• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh orientasi Kewirausahaan Dan Orientasi Pasar Terhadap Keunggulan Bersaing (Survey Pada Pelaku Bisnis Di One Fried Chicken Daerah Kota Bandung Dan Kabupaten Bandung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh orientasi Kewirausahaan Dan Orientasi Pasar Terhadap Keunggulan Bersaing (Survey Pada Pelaku Bisnis Di One Fried Chicken Daerah Kota Bandung Dan Kabupaten Bandung)"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1.Latar Belakang Penelitian

Perkembangan bisnis yang semakin ketat dewasa ini mengharuskan

perusahaan menghadapi persaingan yang sangat ketat, apapun jenis bisnis yang

mereka jalankan. Persaingan di antara perusahaan tersebut akan menghasilkan tarik

menarik konsumen agar bisnisnya semakin maju. Untuk menarik konsumen setiap

perusahaan harus memiliki strategi yang tepat untuk memasarkan produknya.

Setiap perusahaan tentu mempunyai cara yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan

dan keinginan konsumen. Era globalisasi telah menuntut adanya perubahan

paradigma lama dalam segala bidang, salah satunya adalah bidang pemasaran.

Pemasaran mengambil peranan penting dalam setiap persaingan bisnis yang terjadi.

Adanya persaingan bisnis memang sangatlah wajar, namun sebaiknya disikapi

positif oleh para pebisnis.

Syarat yang harus dipenuhi oleh perusahaan agar dapat sukses dalam

persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk menciptakan pelanggan dan

agar tujuan tersebut dapat tercapai maka setiap perusahaan harus berupaya

menghasilkan dan meyampaikan barang dan jasa yang diinginkan konsumen

dengan harga yang pantas (reasonable). Dengan demikian maka setiap perusahaan harus memahami prilaku konsumen pada pasar sasarannya, karena kelangsungan

hidup perusahaan tersebut sebagai organisasi yang berusaha memenuhi kebutuhan

dan keinginan para konsumen sangat tergantung pada perilaku konsumennya

(2)

Persaingan usaha yangbegitu ketat mengharuskan perusahaan memiliki

keunggulan bersaing, jika tidak maka perusahaantersebut tidak dapat bertahan

lama.Keunggulan bersaing dalam sebuah organisasi dapat diperoleh dengan

memperhatikan nilaisuperior bagi pelanggan, kebudayaan dan iklim untuk

membawa perbaikkan pada efisiensi danefektivitas.

Keunggulan bersaing merupakan strategi keuntungan dari perusahaan yang

melakukan kerjasama untuk berkompetisi lebih efektif dalam pasar. Strategi yang

didesain bertujuan untuk mencapai keunggulan bersaing yang terus menerus agar

perusahaan dapat terus menjadi pemimpin pasar (Prakosa, 2005:53). Perusahaan

mengalami keunggulan bersaing ketika tindakan-tindakan dalam suatu industri atau

pasar menciptakan nilai ekonomi dan ketika beberapa perusahaan yang bersaing

terlibat dalam tindakan serupa (Barney,2010:9).

Keunggulan bersaing dianggap sebagai keuntungan dibanding kompetitor

yang diperoleh dengan menawarkan nilai lebih pada konsumen dibanding

penawaran kompetitor (Kotler et al., 2005:461). Keunggulan bersaing diharapkan

mampu untuk mencapai laba sesuai rencana, meningkatkan pangsa pasar,

meningkatkan kepuasan pelanggan, serta melanjutkan kelangsungan hidup suatu

usaha (Saiman,2014:128).

Untuk bisa mempertahankan kemampuan dalam keunggulan bersaing

tersebut, banyak aspek-aspek yang harus ditempuh diantaranya adalah orientasi

kewirausahaan yang harus dimiliki oleh seorang pengusaha itu sendiri. Keinginan

berwirausaha biasanya muncul karena kegemaran terhadap jenis usaha, memiliki

(3)

atau pengelola usaha menentukan usaha apa yang akan dilakukan, dimana usaha

akan dilakukan, kapan modal digunakan, bagaimana pembelanjaan dilakukan, dan

siapa saja yang terkait dengan usaha tersebut termasuk karyawan dan konsumen

yang disasar. Pada proses kewirausahaan dibutuhkan orientasi kewirausahaan

karena orientasi kewirausahaan menentukan arah gerak usaha yang telah dirintis

(Knight, 2000:14).

Orientasi kewirausahaan adalah perilaku wirausahawandalam mengelola

usahanya. Keberanian mengambil resiko, inovasi dan sikapproaktif akan membuat

perusahaan-perusahaan kecil mampu mengalahkan pesaing-pesaing

mereka.Seseorang yang berani mengambil risiko dapat didefinisikan sebagai

seseorang yang berorientasi pada peluang dalam ketidakpastian konteks

pengambilan keputusan. Hambatan risiko merupakan faktor kunci yang

membedakan perusahaan dengan jiwa wirausaha dan tidak.Konsepsi

entrepreneurial orientation merupakan solusi yangrelevan dan dipostulasikan berdampak positif bagiusaha kecil dalam lingkungan persaingan yang ketat.

Selain orientasi kewirausahaan faktor lain yang mempengaruhi keunggulan

bersaing adalah orientasi pasar. Menurut (Kohli dan Jaworski, 1990: 1-18),

orientasi pasar merupakan budaya perusahaan yang bisa membawa pada

meningkatnya kinerja pemasaran. (Naver dan Slater, 1990: 34) mendefinisikan

orientasi pasar sebagai budaya organisasi yang paling efektif dan efisien untuk

menciptakan perilaku-perilaku yang dibutuhkan untuk menciptakan superior value

bagi pembeli dan menghasilkan superior performance bagi perusahaan. Perusahaan

(4)

pada kebutuhan dasar eksternal, keinginan dan permintaan pasar sebagai dasar

dalam penyusunan strategi bagi masing – masing unit bisnis dalam organisasi, dan

menentukan keberhasilan perusahaan.

Perusahaan seharusnya selalu berupaya memuaskan kebutuhanserta

keinginan konsumen secara lebih baikdaripada para pesaing. Perusahaan

yangberorientasi pasar berarti mampu melihatkebutuhan pasar (konsumen) ke

depan.Dengan mengetahui kebutuhan pasarterlebih dahulu, berarti perusahaan

tersebutakan lebih mampu untuk mempersiapkanproduk yang diinginkan oleh

pasar.

Saat ini bisnis kuliner di Indonesia sudah menjamur, sehingga membuat

pengusaha untuk lebih berhati-hati dalam menjalankan bisnisnya agar tidak kalah

bersaing dengan bisnis yang sejenis. Begitu juga dengan bisnis yang menerapkan

bisnis waralaba (franchise). Perkembangan waralaba di Indonesia khususnya makanan siap saji sangat pesat. Dimungkinkan karena pengusaha yang

berkedudukan sebagai penerima waralaba (franchise) diwajibkan mengembangkan bisnisnya melalui master franchise yang diterimanya dengan cara mencari atau

menunjuk penerima waralaba.

One Fried Chicken berpusat di Banjaran Kab. Bandung. Dalam

perkembangan bisnisnya menerapkan strategi kerjasama langsung dengan sistem

bagi hasil dan strategi franchise. Untuk menarik konsumennya adapun motto dari produk One Fried Chicken yaitu, “Bedakan Rasanya, Rasakan Bedanya.

(5)

Tabel 1.1

9. OFC Babakan Tarogong 21. OFC Sukahati

10. OFC Babakan Ciparay 22. OFC Suryalaya

11. OFC Kopo Permai 23. OFC Ciluncat

12. OFC Dimensi 24. OFC Cebek

Sumber : One Fried Chicken, 2015

One Fried Chicken berdiri pada tahun 2009. Awal mulanya bisnis ini

berpusat di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, namun pada tahun 2010 berpindah

lokasi ke daerah Banjaran Kabupaten Bandung dikarenakan banyak bisnis ayam

krispy serupayang menyebabkan bisnis ini kurang berkembang. Selain itu daya beli

konsumen yang masih rendah penjualan pun cenderung sulit berkembang.

Fenomena ini semakin menyadarkan para pengusaha untuk mencari

pendekatan-pendekatan serta terobosan yang inovatif guna merebut pangsa pasar. Kunci penting

untuk memenangkan persaingan terletak pada kemampuan perusahaan untuk

menciptakan keunggulan bersaing yang maksimal. Penelitian ini akan dilakukan di

24 cabang One Fried Chicken yang ada di Kota Bandung dan Kabupaten Bandung

karena setiap cabang kurang maksimal dalam penerapan setiap variabel yang akan

(6)

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Suparlan Wihardjo selaku

pemilik dari One Fried Chicken mengemukakan bahwa setiap franchiseecabang unit One Fried Chicken memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Ada yang

benar-benar memiliki kontrol penuh terhadap cabang tersebut, ada juga yang

mempercayakan kepada karyawan untuk mengurus keberlanjutan dari cabang itu

sendiri. Oleh sebab itu, setiap cabang tidak memiliki kemampuan yang sama untuk

mengembangkan bisnisnya ini walaupun selalu mendapat dukungan dari pihak

manajemen. Selain itu kurang beraninya seorang pemilik dalam melakukan stock

barang lebih untuk berjualan menyebabkan penjualan kurang mengalami

peningkatan yang signifikan.

Sehubungan dengan hal itu, penulis melakukan survey awal dengan

menyebarkan kuisioner kepada 24 responden franchisee One Fried Chicken tentang orientasi kewirausahaan pada One Fried Chicken Sebagai berikut:

Tabel 1.2

Survey Awal Tanggapan Franchisee Tentang Orientasi Kewirausahaan One Fried Chicken

No Pertanyaan Jawaban

Ya Tidak

1.

(7)

Berdasarkan tabel survey awal tentang Orientasi kewirausahaan One Fried

Chicken diatas, terdapat masalah pada faktor-faktor yang terjadi adalah seperti pada

kedekatan yang dilakukan yaitu 75% tidak memiliki kedekatan khusus terhadap

karyawan/konsumen untuk meningkatkan penjualannya. Dan pada keberanian

franchisee untuk keputusan pembelian bahan baku menyatakan 58% pemilik tidak berani untuk mengambil resiko dengan membeli stock bahan baku. Rata-rata jawaban responden bahwa 67 % orientasi kewirausahaan pada One Fried Chicken

masih kurang efektif untuk meningkatkan penjualan cabangnya masing-masing.

Selain pentingnya orientasi kewirausahaan yang harus di tanam oleh

seorang pengusaha, adapun orientasi lain yang tidak kalah pentingnya yaitu

orientasi pasar. Orientasi pasar lebih berfokus pada penciptaan citra organisasi

terhadap kemampuannya untuk memperoleh simpati dari para pelanggan karena

mampu memberikan pelayanan yang sangat baik sehingga konsumen merasa sangat

puas. Perusahaan seharusnya akan selalu berupaya memuaskan kebutuhan serta

keinginan konsumen secara lebih baik daripada para pesaing.

Melalui wawancara dengan pemilik One Fried Chicken perlu terus

melakukan peningkatan dari segi keinginan yang diharapkan oleh konsumen karena

masih adanya beberapa komplain konsumen yang disampaikan kepada franchisee

ataupun karyawannya.Tetapi dalam hal ini masih kurangnya koordinasi antara

franchisee dengan karyawan menyebabkan pelayanan konsumen tidak berjalan secara baik. Selain itu dalam aspek ini juga peran pesaing sangatlah perlu

(8)

Berikut hasil survey awal peneliti pada franchisee mengenai orientasi pasar yang dilakukan oleh One Fried Chicken.

Tabel 1.3

Survey Awal Tanggapan Franchisee Tentang Orientasi Pasar One Fried Chicken

No Pertanyaan Jawaban

Ya Tidak

1. Apakah produk yang dijual sudah sesuai dengan keinginan konsumen

14 59 % 10 41 %

2.

Apakah produk yang dijual sudah sanggup menyaingi produk pesaing One Fried Chicken

7 29 % 17 71 %

3.

Apakah koordinasi antara pemilik dan karyawan berjalan dengan baik untuk melayani konsumen

9 38 % 15 62 %

Orientasi Pasar (Rata – rata Jawaban)

10 42 % 14 58 %

Sumber : One Fried Chicken

Berdasarkan tabel survey awal tentang Orientasi pasar One Fried Chicken

diatas, terdapat masalah pada faktor – faktor yang terjadi adalah seperti pada produk

yang diinginkan konsumen yaitu sebesar 59 % menyatakan bahwa produk yang

dijual oleh One Fried Chicken sudah sesuai dengan keinginan konsumen. Tetapi

pada tingkat persaingan produk sebesar 71% menyatakan bahwa produk One Fried

Chicken belum bisa menyaingi produk pesaing. Sedangkan untuk koordinasi antara

franchisee dengan karyawan sebesar 62% menyatakan belum berjalan dengan baik. Rata – rata jawaban responden bahwa 58 % orientasi pasar pada One Fried Chicken

masih belum berjalan secara baik.

Oleh sebab itu, perusahaan harus memiliki orientasi kewirausahaan dan

orientasi pasar yang baik agar dapat mendapatkan tingkat keunggulan bersaing

(9)

mengatakan bahwa masih banyak kendala yang dihadapi oleh perusahaan dalam

menghadapi keunggulan bersaing diantaranya adalah sebagian konsumen masih

mengeluhkan harga yang ditetapkan oleh One Fried Chicken dikarenakan produk

yang tidak ada perbedaan dengan produk yang lebih dikenal oleh konsumen.

Sehingga menyebabkan beberapa konsumen lebih memlih produk yang lebih di

kenal tersebut. Berikut hasil survey awal peneliti pada franchisee mengenai keputusan pembelian yang diberikan oleh One Fried Chicken.

Tabel 1.4

Survey Awal Tanggapan Franchisee Tentang Keunggulan Bersaing One Fried Chicken

No Pertanyaan Jawaban

Ya Tidak

1. Apakah harga yang ditetapkan oleh manajemen sudah sesuai dengan keinginan konsumen

12 50 % 12 50 %

2.

Adakah perbedaan produk yang dijual dengan produk pesaing One Fried

Berdasarkan tabel survey awal tentang keunggulan bersaing One Fried

Chicken diatas, terdapat masalah pada faktor – faktor yang terjadi adalah seperti

pada perbedaan produk yang dijual yaitu sebesar 79 % menyatakan bahwa produk

yang dijual oleh One Fried Chicken tidak berbeda dengan pesaing. Dan untuk citra

produk One Fried Chicken kepada konsumen yaitu sebesar 67% menyatakan One

(10)

Berdasarkan permasalahan dan fenomena di atas, maka penulis tertarik

membuat penelitian yang tertuang dalam usulan penelitian dengan judul

”Pengaruh Orientasi Kewirausahaan dan Orientasi Pasar terhadap Keunggulan Bersaing pada Pelaku Bisnis di One Fried Chicken Daerah Kota Bandung dan Kabupaten Bandung”

1.2.Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah 1.2.1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang dapat diidentifikasikan

yaitu:

1. Pola pikir dan karakteristik franchisee One Fried Chicken berbeda – beda sehingga menyebabkan orientasi kewirausahaan yang di harapkan oleh

franchisee tidak dapat berjalan secara seimbang

2. Produk One Fried Chicken belum bisa memenuhi harapan yang diinginkan

oleh franchisee sehingga tingkat penjualan produk masih rendah

3. Tidak adanya perbedaan secara khusus pada produk One Fried Chicken

menyebabkan citra yang dimiliki perusahaan belum terlalu di kenal oleh

konsumen.

1.2.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka dapat

(11)

1. Bagaimana tanggapan franchisee tentang orientasi kewirausahaan pada One Fried Chicken.

2. Bagaimana tanggapan franchisee tentang orientasi pasar pada One Fried Chicken.

3. Bagaimana tanggapan franchisee tentang keunggulan bersaing pada One Fried Chicken.

4. Apakahterdapat pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap keunggulan

bersaing pada One Fried Chicken secara parsial.

5. Apakahterdapat pengaruh orientasi pasar terhadap keunggulan bersaing

pada One Fried Chicken secara parsial.

1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Pengaruh

Orientasi Kewirausahaan dan Orientasi Pasar terhadap Keunggulan Bersaing

1.3.2. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tanggapan franchisee tentang orientasi kewirausahaan pada One Fried Chicken.

2. Untuk mengetahui tanggapan franchisee tentang orientasi pasar pada One Fried Chicken.

(12)

4. Untuk mengetahui pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap keunggulan

bersaing pada One Fried Chicken secara parsial.

5. Untuk mengetahuipengaruh orientasi pasar terhadap keunggulan bersaing

pada One Fried Chicken secara parsial.

1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis

Dari hasil penelitian ini penulis mengharapkan dapat berguna bagi

pihak-pihak yang berkepentingan yaitu penelitian ini sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak

Manajemen One Fried Chicken.

1.4.2 Kegunaan Akademis

1. Bagi Penulis

Hasil Penelitian ini merupakan pengalaman berharga dimana penulis

dapat menambah wawasan dan memperkaya ilmu mengenai Pengaruh

Orientasi Kewirausahaan dan Orientasi Pasar terhadap Keunggulan Bersaing

melalui pembelajaran kuliah dan tentu saja pada penelitian ini

2. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk mendapatkan

pengetahuandan sebagai bahan pertimbangan lainnya yang mungkin

(13)

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan masalah yang

diteliti maka peneliti mengadakan penelitan pada One Fried Chicken.

1.5.2 Waktu Penelitian

Waktu yang dilakukan dalam penelitian ini dimulai pada bulan Februari

2015 sampai dengan Agustus 2015. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti

membuat rencana jadwal penelitian yang dimulai dengan tahap persiapan sampai

ketahap akhir yaitu pelaporan hasil penelitian. Secara lebih rinci waktu penelitian

dapat dilihat pada tabel 1.5 dibawah ini:

Tabel 1.5.

Waktu Pelaksanaan Penelitian Tahun Akademik 2014/2015 Tahap Prose dur

(14)

14 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1. Orientasi Kewirausahaan 2.1.1.1. Definisi Kewirausahaan

Enterpreneurship atau kewirausahaan adalah usaha kreatif yang dibangun

berdasarkan inovasi untuk menghasilkan sesuatu yang baru, memiliki nilai

tambah, memberi manfaat, menciptakan lapangan kerja dan hasilnya berguna bagi

orang lain. (Eddy S. Soegoto, 2014: 26).

Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan

dasar, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju kesuksesan. Beberapa

literatur manajemen memberikan tiga landasan dimensi – dimensi dari

kecenderungan organisasional untuk proses manajemen kewirausahaan, yakni

kemampuan inovasi, kemampuan mengambil risiko, dan sifat proaktif

(Weerawerdeena,2003,p.411).

Menurut Siswanto Sudoto (1989) dalam buku Eddy S. Soegoto

“Entrepreneurship: Menjadi Pebisnis Ulung” mengungkapkan bahwa segala

sesuatu yang penting mengenai seorang wirausaha, yakni orang yang memiliki

sifat bekerja keras dan berkorban, memusatkan segala daya dan berani mengambil

(15)

2.1.1.2. Sikap Entrepreneur

Sikap yang harus dimiliki seorang entrepreneur dalam membangun dan

mengembangkan usaha adalah

1. Disiplin

Disiplin atas ketepatan waktu, kualitas pekerjaan, sistem kerja,

kesepakatan kerja yang dibuat dan taat azas.

2. Komitmen Tinggi

Memiliki komitmen tinggi, jelas, terarah dan bersifat progresif

(berorientasi pada kemajuan) atas kesepakatan yang telah dibuat seseorang,

baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Jelas, terarah dan bersifat

progresif (berorientasi pada kemajuan). Komitmen terhadap konsumen adalah

pelayanan prima yang berorientasi pada kepuasan konsumen, kualitas produk

yang sesuai dengan harga produk yang ditawarkan dan problem solving bagi

masalah konsumen sehingga kepercayaan konsumen akan berimbas pada

pembelian yang terus meningkat sehingga profit perusahaan meningkat.

3. Jujur

Kejujuran sangat melekat pada konsep pemasaran yang berorientasi

pada kepuasan konsumen. Wirausahawan harus menjunjung tinggi kejujuran

dalam melakukan kegiatan usahanya sehingga akan mendapatkan konsumen

(16)

4. Kreatif dan inovatif

Untuk memenangkan persaingan, maka seorang wirausahawan terus

memiliki daya kreativitas tinggi. Daya kreativitas tersebut sebaiknya adalah

dilandasi oleh cara berpikir yang maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru

yang berbeda dengan produk-produk yang telah ada selama ini di pasar.

Gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat dibatasi oleh

ruang, bentuk ataupun waktu. Justru sering kali ide-ide genius yang

memberikan terobosan-terobosan baru dalam dunia usaha awalnya dilandasi

oleh gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya mustahil.

Namun, gagasan-gagasan yang baik pun, jika tidak diimplementasikan

dalam kehidupan sehari-hari, hanya akan menjadi sebuah mimpi.

Gagasan-gagasan yang genius umumnya membutuhkan daya motivasi

yang tinggi dari wirausahawan yang bersangkutan. Kreativitas yang tinggi

tetap membutuhkan sentuhan inovasi agar laku dipasar.

Inovasi yang dibutuhkan adalah kemampuan wirausahawan dalam

menambahkan nilai guna/ nilai manfaat terhadap suatu produk dan menjaga

mutu produk dengan memperhatikan “market oriented” atau apa yang sedang

laku di pasaran.

Dengan bertambahnya nilai guna atau manfaat pada sebuah produk,

maka meningkat pula daya jual produk tersebut di mata konsumen, karena

(17)

5. Mandiri

Seorang entrepreneur harus memiliki sikap mandiri dalam mengelola

usahanya, yakni tidak tergantung pihak lain dalam mengambil keputusan atau

bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan usahanya.

6. Realistis

Penetapan keputusan bisnis harus realistis, objektif dan rasional

dengan melihat fakta/realitas di lapangan dan menyeleksi masukan atau saran

dari luar.

2.1.1.3. Konsep Orientasi Kewirausahaan

Orientasi kewirausahaan memegang peranan penting dalam meningkatkan

kinerja usaha. Porter (2007) mendefinisikan orientasi kewirausahaan sebagai

strategi benefit perusahaan untuk dapat berkompetisi secara lebih efektif di dalam

market place yang sama. Orientasi kewirausahaan mengacu pada proses, praktik,

dan pengambilan keputusan yang mendorong ke arah input baru dan mempunyai

tiga aspek kewirausahaan, yaitu selalu inovatif, bertindak secara proaktif dan

berani mengambil risiko (Lumpkin dan Dess, 1996).

Inovatif mengacu pada suatu sikap wirausahawan untuk terlibat secara

kreatif dalam proses percobaan terhadap gagasan baru yang memungkinkan

menghasilkan metode produksi baru sehingga menghasilkan produk atau jasa

(18)

berhubungan dengan persepsi dan aktivitas terhadap aktivitas-aktivitas bisnis yang

baru dan unik (Schumpeter dan Milton, 1989, dalam Suryanita 2006).

Sedangkan proaktif mencerminkan kesediaan wirausaha untuk

mendominasi pesaing melalui suatu kombinasi dan gerak agresif dan proaktif,

seperti memperkenalkan produksi baru atau jasa di atas kompetisi dan aktivitas

untuk rnengantisipasi permintaan mendatang untuk menciptakan perubahan dan

membentuk lingkungan. Sikap aktif dan dinamis adalah kata kuncinya (Doukakis,

2002, dalam Suryanita 2006). Proaktif juga ditunjukkan dengan sikap

agresif-kompetitif, yang mengacu pada kecenderungan perusahaan untuk bersaing secara

ketat dan langsung bagi semua kompetitornya untuk menjadi yang terbaik dan

meninggalkan para pesaingnya (Covin dan Slevin, 1989; Lumpkin and Dess,

1996; Morris and Paul, 1987).

Berani mengambil risiko merupakan sikap berani menghadapi tantangan

dengan melakukan eksploitasi atau terlibat dalam strategi bisnis dimana

kemungkinan hasilnya penuh ketidakpastian. Hambatan risiko merupakan faktor

kunci yang membedakan perusahaan dengan jiwa wirausaha dan tidak. Fungsi

utama dari tingginya orientasi kewirausahaan adalah bagaimana melibatkan

pengukuran risiko dan pengambilan risiko secara optimal (Looy et al. 2003, dalam

(19)

2.1.1.4. Indikator Orientasi Kewirausahaan

Weerawerdeena (2003) dalam Andriani Suryanita (2006:11) menyatakan

bahwa, “Beberapa literatur manajemen memberikan tiga landasan

dimensi-dimensi dari kecenderungan organisasional untuk proses manajemen

kewirausahaan, yakni kemampuan inovasi, kemampuan mengambil risiko, dan

sifat proaktif”. Pendapat ini serupa dengan pendapat Lumpkin dan Dess (1996)

dalam Hanifah (2011:3) yang berpendapat, “Orientasi kewirausahaan mengacu

pada proses, praktik, dan pengambilan keputusan yang mendorong ke arah input

baru dan mempunyai tiga aspek kewirausahaan, yaitu berani mengambil risiko,

bertindak secara proaktif dan selalu inovatif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

indikator orientasi kewirausahaan terdiri dari tiga, yaitu:

1. Keinovatifan (innovativeness) 2. Pengambilan resiko (risk tasking) 3. Keproaktifan (proactiveness)

2.1.2. Orientasi Pasar

2.1.2.1. Definisi Orientasi Pasar

Orientasi pasar adalah suatu proses dan aktivitas yang berhubungan

dengan penciptaan dan pemuasan pelanggan dengan cara terus menilai kebutuhan

(20)

Menurut Lukas dan Farrell (Bagas Prakosa, 2005: 40), Orientasi Pasar

adalah proses dari menghasilkan dan memberikan informasi pasar untuk tujuan

menciptakan superior value bagi konsumen.

Menurut Kohli dan Jaworski (1990: 1-18), orientasi pasar merupakan

budaya perusahaan yang bisa membawa pada meningkatnya kinerja pemasaran.

Naver dan Slater (1990: 34) mendefinisikan orientasi pasar sebagai budaya

organisasi yang paling efektif dan efisien untuk menciptakan perilaku – perilaku

yang dibutuhkan untuk menciptakan superior value bagi pembeli dan menghasilkan superior performance bagi perusahaan. Perusahaan yang telah menjadikan orientasi pasar sebagai budaya organisasi akan berdasar pada

kebutuhan dasar eksternal, keinginan dan permintaan pasar sebagai dasar dalam

penyusunan strategi bagi masing – masing unit bisnis dalam organisasi, dan

menentukan keberhasilan perusahaan.

Orientasi pasar merupakan salah satu bagian dari pemasaran. Pemasaran

adalah kegiatan yang memberikan arah kepada seluruh aktivitas bisnis/niaga yang

meliputi bauran pemasaran di mana produk (barang, jasa, dan ide) yang

dipasarkan merupakan perwujudan dari konsep yang mengalami proses

pengembangan dan produksi yang ditujukan kepada pemakai akhir (Hibertus,

(21)

2.1.2.2. Perspektif Orientasi Pasar

Orientasi pasar bagi perusahaan merupakan suatu keharusan untuk

bertahan hidup di lingkungan yang dinamis dan penuh dengan persaingan.

Perusahaan pada kondisi intensitas persaingan yang tinggi sangat diperlukan

strategi orientasi pasar, perusahaan dengan orientasi pasar yang minimum akan

kalah bersaing dengan perusahaan pesaing. Menurut Cravens & Peircy (2006)

menyatakan bahwa ada dua pendekatan yang dapat dilakukan untuk berorientasi

pasar, yaitu pendekatan market driven dan pendekatan driving market. Market driven merujuk pada orientasi bisnis yang berdasarkan pada pemahaman dan

reaksi terhadap pilihan-pilihan dan perilaku pemain di struktur pasar yang ada.

Strategi tradisional berfokus pada konsumen dimana diasumsikan bahwa

konsumen mengetahui apa yang mereka inginkan. Implikasi dari hal tersebut

adalah the rules of the competitive game dibentuk oleh pembeli (Carpenters et.,al., 2001). Sedangkan pendekatan driving market mengimplikasikan pengaruh terhadap struktur pasar atau prilaku pasar, dengan tujuan meningkatkan posisi

persaingan. Baik pendekatan market driven dan driving market, sama-sama berfokus pada konsumen, pesaing, dan kondisi pasar secara umum.

Perencanaan stratejik berorientasi pasar adalah sebuah proses manajerial

untuk membangun dan memelihara jalan yang baik antara tujuan-tujuan

organisasi, keahlian-keahlian, sumber daya dan peluang-peluang yang diakibatkan

perubahan pasar.

Perusahaan dengan orientasi pasar yang rendah hanya memiliki

(22)

begitu, pelanggan lebih mudah tertarik kepada pesaing yang memberikan

penawaran customer value (nilai pelanggan) lebih baik atau bahkan sama. Bagi perusahaan, hal ini akan menyebabkan posisi persaingan yang tidak terfokus.

Perusahaan yang berorientasi pasar harus menekankan perhatian dan

kemampuannya pada pelanggan (customer) guna terciptanya nilai pelanggan yang superior guna meningkatan keunggulan bersaing perusahaan.

Perusahaan yang mampu bertahan dan berkembang adalah perusahaan

yang mengacu kepada strategi orientasi pasar. Orientasi pasar merupakan suatu

keharusan, jadikanlah orientasi pasar sebagai budaya atau kultur pada perusahaan.

Hal ini akan mengakibatkan terciptanya; kinerja bisnis yang superior, nilai

pelanggan yang superior, profitabilitas jangka panjang dan keunggulan daya saing

perusahaan.

2.1.2.3. Konsep Orientasi Pasar

Narver dan Slater (1990, p. 21-22) menyatakan bahwa orientasi pasar

terdiri dari 3 komponen perilaku yaitu orientasi pelanggan, orientasi pesaing dan

koordinasi interfungsional. Orientasi pelanggan dan orientasi pesaing termasuk

semua aktivitasnya dilibatkan dalam memperoleh informasi tentang pembeli dan

pesaing pada pasar yang dituju dan menyebarkan melalui bisnis, sedangkan

koordinasi interfungsional didasarkan pada informasi pelanggan serta pesaing dan

(23)

 Orientasi Pelanggan

Dimensi ini dapat dinyatakan melalui luasnya monitoring atas

komitmen karyawan terhadap pelanggan, pengembangan strategi bersaing

yang didasarkan pada pemahaman atas kebutuhan konsumen, pemahaman

manajemen bagaimana perusahaan menciptakan customer value. Orientasi

pelanggan menghasilkan sebuah logika lain, yaitu sebagai hasil dari intensitas

penggarapan kebijakan yang berorientasi pasar, perusahaan memiliki peluang

untuk membentuk persepsi pada pelanggan atas nilai-nilai yang dibangunnya,

selanjutnya nilai-nilai tersebut akan menghasilkan nilai kepuasan bagi

pelanggan

 Orientasi Pesaing

Orientasi pesaing dapat dinyatakan melalui tingkat monitoring

informasi pesaing dan menyebarluaskan informasi tersebut pada semua fungsi

yang ada di dalam organisasi seperti divisi riset dan pengembangan produk,

mendiskusikan dengan pimpinan perusahaan, bagaimana kekuatan pesaing

dan strategi yang mereka kembangkan saat ini atau strategi yang akan

dikembangkan di masa depan. Perusahaan yang berorientasi pada pesaing

akan menggunakan sebagian besar waktunya untuk melacak gerakan dan

pangsa pasar pesaing serta perusahaan menemukakan berbagai strategi untuk

(24)

 Koordinasi interfungsional / koordinasi antar fungsi

Koordinasi antarfungsi mengidentifikasi kemampuan yang dibutuhkan

oleh organisasi dalam rangka membentuk rantai nilai (value chain) yang

meliputi aktivitas utama dan aktivitas pendukung (Grant, 1991). Perusahaan

harus memiliki kemampuan khusus dengan tugas individual untuk

diintegrasikan ke dalam fungsi yang lebih luas cakupannya seperti

kemampuan pemasaran, riset, dan pengembangan. Integrasi antarfungsi dalam

organisasi memerlukan sumber daya, khususnya pengetahuan dan keahlian

dari setiap pekerja sehingga dapat mendukung organisasi dalam menyajikan

nilai terbaik bagi pelanggannya.

2.1.2.4. Indikator Orientasi Pasar

Menurut Narver dan Slater (1990) ada tiga indikator yang digunakan untuk

mengukur orientasi pasar, yaitu :

 Orientasi pelanggan adalah kemauan perusahaan untuk memahami para

pelanggannya.

 Orientasi pesaing adalah kemauan perusahaan untuk memonitor para

pesaingnya.

 Informasi pasar adalah upaya perusahaan untuk mencari informasi tentang

(25)

2.1.3. Keunggulan Bersaing

2.1.3.1. Definisi Keunggulan Bersaing

Keunggulan bersaing menurut Leonardus Saiman (2009: 124) adalah suatu

manfaat yang ada ketika suatu perusahaan mempunyai dan menghasilkan suatu

produk atau jasa yang dilihat dari pasar targetnya lebih baik dibandingkan dengan

para kompetitor terdekat. Untuk mencapai keunggulan bersaing seorang

wirausahawan harus mampu mengenali berbagai unsur dasar.

Keunggulan bersaing merupakan strategi keuntungan dari perusahaan

yang melakukan kerjasama untuk berkompetisi lebih efektif dalam pasar. Strategi

yang didesain bertujuan untuk mencapai keunggulan bersaing yang terus menerus

agar perusahaan dapat terus menjadi pemimpin pasar (Prakosa,2005:53).

Menurut Walker, Gordon (2009, p. 17) keunggulan bersaing adalah tujuan

pemikiran strategik dan fokus utama dalam mencapai kesuksesan sebuah aktivitas

kewirausahaan. Menurut Longnecker, Moore, dan Petty (2003:30) keunggulan

bersaing adalah sebagai berikut: “Competitive advantage is a benefit that exists

when a firm has a product or service that is seen by its target market as better than those of competitors”.

2.1.3.2. Sumber – Sumber Keunggulan Bersaing

Sebuah pandangan berbasis sumber daya perusahaan mengatakan bahwa

aset berwujud dan tidak berwujud, memungkinkan perusahaan untuk memahami

(26)

1991:101). Selanjutnya Best (2010) menggambarkan sumber – sumber

keunggulan bersaing terdiri dari cost advantage, differentation advantage dan

marketing advantage.

Gambar 2.1.

Major Sources of Competitive Advantage

Sumber : Roger J. Best (2010, p. 150), Market – Based management. Strategies for Growing Customer Value and Profitability

Menurut (David, 2011:108), Persaingan antara perusahaaan mengalami

peningkatan dalam kondisi:

1. Banyaknya usaha yang bersaing

2. Ukuran serupa dari usaha yang bersaing

3. Kapabilitas yang serupa dari usaha yang bersaing

4. Penurunan permintaan produk industri

(27)

7. Ketika hambatan untuk meninggalkan pasar tinggi

8. Ketika hambatan untuk memasuki pasar rendah

9. Ketika biaya tetap tinggi di antara perusahaan yang bersaing

10.Saat produk dapat dihancurkan

11.Ketika saingan memiliki kelebihan kapasitas

12.Ketika permintaan konsumen turun

13.Ketika saingan memiliki kelebihan persediaan

14.Ketika saingan menjual produk / jasa serupa

15.Ketika merger menjadi hal umum di industri

2.1.3.3. Konsep Keunggulan Bersaing

Konsep keunggulan bersaing (Competitive Advantage), menurut Porter (1994), tidak dapat dipahami dengan cara memandang sebuah perusahaan sebagai

suatu keseluruhan, tetapi harus dari asal keunggulan bersaing itu yaitu berbagai

aktivitas berlainan yang dilakukan oleh perusahaan dalam mendesain,

memproduksi, memasarkan, menyerahkan dan mendukung produknya. Analisis

rantai nilai lebih tepat untuk meneliti keunggulan bersaing daripada nilai tambah

(harga jual dikurangi biaya pembelian bahan baku), karena analisis ini dapat

mengetahui nilai-nilai yang dimiliki semua aktivitas, sehingga dapat diketahui

(28)

Dengan menggunakan analisis rantai nilai ini, manajemen dapat

melakukan aktivitas berikut :

a. Memahami perilaku biaya

b. Mengidentifikasi apa yang menciptakan nilai bagi pembeli

c. Memilih strategi teknologi yang mencerminkan signifikansi teknologi

perusahaan untuk keunggulan bersaing

d. Integrasi hubungan stratejik antar unit usaha yang ada, untuk mencapai

kinerja yang lebih baik.

Konsep keunggulan bersaing (competitive advantage) menurut Day dan Wensley (1988) diartikan sebagai kompetisi yang berbeda dalam keunggulan

keahlian dan sumber daya. Secara luas menunjukkan apa yang diteliti di pasar

yaitu keunggulan posisional berdasarkan adanya customer value yang unggul atau pencapaian biaya relatif yang lebih rendah dan menghasilkan pangsa pasar

dan kinerja yang menguntungkan.

Cravens (1996) mengemukakan bahwa keunggulan bersaing seharusnya

dipandang sebagai suatu proses dinamis bukan sekedar dilihat sebagai hasil akhir.

Keunggulan bersaing memiliki tahapan proses yang terdiri atas sumber

keunggulan, keunggulan posisi dan prestasi hasil akhir serta investasi laba untuk

mempertahankan Keunggulan dipertahankan dengan berjuang sekuat tenaga

untuk melakukan perbaikan secara terus menerus terhadap nilai yang diberikan

pada para pembeli dan atau mengurangi biaya dalam menyediakan produk atau

jasa. Sedangkan menurut Keegan (1995), keunggulan bersaing ada kalau terdapat

(29)

faktor-faktor kritis untuk meraih sukses dalam industri yang menyebabkan

perusahaan tadi mempunyai prestasi yang jauh lebih baik dari pada pesaingnya.

Ada 2 cara dasar untuk mencapai keunggulan bersaing, yang pertama dengan

strategi biaya rendah yang memampukan perusahaan untuk menawarkan produk

dengan harga yang lebih murah dari pesaingnya. Yang kedua, dengan strategi

diferensiasi produk, sehingga pelanggan menganggap memperoleh manfaat unik

yang sesuai dengan harga yang cukup. Akan tetapi kedua strategi tersebut

mempunyai pengaruh yang sama yakni meningkatkan anggapan manfaat yang

dinikmati oleh pelanggan.

2.1.3.4. Indikator Keunggulan Bersaing

Menurut Longnecker, Moore, dan Petty (2003:30) adapun indikator dalam

keunggulan bersaing adalah sebagai berikut:

1. Kualitas produk

2. Harga

2.1.5. Hasil Penelitian Sebelumnya

Selanjutnya untuk mendukung penelitian ini, dapat di sajikan daftar

penelitian terdahulu dan teori yang sudah dijabarkan atau dikemukakan sehingga

(30)

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

No. Nama Judul Kesimpulan Persamaan Perbedaan

1. Cynthia Vanessa

(31)

Perindagtamben Kota

Pada era globalisasi ini Orientasi kewirausahaan ini tentu sangatlah

penting dimiliki oleh seorang pengusaha.. Orientasi kewirausahaan merupakan

(32)

tindakan dengan penuh tanggung jawab. Adapun aspek-aspek di dalam orientasi

kewirausahaan ini adalah seperti keinovatifan, proaktif, serta keberanian dalam

mengambil resiko. Karena semakin baiknya orientasi kewirausahaan seorang

pengusaha akan berdampak pada citra sebuah perusahaan tersebut dan mampu

mengalahkan pesaing – pesaing mereka.

Selain orientasi kewirausahaan, adapun faktor lainnya yang menentukan

keunggulan bersaing sebuah perusahaan yaitu, orientasi pasar. Faktor ini

menekankan kepada sejauh mana konsumen bisa tertarik kepada produk yang

dihasilkan oleh perusahaan dengan tidak mengesampingkan faktor pesaing.

Perusahaan yang berorientasi pasar berarti mampu melihat kebutuhan pasar ke

depan. Karena dengan orientasi pasar ini juga, perusahaan dituntut untuk selalu

berupaya memuaskan kebutuhan serta keinginan konsumen secara lebih baik.

Oleh karena itu sebuah perusahaan harus memiliki keunggulan bersaing di

bandingkan dengan perusahaan lain karena di era ini konsumen lebih banyak

pilihan dalam mengambil sebuah keputusan. Dengan keunggulan bersaing

perusahaan akan lebih mudah dalam menciptakan sebuah tujuan yang diharapkan

oleh perusahaan tersebut. Selain itu peran dari keunggulan bersaing ini juga

perusahaan akan mampu menjaga eksistensi dalam rangka mempertahankan dan

mengembangkan bidangnya. Keunggulan bersaing tidak hanya di lihat dari

produk yang dihasilkannya, melainkan penilaiannya dari segala aspek baik itu

internal maupun eksternal di dalam perusahaan itu sendiri Dalam pelaksanaannya

(33)

Oleh sebab itu perusahaan harus siap dan mampu dalam menghadapi semua

resiko yang akan terjadi.

Maka oleh sebab itu, agar perusahaan memiliki keunggulan bersaing

perusahaan harus secara aktif mampu mengembangkan faktor-faktor diatas yaitu,

Orientasi kewirausahaan dan orientasi pasar. Semakin baiknya faktor-faktor

tersebut, maka akan semakin baik juga kinerja sebuah perusahaan dalam

mewujudkan sebuah tujuan perusahaan yang diharapkan.

2.2.1. Keterkaitan Orientasi Kewirausahaan Terhadap keunggulan Bersaing

Orientasi kewirausahaan adalah faktor yang paling harus dimiliki oleh

seorang pengusaha. Karena orientasi kewirausahaan memiliki faktor penting

dalam mewujudkan tingkat keunggulan bersaing. Dalam penerapannya orientasi

kewirausahaan akan menunjukkan pola pikir untuk menunjukkan citra di

perusahaan tersebut.

Orientasi kewirausahaan disebut-sebut sebagai spearhead (pelopor) untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi perusahaan berkelanjutan dan berdaya saing

tinggi (Suryanita, 2006), Dalam penelitian yang dilakukan oleh Andriyani (2005)

membuktikan bahwa orientasi kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap peningkatan daya saing UKM yang didominasi oleh strategi-strategi

bisnis yang baik. Strategis bisnis yang diterapkanadalah keunggulan bersaing,

(34)

2.2.2. Keterkaitan Orientasi Pasar Terhadap keunggulan Bersaing

Pada sebuah perusahaan sangatlah penting untuk memikirkan pasar yang

akan kita tuju. Hal ini akan berimplikasi kepada keunggulan bersaing perusahaan

tersebut. Orientasi pasar pun tidak hanya berfokus terhadap konsumen, tetapi

pesaing dan aspek lainnya bisa menjadi penilaian untuk mengukur sejauh mana

perusahaan mampu untuk mempertahankan dan mengembangkan

eksistensinya.Narver dan Slater (1990) dalam Heri Setiawan (2005)

mendefinisikan orientasi pasar sebagai budaya organisasi yang paling efektif

dalam menciptakan perilaku penting untuk penciptaan nilai unggul bagi pembeli

serta kinerja dalam bisnis.

Berikut ini adalah skema paradigma berpikir dari penelitian ini:

fr

Narver dan Slater (1990) dalam Heri Setiawan (2005) Orientasi Pasar (X2)

1. Orientasi pelanggan 2. Orientasi pesaing 3. Informasi pasar

(35)

2.3 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2011:64) menjelaskan tentang hipotesis sebagai

berikut :

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta –fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik”.

Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat

sementara terhadap masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang

terkumpul dan harus diuji secara empiris. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran

di atas, maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

H1: Variabel Orientasi kewirausahaan berpengaruh terhadap keunggulan

bersaing pada One Fried Chicken

H2: Variabel Orientasi pasar berpengaruh terhadap keunggulan bersaing pada

(36)

36

BAB III

OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

Menurut Umar Husein (2005:303) adalah sebagai berikut :

“Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi

objek penelitian, juga dimana dan kapan penelitian dilakukan, bisa juga

ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu.”

Adapun pengertian dari objek penelitian menurut Sugiyono (2011:32)

adalah sebagai berikut :

“Objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan

untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan”

Sesuai dengan pengertian diatas bahwa pengertian objek penelitian adalah

sesuatu yang menjadi sasaran dalam penelitian ilmiah.Objek dalam Penelitian ini

adalah Orientasi Kewirausahaan, Orientasi Pasar, dan Keunggulan Bersaing.

(37)

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitan menurut Sugiyono (2009:4) adalah sebagai berikut :

“Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah”.

Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitiannya. Metode penelitian ini menggunakan metode

deskriptif dan verifikatif. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui

pengaruh atau hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga

menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek

yang diteliti.

Pengertian metode deskriptif menurut Sugiyono (2011:147) adalah sebagai

berikut:

“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”.

Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan rumusan masalah

satu sampai lima. Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan

masalah-masalah yang ada sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data dapat

dikumpulkan, dianalisis, dan ditarik kesimpulan dengan teori-teori yang telah

(38)

Sedangkan pengertian metode verifikatif menurut Mashuri (2008) dalam

Narimawati Umi (2010:29) adalah sebagai berikut:

“Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”

Metode verifikatif dilakukan untuk menguji hipotesis dengan

menggunakan alat uji statistik yaitu Regresi Berganda.

3.2.1. Desain Penelitian

Sebelum melakukan penelitian sangatlah perlu kita melakukan suatu

perencanaan dan perancangan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat

berjalan dengan lancar dan sistematis.

Desain penelitian menurut Narimawati Umi (2008) adalah sebagai berikut:

“Desain Penelitian adalah Suatu Rencana Struktur, dan Strategi untuk

menjawab permasalahan, yang mengoptimasi validitas”.

Desain penelitian menurut Indrianto Nur dan Supomo Bambang

(2002:249) adalah sebagai berikut :

“Desain Penelitian adalah rancangan utama penelitian yang menyatakan

metode-metode dan prosedur-prosedur yang digunakan oleh peneliti dalam

(39)

Dari uraian di atas tersebut maka dapat dikatakan bahwa desain penelitian

merupakan rancangan utama penelitian yang menyatakan metode-metode dan

prosedur-prosedur yang digunakan oleh penulis dalam pemilihan, pengumpulan,

dan analisis data.

Menurut Sugiyono (2009:13) penjelaskan proses penelitian disampaikan

seperti teori sebagai berikut :

1. Sumber masalah

2. Rumusan masalah

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan

4. Pengajuan hipotesis

5. Metode penelitian

6. Menyusun instrument penelitian

7. Kesimpulan.

Berdasarkan penjelasan proses penelitian diatas maka proses penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi masalah penelitian termasuk membuat spesifikasi

(40)

a. Pola pikir dan karakteristik franchisee One Fried Chicken berbeda-beda sehingga menyebabkan orientasi kewirausahaan yang di

harapkan oleh franchisee tidak dapat berjalan secara seimbang b. Produk One Fried Chicken belum bisa memenuhi harapan yang

diinginkan oleh franchisee sehingga tingkat penjualan produk masih rendah

c. Tidak adanya perbedaan secara khusus pada produk One Fried

Chicken menyebabkan citra yang dimiliki perusahaan belum terlalu

di kenal oleh franchisee.

2. Merumuskan Masalah

Rumusan Masalah merupakan pertanyaan yang akan dicari jawabannya

melalui pengumpulan data yaitu :

a. Bagaimana tanggapan franchisee tentang Orientasi Kewirausahaan pada One Fried Chicken

b. Bagaimana tanggapan franchisee tentang Orientasi Pasar pada One Fried Chicken

c. Bagaimana tanggapan franchisee tentang Keunggulan Bersaing pada One Fried Chicken

d. Apakah terdapat pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap

keunggulan bersaing pada One Fried Chicken secara parsial.

e. Apakah terdapat pengaruh orientasi pasar terhadap keunggulan

(41)

3. Konsep dan Teori yang relevan dan Penemuan yang Relevan

Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara

(berhipotesis) maka, peneliti dapat membaca referensi teoritis yang relevan

dengan masalah dan berfikir.Selain itu penemuan penelitian sebelumnya

yang relevan juga dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan

jawaban sementara Memilih prosedur dan teknik yang digunakan terhadap

masalah penelitian (hipotesis).Telaah teoritis mempunyai tujuan untuk

menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab atau

pertanyaan penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan menguji

terpenuhinya kriteria pengetahuan yang rasional.

4. Pengajuan Hipotesis

Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada

teori dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada

pembuktian secara empiris (faktual) maka jawaban itu disebut hipotesis.

Hipotesis yang dibuat pada penelitian ini adalah pengaruh Orientasi

Kewirausahaan dan Orientasi Pasar terhadap Keunggulan Bersaing.

5. Metode Penelitian

Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti dapat memilih metode

yang sesuai, pertimbangan ideal untuk memilih metode itu adalah tingkat

ketelitian data yang diharapkan dan konsisten yang dikehendaki.

Sedangkan pertimbangan praktis adalah tersedianya dana, waktu, dan

(42)

digunakan adalah metode survey dengan teknik analisis data menggunakan

statistik deskriptif dan kuantitatif.

6. Menyusun instrument penelitian

Peneliti dapat menyusun instrument penelitian. Instrumen ini

digunakan sebagai alat pengumpul data. Pada penelitian ini untuk menguji

adanya hubungan dari Orientasi Kewirausahaan (Variabel

Independen“X1”) dan Orientasi Pasar (Variabel Independen “X2”)

terhadap Keunggulan Bersaing (Variabel dependen“Y”) digunakan

korelasi Analisis Regresi Berganda, dan untuk menguji pengaruh dari

Orientasi Kewirausahaan (Variabel Independen“X1”) dan Orientasi Pasar

(Variabel Independen “X2”) terhadap Keunggulan Bersaing (Variabel

dependen“Y”) digunakan koefisien determinasi.

7. Kesimpulan

Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian

yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah, dengan menekankan

pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang

bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.

Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode yang berupa

jawaban terhadap rumusan masalah.Dengan menekankan pada pemecahan

masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat

sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat digambarkan desain

(43)

Tabel 3.1

T-1 Descriptive Descriptive Survey

One Fried Chicken Cross Sectional T-2 Descriptive Descriptive

Survey

One Fried Chicken Cross Sectional T-3 Descriptive Descriptive

Survey

One Fried Chicken Cross Sectional T-4 Verificative Explanatory

Survey

One Fried Chicken Cross Sectional

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Menurut Umi Narimawati (2008:30) pengertian operasional variabel

adalah sebagai berikut:

“Operasionalisasi Variabel adalah proses penguraian variabel penelitian ke dalam sub variabel, dimensi, indikator sub variabel, dan pengukuran. Adapun syarat penguraian operasionalisasi dilakukan bila dasar konsep dan indikator masing-masing variabel sudah jelas, apabila belum jelas secara konseptual maka perlu dilakukan analisis faktor”.

Sesuai dengan judul penelitian yang diungkapkan oleh penulis yaitu

Pengaruh Orientasi Kewirausahaan dan Orientasi Pasar Terhadap Keunggulan

Bersaing, maka variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Variabel Independen (X1) dan (X2)

Variabel independen yaitu variabel bebas yang biasa juga

mempengaruhi variabel lain.Variabel independen dalam penelitian ini

(44)

Orientasi Kewirausahaan dan Orientasi Pasar ditentukan dengan skala

ordinal, data-data diperoleh dari hasil wawancara pada franchisee dan melalui kuesioner.

2. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen adalah variabel terkait yang dipengaruhi atau

mempengaruhi variabel lain, dalam penelitian ini yang menjadi variabel

dependen yaitu Keunggulan Bersaing.

Agar lebih jelas indikator tersebut dapat dituangkan dalam tabel

operasional di bawah ini:

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Indikator Ukuran Skala

(45)
(46)

data untuk keperluan penelitian, seperti dengan cara melakukan wawancara

secara langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian

yang dilakukan.

2. Data Sekunder

Merupakan data yang berfungsi sebagai pelengkap data primer. Data

sekunder dapat diperoleh dengan cara membaca, mempelajari, dan memahami

melalui media lain yang bersumber dari literatur, buku-buku, serta

catatan-catatan kuliah yang menunjang penelitian ini.

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data

Untuk menunjang hasil penelitian, maka peneliti melakukan

pengelompokan data yang diperlukan kedalam dua golongan, yaitu:

1. Populasi

Pengertian populasi menurut Narimawati Umi (2008:72), adalah:

“Populasi adalah objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu

sesuai informasi yang ditetapkan oleh peneliti, sebagai unit analisis

penelitian”.

(47)

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan dijadikan objek dalam

melakukan penelitian dan pengujian data. Metode yang digunakan dalam

penarikan sampel ini adalah sampling jenuh atau sensus. Pengertian dari

sampling jenuh atau sensus menurut Sugiyono (2008:122), adalah:

“Sampling jenuh atau sensus adalah teknik penentuan sampel bila

semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.”

Berdasarkan dari pengertian tersebut, maka dapat diketahui bahwa

sampling jenuh atau sensus teknik penentuan sampel dengan menggunakan

semua anggota populasi. Dalam penelitian ini karena jumlah populasinya

sedikit (terbatas) sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan sampel,

sehingga peneliti mengambil jumlah sampel sama dengan jumlah populasi

atau disebut dengan sensus yaitu seluruh franchisee One Fried Chicken sebanyak 24 responden.

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan daya yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian Lapangan (Field Research), yang dilakukan dengan cara mengadakan peninjauan langsung pada instansi yang menjadi objek untuk mendapatkan data

(48)

Data primer ini didapatkan melalui teknik-teknik sebagai berikut:

1) Studi Kepustakaan (Library Research) yaitu untuk memperoleh data dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan

pembahasan penelitian.

2) Studi Lapangan (Field Research) yaitu dengan mencari dan memperoleh data dari perusahaan yang penulis teliti dengan cara :

a. Observasi, yaitu melakukan pengamatan dan mempelajari hal-hal yang

berhubungan dengan penelitian secara langsung dilapangan.

b. Wawancara, yaitu dengan mengadakan tanya jawab pihak-pihak yang

mempunyai kaitan langsung dengan objek yang diteliti.

c. Kuesioner, yaitu alat penelitian berupa daftar pertanyaan yang

digunakan untuk memperoleh keterangan dari sejumlah franchisee. Disini peneliti menggunakan skala Likert.

Adapun kriteria pembobotan nilai untuk alternatif jawaban dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

Tabel 3.3 Skala Likert

Jawaban Bobot Nilai

Positif Negatif

a. Sangat Setuju (SS) 5 1

b. Setuju (S) 4 2

c. Ragu (R) 3 3

d. Tidak Setuju (TS) 2 4

e. Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5

(Sumber : Sugiyono 2007, 108)

Agar peneliti dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya maka harus

(49)

analisis data dan pengujian hipotesis, terlebih dahulu peneliti akan menentukan

metode apa yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian dan

merancang metode untuk menguji sebuah hipotesis.

Untuk menilai kuisioner apakah valid dan realibel maka perlu dilakukan

uji validitas dan reliabilitas.

3.2.4.1 Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu ukuran untuk menunjukkan tingkat kevalidan

dari instrumen yang digunakan yaitu apakah ada pertanyaan-pertanyaan pada

kuesioner yang harus diperbaiki atau dihilangkan. Uji validitas ini diujikan kepada

24 responden yang merupakan franchisee One Fried Chicken.

Perhitungan uji validitas dilakukan dengan menggunakan korelasi

bivariate pearson (product moment) yang diolah dengan menggunakan software Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 17.0.

Kriteria pengujian validitas yaitu:

1. Jika rhitung > rtabel, maka instrumen atau item pernyataan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).

(50)

Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas

Variabel Orientasi Kewirausahaan (X1) No.

Instrumen r hitung r tabel Kesimpulan

1 0,689 0,388 Valid Variabel Orientasi Pasar (X2) No.

Instrumen r hitung r tabel Kesimpulan

1 0,721 0,388 Valid

Variabel Keunggulan Bersaing (Y) No.

Instrumen r hitung r tabel Kesimpulan

1 0,572 0,388 Valid

2 0,572 0,388 Valid

Sumber : output SPSS 17.0 (diolah)

Pada ketiga tabel diatas dapat dilihat untuk hasil uji validitas yang

menunjukkan bahwa seluruh item pernyataan memiliki nilai rhitung yang lebih

(51)

digunakan sebagai intrumen penelitian atau dengan kata lain item-item pernyataan

tersebut dinyatakan valid dan dapat digunakan dalam analisis berikutnya.

3.2.4.2 Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2009:3), reliabiltas adalah :

“Derajat konsistensi atau keajegan data dalam interval waktu tertentu”.

Uji reliabilitas berfungsi untuk mengukur tingkat kehandalan suatu

kuesioner yang menggambarkan indikator dari variabel. Suatu kuesioner

dikatakan reliabel apabila jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah stabil

dari waktu ke waktu.

Pengujian reliabilitas dilakukan dengan dengan menggunakan metode

Spearman Brown taraf signifikansi 5%. Peneliti menggunakan batasan 0.6. Apabila nilai alpha lebih besar dari 0.6, maka dinyatakan varibel tersebut

dinyatakan reliabel. Adapun hasil dari uji reliabilitas berdasarkan pada rumus

(52)

Tabel 3.7.

Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Penelitian

Variabel Koefisien

Reliabilitas r kritis Kesimpulan

Orientasi Kewirausahaan (X1) 0,794 0,600 Reliabel

Orientasi Pasar (X2) 0,845 0,600 Reliabel

Keunggulan Bersaing (Y) 0,727 0,600 Reliabel

Sumber : output SPSS 17.0 (diolah)

Nilai reliabilitas butir pernyataan pada kuesioner masing-masing variabel

yang sedang diteliti lebih besar dari 0,6 hasil ini menunjukkan bahwa butir

kuesioner pada masing-masing variabel andal untuk mengukur variabelnya

masing- masing.

3.2.4.3. Uji MSI (Data Ordinal ke Interval)

Data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner akan doiolah dengan

pendektan kuantitatif. Oleh karena data yang didapat dari kuesioner merupakan

data ordinal, sedangkan untung menganalisa data di perlukan data internal, maka

untuk memecahkan persoalan ini perlu ditingkatkan sekala interval melalui

metode “Methode Succesive Interval” (Hays, 1969:39) dan selanjutnya dianalisis

(53)

1. Transformasi Data Ordinal Menjadi Interval

Langkah-langkah untuk melakukan transformasi data tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Ambil data ordinal hasil kuesioner.

b. Setiap pertanyaan, dihitung proporsi jawaban untuk seetiap kategori

jawaban dan hitung proporsi kumulatifnya.

c. Menghitung nilai Z (Tabel distribusi normal) untuk setiap proporsi

kumulatif. Untuk data n > 30 di anggap mendekati luas daerah dibawah

kurva normal.

d. Menghitung nilai densititas untuk setiap proporsi kumulatif dengan

memasukan nilai Z pada rumus distribusi normal.

e. Menghitung nilai skala dengan rumus Methode Succesive Interval.

(Umi Narimawati , 2010:47)

Dimana :

Means of Interval : Rata-Rata Interval

Dencity at Lower Limit : Kepadatan bawah atas

Dencity at Upper Limit : Kepadatan atas bawah

Area Bellow Upper Limit : Daerah di bawah batas atas

Area Bellow Lower Limit : Daerah di bawah batas bawah Mean of interval= D i y a L w r Li i – D i y a U r Li i

(54)

f. Menentukan nilai transformasi (nilai untuk skala interval) dengan

menggunakan rumus :

Nilai Transformasi = Nilai Skala + Nilai Skala Minimal + 1

Data penelitian yang sudah berskala interval selanjutnya akan ditentukan

pasangan data variabel independen dengan variabel dependen serta ditentukan

persamaan yang berlaku untuk pasangan-pasangan tersebut. Adapun di dalam

proses pengolahan data MSI tersebut, peneliti menggunakan bantuan program

software MSI.

3.2.5 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis

3.2.5.1 Rancangan Analisis

Menurut Narimawati umi (2010:41), rancangan analisis dapat di

definisikan sebagai berikut :

“Rancangan analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam katagori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dimengerti”.

3.2.5.1.1. Analisis Data Deskriptif

Dalam pelaksanaan, penelitian ini menggunakan jenis atau alat bentuk

penelitian deskriptif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di

(55)

apa yang dilakukan oleh One Fried Chicken berdasarkan fakta-fakta yang ada

untuk selanjutnya diolah menjadi data. Data tersebut kemudian dianalisis

untuk memperoleh suatu kesimpulan.Penelitian deskriptif digunakan untuk

menggambarkan bagaimana masing masing variabel penelitian.Metode

kualitatif yaitu metode pengolahan data yang menjelaskan pengaruh dan

hubungan yang dinyatakan dengan kalimat.Analisis kualitatif digunakan untuk

melihat faktor penyebab. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian

kualitatif adalah sebagai berikut:

a. Setiap indikator yang dinilai oleh franchisee, diklasifikasikan dalam lima alternatif jawaban dengan menggunakan skala ordinal yang

menggambarkan peringkat jawaban.

b. Dihitung total skor setiap variabel / subvariabel = jumlah skor dari seluruh

indikator variabel untuk semua franchisee.

c. Dihitung skor setiap variabel/subvariabel = rata-rata dari total skor.

d. Untuk mendeskripsikan jawaban franchisee, juga digunakan statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi dan tampilan dalam bentuk tabel

ataupun grafik.

e. Untuk menjawab deskripsi tentang masing-masing variabel penelitian ini,

digunakan rentang kriteria penilaian sebagai berikut :

Skor Total = S r a

S r I a X 100 %

Gambar

Tabel 2.1.
Gambar 2.2.
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel
Tabel 3.4.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh antara ketiga variabel sudah memiliki keterkaitan yang signifikan terhadap keunggulan bersaing dan orientasi pasar memiliki pengaruh yang lebih besar

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Orientasi pasar yang terdiri dari orientasi pelanggan dan orientasi pesaing serta koordinasi antar fungsi, sedangkan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel orientasi kewirausahaan yang terdiri dari berani mengambil risiko, membuat produk sesuai dengan keinginan pelanggan,

2) Orientasi pasar, yang dimaksud orientasi pasar adalah orientasi UMKM Konveksi di Kabupaten Kudus yang memiliki prinsip pada upaya untuk memuaskan kebutuhan dan

Hasil tersebut menunjukkan bahwa orientasi pasar dan jiwa kewirausahaan berpengaruh kuat terhadap keunggulan bersaing di sentra kaos Suci Bandung Sedangkan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orientasi pasar berpengaruh positif signifikan terhadap keunggulan bersaing, orientasi kewirausahaan berpengaruh positif

Analisa inner model atau model struktural pada tabel 5 menunjukkan hasil estimation yakni pengaruh variabel orientasi pasar diperoleh t hitung sebesar 2,217 dengan

Alasan inilah yang menjadi dorongan bagi peneliti untuk mengkaji lebih dalam, dengan ruang lingkup mengenai orientasi pasar, orientasi kewirausahaan dan keunggulan