1 1.1.Latar Belakang Penelitian
Perkembangan bisnis yang semakin ketat dewasa ini mengharuskan
perusahaan menghadapi persaingan yang sangat ketat, apapun jenis bisnis yang
mereka jalankan. Persaingan di antara perusahaan tersebut akan menghasilkan tarik
menarik konsumen agar bisnisnya semakin maju. Untuk menarik konsumen setiap
perusahaan harus memiliki strategi yang tepat untuk memasarkan produknya.
Setiap perusahaan tentu mempunyai cara yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginan konsumen. Era globalisasi telah menuntut adanya perubahan
paradigma lama dalam segala bidang, salah satunya adalah bidang pemasaran.
Pemasaran mengambil peranan penting dalam setiap persaingan bisnis yang terjadi.
Adanya persaingan bisnis memang sangatlah wajar, namun sebaiknya disikapi
positif oleh para pebisnis.
Syarat yang harus dipenuhi oleh perusahaan agar dapat sukses dalam
persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk menciptakan pelanggan dan
agar tujuan tersebut dapat tercapai maka setiap perusahaan harus berupaya
menghasilkan dan meyampaikan barang dan jasa yang diinginkan konsumen
dengan harga yang pantas (reasonable). Dengan demikian maka setiap perusahaan harus memahami prilaku konsumen pada pasar sasarannya, karena kelangsungan
hidup perusahaan tersebut sebagai organisasi yang berusaha memenuhi kebutuhan
dan keinginan para konsumen sangat tergantung pada perilaku konsumennya
Persaingan usaha yangbegitu ketat mengharuskan perusahaan memiliki
keunggulan bersaing, jika tidak maka perusahaantersebut tidak dapat bertahan
lama.Keunggulan bersaing dalam sebuah organisasi dapat diperoleh dengan
memperhatikan nilaisuperior bagi pelanggan, kebudayaan dan iklim untuk
membawa perbaikkan pada efisiensi danefektivitas.
Keunggulan bersaing merupakan strategi keuntungan dari perusahaan yang
melakukan kerjasama untuk berkompetisi lebih efektif dalam pasar. Strategi yang
didesain bertujuan untuk mencapai keunggulan bersaing yang terus menerus agar
perusahaan dapat terus menjadi pemimpin pasar (Prakosa, 2005:53). Perusahaan
mengalami keunggulan bersaing ketika tindakan-tindakan dalam suatu industri atau
pasar menciptakan nilai ekonomi dan ketika beberapa perusahaan yang bersaing
terlibat dalam tindakan serupa (Barney,2010:9).
Keunggulan bersaing dianggap sebagai keuntungan dibanding kompetitor
yang diperoleh dengan menawarkan nilai lebih pada konsumen dibanding
penawaran kompetitor (Kotler et al., 2005:461). Keunggulan bersaing diharapkan
mampu untuk mencapai laba sesuai rencana, meningkatkan pangsa pasar,
meningkatkan kepuasan pelanggan, serta melanjutkan kelangsungan hidup suatu
usaha (Saiman,2014:128).
Untuk bisa mempertahankan kemampuan dalam keunggulan bersaing
tersebut, banyak aspek-aspek yang harus ditempuh diantaranya adalah orientasi
kewirausahaan yang harus dimiliki oleh seorang pengusaha itu sendiri. Keinginan
berwirausaha biasanya muncul karena kegemaran terhadap jenis usaha, memiliki
atau pengelola usaha menentukan usaha apa yang akan dilakukan, dimana usaha
akan dilakukan, kapan modal digunakan, bagaimana pembelanjaan dilakukan, dan
siapa saja yang terkait dengan usaha tersebut termasuk karyawan dan konsumen
yang disasar. Pada proses kewirausahaan dibutuhkan orientasi kewirausahaan
karena orientasi kewirausahaan menentukan arah gerak usaha yang telah dirintis
(Knight, 2000:14).
Orientasi kewirausahaan adalah perilaku wirausahawandalam mengelola
usahanya. Keberanian mengambil resiko, inovasi dan sikapproaktif akan membuat
perusahaan-perusahaan kecil mampu mengalahkan pesaing-pesaing
mereka.Seseorang yang berani mengambil risiko dapat didefinisikan sebagai
seseorang yang berorientasi pada peluang dalam ketidakpastian konteks
pengambilan keputusan. Hambatan risiko merupakan faktor kunci yang
membedakan perusahaan dengan jiwa wirausaha dan tidak.Konsepsi
entrepreneurial orientation merupakan solusi yangrelevan dan dipostulasikan berdampak positif bagiusaha kecil dalam lingkungan persaingan yang ketat.
Selain orientasi kewirausahaan faktor lain yang mempengaruhi keunggulan
bersaing adalah orientasi pasar. Menurut (Kohli dan Jaworski, 1990: 1-18),
orientasi pasar merupakan budaya perusahaan yang bisa membawa pada
meningkatnya kinerja pemasaran. (Naver dan Slater, 1990: 34) mendefinisikan
orientasi pasar sebagai budaya organisasi yang paling efektif dan efisien untuk
menciptakan perilaku-perilaku yang dibutuhkan untuk menciptakan superior value
bagi pembeli dan menghasilkan superior performance bagi perusahaan. Perusahaan
pada kebutuhan dasar eksternal, keinginan dan permintaan pasar sebagai dasar
dalam penyusunan strategi bagi masing – masing unit bisnis dalam organisasi, dan
menentukan keberhasilan perusahaan.
Perusahaan seharusnya selalu berupaya memuaskan kebutuhanserta
keinginan konsumen secara lebih baikdaripada para pesaing. Perusahaan
yangberorientasi pasar berarti mampu melihatkebutuhan pasar (konsumen) ke
depan.Dengan mengetahui kebutuhan pasarterlebih dahulu, berarti perusahaan
tersebutakan lebih mampu untuk mempersiapkanproduk yang diinginkan oleh
pasar.
Saat ini bisnis kuliner di Indonesia sudah menjamur, sehingga membuat
pengusaha untuk lebih berhati-hati dalam menjalankan bisnisnya agar tidak kalah
bersaing dengan bisnis yang sejenis. Begitu juga dengan bisnis yang menerapkan
bisnis waralaba (franchise). Perkembangan waralaba di Indonesia khususnya makanan siap saji sangat pesat. Dimungkinkan karena pengusaha yang
berkedudukan sebagai penerima waralaba (franchise) diwajibkan mengembangkan bisnisnya melalui master franchise yang diterimanya dengan cara mencari atau
menunjuk penerima waralaba.
One Fried Chicken berpusat di Banjaran Kab. Bandung. Dalam
perkembangan bisnisnya menerapkan strategi kerjasama langsung dengan sistem
bagi hasil dan strategi franchise. Untuk menarik konsumennya adapun motto dari produk One Fried Chicken yaitu, “Bedakan Rasanya, Rasakan Bedanya”.
Tabel 1.1
9. OFC Babakan Tarogong 21. OFC Sukahati
10. OFC Babakan Ciparay 22. OFC Suryalaya
11. OFC Kopo Permai 23. OFC Ciluncat
12. OFC Dimensi 24. OFC Cebek
Sumber : One Fried Chicken, 2015
One Fried Chicken berdiri pada tahun 2009. Awal mulanya bisnis ini
berpusat di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, namun pada tahun 2010 berpindah
lokasi ke daerah Banjaran Kabupaten Bandung dikarenakan banyak bisnis ayam
krispy serupayang menyebabkan bisnis ini kurang berkembang. Selain itu daya beli
konsumen yang masih rendah penjualan pun cenderung sulit berkembang.
Fenomena ini semakin menyadarkan para pengusaha untuk mencari
pendekatan-pendekatan serta terobosan yang inovatif guna merebut pangsa pasar. Kunci penting
untuk memenangkan persaingan terletak pada kemampuan perusahaan untuk
menciptakan keunggulan bersaing yang maksimal. Penelitian ini akan dilakukan di
24 cabang One Fried Chicken yang ada di Kota Bandung dan Kabupaten Bandung
karena setiap cabang kurang maksimal dalam penerapan setiap variabel yang akan
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Suparlan Wihardjo selaku
pemilik dari One Fried Chicken mengemukakan bahwa setiap franchiseecabang unit One Fried Chicken memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Ada yang
benar-benar memiliki kontrol penuh terhadap cabang tersebut, ada juga yang
mempercayakan kepada karyawan untuk mengurus keberlanjutan dari cabang itu
sendiri. Oleh sebab itu, setiap cabang tidak memiliki kemampuan yang sama untuk
mengembangkan bisnisnya ini walaupun selalu mendapat dukungan dari pihak
manajemen. Selain itu kurang beraninya seorang pemilik dalam melakukan stock
barang lebih untuk berjualan menyebabkan penjualan kurang mengalami
peningkatan yang signifikan.
Sehubungan dengan hal itu, penulis melakukan survey awal dengan
menyebarkan kuisioner kepada 24 responden franchisee One Fried Chicken tentang orientasi kewirausahaan pada One Fried Chicken Sebagai berikut:
Tabel 1.2
Survey Awal Tanggapan Franchisee Tentang Orientasi Kewirausahaan One Fried Chicken
No Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1.
Berdasarkan tabel survey awal tentang Orientasi kewirausahaan One Fried
Chicken diatas, terdapat masalah pada faktor-faktor yang terjadi adalah seperti pada
kedekatan yang dilakukan yaitu 75% tidak memiliki kedekatan khusus terhadap
karyawan/konsumen untuk meningkatkan penjualannya. Dan pada keberanian
franchisee untuk keputusan pembelian bahan baku menyatakan 58% pemilik tidak berani untuk mengambil resiko dengan membeli stock bahan baku. Rata-rata jawaban responden bahwa 67 % orientasi kewirausahaan pada One Fried Chicken
masih kurang efektif untuk meningkatkan penjualan cabangnya masing-masing.
Selain pentingnya orientasi kewirausahaan yang harus di tanam oleh
seorang pengusaha, adapun orientasi lain yang tidak kalah pentingnya yaitu
orientasi pasar. Orientasi pasar lebih berfokus pada penciptaan citra organisasi
terhadap kemampuannya untuk memperoleh simpati dari para pelanggan karena
mampu memberikan pelayanan yang sangat baik sehingga konsumen merasa sangat
puas. Perusahaan seharusnya akan selalu berupaya memuaskan kebutuhan serta
keinginan konsumen secara lebih baik daripada para pesaing.
Melalui wawancara dengan pemilik One Fried Chicken perlu terus
melakukan peningkatan dari segi keinginan yang diharapkan oleh konsumen karena
masih adanya beberapa komplain konsumen yang disampaikan kepada franchisee
ataupun karyawannya.Tetapi dalam hal ini masih kurangnya koordinasi antara
franchisee dengan karyawan menyebabkan pelayanan konsumen tidak berjalan secara baik. Selain itu dalam aspek ini juga peran pesaing sangatlah perlu
Berikut hasil survey awal peneliti pada franchisee mengenai orientasi pasar yang dilakukan oleh One Fried Chicken.
Tabel 1.3
Survey Awal Tanggapan Franchisee Tentang Orientasi Pasar One Fried Chicken
No Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1. Apakah produk yang dijual sudah sesuai dengan keinginan konsumen
14 59 % 10 41 %
2.
Apakah produk yang dijual sudah sanggup menyaingi produk pesaing One Fried Chicken
7 29 % 17 71 %
3.
Apakah koordinasi antara pemilik dan karyawan berjalan dengan baik untuk melayani konsumen
9 38 % 15 62 %
Orientasi Pasar (Rata – rata Jawaban)
10 42 % 14 58 %
Sumber : One Fried Chicken
Berdasarkan tabel survey awal tentang Orientasi pasar One Fried Chicken
diatas, terdapat masalah pada faktor – faktor yang terjadi adalah seperti pada produk
yang diinginkan konsumen yaitu sebesar 59 % menyatakan bahwa produk yang
dijual oleh One Fried Chicken sudah sesuai dengan keinginan konsumen. Tetapi
pada tingkat persaingan produk sebesar 71% menyatakan bahwa produk One Fried
Chicken belum bisa menyaingi produk pesaing. Sedangkan untuk koordinasi antara
franchisee dengan karyawan sebesar 62% menyatakan belum berjalan dengan baik. Rata – rata jawaban responden bahwa 58 % orientasi pasar pada One Fried Chicken
masih belum berjalan secara baik.
Oleh sebab itu, perusahaan harus memiliki orientasi kewirausahaan dan
orientasi pasar yang baik agar dapat mendapatkan tingkat keunggulan bersaing
mengatakan bahwa masih banyak kendala yang dihadapi oleh perusahaan dalam
menghadapi keunggulan bersaing diantaranya adalah sebagian konsumen masih
mengeluhkan harga yang ditetapkan oleh One Fried Chicken dikarenakan produk
yang tidak ada perbedaan dengan produk yang lebih dikenal oleh konsumen.
Sehingga menyebabkan beberapa konsumen lebih memlih produk yang lebih di
kenal tersebut. Berikut hasil survey awal peneliti pada franchisee mengenai keputusan pembelian yang diberikan oleh One Fried Chicken.
Tabel 1.4
Survey Awal Tanggapan Franchisee Tentang Keunggulan Bersaing One Fried Chicken
No Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1. Apakah harga yang ditetapkan oleh manajemen sudah sesuai dengan keinginan konsumen
12 50 % 12 50 %
2.
Adakah perbedaan produk yang dijual dengan produk pesaing One Fried
Berdasarkan tabel survey awal tentang keunggulan bersaing One Fried
Chicken diatas, terdapat masalah pada faktor – faktor yang terjadi adalah seperti
pada perbedaan produk yang dijual yaitu sebesar 79 % menyatakan bahwa produk
yang dijual oleh One Fried Chicken tidak berbeda dengan pesaing. Dan untuk citra
produk One Fried Chicken kepada konsumen yaitu sebesar 67% menyatakan One
Berdasarkan permasalahan dan fenomena di atas, maka penulis tertarik
membuat penelitian yang tertuang dalam usulan penelitian dengan judul
”Pengaruh Orientasi Kewirausahaan dan Orientasi Pasar terhadap Keunggulan Bersaing pada Pelaku Bisnis di One Fried Chicken Daerah Kota Bandung dan Kabupaten Bandung”
1.2.Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah 1.2.1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang dapat diidentifikasikan
yaitu:
1. Pola pikir dan karakteristik franchisee One Fried Chicken berbeda – beda sehingga menyebabkan orientasi kewirausahaan yang di harapkan oleh
franchisee tidak dapat berjalan secara seimbang
2. Produk One Fried Chicken belum bisa memenuhi harapan yang diinginkan
oleh franchisee sehingga tingkat penjualan produk masih rendah
3. Tidak adanya perbedaan secara khusus pada produk One Fried Chicken
menyebabkan citra yang dimiliki perusahaan belum terlalu di kenal oleh
konsumen.
1.2.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka dapat
1. Bagaimana tanggapan franchisee tentang orientasi kewirausahaan pada One Fried Chicken.
2. Bagaimana tanggapan franchisee tentang orientasi pasar pada One Fried Chicken.
3. Bagaimana tanggapan franchisee tentang keunggulan bersaing pada One Fried Chicken.
4. Apakahterdapat pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap keunggulan
bersaing pada One Fried Chicken secara parsial.
5. Apakahterdapat pengaruh orientasi pasar terhadap keunggulan bersaing
pada One Fried Chicken secara parsial.
1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian
Maksud Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Pengaruh
Orientasi Kewirausahaan dan Orientasi Pasar terhadap Keunggulan Bersaing
1.3.2. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tanggapan franchisee tentang orientasi kewirausahaan pada One Fried Chicken.
2. Untuk mengetahui tanggapan franchisee tentang orientasi pasar pada One Fried Chicken.
4. Untuk mengetahui pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap keunggulan
bersaing pada One Fried Chicken secara parsial.
5. Untuk mengetahuipengaruh orientasi pasar terhadap keunggulan bersaing
pada One Fried Chicken secara parsial.
1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis
Dari hasil penelitian ini penulis mengharapkan dapat berguna bagi
pihak-pihak yang berkepentingan yaitu penelitian ini sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak
Manajemen One Fried Chicken.
1.4.2 Kegunaan Akademis
1. Bagi Penulis
Hasil Penelitian ini merupakan pengalaman berharga dimana penulis
dapat menambah wawasan dan memperkaya ilmu mengenai Pengaruh
Orientasi Kewirausahaan dan Orientasi Pasar terhadap Keunggulan Bersaing
melalui pembelajaran kuliah dan tentu saja pada penelitian ini
2. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk mendapatkan
pengetahuandan sebagai bahan pertimbangan lainnya yang mungkin
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian
Untuk memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti maka peneliti mengadakan penelitan pada One Fried Chicken.
1.5.2 Waktu Penelitian
Waktu yang dilakukan dalam penelitian ini dimulai pada bulan Februari
2015 sampai dengan Agustus 2015. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti
membuat rencana jadwal penelitian yang dimulai dengan tahap persiapan sampai
ketahap akhir yaitu pelaporan hasil penelitian. Secara lebih rinci waktu penelitian
dapat dilihat pada tabel 1.5 dibawah ini:
Tabel 1.5.
Waktu Pelaksanaan Penelitian Tahun Akademik 2014/2015 Tahap Prose dur
14 BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1. Kajian Pustaka
2.1.1. Orientasi Kewirausahaan 2.1.1.1. Definisi Kewirausahaan
Enterpreneurship atau kewirausahaan adalah usaha kreatif yang dibangun
berdasarkan inovasi untuk menghasilkan sesuatu yang baru, memiliki nilai
tambah, memberi manfaat, menciptakan lapangan kerja dan hasilnya berguna bagi
orang lain. (Eddy S. Soegoto, 2014: 26).
Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan
dasar, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju kesuksesan. Beberapa
literatur manajemen memberikan tiga landasan dimensi – dimensi dari
kecenderungan organisasional untuk proses manajemen kewirausahaan, yakni
kemampuan inovasi, kemampuan mengambil risiko, dan sifat proaktif
(Weerawerdeena,2003,p.411).
Menurut Siswanto Sudoto (1989) dalam buku Eddy S. Soegoto
“Entrepreneurship: Menjadi Pebisnis Ulung” mengungkapkan bahwa segala
sesuatu yang penting mengenai seorang wirausaha, yakni orang yang memiliki
sifat bekerja keras dan berkorban, memusatkan segala daya dan berani mengambil
2.1.1.2. Sikap Entrepreneur
Sikap yang harus dimiliki seorang entrepreneur dalam membangun dan
mengembangkan usaha adalah
1. Disiplin
Disiplin atas ketepatan waktu, kualitas pekerjaan, sistem kerja,
kesepakatan kerja yang dibuat dan taat azas.
2. Komitmen Tinggi
Memiliki komitmen tinggi, jelas, terarah dan bersifat progresif
(berorientasi pada kemajuan) atas kesepakatan yang telah dibuat seseorang,
baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Jelas, terarah dan bersifat
progresif (berorientasi pada kemajuan). Komitmen terhadap konsumen adalah
pelayanan prima yang berorientasi pada kepuasan konsumen, kualitas produk
yang sesuai dengan harga produk yang ditawarkan dan problem solving bagi
masalah konsumen sehingga kepercayaan konsumen akan berimbas pada
pembelian yang terus meningkat sehingga profit perusahaan meningkat.
3. Jujur
Kejujuran sangat melekat pada konsep pemasaran yang berorientasi
pada kepuasan konsumen. Wirausahawan harus menjunjung tinggi kejujuran
dalam melakukan kegiatan usahanya sehingga akan mendapatkan konsumen
4. Kreatif dan inovatif
Untuk memenangkan persaingan, maka seorang wirausahawan terus
memiliki daya kreativitas tinggi. Daya kreativitas tersebut sebaiknya adalah
dilandasi oleh cara berpikir yang maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru
yang berbeda dengan produk-produk yang telah ada selama ini di pasar.
Gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat dibatasi oleh
ruang, bentuk ataupun waktu. Justru sering kali ide-ide genius yang
memberikan terobosan-terobosan baru dalam dunia usaha awalnya dilandasi
oleh gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya mustahil.
Namun, gagasan-gagasan yang baik pun, jika tidak diimplementasikan
dalam kehidupan sehari-hari, hanya akan menjadi sebuah mimpi.
Gagasan-gagasan yang genius umumnya membutuhkan daya motivasi
yang tinggi dari wirausahawan yang bersangkutan. Kreativitas yang tinggi
tetap membutuhkan sentuhan inovasi agar laku dipasar.
Inovasi yang dibutuhkan adalah kemampuan wirausahawan dalam
menambahkan nilai guna/ nilai manfaat terhadap suatu produk dan menjaga
mutu produk dengan memperhatikan “market oriented” atau apa yang sedang
laku di pasaran.
Dengan bertambahnya nilai guna atau manfaat pada sebuah produk,
maka meningkat pula daya jual produk tersebut di mata konsumen, karena
5. Mandiri
Seorang entrepreneur harus memiliki sikap mandiri dalam mengelola
usahanya, yakni tidak tergantung pihak lain dalam mengambil keputusan atau
bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan usahanya.
6. Realistis
Penetapan keputusan bisnis harus realistis, objektif dan rasional
dengan melihat fakta/realitas di lapangan dan menyeleksi masukan atau saran
dari luar.
2.1.1.3. Konsep Orientasi Kewirausahaan
Orientasi kewirausahaan memegang peranan penting dalam meningkatkan
kinerja usaha. Porter (2007) mendefinisikan orientasi kewirausahaan sebagai
strategi benefit perusahaan untuk dapat berkompetisi secara lebih efektif di dalam
market place yang sama. Orientasi kewirausahaan mengacu pada proses, praktik,
dan pengambilan keputusan yang mendorong ke arah input baru dan mempunyai
tiga aspek kewirausahaan, yaitu selalu inovatif, bertindak secara proaktif dan
berani mengambil risiko (Lumpkin dan Dess, 1996).
Inovatif mengacu pada suatu sikap wirausahawan untuk terlibat secara
kreatif dalam proses percobaan terhadap gagasan baru yang memungkinkan
menghasilkan metode produksi baru sehingga menghasilkan produk atau jasa
berhubungan dengan persepsi dan aktivitas terhadap aktivitas-aktivitas bisnis yang
baru dan unik (Schumpeter dan Milton, 1989, dalam Suryanita 2006).
Sedangkan proaktif mencerminkan kesediaan wirausaha untuk
mendominasi pesaing melalui suatu kombinasi dan gerak agresif dan proaktif,
seperti memperkenalkan produksi baru atau jasa di atas kompetisi dan aktivitas
untuk rnengantisipasi permintaan mendatang untuk menciptakan perubahan dan
membentuk lingkungan. Sikap aktif dan dinamis adalah kata kuncinya (Doukakis,
2002, dalam Suryanita 2006). Proaktif juga ditunjukkan dengan sikap
agresif-kompetitif, yang mengacu pada kecenderungan perusahaan untuk bersaing secara
ketat dan langsung bagi semua kompetitornya untuk menjadi yang terbaik dan
meninggalkan para pesaingnya (Covin dan Slevin, 1989; Lumpkin and Dess,
1996; Morris and Paul, 1987).
Berani mengambil risiko merupakan sikap berani menghadapi tantangan
dengan melakukan eksploitasi atau terlibat dalam strategi bisnis dimana
kemungkinan hasilnya penuh ketidakpastian. Hambatan risiko merupakan faktor
kunci yang membedakan perusahaan dengan jiwa wirausaha dan tidak. Fungsi
utama dari tingginya orientasi kewirausahaan adalah bagaimana melibatkan
pengukuran risiko dan pengambilan risiko secara optimal (Looy et al. 2003, dalam
2.1.1.4. Indikator Orientasi Kewirausahaan
Weerawerdeena (2003) dalam Andriani Suryanita (2006:11) menyatakan
bahwa, “Beberapa literatur manajemen memberikan tiga landasan
dimensi-dimensi dari kecenderungan organisasional untuk proses manajemen
kewirausahaan, yakni kemampuan inovasi, kemampuan mengambil risiko, dan
sifat proaktif”. Pendapat ini serupa dengan pendapat Lumpkin dan Dess (1996)
dalam Hanifah (2011:3) yang berpendapat, “Orientasi kewirausahaan mengacu
pada proses, praktik, dan pengambilan keputusan yang mendorong ke arah input
baru dan mempunyai tiga aspek kewirausahaan, yaitu berani mengambil risiko,
bertindak secara proaktif dan selalu inovatif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
indikator orientasi kewirausahaan terdiri dari tiga, yaitu:
1. Keinovatifan (innovativeness) 2. Pengambilan resiko (risk tasking) 3. Keproaktifan (proactiveness)
2.1.2. Orientasi Pasar
2.1.2.1. Definisi Orientasi Pasar
Orientasi pasar adalah suatu proses dan aktivitas yang berhubungan
dengan penciptaan dan pemuasan pelanggan dengan cara terus menilai kebutuhan
Menurut Lukas dan Farrell (Bagas Prakosa, 2005: 40), Orientasi Pasar
adalah proses dari menghasilkan dan memberikan informasi pasar untuk tujuan
menciptakan superior value bagi konsumen.
Menurut Kohli dan Jaworski (1990: 1-18), orientasi pasar merupakan
budaya perusahaan yang bisa membawa pada meningkatnya kinerja pemasaran.
Naver dan Slater (1990: 34) mendefinisikan orientasi pasar sebagai budaya
organisasi yang paling efektif dan efisien untuk menciptakan perilaku – perilaku
yang dibutuhkan untuk menciptakan superior value bagi pembeli dan menghasilkan superior performance bagi perusahaan. Perusahaan yang telah menjadikan orientasi pasar sebagai budaya organisasi akan berdasar pada
kebutuhan dasar eksternal, keinginan dan permintaan pasar sebagai dasar dalam
penyusunan strategi bagi masing – masing unit bisnis dalam organisasi, dan
menentukan keberhasilan perusahaan.
Orientasi pasar merupakan salah satu bagian dari pemasaran. Pemasaran
adalah kegiatan yang memberikan arah kepada seluruh aktivitas bisnis/niaga yang
meliputi bauran pemasaran di mana produk (barang, jasa, dan ide) yang
dipasarkan merupakan perwujudan dari konsep yang mengalami proses
pengembangan dan produksi yang ditujukan kepada pemakai akhir (Hibertus,
2.1.2.2. Perspektif Orientasi Pasar
Orientasi pasar bagi perusahaan merupakan suatu keharusan untuk
bertahan hidup di lingkungan yang dinamis dan penuh dengan persaingan.
Perusahaan pada kondisi intensitas persaingan yang tinggi sangat diperlukan
strategi orientasi pasar, perusahaan dengan orientasi pasar yang minimum akan
kalah bersaing dengan perusahaan pesaing. Menurut Cravens & Peircy (2006)
menyatakan bahwa ada dua pendekatan yang dapat dilakukan untuk berorientasi
pasar, yaitu pendekatan market driven dan pendekatan driving market. Market driven merujuk pada orientasi bisnis yang berdasarkan pada pemahaman dan
reaksi terhadap pilihan-pilihan dan perilaku pemain di struktur pasar yang ada.
Strategi tradisional berfokus pada konsumen dimana diasumsikan bahwa
konsumen mengetahui apa yang mereka inginkan. Implikasi dari hal tersebut
adalah the rules of the competitive game dibentuk oleh pembeli (Carpenters et.,al., 2001). Sedangkan pendekatan driving market mengimplikasikan pengaruh terhadap struktur pasar atau prilaku pasar, dengan tujuan meningkatkan posisi
persaingan. Baik pendekatan market driven dan driving market, sama-sama berfokus pada konsumen, pesaing, dan kondisi pasar secara umum.
Perencanaan stratejik berorientasi pasar adalah sebuah proses manajerial
untuk membangun dan memelihara jalan yang baik antara tujuan-tujuan
organisasi, keahlian-keahlian, sumber daya dan peluang-peluang yang diakibatkan
perubahan pasar.
Perusahaan dengan orientasi pasar yang rendah hanya memiliki
begitu, pelanggan lebih mudah tertarik kepada pesaing yang memberikan
penawaran customer value (nilai pelanggan) lebih baik atau bahkan sama. Bagi perusahaan, hal ini akan menyebabkan posisi persaingan yang tidak terfokus.
Perusahaan yang berorientasi pasar harus menekankan perhatian dan
kemampuannya pada pelanggan (customer) guna terciptanya nilai pelanggan yang superior guna meningkatan keunggulan bersaing perusahaan.
Perusahaan yang mampu bertahan dan berkembang adalah perusahaan
yang mengacu kepada strategi orientasi pasar. Orientasi pasar merupakan suatu
keharusan, jadikanlah orientasi pasar sebagai budaya atau kultur pada perusahaan.
Hal ini akan mengakibatkan terciptanya; kinerja bisnis yang superior, nilai
pelanggan yang superior, profitabilitas jangka panjang dan keunggulan daya saing
perusahaan.
2.1.2.3. Konsep Orientasi Pasar
Narver dan Slater (1990, p. 21-22) menyatakan bahwa orientasi pasar
terdiri dari 3 komponen perilaku yaitu orientasi pelanggan, orientasi pesaing dan
koordinasi interfungsional. Orientasi pelanggan dan orientasi pesaing termasuk
semua aktivitasnya dilibatkan dalam memperoleh informasi tentang pembeli dan
pesaing pada pasar yang dituju dan menyebarkan melalui bisnis, sedangkan
koordinasi interfungsional didasarkan pada informasi pelanggan serta pesaing dan
Orientasi Pelanggan
Dimensi ini dapat dinyatakan melalui luasnya monitoring atas
komitmen karyawan terhadap pelanggan, pengembangan strategi bersaing
yang didasarkan pada pemahaman atas kebutuhan konsumen, pemahaman
manajemen bagaimana perusahaan menciptakan customer value. Orientasi
pelanggan menghasilkan sebuah logika lain, yaitu sebagai hasil dari intensitas
penggarapan kebijakan yang berorientasi pasar, perusahaan memiliki peluang
untuk membentuk persepsi pada pelanggan atas nilai-nilai yang dibangunnya,
selanjutnya nilai-nilai tersebut akan menghasilkan nilai kepuasan bagi
pelanggan
Orientasi Pesaing
Orientasi pesaing dapat dinyatakan melalui tingkat monitoring
informasi pesaing dan menyebarluaskan informasi tersebut pada semua fungsi
yang ada di dalam organisasi seperti divisi riset dan pengembangan produk,
mendiskusikan dengan pimpinan perusahaan, bagaimana kekuatan pesaing
dan strategi yang mereka kembangkan saat ini atau strategi yang akan
dikembangkan di masa depan. Perusahaan yang berorientasi pada pesaing
akan menggunakan sebagian besar waktunya untuk melacak gerakan dan
pangsa pasar pesaing serta perusahaan menemukakan berbagai strategi untuk
Koordinasi interfungsional / koordinasi antar fungsi
Koordinasi antarfungsi mengidentifikasi kemampuan yang dibutuhkan
oleh organisasi dalam rangka membentuk rantai nilai (value chain) yang
meliputi aktivitas utama dan aktivitas pendukung (Grant, 1991). Perusahaan
harus memiliki kemampuan khusus dengan tugas individual untuk
diintegrasikan ke dalam fungsi yang lebih luas cakupannya seperti
kemampuan pemasaran, riset, dan pengembangan. Integrasi antarfungsi dalam
organisasi memerlukan sumber daya, khususnya pengetahuan dan keahlian
dari setiap pekerja sehingga dapat mendukung organisasi dalam menyajikan
nilai terbaik bagi pelanggannya.
2.1.2.4. Indikator Orientasi Pasar
Menurut Narver dan Slater (1990) ada tiga indikator yang digunakan untuk
mengukur orientasi pasar, yaitu :
Orientasi pelanggan adalah kemauan perusahaan untuk memahami para
pelanggannya.
Orientasi pesaing adalah kemauan perusahaan untuk memonitor para
pesaingnya.
Informasi pasar adalah upaya perusahaan untuk mencari informasi tentang
2.1.3. Keunggulan Bersaing
2.1.3.1. Definisi Keunggulan Bersaing
Keunggulan bersaing menurut Leonardus Saiman (2009: 124) adalah suatu
manfaat yang ada ketika suatu perusahaan mempunyai dan menghasilkan suatu
produk atau jasa yang dilihat dari pasar targetnya lebih baik dibandingkan dengan
para kompetitor terdekat. Untuk mencapai keunggulan bersaing seorang
wirausahawan harus mampu mengenali berbagai unsur dasar.
Keunggulan bersaing merupakan strategi keuntungan dari perusahaan
yang melakukan kerjasama untuk berkompetisi lebih efektif dalam pasar. Strategi
yang didesain bertujuan untuk mencapai keunggulan bersaing yang terus menerus
agar perusahaan dapat terus menjadi pemimpin pasar (Prakosa,2005:53).
Menurut Walker, Gordon (2009, p. 17) keunggulan bersaing adalah tujuan
pemikiran strategik dan fokus utama dalam mencapai kesuksesan sebuah aktivitas
kewirausahaan. Menurut Longnecker, Moore, dan Petty (2003:30) keunggulan
bersaing adalah sebagai berikut: “Competitive advantage is a benefit that exists
when a firm has a product or service that is seen by its target market as better than those of competitors”.
2.1.3.2. Sumber – Sumber Keunggulan Bersaing
Sebuah pandangan berbasis sumber daya perusahaan mengatakan bahwa
aset berwujud dan tidak berwujud, memungkinkan perusahaan untuk memahami
1991:101). Selanjutnya Best (2010) menggambarkan sumber – sumber
keunggulan bersaing terdiri dari cost advantage, differentation advantage dan
marketing advantage.
Gambar 2.1.
Major Sources of Competitive Advantage
Sumber : Roger J. Best (2010, p. 150), Market – Based management. Strategies for Growing Customer Value and Profitability
Menurut (David, 2011:108), Persaingan antara perusahaaan mengalami
peningkatan dalam kondisi:
1. Banyaknya usaha yang bersaing
2. Ukuran serupa dari usaha yang bersaing
3. Kapabilitas yang serupa dari usaha yang bersaing
4. Penurunan permintaan produk industri
7. Ketika hambatan untuk meninggalkan pasar tinggi
8. Ketika hambatan untuk memasuki pasar rendah
9. Ketika biaya tetap tinggi di antara perusahaan yang bersaing
10.Saat produk dapat dihancurkan
11.Ketika saingan memiliki kelebihan kapasitas
12.Ketika permintaan konsumen turun
13.Ketika saingan memiliki kelebihan persediaan
14.Ketika saingan menjual produk / jasa serupa
15.Ketika merger menjadi hal umum di industri
2.1.3.3. Konsep Keunggulan Bersaing
Konsep keunggulan bersaing (Competitive Advantage), menurut Porter (1994), tidak dapat dipahami dengan cara memandang sebuah perusahaan sebagai
suatu keseluruhan, tetapi harus dari asal keunggulan bersaing itu yaitu berbagai
aktivitas berlainan yang dilakukan oleh perusahaan dalam mendesain,
memproduksi, memasarkan, menyerahkan dan mendukung produknya. Analisis
rantai nilai lebih tepat untuk meneliti keunggulan bersaing daripada nilai tambah
(harga jual dikurangi biaya pembelian bahan baku), karena analisis ini dapat
mengetahui nilai-nilai yang dimiliki semua aktivitas, sehingga dapat diketahui
Dengan menggunakan analisis rantai nilai ini, manajemen dapat
melakukan aktivitas berikut :
a. Memahami perilaku biaya
b. Mengidentifikasi apa yang menciptakan nilai bagi pembeli
c. Memilih strategi teknologi yang mencerminkan signifikansi teknologi
perusahaan untuk keunggulan bersaing
d. Integrasi hubungan stratejik antar unit usaha yang ada, untuk mencapai
kinerja yang lebih baik.
Konsep keunggulan bersaing (competitive advantage) menurut Day dan Wensley (1988) diartikan sebagai kompetisi yang berbeda dalam keunggulan
keahlian dan sumber daya. Secara luas menunjukkan apa yang diteliti di pasar
yaitu keunggulan posisional berdasarkan adanya customer value yang unggul atau pencapaian biaya relatif yang lebih rendah dan menghasilkan pangsa pasar
dan kinerja yang menguntungkan.
Cravens (1996) mengemukakan bahwa keunggulan bersaing seharusnya
dipandang sebagai suatu proses dinamis bukan sekedar dilihat sebagai hasil akhir.
Keunggulan bersaing memiliki tahapan proses yang terdiri atas sumber
keunggulan, keunggulan posisi dan prestasi hasil akhir serta investasi laba untuk
mempertahankan Keunggulan dipertahankan dengan berjuang sekuat tenaga
untuk melakukan perbaikan secara terus menerus terhadap nilai yang diberikan
pada para pembeli dan atau mengurangi biaya dalam menyediakan produk atau
jasa. Sedangkan menurut Keegan (1995), keunggulan bersaing ada kalau terdapat
faktor-faktor kritis untuk meraih sukses dalam industri yang menyebabkan
perusahaan tadi mempunyai prestasi yang jauh lebih baik dari pada pesaingnya.
Ada 2 cara dasar untuk mencapai keunggulan bersaing, yang pertama dengan
strategi biaya rendah yang memampukan perusahaan untuk menawarkan produk
dengan harga yang lebih murah dari pesaingnya. Yang kedua, dengan strategi
diferensiasi produk, sehingga pelanggan menganggap memperoleh manfaat unik
yang sesuai dengan harga yang cukup. Akan tetapi kedua strategi tersebut
mempunyai pengaruh yang sama yakni meningkatkan anggapan manfaat yang
dinikmati oleh pelanggan.
2.1.3.4. Indikator Keunggulan Bersaing
Menurut Longnecker, Moore, dan Petty (2003:30) adapun indikator dalam
keunggulan bersaing adalah sebagai berikut:
1. Kualitas produk
2. Harga
2.1.5. Hasil Penelitian Sebelumnya
Selanjutnya untuk mendukung penelitian ini, dapat di sajikan daftar
penelitian terdahulu dan teori yang sudah dijabarkan atau dikemukakan sehingga
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
No. Nama Judul Kesimpulan Persamaan Perbedaan
1. Cynthia Vanessa
Perindagtamben Kota
Pada era globalisasi ini Orientasi kewirausahaan ini tentu sangatlah
penting dimiliki oleh seorang pengusaha.. Orientasi kewirausahaan merupakan
tindakan dengan penuh tanggung jawab. Adapun aspek-aspek di dalam orientasi
kewirausahaan ini adalah seperti keinovatifan, proaktif, serta keberanian dalam
mengambil resiko. Karena semakin baiknya orientasi kewirausahaan seorang
pengusaha akan berdampak pada citra sebuah perusahaan tersebut dan mampu
mengalahkan pesaing – pesaing mereka.
Selain orientasi kewirausahaan, adapun faktor lainnya yang menentukan
keunggulan bersaing sebuah perusahaan yaitu, orientasi pasar. Faktor ini
menekankan kepada sejauh mana konsumen bisa tertarik kepada produk yang
dihasilkan oleh perusahaan dengan tidak mengesampingkan faktor pesaing.
Perusahaan yang berorientasi pasar berarti mampu melihat kebutuhan pasar ke
depan. Karena dengan orientasi pasar ini juga, perusahaan dituntut untuk selalu
berupaya memuaskan kebutuhan serta keinginan konsumen secara lebih baik.
Oleh karena itu sebuah perusahaan harus memiliki keunggulan bersaing di
bandingkan dengan perusahaan lain karena di era ini konsumen lebih banyak
pilihan dalam mengambil sebuah keputusan. Dengan keunggulan bersaing
perusahaan akan lebih mudah dalam menciptakan sebuah tujuan yang diharapkan
oleh perusahaan tersebut. Selain itu peran dari keunggulan bersaing ini juga
perusahaan akan mampu menjaga eksistensi dalam rangka mempertahankan dan
mengembangkan bidangnya. Keunggulan bersaing tidak hanya di lihat dari
produk yang dihasilkannya, melainkan penilaiannya dari segala aspek baik itu
internal maupun eksternal di dalam perusahaan itu sendiri Dalam pelaksanaannya
Oleh sebab itu perusahaan harus siap dan mampu dalam menghadapi semua
resiko yang akan terjadi.
Maka oleh sebab itu, agar perusahaan memiliki keunggulan bersaing
perusahaan harus secara aktif mampu mengembangkan faktor-faktor diatas yaitu,
Orientasi kewirausahaan dan orientasi pasar. Semakin baiknya faktor-faktor
tersebut, maka akan semakin baik juga kinerja sebuah perusahaan dalam
mewujudkan sebuah tujuan perusahaan yang diharapkan.
2.2.1. Keterkaitan Orientasi Kewirausahaan Terhadap keunggulan Bersaing
Orientasi kewirausahaan adalah faktor yang paling harus dimiliki oleh
seorang pengusaha. Karena orientasi kewirausahaan memiliki faktor penting
dalam mewujudkan tingkat keunggulan bersaing. Dalam penerapannya orientasi
kewirausahaan akan menunjukkan pola pikir untuk menunjukkan citra di
perusahaan tersebut.
Orientasi kewirausahaan disebut-sebut sebagai spearhead (pelopor) untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi perusahaan berkelanjutan dan berdaya saing
tinggi (Suryanita, 2006), Dalam penelitian yang dilakukan oleh Andriyani (2005)
membuktikan bahwa orientasi kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap peningkatan daya saing UKM yang didominasi oleh strategi-strategi
bisnis yang baik. Strategis bisnis yang diterapkanadalah keunggulan bersaing,
2.2.2. Keterkaitan Orientasi Pasar Terhadap keunggulan Bersaing
Pada sebuah perusahaan sangatlah penting untuk memikirkan pasar yang
akan kita tuju. Hal ini akan berimplikasi kepada keunggulan bersaing perusahaan
tersebut. Orientasi pasar pun tidak hanya berfokus terhadap konsumen, tetapi
pesaing dan aspek lainnya bisa menjadi penilaian untuk mengukur sejauh mana
perusahaan mampu untuk mempertahankan dan mengembangkan
eksistensinya.Narver dan Slater (1990) dalam Heri Setiawan (2005)
mendefinisikan orientasi pasar sebagai budaya organisasi yang paling efektif
dalam menciptakan perilaku penting untuk penciptaan nilai unggul bagi pembeli
serta kinerja dalam bisnis.
Berikut ini adalah skema paradigma berpikir dari penelitian ini:
fr
Narver dan Slater (1990) dalam Heri Setiawan (2005) Orientasi Pasar (X2)
1. Orientasi pelanggan 2. Orientasi pesaing 3. Informasi pasar
2.3 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2011:64) menjelaskan tentang hipotesis sebagai
berikut :
“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta –fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik”.
Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat
sementara terhadap masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul dan harus diuji secara empiris. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran
di atas, maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:
H1: Variabel Orientasi kewirausahaan berpengaruh terhadap keunggulan
bersaing pada One Fried Chicken
H2: Variabel Orientasi pasar berpengaruh terhadap keunggulan bersaing pada
36
BAB III
OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian
Menurut Umar Husein (2005:303) adalah sebagai berikut :
“Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi
objek penelitian, juga dimana dan kapan penelitian dilakukan, bisa juga
ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu.”
Adapun pengertian dari objek penelitian menurut Sugiyono (2011:32)
adalah sebagai berikut :
“Objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan
untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan”
Sesuai dengan pengertian diatas bahwa pengertian objek penelitian adalah
sesuatu yang menjadi sasaran dalam penelitian ilmiah.Objek dalam Penelitian ini
adalah Orientasi Kewirausahaan, Orientasi Pasar, dan Keunggulan Bersaing.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitan menurut Sugiyono (2009:4) adalah sebagai berikut :
“Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah”.
Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya. Metode penelitian ini menggunakan metode
deskriptif dan verifikatif. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui
pengaruh atau hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga
menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek
yang diteliti.
Pengertian metode deskriptif menurut Sugiyono (2011:147) adalah sebagai
berikut:
“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”.
Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan rumusan masalah
satu sampai lima. Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan
masalah-masalah yang ada sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data dapat
dikumpulkan, dianalisis, dan ditarik kesimpulan dengan teori-teori yang telah
Sedangkan pengertian metode verifikatif menurut Mashuri (2008) dalam
Narimawati Umi (2010:29) adalah sebagai berikut:
“Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”
Metode verifikatif dilakukan untuk menguji hipotesis dengan
menggunakan alat uji statistik yaitu Regresi Berganda.
3.2.1. Desain Penelitian
Sebelum melakukan penelitian sangatlah perlu kita melakukan suatu
perencanaan dan perancangan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat
berjalan dengan lancar dan sistematis.
Desain penelitian menurut Narimawati Umi (2008) adalah sebagai berikut:
“Desain Penelitian adalah Suatu Rencana Struktur, dan Strategi untuk
menjawab permasalahan, yang mengoptimasi validitas”.
Desain penelitian menurut Indrianto Nur dan Supomo Bambang
(2002:249) adalah sebagai berikut :
“Desain Penelitian adalah rancangan utama penelitian yang menyatakan
metode-metode dan prosedur-prosedur yang digunakan oleh peneliti dalam
Dari uraian di atas tersebut maka dapat dikatakan bahwa desain penelitian
merupakan rancangan utama penelitian yang menyatakan metode-metode dan
prosedur-prosedur yang digunakan oleh penulis dalam pemilihan, pengumpulan,
dan analisis data.
Menurut Sugiyono (2009:13) penjelaskan proses penelitian disampaikan
seperti teori sebagai berikut :
1. Sumber masalah
2. Rumusan masalah
3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan
4. Pengajuan hipotesis
5. Metode penelitian
6. Menyusun instrument penelitian
7. Kesimpulan.
Berdasarkan penjelasan proses penelitian diatas maka proses penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi masalah penelitian termasuk membuat spesifikasi
a. Pola pikir dan karakteristik franchisee One Fried Chicken berbeda-beda sehingga menyebabkan orientasi kewirausahaan yang di
harapkan oleh franchisee tidak dapat berjalan secara seimbang b. Produk One Fried Chicken belum bisa memenuhi harapan yang
diinginkan oleh franchisee sehingga tingkat penjualan produk masih rendah
c. Tidak adanya perbedaan secara khusus pada produk One Fried
Chicken menyebabkan citra yang dimiliki perusahaan belum terlalu
di kenal oleh franchisee.
2. Merumuskan Masalah
Rumusan Masalah merupakan pertanyaan yang akan dicari jawabannya
melalui pengumpulan data yaitu :
a. Bagaimana tanggapan franchisee tentang Orientasi Kewirausahaan pada One Fried Chicken
b. Bagaimana tanggapan franchisee tentang Orientasi Pasar pada One Fried Chicken
c. Bagaimana tanggapan franchisee tentang Keunggulan Bersaing pada One Fried Chicken
d. Apakah terdapat pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap
keunggulan bersaing pada One Fried Chicken secara parsial.
e. Apakah terdapat pengaruh orientasi pasar terhadap keunggulan
3. Konsep dan Teori yang relevan dan Penemuan yang Relevan
Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara
(berhipotesis) maka, peneliti dapat membaca referensi teoritis yang relevan
dengan masalah dan berfikir.Selain itu penemuan penelitian sebelumnya
yang relevan juga dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan
jawaban sementara Memilih prosedur dan teknik yang digunakan terhadap
masalah penelitian (hipotesis).Telaah teoritis mempunyai tujuan untuk
menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab atau
pertanyaan penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan menguji
terpenuhinya kriteria pengetahuan yang rasional.
4. Pengajuan Hipotesis
Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada
teori dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada
pembuktian secara empiris (faktual) maka jawaban itu disebut hipotesis.
Hipotesis yang dibuat pada penelitian ini adalah pengaruh Orientasi
Kewirausahaan dan Orientasi Pasar terhadap Keunggulan Bersaing.
5. Metode Penelitian
Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti dapat memilih metode
yang sesuai, pertimbangan ideal untuk memilih metode itu adalah tingkat
ketelitian data yang diharapkan dan konsisten yang dikehendaki.
Sedangkan pertimbangan praktis adalah tersedianya dana, waktu, dan
digunakan adalah metode survey dengan teknik analisis data menggunakan
statistik deskriptif dan kuantitatif.
6. Menyusun instrument penelitian
Peneliti dapat menyusun instrument penelitian. Instrumen ini
digunakan sebagai alat pengumpul data. Pada penelitian ini untuk menguji
adanya hubungan dari Orientasi Kewirausahaan (Variabel
Independen“X1”) dan Orientasi Pasar (Variabel Independen “X2”)
terhadap Keunggulan Bersaing (Variabel dependen“Y”) digunakan
korelasi Analisis Regresi Berganda, dan untuk menguji pengaruh dari
Orientasi Kewirausahaan (Variabel Independen“X1”) dan Orientasi Pasar
(Variabel Independen “X2”) terhadap Keunggulan Bersaing (Variabel
dependen“Y”) digunakan koefisien determinasi.
7. Kesimpulan
Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian
yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah, dengan menekankan
pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang
bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.
Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode yang berupa
jawaban terhadap rumusan masalah.Dengan menekankan pada pemecahan
masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat
sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat digambarkan desain
Tabel 3.1
T-1 Descriptive Descriptive Survey
One Fried Chicken Cross Sectional T-2 Descriptive Descriptive
Survey
One Fried Chicken Cross Sectional T-3 Descriptive Descriptive
Survey
One Fried Chicken Cross Sectional T-4 Verificative Explanatory
Survey
One Fried Chicken Cross Sectional
3.2.2 Operasionalisasi Variabel
Menurut Umi Narimawati (2008:30) pengertian operasional variabel
adalah sebagai berikut:
“Operasionalisasi Variabel adalah proses penguraian variabel penelitian ke dalam sub variabel, dimensi, indikator sub variabel, dan pengukuran. Adapun syarat penguraian operasionalisasi dilakukan bila dasar konsep dan indikator masing-masing variabel sudah jelas, apabila belum jelas secara konseptual maka perlu dilakukan analisis faktor”.
Sesuai dengan judul penelitian yang diungkapkan oleh penulis yaitu
Pengaruh Orientasi Kewirausahaan dan Orientasi Pasar Terhadap Keunggulan
Bersaing, maka variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Variabel Independen (X1) dan (X2)
Variabel independen yaitu variabel bebas yang biasa juga
mempengaruhi variabel lain.Variabel independen dalam penelitian ini
Orientasi Kewirausahaan dan Orientasi Pasar ditentukan dengan skala
ordinal, data-data diperoleh dari hasil wawancara pada franchisee dan melalui kuesioner.
2. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen adalah variabel terkait yang dipengaruhi atau
mempengaruhi variabel lain, dalam penelitian ini yang menjadi variabel
dependen yaitu Keunggulan Bersaing.
Agar lebih jelas indikator tersebut dapat dituangkan dalam tabel
operasional di bawah ini:
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep Indikator Ukuran Skala
data untuk keperluan penelitian, seperti dengan cara melakukan wawancara
secara langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian
yang dilakukan.
2. Data Sekunder
Merupakan data yang berfungsi sebagai pelengkap data primer. Data
sekunder dapat diperoleh dengan cara membaca, mempelajari, dan memahami
melalui media lain yang bersumber dari literatur, buku-buku, serta
catatan-catatan kuliah yang menunjang penelitian ini.
3.2.3.2 Teknik Penentuan Data
Untuk menunjang hasil penelitian, maka peneliti melakukan
pengelompokan data yang diperlukan kedalam dua golongan, yaitu:
1. Populasi
Pengertian populasi menurut Narimawati Umi (2008:72), adalah:
“Populasi adalah objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu
sesuai informasi yang ditetapkan oleh peneliti, sebagai unit analisis
penelitian”.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan dijadikan objek dalam
melakukan penelitian dan pengujian data. Metode yang digunakan dalam
penarikan sampel ini adalah sampling jenuh atau sensus. Pengertian dari
sampling jenuh atau sensus menurut Sugiyono (2008:122), adalah:
“Sampling jenuh atau sensus adalah teknik penentuan sampel bila
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.”
Berdasarkan dari pengertian tersebut, maka dapat diketahui bahwa
sampling jenuh atau sensus teknik penentuan sampel dengan menggunakan
semua anggota populasi. Dalam penelitian ini karena jumlah populasinya
sedikit (terbatas) sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan sampel,
sehingga peneliti mengambil jumlah sampel sama dengan jumlah populasi
atau disebut dengan sensus yaitu seluruh franchisee One Fried Chicken sebanyak 24 responden.
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan daya yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian Lapangan (Field Research), yang dilakukan dengan cara mengadakan peninjauan langsung pada instansi yang menjadi objek untuk mendapatkan data
Data primer ini didapatkan melalui teknik-teknik sebagai berikut:
1) Studi Kepustakaan (Library Research) yaitu untuk memperoleh data dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan
pembahasan penelitian.
2) Studi Lapangan (Field Research) yaitu dengan mencari dan memperoleh data dari perusahaan yang penulis teliti dengan cara :
a. Observasi, yaitu melakukan pengamatan dan mempelajari hal-hal yang
berhubungan dengan penelitian secara langsung dilapangan.
b. Wawancara, yaitu dengan mengadakan tanya jawab pihak-pihak yang
mempunyai kaitan langsung dengan objek yang diteliti.
c. Kuesioner, yaitu alat penelitian berupa daftar pertanyaan yang
digunakan untuk memperoleh keterangan dari sejumlah franchisee. Disini peneliti menggunakan skala Likert.
Adapun kriteria pembobotan nilai untuk alternatif jawaban dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 3.3 Skala Likert
Jawaban Bobot Nilai
Positif Negatif
a. Sangat Setuju (SS) 5 1
b. Setuju (S) 4 2
c. Ragu (R) 3 3
d. Tidak Setuju (TS) 2 4
e. Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5
(Sumber : Sugiyono 2007, 108)
Agar peneliti dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya maka harus
analisis data dan pengujian hipotesis, terlebih dahulu peneliti akan menentukan
metode apa yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian dan
merancang metode untuk menguji sebuah hipotesis.
Untuk menilai kuisioner apakah valid dan realibel maka perlu dilakukan
uji validitas dan reliabilitas.
3.2.4.1 Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu ukuran untuk menunjukkan tingkat kevalidan
dari instrumen yang digunakan yaitu apakah ada pertanyaan-pertanyaan pada
kuesioner yang harus diperbaiki atau dihilangkan. Uji validitas ini diujikan kepada
24 responden yang merupakan franchisee One Fried Chicken.
Perhitungan uji validitas dilakukan dengan menggunakan korelasi
bivariate pearson (product moment) yang diolah dengan menggunakan software Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 17.0.
Kriteria pengujian validitas yaitu:
1. Jika rhitung > rtabel, maka instrumen atau item pernyataan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).
Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas
Variabel Orientasi Kewirausahaan (X1) No.
Instrumen r hitung r tabel Kesimpulan
1 0,689 0,388 Valid Variabel Orientasi Pasar (X2) No.
Instrumen r hitung r tabel Kesimpulan
1 0,721 0,388 Valid
Variabel Keunggulan Bersaing (Y) No.
Instrumen r hitung r tabel Kesimpulan
1 0,572 0,388 Valid
2 0,572 0,388 Valid
Sumber : output SPSS 17.0 (diolah)
Pada ketiga tabel diatas dapat dilihat untuk hasil uji validitas yang
menunjukkan bahwa seluruh item pernyataan memiliki nilai rhitung yang lebih
digunakan sebagai intrumen penelitian atau dengan kata lain item-item pernyataan
tersebut dinyatakan valid dan dapat digunakan dalam analisis berikutnya.
3.2.4.2 Uji Reliabilitas
Menurut Sugiyono (2009:3), reliabiltas adalah :
“Derajat konsistensi atau keajegan data dalam interval waktu tertentu”.
Uji reliabilitas berfungsi untuk mengukur tingkat kehandalan suatu
kuesioner yang menggambarkan indikator dari variabel. Suatu kuesioner
dikatakan reliabel apabila jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah stabil
dari waktu ke waktu.
Pengujian reliabilitas dilakukan dengan dengan menggunakan metode
Spearman Brown taraf signifikansi 5%. Peneliti menggunakan batasan 0.6. Apabila nilai alpha lebih besar dari 0.6, maka dinyatakan varibel tersebut
dinyatakan reliabel. Adapun hasil dari uji reliabilitas berdasarkan pada rumus
Tabel 3.7.
Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Penelitian
Variabel Koefisien
Reliabilitas r kritis Kesimpulan
Orientasi Kewirausahaan (X1) 0,794 0,600 Reliabel
Orientasi Pasar (X2) 0,845 0,600 Reliabel
Keunggulan Bersaing (Y) 0,727 0,600 Reliabel
Sumber : output SPSS 17.0 (diolah)
Nilai reliabilitas butir pernyataan pada kuesioner masing-masing variabel
yang sedang diteliti lebih besar dari 0,6 hasil ini menunjukkan bahwa butir
kuesioner pada masing-masing variabel andal untuk mengukur variabelnya
masing- masing.
3.2.4.3. Uji MSI (Data Ordinal ke Interval)
Data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner akan doiolah dengan
pendektan kuantitatif. Oleh karena data yang didapat dari kuesioner merupakan
data ordinal, sedangkan untung menganalisa data di perlukan data internal, maka
untuk memecahkan persoalan ini perlu ditingkatkan sekala interval melalui
metode “Methode Succesive Interval” (Hays, 1969:39) dan selanjutnya dianalisis
1. Transformasi Data Ordinal Menjadi Interval
Langkah-langkah untuk melakukan transformasi data tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Ambil data ordinal hasil kuesioner.
b. Setiap pertanyaan, dihitung proporsi jawaban untuk seetiap kategori
jawaban dan hitung proporsi kumulatifnya.
c. Menghitung nilai Z (Tabel distribusi normal) untuk setiap proporsi
kumulatif. Untuk data n > 30 di anggap mendekati luas daerah dibawah
kurva normal.
d. Menghitung nilai densititas untuk setiap proporsi kumulatif dengan
memasukan nilai Z pada rumus distribusi normal.
e. Menghitung nilai skala dengan rumus Methode Succesive Interval.
(Umi Narimawati , 2010:47)
Dimana :
Means of Interval : Rata-Rata Interval
Dencity at Lower Limit : Kepadatan bawah atas
Dencity at Upper Limit : Kepadatan atas bawah
Area Bellow Upper Limit : Daerah di bawah batas atas
Area Bellow Lower Limit : Daerah di bawah batas bawah Mean of interval= D i y a L w r Li i – D i y a U r Li i
f. Menentukan nilai transformasi (nilai untuk skala interval) dengan
menggunakan rumus :
Nilai Transformasi = Nilai Skala + Nilai Skala Minimal + 1
Data penelitian yang sudah berskala interval selanjutnya akan ditentukan
pasangan data variabel independen dengan variabel dependen serta ditentukan
persamaan yang berlaku untuk pasangan-pasangan tersebut. Adapun di dalam
proses pengolahan data MSI tersebut, peneliti menggunakan bantuan program
software MSI.
3.2.5 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis
3.2.5.1 Rancangan Analisis
Menurut Narimawati umi (2010:41), rancangan analisis dapat di
definisikan sebagai berikut :
“Rancangan analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam katagori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dimengerti”.
3.2.5.1.1. Analisis Data Deskriptif
Dalam pelaksanaan, penelitian ini menggunakan jenis atau alat bentuk
penelitian deskriptif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di
apa yang dilakukan oleh One Fried Chicken berdasarkan fakta-fakta yang ada
untuk selanjutnya diolah menjadi data. Data tersebut kemudian dianalisis
untuk memperoleh suatu kesimpulan.Penelitian deskriptif digunakan untuk
menggambarkan bagaimana masing masing variabel penelitian.Metode
kualitatif yaitu metode pengolahan data yang menjelaskan pengaruh dan
hubungan yang dinyatakan dengan kalimat.Analisis kualitatif digunakan untuk
melihat faktor penyebab. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian
kualitatif adalah sebagai berikut:
a. Setiap indikator yang dinilai oleh franchisee, diklasifikasikan dalam lima alternatif jawaban dengan menggunakan skala ordinal yang
menggambarkan peringkat jawaban.
b. Dihitung total skor setiap variabel / subvariabel = jumlah skor dari seluruh
indikator variabel untuk semua franchisee.
c. Dihitung skor setiap variabel/subvariabel = rata-rata dari total skor.
d. Untuk mendeskripsikan jawaban franchisee, juga digunakan statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi dan tampilan dalam bentuk tabel
ataupun grafik.
e. Untuk menjawab deskripsi tentang masing-masing variabel penelitian ini,
digunakan rentang kriteria penilaian sebagai berikut :
Skor Total = S r a
S r I a X 100 %