• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang bangun model sistem penunjang keputusan cerdas untuk sistem rantai pasokan beras di provinsi DKI Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rancang bangun model sistem penunjang keputusan cerdas untuk sistem rantai pasokan beras di provinsi DKI Jakarta"

Copied!
486
0
0

Teks penuh

(1)

UNTUK SISTEM RANTAI PASOKAN BERAS

DI PROPINSI DKI JAKARTA

DADANG SURJASA

SEKOLAH PASCASARJANA

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(2)
(3)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul :

RANCANG BANGUN MODEL SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN CERDAS UNTUK SISTEM RANTAI PASOKAN BERAS DI PROPINSI DKI JAKARTA

adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan telah dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir dari disertasi ini.

Bogor, Agustus 2011

(4)
(5)

ABSTRACT

DADANG SURJASA. Model Design of Intelligent Decision Support System for Rice Supply Chain System in DKI Jakarta Province. Guided by E. GUMBIRA SA`ID, BUSTANUL ARIFIN, SUKARDI.

DKI Jakarta is the region which has a very large population but it is not supported directly by rice field area that can meet the needs of rice for its population. Cipinang rice market center (PIBC) managed by PT. Food Station Tjipinang Jaya (FSTJ) is expected to be a party that can manage and control the rice for food security, especially in the Jakarta area. There are several important aspects to be considered by FSTJ in regulating and controlling food security. These aspects are the supply of rice, rice price, rice supplier selection, transportation and distribution aspects of rice as well as the performance aspect of the rice supply chain.

The purpose of this study was to develop a model of intelligent decision support system for rice supply chain that covers all these aspects effectively and ef ficiently. There were several methods used in this study. Artificial neural network was used to analyze aspects of the supply and price of rice, TOPSIS was used to analyze the rice suppliers selection, simulated annealing was used to analyze the distribution and transportation of rice and fuzzy inference system was used to analyze the performance of the rice supply chain.

Analysis results showed that the accuracy of forecasting models to forecast the supply of rice and to forecast rice prices have reached more than 90 percent. Rice supplier selection model is effectively able to sort the suppliers of rice based on predetermined criteria. Transportation and distribution model has effectively been able to make the shortest route to distribute the rice. This model also has been able to make the sequence assignment of vehicles to deliver the rice to its customers. Finally, the rice supply chain performance model also effectively has been able to measure the performance of supply chain that accommodates the input factors.

According to the results of analysis and experts opinion, there were advantages and disadvantages of the model produced, but they can be verified and they were also valid.

(6)
(7)

RINGKASAN

DADANG SURJASA. Rancang Bangun Model Sistem Pendukung Keputusan Cerdas Untuk Sistem Rantai Pasokan Beras di Propinsi DKI Jakarta. Dibimbing oleh E. GUMBIRA SA`ID, BUSTANUL ARIFIN, SUKARDI.

DKI Jakarta adalah kota metropolitan yang memiliki jumlah penduduk sangat besar tetapi tidak ditopang langsung oleh kemampuan daerah tersebut dalam menghasilkan komoditas beras yang dapat memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Keadaan tersebut membuat Pemerintah Daerah (Pemda) DKI Jakarta harus selalu mengupayakan ketahanan pangan baik dari faktor kecukupan pasokan beras maupun dari faktor harga beras yang stabil. Untuk itu Pemda DKI Jakarta menugaskan PT. Food Station Tjipinang Jaya (FSTJ) sebagai badan hukum yang dapat mengatur dan menjaga ketahanan pangan, khususnya untuk komoditas beras di wilayah DKI Jakarta.

FSTJ mencoba mewujudkan keinginan Pemda DKI Jakarta tersebut melalui usaha yang dilakukan dengan cara mengkoordinir para pengusaha beras yang berada di area pasar induk beras Cipinang (PIBC). Koordinasi FSTJ terhadap para pengusaha beras di PIBC meliputi koordinasi dari sisi pasokan beras maupun dari sisi harga beras. Dari sisi pasokan beras, FSTJ diharapkan dapat mengatur kecukupan pasokan beras bagi warga penduduk DKI Jakarta dalam memenuhi kebutuhan pangan setiap hari dan dari sisi harga beras, FSTJ diharapkan dapat menjaga stabilitas harga beras sehingga warga penduduk DKI Jakarta dapat memperoleh beras tersebut dengan harga yang terjangkau. Dalam kondisi ketika pasokan beras yang masuk ke wilayah DKI Jakarta kurang atau ketika harga beras melonjak di atas daya beli warga masyarakat, maka FSTJ meminta bantuan badan urusan logistik (BULOG) DKI Jakarta untuk melakukan operasi pasar beras supaya pasokan beras tercukupi atau harga beras dapat terjangkau kembali oleh warga masyarakat DKI Jakarta.

Untuk menjaga pasokan beras yang dapat mencukupi kebutuhan warga masyarakat DKI Jakarta dan dengan harga beras yang stabil, FSTJ perlu melakukan prakiraan pasokan maupun prakiraan harga beras setiap waktu. Terkait dengan jumlah pasokan beras, FSTJ perlu mengkoordinir para pengusaha beras di PIBC agar selalu melakukan proses pengadaan beras secara efektif dan efisien dari para pemasok beras. Terkait dengan upaya pemenuhan kebutuhan warga masyarakat DKI Jakarta terhadap beras tersebut, FSTJ juga perlu mengkoordinir para pengusaha beras di PIBC agar selalu dapat menyalurkan beras ke para distributornya di seluruh wilayah DKI Jakarta secara efektif dan efisien. Terkait dengan kinerja, FSTJ perlu memiliki ukuran kinerja yang dapat memonitor dan mengevaluasi kinerja rantai pasokan berasnya setiap waktu.

(8)

Sehubungan dengan permasalahan perberasan di Provinsi DKI Jakarta tersebut, penelitian ini memiliki tujuan untuk menghasilkan model sistem pendukung keputusan untuk rantai pasokan beras yang efektif dan efisien yang mencakup model prakiraan pasokan beras, model prakiraan harga beras, model pemilihan pemasok beras, model distribusi dan transportasi beras serta model kinerja rantai pasok beras. Model dibangun melalui model konseptual yang selanjutnya dikembangkan menjadi program komputasi dengan menerapkan tiga buah metode artificial intelligence (AI) dan satu buah metode analitik. Metode AI yang dipergunakan adalah metode jaringan syaraf tiruan (JST) untuk subsistem prakiraan pasokan dan harga beras, metode simulated annealing untuk subsistem distribusi dan transportasi beras dan metode fuzzy inference system (FIS) untuk subsistem kinerja rantai pasokan beras, sedangkan metode analitik yang dipergunakan adalah metode technique for order preference by similarity to ideal solution (TOPSIS) untuk subsistem pemilihan pemasok beras.

Model dari subsistem yang pertama adalah model prakiraan pasokan beras dan prakiraan harga beras yang dikembangkan dengan menggunakan metode jaringan syaraf tiruan (JST). Data pasokan beras maupun data harga beras diperoleh dari database FSTJ. Hasil prakiraan dari pasokan beras yang masuk ke wilayah DKI Jakarta selanjutnya dibandingkan dengan kebutuhan beras dari penduduk DKI Jakarta pada suatu waktu. Dari hasil perbandingan tersebut dapat dinyatakan suatu peringatan dini (early warning system) yang menyatakan apakah pasokan beras ke wilayah DKI Jakarta pada suatu waktu tersebut dalam kondisi aman atau pasokan beras harus diwaspadai atau pasokan beras dalam kondisi rawan. Demikian pula dengan hasil prakiraan dari harga beras pada suatu waktu selanjutnya dibandingkan dengan harga beras rata-rata empat periode sebelumnya. Hasil dari perbandingan tersebut juga berupa suatu peringatan dini apakah harga beras di wilayah DKI Jakarta pada suatu waktu itu masuk ke dalam kondisi harga beras aman atau harga beras harus diwaspadai atau masuk ke dalam kondisi harga beras rawan. Dengan informasi peringatan dini tersebut, pihak yang berkepentingan seperti FSTJ dapat melakukan antisipasi apabila prakiraan pasokan maupun harga beras berada dalam kondisi rawan. Apabila prakiraan pasokan beras maupun harga beras menunjukkan kondisi rawan, maka FSTJ selanjutnya dapat menghubungi pihak Badan Urusan Logistik (BULOG) DKI Jakarta untuk meminta agar dilakukan operasi pasar.

(9)

Model dari subsistem yang ke tiga yaitu model distribusi dan transportasi beras yang dikembangkan dengan menggunakan metode simulated annealing. Input untuk model pada subsistem distribusi dan transportasi beras tersebut adalah jarak antar pelanggan yang merupakan distributor beras di seluruh wilayah DKI Jakarta, banyaknya permintaan beras dari pasar tersebut serta kendaraan dan bobot kendaraan yang dipergunakan. Hasil dari model tersebut adalah rute terpendek dan banyaknya kendaraan yang dipergunakan untuk menyalurkan beras tersebut ke pasar-pasar di wilayah DKI Jakarta. Dengan hasil tersebut, para pelaku perberasan dapat menyalurkan sejumlah beras ke berbagai pasar beras dengan menggunakan jumlah kendaraan yang tepat dan dengan rute terpendek. Dengan demikian para pelaku perberasan di PIBC khususnya dapat menyalurkan beras tersebut dengan biaya transportasi yang lebih efisien.

Model subsistem ke empat yaitu model kinerja rantai pasokan beras. Model tersebut diperoleh dengan menggunakan metode fuzzy inference system (FIS). Input untuk model tersebut terdiri dari tiga subsistem sebelumnya yaitu subsistem prakiraan pasokan dan harga beras, subsistem pemilihan pemasok beras dan subsistem distribusi dan transportasi beras. Hasil dari model tersebut adalah ukuran kinerja dari rantai pasokan beras. Dengan hasil tersebut, para pelaku usaha perberasan di PIBC khususnya dapat mengukur kinerja rantai pasokannya apakah masuk ke dalam kategori baik, cukup baik atau tidak baik. Dengan adanya ukuran kinerja tersebut, para pelaku perberasan di PIBC dapat juga mengantisipasi apa yang harus dipersiapkan dan dilakukan supaya kinerja rantai pasokannya di masa mendatang lebih baik dari pada kinerja saat ini. Semua model dari ke empat subsistem yang dihasilkan pada penelitian ini telah memenuhi kriteria efektifitas dan efisiensi juga telah memenuhi prosedur verifikasi dan validasi, sehingga semua model yang dihasilkan dapat diverifikasi (verified) dan valid.

Kata Kunci : Sistem Pendukung Keputusan, Rantai Pasokan, Jaringan Syaraf Tiruan, TOPSIS, Simulated Annealing, Fuzzy Inference System, Kinerja Rantai Pasokan Beras, DKI Jakarta.

(10)
(11)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2011 Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB.

(12)
(13)

RANCANG BANGUN MODEL

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN CERDAS

UNTUK SISTEM RANTAI PASOKAN BERAS

DI PROVINSI DKI JAKARTA

DADANG SURJASA

Disertasi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Doktor

Pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(14)

Penguji Pada Ujian Tertutup : 1. Prof. Dr. Ir. Marimin 2. Dr. Ir. Sri Hartoyo

(15)

Judul Disertasi : Rancang Bangun Model Sistem Penunjang Keputusan Cerdas Untuk Sistem Rantai Pasokan Beras di Provinsi DKI Jakarta

Nama : Dadang Surjasa

No. Mahasiswa : F 361 040 101

Program Studi : Teknologi Industri Pertanian

Disetujui Komisi Pembimbing

Ketua

Prof. Dr. Ir. E. Gumbira Sa`id, MA. Dev.

Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin, MSc.

Diketahui

Dr. Ir. Sukardi, MM. Anggota Anggota

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Teknologi Industri Pertanian Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Machfud Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr.

(16)
(17)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia Nya yang telah diberikan, sehingga disertasi yang berjudul Rancang Bangun Model Sistem Pendukung Keputusan Cerdas Untuk Sistem Rantai Pasokan Beras di Propinsi DKI Jakarta ini berhasil diselesaikan. Penulis sangat menyadari penelitian dan penulisan disertasi pada program studi Teknologi Industri Pertanian (TIP) di IPB ini tidak akan pernah dapat diselesaikan dengan baik dan tuntas apabila tidak dibimbing dan tidak didukung oleh berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sangat mendalam kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. E. Gumbira Sa`id, MA. Dev., Bapak Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin, MSc. dan Bapak Dr. Ir. Sukardi, MM., atas semua bimbingan, arahan, semangat, motivasi dan petunjuk yang telah banyak diberikan kepada penulis. 2. Bapak Prof. Dr. Ir. T. Yuri M. Zagloel, Bapak Dr. Ir. Tomy Perdana, Bapak

Dr. Ir. Rika A. Hadiguna, Bapak Setijadi, ST, MT, Bapak Drs. Nellys Sukidi, MM., Bapak Suminta, SE., Bapak Dodiek Ary Setyono, MSc., Ibu Nurul Shantiwardani, SE. serta Bapak Ayong Suherman Dinata, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk berdiskusi dan menjadi responden pada penelitian ini.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Dadan Umar Daihani, Bapak Prof. Dr. Ir. Ahmad Syamil, Bapak Prof. Dr. Ir. Nyoman Pujawan, Bapak Prof. Dr. M. Husein Sawit, Bapak Dr. Ir. Taufik Djatna, Bapak Dr. Ir. Suprayogi, Ibu Dr. Ir. Docki Saraswati, Ibu Dr. Ir. Didien Suhardini, Ibu Dr. Ir. Tiena G. Amran, Ibu Ir. Dewi Cokorda, MM., Bapak Dr. Parwadi, Bapak Dr. Nofrisel, Bapak Dr. Ir. Acep R. Jayaprawira, Bapak Dr. Suharjito, serta Bapak Ir. Alexie Herryandie MT., yang telah memberi inspirasi tersendiri dalam penulisan disertasi ini. 4. Ibu Dr. Pudji Astuti, MT., Ibu Ir. Triwulandari, MM., Ibu Ir. Dorina Hetharia,

(18)

5. Seluruh rekan dosen dan staf pada Program Studi Teknik Industri di Universitas Trisakti yang telah banyak memberikan dukungan, do’a dan motivasi guna penyelesaian disertasi ini.

6. Saudara kami Ibu Prof. Dr. Tiktik Sartika, Ibu Dra. Sri Wahyuni, MM. dan keluarga, Bapak Ir. Syarif Hidayat, M.Eng Sc. MM., Bapak Budi Handaru, Bapak Pitoyo dan keluarga, Bapak Ir. Idrus Kadir, SE. beserta Dina Indriyani Nasution yang selalu mengikuti perkembangan dan turut berdo’a untuk kelulusan saya pada program S3 ini.

7. Sahabat setia Puthut Wibowo, ST., Roynaldo, ST., Rizky M. Sampurno, ST. dan Muhammad Abrar yang telah menjadi teman diskusi dalam menyelesaikan program komputasi yang banyak memakan waktu.

8. Istri tercinta Tita Puspitasari, SSi. MSi., beserta semua anak-anak tersayang Muhammad Zuhudi Suryasa, Maharani Afifah Putri Suryasa, Mahatma Ridwan Suryasa dan Nisrina Marwa Putri Suryasa yang telah sabar dan ikhlas mengijinkan suami dan ayahnya guna menyelesaikan program S3 TIP di IPB ini.

9. Yang tersayang dan tercinta, ayahanda Dadang Raisan (Alm.), Ibunda Siti Djumiradj, Bapak H. Arim Muhali, SH., Ibu Hj. Etty Herliati beserta seluruh adik, kakak dan adik ipar, Tedi Permadi, SS. MS., Rosita, SSi., Lina Marlina, S.Pd., Nia Ratnaningsih, Purnama, SPd., Firman, SSi., Sri Pupung, ST., Oom Komalasari dan Iwa Kustiwa, SH. yang telah mendoakan dan mendukung penulis guna menyelesaikan Program Doktor di TIP IPB ini.

10. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian studi Program Doktor ini.

Semoga semua kebaikan dan kebajikan dibalas oleh Allah SWT. Penulis menyadari kemungkinan masih ada kekurangan pada penulisan disertasi ini sehingga penulis mengundang kritik dan saran yang membangun. Semoga disertasi ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Bogor, Agustus 2011

(19)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada 27 Juni 1968 dari orang tua yang bernama Dadang Raisan (Alm.) dan Siti Djumiradj. Penulis adalah anak pertama dari tujuh bersaudara. Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN Babakan Surabaya X Bandung dan lulus tahun 1981, pendidikan tingkat menengah pertama di SMPN 4 Bandung dan lulus tahun 1984 serta pendidikan tingkat menengah atas di SMAN 3 Bandung dan lulus tahun 1987. Penulis lulus dari program sarjana (S1) dari Jurusan Matematika Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1993. Selanjutnya penulis menyelesaikan program Pascasarjana (S2) pada Program Studi Teknik dan Manajemen Industri di Universitas Indonesia (UI) dan lulus pada tahun 1998, sedangkan Program Pascasarjana (S3) diselesaikan oleh penulis pada tahun 2011 dari Program Studi Teknologi Industri Pertanian di Institut Pertanian Bogor (IPB).

Sejak tahun 2001, penulis bekerja sebagai dosen tetap pada Program Studi Teknik Industri Universitas Trisakti dan sejak awal mengampu mata kuliah Aljabar Linier, Metode Numerik, Kalkulus, Manajemen Logistik dan Manajemen Rantai Pasokan. Saat ini penulis juga tercatat sebagai pengajar pada Program Pascasarjana di Jurusan Teknik Industri Universitas Trisakti untuk mata kuliah Manajemen Rantai Pasokan. Penulis juga pernah menjadi dosen tidak tetap pada Program Pascasarjana Institut Teknologi Bisnis Kalbe untuk mata kuliah Metode Kuantitatif Untuk Bisnis serta pernah menjadi dosen tidak tetap pada mata kuliah Aljabar Linear pada Program Studi Teknik Industri Universitas Indonesia. Sebelumnya penulis pernah bekerja di PT. Lucky Indah Keramik yang menghasilkan produk keramik (tableware) dan pernah bekerja di EAN Indonesia yang menghasilkan barcode untuk penomoran produk.

Penulis dengan arahan dan bantuan pembimbing telah mempublikasikan tiga buah makalah yang merupakan bagian dari disertasi dalam seminar internasional dan jurnal nasional. Publikasi ke tiga makalah tersebut adalah :

(20)

Study at DKI Jakarta Province). Proceeding of 3rd International Seminar On Industrial Engineering And Management (3rd ISIEM). Bali, Dec. 10 - 11. 2. Surjasa, D., E. Gumbira-Sa’id, B. Arifin, Sukardi. 2011. Rancang Bangun

Model Prakiraan dan Peringatan Dini Untuk Pasokan dan Harga Beras di Propinsi DKI Jakarta Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan. Jurnal Teknik Industri Universitas Trisakti. Volume 1 No 3. November. ISSN 1411-6340. 3. Surjasa, D., E. Gumbira-Sa’id, B. Arifin, Sukardi. 2011. A

(21)

xv Halaman

Daftar Tabel ………. xviii

Daftar Gambar ………. xx

Daftar Lampiran ………... xxiii

Daftar Istilah ………. xxv

Bab I PENDAHULUAN ………... 1

1.1 Latar Belakang ………... 1

1.2 Permasalahan Perberasan Nasional ………... 3

1.2.1 Masalah Harga Beras ……… 3

1.2.2 Masalah Non Harga Beras ………... 5

1.3 Perumusan Masalah Perberasan di Provinsi DKI Jakarta ... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ………. 9

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ………... 10

Bab II TINJAUAN PUSTAKA …..………... 13

2.1 Profil Beras Sebagai Komoditas Strategis ………..………... 13

2.2 Kondisi Perberasan Dunia ……..………... 15

2.3 Kondisi Perberasan Nasional ………...………….. 16

2.4 Kondisi Perberasan di Provinsi DKI Jakarta……….. 23

2.5 Manajemen Logistik ………..………… 26

2.6 SCM (Supply Chain Management) ….……….. 30

2.7 Pendekatan Sistem ……… 32

2.8 Modal Sosial (Social Capital) ………... 33

2.9 Definisi Prakiraan (Forecasting Definition) ..………... 34

2.10 Pemilihan Pemasok (Supplier Selection) …………...……. 35

2.11 IDSS (Intelligent Decision Support System) ……..………. 36

(22)

xvi 2.13 TOPSIS(Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution) ……….……… 47 2.14 VRP (Vehicle Routing Problem) ………. 49

2.15 Simulated Annealing ………... 52

2.16 FIS (Fuzzy Inference System) ……….. 53 2.17 Posisi Penelitian Terhadap Penelitian Terdahulu ………… 54 2.17.1 Penerapan Artificial Intelligent Pada Rantai

Pasokan ………...……… 55

2.17.2 Penelitian Terdahulu Tentang Rantai Pasokan Perberasan ……….

57

2.17.3 Penelitian Terdahulu Tentang IDSS Pada Rantai

Pasokan ………..………... 57

2.18 Gambaran Umum PIBC dan FSTJ ……….. 59

Bab III METODE PENELITIAN ….………... 69 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian ……..………… 69 3.2 Bagan Alir Dari Metode Yang Digunakan Dalam

Penelitian ……..……… 71

3.3 Pengumpulan dan Metode Analisis Data ……..……… 79 3.4 Konfigurasi Model IDSS Pada SCM Beras ………... 80

Bab IV RANCANG BANGUN MODEL PENELITIAN …... 83 4.1 Subsistem Prakiraan Pasokan dan Harga Beras …..……….. 84 4.2Subsistem Pemilihan Pemasok Beras ……….……….. 96 4.3 Subsistem Distribusi dan Transportasi Beras ....……… 98 4.4 Subsistem Kinerja Rantai Pasokan Beras …………... 100 4.5 Model Matematika Kinerja Rantai Pasokan Beras di

DKI Jakarta ... 104

(23)

xvii

Halaman

Bab V HASIL DAN PEMBAHASAN MODEL PENELITIAN ... 107 5.1 Subsistem Prakiraan Pasokan dan Harga Beras …..……….. 112 5.2 Subsistem Pemilihan Pemasok Beras ……….……….. 115 5.3 Subsistem Distribusi dan Transportasi Beras ....……… 118 5.4 Subsistem Kinerja Rantai Pasokan Beras …………... 126 5.5 Model Sistem Rantai Pasokan Beras di DKI Jakarta ... 130

5.5.1 Rasionalitas Pemilihan Metode Dalam

Pengembangan Model ……….. 131

5.5.2 Penilaian Pakar Terhadap Model yang Dihasilkan .. 136 5.5.3 Proses Verifikasi dan Validasi Pada Model Yang

Dihasilkan …..………... 142

Bab VI KESIMPULAN DAN SARAN ………... 145 6.1 Kesimpulan ……… 145 6.2 Saran ……….. 146

DAFTAR PUSTAKA ………... 147

DAFTAR LAMPIRAN ……..………... 163

(24)
(25)

xix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Jenis Penggilingan Padi di Indonesia (Tahun 2002) …... 6 Tabel 2 Produksi Beras Dunia Tahun 2005 – 2008 ………….…... 15 Tabel 3 Perkembangan Impor Beras Dunia Tahun 2001 – 2004 ... 15 Tabel 4 Perkembangan Impor Beras Dunia Tahun 2005 – 2008 ... 16 Tabel 5 Data Perberasan Nasional 2004 – 2010 ……… 16 Tabel 6 Produksi Padi 2006 – 2010 Menurut Propinsi ……….. 17 Tabel 7 Persyaratan Khusus Mutu Beras (SNI 01-6128-1999) ……. 18 Tabel 8 Distribusi Beras Dari PIBC ke Luar PIBC, 2005 – 2009 ... 26 Tabel 9 Perbandingan Prakiraan Antara Metode JST dan Regresi ... 45 Tabel 10 Penelitian Terdahulu Mengenai Penerapan AI Pada Rantai

Pasokan ………. 56

Tabel 11 Penelitian Terdahulu Tentang Rantai Pasokan Perberasan .. 58 Tabel 12 Penelitian Terdahulu Tentang IDSS Pada Rantai Pasokan .. 60 Tabel 13 Daftar Pemegang Saham PT. Food Statiun Tjipinang Jaya.. 62 Tabel 14 Jumlah Tenaga Kerja FSTJ Berdasarkan Pendidikan ... 67 Tabel 15 Model Penelitian, Jenis Data, Sumber Data dan Metode

Analisis Data ……… 80

Tabel 16 Pemilihan Fungsi Aktivasi dan Algoritma Pelatihan Untuk

JST ……… 90

Tabel 17 Pemilihan Momentum Untuk JST Prakiraan Harga Beras

IR 64/ III ………... 90

Tabel 18 Pemilihan Toleransi Error Untuk JST Terbaik ……… 91 Tabel 19 Pemilihan Jumlah Neuron Hidden Untuk JST Terbaik …… 91 Tabel 20 Arsitektur JST Terbaik Untuk Prakiraan Harga Beras

IR 64/ III ………... 91

Tabel 21 Aturan Peringatan Dini Untuk Harga Beras ………. 94

(26)

xx Tabel 23 Tingkat Akurasi Hasil Pengujian JST Terhadap Data

Aktual ………... 95

Tabel 24 Fuzzifikasi Tiga Input Data Untuk Fuzzy Inference System 102 Tabel 25 Fuzzifikasi Output Data Untuk Fuzzy Inference System ….. 102 Tabel 26 Aturan Jika – Maka Untuk Fuzzy Inference System ………. 103 Tabel 27 Penghematan Yang Dihasilkan Dari Metode Simulated

Annealing ... 125 Tabel 28 Nilai Positif dan Negatif Dari Model Prakiraan Pasokan

Beras ………. 137

Tabel 29 Nilai Positif dan Negatif Dari Model Prakiraan Harga

Beras ………. 137

Tabel 30 Nilai Positif dan Negatif Dari Model Pemilihan Pemasok

Beras ………. 138

Tabel 31 Nilai Positif dan Negatif Dari Model Distribusi dan

Transportasi Beras ……… 139

Tabel 32 Nilai Manfaat Model Penelitian Menurut Pakar ………….. 140 Tabel 33 Pembobotan Input Kinerja Rantai Pasokan Beras Menurut

Pakar ……..………... 143

Tabel 34 Hasil Verifikasi dan Validasi Dari Model Yang Dihasilkan 144

(27)

xxi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Pohon Industri Padi ... 14 Gambar 2 Keterkaitan Yang Perlu Dibangun Untuk Pengembangan

SAP di Indonesia ………... 19 Gambar 3 Ilustrasi Rancangan SAP ………...…………... 20

Gambar 4 Peta Sentra Produksi Padi ……….. 21

Gambar 5 Pola Distribusi Perdagangan Beras Pada 15 Provinsi …… 22 Gambar 6 Distribusi Beras Dari Tujuh Kabupaten Ke DKI Jakarta ... 23 Gambar 7 Pola Distribusi Beras di DKI Jakarta ... 24 Gambar 8 Pola Distribusi Beras Dari Luar DKI Jakarta ke PIBC ... 25 Gambar 9 Pola Distribusi Beras Dari PIBC ke Luar DKI Jakarta ... 26 Gambar 10 Evolusi Manajemen Logistik Terpadu ... 27 Gambar 11 Sistem Logistik Secara Komprehensif ... 29 Gambar 12 Integrasi Manajemen Material dan Distribusi Fisik ... 29 Gambar 13 Evolusi Logistik Dari Era 1960'an Sampai Tahun 2000'an 30

Gambar 14 Jaringan Dalam Modal Sosial ……… 34

Gambar 15 Siklus Dari Data, Informasi dan Keputusan Menjadi Aksi 37 Gambar 16 Struktur Dasar Decision Support System ...... 38 Gambar 17 Karakteristik Decision Support System ...... 39 Gambar 18 Komponen Decision Support System .... 40 Gambar 19 Susunan Syaraf Pada Manusia ... 42 Gambar 20 Jaringan Syaraf Tiruan Banyak Lapisan ……… 43 Gambar 21 Jaringan Syaraf Tiruan Tiga Lapis …….………..……….. 43 Gambar 22 Pembelajaran Jaringan Syaraf Tiruan Terawasi …………. 44 Gambar 23 Arsitektur JST Backpropagation ………..….. 46 Gambar 24 Langkah-langkah Pelaksanaan Penelitian ...…….……….. 69 Gambar 25 Model Aktifitas Rantai Pasokan Beras di DKI Jakarta ….. 70 Gambar 26 Model Kinerja Rantai Pasokan Beras DKI Jakarta ……… 70

(28)

xxii Untuk Prakiraan Pasokan dan Harga Beras ... 73 Gambar 28 Bagan Alir TOPSIS Untuk Pemilihan Pemasok Beras ... 75 Gambar 29 Bagan Alir Vehicle Routing Problem Dengan Simulated

Annealing Untuk Distribusi dan Transportasi Beras ……. 77 Gambar 30 Bagan Alir Fuzzy Inference System Untuk Pengukuran

Kinerja Rantai Pasokan Beras di Propinsi DKI Jakarta …. 78 Gambar 31 Konfigurasi Model IDSS Pada SCM Beras Untuk DKI

Jakarta ……… 81

Gambar 32 Tahapan Perancangan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Prakiraan serta Peringatan Dini Dari Pasokan dan Harga

Beras ………... 83

Gambar 33 Fungsi Aktivasi Sigmoid Bipolar ……… 87 Gambar 34 Fungsi Aktivasi Sigmoid Biner ……… 87 Gambar 35 Fungsi Aktivasi Identitas (Purelin) ……… 87 Gambar 36 Tahap Pemilihan Pemasok Beras Menggunakan TOPSIS 98 Gambar 37 Proses FIS Untuk Mengukur Kinerja Rantai Pasokan

Beras di Provinsi DKI Jakarta ………. 101 Gambar 38 Input Data Untuk Proses FIS ……….. 102 Gambar 39 Input Data Untuk Basis Pengetahuan ………. 104 Gambar 40 Model Prakiraan Harga Beras dan Pasokan Beras ………. 107 Gambar 41 Model Pemilihan Pemasok Beras ………... 109 Gambar 42 Model Distribusi dan Transportasi Beras ………... 109 Gambar 43 Model Kinerja Rantai Pasokan Beras di DKI Jakarta …… 110 Gambar 44 Model Sistem Rantai Pasokan Beras di DKI Jakarta ……. 112 Gambar 45 Tampilan Jaringan Syaraf Tiruan Pada Prakiraan Pasokan

Beras dari PIBC Ke DKI Jakarta ………... 113 Gambar 46 Tampilan Jaringan Syaraf Tiruan Pada Prakiraan Harga

Beras Muncul III ……… 114

Gambar 47 Alternatif Daerah Para Pemasok Beras Ke PIBC ……….. 115

(29)

xxiii

Halaman

Gambar 48 Berbagai Kriteria Perberasan Yang Ditetapkan PIBC ... 116 Gambar 49 Penilaian Pada Kriteria Terhadap Alternatif Pemasok

Beras ……….. 117

Gambar 50 Daerah Pemasok Beras Terpilih Hasil Perhitungan

TOPSIS ……….. 117

Gambar 51 Tampilan Menu Distribusi dan Transportasi Beras ……... 119 Gambar 52 Tampilan Menu Produk Beras ………... 120 Gambar 53 Tampilan Jarak Lokasi Antar Para Pelanggan Beras …… 121 Gambar 54 Tampilan Menu Pesanan Dari Para Pelanggan Beras …… 122 Gambar 55 Tampilan Menu Kendaraan Untuk Distribusi dan

Transportasi Beras ………. 122

Gambar 56 Tampilan Penugasan Kendaraan Pada Pendistribusian

Beras ……….. 123

Gambar 57 Tampilan Rute Terpendek Pada Pendistribusian Beras Dari PIBC Kepada Para Pelanggan ……… 123 Gambar 58 Model Kinerja Rantai Pasokan Beras Untuk DKI Jakarta . 127 Gambar 59 Tampilan Input Output Kinerja Rantai Pasokan Beras …. 128 Gambar 60 Tampilan Perubahan Input Output Pada Kinerja Rantai

Pasokan Beras ……… 129

Gambar 61 Tampilan Model Sistem Pendukung Keputusan Cerdas Untuk Sistem Rantai Pasokan Beras di Provinsi DKI

Jakarta ……… 130

Gambar 62 Jumlah Pasokan Beras Rata-rata Per Minggu Dari PIBC

Ke DKI Jakarta ………. 133

Gambar 63 Harga Rata-rata Per Minggu Beras Jenis IR 64/ III dan

Muncul/ III di PIBC ……….. 134

Gambar 64 Histogram Rata-rata Nilai Manfaat Menurut Pakar …….. 141 Gambar 65 Diagram Jejaring Rata-rata Nilai Manfaat Menurut Pakar 141

(30)
(31)

xxv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1.1 Pemasukan Beras Ke Pasar Beras Induk Cipinang

Tahun 2005 ……… 163

Lampiran 1.2 Pemasukan Beras Ke Pasar Beras Induk Cipinang

Tahun 2006 ……… 164

Lampiran 1.3 Pemasukan Beras Ke Pasar Beras Induk Cipinang

Tahun 2007 ……… 165

Lampiran 1.4 Pemasukan Beras Ke Pasar Beras Induk Cipinang

Tahun 2008 ……… 166

Lampiran 1.5 Pemasukan Beras Ke Pasar Beras Induk Cipinang

Tahun 2009 ……… 167

Lampiran 2 Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation ... 168 Lampiran 3 Algoritma TOPSIS (Technique for Order Preference by

Similarity to Ideal Solution) ……… 171 Lampiran 4.1 Pola Pelatihan dan Pola Pengujian Untuk Pasokan Beras

Pada Jaringan Syaraf Tiruan ……… 173 Lampiran 4.2 Pola Pelatihan dan Pola Pengujian Untuk Harga Beras

Muncul/ III Pada Jaringan Syaraf Tiruan ……… 175 Lampiran 4.3 Pola Pelatihan dan Pola Pengujian Untuk Harga Beras

IR 64/ III Pada Jaringan Syaraf Tiruan ………... 177 Lampiran 5 Hasil Pengujian 25 Pola Data Uji Menggunakan JST

Backpropagation ………. 179

Lampiran 6.1 Grafik Perbandingan Hasil Pengujian Dengan Data

Aktual Untuk Pasokan Beras ………... 181 Lampiran 6.2 Grafik Perbandingan Hasil Pengujian Dengan Data

Aktual Untuk Jenis Beras Muncul III ………. 181 Lampiran 6.3 Grafik Perbandingan Hasil Pengujian Dengan Data

Aktual Untuk Beras IR64/ III ………. 182 Lampiran 7 Jumlah Pasokan dan Rata-rata Harga Beras per Minggu 183

[image:31.595.100.501.80.807.2]
(32)

xxvi Lampiran 8.2 Jarak Antar Lokasi Pasar di Wilayah Jakarta Pusat ……. 187 Lampiran 8.3 Jarak Antar Lokasi Pasar di Wilayah Jakarta Barat ……. 190 Lampiran 8.4 Jarak Antar Lokasi Pasar di Wilayah Jakarta Timur …. 191 Lampiran 8.5 Jarak Antar Lokasi Pasar di Wilayah Jakarta Selatan …. 193 Lampiran 9 Tiga Skenario Distribusi dan Transportasi Beras

Dengan Simulated Annealing ………... 194 Lampiran 10 Kuesioner dan Jawaban Para Pakar Terhadap Kuesioner 201 Lampiran 11.1 Proses Verifikasi Untuk Jaringan Syaraf Tiruan Pada

Harga Beras Varietas Beras Muncul/ III ………. 210 Lampiran 11.2 Proses Verifikasi Untuk Aturan Peringatan Dini Pada

Prakiraan Harga Beras Varietas Beras Muncul/ III ……. 216

(33)

xxv

NO ISTILAH PENGERTIAN

1. Agriculture

Employment

Orang yang bekerja pada bidang pertanian.

2. Artificial Intelligence Kecerdasan yang ditunjukkan oleh suatu entitas buatan.

Kecerdasan diciptakan dan dimasukkan ke dalam suatu mesin dapat dilakuka menggunakan kecerdasan buatan antara lain sistem pakar,

games),

3. Algoritma Genetika Kelas khusus dari algoritma evolusioner dengan menggunakan teknik yang terinspirasi oleh biologi evolusioner seperti warisan, mutasi, seleksi alam dan rekombinasi (crossover). 4. ARIMA Autoregressive Integrated Moving Average, model statistik

yang dipergunakan untuk analisis time series.

5. Asimetri Penelitian empiris yang membuktikan bahwa keterkaitan harga produksi pertanian di tingkat konsumen dan di tingkat produsen (petani) tidak seimbang. Dari sifat tersebut fluktuasi harga pertanian cenderung merugikan petani dan konsumen.

6. If - Then Rule Aturan jika-maka yang mendeskripsikan aksi yang akan

dilakukan berdasarkan situasi dan kondisi.

7. Axon Bagian dari sel saraf makhluk hidup yang berfungsi

menghantarkan sinyal ke sel saraf lainnya.

8. Backpropagation Algoritma pembelajaran dari jaringan syaraf tiruan yang

terawasi, biasa digunakan oleh perceptron dengan banyak lapisan.

9. Badan Sel Bagian dari sel saraf makhluk hidup yang berfungsi memproses sinyal yang masuk dan menghasilkan sinyal hasil proses.

10. Beras Bagian dari bulir padi (gabah) yang telah dipisahkan dari sekam.

11. Best Management

Practice

Metode atau teknik untuk mendapatkan cara yang paling efektif dan praktis dalam mencapai tujuan dari suatu pengelolaan.

12. BPS Badan Pusat Statistik, Lembaga Pemerintah Non Departemen yang mempunyai fungsi pokok sebagai penyedia data statistik dasar, baik untuk pemerintah maupun untuk masyarakat umum, secara nasional maupun regional.

13. Branch and Bound Salah satu metode penyelesaian Vehicle Routing Problem

dengan melakukan perhitungan pada setiap kemungkinan solusi sampai diperoleh solusi terbaik.

(34)

xxvi

17. Cianjur Kepala Salah satu varietas beras yang diperdagangkan di PIBC.

18. Clark and Wright Salah satu metode penyelesaian Vehicle Routing Problem

dengan metode heuristik.

19. Council of Logistic

Management.

Lembaga manajemen logistik dunia yang namanya berubah menjadi Council of Supply Chain Management Professional.

20. Computer Vision Bidang kecerdasan buatan untuk membuat mesin dapat

"melihat", dalam arti mampu mengekstrak informasi dari suatu citra.

21. Crisp Nilai tegas pada logika fuzzy.

22. CSCMP Council of Supply Chain Management Professional.

23. CVRP Capacitated Vehicle Routing Problem, salah satu tipe Vehicle

Routing Problem di mana setiap kendaraan memiliki kapasitas

terbatas.

24. Daihatsu Grandmax Jenis kendaraan di PIBC pengangkut pasokan beras dengan kapasitas angkut 3000 kilogram.

25. Data Pelatihan Data yang digunakan dalam proses pelatihan jaringan saraf tiruan supaya jaringan dapat mengenali pola data.

26. Data Pengujian Data yang digunakan dalam proses pengujian dan validasi dari jaringan saraf tiruan.

27. D-C-H-S-P-G Dyer – Cleaner – Husker – Separator – Polisher – Grader, salah satu kombinasi permesinan dalam penggilingan padi.

28. Defuzzifikasi Proses perubahan dari himpunan fuzzy menjadi nilai crisp pada

inferensi fuzzy.

29. Delivery Schedule Jadwal pengantaran, pengantaran beras dari pasar induk beras

Cipinang (PIBC) kepada para pelanggan/ distributor beras di seluruh wilayah DKI Jakarta.

30. Delphi Lingkungan pengembangan aplikasi untuk bahasa

pemrograman Object Pascal.

31. Delta Rule Aturan pembelajaran berdasarkan penurunan gradien untuk

perubahan bobot pada perceptron single layer.

32. Dendrite Bagian dari sel saraf makhluk hidup yang berfungsi menerima

sinyal dari sel saraf lainnya ke badan sel. 33. Distribusi dan

Transportasi

Salah satu aktifitas logistik/ rantai pasokan dalam mengantarkan barang/ jasa dengan menggunakan armada secara efektif dan efisien.

34. DOLOG Depot Logistik.

35. Delivery Time Waktu pengantaran, ukuran yang dihitung berdasarkan waktu

ketepatan pengantaran beras dari pemasok sampai masuk ke PIBC.

36. DSS Decision Support System (Sistem Penunjang Keputusan),

sistem yang berfungsi mentransformasikan data dan informasi menjadi alternatif keputusan dan prioritasnya.

37. Early Warning System Sistem peringatan dini.

(35)

xxvii daripada rata-rata normalnya.

40. Epoch Satu iterasi pada proses pelatihan pada jaringan saraf tiruan.

41. Error Galat, perbandingan antara hasil prakiraan dengan hasil yang

sesungguhnya.

42. Exact Method Metode pasti, yaitu metode penyelesaian VRP yang melakukan

perhitungan pada setiap kemungkinan solusi sampai diperoleh solusi terbaik.

43. Expert System Lihat Sistem pakar.

44. FAO Food and Agriculture Organization,

45.

organisasi pangan dan pertanian internasional di bawah naungan PBB.

FIS Fuzzy Inference System, teknik pengambilan keputusan

menggunakan logika fuzzy.

46. Fisher and Jaikumar Salah satu metode penyelesaian VRP dengan metode heuristik.

47. Focal Company Perusahaan inti yang dijadikan acuan dalam jaringan rantai

pasokan.

48. Food Station Tempat penampungan komoditas perdagangan bahan makanan.

49. Forecasting Salah satu aktifitas logistik/ rantai pasokan dalam

memperkirakan suatu keadaan di masa mendatang.

50. Forward propagation Perambatan maju, tahapan pada proses pembelajaran jaringan

saraf tiruan.

51. FSTJ PT. Food Station Tjipinang Jaya, perusahaan pengelola dan pembina PIBC.

52. Fungsi Aktivasi Fungsi pada jaringan saraf tiruan yang mentransformasikan penjumlahan sinyal berbobot yang masuk untuk menentukan sinyal keluaran.

53. Fungsi Identitas Salah satu fungsi aktivasi yang memiliki nilai output yang sama dengan nilai inputnya.

54. Fuzzifikasi Proses perubahan dari nilai crisp menjadi himpunan fuzzy pada sistem inferensi fuzzy.

55. Fuzzy Mamdani Proses fuzzifikasi ketika input dan output juga berbentuk fuzzy.

56. GDP Gross Domestic Product, produk domestik bruto, merupakan

jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

57. GERBANG KERTASUSILA

Daerah sentra produksi beras yang meliputi Gresik, Jombang, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo dan Lamongan.

58. GIS Geographic Information System, sistem informasi geografis.

59. Goal Target tingkat error yang ingin dicapai pada proses

pembelajaran jaringan saraf tiruan.

60. Google Maps Aplikasi peta dunia berbasis web yang dikembangkan oleh

Google.

(36)

xxviii

dari suatu koneksi dua unit harus dinaikkan atau diturunkan berdasarkan hasil kali aktivasi keduanya.

63. Heuristics Teknik pemecahan masalah yang berbasiskan pada pengalaman.

64. Hidden Layer Lapisan tersembunyi pada jaringan saraf tiruan yang terletak

antara lapisan input dan lapisan output.

65. H-P Husker – Polisher, salah satu kombinasi permesinan pada

penggilingan padi.

66. HPP Harga Pembelian Pemerintah.

67. IDSS Intelligent Decision Support System, sistem pendukung keputusan yang dikembangkan dengan cara menambahkan komponen kecerdasan buatan/ artificial intelligent (AI) ke dalam sistem manajemen basis model dengan tujuan membuat DSS menjadi cerdas.

68. Inbound Logistics Logistik masuk, hal-hal yang terkait dengan perpindahan atau

pengadaan barang dari para pemasok ke perusahaan.

69. Input Layer Lapisan pada jaringan saraf tiruan yang menerima masukan

untuk diproses.

70. IPDSS Intelligent Predictive Decision Support System.

71. IR 64/ III Salah satu varietas beras yang terdapat di PIBC.

72. Jarak Salah satu kriteria yang dipergunakan dalam memilih pemasok beras.

73. Jaringan Saraf Tiruan

Suatu sistem pemrosesan informasi yang memiliki karakteristik performansi khusus yang dapat disamakan dengan cara kerja jaringan syaraf manusia.

74. Kadar Air Banyak kandungan air yang terdapat pada butiran beras, salah satu kriteria yang dipergunakan dalam memilih pemasok beras. 75. Kinerja Ukuran output dari suatu pengelolaan (management) yang dapat

mengukur suatu hal seperti tingkat produktifitas atau kualitas. 76. Kinerja Rantai

Pasokan Beras

Evaluasi ukuran kinerja dari rantai pasok beras di PIBC untuk suatu waktu tertentu.

77. Knowledge Base Basis Pengetahuan, salah satu komponen DSS yang digunakan

untuk pengambilan keputusan.

78. Kuantitas Jumlah pasokan, salah satu kriteria yang dipergunakan dalam memilih pemasok beras.

79. KOPPIC Jaya Koperasi Pedagang Pasar Induk Cipinang, mitra kerja FSTJ. 80. Korelasi Hubungan antara dua variable dalam suatu sistem.

81. Kotoran Bagian asing yang tercampur ke dalam beras. Salah satu kriteria yang dipergunakan dalam memilih beras.

82. LCA Life Cycle Assesment, salah satu metode dalam penelitian

mengenai rantai pasokan perberasan.

83. Learning Rate Laju pembelajaran, salah satu parameter pelatihan jaringan saraf

tiruan yang mengendalikan perubahan nilai bobot dan bias selama pelatihan.

84. Logika Fuzzy Alat yang memiliki kemampuan untuk menghitung dan untuk

(37)

xxix dengan desain dan pengembangan algoritma yang memungkinkan komputer untuk berperilaku berdasarkan pengalaman atau data empiris.

87. MADM Multi Attribute Decision Making, pengambilan keputusan banyak atribut melibatkan banyak alternatif dan banyak kriteria.

88. Manajemen Rantai Pasokan

Konsep bisnis yang mengintegrasikan semua pelaku usaha yang secara umum terdiri dari pemasok, produsen, distributor, ritel sampai konsumen.

89. Marketplace Pasar, tempat komoditas atau produk diperjualbelikan ke

konsumen.

90. Matlab Program aplikasi yang mendukung permodelan, simulasi, perhitungan matematis, serta pemrograman untuk pengembangan aplikasi berbasis scientific dari Mathwork Ltd.

91. MDVRP Multiple Depot VRP, salah satu tipe VRP di mana pemasok menggunakan lebih dari satu depot untuk memasok konsumen.

92. Meta-heuristics Metode komputasi yang mengoptimalkan solusi dari suatu

permasalahan secara iteratif, dan mencoba mengembangkan kandidat solusi berdasarkan ukuran kualitas tertentu.

93. MIT Massachussets Institute of Technology, salah satu perguruan

tinggi terkemuka di bidang teknologi di Amerika Serikat. 94. Model Representasi dari dunia nyata

95. Model Matematika Representasi dari dunia nyata yang dinyatakan secara matematis 96. Momentum Parameter pada jaringan saraf tiruan yang digunakan untuk

mencegah sistem dari konvergen ke minimum lokal atau titik pelana.

97. Monev Monitoring dan evaluasi.

98. MSE Mean Square Error, fungsi kinerja yang sering digunakan untuk

jaringan syaraf tiruan backpropagation.

99. Multidimensional

Scaling

Sekumpulan teknik-teknik statistik yang saling berkaitan yang sering digunakan untuk visualisasi informasi untuk menemukan kemiripan atau ketidakmiripan pada data.

100. Multilayer Net Struktur jaringan saraf tiruan dengan banyak lapisan. 101. Muncul/ III Salah satu varietas beras yang terdapat di PIBC. 102. NCPDM National Council of Physical Distribution Management.

103. Nearest Neighbour Masalah optimisasi untuk menemukan solusi optimal dengan mencari titik terdekat pada ruang metrik.

104. Neural Network Jaringan saraf tiruan. 105. Neuron Sel saraf.

106. NLRM Non Linear Regression Model, model regresi taklinear, salah satu bentuk analisis regresi di mana data observasi dimodelkan dengan suatu fungsi yang merupakan kombinasi taklinear dari parameter model dan bergantung pada satu atau lebih variabel yang independen.

(38)

xxx

110. Off-farm Kegiatan pertanian pada tahap setelah budidaya.

111. Oligopsoni Suatu sistem perdagangan di mana pembeli berjumlah sedikit dibandingkan dengan penjual.

112. On-farm Kegiatan pertanian pada tahap budidaya.

113. Outbound Logistics Logistik masuk, hal-hal yang terkait dengan perpindahan atau pengadaan barang dari para pemasok ke perusahaan.

114. Output Layer Lapisan pada jaringan saraf tiruan yang menghasilkan output hasil proses.

115. Patahan Beras Ukuran banyaknya butir beras yang patah pada suatu volume beras tertentu, salah satu kriteria yang dipergunakan dalam memilih pemasok beras.

116. Pemasok Beras Pihak-pihak yang memberi pasokan beras ke PIBC. 117. Pemrosesan Bahasa

Alami

Bidang ilmu komputer dan linguistik yang berhubungan dengan interaksi antara komputer dan bahasa manusia, membuat komputer mampu mengenali bahasa alami atau bahasa manusia. 118. Perceptron Bentuk paling sederhana dari JST yang digunakan untuk

pengklasifikasian jenis pola khusus yang biasa disebut linearly separable.

119. Peringatan Dini Sistem pemberian peringatan berdasarkan hasil prakiraan.

120. PIBC Pasar Induk Beras Cipinang, pasar induk perberasan yang dimiliki Provinsi DKI Jakarta.

121. Playing Game Bidang penerapan kecerdasan buatan yang membuat komputer dapat memainkan suatu game sebagaimana pemain manusia. 122. Pohon Industri Diagram yang menjelaskan hirarki produk-produk hasil industri

pertanian. 123. Prakiraan Pasokan

dan Harga Beras

Subsistem untuk memperkirakan jumlah pasokan beras dari PIBC ke berbagai daerah di Propinsi DKI Jakarta serta untuk memperkirakan harga beras di PIBC.

124. Procurement Loop Putaran proses pengadaan pada suatu manajemen logistik. 125. Prototype Rancangan awal suatu sistem untuk diimplementasikan. 126. Purelin Fungsi aktivasi pada jaringan syaraf tiruan.

127. PVRP Periodic VRP, salah satu tipe VRP di mana pengiriman dapat dilakukan per periode waktu.

128. Recurrent Neural Network

Jenis jaringan saraf tiruan di mana hubungan antar unit membentuk siklus berarah.

129. RMSE Root Mean Square Error, akar kuadrat dari MSE.

130. RMU Rice Milling Unit , salah satu teknologi dalam penggilingan padi. 131. RPH Rumah Pemotongan Hewan.

132. SAP Sentar Agribisnis Perberasan, suatu gagasan yang mengemuka dari Badan Urusan Logistik (BULOG) yang diharapkan dapat mengatasi berbagai permasalahan seperti pola rantai distribusi gabah dan beras yang masih lemah, mutu beras yang cenderung lebih rendah dari mutu beras impor dan tingkat harga beras yang cenderung fluktuatif.

(39)

xxxi 135. Sigmoid Bipolar Salah satu fungsi aktivasi yang memiliki nilai output dengan

interval antara -1 sampai 1.

136. SIM Sistem Informasi Manajemen, sistem yang berorientasi pada dukungan tidak langsung seperti memberikan laporan.

137. Simulated Annealing

Teknik pencarian acak yang menggunakan analogi bagaimana pendinginan besi dan membekukannya ke dalam struktur energi kristalisasi minimum (proses annealing) dan mencari nilai minimum pada sistem secara keseluruhan, membentuk basis teknik optimasi untuk permasalahan kombinatorial dan permasalahan lainnya.

138. Single Layer Net Struktur jaringan saraf tiruan dengan lapisan tunggal.

139. Sistem Dinamik Metodologi untuk rnemahami suatu masalah yang kompleks. Metodologi ini dititikberatkan pada pengambilan kebijakan dan bagaimana kebijakan tersebut menentukan tingkah laku masalah-masalah yang dapat dimodelkan oleh sistem secara dinamik. 140. Sistem Inferensi

Fuzzy

Proses merumuskan pemetaan dari suatu masukan menuju ke suatu keluaran dengan menggunakan logika fuzzy. Proses tersebut melibatkan : fungsi keanggotaan, operasi logis dan aturan ”Jika-Maka”.

141. Sistem Pakar Sistem komputer yang menyimpan pengetahuan seorang pakar tentang suatu domain permasalahan yang spesifik dan menyediakan fasilitas untuk pemecahan masalah berdasarkan pengetahuan itu.

142. Sistem Pengolahan Dialog

Salah satu komponen penyusun Decision Support System (DSS) yang berhubungan langsung dengan pengguna.

143. Sistem Pengolahan Problematik

Salah satu komponen penyusun DSS yang menerima dan memberi data dari/ ke sistem pengolahan dialog dan meneruskannya ke sistem manajemen basis data dan sistem manajemen basis model secara bolak-balik.

144. Sistem Penunjang Keputusan

Lihat DSS.

145. Sistem Rantai Pasokan

Sistem yang mengintegrasikan semua pelaku usaha yang secara umum terdiri dari pemasok, produsen, distributor, ritel sampai konsumen.

146. SMBD Sistem Manajemen Basis Data, salah satu komponen DSS yang berhubungan dengan basis data untuk menyimpan dan mengambil data.

147. SMBM Sistem Manajemen Basis Model, salah satu komponen DSS yang berhubungan dengan model domain permasalahan.

148. SNI Standar Nasional Indonesia, standar yang berlaku secara nasional di Indonesia. SNI dirumuskan oleh Panitia Teknis dan ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional.

149. Software Agent Bidang kecerdasan buatan, yaitu entitas perangkat lunak yang didedikasikan untuk tujuan tertentu yang memungkinkan user

untuk mendelegasikan tugasnya secara mandiri. Agen bisa memiliki ide sendiri mengenai bagaimana menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu atau agenda tersendiri.

(40)

xxxii

152. Speech Understanding

Bidang kecerdasan buatan yang membuat mesin dapat memproses dan memahami suara bicara manusia.

153. SRI System Rice Intensification, salah satu metode budidaya padi. 154. Statistika Deskriptif Metode-metode statistik yang berkaitan dengan pengumpulan dan

penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna. Statistika deskriptif tidak menarik kesimpulan, tetapi hanya memberikan informasi.

155. Supervised Learning Proses pembelajaran terawasi, yaitu pembelajaran dengan cara memberikan pasangan masukan dan keluaran yang sesuai terhadap suatu jaringan.

156. Supplier Selection Pemilihan pemasok, proses untuk mendapatkan pemasok yang tepat yang dapat menyediakan pihak pembeli mutu barang maupun jasa yang tepat dengan harga yang tepat, pada waktu dan jumlah yang tepat.

157. SVRP Stochastic VRP, salah satu tipe VRP di mana beberapa nilai seperti jumlah konsumen, permintaan konsumen, dan waktu perjalanan adalah bersifat acak.

158. Tabu Search Metode optimisasi matematis metaheuristik yang menuntun prosedur local search untuk melakukan eksplorasi di daerah solusi di luar titik optimum lokal. Termasuk metode yang berbasiskan trajectory.

159. Tahap Pengecekan Tahap dalam simulated annealing untuk mengecek variabel T (suhu) akhir dan iterasi maksimum. Pengecekan ini bertujuan untuk menentukan apakah proses pencarian solusi sudah dapat dihentikan.

160. Tansig Implementasi fungsi sigmoid bipolar pada program Matlab. 161. TFN Triangular Fuzzy Number, salah satu fungsi derajat keanggotaan

pada sistem inferensi fuzzy. 162. Third-party

Logistics

Pihak penyedia jasa logistik dari pihak ketiga seperti yang menyediakan transportasi atau sarana pergudangan.

163. Third-party Reverse Logistics Providers

Pihak penyedia jasa logistik balik.

164. Time Series Deret waktu, rangkaian data yang berupa nilai pengamatan yang diukur selama kurun waktu tertentu, berdasarkan waktu dengan interval yang sama.

165. Tingkat Keputihan Ukuran warna butiran beras. Semakin putih biasanya semakin baik, ukuran warna dapat dikategorikan dalam bentuk skala likert 1 – 5. Jadi pilihannya adalah 5 = putih jernih, 4 = putih, 3 = cukup putih, 2 = kurang putih, 1 = buram.

166. TOPSIS Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution, salah satu metode untuk penyelesaian permasalahan pengambilan keputusan atau memilih sesuatu dari berbagai alternatif dan berbagai kriteria.

(41)

xxxiii 169. Traingdm Fungsi pelatihan jaringan pada program Matlab dengan metode

penurunan gradien dengan penambahan momentum.

170. Traingdx Fungsi pelatihan jaringan pada program Matlab yang memperbaharui bobot dan nilai bias sesuai dengan penurunan gradien momentum dan learning rate adaptif.

171. Trainlm Fungsi pelatihan jaringan pada program Matlab yang memperbaharui bobot dan nilai bias sesuai dengan optimasi Levenberg-Marquadt. 172. Trainrp Fungsi pelatihan jaringan pada program Matlab yang membagi arah

perubahan bobot menjadi dua bagian yang berbeda. Ketika menggunakan penurunan tercepat, yang diambil hanya arahnya saja. 173. Treshold Batasan nilai ambang suatu informasi akan diterima oleh sel saraf. 174. Trial and Error Proses pemecahan masalah dengan mencoba-coba berbagai

kemungkinan sampai ditemukan solusi yang paling baik. 175. Unsupervised

Learning

Pembelajaran tidak terawasi, yaitu pembelajaran di mana suatu unit keluaran dilatih untuk merespon sekelompok pola masukan.

176. USDA United States Department of Agriculture, departemen eksekutif federal Amerika Serikat yang mengurusi bidang pertanian.

177. User Interface Antar muka pengguna, bagian dari DSS yang berhubungan langsung dengan pengguna.

178. Validasi Proses membandingkan hasil model dengan hasil nyata, apabila diperoleh kesesuaian antara hasil model dan hasil nyata, maka model disebut valid.

178. Van Breedam Salah satu metode penyelesaian VRP dengan metode heuristic. 179. VECM Vector Error Correction Model, sistem dinamik multivariate yang

memungkinkan relasi jangka panjang antara variabel-variabel dan tren stokastik umum.

180. Verifikasi Proses yang menyatakan bahwa variabel dalam model yang dikembangkan sudah sama dengan variable dari situasi nyata.

181. Virtual Tidak nyata, maya, tersimulasi.

182. Visual Basic Lingkungan pengembangan aplikasi untuk bahasa pemrograman yang dikembangkan oleh Microsoft.

183. VRP Nama generik yang diberikan kepada seluruh masalah yang terkait dengan sejumlah rute untuk sejumlah armada kendaraan yang harus ditentukan untuk sejumlah kota atau pelanggan yang terpisah secara geografis yang didasarkan pada satu atau beberapa depot pengisian. 184. VRPPD VRP with Pick-up and Delivery, salah satu tipe VRP di mana

konsumen dapat mengembalikan barang ke depot.

185. VRPTW VRP with Time Windows, salah satu tipe VRP di mana setiap konsumen dipasok pada waktu tertentu.

186. Waktu Pengiriman

Waktu yang dibutuhkan untuk pengiriman beras dari pemasok sampai PIBC, salah satu kriteria yang dipergunakan dalam memilih pemasok beras.

187. Web Jaringan internet yang menghubungkan komputer-komputer di seluruh dunia dengan berbagai jalur komunikasi.

(42)

xxxiv

(Al Qur`an, Surah Ar-Ra`d : 11)

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri

Dalam Rantai Pasokan Berlaku Aturan

Barang siapa yang mempersulit urusan orang lain,

sesungguhnya dia sedang mempersulit urusan dirinya sendiri dan

Barang siapa yang mempermudah urusan orang lain,

sesungguhnya dia sedang mempermudah urusan dirinya sendiri

(43)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengadaan beras nasional dari dulu sampai sekarang masih menjadi permasalahan nasional yang sangat pelik. Salah satu diantaranya terjadi karena masyarakat Indonesia menjadikan beras sebagai bahan makanan pokok yang harus ada dalam pola pangan sehari-hari. Dengan demikian sebagai komoditas pangan utama, permasalahan beras bukan hanya merupakan permasalahan ekonomi saja tetapi juga bersifat politis (Gumbira-Sa'id, 2007).

Petani padi di Indonesia menurut Adiratma (2004) adalah petani yang memiliki lahan rata-rata kurang dari 0.5 Ha dan termasuk kelompok masyarakat yang memiliki tingkat kesejahteraan yang masih rendah. Hasil produksi padi dari pertanian rakyat sering tidak mencukupi kebutuhan seluruh penduduk,

kekurangan padi tersebut biasa diatasi dengan cara mengimpornya. Menurut Balitbang Deptan (2005a)

Menurut Nainggolan (2007), ekonomi pasar yang menganggap bahwa pasar dapat mengalokasikan sumber daya yang paling efisien terbukti gagal dalam ekonomi beras. Kegagalan tersebut disebabkan karena ekonomi beras nasional bersifat oligopsonis sehingga petani berada dalam posisi tawar yang tidak menguntungkan. Harga di tingkat internasional mudah ditransmisikan ke dalam negeri sehingga petani menghadapi ketidakpastian harga dan akibatnya harga dasar berupa harga pembelian pemerintah (HPP) menjadi tidak efektif.

(44)

Menurut Krishnamurti (2008) sejak 1998 stok biji-bijian dunia terus menurun. Pada tahun 2006, stok bijian-bijian dunia bahkan hanya separuh dari stok tahun 2000 karena dampak terpaan El Nino tahun 1997/1998 yang belum sepenuhnya terpulihkan. Gejolak pasar pangan dunia menjadi semakin kuat, dengan masuknya para investor di pasar komoditas dan menjadikan komoditas pangan sebagai investasi terbaik. Saat ini beras menjadi komoditas utama yang paling diincar para investor di bursa komoditas seperti di bursa Chicago AS. Hal tersebut membuat pasar pangan dunia menjadi tidak terkendali dan masing-masing negara berlomba menyelamatkan persediaan pangannya.

Hal lain yang mempengaruhi kondisi perberasan nasional menurut Krishnamurti (2008) adalah adanya permintaan bahan pangan yang semakin meningkat khususnya dari Cina, India dan Indonesia yang merupakan tiga dari

empat negara di dunia yang terbanyak penduduknya. Selain itu adanya dorongan politik yang bergaung keras di dunia untuk menyikapi perubahan iklim dan hal tersebut diwujudkan dengan gerakan mengurangi penggunaan energi dari fosil untuk beralih ke biofuel yang berbahan baku biji-bijian. Dengan demikian permintaan dunia terhadap biji-bijian meningkat. Welirang (2008) menyatakan bahwa telah terjadi perebutan beras di tingkat dunia. Banyak negara produsen beras dunia menahan produksinya untuk kebutuhan dalam negeri terlebih dahulu setelah Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) dan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) menyatakan agar setiap negara mewaspadai perubahan struktur pasar komoditas biji-bijian.

Untuk mengatasi masalah gejolak harga dan pasokan beras regional, menurut Suswono (2011), Indonesia mengusulkan perubahan konsep cadangan beras dalam skema ASEAN dan tiga mitranya (ASEAN Plus Three Emergency

Rice Reserve/APTERR). Dengan skema tersebut, beras tidak hanya sebagai

(45)

1.2 Permasalahan Perberasan Nasional

Masalah utama yang terkait dengan perberasan nasional adalah masalah harga dan non harga beras. Masalah yang paling kontroversial terkait dengan masalah harga beras adalah fluktuasi harga beras (Nainggolan, 2007). Harga beras akan meningkat pada musim paceklik yang merugikan konsumen dan akan menurun pada musim panen raya yang merugikan petani. Menurut Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian (Ditjen PPHP, 2008), masalah utama perberasan lainnya adalah masalah susut bobot pada penanganan panen dan pasca panen yang mencapai 11,27%. Menurut Arifin (2010), masalah impor beras adalah “puncak gunung es” dari besarnya persoalan kebijakan perberasan di Indonesia. Persoalan perberasan tersebut sebenarnya membentang dan mengakar dari mulai usaha tani padi, pengolahan

dan pasca panen, pengadaan, penyimpanan, distribusi, perdagangan, manajemen persediaan, stabilisasi harga, pemasaran dan konsumsi beras atau diversifikasi pangan.

1.2.1 Masalah Harga Beras

Harga beras seringkali muncul dan menjadi masalah kontroversial antara kepentingan petani dan kepentingan konsumen. Di satu sisi pemerintah sebagai regulator ingin menjaga kepentingan dan ingin memberikan kesejahteraan yang optimal bagi petani, tetapi di sisi lain pemerintah juga ingin memberikan perlindungan agar harga beras dapat terjangkau oleh sebagian besar konsumen, bahkan dapat terjangkau oleh petani padi sendiri yang pada waktu tertentu harus menjadi konsumen beras (Suhardi, 2009). Untuk itu, menurut Malian (2004), kebijakan harga gabah dan beras merupakan salah satu instrumen yang penting dalam menciptakan ketahanan pangan nasional, walaupun menurut Suparmin (2005) kebijakan stabilitas harga selama ini lebih difokuskan kepada upaya menjaga stabilitas harga beras di tingkat konsumen dari pada stabilitas harga gabah di tingkat petani.

(46)

kepada pihak petani maupun kepada pihak konsumen. Menurut Sawit (2010), sejak tahun 2004, kenaikan harga pembelian pemerintah (HPP) lebih banyak ditentukan oleh biaya produksi dan tidak lagi mengacu pada perbandingan harga beras internasional sehingga harga beras nasional tidak kompetitif dibandingkan dengan harga beras internasional. Selain itu, menurut Sawit (2010), perbedaan HPP antar daerah tidak akan mampu memecahkan masalah perbaikan mutu beras/ gabah, tetapi justru akan memperlemah usaha peningkatkan daya saing industri padi/ beras secara nasional.

Menurut Khudori (2008), penelitian empiris membuktikan bahwa keterkaitan harga produksi pertanian di tingkat konsumen dan di tingkat produsen (petani) bersifat asimetri. Dari sifat tersebut berarti peningkatan harga beras di tingkat konsumen ditransmisikan tidak sempurna dan lambat ke harga gabah di

tingkat petani, sedangkan penurunan harga beras di tingkat konsumen ditransmisikan sempurna dan cepat ke harga gabah di tingkat petani. Sebaliknya, peningkatan harga gabah di tingkat petani ditransmisikan dengan sempurna dan cepat ke harga beras di tingkat konsumen, sedangkan penurunan harga gabah di tingkat petani ditransmisikan tidak sempurna dan lambat ke harga beras di tingkat konsumen. Dengan demikian, fluktuasi harga beras atau gabah cenderung merugikan petani dan konsumen.

(47)

1.2.2 Masalah Non Harga Beras

Masalah utama lain adalah masalah non harga beras. Permasalahan tersebut adalah perlunya pengembangan industri benih padi yang mengarah ke selera pasar seperti menyiapkan benih padi untuk industri tepung tertentu, mengembangkan benih padi dengan kandungan gizi tertentu serta membuat benih padi yang dapat menjadi beras dengan pengolahan yang sangat efisien (Hadi, 2004). Masalah lain adalah tingkat hasil kehilangan padi pada saat panen dan pasca panen seperti tingkat kehilangan padi pada saat perontokan, penggilingan, pengeringan, penyimpanan dan pengangkutan (Patiwiri, 2004). Petani Indonesia yang menggarap komoditas beras pada tahun 2003 berjumlah 25,4 juta rumah tangga, dimana separuh dari jumlah tersebut adalah petani gurem yang memiliki lahan di bawah 0,5 Ha. Sebagian besar petani di Indonesia tergolong lanjut usia

sedangkan keturunan petani yang masih muda lebih senang bekerja di sektor industri di perkotaan. Sebagian besar petani di dalam mengembangkan usaha taninya sangat hati-hati dalam menerapkan inovasi baru, mereka berusaha dengan cara melihat petani lain yang telah berhasil karena takut dengan resiko gagal panen (Patiwiri, 2006).

Masalah lain yang mempengaruhi perberasan nasional adalah masalah perbankan. Menurut Glenardi (2004) dalam melakukan pembiayaan terkait dengan perberasan umumnya petani tidak bernaung dalam suatu lembaga yang baku seperti koperasi. Dari sisi permodalan, sebagian besar petani kurang layak secara perbankan (bankable) baik dari persyaratan legalitas maupun kemampuan dalam menyediakan agunan serta lahan yang dimiliki petani umumnya bukan merupakan lahan sendiri. Selain itu terhadap skim-skim perbankan yang disediakan untuk para petani, masih belum tersedia pihak yang bertindak sebagai penanggung jawab (off-taker) atas apa yang diusahakan oleh petani, baik dari sisi

ketersediaan sarana produksi maupun atas hasil usahanya.

(48)

penggilingan padi kecil (PPK) sebesar 35,3% dan Rice Milling Unit (RMU)

sebesar 34.4%, sedangkan penggunaan penggilingan padi besar (PPB) hanya sebesar 4,5%. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa penggunaan penggilingan padi kecil dan RMU memiliki porsi terbesar yaitu sebesar 69,7 % dengan kapasitas produksi riil sebesar 0,3 – 0,7 ton beras/ jam.

Menurut Damardjati (1981) dalam Hasbullah (2007), penggunaan kombinasi mesin penggiling merupakan salah satu faktor yang menentukan rendemen beras dan mutu beras giling selain faktor bahan baku gabah, varietas gabah, derajat kematangan dan cara penanganan awal (pre handling). Kombinasi

mesin penggilingan padi untuk penggilingan padi sederhana yang menggunakan

husker – polisher (H-P) menghasilkan rendemen rata-rata 55,71 % dengan mutu

beras kepala 74,25 % dan beras patah 14,99 %. Pada penggilingan padi dengan

kombinasi cleaner – husker – separator – polisher (C-H-S-P) menghasilkan rendemen rata-rata 59,69 % dengan mutu beras kepala 75,73 % dan beras patah 12,52 %. Pada penggilingan padi besar (PPB) yang menggunakan kombinasi dyer

– cleaner – husker – separator – polisher – grader (D-C-H-S-P-G) menghasilkan

rendemen rata-rata 61,48 % dengan mutu beras kepala 82,45 % dan beras patah 11,97 %, Hadiutomo (2006) dalam Hasbullah (2007).

Tabel 1. Jenis Penggilingan Padi di Indonesia (Tahun 2002)

Propinsi

Jenis Penggilingan Padi (Unit)

PPB PPK RMU PP

Engelberg

Huller Masya-rakat

Penyosoh

/Polisher Jumlah

Sumatera 1.291 5.047 12.318 391 1.842 1.614 22.503

Jawa 2.739 28.112 11.056 129 10.049 9.440 61.525

Bali & NT 353 632 2.818 3 235 525 4.566

Kalimantan 205 3.051 1.634 1.107 834 800 7.631

Sulawesi 423 2.022 10.155 878 361 284 14.123

Maluku &

Irian - 148 115 - - - 263

Indonesia (4.5%) 5.011 (35.3%) 39.012 (34.4%) 38.096 (2.3%) 2.508 (12.1%) 13.321 (11.4%) 12.663 110.611 (100%)

Sumber : Patiwiri (2004)

(49)

mencapai 20,42 %. Susut volume tersebut terjadi pada saat panen sebesar 9,5 %, proses perontokkan 4,8 %, pengeringan 2,1 %, penggilingan 2,2 %, penyimpanan 1,6 % dan pengangkutan 0,2 %. Menurut Ditjen PPHP (2008), susut volume pada penanganan panen dan pasca panen padi secara menyeluruh telah menurun menjadi sebesar 11,27%. Penyusutan tersebut terjadi pada saat panen sebesar 1,571 %, proses perontokkan 0,981 %, pengeringan 3,592 %, penggilingan 3,072 %, penyimpanan 1,68 % dan pengangkutan 0,38 %.

Menurut Malian (2004) dan Hasan (2008) kebijakan harga dasar gabah tidak akan efektif apabila tidak diikuti dengan kebijakan nonharga seperti jaminan ketersediaan pupuk, benih bermutu, irigasi, dan transportasi pascapanen. Bila faktor-faktor nonharga tersebut dipenuhi, komponen biaya produksi beras akan dapat ditekan dan akan berimbas pada harga di tingkat konsumen.

1.3 Perumusan Masalah Perberasan di Provinsi DKI Jakarta

Dari permasalahan perberasan nasional tersebut terdapat beberapa aspek penting yang perlu dikaji lebih lanjut khususnya yang berhubungan dengan masalah rantai pasokan beras di Provinsi DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta memiliki pasar induk perberasan bernama Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) yang dikelola oleh PT. Food Station Tjipinang Jaya (FSTJ). Pengelola PIBC yaitu FSTJ yang berada di bawah Pemda DKI Jakarta diharapkan dapat menjadi pihak yang dapat mengatur dan mengendalikan ketahanan pangan khususnya untuk komoditas beras di wilayah DKI Jakarta.

Untuk wilayah DKI Jakarta, masalah utama yang terkait dengan masalah perberasan adalah jumlah kebutuhan beras bagi penduduk DKI Jakarta yang sangat besar yang setiap saat harus tersedia dengan harga terjangkau namun tidak didukung langsung oleh produksi beras secara mandiri yang dapat mencukupi kebutuhan penduduknya. Untuk menjaga keberlangsungan dan keberlanjutan pasokan beras dengan harga yang terjangkau bagi penduduknya tersebut, maka terdapat beberapa aspek penting yang perlu dikaji. Adapun aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut

(50)

Pemda DKI Jakarta yang diwakili oleh pihak PIBC perlu mengelola pasokan beras baik yang masuk ke PIBC maupun pasokan beras yang ke luar dari PIBC khususnya ke lima wilayah di DKI Jakarta. Dalam hal tertentu ketika pasokan beras kurang pihak PIBC dapat meminta bantuan kepada pihak Badan Urusan Logistik (BULOG) DKI Jakarta untuk melakukan operasi pasar.

2. Aspek harga beras. Aspek harga beras merupakan aspek yang juga sangat penting dalam menentukan pengambilan keputusan pada berbagai institusi dalam rantai pasokan, khususnya di PIBC. Untuk itu pihak PIBC perlu mengantisipasi harga beras yang berfluktuasi guna menjaga harga yang dapat terjangkau sehingga kelangsungan pasokan beras kepada warga DKI Jakarta dapat terjaga. Dalam hal tertentu ketika harga beras meningkat tajam, pihak PIBC dapat meminta bantuan pihak BULOG DKI Jakarta untuk melakukan

operasi pasar.

3. Aspek pemilihan pemasok beras. Aspek pemilihan pemasok beras dari pihak petani maupun kelompok tani, merupakan aspek yang penting yang selalu dilakukan oleh para pelaku bisnis perberasan di PIBC dalam menjaga ketersediaan pasokan beras.

4. Aspek distribusi dan transportasi beras. Aspek distribusi dan transportasi yang terkait dengan rute pengiriman dan armada pengiriman dari PIBC ke pasar-pasar di wilayah DKI Jakarta dan kepada konsumen beras lainnya perlu mendapatkan perhatian dari para pelaku bisnis di PIBC. Aspek distribusi yang tidak mempertimbangkan rute terpendek pada suatu pengiriman dapat menimbulkan biaya transportasi yang tinggi, sedangkan proses pengiriman yang tidak memperhatikan jumlah armada yang sesuai dengan kapasitas angkut dapat menimbulkan pemborosan.

(51)

1.4Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan permasalahan perberasan di Provinsi DKI Jakarta tersebut, penelitian ini memiliki tujuan menghasilkan rancang bangun model

Gambar

Grafik Perbandingan Hasil Pengujian Dengan Data
Gambar 1. Pohon Industri Padi (Balitbang Deptan, 2005b) )
Tabel 2.  Produksi Beras Dunia Tahun 2005 – 2008 (000 ton)
Tabel 4. Perkembangan Impor Beras Dunia, Tahun 2005 – 2008 (000 ton)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengenalan diri yang baik berarti bahwa mahasiswa lebih memahami akan keberadaan diri mereka sendiri seperti misalnya : menyukai diri sendiri apa adanya, mengetahui

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis skripsi yang berjudul “KEPATUHAN SYARIAH AKAD MUDHARABAH DALAM

Berdasarkan hasil pengamatan secara keseluruhan, ketidakmampuan responden untuk mengerjakan task lebih cepat dikarenakan responden kesulitan mencari letak dari

Sebagai contoh Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, jumlah hitungan masa ‘iddah yaitu apabila perkawinan

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwaNilai-nilai pendidikan Islam di dalam kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa (Q.S Al-Kahfi: 60-82) adalah berupa nilai

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan induk ikan betok jantan dan betina dimedia air gambut pada pemijahan secara semi buatan yang dapat

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat ditarik kesimpulan bahwa Ikan Betutu yang tertangkap di Waduk Penjalin memiliki proporsi jantan dan betina 1:2

Setiap model pembelajaran selalu diharapkan menghasilkan dampak instruksional dan dampak pengiring. Dampak instruksional adalah hasil belajar yang dicapai dengan mengarahkan