• Tidak ada hasil yang ditemukan

CAPACITY BUILDING OF DOCUMENTATION AND INFORMATION MANAGEMENT OFFICER (PPID) INSTITUTION IN PROVINCE OF LAMPUNG TO CREATE OPEN PUBLIC INFORMATION ( STUDY CASE IN DISKOMINFO PROVINCE OF LAMPUNG) PEMBANGUNAN KAPASITAS (CAPACITY BUILDING) KELEMBAGAAN PEJABAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "CAPACITY BUILDING OF DOCUMENTATION AND INFORMATION MANAGEMENT OFFICER (PPID) INSTITUTION IN PROVINCE OF LAMPUNG TO CREATE OPEN PUBLIC INFORMATION ( STUDY CASE IN DISKOMINFO PROVINCE OF LAMPUNG) PEMBANGUNAN KAPASITAS (CAPACITY BUILDING) KELEMBAGAAN PEJABAT"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

CAPACITY BUILDING OF DOCUMENTATION AND INFORMATION MANAGEMENT OFFICER (PPID) INSTITUTION IN PROVINCE OF LAMPUNG TO CREATE OPEN PUBLIC INFORMATION ( STUDY CASE

IN DISKOMINFO PROVINCE OF LAMPUNG) By

SHARI PUTRI DMT

In realizing good governance, the government will establish a policy of government transparency. namely Law No. 14 of 2008 on Public Information. Right of information becomes increasingly important as the opening of the state organization for public scrutiny the administration is more accountable.

One of mandate in Act No. 14 of 2008 about Public Information is Article 13 states that public agency must indicate Documentation and Information Management Officer (PPID) in the work environment. So , based on the Decree of the Head of Communications and Information Agency of Lampung Province 800/88/III.07.05.05/2012 Diskominfo perform removal information and Documentation Information Management Officer Regional Working Units (PPID-on education) Diskominfo Lampung Province.

Based on the problems that have been described above, the method used in this study is qualitative. This study will discuss how building capacity PPID Diskominfo Institute of Lampung Province in organizing Public Information. And efforts that do by agency's ability to adjust to a change in fulfilling public information requests Based on the results it could be conclude that the capacity building PPID Diskominfo Institute of Lampung Province in the Implementation of Public Information (KIP) is not optimal. This is due to: the alignment between individual goals with the goals the agency has not materialized, reasonable Informality in employment relationships have not materialized in the Institute PPID Diskominfo. The relationship between superior and subordinate is stiff due to indisposition. Informal relationships occur in the subordinate work relationship with subordinates.

(2)

ABSTRAK

PEMBANGUNAN KAPASITAS (CAPACITY BUILDING) KELEMBAGAAN PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI (PPID) DALAM PENYELENGGARAAN KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

(STUDI PADA DINAS KOMUNIKASIDAN INFORMASI PROVINSI LAMPUNG)

Oleh

SHARI PUTRI DMT

Dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik, pemerintah membentuk suatu kebijakan akan transparansi pemerintah. yaitu Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Hak atas informasi menjadi penting karena makin terbukanya penyelenggaraan negara untuk diawasi publik, penyelenggaraan tersebut makin dapat dipertanggungjawabkan.

Salah satu amanah dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dalam pasal 13 menyebutkan bahwa badan publik wajib menunjukkan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di lingkungan kerjanya. Maka dengan itu, berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Lampung Nomor 800/88/III.07.05.05/2012 Diskominfo melakukan pengangkatan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPID-SKPD) Diskominfo Provinsi Lampung.

Berdasarkan permasalahan yang sudah diungkapkan diatas, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian ini akan membahas bagaimana pembangunan kapasitas Lembaga PPID Diskominfo Provinsi Lampung dalam penyelenggaraan Keterbukaan Informasi Publik. Usaha –usaha apa yag dilakukan lembaga dalam menyesuaikan kemampuan dengan perubahan yang ada dalam memenuhi permintaan informasi publik.

(3)

Informalitas yang wajar dalam hubungan kerja masih belum terwujud di dalam Lembaga PPID Diskominfo. Hubungan antara atasan dengan bawahan masih kaku dikarenakan adanya keseganan. Hubungan informal terjadi di dalam hubungan kerja bawahan dengan bawahan.

(4)
(5)

PEMBANGUNAN KAPASITAS (CAPACITY BUILDING) KELEMBAGAAN PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI (PPID) DI

PROVINSI LAMPUNG

(Studi Pada Dinas Komunikasi Dan Informasi Provinsi Lampung)

Skripsi

Oleh

SHARI PUTRI DMT

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)
(7)
(8)
(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Siborongborong, Tapanuli Utara pada tanggal 28 September1992, sebagai Anak pertama dari enam bersaudara, sebagai anak dari Sahat Tampubolon dan Linduamas Nababan. Pendidikan formal peneliti dimulai dari Sekolah Dasar (SD) 02 Pohantonga pada tahun 1998, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan Di SMP Negeri 1 Siborongborong pada tahun 2004 Pada tahun yang sama peneliti melanjutkan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Siborongborong. Dan pada tahun 2010 peneliti diterima di Universitas Lampung Jurusan Ilmu Administrasi Negara pada tahun 2010 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

(10)

Aku menyadari ini

hanyalah bagian kecil dari

jalan yang entah berapa

jauh lagi harus kutempuh

sampai tiba waktuku

Berserah pasrahakan semua pada

yang Kuasa, beri yang terbaik

sepenuh jiwa, berserah bukan

berarti meyerah tapi tak henti

percaya.

(11)

PERSEMBAHAN

Dengan nama Bapa Di Surga Yang Baik dan Maha Pengasih, aku

persembahkan hasil kerja keras dan pemikiran ku ini kepada :

Ayahku Sahat Tampubolon (Bapa), seseorang yang optimis dan

semangat dalam menyekolahkan anak-anaknya walaupun harus

bersusah payah tapi tidak pernah memutuskan harapan

anak-anaknya untuk mendapatkan pendidikan yang baik.

Ibuku Linduamas Nababan (Uma), seorang wanita yang kuat yang

melahirkan ku ke dunia ini dan memberikan kasih sayang berlimpah

setiap detiknya. Bersusah payah mencukupi setiap kebutuhan

anak-anaknya dengan baik yang terkadang mengabaikan dirinya sendiri.

semua pengorbananmu itu menjadi teladan bagku kelak. You are the

best, MOM.

Adik-adikku semuanya yang banyak (Pomparana ni si Tampubolon)

,Bertanita, Ganda Marito, Tomi Anugrah, Bunga Arta, Rainheart, yang

selalu memberikan support dan semangat kepada ku baik langsung

dan tidak langsung, yang mau mengalah apabila orangtua kita

terkadang mendahulukan ku dalam beberapa hal. Terimakasih sudah

mau bekerjasama dan membantu Bapa dan Ibu bekerja untuk

mengirimi ku uang bulanan selama ini. Jadilah adik-adik yang selalu

baik.

Keluarga kecil Kak Pini, Bang Maruli dan Putri. Trimakasih buat setiap

hiburan dan setiap kesempatan yang dberikan untuk berlibur di sana.

Jangan pernah bosan untuk menyambut kami di rumah kalian.

Hanya Bapa Di Surgalah yang membalas setiap doa dan kebaikan

kalian.

(12)

SANWACANA

Syukur dan terimakasih yang begitu berlimpah penulis ucapakan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bapa di Surga buat setiap penyertaanNya dalam setiap proses yang terjadi di dalam hidup penulis, dan pintu kasih yang masih terbuka senantiasa diberikan hingga setiap prosesnya penyusunan Srikpsi ini boleh selesai dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang begitu tulus atas segala bantuan, bimbingan, dan keberadaan yang selalu diberikan ke beberapa pihak yang turut membantu menyelesaikan skripsi ini. Penulis megucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Dedy Hermawan S.Sos., M. Si. Selaku Ketua Jurusan dan dosen pembimbing utama penulis atas kesediaannya membimbing penulis dalam mengerjakan skripsi ini dan mengajari penulis dan tidak memberikan kesulitan yang berarti hingga terbentuknya skripsi ini. Terimakasih banyak 3. Bapak Fery Triatmojo S.A.N., M.P.A., selaku dosen pembimbing kedua yang

(13)

4. Bapak Dr. Noverman Duadji Drs. M.Si, selaku Dosen Pembahas peneliti yang memberikan kritik dan saran yang membangun serta waktu dan kesediaanya dalam proses pengerjaan skripsi ini. Terimakasih banyak.

5. Buat semua dosen-dosen Ilmu Administrasi Negara Bu Yayuk, Bu Meli, Bu Novita, Bu Devi, Pak Bambang, Bu Dewi, Pak Simon, Pak Syamsul, dan Bu Dian, buat semua ilmu yang sudah diberikan kepada kami hingga kami lulus. Semoga kami bisa menjadi alumni yang baik dan bermanfaat dalam pemerintahan Indonesia ini. Kalian adalah dosen-dosen terbaik yang tidak menyusahkan, kami cukup hanya harus mengikuti setiap proses yang kalian berikan saja. You are the best

6. Buat ADUSELON (angkatan 0’10 ANE), Anak-anak kelas ganjil ANE 2010 Kak Ica, Oii, Wori, Emon, Yulia, Sari, Dita, Astria, Inga Olen, Rizka, Intan, Indah, Cita, Lusy, Gusti, Eci, Lica, Bunga, Enggi , Uyung, Kiyay Rofi, Julyan, Namhar, Datas, Ali, Rahma, Cahya, Rana, Putri, Maya U., Tasya, Ce Nurul, Annisa, Efrido, dan lain-lain. Anak-anak kelas genap ANE 2010 Bunga, Maya L., Indah Kiting, Eeng, Geng Mutar (Ade, Anjas, Yogis, Aris), Aying, Risky, Ardi, Hepsa, Begg, Samsu, Aden, Loy, Maritha, Hanny, Tammi, Nunu, Hadi, Dion, Daus, dan lain-lain, Nona, Karina, Nuzul, Meri, Corie. Semuanya terima kasih untuk perjalanan kuliah selama ini, kebersamaan, dan kebahagiaan, semoga kita semua sukses dunia akhirat. Amiiin.

(14)

kelucuan yang sudah kita lewati. Buat Sriani Febrianti, terimakasih ani buat kebaikannya selama ini, cepet menyusul, jangan menyerah, kita gak akan ninggalin ani kok. Buat Dora Sonia Purba, terimakasih buat semuanya ni, temen kami yang paling terbuka, santai, baik. semangat buat kehidupan yang lebih baik, lepaskan saja si dia nia.. Buat Selli Mutiara, temen kam yang paling lembut, terimakasih buat pertemanannya selama ini. Sukses Girl.. Kita pasti akan segera bertemu lagi dalam keadaan yang jauh lebih baik.

8. Buat Soulmateku, Novita, Unnie Lia, Unnie adel, kalian tidak hanya sebatas temen kosan, tapi kalian adalah keluarga ku di lampung ini, yang selalu menjalani kehidupan kostan dan perkuliahan di Lampung ini dengan penuh keseruan. Terimakasih buat kebersamaannya, buat setiap telinga yang diberikan untuk mendengarkan cerita-ceritaku, buat kegilaannya dan kelucuannya. Buat novita yang akan paling lama di lampung, kita pasti harus akan bertemu lagi dan akan menjadi dokter pribadi kami, buat unnie lia, the wise unni, makasih unnie buat setiap cerita-ceritanya, semuaaaaaanyaa, kita pasti akan harus bertemu lagi, buat unnie adel, unnie paling sabarrr, trimakasih buat kesabaraanya unnie, buat tempatnya, semua-semuanya. Kita semua pasti akan harus bertemu lagi dengan keadaan yang jauh lebih baik. Hidup Butiran Debu.

(15)

meri, temen ku yang sabar banget, cepetlah kurusan, dan pertahankan hatinya yang penyabar dan baik hati. Pengen deh sebaik meri. 

10.Buat alter’ singer, Mas Astho, Kak Ini, buat bimbingan, arahan, pelajaran, dan kebenaran yang selalu di sampaikan tanpa lelah dan dengan sangat baik, Yuhan Yesus Memberkati Keluarga. Buat bang Paru (trimakasih buat tebengannya bang), Tata (you are my heboh partner, I like you) , meri, Patrick, bang Nico, Pebe (you are my heboh partner, I like you) , toni, ka julisa, kaki ka, kak mei, bang mike, bang rudi, ruth, ika, nur, niko, torang, Cristopher, Yessi. Terimakasih buat kebersamaanya, kelucuannya, keseruaannya, dan setiap share firmannya. Semoga kita semakin bertumbuh di dalam iman.

11.Buat sunbae-sunbae ku (senior) yang udah ntah dimana sekarang, maho-maho ceria bang fatir, bang EP, bang icang, bang Feredi,bang Ade, Rio ka Puni, mak Nope, Ka Rindi, bang Epan, aku akan segera bergabung ke dalam tim alumni, kalian luar biasa. Buat bang Ebit (trimakasih buat pengalaman hidup yang diberikan), Ka Juli, Kak Ika, kak Nindia, kak Osin, ka Rita, kak Ayu, kak Yeni, kak Okta, kak Nike (I miss You).

(16)

13.Terimakasih buat bunda Rere, Uda, Pak De, Mamang, buat setiap asupan gizi dan makanan yang diberikan selama ini

14.Buat bapak Priyatmono, selaku pegawai Diskominfo. Terimakasih buat jalan yang dibukakan dan setiap kerjasamanya selama saya melakukan penelitian dan narasumber (Pak Sutoto selaku Ketua PPID, Ibu Syifa Selaku Sekretaris, dan Pak Nurman selaku Kordinator) dan yang tidak bisa disebutkan yang bersedia memberikan informasi kepada peneliti. Trimakasih banyak.

15.Anak-Anak KKN Tematik Unila Pekon Gumuk Mas Periode Januari-Februaru 2013.

16.Seluruh Civitas Keluarga Besar Ilmu Administrasi Negara FISIP Unila. Seluruh pihak yang membantu penulis dalam penelitan, dan yang telah menemani penulis selama kuliah di UNILA yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih semuanya

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga karya sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 13 Juni 2014 Penulis

(17)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

SANWACANA ... vi

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR BAGAN ... iv

I. PENDAHULUAN. ... 1

A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Tinjauan Tentang Pengembangan Kapasitas (Capacity Building) ... 12

B. Tinjauan Tentang Keterbukaan Informasi Publik ... 19

C. Tinjauan Tentang Pengelola Informasi dan Dokumentasi ... 27

D. Kerangka Pikir ... 31

III. METODE PENELITIAN ... 33

A. Tipe Penelitian ... 33

(18)

C. Lokasi Penelitian ... 37

D. Instrumen Penelitian ... 38

E. Jenis dan Sumber Data ... 38

F. Teknik Pengumpulan Data ... 40

G. Teknik Analisis data ... 41

H. Teknik Keabsahan Data ... 43

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 45

A. Gambaran Umum tentang DISKOMINFO ... 45

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50

A. Pengaturan struktur Lembaga PPID Diskominfo ... 50

Provinsi Lampung B. Pengaturan Proses Pengambilan Keputusan ... 60

C. Pengelolaan Sumber Daya yang ada di dalam organisasi ... 66

Untuk mendukung kinerja dalam mewujudkan KIP D. Gaya Manajemen Organisasi dalam mengelola ... 92

faktor internal dan eksternal organisasi VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 101

A. Kesimpulan ... 101

B. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 103

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyelenggaraan pemerintahan yang baik adalah landasan bagi pembuatan dan penerapan kebijakan negara yang demokratis dalam era globalisasi. Penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance) menurut LAN-RI (dalam Sujardi, 2012:20) merupakan pengelolaan pemerintahan yang baik dan bertanggungjawab. Hal ini merupakan kajian penting dalam pengelolaan administrasi publik di era globalisasi ini karena akan berdampak pada peningkatan performa administrasi publik di Indonesia, sehingga pelayanan kepada masyarakat pun tersampaikan dengan baik.

(20)

2

Program peningkatan kapasitas perlu dilakukan baik pada tataran individual, tataran organisasional, maupun tataran sistem. Pembangunan kapasitas pada berbagai tataran ini merupakan salah satu bentuk pelaksanaan good governance. Praktik good governance yang baik akan mendorong tercapainya efisiensi dan efektivitas kerja. Pada akhirnya diharapkan kapasitas yang meningkat akan memicu perkembangan dalam berbagai aspek pengelolaan pemerintahan sehingga pemerintahan benar-benar dijalankan dengan tata kelola yang baik.

Pembangunan kapasitas organisasional sejalan dengan visi Dinas Komunikasi Dan Informasi Provinsi Lampung (Diskominfo), yaitu “terwujudnya pusat informasi dan komunikasi untuk menunjang pembangunan daerah menuju Lampung unggul dan Berdaya saing”. Pada rumusan misi lembaga Diskominfo disebutkan meningkatkan daya dukung infrastruktur Teknologi komunikasi dan informasi untuk memperluas akses masyarakat terhadap informasi pembangunan daerah, meningkatkan kompetensi sumber daya manusia bidang komunikasi dan informasi secara profesional, meningkatkan kualitas layanan komunikasi dan informasi kepada masyarakat dalam rangka mewujudkan masyarakat berbudaya informasi.

(Sumber: http://www.ppid.lampungprov.go.id/profile-ppid.html).

(21)

3

peningkatan kapasitas berkelanjutan menjadi bagian penting dari pelaksanaan misi diatas.

Salah satu tugas penting yang diemban oleh Diskominfo adalah mewujudkan peyelenggaraan negara yang terbuka. Hak publik untuk memperoleh informasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hak untuk tahu (right to know) atau hak untuk mengakses informasi yang melekat pada setiap warga negara telah dijamin oleh kontitusi kita, yakni pasal 28 F Undang-Undang Dasar 1945. Hak atas informasi menjadi sangat penting karena makin terbuka penyelenggaraan negara untuk diawasi publik, penyelenggaraan negara tersebut makin dapat dipertanggungjawabkan. Hak setiap orang untuk memperoleh informasi juga relevan untuk pengambilan keputusan publik. Partisipasi masyarakat tidak banyak berarti tanpa jaminan keterbukaan informasi publik. Maka dengan itulah pemerintah memberikan jaminan kebijakan yang diatur dalam UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP).

(22)

4

mampu mendorong partisipasi masyarakat serta mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang diamanahkan dalam pembukaan UUD 1945 dan Pancasila. Salah satu amanah dalam UU No. 14/2008 tentang KIP dalam pasal 13 menyebutkan bahwa badan publik wajib menunjuk Pejabat Pengelolaan Informasi dan Dokumentasi Publik atau PPID di lingkungan kerjanya.

Dalam UU KIP terdapat beberapa peraturan pokok: (1) Setiap Badan wajib menjamin Keterbukaan Informasi Publik; (2) Setiap Informasi Publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh publik; (3) Informasi publik yang dikecualikan bersifat ketat, terbatas, dan tidak mutlak/tidak permanen; (4) Setiap informasi publik harus dapat diperoleh dengan cepat, tepat waktu, biaya ringan, dan cara sederhana; (5) Informasi publik bersifat proaktif; (6) Informasi publik harus bersifat utuh, akurat, dan dapat dipercaya; (7) penyelesaian sengketa secara cepat, murah, kompeten, dan independen; dan (8) ancaman pidana bagi penghambat informasi.

(23)

5

Permasalahannya adalah, terdapat banyak kekurangan yang terjadi selama pelaksanaan penyelenggaraan Keterbukaan Informasi Publik di PPID. Di tingkat Nasional, berdasarkan Laporan FOI-Network pada Desember 2010 me-release

laporan yang menyebutkan 347 permintaan informasi yang dilakukan kepada Badan Publik Pemerintah, sebanyak 152 permintaan ditolak, 93 permintaan diabaikan dan hanya 102 permintaan yang diterima atau diberikan. Sejumlah 102 informasi yang ditolak dan diabaikan oleh badan publik, 41 permintaan di antaranya ditolak/diabaikan dengan alasan yang tidak jelas dan berubah-ubah dan 41 permintaan diantaranya ditolak/dibaikan dengan alasan data tidak bisa diberikan kepada pemohon individu. Sedangkan permintaan lainnya ditolak/diabaikan dengan beberapa alasan. (Sumber : Laporan Independen- Open Goverment Partnership Di Indonesia; http://www.laporanindependenogp2012.co.id/?p=6794;Diakses Tgl 28

November 2013; Pukul 12.41WIB )

Laporan FOI-Network tersebut memperkuat fakta bahwa sebagian besar badan publik pemerintah masih belum bisa menjalanakan mandat UU KIP dengan baik. Penolakan/pengabaian permintaan informasi paling banyak adalah permintaan berupa dokumen perencanaan dan pelaksanaan anggaran pemerintah. Fakta lain menunjukkan bahwa penolakan/pengabaian terhadap permintaan informasi juga banyak terjadi karena belum dimilikinya prosedur pelayanan informasi publik kepada PPID. (Sumber : Laporan Independen- Open Goverment Partnership Di Indonesia; http://www.laporanindependenogp2012.co.id/?p=6794; Diakses Tgl 28 November

(24)

6

Gambar 1.1 Diagram Laporan FOI-Network atas permintaan pemohon informasi publik yang diabaikan.

Sumber : Laporan Independen- Open Goverment Partnership Di Indonesia Tahun 2012.

Berdasarkan fakta visitasi dari hasil laporan Monev Komisi Informasi Republik Indonesia Tahun 2013 beberapa masalah yang terjadi selama penyelenggaraan kebijakan KIP (Sumber : http://jurnal.upi.edu/file/djaman.pdf; Diakses Tgl 12 November 2013; Pukul 14.01 WIB), seperti :

1. Sebagian besar badan publik belum memiliki meja Informasi.

2. PPID utama baik di badan publik maupun pusat pemprov banyak yang belum menguasai seluruh informasi.

3. Ada beberapa provinsi dimana PPID nya terdesentralisasi (PPID utama ada disetiap SKPD).

4. Kendala PPID terdesentralisasi di pemprov, tidak ada PPID utama yang menguasai seluruh informasi di pemprov.

5. Beberapa Badan Publik, keberadaan SK PPID tidak selamanya mencerminkan bahwa sistem layanan informasi publik telah berjalan dengan baik. Hal ini

152

93 102 ditolak

diabaikan

(25)

7

bisa juga dilihat dari informasi berkala, dimana ada Provinsi yang tidak memiliki PPID namun informasi berkalanya lumayan lengkap.

6. PPID Utama di Pemprov belum seragam.

7. Ada PPID definit di Provinsi namun ternyata tidak menguasai informasi apapun.

8. Bahkan ada PPID yang belum paham apa tugas dan tanggung jawab PPID. Masalah tidak hanya muncul di tingkat nasional, untuk PPID Diskominfo Provinsi Lampung banyak ditemui masalah, seperti disebutkan oleh Komisi Informasi Lampung bahwa keterbukaan informasi masih sulit didapat, dimana terdapat 22 kasus sengketa informasi dimana PPID rata-rata tidak siap dan kurang tanggap terhadap UU KIP tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Ketua Komisi Informasi, Juniardi bahwa Dari 22 kasus sengketa informasi di Komisi Informasi Provinsi Lampung, Diskominfo belum siap mengimplementasikan amanat Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik. (Sumber:http://sentanaonline.com/detail_news/main/8

052/1/30/07/2012/Komisi-Informasi-Lampung-Keterbukaan-Informasi-Masih-Sulit-Didapat. Diakses Tgl 28 November 2013 ;Pukul 11.53 WIB.)

(26)

8

Masalah lain adalah menyangkut sosialisasi. Sebagai lembaga yang baru keberadaan PPID belum sepenuhnya di ketahui oleh masyarakat umum. Terutama fungsi dan tugas dari PPID ini. Bahkan masih banyak masyarakat yang belum mengetahui jika PPID baru sudah terbentuk. Hal ini diutarakan oleh seorang jurnalis, Rusman mengatakan bahwa belum ada pemberitahuan setiap kantor akan adanya PPID.

(Sumber:

http://koleksimedia.com/terbaru/nasional/keberadaan-ppid-dianggap-kurang-sosialisasi. Diakses Tgl 28 November 2013; Pukul 11.57 WIB).

Tidak hanya menyangkut masalah informasi dan sosialisasi, namun juga masalah lain. masalah lain yang terjadi adalah banyaknya ketidaksesuaian dalam Diskominfo Provinsi Lampung, yang ditangani oleh kepengurusan sekarang. Selama ini terkesan ada kedekatan dengan wartawan dari media besar. Banyak kebijakan-kebijakan atau himbauan dari gubernur yang sepertinya tidak diindahkan oleh Diskominfo. Seperti halnya, jika ada agenda mengharuskan peliputan di kabupaten/kota, atau bahkan hingga ke luar Provinsi Lampung untuk mengajak seluruh wartawan tanpa ada pembedaan.

Selama ini hanya orang-orang tertentu saja yang diajak oleh Diskominfo. Hal ini dikemukakan oleh Gubernur Provinsi Lampung, Sjahroedin yang ditemui pada acara silaturahmi dengan wartawan beberapa waktu lalu, yang dikutip dalam beritanda.com

(27)

9

mpung/13758-wartawan-pertanyakan-kinerja-kinerja-diskominfo-pemprov-lampung.html. Diakses tanggal 2 Oktober 201; Pukul 13.54 WIB)

Hal lain yang kurang diindahkan oleh mereka yaitu, setiap sebulan dua kali harus ada pertemuan dengan wartawan seperti yang didengung-dengungkan oleh Gubernur, tidak dilaksanakan juga . Mengenai media center, yang harusnya menjadi penunjang kerja jurnalis, namun justru lebih banyak digunakan sebagai tempat bermain game on-line atau berselancar dijejaring oleh polisi pamong praja dan juga cleaning service. Harusnya Diskominfo bertindak cepat dan tegas terhadap ini semua, karena media center itu seharusnya sebagai media penunjang kerja jurnalis

(Sumber: http://beritanda.com/nusantara/sumatera/lampung/13758 wartawan pertan

yakan-kinerja-kinerja-diskominfo-pemprov-lampung.html. Diakses tanggal 2 Oktober

201; Pukul 13.54 WIB) .

Hal terbaru yang dilakukan oleh Diskominfo yang dianggap janggal adalah penyediaan ruangan untuk karaoke. Kurang tepat penggunannya dalam lembaga pemerintahan seperti Diskominfo sendiri. Penyediaan 1 buah organ, 2 sound sytem, 1

microphone dan peralatan juga ruangan tertutup. Ruangan tersebut nantinya dijadikan studio mini yang dapat dipergunakan untuk gambar atau sejenisnya guna disampaikan kepada masyarakat. Selain itu akan dijadikan ruangan santai dan dipergunakan di luar jam dinas. (Sumber: http//fajarsumatera.com/2013/05/waw-ada-fasilitas-karaoke-di-diskominfo#.UkvCr1M_vDc. Diakses Tgl l2 Oktober 2013; Pukul 13.54

(28)

10

UU No: 14/2008 tentang KIP yang lahir di saat wacana good governance menjadi koridor untuk menciptakan pemerintahan yang transparan dan akuntabilitas, menjadi penting untuk diimplementasikan oleh semua badan publik dengan pembentukan PPID sebagai pengelolanya. Berangkat dari pemaparan latar belakang tulisan ini permasalahan yang dihadapi,PPID menjadi sangat kompleks. Perlu dilakukan identifikasi untuk melihat sebarapa besar kompleksitas permasalahan yang dihadapi PPID, baik secara internal maupun eksternal, dan bagaimana kapasitas PPID dalam menangani masalah-masalah tersebut dan pengelolaan PPID terhadap informasi kepada masyarakat.

Upaya pembangunan kapasitas (capacity building) di Provinsi Lampung terkhusus di PPID Diskominfo Provinsi Lampung, hendaknya berpijak pada visi dan misi yang telah ditetapkan, sehingga pelaksanaanya akan berjalan secara berkelanjutan. Melihat fenomena yang disebutkan maka peneliti tertarik melihat bagaimanakah Pembangunan Kapasitas (Capacity Building) Kelembagaan PPID di Provinsi Lampung (Studi pada Diskominfo Provinsi Lampung) dalam mewujudkan Keterbukaan Informasi Publik.

B. Rumusan Masalah

(29)

11

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mengetahui gambaran Pembangunan Kapasitas (Capacity Building) Kelembagaan PPID DISKOMINFO di Provinsi Lampung dalam menyelenggarakan Keterbukaan Inforrmasi Publik.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis penelitian ini menambah wawasan pengetahuan dan wacana pemikiran bagi studi Ilmu Administrasi Negara khususnya di bidang pelayanan publik mengenai pembangunan kapasitas (capacity building), dimana bagaimana suatu organisasi meprtahankan eksistensi atau keberadaan organisasinya secara terus menerus dengan perkembangan jaman yang ada. 2. Secara praktis penelitian ini berguna untuk lembaga PPID Diskominfo sendiri

(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Pengembangan Kapasitas (Capacity Building)

Penelusuran definisi capacity building memiliki variasi antar satu ahli dengan ahli lainnya. Hal ini dikarenakan capacity building merupakan kajian yang multi dimensi, dapat dilihat dari berbagai sisi. Secara umum konsep capacity building dapat dimaknai sebagai proses membangun kapasitas individu, kelompok atau organisasi. Menurut Eade (dalam Keban 2010 : 17) Capacity building merupakan suatu pendekatan utama untuk pembangunan yang bertujuan untuk memperkuat kemampuan manusia agar dapat menentukan sendiri apa yang berguna bagi dirinya dan prioritas hidupnya serta kemampuan mengorganisir diri untuk melakukan perubahan bagi masa depan.

(31)

13

(donator). Sedangkan menurut menurut Merilee S. Grindle (dalam Ratnasari, 2011 : 105) capacity building adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan rakyat negara sedang berkembang untuk mengembangkan keterampilan manajemen dan kebijakan yang esensial yang dibutuhkan untuk membangun struktur budaya, sosial politik, ekonomi dan SDM.

Morison (dalam Satori, 2013 : 30 ) melihat capacity building sebagai suatu proses untuk melakukan sesuatu, atau serangkaian gerakan, perubahan multi level di dalam individu, kelompok-kelompok, organisasi-organisasi dan sistem-sistem dalam rangka untuk memperkuat kemampuan penyesuaian individu dan organisasi sehingga dapat tanggap terhadap perubahan lingkungan yang ada.

Kesimpulan yang dapat diambil dari definisi para ahli diatas bahwa capacity building

atau pembangunan kapasitas merupakan proses meningkatkan kemampuan, keterampilan, bakat, dan potensi yang dimiliki oleh individu, kelompok individu atau organisasi. Kemampuan tersebut guna memperkuat diri sehingga mampu mempertahankan profesinya di tengah perubahan yang terjadi di lingkungan individu, kelompok individu atau organisasi, Brown (dalam Satori, 2013 : 30).

World Bank (dalam Keban 2004:182) memfokuskan Pengembangan Kapasitas pada tiga dimensi, yaitu :

1. Pengembangan SDM a. Training

(32)

14

c. Manajerial d. Teknis 2. Organisasi

a. Pengaturan struktur

b. Proses Pengambilan Keputusan c. Sumberdaya

d. Gaya manajemen

3. Jaringan kerja interaksi organisasi

a. Koordinasi kegiatan-kegiatan organisasi b. Fungsi jaringan kerja

c. Interaksi formal dan informal 4. Lingkungan Organisasi

a. Aturan dan perundang-undangan yang mengatur pelayanan publik b. Tanggungjawab dan kekuasaan antar lembaga

c. Kebijakan yang menghambat tugas pembangunan d. Dukungan keuangan dan anggaran

5. Lingkungan kegiatan yang luas a. Politik

b. Ekonomi

c. Kondisi-kondisi yang berpengaruh terhadap kinerja

(33)

15

dapat dilihat sebagai suatu strategi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dan memelihara nilai-nilai moral dan etos kerja. Pengembangan kelembagaan merupakan strategi penting agar suatu lembaga pemerintahan mampu (1) menyusun rencana strategis ditujukan agar organisasi memiliki visi yang jelas, (2) memformulasikan kebijakan dengan memperhatikan nilai efisiensi, efektivitas, transparansi, responsivitas, keadilan, partisipasi, dan keberlanjutan; (3) mendesain organisasi untuk menjamin efisiensi dan efektivitas, tingkat desentralisasi dan otonomi yang lebih tepat, (4) melaksanakan tugas-tugas manajerial agar lebih efisien, efektif, fleksibel, adaptif, dan lebih berkembang. Pengembangan jaringan kerja, misalnya merupakan strategi untuk meningkatkan kemampuan bekerjasama atau kolaborasi dengan pihak-pihak luar dengan prinsip saling menguntungkan (menurut Keban, 2010 : 187).

Terhadap gambaran tersebut dikemukakan bahwa pembangunan kapasitas harus dilaksanakan secara efektif dan berkesinambungan pada tiga aspek atau tingkatan (menurut Keban, 2004 : 183), yaitu:

a) Tingkatan sistem, seperti kerangka kerja yang berhubungan dengan pengaturan, kebijakan-kebijakan dan kondisi dasar yang mendukung pencapaian objektivitas kebijakan tertentu.

(34)

16

c) Tingkatan individual, contohnya keterampilan individu dan persyaratan, pengetahuan, perilaku, pengelompokan pekerjaan dan motivasi dari pekerjaan di dalam organisasi.

Pembangunan kapasitas pada tingkatan lembaga dapat dilihat dengan menggunakan ukuran menurut World Bank (Keban, 2004 : 182), sebagai berikut :

1. Pengaturan struktur dalam membangun kapasitas Lembaga Menurut Robbins (dalam Kusdi, 2009 : 175)

a. Restrukturisasi

b. Memberdayakan budaya kerja tim c. The right man in the right place

2. Proses pengambilan keputusan Menurut Siagian, 1989 : 47, yaitu :

a. Tidak terjadi secara kebetulan

b. Menyediakan sumber-sumber material c. Menyediakan alternatif keputusan 3. Pengelolaan sumberdaya.

Menurut Klincher (dalam Teguh, 2009 : 38), yaitu 1) Sumber Daya Manusia

a. Melakukan pengadaan pegawai dengan menunjuk pejabat sesuai dengan pengalaman kerja

(35)

17

2) Sarana dan prasarana

a. Menyediakan sarana dan prasarana yang memadai

b. Melakukan penambahan sarana dan prasarana secara periodik c. Melakukan pemeliharaan sarana dan prasarana

d. Menerapkan penggunaan komputer

4. Gaya manajemen mengelola dan mengatur faktor internal dan eksternal organisasi dalam membangun kapasitas menurut Siagian, 1989 : 92, yaitu :

a. Sinkronisasi tujuan individu dengan tujuan organisasi b. Informalitas yang wajar dalam hubungan kerja

c. Menjalin kerjasama dengan pihak lain dalam melakukan kegiatan guna

a. Tujuan Capacity Building

Menurut Daniel Rickett (dalam Hardjanto, 2010 : 105) menyebutkan “the ultimate

goal of capacity building is to enable the organization to grow stronger in achieving

ats purpose and mission”, artinya adalah arti penting dari pembangunan kapasitas

adalah untuk memampukan organisasi bertumbuh dengan lebih kuat dalam mencapai tujuan dan misi organisasi. Lebih jauh dirumuskan bahwa tujuan dari peembangunan kapasitas adalah.

a. Mengakselerasikan pelaksanaan desentralisasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(36)

18

c. Mobilisasi sumber-sumber dana Pemerintah, Daerah dan lainnya. d. Penggunaan sumber-sumber dana secara efektif dan efisisen.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Capacity Building

Menurut Riyadi (dalam Ratnasari, 2010 : 106) menyampaikan bahwa faktor-faktor signifikan yang mempengaruhi pembangunan kapasitas meliputi 5 (lima) hal pokok yaitu:

a. Komitmen bersama (Collective commitments)

b. Kepemimpinan yang kondusif (condusiv Leadership)

c. Reformasi Kelembagaan d. Reformasi Peraturan

e. Peningkatan Kekuatan dan Kelemahan yang Dimiliki

c. Elemen-Elemen Dalam Pembangunan Kapasitas

Elemen-elemen dalam pembangunan kapasitas merupakan hal-hal yang dilaksanakan dalam mencapai kondisi kapasitas masyarakat yang berkembang. Garlick dalam McGinty (dalam Mubarak, 2010 : 55) menyebutkan lima elemen utama dalam pengembangan kapasitas sebagai berikut:

1. Membangun pengetahuan, meliputi peningkatan keterampilan, mewadahi penelitian dan pengembangan, dan bantuan belajar

2. Kepemimpinan

3. Membangun jaringan, meliputi usaha untuk membentuk kerjasama dan aliansi 4. Menghargai komunitas dan mengajak komunitas untuk bersama sama

(37)

19

5. Dukungan informasi, meliputi kapasitas untuk mengumpulkan, mengakses dan mengelola informasi yang bermanfaat

B. Tinjauan Tentang Keterbukaan Informasi Publik

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 F disebutkan bahwa setiap orang berhak berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, dan menyimpan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Memberikan jaminan terhadap semua orang dalam memperoleh informasi, perlu dibentuk undang-undang yang mengatur tentang Keterbukaan Informasi Publik, maka dibentuklah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008.

(38)

20

1) Asas Dan Tujuan Keterbukaan Informasi Publik Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008

A. Asas

a. Setiap informasi publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap pengguna informasi publik.

b. Informasi publik yang dikecualikan bersifat ketat dan terbatas.

c. Setiap informasi publik harus dapat diperoleh setiap pemohon informasi publik dengan cepat dan tepat waktu, biaya ringan, dan cara sederhana. d. Informasi publik yang dikecualikan bersifat rahasia sesuai dengan

undang-undang, kepatutan, dan kepentingan umum didasarkan pada pengujian tentang konsekuensi yang timbul apabila suatu informasi diberikan kepada masyarakat serta setelah dipertimbangkan dengan saksama bahwa menutup informasi publik dapat melindungi kepentingan yang lebih besar daripada membukanya atau sebaliknya.

B. Tujuan

Undang-Undang ini bertujuan untuk:

a. menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik, program kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan publik, serta alasan pengambilan suatu keputusan publik; b. mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan

(39)

21

c. meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik dan pengelolaan Badan Publik yang baik;

d. mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, yaitu yang transparan, efektif dan efisien, akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan;

e. mengetahui alasan kebijakan publik yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak;

f. mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa; dan/atau

g. meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan Badan Publik untuk menghasilkan layanan informasi yang berkualitas.

2) Hak Dan Kewajiban Pemohon Dan Pengguna Informasi Publik Serta Hak Dan Kewajiban Badan Publik Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008

A. Hak Pemohon Informasi Publik

1. Setiap orang berhak memperoleh informasi publik sesuai dengan ketentuan undang-undang.

2. Setiap orang berhak:

a. melihat dan mengetahui informasi publik;

b. menghadiri pertemuan publik yang terbuka untuk umum untuk memperoleh informasi publik;

(40)

22

d. menyebarluaskan informasi publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

3. Setiap pemohon informasi publik berhak mengajukan permintaan informasi publik disertai alasan permintaan tersebut.

4. Setiap pemohon informasi publik berhak mengajukan gugatan ke pengadilan apabila dalam memperoleh informasi publik mendapat hambatan atau kegagalan sesuai dengan ketentuan undang-undang.

B. Kewajiban Pengguna Informasi Publik

1. Pengguna informasi publik wajib menggunakan informasi publik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Pengguna informasi publik wajib mencantumkan sumber dari mana ia memperoleh informasi publik, baik yang digunakan untuk kepentingan sendiri maupun untuk keperluan publikasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

C. Hak Badan Publik

1. Badan publik berhak menolak memberikan informasi yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Badan publik berhak menolak memberikan informasi publik apabila tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(41)

23

b. informasi yang berkaitan dengan kepentingan perlindungan usaha dari persaingan usaha tidak sehat;

c. informasi yang berkaitan dengan hak-hak pribadi;

d. informasi yang berkaitan dengan rahasia jabatan; dan/atau

e. informasi publik yang diminta belum dikuasai atau didokumentasikan. D. Kewajiban Badan Publik

1. Badan publik wajib menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan informasi publik yang berada di bawah kewenangannya kepada pemohon informasi publik, selain informasi yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan.

2. Badan publik wajib menyediakan informasi publik yang akurat, benar, dan tidak menyesatkan.

3. Untuk melaksanakan kewajiban badan publik harus membangun dan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi untuk mengelola informasi publik secara baik dan efisien sehingga dapat diakses dengan mudah.

4. Badan publik wajib membuat pertimbangan secara tertulis setiap kebijakan yang diambil untuk memenuhi hak setiap orang atas informasi publik.

5. Pertimbangan antara lain memuat pertimbangan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau pertahanan dan keamanan negara.

(42)

24

3) Informasi Yang Wajib Disediakan Dan Diumumkan Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008

1. Setiap badan publik wajib mengumumkan informasi publik secara berkala. meliputi:

a. informasi yang berkaitan dengan badan publik;

b. informasi mengenai kegiatan dan kinerja badan publik terkait; c. informasi mengenai laporan keuangan; dan/atau

d. informasi lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

2. Kewajiban memberikan dan menyampaikan informasi publik dilakukan paling singkat 6 (enam) bulan sekali.

3. Kewajiban menyebarluaskan informasi publik disampaikan dengan cara yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan dalam bahasa yang mudah dipahami. 4. Cara-cara sebagaimana ditentukan lebih lanjut oleh Pejabat Pengelola

Informasi dan Dokumentasi di Badan Publik terkait.

5. Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban badan publik memberikan dan menyampaikan informasi publik secara berkala.

4) Informasi yang Wajib Diumumkan secara Serta-merta Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008

a. Badan publik wajib mengumumkan secara serta-merta suatu informasi yang dapat mengancam hajat hidup orang banyak dan ketertiban umum. b. Kewajiban menyebarluaskan informasi publik dengan cara yang mudah

(43)

25

5) Informasi yang Wajib Tersedia Setiap Saat Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008

Badan publik wajib menyediakan informasi publik setiap saat yang meliputi: a. daftar seluruh informasi publik yang berada di bawah penguasaannya,

tidak termasuk informasi yang dikecualikan.

b. hasil keputusan badan publik dan pertimbangannya.

c. seluruh kebijakan yang ada berikut dokumen pendukungnya.

6)Informasi yang dikecualikan (pasal 17 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008) karena memiliki konsekuensi adalah sebagai berikut:

a. Dapat menghambat proses penegakan hokum.

b. Dapat mengganggu kepentingan perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan perlindungan dari usaha tidak sehat.

c. Dapat membahayakan pertahanan dan keamanan negara. d. Dapat mengungkapkan kekayaan alam Indonesia.

e. Dapat merugikan ketahanan ekonomi nasional. f. Dapat merugikan kepentingan hubungan luar negeri.

g. Dapat mengungkapkan isi akta otentik yang bersifat pribadi dan kemauan terakhir ataupaun wasiat seseorang.

h. Dapat mengungkap rahasia seseorang.

(44)

26

7) Klasifikasi Informasi Publik berdasarkan status dan prosedur penyediaan Gambar 2.1 Bagan klasifikasi informasi publik berdasarkan status dan prosedur penyediaan

Status

Prosedur

Tersedia setiap saat

Informasi Terbuka

Diumumkan berkala

Diumumkan serta merta

Uji konsekuensi

Y X

Sumber: Website Profil PPID Diskominfo Provinsi Lampung Tahun 2013

Informasi di Lingkungan Badan

Publik

(45)

27

C. Tinjauan Tentang Pejabat Pengelola Informasi Dan Dokumentasi (PPID)

Berdasarkan UU No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, Pejabat Pengelola Informasi Dan Dokumentasi (PPID), adalah pejabat yang bertanggungjawab di bidang penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan/atau pelayanan Informasi di Badan Publik.

Berdasarkan PP No. 61 Tahun 2008 dan UU No. 14 Tahun 2008, dijelaskan bahwa: Pasal 12

(1) Pejabat yang ditunjuk sebagai PPID di lingkungan Badan Publik Negara yang berada di pusat dan di daerah merupakan Pejabat yang membidangi Informasi Publik.

(2) PDIP sebagaimana yang dimaksud ditunjuk oleh pimpinan setiap Badan Publik Negara yang bersangkutan.

(3) PPID di lingkungan Badan Publik Negara ditunjuk oleh Pimpinan Badan Publik yang bersangkutan.

Pasal 13

(1) PPID dijabat oleh seseorang yang memiliki kompetensi di bidang pengelolaan informasi dan dokumentasi.

(2) Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh pimpinan Badan Publik yang bersangkutan.

Pasal 15

(46)

28

a) Tugas Dan Tanggung Jawab

Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi dijabat oleh seseorang kompetensi di bidang pengelolaan informasi dan dokumentasi, berdasarkan PP No. 61 Tahun 2010 memilki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :

1. Penyediaan, penyimpanan, pendokumentasian, dan pengamanan informasi; 2. Pelayanan informasi sesuai dengan aturan yang berlaku;

3. Pelayanan informasi publik yang cepat, tepat, dan sederhana; 4. Penetapan prosedur operasional penyebarluasan informasi publik; 5. Pengujian konsekuensi;

6. Pengklasifikasian informasi dan/atau pengubahannya;

7. Penetapan informasi yang dikecualikan yang telah habis jangka waktu pengecualiannya sebagai informasi publik yang dapat diakses; dan

Dalam melaksanakan tugas, PPID dibantu oleh pejabat fungsional di Badan Publik yang bersangkutan.

b) Wewenang PPID

1) Mengkordinasikan setiap unit/satuan kerja di badan publik dalam melaksanakan pelayanan informasi publik.

2) Memutuskan suatu informasi dapat diakses publik atau tidak.

(47)

29

4) Menugaskan pejabat fungsional dan/atau petugas informasi di bawah wewenang dan kordinasinya untuk membuat, memelihara, dan/atau memutakhirkan daftar informasi secara berkala sekurang-kurangnya satu kali dalam sebulan dalam hal badan publik memiliki pejabat fungsional dan/atau petugas informasi.

c) Pengajuan Permohonan, Penanganan, Penyampaian Hasil

Informasi merupakan kebutuhan pokok setiap orang bagi pengembangan pribadi dan lingkungan sosialnya serta merupakan bagian penting bagi ketahanan nasional. Hak memperoleh informasi merupakan hak asasi manusia dan keterbukaan informasi public merupakan salah satu ciri penting negara demokratis yang menunjung tinggi kedaulatan rakyat untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik. Keterbukaan informasi public merupakan sarana dalam mengoptimalkan pengawasan publik terhadap penyelenggaraan negara dan badan publik lainnya dan segala sesuatu yang berakibat pada kepentingan publik.

d) Tim Pengelola Informasi Informasi Dan Dokumentasi Daerah Provinsi Lampung

(48)

30

(49)

31

D. Kerangka Pikir

Penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance) menyebutkan bahwa salah satu dimensi terwujudnya good governance adalah adanya transparansi atau keterbukaan. Salah satu elemen penting dalam mewujudkan penyelenggaraan negara yang terbuka adalah hak publik untuk memperoleh informasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Setiap orang berhak berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, dan menyimpan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Jaminan yang diberikan terhadap semua orang dalam memperoleh informasi yaitu dengan dibentuknya undang-undang yang mengatur tentang Keterbukaan Informasi Publik, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008.

(50)

32

(51)

33

Bagan 1. Kerangka Pikir

Sumber : Diolah oleh peneliti 201

Undang-Undang No 14 Tahun 2008 tentang

Keterbukaan Informasi Publik

Pengembangan Kapasitas (Capacity Building) Lembaga PPID Diskominfo

Provinsi Lampung dalam Penyelenggaraan Keterbukaan Informasi Publik (KIP)

Indikator Capacity Buliding menurut World Bank (dalam Keban 2010:128), yaitu pada tingkatan lembaga, dengan sub indikator :

Masalah masalah dalam penyelenggaraan Keterbukaan Informasi

Publik di Lembaga PPID Diskominfo Provinsi Lampung

Pengaturan Struktur organisasi:

- Restrukturisasi - Budaya kerja tim

- The righ man in the right place

Pengelolaan sumber daya:

- SDM ( pengadaan pegawai,

pengembangan pegawai, Reward)

- Sarana dan Prasarana

Gaya Manajemen

- Internal - Eksternal

Proses Pengambilan keputusan :

- Tidak terjadi secara kebetulan

- Menyediakan sumber material

- Menyediakan alternatif keputusan

(52)

-BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting) disebut juga sebagai metode etnografi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian di bidang antrophologi budaya; disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif (Sugiyono, 2012: 8). Pendapat lain mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moeleong, 2001: 54).

(53)

34

enelitian kualitatif deskriptif ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara terperinci fenomena-fenomena sosial yaitu untuk melihat bagaimana pembangunan kapasitas (capacity building) Lembaga PPID Diskominfo Provinsi Lampung dalam rangka penyelenggaraan KIP. Penelitian deskriptif merupakan penelitian bersifat menjelaskan bagaimana bentuk pengembangan kapasitas yang dilakukan oleh PPID terhadap lembaga. Kebijakan Keterbukaan Informasi Publik (KIP) yang dilakukan oleh lembaga PPID Diskominfo Provinsi Lampung dalam menyediakan informasi kepada pemerintah serta bentuk transparansi pemerintah terhadap kegiatan yang mereka lakukan merupakan fenomena sosial yang akan diteliti.

Gejala sosial sering kali tidak bisa dipahami berdasarkan ucapan dan perlakuan orang. Data untuk mencari makna dari setiap perbuatan tersebut dalam hal ini

capacity building PPID Diskominfo Provinsi Lampung dalam penyelenggaraan KIP cocok diteliti dengan metode kualitatif, dengan teknik wawancara mendalam, dan observasi berperan serta dan dokumentasi.

B. Fokus Penelitian

(54)

35

Berdasarkan pengertian diatas maka penulis memfokuskan penelitian ini pada pembangunan kapasitas (capacity building) lembaga PPID Diskominfo dalam penyelenggaran Keterbukaan Informasi Publik. di Provinsi Lampung. Fokus penelitian tentang pengembangan kapasitas ini pada tingkatan lembaga, dimana pengembangan kapasitas kepada organisasi. Adapun yang menjadi sub fokus penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaturan struktur dalam membangun kapasitas Lembaga PPID Menurut Robbins (dalam Kusdi, 2009 : 175)

a. Penambahan jumlah anggota PPID b. Memberdayakan budaya kerja tim

c. Mensinergiskan pejabat Lembaga PPID dengan pejabat Diskominfo 2. Bagaimana proses pengambilan keputusan sehingga lembaga PPID mampu

mewujudkan keterbukaan informasi publik yang diharapkan. Menurut Siagian, 1989 : 47, yaitu :

a. Mengedepankan proses dalam pengambilan keputusan

b. Mempertimbangkan sumber-sumber material dalam pengambilan keputusan

c. Menyediakan alternatif keputusan

(55)

36

1) Sumber Daya Manusia

a. Melakukan pengadaan pegawai dengan menunjuk pejabat sesuai dengan pengalaman kerja

b. Mengikuti program pengembangan pegawai c. Memberlakukan sistem reward

2) Sarana dan prasarana

a. Menyediakan sarana dan prasarana yang memadai

b. Melakukan penambahan sarana dan prasarana secara periodik c. Melakukan pemeliharaan sarana dan prasarana

d. Menerapkan penggunaan komputer

4. Bagaimana gaya manajemen Lembaga PPID mengelola dan mengatur faktor internal dan eksternal organisasi dalam membangun kapasitas guna mewujudkan Keterbukaan Informasi Publik.

Menurut Siagian, 1989 : 92, yaitu :

a. Menyelaraskan tujuan individu dengan tujuan Lembaga PPID b. Membangun informalitas yang wajar dalam hubungan kerja

c. Menjalin kerjasama dengan pihak lain dalam melakukan kegiatan guna mewujudkan Keterbukaan Informasi Publik

(56)

37

terbentuk sekitar 3 tahun, jadi peneliti ingin melihat bagaimana pembangunan kapasitas yang dilakukan oleh Lembaga PPID Diskominfo.

C. Lokasi Penelitian

Peneliti memilih lokasi penelitian, di Lembaga PPID Dinas Komunikasi dan Informasi Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan PPID Diskominfo adalah lembaga- lembaga pemerintahan yang bertanggungjawab langsung kepada presiden yang berfungsi menjalankan pelaksanaan Keterbukaan Informasi Publik. Berdasarkan UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) adalah pejabat yang bertanggungjawab di bidang penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan/atau pelayanan informasi di badan publik.

(57)

38

D. Instrumen Penelitian

Peneliti merupakan satu-satunya instrumen penelitian dalam mendapatkan informasi tentang pembangunan kapasitas (capacity building) di Lembaga PPID Diskominfo Provinsi Lampung. Sugiyono (2012: 222) mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.

E. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti langsung dari lapangan. Penelitian ini diperoleh melalui wawancara secara mendalam mengenai

capacity building Lembaga PPID Diskominfo dalam penyelenggaraan Keterbukaan Informasi Publik, melalui tatap muka antara peneliti dan informan, dimana cara yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu.

2. Data Sekunder

(58)

39

penelitian ini. Data sekunder dalam penelitian ini berupa surat-surat tertulis yang berkaitan dengan capacity building Lembaga PPID Diskominfo dalam penyelenggaraan KIP.

Menurut Lofland (dalam Basrowi, 2008: 169) sumber data yang utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan. Selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu jenis data dibagi kedalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto, dan statistik.

1. Informan

Menurut Moleong (2007: 163) informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk membeli informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Teknik penentuan informan yang digunakan adalah purposive samplingyaitu teknik pengambilan sampel yang disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan peneliitian, seperti yang tertera di bawah ini :

Tabel. 3.1 Informan Terkait capacity building Lembaga PPID Diskominfo Dalam KIP

No. Informan Jabatan

1. Sutoto, SH.,MH Ketua Lembaga PPID Diskominfo Provinsi Lampung

2. Syifa Aini. S.Sos Sekretaris Lembaga PPID

Diskominfo Provinsi lampung

3. Nurman Adi S Kordinator Humas Lembaga PPID

4. Priyatmono Anggota bagian Humas Lembaga

PPID Diskominfo

(59)

40

2. Dokumen-dokumen.

Segala dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penyelenggaraan keterbukaan informasi Publik. Adapun dokumen yang berkaitan dengan hal ini adalah:

Tabel 3.2.Dokumen-Dokumen Yang Terkait Dengan Penyelenggaraan Keterbukaan Infomasi Publik.

No. Nama Dokumen

1. Peraturan perundang-undangan No. 14 Tahun 2008 dan PP No. 61 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Keterbukaan Informasi Publik

2. Profil Diskominfo Provinsi Lampung

3. Tugas, kewajiban, dan wewenang PPID Diskominfo Provinsi Lampung 4. Dokumen-dokumen lain yang terkait.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian. Tanpa mengetahui teknik pengumpulam data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar yang ditetapkan. Macam-macam teknik pengumpulan data yang ditempuh oleh peneliti adalah

1. Observasi

(60)

41

2. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data untuk mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya lebih kecil/sedikit. Wawancara merupakan langkah yang akan dilakukan oleh peneliti, yaitu mengenai pembangunan kapasitas (capacity building) terhadap informan yang sudah ditentukan oleh peneliti. Lincoln dan Guba (dalam Basrowi, 2008: 27) mengatakan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara sebagai pengaju pertanyaan dan yang diwawancarai sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu.

3. Dokumentasi

Tidak kalah penting dari metode-metode lain, adalah metode dokumentasi. Arikunto (2002: 206) mengatakan bahwa dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Peneliti menggunakan metode ini untuk mengumpulkan data yang sudah tersedia dalam catatan dokumen. Sebagai data pendukung dan pelengkap bagi data primer yang diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam.

G. Teknik Analisis Data

(61)

42

dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Langkah-langkah dalam analisis data adalah sebagai berikut : 1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan hal-hal penting, dicari tema dan polanya. Data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan (dalam Sugiyono, 2012: 247).

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Melalui penyajian data tersebut, maka dapat terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2012: 249) mengatakan yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif

3. Penarikan Kesimpulan

(62)

43

pengambilan intisari dari rangkaian kategori hasil penelitian berdasarkan observasi, wawancara, serta dokumentasi hasil penelitian.

H. Teknik Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji: 1. Uji Kredibilitas

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap hasil penelitian kualitatif antara lain dilaukan dengan:

a) Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melaui berbagai sumber. Data dari berbagai sumber kemudian dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana spesifik dari ketiga sumber tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan kemudian diminta kesepakatan dengan berbagai sumber tersebut.

b) Triangulasi Teknik

(63)

44

2. Uji Tranferability

Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif,.Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi mana sampel tersebut diambil. Jika pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran sedemikian jelasnya, “semacam apa” suatu hasil pemelitian dapat

diberlakukan (transferability), maka laporan tersebut memenuhi standar transferbilitas, Sanafiah (dalam Sugiyono, 2012: 278).

3. Pengujian Dependability

Pengujian dependability dalam penelitian kualitatif disebut reabilitas. Suatu penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi mereplika proses penelitian tersebut. Jika peneliti tidak dapat menunjukkan “jejak aktivitas

lapangannya”, maka dependabilitas penelitiannya patut diragukan, Sanafiah (dalam

Sugiyono, 2012: 278).

4. Pengujian Konfirmability

(64)

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tentang Dinas Komunikasi Dan Informasi

Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) adalah lembaga resmi yang diselenggarakan sebagai perpanjangan tangan pemerintah dalam penyelenggaraan Keterbukaan Informasi Publik.

a. Visi dan Misi Dinas Komunikasi Dan Informasi 1. Visi

(65)

46

2. Misi

Untuk mewujudkan visi yang berorentasi pada pencapaian hasil atau manfaat yang optimal telah ditetapkan misi sebagai berikut :

a. Meningkatkan daya dukung infrastruktur Teknologi komunikasi dan informasi untuk memperluas akses masyarakat terhadap informasi pembangunan daerah ;

b. Meningkatkan Kompetensi sumber daya manusia bidang komunikasi dan informasi secara Profesional ;

c. Meningkatkan kualitas layanan komunikasi dan informasi kepada masyarakat dalam rangka mewujudkan masyarakat berbudaya informasi.

(Sumber: http://www.ppid.lampungprov.go.id/profile-ppid.html).

Informasi Publik dalam penyelenggaraan Keterbukaan Informasi Publik seperti yang tertuang dalam UU No 14 Tahun 2008 adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/ atau penyelenggara dan penyelenggaraan badan publik lainnya yang sesuai dengan Undang-Undang ini serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik.

b. Tugas, Fungsi dan Kewenangan Diskominfo

(66)

47

Bagian Ketujuh Dinas Komunikasi dan Informatika Paragraf 1 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi sebagai berikut :

1. Tugas :

Menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan provinsi di bidang komunikasi dan informatika berdasarkan asas otonomi yang menjadi kewenangan, tugas dekonsentrasi dan pembantuan serta tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku

2. Fungsi

a. Perumusan kebijaksanaan, pengaturan dan penetapan standar bidang telekomunikasi Skala provinsi ;

b. Pemberian bimbingan teknis di bidang sarana, pelayanan kinerja operasi telekomunikasi khusus dan kewajiban pelayanan universal skala wilayah; c. Pelaksanaan koordinasi dan pengawasan layanan dan pemberian rekomendasi

terhadap permohonan izin penyelenggaraan jaringan tetap cakupan provinsi d. Pemberian izin galian untuk keperluan penggelaran kabel telekomunikasi

lintas kab/kota ;

e. Fasilitasi pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan pos dan telekomunikasi serta penggunaan frekuensi radio di daerah perbatasan Negara Tetangga ; f. Pelaksanaan evaluasi persyaratan administrasi dan tata teknis terhadap

permohonan izin Penyelenggaraan penyiaran ;

(67)

48

h. Pelayanan administrative 3. Kewenangan

Dalam menjalankan tugasnya, Komisi Informasi memiliki wewenang: a. Memanggil dan /atau mempertemukan para pihak yang bersengketa;

b. Meminta catatan atau bahan yang relevan yang dimiliki oleh Badan Publik terkait untuk mengambil keputusan dalam upaya menyelesaikan Sengketa Informasi Publik.

c. Meminta keterangan atau menghadirkan pejabat Badan Publikataupun pihak yang terkait sebagai saksi dalam penyelesaian Sengketa Informasi Publik. d. Mengambil sumpah setiap saksi yang didengar keterangannya dalam

Ajudikasi nonlitigasi penyelesaian Sengketa Informasi Publik.

e. Membuat kode etik yang diumumkan kepada publik sehingga masyarakat dapat menilai kinerja Komisi Informasi.

Dalam menjabarkan arah kebijakan dan strategi yang telah ditetapkan serta untuk mewujudkan sasaran-sasaran yang akan ditempuh, maka Dinas Kominfo Provinsi Lampung mencanangkan program dan kegiatan serta indikator (output) dalam kategori "Urusan Wajib" sebagai berikut :

a. Program Pengembangan Komunikasi Informasi dan Media Massa b. Program Kerja Sama Informasi dengan Media Massa

c. Program Pengembangan dan Peningkatan E-Government Provinsi Lampung d. Program Pemberdayaan Telematika

(68)

49

f. Program Pengembangan Informasi Publik

g. Program Pembangunan Prasarana Komunikasi dan Informatika

h. Peningkatan Kapasitas Updating Situs Resmi Mitra Praja Utama (MPU) i. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

j. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparat k. Program Peningkatan Displin Aparatur

l. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan

(69)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan peneliti dapat disimpulkan bahwa pengembangan kapasitas Lembaga PPID Diskominfo Provinsi Lampung dalam Penyelenggaraan Keterbukaan Informasi Publik (KIP) belum optimal. Hal ini disebabkan oleh :

Pertama, dalam Lembaga PPID keselarasan antara tujuan individu dengan tujuan lembaga belum terwujud.

Kedua, atmosfer kerja yang kurang fleksibel

Ketiga, belum pernah melakukan restrukturisasi.

(70)

102

yang ada di lembaga PPID untuk mendukung keterbukaan Informasi Publik, dalam hal ini yang terpenuhi adalah sarana dan prasarana, dimana dalam lembaga PPID tersedia sarana dan prasarana yang memadai, penerapan penggunaan komputer, penambahan sarana dan prasarana, dan pemeliharaan sarana dan prasarana, mengikuti program pengembangan pegawai dan sistem reward. Yangterakhir, gaya manajemen organisasi dalam mengelola faktor internal dan eksternal, adanya bentuk kegiatan dan kerjasama yang PPID lakukan dengan lembaga lain.

B. SARAN

Berikut adalah saran atau masukan yang diberikan oleh peneliti sebagai sumbangan pemikiran guna perbaikan :

a. Melakukan program pengembangan pegawai dan sistem reward atau penghargaan secara mandiri oleh lembaga PPID sendiri.

b. Melakukan seminar sosialisasi dengan tema Internalisasi Visi dan Misi Lembaga

Gambar

Gambar 1.1 Diagram Laporan FOI-Network atas permintaan pemohon informasi
Gambar 2.1 Bagan klasifikasi informasi publik berdasarkan status dan prosedur penyediaan
Tabel. 3.1 Informan Terkait capacity building  Lembaga PPID Diskominfo Dalam KIP

Referensi

Dokumen terkait

Recently, there has been a small wave of cheap generic drugs being sold on the Internet that are nothing more than elaborately packaged sugar pills.. It is true that genuine

Kondisi terdapat pada proses pembelajaran yaitu pada awal pembelajaran semua siswa memperhatikan penjelasan guru, tetapi lama-lama beberapa siswa mulai menampilkan

Berjualan makanan dan minuman manis dilakukan ketika mulai hari pertama bulan puasa.. Setelah bulan puasa selasai maka makanan ini sudah tidak banyak

PROSEDUR PENELITIAN TENTANG PERBEDAAN HASIL BELAJAR MAHASISWA SEMESTER II DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DAN METODE PEMBELAJARAN.. KOOPERATIF

yang ditunjuk olehnya terhadap suatu rencana untuk melakukan usaha peternakan dengan mencantumkan kewajiban yang harus dipenuhi sebagai syarat untuk dapat

Implikasi dari penelitian ini yaitu, diharapkan bagi masyarakat marjinal yang berprofesi sebagai pemulung, petugas kebersihan dan tukang bentor lebih

Dari uraian di atas diduga dengan discovery learning dapat meningkatkan kemandirian belajar karena dalam proses pembelajaran siswa menyelesaikan masalah dengan

Berhubungan dengan hasil observasi tentang penerapan strategi berikan uangnya untuk mengevaluasi proses belajar maka dapat disimpulkan bahwa hasil analisis