Determinasi (R2) ... 71

3. Uji t Statistik ... 71

D. Pembahasan ... 76

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 84

B. Saran ... 85

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perkembangan PDRB (juta) di Provinsi Lampung Periode 1998-2012 ... 2

2. Perkembangan infrastruktur Jalan(Km) di Provinsi Lampung Periode 1998-2012 ... 4

3. Perkembangan infrastruktur Listrik (MWh) di Provinsi Lampung Periode 1998-2012 ... 5

4. Perkembangan Anggaran Kesehatan Puskesmas(Juta Rp) di Provinsi Lampung Periode 1998-2012 ... 6

5. Perkembangan Anggaran Pendidikan Sekolah (Juta Rp) di Provinsi Lampung Periode 1998-2012 ... 7

6. Deskripsi varabel ... 52

7. Hasil Estimasi Regresi ... 64

8. Uji Normalitas Hasil ... 67

9. Uji Multikolinearitas ... 68

10.Uji Heteroskedastisitas ... 69

11.Uji Autokorelasi ... 70

12.Hasil uji F ... 71

13. Hasil Uji t-Statistik (Jalan) ... 72

14. Hasil Uji t-Statistik (Listrik) ... 73

15. Hasil Uji t-Statistik (Puskesmas) ... 74

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran ... 13

2. Tingkat Pertumbuhan Stabil ... 22

3. Peta Provinsi Lampung ... 62

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam sejarah pembangunan ekonomi Indonesia, infrastruktur ditempatkan pada

prioritas nasional dalam proses pencapain pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Untuk mencapai proses itu dibutuhkan kerja keras agar pembangunan

infrastruktur selalu meningkat tiap tahunnya.

Dalam Work Bank Report 1994, infrastruktur dibagi kedalam tiga golongan.

Pertama, infrastruktur ekonomi yang merupakan aset fisik dalam menyediakan

jasa dan digunakan dalam produksi dan komsumsi final meliputi public utilities (telkomunikasi, air minum, sanitasi dan gas), public works (jalan, bendungan, saluran irigasi dan drainase) serta sektor transportasi (jalan kereta api, angkutan

pelabuhan, dan lapangan terbang). Kedua, infrastruktur sosial yang merupakan

aset dalam mendukung kesehatan dan keahlian masyarakat meliputi pendidikan

(sekolah dan perpustakaan), kesehatan (rumah sakit, pusat kesehatan/puskesmas)

serta untuk rekreasi (taman, meseum, dan lain-lain). Dan terakhir, infrastruktur

Adminstrasi/Institusi yang meliputi penegakan hukum, kontrol administrasi dan

(19)

Kesadaran akan pentingnya infrastruktur ekonomi telah dimulai dari zaman Adam

Smith pada tahun 1776, yang menyatakan bahwa ketersediaan infrastruktur

menghasilkan eksternalitas positif, karena dapat meningkatkan produktivitas dari

pelaku usaha dengan berkurangnya beban usaha yang harus ditanggung. Menurut

hasil study Bank Dunia (1994), bahwa faktor utama yang menyebabkan

percepatan pertumbuhan ekonomi dunia abad ke-20 dibandingkan beberapa abad

sebelumnya adalah karena kemajuan teknologi dan pertumbuhan pembangunan

infrastruktur.

Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik menyatakan pertumbuhan ekonomi

(di daerah diukur dengan pertumbuhan PDRB) bergantung pada perkembangan

faktor-faktor produksi yaitu ; modal, tenaga kerja dan teknologi (Sukirno, 1994).

Pada tabel di bawah ini menjelaskan tentang perkembangan PDRB di Provinsi

Lampung Periode 1998-2012.

Tabel 1. PDRB (Juta Rp) di Provinsi Lampung Periode 1998-2012

No Tahun PDRB (Juta Rp)

(20)

Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat bahwa PDRB di Provinsi Lampung selalu

mengalami kenaikan setiap tahunnya, pada tahun 1998 PDRB mencapai

18.481.527 juta , pada tahun 2002 PDRB mencapai 25.451.591 juta, pada tahun

2007 PDRB mencapai 32.694.890 juta, dan pada tahun 2012 PDRB mencapai

43.506.013 juta. Ini dikarenakan terjadinya peningkatan pendapatan nasional yang

cukup tajam di setiap tahunnya dapat membantu membuat rencana pelaksanaan

program pembangunan yang berjangka, membantu merumuskan kebijakan

pemerintah dan membandingkan keadaan perekonomian dari waktu ke waktu

antar daerah.

PDRB berperan sebagai pengukur tingkat pendapatan bruto yang berada dalam

suatu provinsi. PDRB berpengaruh pada perekonomian dengan cara

meredistribusi pendapatan bruto dan kekayaan serta menambah tingkat output.

PDRB yang selalu meningkat maka akan meningkatkan pembangunan di daerah

dan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan di daerah akan meningkat jika

PDRB selalu meningkat tiap tahunnya. Bukan hanya itu, kegiatan ekonomi juga

akan meningkat dan pendapatan nasional mengalami kemajuan serta bisa

mengurangi pengangguran dan kemiskinan yang selalu menjadi masalah di

tiap-tiap wilyah/negaranya.

Penelitian ini mengenai pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi

telah banyak dilakukan, namun penelitian ini tetap penting dilakukan karena

Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) perlu diperhatikan mengingat dampaknya yang

(21)

dapat lepas dari peranan pembangunan di daerah salah satunya infrastruktur. Hal

ini dikarenakan infrastruktur termasuk salah satu investasi/pendapatan daerah.

Berikut ini data infrastruktur Jalan di Provinsi Lampung dari tahun 1998-2012.

Tabel 2. Inftrastruktur Jalan (Km) di Provinsi Lampung Periode 1998-2012

No Tahun Jalan (Km)

Sumber: BPS Provinsi Lampung (dalam angka) 1998-2012

Pada tabel 2, menunjukkan bahwa infrastruktur jalan Provinsi cenderung

mengalami penurunan. Infrastruktur jalan mengalami kenaikan yaitu hanya pada

tahun 1999 jalan yang tersedia mencapai 2.450,14 km. Pada tahun 2000-2009

infrastruktur jalan tidak mengalami kenaikan jalan yang tersedia mencapai

2.369,97 km dalam kurun waktu 9 tahun. Dan pada tahun 2010-2012 infrastruktur

jalan mengalami penurunan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2010

dan 2011 jalan mencapai 2.339,73 km pada tahun 2012 infrastruktur jalan kembali

mengalami penurunan menjadi 1.702,81 km. Bisa dilihat dari tabel diatas bahwa

(22)

perubahan dan bahkan bisa dikatan tidak ada pembangunan di bidang infrastruktur

jalan provinsi di daerah Provinsi Lampung dalam kurun waktu 15 tahun terakhir.

Berikut ini data infrastruktur Listrik di Provinsi Lampung dari tahun 1998-2012.

Tabel 3. Inftrastruktur Listrik (MWh) di Provinsi Lampung Periode 1998-2012

Sumber: BPS Provinsi Lampung (dalam angka) 1998-2012

Tabel 3, menunjukkan bahwa produksi listrik di Provinsi Lampung setiap

periodenya selalu mengalami peningkatan. Listrik pada tahun 1998 sebesar

789.988 MWh, pada tahun 2002 sebesar 1.068.991 MWh, pada tahun 2008

sebesar 1.902.300 MWh dan 2.793.359 MWh pada tahun 2012. Ini disebabkan

karena adanya peningkatan tegangan listrik dan produksi tiap tahunnya. Dan

untuk mengantisipasi kebutuhan listrik yang semakin meningkat, PT. PLN

Persero Lampung telah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di

Tarahan Lampung Selatan dan PLTU Ulu Belu Tanggamus. Tahun 2007 PLTU

Tarahan mulai beroperasi, sementara PLTU Ulu Belu mulai beroperasi sejak akhir

(23)

pembangkit lokal (PLTA Way Besai, PLTA Batutegi dan PLTD Tarahan) dalam

memenuhi kebutuhan listrik masyarakat Lampung.

Berikut ini data infrastruktur Puskesmas di Provinsi Lampung dari tahun 1998-2012.

Tabel 4. Anggaran Kesehatan Puskesmas (Juta Rp) di Provinsi Lampung Periode 1998-2012

No Tahun Anggaran Kesehatan Puskesmas (Juta Rp)

1 1998 22.039

Sumber: BPS Provinsi Lampung (dalam angka) 1998-2012

Tabel 4, menunjukkan bahwa anggaran kesehatan puskesmas dari tahun

1998-2012 mengalami peningkatan yang cukup berarti di Provinsi Lampung. Terlihat

dari angka atau nilai anggaran kesehatan puskesmas di atas yang mengalami

penurunan yaitu pada tahun 2000 yang cukup signifikan dengan jumlah anggaran

Rp 23.383,65 juta dibanding dengan tahun 1999 yang mencapai Rp 27.303,19 dan

pada tahun 2005 anggaran kesehatan juga mengalami penurunan tetapi yang tidak

terlalu jauh dari tahun sebelumnya 2004 dengan jumlah anggaran kesehatan

puskesmas sebesar Rp 924.136 dan di tahun 2005 sebesar Rp 898.268. Anggaran

(24)

setiap daerah untuk menunjang fasilitas kesehatan yang memadai guna

menciptakan masyarakat yang sehat untuk menunjang segala aktivitas masyarakat.

Berikut ini data infrastruktur Sekolah di Provinsi Lampung dari tahun 1998-2012.

Tabel 5. Anggaran Pendidikan Sekolah (Juta Rp) di Provinsi Lampung Periode 1998-2012

No Tahun Anggaran Pendidikan Sekolah (Juta Rp)

1 1998 12.586

Sumber: BPS Provinsi Lampung (dalam angka) 1998-2012

Tabel 5, menunjukkan bahwa anggaran pendidikan sekolah di Provinsi Lampung

pada tahun 1999 dan 2000 mengalami penurunan, akan tetapi di tahun 2000

anggaran pendidikan sekolah yang mengalami penurunan derastis dibanding dua

tahun sebelumnya yaitu pada tahun 1998 mencapai Rp 12.586,31 juta, di tahun

1999 menurun menjadi Rp 11.549,66 juta. Dan pada tahun 2000 mengalami

penurunan hingga mencapai sebesar Rp 9.837,85 juta, akan tetapi untuk tahun

berikutnya sammpai tahun 2012 anggaran pendidikan selalu mengalami

peningkatan. Anggaran pendidikan merupakan hal yang penting guna

menciptakan kualitas maupun kuntitas pendidikan yang baik, baik dari sisi tenaga

(25)

Pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peran

pemerintah sebagai mobilisator pembagunan sangat srategis dalam mendukung

peningkatan kesejahteraan masyarakat serta pertumbuhan ekonomi

wilayah/negaranya. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk

melihat hasil pembangunan yang telah dilakukan dan juga berguna untuk

menentukan arah pembangunan di masa yang akan datang. Pertumbuhan ekonomi

yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian sebaliknya

pertumbuhan ekonomi yang negatif menunjukkan adanya penurunan.

Pertumbuhan suatu negara dipengaruhi oleh akumulasi modal (investasi pada

tanah, peralatan, sarana dan prasarana), sumberdaya alam, sumberdaya manusia

baik jumlah maupun tingkat kualitas penduduknya, kemajuan teknologi, akses

terhadap informasi, keinginan untuk malakukan inovasi dan pengembangan diri

serta budaya kerja (Todaro, 2000).

Ketertinggalan suatu daerah dalam membangun dipengaruhi oleh banyak hal.

Salah satunya adalah rendahnya daya tarik suatu daerah menyebabkan tingkat

aktivitas ekonomi yang rendah. Suatu daerah yang tidak memiliki sumber daya

(baik manusia maupun alam) serta kurangnya intensif yang ditawarkan (prasarana

infrastruktur, perangkat keras dan lunak, keamanan dan sebagainya) dapat

menyebabkan suatu daerah tertinggal dalam pembangunan (Aziz, 1994). Untuk

mengejar ketinggalan dari daerah lainnya, terdapat beberapa alternatif

pengembangan suatu daerah. Alternatif tersebut dapat berupa investasi yang

(26)

prasarana infrastruktur lainnya. Pilihan ditentukan oleh kondisi ciri daerah serta

masalah institionalnya (Aziz, 1994).

Pentingnya ketersediaan infrastruktur merupakan salah satu hal yang dibutuhkan

dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang diharapkan. Salah satu faktanya

adalah sebelum krisis ekonomi pada tahun 1997, Indonesia mengalokasikan

sekitar 6% dari PDB untuk infrastruktur dan saat ini angka tersebut turun menjadi

2% saja dan sangat berdampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesa (APB, 2006)

Namun terlepas dari itu, kaitan antara infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi

masih dalam perdebatan (Wang, 2002) paling tidak sampai saat ini ada dua

pendapat mengenai pengaruh pembangunan infrastruktur terhadap pertumbuhan

ekonomi yang didasarkan pada hasil penelitian masing-masing. Pendapat pertama

menyatakan bahwa pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi adalah

positif (Ratner (1983), Aschaucer (1989), Lynde (1992), Lau dan Sin (1997).

Pendapat kedua mengatakan bahwa pengaruh infrastrktur terhadap pertumbuhan

ekonomi tidak signifikan bahkan negatif (TOM (1991) dan Holtz Eakin (1994)).

Perdebatan di kalangan ekonom dan para pembuat kebijakan publik mengenai

pengaruh pembangunan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi masih

berlansung sampai saat ini, oleh sebab itu, penulis ingin melakukan penelitian

mengenai pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi

(27)

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang di atas, terlihat bahwa pembangunan prasarana

infrastruktur jalan mempunyai pengaruh yang besar, positif dan signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi karena jalan merupakan akses untuk berpindah

dari satu tempat ketempat lainnya dengan mudah. Kondisi jalan juga

mempengaruhi kecepatan perpindahan. Maka tanpa adanya jalan faktor produksi

tidak akan berjalan. Listrik mempunyai pengaruh yang besar, positif dan

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi karena listrik merupakan salah satu

fasilitas yang mengefisienkan proses produksi. Puskesmas mempunyai pengaruh

yang besar, positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi karena

puskesmas merupakan salah satu faktor dalam upaya mendukung peningkatan

kesehatan masyarakat. Sekolah juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap

pertumbuhan ekonomi karena dengan tingkat pendidikan masyarakat yang tinggi

maka sumberdaya manusianya berkualitas.

Permasalahan yang dibahas pada penelitan ini adalah bagaimana pembangunan

infrastruktur seperti jalan, listrik, puskesmas, dan sekolah mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap output yang diwakili oleh variabel pendapatan perkapita

(PDRB). Kemudian dengan mengetahui kontribusi setiap jenis prasarana

infrastruktur terhadap pertumbuhan pendapatan per kapita (PDRB) maka

diketahui jenis prasarana infrastruktur yang memberikan pengaruh yang besar

(28)

Berdasarkan uraian diatas, agar lebih terarahnya pembahasan pada penelitian ini

maka di tetapkan permasalahannya sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh infrastruktur jalan terhadap pertumbuhan ekonomi

di Provinsi Lampung?

2. Bagaimana pengaruh infrastruktur listrik terhadap pertumbuhan ekonomi

di Provinsi Lampung?

3. Bagaimana pengaruh infrastruktur puskesmas terhadap pertumbuhan

ekonomi di Provinsi Lampung?

4. Bagaimana pengaruh infrastruktur sekolah terhadap pertumbuhan

ekonomi di Provinsi Lampung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin di capai dalam

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh infrastruktur jalan terhadap pertumbuhan

ekonomi di Provinsi Lampung.

2. Untuk mengetahui pengaruh infrastruktur listrik terhadap pertumbuhan

ekonomi di Provinsi Lampung.

3. Untuk mengetahui pengaruh infrastruktur puskesmas terhadap

pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung.

4. Untuk mengetahui pengaruh infrastruktur sekolah terhadap pertumbuhan

(29)

D. Kerangka Pemikiran

Infrastruktur masih menjadi masalah utama dalam suatu wilayah dimana jika

dalam suatu wilayah tidak dapat menjaga dan melestarikannya maka akan

menyebabkan perlambatan pertumbuhan dan tenaga kerja. Jika pertumbuhan

ekonomi yang semakin turun tiap tahunnya dalam suatu wilayah, seperti halnya

saat ini, maka akan terjadi masalah yang serius. Investasi pada prasarana

infrastruktur menjadi suatu pilihan yang disukai dan mempunyai porsi yang

sangat besar dari total pengeluaran pemerintah. Ini menunjukkan besarnya peran

pemerintah dalam pengadaan infrastruktur khususnya, transportasi, komunikasi

maupun energi. Infrastruktur merupakan investasi bagi bergeraknya roda

pembangunan. Jumlah dan komposisi infrasruktur akan terus mengalami

perubahan seiring dengan berlansungnya demografi. Infrastruktur yang

mempunyai tingkat produktivitas yang tinggi merupakan potensi sumber daya

manusia yang sangat dibutuhkan dalam proses pembangunan menyonsong era

globalisasi yang telah dihadapi Indonesia saat ini. Jalan, listrik, puskesmas,

sekolah/pendidikan memberikan peran yang sangat penting bagi pertumbuhan

ekonomi, karena jalan, puskesmas dan sekolah/pendidikan dapat meningkatkan

kesejahteraan, produktivitas yang tinggi bagi pertumbuhan itu sendiri, sehingga

akan diperoleh kapasitas dari sumberdaya manusia, serta diperoleh pertumbuhan

ekonomi yang sehat.

Jalan menjadi hal yang sangat penting dalam menunjang mobilitas perekonomian

dengan ketersediaan kondisi jalan yang baik akan mampu mengurangi biaya

(30)

Listrik juga merupakan infrstruktur yang penting dalam menunjang pertumbuhan

ekonomi. Karena dengan ketersediaan listrik dalam kapasitas yang cukup akan

mampu mendukung kegiatan rumah tangga, industri, bisnis, sosial, operasional

gedung kantor sampai dengan untuk pelayanan jalan umum yang akan

berimplikasi pada pertumbuhan ekonomi.

Kesehatan merupakan modal utama bagi masyarakat dalam dalam beraktivtas,

berkerja maupun berproduksi dengan kesehatan masyarakat yang baik maka akan

mengasilkan produktivitas yang lebih daripada masyarakat yang kesehatannya

kurang, begitu juga dengan pendidikan karena pendidikan merupakan faktor yang

penting bagi pertumbuhan human capital sehingga penduduk yang memperoleh pendidikan akan lebih produktif.

Adapun kerangka pemikiran disajikan pada Gambar 1

Gambar 1. Kerangka Pemikiran. JALAN

PELAYANAN KESEHATAN

DISTRIBUSI

PDRB LISTRIK

PRODUKSI

PUSKESMAS

TINGKAT PENDIDIKAN

(31)

E. Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan suatu teori atau pendapat sementara dan pedoman serta

arah dalam penelitian yang disusun berdasarkan pada teori yang terkait. Dengan

kata lain hipotesis adalah kesimpulan yang belum final dalam arti masih harus

dibuktikan atau diuji kebenarannya. Berdasarkan latar belakang dan perumusan

masalah dengan mengacu pada dasar pemikiran yang bersifat teoritis dan

berdasarkan studi empiris yang pernah dilakukan berkaitan dengan penelitian

dibidang ini, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Infrastruktur jalan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di

Provinsi Lampung?

2. Infrastruktur listrik berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di

Provinsi Lampung?

3. Infrastruktur puskesmas berpengaruh positif terhadap pertumbuhan

ekonomi di Provinsi Lampung?

4. Infrastruktur sekolah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi

di Provinsi Lampung?

F. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan skripsi ini penulisan akan dibagi menjadi lima Bab,

Sehingga apa yang dikemukakan akan lebih mudah dipahami. Adapun

(32)

Bab I : Pendahuluan

Merupakan bab yang berisikan latar belakang masalah, rumasan masalah,

tujuan penelitian dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan Pustaka

Merupakan bab yang berisi berbagai teori yang berkaitan dengan

penelitian ini.

Bab III : Metode Penelitian

Merupakan bab yang berisi penjelasan secara rinci mengenai semua

unsur metode dalam penelitian ini, yaitu penjelasan mengenai jenis dan

sumber data, metode pengumpulan data, metode analisis data serta

batasan variabel.

Bab IV :Hasil Penelitian dan Pembahasan

Merupakan bab yang berisi analisis dan pembahasan hasil penelitian

pengaruh infrastruktut terhadap pertumbuhan ekonomi d Provinsi

Lampung.

Bab V : Penutup

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil pembahasan, keterbatasan penelitian

(33)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai peningkatan pendapatan perkapita

(O’sullivan, 2006). Pertumbuhan ekonomi biasanya diukur dengan Gross

Domestic Product (GDP) atau keseluruhan values added yang diciptakan di satu negara.

Ada beberapa hal yang menjadi sumber terjadinya pertumbuhan ekonomi. Sumber pertumbuhan ekonomi yang paling pertama adalah ketersediaan faktor kapital dan

tenaga kerja. Peningkatan kapital dan tenaga kerja akan meningkatkan output

secara agregat di dalam perekonomian. Kapital meliputi investasi sektor publik

dan privat dalam perekonomian, misalnya saja, sektor privat melakukan

pembangunan pabrik, pembelian mesin-mesin produksi, dsb. Sedangkan sektor publik dengan membangun infrastruktur seperti jalan, jembatan, jaringan

komunikasi, dan jaringan listrik yang disebut juga sebagai public capital,

(Mankiw, 2003). O’sullvan (2006) menjelaskan bahwa sumber-sumber

(34)

peningkatan jumlah kapital artinya pekerja lebih banyak mendapatkan kesempatan

untuk meningkatkan produktivitasnyadikarenakan banyak akses untuk

memanfaatkan kapital yang ada.

Peningkatan modal manusia (human capital). Human capitalberkenaan dengan tingkat pengetahuan/pendidikan seseorang yang memberikan kontribusi terhadap

tingkat produktivitas dan pendatannya. Peningkatan pendidikan dan skill para

tenaga kerja juga memungkinkan terjadi efek limpahan kepada tenaga pekerja yang lain yaitu dengan berbagi pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan.

Secara teori, pekerja yang lebih pandai akan lebih produktif dan lebih tinggi

tingkat pendapatannya dengan memanfaatkan efek limpahan tersebut, secara

agregat dapat terjadi peningkatan tingkat produktivitas dan pendapatan para

pekerja lain. O’sullvan (2006) menjelaskan bahwa peningkatan human capitalakan meningkatkan produktivitas kerja dan pendapatan sehingga akan terjadi pertumbuhan ekonomi.

Kemajuan teknologi (technolical progress). Sumber pertumbuhan ini memberikan efek yang tidak lansung terhadap pertumbuhan ekonomi. Kemajuan teknologi

mempengaruhi cara kerja para pekerja. Kemajuan teknologi memberikan

kemudahan dalam proses produksi. Ketika masyarakat tersebut mempunyai akses

untuk memenfaatkan kemajuan teknologi dalam proses produksi. Meningkatnya produktivitas akan meningkatkan tingkat pendapatan pekerja dan inilah yang akan

mendorong perekonomian (O’sullvan, 2006).

Lebih lanjut pertumbuhan ekonomi merupakan perubahan tingkat kegiatan

(35)

tingkat pertumbuhan ekonomi harus diperbandingkan pendapatan nasional yang

merujuk pada PDB dari tahun ke tahun. Dalam membandingkannya, perlu

disadari bahwa perubahan nilai pendapatan nasional PDB dipengaruhi oleh

faktorperubahan harga-harga. Rumusan perhitungan pertumbuhan ekonomi

adalah: (Sadono Sukirno, 2002)

Dimana:

Δ PDB = pertumbuhan ekonomi atas dasar perubahan PDB (%)

PDBt = nilai PDB tahun t

PDBt-1 = nilai PDB tahun sebelumnya

Perlu diperhatikan, untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi, data PDB

yang digunakan adalah data PDB atas dasar harga konstan. Dengan menggunakan

data atas harga konstan, maka pertumbuhan PDB semata-mata hanya

mencerminkan pertumbuhan output yang dihasilkan perekonomian pada periode

tertentu. Sebab dengan menggunakan data PDB atas dasar harga konstan

pengaruh perubahan harga terhadap nilai PDB (atas dasar harga berlaku), telah

dihilangkan.

PDB sebagai indikator ekonomi dapat dimanfaatkan untuk memberikan gambaran

situasi ekonomi suatu wilayah, diantaranya:

a. PDB atas dasar harga berlaku nominal menunjukan kemampuan sumber

daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu wilayah. Nilai PDB yang besar

(36)

b. PDB harga berlaku menunjukan pendapatan yang memungkinkan dapat

dinikmati oleh penduduk suatu wilayah.

c. PDB atas dasar harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukan

laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan maupun sektoral dari tahun

ke tahun.

d. Distribusi PDB atas dasar harga berlaku menurut sektor menunjukan

struktur perekonomian yang menggambarkan peranan sektor ekonomi

dalam suatu wilayah. Sektor-sektor ekonomi yang mempunyai peran yang

besar menunjukan basis perekonomian yang mendominasi wilayah

tersebut.

e. PDB perkapita atas dasar harga konstan berguna untuk memenuhi

pertumbuhan nyata ekonomi perkapita.

Indikator yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi di suatu

daerah/provinsi adalah tingkat pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB). Ada beberapa alasan yang mendasari pemilihan pertumbuhan PDRB dan

bukan indikator lainnya seperti misalnya, pertumbuhan Produk Nasional Bruto

(PNB) sebagai indikator pertumbuhan. Alasan-alasan tersebut adalah:

a. PDRB adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh aktivitas

produksi di dalam perekonomian dalam suatu daerah/provinsi. Hal

iniberarti peningkatan PDRB juga mencerminkan peningkatan balas jasa

kepada faktor produksi yang digunakan dalam aktivitas produksi tersebut.

b. PDRB dihitung atas dasar konsep aliran (flow concept), artinya

perhitungan PDRB hanya mencakup nilai produk yang dihasilkan pada

(37)

dihasilkan pada periode sebelumnya. Pemanfaatan konsep aliran guna

menghitung PDRB, memungkinkan kita untuk membandingkan jumlah

output yang dihasilkan pada tahun ini dengan tahun sebelumnya.

c. Batas wilayah perhitungan PDRB adalah suatu provinsi. Hal ini

memungkinkan kita untuk mengukur sejauh mana

kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi yang diterapkan pemerintah daerah mampu

mendorong aktivitas perekonomian domestik.

1. Teori Pertumbuhan Klasik

Teori pertumbuhan klasik pertama kali dikemukakan oleh Adam Smith, ini

merupakan teori pertumbuhan yang pertama kali dikemukakan secara luas

serta menunjukkan bagaimana pertumbuhan ekonomi terjadi dan faktor-faktor

apa saja yang mempengaruhinya. Menurut Smith (1976) terdapat dua hal

yang menyebabkan terjadinya pertumbuhan ekonomi, yaitu pertumbuhan

penduduk dan pembagian tugas para pekerja. Dalam teori ini, faktor yang sangat penting adalah faktor pertumbuhan penduduk, karena dengan

pertumbuhan penduduk cenderung akan meningkatkan produksi yang pada

gilirannya mendorong spesialisasi dan pembagian kerja pada tenaga kerja.

Kedua hal inilah yang menyababkan kegiatan ekonomi semakin meningkat

dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya dengan spesialisasi dan pembagian kerja produktivitas tenaga kerja meningkat dan mendorong

terjadinya perkembangan teknologi. Adam Smith sangat optimis bahwa

(38)

akan terus berkembang dan pendapatan perkapita masyarakat juga akan terus

meningkat.

2. Teori Harrod-Domar

Teori Harrod-Domar dikembangkan secara terpisah dalam periode yang

bersamaan oleh E.S. Domar (1947, 1948) dan R.F. Harrod (1939, 1948).

Keduanya melihat pentingnya investasi terhadap pertumbuhan ekonomi,

sebab investasi akan meningkatkan stok barang modal, yang memungkinkan

peningkatan output. Sumber dana domestik untuk keperluan investasi berasal

dari bagian produksi (pendapatan nasional) yang ditabung.

3. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik

Teori pertumbuhan Neo Klasik dikembangkan oleh Solow (1956) dan

merupakan penyempurnaan teori-teori Klasik sebelumnya. Fokus

pembahasan teori pertumbuhan Neo Klasik adalah akumulasi stok barang

modal dan keterkaitannya dengan keputusan masyarakat untuk menabung

atau melakukan investasi. Asumsi-asumsi penting dari model Solow antara

lain adalah:

a. Tingkat teknologi dianggap konstan (tidak ada kemajuan teknologi)

b. Tingkat depresiasi dianggap konstan

c. Tidak ada perdagangan luar negeri atau aliran keluar masuk barang modal

(39)

e. Untuk mempermudah analisis, dapat ditambahkan asumsi bahwa seluruh

penduduk bekerja, sehingga jumlah penduduk sama dengan jumlah tenaga

kerja

Dengan asumsi-asumsi tersebut, dapat dipersempit faktor-faktor penentu

pertumbuhan menjadi hanya stok barang modal dan tenaga kerja. Lebih lanjut

lagi, dapat diasumsikan bahwa PDB per kapita semata-mata ditentukan oleh

stok barang modal per tenaga kerja.

Dengan menggunakan notasi Q=output atau PDB, K=barang modal, dan

L=tenaga kerja, maka dapat dituliskan y=f(k), dimana y adalah PDB per

kapita atau Q/L dan k adalah barang modal per kapita atau K/L Apabila

digambarkan dalam bentuk grafik, maka fungsi produksi per kapita adalah

seperti diperlihatkan pada Gambar 2 bentuk kurva y parabolis menunjukkan

terjadinya The Law Of Diminishing Return (TLDR)

(40)

Untuk menjaga agar perekonomian dapat mempertahankan tingkat outputnya,

stok barang modal perkapita tidak boleh berkurang. Untuk itu, tingkat

investasi yang dilakukan harus mempunyai dua fungsi :

a. Mengganti barang modal yang sudah usang. Jika tingkat depresiasi

konstan asumsinya adalah d per tahun, maka tingkat investasi untuk

memenuhi fungsi ini adalah d(K/L) atau dk.

b. Menambah stock modal sebagai respon terhadap pertambahan tenaga

kerja. Jika pertambahan tenaga kerja konstan asumsinya adalah n per

tahun, maka tingkat investasi untuk memenuhi funngsi kedua adalah

n(K,L) atau nk.

Investasi total yang dibutuhkan agar perekonomian dapat mempertahankan

tingkat produksinya adalah (n+d)k. Jumlah investasi yang dibutuhkan ini

dalam Gambar 2 digambarkan oleh garis lurus (n+d)k. Selanjutnya, dianggap

ada hubungan proporsional antara tingkat tabungan dengan tingkat produksi

perkapita, misalnya sebesar s, sehingga sy=sf(k) dalam Gambar 2 ditunjukkan

oleh kurva sy yang berada di bawah kurva y.

Perekonomian dikatakan berada dalam kondisi keseimbangan stabil bila

jumlah tabungan sama dengan kebutuhan investasi. Secara grafis, hal itu

terjadi di titik C saat kurva sy berpotongan dengan garis lurus (n+d)k. jika ditarik garis ke bawah, akan diperoleh k* yang menunjukkan rasio barang

modal per tenaga kerja (K/L) yang dibutuhkan untuk menjamin pertumbuhan

stabil. Jika ditarik garis lurus ke atas (kurva y), akan diperoleh y* yang

(41)

keseimbangan stabil (steady state equilibrium). Secara matematis, kondisi keseimbangan stabil dapat dituliskan sebagai ðk=ðy–(n+d)k, dimana ðk=0.

4. Teori Pertumbuhan Ekonomi Rostow

Model pembangunan tahapan pertumbuhan yang dikemukakan oleh Rostow

(1960) dalam Todaro (2004) menjelaskan bahwa pada perubahan dari

keterbelakangan menuju kemajuan ekonomi dapat dijelaskan dalam suatu seri

tahapan yang harus dilalui oleh semua negara. Menurut teori ini

negara-nagara maju telah melalui tahapan tinggal landas menuju pertumbuhan

ekonomi berkesinambungan yang berlangsung dengan sendirinya tanpa

diatur secara khusus. Rostow (1960) dalam Todaro (2004) juga menjelaskan

negara-negara yang sedang berkembang atau yang masih terbelakang, pada

umumnya masih berada dalam tahapan masyarakat tradisional atau tahapan

kedua, yaitu tahap penyusunan kerangka dasar tinggal landas. Tidak lama

lagi, hanya tinggal merumuskan serangkaian aturan pembangunan untuk tinggal landas, mereka akan segera bergerak menuju ke proses pertumbuhan

ekonomi yang pesat dan berkesinambungan.

Rostow dan Musgrave (1960) dalam Guritno Mangkoesobroto (1999)

menghubungkan model tahap-tahap pembangunan dengan pengeluaran

pemerintah, sehingga kemudian dibedakan antara tahap awal, tahap

menengah, dan tahap lanjut. Pada tahap awal perkembangan ekonomi, jumlah

investasi yang dikeluarkan pemerintah untuk pembangunan sangat dominan

(42)

harus menyediakan prasarana, seperti misalnya pendidikan, kesehatan,

prasarana transportasi, dan sebagainya.

Pada tahap kedua, peran pengeluaran pemerintah dalam pembangunan sudah

mulai tergeser dengan adanya investasi yag dilakukan oleh sektor swasta,

namun demikian pada tahap ini pemerintah tetap memiliki peran yang cukup

besar dalam pembangunan, hal ini disebabkan jika peran swasta dibiarkan

mendominasi pembangunan akan berdampak pada munculnya kekuatan

monopoli dan kegagalan pasar, sehingga menyebabkan pemerintah harus

menyediakan barang dan jasa publik dalam jumlah yang lebih besar. Tahap

kedua perkembangan ekonomi ini menyebabkan terjadinya hubungan antar

sektor yang semakin rumit. Misalnya pertumbuhan ekonomi yang

ditimbulkan oleh perkembangan sektor industri akan menimbulkan semakin

tingginya tingkat polusi lingkungan dan juga berpeluang untuk terhadap

timbulnya masalah eksploitasi buruh, sehingga dalam hal ini diperlukan

campur tangan pemerintah untuk meminimalisasi dampak buruk dari pembangunan ekonomi yang semakin maju.

B. Pengertian Infrastruktur

Secara bahasa dalam kamus bahasa indonesia infrastruktur dapat diartikan sebagai

sarana prasarana umum. Sarana secara umum diketahui sebagai fasilitas publik

seperti rumah sakit, jalan, jembatan, sanitasi, telepon dsb. Lebih jauh lagi, dalam

(43)

(Mankiw, 2003). Familoni (2004) menyebut infrastruktur sebagai basic service dalam proses pembangunan.

Dalam hubungan infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi, beberapa ekonom juga

memberikan pendapatnya mengenai infrastruktur. Hirschman (1995)

mendefinisikan infrastruktur sebagai sesuatu yang sangat dibutuhkan. Tanpa

infrastruktur, kegiatan produksi pada berbagai sektor kegiatan ekonomi (industri)

tidak dapat berfungsi. Todaro (2006) juga mendefinisikan infrastruktur sebagai

salah satu faktor penting yang menentukan pembangunan ekonomi.

Ian Jacob, et al(1999) membagi infrastruktur menjadi infrastruktur dasar dan

pelengkap :

a. Infrastruktur dasar (basic infrastrukture) meliputi sektor-sektor yang mempengaruhi karateristik publik dan kepentingan yang mendasar untuk

sektor perekonomian lainnya, tidak dapat diperjualbelikan (nontradable) dan tidak dapat dipisah-pisahkan baik secar teknis maupun spasial.

Contohnya jalan raya, kereta api, kanal, pelabuhan laut, drainase,

bendungan dan sebagainya.

b. Infrastruktur pelengkap (complementary infrastruktur) seperti gas, listrik, telepon dan pengadaan air minum.

Definisi lain dalam infrastruktur, yaitu bahwa infrastruktur mengacu pada kapital fisik dan termasuk pula kerangka kerja organisasional, pengetahuan dan teknologi

yang penting untuk organisasi masyarakat dan pembangunan ekonomi mereka.

Infrastruktur meliputi undang-undang, sistem pendidikan dan kesehatan publik;

(44)

dan pembuangannya; sistem keselamatan publik, seperti pemadam kebakaran dan

keamanan; sistem komunikasi, sistem transportasi dan utilitas publik (Tatom,

1993).

Infrastruktur dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu infrastruktur

berdasarkan fungsi dan peruntukannya. Familoni (2004) menjelaskan bahwa

infrastruktur dibedakan menjadi infrastruktur ekonomi dan sosial. Infrastruktur

ekonomi memegang peranan penting dalam mendorong kinerja pertumbuhan ekonomi di berbagai negara. Infrastruktur ekonomi diantaranya utilitas publik seperti tenaga listrik, telkomunikasi, suplay air bersih, sanitasi dan saluran

pembuangan dan gas. Kemudian termasuk pula pekerjaan umum, seperti jalan,

kanal, bendungan, irigasi dan drainase serta proyek transportasi seperti jalan

kereta api, angkutan kota, waterway, dan bendara. Sedangkan infrastruktur sosial

dapat dibedakan menjadi infrastruktur pendidikan dan kesehatan.

Perbedaan infrastruktur juga seringkali didasarkan pada investasi yang dilakukan terhadap infrastruktur tersebut. Disagregasi investasi tersebut dibedakan dalam

dua kategori. Pertama, jaringan transportasi dan komunikasi luas (jalan kereta api,

jalan, pelabuhan, dan sistem telepon). Kedua, infrastruktur yang merupakan aset

dengan cakupan lokal/regional (transportasi kota, distribusi tenaga listrik, dan

sistem air bersih). Pembedaan ini berkaitan dengan intensitas intervensi yang berbeda pada tiap level pemerintahan. Pembedaan kategori ini berkaitan dengan

karateristk antar region (Herran-Loncan, 2008).

Pembahasan mengenai infrastruktur cenderung mengarah pada pembahasan

(45)

beberapa infrastruktur seperti jalan tol merupakan salah satu barang publik murni

(impure public goods). Barang publik mempunyai dua ciri utama dari sisi penggunaannya (konsumsi barang publik) yaitu nonrival dan non-exludable rivalry. Merupakan sifat rivalitas (persaingan) dalam

mengkonsumsi/menggunakan suatu barang maknanya adalah jika suatu barang

digunakan oleh seseorang, barang tersebut tidak dapat digunakan oleh orang lain.

Jika seseorang mengkonsumsi/menggunakan suatu barang dan tidak terjadi

persaingan dengan orang lain, jika kondisi sebaliknya, yaitu ketika seseorang

tidak mampu untuk menahan orang lain untuk bersama-sama mengkonsumsi

barang tersebut, barang itu dapat dikatakan sebagai barang publik.

Barang publik murni adalah barang yang dimana marginal costs dalam

penyediaannya adalah nol dari pertambahan penggunaan (non-rivalry), dan tidak memungkinkannya menghalagi seseorang dalam mengkonsumsi barang tersebut

(non-excludable) (Stiglitz, 2000). Pertahahanan nasional merupakan satu contoh dari barang publik murni (pure public good). Namun banyak dari barang publik yang disediakan pemerintah bukan merupakan barang publik murni. Infrastruktur

seperti jalan merupakan salah satu barang publik yang disediakan pemerintah

yang bukan merupakan barang publik murni (impure public good). Hal ini dikarenakan jalan memiliki marginal cost yang kecil namun tidaklah nol.

Selain itu juga private good yang disediakan secara publik (Publicly Provide Private Goods). Hal ini dikarenakan barang tersebut dianggap merupakan barang yang sangat dibutuhkan walaupun marginal cost dari penyediaannya sangatlah

(46)

barang tersebut, salah satu contoh dari Publicly Provide Private Goodsiniadalah pendidikan. Masuknya pendidikan sebagai private goodyang disediakan secara publik didasari pemikiran bahwa semua orang memiliki hak yang sama dalam

memperoleh pendidikan.

Dengan memahami sifat infrastruktur sebagai barang publik, maka berdasarkan

teori infrastruktur memiliki karakter eksternalitas. Hal ini sesuai dengan sifatnya,

yaitu dimana infrastruktur disediakan oleh pemerintah dan bagi setiap pihak yang menggunakan infrastruktur tidak memberikan bayaran secara lansung atas

penggunaan infrastruktur. Bagi sektor privat beberapa infrastruktur merupakan

input yang tidak berbayar (unpaid input) dan inilah yang disebut eksternalitas pada infrastruktur (Charlot dan Schmitt, 1999).

Perdefinisi eksternalitas adalah suatu kondisi dimana jika tindakan satu pihak

mempengaruhi nilai guna pihak lain yang bukan pelaku, tanpa termasuk

harga.Secara teori bentuk eksternalitas ada dua, yaitu eksternalitas positif dan eksternalitas negatif. Eksternalitas positif cenderung bersifat Undersupply dan eksternalitas negatif cenderung bersifat overproduction (Stiglitz, 2000). Undersupply merupakan kondisi permintaan suatu barang yang digambarkan dengan kurva permintaan dengan tidak merefleksikan nilai sosial barang tersebut.

Kurva nilai sosial (social value) berada di atas kurva permintaan karena nilai sosial barang tersebut lebih besar dari pada nilai privatnya. Secara sosial, jumlah

optimum yang harus disediakan adalah ketika kurva nilai sosial berpotongan

dengan kurva penawaran. Hal ini akan mengakibatkan kuantitas optimum yang

(47)

kondisisebaliknya, yaitu ketika biaya sosial tidak dimasukkan ke dalam

perhitungan biaya produksi suatu barang sehingga biaya produksi yang ada

(secara privat) lebih kecil. Implikasinya, barang yang diproduksi lebih banyak,

dimana seharusnya barang yang di produksi secara optimal lebih sedikit karena

biaya sosial harusnya telah dimasukkan (Mankiw, 2004).

Canning dan Pedroni (2004) menyatakan bahwa infrastruktur memiliki sifat

eksternalitas. Berbagai infrastruktur seperti jalan, pendidikan, kesehatan dsb memiliki sifat eksternalitas positif, memberikan dukungan bahwa fasilitas yang

diberikan oleh berbagai infrastruktur merupakan eksternalitas positif yang dapat

meningkatkan produktivitas semua input dalam proses produksi. Eksternalitas

positif pada infrastruktur yaitu berupa efek limpahan (Spillover Effect) dalam bentuk peningkatan produksi perusahaan-perusahaan dalam sektor pertanian tanpa

harus meningkatkan input modal dan tenaga kerja, juga meningkatkan level

teknologi. Dengan dibangunnya infrastruktur, tingkat produktivitas perusahaan

dan sektor pertanian akan meningkat. Salah satunya (yang paling nampak) adalah

pembangunan jalan (Wyle, 1996).

1. Infrastruktur Jalan

Jalan berperan penting dalam merangsang maupun mengantisipasi

pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Karena itu setiap negara melakukan

investasiyang besar dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas jalan. Sekitar

0,8% dari PDB negara berkembang dikeluarkan untuk pembangunan,

(48)

Pada masyarakat agraris, jalan digunakan untuk memasarkan hasil pertanian.

Ajay Chibber menunjukkan variable non harga, termasuk fasilitas transportasi

dan telekomunikasi memberikan dampak signifikan terhadap produk-produk

pertanian di Amerika Latin. Binswanger menyatakan kekurangan prasarana

jalan menjadi hambatan signifikan terhadap penawaran pertanian (Queiroz &

Gautam, 1992). Sedangkan World Bank menyatakan insentif bagi petani

(harga dan input) menjadi sia-sia jika terdapat halangan fisik dan biaya

ekonomi yang tinggi untuk transportasi barang.

Pembangunan prasarana jalan turut berperan dalam merangsang tumbuhnya

wilayah-wilayah baru yang akhirnya akan menimbulkan bangkitan jalan (trip generation) baru yang akan meningkatkan volume lalu lintas yang terjadi. Tumbuhnya kota-kota baru dalam mengantisipasi kebutuhan masyarakat akan

perumahan dan lingkungan yang memadai tentunya membutuhkan akses baru

untuk memberikan pelayanan terhadap wilayah tersebut.

Keuntungan peningkatan infrastruktur transportasi berupa peningkatan

aksesibilitas, pengurangan waktu tempuh, dan biaya pergerakan barang,

manusia serta jasa. Peningkatan transportasi tidak hanya mempengaruhi

orang atau bisnis yang berhubungan langsung dengan fasilitas transportasi,

(49)

2. Infrastruktur Listrik

Listrik merupakan salah satu bentuk energi terpenting dalam perkembangan kehidupan manusia modern, baik untuk kegiatan rumah tangga, pendidikan,

kesehatan, usaha, industri, maupun kegiatan lainnya dari mulai komunitas

pengguna di kota besar sampai ke pelosok pedesaan. Perkembangan

kebutuhan energi listrik dari waktu ke waktu semakin bertambah luas dan

besar sejalan dengan pertumbuhan sosial ekonomi masyarakat.

Penyediaan tenaga listrik mempunyai karakter khusus yang membedakannya

dengan komoditi lain pada umumnya. Pada sektor ini, produsen dan

konsumen harus berada dalam satu jaringan penyaluran tenaga listrik tanpa

adanya alternatif akses untuk melakukan pendistribusian, tingkat produksi

harus sesuai dengan tingkat pemakaian, karena energi listrik yang diproduksi

oleh suatu pembangkit tidak dapat disimpan.

Pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik memerlukan teknologi tinggi,

dana yang besar dan waktu yang lama. Kelebihan maupun kekurangan

penyediaan tenaga listrik akan menimbulkan kerugian yang besar. Kelebihan

penyediaan tenaga listrik berarti suatu investasi yang sia-sia padahal investasi

tersebut jumlahnya cukup besar. Sebaliknya kekurangan penyediaan tenaga

listrik dapat menyebabkan pemadaman yang akan sangat merugikan berbagai

kegiatan ekonomi. Selain itu memerlukan tingkat keamanan yang cukup

(50)

Pengadaan jaringan listrik sangat bergantung pada sumber daya lain dan

pendistribusiannya kepada konsumen sangat bergantung pada ketersediaan

prasarana jalan karena pemasangan jaringan listrik biasanya ditempatkan

pada bahu jalan untuk memudahkan pemasangan, pengoperasian, dan

pemeliharaannya.

3. Infrastruktur Puskesmas (Kesehatan)

Salah satu faktor dalam membangun sumber daya manusia adalah kesehatan,

pada tingkat mikro yaitu pada tingkat individual dan keluarga, kesehatan

adalah dasar bagi produktivitas kerja dan kapasitas untuk belajar di sekolah.

Tenaga kerja yang yang sehat secara fisik dan mental akan lebih enerjik dan

kuat, lebih produktif, dan mendapatkan penghasilan yang tinggi. Selanjutnya,

anak yang sehat mempunyai kemampuan belajar lebih baik dan akan tumbuh

menjadi dewasa dan lebih terdidik. Dalam keluarga yang sehat, pendidikan

anak cenderung untuk tidak terputus jika dibandingkan dengan keluarga yang tidak sehat. Pada tingkat makro, penduduk pada tingkat kesehatan yang baik

merupkan masukan (input) penting untuk menurunkan tingkat kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan ekonomi jangka panjang. Dalam

upaya mendukung peningkatan kesehatan masyarakat maka dibutuhkan juga

infrastruktur kesehatan yang memadai. Inftrastruktur dalam penelitian ini diwakili oleh ketersediaan puskesmas dalam mendukung peningkatan

(51)

Fasilitas peningkatan kesehatan dasar, yaitu Puskesmas yang diperkuat juga

dengan puskesmas rawat inap, dan puskesmas pembantu, telah didirikan di

hampir seluruh wilayah di Provinsi Lampung. Pada tahun 2012 jumlah

puskemas inti di seluruh Provinsi Lampung adalah 227 unit, puskesmas rawat

inap 87 unit, puskesmas pembantu 789 unit dan puskesmas keliling 277 unit.

Jumlah ini mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Meskipun fasilitas pelayanan kesehatan dasar tersebut terdapat di semua kecamatan, namun pemerataan dan keterjangkaun pelayanan kesehatan masih

menjadi kendala. Fasilitas ini belum sepenuhnya dapat dijangkau oleh

masyarakat, terutama terkaitan dengan jarak transportasi.

4. Infrastruktur Sekolah (Pendidikan)

Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 mengamanatkan bahwa setiap warga

negara berhak mendapatkan pendidikan guna meningkatkan kualitas dan

kesejahteraan hidupnya. Pendidikan mempunyai peranan penting dan

strategis dalam pembangunan bangsa serta memberi kontribusi signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi dan transformasi sosial. Penelitian yang

dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional pada tahun 2003

menyimpulkan bahwa pendidikan di Indonesia sangat berperan dalam

pertumbuhan ekonomi. Kenaikan 1%rata-rata pendidikan tenaga kerja

menaikkan Produk Domestik Bruto (PDB) atau ekonomi riil per kapita

sebesar 0,29% dengan asumsi yang lain tetap (ceteris paribus). Sementara itu kenaikan 1% rata-rata jam kerja tenaga kerja akan menaikkan PDB sebesar

(52)

sebesar 0,19%. Dan di pahak lain kenaikan 1% modal fisik per tenaga kerja

hanya menaikkan PDB 0,04, dari informasi diatas dapat disimpulkan bahwa

pertumbuhan ekonomi tidak saja dipengaruhi oleh meningkatnya pendidikan

tenaga kerja tetapi juga oleh pendidikan penduduk secara keseluruhan. Dalam

penelitian ini infrastruktur pendidikan diwakili oleh jumlah sekolah

menengah (SMA)yang telah menyelesaikan pendidikan dasar 9 tahun.

5. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan total keseluruhan dari

nilai tambah yang timbul akibat adanya aktivitas ekonomi di suatu daerah.

Data PDRB menggambarkan potensi sekaligus kemampuan suatu daerah

untuk mengelola sumber daya alam yang dimiliki dalam suatu proses

produksi, sehingga PDRB yang dihasilkan oleh suatu daerah sangat

tergantung pada potensi sumber daya alam dan faktor produksi yang tersedia

(BPS, 2007).

Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat dihitung melalui dua

metode yaitu metode langsung dan metode tidak langsung (BPS, 2007).

a). Metode Langsung adalah metode penghitungan dengan menggunakan data yang bersumber dari daerah. Metode langsung akan dapat

memperlihatkan karakteristik sosial ekonomi setiap daerah. Disamping itu

manfaat pemakaian data daerah adalah dapat digunakan untuk

menyempurnakan data statistik daerah yang lemah. Metode ini dilakukan

melalui tiga pendekatan, yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan,

(53)

berbeda, namun akan memberikan hasil penghitungan yang sama (BPS,

2007). Penghitungan PDRB secara langsung dapat dilakukan melalui tiga

pendekatan sebagai berikut:

1). PDRB menurut pendekatan dari segi produksi, adalah menghitung nilai

tambah dari barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan

ekonomi dengan cara mengurangi output dari masing- masing sektor atau

sub sektor dengan biaya antaranya. Pendekatan ini bisa juga disebut

pendekatan nilai tambah. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai

produksi (output) dan nilai biaya antara (intermediate cost), yaitu bahan baku atau penolong dari luar yang dipakai dalam proses produksi

(Tarigan 2004). Nilai yang ditambahkan ini sama dengan balas jasa

faktor produksi atas ikut sertanya dalam proses produksi. Dalam

prakteknya, produk ini dihitung berdasarkan sektor-sektor yang

menghasilkannya, yaitu (Suherman Rosyidi, 2006):

1. Sektor Pertanian

2. Sektor Pertambangan dan Penggalian

3. Sektor Industri Pengolahan

4. Sektor Listrik, Gas, dan Air bersih

5. Sektor Bangunan

6. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

8. Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(54)

2). PDRB Menurut Pendekatan Pendapatan. Dalam pendekatan pendapatan

ini, nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi dihitung dengan jalan

menjumlahkan semua balas jasa faktor produksi yaitu upah dan gaji,

surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung neto (BPS 2007).

Untuk sektor pemerintahan dan usaha-usaha yang sifatnya tidak mencari

untung, surplus usaha tidak diperhitungkan. Yang termasuk dalam

surplus usaha adalah bunga, sewa tanah dan keuntungan. Metode

pendekatan pendapatan ini banyak dipakai pada sektor yang produksinya

berupa jasa seperti sektor pemerintahan.

3). PDRB Menurut Pendekatan Pengeluaran. PDRB pendekatan pengeluaran

adalah jumlah seluruh pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dan

lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah,

pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor

netto di suatu wilayah. Penghitungan PDRB melalui pendekatan ini

dilakukan dengan bertitik tolak dari penggunaan akhir barang dan jasa

yang dihasilkan di wilayah domestik (BPS, 2007).

b. Metode Tidak Langsungadalah metode penghitungan dengan cara alokasi yaitu mengalokir PDB Nasional menjadi PDRB Provinsi dengan

menggunakan beberapa indikator produksi dan atau indikator lainnya yang cocok sebagai alokator. Metode tidak langsung adalah menghitung PDRB

Provinsi dengan cara mengalokir angka Produk Domestik Bruto Indonesia

untuk tiap provinsi dengan menggunakan alokator tertentu, alokator yang

(55)

a) Nilai produk bruto atau neto setiap sektor

b) Jumlah produksi fisik

c) Tenaga kerja

d) Penduduk

e) Alokator lainnya yang sesuai.

Dengan menggunakan salah satu atau kombinasi dari beberapa alokator

tersebut dapat diperhitungkan persentase atau bagian masing-masing provinsi untuk nilai tambah suatu sektor atau sub sektor (Tarigan 2004).

Produk Domestik Regional Bruto dapat disusun dalam dua versi, yaitu :

1. Pertama, PDRB yang disusun bedasarkan harga konstan, semua agregat

pendapatan dinilai atas dasar harga tetap, maka perkembangan agregat

pendapatan dari tahun ke tahun semata-mata karena perkembangan

produksi riil bukan karena kenaikan harga atau inflasi. yang digunakan

untuk penghitungan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun (tidak dipengaruhi inflasi).

2. Kedua, PDRB yang disusun berdasarkan harga berlaku, hal ini digunakan untuk menghitung pendapatan per kapita, yang merupakan

indikator kesejahteraan ekonomi masyarakat, dimana semakin tinggi

(56)

C. Pengertian Pembangunan

Menurut Sadono Sukirno (1985), walaupun kebijaksanaan-kebijaksanaan

pembangunan ekonomi selalu ditujukan untuk mempertinggi kesejahteraan dalam

arti yang seluas-luasnya, kegiatan pembangunan ekonomi selalu dipandang

sebagai sebagian dari usaha pembangunan yang dijalankan oleh suatu masyarakat.

Pembangunan ekonomi hanya meliputi usaha sesuatu masyarakat untuk

mengembangkan kegiatan ekonomi dan mempertinggi tingkat pendapatan masyarakatnya, sedangkan keseluruhan usaha-usaha pembangunan meliputi juga

usaha-usaha pembangunan sosial, politik, dan kebudayaan. Dengan adanya

pembatasan di atas maka pengertian pembangunan ekonomi pada umumnya

didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita

penduduk sesuatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang.

1. Teori Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan total

dan pendapatan per kapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

penduduk. Di dalamnya, tersedia lahan pekerjaan yang dapat menyerap

tenaga kerja yang produktif sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, baik itu individu, perusahaan, bahkan negara. Pembangunan

merupakan suatu proses kemajuan dan perbaikan yang terus menerus menuju

tujuan yang diinginkan, yaitu peningkatan dan pemerataan kesejahteraan

masyarakat. Menurut Todaro (2003), tujuan pembangunan antara lain :

Gambar

Tabel 1. PDRB (Juta Rp) di Provinsi Lampung Periode 1998-2012
Tabel 2. Inftrastruktur Jalan (Km) di Provinsi Lampung Periode 1998-2012
Tabel 3. Inftrastruktur Listrik (MWh) di Provinsi Lampung Periode 1998-2012
Tabel 4. Anggaran Kesehatan Puskesmas (Juta Rp) di Provinsi Lampung Periode 1998-2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil wawancara dengan Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat dapat diketahui bahwa Faktor Kebutuhan akan kekuasaan yang

JADWAL PELAJARAN INSTITUT SENI MUSIK DI SEMARANG (JURUSAN MUSIK PERTUNJUKAN DAN POP-JAZZ).. JADWAL PELAJARAN INSTITUT SENI MUSIK DI SEMARANG (JURUSAN MUSIKOLOGI DAN

Kelompok penutur bahasa Kui dapat dianggap sebagai komunitas bahasa karena memenuhi persyaratan, yakni terdiri atas kelompok manusia pemakai bahasa Kui; mereka

Adapun pengertian pantai adalah daerah yang meliputi pesisir sampai daerah yang lebih jauh ke arah daratan, tetapi batasnya kurang jelas maka masyarakat pantai tidak hanya tinggal

Uraian di atas dapat diketahui bahwa variabel bebas yang terdiri dari citra merek dan kualitas produk mempunyai hubungan dan pengaruh yang signifikan secara

Novel bisa diarani crita sambung (cerbung) kang dibukukake. Bedane ing kene yen cerbung diterbitake sacara sambung-sinambung ing sajrone kalawarti, manawa novel

Sumber data yang dipergunakan adalahdata sekunder, yaitu data yang telah jadi berupa laporan keuangan, dokumen yang berasal dari koperasi Credit Union Pancuran

● Ensure the DRM law provides an umbrella for other laws that regulate disaster risks by establishing mechanisms for cross- sectoral coordination, especially with laws