• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelepasan Fosfor dari Keramba Jaring Apung Ikan Mas (Cyprinus carpio) di Waduk Cirata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelepasan Fosfor dari Keramba Jaring Apung Ikan Mas (Cyprinus carpio) di Waduk Cirata"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PELEPASAN FOSFOR DARI KERAMBA JARING APUNG

IKAN MAS (

Cyprinus carpio

) DI WADUK CIRATA

MUHAMMAD AZIZ BAHARSYAH

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul pelepasan fosfor dari keramba jaring apung ikan mas (Cyprinus carpio) di Waduk Cirata adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

(4)

4

ABSTRAK

MUHAMMAD AZIZ BAHARSYAH. Pelepasan Fosfor dari Keramba Jaring Apung Ikan Mas (Cyprinus carpio) di Waduk Cirata. Dibimbing oleh KADARWAN SOEWARDI dan SIGID HARIYADI

Waduk Cirata dibangun dengan fungsi utama sebagai PLTA serta perikanan keramba jaring apung (KJA). Banyaknya jumlah keramba akan menyebabkan banyaknya pakan yang diberikan serta pakan yang terbuang ke perairan Waduk. Pakan yang terbuang akan menambah beban sedimentasi dan meningkatkan kesuburan perairan. Peningkatan kesuburan perairan dapat terlihat dari pelepasan unsur fosfor ke perairan. Penelitian dilakukan dari bulan Januari hingga Maret 2013. Jenis ikan yang dipelihara di keramba adalah ikan mas dengan masa pemeliharaan selama 4 bulan. Ikan diberi pakan berupa pelet dengan FCR 2:1. Kandungan fosfor pada pakan CF adalah 5.58% dan pada pakan PL sebesar 3.38%. Beban jumlah fosfor yang dikeluarkan dari keramba jaring apung ikan mas untuk pakan CF adalah sebesar 104.6 kg per ton ikan dan untuk pakan PL sebesar 60,6 kg per ton ikan. Apabila keramba jaring apung ikan mas yang diberi pakan CF dan ditambahkan jaring lapis kedua berisi ikan nila, fosfor yang dilepas ke perairan adalah sebesar 95.6 kg per ton ikan sedangkan untuk pakan PL adalah sebesar 51.6 kg per ton ikan. Dengan adanya pemeliharaan ikan nila di jaring lapis kedua dapat menurunkan pelepasan fosfor sebesar 9 %.

Kata kunci : Ikan mas, Keramba jaring apung, Pelepasan fosfor.

ABSTRACT

MUHAMMAD AZIZ BAHARSYAH. Phosphorus loading from Common Carp (Cyprinus carpio) Floating Net Cage Culture on Cirata Reservoir. Supervised by KADARWAN SOEWARDI dan SIGID HARIYADI

Cirata Reservoir was built with the main function as hydropower and for fisheries floating net cages (KJA). A large number of cages will increasing period for 4 months. The fish were fed with a pellet with 2:1 of FCR. The content of phosphorus in CF feed is 5.58% and at 3.38% for PL feed. The calculations showed that the amount of phosphorus loads from floating net cages for CF feed is 104.6 kg per ton of fish and for PL feed is 60.6 kg per ton of fish. If the common carp floating cages that fed by CF was added a second layer of tilapia net, it will release phosphorus 95.6 kg per ton of fish, whereas the PL of 51.6 kg per ton of fish. With the rear of tilapia in the second layer nets can reduce the release of phosphorus by 9%.

(5)

PELEPASAN FOSFOR DARI KERAMBA JARING APUNG

IKAN MAS (

Cyprinus carpio

) DI WADUK CIRATA

MUHAMMAD AZIZ BAHARSYAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Pelepasan Fosfor dari Keramba Jaring Apung Ikan Mas (Cyprinus carpio) di Waduk Cirata

Nama Mahasiswa : Muhammad Aziz Baharsyah

NIM : C24090074

Disetujui oleh :

Diketahui oleh:

Dr Ir M Mukhlis Kamal, MSc Ketua Departemen

Tanggal lulus :

Prof Dr Ir Kadarwan Soewardi Pembimbing I

(8)

iv

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala karunia dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul Pelepasan Fosfor dari Keramba Jaring Apung Ikan Mas (Cyprinus carpio) di Waduk Cirata dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Selesainya skripsi ini tidak lepas dari peran berbagai pihak yang telah mendukung dan membantu dalam pelaksanaan penelitian hingga proses penyusunan skripsi ini. Karenanya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada,

1. Bapak Prof Dr Ir Kadarwan Soewardi dan bapak Dr Ir Sigid Hariyadi, MSc selaku pembimbing yang telah memberikan banyak sekali masukan dan bimbingan untuk penyusunan skripsi ini,

2. Bapak Ali Mashar, SPi selaku penguji tamu dan Ibu Inna Puspa Ayu, SPi, MSi selaku perwakilanprogram studi,

3. Ibu Dr Majariana Krisanti, SPi, MSi selaku pembimbing akademik yang telah memberikan arahan,

4. Keluarga penulis Bapak Drs Syahrul Sugito, MPd, Ibu Dra Purwaningsih, Syafira Afiati, Irnia Syafitri, dan Anggia Imani S Pi atas arahan, bimbingan, dan dukungan yang tidak pernah berhenti pada penulis,

5. Teman-teman Tim Cirata (Adam, Ananda, Zia, Julpah, Mba Yuni, Mas Kahfi) atas bantuan dan dukungannya,

6. Dudi, Panji, Fajar, Novita, Dwi, Mas Genta, Kak Dede, Mba Widar, Mas Aji, Mang Unus, atas dukungan dan bantuannya, 7. Teman-teman MSP 46, 44, 45, 47, 48, 49, keluarga besar MSP,

teman asrama dan kelas TPB, teman Wisma H.Azhar,

8. serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menjadi pedoman penulis dalam penelitian dan penyusunan skripsi. Saran dan kritik sangat penulis harapkan demi sempurnanya usulan penelitian ini.

Bogor, Februari 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

METODE PENELITIAN 3

Tempat dan Waktu Penelitian 3

Bahan dan Alat 3

Pengumpulan Data 3

Penentuan Stasiun dan Pengumpulan Data 3

Penentuan data Total P 4

Penentuan data Ikan, dan Pakan 4

Pengambilan data kondisi keramba jaring apung (KJA) 4

Analisis Data 5

Analisis Perhitungan Total P ikan mas yang hilang ke perairan 5 Analisis Daya Dukung Berdasarkan limbah Total P 5

Analisis Keuntungan 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Hasil 7

Ketersediaan fosfor (P) di perairan Waduk 7

Kandungan total P pada ikan mas di Waduk Cirata 7 Kandungan total P pada pakan ikan mas di Waduk Cirata 8

Konversi pakan (FCR Food Conversion Ratio) 9

Pelepasan Fosfor dari Keramba Jaring Apung 9

Daya dukung Waduk Cirata untuk KJA 10

Keuntungan keramba jaring apung (KJA) 13

Pembahasan 13

Pelepasan fosfor ke perairan 13

Daya dukung Waduk Cirata 15

Keuntungan keramba jaring apung (KJA) 17

KESIMPULAN 18

DAFTAR PUSTAKA 18

LAMPIRAN 21

(10)

iii

DAFTAR TABEL

1. Nilai rata-rata total fosfor (mg/L) di Waduk Cirata 7 2. Kandungan Total P pada ikan Mas (Cyprinus carpio) 7 3. Persentase pakan dan nilai total P pada jenis pakan ikan mas 8 4. Persentase FCR yang dipakai pembudidaya KJA terhadap kondisi KJA 9 5. Data yang diperlukan untuk menghitung daya dukung Waduk Cirata bagi

KJA 10

6. Perbandingan keuntungan KJA dengan dua pakan uji berbeda 12

DAFTAR GAMBAR

1. Lokasi Penelitian 3

2. Grafik perbandingan pelepasan fosfor dari dua pakan uji berbeda dengan

dua sistem lapis jaring yang berbeda 10

3. Grafik perbandingan daya dukung dari dua pakan berbeda dengan dua

sistem lapis jaring berbeda 11

4. Perbandingan daya dukung KJA saat ini dan setelah restorasi dengan pakan

CF dan dengan dua sistem lapis jaring berbeda 12

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuisioner wawancara kondisi KJA 21

2. Prosedur pengukuran kandungan P ikan dan P pakan (APHA 2005) 21 3. Tahapan perhitungan pelepasan P ikan mas ke perairan 23

4. Perhitungan daya dukung Waduk Cirata 24

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Waduk merupakan suatu badan air yang berasal dari pembendungan beberapa aliran Sungai sehingga dapat menampung air. Waduk banyak dimanfaatkan untuk kegiaan manusia salah satunya perikanan budidaya (Krisanti 2004). Pemanfaatan Waduk sebagai sumberdaya perikanan budidaya memiliki berbagai dampak positif dan negatif. Dampak negatif dari adanya kegiatan budidaya di Waduk yang paling dirasakan adalah penurunan kualitas air di Waduk tersebut. Hal tersebut diakibatkan dari perkembangan pesat kegiatan budidaya yang telah melebihi kapasitas daya dukung Waduk tersebut dari keramba yang digunakan sebagai kegiatan budidaya, hal yang terjadi pula di Waduk Cirata. Salah satu komoditas kegiatan budidaya di Waduk Cirata yaitu ikan mas atau Cyprinus carpio. Ikan mas tergolong jenis omnivora, yakni ikan yang dapat memangsa berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik. Ikan mas memiliki habitat di perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran Sungai, danau maupun Waduk dengan menggunakan keramba jaring apung.

Pada tahun ke tahun, keberadaan keramba jaring apung (KJA) yang memelihara ikan mas di Waduk Cirata mengalami peningkatan jumlah. Menurut sensus Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC) hingga tahun 2011 terdapat 53.031 petak KJA, sedangkan yang diperbolehkan hanya 12000 menurut SK Gubernur Jawa Barat Nomor 41/2002. Semakin banyak jumlah keramba, maka akan semakin banyak pula pakan yang diberikan pada ikan-ikan yang dipelihara di keramba tersebut. Pada umumnya pakan yang diberikan mengandung banyak nutrien, dan salah satu nutrien penting dalam pakan adalah mineral (P) fosfor (Cho et al. 1985). Pakan ikan yang kaya N dan P tersebut, hanya 15-30% yang akan diserap kedalam daging dan sisanya akan terbuang ke lingkungan dan akan terurai menjadi bahan anorganik (Krisanti dan Imran 2006). Banyaknya pakan yang diberikan tersebut dapat meningkatkan nutrien di perairan yang berasal dari buangan kegiatan budidaya yang akan membebani perairan. Meningkatnya jumlah fosfor di perairan tersebut dapat menyebabkan peningkatan pencemaran termasuk eutrofikasi (Yosmaniar 2010).

(12)

2

diserap tubuh ikan, pelepasan fosfor dari keramba jaring apung ikan mas serta kandungan fosfor dalam air menjadi tujuan dari penelitian ini.

Perumusan Masalah

Waduk Cirata merupakan pembendungan Sungai Citarum yang awalnya merupakan perairan mengalir berubah menjadi perairan menggenang. Sebagai perairan menggenang, Waduk Cirata memiliki arus yang tenang dan merupakan perairan yang dalam sehingga sering dijumpai stratifikasi suhu berdasarkan kedalaman. Apabila pada bagian permukaan terjadi penurunan suhu secara mendadak maka masa air yang lebih rendah akan kebawah dan begitu pula masa air yang hangat akan keatas yang disebut arus balik atau umbalan. Peristiwa ini sangat mengkhawatirkan dan dapat merugikan pembudidaya karena bahan-bahan toksik akibat penumpukan hasil penguraian sisa-sisa pakan dan feses akan keatas permukaan disebabkan oleh umbalan sehingga mengakibakan kematian masal pada ikan.

Persentase keberadaan pembudidaya ikan mas di Cirata sebesar 52% berdasarkan jumlah petak yang digunakan. Hal ini menjadikan budidaya ikan mas sebagai pemberi asupan limbah yang lebih banyak dibandingkan dengan komoditas lain. Pengetahuan mengenai pelepasan fosfor dari keramba jaring apung ikan mas diharapkan dapat memberikan informasi jumlah beban fosfor yang terbuang dari kegiatan budidaya ikan mas.

Secara alami, kandungan fosfor di perairan relatif sedikit. Karena keberadaan sisa pakan yang dimanfaatkan sebagai asupan tambahan makanan ikan di dalam kegiatan budidaya keramba jaring apung dapat meningkatkan jumlah fosfor di perairan. Jumlah fosfor yang semakin banyak ini apabila tidak dimanfaatkan akan mengalami kelebihan akan menimbulkan blooming.

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka diperlukan suatu kajian yang dapat memberi informasi mengenai kandungan fosfor dalam tubuh ikan. Hubungan antara konsentrasi fosfor yang ada di dalam pakan yang dimanfaaatkan ikan dengan keberadaan fosfor pada ikan. Ketersediaan fosfor yang ada di perairan.

Tujuan Penelitian

(13)

3

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Waduk Cirata, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan yaitu bulan Januari hingga Maret 2013. Analisis kandungan fosfor dilakukan di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, serta Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Gambar 1. Lokasi Penelitian Bahan dan Alat

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan mas yang diperoleh dari keramba jaring apung, Waduk Cirata, Jawa Barat pakan buatan berupa pelet. Bahan yang digunakan pada analisis pengabuan basah adalah akuades, H2SO4, H2O2, dan H2O. Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah GPS, perahu, cool box, kertas saring Whatman no. 541, hotplate, timbangan analitik dengan kepekaan 1 mg atau 0.1 mg, cawan porselen, gelas piala 150 mL, labu takar 250 mL.

Pengumpulan Data

Penentuan Stasiun dan Pengumpulan Data

(14)

4

pakan, dan data wawancara yang dilakukan ke petani KJA untuk mengetahui data produksi KJA. Jenis data sekunder yang dikumpulkan dari Pembangkit Jawa Bali (PJB) dan Badan Pengawas Waduk Cirata (BPWC) yaitu meliputi data fisik waduk, produksi ikan, dan banyaknya pakan yang diberikan. Lokasi pengambilan sampel terdiri atas 6 stasiun yang dianggap mewakili setiap lokasi pada Gambar 1. Pengambilan contoh ditetapkan berdasarkan aliran masukan nutrien. Yaitu (1) muara Sungai Cigundul, (2) area intake, (3) daerah batas KJA, (4) zona tengah KJA, (5) muara Sungai Cisokan, dan (6) muara Sungai Citarum-Cimeta. Penarikan contoh yang digunakan dalam pengumpulan responden yaitu dengan metode purposive sampling (sampling berdasarkan tujuan dicapai).

Penentuan data Total P

Pengambilan contoh total P dilakukan di setiap titik pengamatan. Pengambilan contoh dilakukan sekali setiap bulan selama Januari hingga Maret 2013. Parameter kualitas air untuk total P yang dianalisis dengan metode ascorbic acid dengan menggunakan spektrofotometer menurut APHA (2005) yang dilakukan di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Data total P yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pengamatan langsung kualitas air untuk total P mulai dari Januari hingga Maret 2013. Selain itu, untuk data total P juga menggunakan data PJB dari tahun 1984, kemudian dilanjutkan dari tahun 2004 hingga tahun 2012.

Penentuan data Ikan, dan Pakan

Beberapa individu ikan dan jenis pakan komersil yang digunakan pada kegiatan budidaya ikan keramba jaring apung di Waduk Cirata diambil untuk dianalisis. Penanganan sampel dimulai dengan menggiling seluruh bagian ikan, dilanjutkan dengan pengeringan sampel dengan cara dioven, setelah itu dihaluskan hingga menjadi bubuk. Kemudian dilakukan pengabuan basah yang dilanjutkan dengan uji total fosfor menurut APHA (2005) (Lampiran 2). Analisis dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pendekatan beban fosfor akibat kegiatan perikanan (pemberian pakan) dilakukan dengan menganalisis berbagai konversi pakan (FCR: food conversion ratio) dari beberapa tingkatan yang paling dominan yaitu FCR 2. Jenis ikan yang digunakan untuk model perhitungan adalah ikan mas (Cyprinus carpio).

Pengambilan data kondisi keramba jaring apung (KJA)

(15)

5

Analisis Data

Analisis Perhitungan Total P ikan mas yang hilang ke perairan

Kapasitas pengembangan budidaya keramba di Waduk berbeda antara produktivitas di awal eksplorasi dan tingkat yang diperbolehkan pada keadaan saat ini. Oleh karena itu diperlukan model prediksi yang dapat membantu menentukan kesesuaian lingkungan untuk budidaya keramba bagi pengembangan keramba jaring apung. Salah satu cara model prediksi dengan penentuan tingkat produktivitas ini dapat dilakukan dengan pendekatan konsentrasi fosfor (Beveridge 2004). Perhitungan total P yang hilang ke lingkungan perairan pada Lampiran 3 dan tahapan perhitungan total P ikan mas yang hilang ke perairan adalah sebagai berikut:

1. Menentukan kandungan P pada pakan (kg)

Penghitung kandungan P yang terdapat pada pakan dengan cara dihaluskan dan dilakukan uji proksimat dan dilakukan pengujian fosfor

2. Menentukan kandungan P pada ikan (kg/ton ikan)

Penghitung kandungan P yang terdapat pada tubuh ikan yaitu dengan menggunakan pengabuan basah yang dilanjutkan dengan pengujian fosfor 3. Menentukan FCR yang digunakan dalam budidaya

Penghitungan FCR digunakan selama pemeliharaan ikan dapat dilakukan dengan cara membagi jumlah pakan yang habis dengan hasil panen yang diperoleh

4. Menghitung kandungan P pada pakan dari perkalian dengan FCR (kg)

5. Menghitung P yang hilang ke perairan, yaitu selisih antara P pada pakan yang telah dikali FCR dengan P pada ikan

Analisis Daya Dukung Berdasarkan limbah Total P

Analisis data daya dukung untuk KJA digunakan dengan pendekatan model Beveridge (2004), Sukimin (2008) dan Per.Men.LH No.28 Tahun (2009) untuk penilaian daya dukung lingkungan perairan bagi pengembangan budidaya dengan perhitungan seperti pada lampiran 4 dan dengan langkah sebagai berikut : a. [P]idiukur sebagai konsentrasi fosfor (steady state). Untuk daerah tropis, nilai

ini merupakan rata-rata tahunan melalui beberapa penarikan contoh. b. [P]f ditentukan sebagai P maksimum yang dapat diterima badan air. c. Menghitung kapasitas perairan dalam menopang budidaya ikan :

∆ P = P f− P i

Karena ∆ P berhubungan dengan beban fosfor dari ikan yang dipelihara (Lfish), luasan kolong, laju pembilasan (flushing rate) dan kemampuan badan air untuk menerima beban fosfor maka:

∆ P =Lfish. (1−Rfish) z .ρ Lfish =

(16)

6

Dengan :

R = 1

(1+ρ0,5)

Rfish = x+ 1−x R

R untuk kondisi danau-danau secara umum dengan x adalah besarnya proporsi total P yang hilang secara permanen ke dalam sedimen (x=0.45-0.55) dengan x ditentukan sebesar 0.5.

Total allowable Loading (TAL) adalah:

TAL= Lfish x A Keterangan :

∆[P] : besarnya perubahan [P] yang dapat diterima oleh perairan (mg/m3) [P]f : konsentrasi P maksimum yang dapat diterima perairan (mg/m3) [P]i : rataan konsentrasi P (mg/m3)

R : koefisien retensi fosfor

ρ : flushing rate (kali/tahun), ρ=Q/V Rfish : total P yang larut hilang ke sedimen Lfish : P loading dari jaring apung (g m-3/thn) z : rataan kedalaman perairan (m)

x : proporsi dari total P yang hilang permanen ke sedimen

d. Hitung P yang hilang ke perairan selama budidaya dalam KJA, dihitung dengan:

PL= FCR x Ppakan − Pikan

Keterangan :

PL : P yang hilang ke lingkungan dari aktifitas KJA FCR : Food Conversion Ratio

Ppakan : kandungan P dalam pakan Pikan : kandungan P dalam ikan

e. Bila diketahui PL, maka Total Acceptable Production (TAP) didapat sebagai daya dukung KJA :

TAP= TAL PL

Dengan mengetahui hasil dari setiap ukuran langkah-langkah tersebut, maka dapat diketahui beban masukan unsur hara (P) dalam penilaian daya dukung Waduk.

Analisis Keuntungan

Analisis keuntungan pada lamipan 5 menurut Hernanto (1989) dalam Resmi (2007) digunakan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan dengan rumus :

π =TR− TC

Keterangan :

TR :Total Revenue (Total penerimaan) ; Hasil produksi (kg) x Harga ikan (Rp/kg) TC :Total Cost (Biaya total) ; Banyaknya pakan yang digunakan (kg) x Harga

(17)

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Ketersediaan fosfor (P) di perairan Waduk

Fosfor diperairan merupakan faktor pembatas, fosfor yang banyak bersumber dari kegiatan KJA ini dapat mempengaruhi kelimpahan fitoplankton. Kegiatan KJA dapat meningkatkan kandungan fosfor diperairan yang diiringi pula oleh peningkatan fitoplankton. Peningkatan jumlah fitoplankton ini dapat mengakibatkan lapisan plankton dipermukaan perairan sehingga cahaya tidak masuk ke perairan. Hal ini dapat menurunkan kandungan oksigen di perairan sehingga mengakibatkan persaingan untuk mendapatkan oksigen dimalam hari. Kondisi ini dapat mengakibatkan kematian ikan dan berdampak pada penurunan produksi perikanan. Berdasarkan data awal dan data tahunan hingga hasil pengamatan pada penelitian ini, konsentrasi total P di Waduk Cirata mengalami fluktuasi setiap tahunnya dilihat dari data-data pengamatan hasil monitoring BPWC dari tahun-tahun sebelumnya.

Tabel 1. Nilai rata-rata total fosfor (mg/L) di Waduk Cirata

Tahun 1988 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Total P

(mg/L) 0.32 0.52 0.26 0.32 0.20 0.31 0.24 0.28 0.21 0.23 0.09

Sumber: Tahun 1988: Soermarwoto et al (1990); Tahun 2004-2012: Diolah dari data BPWC; Tahun 2013: Data hasil pengamatan [Januari-Maret].

Berdasarkan hasil pengamatan penelitian ini pada 6 stasiun pengamatan selama 3 bulan (Lampiran 6) dan monitoring di Waduk Cirata pada Tabel 1, nilai total P tertinggi adalah 0.516 mg/L pada tahun 2004 sedangkan untuk nilai total P terendah sebesar 0.099 mg/L pada tahun 2013. Rata-rata konsentrasi total P dari tahun ke tahun sebesar 0.271 mg/L. Rata-rata total P diperairan inilah yang akan digunakan dalam perhitungan daya dukung Waduk Cirata.

Kandungan total P pada ikan mas di Waduk Cirata

(18)

8

Tabel 2. Kandungan Total P pada ikan Mas (Cyprinus carpio)

No Jenis Ikan

Sumber : (j) Hasil pengamatan (2013); (k) Yosmaniar (2010); (l) Triyanto dan Henny (2010); (m) Jahan et al. (2003); (n) Pulatsu (2003); (o) Kaushik (1995); (p) Siddiqui dan Al-Harbi (1991).

Fosfor merupakan mineral yang dibutuhkan ikan, karena sangat berperan dalam pertumbuhan dan pembentukan tulang (Wiramiharja et al. 2007) dan defisiensi fosfor dalam tubuh ikan dapat menyebabkan laju pertumbuhan yang rendah, bentuk tubuh yang abnormal, efisiensi pakan yang rendah dan penumpukan lemak tubuh (Watanabe 1988). Kebutuhan mineral fosfor pada formulasi pakan ikan per kilogram sebesar 0.7% (Wiramiharja et al. 2007), sedangkan berdasarkan data hasil penelitian ini didapatkan kandungan fosfor pada ikan mas 0.48% dan ikan nila 0.34%, hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya, sehingga hasil analisis padapenelitian ini yang digunakan dalam perhitungan pelepasan fosfor KJA ikan yang masuk ke perairan.

Kandungan total P pada pakan ikan mas di Waduk Cirata

Fosfor merupakan salah satu unsur mineral yang merupakan unsur esensial dalam pakan. Fosfor bersama sulfur merupakan mineral yang terkandung dalam senyawa organik yang berperan sebagai penyusun berbagai protein (Kasmidjo 1992). Penggunaan unsur tersebut berpengaruh terhadap pembuatan pakan ikan. Unsur mineral dikenal sebagai bahan anorganik atau kadar abu yang berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Berikut merupakan kandungan total fosfor pada jenis pakan ikan mas dengan metode pengabuan basah (Lampiran 2).

Tabel 3. Persentase pakan dan nilai total P pada jenis pakan ikan mas

(19)

9

terbanyak adalah PL (36%) dengan nilai total P sebesar 3.38%. Pakan ikan sebagai makanan merupakan sumber utama fosfor karena lingkungan air tawar rendah kandungan fosfornya (0.02 mg/L), sehingga dengan masukan pakan yang besar dapat memberikan pengaruh besar terhadap lingkungan perairan. Salah satunya untuk pendugaan daya dukung yang berguna untuk kegiatan perikanan. Pendugaan daya dukung dilakukan dengan menggunakan nilai total P pakan yang tertinggi. Nilai total P pakan yang tertinggi ini diharapkan mampu menggambarkan keadaan pemberian pakan yang memiliki kandungan fosfor yang berbeda-beda agar keseluruhan jenis pemberian pakan dapat tercakupi daya dukung perairannya.

Konversi pakan (FCR Food Conversion Ratio)

Konversi pakan atau Food Conversion Ratio (FCR) merupakan perbandingan antara bobot pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan berat. Ketidaktauan pembudidaya menyebabkan sering terjadinya pemberian pakan yang salah. Diketahui pemberian pakan di Waduk Cirata didominasi dengan sistem pemberian pakan pompa. Berikut ini merupakan konversi pakan ikan mas jaring utama dalam kegiatan keramba jaring apung di Waduk Cirata.

Tabel 4. Persentase FCR yang dipakai pembudidaya KJA terhadap kondisi KJA Persentase

Nilai FCR yang didapat dari hasil pengamatan pada penelitian ini beragam dengan kisaran FCR 1.9-2.1 yang banyak digunakan pembudidaya keramba jaring apung di Waduk Cirata dengan 44.0%. Selain itu berdasarkan hasil FCR 2 adalah rata-rata FCR yang digunakan dan masuk kedalam kisaran FCR 1.9-2.1. Sehingga FCR 2 yang akan digunakan dalam perhitungan pelepasan fosfor dan daya dukung. Berdasarkan FCR 2 dalam kisaran FCR 1.9-2.1 didapat hasil rata-rata padat tebar 0.19 kg/m3, sedangkan mendapatkan rata-rata hasil panen yang rendah sebesar 893 kg/petak dan jumlah rata-rata pemberian pakan sebesar 1797 kg. Berdasarkan hasil panen didapat rata-rata hasil panen tertinggi sebesar 1606 kg/petak pada kisaran FCR 1.6-1.8, sedangkan menurut jumlah pemberian pakan terbanyak sebesar 2722 kg pada kisaran FCR 1.6-1.8

Pelepasan Fosfor dari Keramba Jaring Apung

(20)

10

produktivitas di awal eksplorasi dan tingkat yang diperbolehkan. Maka demikian diperlukan model prediksi yang dapat membantu menentukan kesesuaian lingkungan untuk budidaya keramba bagi pengembangan keramba jaring apung. Salah satu cara model prediksi dengan penentuan tingkat produktivitas ini dapat dilakukan dengan pendekatan konsentrasi fosfor (Beveridge 2004) dan contoh perhitungan pada Lampiran 4 .

Gambar 2. Grafik perbandingan pelepasan fosfor dari dua pakan uji berbeda dengan dua sistem lapis jaring yang berbeda

Berdasarkan perhitungan pelepasan fosfor dari keramba jaring apung ikan mas yang diperoleh dari dua pakan yang berbeda kandungan fosfornya didapatkan perbandingan yang dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan perbandingan pelepasan fosfor dari dua pakan uji yang didapat dari penelitian ini didapatkan kisaran yang cukup lebar antara PL dengan CF. Perbandingan pelepasan fosfor keduanya dalam sistem keramba jaring apung satu lapis berkisar antara 62.8-106.8 kg per ton ikan, sedangkan untuk sistem lapis ganda atau jaring sekunder didapatkan kisaran 59.4-103.4 kg per ton ikan. Kisaran ini menggambarkan kisaran buangan beban fosfor yang ada dalam sistem keramba jaring apung dari jenis pakan P tertinggi dan jenis pakan yang banyak digunakan pembudidaya. Daya dukung Waduk Cirata untuk KJA

Perkembangan perikanan di KJA perlu memperhatikan daya dukung lingkungan perairan. Daya dukung lingkungan perairan merupakan kemampuan perairan untuk mendukung kehidupan biota yang terdapat didalamnya. Perubahan yang terjadi didalam lingkungan perairan akan mempengaruhi daya dukung lingkungan, salah satunya adalah aktivitas manusia. Berikut ini merupakan beberapa data yang diperlukan untuk menghitung daya dukung Waduk Cirata bagi KJA yang ditampilkan pada Tabel 5.

(21)

11

Tabel 5. Data yang diperlukan untuk menghitung daya dukung Waduk Cirata bagi KJA

8 Total P Waduk rata-rata [P]i 271 mg/m3 Monitoring dan hitungan

9 FCR ikan mas 2 Monitoring dan hitungan memenuhi sistem keramba jaring apung dengan asumsi keseluruhan ikan budidaya adalah ikan mas (Cyprinus carpio). Analisis data daya dukung untuk KJA digunakan dengan pendekatan model Beveridge (2004) dengan perhitungan seperti pada Lampiran 4 untuk penilaian daya dukung lingkungan perairan bagi pengembangan budidaya. Berdasarkan perhitungan daya dukung pada Lampiran 5 yang didapat dari pelepasan fosfor dari keramba jaring apung ikan mas yang diperoleh dari dua pakan yang berbeda kandungan fosfornya didapatkan perbandingan daya dukung yang dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Grafik perbandingan daya dukung dari dua pakan berbeda dengan dua sistem lapis jaring berbeda

(22)

12

pakan yang digunakan adalah pakan PL dan seluruh KJA menggunakan jaring utama (1 lapis), maka daya dukung Waduk Cirata untuk ikan mas saat ini sebanyak 50642 ton/MT (42202 keramba), sedangkan dengan asumsi seluruh KJA menggunakan jaring sekunder (2 lapis jaring), maka daya dukung Waduk Cirata untuk ikan mas sebanyak 53540 ton/MT (44617 keramba). Berdasarkan wawancara didapat rata-rata produksi adalah 1200 kg/petak/MT. Asumsi yang digunakan adalah rata-rata petak dapat berproduksi 1.2 ton per musim tanam (MT) dari hasil wawancara.

Peningkatan jumlah keramba jaring apung akan mengakibatkan peningakatan jumlah pemberian pakan dan juga akan berdampak pada peningkatan endapan sedimen didasar perairan. Hal ini dapat mengakibatkan pendangkalan, sehingga dapat menyebabkan berkurangnya volume Waduk yang berdampak terhadap keberadaan KJA. Pendangkalan ini dapat diatasi dengan kegiatan restorasi. Restorasi adalah upaya untuk mengembalikan kondisi Waduk seperti semula.Salah satu kegiatan restorasi adalah pengambilan sedimen yang berada di dasar Waduk untuk dijadikan pupuk. Restorasi diasumsikan dengan penambahan kedalaman. Sebelum restorasi kedalaman Waduk saat ini sebesar 28.76 m, setelah restorasi diharapkan akan didapatkan kedalaman sebesar 33.05 m. Hal ini dengan asumsi bahwa pengerukan Waduk berhasil mengembalikan kedalaman Waduk hingga 70% dari kedalaman awal yang sebesar 34.9 m atau 6.14 m lebih dalam dari kedalaman saat ini. Berikut merupakan grafik perbandingan daya dukung sebelum dan sesudah diadakan restorasi.

Gambar 4. Perbandingan daya dukung KJA saat ini dan setelah restorasi dengan pakan CF dan dengan dua sistem lapis jaring berbeda

Jika melalui estimasi daya dukung Waduk Cirata untuk KJA setelah dilakukan aktivitas restorasi dihitung dengan asumsi volume Waduk kembali seperti awal Waduk dibentuk. Semua KJA yang diasumsikan menggunakan satu lapis jaring, tanpa ada jaring sekunder didapatkan daya dukung Waduk Cirata untuk KJA satu lapis jaring ikan mas sesudah restorasi yaitu sebesar 34228 ton/MT (17114 keramba), sedangkan jika diasumsikan semua KJA diasumsikan menggunakan 2 lapis jaring, jaring utama ikan mas dan jaring sekunder berisiikan

(23)

13

ikan nila maka daya dukung Waduk Cirata untuk KJA dua lapis jaring ikan mas dan ikan nila setelah restorasi yaitu sebesar 35354 ton/MT (17677 keramba). Asumsi untuk semua jaring petak rata-rata dapat berproduksi 2 ton per musim tanam. Hal ini didasarkan pada hasil produksi tertinggi yang dicapai di Waduk Cirata pada tahun 2007 sebelum terjadinya penurunan produksi ditahun-tahun selanjutnya hingga saat ini.

Keuntungan keramba jaring apung (KJA)

Keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan tidak dapat lepas dai aspek permintaan dan penawaran (Resmi 2007). Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data jumlah pakan yang digunakan dengan hasil panen yang didapat serta harga jual ikan yang memenuhi aspek permintaan dan penawaran. Data yang diperoleh dapat digunakan untuk mencari keuntungan yang didapat pembudidaya. Keuntungan didapat dari selisih hasil produksi dengan biaya dalam pemberian pakan. Keuntungan KJA dapat dilihat pada Tabel 6 dan perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 6.

Tabel 6. Perbandingan keuntungan KJA dengan dua pakan uji berbeda

PL CF PL CF

TR Rp 12,175,000 Rp 16,625,000 Rp 20,841,667 Rp 25,625,000

TC Rp 9,881,667 Rp 15,187,500 Rp 9,881,667 Rp 15,187,500

Keuntungan Rp 2,293,333 Rp 1,437,500 Rp 10,960,000 Rp 10,437,500

Parameter Satu lapis jaring Dua lapis jaring

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Tabel 6 pakan PL memiliki nilai keuntungan yang lebih tinggi yaitu Rp 2,293,333 untuk satu lapis jaring dan Rp 10,960,000 untuk dua lapis jaring. Hasil ini menggambarkan semakin mahal pakan yang digunakan maka akan semakin besar pengeluaran untuk membeli pakan tidak diiringi keuntungan pendapatan yang dicapai. Hal ini dipengaruhi oleh daya beli msayarakat yang sama mengakibatkan keuntungan yang diperoleh tidak lebih baik karena pengeluaran untuk membeli pakan yang lebih tinggi tidak diiringi hasil produksi yang tinggi juga.

Pembahasan

Pelepasan fosfor ke perairan

Fosfor sering dianggap sebagai faktor pembatas, yang didasarkan atas kenyataan bahwa fosfor sangat diperlukan dalam transfer energi P didalam sel organisme (Vollenweider 1968). Fosfor dalam jumlah yang sangat sedikit akan menyebabkan defisiensi unsur hara yang dapat menekan pertumbuhan fitoplankton, serta akhirnya mengurangi produktivitas dalam suatu perairan.

(24)

14

Rataan konsentrasi total P juga digunakan untuk menghitung besarnya perubahan total P yang dapat diterima oleh perairan dalam menopang budidaya ikan.

Pelepasan total P ke perairan ditentukan berdasarkan selisih antara kandungan P dalam pakan dengan kandungan P pada ikan. Kandungan fosfor (P) bersama dengan kalsium adalah penyusun tulang dan gigi yang sangat penting bagi ikan. Fosfor juga terdapat pada semua sel hidup dan diperlukan untuk pelepasan dan penyimpanan energi (Kasmidjo 1992) termasuk ikan pemeliharaan. Ikan pemeliharaan yang dianalisis yaitu ikan ma dan ikan nila. Ikan mas merupakan ikan komoditas utama di lapis pertama sedangkan ikan nila merupakan ikan komoditas utama di lapis kedua. Dari hasil analisis didapatkan hasil 0.48% untuk ikan mas dan 0.34% untuk ikan nila. Hasil yang didapatkan tidak jauh berbeda dengan literatur yang didapatkan.

Nilai total P pada jenis pakan ikan mas berbeda-beda, dengan nilai total P terendah pada jenis pakan MT dengan nilai total P sebesar 2.76% dan tertinggi pada jenis pakan CF dengan nilai total P sebesar 5.58%, sedangkan untuk jenis pakan dengan pengguna terbanyak adalah PL dengan nilai total P sebesar 3.38%. Seperti yang didapatkan juga oleh Yormaniar (2010) bahwa untuk total P pada pakan di Waduk Cirata berkisar antara 2.41-4.80% dari beberapa konversi pakan ikan mas, bawal, dan nila. Namun ada beberapa yang tidak termasuk didalamnya seperti pakan CF yang bernilai 5.58%. Hal ini diduga pakan-pakan diluar kisaran tersebut merupakan pakan baru. Berdasarkan besarnya kandungan P dalam pakan tersebut akan berdampak pada beban yang diberikan terhadap lingkungan yang semakin besar. Selain itu berdasarkan wawancara didapatkan pakan CF merupakan pakan dengan kandunngan total P tertinggi dan pakan PL merupakan pakan dengan tingkat penggunaan terbesar di Waduk Cirata. Kedua pakan tersebut yang akan digunakan dalam perhitungan pelepasan fosfornya, yaitu pakan CF sebesar 5.58% dan PL sebesar 3.38%.

Sumber makanan yang besar dapat memberikan pengaruh besar terhadap lingkungan perairan. Pengaruh tersebut dapat menimbulkan penurunan daya dukung perairan Waduk, sehingga diperlukan pendugaan daya dukung yang berguna untuk kegiatan perikanan. Pendugaan daya dukung diambil nilai total P pakan yang tertinggi. Nilai total P pakan yang tertinggi ini diharapkan mampu menggambarkan keadaan pemberian pakan yang memiliki kandungan fosfor yang berbeda-beda agar keseluruhan jenis pemberian pakan dapat tercakupi daya dukung perairannya.

Perhitungan daya dukung perairan dengan pendugaan total P didukung pula oleh konversi pakan atau Food Conversion Ratio (FCR). FCR merupakan perbandingan antara bobot pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan berat. Ketidaktahuan pembudidaya menyebabkan sering terjadinya pemberian pakan yang salah. Berdasarkan hasil wawancara hampir seluruh pembudidaya melakukan pemberian pakan yang berlelebihan tanpa ada perhitungan yang jelas. Hal ini yang sebenarnya memberikan dampak buruk bagi ikan, karena sisa pakan akan mengendap dibawah dan suatu saat tertentu akan mengakibatkan umbalan atau arus balik yang membawa racun dari sisa pakan yang terdekomposisi sehingga membuat ikan mati mendadak.

(25)

15

Cirata, Jawa Barat nilai FCR berada pada kisaran 1.25–1.93 dengan rata-rata FCR 1.51 (Garno dan Adibroto 1999) serta menurut Yosmaniar (2010) konversi pakan ikan mas berkisar antara 1.72-1.90. Berdasarkan kisaran tersebut diambil FCR 2 yang merupakan nilai tengah dari kisaran tersebut. Selain itu, berdasarkan wawancara FCR 2 merupakan konversi pakan yang dominan digunakan pembudidaya KJA di Waduk Cirata. Oleh karena itu, FCR 2 yang akan digunakan dalam perhitungan pelepasan fosfor dan daya dukung, dalam kisaran FCR 1.9-2.1 didapat hasil rata-rata padat tebar 0.19 kg/m3.

Berdasarkan kisaran FCR tersebut didapatkan rata-rata hasil panen yang rendah sebesar 893 kg/petak dan jumlah rata-rata pemberian pakan sebesar 1797 kg. Berdasarkan hasil panen didapat rata-rata hasil panen tertinggi sebesar 1606 kg/petak pada kisaran FCR 1.6-1.8, dan merupakan jumlah pemberian pakan terbanyak sebesar 2722 kg. Namun hasil pada FCR 1.6-1.8 memiliki sisa buangan pakan yang besar hampir setengah dari pemberian pakan. Berdasarkan hasil wawancara hampir seluruh pembudidaya melakukan pemberian pakan yang berlelebihan tanpa ada perhitungan yang jelas. Hal ini yang sebenarnya memberikan dampak buruk bagi ikan, karena sisa pakan akan mengendap dibawah dan suatu saat tertentu akan mengakibatkan umbalan atau arus balik yang membawaracun dari sisa pakan yang terdekomposisi sehingga membuat ikan mati mendadak.

FCR 2 digunakan sebagai perhitungan pelepasan fosfor ke perairan. Berdasarkan perbandingan pelepasan fosfor dari dua pakan uji didapatkan kisaran yang cukup lebar antara PL dengan CF. Perbandingan pelepasan fosfor keduanya dalam sistem keramba jaring apung satu lapis berkisar antara 62.8-106.8 kg per ton ikan. Sedangkan untuk sistem lapis ganda atau jaring sekunder didapatkan kisaran 59.4-103.4 kg per ton ikan. Kisaran ini menggambarkan kisaran buangan beban fosfor dalam sistem keramba jaring apung yang berasal dari jenis pakan dengan kandungan P tertinggi dan jenis pakan yang banyak digunakan pembudidaya.

Saat ini, KJA ikan mas yang telah berkembang terdiri dari tiga ukuran yaitu ukuran 7 x 7 m2, 7 x 14 m2, dan 14 x 14 m2 dengan padat penebaran 2400-15000 ekor dengan sistem jaring ganda. Setiap ekornya memiliki rata-rata bobot 8.7 gr. Ikan mencapai ukuran 5 ekor per 1 kg membutuhkan waktu selama 120 hari. Selama pemeliharaan dilakukan pemberian pakan sebanyak 1 ton, dalam 1 ton pakan yang diberikan terdapat P sebanyak 111.6 kg dengan FCR 2 untuk satu musim tanam, maka akan menghasilkan sebanyak 106.8 kg P tidak termakan dari jaring pertama (ikan mas). Namun, dengan adanya pemeliharaan ikan nila di jaring lapis kedua dapat menurunkan pelepasan fosfor sebesar 9 %. Yaitu dari sebelumnya 106.8 kg P yang tidak termakan dari jaring pertama (ikan mas) menjadi sebanyak 103.4 kg P yang tidak termakan dari jaring kedua (ikan nila) selama musim tanam untuk jenis pakan CF. Selama musim tanam akan terbuang sebanyak 103.4 kg P ke dalam sistem perairan, apabila menggunakan sistem dua lapis jaring.

Daya dukung Waduk Cirata

(26)

16

yang terjadi didalam lingkungan perairan akan mempengaruhi daya dukung lingkungan, salah satunya adalah aktivitas manusia. Banyak aktivitas manusia yang dapat mempengaruhi daya dukung lingkungan, salah satunya adalah kegiatan budidaya ikan dengan KJA. Limbah kegiatan budidaya ikan dengan KJA dapat mencemari perairan yang dapat mengganggu keseimbangan (Tambunan 2010) sehingga perlu diketahui kemampuan perairan untuk menerima limbah dalam hal ini bahan organik yang dapat dilihat melalui daya dukung lingkungan.

Limbah yang masuk ke perairan bersumber dari sisa pakan ikan serta buangannya (feses). Fosfor sebagai hasil urai buangannya diambil sebagai indikator yang bersumber dari pakan dan tubuh ikan, sehingga dengan diketahui kandungan fosfor pada pakan dan tubuh ikan dapat diperkirakan kemampuan lingkungan perairan dalam hal ini Waduk untuk menerima limbah sebagai pendukung kegiatan perikanan. Sebelumnya juga perlu diketahui kemampuan alami perairan dalam menerima limbah berdasarkan kondisi fisik perairan.

Apabila pakan yang digunakan adalah pakan CF dan seluruh KJA menggunakan jaring utama (1 lapis), maka daya dukung Waduk Cirata untuk ikan mas saat ini sebanyak 29778 ton/MT (24,815 keramba), sedangkan dengan asumsi seluruh KJA menggunakan jaring sekunder (2 lapis jaring), maka daya dukung Waduk Cirata untuk ikan mas sebanyak 30757 ton/MT (25631 keramba). Jika pakan yang digunakan adalah pakan PL dan seluruh KJA menggunakan jaring utama (1 lapis), maka daya dukung Waduk Cirata untuk ikan mas saat ini sebanyak 50642 ton/MT (42202 keramba), sedangkan dengan asumsi seluruh KJA menggunakan jaring sekunder (2 lapis jaring), maka daya dukung Waduk Cirata untuk ikan mas sebanyak 53540 ton/MT (44617 keramba). Berdasarkan wawancara didapat rata-rata produksi adalah 1200 kg/petak/MT. Asumsi yang digunakan adalah rata-rata petak dapat berproduksi 1.2 ton per musim tanam dari hasil wawancara.

Kegiatan perikanan budidaya di Waduk Cirata tiap tahun mengalami peningkatan jumlah KJA yang aktif maupun KJA yang telah ditinggalkan pemiliknya. Peningkatan ini akan mengakibatkan peningkatan endapan sedimen di dasar perairan berimbas pada berkurangnya kedalaman Waduk yang disebabkan oleh kegiatan pemberian pakan yang berlebihan. Hal ini menyebabkan berkurangnya volume Waduk yang menjadikan ancaman bagi keberadaan KJA endapan sedimen yang berada didasar perairan Waduk dapat menyebabkan umbalan atau up welling yang akan mengakibatkkan kematian masal pada ikan yang dapat merugikan pemelihara ikan. Salah satu cara untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat endapan sedimenadalah dengan restorasi. Restorasi yang dilakukan dapat menggunakan cara pengerukan ataupun pengambilan endapan sedimen didasar perairan untuk dijadikan pupuk. Kegiatan restorasi ditujukan untuk mengembalikan fungsi Waduk seperti semula. Restorasi diasumsikan dengan penambahan kedalaman. Sebelum restorasi kedalaman Waduk sebesar 28.76 m. setelah restorasi didapatkan kedalaman sebesar 33.05 m. Kedalaman tersebut didapat apabila asumsi Waduk diadakan pengerukan dengan keberhasilan 70% hingga didapat volume yang lebih besar.

(27)

17

keramba), sedangkan jika diasumsikan semua KJA diasumsikan menggunakan 2 lapis jaring, jaring utama ikan mas dan jaring sekunder berisi ikan ikan nila maka daya dukung Waduk Cirata untuk KJA dua lapis jaring ikan mas dan ikan nila setelah restorasi yaitu sebesar 35354 ton/MT (17677 keramba). Asumsi untuk semua jaring petak rata-rata dapat berproduksi 2 ton per musim tanam. Hal ini didasarkan pada hasil produksi tertinggi yang dicapai di Waduk Cirata pada tahun 2007 sebelum terjadinya penurunan produksi ditahun-tahun selanjutnya hingga saat ini. Jumlah tersebut mengalami peningkatan dibandingkan dengan sebelum diadakan restorasi yaitu sebesar 29778 ton/MT (24,815 keramba) dan 30757 ton/MT (25631 keramba) bila semua KJA menggunakan dua lapis jaring. Hal ini menggambarkan bahwa volume Waduk memiliki dampak yang besar bagi daya dukung Waduk itu sendiri.

Nilai-nilai pembanding diatas yang dilihat dari besarnya jumlah petak yang didapat setelah adanya kegiatan restorasi dan besarnya keuntungan yang seharusnya dapat dirasakan pembudidaya ikan mas di Waduk Cirata setelah diadakannya kegiatan restorasi dengan melakukan menyedotan dan pengerukan endapan sedimen, sehingga dihasilkan daya dukung dan keuntungan produksi yang lebih besar. Selain itu, nilai-nilai tersebut juga menunjukkan penggunaan dua lapis jaring pada KJA lebih ramah lingkungan dengan memberikan daya dukung yang lebih besar dibandingkan KJA yang hanya menggunakan satu lapis jaring.

Selain aktifitas restorasi, penegakan upaya hukum juga harus dilakukan. Upaya untuk mengurangi jumlah keramba yang ada ataupun pembatasan izin usaha keramba, penarikan keramba yang sudah tidak terpakai. Selain itu juga perlu dilakukan sensus untuk jumlah keramba yang ada agar dapat diketahui jumlah keramba aktif yang sebenarnya.

Keuntungan keramba jaring apung (KJA)

(28)

18

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan kandungan fosfor pada ikan mas 0.48% dan ikan nila 0.34%. Kandungan P tertinggi terdapat pada jenis pakan CF dengan nilai total P sebesar 5,58%, sedangkan untuk jenis pakan dengan pengguna terbanyak adalah PL dengan nilai total P sebesar 3,38%. Berdasarkan dua pakan uji dengan pengguna terbanyak dan kandungan nutrient tertinggi didapatkan pelepasan beban fosfor yang berkisar antara 59,4 – 106,8 kg per ton. Estimasi pelepasan P dengan menggunakan model daya dukung Waduk berdasarkan kandungan P ikan mas dan kandungan P pakan ikan mas untuk KJA jika seluruhnya memelihara ikan mas, menunjukkan aktivitas KJA di Waduk Cirata saat ini telah melebihi daya dukung lingkungan yaitu didapat daya dukung saat ini untuk pakan CF didapat 29778 ton/MT dan 30757 ton/MT, dan untuk pakan PL didapatkan 50642 ton/MT dan 53540 ton/MT. Daya dukung setelah restorasi didapatkan untuk pakan CF sebesar 34.650 ton/MT untuk satu lapis jaring dan 37.882 ton/MT untuk dua lapis jaring. Aktivitas restorasi dengan penggelontoran sedimen akan memperbaiki fungsi daya dukung Waduk Cirata. Penggunaan dua lapis jaring pada KJA lebih menguntungkan dan ramah lingkungan denganmemberikan daya dukung yang lebih besar dibandingkan KJA yang hanya menggunakan satu lapis jaring.

DAFTAR PUSTAKA

[APHA] American Public Health Assosiation. 2005. Standard Methods for The Examination of Water and Wastewater, 21st ed, Washington, D.C. (US) American Public Health Assosiation 800 1 Street. NW.

Beveridge MCM. 2004. Cage Aquaculture. Oxford (US): Blackwell Publishing ltd. USA. 346 hlm

[BPWC] Badan Pengelola Waduk Cirata. 2011. Laporan Sensus Keramba Jaring Apung PT Cikal. Badan Pengelola Waduk Cirata. Bandung (ID)

Cho CY, CB Cowey, T Watanabe. 1985. Finfish Nutrition in Asia. Methodological Approach to Research and Development. Tokyo (JP): IDRC. 156 hlm

Garno YS, Adibroto TA. 1999. Prosiding Semiloka Nasional Pengelolaan dan Pemanfaatan Danau dan Waduk. PPLH-LH, IPB. Ditjen Bangda Depdagri. Ditjen Pengairan, Kantor Meneg (ID). LH XVII: hlm 1-10

Halver JE. 1989. Fish Nutrition. 2nd ed. California (US): Academic Press Inc. Jahan P, Watanabe T, Kiron V, Saton S. 2003. Phosphorous and Nitrogen

Excretion During Growth Span of Carp Kept Under Two Rearing System. Journal Fisheries Science 68. 431 hlm

Kasmidjo RB. 1992. Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press. 1(2).

(29)

19

Krisanti M. 2004. Permasalahan dan Strategi Pengelolaan Perairan Waduk: Contoh Kasus Waduk Jatiluhur dan Waduk Cirata, Jawa Barat. [makalah]. Bogor (ID), Institut Pertanian Bogor.

Krisanti M, Imran Z. 2006. Daya dukung Lingkungan Perairan Teluk Ekas Untuk Pengembahan Kegiatan Budidaya Ikan Kerapu Dalam Keramba Jaring Apung. J.II.Pert.Indon. Vol. 11(2): hlm 15-20

[PJB] Pembangkitan Jawa dan Bali Unit Pembangkitan Cirata. 2008. Laporan Pemantauan Cirata. Purwakarta (ID): PT. PJB Unit Pembangkitan Cirata. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 28 Tahun 2009.Tentang Daya

Tampung Beban Pencemaran Air Danau dan/Atau Waduk.

Peraturan Pemerintah. No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Pulatsu S. 2003.The Application of a Phosphorus Budget Model Estimating The Carrying Capacity of Kesihkopru DAM Lake. Turk J Vet Anim Sci . Tubital. (11)27: hlm 1127-1130

Resmi INC. 2007. Prospek Usaha Budidaya Ikan Nila Gift sistem Kolor Pada Keramba Jaring Apung di Waduk Cirata Kecamatan Cikalong Kulon Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat [skripsi] Bogor (ID): Insitut Pertanian Bogor.

Siddiqui AQ, Al-Harbi AH. 1999. Nutrient Budgets in Tanks with Different Stocking Densities of Hybrid Tilapia. Journal Aquculture hlm 170:245 Sukimin S. 2008. The application of a phosphorus loadings model estimating the

carrying capacity for cage culture and its productivity of Saguling Reservoir, West Java, Indonesia. Proceeding of International Conference in Indonesian Inland Waters. Book 2: General Papers. 17-18 Oktober. Palembang (ID), BPPRPU-PRPT-BRKP, MSP-IPB, Limnologi-LIPI, FMIPA-UNSRI dan Pemprov Sumatera Selatan.

Soemarwoto O, Roem CM, Herawati T, Costa-Pierce BA. 1990. Water Quality Suitablity of Saguling And Cirata Reservoirs for Development of Floating Net Cage Aquaculture. Di dalam: Costa-Pierce BA; Soemarwoto, O, editor. Reservoir Fisheries and Aquaculture Development for Ressetlement in Indonesia. Manila (PH): ICLARM Tech. Rep. Hlm 18-111.

Tambunan F. 2010. Daya dukung Perairan Danau Lido Berkaitan Dengan Pemanfaatannya Untuk Kegiatan Budidaya Perikanan Sistem Keramba Jaring Apung. [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Triyanto, Henny C. 2010. Estimasi Penentuan Daya Dukung Perairan Kolong Untuk Pengembangan Budidaya Ikan dengan Menggunakan Aplikasi Model Beban Fosfor di Bangka. Prosiding Seminar Nasional Limnologi V. 256 hlm

Vollenweider RA. 1968. Scientific Fundamentals of The Eutrophication of Lakes and Flowing Waters, With Particular Reference to Nitrogen and Phosphorus as Factor in Eutrophication. OECD Paris(FR) DAS/CSI/68. 27 : hlm 1-182

Watanabe T. 1988 Fish Nutrition and Mariculture JICA Textbook The General Aquaculture Course. Tokyo (JP). Tokyo University of Fisheries. hlm 232 Wiramiharja Y, Hernawati R, Harahap IM, Yukiyasu N. 2007. Nutrisi dan Bahan

(30)

20

(31)

21

(32)

22

Lampiran 1 Kuisioner wawancara kondisi KJA

No Parameter Jawaban

11 Kedalaman air a. Jaring utama: b. Jaring sekunder:

12 Ukuran mata jaring a. Jaring utama: b. Jaring sekunder:

Biaya pembuatan KJA 13 Paketan

Satuan

Benih

14 Padat tebar benih a. Jaring utama: b. Jaring sekunder

Ukuran benih a. Jaring utama: b. Jaring sekunder

15 Harga benih per kg per ekor

Pakan

16 Merk pakan A

17 Perbedaan pakan per umur 18 Banyak pemberian pakan

19 Banyaknya pakan yang digunakan per jaring dari benih hingga panen 27 Kendala dalam usaha KJA

Lampiran 2. Prosedur pengukuran kandungan P ikan dan P pakan (APHA 2005) Pengujian fosfor diawali dari prinsip penetapan fosfor, yaitu analisis sampel dilakukan dengan metode pengabuan basah.

1. Diambil 1 gram sampel yang telah dihaluskan 2. Dimasukan ke dalam gelas piala 150 ml

(33)

23

4. Setelah itu dipanskan dengan menggunakan hot plate selama 1 jam pada suhu 100o C, dinginkan

5. Ditambahkan 2 ml H2O2, lalu panaskan kembali dengan suhu 200o C selama 1 jam, dinginkan

6. Ditambahkan 2 ml H2O2, dan dipanaskan kembali dengan suhu 350o C hingga muncul uap putih, dinginkan.

7. Setelah itu ditambahkan 50 ml H2O dan dikocok kemudian diamkan selama semalaman supaya mengendap

8. Setelah didiamkan semalaman gunakan supernatant untuk dianalisis kandungan fosfornya.

Lampiran 3. Tahapan perhitungan pelepasan P ikan mas ke perairan

Tahapan perhitungan total P ikan mas yang hilang ke perairan adalah sebagai berikut:

1. Menghitung kandungan P pada pakan (kg)

Berdasarkan hasil yang diperoleh, jenis pakan yang digunakan dalam perhitungan adalah pakan dengan kandungan P tertinggi yaitu CF dengan kandungan P sebesar 5.58% dan pakan dengan pengguna terbanyak yaitu PL dengan kandungan P sebesar 3.38%.

2. Menghitung kandungan P pada ikan (kg/ton ikan)

Berdasarkan data yang diperoleh kandungan P pada ikan mas adalah 0.48% dan kandungan P ikan nila 0.34%

3. Menentukan FCR yang digunakan dalam budidaya

Berdasarkan hasil yang diperoleh berdasarkan persentase terbanyak dan rata-rata FCR yang didapat adalah FCR 2:1, sehingga FCR 2:1 yang akan digunakan dalam perhitungan.

Untuk pelepsan fosfor dari pakan CF adalah:

1. Menghitung kandungan P pada pakan dari perkalian dengan FCR (kg). Kandungan P dalam 1 ton pelet = [1000 kg x 5.58%] = 55.8kg FCR = 2.0 : 1 x 55.8kg P( Dlm makanan) = 111,6 kg

2. Menghitung kandungan P pada ikan mas.

Kandungan P dalam ikan mas adalah 0,48% dari berat badan ikan = [1000kg x 0.48%] = 4.80 kg /ton ikan

3. Menghitung P yang hilang ke perairan, yaitu selisih antara P pada pakan yang telah dikali FCR dengan P pada ikan mas.

Jadi P yang hilang adalah:

= 111.6 – 4.80 = 106.8 kg per ton ikan

4. Apabila di sistem keramba jaring apung diberikan jaring sekunder yang berisi ikan nila didapatkan hasil dari selisih antara P yang hilang dari jaring ikan mas dengan P pada ikan nila.

Kandungan P dalam ikan nila adalah 0.34% dari berat badan ikan = [1000kg x 0.34%] = 3.40 kg/ton ikan

Jadi P yang hilang ke perairan untuk pakan Comfeed dengan FCR 2:1adalah:

(34)

24

Lampiran 4. Perhitungan daya dukung Waduk Cirata

Analisis data daya dukung untuk KJA digunakan dengan pendekatan model Beveridge (1987), Sukimin (2008) dan Per.Men.LH No.28 Tahun (2009) untuk penilaian daya dukung lingkungan perairan bagi pengembangan budidaya dengan langkah sebagai berikut :

1. menentukan kapasitas badan air untuk budidaya intensif ∆P, yaitu selisih antara

[P] sebelum dimanfaatkan dan [P] maksimum yang dapat diterima setelah keberadaan KJA.

∆P = [P]f-[P]i = 1000-271 = 729

2. R untuk kondisi danau-danau secara umum dengan x adalah besarnya proporsi total P yang hilang secara permanen ke dalam sedimen (x=0,45-0,55) x ditentukan sebesar 0,5

Asumsi musim tanam KJA adalah 4 bulan (3 kali musim tanam). Maka: TAL = 3,180,291.381 kg/ MT

5. Daya dukung

Pelepasan P untuk setiap 1 ton ikan = 103.4 kg/ton ikan untuk pakan CF, Total acceptable production

= 3,180,291.381 / 103.4 = 30,757 ton/MT

Lampiran 5. Perhitungan keuntungan sistem keramba jaring apung ikan mas

(35)

25

Parameter Ket. Satu lapis jaring dua lapis jaring

Pakan PL Pakan CF Pakan PL Pakan CF

Harga ikan Mas (Rp/kg)

TR

Rp. 15,000 Rp. 15,000

Produksi (kg/petak/MT) 812 750 812 750

Harga ikan Nila (Rp/kg) Rp. 10,000

Produksi ikan Nila (kg) 750 900

Harga Pakan (Rp/kg)

TC Rp. 6,050 Rp. 6,750 Rp. 6,050 Rp. 6,750

Pakan yang digunakan (kg) 1633 2250 2183 2250

(36)

26

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Muhammad Aziz Baharsyah, putra pertama dari tiga bersaudara yang lahir di Jakarta pada tanggal 06 Desember 1991 dari bapak Syahrul Sugito dan ibu Purwaningsih. Penulis memiliki dua saudara bernama Syafira Afiati dan Irnia Syafitri. Penulis berhasil masuk Institut Pertanian Bogor di Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada tahun 2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Sebelumnya Penulis mengikuti pendidikan formal di TK Taman Bekasi Indah dari tahun 1996-1997, SD Negeri Pekayon Jaya X dari tahun 1997-2003, SMP Negeri 12 Bekasi Selatan dari tahun 2003-2006, dan SMA Martia Bhakti Bekasi dari tahun 2006-2009.

Selama mengikuti perkulihan, penulis menjadi asisten praktikum Limnologi pada tahun ajaran 2011/2012, asisten praktikum Sumber Daya Perikanan pada tahun ajaran 2012/2013, asisten praktikum Konservasi Sumber Daya Hayati Perairan pada tahun ajaran 2013/2014 dan Iktiologi Fungsional ditahun yang sama. Penulis juga pernah aktif dalam Divisi Konservasi Burung Uni Konservasi Fauna IPB, Sosial lingkungan BEM FPIK IPB, ketua Environment and Social HIMASPER IPB dan beberapa kepanitian. Bulan Juli 2011 penulis melaksanakan kegiatan magang di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol, Bali.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjanapada program studi Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Gambar

Gambar 1. Lokasi Penelitian
Tabel 4.  Persentase FCR yang dipakai pembudidaya KJA terhadap kondisi KJA
Gambar 2. Grafik perbandingan pelepasan fosfor dari dua pakan uji berbeda
Tabel 5. Data yang diperlukan untuk menghitung daya dukung Waduk Cirata bagi KJA
+2

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimana menurut bapak dengan pekerjaan pengangkut garam perempuan yang lebih berat dari pada pengangkut garam laki-laki, tetapi upah pengangkut garam perempuan lebih rendah?.

Penelitian mengungkapkan bahwa profil penalaran kuantitatif dan kemampuan generalisasi siswa pada tipe menghubungkan (relating) yaitu Subjek dapat mengungkapkan masalah

khusus (specialized farming) dan tingkat pendapatan dari usaha peternakan mencapai 100%. Hal inilah yang terjadi di Desa Jenggik Kecamatan Terara Lombok Timur.

Di Indonesia beberapa virus yang menyerang ubi jalar telah dilaporkan, seperti SPFMV dan SPCSV di Jawa Barat dan Jawa Timur dengan gejala berupa pemucatan tulang daun dan

Berdasarkan penelitian tentang Gambaran Per- bedaan Asupan Zat Gizi Berdasarkan Aktivitas Screen Time Viewing Siswa SD, diperoleh simpulan sebagai berikut: Rerata asupan

Penerapan pada studi kasus data Ekspor Indonesia dengan metode Wavelet Thresholding dan parameter Minimax threshold memberikan estimasi yang mulus dan nilai MSE

(2) menganalisis latar belakang secara empiris pengaruh variabel budaya organisasi terhadap kinerja karyawan industri batik Kota Surakarta. Lokasi Penelitian di Batik