• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kinerja Perusahaan Publik yang melakukan Akuisisi di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kinerja Perusahaan Publik yang melakukan Akuisisi di Indonesia"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

Daftar Sampel Perusahaan

NO Perusahaan Tanggal Akuisisi

1 Astra Internasional (ASII) 27 September 2010

2 Unilever Indonesia (UNVR) 06 Januari 2011

3 Citra Tobindo Tbk (CTBN) 04 Mei 2011

(2)

Lampiran 2

Perubahan Kinerja Keuangan Perusahaan Nama Perusahaan Rasio

Keuangan

Kinerja Keuangan 1 tahun sebelum

akuisisi

1 tahun sesudah akuisisi

2 tahun sesudah akuisisi PT Astra

Internasional Tbk (ASII)

ROI (%) 0,11 0,14 0,12

ROE (%) 0,25 0,28 0,25

DER (%) 1,00 1,02 1,03

TATO (%) 1,11 1,06 1,03

CR (%) 1,37 1,36 1,40

PT Unilever Indonesia Tbk

(UNVR)

ROI (%) 0,39 0,40 0,40

ROE (%) 0,84 1,22 1,26

DER (%) 1,15 2,02 2,14

TATO (%) 2,26 2,28 2,30

CR (%) 0,85 0,67 0,70

PT Citra Tubindo Tbk (CTBN)

ROI (%) 0,07 0,13 0,14

ROE (%) 0,16 0,24 0,25

DER (%) 1,43 0,88 0,82

TATO (%) 0,78 0,75 0,89

CR (%) 1,38 1,79 1,79

PT Charoen Pokphand Indonesia

Tbk (CPIN)

ROI (%) 0,34 0,22 0,16

ROE (%) 0,50 0,33 0,25

DER (%) 0,46 0,51 0,58

TATO (%) 2,31 1,73 1,63

(3)

Lampiran 3

Hasil Statistik Deskriptif Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ROI_1TahunSebelum 4 .07 .39 .2275 .16091

ROI_1TahunSesudah 4 .13 .40 .2225 .12500

ROE_1TahunSebelum 4 .16 .84 .4375 .30445

ROE_1TahunSesudah 4 .24 1.22 .5175 .46978

DER_1TahunSebelum 4 .46 1.43 1.0100 .40768 DER_1TahunSesudah 4 .51 2.02 1.1075 .64526 TATO_1TahunSebelum 4 .78 2.31 1.6150 .78556 TATO_1TahunSesudah 4 .75 2.28 1.4550 .68540

CR_1TahunSebelum 4 .85 2.93 1.6325 .89972

CR_1TahunSesudah 4 .67 3.31 1.7825 1.11796 Valid N (listwise) 4

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ROI_1TahunSebelum 4 .07 .39 .2275 .16091

ROI_2TahunSesudah 4 .12 .40 .2050 .13102

ROE_1TahunSebelum 4 .16 .84 .4375 .30445

ROE_2TahunSesudah 4 .25 1.26 .5025 .50500

DER_1TahunSebelum 4 .46 1.43 1.0100 .40768 DER_2TahunSesudah 4 .58 2.14 1.1425 .68995 TATO_1TahunSebelum 4 .78 2.31 1.6150 .78556 TATO_2TahunSesudah 4 .89 2.30 1.4625 .64402

CR_1TahunSebelum 4 .85 2.93 1.6325 .89972

(4)

Lampiran 4

Hasil Paired Sample t-test 1 tahun sebelum Akuisisi dan 1 tahun sesudah Akuisisi

Return on Investment Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 ROI_1TahunSebelum -

ROI_1TahunSesudah .00500 .07937 .03969 -.12130 .13130 .126 3 .908

Return on Equity Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 ROE_1TahunSebelum -

ROE_1TahunSesudah -.05250 .27023 .13512 -.48250 .37750 -.389 3 .724

Debt to Equity Ratio Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 DER_1TahunSebelum -

(5)

Total Asset Turn Over Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 TATO_1TahunSebelum -

TATO_1TahunSesudah .46500 .89049 .44524 -.95196 1.88196 1.044 3 .373

Current Ratio Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 CR_1TahunSebelum -

CR_1TahunSesudah .24500 .68325 .34163 -.84221 1.33221 .717 3 .525

Hasil Paired Sampel t-test 1 tahun sebelum Akuisisi dan 2 tahun sesudah Akuisisi

Return on Investment Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 ROI_1TahunSebelum -

(6)

Return on Equity Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 ROE_1TahunSebelum -

ROE_2TahunSesudah -.04250 .31245 .15622 -.53968 .45468 -.272 3 .803

Debt to Equity Ratio Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Pair 1 DER_1TahunSebelum -

DER_2TahunSesudah -.05000 .68000 .34000 -1.13203 1.03203 -.147 3 .892

Total Asset Turn Over Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 TATO_1TahunSebelum -

(7)

Current Ratio Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 CR_1TahunSebelum -

(8)

Daftar Pustaka

Buku

Brigham, Eugene dan Joel Houston. 2001. Fundamental of Financial Management (Manajemen Keuangan).Jilid 1. Erlangga, Jakarta.

Brigham, Eugene dan Joel Houston. 2004. Fundamental of Financial

Management(Dasar-dasar Manajemen Keuangan). Jilid 2. Edisi 10. Salemba Empat. Jakarta.

Dharmasetya dan Sulaimin, 2002. Merger dan Akuisisi Tinjauan dari Sudut Akuntansi dan Perpajakan. Gramedia, Jakarta.

Erlina, 2008. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manejemen, Edisi Kedua, USU Press, Medan.

Hanafi, Mamduh M, 2004. Manajemen Keuangan. Edisi 2004/2005. BPFE YOGYAKARTA. Yogyakarta.

Hitt, A Michael, 2002. Merger dan Akuisisi: Panduan Meraih Laba Bagi Para Pemegang Saham, Edisi 1, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Moin, Abdul, 2003. Merger, Akuisisi dan Disvestasi. Jilid 1, Ekonisia, Yogyakarta.

Pardede, Pontas M, 2011. Manajemen Strategik dan Kebijakan Perusahaan, Mitra Wacana Media, Jakarta

Sawir, Agnes, 2001. Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum.

Sinuraya, Murthada.1999. Teori Manajemen Keuangan (Edisi Revisi). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sjahrial, Dermawan, 2009. Manajemen Keuangan. Mitra Wacana Media, Jakarta Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta, Bandung.

(9)

Jurnal

Hamida dan Noviani, Manasye, 2013. Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi (Pada Perusahaan Pengakuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2006). Vol 4 Nomor 1.

Helga, Leo dan Salamun, 2006. Pengaruh Pengumuman Merger dan Akuisisi Terhadap Return Saham Pengakuisisi di Bursa Efek Jakarta Pada Tahun 2000-2002. Vol 1, Mei 2006.

Hendra Gunawan, Kadek dan Sukartha, I Made, 2013. Kinerja Pasar dan Kinerja Keuangan Sesudah Merger dan Akuisisi di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 5.2.

Meta Annisa, 2009. Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan

Perusahaan dan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2009.

Novaliza, Putri dan Djajanti, 2013. Analisis Pengaruh Merger dan Akuisisi Terhadap Kinerja Perusahaan Publik di Indonesia (periode 2004-2011). Jurnal Akuntansi dan Bisnis Volume 1 Nomor 1.

Nugroho, Muhammad 2010. Analisisi Perbandingan Kinerja Keuangan

Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi (Pada Perusahaan Pengakuisisi, Periode 2002-2003). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Payamta dan Setiawan, Doddy, 2004. Analisis Pengaruh Merger dan Akuisisi Terhadap Kinerja Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 7.

(10)

Usadha, I Putu A dan Yasa, Gerianta W. 2009. Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi di Bursa Efek Indonesia.

Wangi, Annisa M. Cempaka. 2010. Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2009. Skripsi yang dipublikasikan. Universitas Diponegoro, Semarang.

Widjanarko, Hendro. 2006. Merger, Akuisisi dan Kinerja Perusahaan Studi Atas Perusahaan Manufaktur Tahun 1998-2002. Utilitas, Volume 14 Nomor 1 (Januari), hal 34-49.

Web

(11)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomema yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena dalam penelitian ini dapat dilihat dari laporan keuangan yang telah ada dan dapat dinilai apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

1. Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet dengan mengakses situs

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2015 sampai dengan selesai.

3.3 Batasan Operasional

Peneliti dalam hal ini membatasi penelitian sebagai berikut:

(12)

2. Periode data penelitian yaitu satu tahun sebelum, satu tahun sesudah dan dua tahun sesudah akuisisi.

3. Kinerja keuangan yang dianalisis yaitu melalui rasio keuangan yang terdiri dari Return on Investment (ROI), Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Total Asset Turn Over (TATO), Current Ratio (CR).

4. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari situs

3.4 Defenisi Operasional Variabel 1. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk menggambarkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya (Syafri, 2008). Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Return on Investment (ROI)

(13)

ROI =Laba bersih setelah pajak Total Aktiva

b. Return on Equity (ROE)

Return on Equity (ROE) adalah rasio yang memperlihatkan

sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan (Sawir, 2001)

���= ���������ℎ������ℎ����� ������������

2. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila sekiranya perusahaan dilikuidasi (Sawir, 2001). Rasio solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat

menutupi hutang-hutang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai dari hutang (Sawir, 2001)

(14)

3. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa efektif manajemen perusahaan dalam mengelola dan memanfaatkan semua sumber daya yang ada padanya (Syafri, 2008). Rasio aktiviats yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total Assets Turn Over (TATO). Total Assets Turn Over merupakan rasio

yang mengukur tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu (Sawir, 2001).

���� = ��������� �����������

4. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemapuan perusahaan-perusahaan membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia (Syafri, 2008).

Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Current Ratio (CR). Current Ratio (CR) menunjukkan sejauh mana aktiva

lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. �� = ������������

(15)

Untuk lebih jelasnya masing-masing variabel penelitian secara operasional dapat didefenisikan sebagai berikut:

Tabel 3.1

Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

Variabel Defenisi Parameter

Return on Investment (ROI)

Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan

ROI

=

Laba bersih setelah pajak Total Aktiva

Return on Equity (ROE)

Rasio yang

memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan

ROE =

Laba bersih setelah pajak Total Ekuitas

Debt to Equity Ratio (DER)

(16)

3.5 Populasi dan Sampel

Menurut Erlina (2008:75) Populasi adalah sekelompok orang, kejadian, suatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dan yang merupakan populasi sasaran adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang melakukan akuisisi.

Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi (Erlina, 2008:75).

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut:

Total Asset Turn Over (TATO)

Rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa efektif

manajemen perusahaan dalam mengelola dan memanfaatkan semua sumber daya yang ada padanya

����

=

Penjualan Total Aktiva

Current Ratio (CR) Rasio yang

menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar

CR

=

(17)

1. Perusahaan publik yang termasuk industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan melakukan akuisisi pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2011.

2. Perusahaan manufaktur memiliki tanggal akuisisi yang jelas.

3. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan auditan secara lengkap selama satu tahun sebelum, satu tahun sesudah dan dua tahun sesudah akuisisi dengan periode berakhir per 31 Desember.

Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan diatas dari 130 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) diperoleh 5 perusahaan manufaktur yang melakukan akuisisi pada tahun 2010 - 2011 dan memiliki tanggal akuisisi yang jelas dan diperoleh 4 perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan auditan.

Perusahaan sampel yang memenuhi kriteria dapat disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3.2

Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang melakukan Akuisisi tahun 2010-2011

NO Perusahaan Tanggal Akuisisi

1 Astra Internasional (ASII) 27 September 2010

2 Unilever Indonesia (UNVR) 06 Januari 2011

3 Citra Tobindo Tbk (CTBN) 04 Mei 2011

(18)

3.6 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter). Data yang diperlukan dalam penelitian ini berasal dari publikasi Bursa Efek Indonesia.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Dalam penelitian ini, data diperoleh dengan cara meneliti dokumen-dokumen serta mengumpulkan data pendukung berupa literatur, jurnal, penelitian terdahulu, dan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang dapat dipergunakan sebagai landasan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Berkaitan dengan data-data yang digunakan dalam penelitian ini, data-data yang dibutuhkan yaitu data sekunder berupa laporan keuangan yang dipublikasikan Bursa Efek Indonesia (BEI).

3.8 Teknik Analisis Data 3.8.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, dan varian dengan prosedur sebagai berikut:

(19)

dan sesudah merger dan akuisisi ditinjau dari kinerja perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

2. Menentukan perbedaan mean (naik/turun) indikator keuangan perusahaan antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.

3.8.2 Uji Beda t-test

Penelitian ini menggunakan metode uji t-test sampel berpasangan (sample t-test) dengan menggunakan bantuan software SPSS. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji beda t-test sampel yaitu Paired Sample t-test. Uji beda t-test ini digunakan untuk analisis dengan melibatkan dua pengukuran pada subjek yang sama terhadap suatu pengaruh tertentu. Kriteria pengambilan keputusan untuk pengujian hipotesis adalah

(20)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan 1. PT Astra Internasional Tbk

PT Astra Internasional Tbk merupakan perusahaan perdagangan yang didirikan berdasarkan hukum dan peraturan undang-undang Republik Indonesia, berkedudukan di Jakarta dan beralamatkan di Jalan Gaya Motor Raya No 8 Sunter II Jakarta 14330. Astra berdiri sejak tanggal 20 Februari 1957 dan memperoleh status badan hukum berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI sejak tanggal 1 Juli 1957 Nomor: J.A.5/53/5. Anggaran Dasar terakhir Astra ialah sebagaimana diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI tanggal 17 Maret 2009 No 22 yang pemberitahuan perubahannya telah disimpan di dalam database Sisminbakum Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI berdasarkan Keputusan No AHU-56114.AH.01.02.Tahun 2008 tanggal 28 Agustus 2008.

(21)

2. PT Unilever Indonesia Tbk

PT. Unilever Indonesia Tbk adalah perusahaan yang bergerak di bidang personal and beauty care yang telah memasarkan produknya di Indonesia sejak 5 Desember 1993 dan mulai menjadi perusahaan terbuka pada tahun 1983. Unilever di Indonesia memiliki 2 divisi yaitu Home and Personal care (76%) dan Foods and Ice cream (24%). Unilever memiliki 14 kategori termasuk oral care, skin care, skin cleansing, hair care, deodorant, fabric cleaning, fabric conditioner, HHC, SCP, savoury, TBB, snack, NPV, dan ice cream. Unilever membentuk anak perusahaan di Indonesia dengan nama PT. Unilever Indonesia Tbk (“perseroan”) yang didirikan pada tanggal 5 Desember 1933 dengan nama Lever’s Zeepfabrieken N.V dengan akta No 23 Mr. A.H. Van Ophuijsen, notaris di Batavia disetujui oleh Gouverneur van Nederlandsch-Indie denga surat No 14 tanggal 16 Desember 1933 didaftarkan di Raad van Jstitie di Batavia dengan No 302 pada tanggal 22 Desember 1993 dan diumumkan dalam Javasche Courant tanggal 9 Januari 1934, Tambahan No 3.

(22)

Kegiatan usaha perseroan meliputi bidang produksi, pemasaran dan distribusi barang-barang konsumsi meliputi sabun, detergen, margarine, makanan berinti susu, es krim, produk-produk kosmetik, minuman dengan bahan pokok teh, dan minuman dengan sari buah.

3. PT Citra Tobindo Tbk

PT Citra Tobindo didirikan berdasarkan akta pendirian No. 01/CTSP/08, telah mendapatkan pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU-22038.AH.01.01 Tahun 2008, tertanggal 30 April 2008.

PT Citra Tobindo berkedudukan di Pekanbaru, provinsi Riau dan melakukan kegaiatan usaha dibidang pertambangan batu bara yang meliputi konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian bahan galian batu bara.

4. PT Charoen Pokphand Tbk

PT Charoen Pokphand Tbk merupakan perusahaan yang didirikan di Indonesia berdasarkan Akta Notaris Drs. Gde Ngurah Rai, S.H.. No. 33 tanggal 22 Desember 1972. Akta pendirian tersebut telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 20, Tambahan No. 147 tanggal 11 Maret 1975.

(23)

Bisnis utama PT Charoen Pokphand adalah pembibitan ayam pedaging atau disebut juga industri pembibitan Day Old Chick (DO) atau anak ayam umur sehari.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Kondisi Kinerja Keuangan

Berikut ini merupakan analisis kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi:

Tabel 4.1

ASII (PT Astra Internasional Tbk)

Indikator 1 Tahun sebelum Akuisisi

1 Tahun sesudah Akuisisi

2 Tahun sesudah Akuisisi

ROI 0,11 0,14 0,12

ROE 0,25 0,28 0,25

DER 1,00 1,02 1,03

TATO 1,11 1,06 1,03

CR 1,37 1,36 1,40

Sumber:

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa pada saat sebelum akuisisi nilai Return on Investment (ROI) perusahaan sebesar 0,11 sedangkan 1 tahun sesudah akuisisi

(24)

Return on Equity (ROE) sebelum akuisisi sebesar 0,25 sedangkan 1 tahun

sesudah akuisisi mengalami peningkatan menjadi sebesar 0,28 dan untuk 2 tahun sesudah akuisisi mengalami penurunan menjadi sebesar 0,25.

Debt to Equity (DER) sebelum akuisisi sebesar 1,00 sedangkan 1 tahun

sesudah akuisisi mengalami peningkatan menjadi sebesar 1,02 dan untuk 2 tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan menjadi sebesar 1,03.

Total asset turn over (TATO) sebelum akuisisi sebesar 1,11 sedangkan 1

tahun sesudah akuisisi mengalami penurunan menjadi sebesar 1,06 dan untuk 2 tahun sesudah akuisisi mengalami penurunan menjadi sebesar 1,03.

Current Ratio (CR) sebelum akuisisi sebesar 1,37 sedangkan 1 tahun

sesudah akuisisi mengalami penurunan menjadi sebesar 1,36 dan untuk 2 tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan menjadi sebesar 1,40.

Tabel 4.2

UNVR (PT Unilever Indonesia Tbk) Indikator 1 Tahun sebelum

Akuisisi

1 Tahun sesudah Akuisisi

2 Tahun sesudah Akuisisi

ROI 0,39 0,40 0,40

ROE 0,84 1,22 1,26

DER 1,15 2,02 2,14

TATO 2,26 2,28 2,30

CR 0,85 0,67 0,70

(25)

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pada saat sebelum akuisisi nilai Return on Investment (ROI) perusahaan sebesar 0,39 sedangkan 1 tahun sesudah akuisisi

mengalami peningkatan menjadi sebesar 0,40 dan untuk 2 tahun sesudah akuisisi tidak mengalami perubahan tetap menjadi sebesar 0,40.

Return on Equity (ROE) sebelum akuisisi sebesar 0,84 sedangkan 1 tahun

sesudah akuisisi mengalami peningkatan menjadi sebesar 1,22 dan untuk 2 tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan menjadi sebesar 1,26.

Debt to Equity (DER) sebelum akuisisi sebesar 1,15 sedangkan 1 tahun

sesudah akuisisi mengalami peningkatan menjadi sebesar 2,02 dan untuk 2 tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan menjadi sebesar 2,14.

Total asset turn over (TATO) sebelum akuisisi sebesar 2,26 sedangkan 1

tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan menjadi sebesar 2,28 dan untuk 2 tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan menjadi sebesar 2,30.

Current Ratio (CR) sebelum akuisisi sebesar 0,85 sedangkan 1 tahun sesudah

(26)

Tabel 4.3

CTBN (PT Citra Tubindo Tbk) Indikator 1 Tahun sebelum

Akuisisi

1 Tahun sesudah Akuisisi

2 Tahun sesudah Akuisisi

ROI 0,07 0,13 0,14

ROE 0,16 0,24 0,25

DER 1,43 0,88 0,82

TATO 0,78 0.75 0,89

CR 1,38 1,79 1,79

Sumber:

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada saat sebelum akuisisi nilai Return on Investment (ROI) perusahaan sebesar 0,07 sedangkan 1 tahun sesudah akuisisi

mengalami peningkatan menjadi sebesar 0,13 dan untuk 2 tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan menjadi sebesar 0,14.

Return on Equity (ROE) sebelum akuisisi sebesar 0,16 sedangkan 1 tahun

sesudah akuisisi mengalami peningkatan menjadi sebesar 0,24 dan untuk 2 tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan menjadi sebesar 0,25.

Debt to Equity (DER) sebelum akuisisi sebesar 1,43 sedangkan 1 tahun

sesudah akuisisi mengalami penurunan menjadi sebesar 0,88 dan untuk 2 tahun sesudah akuisisi mengalami penurunan menjadi sebesar 0,82.

Total asset turn over (TATO) sebelum akuisisi sebesar 0,78 sedangkan 1

(27)

Current Ratio (CR) sebelum akuisisi sebesar 1,38 sedangkan 1 tahun sesudah

akuisisi mengalami peningkatan menjadi sebesar 1,79 dan untuk 2 tahun sesudah akuisisi tidak mengalami perubahan tetap menjadi sebesar 1,79.

Tabel 4.4

CPIN (PT Charoen Pokphand Jaya Tbk) Indikator 1 Tahun sebelum

Akuisisi

1 Tahun sesudah Akuisisi

2 Tahun sesudah Akuisisi

ROI 0,34 0,22 0,16

ROE 0,50 0,33 0,25

DER 0,46 0,51 0,58

TATO 2,31 1,73 1,63

CR 2,93 3,31 3,79

Sumber:

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pada saat sebelum akuisisi nilai Return on Investment (ROI) perusahaan sebesar 0,34 sedangkan 1 tahun sesudah akuisisi

mengalami penurunan menjadi sebesar 0,22 dan untuk 2 tahun sesudah akuisisi mengalami penurunan menjadi sebesar 0,16.

Return on Equity (ROE) sebelum akuisisi sebesar 0,50 sedangkan 1 tahun

(28)

Debt to Equity (DER) sebelum akuisisi sebesar 0,46 sedangkan 1 tahun

sesudah akuisisi mengalami peningkatan menjadi sebesar 0,51 dan untuk 2 tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan menjadi sebesar 0,58.

Total asset turn over (TATO) sebelum akuisisi sebesar 2,31 sedangkan 1

tahun sesudah akuisisi mengalami penurunan menjadi sebesar 2,31 dan untuk 2 tahun sesudah akuisisi mengalami penurunan menjadi sebesar 1,63.

Current Ratio (CR) sebelum akuisisi sebesar 2,93 sedangkan 1 tahun sesudah

akuisisi mengalami peningkatan menjadi sebesar 3,31 dan untuk 2 tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan menjadi sebesar 3,79.

4.2.2 Analisis Deskriptif

(29)

1. Hasil Statistik Deskriptif 1 tahun sebelum akuisisi dan 1 tahun sesudah akuisisi

Tabel 4.5 Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ROI_1TahunSebelum 4 .07 .39 .2275 .16091

ROI_1TahunSesudah 4 .13 .40 .2225 .12500

ROE_1TahunSebelum 4 .16 .84 .4375 .30445

ROE_1TahunSesudah 4 .24 1.22 .5175 .46978

DER_1TahunSebelum 4 .46 1.43 1.0100 .40768 DER_1TahunSesudah 4 .51 2.02 1.1075 .64526 TATO_1TahunSebelum 4 .78 2.31 1.6150 .78556 TATO_1TahunSesudah 4 .75 2.28 1.4550 .68540

CR_1TahunSebelum 4 .85 2.93 1.6325 .89972

CR_1TahunSesudah 4 .67 3.31 1.7825 1.11796 Valid N (listwise) 4

Sumber: Output SPSS (data diolah, 2015)

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa Return on Invesment sebelum akuisisi memiliki nilai rata-rata 0,2275 dengan deviasi standar 0,16091 dan nilai minimum 0,07 serta nilai maksimum 0,39 sedangkan Return on Invesment 1 tahun sesudah akuisisi mengalami penurunan nilai rata-rata menjadi 0,2225 dengan deviasi standar 0,12500 dan nilai minimum 0,13 serta nilai maksimum 0,40.

Return on Equity (ROE) sebelum akuisisi memiliki nilai rata-rata sebesar

(30)

Debt to Equity Ratio (DER) sebelum akuisisi memiliki nilai rata-rata

sebesar 1,0100 dengan deviasi standar 0,40768 dan nilai minimum 0,46 serta nilai maksimum 1,43 sedangkan Debt to Equity Ratio (DER) 1 tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan nilai rata-rata menjadi 1,1075 dengan deviasi standar 0,64526 dan nilai minimum 0,51 serta nilai maksimum 2,02.

Total Asset Turn Over (TATO) sebelum akuisisi memiliki nilai rata-rata

sebesar 1,6150 dengan deviasi standar 0,78556 dan nilai minimum 0,78 serta nilai maksimum 2,31 sedangkan Total Asset Turn Over (TATO) 1 tahun sesudah akuisisi mengalami penurunan nilai rata-rata menjadi 1,4550 dengan deviasi standar 0,68540 dan nilai minimum 0,75 serta nilai maksimum 0,228.

Current Ratio (CR) sebelum akuisisi memiliki nilai rata-rata sebesar 1,6325

(31)
[image:31.595.112.506.169.435.2]

2. Hasil Statistik Deskriptif 1 tahun sebelum akuisisi dan 2 tahun sesudah Akuisisi

Tabel 4.6 Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ROI_1TahunSebelum 4 .07 .39 .2275 .16091

ROI_2TahunSesudah 4 .12 .40 .2050 .13102

ROE_1TahunSebelum 4 .16 .84 .4375 .30445

ROE_2TahunSesudah 4 .25 1.26 .5025 .50500

DER_1TahunSebelum 4 .46 1.43 1.0100 .40768 DER_2TahunSesudah 4 .58 2.14 1.1425 .68995 TATO_1TahunSebelum 4 .78 2.31 1.6150 .78556 TATO_2TahunSesudah 4 .89 2.30 1.4625 .64402

CR_1TahunSebelum 4 .85 2.93 1.6325 .89972

CR_2TahunSesudah 4 .70 3.79 1.9200 1.32572 Valid N (listwise) 4

Sumber: Output SPSS (data diolah, 2015)

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa Return on Invesment sebelum akuisisi memiliki nilai rata-rata 0,2275 dengan deviasi standar 0,16091 dan nilai minimum 0,07 serta nilai maksimum 0,39 sedangkan Return on Invesment 2 tahun sesudah akuisisi mengalami penurunan nilai rata-rata menjadi 0,2050 dengan deviasi standar 0,13102 dan nilai minimum 0,12 serta nilai maksimum 0,40.

Return on Equity (ROE) sebelum akuisisi memiliki nilai rata-rata sebesar

(32)

maksimum 0,84 sedangkan Retrun on Equity (ROE) 2 tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan nilai rata-rata menjadi 0,5025 dengan deviasi standar 0,50500 dan nilai minimum 0,25 serta nilai maksimum 1,26.

Debt to Equity Ratio (DER) sebelum akuisisi memiliki nilai rata-rata

sebesar 1,0100 dengan deviasi standar 0,40768 dan nilai minimum 0,46 serta nilai maksimum 1,43 sedangkan Debt to Equity Ratio (DER) 2 tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan nilai rata-rata menjadi 1,1425 dengan deviasi standar 0,68995 dan nilai minimum 0,58 serta nilai maksimum 2,14.

Total Asset Turn Over (TATO) sebelum akuisisi memiliki nilai rata-rata

sebesar 1,6150 dengan deviasi standar 0,78556 dan nilai minimum 0,78 serta nilai maksimum 2,31 sedangkan Total Asset Turn Over (TATO) 2 tahun sesudah akuisisi mengalami penurunan nilai rata-rata menjadi 1,4625 dengan deviasi standar 0,64402 dan nilai minimum 0,89 serta nilai maksimum 22,30.

Current Ratio (CR) sebelum akuisisi memiliki nilai rata-rata sebesar 1,6325

(33)

4.2.3 Uji Beda t-test

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji beda t-test sampel yaitu Paired Sample t-test. Uji beda t-test ini digunakan untuk analisis dengan melibatkan dua pengukuran pada subjek yang sama terhadap suatu pengaruh tertentu. Kriteria pengambilan keputusan untuk pengujian hipotesis adalah jika probabilitas atau Sig. > 0,05 maka hipotesis ditolak dan jika probabilitas atau Sig. < 0,05 maka hipotesis diterima.

[image:33.595.114.582.393.557.2]

1. Hasil Paired Sampel t-test 1 tahun sebelum akuisisi dan 1 tahun sesudah akuisisi

Tabel 4.7

Hasil Paired Sample t-test pada Return on Investment Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 ROI_1TahunSebelum -

ROI_1TahunSesudah .00500 .07937 .03969 -.12130 .13130 .126 3 .908

(34)

Tabel 4.8

Hasil Paired Sample t-test pada Return on Equity Paired Samples Test

Paired Differences

T df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 ROE_1TahunSebelum -

ROE_1TahunSesudah -.05250 .27023 .13512 -.48250 .37750 -.389 3 .724

Berdasarkan Uji Signifikansi pada Tabel 4.8 Return on Equity (ROE) menunjukkan sig. (2-tailed) 0,724 > tingkat kepercayaan yaitu 0,05. Dari pengujian tersebut disimpulkan bahwa secara signifikansi tidak ada perbedaan rata-rata Return on Equity (ROE) satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah akuisisi.

Tabel 4.9

Hasil Paired Sample t-test pada Debt to Equity Ratio Paired Samples Test

Paired Differences

T df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 DER_1TahunSebelum -

DER_1TahunSesudah -.05250 .59601 .29800 -1.00088 .89588 -.176 3 .871

(35)

Dari pengujian tersebut disimpulkan bahwa secara signifikansi tidak ada perbedaan rata-rata Debt to Equity Ratio (DER) satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah akuisisi.

Tabel 4.10

Hasil Paired Sample t-test pada Total Asset Turn Over Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 TATO_1TahunSebelum -

TATO_1TahunSesudah .46500 .89049 .44524 -.95196 1.88196 1.044 3 .373

Berdasarkan Uji Signifikansi pada Tabel 4.10 Total Asset Turn Over (TATO) menunjukkan sig. (2-tailed) 0,373 > tingkat kepercayaan yaitu 0,05.

Dari pengujian tersebut disimpulkan bahwa secara signifikansi tidak ada perbedaan rata-rata Total Asset Turn Over (TATO) satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah akuisisi.

Tabel 4.11

Hasil Paired Sample t-test pada Current Ratio Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 CR_1TahunSebelum -

(36)

Berdasarkan Uji Signifikansi pada Tabel 4.11 Current Ratio (CR) menunjukkan sig. (2-tailed) 0,525 > tingkat kepercayaan yaitu 0,05. Dari pengujian tersebut disimpulkan bahwa secara signifikansi tidak ada perbedaan rata-rata Current Ratio (CR) satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah akuisisi.

2. Hasil Paired Sampel t-test 1 tahun sebelum akuisisi dan 2 tahun sesudah akuisisi

Tabel 4.12

Hasil Paired Sample t-test pada Return on Investment Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 ROI_1TahunSebelum -

ROI_2TahunSesudah -.76500 1.47027 .73514 -3.10453 1.57453 -1.041 3 .375

[image:36.595.109.583.338.499.2]
(37)

Tabel 4.13

Hasil Paired Sample t-test pada Return on Equity Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 ROE_1TahunSebelum -

ROE_2TahunSesudah -.04250 .31245 .15622 -.53968 .45468 -.272 3 .803

Berdasarkan Uji Signifikansi pada Tabel 4.13 Return on Equity (ROE) menunjukkan sig. (2-tailed) 0,803 > tingkat kepercayaan yaitu 0,05. Dari pengujian tersebut disimpulkan bahwa secara signifikansi tidak ada perbedaan rata-rata Return on Equity satu tahun sebelum dengan dua tahun sesudah akuisisi.

Tabel 4.14

Hasil Paired Sample t-test pada Debt to Equity Ratio Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Pair 1 DER_1TahunSebelum -

DER_2TahunSesudah -.05000 .68000 .34000 -1.13203 1.03203 -.147 3 .892

(38)

Dari pengujian tersebut disimpulkan bahwa secara signifikansi tidak ada perbedaan rata-rata Debt to Equity Ratio (DER) satu tahun sebelum dengan dua tahun sesudah akuisisi.

Tabel 4.15

Hasil Paired Sample t-test pada Total Asset Turn Over Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 TATO_1TahunSebelum -

TATO_2TahunSesudah .41500 .88017 .44009 -.98555 1.81555 .943 3 .415

Berdasarkan Uji Signifikansi pada Tabel 4.15 Total Asset Turn Over (TATO) menunjukkan sig. (2-tailed) 0,415 > tingkat kepercayaan yaitu 0,05. Dari pengujian tersebut disimpulkan bahwa secara signifikansi tidak ada perbedaan rata-rata Total Asset Turn Over (TATO) satu tahun sebelum dengan dua tahun sesudah akuisisi.

Tabel 4.16

Hasil Paired Sample t-test pada Current Ratio Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 CR_1TahunSebelum -

(39)

Berdasarkan Uji Signifikansi pada Tabel 4.16 Current Ratio (CR) menunjukkan sig. (2-tailed) 0,542 > tingkat kepercayaan yaitu 0,05. Dari pengujian tersebut disimpulkan bahwa secara signifikansi tidak ada perbedaan rata-rata Current Ratio (CR) satu tahun sebelum dengan dua tahun sesudah akuisisi.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Faktor-faktor yang menyebabkan perusahaan melakukan Akusisi

1. Faktor-faktor yang menyebabkan PT Astra Internasional Tbk melakukan Akuisisi

PT Astra Internasional Tbk mengambilalih saham PT General Electric Service sebanyak 38.758 (Tiga Puluh Delapan Ribu Tujuh Ratus Lima Puluh Delapan) lembar saham dengan nilai total sebesar Rp. 1.957.084.878.427,- (Satu Triliun Sembilan Ratus Lima Puluh Tujuh Miliar Delapan Puluh Empat Juta Delapan Ratus Tujuh Puluh Delapan Ribu Empat Ratus Dua Puluh Tujuh Rupiah) atau 100% dari saham yang dimiliki oleh GE Capital Corporation, GE Capital Hongkong, dan GE Capital International Holdings. GE Service merupakan holding company yang memiliki 47% saham di PT Astra Sedaya Finance dan

(40)

Pengambilalihan yang dilakukan oleh Astra tidak mempengaruhi kondisi persaingan karena tidak ada kegiatan usaha yang sama antara PT Astra Internasional Tbk dan PT General Electric Service.

Pengambilalihan yang terjadi hanya berakibat pada meningkatnya pemilikan saham Astra pada PT Astra Sedaya Finance menjadi 100% baik secara langsung maupun tidak langsung.

Peningkatan pemilikan saham tersebut tidak mempengaruhi pengendalian terhadap PT Astra Sedaya Finance karena sebelum pengambilalihan terjadi pun Astra merupakan pengendali dari PT Astra Sedaya Finance.

Hal tersebut didukung oleh motif akuisisi yaitu motif ekonomi menurut Nugroho (2010) yang berkaitan dengan tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Akuisisi dimaksudkan untuk meningkatkan kepemilikan saham dan juga meningkatkan kemakmuran pemegang saham tersebut.

2. Faktor-faktor yang menyebabkan PT Unilever Indonesia Tbk melakukan Akuisisi

(41)

Alasan utama terjadinya pengambilalihan Sara Lee oleh Unilever dikarenakan Sara Lee bermaksud untuk memfokuskan kegiatan usahanya di bidang makanan dan minuman.

Pengambilalihan Sara Lee oleh Unilever bukan berdasarkan alasan kepailitan dan Sara Lee tidak sedang dalam posisi pailit sebagai perusahaan. Alasan lainnya adalah untuk menghindari terhentinya Badan Usaha tersebut untuk beroperasi di pasar / industri.

Hal tersebut didukung oleh salah satu teori tentang alasan melakukan akuisisi menurut Sinuraya (1999) yaitu untuk bisa beroperasi dengan lebih ekonomis dan memperoleh manajemen yang lebih baik.

Akuisisi dimaksudkan untuk memfokuskan kegiatan usaha sehingga usaha tersebut dapat terus beroperasi lebih baik di pasar / industri.

3. Faktor-faktor yang menyebabkan PT Citra Tubindo Tbk melakukan Akuisisi

(42)

PT Citra Tubindo merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha pertambangan batubara yang memiliki IUP (Ijin Usaha Pertambangan) Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi di wilayah Sarolangun – Jambi.

Namun dikarenakan tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan pengangkutan dan penjualan sehingga saham yang ditempatkan di PT Citra Tubindo dijual kepada PT Indonesia Coal Resources.

Hal tersebut didukung oleh motif akuisisi yaitu motif sinergi menurut Nugroho (2010) yang dimana sinergi dihasilkan melalui akuisisi secara simultan dari kekuatan perusahaan yang melakukan akuisisi sehingga gabungan aktivitas tersebut menghasilkan efek yang lebih besar dibandingkan dengan penjumlahan aktifitas-aktifitas perusahaan jika bekerja sendiri.

Akuisisi dimaksudkan untuk menjadikan perusahaan lebih produktif dan dapat memasarkan produknya hingga mencapai kapasitas penuh.

4. Faktor-faktor yang menyebabkan PT Charoen Pokphand Tbk melakukan Akuisisi

(43)

Pokphand melakukan akuisisi adalah untuk menyelamatkan PT Cipendawa Agriindustri, merevitalisasi kembali PT Cipendawa Agriindustri karena tidak lagi beroperasi secara maksimal dan manajemennya tidak berjalan secara efisien.

PT Cipendawa tidak lagi fokus pada bisnis peternakan dan (sejak tahun 2008) tidak lagi melakukan kegiatan operasional karena lebih berfokus pada industri batubara, dan menjadikan PT Cipendawa Agriindustri anak perusahaan PT Charoen Pokphand yang memproduksi DOC (Day Old Chick)

Hal tersebut didukung oleh teori tentang alasan melakukan akuisisi menurut Pardede (2011) yaitu untuk memperbesar ukuran perusahaan dengan menjadikan PT Cipendawa Agriindustri anak perusahaan PT Charoen Pokphand.

Akuisisi dimaksudkan untuk mempertahankan posisi PT Cipendawa dengan menjadikannya anak perusahaan dari PT Charoen Pokphand dan merevitalisasi kembali sehingga dapat beroperasi secara maksimal.

.3.2 Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan perusahaan melakukan Akuisisi

1. Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan PT Astra Internasional Tbk melakukan Akuisisi

(44)

saham Astra pada PT Astra Sedaya Finance menjadi 100% baik secara langsung maupun tidak langsung.

Hal tersebut didukung oleh teori tentang alasan melakukan akuisisi menurut Pardede (2011) yaitu untuk memperbesar ukuran perusahaan yang dimana salah satu ukurannya adalah jumlah harta yang dimiliki semakin besar.

Akuisisi akan menjadikan kondisi keuangan perusahaan lebih mapan dalam hal ini adanya peningkatan aset atau sejenisnya.

2. Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan PT Unilever Indonesia Tbk melakukan Akuisisi

Faktor yang menentukan keberhasilan PT Unilever Indonesia Tbk melakukan akuisisi yaitu karena akuisisi dilakukan dengan perusahaan target yang dalam keadaan baik sesuai dengan Pendapat Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor A0310 tentang pengambilalihan (Akuisisi) PT Sara Lee Body Care Indonesia oleh Unilever Indonesia yang dimana alasan pengambilalihan Sara Lee oleh Unilever bukan berdasarkan alasan kepailitan dan Sara Lee tidak sedang dalam posisi pailit sebagai perusahaan.

(45)

3. Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan PT Citra Tubindo Tbk melakukan Akuisisi

Faktor yang menentukan keberhasilan PT Citra Tubindo Tbk melakukan akuisisi yaitu sinergi yang dihasilkan oleh PT Citra Tubindo yang dimana dengan adanya pengambilalihan memperlancar proses distribusi bahan galian batubara kepada konsumen.

Hal tersebut didukung oleh teori Nugroho (2010) yaitu sinergi yang timbul dari aktivitas akuisisi yang dimana sinergi tersebut bersumber dari penghematan operasi yang dihasilkan dari skala ekonomis dalam manajemen, pemasaran, produksi atau distribusi.

4. Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan PT Charoen Pokphand Jaya Tbk melakukan Akuisisi

Faktor yang menentukan keberhasilan PT Charoen Pokphand Jaya Tbk melakukan akuisisi yaitu dimana pengambilalihan yang terjadi mengakibatkan PT Charoen Pokphand Jaya Tbk semakin besar dikarenakan PT Charoen Pokphand Jaya Tbk menjadikan PT Cipendawa Agriindustri anak perusahaannya.

Hal tersebut didukung oleh teori tentang alasan melakukan akuisisi menurut Pardede (2011) yaitu untuk memperbesar ukuran perusahaan yang dimana salah satu ukurannya adalah jumlah harta yang dimiliki semakin besar.

(46)

4.3.3 Perbedaan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur sebelum dan sesudah Akuisisi

Dengan menggunakan uji Paired Sample t-test dengan tingkat signifikansi 5% menunjukkan bahwa seluruh rasio keuangan satu tahun sebelum akuisisi yang digunakan dalam penelitian ini tidak mengalami perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan satu tahun dan dua tahun sesudah dilakukannnya akuisisi.

Hasil yang diperoleh dari setiap rasio adalah sebagai berikut:

1. Return on Investment 1 tahun sebelum akuisisi dan 1 tahun sesudah akuisisi dengan hasil sig. (2-tailed) 0,908 > 0,05 menunjukkan bahwa secara signifikansi tidak ada perbedaan rata-rata Return on Investment 1 tahun sebelum akuisisi dan 1 tahun sesudah akuisisi. Dan rasio Return on Investment 1 tahun sebelum akuisisi dan 2 tahun sesudah akuisisi dengan hasil sig. (2-tailed) 0,375 > 0,05 menunjukkan bahwa secara signifikansi tidak ada perbedaan rata-rata Return on Investment 1 tahun sebelum akuisisi dan 2 tahun sesudah akuisisi.

(47)

3. Debt to Equity Ratio 1 tahun sebelum akuisisi dan 1 tahun sesudah akuisisi dengan hasil sig. (2-tailed) 0,871 > 0,05 menunjukkan bahwa secara signifikansi tidak ada perbedaan rata-rata Debt to Equity Ratio 1 tahun sebelum akuisisi dan 1 tahun sesudah akuisisi. Dan rasio Debt to Equity Ratio 1 tahun sebelum akuisisi dan 2 tahun sesudah akuisisi dengan hasil sig. (2-tailed) 0,892 > 0,05 menunjukkan bahwa secara signifikansi tidak ada perbedaan rata-rata Debt to Equity Ratio 1 tahun sebelum akuisisi dan 2 tahun sesudah akuisisi.

4. Total Asset Turn Over 1 tahun sebelum akuisisi dan 1 tahun sesudah akuisisi dengan hasil sig. (2-tailed) 0,373 > 0,05 menunjukkan bahwa secara signifikansi tidak ada perbedaan rata-rata Total Asset Turn Over 1 tahun sebelum akuisisi dan 1 tahun sesudah akuisisi. Dan rasio Total Asset Turn Over 1 tahun sebelum akuisisi dan 2 tahun sesudah akuisisi dengan hasil sig. (2-tailed) 0,415 > 0,05 menunjukkan bahwa secara signifikansi tidak ada perbedaan rata-rata Total Asset Turn Over 1 tahun sebelum akuisisi dan 2 tahun sesudah akuisisi.

(48)

Dan rasio Current Ratio 1 tahun sebelum akuisisi dan 2 tahun sesudah akuisisi dengan hasil sig. (2-tailed) 0,542 > 0,05 menunjukkan bahwa secara signifikansi tidak ada perbedaan rata-rata Current Ratio 1 tahun sebelum akuisisi dan 2 tahun sesudah akuisisi.

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio-rasio Return on Investment, Return on Equity, Debt to Equity Ratio, Total Asset Turn Over, dan Current Ratio sebelum

dan sesudah akuisisi.

(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dari rumusan masalah maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor yang menyebabkan perusahaan manufaktur melakukan akuisisi adalah untuk menyelamatkan perusahaan yang mengalami kesulitan baik dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan, menghindari kebangkrutan atau terhentinya perusahaan tersebut beroperasi di pasar / industri, menjadikan perusahaan lebih produktif, dan dapat memasarkan produknya hingga mencapai kapasitas penuh. Maka aktivitas akuisisi dilakukan untuk menyelamatkan perusahaan. 2. Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan perusahaan manufaktur

(50)

3. Dengan menggunakan uji Paired Sample t-test dengan tingkat signifikansi 5% menunjukkan bahwa seluruh rasio yang digunakan dalam penelitian ini tidak mengalami perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan sebelum dengan sesudah akuisisi pada perusahaan manufaktur dan menolak hipotesis yang diajukan sebelumnya. Hal ini diduga karena akuisisi tidak menimbulkan sinergi bagi perusahaan yang kemungkinan disebabkan lemahnya strategi yang dilakukan, pemilihan perusahaan target yang kurang tepat, perusahaan yang kurang pengalaman dalam melakukan akuisisi dan adanya faktor non ekonomis yaitu untuk menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti memberikan saran baik bagi peneliti selanjutnya, manajemen perusahaan dan investor.

1. Bagi peneliti selanjutnya

(51)

2. Bagi manajemen perusahaan

Sebelum melakukan akuisisi sebaiknya mempertimbangkan secara matang dalam mengambil keputusan akuisisi dengan memilih secara tepat perusahaan yang akan dijadikan target akuisisi. Faktor lain yang perlu dipertimbangkan yaitu kondisi perusahaan, baik dari faktor manajemen maupun finansial perusahaan dan kondisi ekonomi nasional.

3. Bagi investor

(52)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Pengambilalihan Usaha

(53)

2.1.2 Akuisisi

Akuisisi adalah suatu pengambilalihan usaha dimana salah satu perusahaannya yaitu pengakuisisi memperoleh kendala atas aset dan operasi perusahaan yang diakuisisi (Dharmasetya dan Sulaimin, 2002:15).

Biasanya perusahaan pengakuisisi memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan terakuisisi. Melalui akuisisi perusahaan dapat menjadikan perusahaan targetnya sebagai anak perusahaannya, jadi dengan kata lain perusahaan baik pengakuisisi ataupun perusahaan target tetap berdiri semua.

Banyak alasan perusahaan melakukan akusisi. Menurut Brigham dan Houston (2001:377) dasar pemikiran untuk akuisisi adalah untuk mendapatkan sinergi, pertimbangan pajak, pembelian aktiva, diversifikasi, dan insentif pribadi manajer. Akuisisi merupakan strategi eksternal yang digunakan perusahaan dalam meningkatkan nilai (value) perusahaan. Keberhasilan strategi akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan sangat bergantung atas kinerja yang dilakukan oleh pihak manajemen dalam melaksankan strategi tersebut serta optimalisasi sumber.

Sebelum Akuisisi Sesudah Akuisisi

Pengendalian

Sumber: Moin (2003)

Gambar 2.1 Skema Akuisisi

PT. A PT. A

(54)

Menurut Dharmasetya dan Sulaimin (2002:11) ada beberapa jenis akusisi, yaitu: 1. Akuisisi Horisontal

Akuisisi horisontal adalah akusisi perusahaan sejenis, yaitu perusahaan pembeli membeli perusahaan lain yang usahanya sejenis. Biasanya akuisisi seperti ini dilakukan karena ingin memperbesar pangsa pasar perusahaan.

2. Akuisisi Vertikal

Akuisisi vertikal adalah akusisi yang dimana perusahaan membeli perusahaan lain yang bukan sejenis, tetapi perusahaan yang dibeli akan membantu perusahaan untuk proses produksinya.

3. Akuisisi Konglomerasi

Akuisisi konglomerasi adalah akuisisi yang dimana perusahaan membeli perusahaan lain yang tidak ada hubungannya satu sama lain. Dalam hal ini perusahaan pembeli sudah kelebihan dana dan ingin membuat konglomerasi perusahaan.

Klasifiaksi berdasarkan objek yang diakuisisi yaitu: 1. Akuisisi Saham

(55)

Karena perusahaan didirikan atas saham-saham, maka akuisisi terjadi ketika pemilik saham menjual saham-saham mereka kepada pembeli/pengakuisisi. Akuisisi saham merupakan salah satu bentuk akuisisi yang paling umum ditemui dalam hampir setiap kegiatan akuisisi. Akuisi tersebut dapat dilakukan dengan cara membeli seluruh atau sebagian saham-saham yang telah dikeluarkan oleh perseroan maupun dengan atau tanpa melakukan penyetoran atas sebagian maupun seluruh saham yang belum dan akan dikeluarkan perseroan yang mengakibatkan penguasaan mayoritas atas saham perseroan oleh perusahaan yang melakukan akuisisi tersebut, yang akan membawa ke arah penguasaan manajemen dan jalannya perseroan.

2. Akuisisi Aset

Apabila sebuah perusahaan bermaksud memiliki perusahaan lain maka dapat membeli sebagian atau seluruh aktiva atau aset perusahaan lain tersebut. Jika pembelian tersebut hanya sebagian dari aktiva perusahaan maka hal ini dinamakan akuisisi parsial. Akuisisi aset secara sederhana dapat dikatakan merupakan:

(56)

Dalam hal ini segala formalitas yang harus dipenuhi untuk suatu jual beli harus diberlakukan, termasuk jual beli atas hak atas tanah yang harus dilakukan dihadapan pejabat pembuatan akta tanah.

b. Perjanjian tukar menukar antara aset yang diakuisisi dengan suatu kebendaan lain milik dan pihak yang melakukan akuisisi, jika akuisisi tidak dilakukan dengan cara tunai. Dan jika kebendaan yang dipertukarkan dengan aset merupakan saham, maka akuisisi tersebut dikenal dengan nama assets for share exchange, dengan akibat hukum bahwa perseroan yang diakuisisi tersebut menjadi pemegang saham dan perseroan yang diakuisisi.

2.1.3 Motif Akuisisi

(57)

1. Motif Ekonomi

Jika ditinjau dari perspektif manajemen keuangan, esensi dari tujuan perusahaan adalah seberapa besar perusahaan mampu menciptakan nilai bagi perusahaan dan bagi pemegang saham. Akuisisi memiliki motif ekonomi yang tujuan jangka panjangnya adalah mencapai peningkatan nilai tersebut. Oleh karena itu seluruh aktivitas dan keputusan yang diambil oleh perusahaan harus diarahkan mencapai tujuan ini.

Disamping itu dalam motif ekonomi akuisisi yang lain meliputi: a. Mengurangi waktu, biaya dan resiko kegagalan memasuki

pasar baru.

b. Mengakses reputasi teknologi, produk, dan merk dagang. c. Memperoleh sumber daya manusia yang profesional. d. Membangun kekuatan pasar.

e. Memperluas pangsa pasar. f. Mengurangi persaingan. g. Mempercepat pertumbuhan.

h. Menstabilkan cash flow dan keuntungan. 2. Motif Sinergi

(58)

Sinergi dihasilkan melalui kombinasi aktivitas secara simultan dari kekuatan perusahaan-perusahaan yang bergabung sedemikian rupa sehingga gabungan aktivitas tersebut menghasilkan efek yang lebih besar dibandingkan dengan penjumlahan aktifitas-aktifitas perusahaan jika mereka bekerja sendiri.

Pengaruh sinergi bisa timbul dari empat sumber (Nugroho, 2010) yaitu:

a. Penghematan operasi, yang dihasilkan dari skala ekonomis dalam manajemen, pemasaran, produksi atau distribusi. b. Penghematan keuangan, yang meliputi biaya transaksi yang

lebih rendah dan evaluasi yang lebih baik oleh para analisis sekuritas.

c. Perbedaan efesiensi, yang berarti manajemen salah satu perusahaan lebih efisien dan aktiva perusahaan yang lemah akan lebih produktif setelah akuisisi.

d. Peningkatan penguasaan pasar akibat berkurangnya persaingan.

Bentuk-bentuk sinergi disajikan berikut ini: a. Sinergi Operasi

(59)

perusahaan. Dengan adanya akuisisi maka diharapkan perusahaan dapat memasarkan produknya hingga mencapai kapasitas penuh. Hal itu terjadi karena pemanfaatan kapasitas produksi yang semula masih menganggur atau dibawah kapasitas optimalnya akan dapat dioptimalkan untuk mendukung permintaan pasar.

b. Sinergi Financial

(60)

Perusahaan yang memiliki kepercayaan dari publik seperti itu memiliki risiko kebangkrutan yang lebih kecil daripada yang tidak memiliki kepercayaan publik.

c. Sinergi Manajerial

Sinergi manajerial (managerial synergy) dihasilkan ketika terjadi transfer kapabilitas manajerial dan skill dari perusahaan yang satu ke perusahaan lain. Manajemen yang seperti ini mampu bersinergi dalam mengambil keputusan strategik. Perusahaan yang belum memiliki manajerial yang bagus perlu pembelajaran internal melalui akuisisi dengan perusahaan lain apabila ingin memiliki keunggulan manajerial.

d. Sinergi Teknologi

Sinergi teknologi bisa dicapai dengan memadukan keunggulan teknik sehingga saling memetik manfaat. Sinergi teknologi dapat terjadi misalnya pada departemen riset dan pengembangan, departemen desain dan engineering, proses manufacturing dan teknologi informasi.

e. Sinergi Pemasaran

(61)

3. Motif Diversifikasi

Diversifikasi adalah strategi pemberagaman bisnis yang bisa dilakukan melalui akuisisi. Diversifikasi dimaksud untuk mendukung aktivitas bisnis dan operasi perusahaan untuk mengamankan posisi bersaing. Akan tetapi jika melakukan diversifikasi yang semakin jauh dari bisnis semula, maka perusahaan tidak lagi berada pada koridor yang mendukung kompetensi inti. 4. Motif Non Ekonomi

Aktivitas akuisisi terkadang dilakukan bukan untuk kepentingan ekonomi saja tetapi juga untuk kepentingan yang bersifat non ekonomi seperti prestise dan ambisi. Motif non ekonomi bisa berasal dari manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan.

Bentuk-bentuk motif non ekonomi yaitu sebagai berikut: a. Motif Hubris Hipotesis

(62)

Dalam hubris hipotesis menerangkan alasan mengapa manajer bersedia membayar premium yang sangat tinggi terhadap perusahaan target. Hal ini disebabkan oleh kepercayaan diri yang berlebihan terhadap prospek perusahaan yang diakuisisi.

b. Ambisi Pemilik

Adanya ambisi dari pemilik perusahaan untuk menguasai berbagai sektor bisnis. Menjadikan aktivitas akuisisi sebagai strategi perusahaan untuk menguasai perusahaan-perusahaan yang ada untuk membangun kerajaan bisnis. Hal ini biasanya terjadi dimana pemilik perusahaan memiliki kendali dalam pengambilan keputusan perusahaan.

2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Akuisisi

Alasan perusahaan melakukan akuisisi adalah ada manfaat lebih yang diperoleh dari akuisisi dan adanya keinginan perusahaan untuk mendapatkan nilai tambah bagi perusahaan atas keputusan tersebut.

Moin (2003) menjelaskan kelebihan akuisisi sebagai berikut:

(63)

2. Memperoleh kemudahan dana/pembiayaan karena kreditor lebih percaya dengan perusahaan yang telah berdiri dan mapan. Pengambilalihan usaha (akuisisi) akan menjadikan kondisi keuangan perusahaan lebih mapan dalam hal ini adanya peningkatan aset atau sejenisnya.

3. Memperoleh karyawan yang telah berpengalaman. Keputusan akuisisi yang dilakukan akan menghasilkan karyawan-karyawan yang berpengalaman, dimana karyawan tersebut dapat berasal dari perusahaan bidder, target, maupun perekrutan karyawan baru yang berpengalaman.

4. Mendapatkan pelanggan yang telah ada tanpa harus merintis dari awal. Keputusan akuisisi akan menyebabkan perusahaan bidder memperoleh pasar yang sebelumnya dikuasai oleh perusahaan target, sehingga secara tidak langsung juga akan menguasai pelanggan yang telah ada.

5. Memperoleh sistem operasional dan administratif yang mapan. Sistem operasional dan administratif dapat dimiliki dengan pelaksanaan akuisisi yang efektif.

(64)

7. Menghemat waktu untuk memasuki bisnis yang baru. Perusahaan akan lebih mudah dalam menguasai pasar, karena pelaksanaan akuisisi hanya memerlukan waktu yang relatif singkat.

8. Memperoleh infrastruktur untuk mencapai pertumbuhan yang lebih cepat. Infrastruktur dalam hal ini dapat berupa gedung, gudang, tanah, dan lain-lain dari perusahaan target.

Selain kelebihan tersebut, akuisisi juga memiliki kelemahan yaitu sebagai berikut (Moin, 2003):

1. Proses integrasi yang tidak mudah. Walaupun pelaksanaan akuisisi memerlukan waktu yang relatif singkat, namun integrasi dalam pelaksanaan hal tersebut cukup sulit, karena diperlukan koordinasi dari pihak-pihak yang berkaitan dengan hal tersebut.

2. Kesulitan menentukan nilai perusahaan target secara akurat. Penentuan nilai perusahaan target akan menjadi salah satu penyebab gagalnya akuisisi itu sendiri. Salah satu penyebabnya adalah adanya kecenderungan perusahaan target tidak menampilkan/terbuka terhadap semua informasi (finansial maupun non financial) yang dimiliki.

3. Biaya konsultan yang mahal.

(65)

serta adanya perizinan yang sulit juga akan semakin menghambat pelaksanaan akusisi.

5. Biaya koordinasi yang mahal.

6. Seringkali menurunkan moral organisasi.

7. Tidak menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham. Hal ini berkaitan dengan adanya agency problem, dimana manager melakukan keputusan akuisisi yang tidak optimal, dalam artian keputusan tersebut dilakukan hanya untuk mencapai tujuan individu.

2. 2.1.5 Alasan-alasan Melakukan Akuisisi

Pada dasarnya pengambilalihan perusahaan dilakukan dengan satu alasan yaitu untuk mendapatkan sinergi. Pengambilaliahan perusahaan akan menghasilkan sinergi hanya apabila perusahaan-perusahaan yang diambilalih masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan pada bidang yang tidak sama (Pardede, 2011:603).

Alasan perusahaan melakukan pengambilalihan yaitu sebagai berikut: 1. Memperbesar ukuran perusahaan

(66)

2. Meningkatkan kedudukan persaingan

Salah satu cara meningkatkan kedudukan perusahaan dalam persaingan adalah mengurangi jumlah pesaingnya di pasar. Pesaing dapat dibuat menjadi bukan pesaing dengan cara mengambilalihnya. Dengan pengambialihan, siasat yang sebelumnya diberlakukan oleh perusahaan saingan akan menjadi siasat bersama atau akan menjadi siasat tambahan bagi perusahaan yang mengambilalih. Kemudian siasat yang sebelumnya digunakan oleh perusahaan saingan untuk memerangi perusahaan, dengan sendirinya dapat dihapuskan.

3. Memperluas pangsa pasar

Pangsa pasar yang dikuasai oleh suatu perusahaan dapat diperluas dengan cara merebut pangsa pasar pesaing. Hal ini benar terutama apabila pasar yang dilayani saat ini sudah tidak mungkin lagi diperluas sehingga peningkatan pangsa pasar satu perusahaan akan berarti pengurangan pangsa pasar perusahaan lain. Dengan cara mengambilalih perusahaan pesaing maka pangsa pasar pesaing akan menjadi tambahan kepada pangsa pasar perusahaan.

4. Memperoleh manfaat sinergik

(67)

pegawai yang selama ini menggunakan hanya sebagian jam kerjanya, serta penurunan biaya tetap setiap satuan barang karena akan terdapat lebih banyak barang yang akan menanggung biaya tetap keseluruhan.

2.1.6 Tujuan melakukan Akuisisi

Tujuan umum perusahaan melakukan akusisi dengan perusahaan lain untuk meningkatkan pasar dan nilai tambah melalui upaya penciptaan efisiensi yang lebih baik, meningkatkan sinergi operasional, sinergi keuangan. Selain itu masih terdapat bermacam-macam tujuan yang dapat dicapai dalam pengambilalihan usaha yaitu:

1. Menghindari kebangkrutan

2. Meningkatkan efisiensi manajemen 3. Penghematan biaya

4. Kekuatan monopoli

2.1.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Akuisisi

Keberhasilan atau kegagalan suatu akuisisi sangat bergantung pada ketepatan analisis dan penelitian yang meyeluruh terhadap faktor-faktor penyelaras antara perusahaan yang akan diambilalih.

Faktor-faktor yang dianggap memberi kontribusi terhadap keberhasilan akuisisi yaitu (Hitt:2002):

(68)

2. Perusahaan target dalam keadaan baik. 3. Memiliki pengalaman akuisisi sebelumnya. 4. Perusahaan target relatif kecil.

5. Melakukan akuisisi yang bersahabat.

Menurut M. Hanafi (2004) ada beberapa faktor-faktor penyebab kegagalan akuisisi yaitu:

1. Membayar terlalu mahal. Membayar terlalu mahal akan meningkatkan biaya sehingga menjadi melebihi manfaat akuisisi. 2. Manajemen akuisisi yang kurang baik. Manajemen

post-akuisisi yang kurang baik akan menyebabkan proses peralihan menjadi tidak lancar dan akan meninggalkan potensi kegagalan. 3. Terlalu optimis dengan pasar.

4. Tidak memperhatikan potensi problem 5. Overbidding.

2.1.8 Langkah-langkah Akuisisi

Dalam proses melakukan akuisisi terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan oleh perusahaan sebelum maupun setelah akuisisi terjadi.

Dimana proses akuisisi harus melalui tahapan sebagai berikut, yaitu: 1. Ijin dari pemegang saham antara kedua perusahaan.

(69)

3. Melakukan pembelian saham yang ada ditangan publik, baik investor minoritas maupun individu.

4. Kewajiban atau hutang dari perusahaan target secara otomatis menjadi kewajiban perusahaan yang mengambil alih.

5. Peleburan sistem manajemen ke dalam manajemen baru perusahaan yang mengambil alih.

6. Proses perijinan mungkin akan lebih kompleks bila kedua perusahaan tersebut merupakan perusahaan publik.

7. Dana yang dibutuhkan akan semakin besar jumlahnya karena pembelian saham akan bersifat pelelangan dengan tendering.

2.1.9 Strategi dan Taktik Akuisisi

Jika suatu perusahaan ingin akuisisi dengan perusahan lain, maka akan melakukan langkah-langkah ofensif. Sebaliknya jika perusahaan yang diincar (target) tidak mau dibeli maka perusahaan tersebut akan mempertahankan dari serangan tersebut maka ini merupakan langkah-langkah defensif (M. Hanafi, 2004)

1. Strategi dan taktik ofensif

(70)

Dana pinjaman tersebut digunakan untuk membeli perusahaan target. Setelah terjadi akuisisi, perusahaan gabungan akan mempunyai utang yang tinggi dengan kewajiban bunga yang tinggi. Utang yang tinggi tersebut mempunyai efek perilaku dan ekonomis. Efek ekonomis yang diperoleh adalah penghematan pajak yang tinggi.

2. Strategi dan Taktik defensif

Strategi untuk mempertahankan perusahaan dari ancaman akuisisi banyak dan bervariasi. Strategi tersebut bisa dikelompokkan sebagai strategi pencegahan dan perlawanan. Secara umum strategi pencegahan bertujuan menjadikan perusahaan target menjadi tidak menarik untuk diambilalih oleh perusahaan lain.

Ketidakmenarikan tersebut bisa dilakukan dengan beberapa cara: a. Menjadi perusahaan yang baik. Perusahaan yang baik akan

mendorong harga saham menjadi lebih tinggi sehingga menjadi terlalu mahal bagi perusahaan lain yang akan membeli perusahaan tersebut.

Jika harga saham tinggi, pemegang saham juga akan semakin puas, sehingga dorongan untuk mengganti manajemen akan semakin kecil.

(71)

sengaja mengakumulasi saham. Monitoring bisa dilakukan dengan mengamati volume perdagangan harian.

2.2 Kinerja Perusahaan 2.2.1 Pengertian Kinerja

Kinerja diartikan sebagai sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan kerja (tentang peralatan) (Nugroho, 2010). Berdasarkan pengertian tersebut kinerja keuangan didefenisikan sebagai prestasi manajemen, dalam hal ini manajemen keuangan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan. Menurut Payamta dan Setiawan (2004) kinerja merupakan hasil nyata yang dicapai yang dipergunakan untuk menunjang kegiatan dalam suatu perusahaan. Pengukuran kinerja suatu perusahaan dapat dilihat dari rasio keuangan. Informasi rasio keuangan bersumber pada laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan.

2.2.2 Analisis Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan perusahaan menurut Brigham dan Houston (2001) diukur dengan menggunakan analisis rasio keuangan untuk mengetahui keunggulan dari kekuatan perusahaan dan secara simultan mengoreksi kelemahan perusahaan. Analisis kinerja keuangan dalam penelitian ini bertujuan untuk menilai implementasi strategi perusahaan dalam hal akuisisi.

Dengan analisis rasio diharapkan dapat mengevaluasi suatu laporan

(72)

analisis laporan keuangan digunakan untuk memprediksi masa depan, sedangkan dari sudut pandang manajemen, analisis laporan keuangan digunakan untuk membantu mengantisipasi kondisi masa depan dan yang lebih penting sebagai titik awal untuk perencanaan tindakan yang akan mempengaruhi peristiwa masa depan.

Rasio keuangan yang digunakan dalam pengukuran kinerja perusahaan pada penelitian ini adalah rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas dan rasio likuiditas.

1. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk menggambarkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya (Syafri, 2008).

Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Return on Investment (ROI)

Return on Investment (ROI) adalah merupakan rasio yang

mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan (Sawir, 2001).

(73)

b. Return on Equity (ROE)

Return on Equity (ROE) adalah rasio yang memperlihatkan

sejauh

Gambar

Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional
Tabel 3.2 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa pada saat sebelum akuisisi nilai Return on
Tabel 4.2 UNVR (PT Unilever Indonesia Tbk)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penulisan ilmiah ini penulis akan menjelaskan tentang pembuatan program aplikasi pada Toko Obat RISKI dengan menggunakan program Microsoft Visual Basic 6.0. Dengan

[r]

[r]

[r]

Dari parameter–parameter kualitatif tersebut, tampak bahwa, filosofi–filosofi pengendalian PID yang dibuat dengan pendekatan logika fuzzy pada daerah 3 dan daerah yang

Penataan bagi ruang kelas anak berkebutuhan khusus pada intinya sama saja dengan penataan pada ruang kelas orang normal, hanya saja perbedaaan terletak pada

Variabel penelitian adalah Y (Jumlah kematian ibu), X1 (persentase ibu hamil dengan K1), X2 (Persentase persalinan ditolong tenaga kesehatan), X3 (Persentase ibu

[r]